Lampiran 1 tinjauan obat

download Lampiran 1 tinjauan obat

of 24

Transcript of Lampiran 1 tinjauan obat

Lampiran 1. Tinjauan Obat 1. Lansoprazol

Indikasi Benign gastric ulcer, tukak duodenal, tukak lambung akibat NSAID, Ellison Syndrome, refluks gastroesofageal, dyspepsia. Dosis, cara pemberian, dan lama pemberian Dosis Dewasa : Benign gastric ulcer : 30 mg sehari pada pagi hari selama 8 minggu. Tukak duodenal : 30 mg sehari pada pagi hari selama 4 minggu; dosis penjagaan 15 mg per hari. Tukak lambung atau duodenal akibat NSAID : 30 mg sekali sehari selama 4 minggu, dilanjutkan 4 minggu lagi jika belum sembuh total, profilaksis : 15-30 mg sekali sehari. Zollinger-Ellison syndrome atau kondisi hipersekretori yang lain : dosis awal 60 mg sekali sehari, dosis disesuaikan dengan respon, dosis sehari 120 mg atau lebih dalam dua dosis terbagi. Refluks gastroesofageal : 30 mg sehari pada pagi hari selama 4 minggu, dilanjutkan 4 minggu lagi jika belum sembuh total, profilaksis 15-30 mg sehari. Dispespsia akibat asam : 15-30 mg sehari pada pagi hari selama 2-4 minggu. Dosis anak-anak (4) : Refluks gastroesofageal, dispepsia akibat asam, tukak lambung dan duodenal termasuk tukak akibat NSAID : anak dengan berat badan di bawah 30 kg : 0,5-1 mg/kg (maksimal 15 mg) sekali sehari pada pagi hari. Penyesuaian dosis untuk pasien dengan gangguan hati : 15 mg per oral sekali sehari Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Lansoprazol Efek Samping Efek samping yang umum / paling sering muncul yaitu nyeri abdomen, diare, mual, sakit kepala, kemerahan pada kulit. Efek samping yang lain meliputi gatal, pusing, konstipasi, mual, muntah, kembung, nyeri pada perut / abdomen, mulut kering. Efek samping yang serius yaitu retak pada tulang panggul (hip fracture). Zollinger-

Mekanisme Aksi Lansoprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan irreversible. Dalam lingkungan asam di sel parietal lambung, Lansoprazol dikonversi menjadi turunan sulfenamid aktif yang terikat dengan gugus sulfhidril dari (H+, K+)-ATPase, yang juga dikenal sebagai pompa proton. Hambatan Lansoprazol pada (H+, K+)ATPase menyebabkan hambatan sekresi asam lambung. Efek penghambatan ini terkait dengan dosis. Informasi untuk Pasien Delayed-release capsules : Kapsul ditelan utuh atau jika kesulitan menelan, keluarkan isi kapsul (granul / pelet jangan dikunyah / digerus) kemudian dispersikan / dan campurkan segera dengan jus buah dengan (campuran 1 ini gelas jangan air disimpan) dingin.

minum

Diminum 30 menit sebelum makan, lebih baik di pagi hari.

2. Ranitidin Indikasi -. Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung, tukak duodenum, tukak ringan aktif -. Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk refluks gastroesofagus dan esofagitis erosif. -. Terapi jangka pendek dan pemeliharaan kondisi hipersekresi patologis. -. Sebagai bagian regimen multiterapi eradikasi H. pylori untuk mengurangi risiko kekambuhan tukak. -. Meringankan heartburn, acid indigestion dan lambung asam.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian (a)Tukak lambung dan duodenum:anak (1 bulan-16 tahun) oral:2-4 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 kali sehari; dosis terapi maksimum:300 mg/hari. Dosis pemeliharaan:2-4 mg/kg sekali sehari; dosis pemeliharaan maksimum:150

mg/hari.IV:2-4 mg/kg/hari dibagi setiap 6-8 jam, maksimum 150 mg/hari. Tukak duodenum:dewasa:oral:150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari setelah makan malam atau sebelum tidur malam. Dosis pemeliharaan:150 mg sekali sehari sebelum tidur malam. Tukak lambung ringan:dewasa:oral:150 mg 2 kali sehari; dosis pemeliharaan 150 mg sekali sehari sebelum tidur malam (b) Refluks gastroesofagus dan esofagitis erosif:anak 1 bulan-16 tahun:oral:5-10 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 kali sehari; dosis maksimum:refluks

gastroesofagus:300 mg/hari, esofagitis erosif:600 mg/hari. IV:2-4 mg/kg/hari dibagi tiap 6-8 jam, maksimum:150 mg/hari atau sebagai suatu alternatif infus kontinu:dosis awal:1 mg/kg/dosis untuk satu dosis diikuti oleh infus 0,08-0,17 mg/kg /jam atau 2-4 mg/kg/hari. Esofagitis erosif dewasa oral: 150 mg 4 kali/hari; dosis pemeliharaan 150 mg 2 kali sehari. (c) Dewasa:oral:150 mg 2 kali sehari, dosis atau frekuensi disesuaikan dengan petunjuk dokter; dapat digunakan dosis sampai dengan 6g/hari. (g) Injeksi ranitidin dapat diberikan IM atau IV. Injeksi IM diberikan tanpa pengenceran. Injeksi IV harus diencerkan, dapat diberikan melalui IVP (intravenous pyelogram) atau IVPB (intravenous piggy back) atau infus IV kontinu. Untuk IVP:ranitidin(biasanya 50 mg)harus diencerkan sampai total 20 ml dengan normal saline atau larutan dekstrosa 5% dalam air dan diberikan selama minimal 5 menit. IVPB:diberikan selama 15-20 menit. Infus IV kontinu:diberikan dengan kecepatan 6,25 mg/jam dan titrasi dosis berdasarkan pH lambung selama 24 jam. Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap ranitidin atau bahan-bahan lain dalam formulasi. Efek Samping Terbatas dan tidak berbahaya: aritmia, vaskulitis, pusing, halusinasi, sakit kepala, confusion, mengantuk, vertigo, eritema multiforme, kemerahan, pankreatitis, anemia haemolitic acquired, agranulositosis, anemia aplastik, granulositopenia, leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, gagal hati, anafilaksis, reaksi hipersensitivitas. Mekanisme Aksi

Menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel parietal lambung, yang menghambat sekresi asam lambung; volume lambung dan konsentrasi ion hidrogenberkurang. Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor intrinsik yang distimulasi oleh penta-gastrin, atau serum gastrin. Informasi untuk Pasien Dosis oral ranitidin dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Bila obat ini digunakan untuk mencegah heartburn, obat diminum 30-60 menit sebelum makan atau minum apapun yang dapat menyebabkan heartburn. Pasien seharusnya tidak menggunakan obat ini bila alergi terhadap ranitidin, simetidin, atau nizatidin. 3. Domperidon Indikasi Mual, muntah (pengobatan jangka pendek), dispepsia, refluks esofageal. Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Dosis dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 35 kg : Oral : 10-20 mg sehari 3-4 kali; maksimal 80 mg per hari. Per rektal (supositoria) : 60 mg sehari 2 kali. Dosis anak-anak dengan berat badan kurang dari 34 kg / 15 - 34 kg (hanya untuk indikasi mual dan muntah)3 : Oral : 250-500 mikrogram/ kg sehari 3-4 kali; maksimal 2,4 mg/ kg per hari. Per rektal (supositoria) : 30 mg sehari 2 kali. Anakanak dengan berat badan kurang dari 15 kg tidak dianjurkan. Kontraindikasi Prolaktinoma, gangguan hati, dimana peningkatan motilitas gastro-intestinal dapat berbahaya dan hipersensitif terhadap domperidon. Efek samping Gangguan gastrointestinal termasuk kram (jarang), efek ekstrapiramidal (sangat jarang), dan kemerahan pada kulit. Hiperprolaktinemia / terjadi peningkatan konsentrasi prolaktin plasma, yang menyebabkan galactorrhoea atau gynaecomastia.

Mekanisme Aksi Domperidon merupakan antagonis dopamin, yang memblok reseptor D1 dan D2. Dopamin memfasilitasi aktivitas otot halus gastrointestinal dengan menghambat dopamin pada reseptor D1 dan menghambat pelepasan asetilkolin netral dengan memblok reseptor D2. Domperidon merangsang motilitas saluran cerna bagian atas tanpa mempengaruhi sekresi gastrik, empedu dan pankreas. Peristaltik lambung meningkat sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung. 4. Tripanzym Komposisi Pancreatin 170 mg, activated dimethylpolysiloxane 80 mg. Indikasi Perut kembung seperti pada aerofagia, insufisiensi pancreas, gangguan hati, empedu, lambung & usus, perut kembung pasca bedah, flatulensi sindrom gastro-kardiak. Persiapan untuk radiografi abdomen termasuk kelenjar empedu & ginjal, radiografi pada segmen lumen, kolumna vertebra & pelvis. Dosis 1 2 kapsul. Persiapan radiografi/rontgen 1 kaps 4x/hari selama 2 hari. Berikan sesudah makan. 5.ISDN ( Isosorbit Dinitrat) Indikasi Pencegahan dan pengobatan angina pektoris; untuk gagal jantung kongestif; untuk mengurangi rasa nyeri, disfagia dan spasme pada esofagus dengan reflak gastroesofagus. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis dewasa (untuk lanjut usia harus diberikan dosis harian terendah dan selanjutnya dititrasi).Oral : Angina : 5-40 mg, 4 kali sehari, atau 40 mg setiap 8-12 jam, sediaan sustained release. Sublingual: 2.5-5 mg setiap 5-10 menit, maksimum 3 dosis selama 15-30 menit, juga dapat digunakan 15 menit sebelum melakukan aktivitas untuk mencegah terjadinya serangan (profilaksis). Gagal jantung kongestif : dosis awal : 20

mg, 3-4 kali sehari. Dosis target : 120-160 mg/hari dalam dosis terbagi, digunakan secara kombinasi dengan hidralazin. Spasme pada esofagus (unlabeled use) : 5-10 mg sebelum makan. Sublingual : 2.5 mg setelah makan. Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap isosorbid dinitrat atau komponen lain dalam formulasi; hipersensitif terhadap nitrat organik; penggunaan bersama penghambat

phosphodiesterase-5 (PDE-5) (sildenafil, tadalafil, or vardenafil); glaukoma angleclosure (peningkatan tekanan intraocular); trauma kepala atau perdarahan serebral (peningkatan tekanan intrakranial); anemia berat. Efek Samping Kardiovaskuler: Hipotensi, hipotensi postural, pallor, kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok, kemerahan, edema perifer. SSP: sakit kepala (paling sering), pusing (karena perubahan tekanan darah), tidak bisa tidur. Gastrointestinal: Mual, muntah, diare. Genitourinari: inkontinensia urin. Hematologi: Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis). Neuromuskuler & skelet: Lemah/letih. Mata: Pandangan kabur. Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan meningkat bila digunakan bersama sildenafil (Viagra). Efek samping lain (1-10% paisne) : bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti flu, hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan. Mekanisme Aksi Menstimulasi c-GMP intraseluler sehingga menyebabkan relaksasi otot polos baik pada arteri maupun vena. Menurunkan tekanan ventrikel kiri (preload) dan dilatasi arterial sehingga menurunkan resistensi arterial (afterload). Hal ini akan menurunkan kebutuhan oksigen sekaligus adanya dilatasi arteri koroner akan memperbaiki aliran darah pada derah iskemik. Informasi untuk pasien Minum obat sesuai petunjuk dan jangan minum obat lain tanpa sepengetahuan dokter. Jangan menghentikan obat dengan tiba-tiba dan simpan obat dalam wadah aslinya. Jangan minum alkohol berlebihan karena dapat menyebabkan hipotensi yang

berlebihan. Dapat menyebabkan hipotensi postural (minum obat sambil duduk dan hati-hati sewaktu bangkit dari posisi duduk atau berbaring); sakit kepala, pusing, lemah, atau pandangan kabur (hati-hati mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin), mual atau muntah (makan porsi sedikit namun lebih sering). Bila nyeri dada, segera minum obat, laporkan bila mengalami sakit kepala akut, jantung berdebar-debar, pusing dan tidak bisa tidur, lemah otot. 6. Alprazolam Indikasi Gangguan kecemasan, panik dengan atau tanpa agorafobia (ketakutan di ruang terbuka), kecemasan yang berkaitan dengan depresi. Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Pemberian secara oral. Lakukan evaluasi setelah terapi >4 bulan untuk menentukan apakah pasien membutuhkan kelanjutan terapi. Oral ; dewasa ; ansietas dosis efektif 0,5-4 mg/hari dibagi dalam 2 dosis, direkomendasikan mulai dengan 0,25-0,5 mg 3 kali sehari, naikkan dosis bertahap, maksimum 4 mg/hari. Ansietas berkaitan dengan depresi; dosis rata-rata yang dibutuhkan 2,5-3 mg/hari dibagi dalam 2 dosis. Putus penggunaan alkohol : dosis lazim : 2 2,5 mg/hari dibagi dalam 2 dosis. Gangguan panik : Awal 0,5 mg sehari tiga kali, dosis dapat ditingkatkan 1 mg/hari setiap 34 hari. Pemberian dengan cara lepas lambat 0,5-1 mg sehari satu kali, dapat ditingkatkan menjadi 1 mg/hari setiap 3-4 hari. Hindari penurunan dosis secara tiba-tiba. Dosis harian diturunkan 0.,5 mg/3 hari. Anak-anak : ansietas : awal 0,005 mg/kg/dosis atau 0,125 mg/dosis 3 kali sehari. Tingkatkan sebanyak 0,125-0,25 mg, maksimum 0,02 mg/kg/dosis atau 0,06 mg/kg/hari (0,375-3 mg/hari). Geriatri : Karena pasien geriatri umumnya lebih sensitif terhadap alprazolam maka sebaiknya digunakan dosis efektif yang lebih kecil, dosis awal 0,25 mg 2-3 kali sehari. Penyesuaian dosis pada gangguan hati : dosis diturunkan 50%-60%, hindari penggunaan pada sirosis hati. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap alprazolam atau komponen-komponen lain dalam sediaan,

kemungkinan sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain, glaukoma sudut sempit, penggunaan bersama ketokenazol dan itrakenazol, kehamilan. Efek Samping > 10% SSP : depresi, mengantuk, disartria (gangguan berbicara), lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa ringan, gangguan ingatan, sedasi; Metabolisme-endokrin : penurunan libido, gangguan menstruasi; Saluran cerna : peningkatan/penurunan selera makan, penurunan salivasi,

penurunan/peningkatan berat badan, mulut kering (xerostomia). 1-10% Kardiovaskuler : hipotensi; SSP : gangguan koordinasi, akatisia (tidak bisa duduk tenang), gangguan konsentrasi, bingung, kehilangan perasaan terhadap realitas, disorientasi, disinhibisi, pusing,

hipersomnia(tidur terus), mimpi buruk, vertigo. Mekanisme Aksi Berikatan dengan reseptor benzodiasepin pada saraf post sinap GABA di beberapa tempat di SSP, termasuk sistem limbik dan formattio retikuler. Peningkatan efek inhibisi GABA menimbulkan peningkatan permiabilitas terhadap ion klorida yang menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi dan stabilisasi. Informasi Pasien Obat ini untuk mengatasi kecemasan. Sampaikan ke dokter bila pernah alergi dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain. Gunakan obat sesuai anjuran dokter. Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum efek penuh dicapai. Bila lupa meminum obat ini yang aturan pakainya satu tablet pada malam hari, jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah berkonsultasi dengan dokter. Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama dan mulai dengan dosis reguler. Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter. Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat lain. Bila merasakan reaksi yang tidak

menyenangkan/menggangu karena memakan obat ini konsultasikan dengan dokter. Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak. 7. Digoksin Indikasi Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi). Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila tidak diperlukan cepat, 250 500 mikrogram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi). Dosis pemeliharaan : 62,5 500 microgram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi) disesuaikan dengan fungsi ginjal dan pada atrial fibrilasi , tergantung pada respon denyut jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125 250 mcg sehari (dosis yang lebih rendah diberikan pada penderita lanjut usia) Pada kondisi emergensi, loading dose (dosis muatan) diberikan secara infus intravena , 0,75 1 mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan melalui oral . Kontraindikasi Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ; hypertropic obstructive cardiomyopathy. Efek Samping Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia. Mekanisme Aksi Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif dan menurunkan konduksi kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone,

dan menurunkan dan menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang lebih tinggi. 8. Spasmomen Komposisi Otilonium Br Indikasi Pengobatan Irritable Bowel Syndrome & pengobatan simtomatis untuk nyeri & gangguan GI yang berhubungan dengan spasme otot polos. Dosis 1 tablet 2 -3 x/hr Efek samping Mual, lelah, nyeri epigastrum, vertigo. 9. Kandistatin Komposisi Nystatin Indikasi Pengobatan kandidiasis pada rongga mulut, kandidiasis pada kerongkongan & saluran cerna. Diare non spesifik pada bayi/anak. Dosis Dewasa 1 2 mL 4x/hr. Anak 1mL 3-4x/hr. Profilaksis: 1 mL 1x/hr. Pemberian Obat Biarkan di rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan. Efek samping Diare & gangguan GI

10. Scopamin Komposisi Hyoscine N- butylbromide

Indikasi Nyeri paroksimal pada penyakit di lambung dan usus halus, nyeri spesifik pada saluran kemih, dismenore. Dosis Tab dewasa & anak > 12 tahu, 2 tablet 4x/hr, 6-12 thn 1 tab, 3x/hr. Amp 1 amp IM/IV, dapat diulang setelah jam. Kontraindikasi Glaucoma, miastenia gravis, megakolon toksik, hipertrofi prostat, porfiria, takikardia. Efek samping Kulit dan sekitar mulut kering, konstipasi, palpitasi, wajah merah dan panas, bradikardia, takikardia. Interaksi Obat Antikolinergik dipengaruhi antidepresan trisiklik. 11. Kaltrofen supp Komposisi Ketoprofen Indikasi Tab/inj/supp pengobatan simptomatis pada AR, OA, gout akut & spondilitis ankilosa. Gel trauma ringan, terutama yang disebabkan oleh cedera sewaktu berolahraga, terkilir, kontusio tendon & otot, pembengkakan dan nyeri pasca trauma. Dosis Supp 1 supp 1x/hr atau 1 supp 2x/hr (bila diberikan bersama terapi oral). Kontraindikasi Penderita dengan penyakit prokitis sebelumnya atau yang disertai dengan hemoroid (wasir). Efek samping Kadang menyebabkan konsistensi feses menjadi lunak. 12. Propiltiourasil (PTU) Indikasi Hipertiroidism, termasuk penyakit Grave (Graves disease), dan krisis tirotoksik.

Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Untuk pengobatan hipertiroidisme: Dosis awal lazim dewasa: 300-450 mg sehari. Untuk pasien hipertiroidisme parah: mungkin memerlukan dosis awal 600-1200 mg sehari. Secara umum jika suatu saat kontrol gejala telah terpenuhi, terapi dilanjutkan sesuai dosis awal selama 2 bulan. Dosis pemeliharaan: propiltiourasil sangat bervariasi tapi secara umum berkisar dari satu pertiga sampai dua pertiga dosis awal. Untuk pengobatan krisis tirotoksik: dosis lazim propiltiourasil adalah 200 mg setiap 4-6 jam pada hari pertama, jika suatu saat gejala telah terpenuhi, dosis terapi diturunkan secara bertahap sampai tingkat dosis pemeliharaan. Untuk pengobatan hipertiroidisme pada anak: dosis lazim awal adalah 50-150 mg sehari untuk anak 6-10 tahun dan 150-300 mg atau 150 mg/m2 setiap hari untuk anak 10 tahun atau lebih. Dosis pemeliharaan ditandai dengan respon pasien. Untuk pengobatan hipertiroidisme pada bayi: dosis yang direkomendasikan adalah 510mg/kg setiap hari. Kontraindikasi Blocking replacement regiment tidak boleh diberikan pada masa kehamilan dan menyusui. Efek samping * Efek samping yang paling sering terjadi adalah ruam kulit, urtikaria, pigmentasi kulit, dan kerontokan rambut. * Efek samping lain yang agak umum antara lain nyeri sendi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, mual, muntah, dan kurang nafsu makan. * Efek samping yang jarang terjadi tetapi berakibat serius pada terapi dengan PTU adalah agranulositosis atau leukopenia (turunnya jumlah sel darah putih di dalam darah), yang ditandai antara lain dengan lesi infeksi pada tenggorokan, saluran cerna, dan kulit disertai rasa lemah dan demam. * Di samping itu juga dapat terjadi trombositopenia (penurunan trombosit) yang berakibat

pada kecenderungan perdarahan. Mekanisme aksi Hormon-hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3), disintesis dengan jalan mereaksikan molekul Iodium dengan senyawa protein prekursor hormon tiroid yang disebut tiroglobulin. Reaksi ini berlangsung dengan katalisator enzim tiroperoksidase. Propiltiourasil (PTU) bekerja menghambat kerja enzim tiroperoksidase sehingga sintesis T4 dan T3 terhambat. PTU juga menghambat kerja enzim 5-deiodinase (tetraiodotironin 5deiodinase) yang mengkonversi T4 menjadi T3. Karena T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka hal ini juga akan mengurangi aktivitas hormon-hormon tiroid secara keseluruhan. 13. Kaptopril Indikasi Hipertensi, gagal jantung, pasca infark miokard, dan diabetik nefropati. Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Hipertensi. Monoterapi. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, dosis awal 12,5 mg 23x/hari; bila digunakan bersama diuretik atau untuk lansia, dosis awal 6,25 mg 2x/hari (dosis pertama sebelum tidur); dosis pemeliharaan biasanya 25 mg 2-3x/hari, maksimum 50mg 23x/hari.1,4 Gagal jantung (bersama diuretik, digoksin, penyekat beta). Dosis awal 6,25 - 12,5 mg 23x/hari, dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan dalam interval paling sedikit 2 minggu sampai maksimum 150 mg/hari dalam dosis terbagi bila cocok.1,4 Profilaksis setelah infark pada pasien yang stabil secara klinis dengan disfungsi ventrikular kiri simtomatik atau asimtomatik, dosis awal 6,25 mg dimulai 3 hari setelah infark, lalu dosis dinaikkan dalam waktu beberapa minggu sampai 150 mg/hari (bila cocok) dalam dosis terbagi.1,4 Diabetik nefropati. 75-100mg/hari; bila penurunan tekanan darah masih diperlukan, obat antihipertensi lain dapat ditambahkan; pada gangguan ginjal yang parah, dosis awal 12,5 mg 2x/hari (bila diuretik diperlukan gunakan diuretik loop). Kontraindikasi

Kaptopril kontraindikasi pada pasien yang hipersensitifitas tehadap penghambat enzim konversi angiotensin (termasuk angioedema). Kaptopril tidak boleh digunakan pada kehamilan. Efek samping Kaptopril (penyekat ACE) dapat menyebabkan hipotensi dan batuk kering yang persisten. Efek pada ginjal dapat dilihat pada bagian peringatan. Kaptopril dapat juga menyebabkan angioedema (munculnya bisa terlambat), ruam (dapat dikaitkan sebagai pruritus dan urticaria), pankreatitis, dan gejala saluran napas atas seperti sinusitis, rinitis, dan sakit tenggorokan. Efek saluran pencernaan yang dilaporkan dengan penghambat ACE adalah mual, muntah, dispepsia, diare, konstipasi, dan nyeri abdominal. Perubahan tes fungsi hati, cholestatic jaundice, dan hepatitis telah dilaporkan. Hiperkalemia, hipoglisemia, kelainan darah seperti trombositopenia, leukopenia, neutropenia, dan hemolitik anemia juga telah dilaporkan. Efek samping yang lain adalah sakit kepala, mialgia, artralgia, antinuclear antibody positif, meningkatnya laju endap eritrosit, eosinofilia, leukositosis, dan fotosensitifitas, proteinurea, peningkatan serum kreatinin. Informasi untuk pasien Kaptopril digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Kaptopril diminum 2-3x/hari saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Minum kaptopril sesuai petunjuk; jangan diminum lebih sering atau lebih kurang dari yang diresepkan dokter. Kaptopril mengontrol tekanan darah dan gagal jantung tetapi tidak menyembuhkannya. Kaptopril diminum terus walaupun anda sudah merasa baik. Jangan berhenti minum kaptopril tanpa membicarakan dahulu dengan dokter. Obat disimpan pada suhu kamar, terhindar dari panas, kelembaban, dan cahaya langsung. Mekanisme aksi Inhibitor kompetitif terhadap ACE angiotensin, converting enzym, mencegah pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat; menurunkan level angiotensin II yang menyebabkan peningkatan aktivitas plasma renin dan menurunkan sekresi aldosteron.

14. Salbutamol Indikasi Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh. Dosis Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) : Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8 mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik). Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg 3-4 kali sehari. Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu. Injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed). Inhalasi : Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Kontraindikasi Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergic amines. Efek samping Efek samping yang sering terjadi antara lain : Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia Endocrine metabolic : Hipokalemia Neurologic : Tremor Psychiatric : Nervousness Sedangkan efek samping yang cukup parah meliputi : Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome

Informasi untuk pasien Penggunaan Oral : Diminum dengan air satu jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan Mekanisme aksi Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3\\\\\\\', 5\\\\\\\'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells. 15. Ciprofloksasin Indikasi Anak anak: Infeksi saluran urin dan pyelofritis yang disebabkan oleh E.coli. catatan: meskipun demikian, siprofloksasin bukan merupakan obat pilihan pertama. Anak anak dan dewasa: untuk menurunkan angka kejadian atau progress penyakit terkait dengan baccilus anhraticus. Pada infeksi mata; digunakan untuk mengobati infeksi pada okular (corneal ulcer, conjungtivitis) atau bakteri sejenis. Dewasa: untuk pengobatan infeksi yag disebabkan bakteri: infeksi saluran urin; cistitis akut tanpa komplikasi pada wanita; prostatitis bakteri kronik; infeksi saluran nafas bawah (termasuk eksaserbasi akut dan bronchitis kronik); sinusistis akut; infeksi kulit; tulang dan persendian; infeksi intraabdominal komplek; diare karena infeksi; demam tyfoid karena Salmonella typhi; pneumonia nosokomial, terapi empiris febrile neutrophenic (kombinasi dengan piperacillin). Dosis Oral dewasa: Infeksi saluran urin: Infeksi saluran urin akut tanpa komplikasi: 250 mg setiap 12 jam selama 3 hari. Infeksi saluran urin akut dan pyelonefritis tanpa komplikasi: sedaan lepas lambat 1000 mg

setiap 24 jam selama 7-14 hari. Cistitis akut tanpa komplikasi sediaan lepas lambat 500 mg setiap 24 jam selama 3 hari. Infeksi saluran urin sedang : 250 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari. Infeksi saluran urin berat: 500 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari. infeksi saluran nafas bawah, dan infeksi pada kulit: 500 750 mg dua kali sehari untuk 7-14 hari, tergantung juga dengan kegawatan dan keparahan infeksinya. Infeksi pada tulang dan persendian: 500-750 mg dua kali sehari 4-6 minggu, tergantung kegawatan dan kepekaan dari bakteri penginfeksinya. Diare karena infeksi: 500 mg setiap 12 jam selama 10 hari. Infeksi intraabdominal (kombinasi dengan metronidazol): 500 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari. Demam tyfoid: 500 mg setiap 12 jam selama 10 hari. Infeksi gonore uretral/servikal : 250-500 mg dosis tunggal. Infeksi gonore menyebar: 500 mg dua kali sehari selama pengobatan 7 hari penuh (pengobatan awal dengan seftriakson 1 g IM/IV perhari untuk 24-48 jam setelah ditemukan kasus tersebut). Sinusitis (akut): 500 mg setiap 12 jam selama 10 hari. Prostatitis kronik karena bakteri: 500 mg setiap 12 jam selama 28 hari. Injeksi: Infeksi tulang dan persendian: infeksi ringan dan sedang : 400 mg setiap 12 jam untuk 4-6 minggu; infeksi berat dan komplikasi: 400 mg setiap 8 jam selama 4-6 minggu. Infeksi saluran napas bawah dan infeksi pada kulit: ringan hingga sedang :400 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari; infeksi gawat dan komplikasi: 400 mg setiap setiap 8 jam selama 4-6 minggu. Pneumonia nosokomial: (ringan,sedang dan berat): 400 mg setiap 8 jam selama 10-14 hari. Prostatitis (kronik, karena bakteri) 400 mg setiap 12 jam selama 28 hari. Sinusitis (akut): 400 mg setiap 12 jam selama 10 hari. Infeksi saluran urin: ringan hingga sedang 200 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari; akut dan komplikasi: 400 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari. Vebrile neutropeni (kombinasi dengan piperacilin) 400 mg setiap setiap 8 jam selama 7-14

hari. Intraabdominal infection (kombinasi dengan metronidazole): 400 mg setiap 12 jam selama 714 hari. Kontraindikasi Terhadap pasien yang mengalami hipersensitifitas terhadap golongan siprofloksasin dan komponen lain dalam sediaan. Efek samping Angka Kejadian 1-10% : SSP : Kejadian neurologi (anak-anak 2% meliputi gangguan tidur, pusing dan cemas); demam (anak 2%); sakit kepala (pemberian IV); gelisah (pemberian IV). Informasi pada pasien Untuk menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya siprofloksasin digunakan dalam dosis dan rentang waktu yang telah ditetapkan. Obat digunakan dalam keadaan perut kosong (2 jam sebelum makan atau 6 jam setelah makan). Amati jika ada timbul gejala ESO obat, seperti mual, diare atau respon hipersensitivitas. Jika masih belum memahami tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker. Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka harap menghubungi dokter. 16. Deksametason Indikasi Antialergi dan obat untuk anafilaksis Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Untuk pengobatan alergi : Pemberian oral : Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat dilakukan tergantung respon pasien. Anak-anak : 0,024-0,34 mg/kg/hari PO atau 0,66-10 mg/m2/hari PO, terbagi dalam 2-4 dosis.

Pemberian parenteral : Dewasa : Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat dilakukan tergantung respon pasien. Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hr atau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam dosis terbagi tiap 612 jam. Untuk pengobatan anafilaksis akut atau reaksi anafilaksis : Dosis oral dan IM : Dewasa : 4-8 mg IM dosis tunggal pada hari pertama. Kemudian diberikan dosis oral, 1.5 mg PO 2X sehari pada hari ke 2 dan ke 3; kemudian 0,75 mg PO 2X sehari pada hari ke 4; kemudian 0,75 mg PO sekali sehari pada hari ke 5 dan 6, kemudian hentikan. Untuk pengobatan syok anafilaksis : IV. Dewasa : dosis bervariasi 1-6 mg/kg IV atau 40 mg IV tiap 4-6 jam. Alternatif lain, 20 mg IV dilanjutkan dengan infus IV 3 mg/kg dalam waktu 24 jam. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam formulasi; infeksi jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes simplex). Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindroma Cushing. Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang atau absorpsi sistemik dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindroma Cushing pada beberapa pasien. Namun risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason topikal sangat rendah. Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan sistemik dihentikan mendadak. Efek samping Kardiovaskuler : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF, kolaps sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope, tromboembolisme, vasculitis. Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan psikis, kejang, vertigo.

Dermatologis : Akne, dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit kering, erythema, kulit pecah-pecah, hirsutism, hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian IV), petechiae, rash, atrofi kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh. Mekanisme aksi Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun. 17. Tiaryt Komposisi Amiodarone HCl Indikasi Menekan dan mencegah terjadinya aritmia ventrikuler dan supraventrikuler yang membahayakan jiwa, termasuk takikardia ventrikel dengan hemodinamik yang tidak stabil atau fibrilasi ventrikel menekan dan mencegah refraksi aritmia supraventrikuler agar supaya penderita dapat dirawat dengan pengobatan konvensional, khususnya bila dihubungkan dengan sindroma WPW, termasuk serangan mendadak fibrilasi supraventrikuler, vibrilasi atrium, atrial takikardia ektopik dan takikardia supraventrikuler baik dari nodus balik AV & takikardia AV balik pada penderita sindroma WPW. Dosis Aritmia ventrikuler awal 800 1600 mg/hr selama 1 3 minggu.Aritmia supraventrikuler 600 mg/hr dalam beberapa dosis terbagi selama 1 minggu & selanjutnya 200 400 mg/hr. Kontraindikasi Disfungsi sinus node berat, blok AV derajat 2 & 3, sinkop, disfungsi tiroid. Hamil dan menyusui. Sensitive terhadap iodida. Efek samping Mikrodeposit kornea, fotosensitisasi & pigmentasi. Hipertiroid. Toksisitas pulmonal dan neurotoksik. Iritasi GI 18. KCl Indikasi

Mengatasi kekurangan/penurunan kadar kalium darah. Penggantian kehilangan kalium terutama diperlukan : 1. Pada penggunaan digoksin atau obat-obatan anti arrhytmia, hal ini karena kekurangan kalium dapat menginduksi aritmia 2. Pada pasien dengan hiperaldosteronis sekunder, misalnya stenosis arteri ginjal, sirosis hati, sindrom nefrotik dan gagal jantung yang berat 3. Pada pasien yang banyak kehilangan kalium melalui feses, seperti : diare kronik yang berhubungan dengan intestinal malabsorpsi atau penyalahgunaan laksatif Kalium juga diberikan untuk mengatasi kekurangan kalium pada penderita lanjut usia karena asupan kalium yang kurang memadai (lihat peringatan pada insufisiensi ginjal). Selain itu juga diperlukan selama penggunaan obat jangka panjang yang diketahui dapat menginduksi kehilangan kalium (seperti kortikosteroid). Suplemen kalium jarang diperlukan pada penggunaan dosis rendah diuretik pada pengobatan hipertensi; untuk mencegah terjadinya hipokalemia pada penggunaan diuretik seperti furosemid atau tiazida untuk menghilangkan oedema, lebih direkomendasikan penggunaan diuretik hemat kalium dari pada memberikan penambahan suplemen kalium pada obat-obat tersebut. Kekurangan kalium sering berhubungan dengan kekurangan klorida dan metabolik alkalosis dan gangguan ini memerlukan perbaikan. Dosis, cara pemberian dan lama pemberian Bila garam kalium diberikan untuk mencegah hipokalemia dosis kalium klorida 2 4 g (kirakira 25 50 mmol) tiap hari peroral dapat diberikan pada pasien dengan diet normal. Dosis yang lebih kecil harus digunakan bila terdapat insufisiensi ginjal (biasanya terjadi pada penderita lanjut usia) bila tidak ada bahaya hiperkalemia. Jika terdapat kekurangan kalium yang berat dosis yang lebih besar dapat diberikan, jumlahnya tergantung dari besarnya kehilangan kalium (diperlukan monitoring konsentrasi plasma kalium dan kosultasi kepada ahlinya). Garam kalium lebih baik diberikan dalam bentuk sediaan cairan (atau effervescent) daripada dalam bentuk sediaan tablet modified-release, obat harus diberikan dalam bentuk klorida (penggunaan tablet kalium effervescent harus dibatasi untuk keadaan hyperchloaemic. Kontraindikasi

Kerusakan ginjal yang berat kadar plasma kalium diatas 5 mmol/L. Allergi terhadap obat, penyakit Addisons, dehidrasi akut, kadar serum kalium dalam darah tinggi. Efek samping Garam kalium menyebabkan mual dan muntah (gejala yang berat dapat merupakan tanda obstruksi) sehingga rendahnya kepatuhan pengobatan merupakan kendala utama efektifitas obat jika memungkinkan penggunaan diuretik hemat kalium lebih dianjurkan (lihat juga diatas). Efek samping yang lain berupa ulserasi pada oesophagus dan usus kecil. Efek samping yang jarang terjadi skin rash. Mekanisme Aksi Kalium merupakan kation utama pada cairan intraseluler dan penting untuk konduksi impuls syaraf di jantung, otak dan otot skeletal; kontraksi jantung, otot halus dan skeletal; mempertahankan fungsi ginjal normal, keseimbangan asam basa, metabolisme karbohidrat, dan sekresi lambung. 19. Aminofusin Komposisi Per L amino acids 50 g, sorbitol 50 g, xylitol 50 g, vit, elektrolit. Indikasi Nutrisi parenteral total yang dapat memberikan suplai protein, elektrolit, energi, vitamin dan air. Dosis 15 60 mL/kgBB/hr Kontraindikasi Syok, hiperkalemia, penyakit ginjal akut yang berat, intoleransi sorbitol atau fruktosa, defisiensi fruktosa 1,6 difosfatase, keracunan methanol, gangguan metabolism asam amino.