Lalala

35
BAB I PENDAHULUAN Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom. Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Budhi Asih Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Periode 29Juni- 1 Agustus 2015.

Transcript of Lalala

BAB I

PENDAHULUAN

Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom.

Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.

Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan hematoma epidural dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat.Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1.

Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.

BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas Nama : Teguh Widodo

TTL : wonogiri , 23 Juli 1999

Umur : 15 tahun 11 bulan 7 hari .

No RM : 983902

Alamat : jalan swadaya no 21 rt04/14 Jati Bening , Pondok Gede

Pekerjaan : Pelajar

No telp : 085311773197

Masuk Rs tgl : 30 Juni 2015

Nama orang tua : Karina

Umur 43 Tahun 2.2 Anamnesis Anamnesis dilakukan pada tanggal 01 dan 02 Juli 2015 di ICU dan Bangsal lantai 9 barat RSUD Budhi Asih secara autoanamnesis dengan pasien, dan alloanamnesis dengan keluarga pasien

2.2.1 Keluhan : nyeri pada tempat operasi.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien baru dioperasi craniotomy citotanggal 30/06, dengan riwayat Datang ke IGD diantar kedua orang tua dengan keluhan utama : kepala bagian belakang terbentur trotoar/aspal sejak 2 jam SMRS. Terdapat kejang pada pasien 1x, degan kaki dan tangan kaku. Pingsan selama 10menit. Muntah-muntah 2x SMRS. Awalnya pasien naik motor hendak ke warung, pasien dalam kondisi tidak memakai helm, saat itu pasien hendak berbelok, namun tiba2 ada mobil yang menyalib, pasien berusaha menghindari mobil tersebut, dan akhirnya tidak sadar. Menurut kesaksian orang sekitar TKP berdasarkan keterangan orang tua pasien, setelah jatuh anaknya pingsan, dan kejang, setelah pingsan pasien muntah sebanyak 2x.

Pemeriksaan fisik IGD :

TSB, Kesadaran : E3V4M5 (somnolen)

Ttv : td : 120/80mmhg, nadi 88x/m, rr : 30x /m

Status lokalis kepala : hematoma pada parietal.

Mata : ca (-), pupil bulat isokor, 3mm/3mm

Thorax : s1,s2 reg m(-), g(-). , snves rh (-/-), wh -/-

Abdomen : supel, BU (+)

Ext : odem (-)

Pemeriksaan penunjang CT Scan Kepala: tidak ada expertise. Kesan : tampak hematom pada epidural, midline shift (+).

Prakiraan darah : 48cc, tampak dikontinuitas cranium pada temporoparietal kanan . Assessment IGD : CKS dengan susp EDH

Planing: hematologi , gds, ct scan kepala tanpa kontras, rontegn thorax

Manitol 250cc dalam 15 menit, lanjutkan dengan 4x125cc dalam 15 menit.

Asering /12 jam

Ceftriaxone 2x1gr

Ketopain 3x1 amp diencerkan dengan Nacl 0,25

Konsul Sp.Bs ( craniotomy cito dengan persiapan darah prc 500cc

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah dirawat sebelumnya,riwayat hipertensi,kencing manis, asma disangkal .

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga Tidak terdapat riwayat penyakit serius, riwayat hipertensi dan diabetes mellitus dalam keluarga disangkal.

2.2.5 Riwayat Kebiasaan/Gaya Hidup

Pasien tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol, merokok, maupun menggunakan narkoba.2.2.6 Riwayat Alergi Pasien menyangkal adanya riwayat alergi obat-obatan

2.3. Pemeriksaan Fisik

2.3.1 Status Generalis

Kesadaran

: Compos mentis (GCS 15: E4M6V5)

Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Keadaan Gizi

: Gizi Lebih

Tekanan darah

: 130/80 mmHg, sama kanan dan kiri.

Nadi

: 84 x /menit, reguler, sama kanan dan kiri.

Pernapasan

: 22 x / menit, reguler

Suhu

: 36,8 0C

Status Internis

Kulit

: Luka (-), anemis (-), ikterik (-)

Kepala : Normosefali, tampak tanda trauma di sebelah kanan, tidak tampak deformitas., drain: darah +serum

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-. Pupil isokor 2 mm/2 mm, mata cekung (-). Braill Hematome -/-Telinga

: Bentuk normal, tanda deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-),

Hidung

: Bentuk normal, septum nasi di tengah, sekret (-).

Mulut

:Bentuk normal, deviasi bibir (-), bibir bibir sianosis (-). Mukosa rongga mulut merah tanpa massa, leukoplakia atau lesi lain. Hygiene baik, lidah kotor (-).Leher

:

Inspeksi

: simetris, pergerakan baik.

Palpasi

: pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-).

Jantung

:

Inspeksi

: Pulsasi ichtus kordis tidak terlihat.

Palpasi

: Ictus kordis teraba pada sela iga ke 5, garis midklavicula.

Perkusi : Batas jantung kanan di sela iga V garis sterna kanan.

Batas jantung kiri di sela iga VI garis midklavikula kiri.

Auskultasi

: S1S2 normal, murmur -, gallop -.

Paru

:

Inspeksi

: Simetris

Palpasi

: Fremitus kanan dan kiri sama.

Perkusi : Sonor di semua lapangan paru, batas paru hati di ICS 5

Auskultasi

: SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

:

Inspeksi

: Dinding abdomen simetris, tidak terlihat adanya massa atau luka.

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Punggung

: Tampak normal

Ekstremitas atas

: Tidak ada deformitas,tak tampak tanda jejas dan laserasi, akral teraba hangat, parese (-)

Ekstremitas bawah: Tidak ada deformitas, tak tampak tanda jejas dan laserasi, akral teraba hangat, parese (-)

Genitalia dan Anus: Tidak terdapat kelainan.2.3.2 Status Neurologis

Kesadaran : E4V5M6, Compos Mentis.N.I ( Olfaktorius )

SubjektifTidak Dilakukan

N. II ( Optikus )

Tajam penglihata (visus bedside)NormalNormal

Lapang penglihatanNormalNormal

Melihat warnaTidak DilakukanTidak Dilakukan

UkuranIsokor, 3mmIsokor, 3mm

Fundus OkuliTidak dilakukan

N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )

Nistagmus--

Pergerakan bola mataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

Kedudukan bola mataOrtoforiaOrtoforia

Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung++

Diplopia--

N.V (Trigeminus)

Membuka mulut+

Menggerakan Rahang+

Oftalmikus+

Maxillaris+

Mandibularis+

N. VII ( Fasialis )

Perasaan lidah ( 2/3 anterior )Tidak Dilakukan

Motorik OksipitofrontalisBaikBaik

Motorik orbikularis okuliBaikBaik

Motorik orbikularis orisBaikBaik

N.VIII ( Vestibulokoklearis )

Tes pendengaranNormal

Tes KeseimbanganTidak dilakukan

N. IX,X ( Vagus )

Perasaan Lidah ( 1/3 belakang )Tidak Dilakukan

Refleks MenelanBaik

Refleks MuntahTidak Dilakukan

N.XI (Assesorius)

Mengangkat bahuBaik

MenolehBaik

N.XII ( Hipoglosus )

Pergerakan LidahDeviasi ( - )

Disatria -

Sistem Motorik TubuhEkstremitas AtasKananKiri

Postur TubuhBaikBaik

Atrofi OtotEutrofiEutrofi

Tonus Otot NormalNormal

Gerak involunter(-)(-)

Ekstremitas BawahKananKiri

Postur TubuhBaikBaik

Atrofi OtotEutrofikEutrofik

Tonus Otot NormalNormal

Gerak involunter(-)(-)

Kekuatan motorik :

55555555

55555555

RefleksPemeriksaanKananKiri

Refleks Fisiologis

Bisep++

Trisep++

Patela++

Achiles++

PemeriksaanKananKiri

Refleks Patologis--

BabinskiChaddok---

-

OppenheimGordon----

Klonus--

Hoffman Tromer--

Tes Sensorik (sentuhan)RegioKananKiri

Brachii++

Antebrachii++

Femoralis++

Keseimbangan dan koordinasi

- Tes Romberg (+), Romberg dipertajam (+), pasien jatuh ke samping.- Tandem gait (+)- Tes telunjuk hidung : tidak terganggu- Test supinasi-pronasi : tidak terganggu- Test tumit-lutut : tidak tergangguFungsi Kortikal Luhur

1. Bicara Spontan : baik 2. Tes Pengulangan kata : baik 3. Perintah Kompleks : baik 2.4 Pemeriksaan penunjang 2.4.1 CT Scan Kepala

Foto CT-Scan Tulang .

Foto CT-Scan Jaringan Otak

Tidak ada expertise. Kesan Foto tulang: tampak fraktur linnier pada temporo parietal kanan,

Foto jaringan otak : tampak lesi hiperdens berbentuk bikonkaf,mengambarkan pada epidural, midline shift (-).

Prakiraan darah : 48 cc

2.4.2 Laboratorium:

Pemeriksaan / hari 30/06

Ugd 30/06

Post op01/07

Icu 03/07

Sp.Bs03/07

Sp .s04/07

Sp.s06/07

Sp.bs 07/07

Sp.pd 08/0709/07

Hematologi

Hb 14.014,112,311,113,3 13,112,311,3

Leukosit 15,5 9,57,813,814,2 16,618,614,6

Eritrosit 4,95,14,34,34,84,74,54,1

Trombosit 29621713216797184349445

Hematokrit 4140343638373532

Led 580

Gds 165133121

Ginjal

Ureum 2234

Creatini 1,130,89

Elektrolit

Na 147142144136

K3,2 4.03,74,2

Cl109109107104

AGD

Ph 7,487,50

Pco22934

Po2183190

Pro

calcitonin