LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN -...

115
LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN (Analisis Ayat-Ayat Laknat dalam Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wî l Ay Al Qur’ân karya Ibn Jarîr al-Tabarî) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh : LAILA FIRDAUS NIM: (11140340000068) PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

Transcript of LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN -...

Page 1: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN

(Analisis Ayat-Ayat Laknat dalam Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wîl Ay Al

Qur’ân karya Ibn Jarîr al-Tabarî)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

LAILA FIRDAUS

NIM: (11140340000068)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga
Page 3: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga
Page 4: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga
Page 5: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

i

ABSTRAK

Laknat berarti dijauhkan dari kebaikan, Laknat Allah berarti dikutuk

dan dijauhkan oleh Allah dari rahmat-Nya. Adapun laknat manusia berarti dimaki dan didoakan agar ditimpa kejahatan (keburukan). Di dalam al

Qur’ân banyak sekali ditemukan kata laknat. Ada yang diberi nikmat terus oleh Allah, tetapi itu bukan nikmat melainkan laknat yang sering disebut sebagai istidrâj. Kata laknat sendri dalam al Qur’ân secara garis besar

hampir sama dengan ‘adzâb, dan musîbah. Jika dikaitkan dengan fenomena alam atau kejadian-kejadian yang menimpa manusia secara umum belum

dapat dipastikan yakni, suatu musîbah atau ‘adzâb yang dirasakan oleh seseorang atau suau kaum apakah dapat dikategorikan sebagai laknat atau bukan. Di sisi lain, apakah sebab laknat diturunkan, mengapa laknat

diturunkan, dan siapa saja orang-orang yang terkena laknat. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendasari pembahasan laknat dalam persepektif

Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Al Qur’ân karya Imâm Ibn Jarîr al-Tabarî.

Adapun metode penulisan yang gunakan dalam skripsi ini adalah metode (library research) yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai

literatury yang relevan dengan pokok masalah laknat yang penulis jadikan sebagai sumber penulisan, yang kemudian diindentifikasi secara sistematis dan analisis dengan berbagai sumber primer dan sekunder. Sumber primer

adalah kitab Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Al Qur’ân karya Imâm Ibn Jarîr al-Tabarî dan sumber sekundernya adalah buku-buku yang berkaitan tentang laknat.

Hasil dari penelitian ini penulis menemukan bahwa laknat menurut Ibn Jarîr ath-Tabarî adalah menjauhkan. Jadi apabila seseorang yang dilaknat Allah, maka mereka dijauhkan dari rahmat-Nya baik dunia maupun

di akhirat. Berbeda dengan kata laknat yang dipakai buat manusia atau makhluk lainnya yang berarti bahwa mereka mendoakan atau memohon

agar Allah menimpakan balasan atau ‘adzâb terhadap perbuatan mereka yang dilaknat oleh Allah.

Kata kunci: Laknat, ‘Adzâb, dan Musîbah, istidraj, al-Tabarî

Page 6: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

ii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan Taufiq, Hiddayah dan Inayah-Nya, sehingga skripsi yang

berjudul “LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN” (Analisis

Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wîl Ay Al Qur’ân

karya Imâm Ibn Jarîr al-Tabarî) dapat penulis selesaikan.

Sholawat dan salam tak lupa pula kita haturkan kepada Baginda

Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya, dan juga para

pengikutnya.

Kemudian, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai tanpa adanya bantuan dan juga dukungan dari kedua orang tua,

keluarga dosen pembimbing, dan teman-teman yang selalu mensupport atau

mendukung penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

ebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 7: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

iii

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA Selaku Ketua Jurusan Ilmu al-

Qur’ân dan Tafsîr dan Dra. Banun Binaningrum, M.Pd Selaku

Sekretaris Jurusan Ilmu al- Qur’ân dan Tafsîr

4. Muslih, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang

telah banyak membimbing, memberi masukan dan saran kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Ibu dan keluarga

sehat selalu, panjang umur, dan dimudahkan segala urusannya.

5. Seluruh Dosen Fakltas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen

Jurusan Ilmu al- Qur’ân dan Tafsîr, yang telah sabar dalam

mendidik dan telah banyak memberikan berbagai macam ilmu.

Mudah-mudahan ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat untuk

kehidupan dunia dan akhirat.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,

Perpustakaan Utama (PU), Perpustakaan Iman Jama’, dan Pusat

Studi al- Qur’ân.

7. Untuk kedua Orang Tuaku tercinta, Aba Ahmad Firdaus dan

Umi Siti Rosita yang senantiasa mendoakan, memberikan

semangat, dan juga motivasi kepada penulis. Semoga senantiasa

Allah sehatkan badannya, panjangkan umurnya, dan dimurahkan

rezekinya dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

8. Untuk saudara kandung penulis yaitu Rifa’at Hanifa Muslimah,

Puti Aini Qolbi dan Muhammad Sofa, yang selalu nanya kapan

penulis wisuda dan selalu memotivasi penulis untuk segera

Page 8: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

iv

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga selalu dalam

lindungan Allah SWT.

9. Untuk teman-teman seperjuangan dari zamannya masih di

pondok sampai sekarang yaitu Iffah Mawaddah, Fani

Hayatunnisa, Zahra Luthfiana dan Rizki Nur oktaviani, yang

selalu memberikan masukan serta motivasi agar terselesainya

skripsi ini.

10. Untuk teman-teman seperjuangan yang ada digrup 2018, yaitu

Imas Maulida, Azizah Wijayani, Tria Meldiana, Husnil

Mardiyyah, Sholihatina Sadita, Himma tur rif’ah, Mia

Milatussa’adah, Nur Fikriyah, yang super rame klau ngumpul

dan selalu ngasih motivasi kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk teman-teman jurusan Ilmu al- Qur’ân dan Tafsîr angkatan

2014 khususnya kelas TH B, dan terkhusus untuk Pramudita

Suciati yang selalu bawel dan marah-marah klau penulis mulai

bermalas-malasan dalam menulis skripsi, dan selalu memotivasi

dan memberi semangat serta dukungan kepada penulis untuk

segera menyelesaikan penulisan skirpsi ini

12. Dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Page 9: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam karya tulis bidang keagamaan (Islam), alih aksara, atau yang

lebih dikenal dengan istilah transliterasi, tampaknya merupakan sesuatu

yang tak terhindarkan. Oleh karenanya, untuk menjaga konsistensi, aturan

yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.

Pengetahuan tentang ketentuan alih aksara ini seyogyanya diketahui

dan dipahami, tidak saja oleh mahasiswa yang akan menulis karya tulis,

melainkan juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen

penguji, agar terjadi saling kontrol dalam penerapan konsistensinya.

Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih

aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari

Kementrian Agama dan Diknas RI, serta versi Paramadina. umumnya,

kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut meniscayakan

digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font TranslitLS,

Transliterasi, atau Times New Roman Special.

Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir,

pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah

satu versi di atas, melainkan dengan mengkombinasikan dan memodifikasi

beberapa ciri hurufnya, kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini disusun oleh logika yang sama, sesuai dengan Surat

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor 507 tahun 2017

tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

vi

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

بB Be

T Te ت

ثTs Te dan es

J Je ج

حẖ Ha dengan garis di bawah

Kh Ka dan ha خ

D De د

ذDz De dan zet

R Er ر

زZ Zet

Page 11: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

vii

سS Es

Sy Es dan ye ش

S Es dengan garis di bawah ص

ضḏ De dengan garis di bawah

ṯ Te dengan garis di bawah ط

ظẕ Zet dengan garis di bawah

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

غGh Ge dan ha

F Ef ف

Q Ki ق

كK Ka

L El ل

مM Em

Page 12: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

viii

نN En

W We و

H Ha ه

ء, Apostrof

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin

Keterangan

A fatẖah

I Kasrah

U ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Page 13: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

ix

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

ي Ai a dan i

و Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam Bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

ــ ا Â a dengan topi di atas

Î i dengan topi di atas ــي

Û u dengan topi di atas ـــو

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال, dialih aksarakan menjadi huruf/l/, baik di ikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qomariyyah. Contoh: al- rijâl bukan ar- rijâl, al-

dîwân bukan ad-dîwân.

Page 14: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

x

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda , dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihkan menjadi huruf

/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah

tersebut diikuti kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jikah huruf ta

marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialih

aksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

ṯarîqah طريقة 1

2 الجامعة االءسالمية

al-jâmi’ah al-islâmiyyah

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

Page 15: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

xi

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) Bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,

huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting

diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis

dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

kata sandangnya. (Contoh: al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu

ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.

Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia nusantara sendiri, tidak diarahkan dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Nuruddin

al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf

(ẖarf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

atas kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

ت اذ س ب اال Dzahaba al-ustâdzu ذ ه

Page 16: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

xii

ر Tsabata al- ajru ثـ ب ت اال ج

رية ة ال ع ص ر ك Al-ẖarakah al-‘asriyyah ا ل ح

د أ ن ال اله اال الله ه Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أ ش

ن ا م لك ال صالح Maulâna Malik al- Sâliẖ م و ال

ثركم الله Yuatstsrukum Allâh يـؤ

ظ اهر ال ع ق لية Al-maẕâhir al-‘Aqliyyah ا ل م

نية و ي ات ال ك Al-âyât al- kauniyyah ا ال

ظو ر اتا لضرو ر ة تبي ح ح ال م Al-ḏarûrat tubîẖu al-mahẕûrât

Page 17: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

xiii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ..........................5

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................5

D. Kajian Pustaka .............................................................................6

E. Metode Penelitian .........................................................................7

F. Sistematika Penulisan .................................................................8

BAB II MENGENAL IBN JARÎR AL-TABARÎ DAN TAFSIRNYA ....10

A. Biografi dan Perjalanan Intelektual Ibn Jarîr al-Tabarî ................10

B. Sekilas tentang Tafsîr al-Tabarî ...................................................12

C. Latar Belakang Penulisan Tafsîr al-Tabarî...................................13

D. Metode dan Corak Tafsîr al-Tabarî ..............................................14

E. Sistematika Penulisan Tafsîr al-Tabarî.........................................15

BAB III PENGERTIAN LAKNAT..............................................................17

A. Pengertian Laknat dan Perbedaannya dengan ‘Adzâb, dan

Musîbah) .......................................................................................17

B. Sebab Diturunkannya Laknat .......................................................21

C. Kepada Siapa Laknat Diturunkan .................................................22

D. Cara Menjauhkan Diri dari Laknat Allah .....................................28

Page 18: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

xiv

BAB IV PENAFSIRAN IBN JARÎR AL-TABARÎ TERHADAP.............

AYAT AYAT LAKNAT.................................................................31

A. Identifikasi Ayat tentang Laknat ..................................................31

B. Penafsiran Ayat Ayat Laknat dalam Tafsîr al-Tabarî ..................38

C. Analisis terhadap Penafsiran Ibn Jarîr al-Tabarî tentang Laknat .72

BAB V PENUTUP ........................................................................................77

A. Kesimpulan ...................................................................................77

B. Saran-Saran ..................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................79

Page 19: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah memberikan nikmat kepada setiap hamba-Nya, terkadang

nikmat itu bisa berupa kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup manusia

itu sendiri, Sehingga mereka dapat mensyukurinya. Sebab, ketika Allah

menggambarkan nikmat yang dilimpahkan kepada hamba-Nya, Allah

selalu menyebutkan sebagai kesenangan (QS. Ali Imrân{3};14), berkah

(QS. al-A’râf{7};96), dan karunia (QS. al Taubah{9};76). Namun, ada

suatu kondisi di mana nikmat bisa berubah menjadi laknat dan karunia

yang diberikan merupakan murka Allah SWT. Inilah yang disebut sebagai

istidrâj. Istidrâj adalah pemberian Allah kepada orang yang sering

melakukan maksiat kepada-Nya. Semakin mereka melupakan Allah, Allah

tetap akan menambahkan kesenangan bagi mereka. Akibatnya, semakin

terjerumus dan Allah akan menjatuhkan siksa yang sangat pedih. Banyak

sekali kata laknat dalam al Qur’ân, dan sebenarnya ayat ayat laknat di

dalam al Qur’ân ditunjukan untuk siapa saja, nanti akan dikaji lebih dalam

lagi.

Rasulullah SAW mengingatkan,

ف1 إس ت ن ت فس إ و مإ ف إن فمإ فيوحنفب، ف يهن تيإ فعإلإىفمإعإ صن ، فسل نإ فمن إ فسللهإفي وعتطنيفسلتعإبت إأإيتتإ إنذإسف

“Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada

seseorang yang suka melanggar perintah-Nya maka itu adalah istidraaj”. (HR Ahmad).

1 Abû ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbâl bin Hilâl bin Asâd al Syaibânî,

Musnad Imâm Ahmad bin Hanbâl (Bairut:Dar al-Kotob al-Ilmiyah,1971), h 745

Page 20: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

2

Ada beberapa golongan yang berpotensial ditimpa istidrâj di

antaranya adalah orang-orang yang diberi nikmat kekuasaan, lalu ia

menjadi sombong dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Maka, Allah

memperpanjang masa kekuasaannya sehingga ia semakin terjerumus

dalam kesombongan dan kesewenang-wenangan tersebut. Seperti sosok

Fir’aun yang ketika Allah memberi kekuasaan, Fir’aun sering bertindak

semena-mena. Lalu, Allah tambahkan kekuasaannya, dan Fir’aun semakin

takabbur hingga mengaku dirinya sebagai Tuhan.2 Dan Allah akhirnya

menjatuhkan ‘adzâb yang sangat pedih dengan menenggelamkan Fir’aun

di Laut Merah.

Sejak tahun 2017, nyaris berbagai ujian dan cobaan melanda negeri

Indonesia, mulai dari kejadian longsor di Ponorogo, banjir, dan Kawah

Sileri Dieng meletus di Jawa Tengah. Semuanya adalah musîbah yang

harus disikapi dengan sabar, tabah, dan lapang dada. Apabila terjadi

musîbah, itu peringatan dari Allah untuk kita kembali kepada Allah.

Dalam al Qur’ân ada beberapa terminologi seperti musîbah,

‘adzâb, dan laknat. Kategori ‘adzâb sebagian besar ditimpahkan kepada

orang kafir. Seperti banjir Nabi Nuh, yang selamat hanya orang orang

beriman yang mengikuti ajaran Nabi Nuh. Kaum Nabi Lut hancur tetapi

orang orang yang saleh selamat. Pasukan raja Abrahah dan pasukan

gajahnya yang dikalahkan oleh burung Ababil dengan batu sijjil ini ada

dalam al Qur’ân surah Al Fîl. Klau musîbah, itu lebih bersifat ujian untuk

2 Dapertemen Agama RI, Al Qur’ân dan Terjemah, Surah An Nazi’at:24 (Jakarta:

DEPAG RI.,1997)

Page 21: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

3

menguji ketebalan iman kita. Tapi, itu tingkatannya lebih massif (tidak

memilih agama, warna kulit, jenis kelamin apapun).3

Dalam bahasa Arab la’ana bermakna “terhina karena dikutuk,

kalimat ini digunakan ketika pada zaman pemerintahan jâhiliyyah, seperti

ucapan Raja; kamu terhina karena dikutuk, yang bermakna kamu terkutuk

karena terhina oleh raja. Sedangkan kata al-la’nu yaitu jauh dan tersingkir

dari kebaikan”, atau “tersingkir dan jauh dari Allah”. Sedangkan laknat

dari manusia yaitu mendoakan.4

Kata laknat berasal dari kata al-la’n artinya “mengusir dan

menjauhkan sesuatu atau seorang akibat perbuatan yang menimbulkan

kemarahan”. Orang yang mendapat laknat Allah berarti ia dijauhkan dari

rahmat-Nya disertai dengan murka Allah di dunia dan hukuman neraka di

akhirat kelak.5

Dalam al Qur’ân kata ‘laknat’ diulang dalam berbagai bentuk

sebanyak 40 kali yang tersebar di beberapa surah dalam berbagai kasus

yang melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya.6 Kata ‘laknat’ sendiri

dalam bahasan al Qur’ân secara garis besar hampir sama dengan musibah,

‘adzâb, nikmat dan bala’. Para mufasir pun berbeda-beda dalam

menafsirkannya. Namun, jika dikaitkan dengan fenomena alam atau

kejadian-kejadian yang menimpa manusia secara umum, kepastian tentang

laknat atau nikmat masih belum dapat dipastikan. Yakni, suatu musîbah,

3 http:/www.republika.co.id/berita/ensiklopedi-islam/hikmah/10/07/10/124132-

waspadalaknat-tersamar-di-balik-nikmat 4 Ibnu Manzûr, Lisân al-‘Arab, (Beirut: Dar Sadir, tt), Juz 4, h. 504 5 Depertemen Agama RI, al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),

(Jakarta:Dapertemen Agama RI, 2004), h 218. 6 Mengenal jumlah dapat di lihat Fathurrahman, (Surabaya: Maktabah: Dahlan, ttp), h.

398-399

Page 22: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

4

atau kenikmatan yang dirasakan oleh seseorang atau suatu kaum apakah

dapat dikategorikan sebagai laknat atau bukan. Di sisi lain, apakah laknat

dapat terjadi di dunia ini atau hanya di akhirat. Lalu siapakah orang-orang

yang tergolong dalam laknat Tuhan dan kenapa laknat itu menimpa

mereka. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendasari penulis untuk

membahas laknat dalam persepekti Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Ay Al

Qur’ân karya Ibn Jarîr al-Tabarî.

Pemilihan Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Ay Al Qur’ân karya Ibn

Jarîr al-Tabarî karena Tafsîr ini merupakan Tafsîr bi al-ma’tsur yang

sempurna, yakni penulisnya melakukan tarjih terhadap riwayat maupun

pendapat yang dikutip’ melakukan pengambilan (istinbath) hukum;

membahas masalah qira’at, dan terkadang penulisnya mengutip syair-syair

Arab untuk memperjelas makna yang tertuang dalam ayat al Qur’ân.7

Selain itu, Ibn Jarîr al-Tabarî mempunyai keistimewaan tersendiri berupa

istinbath hukum yang hebat, pemberian isyarat terhadap kata-kata yang

samar i’rabnya. Dengan itulah, antara lain tafsîr tersebut berada di atas

lainnya. Sehingga Ibnu Katsîr pun banyak menukil darinya.8

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang tidak

mengarah pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, penulis akan

7 Faizah Ali Syibrimalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern,

(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h 12 8 Manna al Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al Qur’ân (Jakarta: pustaka al kautsar,2005) h

478.

Page 23: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

5

membatasi permasalahan dengan menitikberatkan kepada penafsiran

Ibn Jarîr al-Tabarî terhadap ayat-ayat yang membahas masalah laknat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan

permasalahannya pada : “Bagaimana Penafsiran Ibn Jarîr al-Tabarî

tentang ayat-ayat laknat dalam al Qur’ân?”

C. Tujuan Penelitian

Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang pasti ada maksud dan

tujuannya, segitupun dengan penulisan skripsi ini yang mempunyai tujuan-

tujuan tertentu, antara lain:

1. Sebagai kontribusi ilmiah terhadap khazanah kepustakaan Islam,

terutama dalam bidang tafsîr.

2. Untuk mengetahui penafsiran Ibn Jarîr al-Tabarî terhadap ayat ayat

laknat dalam al Qur’ân

3. Untuk memenuhi kewajiban dalam memenuhi tugas akademik yang

merupakan syarat dan kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka

menyelesaikan studi tingkat Sarjana Program Strata Satu (S1) di

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, pada Fakultas

Ushuluddin (FU), Jurusan Ilmu al Qur’ân dan Tafsîr dengan

mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi

ini dengan skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah

dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan

Page 24: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

6

menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat metodologi yang sama,

sehingga diharapkan kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah

ada.

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, penulis menemukan ada

satu karya yang membahas permasalahan ini, yaitu skripsi oleh Mahfuz

yang berjudul “Takhrij Hadis tentang Laknat Allah Bagi Pelaku Suap

Menyuap”, tahun 2007. Skripsi ini membahas pada kajian hadis-hadis

yang berkenaan dengan laknat Allah bagi pelaku suap menyuap.

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, penulis menemukan ada

satu karya yang membahas permasalahan ini, yaitu skripsi oleh Ismail

Amir yang berjudul “ Laknat dalam pandangan al Qur’ân (analisis ayat

ayat laknat dalam Tafsîr al Marâghî)”, tahun 2011. Skripsi ini membahas

ayat ayat laknat yang ditinjau dari Tafsîr al Marâghî. Perbedaan skripsi ini

YYdengan dengan skripsi yang sebelum nya adalah, bahwa skripsi

sebelumnya mengunakan analisis Tafsîr al Marâghî sedangkan skripsi ini

mengunakan Tafsir al Jāmi’ ‘An Ta’wīl Ay al-Qur’ān karya Ibn Jarīr al

Tabarī.

Penulis juga menemukan ada salah satu jurnal yang membahas

tentang laknat yang ditulis oleh Muhammad Tho’in yang berjudul

“Larangan Riba dalam Teks dan Konteks (Studi atas Hadis Riwayat

Muslîm tentang Pelaknatan Riba)”. Jurnal ini hanya menjelaskan tentang

hadis hadis riwayat Muslîm yang berkaitan tentang pelaknatan riba lalu

dikaitan dengan konteks yang ada.

Page 25: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

7

Penulis juga menemukan ada salah satu jurnal lainnya yang ditulis

oleh Anwar Hafidzi dan Binti Musyarrofah yang berjudul “Penolakan

Nasab Anak Li’an dan Dhihar dengan Ta’liq (Analisis Komparatif Naskah

Kitab Fiqh al-Islam wa adillatuhu dengan al Mughni). Jurnal ini hanya

menjelaskan tentang penolakan nasab anak li’an dan dhihar dengan ta’liq

yang di tinjau dari segi komperatif dari Kitab Fiqh al-Islam wa adillatuhu

dengan al Mughni.

Penulis juga menemukan ada salah satu jurnal lainnya yang ditulis

oleh Endah Mayangsari yang berjudul "Hubungan Keperdataan Anak

Luar Nikah Akibat Perceraian Li’an Menurut Kompilasi Hukum Islam dan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak”.

Jurnal ini hanya menjelaskan tentang hubungan keperdataan anak luar

nikah akibat perceraian li’an dilihat dari kompilasi hukum Islam dan

undang-undang tentang perlindungan anak nomer 35 tahun 2014.

Penulis juga menemukan ada salah satu jurnal lainnya yang ditulis

oleh Zaisika Khairunnisak yang berjudul “Perceraian karena Li’an dan

Akibat Hukum dalam Persepektif Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum

Islam”. Jurnal ini hanya menjelaskan tentang perceraian karena li’an dan

efek hukumnya diliat dari persepektif fiqih Islam dan kompilasi hukum

Islam.

Penulis juga menemukan ada salah satu jurnal lainnya yang ditulis

oleh Suryani yang berjudul “Li’an dalam Persepektif Yuridis, Psikologis,

Sosiologis dan Ekonomis. Jurnal ini hanya membahas li’an ditinjau dari

segi yuridis, psikologis, sosiologis, dan ekonomis.

Page 26: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

8

Penulis juga menemukan ada salah satu skripsi lainnya yang ditulis

oleh Afton Muzzaqi yang berjudul “Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah

tentang Akibat Li’an terhadap Perkawinan dalam Kitab Bada’i al Shana’i

karya Alauddin Abi Bakri Bin Mas’ud al Kasani”. Skripsi ini hanya

menjelaskan tentang akibat li’an terhadap perkawinan menurut pendapat

Imam Abu Hanifa yang terdapat di daalam kitab Bada’i al Shana’i karya

Alauddin Abi Bakri Bin Mas’ud al Kasani

Penulis juga menemukan ada salah satu skripsi lainnya yang ditulis

oleh Camila Rizky Ramadhani yang berjudul “Perceraian Li’an dalam

Persepektif Hukum Islam”. Skripsi ini hanya menjelaskan tentang

perceraian li’an ditinjau dari hukum Islam.

Penulis juga menemukan ada salah satu skripsi lainnya yang ditulis

oleh Muhammad Romdhon yang berjudul Analisis Pendapat Imam Syafi’i

tentang Perceraian Akibat Li’an. Skripsi ini hanya menjelaskan tentang

perceraian akibat li’an menurut pendapat Imam Syafi’i.

Penulis juga menemukan ada salah satu skripsi lainnya yang ditulis

oleh Ziamul Umam yang berjudul “Status Hukum Isteri Pasca Li’an (Studi

Komparasi Fiqih Mazhab Abu Hanifah Dengan Hukum Positif)”. Skripsi

ini hanya membahas pemikiran yang kontradiktif pada fiqih mazhab Abu

Hanifa dengan Hukum Positif tentang Status Hukum Isteri Pasca Li’an.

Dari tinjauan diatas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan

skripsi ini berbeda dengan karya di atas. Dikarnakan jurnal di skripsi

sebelumnya hanya membahas tentang hadis hadis pelaknatan riba dan suap

menyuap, dan ada juga skripsi yang membahas laknat menurut Tafsîr al

Page 27: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

9

Marâghî sedangkan skripsi ini mengunakan Tafsir al Jāmi’ ‘An Ta’wīl Ay

al-Qur’ān karya Ibn Jarīr al Tabarī dan adapula yang membahas tentang

Perceraian Li’an menurut beberapa Tokoh, jurnal dan skripsi tersebut lebih

memfokuskan pada hukum.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada tiga aspek metode penelitian, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Adapun metode penulis gunakan yaitu metode (library research)

yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai literatury yang relevan

dengan pokok masalah Laknat yang penulis jadikan sebagai sumber

penulisan, yang kemudian diindentifikasi secara sistematis dan analisis

dengan berbagai sumber primer dan sekunder. Sedangkan data-data

yang diperlukan itu berasal dari sumber utama. Dalam hal ini yang

menjadi sumber utama adalah kitab Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil

Ay Al Qur’ân karya Ibn Jarîr al-Tabarî

2. Metode Pembahasan

Dalam hal ini, penulis menggunakan metode “maudhu’i”

(tematik), yaitu dengan cara membahas bentuk bentuk

pengungkapannya dalam al Qur’ân yang berkaitan dengan laknat.

Menurut al Farmawi metode “maudhu’i” (tematik) adalah

menghimpun atau mengumpulkan ayat-ayat al Qur’ân yang

mempunyai tujuan satu dalam surah al Qur’ân yang sama membahas

topik atau judul tertentu dan menertibkannya sedapat mungkin dengan

masa turunnya, selaras dengan masa turunnya, kemudian

Page 28: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

10

memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan penjelasan dan

berhubungannya dengan ayat lain kemudian menistinbathkan hukum

hukum.9 Langkah-langkah metode “maudhu’i” (tematik), sebagai

berikut:

1. Menetapkan atau memilih tema yang akan dikaji secara

maudhu’i.

2. Melacak dan mengumpulkan ayat-ayat al Qur’ân yang

berkaitan dengan tema tersebut.

3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologis

masa turunnya, disertai pengetahuan tentang sebab-sebab

turunnya.

4. Menjelaskan munasabah atau kolerasi ayat-ayat tersebut di

dalam masing-masing surahnya.

5. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas,

sistematis, sempurna dan utuh.

6. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis hadis Nabi, bila

dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin

sempurna dan gamblang.10

Kemudian menghubungkan dengan beraneka ragam masalah yang

terdapat dalam ayat tersebut kedalam suatu tema. Serta

mengungkapkan kesimpulan dari seluruh bahasan sebelumnya dan

sekaligus membahas pokok permasalahan yang dikemukakan di atas.

9 Abdul Hayy al Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i: Sebuah Pengantar Terj. Surya A.

Samran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h 36, Lihat M. Quraish Shihab, Membumikan

Al Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1992), Cet ke-1, hal 115. 10 Abdul Hayy al Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i: Sebuah Pengantar Terj. Surya A.

Samran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h 45-46

Page 29: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

11

3. Metode Penulisan

Secara teknis penulisan skripsi ini sesuai dengan Surat Keputusan

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor 507 tahun 2017 tentang

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sitematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari

beberapa sub-sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam

penyusunan serta mempelajarinya, dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi: latar

belakang masalah, batasan dan rumusan masalah , kajian pustaka dan

tujuan penelitian, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika

penulisan. Bab ini berusaha memberikan gambaran singkat tentang

masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

Bab kedua membahas tentang penulis Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an

Ta’wil Ay Al Qur’ân yang meliputi: Biografi dan Perjalanan

Intelektual Ibn Jarîr al-Tabarî, Sekilas Tentang Tafsîr al-Tabarî, Latar

Belakang Penulisan Tafsîr al-Tabarî, Metode dan Corak Tafsîr al-

Tabarî, dan Sistematika Penulisan Tafsîr al-Tabarî.

Bab ketiga membahas tentang laknat menurut al Qu’ân yang

meliputi: pengertian laknat, Sebab Diturunkannya Laknat dan Bentuk-

Page 30: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

12

bentuk Laknat, kepada siapa laknat diturunkan dan cara menjauhkan

diri dari laknat Allah.

Bab keempat merupakan ini pembahasan mengenai laknat dalam

Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Ay Al Qur’ân yang meliputi:

indentifikasi ayat tentang laknat, penasiran ayat-ayat laknat dalam

Tafsîr Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Ay Al Qur’ân, kemudian dilanjutkan

dengan analisa penafsiran.

Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari

kesimpulan yang didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan

yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, juga memuat saran-

saran yang diperlukan.

Page 31: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

13

BAB II

MENGENAL IBN JARÎR AL-TABARÎ DAN TAFSIRNYA

A. Biografi dan Perjalanan Intelektual Ibn Jarîr al-Tabarî

Ibn Jarîr al-Tabarî terkenal sebagai imam, mujtahid, sejarawan, ahli

fiqih, dan mufasir. Nama aslinya adalah Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr

bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Tabarî. Ia dilahirkan pada tahun 224

H/839 M di Amol, nama daerah di Thabaristan. al-Tabarî tumbuh dewasa

dalam keluarga yang mementingkan pendidikan dan di lingkungan yang

religius. Semasa hidupnya dihabiskan untuk mencari ilmu pengetahuan dan

mempelajari ilmu-ilmu agama. Beliau telah menghapal al Qur’ân ketika

berusia 7 tahun, pernah menjadi imam shalat ketika berusia 8 tahun, dan

mulai menulis hadis ketika umurnya belum genap 9 tahun.1

Dia banyak dikenal orang sebagai salah satu ulama yang besar

adalah disebabkan keluasan ilmu dan keistimewaannya dan dari

keilmuaanya adalah beliau telah menulis hadits dan tafsir yang keduanya

menjadi bahan rujukan bagi para ulama, mufassir dan manusia dari zaman

ke zaman.2

Setelah Ibn Jarîr al-Tabarî menginjak usia 12 tahun, ia sangat

gandrung mencari ilmu. Kemudian ia berpindah-pindah dengan tanpa

tujuan yang jelas dan melakukan perjalanan ke berbagai negara dan

1 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,

(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h 1 2 Ismail Ubaidillah “Kata Serapan Bahasa Asing dal al Qur’andalam pemikiran at tabari”

Jurnal at Ta’dib, Vol. 8, No. 1, Juni 2013, h 122

Page 32: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

14

kawasan semata-mata untuk mencari ilmu.3 Ia banyak belajar ke beberapa

daerah dan berguru ke beberapa ulama yang ahli di bidangnya masing-

masing. Perjalanan pertamanya adalah ke Ray, sebuah kota yang terletak di

Tehran, Iran. Di kota ini, beliau belajar hadis kepada salah satu guru

utamanya yaitu Muhammad bin Humaid al Râzî ketika ia berusia 17 tahun.

Selain itu, Ibn Humaid juga mengajarkan tentang sejarah kehidupan Nabi

Muhammad SAW. (al-Sirah) karya Ibn Ishâq, sejarah pra-Islam dan Islam

awal. Kemudian al-Tabarî pergi ke Baghdad pada 241 H untuk belajar fikih

kepada Imâm Ahmad bin Hanbâl, namun sayang Imâm Ahmad bin Hanbâl

terlebih dulu wafat beberapa saat sebelum al-Tabarî samapi di kota itu.4

Pada tahun 242 H, al-Tabarî melanjutkan perjalanan intelektualnya

ke Bashrah. Di kota ini, Ia belajar hadis kepada Muhammad bin al-Ma’alli

dan Muhammad bin Basyar. Kemudian beliau pergi ke Kufah dan berguru

kepada Hanna bin al-Sary dan Abû Kuraib Muhammad bin al-‘Ala’ al-

Hamdânî. Setelah itu, beliau pergi ke Baghdad dan tinggal di sini untuk

beberapa lama sebagai tahap pertama petualangan intelektualnya.5

Tahap kedua petualangan intelektualnya di mulai pada tahun 245 H.

Beliau pergi ke Syam (Syiria) untuk belajar ilmu Qira’at kepada al-‘Abbâs

bin al-Wâlid al-Bairunî dengan qira’at syamiyyin (qira’at yang diriwayatkan

oleh orang-orang Syam). Selanjutnya, Ia meneruskan perjalanannya ke

Mesir untuk belajar fikih kepada sahabat Imâm as Syâfi’i, yaitu al-Muzanî

(w. 268 H), dan belajar fikih Mâliki kepada Muhammad bin Abd Allah bin

3 Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodelogi Tafsir, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1994) h 28 4 Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, h 1-2 5 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, h 2

Page 33: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

15

Al Hakam dan Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah. Pada tahun 290 H

(291 H), al-Tabarî kembali ke Thabaristan dan bermukin sejenak hingga

beliau pergi ke Baghdad dan tinggal di sana sampai akhir khayatnya pada

tahun 310 H. Beliau kemudian dimakamkan di dalam rumahnya dan tetap

tidak di pindahkan hingga sekarang.6

B. Sekilas tentang Tafsîr al-Tabarî

Jika karya-karya al-Tabarî dalam berbagai bidang keilmuan banyak

yang hilang, dan ini termasuk hilangnya warisan pusaka Arab dan Islam

maka merupakan karunia Allah SWT bahwa Allah masih menyelamatkan

kitab yang paling agung dalam tafsir yaitu “Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Ay

Al Qur’ân”, sebuah karya monumental yang sangat spesifik dan pantas

mendudukannya pada posisi paling tinggi di antara karya-karya tafsîr

sepanjang masa. 7

Al-Tabarî telah merasakan sejak lembaran-lembaran awal penulisan

bahwa ia sedang membuat sebuah karya yang diharapkan lebih sempurna

dari yang pernah di tulis oleh para pendahulunya. Dalam hal itu ia

mengatakan, “Ketika saya mencoba menjelaskan tafsîr Al Qur’ân dan

menerangkan makna-maknanya yang insya Allah akan menjadi sebuah

kitab yang mencakup semua hal yang perlu diketahui oleh manusia,

melebihi seluruh kitab lain yang telah ada sebelumnya. Saya berusaha

menyebutkan dalil-dalil yang telah disepakati oleh umat dan yang

diperselisihkannya, menjelaskan alasan setiap mazhab yang ada dan

6 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, h 2-3 7 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 1,h 40

Page 34: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

16

menerangkan alasan yang benar menurut saya dalam permasalahan terkait

secara singkat.8

Tafsîr al-Tabarî adalah kitab tafsîr paling tua yang sampai kepada

kita secara lengkap. Sementara Tafsîr tafsîr yang mungkin pernah ditulis

orang sebelumnya tidak ada yang sampai kepada kita kecuali hanya sedikit

sekali. Itupun terselip di celah-celah kitab al-Tabarî tersebut.9

Barangkali dapat dikatakan bahwa Tafsîr al-Tabarî adalah

penggabungan antara dua sisi tersebut secara seimbang dan sempurna. Di

dalamnya terdapat sejumlah riwayat hadis yang melebihi riwayat hadis yang

ada dalam kitab kitab Tafsîr bil ma’tsur yang ada pada masanya. Kemudian

lebih dari itu di dalamnya terdapat teori ilmiah yang dibangun atas dasar

perbandingan dan penyaringan antar pendapat. Itu semua dilakukan dengan

mengkaji ‘illah, secab-sebab dan qarinah (sisi indikasi dalil). Hal itu tampak

pada al-Tabarî sebelum menjadi ciri utama yang kemudian dikenal dengan

istilah Tafsîr bir ra’yi (Tafsîr dengan nalar).10

C. Latar Belakang Penulisan Tafsîr al-Tabarî

Nama lengkap kitab Tafsîr al-Tabarî adalah Jâmi’ al Bayân ‘an Ta’wil Ay

Al Qur’ân, nama tersebut dapat ditemui pada naskah-naskah yang telah

8 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 1,h 40 9 Manna Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu al Qur’ân, (Bogor: Pustaka Litera Antara

Nusa,2012), cet ke 15, h. 502 10 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 1,h 43

Page 35: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

17

diterbitkan. Sementara dalam kitab tarikh karangannya sendiri nama yang

tertera adalah Jâmi’ al Bayân Ay Al Qur’ân.11

Kitab tafsir ini disusun oleh Imam al-Tabarî sebelum menulis kitab

tarikhnya pada penghujung abad ketiga. Menurut pendapat Abu bakr al-

Kamil, “al-Tabarî telah membacakan tafsirnya kepada para muridnya

pada tahun 270 H”, sementara itu Abu Bakr Ibn Balwaih mengatakan

bahwa “al-Tabarî telah membacakan tafsirnya pada tahun 283 H sampai

dengan tahun 290 H”.12

Beberapa keterangan menyebutkan latar belakang penulisan Jâmi’

al Bayân ‘an Ta’wil Ay Al Qur’ân adalah karena keprihatinan al-Tabarî

terhadap umat Islam dalam memahami Al Qur’ân. Mereka bisa membaca

Al Qur’ân tanpa mengetahui makna sesungguhnya. Karena itulah, al-Tabarî

menunjukkan berbagai kelebihan Al Qur’ân dengan mengungkap berbagai

makna hingga kelebihan susunan bahasanya seperti nahwu, balaghah, dan

lain sebagainya. Bahkan jika dilihat dari namanya, kitab ini merupakan

kumpulan keterangan (Jâmi’ al Bayân) pengetahuan yang cukup luas

meliputi berbagai disiplin keilmuan seperti qira’at, fiqih, dan aqidah.13

Imâm as Suyûtî, seorang mufasir menyatakan seperti berikut: “Kitab

Ibn Jarîr adalah kitab tafsîr paling agung (yang sampai kepada kita). Di

dalamnya beliau mengemukakan berbagai macam pendapat dan

11 Harun Nasution, al-Tabarî, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta:Depag RI, 1993)

h. 1235 12 al Baghdadi, Tarikh al Baghdad, (Madinah: al Maktabah as Salafiyah ,t.t.) Jilid 2, h. 162 13 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al Qur’an, (Yogyakarta: Insan Madani, 2007),

h. 68

Page 36: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

18

mempertimbangkan mana yang lebih kuat, serta membahas i’rab dan

istinbat. Karena itulah ia melebihi tafsîr tafsîr karya para pendahulu.14

D. Metode dan Corak Tafsîr al-Tabarî

Metode tafsir yang digunakan oleh al-Tabarî adalah metode tahlîlî15,

yaitu suatu metode menafsirkan ayat-ayat Al Qur’ân dengan memaparkan

segala aspek yang terkandung di dalamnya yang urutannya disesuaikan

dengan tertib surah yang ada dalam Mushaf Utsman. Metode tafsîr ini

menjelaskan pula kosakata (susunan kalimat), munasabah (korelasi) antar

ayat maupun antarsurah, menjelaskan asbâb al nuzûl, dan mengutip dalil-

dalil dari Nabi SAW, sabahat, dan tabi’in. Metode tahlîlî ini merupakan

metode tafsîr yang menganalisis ayat al Qur’ân dari berbagai bidang

keilmuan.16

Metode penafsiran yang digunakan oleh seorang mufassir dengan

mufassir lainnya dalam menafsirkan ayat-ayat al Qur’ân mengalami

perbedaan. Adapun metode yang digunakan oleh Ibn Jarîr al-Tabarî dalam

menafsirkan ayat-ayat al Qur’ân adalah:

1. Kecenderungan terhadap Tafsir bil Ma’tsur

Ibn Jarîr al-Tabarî bila hendak menafsirkan suatu ayat al

Qur’ân beliau berkata: “Pendapat mengenai takwil (tafsir)

firman Allah ini adalah begini dan begitu”. Kemudian beliau

14 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodelogi tafsir “Kajian Komprehensif Metode Para Ahli

Tafsir”, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006), h. 67 15 Metode tahlili adalah metode tafsir yang berusaha menjelaskan kandungan ayat -ayat al

Qur’an dari seluruh aspeknya, segala segi yang dianggap perlu oleh seorang mufasir, tahlili

diuraikan, bermula dari kosakata, asbab an nuzul, munasabah, dan lain lain yang berkaitan dengan

teks atau kandungan ayat. Lihat M Fatih Surya Dilaga,dkk, metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta:

Titian Illahi, 1996), h. 41-42 16 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, h 6-7

Page 37: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

19

menafsirkan ayat tersebut dengan mendasarkan pada pendapat

para sahabat dan tabi’in yang diriwayatkan dengan sanad yang

lengkap, yakni tafsir bil ma’tsur berasal dari mereka. Ibn Jarîr

al-Tabarî banyak meriwayatkan hadis dari para ulama Tubristan.

Mayoritas ulama menilai Tafsîr al-Tabarî sebagai tafsir bil

ma’tsur, dengan pengertian bahwa corak tafsir ini adalah yang

titik tolak serta garis besar uraiannya berdasarkan riwayat-

riwayat.17

2. Menjauhi Penafsiran bil Ra’yi

Maksud penafsiran bil ra’yi di sini menurut al-Tabarî ialah: “Membawa penafsiran kepada pendapat seseorang menurut kepentingan hawa nafsu, politik, partai, primordial, dan

golongan serta lainnya yang jauh dari maksud al Qur’ân al Karîm”.18

3. Ketelitian dan Selektifitas dalam Menulis Sanad

Ibn Jarîr al-Tabarî seorang yang terpecaya serta teliti dalam

menyebutkan sanad dan mencantumkan nama perawi, karena

beliau banyak bergaul dengan para ulama disamping juga ahli

hadis. Terkadang ia mengkritik sanad, maka ia me-ta’dil-kan

beberapa perawi dan men-tarjih-kan perawi lain yang memiliki

cacat dan menolak riwayat yang tidak dijamin keshahihannya.19

Apabila beliau menerima suatu riwayat bersama orang lain

dengan jalan mendengarnya sendiri, baliau menyatakan kalimat

17 Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al Qur’ân, terj. Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka

Litera AntarNusa,1996),Cet ke-3, h. 502 18 Ahmad Muhammad Al Hufi, al-Tabarî, (Kaira: al Majlis al A’la Lisyuni al Islamiyah,

1970), h. 109 19 Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al Qur’ân, terj. Mudzakir AS, h. 502

Page 38: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

20

sedang bila beliau sendiri yang mendengarnya ,(حدثنا)

digambarkan dengan kalimat (حدثني), apabila beliau lupa nama

seseorang, maka beliau menyatakan hal tersebut sambil

mengemukakan yang dimaksudnya.

4. Penafsiran melalui pendekatan bahasa

Imam al-Tabarî telah cukup piawai dalam memahami ayat-

ayat al Qur’ân lewat bahasa dan berbagai macam gayanya,

sehingga diperlukan kesungguhan dan ketelitian ekstra untuk

memahami kandungannya. Dalam hal ini Mahmusd Syakir

berkomentar:

“Banyaknya pasal-pasal dalam tafsir al-Tabarî menyulitkan saya untuk memahami kitab ini. Untuk memahami maknanya saya haru membaca dua sampai tiga kali. Hal ini terjadi sebab

metode penulisan saya berbeda dengan metode yang digunakan al-Tabarî. Akan tetapi, tanda baca dalam kitab itu sedikit

menolong memperjelas setiap ungkapan-ungkapannya”.20 5. Menggunakan Data-data yang Ada pada Syair-syair Kuno.

Salah satu metode penafsiran al-Tabarî ialah menggunakan

syair-syair Arab kuno sebagai penunjang dalam memahami

ayat-ayat al Qur’ân didukung pula oleh syair. Terkadang ketika

ditanya tentang makna al Qur’ân beliau berkata: “Maksudnya

begini, bukankah kalian telah mendengar bahwa syair berkata

demikian”. Beliau juga berkata “Bila dalam al Qur’ân terdapat

sesuatu yang sulit dimengerti maknanya, carilah keterangannya

20 Abd al Mu’in al Namr, Ilm al Tafsir Kaif Nasya’a aw Tatawwara Ila Ashrina al hadis,

(Beirut:Dar al Kitab al Libanon,1985), h. 110

Page 39: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

21

dari syair-syair kuno, karena syair-syair itu adalah sastra Arab

kuno”.21

6. Pencantuman Beberapa Perbedaaan bacaan (Qira’at)

Al-Tabarî mempunyai pengetahuan luas tentang qira’ah al

Qur’ân. Ia menulis sebuah kitab mengenai qira’ah yang terdiri

dari 18 jilid, di dalamnya tercakup semua macam qira’ah yang

ada dan disajikan secara selektif serta kritis.22 Dalam

menafsirkan ayat-ayat al Qur’ân, al-Tabarî sering kali

mencantumkan beberapa perbedaan qira’ah dan memilih mana

yang menurutnya paling benar.

7. Mendebat Pendapat para ahli fiqh dan pendiskusian masalah

kalam

Karena al-Tabarî seorang ahli fiqh, maka tak segan baliau

mendebat pendapat beberapa ahli fiqh dan menyelesaikan

permasalahan-permasalahan fiqh, misalnya mengenai persoalan

apakah daging kuda, bagal, dan kedelai boleh dimakan (An-Nahl

{16}:8). Dan dalam masalah kalam ia umpamanya menentang

aliran Qadariyah dan Mu’tazillah.23

8. Menggunakan Kata “Takwil” dalam pengertian “Tafsir”

sebagaimana umumnya para mufassir lain menggunakannya.

21 Abd al Mu’in al Namr, Ilm al Tafsir Kaif Nasya’a aw Tatawwara Ila Ashrina al hadis,

h. 110 22 Abd al Mu’in al Namr, Ilm al Tafsir Kaif Nasya’a aw Tatawwara Ila Ashrina al hadis,

h. 110 23 Harun Nasution, al-Tabarî Ansiklopedi Islam Di Indonesia , (Jakarta:Depag RI, 1993)h.

1234

Page 40: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

22

9. Meggunakan Metode Tahlili dalam Menafsirkan Ayat

Berdasarkan Susunan Mushafi.

10. Menggunakan Orientasi (ittijah) Gabungan yaitu

Menggabungkan antara Orientasi Penafsiran bil ma’tsur dan bil

ra’yi.24

Dengan orientasinya ini, al-Tabarî mencoba melakukan

terobosan baru atas tradisi penafsiran yang berlaku sebelumnya.

Ia mengecam orang-orang yang hanya berpegang pada

pemikiran bebas dan hanya mengandalkan pengertian-

pengertian bahasa dalam menafsirkan al Qur’ân, tetapi ia pun

menolak penafsiran al Qur’ân yang tidak diertai pertimbangan

kritis. Sikapnya itu dapat dilihat ketika ia menafsirkan al Qur’ân.

Dalam menafsirkan al Qur’ân, petama-tama ia menuturkan

makna-makna kata dalam terminologi bahasa Arab, menjelaskan

struktur linguistiknya, dan melengkapinya dengan penguat-

penguat (Syawahid), baik berupa syair maupun prosa. Kemudian

ia menuturkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan

penafsiran ayat, baik riwayat yang shahih atau yang tidak shahih.

Ia terkadang mengkritiknya tetapi terkadang pula

membiarkannya. Setelah itu ia menjelaskan penafsirannya

sendiri tanpa mengikatnya, kecuali bila penafsiran itu sudah

pasti benar.

24 Rosihan Anwar, Melacak Unsur-unsur Isra’iliyyat dalam Tafsir al-Tabarî dan Tafsir Ibn

Katsir, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 56

Page 41: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

23

11. Memasukkan Riwayat-riwayat Isra’iliyyat dalam Kitab

Tafsirnya, Namun Disusul Pembahasan dan Kritikan.

Dalam usaha memberikan keterangan selengkapnya tentang

makna ayat, ia menerima riwayat-riwayat dari orang-orang Yahudi

dan Nasrani yang telah memeluk agama Islam sperti Ka’ab al-

Akhbar, Wahhab Ibn Munabbih, ‘Abdullah Ibn Salam, dan Ibn

Juraiz, namun riwayat-riwayat itu ia susul dengan pembahasan dan

kritikan serta memilih mana yang lebih kuat dan lebih dikenal oleh

masyarakat Arab.

Tafsîr al-Tabarî tidak memiliki corak khusus dalam penafsiran,

karena al-Tabarî menafsirkan ayat-ayat al Qur’ân berdasarkan riwayat.

Meskipun seringkali beliau melakukan tarjih terhadap riwayat dan pendapat

yang ia kutip.25

Ibn Jarîr al-Tabarî menguasai berbagai disiplin ilmu termasuk di

dalamnya fiqih, sehingga tidak diherankan jika dalam menafsirkan ayat-

ayat hukum Ia selalu mengungkap pendapat Ulama yang punya keterkaitan

dengan masalah yang dimaksud, lalu mengemukakan pendapatnya. Ibn Jarîr

al-Tabarî dalam menyelesaikan persoalan fiqih, Ia menjelaskan semua

pendapat ulama tentang hal itu, kemudian dikemukakan pendapatnya

mengenai masalah tersebut.26

25 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, h 11 26 M. Fatih Surya Dilaga,dkk, Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2010), h. 41

Page 42: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

24

Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa Tafsîr al-Tabarî ini

menggunakan corak fiqih, karena istinbath hukum yang kuat dalam

tafsirnya, namun adapula yang mengatakan bahwa Tafsîr al-Tabarî ini tidak

memiliki corak khusus karna banyak pemamaran dari al-Tabarî ini sangat

lengkap dan mencakup semuanya.

E. Sistematika Penulisan Tafsîr al-Tabarî

Sedangkan sistematika penafsiran al-Tabarî adalah sebagai berikut:

1. Setelah pencantuman nama surah dan ayat al Qur’ân yang dibahas, al-

Tabarî menampilkan riwayat-riwayat dari Nabi SAW, sahabat, dan

tabi’in yang berkaitan dengan ayat al Qur’ân yang dibahas.

2. Beliau juga menjelaskan tentang sabâb al nuzûl dari ayat al Qur’ân yang

dibahas.

3. Setelah itu, beliau juga menjelaskan perbedaan Qira’at bila ayat al

Qur’ân yang dibahas mengandung perbedaan-perbedaan Qira’at.

4. Kemudian al-Tabarî menjelaskan ayat al Qur’ân. Apabila terdapat

perbedaan riwayat tentang makna kata dari suatu ayat al Qur’ân, beliau

menampilkan terlebih dahulu perbedaan itu, kemudian beliau

melakukan tarjih (memilih riwayat/pendapat yang lebih atau paling

kuat) terhadap riwayat/pendapat yang baliau kutip.27

27 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, h 17

Page 43: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

25

BAB III

PENGERTIAN LAKNAT

A. Pengertian Laknat dan Perbedaannya dengan ‘Adzâb, dan Musîbah)

1. Pengertian Laknat

Li’än berasal dari kosakata Arab yang kalimat dasarnya terdiri dari ل- yang jika kita spesifikasikan ke dalam bentuk fi’il madî (lam-‘ain-nun)ع-ن

mujarrodnya menjadi لعن (la'ana) sehingga bentuk masdarnya

menjadi لعنا (la’nan) atau لعنة (la’natan) , dalam kamus Al-Munaŵir kata

atau kalimat tersebut diartikan dengan arti “Mengutuk”.1

Secara bahasa arab la’ana bermakna “terhina karena dikutuk, kalimat

ini digunakan ketika pada zaman pemerintahan jâhiliyyah, seperti ucapan

Raja “Kamu terhina karena dikutuk”, yang bermakna kamu terkutuk karena

terhina oleh raja. Sedangkan kata al-la’nu yaitu jauh dan tersingkir dari

kebaikan.”, atau “tersingkir dan jauh dari Allah”.2

Jika yang melaknat adalah Allah SWT berarti Allah SWT menjauhkan

dari kabaikan dan kasih sayangnya. Tetapi jika yang melaknat adalah

mahluk (seperti malaikat) berarti ia berdoa agar dijauhkan dari kebaikan dan

kasih sayang Allah SWT. 3Allah berfirman:

ماي ؤمنون قليل هماللهبكفرهمف وقالواق لوب ناغلفبللعن

1 Ibnu Manzur, Lisân al Arab, (Beirut: Dar Sadir, tt) juz 4, h. 504 2Ahmad Warson Munawwir , Kamus al Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta

: Pustaka progressif ,1984), Edisi kedua, hlm. 1274 3 Purwidianto, “Pendidikan dalam Urusan Rumah Tangga (Sebuah Analisis Hadis Rasul)”,

Jurnal Pendidikan Islam, vol 7, no. 2 (September 2016) H. 7

Page 44: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

26

Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah

telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman (Q.S. Al-Baqarah/2:88)4

Maksud dari mengutuk di sini adalah menjauhkan mereka dari-Nya. Li’

ân atau mulâ’anah berarti saling mengutuk antara dua orang atau lebih.

Sedangkan al-Lu’anah berarti sekelompok orang (banyak orang) mengutuk

orang lain. Al-la’în berarti yang di laknat, yaitu predikat yang diberikan

kepada iblis [setan] karena dia terusir dari langit dan dijauhkan dari rahmat

Allah SWT.5

1. Pengertian ‘Adzâb

Dalam kamus al Mu’jam al Wasît kata ‘adzâb itu didefinisikan sebagai

siksaan, sanski, hukuman atau suatu kesukaran yang ditimpakan kepada diri

yang membuat diri tersebut merasakan sangat kesusahan dan kesakitan.6

Kata al-‘adzâb biasanya digunakan dalam konteks hukuman atau

siksaan kelak di hari akhir.7 Kata “adzâb” secara literal berarti al-nakâl wa

al-‘uqûbah (peringatan dan hukuman).8 Dan dalam bahasa Indonesia,

‘adzâb adalah siksaan yang dihadapi manusia dan makhluk Tuhan lainnya.9

4 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen Agama RI., 1997 5 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta: Gema Insan Press,

1995) cet 17, h. 11 6 Syauqi Dhaif, Kamus al Mu’jam al Wasît, (Kairo: Maktabah al Syuruq al Dauliyyah,

2010), cet ke 5,h 610 7 Ibnu Manzur, Lisân al Arab, (Beirut: Dar Sadir, tt) juz 4, h. 585 8 A. W Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), cet ke 25,

h. 1463) 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1080)

Page 45: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

27

Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat di dalam al-Qur’ân yang berisi

ancaman kepada orang-orang kafir, di antaranya adalah seperti terdapat

pada Surah al-Baqarah{2}:7.

يمغشاوةولهمختماللهعلىق لوبهموعلىسمعهموعلىأبصارهم ع ا ع

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat

Secara terminologi:

Menurut Quraish Shihab: ‘adzâb adalah suatu kemurkaan Allah

akibat pelanggaran yang dilakukan manusia yaitu pelanggaran sunatullah di

alam semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para

Nabi dan Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW.10

Dari definisi di atas menyimpulkan bahwa ‘adzâb adalah suatu

peringatan akan kemurkaan Allah pada makhluknya (manusia) yang telah

melanggar perintah Allah yaitu perbuatan yang dilarang baik berupa ibadah,

amal, iman dan lain-lain, dibalasnya dengan teguran berupa bencana alam.

2. Pengertian Musîbah

Dalam bahasa Indonesia kata “Musîbah” diartikan kejadian (peristiwa)

menyedihkan yg menimpa: dia mendapat — yg beruntun, setelah ibunya

meninggal, dia sendiri sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit, dan

kata “Musîbah” diartikan sebagai malapetaka atau bencana, yaitu segala

kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa manusia, seperti

10 M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’ân ,(Jakarta: Mizan, 2004) h 153

Page 46: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

28

gempa, banjir, kebakaran dan kematian. Peristiwa-peristiwa tersebut pada

umumnya menimbulkan kerugian berupa harta benda maupun jiwa

manusia.11

Sedangkan dalam bahasa Arab kata musîbah (مصيبة) berasal dari kata

dasar yang terdiri dari huruf sad, wau, dab ba’; صو (sawaba) yang

mempunyai makna الرميةlemparan.12 Musibah juga bisa dikatakan kejadian

(peristiwa) menyedihkan yang menimpa.13

Menurut Quraish Shihab: Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang

menimpa atau mengenai”. 14Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak

selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu

yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk , tetapi boleh

jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka al Qur’ân

menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (Q.S. al-

Baqarah{2}:216)

ئ ا كرهلكموعسىأنتكرهواشي القتالوهو رلكموعسىوهوخكتبعليكم ي

علمون لكمواللهي علموأن تملت ئ اوهوشر أنتحبواشي

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah

sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,

11 Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses tanggal 22 Mei

2009 dari http:/pusatbahasa,diknas.go.id/kbbi/index.php 12 Al Raghib al Asfahani, Mu’jam Mufradat fi al Fadz al Qur’ân (Beirut: Dar al-Kutub al

‘Ilmiyah, 2004) h. 322 13 Anonim,Al Quran dan Terjemah(Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir

Al Quran,1971),hal 941 14 M. Quraish Shihab, Wawasan Al qur’an (Jakarta: Mizan, 2004) h 167

Page 47: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

29

padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui

A. Sebab Diturunkannya Laknat

1. Karena menentang dan mengingkari Allah dan Rasul-Nya maka

Allah menjauhkan rahmat-Nya15

2. Karena berdusta, dan itu termasuk menyebabkan laknat Allah

diturunkan.16

3. Karena membunuh seorang muslim dengan sengaja dengan kesan

pembunuh didorong oleh kebenciannya maka Allah melaknat,

memurkai dan tidak memberinya sedikitpun rahmat serta

menyediakan ‘adzâb yang besar baginya.17

4. Karena ingkar dengan peringatan Allah dan menyembah Tâghût,

maka Allah memurkai mereka dan dikutuknya mereka atas

perbuatan mereka.18

5. Karena menuduh wanita baik-baik dan mukminat, yang lalai dari

perbuatan dosa dan terbebas dari ikatan-ikatan nista. Oleh karena itu,

para pelakunya dihukum langsung dengan laknat Allah atas

perbuatan mereka dan pengusiran diri mereka dari rahmat Allah.19

Dan masih banyak lagi penyebab diturunkannya laknat Allah.

15 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007), jilid 2, h 194 16 “Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Q.S. Ali Imran/3:61) 17 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’ân, (Jakarta:

Lentera hati) vol. 2, h. 529 18 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997 (Q.S al Maidah:60) 19 Sayyid Qutb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (Beirut: Darusy-Syuruq), Jilid 10, h. 226

Page 48: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

30

B. Kepada Siapa Laknat Diturunkan

Dalam kitab suci-Nya, Allah melaknat orang yang melakukan

kerusakan di bumi, orang yang memutus hubungan kekeluargaan, orang

yang menyakiti-Nya, dan orang yang menyakiti Rasulullah SAW.

Allah melaknat orang-orang yang menyembunyikan keterangan dan

petunjuk yang diturunkan-Nya, menuduh zina para wanita mukmin

yang menjaga kehormatan, orang yang menganggap jalan kaum kafir

sebagai jalan yang lebih tepat dari pada jalan kaum beriman. Rasulullah

SAW melaknat laki-laki yang memakai baju wanita dan wanita yang

memakai baju laki-laki dan Dia juga melaknat orang yang menyuap dan

orang yang menerima suap termasuk perantaranya serta dosa-dosa yang

lain.

Seandainya pelaku dosa tidak senang dilaknat oleh Allah, Rasul-

Nya dan para malaikat-Nya, tentu ia akan meninggalkan maksiat dan

dosa.20

1. Iblis yang Dilaknat Allah

Ada beberapa makhluk yang Allah laknat. Yang pertama kali

mendapatkan laknat Allah adalah Iblis. Dia patut diusir dari rahmat

Allah SWT karena dia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk

menyesatkan anak Adam, dan selalu menipu dan memperdayakan

mereka, sebagaimana Allah berfirman, Q.S al-A’râf {7}:16-17

20 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Kiat Memebersihkan Hati Dari Kotoran Dan Maksiat,

(Jakarta: Islam klasik) h. 46

Page 49: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

31

لهمصراطك عدن ن هممنب ين61المستقيم)قالفبماأغوي تنيلق (ثملتي

رهمشاكرين ولتجدأكث وعنأيمانهموعنشمائلهم أيديهمومنخلفهم

(61)

16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya

tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus

17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari

belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat.21

Iblis patut dilaknat karena seluruh upaya yang dilakukan adalah

bertujuan menjerumuskan manusia ke jurang syirik dengan melakukan

penyembahan selain Allah,

Firman Allah SWT Q.S. al-Hasyr {59}:16;

كفرقال لما نساناكفرف إذقاللل منكإن يإن يبريءكمثلالشيطان

العالمين أخافاللهر

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku

berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam"22

Apabila setan tidak berhasil mencapai tujuannya yang pertama,

yaitu menjerumuskan manusia kelembah syirik, maka dia akan merayu

21 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997. 22 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997.

Page 50: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

32

serta membujuk manusia agar berbuat kejahatan, kekejian dan dusta

terhadap Allah SWT.23

2. Yang Menyembunyikan Ilmu (Yang Hak) Terkutuk Disisi Allah

Allah mengutuk mereka yang mempunyai ilmu (yang hak) tetapi

tidak disebarkan malah disembunyikan. Hal ini diterangkan dalam

firman-Nya Q.S. al-Baqarah {2}:159

ي ناتوالهدىمنب عدماب ي ن ينيكتمونماأن زلنامنالب ال فياإن هللناس

عنون أولئكي لعن هماللهوي لعن همالل الكتا

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah

Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al

Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka

terhadap mereka itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang (QS. Al-Baqarah{2}:159)24

Sebagain ulama berpendapat bahwa segala ‘ibrah berlaku secara

umum dan bukan berlaku khusus terhadap asbâb al-nuzûl saja. Dengan

demikian, yang dimaksud dengan ayat-ayat tersebut adalah siapa saja

yang menyembunyikan hak dan kebenaran, serta yang

mencampakkannya kebelakang punggung mereka apa-apa yang

diperlukan umat dari ajaran-ajaran dinullah yang benar.25 Para ulama

23 Ismail Amir, “Laknat dalam Pandangan al Qur’ân (Analisis Ayat -ayat Laknat dalam

Tafsîr al Marâghî)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011), h 27 24 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997. 25 Departemen Agama RI, al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), (Jakarta:

Departemen Agama RI, 2004) h. 219

Page 51: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

33

berbeda pendapat tentang arti “semua makhluk yang dapat melaknati”

dalam ayat tersebut di atas. Ada yang berpendapat bahwa yang

melaknati adalah para malaikat dan orang-orang beriman. Dan ada pula

yang berpendapat bahwa tidak sebatas itu saja tetapi juga termasuk

hama serangga, dan hewan-hewan yang dapat menimbulkan kerusakan.

Hal ini sebagai pelajaran terhadap dosa-dosa para ulama jahat [suu’]

yang telah menyembunyikan hak dan kebenaran.26

3. Pendusta Patut Mendapat Laknat

إن لعنةاللهعليه أن منالكاذبينوالخامسة كان

“Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang berdusta”( QS. Al Nûr/24:7)

Dusta adalah akhlak yang paling buruk. Seorang yang berdusta

sebenarnya karena terdorong oleh kerendahan dirinya. Kalau dia berjiwa

mulai maka dia tidak akan berdusta. Dusta adalah salah satu sifat dari

tiga sifat orang munafik, 27sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: Bila berbicara dusta, bila

janji mengingkari , dan bila diamanati dia khianat”. (HR. Bukhârî, Muslim, at-Tirmidzî, dan an-Nasâ’î).28

26 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta; gema insani press,

1995)h.18-19 27 Ismail Amir, “Laknat dalam Pandangan al Qur’ân (Analisis Ayat-ayat Laknat dalam

Tafsîr al Marâghî)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011), h 30 28 Abî Abdillah Muhammad bin Ismâil al Bukhârî, Shahîh Bukhârî bin Hasyah al Sanadî,

Kitab al Iman, juz 1 (T.tp: Dar Nahr al-Nayl, t.t.) h. 142

Page 52: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

34

Namun dalam beberapa hal orang dibolehkan berdusta, seperti

dalam peperangan, waktu mengislah (mendamaikan) anatara manusia

yang sedang berselisih, kepada istri untuk menghindari timbulnya

pertengkaran, dan sebaliknya istri terhadap suami demi kebaikan.

Para ulama memperbolehkan dusta terhadap orang zhalîm dengan

maksud membunuh atau merampas hartanya, dan berdusta untuk

menyelamatkan barang titipan (amanah) yang ada di tangannya.29

4. Membunuh Orang Mukmin dengan Sengaja akan menerima

Laknat dari Allah.

Firman Allah SWT Q.S al-Nisâ’{4}: 93

افيهاوغضباللهعليهولعنه افجزاؤهجهنمخالد د عم مت ومني قتلمؤمن ا

ا يم اب اع لهع وأعد

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja

maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang

besar baginya30

Allah SWT mengharamkan membunuh nyawa seorang mukmin

kecuali karena tiga alasan, yaitu laki-laki beristri dan wanita bersuami

bila berzina, sebagai qishâsh nyawa yang dibalas dengan nyawa, dan

seorang muslim yang meninggalkan agamanya (murtad).

29 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta; Gema Insani

Press, 1995)h.20-21 30 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997.

Page 53: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

35

Hanya tiga sebab di atas yang dihalalkan, karena mengalirkan darah

itu merupakan hak, kehormatan, dan wewenang Allah, maka masalah

pembunuhan ini kelak pada hari kiamat menjadi perkara pertama yang

dipersoalkan.31

Berkata Ibnu Mas’ûd bahwa Rasulullah SAW bersabda:

فيالد ماءي ومالقيامةأولماي قضىب ينالناس

“Perkara pertama yang diselesaikan di antara manusia pada hari kiamat adalah tentang darah (pembunuhan).” (HR. Bukhârî dan

Muslim).32

Rasulullah SAW mengingatkan umatnya tentang besarnya nilai

kejahatan membunuh dan menjelaskan bahwa apabila terjadi saling

membunuh diantara manusia maka mereka itu tergolong kafir.33

5. Laknat Allah terhadap Orang-orang Kafir Banî Isrâil

Allah SWT berfirman: (Q.S. Al Mâidah {5}:78-80)

منبنيإسرائيلعلىلسانداوودوعيسىابنمريمذلكبما كفروا ين لعنال

ي عتدون) كانوا17عصواوكانوا علوهلبئسما ناهونعنمنكرف كانوالي ت )

31 Ismail Amir, “Laknat dalam Pandangan al Qur’ân (Analisis Ayat-ayat Laknat dalam

Tafsîr al Marâghî)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011), h 31 32 Abî Abdillah Muhammad bin Ismâil al Bukhârî, Shahîh Bukhârî, (T.tp: Dar Nahr al-

Nayl, t.t.) h. 11 33 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta; Gema Insani

Press, 1995)h.22-23

Page 54: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

36

هم17ي فعلون) من رىكثير ا ت لبئسماقدمتلهمأن فس( كفروا ين ولونال همي ت

همخالدون) ا (78أنسخطاللهعليهموفيالع

78. Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan

mereka durhaka dan selalu melampaui batas

79. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu

mereka perbuat itu

80. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu

kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan34

Sejarah Banî Isrâil yang berjalan di lembah kekufuran dan dalam

kutukan Allah sudah berjalan begitu lama. Perilaku mereka yang buruk

terhadap nabi-nabi mereka, mengakibatkan mareka dikutuk dan

dijaukan dari rahmat Allah SWT.

Maka Allah sangat melaknat orang-orang kafir Bani Israil karena

perbuatan dan kekufurannya terhadap Allah dan Nabi-Nya.35

C. Cara Menjauhkan Diri dari Laknat Allah

Untuk menjauhkan diri dari laknat Allah, manusia harus selalu patuh

kepada perintah-perintah Allah SWT dan melaksanakannya dalam

bentuk amal perbuatan. Barang siapa mengabaikan dan menyia-nyiakan

hak Allah, sesungguhnya dia itu lebih menyia-nyiakan hak dirinya

34 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997. 35 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta; gema insani

press, 1995)h.22-23

Page 55: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

37

sendiri dan hak manusia lainnya dan harus menjauhi segala larangan-

Nya seperti berbuat maksiat serta berbuat kemungkaran.36

Di antara perbuatan yang harus dihindari agar terhindar dari laknat

Allah diantaranya:

1. Tinggalkan perbuatan syirik, dusta dan yang dilarang oleh Nabi,

seperti saat Nabi Muhammad SAW melaknat pelaku kejahatan

pada umumnya, Nabi Muhammad SAW juga melaknat wanita

yang membuat tato pada wajah wanita lain dan wanita yang

meminta wajahnya ditato, terhadap wanita yang memasang dan

menyuruh dipasangkan rambut palsu, terhadap wanita yang

mencukur dan yang menyuruh dicukur seluruh alisnya.37

2. Hindari perbuatan riba. Allah SWT berfirman dalam Q.S al

Baqarah ayat 278-279;

تممؤمنينيا كن ينآمنواات قوااللهوذروامابقيمنالر باإن أي هاال

لكم817) تمف مناللهورسولهوإنت ب فعلوافأذنوابحر فإنلمت )

لمو لمونولت (817ن)رءوسأموالكملت

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu

orang-orang yang beriman

36 Ismail Amir, “Laknat dalam Pandangan al Qur’ân (Analisis Ayat -ayat Laknat dalam

Tafsîr al Marâghî)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011), h 33 37 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta; Gema Insani

Press, 1995),h.14

Page 56: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

38

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa

riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan

riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya38

3. Jauhi minuman arak, penuangnya, pembuatnya, yang menyuruh

membuatnya, penjualnya, yang membeli,yang memakan uang

laba, yang membawanya, dan yang menerimanya.

4. Jauhi perbuatan mencaci maki kedua orang tua.

5. Jauhi perbuatan homoseks, suap menyuap dan perbuatan

maksiat.39

38 Al Qur’an dan Terjemahnya, Dapartemen agama RI, 1997. 39 Majid Assayid Ibrahim, Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat, (Jakarta; Gema Insani

Press, 1995),h.14

Page 57: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

39

BAB IV

PENAFSIRAN IBN JARÎR AL-TABARÎ

TERHADAP AYAT AYAT LAKNAT

A. Identifikasi Ayat-ayat Tentang Laknat

Lafal-lafal dalam al Qur’ân jika dilihat dari segi tartib al nuzûl

surahnya urutannya sebagai berikut:1

No Nama

Surat

No Ayat Lafal Keterangan

1 Shâd {38}:78 ين Kutukan-Nya لعنتي إلى ي وم الد

sampai hari

pembalasan (Iblis)

2 Al-A’râf {7}:38 ها Dia mengutuk أمة لعنت أخت

(Yang

menyesatkannya)

أن لعنة الله على 44:{7}

الظالمين

Kutukan Allah di

timpakan kepada

orang-orang yang

zalim, janji Allah

ketika di dunia

3 Al-

Qashâsh

ن يا لعنة 42:{28} -Pemimpin في هذه الد

pemimpin yang

menyeru ke

1 Tartib Nu-zul al-Surah digital versi 3.21

Page 58: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

40

neraka, mereka

dilaknat di dunia

ini.

4 Al-Isrâ’ {17}:60 والشجرة الملعونة في

القرءان

Ancaman Allah

yaitu pohon kayu

yang terkutuk

dalam al Qur’ân

(Zaqqum adalah

jenis pohon yang

tumbuh di neraka)

5 Hûd {11}:18 أل لعنة الله على

الظالمين

Ingatlah, kutukan

Allah

(ditimpakan) atas

orang-orang yang

zalim (dusta)

ن يا 60:{11} Mereka selalu وأتبعوا في هذه الد

diikuti dengan

kutukan di dunia

ini

وأتبعوا في هذه لعنة وي وم 99:{11}

القيامة

(Begitu pula)

mereka diikuti

dengan kutukan di

hari kiamat

Page 59: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

41

6 Al-Hijr {15}:35 إلى ي وم وإن عليك اللعنة

ين الد

Laknat atau

kutukan tetap

menimpa sampai

hari kiamat (Iblis)

7 Ghâfir {23}:52 ولهم اللعنة ولهم سوء

الدار

Bagi merekalah

laknat dan bagi

merekalah tempat

tinggal tinggal

yang buruk

8 Al-

‘Ankabût

Sebahagian kamu وي لعن ب عضكم ب عض ا 25:{29}

mela’nati

sebahagian (yang

lain)

9 Al-

Baqarah

هم الله بكفرهم 88:{2} Sebenarnya Allah لعن

telah mengutuk

mereka karena

keingkaran

mereka

لعنة الله على الكافري 89:{2} ن ف Maka laknat Allah

lah atas orang-

orang yang ingkar

itu

Page 60: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

42

أولئك ي لعن هم الله 159:{2}

عنون وي لعن هم الل

Mereka itu

dilaknati Allah

dan dila’nati

(pula) oleh semua

(makhluk) yang

dapat melaknati

لعنة الله والملئكة 161:{2}

والناس أجمعين

Mendapat laknat

Allah, para

Malaikat dan

manusia

seluruhnya

10 Ali-

Imrân

Laknat Allah atas لعنة الله على الكاذبين 61:{3}

orang-orang yang

dusta

لعنة الله والملئكة 87:{3}

والناس أجمعين

Laknat Allah

ditimpakan

kepada mereka,

(demikian pula)

laknat para

Malaikat dan

manusia

seluruhnya.

Page 61: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

43

11 Al-

Ahzâb

ن يا 57:{33} هم الله في الد لعن

والخرة

Laknat bagi

orang-orang yang

menyakiti Allah

dan Rasul-Nya

Dalam keadaan ملعونين 61:{33}

terlaknat. (orang

munafik dan

dusta) akan

dibunuh

Allah mela’nati إن الله لعن الكافرين 64:{33}

orang-orang kafir

dan menyediakan

bagi mereka

neraka

هم لعن ا كبير ا 68:{33} Mereka dikutuk والعن

dengan kutukan

yang besar

12 Al-Nisâ’ {4}:46 هم الله بكفرهم Allah mengutuk لعن

mereka, karena

kekafiran mereka

هم كما لعنا 47:{4} أو ن لعن

أصحاب السبت

Kutuki mereka

sebagaimana

Kami telah

mengutuki orang-

Page 62: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

44

orang (yang

berbuat maksiat)

pada hari Sabtu

لن تجد له 52:{4} ومن ي لعن الله ف

نصير ا

Barang siapa yang

dikutuki Allah,

niscaya kamu

sekali-kali tidak

akan memperoleh

penolong baginya

اولعنه وأعد له عذاب ا عظ 93:{4} يم Laknat Allah dan

‘adzab bagi yang

membunuh

seorang mukmin

Laknat Allah dan لعنه الله 118:{4}

‘adzab bagi yang

membunuh

seorang mukmin

13 Muham

mad

هم الله فأصمهم 23:{47} Laknat Allah dan لعن

menulikan telinga

mereka

14 Al-Ra’d {13}:25 أولئك لهم اللعنة Orang yang

ingkar dan

membuat

kerusakan akan

Page 63: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

45

dilaknat Allah

dengan tempat

yang buruk

15 Al-Nûr {24}:23 ن يا والخرة Laknat bagi لعنوا في الد

penuduh zina

wanita mukminat

16 Al-Fath {48}:6 هم وأعد لهم جهنم Laknat dan neraka ولعن

bagi orang

musyrik

17 Al-

Mâidah

لعناهم وجعلنا ق لوب هم 13:{5}

قاسية

Laknat Allah bagi

yang ingkar janji

atau khianat

Allah mengutuk لعنه الله وغضب عليه 60:{5}

dan memurkai

mereka yang

menyembah

Thagut

غلت أيديهم ولعنوا بما 64:{5}

قالوا

Laknat bagi orang

yang

berprasangka

buruk kepada

Allah

Page 64: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

46

لعن الذين كفروا من بني 78:{5}

إسرائيل

Laknat Allah bagi

kafir Bani Israil

18 Al-

Taubah

هم الله ولهم عذاب 68:{9} ولعن

مقيم

Allah mela’nati

mereka dan bagi

mereka ‘adzab

yang kekal

Jika lafal laknat di atas dilihat dari segi Asbâb al Nuzûl surahnya,

maka di sini lafal laknat dilihat dari urutan dalam kitab Majma al-Mufahras

al-Fadz al Qur’an al-Karim sebagai berikut: QS. Al-Baqarah

{2}:88,89,159,161; Ali-Imrân {3}:61,87; Al-Nisâ’{4}: 46,47,52,93,118; Al-

Mâidah {5}:13,60,78,64; Al-A’râf {7}:38,44; Al-Taubah {9}: 68; Hûd

{11}:18,60,99; Al-R’ad {13}:25; Al-Hijr {15}:35; Al-Isrâ’{17}:60; Al-Nûr

{24}:23; Al-Qashâsh {28}:42; Al-‘Ankabût {29}:25; Al-Ahzâb

{33}:64,57,68,61; Shâd {38}:78; Ghâfir {40}:52; Muhammad {47}:23; Al-

Fath {48}:6.2

B. Penafsiran Ibn Jarîr al-Tabarî terhadap Ayat-Ayat Laknat (Tafsir

Tahlîlî)

Penafsiran Ibn Jarîr al-Tabarî terhadap orang yang mendapatkan

laknat dalam al-Qur’an:

2 Muh. Fuad ‘Abdul Baqî, Majmâ’ al-Mufahros al-Fazh al-Qur’ân al-Karîm, (Libanon;

Maktabah Islamiyyah 1984), h 649-650.

Page 65: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

47

1. Orang-Orang yang Berdusta

Di dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan laknat bagi pelaku dusta

di antaranya terdapat dalam QS. Ali-Imrân /3:61, QS. Al-Baqarah/2:159,

QS. Al-Nûr /24:7,23

ي نات والهدى من ب عد ما ب إن الذين يكتمون ما أن زلنا من ي ناه للناس في الب

عنون الكتاب أولئك ي لعن هم الله وي لعن هم الل

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah

Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al

Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati (QS. Al-Baqarah/2:159)

Abû Ja’fâr mengatakan : Firman Allah ن زلنا من إن الذين يكتمون ما أ

ي نات maksudnya, para Rahib Yahudi dan pendeta Nashrani kerena الب

merahasiakan keberadaan Muhammad dari umat manusia, tidak mengikuti

ajaran Muhammad, padahal mereka mendapatkan nama Nabi SAW tertulis

dalam kitab suci mereka, Taurat dan Injil, (merahasiakan) keterangan-

keterangan yang diturunkan Allah yang menjelaskan kenabian Muhammad

SAW, kerasulan dan sifatnya yang tertuang dalam kedua kitab suci tersebut,

sesuai firman Allah bahwa mereka sebenarnya sudah mengetahui sifat

kenabian tersebut.3

3 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007), jilid 2,h 077

Page 66: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

48

Kata الهدى berarti penjelasan tentang identitas Muhammad dalam

kitab suci yang telah diwahyukan Allah kepada para Nabi-Nya, lalu Allah

berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang merahasiakan apa yang kami

cantumkan dalam kitab suci mereka, yakni tentang identitas Muhammad,

sifat kenabian dan kebenaran agama yang dibawanya, mereka tidak

memberitahukan, tidak menyebarluaskan penjelasan-Ku kepada umat

manusia, yang tertuang dalam kitab suci yang telah aku turunkan kepada

para Nabi mereka4 ال ال ذين تابوا .

Abû Ja’fâr mengatakan : Firman Allah من ب عد ما ب ي ناه للناس

sebagian manusia; karena pengetahuan tentang kenabian Muhammad SAW,

sifat dan kerasulannya, hanya diketahui oleh Ahli Kitab, tidak ada lagi orang

yang tahu hal itu. Dan kepada mereka Allah berfirman: للناس في الكتاب

yakni Taurat dan Injil.5

Walaupun ayat ini diturunkan kepada orang-orang tertentu, namun

maksudnya seluruh orang-orang yang merahasiakan ilmu yang diwajibkan

Allah untuk disampaikan.

Serupa dengan khabar yang diriwayatkan dari Rasulullah, bahwa

baliau bersabda. “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui

4 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 077 5 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 072

Page 67: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

49

lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan dibelenggu dari belenggu neraka

pada hari kiamat kelak.6

Abû Ja’fâr mengatakan: Firman Allah أولئك ي لعن هم الله mereka

adalah orang-orang yang merahasiakan identitas Muhammad, sifat dan

informasi bahwa agama Muhammad itu benar, setelah Allah

menjelaskannya kepada mereka dalam kitab suci, maka Allah akan

melaknati mereka dengan sikap mereka yang merahasiakan dan tidak

menyebarluaskan kepada umat manusia. Kata اللعنة mengikuti wazan الفعلة

dari kata لعنه اللهartinya, menjauhkan. Kata اللعن dari kata الطرد (mengusir),

seperti kata Syamakh bin Dhahar:

ذع رت به القطا و ن فيت عنه # مقام الذئب كالرجل اللعين

Kata مقام الذئب orang yang diusir dan kata اللعن sifat singa (dzi’b).

Jadi makna ayat ini adalah: mereka itulah orang-orang yang

dijauhkan Allah dari rahmat-Nya, dan dimohonkan laknat oleh para

pelaknat dari Allah atas mereka. Karena laknat Bani Adam dan seluruh

makhluk adalah mengatakan: ya Allah laknatlah ia, di mana makna laknat

seperti yang kami jelaskan adalah menghindarkan dan menjauhkan.7

6 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 077 7 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 077-704

Page 68: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

50

Asbâb al- Nuzûl: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Muâdz

bin Jabâl, Sa’d bin Mu’âdz dan Kharîjah bin Zaid bertanya kepada golongan

Padri Yahudi tentang beberapa hal yang terdapat di dalam Taurat. Para Padri

menyembunyikan hal tersebut dan enggan untuk memberitahukannya, maka

Allah menurunkan ayat tersebut di atas yang membeberkan keadaan mereka

(Padri-padri).8

Munasabah Ayat: Dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang

Yahudi mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti

mengenal anak-anak mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-

sifatnya dengan jelas dan bahwa ia akan di utus sebagai Rasul, tetapi mereka

tetap mengingkarinya dan selalu menyembunyikan apa yang mereka

ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan lagi sifat-sifat Ahli kitab tersebut, dan

bahwa mereka mendapat laknat dari Allah, malaikat dan manusia

seluruhnya.9

عالوا ندع أب ناءنا وأب ن فمن حاجك فيه من ب عد قل ت اءكم ما جاءك من العلم ف

نجعل لعنة الله تهل ف على ونساءنا ونساءكم وأن فسناوأن فسنا وأن فسكم ثم ن ب

الكاذبين

“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), Marilah

kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya

8 Qamaruddin Shaleh, Asbâb al Nuzûl, (Bandung: cv.dip Ponogoro 1995)h.50 9 Departemen Agama RI, Al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). (Jakarta;

Departemen Agama RI,2004), h. 218-219

Page 69: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

51

laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”( QS. Ali

Imran/3:61)

Abû Ja’fâr Berkata: Maksudnya adalah, “Barangsiapa

mendebatmu wahai Muhammad tentang al Masih Isa bin Maryam.”

Huruf ha pada lafal فيه bisa kembali kepada cerita Isa, dan bisa pula

kembali kepada lafaz الحق dalam firman-Nya الحق من رب ك “(Apa yang telah

kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu”.

Firman-Nya من ب عد ما جاءك من العلم “sesudah datang ilmu (yang

meyakinkan kamu)”, maksudnya adalah setelah datang ilmu, yakni

penjelasan-Ku tentang Isa, bahwa ia adalah hamba Allah.

عالوا قل ت ”,’...Maka katakanlah (kepadanya), ‘Marilah kita“ ف

marilah kita memanggil.

تهل وأن فسناوأن فسنا وأن فسكم ثم أب ناءنا وأب ناءكم ونساءنا ونساءكم -Anak“ ن ب

anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, dari

kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah.”

Bermubahalah maksudnya adalah saling melaknat.

Page 70: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

52

Diungkapkan dalam bahasa Arab ماله ؟ ب هله الل ه “Ada apa

dengannya? Allah melaknatnya.” Demikian pula kalimat وماله ؟ عليه ب هلة

”.ada apa dengannya? Laknat Allah menimpanya“ الل ه

Jadi, mubahalah artinya melaknat.

Lubaid berkata ketika menceritakan satu kaum yang telah hancur,

هل نظر الدهر اليهم فا ب ت

“Masa meliriknya, lalu merekapun terlaknat (hancur).

Maksudnya ia mendoakan mereka dengan kehancuran.10

نجعل لعنة الله على الكاذبين Dan kita minta supaya laknat Allah“ ف

ditimpakan kepada orang-orang yang dusta,” maksudnya, “siapa saja di

antara kita yang mendustakan Isa, bahwa ia adalah hamba Allah...”11

Asbâb al- Nuzûl: Dalam riwayat dikemukakan bahwa sebelum

turun ayat 31 surah 27, Rasulullah SAW menulis surat kepada orang Najran

seperti berikut: “Dengan nama Tuhan Ibrâhîm dan Ishâq dan Ya’qûb, dari

Muhammad Nabi Allah” sampai akhir hadis. Dan selanjutnya dalam hadis

itu dikemukakan bahwa kaum Najran mengutus Syarahbil bin Wada’ah al-

10 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 5,h 428 11 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 5,h 429

Page 71: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

53

Hamdanî dan Abdullah bin Syarahbil al-Ashbahî dan Jabbar al-Hartsî untuk

menghadap kepada Rasulullah SAW dan terjadilah dialog, akan tetapi

masih tertunda satu masalah, yaitu pertanyaan mereka: “Bagaimana

pendapat tuan tentang Isa”. Nabi menjawab: “Belum ada isyarat padaku

tentang itu, tetapi cobalah kalian bermalam sampai besok, agar aku dapat

terangkan hal itu. Keesokan harinya turunlah ayat di atas (S.3: 59, 60, 61,

62) yang menegaskan siapa Isa. (Diriwayatkan oleh al-Baihaqî di dalam

kitab ad-Dalail dari Salamah bin Abî Yasyu’ dari bapaknya, yang bersumber

dari datuknya).12

Munasabah Ayat: dalam ayat-ayat lalu diterangkan bahwa Nabi Isa

yakin akan keingkaran Banî Isrâîl kepada agama yang dibawanya, serta

yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyyun)

bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga

yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya

untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat

ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa

Allah akan melahirkan Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya

kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-

orang kafir.13

ان من الكاذبين والخامسة أن لعنة الله عليه إن ك

12 Qamaruddin Shaleh, Asbâb al Nuzûl, (Bandung: cv.di ponogoro, 1995)h. 96

13 Departemen Agama RI, Al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). (Jakarta;

Departemen Agama RI,2004), jilid 1, h. 484

Page 72: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

54

“Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika dia

termasuk orang-orang berdusta”( QS. Al Nûr/24:7)

أن Dan (sumpah) yang kelima,” persaksian yang kelima“ والخامسة

Bahwa laknat Allah atasnya.” Maksudnya, laknat Allah pasti“ لعنة الله عليه

menimpanya jika dia berdusta tentang tuduhan perbuatan keji kepada istri.

Penjelasan kami sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh

sebagian ahli ta’wîl.14

ن يا والخرة وله إن الذين ي رمون المحصنا م ت الغافلت المؤمنات لعنوا في الد

عذاب عظيم

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di

dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar.” ( QS. Al Nur/24:23)

Allah Ta’ala berfirman, إن الذين ي رمون “Sesungguhnya orang-orang

yang menuduh,” dengan perbuatan keji. المحصنات “Wanita yang baik-

baik,” yakni mereka yang menjaga diri. الغافلت “Yang Lengah” dari

perbuatan keji. المؤمنات “Lagi beriman” kepada Allah, Rasul-Nya, dan

14 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007), jilid 18,h 922-923

Page 73: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

55

yang datang dari-Nya. ن يا والخرة Mereka kena laknat di dunia“ لعنوا في الد

dan akhirat.” Yaitu dijauhkan dari rahmat Allah di dunia dan akhirat. ولهم

“Dan bagi mereka” di akhirat. عذاب عظيم “Adzâb yang besar,” yaitu

siksaan Jahannam.15

Abû Ja’fâr mengatakan: bahwa ayat ini diturunkan berkenaan

dengan Aisyah, akan tetapi hukumnya umum, yaitu bagi siapa saja yang

memiliki sifat yang diterangkan oleh Allah dalam ayat tersebut.16

Kami katakan, bahwa pendapat tersebut lebih tepat bila

dibandingkan dengan berbagai macam pentakwilan yang telah disebutkan,

karena dalam ayat, إن الذين ي رمون المحصنات الغافلت المؤمنات

“sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik yang

lengah lagi beriman (berbuat zina).” Allah menyebutkannya secara umum,

yaitu semua wanita yang baik dan beriman, yang dituduh melakukan

perbuatan keji, dengan tanpa mengkhususkan sebagian dari mereka. Jadi,

setiap orang yang menuduh wanita yang baik dengan memiliki sifat-sifat

yang disebutkan oleh Allah dalam ayat ini, akan dilaknat di dunia dan

akhirat. Serta mendapatkan siksa yang amat pedih, kecuali dia bertobat dari

15 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan

Askan; editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) , jilid 19,h 55

16 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 19,h 60

Page 74: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

56

dosanya sebelum mati, karena dalam pengecualian itu Allah berfirman, ال

Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu“ الذين تاب وا ذلك واصلحوا

dan memperbaiki (dirinya).” Itulah hukum bagi orang yang menuduh setiap

wanita yang baik, dan beriman, siapa pun wanita tersebut.17

Firman Allah ن يا والخرة ولهم عذاب عظيم لعنوا في الد “Mereka kena

laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar,”

maksudnya adalah, itulah hukuman bagi mereka jika mati, sedangkan

mereka belum bertaubat.18

Menurut istilah, li’an adalah sumpah yang diucapkan oleh suami

ketika menuduh isterinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa

ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada kesaksian

kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia

berdusta dalam tuduhannya itu.19

Asbâb al- Nuzûl: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat

diatas turun khusus berkenaan dengan istri-istri Nabi. (Diriwayatkan oleh

al-Tabranî yang bersumber dari Al-Dhahhak bin Muzahim).20

17 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 19,h 60 18 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 19,h 61 19 Tutiek Retnowati & Nurhadi “Pengakuan Sebagai Alat Bukti dalam Perkara

Pengingkaran Keabsaha Anak” Hal 35 20 Qamaruddin Shaleh, Asbâb al Nuzûl, (Bandung: cv.di ponogoro,1995)h.379

Page 75: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

57

Pada ayat di atas dapat dipahami bahwa Nabi SAW, memerintahkan

agar mendoakan orang-orang yang berhujjah dan membantah masalah Isa,

yang terdiri dari kalangan Ahli Kitab, agar berkumpul, lelaki, wanita dan

anak-anaknya. Nabi pun berserta kaum Mukminin laki-laki, wanita, atau

anak-anak. Lalu, bersama-sama berbtihal kepada Allah SWT agar dia

melaknat orang yang bohong dalam ucapannya tentang Nabi Isa As.21

Sedangkan ayat sesudahnya menerangkan tantang Ahli Kitab yang

menyembunyikan agama Islam dan kenabian Muhammad SAW, padahal

mereka mengetahui dari kitab Taurat dan Injil-maka mereka itu termasuk

orang yang pantas dijauhkan dari rahmat Allah. Mereka juga pantas

medapat laknat dari para malaikat dan ummat manusia karena perbuatan

mereka, yakni menyembunyikan kebenaran, 22 Allah menjelaskan para

suami yang menuduh istrinya berbuat zina tanpa mempunyai saksi yang

menguatkan kebenaran tuduhannya itu, maka suami itu wajib bersumpah

empat kali bahwa ia telah berkata benar dalam tuduhannya itu, dan pada

sumpah yang kelima dia mengatakan bahwa laknat Allah ditimpakan

kepadanya jika dia termasuk orang-orang yang berkata dusta dalam

tuduhannya itu.23

Dan kemudian dilanjutkan dengan ancaman atau hukuman orang

yang menuduh orang-orang baik sebagai orang sering perbuatan yang keji

21 Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1, h. 154-156 22 Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1, h. 54 23 Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 6, h. 73

Page 76: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

58

dan penyebaran kekejian di tengah-tengah kaum mukmin, sera contoh

telada yang buruk bagi orang-orang yang berbicara tentang kekejian itu,

maka mereka berhak menerima dosa penyebaran kekejian itu dan dosa yang

membicarakannya.24

2. Laknat terhadap Orang yang Zalim

Ada beberapa ayat al Qur’an yang mengecam orang-orang zalim

dengan laknat Allah. Diantaranya ialah terdapat pada Q.S Al-A’râf/7:44,

Q.S. Hûd/11:18, Al Ghâfir/40:52

هل ونادى أصحاب الجنة أصحاب النار أن قد وجدنا ما وعدنا رب نا حقا ف

هم أن لعنة الله على ن وجدتم ما وعد ربكم حقا قالوا ن عم فأذن مؤذ ن ب ي

الظالمين

“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), ‘sesungguhnya kami dengan

sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah

memperoleh dengan sebenarnya apa (adzab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka menjawab, ‘Betul’. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara

kedua golongan itu, ‘Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zhalim” (Q.S Al-A’raf/7:44)

Abû Ja’fâr berkata: Allah SWT berfirman, “Para penghuni surga

menyeru penghuni neraka setelah mereka memasuki keduanya, ‘Hai

penduduk neraka, kami sudah apa yang telah dijanjikan Tuhan kami di

dunia melalui lidah para Rasul-Nya, berupa ganjaran pahala beriman

24 Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 6, h. 152

Page 77: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

59

kepada-Nya dan mentaati-Nya. Apakah kalian sudah mendapatkan apa yang

telah dijanjikan Tuhan kalian melalui lidah para Rasul-Nya berupa siksaan

karena kafir kepada-Nya dan memaksiati-Nya’? Penduduk neraka

menjawab, ‘Ya, kami sudah mendapatkan semua itu’.”25

Abû Ja’fâr berkata: menurut kami, qira’at yang benar dalam

membaca ayat tersebut adalah ن عم, karena ini merupakan qira’at yang

banyak dipakai di kalangan ahli qira’at seluruh negeri, dan merupakan logat

yang populer di kalangan masyarakat Arab.

Adapun firman-Nya, هم فأذ ن ن مؤذ ن ب ي “kemudian seorang penyeru

(malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu.” Maknanya

adalah, “Seorang tukan seru dan seorang tukang umum mengumumkan di

antara mereka, أن لعنة الله على الظالمين “Kutukan Allah ditimpakan kepada

orang-orang yang zhalim’.” Dia berkata, “Kemarahan Allah, kemurkaan

dan siksaan-Nya ditimpakan atas orang yang kafir kepada-Nya.”26

Kami telah menjelaskan pendapat, bahwa apabila ان menyertai jenis

kalimat yang menyerupai cerita, dan bukannya cerita nyata, maka orang

Arab kadangkala men-tasydid-kannya ان ,meletakkannya fi’il sesudahnya,

25 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 11,h 120-121

26 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 11,h 123-124

Page 78: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

60

lalu membaris fathah-kannya. Kadangkala juga meringankannya (tidak ber-

tasydid [an]) serta memberlakukan fungsinya pada fi’il dengan me-nashab-

kannya dan membatalkan fungsinya dari isim sesudahnya, sebagaimana

yang lalu, sehingga tidak perlu mengulangnya lagi di sini.

Jika demikian, berarti membaca ان dengan ber-tasydid ataupun tidak

dalam ayat tersebut adalah sama, sebab makna kalimat tetap sama, dengan

cara baca manapun yang dipakai seseorang, dan keduanya merupakan

qira’at yang populer di kalangan ahli qira’at seluruh negeri.27

رى على الل ت و ه كذب ا أولئك ي عرضون على رب هم وي ق ومن أظلم ممن اف

الشهاد هؤلء الذين كذبوا على رب هم أل لعنة الله على الظالمين

“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat-

buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata, ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka’. Ingatlah, kutukan

Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim.” (Q.S. Hud/11:18)

Abû Ja’fâr berkata: Allah SWT berfirman untuk

menginformasikan kepada Nabi-Nya, “Apakah ada manusia yang lebih kuat

siksaannya daripada orang yang telah membuat-buat kebohongan terhadap

Allah SWT, lalu mendustakan Allah? Mereka akan dihadapkan kepada

Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata, ‘Mereka inilah orang-orang

yang dihadapkan kepada Tuhan mereka pada Hari Kiamat, lalu ia akan

27 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 11,h 124

Page 79: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

61

bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka kerjakan pada saat hidup

di dunia.” 28

Firman-Nya: وي قو الشهاد “Dan para saksi akan berkata.”

Maksudnya adalah malaikat dan para Nabi, mereka akan menjadi saksi

orang-orang yang telah membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan

mengawasi apa yang telah mereka perbuat. Mereka الشهاد ‘asyhâd’

merupakan bentuk jamak dari asal kata syahid , seperti kata ashhâb yang

menjadi jamak dari kata shahib: هؤلء الذين كذبوا على رب هم “orang-orang

inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka” ia berkata, “Para saksi

akan menjadi saksi akhirat atas orang-orang yang mengada-adakan

kedustaan terhadap Allah pada masa hidup di dunia. Mereka akan berkata,

“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka saat hidup

di dunia.”29

Allah SWT berfirman, أل لعنة الله على الظالمين “ingatlah kutukan

Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim.” Ia berkata, “Ingatlah,

murka Allah akan diturunkan kepada orang-orang yang melanggar dan

melampaui batas, yaitu orang-orang yang mengingkari Tuhan mereka.”30

28 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007), jilid 13,h 881-882 29 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 13,h 882 30 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 13,h 883

Page 80: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

62

فع الظالمين معذرت هم ولهم اللعنة ولهم سوء الدار ي وم ل ي ن

“(Yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zhalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah

tempat tinggal yang buruk.” (Al Ghâfir/40:52)

Firman-Nya, فع الظالمين معذرت هم ي وم ل ي ن “Hari yang tidak berguna

bagi orang-orang zalîm permintaan maafnya,” maksudnya adalah, itulah

hari yang pada hari itu permintaan maaf orang-orang musyrik tidak berguna,

karena Allah telah memberikan peringatan kepada mereka dan telah

memberikan bukti-bukti kebenaran. Oleh sebab itu, tiada artinya ucapan

mereka, ت هم إل أن قالوا والله رب نا ما كنا مشركين ن ,Demi Allah“ ثم لم تكن فت

Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah (Qs. Al An’âm [6]: 23)31

Firman-Nya, ولهم اللعنة “Dan bagi merekalah laknat,” maksudnya

adalah, laknat Allah bagi orang-orang yang zalîm, yaitu jauh dari rahmat

Allah. ولهم سوء الدار “Dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk,” dan

adzab yang pedih.32

Munasabah Ayat: Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa

yang mengingkari ayat-ayat Allah itu hanyalah orang-orang kafir saja. Juga

terdapat bantahan Allah terhadap orang-orang kafir itu dengan

31 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 22,h 602 32 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 22,h 603

Page 81: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

63

mengemukakan bukti-bukti kebenaran ayat-ayat-Nya, untuk menghibur hati

Rasulullah SAW dan orang-orang beriman dalam menghadapi tantangan

serta sikap permusuhan kaumnya. Pada ayat-ayat berikut ini diterangkan

bahwa Allah berjanji akan menolong para Rasul-Nya dan orang-orang yang

beriman serta memberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.33

3. Orang-Orang Yang Ingkar (Kafir, Musyrik)

Seperti yang terdapat dalam al Qur’ân tentang laknat bagi orang-

orang yang ingkar (kafir, musyrik) di antaranya Q,S. Al-Qashâsh/28:42,

Q.S. Hûd/11:60, Q.S. Al-Baqarah/2:88,89, Q.S. Ali Imrân/3:87, Q.S. Al-

Ra’d/13:25 dan Q.S. al-Mâidah/5:13,60.

ن يا لعنة وي وم القيامة هم من المقبوحين عناهم في هذه الد ب وأت

Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari

rahmat Allah) (Q,S. Al-Qashash/28:42)

Firman-Nya, ن يا لعنة وي وم القيامة عناهم في هذه الد ب Dan Kami“ وأت

ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada Hari kiamat,”

maksudnya adalah, di dunia ini Kami pastikan Fir’aun dan dan kaumnya

mendapatkan kerugian dan murka dari Kami. Di dunia mereka di binasakan,

dikecam dan di hina. Kemudian Kami sertakan laknat lain bagi mereka di

akhirat kelak. Kerugian mereka di dunia merupakan kerugian yang kekal

33 Departemen Agama RI, Al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). (Jakarta;

Departemen Agama RI,2004), jilid 8, h.554

Page 82: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

64

abadi, dan kehinaan mereka merupakan kehinaan yang pasti mereka

terima.34

Firman-Nya, هم من المقبوحين “Mereka termasuk orang-orang yang

dijauhkan (dari rahmat Allah),” maksudnya adalah, mereka merupakan

orang-orang yang dianggap jelek oleh Allah, maka Allah membinasakan

mereka karena kekufuran mereka kepada Tuhan mereka dan pendustaan

mereka terhadap Mûsa, Rasul utusan Allah. Allah menjadikan mereka

sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mengambil pelajaran dan menjadi

nasihat bagi orang-orang yang menjadikannya sebagai nasihat.35

ا ل ن يا لعنة وي وم القيامة أل إن عاد ا كفروا رب هم أل ب عد عاد وأتبعوا في هذه الد

وم هود ق

Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ´Ad itu kafir

kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum ´Ad (yaitu) kaum Huud itu (Q.S. Hud/11:60)

Abû Ja’fâr berkata: Allah SWT berfirman untuk menyampaikan

berita tersebut, “Di dunia ini, kaum Aad, yaitu kaum Hud, selalu diikuti

dengan kemurkaan dan kemarahan dari Allah bagitu juga di akhirat, seperti

34 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 27,h 222 35 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 27,h 222

Page 83: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

65

kutukan demi kutukan didatangkan dari Allah, datang dan menimpa mereka

pada masa lalu pada kehidupan dunia.”36

وم هود ا لعاد ق Ingatlah, sesungguhnya“ أل إن عاد ا كفروا رب هم أل ب عد

kaum Aad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi

kaum Aad (yaitu) kaum Hud itu.” Dia berkata, “Allah menjauhkan mereka

dari kebaikan.” Dikatakan, كفر فلن ربه و كفر برب ه“Fulan kafir kepada

Tuhan-Nya, dan ia kafir terhadap Tuhan-Nya.” وشكرت لك و شكرتك“Aku

berterima kasih kepadamu, dan aku bersyukur kepadamu.”

Dikatakan, “Sesungguhnya makna kafir mereka terhadap Tuhan

mereka adalah pengingkaran mereka atas nikmat dan karunia Tuhan

mereka.37

قليل ما ي ؤمنون هم الله بكفرهم ف وقالوا ق لوب نا غلف بل لعن

Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah

telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman (Q.S. Al-Baqarah/2:88)

Abû Ja’fâr Mengatakan: para ahli qira’at berselisih pendapat

dalam membaca ayat ini. Sebagian mereka membaca وقالوا ق لوب نا غلف

dengan meringankan huruf laam yang bersukun, dan ini merupakan bacaan

36 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 42,h 470 37 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 42,h 471

Page 84: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

66

yang umum di seluruh penjuru negeri. Sebagian yang lain membaca وا وقال

dengan memberatkan bacaan laam yang berdhammah yang ق لوب نا غلف

membaca dengan mensukunkan huruf laam dan meringankan bacaannya,

mereka menafsirkan bahwa mereka berkata, “Hati kami berada dalam

sarang dan tertutup”, dan الغلفdalam bacaan mereka adalah jamak dari kata

yaitu sesuatu yang terbungkus dan tertutup.38اغللف

Abû Ja’fâr Berkata: Akan tetapi Allah telah menjauhkan,

mengusir, menghinakan dan menghancurkan mereka disebabkan kekafiran

mereka terhadap ayat-ayat Nya, bukti-bukti Nya, risalah yang dibawa oleh

para rasul-Nya, dan mereka mendustakan nabi-nabi-Nya.39

Abû Ja’fâr Berkata: pada ayat ini هم الله بكفرهم terdapat بل لعن

pengingkaran Allah terhadap orang-orang yang mengatakan ق لوب نا غلف

yakni orang-orang Yahudi, karena firman-Nya بل menunjukkan

pengingkaran-Nya dan penentangan-Nya terhadap sesuatu yang mereka

38 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 2,h 111 39 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 137

Page 85: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

67

seru. Karena kalimat بل tidak masuk dalam sebuah ungkapan kecuali untuk

menyangkal sesuatu yang diingkari.40

Jika demikian, maka jelas arti ayat tersebut adalah: Dan berkatalah

orang-orang Yahudi: hati kami dalam keadaan tertutup terhadap apa yang

engkau seru kepadanya, wahai Muhammad. Maka Allah berfirman, hal itu

tidaklah seperti yang mereka kira, akan tetapi Allah menjauhkan orang-

orang Yahudi dari rahmat-Nya dan mengusir mereka, serta menghinakan

nya disebabkan penentangan mereka kepada-Nya dan Rasul-Nya, kerena itu

hanya sedikit sekali dari mereka yang beriman.41

Abû Ja’fâr Berkata: para ahli tafsir berbeda pendapat dalam

menafsirkan ما ي ؤمنون فقليلا sebagian mereka mengatakan bahwa artinya

“Maka sedikit dari mereka yang beriman” yakni “Tidaklah beriman dari

mereka kecuali sedikit orang.” Riwayat yang menyatakan hal tersebut:

Bisyr bin Mu’âdz memberitahukan kepada kami, katanya, Yazîd bin

Zurai’ memberitahukan kepada kami, katanya, Sa’îd memberitahukan

kepada kami dari Qatadah mengenai firman-Nya: قليل هم الله بكفرهم ف بل لعن

ia berkata, “Demi Dzat yang memberiku kehidupan, sungguh ما ي ؤمنون

mereka yang murtad dari seseorang musyrik lebih banyak daripada yang

40 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 132 41 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 132

Page 86: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

68

murtad dari ahli kitab, sungguh mereka yang beriman dari kalangan ahli

kitab itu sedikit.42

Abû Ja’fâr berkata: penafsiran yang paling utama untuk

dibenarkan menurut kami mengenai ayat قليل ما ي ؤمنون yaitu bahwa Allah ف

Yang Maha Suci memberitahukan bahwa Dia melaknat orang yang

memiliki sifat yang Allah sebutkan dalam ayat ini, kemudian Allah

memberitahukan bahwa mereka sangat sedikit yang beriman terhadap apa

yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya SAW, oleh karena itu kata قليل ف

menjadi manshûb (mengikuti sifat mashdâr yang tidak disebutkan) dan

artinya: “Akan tetapi Allah telah melaknat mereka disebabkan kekafiran

mereka, maka sangat sedikit keimanan mereka. Oleh sebab itu menjadi jelas

dengan apa yang kami terangkan kekeliruan perkataan yang diriwayatkan

dari Qatadah, karena makna tersebut jika seperti yang diriwayatkan, maka

memiliki arti: maka mereka tidak beriman kecuali hanya sedikit, atau sangat

sedikit dari mereka yang beriman, tentulah hanya sedikit, atau sangat sedikit

dari mereka yang beriman, tentulah kalimat القليلmenjadi marfû’ dan bukan

manshûb, karena jika ditafsirnya seperti ini, maka القليلsaat itu menjadi

marfû’ karena lafaz ماmeskipun القليل manshûb, dan kalimat ما yang

42 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 132-195

Page 87: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

69

memiliki arti man (siapa) atau ال ذىtetap ما menjadi tidak di-marfû’-kan dan

hal itu tidak diperbolehkan.43

Munasabah Ayat: Di dalam ayat yang lalu Allah memberikan

penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa

mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka telah mementingkan

kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat. Kemudian ayat-ayat

berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi di luar batas

perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui

beberapa Rasul yang datang secara berturut-turut, namun tidak saja

petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara Rasul-rasul itu ada

yang didustakan dan ada pula yang dibunuh.44

فتحون بل يست ولما جاءهم كتاب من عند الله مصد ق لما معهم وكانوا من ق

لعنة الله على الكافرين لما جاءهم ما عرفوا كفروا به ف على الذين كفروا ف

Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat

kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar

kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu (Q.S. Al-Baqarah/2:89)

43 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 135-196 44 Departemen Agama RI, Al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). (Jakarta;

Departemen Agama RI,2004), jilid 8, h. 132

Page 88: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

70

Abû Ja’fâr berkata: yang dimaksud dalam firman-Nya ولما جاءهم

adalah: “Ketika datang kepada orang-orang كتاب من عند الله مصد ق لما معهم

Yahudi dari bani israil yang Allah sebutkan sifat mereka كتاب من عند الله

yang dimaksud dengan كتاب adalah: Al Qur’an yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW bahwa مصد ق لما معهم yakni “Membenarkan apa

yang ada pada mereka dari kitab yang Allah turunkan sebelum Al Qur’an.”

45

Abû Ja’fâr Berkata: maksud dari firman Allah: بل وكانوا من ق

فتحون على الذين كفرو ايست bahwasanya orang-orang Yahudi yang ketika

datang kepada mereka kitab dari Allah yang membenarkan apa yang ada

pada mereka dari kitab yang telah Allah turunkan sebelum Al Qur’ân,

mereka mengkafirinya-mereka meminta untuk mendapatkan kemenangan

dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW.46

Dan makna تاح الستف :adalah memohon kemenangan, yakni

memohon kepada Allah dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW atas

45 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 138 46 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 133

Page 89: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

71

orang musyrik Arab sebelum kerasulannya, yaitu sebelum diutus menjadi

Rasul.47

Abû Ja’fâr Berkata: Jika ada yang berkata kepada kami “Di

manakah letak jawaban dari firman Allah: ولما جاءهم كتاب من عند الله

? مصد ق لما معهم

Dikatakan: Ahli bahasa berbeda pendapat mengenai letak

jawabannya. Sebagian dari mereka mengatakan: itu termasuk dari susunan

kalimat yang tidak dicatumkan jawabannya karena yang diperintah sudah

mengetahui artinya. Sebagaimana banyak dicontohkan dalam Al Qur’ân.

Dan terkadang orang Arab memakai susunan itu jika kalimat yang ada

terlalu panjang, maka mereka menggunakan kalimat yang memiliki

jawaban, kemudian jawaban itu dihapuskan karena pendengar telah

mengetahui tentang arti dan makna kalimat itu sendiri. Sebagaimana firman

Allah: ه ولو أن ق رآن ا سي رت به الجبا أو قط عت به الرض أو كل م به الموتى بل لل

yang artinya: “dan sekiranya ada sesuatu bacaan (kitab suci) yangالمر

dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi

terbelah atau kerenanya orang yang mati dapat berbicara, sebenarnya

segala urusan itu adalah kepunyaan Allah”. (Qs. Ar Ra’d [13] : 31) maka

tidak dicatumkan jawabannya, dan artinya: seandainya bacaan selain Al

47 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 133

Page 90: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

72

Qur’an yang menjadikan gunung-gunung itu berjalan, maka pasti akan

berjalan dengan Al Qur’an, karena pengetahuan pendengar tentang artinya.

Mereka berkata, begitu pula firman Allah: ولما جاءهم كتاب من عند الله

-Dan sebagian yang lain mengatakan: jawaban dari firman . مصد ق لما معهم

Nya: ولما جاءهم كتاب من عند الله adalah huruf faa’ yang berada dalam lafaz

لما جاءهم م لعنة الله على الكافرين ف ا عرفوا كفروا به ف dan jawaban yang kedua

terdapat dalam lafaz كفروا به seperti perkataan: ketika aku bangkit dan kamu

datang, maka kamu baik, sama artinya: ketika kamu mendatangi kami, aku

bangun maka kamu baik.48

Abû Ja’fâr berkata: Pada bahasan yang lalu telah cukup banyak

kami paparkan mengenai arti ن الع dan الكفر, dengan demikian arti ayat

tersebut adalah: Maka penghinaan dan pengusiran Allah terhadap orang

yang menentang, disebabkan oleh kebenaran yang mereka ketahui terhadap

Allah dan Rasul-Nya yang mereka ingkari, ketika telah nyata kebenaran

bagi mereka, yaitu kenabian Muhammad SAW. Dan dalam firman Allah

tentang orang Yahudi yang Allah kabarkan kepada mereka dalam firman-

Nya: لما جاءهم ما عرفوا كفروا به ف adalah keterangan yang jelas bahwa mereka

48 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 274-205

Page 91: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

73

sengaja mengingkari Muhammad SAW setelah adanya bukti atas mereka

tentang kenabiannya dan Allah telah membantah alasan mereka dan bahwa

dia adalah seorang Rasul (utusan) kepada mereka.49

Asbâb al- Nuzûl: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum

Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (Bangsa Arab). Tiap

kali bertempur, kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi meminta

pertolongan dengan do’a ini: “Ya Allah, sesungguhnya kami meminta

kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang Ummi, yang telah engkau

janjikan kepada kami, akan Engkau utus Dia diakhir zaman. Tidaklah

Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?”

Apabila bertempur, mereka tetap berdoa dengan do’a ini, sehingga

kalahlah kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur

terhadap Nabi SAW. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2:89) sebagai

laknat kepada orang-orang yang memohon pertolongan Allah, yang setelah

dikabulkan mengingkarinya. (Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab Al-

Mustadrak dan al-Baihaqî dalam kitab ad-Dala’il dengan sanad yang lemah

yang bersumber dari Ibnu Abbâs).50

أولئك جزاؤهم أن عليهم لعنة الله والملئكة والناس أجمعين

Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan

kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya (Q.S. Ali Imrân/3:87)

49 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 2,h 205-206 50 Qamaruddin Shaleh, Asbâb al Nuzûl, (Bandung: cv.di ponogoro,1995)h.28

Page 92: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

74

Allah menjelaskan bahwa balasan bagi mereka (orang yang kufur

setelah beriman) adalah laknat dari Allah SWT (maksudnya di jauhkan dari

Allah SWT, para malaikat, dan seluruh manusia, yang semuanya

mendoakan keburukan mereka).51

Sebelumnya kami telah menjelaskan makna laknat manusia kepada

orang kafir, sehingga hal itu tidak perlu diulang kembali.52

Asbâb al- Nuzûl: dalam suatu riwayat lain dikemukakan bahwa

seorang laki-laki dari kaum Ansar murtad setelah masuk islam. Ia menyesal

atas kemurtadannya. Ia meminta kepada kaumnya agar mengutus seseorang

menghadap Rasulullah SAW untuk menanyakan apakah di terima

taubatnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Q.S. 3 Ali Imrân:87), dan

disampaikan oleh utusan itu kepadanya, sehingga ia pun kembali memeluk

islam. (Diriwayatkan oleh Musaddad di dalam musnâd-nya dan

‘Abdurrazzaq, yang bersumber dari mujahid).53

Munasabah Ayat: Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi

yang tidak mengakui kedatangan seorang Nabi dari bangsa arab karena nya

kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah

menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan.54

51 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 5,h 570 52 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 5,h 570 53 Qamaruddin Shaleh, Asbâb al Nuzûl, (Bandung: cv.di ponogoro,1995)h. 105

54 Departemen Agama RI, Al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). (Jakarta;

Departemen Agama RI,2004), jilid 8, h.513

Page 93: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

75

قضون عهد الله من ب عد ميثاقه وي قطعون ما أمر الله به أن يوص والذين ل ي ن

وي فسدون في الرض أولئك لهم اللعنة ولهم سوء الدار

Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan

teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman

yang buruk (Jahannam) (Q.S. Ar-Ra’d/13:25)

Abû Ja’fâr berkata: Allah SWT berfirman, قضون عهد الله وا لذين ي ن

“Orang-orang yang merusak janji Allah,” serta pelanggaran mereka

terhadap janji, menyalahi perintah Allah dan perbuatan maksiat mereka, من Setelah diikrarkan dengan teguh,” atas diri mereka untuk“ ب عد ميثاقه

menjalankan apa yang dijanjikan kepada mereka. وي قطعون ما أمر الله به أن Dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya“ يوصل

dihubungkan”. Mereka memutuskan tali silaturrahim yang Allah

perintahkan untuk menyambungkan وي فسدون في الرض “Dan mengadakan

kerusakan di bumi”. Yaitu perbuatan mereka di dunia dengan maksiat

kepada Allah. أولئك لهم اللعنة “orang-orang yang memperoleh kutukan,”

yakni jauh dari rahmat-Nya dan jauh dari surga-Nya. ولهم سوء الدار “Dan

bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” Mereka

mendapatkan apa yang buruk bagi mereka diakhirat.55

55 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007)jilid 15,h 213

Page 94: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

76

هم لعناهم وجعلنا ق لوب هم قاسية يحر فون الكلم عن فبما ن قضهم ميثاق

هم إل قليل مواضعه زا تطلع على خائنة من ونسوا حظا مما ذك روا به ول ت

هم واصفح إن الله يحب المحسنين هم فاعف عن من

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka

(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan

melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat

baik )Q.S. al-Maidah/5:13(

Abû Ja’fâr berkata: Allah SWT berfirman kepada Nabi

Muhammad SAW, “Wahai Muhammad, janganlah kamu merasa heran

terhadap orang-orang Yahudi yang ingin mencelakaimu dan mencelakai

sahabat-sahabatmu, serta melanggar perjanjian antara kamu dengan mereka

dengan cara menghianatimu dan teman-temanmu, karena itu memang

kebiasaan mereka dan para pendahulu mereka. Oleh karena itu, Aku

mengambil janji pendahulu mereka. Oleh karena itu, Aku mengambil janji

pendahulu mereka pada masa Mûsa AS untuk taat kepada-Ku, dan Aku

mengutus 12 orang diantara mereka, dan mereka adalah orang-orang yang

dipilih untuk mencari informasi tentang negeri yang kuat. Aku telah

menjanjikan pertolongan kepada mereka, dan Aku akan mewariskan negeri,

rumah, serta harta mereka setelah Aku memperlihatkan kepada mereka

penyebrangan serta bukti kehancuran Fir’aun dan kaumnya di laut, dan

Page 95: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

77

terbelahnya laut kepada mereka serta semua penyebrangan yang Aku

perlihatkan kepada mereka.56

Tetapi mereka melanggar perjanjian yang mereka ikatkan kepada-

Ku dan melanggar janji-Ku, maka Aku melaknat mereka. Jika itu adalah

perbuatan orang-orang baik diantara mereka dengan bantuan-Ku kepada

mereka, maka janganlah kalian bertanya tentang contoh perbuatan orang-

orang buruk diantara mereka.57

Dalam kalimat itu terdapat bagian yang dibuang karena sudah

dianggap jelas dengan petunjuk zâhir, yakni makna kalimat tersebut adalah,

“Barangsiapa diantara kalian ada yang kafir setelah itu, berarti ia telah

tersesat dari jalan yang lurus. Kemudian mereka melanggar janji, maka

Allah melaknat mereka. Kami kutuk mereka.”58

Oleh karena itu, cukup dengan pertanyaan, ه اهم م لعن فبما ن قضهم ميثاق

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka” tanpa

menyebut, قضوا ن ”.Kemudian mereka melanggar“ ف

Takwil firman Allah : وجعلنا ق لوب هم قاسية (dan Kami jadikan hati

mereka keras membatu)

56 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 8,h 591 57 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 591 58 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 591

Page 96: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

78

“Oleh karena itu, Kami laknat orang-orang yang melanggar janji-Ku

dan tidak memenuhi perjanjian-Ku dari kalangan bani israil. Kami jadikan

hati mereka keras dan padat dari keimanan kepada-Ku dan petunjuk kepada

ketaatan-Ku, sehingga tercabut dari hati tersebut kelembutan dan kasih

sayang.”59

Takwil firman Allah: يحر فون الكلم عن مواضعه (Mereka suka

merubah perkataan [Allah] dari tempat-tempatnya)

Abû Ja’fâr Berkata: Allah SWT berfirman, “Kami menjadikan

hati orang-orang yang melanggar janji-janji Kami dari kalangan bani Israil

keras membantu, tercabut darinya kebaikan dan diangkat darinya petunjuk,

sehingga mereka tidak beriman dan tidak mendapat petunjuk. Mareka pun

merubah perkataan-perkataan Tuhan mereka yang diturunkan kepada Nabi

mereka, Musa, yakni Taurat. Kemudian mereka menggantinya dengan

tulisan tangan mereka sendiri, lalu berseru kepada orang-orang bodoh,

‘Inilah kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi-Nya, Mûsa AS’. Ini

merupakan sifat-sifat orang Yahudi setelah masa Mûsa yang menjumpai

masa Nabi Muhammad SAW, akan tetapi Allah SWT memasukkan mereka

kedalam orang-orang yang semasa, yang mulai mengabarkan mereka dari

orang-orang yang berjumpa dengan Musa, karena mereka adalah anak-anak

mereka dan mengikuti perilaku mereka dalam berdusta kapada Allah,

59 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 597-594

Page 97: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

79

membuat-buat atas nama-Nya dan melanggar janji yang Allah ambil dari

mereka dalam Taurat.60

Takwil firman Allah: ونسوا حظا مما ذك روا به “Dan mereka [sengaja]

melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan

dengannya)”.

Maksud firman-Nya, ونسوا حظا “Dan mereka [sengaja] melupakan

sebagian.” Dan mereka meninggalkan sebagian, yakni seperti firman-Nya,

هم نسي Mereka telah lupa kepada Allah , maka Allah melupakan“ نسوا الله ف

mereka.” (Qs. At Taubah [9] : 67) Maksudnya mereka meninggalkan Allah,

maka Allah meninggalkan mereka . penjelasan mengenai hal ini yang

disertai dengan bukti-buktinya, telah diberikan sebelumnya, sebingga tidak

perlu kami ulang lagi disini.61

Dikatakan, هم زا تطلع على خائنة من Dan kamu (Muhammad)“ ول ت

senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka,” karena permulaannya,

dengan menyebut sekelompok orang, sehingga ditutp dengan menyebut

sekelompok orang juga adalah lebih utama.62

60 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 595-596 61 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 597 62 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 598

Page 98: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

80

Takwil firman Allah: هم واصفح إن الله يحب المحسنين Maka) فاعف عن

maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berbuat baik)

Abû Ja’fâr Berkata: ini merupakan perintah dari Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW untuk memberi maaf kepada orang-orang

Yahudi yang hendak mencelakainya.

Allah SWT berfirman kepadanya, “Berilah maaf wahai Muhammad,

orang-orang yang hendak mencelakai dengan cara membunuhmu dan

membunuh sahabat-sahabatmu, dan biarkanlah mereka dengan perbuatan

jahat mereka dengan tidak membalas dengan cara membenci mereka,

karena Aku menyukai orang yang memberi maaf dan membiarkan orang

yang hendak berlaku buruk terhadapnya”.63

ليه ئكم بشر من ذلك مثوبة عند الله من لعنه الله وغضب ع قل هل أن ب

هم القردة والخنازير وعبد الطاغوت أولئك شر مكان ا وأضل عن وجعل من

سواء السبيل

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu

disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih

tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S. al-Maidah/5: 60(

63 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 8,h 601-602

Page 99: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

81

Takwil firman Allah: قل هل أن ب ئكم بشر من ذلك مثوبة عند الله من لعنه

هم القردة والخنازير الله وغضب عليه وجعل من (Katakanlah, “Apakah akan aku

beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya

dari [orang-orang fasik] itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki

dan dimurkai Allah, diantara mereka [ada] yang dijadikan kera dan

babi).64

Abû Ja’fâr Berkata: Allah SWT berfirman kepada Nabi

Muhammad SAW, “Hai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang yang

menjadikan agamamu mainan dan bahan cemoohan, yakni orang-orang

yang telah diberikan kitab sebelummu dan orang-orang Kafir, ‘Bagaimana

aku memberitahukan kepadamu hai ahli kitab dengan kejelekan ganjalan

yang kalian lakukan kepada kami, orang yang beriman kepada Allah dan

kitab Allah yang diturunkan kepada kami, serta kitab-kitab yang diturunkan

sebelum kitab kami’?”.65

Takwil firman Allah: وعبد الطاغوت أولئك شر مكان ا وأضل عن سواء

Dan [orang yang] menyembah thaghut?” Mereka itu lebih buruk“ السبيل

tempatnya dan lebih tersesat dari jalan lurus”.66

64 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007) jilid 9,h 158 65 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 9,h 158 66 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 9,h 162

Page 100: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

82

Abû Ja’fâr Berkata: ayat itu menyatakan bahwa Allah SWT

bermaksud sebagai khabar yang memberitahukan mengenai orang Yahudi,

yang sifat mereka telah disebutkan dalam ayat-ayat sebelum ini, dengan

buruknya perilaku mereka, akhlak yang tercela dan memperbolehkan

sesuatu yang diharamkan, serta banyaknya dosa dan maksiat yang dilakukan

oleh mereka. Hingga kemudian Allah merubah bantuk mereka. Ada yang

menjadi kera, dan ada yang menjadi babi.67

Semua itu, sebagai ayat dari Allah yang ditunjukkan kepada mereka

-(orang Yahudi), sebagaimana telah ditunjukkan, dan menjadi keliru bagi

mereka dengan apa yang mereka ketahui maknanya dari kalimat tersebut

dengan sebaik-baik pengetahuan. Juga memberitahukan kepada Nabi SAW

mengenai perilaku yang terbaik. Allah berfirman kepada baliau,

“Katakanlah kepada mereka wahai Muhammad, ‘Apakah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya yang mereka caci maki itu lebih

baik dan lebih utama, ataukah orang-orang yang telah Allah laknat?”. 68

4. Laknat bagi Orang-orang Munafik

Diantara ayat yang dijelaskan oleh Allah tentang laknat bagi orang

munafik ialah yang terdapat dalam Q.S. Al Fath/48:6, Q.S. Al Taubah/9:68

67 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 9,h 167 68 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 9,h 167

Page 101: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

83

ب المنافقين والمنافقات والمشركين والمشركات الظان ين بالله ظن وي عذ

هم وأعد لهم جهنم السو ء عليهم دائرة السوء وغضب الله عليهم ولعن

وساءت مصير ا

Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan

mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka

neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali. (Q.S. Al Fath/48:6)

Maksudnya, sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu

kemenangan yang nyata, supaya Allah mengampunimu, memasukkan

orang-orang beriman laki-laki dan perempuan ke dalam surga-surga yang

mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan supaya Allah mengadzab orang-

orang munafik, laki-laki dan perempuan, dengan sebab kemenangan dari

Allah untukmu, hai Muhammad. Yakni kemenanganmu atas orang-orang

musyrik Quraisy. Mereka berduka dan bersedih karena kemenanganmu itu

dan pupuslah harapan mereka melihat ahli iman mengalami kelemahan serta

kehinaan, dan karena mereka berpaling darimu di dalam dunia dan masuk

neraka serta kekal di dalamnya di akhirat.69

69 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam,2007), jilid 23,h 554

Page 102: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

84

وعد الله المنافقين والمنافقات والكفار نار جهنم خالدين فيها هي حسب هم

هم الله ولهم عذاب مقيم ولعن

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan

dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (Q.S. At Taubah/9:68)

Takwil firman Allah: وعد الله المنافقين والمنافقات والكفار نار جهنم

هم الله ولهم عذاب مقيم -Allah mengancam orang) خالدين فيها هي حسب هم ولعن

orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan

neraka Jahannam, mereka kekal didalamnya. Cukuplah neraka itu bagi

mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka adzâb yang kekal)

Abû Ja’fâr berkata: Allah berfirman, والمنافقات وعد الله المنافقين

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan“ والكفار

dan orang-orang kafir,” yakni kepada Allah.70

Neraka Jahannam”. Allah akan memasukkan mereka“نار جهنم

kedalam Neraka Jahannam semuanya.

70 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 13, h 1

Page 103: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

85

Mereka kekal di dalamnya.” Dan tidak hidup juga tidak“ خالدين فيها

mati”.

Cukuplah neraka bagi mereka,” ia berkata, “Adzab itu“ هي حسب هم

cukup bagi mereka, dan itu merupakan balasan atas kekufuran mereka

kepada Allah.”

هم الله Dan Allah melaknat mereka,”ia berkata, “Allah“ ولعن

menjauhkan mereka dari rahmatnya.”

,Ðan bagi mereka adzâb yang kekal,” dia berkata ولهم عذاب مقيم

“Adzâb bagi kedua kelompok, yaitu orang-orang munafik dan orang-orang

kafir, selama-lamanya, tidak akan pernah berakhir dan juga tidak pernah

musnah.”71

C. Analisis terhadap Penafsiran Ibn Jarîr al-Tabarî tentang Laknat

Dalam melakukan analisis ini, penulis hanya mengambil dari sisi

objek yang terkena laknat dan sebab Allah menurunkan laknat kepada

mereka. Ada beberapa objek/pelaku yang terkena laknat dari Allah di

antaranya: orang-orang zalim, orang-orang berdusta, ingkar (kafir atau

musyrik) dan orang-orang munafik.

71 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî; penerjemah, Ahsan Askan;

editor, Besus Hidayat Amin, jilid 13,h 2

Page 104: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

86

1. Orang-Orang yang Berdusta

Dusta adalah memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik

dengan ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti

menggelengkan kepala atau mengangguk.

Di dalam al Qur’ân orang-orang yang berdusta juga dapat terkena

laknat, termasuk orang yang menyembunyikan ilmu akan dilaknat oleh

Allah, para malaikat, dan seluruh umat manusia, ini merupakan ancaman

keras bagi orang yang menyembunyikan keterangan yang menjelaskan

tujuan-tujuan baik dan petunjuk yang bermanfaat bagi hati, yang dibawa

pleh para Rasul-Nya, setelah Allah SWT. Menjelaskan kepada hamba-

hamba-Nya dalam kitab-kitab-Nya yang telah diturunkan kepada para

Rasul-Nya, dan di dalam al Qur’ân juga dijelaskan akan melaknat orang-

orang yang berdusta tentang peristiwa Isa. Laknat juga akan diturunkan

kepada orang yang bersaksi dengan nama Allah empat kali persaksian,

bahwa dia adalah benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersaksi sekali

lagi bahwa dia akan terkena laknat Allah jika dia berdusta. Allah juga

melaknat orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik yang sedang

dalam keadaan lengah berbuat zina sedangkan mereka adalah wanita-wanita

yang beriman.

Menurut Ibn Jarîr al-Tabarî orang berdusta juga bisa mendapatkan laknat

dari Allah, penulis setuju dengan hal ini dikarnakan orang yang berdusta

bisa sangat merugikan banyak orang disekelilingnya, bukan hanya itu,

mereka juga termasuk orang-orang yang menyembunyikan kebenaran yang

ada. Maka dari itu orang berdusta pantas untuk mendapatkan laknat.

Page 105: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

87

2. Orang-Orang Zalîm

Zalîm berasal dari kata zalama-yazlimu-zulman yang artinya

aniaya. Zalîm (Arab: ظلم, Zalîm) adalah meletakkan sesuatu/ perkara

bukan pada tempatnya. Zalîm merupakan perilaku tercela. Sesungguhnya

perbuatan zalim dapat merugikan pelakunya dalam kehidupan dunia

maupun akhirat.

Kezhaliman yang terbesar dari jenis ini adalah kufur (mengingkari

Allah), Syirik (Menyekutukan Allah), dan Musyrik. Mempersekutukan

yang lain dengan Allah adalah aniaya paling besar. Sebab tujuan hidup bisa

pecah berderai. Menurut Hamka bahwa bukan hanya kepada Rabbnya

seseorang bisa terkena laknat, tetapi kepada diri sendiri atau kepada orang

lain. Seperti menzalimi diri sendiri, contohnya mabuk-mabukan, membuat

keonaran dan lain-lainnya.72

Allah juga melaknat orang-orang yang zalîm terhadap dirinya

sendiri, keluarga dan masyarakat. Allah juga melaknat orang-orang yang

melanggar dan melampaui batas, yaitu orang-orang yang mengingkari

Tuhan mereka dan orang-orang yang zalîm juga akan di jauhkan dari rahmat

Allah.

Menurut Ibn Jarîr al-Tabarî orang-orang zalîm juga bisa

mendapatkan laknat, penulis setuju dengan hal ini karena orang-orang zalîm

itu termasuk orang-orang yang merusak diri mereka sendiri salah satu

72 Hamka, Tafsir al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989) h. 179

Page 106: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

88

contohnya seperti mabuk-mabukan. Walaupun menurut mereka mabuk-

mabukan itu terasa enak, padahal sebenarnya mereka merusak diri mereka

sendiri.

3. Orang-Orang yang Ingkar (Kafir)

Kata kafir digunakan dalam al-Qurân adalah kata kafir yang

mempunyai arti pendustaan atau pengingkaran terhadap Allah Swt dan

Rasul-RasulNya, khususnya Nabi Muhammad dan ajaran-ajaran yang

dibawanya

Hamka mengatakan bahwa orang-orang kafir adalah siapa saja

menolak islam membencinya, memusuhinya, memeranginya, membuat dan

melaksanakan hukum selain hukum Allah. Kategori kafir juga dapat

dikenakan kepada mereka yang merendahkan serta menganggap bahwa

hukum ciptaan manusia lebih baik dan lebih tepat untuk dilaksanakan serta

lebih mampumenjawab problema masyarakat modern yang terdiri dari

berbagai suku, agama, ras, dari pada hukum Allah. Termasuk kafir juga

orang yang mengangkat pemimpin selain orang yang beriman (Yahudi,

Nashrani dan sejenisnya), sebagai pemimpin mereka dengan meninggalkan

orang-orang kafir, mereka tidak menyukai kejayaan dan kemajuan orang-

orang Islam, sebaliknya merasa gembira jika umat Islam mendapat musibah

dan kekalahan, merekalah orang-orang kafir lagi zhalim.73

Allah menjelaskan dalam al Qur’ân bahwa Fir’aun dan pengikutnya

mendapatkan laknat baik di dunia maupun di akhirat dan di jauhkannya dari

73 Hamka, Tafsir al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989) h. 99

Page 107: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

89

rahmat Allah karena kekufuran mereka kepada Tuhan mereka dan

pendustaan mereka terhadap Mûsa, Rasul utusan Allah. Dan laknat

selanjutnya juga diturunkan kepada kaum Aad karena mereka kafir terhadap

Tuhan mereka, dan Allah juga menjauhkan mereka dari kebaikan. Allah

juga melaknat orang-orang Yahudi, disebabkan penentangan mereka

kepada Allah dan Rasul-Nya, kerena itu hanya sedikit sekali dari mereka

yang beriman. Allah juga melaknat orang yang menentang, disebabkan oleh

kebenaran yang mereka ketahui terhadap Allah dan Rasul-Nya yang mereka

ingkari, ketika telah nyata kebenaran bagi mereka, yaitu kenabian

Muhammad SAW. Mereka sengaja mengingkari Muhammad SAW setelah

adanya bukti atas mereka tentang kenabiannya dan Allah telah membantah

alasan mereka dan bahwa dia adalah seorang Rasul (utusan) kepada mereka.

Allah juga menjelaskan bahwa balasan bagi mereka (orang yang kufur

setelah beriman) adalah laknat dari Allah SWT (maksudnya di jauhkan dari

Allah SWT, para malaikat, dan seluruh manusia, yang semuanya

mendoakan keburukan mereka). Allah juga melaknat orang-orang yang

merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-

apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan

kerusakan di bumi dengan melakukan kekafiran dan perbuatan maksiat.

Allah juga melaknat mereka yang melanggar janji dari segala sisi yaitu

mendustakan para Rasul yang datang kepada mereka setelah Musa, maksud

dengan janji disini dikatakan oleh Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitaf

tafsir ath thabari itu adalah janji yang Allah ambil dari Ahli Taurat (Yahudi)

kemudian mereka melanggarnya. Allah juga melaknat mereka yang

Page 108: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

90

menghina dan mengejek agama dan ritual-ritual kaum Muslimin serta

mengganggu mereka seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir.

Menurut Ibn Jarîr al-Tabarî orang-orang kafir juga akan

mendapatkan laknat dari Allah, penulis sepakat dengan hal ini dikarnakan

orang-orang kafir adalah orang-orang yang mengingkari Tuhan dan mereka

tidak beriman kepada Allah, padahal mereka diciptakan oleh Allah guna

hanya untuk menyembah-Nya, tetapi mereka malah mengingkari-Nya.

4. Orang-Orang Munafiq

Secara bahasa, kata munafiq berasal dari kata Nafaqa ( ن فق), nifaqan

,yang mengandung arti mengadakan, mengambil bagian dalam(نفق ا)

membicarakan sesuatu yang dalam pandangan keagamaan. Pengakuannya

dari satu orang berbeda-beda dengan lainnya. Adapun menurut istilah

Munafiq adalah menyembunyikan kebatilan dan menampakkan kebaikan.

Dalam kitab tafsirnya Ibnu Katsir berkata, yang dikutip Hamka “Inilah

sifat orang Munafik terhadap suatu malam semulia-mulianya dan seutama-

utamanya dan sebaik-baiknya yaitu sembahyang. Kalau mereka berdiri akan

mengerjakannya merapun merasa malas, karena tidak ada niat terhadap

sembahyang itu tidak ada imannya, dan tidak ada rasa takutnya kepada

Allah dalam perasaan malam. Tetapi hendaklah ia berdiri dengan muka

jernih berseri. Dengan sebesar-besar keinginan kegembiraan. Sebab dia

akan menyampaikan permohonan kepada Allah dan akan berhadapan

dengan dia, dan allah akan memberinya ampun dan akan memperkenankan

Page 109: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

91

doanya “Mereka hendak menonjol-nonjolkan kepada manusia”, artinya

meskipun mereka mengerjakan sembahyang juga, namun maksud mereka

hanya semata-mata riya. Yaitu hendak mempertontonkan kepada manusia

bahwa dia orang sembahyang yang akan mengangguk kesenangan nafsunya

masalah dia mengerjakan.74

Di dalam al Qur’ân orang-orang munafiq pun terkena laknat dari Allah,

Allah melaknat orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-

orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk

terhadap Allah, dan Allah akan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.

Menurut Ibn Jarîr al-Tabarî orang Munafiq juga termasuk golongan

orang yang mendapatkan laknat dari Allah, penulis setuju dengan hal ini

dikarnakan mereka sangat merugikan orang lain, dan mereka itu termasuk

orang-orang yang menyembunyikan kebatilan dan menampakan kebaikan,

dan mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah.

74 Hamka, Tafsir al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989) h. 332

Page 110: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan dari tulisan ini dengan merujuk

kepada rumusan masalah sebagai berikut:

Laknat menurut Ibn Jarîr al-Tabarî adalah menjauhkan, jadi apabila

seseorang yang dilaknat Allah, mereka dijauhkan dari rahmat-Nya baik

dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan kata laknat yang dipakai buat

manusia atau makhluk lainnya yang berarti bahwa mereka mendoakan atau

memohon agar Allah menimpakan balasan atau adzab terhadap mereka

perbuatan yang dilaknat oleh Allah. Ibn Jarîr al-Tabarî mengemukakan

bahwa orang-orang yang terkena laknat Allah tidak lain adalah orang-orang

yang menyakiti Allah, Rasul-Nya, berbuat zhalim, baik kepada dirinya

sendiri maupun orang lain, ingkar, dusta dan berbuat kemaksiatan, dan

laknat juga diberikan kepada Bani Israil dan orang-orang kafir, Allah

sangatlah melaknat

B. Saran-saran

Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan pada ayat-ayat laknat

dalam al Qur’ân yang ditafsirkan al-Tabarî dalam tafsirnya. Maka dari itu

penulis berharap di kemudian hari ada penulis yang menyempurnakan

penelitian ini dengan bahasan dan penafsiran yang lebih luas lagi. Karena

Page 111: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

93

penulis sadar kesimpulan akhir dari skripsi ini tidak menutup kemungkinan

ada kesimpulan lain dari analisis yang dilakukan penulis.

Penulis juga berharap ada penelitianlanjutan yang lebih

komprehensif, terhadap ayat-ayat laknat dalam al Qur’ân dan tidak hanya

menggunakan Tafsîr al-Tabarî.

Page 112: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

94

DAFTAR PUSTAKA

Amir . Ismail, “Laknat dalam Pandangan al Qur’ân (Analisis Ayat-ayat Laknat

dalam Tafsîr al Marâghî)”, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Anonim. al Qur’ân dan Terjemah . Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsir al Qur’ân ,1971.

Anwar. Rosihan, Melacak Unsur-unsur Isra’iliyyat dalam Tafsir al-Tabarî dan

Tafsir Ibn Katsir, Bandung: CV Pustaka Setia.1999 Al-Aridl Ali Hasan. Sejarah dan Metodelogi Tafsir. Jakarta: raja grafindo

persada. 1994

Al Asfahani.Al Raghib, Mu’jam Mufradat fi al Fadz al Qur’ân .Beirut: Dar al-

Kutub al ‘Ilmiyah. 2004

Al Baghdadi. Tarikh al Baghdad. Madinah: al Maktabah as Salafiyah.t.t.. Jilid 2

Baqî. Muh. Fuad ‘Abdul. Majmâ’ al-Mufahros al-al Fazh al-Qur’ân al-Karîm.

Libanon: Maktabah Islamiyyah 1984

Al Bukhârî.Abî Abdillah Muhammad bin Ismâil. Shahîh Bukhârî bin Hasyah al Sanadî. Kitab al Iman, juz 1.T.tp: Dar Nahr al-Nayl, t.t

Al Bukhârî .Abî Abdillah Muhammad bin Ismâil. Shahîh Bukhârî. T.tp: Dar Nahr al-Nayl, t.t

Depertemen Agama RI al Qur’ân dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan) Jakarta:Dapertemen Agama RI. 2004

Departemen Agama RI. al Qur’ân dan terjemah. Jakarta: Dapertemen Agama RI

1997

Dhaif .Syauqi. Kamus al Mu’jam al Wasît. Kairo: maktabah al syuruq al

dauliyyah, 2010

Dilaga .M. Fatih Surya,dkk. Metodelogi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras. 2010

Al Farmawi Abdul Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i: Sebuah Pengantar Terj. Surya

A. Samran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996

Ghofur. Saiful Amin. Profil Para Mufasir Al Qur’an. Yogyakarta: Insan Madani. 2007

Hamka. Tafsir al Azhar,. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1989

Page 113: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

95

Al Hufi. Ahmad Muhammad. al-Tabarî. Kaira: al Majlis al A’la Lisyuni al

Islamiyah. 1970

Ibrahim. Majid Assayid. Wanita dan Laki-aki yang Dilaknat. Jakarta: Gema Insan Press. 1995

Al Jauziyyah. Ibn Qayyim. Kiat Memebersihkan Hati dari Kotoran dan Maksiat.

Jakarta: Islam klasik

Mahmud. Mani’ Abd Halim. Metodelogi Tafsir “Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir”. Jakarta: PT Grafindo Persada. 2006

Munawwir. Ahmad Warson . Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap

Yogyakarta : Pustaka progressif .1984

Manzur Ibnu. Lisan al-Arab. Beirut: Dar Sadir, Juz 4

Al-Marâghî. Ahmad Mustafa. Tafsîr al-Marâghî. jilid 1. Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah. 1992

_______. Tafsîr al-Marâghî, jilid 6, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992

al Namr. Abd al Mu’in .Ilm al Tafsir Kaif Nasya’a aw Tatawwara Ila Ashrina al

hadis. Beirut:Dar al Kitab al Libanon.1985

Nasution.Harun. al-Tabarî Ansiklopedi Islam Di Indonesia. Jakarta:Depag RI. 1993

Purwidianto, “Pendidikan dalam Urusan Rumah Tangga (Sebuah Analisis Hadis

Rasul)”, Jurnal Pendidikan Islam, vol 7, no. 2 September 2016

Pusat Bahasa Depdiknas RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. diakses tanggal 22 Mei 2009 dari http:/pusatbahasa,diknas.go.id/kbbi/index.php

Al Qaththan Manna. Pengantar Studi Ilmu al Qur’ân .Jakarta: pustaka al

kautsar.2005

Page 114: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

96

_______ Studi Ilmu-Ilmu al Qur’ân. terj. Mudzakir AS.Bogor:Pustaka Litera

AntarNusa.1996.Cer ke-3

Qutb. Sayyid. Tafsir fi Zhilalil al Qur’ân . Jilid 10. Beirut: Darusy-Syuruq

Retnowati. Tutiek & Nurhadi “Pengakuan Sebagai Alat Bukti dalam Perkara Pengingkaran Keabsahan Anak” H. 31-48

Shaleh. Qamaruddin .Asbâbun Nuzûl. Bandung: CV. DIPONEGORO. 1995

Shihab M. Quraish. Membumikan al Qur’ân . Jakarta: Mizan. 1992. Cet ke-1

_______. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’ân . jilid 2. Jakarta: Lentera hati

_______. Wawasan al Qur’ân .Jakarta: Mizan. 2004

Al Syaibani Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad. Musnad Imam Ahmad bin Hambal .Bairut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah .1971

Syibromalisi Faizah Ali & Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern.

Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011

Al-Tabarî .Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr . Tafsîr al-Tabarî .penerjemah. Ahsan Askan. Jakarta: Pustaka Azzam. 2007

Tartib Nu-zul al-Surah digital versi 3.21

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1080

Ubaidillah. Ismail. “Kata Serapan Bahasa Asing dal al Qur’an dalam pemikiran at tabari” Jurnal at Ta’dib. Vol. 8. No. 1. Juni 2013

Page 115: LAKNAT DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42916/1/LAILA... · Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

97

W Munawwir. Kamus Arab-Indonesia .Surabaya: Pustaka Progresif. 2002

http:/www.republika.co.id/berita/ensiklopediislam/hikmah/10/07/10/124132-waspadalaknat-tersamar-di-balik-nikmat