LAKIN - Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id › admin › data2 › Lakip KH 2015...
Transcript of LAKIN - Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id › admin › data2 › Lakip KH 2015...
LAKINPusat Karantina Hewan
dan Keamanan Hayati HewaniTA 2015
Badan Karantina Pertanian2016
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja i
KATA PENGANTAR
Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu
pada ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme; Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah; Keputusan Kepala LAN RI Nomor
239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terdapat siklus
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, EvaluasiKinerja dan kembali lagi ke Perencanaan Kinerja tahun berikutnya. Dalam
Perencanaan Kinerja keberadaan dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) unit
kerja sangat penting sebagai acuan kinerja. Renstra diturunkan setiap tahunnya
dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan dirangkum dalam suatu bentuk
Penetapan Kinerja (PK). Dalam Pengukuran Kinerja sudah harus ditetapkan
indikator-indikator kinerja yang tepat (SMART = Specific, Measurable, Attainable,
Relevan, Time bound, Trackable).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) merupakan bagian dari siklus SAKIP
yaitu Pelaporan Kinerja untuk menginformasikan pencapaian sasaran, informasi
kinerja yang telah diperjajikan, kemajuan pencapaian target jangka menengah,
evaluasi dan analisis capaian kinerja, pembandingan data kinerja, informasi
keuangan yang terkait pencapaian kinerja, permasalahan/hambatan yang dihadapi
dalam rangka pencapaian kinerja.
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja ii
Kinerja instansi pemerintah dinilai dengan memperhatikan beberapa dokumen yang
menjadi acuan kinerja organisasi yaitu Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan (RKT), Perjanjian Kinerja (PK), dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIN).
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani) memiliki
Sasaran berupa:
1. Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan hewan;
2. Meningkatnya kualitas laboratorium karantina hewan pada UPT Karantina
Pertanian;
3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko.
Pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan menyelesaikan kegiatan-kegiatan
yang telah ditandatangani dan ditetapkan dalam kontrak kinerja antara Kepala PKH
Kehani dengan Kepala Badan Karantina Pertanian dalam bentuk Perjanjian Kinerja
(PK). Keberhasilan PKH Kehani dalam mencapai PK menunjukkan performa kinerja
dari seluruh jajaran PKH Kehani.
Melalui LAKIN ini kami berharap pihak terkait dapat mengetahui dan atau menilai
kinerja PKH Kehani dan menjadi media pertanggungjawaban kinerja serta
digunakan sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan kinerja di tahun yang akan
datang.
Jakarta, Januari 2016
Kepala Pusat Karantina Hewan
Dan Keamanan Hayati Hewani
SujarwantoNIP. 1960.0301.1989.02.1.001
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1. Organisasi dan Tata Kerja....................................................................... 2
2. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas.................................................... 2
3. Tugas dan Fungsi................................................................................... 4
II. PERJANJIAN KINERA................................................................................ 6
1. Moto......................................................................................................... 6
2. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja.................................................. 6
3. Penetapan Kinerja Tahun 2015............................................................... 9
III. KINERJA...................................................................................................... 14
1. Pengukuran Kinerja................................................................................. 14
2. Analisis Kinerja........................................................................................ 16
3. Matrik Pengukuran Kinerja.……………………………………………........ 55
4. Kinerja Tahun 2015................................................................................. 60
IV PENUTUP.................................................................................................... 61
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iv
IKHTISAR EKSEKUTIF
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati
Hewani (PKH Kehani), Badan Karantina Pertanian TA. 2016 selesai disusun.
Laporan kinerja berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai
tujuan/sasaran strategis instansi.
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani memiliki Tugas dan Fungsi
(Tusi) yaitu Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewandan pengawasan keamanan hayati hewani. Sebagai upaya untuk menjalankan
tugas tersebut, PKH Kehani menjalanakan fungsi yaitu:
a. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan,
serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;
b. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan,
serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk hewan;
c. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan,
serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien species, agensia hayati,
produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor
serta antar area.
Berdasarkan Rencana Strategis Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati
Hewani 2015-2019, PKH Kehani telah menetapkan sasaran dan indikator kinerja
tahun 2015 sebagaimana tercantum di dalam Perjanjian Kinerja sebagai berikut:
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja v
Tabel 1. Perjanjian Kinerja PKH Kehani Tahun 2016
NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET1. Tersusunnya kebijakan teknis
perkarantinaanJumlah peraturan/keputusanMenteri tentang pencegahanmasuk dan menyebarnyaHPHK, dan keamanan hayatihewani
2 Dok
Jumlah keputusan KepalaBadan Karantina Pertaniantentang pencegahan masuk danmenyebarnya HPHK, dankeamanan hayati hewani
5 Dok
Jumlah dokumen pembinaan,dokumen bimbingan teknis dandokumen monitoringpencegahan masuk danmenyebarnya HPHK dankeamanan hayati hewani
5 Lap
2. Meningkatnya kualitaslaboratorium UPT karantinapertanian
Jumlah UPT yanglaboratoriumnya terakreditasisesuai ruang lingkup tugasnya
3 Dok
3. Meningkatnya kemampuan deteksirisiko
Jumlah dokumen AnalisisResiko HPHK
2 Dok
Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut, selanjutnya dapat diukur capain kinerja
PKH Kehani Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut:
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja i
Tabel 2. Capaian Kinerja PKH Kehani 2015
Sasaran Indikator Kinerja TargetRealisasi
KegiatanCapaian Out Put
Tersusunnya
kebijakan teknis
perkarantinaan
Jumlah
peraturan/keput
usan Menteri
tentang
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK, dan
keamanan
hayati hewani
2 Peraturan/Keputusan Menteri:
1. Tindakan Karantina Hewan
Antar Area;
2. Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Pemasukan Karkas,
Daging dan/atau Jeroan
Kedalam Wilayah Negara RI;
100%
100%
Kualitas yang dihasilkan:
1. Nota Dinas kepada
KaBarantan dan SetbanTgl
17 Desember 2015 (75%)
2. Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl
31 Juli 2015 (75%)
Jumlah
keputusan
Kepala Badan
Karantina
Pertanian
tentang
5 Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian:
1. Pedoman Tindakan Karantina
Terhadap Media Pembawa Lain
Hewani
100%
Kualitas yang dihasilkan:
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja ii
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK, dan
keamanan
hayati hewani
2. Pedoman TKH terhadap Pakan
Hewan
3. Revisi Pedoman Tindakan
Karantina Hewan Ruminansia
Besar
4. Revisi Pedoman Tindakan
Karantina Hewan Unggas
5. Pedoman Monitoring BAH dan
HBAH
100%
100%
100%
100%
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)Jumlah
dokumen
pembinaan,
dokumen
5 laporan sebagai berikut:
1. Laporan workshop nasional
hasil tindakan karantina hewan
100%
Kualitas yang dihasilkan:
Adopsi rumusan tindak lanjut
penyempurnaan kebijakan dan
operasional (100%)
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iii
bimbingan
teknis dan
dokumen
monitoring
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK dan
keamanan
hayati hewani
2. Laporan workshop nasional
pengamatan status dan situasi
HPHK
3. Laporan bimbingan teknis
instalasi karantina produk
hewan
4. Laporan bimbingan teknis
validasi metode pemanasan
sarang walet
5. Laporan workshop diskripsi
media pembawa HPHK yang
tergolong benda lain
100%
100%
100%
100%
Adopsi rumusan tindak lanjut
dan Peta HPHK (100%)
Adopsi rekomendasi tindak
lanjut (100%)
Adopsi rekomendasi tindak
lanjut (100%)
Adopsi rekomendasi tindak
lanjut (100%)
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iv
Meningkatnya
kualitas laboratorium
UPT karantina
pertanian
Jumlah UPTyanglaboratoriumnyaterakreditasisesuai ruanglingkuptugasnya
3 Lab UPT terakreditasi:
1. Lab BKP Kelas I Banjarmasin
(TPC dan RBT);
2. Lab BKP Kelas I Mataram (HI
AI);
3. Lab BKP Kelas II Cilegon
(RBT).
100%
Ruang lingkup akreditasi:
1. TPC dan RBT
2. HI AI
3. RBT (100%)
Meningkatnya
kemampuan deteksi
risiko
JumlahdokumenAnalisis ResikoHPHK
2 Dokumen Bimbingan Teknis
Analisis Risiko Implementatif:
1. Analisis Risiko di BBKP
Surabaya
2. Analisis Risiko di BKP Kelas I
Manado
1. 100%
2. 100%
1. Dokumen Bimbingan
Teknis Analisis Risiko
HPHK di BBKP Surabaya
2. Dokumen Bimbingan
Teknis Analisis Risiko
HPHK di BKP Kelas I
Manado (100%)
2015
Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja i
Keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian target PK ditentukandengan persentase yang telah ditetapkan dengan klasifikasisebagaiberikut:
A. SANGAT BAIK : 96-100%B. BAIK : 76-95%C. CUKUP : 61-75%D. KURANG BAIK : ≤ 60%
Berdasarkan tabel 1, capaian target PKHKehani dapat dihitung sebagai
berikut:
Rerata nilai realisasi kegiatan: 100%
Rerata nilai kualitas hasil: 90%
Rerata capaian target: 95%
Setelah dilakukan perhitungan, capaian target PK PKHKehani adalah 95%
sehingga masuk dalam klasifikasi BAIK.
Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam mencapai target yang telah
ditetapkan dengan mengacu pada indikator dapat dirangkum sebagai
berikut:
1. Tidak tersedianya SOP dan atau tidak ada implementasi mengenai
kepastian penetapan rancangan peraturan menteri.
2. Perubahan kebijakan Pemerintah pada awal tahun anggaran 2015
agar kegiatan diprioritaskan untuk diselenggarakan di fasilitas
Pemerintah dan bukan lagi di hotel memberi konsekuensi revisi
anggaran dan penyesuaian pelaksanaan kegiatan, sehingga realisasi
cenderung mundur.
3. Jumlah tim penyusun pada PKH Kehani yang berasal dari pejabat
fungsional Medik Veteriner Karantina Hewan kurang memadai,
sehingga personel tim penyusun tersebut terlibat dalam berbagai
kegiatan penyusunan kebijakan dan menjadi tidak fokus untuk
memprioritaskan rancangan kebijakan apa yang harus diselesaikan.
2015
PKH Kehani | LAKIN 1
BAB IPENDAHULUAN
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) berisi uraian pencapaian
sasaran strategis sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen PK dan
dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut sekurang-
kurangnya menyajikan informasi mengenai: a). pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi; b). realisasi pencapaian indikator kinerja organisasi;
c). penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja; dan d).
pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan
dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.
Fokus pelaporan kinerja di dalam LAKIN adalah: (1).
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan
pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome); (2).
Unit kerja organisasi eselon I pada Kementerian/Lembaga dan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melaporkan pencapaian tujuan/sasaran
strategis yang bersifat hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting;
(3). Unit kerja mandiri lainnya melaporkan pencapaian sasaran strategis
yang bersifat keluaran (output) penting dan atau keluaran (output) lainnya.
Dengan demikian, mengingat PKH Kehani diangap sebagai suatu Unit
Kerja Mandiri, maka fokus yang dilaporkan adalah pencapaian sasaran
strategis yang bersidat keluaran (output) penting dan atau keluaran
(output) lainnya.
Melalui penyusunan LAKIN PKH Kehani yang sesuai dengan pedoman,
diharapkan dapat diperoleh manfaat yaitu sebagai: a). Bahan evaluasi
kinerja PKH Kehani bagi pihak yang membutuhkan; b). Penyempurnaan
dokumen perencanaan PKH Kehani untuk periode yang akan datang; c).
Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan PKH Kehani yang
akan datang; d). Penyempurnaan berbagai kebijakan PKH Kehani yang
diperlukan.
2015
PKH Kehani | LAKIN 2
1. Organisasi dan Tata KerjaPusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani)
dipimpin oleh Kepala Pusat dengan tingkat Jabatan Eselon 2A yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala PKH Kehani selama tahun
2015 dibantu oleh Bidang Karantina Hewan Hidup; Bidang Karantina
Produk Hewan; Bidang Keamanan Hayati Hewani; dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
Gambar 1. Struktur Organisasi PKH Kehani
2. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugasa) Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan nepotisme
(lembaran negara tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3851);
b) Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan;
c) Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
2015
PKH Kehani | LAKIN 3
d) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina
Hewan;
e) Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian
Pertanian;
f) Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian.
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani memiiliki total
jumlah pegawai sebanyak 35 orang. Distribusi pegawai sesuai struktur
organisasi sebagaimana tercantum pada Tabel 3.
Berdasarkan analisis beban operasional saat ini PKH Kehani belum
memiliki tingkat kesesuaian yang memadai antara jumlah distribusi dan
kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap kebutuhan organisasi
sesuai tugas dan fungsi. Idealnya pada setiap Sub Bidang pada Pusat KH
Kehani terdiri masing-masing minimal 3 orang Dokter Hewan Pejabat
Fungsional, sehingga dalam 1 Bidang terdapat minimal 6 orang Dokter
Hewan Pejabat Fungsional. Kondisi pada saat ini, pada Bidang Karantina
Hewan Hidup jumlah Dokter Hewan selain pejabat eselon 4 ada 4 orang,
adapun pada Bidang Karantina Produk Hewan jumlah Dokter Hewan
selain pejabat eselon 4 ada 3 orang dan pada Bidang Keamanan Hayati
Hewani ada 4 orang.
Tabel 3. Distribusi SDM Berdasarkan Organisasi Unit Kerja
NO. UNIT ORGANISASIJUMLAH(Orang)
1. PUSAT KHKEHANI 11.1. Bidang Karantina Hewan Hidup 101.2. Bidang Karantina Produk Hewan 111.3. Bidang Keamanan Hayati Hewani 81.4 Kelompok Jabatan Fungsional 5
Jumlah 35
2015
PKH Kehani | LAKIN 4
3. Tugas dan FungsiBerdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian; serta Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa tugas Pusat
Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani adalah Melaksanakanpenyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan pengawasankeamanan hayati hewani. Struktur organisasi Pusat KH Kehani
sebagaimana tercantum pada Gambar 1.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/20115 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Pertanian menyatakan bahwa Kedudukan, Tugas Pokok dan
Fungsi Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani adalah
sebagai berikut:
a. Tugasa) Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan
dan pengawasan keamanan hayati hewani;
b) Bidang Karantina Hewan Hidup mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;
c) Bidang Karantina Produk Hewan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis,
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan perkarantinaan produk
hewan;
d) Bidang Keamanan Hayati Hewani mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien
species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan
media pembawa lain impor, ekspor serta antar area;
2015
PKH Kehani | LAKIN 5
e) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan
kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. FungsiDalam melaksanakan tugas Pusat Karantina Hewan dan Keamanan
Hayati Hewani menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;
b) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk
hewan; dan
c) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien
species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan
media pembawa lain impor, ekspor serta antar area.
2015
PKH Kehani | LAKIN 6
BAB IIPERJANJIAN KINERJA
1. MotoPusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani sebagai unit kerja
eselon 2 menetapkan Moto kinerja dengan mengacu pada Visi Badan
Karantina Pertanian, yaitu: Pusat Karantina Hewan dan KeamananHayati Hewani sebagai Pusat Teknis yang Tangguh dan TerpercayaDalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan,Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta Keamanan Pangan.
2. Sasaran Kegiatan dan Indikator KinerjaDalam rangka mengejawantahkan Moto PKH Kehani, telah ditentukan
Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja
PKH Kehani Tahun 2015, sebagai berikut:
Tabel 4. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja PKH Kehani 2015
Sasaran Kegiatan Indikator KinerjaTersusunnya kebijakan teknis
perkarantinaan
Jumlah peraturan/keputusan
Menteri tentang pencegahan
masuk dan menyebarnya HPHK,
dan keamanan hayati hewani
Jumlah keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian tentang
pencegahan masuk dan
menyebarnya HPHK, dan
keamanan hayati hewani
Jumlah dokumen pembinaan,
dokumen bimbingan teknis dan
dokumen monitoring pencegahan
masuk dan menyebarnya HPHK
dan keamanan hayati hewani
2015
PKH Kehani | LAKIN 7
Meningkatnya kualitas laboratorium
UPT karantina pertanian
Jumlah UPT yang laboratoriumnya
terakreditasi sesuai ruang lingkup
tugasnya
Meningkatnya kemampuan deteksi
risiko
Jumlah dokumen Analisis Resiko
HPHK
Berdasarkan rencana strategis PKH Kehani Tahun 2015-2019, target
sasaran kegiatan PKH Kehani adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Target sasaran PKH Kehani 2015-2019
SasaranKegiatan 1
Indikator Kinerja 2015 2016 2017 2018 2019
Tersusunnya
kebijakan teknis
perkarantinaan
hewan
Jumlah
peraturan/keputusan
Menteri tentang
pencegahan masuk
dan menyebarnya
HPHK, dan
keamanan hayati
hewani
1 1 1 1 1
Jumlah keputusan
Kepala Badan
Karantina Pertanian
tentang pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK, dan
keamanan hayati
hewani
6 8 8 8 8
2015
PKH Kehani | LAKIN 8
Jumlah dokumen
pembinaan,
dokumen
bimbingan teknis
dan dokumen
monitoring
pencegahan masuk
dan menyebarnya
HPHK dan
keamanan hayati
hewani
18 18 18 18 18
SasaranKegiatan 2Meningkatnya
kualitas
laboratorium UPT
karantina
pertanian
Jumlah UPT yang
laboratoriumnya
terakreditasi sesuai
ruang lingkup
tugasnya
3 3 3 3 3
SasaranKegiatan 3Meningkatnya
kemampuan
deteksi risiko
Jumlah dokumen
Analisis Resiko
HPHK
2 10 10 10 10
Jenis-jenis kegiatan anggaran yang diselenggarakan pada tahun 2015
selanjutnya mengacu pada Renstra Pusat KH Kehani.
2015
PKH Kehani | LAKIN 9
3. Perjanjian Kinerja Tahun 2015Dalam rangka menjalankan Renstra PKH Kehani, telah dijabarkan dalam
bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2015 sebagai berikut:
Tabel 6. Rencana Kinerja Tahunan 2015
No. Rencana Kegiatan TargetRealisasi
RencanaAnggaran
(Rp)Peningkatan Sistem KarantinaHewan dan Keamanan HayatiHewani
7.327.319.000
1. Rumusan Kebijakan dan
Rekomendasi Karantina Hewan
dan Keamanan Hayati Hewani
4 Dokumen 7.327.319.000
1) Perumusan Tata Cara Tindakan
Karantina Hewan Antar Area
2) Perumusan Penilaian Tingkat
Risiko HPHK
3) Penyusunan Revisi Pedoman
Tindakan Karantina Hewan
Ruminansia Besar
4) Penyunan Revisi Pedoman
Tindakan Karantina Hewan
Unggas
5) Monitoring dan Evaluasi Hewan
Hidup
6) Bimbingan Teknis Karantina
Hewan Hidup (Pertemuan
NAQCC, Workshop Nasional
Pengamatan HPHK, Workshop
Nasional Hasil Tindakan
Karantina Hewan)
239.375.000
235.100.000
143.000.000
148.850.000
175.000.000
941.164.000
2015
PKH Kehani | LAKIN 10
7) Rapat Evaluasi dan Koordinasi
Pusat KH
8) Kegiatan Fungsional KH (Temu
Koordinasi Fungsional KH)
9) Kajian Pulau Karantina
10) Kelayakan Pelabuhan
Pemasukan Sapi
11) Tata Kelola Operasional Pusat
KH dan Kehani
12) Perumusan Pedoman TKH thd
Barang Bawaan & MP yang
Dilalulintaskan Melalui Pos dan
Jasa Titipan
13) Perumusan Pedoman Tindakan
KH Terhadap Karkas, Daging
dan Jeroan
14) Perumusan Pedoman
Persyaratan Teknis IKPH Untuk
Bahan Pakan Asal Hewan
15) Perumusan Pedoman
Monitoring BAH dan HBAH
16) Monitoring dan Evaluasi Produk
Hewan
17) Bimbingan Teknis Karantina
Hewan Produk Hewan
(Pertemuan Ahli Karantina
Hewan, Forum Komunikasi
Pengguna Jasa, Bimbingan
Teknis Instalasi Karantina
Produk Hewan, Koordinasi
Kebijakan Ops Karantina
Produk Hewan dengan Otoritas
49.280.000
255.680.000
388.840.000
209.620.000
738.950.000
293.798.000
132.400.000
136.800.000
118.250.000
281.596.000
706.694.000
2015
PKH Kehani | LAKIN 11
Veteriner, Bimbingan Teknis
Validasi Metode Pemanasan
Sarang Walet, Rapat
Perkembangan Pelaksanaan
Ekspor Produk Hewan)
18) Perumusan Persyaratan Teknis
dan Perlakuan Terhadap Alat
Angkut
19) Perumusan Pedoman TKH
Terhadap Pakan Hewan
20) Perumusan Persyaratan Teknis
TKH Pemusnahan MP HPHK
21) Perumusan Pedoman TKH
Perlakuan Terhadap Media
Pembawa Lain Hewani
22) Monitoring & Evaluasi
Keamanan Hayati Hewani
23) Workshop Diskripsi Media
Pembawa HPHK Yang
Tergolong Benda Lain
433.870.000
107.750.000
101.600.000
108.400.000
166.016.000
88.150.000
Selanjutnya dengan mengacu RKT dan anggaran yang telah ditetapkan,
PKH Kehani telah menentukan Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015
sebagai berikut:
2015
PKH Kehani | LAKIN 12
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN
HAYATI HEWANI
NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET1. Tersusunnya kebijakan teknis
perkarantinaanJumlah peraturan/keputusanMenteri tentang pencegahanmasuk dan menyebarnyaHPHK, dan keamanan hayatihewani
2 Dok
Jumlah keputusan KepalaBadan Karantina Pertaniantentang pencegahan masuk danmenyebarnya HPHK, dankeamanan hayati hewani
5 Dok
Jumlah dokumen pembinaan,dokumen bimbingan teknis dandokumen monitoringpencegahan masuk danmenyebarnya HPHK dankeamanan hayati hewani
5 Lap
2. Meningkatnya kualitaslaboratorium UPT karantinapertanian
Jumlah UPT yanglaboratoriumnya terakreditasisesuai ruang lingkup tugasnya
3 Dok
3. Meningkatnya kemampuan deteksirisiko
Jumlah dokumen AnalisisResiko HPHK
2 Dok
Kegiatan Anggaran
1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan danKeamanan Hayati Hewani
Rp. 7.327.319.000
Jumlah anggaran yang diperlukan untuk mencapai Penetapan Kinerja
tersebut adalah Rp. 2.069.759.000
Keberhasilan dalam mencapai target PK, selanjutnya diukur berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan dengan menggunakan rumus perhitungan
yang telah disepakati di Badan Karantina Pertanian. Pusat Karantina
Hewan dan Keamanan Hayati Hewani merupakan Unit Kerja Eselon II,
dengan demikian pelaporan terhadap capaian Penetapan Kinerja
mengacu pada Pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Pendayagunan
2015
PKH Kehani | LAKIN 13
Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2000 yaitu bahwa substansi yang
dilaporkan adalah pencapaian sasaran strategis yang bersifat keluaran(output) pentingdan atau keluaran (output) lainnya.
2015
PKH Kehani | LAKIN 14
BAB IIIKINERJA
1. PENGUKURAN KINERJAPengukuran kinerja pada PKH Kehani Tahun 2015 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target Perjanjian Kinerja (PK) dengan capaian
kinerja serta memperhitungkannya dengan menggunakan rumus yang
telah ditentukan.
Keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian target PK ditentukan
dengan persentase yang telah ditetapkan dengan klasifikasi sebagai
berikut:
A. SANGAT BAIK : 96-100%
B. BAIK : 76-95%
C. CUKUP : 61-75%
D. KURANG BAIK : ≤ 60%
Capaian target PKH Kehani selanjutnya dinilai dengan menghitung nilai
rerata capaian target dan mencocokkan dengan klasifikasi persentase
kualitas kebijakan yang telah disepakati.
2015
PKH Kehani | LAKIN 15
Perjanjian Kinerja PH Kehani Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN
HAYATI HEWANI
NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET1. Tersusunnya kebijakan teknis
perkarantinaanJumlah peraturan/keputusanMenteri tentang pencegahanmasuk dan menyebarnyaHPHK, dan keamanan hayatihewani
2 Dok
Jumlah keputusan KepalaBadan Karantina Pertaniantentang pencegahan masuk danmenyebarnya HPHK, dankeamanan hayati hewani
5 Dok
Jumlah dokumen pembinaan,dokumen bimbingan teknis dandokumen monitoringpencegahan masuk danmenyebarnya HPHK dankeamanan hayati hewani
5 Lap
2. Meningkatnya kualitaslaboratorium UPT karantinapertanian
Jumlah UPT yanglaboratoriumnya terakreditasisesuai ruang lingkup tugasnya
3 Dok
3. Meningkatnya kemampuan deteksirisiko
Jumlah dokumen AnalisisResiko HPHK
2 Dok
Kegiatan Anggaran
1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan danKeamanan Hayati Hewani
Rp. 7.327.319.000
Jumlah anggaran yang diperlukan untuk mencapai Penetapan Kinerja
tersebut adalah Rp. 2.069.759.000
Dalam menentukan keberhasilan PK, sesuai dengan capaian target yang
diperoleh.
2015
PKH Kehani | LAKIN 16
2. ANALISIS KINERJAAnalisis kinerja dilakukan dengan memberikan bobot kualitas terhadap
capaian yang telah dihasilkan oleh PKH Kehani. Penilaian bobot kualitas
mengacu pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Klasifikasi kualitas capaian
No. Bobot Nilai Keterangan1. 100% Kebijakan telah ditetapkan dengan
terbitnya Surat Keputusan.
2. 75% Kebijakan belum ditetapkan dan
sudah disampaikan kepada Kepala
Badan Karantina Pertanian melalui
Nota Dinas agar dapat diproses lebih
lanjut.
3. 50% Kebijakan belum ditetapkan, naskah
belum terselesaikan, dan belum
disampaikan kepada Sekretariat
Badan Karantina Pertanian melalui
Nota Dinas.
Setelah dilakukan pembobotan selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai
dengan rumus.
Analisis terhadap capaian PK PKH Kehani diuraikan sebagai berikut:
A. Rancangan Peraturan Menteri1) Perumusan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Antar AreaBerdasarkan Pasal 1 angka 6 PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang
Karantina Hewan, bahwa area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau,
atau kelompok pulau di dalam negara Republik Indonesia yang dikaitkan
dengan pencegahan penyebaran hama penyakit hewan karantina.
Memperhatikan hal tersebut maka tindakan karantina hewan antar area
dapat dipahami sebagai pelaksanaan tindakan karantina yang dilakukan
oleh petugas karantina terhadap media pembawa yang dilalulintaskan
2015
PKH Kehani | LAKIN 17
antar daerah dalam suatu pulau, antar pulau, atau antar kelompok pulau
di dalam Negara Republik Indonesia guna mencegah penyebaran hama
penyakit hewan karantina.
Ketentuan pokok mengenai pelaksanaan tindakan karantina hewan antar
area mengenai pemasukan dan pengeluaran telah diatur dalam PP Nomor
82 Tahun 2000 yaitu dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 34 untuk
Pemasukan, dan dalam Pasal 39 sampai dengan Pasal 51 untuk
Pengeluaran. Ketentuan yang masih bersifat umum tersebut perlu
dijabarkan lebih lanjut karena selama ini pemahaman pelaksanaan
tindakan karantina antar area masih berbeda-beda sehingga
mengakibatkan pelaksanaan tindakan karantina hewan antar area di
tempat pemasukan dan pengeluaran menjadi beragam.
Terdapat beberapa perbedaan pemahaman dan belum ada pedoman rinci
mengenai pelaksanan tindakan karantina hewan antar area. Hal ini
bersifat kontraproduktif karena dapat mengakibatkan performa dan upaya
pencegahan penyebaran HPHK di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia menjadi tidak optimal. Beberapa hal tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
• Belum adanya penetapoan area sebagai pertimbangan utama
dalam pelaksanaan tindakan karantina hewa antar area,
sebagaimana diatur dalam Pasal 73 PP Nomor 82 Tahun 2000.
• Belum adanya kejelasan yang rinci mengenai jenis-jenis dokumen
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 20 PP Nomor 82 Tahun 2000.
• Ketentuan penolakan terhadap media pembawa yang tidak disertai
sertifikat kesehatan, sertifikat sanitasi, atau surat keterangan asal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan tidak disertai dengan
dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 PP Nomor
82 Tahun 2000, perlu dijabarkan lebih lanjut sehingga pemahaman
mengenai tidak disertai dengan sertifikat dan dokumen lain menjadi
sama.
2015
PKH Kehani | LAKIN 18
• Ketentuan pemasukan terhadap hewan yang akan disembelih ke
rumah pemotongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 PP
Nomor 82 Tahun 2000 perlu dijabarkan lebih lanjut, sehingga
pengawasan yang dilakukan oleh petugas karantina menjadi jelas
dan tertib.
• Pemasukan dari pulau terpencil yang tidak ada petugas
karantinanya perlu disusun kejelasan pengaturannya, karena
secara fakta hal tersebut dapat terjadi.
• Tindakan karantina hewan antar area dipandang tidak memerlukan
instalasi karantina. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 40 ayat (2)
dan Pasal 45 huruf a PP Nomor 82 Tahun 2000, karena apabila
dibutuhkan pemeriksaan intensif, maka pelaksanaan tindakan
karantina dilakukan di instalasi karantina.
• Tindakan karantina antar area lebih diutamakan di tempat
pemasukan. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 11 ayat (5) huruf b
PP Nomor 82 Tahun 2000, karena tindakan karantina justru harus
diutamakan di tempat pengeluaran.
• Dalam hal pengeluaran, sertifikat kesehatan hewan yang
diterbitkan oleh dokter hewan yang berwenang hanya dapat
dilakukan oleh dokter hewan yang bekerja pada instansi
Pemerintah Daerah saja. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 41 ayat
(2) dan ayat (4), karena sertifikat kesehatan hewan atau sertifikat
sanitasi selain diterbitkan oleh dokter hewan yang berwenang juga
dapat diterbitkan oleh dokter hewan yang ditunjuk Menteri setelah
mendengar pertimbangan organisasi profesi. Selain itu, hewan
kesayangan yang secara rutin kesehatannya diawasi oleh dokter
hewan atau kelompok dokter hewan, sertifikat kesehatan hewan
dapat diberikan oleh dokter hewan atau kelompok dokter hewan
yang bersangkutan.
• Terhadap media pembawa yang tidak boleh dilakukan
pengeluaran, dilakukan penggagalan pengeluaran. Hal ini tidak
sesuai dengan dengan Pasal 42 ayat (1), karena tindakan yang
2015
PKH Kehani | LAKIN 19
seharusnya dilakukan adalah penolakan dengan menerbitkan berita
acara penolakan, bukan penggagalan.
• Terhadap media pembawa HPHK untuk keperluan apapun,
seluruhnya diwajibkan untuk disertai dengan sertifikat kesehatan
hewan dari dokter hewan berwenang. Hal ini tidak sesuai dengan
Pasal 42 ayat (2) bahwa hewan kesayangan, bahan asal hewan
atau hasil bahan asal hewan bukan untuk konsumsi yang akan
dibawa oleh penumpang, dapat diberikan sertifikat kesehatan atau
sertifikat sanitasi setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
kesehatan oleh dokter hewan karantina di tempat pengeluaran,
dengan ketentuan: a. bukan berasal dari area atau tempat dari
mana pengeluarannya dilarang atau dari daerah di mana sedang
berjangkit hama penyakit hewan karantina yang dapat ditularkan
melalui media pembawa tersebut; atau b. tidak termasuk yang
pengeluarannya dilarang.
• Terhadap media pembawa yang terkena penyakit hewan selain
HPHK, belum tersedia penanganan yang memadai dan belum ada
prosedur yang jelas. Hal ini perlu diperinci agar tersedia prosedur
yang jelas dan tertib, karena menurut Pasal 46 ayat (5) disebutkan
bahwa jika dalam pelaksanaan tindakan karantina sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditemukan adanya gejala hama penyakit
hewan yang bersifat individual dan atau penyakit hewan menular
selain penyakit hewan karantina, maka: a. pemilik dapat meminta
jasa dokter hewan lain untuk memberikan pengobatan atau
perlakuan lain; dan b. kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, harus diberitahukan kepada dokter hewan karantina.
• Penolakan pemberangkatan hewan akibat kondisi fisik hewan yang
tidak layak sebelum pengeluaran belum diimplementasikan secara
optimal. Oleh karena itu, ketentuan penolakan pemberangkatan
tersebut perlu diatur secara lebih rinci agar dapat memenuhi kaidah
dalam Pasal 47 PP Nomor 82 Tahun 2000.
2015
PKH Kehani | LAKIN 20
Selanjutnya permasalahan mengenai transit antar area, telah diatur
dengan peraturan tersendiri.
Pencapaian PK berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang
Tindakan Karantina Hewan Antar Area dilaksanakan dalam 3 tahapan
kegiatan yaitu: 1) Penyusunan Naskah Rancangan, 2) Uji Konsep Naskah
Peraturan/ Kebijakan Teknis, dan 3) Pembahasan Terakhir.
Hasil kegiatan berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang
Tindakan Karantina Hewan Antar Area selanjutnya ditindaklanjuti dengan
penyampaian Nota Dinas Tanggal 17 Desember 2015 kepada Kepala
Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan
Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.
Rangkaian kegiatan perumusan tata cara tindakan karantina hewan antar
area dengan keluaran berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian
telah selesai dilaksanakan, dengan demikian PK dari kegiatan ini telah
berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Tata Cara Tindakan
Karantina Hewan Antar Area dinilai tidak menemui kendala yang berarti
dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan peraturan yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Menteri.
2015
PKH Kehani | LAKIN 21
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan perumusan
tata cara tindakan karantina hewan antar area adalah sebesar Rp.239.375.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah
Rp.239.182.000 atau 99,92%.
2) Perumusan Pedoman Tindakan KH Terhadap Karkas, Daging danJeroan
Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan
pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK). Hal ini sesuai dengan tugas pokok karantina yang
secara umum tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan serta diperjelas dalam PP
Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.
Karkas, daging dan/atau jeroan (KDJ) merupakan jenis media pembawa
hama penyakit hewan karantina berupa bahan asal hewan yang paling
banyak dilalulintaskan. Hal ini karena karkas, dagingdan/atau jeroan
merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tubuh manusia. Protein secara umum dapat berfungsi untuk
meningkatkan kesehatan tubuh seseorang. Kebutuhan KDJ dalam negeri,
sampai tahun 2014 masih harus dipenuhi dengan pemasukan dari luar
negeri, karena produksi dalam negeri belum dapat memenuhi permintaan
pasar.
Pengaturan terkait pemasukan KDJ ke Indonesia sangat dinamis. Sejak
tahun 2006 sampai dengan 2014, telah diterbitkan 9 (sembilan) Peraturan
Menteri Pertanian yang mengatur persyaratan pemasukan KDJ ke dalam
wilayah RI, yaitu:
1. Permentan No. 64/Permentan/OT.140/12/2006 tentang
Pemasukan DanPengawasan Peredaran Karkas, Daging, Dan
Jeroan Dari Luar Negeri;
2015
PKH Kehani | LAKIN 22
2. Permentan Nomor 27 / Permentan/ Ot.140/ 3 /2007
TentangPerubahanPeraturan Menteri PertanianNomor
64/Permentan/OT.140/12/2006 Tentang Pemasukan Dan
Pengawasan Peredaran Karkas,Daging, Dan Jeroan Dari Luar
Negeri;
3. Permentan Nomor 61 / Permentan/ Ot.140/ 8
/2007TentangPerubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
64/Permentan/Ot.140/12/2006 Juncto Peraturan MenteriPertanian
Nomor 27 / Permentan/ Ot.140/ 3 /2007 TentangPemasukan Dan
Pengawasan Peredaran Karkas,Daging, Dan Jeroan Dari Luar
Negeri;
4. Permentan No. 50/Permentan/OT.140/9/2011 Tentang
Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan
dan/atau Olahannya Kedalam Wilayah Negara RI;
5. Permentan No. 84/Permentan/PD.410/8/2013 Tentang
Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan/atau Olahannya Kedalam
Wilayah RI;
6. Permentan No. 96/Permentan/PD.410/9/2013 Tentang Perubahan
Atas Permentan No. 84/2013;
7. Permentan No. 110/Permentan/PD.410/9/2014 Tentang
Perubahan Kedua Atas Permentan No. 84/2013;
8. Permentan No. 139/Permentan/PD.410/12/2014 Tentang
Pemasukan Karkas, Daging dan/atau Olahannya Kedalam
Wilayah RI; dan
9. Permentan No. 02/Permentan/PD.410/1/2015 Tentang Perubahan
Atas Permentan No. 139/2014;
Permentan tersebut diatas, belum mengatur persyaratan dan tindakan
karantina yang harus dilakukan oleh petugas karantina di tempat
pemasukan. Rancangan permentan tentang tindakan karantina telah
diajukan ke Biro Hukum Kementan sejak tahun 2011, namun sampai
tahun 2014 belum dapat diterbitkan.
2015
PKH Kehani | LAKIN 23
Akibat dari kesenjangan pengaturan tersebut, terjadi keberagaman
pelaksanaan tindakan karantina terhadap KDJ di tingkat operasional.
Salah satu temuan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
adalah terjadi perbedaanantar UPTKP khususnya dalam hal pemeriksaan
KDJ.
Dalam upaya mengisi kesenjangan pengaturan, sambil menunggu
permentan ditetapkan, pada tahun 2013 Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani telah menyusun Petunjuk Teknis Tindakan
Karantina Terhadap Bahan Asal Hewan Untuk Konsumsi (Karkas, Daging
dan/atau Jeroan), yang telah ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian Nomor: 3410/Kpts/KH.210/L/11/2013. Namun seiring
dengan perkembangan peraturan, substansi dalam Juknis tersebut belum
dapat memberi acuan secara lengkap sesuai perkembangan peraturan
bagi petugas karantina.
Pada tahun 2015, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
melakukan pembahasan kembali rancangan permentan yang mengatur
persyaratan dan tindakan karantina, dengan penambahan substansi untuk
menyesuaikan dengan peraturan yang terkait. Adapun substansi yang
diatur dalam rancangan permentan ini antara lain:
1. Persyaratan karantina
2. Tindakan karantina, dengan penjabaran detail hal-hal yang harus
dilakukan saat tindakan 8P, khususnya pemeriksaan administrasi
dan pemeriksaan aspek teknis.
Dalam Rancangan ini telah diatur ketentuan pemeriksaan terhadap KDJ,
dimulai dari pemeriksaan fisik sampai dengan ketentuan pengambilan
sampel untuk uji laboratorium.
3. Ketentuan lain, dengan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan
UPTKP terhadap:
a. Dokumen perizinan; dan
b. Jenis-jenis yang diatur pemasukannya ke Indonesia.
2015
PKH Kehani | LAKIN 24
Dalam rancangan ini diatur bahwa dalam hal ditemukan jenis-jenis yang
tidak terdapat dalam daftar yang diperbolehkan pemasukannya ke
Indonesia, maka sesuai dengan kewenangan karantina yang diatur dalam
UU No. 16/1992 dan PP No. 82/2000, UPTKP harus melaporkan kepada
Kepala Barantan, dan Kepala Barantan akan menyampaikan informasi ini
kepada penerbit izin.
Pencapaian PK berupa Rancangan Permentan yang dilaksanakan dalam
2 tahapan kegiatan, yaitu: 1) Penyusunan Bahan Rancangan dan 2)
Pembahasan Konsep Permentan.
Hasil kegiatan berupa Rancangan Permentan Tentang Tindakan
Karantina Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RI
selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 31
Juli 2015 kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.
Sesuai Memo Sekretaris Badan Karantina Pertanian No.
11500/HK.120/L1/12/2015 Tentang Evaluasi Prolegtan 2015, Rancangan
Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging
dan/atau Jeroan telah masuk kedalam Program Legislasi Pertanian tahun
2016. Rancangan Permentan ini juga telah dilakukan notifikasi ke WTO,
dengan nomor notifikasi G/SPS/N/IDN/106 tanggal 4 Januari 2016.
Rangkaian kegiatan Penyusunan Permentan Tentang Tindakan Karantina
Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RI telah
selesai dilaksanakan dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil
dicapai dengan bobot kualitas 75%.
EvaluasiPencapaianKinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Rancangan
Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging
2015
PKH Kehani | LAKIN 25
dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RIdinilai tidak menemui kendala yang
berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan peraturan yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Menteri.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau
mendukung kegiatan Penyusunan Permentan Tentang Tindakan
Karantina Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RI
adalah Rp.132.400.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah
Rp. 125.646.000 atau 94,90%.
B. Rancangan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian1) Perumusan Pedoman TKH Perlakuan terhadap Media Pembawa
Lain HewaniIndonesia merupakan negara yang masih bebas beberapa penyakit
hewan eksotik berbahaya, misalnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),
Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE), dan African Swine Fever
(ASF). Pencegahan dan penolakan hama penyakit hewan karantina
merupakan tugas pokok dari Karantina Hewan. Kebijakan Karantina
Hewan adalah mempertahankan status bebas Indonesia dari beberapa
penyakit hewan eksotik dengan memberlakukan tindakan pengamanan
maksimum (maximum security) dan melakukan pengawasan serta
pemeriksaan terhadap media pembawa hama penyakit hewan karantina.
Belajar dari pengalaman negara lain, yaitu Inggris pada tahun 2001 terjadi
wabah PMK yang diduga karena pemberian pakan ternak dari sisa
sampah makanan dari pesawat. Departemen Pertanian Amerika (United
States Department of Agriculture/USDA) juga telah membuat kajian
2015
PKH Kehani | LAKIN 26
pemasukan penyakit eksotik pada babi ke Amerika melalui sampah dari
pesawat dan diketahui sampah dari pesawat memiliki kemungkinan risiko
menyebarkan penyakit Hog Cholera, Foot and Mouth Disease, African
Swine Fever dan Swine Vesicular Disease.
Semakin meningkatnya perdagangan global dan lalu lintas hewan serta
orang, maka semakin meningkat pula risiko masuknya hama penyakit
hewan karatina. Perdagangan global dan lalu lintas hewan, antara lain
menghasilkan sampah sisa makanan penumpang, sampah/kotoran
ternak, dan peralatan bekas pakai. Sampah yang mengandung produk
hewan, kotoran ternak, dan peralatan bekas pakai ternak atau petugas,
dalam peraturan undang-undang karantina digolongkan sebagai media
pembawa lain hewani. Media Pembawa lain hewani memiliki risiko masuk
dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina (HPHK) terutama bila
alat angkut tersebut berasal dari negara/area yang belum bebas atau
tertular HPHK. Media pembawa lain merupakan ikutan dari lalulintas
media pembawa sehingga tidak ada persyaratan dan serifikasi tindakan
karantina hanya pemusnahan dan perlakuan.
Namun sampai saat ini pedoman tindakan karantina terhadap media
pembawa lain belum ada sehingga masing-masing UPTKP melakukan
tindakan karantina yang bervariasi, engan demikian dipandang perlu
menyusun Pedoman Teknis/Pelaksananan Tindakan Karantina terhadap
Media Pembawa Lain Hewani. Pasal 25 Undang-undang Nomor 16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan telah
mengamanatkan bahwa mendia pembawa lain yang terbawa oleh alat
angkut dan diturunkan di tempat pemasukan harus dimusnahkan oleh
pemilik alat angkut yang bersangkutan dibawah pengawasan petugas
karantina. Pasal 56 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000 tentang
Karantina Hewan juga mengamanatkan tindakan karantina terhadap
media pembawa lain hewani:
2015
PKH Kehani | LAKIN 27
(1) Media pembawa lain berupa sampah, sisa makanan penumpang,
kotoran, sisa pakan dan bangkai hewan yang diturunkan dari alat
angkut di tempat pemasukan atau tempat transit, harus dimusnahkan
oleh penanggung jawab alat angkut dibawah pengawasan petugas
karantina.
(2) Media pembawa lain berupa sisa makanan atau produk yang tidak
memenuhi persyaratan karantina yang terlanjur dibawa oleh
penumpang ke tempat pemasukan, harus dibuang pada kotak
sampah karantina.
(3) Pemusnahan sampah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) harus dilakukan di dalam wilayah tempat pemasukan.
(4) Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3), dilaksanakan melalui koordinasi dan bantuan
penanggung jawab tempat pemasukan.
(5) Media pembawa berupa peralatan bekas dan peralatan orang yang
diduga berpotensi membawa dan menyebarkan hama penyakit hewan
karantina diberikan perlakuan.
Pedoman Tindakan Karantina terhadap MPL Hewani disusun dengan
maksud untuk memberikan pedoman dan petunjuk bagi petugas
karantina dalam melaksanakan tindakan karantina terhadap media
pembawa lain hewani dilapangan. Adapun tujuannya adalah untuk
mencegah masuk dan tersebarnya HPHK yang dapat dibawa melalui
media pembawa lain hewani.
Pencapaian PK berupa kegiatan Perumusan Pedoman TKH Perlakuan
terhadap Media Pembawa Lain Hewani dilaksanakan dalam 2 tahapan
kegiatan yaitu: 1) Penyusunan Bahan Rancangan Prosedur/Juklak/Juknis
2). Pembahasan Konsep Prosedur/Juklak/Juknis
2015
PKH Kehani | LAKIN 28
Hasil kegiatan berupa Pedoman Tindakan Karantina terhadapa Media
Pembawa Lain Hewani selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian
Memo Dinas Tanggal 23 Desember 2015 kepada Kepala Badan Karantina
Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan Karantina
Pertanian untuk diproses penetapannya.
Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman TKH Perlakuan terhadap
Media Pembawa Lain Hewani telah selesai dilaksanakan dengan
demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas
75%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Pedoman Tindakan
Karantina terhadap Media Pembawa Lain Hewani dinilai tidak menemui
kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau
mendukung kegiatan Perumusan Pedoman TKH Perlakuan Terhadap
Media Pembawa Lain Hewani adalah Rp. 108.400.000,- dan realisasi
penyerapan anggarannya adalah Rp. 102.199.400,- atau 94,28%.
2) Perumusan Pedoman TKH terhadap Pakan HewanPakan merupakan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak
terutama pengaruhnya pada peningkatan berat badan dan performa
ternak yang diinginkan. Dalam upaya mensukseskan program
swasembada daging maka ketersediaan pakan ternak yang cukup dan
aman sangat dibutuhkan. Peningkatan populasi, produksi daging, susu
2015
PKH Kehani | LAKIN 29
dan telur sebagai hasil ternak sangat tergantung dari penyediaan pakan
yang baik dan berkualitas.
Pakan yang dibuat untuk konsumsi ternak juga harus memperhatikan
aspek kesehatan hewan karena pada kondisi sekarang banyak ditemukan
penyakit hewan yang dapat ditularkan oleh pakan. Penyakit BSE (Bovine
Spongioform Encephalopaty) misalnya adalah penyakit yang ditimbulkan
akibat sapi mengonsumsi pakan berasal dari campuran tepung daging
tulang (MBM), tepung ikan dan tepung darah, sehingga penetapan
standar pakan yang baik dan tidak berbahaya lagi bagi kesehatan ternak
harus ditaati dan menjadi acuan penyusunan formulasi ransum ternak.
Selain aspek kesehatan hewan, pakan juga perlu memperhatikan aspek
keamanan pakan. Hal ini karena han pakan selain berasal dari hewan
dapat pula berasal dari tumbuhan misalnya bungkil jagung, sawit, maupun
kacang tanah. Bahan pakan ini bila diolah atau disimpan dalam kondisi
lembab dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan memproduksi
toksin yang dapat membahayakan kesehatan ternak dan pada akhirnya
akan membahayakan manusia yang mengkonsumsinya, misalnya
Aflatoksin, Okratoksin dan zearalenon.
Pencapaian PK berupa Pedoman tentang Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Pakan. Kegiatan ini perumusan pedoman ini dilaksanakan
dalam 2 tahapan kegiatan yaitu: 1) Penyusunan bahan rancangan
prosedur/Juklak/Juknis, dan 2) Pembahasan Konsep
prosedur/Juklak/Juknis. Hasil kegiatan berupa Pedoman Tindakan
Karantina Hewan terhadap Pakan dengan penyampaian Nota Dinas
Tanggal 23 Desember 2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian
dan ditembuskan kepada Sekretaris Badan Karantina Pertanian untuk
diproses penetapannya.
Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan Karantina Hewan
terhadap Pakan dengan keluaran berupa Rancangan Keputusan Kepala
2015
PKH Kehani | LAKIN 30
Badan Karantina Pertanian telah selesai dilaksanakan, dengan demikian
PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan
Karantina Hewan terhadap Pakan dinilai tidak menemui kendala yang
berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Perumusan
Pedoman TKH terhadap Pakan Hewan adalah sebesar Rp. 107.750.000
dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 103.224.800 atau
95,80%.
3) Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina HewanRuminansia Besar
Berdasarkan data yang ada, lalulintas lalulintas ruminasia memiliki jumlah
dan frekuensi yang sangat tinggi. Lalulintas ruminansia ini berdampak
terhadap risiko masuk, keluar, dan tersebarnya HPHK. Untuk itulah
lalulintas ruminansia harus dilakukan tindakan karantina dalam rangka
meminimalisir risiko penyebaran HPHK. Badan Karantina Pertanian
melalui Unit Pelaksana Teknisnya di seluruh Indonesia sebagai institusi
yang diberi tugas dan fungsi pencegahan masuk dan tersebarnnya HPHK
melaksanakan tindakan karantina sesuai prosedur dan peraturan yang
ada, untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan
karantina (HPHK) dan mempertahankan wilayah Republik Indonesia dari
status bebas HPHK.
2015
PKH Kehani | LAKIN 31
Dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina untuk pemasukan dan
pengeluaran ruminansia dari dan ke luar wilayah negara Republik
Indonesia harus dilakukan penanganan dan pemeriksaan yang ketat
terhadap ruminansia tersebut. Hal ini untuk menjamin tersedianya
ruminansia yang memenuhi syarat kesehatan, syarat keamanan hayati
dan menjamin terselenggaranya usaha budidaya peternakan. Berkenaan
dengan hal tersebut, diperlukan pedoman dalam penanganan dan
pemeriksaan ruminansia dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina
sebagai acuan bagi petugas di lapangan dalam rangka pelaksanaan
tindakan karantina yang profesional berdasarkan kemajuan ilmu
pengetahuan.
Kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan
Ruminansia Besar dalam rangka merevisi Surat Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian Nomor 853/Kpts/KH.020/L/5/2011 tentang Petunjuk
Teknis Tindakan Karantina Terhadap Lalulintas Sapi (Impor Dan Antar
Area). Kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan rumusan kebijakan
terkait dengan tata cara pelaksanaan tindakan karantina hewan terhadap
ruminansia yang banyak dilalulintaskan. Rumusan hasil pembahasan
dimaksud untuk dituangkan dalam konsep rancangan Keputusan Kepala
Badan Karantina Pertanian.
Pencapaian PK berupa kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan
Karantina Hewan Ruminansia Besar dilaksanakan dalam 2 tahapan
kegiatan yaitu: 1) Penyusunan Naskah Pedoman, dan 2) Pembahasan
Terakhir Naskah Pedoman. Hasil kegiatan berupa Rancangan Pedoman
Tindakan Karantina Hewan terhadap Ruminansia selanjutnya
ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 23 Desember
2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada
Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.
2015
PKH Kehani | LAKIN 32
Rangkaian kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina
Hewan Ruminansia Besar dengan keluaran berupa Rancangan
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian telah selesai dilaksanakan,
dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot
kualitas 75%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman
Tindakan Karantina Hewan Ruminansia Besar dinilai tidak menemui
kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Ruminansia
Besar adalah sebesar Rp. 143.000.000 dan realisasi penyerapan
anggarannya adalah Rp. 142.613.000 atau 99,73%.
4) Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan UngasBerdasarkan data yang ada, lalulintas unggas memiliki jumlah dan
frekuensi yang sangat tinggi. Hal ini terlihat berdasarkan data lalulintas
impor, ekspor dan antar area. Unggas yang di lalulintaskan ada yang
untuk dipelihara, langsung dipotong, dan diperdagangkan. Jenis Unggas
ini antara lain berupa ayam (ayam kampung, ayam ras seperti layer dan
broiler, ayam serama, ayam cemani, ayam mutiara, ayam aduan atau aya
bangkok, dll), unggas air (bebek/itik, entok, angsa, dll), burung (burung
Jalak, burung Kutilang, burung Murai, burung Dara, burung Cucakrowo,
dll), dan unggas liar (burung Merak, burung Kasuari, dll). Unggas ini
dilalulintaskan yang diperuntukkan sebagai bibit/indukan dalam rangka
2015
PKH Kehani | LAKIN 33
meningkatkan mutu genetik atau dalam rangka konservasi, sebagai
unggas potong dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani di
dalam negeri. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan pedoman dalam
penanganan dan pemeriksaan unggas dalam rangka pelaksanaan
tindakan karantina sebagai acuan bagi petugas di lapangan dalam rangka
pelaksanaan tindakan karantina yang profesional berdasarkan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Lalulintas unggas ini berdampak terhadap risiko masuk, keluar, dan
tersebarnya HPHK. Untuk itulah lalulintas unggas harus dilakukan
tindakan karantina dalam rangka meminimalisir risiko penyebaran HPHK.
Badan Karantina Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknisnya di seluruh
Indonesia sebagai institusi yang diberi tugas dan fungsi pencegahan
masuk dan tersebarnnya HPHK melaksanakan tindakan karantina sesuai
prosedur dan peraturan yang ada, untuk mencegah masuk dan
tersebarnya hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan
mempertahankan wilayah RI dari status bebas HPHK.
Sebagai wujud implementasi dari Undang Undang (UU) Nomor 16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, serta Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.
Ketentuan dalam UU Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan, dan Tumbuhan, disebutkan bahwa :
a. Pasal 3 huruf (a) : “Karantina hewan, ikan, dan tumbuhan
bertujuan mencegah masuknya hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan karantina, dan organisme
penggangu tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia”.
b. Pasal 8 : ”Dalam hal-hal tertentu, sehubungan dengan sifat
hama dan penyakit hewan atau hama dan penyakit ikan, atau
organisme pengganggu tumbuhan, Pemerintah dapat
menetapkan kewajiban tambahan disamping kewajiban
2015
PKH Kehani | LAKIN 34
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal
7”.
c. Pasal 9 ayat (1) : “Setiap media pembawa hama dan
penyakit hewan karantina yang dimasukkan, dibawa atau
dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dan/atau
dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia
dikenakan tindakan karantina”.
2015
PKH Kehani | LAKIN 35
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000
tentang Karantina Hewan, disebutkan bahwa:
a. Pasal 1 Angka (18) : “Tindakan karantina hewan yang
selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan karantina
masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara
Republik Indonesia”.
b. Pasal 8 :(1) Media pembawa yang dimasukkan ke dalam, dibawa,
atau dikirim dari suatu area ke area lain, transit di dalam,
dan atau dikeluarkan dari wilayah negara Republik
Indonesia dikenakan tindakan karantina.
(2) Tindakan karantina berupa pemeriksaan, pengasingan,
pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan,
pemusnahan dan pembebasan.
(3) Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media
pembawa yang membahayakan kesehatan manusia,
dikoordinasikan dengan instansi yang bertanggung jawab
di bidang kesehatan masyarakat veteriner dan zoonosis.
Dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Pertanian Nomor
37/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Unggas diamanatkan
bahwa:
(1) Lamanya waktu tindakan pengamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat berkurang apabila diagnosa
definitif dipastikan melalui pengujian laboratorium dengan
menggunakan metode tertentu.
(2) Metode tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Badan Karantina Pertanian.
Sebagai upaya pencegahan masuk, tersebar dan keluarnya HPHK
yang dapat ditularkan oleh unggas, Badan Karantina Pertanian
2015
PKH Kehani | LAKIN 36
memiliki Petunjuk Teknis (Juknis) Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Media Pembawa Highly Pathogenic Avian Influenza
(HPAI) Nomor 316.a/Kpts/PD.670.320/L/11/06. Dalam rangka
pelaksanaan tindakan karantina untuk pemasukan dan
pengeluaran unggas dari dan ke luar wilayah negara RI harus
dilakukan penanganan dan pemeriksaan yang ketat terhadap
unggas tersebut. Hal ini untuk menjamin tersedianya unggas yang
memenuhi syarat kesehatan, syarat keamanan hayati dan
menjamin terselenggaranya usaha budidaya peternakan.
Melalui Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor
316.a/Kpts/PD.670.320/L/11/06 telah ditetapkan tentang Petunjuk
Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media Pembawa
Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang dijadikan acuan
petugas karantina dalam melakukan tindakan karantina terhadap
unggas yang dilalulintaskan dari, ke dan antar area dalam wilayah
Republik Indonesia. Seiring dengan dinamika perkembangan ilmu
dan teknologi serta perubahan sifat penyakit pada unggas, petunjuk
teknis tersebut dinilai sudah tidak relevan dan perlu untuk
disempurnakan sehingga dapat mengantisipasi penyebaran HPHK
dengan baik. Beberapa ruang lingkup yang perlu disempurnakan
dari Juknis tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Juknis hanya mengatur mengenai media pembawa HPAI saja,
sehingga ruang lingkupnya menjadi sempit dan dapat
mengakibatkan persepsi bahwa untuk unggas hanya HPAI saja
yang perlu dicegah, sementara HPHK lain pada unggas yang
juga berbahaya diabaikan.
b. Juknis tersebut mengatur mengenai persyaratan karantina
sehingga tidak memiliki kekuatan hukum pengaturan kepada
masyarakat, karena tidak ditetapkan oleh Menteri Pertanian,
oleh karena itu ketentuan tindakan karantina terhadap unggas
harus disusun dalam format Peraturan Menteri Pertanian yang
2015
PKH Kehani | LAKIN 37
menjadi salah satu amanah dari Pasal 78 ayat (2) PP Nomor 82
Tahun 2000, bukan diterbitkan dalam bentuk Keputusan Kepala
Badan Karantina Pertanian.
c. Dokumen berupa SPP dan Rekomendasi yang bukan
merupakan persyaratan karantina menjadi salah satu
persyaratan yang dituangkan di dalam Juknis. Hal tersebut
keliru mengingat karantina hewan melaksanakan tindakan
karantina berdasarkan peraturan perundangan karantina hewan
dan tidak didelegasikan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
SPP dan Rekomendasi.
d. Bab mengenai Sistem Pengawasan Karantina Hewan terhadap
media pembawa HPAI tidak berdasar dan tidak jelas, karena
sesungguhnya apa yang diterangkan dalam Bab tersebut
adalah mekanisme koordinasi, bukan sistem pengawasan.
e. Ketentuan masa karantina untuk DOC dan Unggas selama 21
hari dan 14 hari tidak memiliki dasar analisis risiko yang jelas,
sehingga perlu diperbaiki dengan merujuk pada ketentuan
Terrestrial Animal Health Code (TAHC) OIE.
f. Juknis mengatur mengenai penggunaan unggas sentinel, tanpa
dilengkapi dengan prasyarat bagaimana pengujian dengan
menggunakan unggas sentinel dapat dilakukan dengan aman.
g. Belum ada kejelasan perbedaan tindakan karantina di tempat
pengeluaran dan tindakan karantina di tempat pemasukan,
sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan duplikasi tindakan
karantina terhadap media pembawa.
h. Tidak adanya kejelasan urutan metode pengujian yang perlu
dilakukan untuk setiap media pembawa, sehingga hal tersebut
dapat menimbulkan perbedaan persepsi dalam
implementasinya.
i. Tidak adanya kejelasan tindakan pemusnahan untuk setipa
jenis Media Pembawa berupa unggas dan produk turunannya.
2015
PKH Kehani | LAKIN 38
Dalam perjalanannya, seiring dengan perkembangan jaman dan
kemajuan teknologi, Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor 316.a/Kpts/PD.670.320/L/11/06 tersebut perlu ditinjau ulang dan
disempurnakan karena sudah tidak dapat lagi menjawab permasalahan di
lapangan, karena faktanya HPHK pada unggas tidak hanya HPAI. Namun
sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009
tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Hewan Karantina,
Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa, terdapat sekitar 8 jenis
HPHK Golongan I dan 22 jenis HPHK Golongan II, sehingga dipandang
perlu untuk direvisi Juknis ini.
Berdasarkan amanah dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor
37/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Unggas, dalam pasal 18 ayat (2)
untuk metode Laboratorium diperlukan adanya petunjuk teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian. Selain itu untuk
pelaksanaan tindakan karantina berupa pemusanahan belum secara jelas
diulas dalam juknis ini oleh karena itu perlu disesuaikan dengan kaidah
dokter hewan, perlu diacu dari OIE Chapter 4.12 mengenai disposal of
dead animals, Chapter 7.5 mengenai Slaughther of animal, dan Chapter
7.6 mengenai killing animal for disease control purpose.
Pencapaian PK berupa kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan
Karantina Hewan Unggas dilaksanakan dalam 2 tahapan kegiatan yaitu:
1) Penyusunan Naskah Pedoman, dan 2) Pembahasan Terakhir Naskah
Pedoman. Hasil kegiatan berupa Rancangan Pedoman Tindakan
Karantina Hewan terhadap Unggas selanjutnya ditindaklanjuti dengan
penyampaian Nota Dinas Tanggal 23 Desember 2015 kepada Kepala
Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan
Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.
2015
PKH Kehani | LAKIN 39
Rangkaian kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina
Hewan Unggas dengan keluaran berupa Rancangan Keputusan Kepala
Badan Karantina Pertanian telah selesai dilaksanakan, dengan demikian
PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman
Tindakan Karantina Hewan Unggas dinilai tidak menemui kendala yang
berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Unggas adalah
sebesar Rp. 148.850.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah
Rp. 145.250.000 atau 97,58%.
5) Perumusan Pedoman Monitoring BAH dan HBAHRancangan pedoman ini disusun dengan dasar Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, Pasal 33
Permentan Nomor 65/permentan/PD.410/5/2014 tentang Tindakan
Karantina Hewan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Hasil Bahan Asal
Hewan Konsumsi dan mengingat Keputusan Kepala Badan Karantina
Pertanian Nomor 3410/Kpts/KH.210/L/11/2013 tentang Petunjuk Teknis
Tindakan Karantina terhadap bahan Asal Hewan untuk Konsumsi (Karkas,
daging dan/atau Jeroan.
2015
PKH Kehani | LAKIN 40
Monitoring/pemantauan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menilai tingkat pemenuhan persyaratan teknis BAH dan HBAH dari
negara/daerah asal di tempat pemasukan, yang dapat memberikan
informasi efektifitas implementasi kebijakan operasional, Protokol,
komitmen pengguna jasa dan negara asal serta integritas petugas
karantina. Hal ini dapat memberikan bahan masukan dalam memperoleh
justifikasi ilmiah untuk dilakukan tindakan karantina selanjutnya yang lebih
efektif. Pemantauan ini dapat berupa pemeriksaan laboratorium secara
berkala dengan teknis yang tidak berbeda dengan tindakan karantina,
hanya memiliki tujuan dan waktu yang berbeda. Apabila tindakan karantina
hewan dilakukan untuk setiap pemasukan dan pengeluaran BAH dan
HBAH, namun pemeriksaan laboratorium dalam rangka pemantauan ini
dilakukan dalam waktu yang ditentukan serta untuk BAH dan HBAH dengan
kriteria tertentu. Pemantauan ini dapat juga dilakukan di negara/daerah
asal. Rancangan pedoman ini berisi ruang lingkup tata cara pemantauan,
hasil dan tindak lanjut pemantauan.
Pencapaian PK berupa kegiatan Perumusan Pedoman Monitoring BAH
dan HBAH dilaksanakan dalam 2 tahapan kegiatan yaitu: 1) Penyusunan
Bahan Rancangan, dan 2) Pembahasan Konsep Prosedur. Hasil kegiatan
berupa Rancangan Pedoman Monitoring BAH dan HBAH selanjutnya
ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 23 Desember
2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada
Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.
Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Monitoring BAH dan HBAH
dengan keluaran berupa Rancangan Keputusan Kepala Badan Karantina
Pertanian telah selesai dilaksanakan, dengan demikian PK dari kegiatan
ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.
2015
PKH Kehani | LAKIN 41
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Monitoring
BAH dan HBAH dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output
yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum
mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Perumusan
Pedoman Monitoring BAH dan HBAH adalah sebesar Rp. 118.250.000
dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 116.420.000 atau
98,45%.
C. Bimbingan Teknis/Pembinaan/Monitoring dan Evaluasi1) Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina HewanKarantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan
pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) sesuai dengan tugas pokok karantina yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan serta dilaksanakan dengan berpegang pada PP
Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan dengan memperhatikan
berbagai faktor strategis yang dapat mempengaruhinya.
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan
pengawasan keamanan hayati hewani. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
menyelenggarakan fungsi:
2015
PKH Kehani | LAKIN 42
a. penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;
b. penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk hewan;
dan
c. penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan
pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien
species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan
media pembawa lain impor, ekspor serta antar area.
Dalam menjalankan fungsi evaluasinya, Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani telah melakukan perjalanan monitoring dan
evaluasi ke Unit Pelaksanan Teknis Karantina Pertanian (UPTKP) dan
melakukan web monitoring dari aplikasi sistem informasi e-qvet. Melalui
hal tersebut, telah dapat diidentifikasi kesenjangan prosedural dan
keberagaman teknis operasional tindakan karantina hewan. Namun
demikian, terdapat beberapa kekurangan karena hasil teknis dari tindakan
karantina hewan tersebut belum dapat terpantau dan terevaluasi secara
menyeluruh dan substantif karena memiliki keterbatasan dalam
melakukan observasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan
adanya suatu pertemuan berskala nasional yang mempertemukan
petugas karantina hewan dari seluruh UPTKP guna memaparkan dan
mengevaluasi hasil tindakan karantina hewan yang telah dilakukan dalam
bentuk Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina Hewan di Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran. Dengan demikian, maka evaluasi yang
dilakukan oleh Pusat menjadi lengkap dan diharapkan dapat
menghasilkan tindak lanjut kebijakan dan tindak lanjut operasional yang
dibutuhkan khususnya dalam mereduksi keberagaman teknis operasional
karantina hewan di UPTKP.
2015
PKH Kehani | LAKIN 43
Kegiatan ini ditujukan untuk menyusun rekomendasi tindak lanjut yang
langsung dapat diadopsi dalam menyempurnakan kebijakan dan
operasional karantina hewan. Peserta dari kegiatan adalah Dokter Hewan
Karantina perwakilan dari seluruh UPTKP
Pencapaian PK berupa kegiatan Workshop Nasional Hasil Tindakan
Karantina Hewan dilaksanakan dalam 1 tahapan kegiatan. Hasil kegiatan
berupa Rumusan Tindak Lanjut yang meliputi aspek teknis umum,
tindakan karantina hewan impor, tindakan karantina hewan antar area,
dan tindakan karantina hewan ekspor. Rumusan tersebut selanjutnya
telah disusun dalam bentuk laporan dan telah dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan pada saat dilakukannya Rapat Evaluasi Nasional
Tahun 2015.
Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas
100%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan kegiatan Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina
Hewan dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang
diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah
100% karena rumusan tindak lanjut dalam bentuk laporan telah diadopsi
dalam Rapat Evaluasi Nasional Tahun 2015.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Perumusan
Pedoman Monitoring BAH dan HBAH adalah sebesar Rp. 399.764.000
dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 390.640.000 atau
97,72%.
2015
PKH Kehani | LAKIN 44
2) Workshop Nasional Pengamatan HPHKBerdasarkan Pasal 76 ayat (1) PP No 82 Tahun 2000 tentang Karantina
Hewan, bahwa kebijaksanaan karantina dan pembatasan lalu lintas media
pembawa diatur berdasarkan penggolongan hama penyakit hewan
karantina dan pemetaan hama penyakit hewan karantina. Pemetaan
tersebut akan menggambarkan status suatu negara, area, atau tempat
yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan. Adapun pengamatan adalah
merupakan bagian dari tindakan karantina 8 P.Berdasarkan Pasal 11 PP
No 82 Tahun 2000 bahwa selain pengamatan dilakukan di tempat
pemasukan selama media pembawa diasingkan untuk mengamati
timbulnya gejala Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK), pengamatan
juga memiliki makna mengamati situasi hama penyakit hewan karantina
pada suatu negara, area, atau tempat.Pengamatan terhadap situasi
HPHK dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu secara langsung dan/atau
secara tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan di tempat
pemasukan, tempat pengeluaran, instalasi karantina, tempat transit, dan
diatas alat angkut. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan ditempat
lainnya dengan melibatkan atau memperoleh informasi dari pihak yang
berwenangdalam kegiatan tersebut.
Sebagai upaya untuk memfokuskan pelaksanaan pengamatan HPHK oleh
Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian (UPTKP), berdasarkan
Permentan No 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, maka UPTKP
menyelenggarakan fungsi yaitu Pelaksanaan Pemantauan Daerah Sebar
HPHK. Pelaksanaan kegiatan pemantauan tersebut merupakan bentuk
operasional dari tindakan pengamatan dan kegiatan pemetaan HPHK.
Pelaksanaan kegiatan pemantauan pada tahun-tahun sebelumnya
dilakukan dengan pengambilan sampel pada daerah sebar yaitu lokasi
penyebaran pertama dari pemasukan hewan antar area maupun impor.
Aktivitas kegiatan tersebut cenderung tumpang tindih dengan instansi
2015
PKH Kehani | LAKIN 45
yang memiliki kewenangan untuk melakukan surveilans penyakit hewan
sehingga perlu dirubah metode pelaksanaannya agar sesuai dengan
ketentuan Pasal 76 ayat (3) PP No 82 Tahun 2000 tentang Karantina
Hewan. Disamping mempertimbangkan hal tersebut di atas, karantina
hewan sedang memfokuskan diri untuk mewujudkan performa Tindakan
Karantina Hewan Berbasis Risiko, sebagai upaya penguatan operasional
tindakan karantina hewan. Oleh karena itu, maka kegiatan pemantauan
dengan melakukan pengambilan sampel ke daerah sebar untuk
sementara ditiadakan dan dirubah dengan pendekatan pengumpulan
informasi status dan situasi penyakit hewan yang diperoleh dari instansi
yang berwenang melakukan surveilans, untuk keperluan pengamatan dan
pemetaan HPHK.
Kegiatan ini ditujukan untuk menyusun peta status dan situasi HPHK
Indonesia sebagai dasar dalam penyusunan prioritas kebijakan
perkarantinaan hewan dan manajemen risiko pembatasan lalu lintas
media pembawa HPHK. Peserta dari kegiatan adalah Dokter Hewan
Karantina perwakilan dari seluruh UPTKP.
Pencapaian PK berupa kegiatan Workshop Nasional Pengamatan HPHK
dilaksanakan dalam 1 tahapan kegiatan. Hasil kegiatan berupa Rumusan
Tindak Lanjut dan Peta HPHK yang telah disusun dalam bentuk laporan
dan telah dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat
dilakukannya Rapat Kerja Nasional Tahun 2016.
Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas
100%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan kegiatan Workshop Nasional Pengamatan HPHK dinilai tidak
menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil
dicapai.
2015
PKH Kehani | LAKIN 46
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah
100% karena rumusan tindak lanjut dan Peta HPHK dalam bentuk laporan
telah digunakan dalam Rapat Kerja Nasional Tahun 2016.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop
Nasional Pengamatan HPHK adalah sebesar Rp. 393.820.000 dan
realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 431.660.000 atau 109,61%karena ada tambahan anggaran sebesar Rp. 37.840.000.
3) Bimbingan Teknis Instalasi Karantina Produk Hewan
Bimbingan teknis IKH untuk produk hewan dilakukan dalam bentukperjalanan dinas ke IKH untuk produk hewan. Dalam pelaksanaannyadilakukan bimbingan teknis terhadap penilaian IKH untuk HBAH untukbahan pakan ternak, daging, telur tetas, sarang walet di rumah walet.Perjalanan ditujukan untuk:1. Memberikan bimbingan teknis pada petugas karantina hewan terhadap
teknis penilaian IKH untuk produk hewan sesuai denganPedoman/Juklak/Juknis yang berlaku.
2. Memantau implementasi Permentan 34/Permentan/OT.140/7/2006tentang Persyaratan dan Tatacara Penetapan Instalasi KarantinaHewan, Keputusan Kepala Bdan Karantina Pertanian Nomor499.a/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 tentang Pedoman PersyaratanTeknis Instalasi Karantina Hewan untuk Produk Hewan Pangan(Daging, Karkas dan Jeroan) dan Keputusan Kepala Badan KarantinaPertanian Nomor 832/Kpts/OT.160/L/3/2013 tentang PedomanPersyaratan dan Tindakan Karantina Hewan terhadap PengeluaranSarang Waletdari Wilayah Negara Republik Indonesia ke NegaraRepublik Rakyat Tiongkok.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:1. Lokasi calon instalasi yang relatif jauh dan kesiapan waktu pemilik
calon instalasi untuk menerima kunjungan penilaian dapatmengakibatkan terhambatnya proses penetapan sesuai janji layanan.
2. Ditemukan ketidakseragaman sarana dan prasarana IKH untuk produkhewan dengan peruntukan MPHPHK yang sama.
2015
PKH Kehani | LAKIN 47
3. Ditemukan ketidakseragaman dalam melakukan penilaian calon IKHuntuk produk hewan.
4. Tahapan proses penetapan IKH untuk produk hewan yang tidak dapatdikontrol karena belum tersistem secara online
Selanjutnya telah direkomendasikan beberapa tindak lanjut sebagaiberikut:1. Revisi Permentan 34/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Persyaratan
dan Tatacara Penetapan Instalasi Karantina Hewan antara lainterhadap persyaratan administrasi, teknis, jenis IKH, penerapan servicelevel arrangement (SLA), kriteria sarana dan prasarana IKHdisesuaikan dengan MPHPHK, format penilaian calon IKH untuk produkhewan.
2. Pengembangan sistem pelayanan penetapan IKH secara online.
Pencapaian PK berupa Bimbingan Teknis Instalasi Karantina Produk
Hewan dilaksanakan dalam bentuk perjalanan dinas. Hasil kegiatan
berupa rekomendasi telah dipergunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam merevisi Permentan No 34 Tahun 2006.
Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas
100%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan bimbingan teknis instalasi karantina produk hewan dinilai
tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah
berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah
100% karena rekomendasi dalam bentuk laporan telah digunakan sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam merevisi Permentan No 34 Tahun
2006.
2015
PKH Kehani | LAKIN 48
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop
Nasional Pengamatan HPHK adalah sebesar Rp. 60.000.000 dan realisasi
penyerapan anggarannya adalah Rp. 58.857.100 atau 98,10%.
4) Bimbingan Teknis Validasi Metode Pemanasan Sarang WaletMengacu pada Angka 2.2.2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor 406/Kpts/OT.160/L/4/2014 tentang Pedoman Pemanasan Sarang
Walet untuk Pengeluaran ke Negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT),
bahwa alat pemanas milik perusahaan eksportir sarang walet ke Tiongkok
teregistrasi harus dilakukan verifikasi 1 (satu) tahun sekali. Selain itu
verifikasi wajib dipersyaratkan terhadap alat pemanas milik perusahaan
yang akan mengajukan registrasi tempat pemrosesan sarang walet ekspor
ke RRT.
Perjalanan ditujukan untuk:
1. Memberikan bimbingan teknis pada operator pemanasan di setiap
perusahaan yang mengajukan registrasi tempat pemrosesan sarang
walet ekspor ke RRT dan terhadap tata cara pelaksanaan pemanasan
sarang walet bersih dalam rangka memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Tiongkok sesuai Protokol
2. Melakukan validasi alat pemanas dengan mendapatkan waktu dan suhu
paling lama yang dicapai alat pemanas bekerja untuk mendapatkan suhu
70° C telah mencapai inti sarang walet pada perusahaan yang telah
teregistrasi dan perusahaan yang mengajukan registrasi tempat
pemrosesan sarang walet ekspor ke RRT.
3. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan penerapan prinsip higiene
dan sanitasi produksi sarang walet pada perusahaanyang mengajukan
registrasi tempat pemrosesan sarang walet ekspor ke RRT dan petugas
karantina hewan pada UPTKP setempat.
4. Melakukan verifikasi terhadap penerapan prinsip higiene dan sanitasi
produksi sarang walet pada perusahaan yang telah teregistrasi, terhadap
komitmen pemenuhan persyaratan teknis sesuai disepakati Protokol dan
ditetapkan dalam Pedoman/Juklak/Juknis yang berlaku.
2015
PKH Kehani | LAKIN 49
5. Evaluasi pelaksanaan pemanasan di setiap perusahaan yang telah
diterbitkan sertifikat verifikasi alat pemanasnya.
Bimbingan teknis dilaksanakan pada bulan September-Desember 2015
oleh Tim Verifikasi Alat Pemanas Sarang Walet Ekspor ke Tiongkok yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor 1167/Kpts/KR.120/L/9/2015dengan peserta bimbingan teknis adalah
operator pemanasan pada 6 perusahaan teregistrasi di Surabaya,
Semarang dan Jakarta dan 1 perusahaan calon perusahaan di Medan dan
petugas karantina hewan unit pelaksana teknis karantina pertanian
(UPTKP) yang bertanggungjawab terhadap tempat pemrosesan (BBKP
Surabaya, BBKP Soekarno Hatta, BKP Kelas I Semarang, BKP Kelas I
Medan).
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Penerbitan 8 Sertifikat Verifikasi Alat Pemanas.
2. Alat pemanas milik 6 perusahaan teregistrasi masih memenuhi
persyaratan sebagai alat pemanas. Selisih perubahan waktu dan suhu
paling lama yang dicapai alat pemanas bekerja untuk mendapatkan suhu
70° C yang mencapai inti sarang walet dari hasil verifikasi tahun 2014
dan tahun 2015 tidak melebihi 2 menit.
3. Sumber panas yang dipakai maupun operator pemanasan tidak
mengalami perubahan untuk 6 perusahaan teregistrasi dan terdapat satu
perusahaan yang mengajukan pergantian alat pemanas, dan alat
pemanas yang sebelumnya tidak akan dipergunakan lagi.
4. Terdapat temuan mayor dan minor terkait higiene dan sanitasi yang
perlu dilakukan tindakan koreksi/perbaikan oleh 6 perusahaan
teregistrasi dalam rangka tetap mempertahankan pemenuhan
persyaratan teknis sesuai Protokol. Perbaikan tersebut akan diverifikasi
lagi di tahun 2016 oleh Tim yang sama.
2015
PKH Kehani | LAKIN 50
5. Terdapat temuan minor terkait higiene dan sanitasi yang perlu dilakukan
tindakan koreksi/perbaikan oleh 1 perusahaan calon eksportir dalam
rangka pemenuhan persyaratan teknis sesuai Protokol untuk
mendapatkan registrasi dari pemerintah Indonesia. Perbaikan tersebut
telah diselesaikan sebelum pengajuan aplikasi dokumen dalam rangka
mendapatkan registrasi dair pemerintah Tiongkok.
Selanjutnya telah direkomendasikan beberapa tindak lanjut sebagai
berikut:
1. Verifikasi alat pemanas sarang walet ekspor ke Tiongkok agar
menjadi kegiatan tahunan Bidang Karantina Produk Hewan sesuai
angka 2.2.2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor
406/Kpts/OT.160/L/4/2014 tentang Pedoman Pemanasan Sarang
Walet untuk Pengeluaran ke Negara Republik Rakyat Tiongkok
(RRT).
2. Perlu ditambahkan/penyempurnaan dalam bentuk revisi Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 406/Kpts/OT.160/L/4/2014
tentang Pedoman Pemanasan Sarang Walet untuk Pengeluaran ke
Negara Republik Rakyat Tiongkok sebagai berikut:
2.1.Mekanisme teknis kerja tim verifikasi dalam bentuk format
lembar kerja.
2.2.Titik terdingin inti pada sarang walet telah diketahui berada di
bagian kaki sarang walet, sehingga pada angka 2.2.4. Pedoman
tidak perlu lagi dicari untuk setiap tahapan pelaksanaan
verifikasi.
2.3.Penyempurnaan Pedoman terhadap waktu pelaksanaan
verifikasi, penerbitan sertifikat verifikasi alat pemanas, hal lain
terkait
2015
PKH Kehani | LAKIN 51
Pencapaian PK berupa Bimbingan Teknis Validasi Metode Pemanasan
Sarang Walet dilaksanakan dalam bentuk perjalanan dinas. Hasil kegiatan
berupa rekomendasi telah dipergunakan sebagai salah satu bahan
perencanaan kegiatan tahun anggaran 2016.
Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas
100%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan bimbingan teknis validasi metode pemanasan sarang walet
dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan
telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah
100% karena rekomendasi dalam bentuk laporan telah digunakan sebagai
salah satu bahan perencanaan kegiatan tahun anggaran 2016.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan Bimbingan Teknis
Validasi Metode Pemanasan Sarang Walet adalah sebesar Rp.
120.000.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp.
117.137.500 atau 97.61%.
5) Workshop Diskripsi Media Pembawa HPHK Yang Tergolong BendaLain
Workshop Deskripsi MP HPHK terhadap Benda Lain dilaksanakan untuk
menyeragamkan dan menjabarkan pengertian MP HPHK yang termasuk
ke dalam benda Lain. Karena banyak jenis MP HPHK yang tergolong
benda lain yang beragam dan tidak lazim sehingga menjadi kesulitan
dalam menggolongkannya karena nama tersebut dapat berupa nama
dagang, nama generik atau nama umum.
2015
PKH Kehani | LAKIN 52
Hasil Workshop ini berupa usulan struktur data baru dan sebagai bahan
masukan dalam rancangan revisi Peraturan Menteri Pertanian tentang
Pengolongan Media Pembawa HPHK
Rekomendasi tindak lanjutnya adalah agar direncanakan kegiatan
Penyusunan Pedoman Deskripsi Media Pembawa Hama Penyakit Hewan
Karantina terhadap Benda Lain tahun 2016.
Pencapaian PK berupa kegiatan Workshop Diskripsi Media Pembawa
HPHK Yang Tergolong Benda Lain dilaksanakan dalam 1 tahapan
kegiatan. Hasil kegiatan berupa rekomendasi tindak lanjut dalam bentuk
laporan dan telah dipergunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan
tahun anggaran 2016.
Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas
100%.
Evaluasi Pencapaian KinerjaPelaksanaan kegiatan Workshop Diskripsi Media Pembawa HPHK Yang
Tergolong Benda Lain dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan
output yang diharapkan telah berhasil dicapai.
Analisis Pencapaian KinerjaKinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan
dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah
100% karena rumusan tindak lanjut dalam bentuk laporan telah digunakan
dalam penyusunan rencana kegiatan tahun anggaran 2016.
Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop
Diskripsi Media Pembawa HPHK Yang Tergolong Benda Lain adalah
sebesar Rp. 88.150.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah
Rp. 79.597.400 atau 90.30%.
2015
PKH Kehani | LAKIN 53
D. Akreditasi Laboratorium Karantina Hewan di UPTKPPada tahun 2015, telah dilakukan upaya capaian akreditasi laboratorium
karantina hewan pada UPTKP. Hasil yang diperoleh adalah akreditasi
dengan ruang lingkup pengajian sebagai berikut:
Tabel 8. Lab UPTKP Terakreditasi Tahun 2015No Nama UPT Jenis Sampel
YangDiuji
Parameter Uji Metode Uji StatusOPTK/HPHK
1 BKP Kls IBanjarmasin
LaboratoriumKHBahan AsalHewan/ BAH(daging) danHasil BahanAsal Hewan(DagingOlahan).
Serum darahsapi dankerbau
Bakteri:Cemaran Mikroba
Brucella abortus
Total PlateCountdenganmengacupada SNI2897:2008.
DeteksiantibodiBrucellaabortusdenganMetode ujiRBT,mengacupada OIE2009Chapter2.4.3
Non HPHK
HPHK
2 BKP Kls IMataram
LaboratoriumKH:Serumdarah: ayam,burung danbebek
Virus:Deteksi TiterAntibodi VirusAvian Influenza
OIETerrestialManual2012InfluenzaChapter2.3.4AvianInfluenza
HPHK
3 BKP Kls IICilegon
LaboratoriumKH:Serumdarah: sapi,kerbau,kambing,domba dananjing
Bakteri:Brucella abortus
RoseBengalTest(RBT),
HPHK
2015
PKH Kehani | LAKIN 54
Sesuai target PK bahwa 3 laboratorium pada UPTKP telah berhasil
akreditasi dengan ruang ruang lingkup sesuai kebutuhan operasional.
Dengan demikian, maka telah diperoleh capaian dengan bobot kualitas
100%.
E. Kemampuan Deteksi RisikoPusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani telah
meningkatkan kemampuan deteksi risiko pada 2 UPTKP yaitu Balai Besar
Karantina Pertanian Surabaya (BBKP Surabaya) dan Balai Karantina
Pertanian Kelas I Manado.
Upaya tersebut dilakukan dalam bentuk pendampingan teknis dalam
pelaksnaan inhouse training di kedua UPTKP tersebut.
Pada saat pelaksanaan inhouse training, semua peserta diminta langsung
untuk mempraktekkan analisis risiko implementatif sebagaimana telah
disampaikan oleh narasumber.
Selanjutnya telah diperoleh 2 dokumen analisis risiko dari kedua UPTKP
untuk dipergunakan sebagai pertimbangan operasional karantina hewan
di tempat pemasukan masing-masing.
Dengan demikian, maka telah diperoleh capaian dengan bobot kualitas
100%.
2015
PKH Kehani | LAKIN 55
3. MATRIK PENGUKURAN KINERJAPusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani telah target PK tahun 2015 sebagai berikut:
Tabel 9. Capaian target PK PKH Kehani Tahun 2015
Sasaran Indikator Kinerja TargetPelaksanaan
KegiatanCapaian Out Put
Tersusunnya
kebijakan teknis
perkarantinaan
Jumlah
peraturan/keput
usan Menteri
tentang
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK, dan
keamanan
hayati hewani
2 Peraturan/Keputusan Menteri:
1. Tindakan Karantina Hewan
Antar Area;
2. Tindakan Karantina Hewan
Terhadap Pemasukan Karkas,
Daging dan/atau Jeroan
Kedalam Wilayah Negara RI;
100%
100%
Kualitas yang dihasilkan:
1. Nota Dinas kepada
KaBarantan dan SetbanTgl
17 Desember 2015 (75%)
2. Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl
31 Juli 2015 (75%)
2015
PKH Kehani | LAKIN 56
Jumlah
keputusan
Kepala Badan
Karantina
Pertanian
tentang
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK, dan
keamanan
hayati hewani
5 Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian:
1. Pedoman Tindakan Karantina
Terhadap Media Pembawa Lain
Hewani
2. Pedoman TKH terhadap Pakan
Hewan
3. Revisi Pedoman Tindakan
Karantina Hewan Ruminansia
Besar
4. Revisi Pedoman Tindakan
Karantina Hewan Unggas
100%
100%
100%
100%
Kualitas yang dihasilkan:
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
2015
PKH Kehani | LAKIN 57
5. Pedoman Monitoring BAH dan
HBAH
100% Nota Dinas kepada
KaBarantan dan Setban Tgl 23
Desember 2015 (75%)
Jumlah
dokumen
pembinaan,
dokumen
bimbingan
teknis dan
dokumen
monitoring
pencegahan
masuk dan
menyebarnya
HPHK dan
keamanan
hayati hewani
5 laporan sebagai berikut:
1. Laporan workshop nasional
hasil tindakan karantina hewan
2. Laporan workshop nasional
pengamatan status dan situasi
HPHK
3. Laporan bimbingan teknis
instalasi karantina produk
hewan
4. Laporan bimbingan teknis
validasi metode pemanasan
sarang walet
100%
100%
100%
100%
Kualitas yang dihasilkan:
Adopsi rumusan tindak lanjut
penyempurnaan kebijakan dan
operasional (100%)
Adopsi rumusan tindak lanjut
dan Peta HPHK (100%)
Adopsi rekomendasi tindak
lanjut (100%)
Adopsi rekomendasi tindak
lanjut (100%)
2015
PKH Kehani | LAKIN 58
5. Laporan workshop diskripsi
media pembawa HPHK yang
tergolong benda lain
100% Adopsi rekomendasi tindak
lanjut (100%)
Meningkatnya
kualitas laboratorium
UPT karantina
pertanian
Jumlah UPTyanglaboratoriumnyaterakreditasisesuai ruanglingkuptugasnya
3 Lab UPTKP terakreditasi:
1. Lab BKP Kelas I Banjarmasin
(TPC dan RBT);
2. Lab BKP Kelas I Mataram (HI
AI);
3. Lab BKP Kelas II Cilegon
(RBT).
100% Ruang lingkup akreditasi:
1. TPC dan RBT
2.
3. HI AI
4. RBT (100%)
Meningkatnya
kemampuan deteksi
risiko
JumlahdokumenAnalisis ResikoHPHK
2 Dokumen Bimbingan Teknis
Analisis Risiko Implementatif:
1. Analisis Risiko di BBKP
Surabaya
2. Analisis Risiko di BKP Kelas I
Manado
1. 100%
2. 100%
1. Dokumen Bimbingan
Teknis Analisis Risiko
HPHK di BBKP Surabaya
2. Dokumen Bimbingan
Teknis Analisis Risiko
HPHK di BKP Kelas I
Manado (100%)
2015
PKH Kehani | LAKIN 59
Berdasarkan tabel 9, capaian target Pusat KH Kehani dapat dihitung
sebagai berikut:
Rerata nilai pelaksanaan kegiatan: 100%
Rerata nilai kualitas hasil: 90%
Rerata capaian target: 95%
Setelah dilakukan perhitungan, capaian target PK PKHKehani adalah 95%sehingga masuk dalam klasifikasi BAIK.
Berdasarkan UU No 10 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi UU No 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang
mana pada Pasal 5 huruf d bahwa dalam membentuk peraturan
perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada azas peraturan
perundang-undangan yang baik, salah satunya adalah dapatdilaksanakan, yang artinya bahwa harus memperhitungkan efektifitas
peraturan perundangan tersebut di dalam masyarakat baik secara
filosofis, sosiologis maupun yuridis. Dengan demikian Pusat KH Kehani
dalam menghasilkan 6 (enam) Kebijakan tersebut dinilai dapatberimplementasi dalam operasional pelayanan dan pengawasan karena:
a. Dalam pengumpulan dan/atau pembahasan bahan telah
memperhatikan permasalahan teknis operasional yang sedang
dihadapi;
b. Setiap tahapan pembahasannya telah melibatkan UPTKP dan/atau
stakeholders terkait;
c. Telah mengacu pada Renstra dan kebijakan Pimpinan;
Total jumlah anggaran kegiatan Penetapan Kinerja tahun 2012 adalah
Rp. 2.069.759.000 dengan realisasi sebesar Rp. 2.062.427.200 atau100.4%. Adapun total jumlah anggaran seluruh kegiatan Pusat KH Kehani
adalah Rp. 7.327.319.000 dengan realisasi Rp. 6.843.984.892 atau
93,40%.
2015
PKH Kehani | LAKIN 60
4. KINERJA TAHUN 2015Pada tahun 2015, belum terdapat penetapan rancangan peraturan menteri
maupun keputusan kepala badan karantina pertanian yang ditargetkan
menjadi PK.
Pada tahun 2016, PKH KEHANI perlu berupaya untuk mengupayakan
penetapan rancangan peraturan menteri dan rancangan keputusan kepala
badan yang telah disusun rancangannya pada tahun 2015.
Terdapat beberapa peraturan dan pedoman teknis yang ditetapkan pada
tahun 2015 meskipun bukan merupakan PK, yaitu:
1. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
70/Permentan/KR.100/12/2015 tentang Instalasi Karantina Hewan telah
diterbitkan pada bulan Desember Tahun 2015. Peraturan ini merupakan
tindak lanjut penyelesaian kegiatan anggaran tahun 2013 dan tahun
2014 sebagai revisi penyempurnaan terhadap Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 34/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Penetapan Instalasi Karantina Hewan; dan
2. Pedoman teknis untuk pelaksanaan kegiatan pemantauan Hama
Penyakit Hewan Karantina (HPHK) telah ditetapkan melalui Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 207/Kpts/OT.160/L/02/2015
tentang Pedoman Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan
Karantina Tahun 2015.
2015
PKH Kehani | LAKIN 61
BAB IVPENUTUP
Berdasarkan pengukuran kinerja, dapat disimpulkan bahwa seluruh PK
Tahun 2015 telah dicapai oleh PKH KEHANI dengan nilai 95 % sehingga
masuk dalam klasifikasi BAIK.
Dalam upaya pencapaian tersebut, hambatan utama yang dihadapi
adalah ketidakpastian waktu tindak lanjut proses penetapan rancangan
kebijakan yang telah dihasilkan oleh Pusat KH&Kehani. Hal tersebut
tercermin dari proses penetapan kebijakan yang berlarut-larut dan tidak
memiliki target waktu penyelesaian penetapan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dibutuhkan adanya SOP penyelesaian proses
penetapan kebijakan dengan target waktu tertentu setelah rancangan
kebijakan dinotadinaskan oleh PKH&Kehani kepada Sekretariat Badan
Karantina Pertanian.