LABOREM EXERCENS

18
LABOREM EXERCENS 15 SEPTEMBER 1981, YOHANES PAULUS II – LE XI

description

XI. LABOREM EXERCENS. 15 SEPTEMBER 1981, YOHANES PAULUS II – LE. LABOREM EXERCENS Tentang Makna Kerja Manusia. PENDAHULUAN. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of LABOREM EXERCENS

Page 1: LABOREM EXERCENS

LABOREM EXERCENS

15 SEPTEMBER 1981, YOHANES PAULUS II – LE

XI

Page 2: LABOREM EXERCENS

LABOREM EXERCENSTentang Makna Kerja Manusia

PENDAHULUAN

Ensiklik Laborem Exercens atau “Tentang Makna Kerja Manusia” diterbitkan Paus Yohanes Paulus II, 1981, untuk memperingati ulang tahun ke-90 Ensiklik Leo XIII, Rerum Novarum atau “Kondisi Pekerja”.

Page 3: LABOREM EXERCENS

GARIS-GARIS BESAR LABOREM EXERCENSDokumen ini mempunyai lima bagian rumusan yang jelas :

I. Pendahuluan yang mencatat keprihatinan-keprihatinan utama dalam Pengajaran Sosial Gereja.

II. Kerja dan Pribadi Manusia mengangkat makna kerja yang berkembang dalam dunia yang mengalami perubahan pesat.

III. Konflik antara Tenaga Kerja dan Modal diuji dalam Tahapan Sejarah sekarang ini.

IV. Hak-Hak Kaum Pekerja tidak dapat dilihat terpisah melainkan berada dalam konteks Hak-Hak asasi Manusia.

V. Unsur-Unsur Spiritualitas Kerja mencoba mengembalikan nilai yang dikandungnya di mata Allah dan yang berakar dalam Injil.

Page 4: LABOREM EXERCENS

Paus Yohanes Paulus II

Pada tahun ketiga kepausannya, Yohanes Paulus II yang semakin

sadar akan kecenderungan global, memperbarui Ensiklik Rerum

Novarum dari Paus Leo XIII (1891). Beliau mengemukakan bahwa di samping perubahan-perubahan

radikal dalam dunia kerja, Pribadi Manusia tetap merupakan pusat

seluruh makna kerja.

Page 5: LABOREM EXERCENS

I. PENDAHULUAN

1. Ulang Tahun Ke-90 Rerum NovarumPaus Yohanes Paulus II mengakui kebutuhan akan suatu penelaahan kembali kerja manusia, menyusul perkembangan baru dalam kondisi kerja pada abad yang lalu sebagaimana disebut di bawah ini :

a) Pengenalan otomasi dalam produksi

b) Meningkatnya harga energi dan bahan-bahan baku

c) Tumbuhnya kesadaran ekologis

d) Bangkitnya peran serta sosial-politis rakyat.

Peran gereja dalam konteks perubahan ini adalah :

• Mengundang perhatian akan martabat pekerja

• Mengutuk penindasan terhadap martabat manusia

• Memberikan tuntutan kepada orang-orang agar terjamin kemajuan yang otentik.

Page 6: LABOREM EXERCENS

2. Kerja Manusia sebagai suatu Persoalan Sosial

Gereja memandang kerja manusia sebagai pusat persoalan sosial dan kunci dalam menciptakan kehidupan yang lebih manusiawi. Kerja manusia mengupayakan tercapainya persamaan dan keadilan, dan jaminan bagi kemajuan pribadi manusia dalam dunia modern. Dalam memajukan keadilan dan perdamaian kita harus menyadari bukan hanya dimensi “kelas” melainkan pula dimensi “dunia”.

3. Akar Kitab Suci

Kerja yang menempati pusat persoalan sosial berakar dalam Kitab suci, dasar pengajaran sosial gereja. Hubungan organik ini senantiasa ada.

Gereja memandang kerja sebagai kunci segala persoalan sosial….. karena sebagai citra Allah,

manusia mampu berpikir dan mengaktualisasikan diri.

Page 7: LABOREM EXERCENS

II. KERJA DAN PRIBADI MANUSIA

4. Kitab Kejadian

Allah menyatakan dalam Kitab Kejadian 1:28 bahwa kerja merupakan landasan keberadaan manusia. “Beranakcuculah dan berkembangbiaklah, dan penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.” Melalui kerja, pribadi manusia menjadi tuan atas bumi dalam artian luas.

5. Teknologi sebagai Obyek Kerja

Mahkluk manusia adalah subyek kerja yang sebenarnya karena sebagai seorang pribadi, tindakan-tindakan kerja haruslah mewujudkan kemanusiaan seseorang. Pribadi manusia tidak dapat menjadi budak mesin.

6. Manusia sebagai Obyek Kerja

Pribadi manusia adalah subyek kerja dan oleh karenanya berdimensi etis. Pribadi manusia itu penting, seorang pribadi bebas yang sadar dapat memutuskan tentang dirinya.

Page 8: LABOREM EXERCENS

7. Ancaman terhadap Nilai-nilai Kebenaran

Dewasa ini, kerja manusia ditinggikan dan diperlengkapi dengan teknologi modern. Namun, teknologi yang sama juga menghalangi kreativitas, kepuasan kerja, tanggung jawab dan kesempatan kerja. Gereja di zaman industrial menentang segala bentuk pemikiran materialistis dan ekonomistis yang memperlakukan pribadi manusia lebih sebagai “barang dagangan” daripada sebagai subyek kerja.

8. Solidaritas Pekerja

Gereja menyerukan pula solidaritas pekerja untuk mencegah tenaga kerja manusia dari pelecehan martabatnya (mis. pemerasan dalam pengupahan, kondisi kerja yang miskin, kurangnya jaminan sosial). Gereja memiliki komitmen terhadap orang “miskin”.

Page 9: LABOREM EXERCENS

9. Martabat Pribadi

Seruan biblis untuk “menaklukkan bumi” dan memampukan pribadi manusia sebagai “penguasaan” atas bumi membubuhkan martabat pada kerja manusia. Meskipun diperlukan kerja keras yang berat, kerja merupakan suatu usaha yang bermanfaat karena memungkinkan seseorang mencapai pemenuhan sebagai makhluk manusia.

10.Kerja dan Keluarga

Kerja manusia memungkinkan pula pembentukan dan pemeliharaan kehidupan keluarga, pencapaian tujuan-tujuan keluarga, dan penambahan warisan seluruh keluarga manusia.

Kerja merupakan suatu usaha yang bermanfaat karena memungkinkan seseorang mencapai pemenuhan

sebagai makhluk manusia.

Page 10: LABOREM EXERCENS

III. KONFLIK ANTARA BURUH DAN MODAL

11.Dimensi-dimensi Konflik

Dalam Ensiklik Rerum Novarum, Sri Paus berbicara tentang revolusi konflik-konflik besar, misalnya antar ‘modal dan buruh’, ‘liberalisme dan komunisme’ serta pergolakan politik yang terjadi sekarang ini.

12.Prioritas Buruh

Prinsip-prinsip dasar yang diajarkan Gereja ‘prioritas tenaga kerja di atas modal’ dan ‘keunggulan manusia di atas barang-barang’.

Karena modal mencakup semua sumber daya, baik yang alamiah maupun yang dibuat manusia, setiap orang seharusnya memilikinya dan bukan hanya sekelompok kecil kaum kaya saja. Hal itu pun merupakan warisan umat manusia melalui karya leluhur kita dan hendaknya tidak dieksploitir. Modal dan tenaga kerja haruslah terkait dalam suatu cara yang produktif.

Page 11: LABOREM EXERCENS

13.Ekonomisme dan Materialisme

Buruh bukan hanya faktor lain dari produksi bersama dengan modal. Pribadi manusia berada di atas barang-barang dan modal dan dengan demikian mendapatkan martabat yang sah dan prioritas. Penekanan pada materialisme meremehkan tenaga kerja manusia.

14.Kerja dan Hak Milik

Mengenal hak atas harta milik, gereja tidak mendukung konsep Marxisme (hak milik kolektif) maupun konsep Kapitalisme (hak milik absolut). Hak atas harta milik haruslah tunduk kepada prinsip kesejahteraan umum dan harta milik haruslah diperoleh lewat kerja untuk melayani tenaga kerja manusia. Gereja mendukung bentuk pemilikan bersama antara pemilik dan tenaga kerja, (mis, skema pembagian keuntungan).

15.Argumen “Personalis”

Pribadi manusia dan tenaga kerja seseorang masih lebih penting daripada Modal. Artinya, menjadi orang yang berbagi dalam tanggung jawab dan kreativitas.

Page 12: LABOREM EXERCENS

16.Umum

Pribadi Manusia diharuskan bekerja. Kerja merupakan kewajiban, dan karena keharusan ini seorang berhak dikaitkan dengan kerja manusia. Kerja manusia harus dilihat dalam konteks Hak-Hak Asasi Manusia.

IV. HAK-HAK KAUM PEKERJA

17.Majikan Langsung dan Tak Langsung

Hak-hak tersebut di atas tergantung pada hakekat pekerjaan.

a) Majikan Langsung – orang bekerja di bawah suatu kontrak kerja langsung dengan syarat-syarat yang pasti.

b) Majikan Tak Langsung – orang bekerja kontrak-kontrak kerja kolektif, prinsip-prinsip dan organisasi-organisasi yang menentukan seluruh sistem sosio-ekonomi.

Kebijakan-kebijakan ini harus memperhatikan hak-hak obyektif dan membentuk kebijakan tenaga kerja yang secara etis benar. Negara harus menjamin suatu kebijakan perburuhan yang adil. Organisasi internasional juga mempunyai tanggung jawabnya.

Page 13: LABOREM EXERCENS

18. Isi Kesempatan Kerja

Semua pekerja berhak atas kesempatan kerja yang sesuai.

Pengangguran dapat menjadi suatu bencana sosial dan pengobatan berikut ini perlu dipertimbangkan :

a) Dana pengangguran

b) Sistem perencanaan menyeluruh di tingkat nasional

c) Kerja sama internasional untuk mengurangi ketidakseimbangan dalam standar hidup.

Pemerintah hendaknya menjalankan perencanaan yang rasional, organisasi tenaga kerja manusia yang baik, dan pemanfaatan sepenuhnya sumber-sumber daya untuk membantu pencegahan pengangguran.

Page 14: LABOREM EXERCENS

19.Upah dan Keuntungan Sosial

Semua pekerja berhak atas balas karya yang adil. Balas karya yang adil adalah isu kunci etika sosial karena merupakan sarana praktis bagi orang-orang untuk mendapatkan akses terhadap barang-barang yang dimaksudkan untuk pemakaian bersama.

Berkaitan dengan pengupahan, gereja menghimbau :

a) Upah yang cukup untuk menghidupi keluarga

b) Tunjangan bagi para ibu untuk memelihara keluarga

c) Evaluasi kembali peranan ibu untuk menjamin cinta sejati mereka kepada anak-anak dan kesempatan yang memadai bagi kaum wanita.

Para pekerja juga berhak atas keuntungan sosial seperti pelayanan kesehatan, hak untuk beristirahat, hak atas hari tua dan asuransi kecelakaan, dan hak atas lingkungan kerja yang sehat dan aman.

Page 15: LABOREM EXERCENS

20.Pentingnya Serikat Pekerja

Hak untuk berserikat merupakan unsur penting bagi keamanan pekerja. Kebutuhan ini berasal dari perjuanagan para pekerja untuk mencapai keadilan sosial, para pekerja yang membutuhkan juru bicara untuk menyuarakan perjuangan haka-hakm mereka sebagai pekerja. Hal ini bukanlah suatu “perjuangan melawan” orang lain. Serikat membangun tatanan sosial dan solidaritas pekerja. Keguatan serikat dapat bercorak “politis”, dalam arti sebagai “keprihatinan yang bijaksana akan kesejahteraan umum” dan bukan untuk “bermain politik” sebagaimana umumnya dimengerti.

Hak untuk mogok adalah sah tetapi tidak boleh disalahgunakan untuk tujuan-tujuan politis atau “egoisme kelas” dan harus tidak menyimpang dari peranannya yang khusus.

Dalam memanggul pekerjaan yang berat bersama Kristus, manusia bekerjasama

dengan Putera Allah untuk menebus manusia.

Page 16: LABOREM EXERCENS

21.Kelompok Khusus Pekerja Tani

Pertanian yang menyediakan bagi masyarakat barang-barang yang dibutuhkannya untuk kelangsungan hidupnya sehari-hari, mengandung arti mendasar yang sangat penting. Situasi-situasi yang tidak adil banyak melanda negara-negara sedang berkembang dan kita perlu peka akan hal ini.

22.Kerja dan Orang Cacat

Orang cacat adalah subyek manusia utuh dengan hak-hak bawaannya sejak lahir, suci dan tidak boleh dilanggar, kendati mengalami keterbatasan-keterbatasan. Mereka berhak atas pekerjaan. Semua orang harus memperhitungkan situasi mereka dan menawarkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka.

23.Kerja dan Emigrasi

Orang berhak meninggalkan tanah airnya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di negeri lain. Mereka hendaknya tidak ditempatkan pada kedudukan yang merugikan dibandingkan dengan pekerja-pekerja lain dalam masyarakat yang khusus.

Page 17: LABOREM EXERCENS

24. Tugas Gereja

Karena kerja melibatkan seluruh pribadi, badan maupun jiwa, gereja melihat pula aspek rohani yang terkandung di dalamnya. Semua kegiatan manusisa harus disesuaikan dengan kehendak Allah dan kerja manusia ikut serta dalam dan meneladani kegiatan Allah serta memberi martabat.

V. SPIRITUALITAS KERJA

25. Kerja sebagai Keikutsertaan dalam Kegiatan Pencipta

Melalui kerja pribadi manusia ikut serta dalam kegiatan kreatif Allah. Dalam arti tertentu, Kitab Kejadian adalah “Injil Kerja” yang pertama. Dasar spiritualitas kerja adalah pengakuan bahwa kerja merupakan sarana perwujudan dalam sejarah perencanaan ilahi. Kita dipanggil melalui kerja untuk membangun dunia ciptaan Allah. Inilah yang menggerakkan kita untuk berkarya demi keadilan, cinta kasih, dan perdamaian.

Page 18: LABOREM EXERCENS

26. Kristus, Manusia Karya

Yesus seorang manusia pekerja dan dalam Injil, kehidupan Kristus menyatu dengan dunia kerja. Yesus setuju dengan aneka bentuk kerja manusia yang mencerminkan kesamaan pribadi manusia dengan Allah. Kitab Suci menjadi landasan pengembangan suatu spiritualitas kerja baru.

27. Salib dan Kebangkitan Kristus

Kerja dipandang gereja terkait dengan Salib dan Kebangkitan. Dengan melakukan kerja keras, pribadi manusia dipersatukan dengan Kristus dalam penderitaan.

Kerja adalah vital, bukan hanya untuk kemajuan duniawi, tetapi juga untuk pengembangan Kerajaan Allah dan dunia.