LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Evaporasi
-
Upload
zandhika-alfi-pratama -
Category
Documents
-
view
77 -
download
16
description
Transcript of LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Evaporasi
-
LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN
PANAS DAN MASSA SECARA SIMULTAN
EVAPORASI
Kelompok XII : Ayu Maulina Sugianto NRP. 2313 030 031
Zandhika Alfi Pratama NRP. 2313 030 035
Shinta Rahayuningtyas C. W. NRP. 2313 030 082
Tanggal Percobaan 23 Oktober 2015
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Danawati Hari P., M. Pd.
Asisten Laboratorium Irma Nur Hanifah F.P.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
-
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Evaporasi adalah suatu proses dimana molekul yang berada dalam fasa cair berubah menjadi
fasa gas secara spontan. Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat
yang sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut yang mudah menguap (volatile solvent)
dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Pelarut yang ditemui dalam sebagian besar sistem
larutan adalah air. Umumnya, dalam evaporasi, larutan pekat merupakan produk yang diinginkan,
sedangkan uapnya diembunkan dan dibuang. Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi
didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan
pelarutnya (Novianto, 2009).
Evaporator adalah alat untuk melakukan proses evaporasi, merupakan salah alat penukar
panas yang menghasilkan perpindahan panas dari satu fluida ke fluida lainnya, dimana antara
fluida yang satu dengan lainnya terpisah oleh suatu dinding atau sekat yang dilalui oleh panas
(Sularso, 2011).
Aplikasi dari evaporasi pun sangat bermacam-macam. Hampir seluruh proses di industri
menggunakan prinsip evaporasi sebagai salah satu proses yang ditempuh untuk menghasilkan
suatu produk, seperti halnya pada pabrik PT. Badak LNG, Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, PT
Cheil Jedang Indonesia Pasuruan, dsb (Frayekti, 2012).
Kebanyakan orang mengenal evaporator sebagai salah satu alat yang digunakan dalam
industry gula pasir. Evaporator digunakan dalam proses penguapan sebelum proses kristalisasi
gula. Penguapan dilakukan untuk mengentalkan jus tebu menjadi sirup dengan cara menguapkan
air menggunakan uap panas(steam). Cairan gula jenuh yang dibutuhkan untuk proses kristalisasi
adalah memiliki kandungan gula hingga 80%. Sehingga penggunaan multiple effect evaporator
yang dipanaskan dengan steam adalah cara terbaik utuk mendapatkan kondisi tersebut (Setyawan,
2013).
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan evaporasi adalah:
1. Bagaimana menghitung perpindahan massa dan panas pada proses evaporasi falling film?
2. Bagaimana pengaruh flowrate aliran 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam
pada aliran co-current dengan konsentrasi akhir pada proses evaporasi falling film
evaporator?
3. Bagaimana pengaruh flowrate aliran 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam pada
aliran counter-current dengan konsentrasi akhir pada proses evaporasi falling film
evaporator?
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan Percobaan dari praktikum evaporator adalah:
1. Menghitung perpindahan massa dan panas pada proses evaporasi falling film.
2. Untuk mengetahui pengaruh flowrate aliran 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279
L/Jam pada aliran co-current dengan konsentrasi akhir pada proses evaporasi falling film
evaporator.
-
`Bab I Pendahuluan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
I-2
3. Untuk mengetahui pengaruh flowrate aliran 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240
L/Jam pada aliran counter-current dengan konsentrasi akhir pada proses evaporasi
falling film evaporator.
-
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi Evaporasi
Menurut Novianto (2009), evaporasi adalah suatu proses dimana molekul yang berada
dalam fasa cair berubah menjadi fasa gas secara spontan. Tujuan dari evaporasi adalah
memekatkan larutan yang mengandung zat yang sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut
yang mudah menguap (volatile solvent) dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Pelarut
yang ditemui dalam sebagian besar sistem larutan adalah air. Umumnya, dalam evaporasi, larutan
pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan dibuang. Prinsip
kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar
antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya.
II.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Menurut Khairunnisa (2014), proses evaporasi yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
beberapa sifat penting dari zat cair yang dievaporasikan, yaitu:
1. Konsentrasi
Walaupun cairan encer diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup encer sehingga
beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya meningkat, larutan itu
akan makin bersifat individual. Densitas dan viskositasnya meningkat bersamaan dengan
kandungan zat padatnya, hingga larutan itu menjadi jenuh, atau jika tidak, menjadi terlalu
lamban sehingga tidak dapat melakukan perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair
jenuh dididihkan terus, maka akan terjadi pembentukan kristal, dan kristal ini harus
dipisahakan karena bisa menyebabkan tabung evaporator tersumbat. Titik didih larutanpun
dapat meningkat dengan sangat bila kandungan zat padatnya bertambah, sehingga suhu
didih larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih air pada tekanan yang sama.
2. Pembentukan Busa
Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat-zat organik, membusa ( foam ) pada waktu
diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap, dan menyebabkan
banyaknya bahan yang terbawa-ikut. Dalam hal-hal yang ekstrem, keseluruhan massa zat
cair itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan terbuang.
3. Kepekaan Terhadap Suhu
Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi dan bahan makanan dapat rusak bila
dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat saja. Dalam mengkonsentrasikan
bahan-bahan seperti itu diperlukan teknik khusus untuk mengurangi suhu zat cair dan
menurunkan waktu pemanasan.
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan kerak pada permukaan pemanasan. Hal ini
menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin berkurang, sampai akhirnya
operasi evaporator terpaksa dihentikan untuk membersihkannya. Bila kerak itu keras dan
tak dapat larut, pembersihan itu tidak mudah dan memakan biaya.
5. Bahan Konstruksi
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-2
Bilamana mungkin, evaporator itu dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak larutan yang
merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan itu. Karena itu
digunakan juga bahan-bahan kondtruksi khusus, seperti tembaga, nikel, baja tahan karat,
aluminium, grafit tak tembus dan timbal. Oleh karena bahan-bahan ini relatif mahal, maka
laju perpindahan kalor harus harus tinggi agar dapat menurunkan biaya pokok peralatan.
II.1.3 Tipe Evaporator
Menurut Coulson (1993), jenis-jenis evaporator adalah:
1. Direct heated evaporator
Jenis ini menggunakan tenaga surya dan unit pembakaran terendam. pembakaran terendam
pada evaporator dapat digunakan untuk aplikasi di mana kontaminasi larutan oleh produk
pembakaran dapat diterima.
2. Long tube evaporator
Dalam jenis ini cairan mengalir sebagai film tipis pada dinding yang panjang, vertikal,
pemanasan, tabung. Kedua falling film dan meningkatnya jenis film yang dapat digunakan.
Jenis ini digunakan unit kapasitas tinggi; cocok untuk larutan viskositas rendah
3. Forced circulations evaporator
Jenis ini Liquid dipompa ke tube. Cocok digunakan dengan bahan yang cenderung tidak tahan
transfer panas pada permukaan, dan di mana kristalisasi dapat terjadi pada evaporator.
4. Agitated thin-film evaporator
Jenis ini terdapat lapisan untuk memisahkan larutan pada permukaan panas oleh mekanik.
Film evapporators berguna untuk bahan baku yang sangat kental untuk mendapatkan produk
yang berupa padatan.
5. Short tube evaporator
Biasanya digunakan pada pabrik gula. Evaporator ini baik digunakan untuk liquid yang
bening, produk berupa kristal jika menggunakan propeller, dan cairan yang relatif nonkorosif.
II.1.4 Metode Operasi Evaporator
Menurut Perry (1990), Evaporator diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
a. Media pemanas dipisahkan dari penguapan cairan oleh permukaan pemanas tabung
b. Media pemanas dibatasi oleh kumparan, jaket, double wall, flat plate, dll
c. Media pemanas dibawa ke dalam kontak langsung dengan penguapan cairan
d. Pemanasan dengan radiasi tenaga surya
Untuk mencapai tingkat efisiensi dan steam yang tinggi, maka dalam penggunaannya
evaporator dioperasikan dalam berbagai metoda operasi adalah sebagai berikut:
1. Operasi Forward feed
Feed ditambahkan ke tahap pertama dan mengalir ke tahap berikutnya dalam arah yang sama
sebagai aliran uap. Suhu didih menurun dari stage ke stage dan pengaturan ini demikian
digunakan ketika produk terkonsentrasi dikenakan dekomposisi pada suhu yang lebih tinggi.
Sistem ini memiliki keuntungan yaitu merancang sistem tanpa pompa untuk mentransfer larutan
dari tahap satu ke tahap berikutnya.
2. Operasi Backward feed
Feed masuk melalui tahap terakhir dan satge pendingin dan meninggalkan tahap pertama
sebagai produk terkonsentrasi. Metode ini digunakan ketika produk terkonsentrasi sangat
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-3
viskos. Suhu tinggi pada tahap awal mengurangi viskositas dan memberikan lebih tinggi
koefisien perpindahan panas.
Gambar II.1 Backward Feed
3. Operasi Paralel feed
Feed ditambahkan ke setiap tahap, dan produk ditarik dari setiap tahap. Uap dari setiap
tahap masih digunakan untuk memanaskan tahap berikutnya. Susunan ini digunakan terutama
ketika umpan hampir jenuh, terutama ketika produknya berupa kristal.
Gambar 2.2 Paralel Feed
II.1.5 Metode Perhitungan Perpindahan Massa dan Panas Single Effect Evaporator
Menurut Geankoplis (1997), persamaan-persamaan ataupun rumus-rumus untuk
perhitungan kapasitas pada single effect evaporator diturunkan dai persamaan dan rumus dasar
perpindahan panas dan massa sebagai berikut :
..................................................................(1)
Dimana :
Q : jumlah panas yang berpindah dalam evaporator (W atau btu/h)
U : koefisien perpindahan panas overall (W/m2 K atau btu/h.ft3.oF)
A : luas penampang perpindahan panas (m2 atau ft2)
T : beda suhu antara steam jenuh dan cairan yang mendidih dalam
evaporator (K atau oC atau oF)
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, dibuat neraca massa dan panas evaporator yang
digambarkan seperti pada flow diagram berikut :
q = U A T
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-4
TS, hS
Feed
TF, XF ,hF
S (Steam)
TS , HS
L
T1, XL, hL
P1
T1
V
T1, yv,Hv
S (Condensate)
Gambar II.7 Single Effect Evaporator
Dimana :
F : Feed (kg/h atau lbm/h)
Tf : Suhu masuk feed (K atau oC atau oF)
Xf : Fraksi massa zat terlarut dalam feed
hf : Entalpi dari feed (J/kg atau btu/lbm)
L : Produk (concentration liquid) (kg/h atau lbm/h)
T1 : Suhu liquid dalam evaporator = suhu produk = suhu uap hasil evaporasi (K atau
oC atau oF)
xL : Fraksi massa zat terlarut dalam produk
hL : Entalpi dari produk (J/kg atau btu/lbm)
V : Uap hasil evaporasi (kg/h atau lbm/h)
yV : Fraksi massa zat terlarut dalam uap hasil evaporasi (yV = 0)
HV : Entalpi uap hasil evaporasi (J/kg atau btu/lbm)
S : Steam jenuh masuk = kondensat keluar (kg/h atau lbm/h)
TS : Suhu steam jenuh masuk = suhu kondensat keluar (isoterm)
(K atau oC atau oF)
HS : Entalpi steam masuk (J/kg atau btu/lbm)
HS : Entalpi kondensat keluar (J/kg atau btu/lbm)
Dari steam yang masuk dan kondensat yang keluar (isotermal), ini berarti panas yang dipakai
untuk penguapan hanya diambil dari panas laten (panas pengembunan) dari steam tersebut yang
berarti :
............................................................. (2) = Hs hs
F
S (Steam)
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-5
suhu uap keluar dan suhu produk serta suhu liquid dalam evaporator adalah sama, karena uap (V)
dan liquid (L) berada dalam kesetimbangan. Neraca massa untuk proses diatas (anggap steady
state) dapat dituiskan :
........................................... (3)
Sehingga neraca massa totalnya:
(4)
Dan neraca komponen (solute) nya :
(5)
(karena yV=0, maka V. yV=0)
Sedangkan neraca energinya dapat ditulis :
.................................................(6)
Asumsi steady state maka akumulasi = 0, sehingga persamaan diatas dapat ditulis:
..........................................(7)
Dalam evaporator neraca energi dapat ditulis dengan persamaan dibawah ini:
............................................(8)
Substitus persamaan (2) ke persamaan (7) di dapat :
...........................................................(9)
Dan panas yang berpindah dalam evaporator adalah :
................................................... (10)
Pada persamaan-persamaan diatas, panas laten steam () pada suhu steam jenuh Ts mudah di dapat
dari tabel. Tetapi entalpi dari feed dan produk sulit dicari karena memang sering datanya tidak
tersedia. Untuk itu maka kadang-kadang perlu dilakukan aproksimasi untuk dapat menyelesaikan
perhitungan diatas.
II.1.6 Aliran Co Current dan Counter Current pada Evaporator Falling film
Menurut Puri (2011), falling film evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan
konsentrasi suatu larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya
pada produksi pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan
pangan dan bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan penguapan
pelarutnya yang umumnya air. Proses ini ini sering digunakan untuk penguapan larutan kental,
larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan perbedaan
temperatur rendah.
Rate of mass in = Rate of mass out
F = L + V
F.xF = L xL
Input-output = akumulasi
Total energi masuk = Total energi keluar
F. hF + S.Hs = L.hL + V.HV + S.hs
F.hF + S. = L.hL + V.Hv
q = S (Hs - hs) = S.
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-6
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakang ravitasi
untuk mengalirkan liquida yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling filmevaporator sangat
meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk memekatkan fluida terutama fluida
yang sensitive terhadap panas (misalnya sari buah dan susu, karena waktu tertahan pendek cairan
tidak mengalami pemanasan berlebih selama mengalir melalui evaporator).
Menurut Coulson (1993), sebuah evaporator falling film dengan film cairan bergerak ke
bawah, beroperasi dengan cara yang sama. Falling film evaporator adalah jenis yang paling
sederhana dan paling sering digunakan film evaporator dimana cairan mengalir di bawah gaya
gravitasi sebagai lapisan tipis pada bagian dalam tabung vertikal dipanaskan dan uap yang
dihasilkan biasanya mengalir co-current ini dengan cairan dalam pusat tabung. Sebuah stage
evaporator lengkap terdiri dari evaporator, separator untuk memisahkan uap dari cairan sisa, dan
kondensor. Apabila rasio penguapan tinggi diperlukan, bagian dari cairan pekat didaur ulang
kembali ke inlet evaporator untuk memastikan bahwa tabung yang cukup dibasahi. Sebuah bagian
penting dari setiap film evaporator jatuh adalah sistem distribusi cairan karena umpan cair tidak
hanya harus merata ke semua tabung, tetapi juga membentuk film terus menerus dari lingkar dalam
tabung.
Keuntungan dari falling film evaporator meliputi:
a. koefisien perpindahan panas yang tinggi, 2000-5000 W/m2K untuk air dan 500-1000
W/m2K untuk organik
b. waktu tinggal yang pendek pada permukaan yang dipanaskan, 5-10 s tanpa resirkulasi
c. tetes tekanan rendah, 0,2-0,5 kN / m2
d. suitablity untuk operasi vakum
e. rasio penguapan yang tinggi, c. 70 persen tanpa dan 95 persen dengan resirkulasi
f. jangkauan operasional yang luas, hingga 400 persen dari throughput minimum
g. kerentanan rendah untuk fouling
h. biaya minimum operasi
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-7
II.2 Aplikasi Industri
Evaporator PT. Cheil Jedang Indonesia Pasuruan
Evaporator merupakan alat yang digunakan untuk mengubah sebagian atau keseluruhan
pelarut dari sebuah larutan cair menjadi uap sehingga dihasilkan produk yang lebih pekat. Pada
dasarnya semua jenis evaporator memiliki prinsip kerja yang sama. Diantaranya yaitu pemekatan
larutan berdasarkan perbedaan titik didih yang besar antara masing-masing zat. Selain itu
evaporator dijalankan pada suhu yang lebih rendah daripada titik didih normal. Tekanan
mempengaruhi tinggi rendahnya titik didih cairan murni. Begitu pula pada titik didih cairan
dipengaruhi oleh tekanan dan kadar air pada zat yang tidak mudah menguap seperti gula. Pada
efek awal diperlukan adanya pemanasan suhu yang lebih tinggi. Dan kenaikan titik didih adalah
perbedaan titik didih larutan dan titik didih cairan murni (Anonim, 2013).
PT Cheil Jedang Indonesia Pasuruan. Perusahaan ini merupakan pabrik pengolahan bahan
penyedap rasa seperti Monosodium Glutamat (MSG). Pabrik ini menggunakan aplikasi evaporator
pada bagian produksi MSG khususnya bagian Refinery (Pemurnian). Proses Refinery terdiri dari
3 bagian yaitu, (Kristina,2006):
1. Refinery 1 atau proses H4 yaitu mengolah Broth hasil akhir fermentasi sampai menjadi
NLO (Neutrolized Liquid Zero)
2. Refinery II atau proses H5 yaitu mulai NLO (Neutrolized Liquid Zero) sampai menjadi
MSG
3. Packing yaitu proses pengemasan MSG sampai pengiriman ke gudang penyimpanan
(warehousing)
Dalam proses refinery (pemurnian), evaporator yang digunakan adalah evaporator 4 effect
dan evaporator 3 effect. Pada evaporator 4 effect, evaporator ini digunakan untuk mendapatkan
asam glutamate #1 GML yang berasal dari SDC 1 (Super Decanter 1). Spesifikasi evaporator ini
antara lain adalah bertipe falling film multi turbular dan berkondisi operasi vakum 110 bar dengan
suhu produk 60-65o C. Peralatan pendukung yang ada adalah pompa vakum untuk menurunkan
tekanan uap jenuh air sehingga liquid dapat mendidih pada suhu lebih rendah jika dibandingkan
dengan menggunkan tekanan atmosfer. Selain itu juga terdapat surface condenser media cooling
water untuk kondensasi vapor. Evaporasi yang dilakukan pada proses ini bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi liquid dan meningkatkan SG. Untuk evaporator 3 effect digunakan
untuk mendapatkan asam glutamate dari #2 GML yang merupakan hasil dari SDC 2. Evaporator
ini bertipe falling film multi turbular dan beroperasi dalam kondisi vakum 80 bar. Apabila kadar
Ca2+ lebih tinggi dari standar (0,3 g/L) maka pada kedua evaporator ini ditambahkan Hexa Meta
Phospat (HMP) untuk mengikat Ca2+ yang dapat menimbulkan kerak pada evaporator serta dapat
menyebabkan kristal berbentuk rapuh (Kristina, 2006).
Hasil akhir dari proses fermentasi adalah Thin Broth (TB) yang mengandung asam
glutamat (GA). Sebelum kandungan GA tersebut tidak mudah patah. Kristal berbentuk prisma
segitiga dan umumnya kristal berukuran besar (dapat dilihat di mikroskop). Campuran dipisahkan
antara Glutamic Mother (GM1) dan kristalnya Glutamic Acid I (GA I) dengan menggunakan SDC
I (Super Decanter). Prinsip kerja SDC dengan gaya sentrifugal untuk memisahkan kristal dengan
GM nya. GM I ditrasfer ke unit pembuatan pupuk organik cair. GM I mempunyai kandungan GA
yang sedikit, yaitu < 2%, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses lebih lanjut. Selain itu GM
I banyak mengandung unsur nitrogen, phosphat dan kalium sehingga GM I dapat diolah menjadi
-
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-8
pupuk. SDC I yang digunakan mempunyai kualitas alat yang bagus sehingga dapat memisahkan
campuran dengan lebih sempurna dari pada SDC II, III dan IV. Larutan kristal -GA I ditambah
dengan GM III hasil penyaringan pada SDC III untuk pengenceran.
Quadraple Effect Evaporator
Pengenceran diperlukan karena -GA I hasil pemisahan SDC I berwujud cairan pekat
sehingga ditambah dengan GM III agar lebih mudah dipisahkan di SDC II. Kemudian larutan
masuk ke SDC II dan dipisahkan antara larutan -GA II dan larutan GM II. Kristal -GA II
ditambah dengan GM IV hasil dari pemisahan di SDC IV karena GM IV masih mengandung
banyak kristal . Larutan kristal GA II kemudian dimasukkan ke tangki transform dan
dipanaskan dengan steam hingga mencapai suhu 90oC.
Pada pemanasan ini Kristal -GA mengalami transisi/perubahan bentuk menjadi
kristal -GA. Kristal diubah menjadi bentuk karena kristal akan cenderung larut kembali
pada GM nya. Selanjutnya larutan yang mengandung -GA dimasukkan ke tangki cooling. Pada
tangki ini larutan mengalami pendinginan dengan cara mengalirkan air sehingga diperoleh
temperatur larutan 50oC. Selanjutnya larutan dipompa ke tangki growing. Pada tangki growing
larutan mengalami pendinginan dengan air chiller melalui jaket pendingin sampai suhu 20oC.
Pendinginan ini berfungsi untuk memperkuat kristal -GA. Selanjutnya larutan kristal -GA
dipompa ke SDC III. GM II kemudian masuk ke evaporator 2 efek yang menghasilkan CML
(Concentrate Mother Liquor) dan selanjutnya diolah di unit hidrolisa. Larutan kristal -GA II yang
masuk ke SDC III di pisahkan antara GM III dan -GA III. GM III dipompa ke -GA I karena
masih mengandung kristal untuk diproses ulang. GA III di SDC IV dipisahkan antara -GA IV
dan GM IV. GM IV dipompa ke -GA II. Larutan kristal -GA IV dipompa masuk ke MSG liquid
tank dan ditambah dengan NaOH hingga diperoleh pH 6,5 dan kekentalan 27oBe serta dipanaskan
dengan steam sampai suhu larutan 50-55oC. Hasil dari proses ini disebut sirup MSG cair yang
berwarna coklat tua yang kemudian dialirkan ke unit refining.
Sumber: Satuan Operasi Dan Proses Aplikasi Evaporasi (2013)
-
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
Percobaan evaporator ini menggunakan variabel arah aliran dan konsentrasi larutan
yang terdiri dari :
1. Flowrate pada aliran Co-Current :
a. 216 L/Jam
b. 225 L/Jam
c. 245,88 L/Jam
d. 279 L/Jam
2. Flowrate pada aliran Counter Current :
a. 192 L/Jam
b. 219 L/Jam
c. 234 L/Jam
d. 240 L/Jam
3. Konsentrasi Asam Sitrat : 0,15%
III.2 Alat dan Bahan yang digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang jalannya percobaan
adalah sebagai berikut:
III.2.1 Bahan yang digunakan
1. Asam Sitrat 0,15 %
2. Aquades
3. Larutan NaOH 0,1 N
4. Indikator PP
III.2.2 Alat Yang Digunakan
1. Beaker glass
2. Buret dan Statif
3. Gelas arloji
4. Gelas Ukur
5. Pipet Tetes
6. Seperangkat alat Evaporasi
7. Termometer
8. Timbangan Elektrik
9. Piknometer
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Tahap Persiapan
III.3.1.1 Membuat Larutan Asam Sitrat 0,15 % dalam 95 L
1. Menimbang 142,5 gram Asam Sitrat padatan menggunakan gelas arloji.
2. Melarutkan didalam sedikit aquades ke dalam beaker glass sambil
diaduk, lalu diencerkan dengan aquades sampai dengan 95 L
-
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
III-2
III.3.1.2 Larutan NaOH 0,1 N dalam 1000 ml
1. Mengambil 4 gram NaOH diencerkan dengan air murni sampai 1000
ml.
III.3.1.3 Membuat Larutan Phenolpethalen
1. Mengambil etanol 96% sebanyak 73 ml
2. Melarutkan etanol dengan air dalam labu ukur hingga mencapai batas
ukur 100 ml
3. Mengocoknya hingga homogen
4. Kemudian menimbang 1 gram PP, melarutkan PP ke dalam labu ukur
yang telah berisi aquades dan mengocoknya hingga homogen
III.3.2 Tahap Kalibrasi
1. Memasukan larutan asam sitrat 0,15 % kedalam drum hingga mencapai
bagian.
2. Mengisi tangki overflow dengan membuka valve V1 dan membuka V2 bagian.
3. Mengatur flow rate feed dengan membuka penuh valve V3
4. Mengukur flow rate produk valve V7 hingga konstan
5. Mencatat T1,T2,T3,T4,T5 dan TC1, TC2 di bagian kontroler
6. Melakukan analisa pada produk.
III.3.3 Tahap Percobaan pada Aliran Co Current
1. Memanaskan larutan asam sitrat 0,15 % di dalam drum hingga mendekati titik
didih.
2. Membuka penuh valve V1 dan V2 bagian
3. Membuka penuh valve V4
4. Mengatur bukaan V3 sesuai variabel yaitu 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88
L/Jam; 279 L/Jam
5. Mengukur flow rate di V7 dan mecatat suhu di kontroler
6. Melakukan analisa pada produk
III.3.4 Tahap Percobaan pada Aliran Counter Current
1. Memanaskan larutan asam sitrat 0,15 % di dalam drum hingga mendekati titik
didih
2. Membuka penuh valve V1 dan V2 bagian
3. Mengatur bukaan V3 sesuai variabel yaitu 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam;
240 L/Jam
4. Menutup valve V4
5. Mengukur flow rate di V7 dan mecatat suhu di kontroler
6. Melakukan analisa pada produk
III.3.5 Tahap Analisa
III.3.5.1 Mengukur Densitas
1. Menimbang piknometer kosong sebagai W0
2. Menimbang piknometer + asam sitrat sebagai W1
III.3.5.2 Analisa pada produk
1. Menambahkan 1 tetes hingga 2 tetes phenopthalein pada sampel produk V7
2. Menitrasi sampel dengan larutan NaOH 0,1 N.
-
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
III-3
3. Mencatat volume hasil titrasi dan melakukan perhitungan konsentrasi asam
sitrat sisa.
III.4 Diagram Alir Percobaan
Menimbang 142,5 gram asam sitrat padatan menggunakan gelas arloji.
Melarutkan di dalam sedikit aquades di dalam beaker glass sambil diaduk, lalu
mengencerkan dengan aquades sampai dengan 95 L
Mengukur flow rate produk valve V7
Mulai
Menimbang 4 gram NaOH diencerkan dengan air murni sampai 1000 ml
Memasukan larutan asam sitrat 0,15% ke dalam drum hingga bagian
Mengisi tangki overflow dengan membuka valve V1 dan membuka V2
bagian dan mengatur flow rate feed dengan membuka penuh valve V4
Mencatat T1,T2,T3,T4,T5 dan TC1, TC2 pada kontroler
Melakukan Analisa
Memasukan larutan asam sitrat 0,15 % ke dalam drum hingga bagian dan
memanaskan hingga mendekati titik didih
Membuka penuh valve V1 dan V2 bagian
A
-
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
III-4
Mengatur bukaan V3 sesuai variabel yaitu 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88
L/Jam; 279 L/Jam untuk aliran co current. Dan variabel 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam untuk aliran counter current.
Mengukur flow rate produk V7 dan mencatat suhu pada kontroler
Melakukan Analisa
Mencatat volume hasil titrasi dan melakukan perhitungan konsentrasi asam
sitrat sisa
Analisa produk dengan menambahkan 1-2 tetes phenolphthalein pada sampel
produk V9
Menitrasi sampel dengan larutan NaOH 0,1 N
Selesai
A
Mengukur densitas dengan menimbang piknometer kosong sebagai W0
Menimbang piknometer + asam sitrat sebagai W1
Menutup valve V4
-
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
III-5
III.5 Gambar Alat Percobaan
Keterangan :
T1 = Suhu dinding tengah falling film
T2 = Suhu udara keluar
T3 = Suhu dinding atas
T4 = Suhu liquid feed falling film
T5 = Suhu liquid valve (output product)
Tc1 = Suhu controller Heater 1
Tc2 = Suhu controller Heater 2
A = Tangki Umpan
B = Tangki Overflow
C = Tangki Konsentrat
D = Heater
E = Kompresor
V1 = Valve aliran feed menuju tangki Overflow
V2 = Valve bypass
V3 = Valve feed keluar menuju evaporator
V4 = Valve udara panas (pengatur aliran udara co atau counter current)
V5 = Valve udara keluar
V6, V7 = Valve concentrated liquid (output product)
T1 T2 T3 T4 T5
TC2
T4
C
E
D
A
B
V7
V6
V1
V2 V3
V4
V5
udara
masuk
TC
2
T2
T3
T1
T5
TC
1 TC1
-
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan evaporasi yang telah kami lakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel IV.1 Hasil Pecobaan pada Aliran Co Current
Flowrate
(L/jam) C1(N)
Vtitrasi (ml) C2(N)
T(C) TC1
(C)
TC2
(C)
(gr/ml) V1 V2 Vrata2 T1 T2 T3 T4 T5
216 0,0078 2,4 2,9 2,65 0,0265 85 77 67 51 54 117 88,4
0,96
225 0,0078 2,6 2,9 2,75 0,0275 74 72 55 52 56 101 87,1 0,98
245,88 0,0078 2,4 3,2 2,8 0,028 77 72 67 51 59 122 88 0,975
279 0,0078 3,1 2,7 2,9 0,029 76 69 57 51 59 109 82 0,976
Tabel IV.2 Hasil Pecobaan pada Aliran Counter Current
Flowrate
(L/Jam) C1(N)
Vtitrasi (ml) C2(N)
T(C) TC1
(C)
TC2
(C)
(gr/ml) V1 V2 Vrata2 T1 T2 T3 T4 T5
191,999 0,0078 1,8 1,9 1,85 0,0185 55 97 75 67 55 117 86,5
0,975
218,999 0,0078 1,8 2 1,9 0,019 60 92 73 68 57 110 83,1 0,975
234 0,0078 2 2 2 0,02 61 84 72 67 56 112 89,4 0,974
240,001 0,0078 2,1 2,1 2,1 0,021 60 85 72 64 56 109 79,4 0,975
Keterangan :
T1 = Suhu dinding tengah falling film
T2 = Suhu udara keluar
T3 = Suhu dinding atas
T4 = Suhu liquid feed falling film
T5 = Suhu liquid valve (output product)
C1 = Konsentrasi awal asam sitrat
C2 = Konsentrasi akhir asam sitrat
Neraca Massa overall:
F = L + V
Neraca Massa Asam Sitrat:
xF.F = xL.L + yv.V
-
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
IV-2
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Neraca Massa dengan Aliran Co-current
Flowrate
(L/Jam)
F
(Kg)
L
(Kg)
V
(Kg)
216 732,67 207,36 525,31
225 792,00 220,5 571,50
245,88 881,23 239,733 641,50
279 1035,65 272,304 763,34
Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Neraca Massa dengan Aliran Counter-Current
Flowrate
(L/Jam)
F
(Kg)
L
(Kg)
V
(Kg)
192 454,65 187,2 267,45
218,999 532,61 213,524 319,08
234 599,04 227,916 371,12
240,001 645,12 234,001 411,12
Perhitungan Neraca Panas:
F.Cpf. T + S.CpS.T = V.Hv + L.Cpl.T
Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Neraca Panas dengan Aliran Co-current
Variabel
(L/Jam) Komponen Input (kJ) Output (kJ)
216
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
88145,06
-
1324478,12
26503,42
1386119,76
-
TOTAL 1412623,18 1412623,18
225
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
97261,16
-
1435189,46
29291,32
1503159,30
-
TOTAL 1532450,62 1532450,62
245.88
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
106017,99
-
1614919,35
33661,62
1687275,72
-
TOTAL 1720937,34 1720937,34
279
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
124594,98
-
1917494,37
38235,02
2003854,330
-
TOTAL 2042089,35 2042089,35
-
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
IV-3
Tabel IV.6 Hasil Perhitungan Neraca Panas dengan Aliran Counter-Current
Variabel
(L/Jam) Komponen Input (kJ) Output (kJ)
191,999
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
73222,76
-
665624,56
24396,57
714450,75
-
TOTAL 738847,32 738847,32
218,999
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
87481,32
-
791230,37
28902,59
849809,10
-
TOTAL 878711,69 878711,69
234
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
96476,54
-
917375,02
30276,47
983575,09
-
TOTAL 1013851,56 1013851,56
240,001
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
98781,23
-
1022558,17
31084,82
1090254,58
-
TOTAL 1121339,40 1121339,40
IV.3 Pembahasan
Tujuan percobaan evaporasi ini adalah menghitung perpindahan massa dan panas pada
proses evaporasi falling film, untuk mengetahui pengaruh flowrate 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88
L/Jam; 279 L/Jam pada aliran co-current dengan konsentrasi akhir pada proses evaporasi falling film evaporator dan untuk mengetahui pengaruh flowrate aliran 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam;
240 L/Jam pada aliran counter-current dengan konsentrasi akhir pada proses evaporasi falling film evaporator.
Prosedur yang dilakukan adalah dengan tahap persiapan, yaitu menyalakan alat evaporator sampai
keadaan steady state, membuat larutan asam sitrat 0,15% sebanyak 75 gram dalam volume larutan
50 L dengan cara menimbang 142,5 gram asam sitrat padatan menggunakan gelas arloji kemudian
melarutkannya dengan menggunakan aquades. Kemudian membuat larutan NaOH 0,1 N dan
larutan indikator PP. Setelah itu mulai tahap percobaan dengan variabel flowrate pada co-current
yaitu 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam. Sedangkan variabel flowrate pada aliran
counter-current yaitu 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam. Tahap pertama yaitu
memasukan larutan asam sitrat 0,15% ke dalam drum hingga bagian kemudian memanaskannya
hingga mendekati titik didih lalu membuka penuh valve V1 dan V2 bagian dan mengatur bukaan
V3 sesuai dengan variabel yaitu 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam untuk aliran co current dan variabel 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam untuk aliran counter current.
Kemudian menutup penuh valve V4, mengukur flow rate produk V7 dan mencatat suhu pada
kontroler. Kemudian melakukan analisa dengan mengukur densitas dari larutan yang dihasilkan
menggunakan piknometer, menitrasi larutan yang keluar dari alat evaporator dengan larutan NaOH
0,1 N dan mencatat volume hasil titrasi dan melakukan perhitungan konsentrasi asam sitrat sisa.
-
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
IV-4
IV.3.1 Aliran Co-Current
Dapat didapatkan hasil flowrate dan konsentrasi akhir pada Tabel IV.1 untuk aliran co-
current sehingga dibuat grafik hubungan flowrate dengan konsentrasi akhir dari larutan asam sitrat
sebagai berikut :
Grafik IV.1 Hubungan antara Flowrate Asam Sitrat dengan Konsentrasi Akhir Asam Sitrat
pada Aliran Co-Current
Dari grafik IV.1 pada arah aliran co-current dengan variabel flowrate 216 L/Jam; 225
L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam didapatkan konsentrasi akhir sebesar 0,0265 N; 0,0275 N; 0,028
N; dan 0,029 N. Hasil konsentrasi paling besar yang didapatkan pada aliran co-current adalah
0,029 N pada flowrate 279 L/Jam. Dari grafik tersebut menunjukkan nilai flowrate yang semakin
meningkat, sehingga dapat diketahui bahwa hubungan flowrate dengan konsentrasi akhir adalah
berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hubungan antara
flowrate dengan konsentrasi berbanding lurus hal tersebut terjadi karena adanya proses
perpindahan masa uap air ke udara yang menyebabkan konsentrasi nira semakin meningkat dari
semula (Triwulandari, 2010).
Hasil perhitungan neraca massa yang dilakukan pada arah aliran co-current dengan
variabel flowrate 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam diperoleh nilai komponen yang
masuk berupa feed (F) yang terdiri dari asam sitrat sebesar 732,67 Kg; 792,00 Kg; 881,23 Kg;
1035,65 Kg. Sedangkan komponen yang keluar berupa liquid (L) yang terdiri dari asam sitrat
sebesar 207,36 Kg; 220,5 Kg; 239,733 Kg; 272,304 Kg, serta vapour (V) sebesar 525,31 Kg;
571,50 Kg; 641,50 Kg; 763,34 Kg.
Hasil perhitungan neraca energi pada aliran co-current dengan flowrate 216 L/Jam dengan
komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 88145,06 kJ dan steam (S) sebesar
1324478,12 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
2706,277 kJ dan vapour (V) sebesar 121496,265 kJ. Untuk flowrate 87 L/jam dengan komponen
yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 31992,207 kJ dan steam (S) sebesar
512687,850 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
26503,42 kJ dan vapour (V) sebesar 714450,75 kJ. Untuk flowrate 225 L/jam dengan komponen
0.026
0.0265
0.027
0.0275
0.028
0.0285
0.029
0.0295
200 220 240 260 280 300Kon
sen
trasi
Ak
hir
Asa
m S
itra
t (N
)
Flowrate (l/jam)
Hubungan Flowrate dengan Konsentrasi Akhir
Co Current
-
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
IV-5
yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 97261,16 kJ dan steam (S) sebesar
1435189,46 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
29291,32 kJ dan vapour (V) sebesar 1503159,30 kJ. Untuk flowrate 245,88 L/jam dengan
komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 106017,99 kJ dan steam (S) sebesar
1614919,35 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
33661,62 kJ dan vapour (V) sebesar 1687275,72 kJ. Untuk flowrate 279 L/jam dengan komponen
yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 124594,98 kJ dan steam (S) sebesar
1917494,37 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
38235,02 kJ dan vapour (V) sebesar 2003854,330 kJ.
IV.3.1 Aliran Counter-Current
Dapat didapatkan hasil flowrate dan konsentrasi akhir pada Tabel IV.2 untuk aliran
counter-current sehingga dibuat grafik hubungan flowrate dengan konsentrasi akhir dari larutan
asam sitrat sebagai berikut :
Grafik IV.2 Hubungan antara Flowrate Asam Sitrat dengan Konsentrasi Akhir Asam Sitrat
pada Aliran Counter-Current
Dari Grafik IV.2 pada arah aliran counter-current dengan variabel flowrate 192 L/Jam;
219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam didapatkan konsentrasi akhir sebesar 0,0185 N; 0,019 N; 0,02
N; 0,021 N. Hasil konsentrasi paling besar yang didapatkan pada aliran counter current adalah
0,021 N pada flowrate 240 L/Jam. Dari grafik tersebut menunjukkan nilai flowrate yang semakin
meningkat, sehingga dapat diketahui bahwa hubungan flowrate dengan konsentrasi akhir adalah
berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hubungan antara
flowrate dengan konsentrasi berbanding lurus hal tersebut terjadi karena adanya proses
0.018
0.0185
0.019
0.0195
0.02
0.0205
0.021
0.0215
180 200 220 240 260
Kon
sen
trasi
Ak
hir
Asa
m S
itra
t (N
)
Flowrate (l/jam)
Hubungan Flowrate dengan Konsentrasi Akhir
Counter Current
-
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
IV-6
perpindahan masa uap air ke udara yang menyebabkan konsentrasi nira semakin meningkat dari
semula (Triwulandari, 2010).
Hasil perhitungan neraca massa yang dilakukan pada arah aliran counter current dengan
variabel flowrate 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam diperoleh nilai komponen yang
masuk berupa feed (F) yang komponennya terdiri dari asam sitrat sebesar 454,65 Kg; 532,61 Kg;
599,04 Kg; dan 645,12 Kg, sedangkan komponen yang keluar berupa liquid (L) yang terdiri dari
asam sitrat sebesar 187,2 Kg; 213,524 Kg; 227,916 Kg; dan 234,001 Kg, serta vapour (V) sebesar
267,45 Kg; 319,08 Kg; 371,12 Kg; dan 411,12 Kg.
Hasil perhitungan neraca energi pada aliran counter-current dengan flowrate 191,999
L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 73222,76 kJ dan
steam (S) sebesar 665624,56 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam
liquid (L) sebesar 24396,57 kJ dan vapour (V) sebesar 714450,75 kJ. Untuk flowrate 218,999
L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 87481,32 kJ dan
steam (S) sebesar 791230,37 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam
liquid (L) sebesar 28902,59 kJ dan vapour (V) sebesar 849809,10 kJ. Untuk flowrate 234 L/jam
dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 96476,54 kJ dan steam (S)
sebesar 917375,02 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L)
sebesar 30276,47 kJ dan vapour (V) sebesar 983575,09 kJ. Untuk flowrate 240,001 L/Jam dengan
komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 98781,23 kJ dan steam (S) sebesar
98781,23 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
31084,82 kJ dan vapour (V) sebesar 1090254,58 kJ.
IV.3.3 Perbandingan Aliran Co Current dan Counter Current
Dari hasil Tabel IV.1 dan IV.2 kemudian dibuat grafik perbandingan hubungan flowrate
dengan konsnetrasi akhir dari asam sitrat sebagai berikut :
Grafik IV.3 Hubungan antara Flowrate Asam Sitrat dengan Konsentrasi Akhir Asam Sitrat
pada Aliran Co-Current dan Counter Current
0.018
0.02
0.022
0.024
0.026
0.028
0.03
180 230 280
Kon
sen
trasi
Ak
hir
Asa
m S
itra
t (N
)
Flowrate (l/jam)
Hubungan Flowrate dengan Konsentrasi Akhir
Counter CurrentCo Current
-
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
IV-7
Dari Grafik IV.3 telah didapatkan grafik perbandingan hubungan antara flowrate dengan
konsnetrasi akhir dari asam sitrat. Nilai konsentrasi yang dihasilkan pada arah aliran co current
lebih besar daripada arah aliran counter current. Jika dibandingkan antara co-current dengan
counter current, hasil konsentrasi akhir yang besar didapatkan pada aliran co-current yaitu 0,029
N. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Menurut Fitri (2010), pengaruh arah aliran udara terhadap
efisiensi kinerja Falling Film Evaporator yang lebih baik adalah dengan menggunakan aliran
udara berlawanan arah. Ketidaksesuaian ini dikarenakan adanya ketidakakuratan ketika membuka
valve untuk mendapatkan flowrate dan ketidakakuratan saat titrasi sampel dengan NaOH 0,1N.
-
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsentrasi akhir larutan meningkat setelah dievaporasi. Pada arah aliran co-current
dengan variabel flowrate 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam didapatkan
konsentrasi akhir sebesar 0,0265 N; 0,0275 N; 0,028 N; dan 0,029 N. Sedangkan pada
aliran counter-current dengan variabel flowrate 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240
L/Jam didapatkan konsentrasi akhir sebesar 0,0185 N; 0,019 N; 0,02 N; dan 0,021 N.
2. Hasil perhitungan neraca massa yang dilakukan pada arah aliran co-current dengan
variabel flowrate 216 L/Jam; 225 L/Jam; 245,88 L/Jam; 279 L/Jam diperoleh nilai
komponen yang masuk berupa feed (F) yang terdiri dari asam sitrat sebesar 732,67 Kg;
792,00 Kg; 881,23 Kg; 1035,65 Kg. Sedangkan komponen yang keluar berupa liquid (L)
yang terdiri dari asam sitrat sebesar 207,36 Kg; 220,5 Kg; 239,733 Kg; 272,304 Kg, serta
vapour (V) sebesar 525,31 Kg; 571,50 Kg; 641,50 Kg; 763,34 Kg.
3. Hasil perhitungan neraca massa yang dilakukan pada arah aliran counter current dengan
variabel flowrate 192 L/Jam; 219 L/Jam; 234 L/Jam; 240 L/Jam diperoleh nilai komponen
yang masuk berupa feed (F) yang komponennya terdiri dari asam sitrat sebesar 454,65 Kg;
532,61 Kg; 599,04 Kg; dan 645,12 Kg, sedangkan komponen yang keluar berupa liquid
(L) yang terdiri dari asam sitrat sebesar 187,2 Kg; 213,524 Kg; 227,916 Kg; dan 234,001
Kg, serta vapour (V) sebesar 267,45 Kg; 319,08 Kg; 371,12 Kg; dan 411,12 Kg.
4. Hasil perhitungan neraca energi pada aliran co-current dengan flowrate 216 L/Jam dengan
komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 88145,06 kJ dan steam (S)
sebesar 1324478,12 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam
liquid (L) sebesar 2706,277 kJ dan vapour (V) sebesar 121496,265 kJ. Untuk flowrate 87
L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 31992,207
kJ dan steam (S) sebesar 512687,850 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu
asam sitrat dalam liquid (L) sebesar 26503,42 kJ dan vapour (V) sebesar 714450,75 kJ.
Untuk flowrate 225 L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F)
sebesar 97261,16 kJ dan steam (S) sebesar 1435189,46 kJ sedangkan untuk komponen
yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar 29291,32 kJ dan vapour (V) sebesar
1503159,30 kJ. Untuk flowrate 245,88 L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam
sitrat dalam feed (F) sebesar 106017,99 kJ dan steam (S) sebesar 1614919,35 kJ sedangkan
untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar 33661,62 kJ dan
vapour (V) sebesar 1687275,72 kJ. Untuk flowrate 279 L/jam dengan komponen yang
masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 124594,98 kJ dan steam (S) sebesar
1917494,37 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L)
sebesar 38235,02 kJ dan vapour (V) sebesar 2003854,330 kJ.
5. Hasil perhitungan neraca energi pada aliran counter-current dengan flowrate 191,999
L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 73222,76 kJ
dan steam (S) sebesar 665624,56 kJ sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam
sitrat dalam liquid (L) sebesar 24396,57 kJ dan vapour (V) sebesar 714450,75 kJ. Untuk
flowrate 218,999 L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat dalam feed (F)
sebesar 87481,32 kJ dan steam (S) sebesar 791230,37 kJ sedangkan untuk komponen yang
-
Bab V Kesimpulan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
V-2
keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar 28902,59 kJ dan vapour (V) sebesar
849809,10 kJ. Untuk flowrate 234 L/jam dengan komponen yang masuk yaitu asam sitrat
dalam feed (F) sebesar 96476,54 kJ dan steam (S) sebesar 917375,02 kJ sedangkan untuk
komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar 30276,47 kJ dan vapour
(V) sebesar 983575,09 kJ. Untuk flowrate 240,001 L/Jam dengan komponen yang masuk
yaitu asam sitrat dalam feed (F) sebesar 98781,23 kJ dan steam (S) sebesar 98781,23 kJ
sedangkan untuk komponen yang keluar yaitu asam sitrat dalam liquid (L) sebesar
31084,82 kJ dan vapour (V) sebesar 1090254,58 kJ.
-
viii
APPENDIKS
I. Perhitungan konsentrasi
1. Membuat larutan dengan konsentrasi asam sitrat 0,15% berat
Diketahui :
Densitas Air () : 1 Kg/Liter
Volume air : 50 Liter
Menghitung Massa Air
Massa air = x Volume air
= 1 kg/L x 50 L
= 50 kg
Menghitung massa asam sitrat yang dibutuhkan untuk membuat larutan asam sitrat
0,15% (w/w)
x = x
x + massa pelarut air
0,0015 = x
x + 50
x = 0,075 kg
x = 75 gram
Jadi, untuk membuat larutan asam sitrat 0,15% membutuhkan 75 gram asam sitrat yang
dilarutkan dalam 50 liter air.
2. Menghitung Konsentrasi Teoritis Awal Larutan Asam Sitrat
Konsentrasi asam sitrat = 0,15 % berat
Massa asam sitrat = 75 gram
Volume pelarut (air) = 50.000 mL atau 50 Liter
BM Asam sitrat = 192 gr/gr.mol
Menghitung konsentrasi awal teoritis berdasarkan perhitungan
M = gr (g)
BM x
1000
V (ml)
M = 75 (g)
192 x
1000
50.000
M = 0,0078 mol/l
C6H8O7 C6H707- + H+
N = M x e
N = M x e
= 0,0078 x 1
= 0,0078 N
3. Menghitung Laju Alir Liquid
a. Arah aliran co-current
Variabel bukaan valve 50
180 ml
3 sekon =
60 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 216 L/Jam
-
ix
Variabel bukaan valve 60
187,5 ml
3 sekon =
62,5 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 225 L/Jam
Variabel bukaan valve 70
204,9 ml
3 sekon =
68,3 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 245,88 L/Jam
Variabel bukaan valve 80
232,5 ml
3 sekon =
77,5 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 279 L/Jam
b. Arah aliran counter-current
Variabel bukaan valve 50
160 ml
3 sekon =
53 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 192 L/Jam
Variabel bukaan valve 60
182,5 ml
3 sekon =
61 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 219 L/Jam
Variabel bukaan valve 70
195 ml
3 sekon =
65 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 234 L/Jam
Variabel bukaan valve 80
200 ml
3 sekon =
67 ml x 1 liter x 3600 sekon
sekon x 1000 ml x 1 jam = 240 L/Jam
4. Menghitung Konsentrasi Akhir Asam Sitrat
a. Aliran co-current
Bukaan valve 50
V1 x N1 = V2 x N2
2,65 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,0265 N
Bukaan valve 60
V1 x N1 = V2 x N2
2,75 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,0275 N
Bukaan valve 70
V1 x N1 = V2 x N2
2,8 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,028 N
Bukaan valve 80
V1 x N1 = V2 x N2
2,9 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,029 N
-
x
b. Aliran counter-current
Bukaan valve 50
V1 x N1 = V2 x N2
1,85 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,0185 N
Bukaan valve 60
V1 x N1 = V2 x N2
1,9 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,019 N
Bukaan valve 70
V1 x N1 = V2 x N2
2 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,02 N
Bukaan valve 80
V1 x N1 = V2 x N2
2,1 x 0,1 = 10 x N2
N2 = 0,021 N
II. Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Energi
1. Perhitungan Neraca Massa aliran Co current
Neraca massa total dapat ditulis:
Dan neraca komponennya :
(karena yV=0, maka V. yV=0)
F = L + V
F.xF = L xL
S (Condensate)
Ts, hs
L (Consentrate Liquid)
T1, XL, hL
V (Vapour)
T1, yv, Hv
F (Feed)
Tf, Xf, hf
S (Steam)
Ts, Xs, Hs
-
xi
Menghitung Neraca Massa pada Aliran Co current
Diketahui : Aliran fluida co-current
Basis perhitungan = 1 jam
Flowrate Liquid (Asam Sitrat) = 216 L atau 216000 ml
Konsentrasi akhir = 0,0265 N
1. Menghitung Massa Asam Sitrat
Nakhir =ml
1000x
Mr
Massa
0,0265 = Massa
192x
1000
216000
Massa = 1099,008 gram
Jadi massa asam sitrat pada liquid (L) yaitu 1099,008 gram
2. Menghitung densitas asam sitrat supaya didapatkan massa total pada L.
Berat pikno kosong : 11,4 gram
Berat pikno + isi : 16,2 gram
Volume pikno : 5 ml
Menghitung densitas asam sitrat
= 16,2-11,4
5 = 0,96 gr/ml
3. Menghitung Massa Liquid dan XL (Fraksi Massa Asam Sitrat pada Liquid)
pada Tiap-Tiap Komponen sehingga Didapatkan L dalam Kg
Menghitung massa total
Massa total = L (ml/jam) x (gr/ml)
= 216000 x 0,96 (gr/ml)
= 207360 gram
Massa asam sitrat = massa asam sitrat
= 1099,008 gram
Massa air = massa total massa asam sitrat
= 207360 - 1099,008
= 206260,992 gram
Menghitung xL (fraksi massa asam sitrat pada liquid)
Fraksi liquid asam sitrat (xL) = Massa asam sitrat
massa total
= 1099,008
207360
= 0,0053
Menghitung nilai L (kg)
L (kg) = Massa total (gr)
1000
= 207360
1000
-
xii
= 207,36 kg
4. Menghitung massa dan xF pada tiap-tiap komponen sehingga didapatkan F
dalam kg
Menghitung xF
Fraksi feed asam sitrat (xF) = fraksi berat asam sitrat
100
= 0,15
100
= 0,0015
Menghitung nilai F (kg)
Nilai F dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
F (kg) = xF
xL.L
= 207,36 0,0053
0,0015
= 732,67 kg
5. Menghitung nilai V dalam kg
Nilai vapour dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
V = F L
= 732,67 207,36
= 525,31 kg
Untuk Variabel flowrate co-current yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama.
Sehingga dari hasil perhitungan variabel lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel A.1 Hasil Perhitungan Neraca Massa dengan Aliran Co-current
Flowrate
(L/Jam)
F
(Kg)
L
(Kg)
V
(Kg)
216 732,67 207,36 525,31
225 792,00 220,5 571,50
245,88 881,23 239,733 641,50
279 1035,65 272,304 763,34
A. Menghitung Neraca Massa pada Aliran Counter current
Diketahui : Aliran fluida counter-current
Basis perhitungan = 1 jam
Flowrate Liquid (Asam Sitrat) = 192 L atau 192000 ml
Konsentrasi akhir = 0,0185 N
F = L + V
F.xF = L xL
-
xiii
1. Menghitung Massa Asam Sitrat
Nakhir =ml
1000x
Mr
Massa
0,0185 = Massa x 1000
192 x 192000
Massa = 681,984 gram
Jadi massa asam sitrat pada liquid (L) yaitu 681,984 gram
2. Menghitung densitas asam sitrat supaya didapatkan massa total pada L.
Berat pikno kosong : 11,4 gram
Berat pikno + isi : 16,275 gram
Volume pikno : 5 ml
Menghitung densitas asam sitrat
= 16,275-11,4
5 = 0,975 gr/ml
3. Menghitung massa dan xL (Fraksi Massa Asam Sitrat pada Liquid) pada Tiap-
Tiap Komponen sehingga Didapatkan L dalam Kg
Menghitung massa total
Massa total = L (ml/jam) x (gr/ml)
= 192000 x 0,975 (gr/ml)
= 187200 gram
Massa asam sitrat = massa asam sitrat
= 681,984 gram
Massa air = massa total massa asam sitrat
= 187200 - 681,984
= 186518,016 gram
Menghitung xL
Fraksi liquid asam sitrat (xL) = Massa asam sitrat
massa total
= 681,984
187200
= 0,0036
Menghitung nilai L (kg)
L (kg) = Massa total
1000
= 187200
1000
= 187,2 kg
4. Menghitung massa dan xF pada tiap-tiap komponen sehingga didapatkan F
dalam kg
Menghitung xF
Fraksi feed asam sitrat (xF) = fraksi berat asam sitrat
100
-
xiv
= 0,15
100
= 0,0015
Menghitung nilai F (kg)
Nilai F dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
F (kg) = xF
xL.L
= 187,2 0,0036
0,0015
= 454,65 kg
5. Menghitung nilai V dalam kg
Nilai vapour dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
V = F L
= 454,65 187,2
= 267,45 kg
Untuk Variabel flowrate counter-current yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama.
Sehingga dari hasil perhitungan variabel lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel A.2 Hasil Perhitungan Neraca Massa dengan Aliran Counter Current
Flowrate
(L/Jam)
F
(Kg)
L
(Kg)
V
(Kg)
192 454,65 187,2 267,45
218,999 532,61 213,524 319,08
234 599,04 227,916 371,12
240,001 645,12 234,001 411,12
2. Perhitungan Neraca Energi
Data yang diperlukan untuk menghitung neraca energi sebagai berikut:
Tabel A.3 Cp Asam Sitrat
Suhu T
(oK)
Suhu T
(oC)
Liquid Cp
(kj/kg k)
Suhu T
(oK)
Suhu T
(oC)
Liquid Cp
(kj/kg k)
305 32 2,3049 343 70 2,4071
307 34 2,3109 345 72 2,4119
309 36 2,3168 347 74 2,4167
311 38 2,3227 349 76 2,4214
313 40 2,3284 351 78 2,4260
315 42 2,3341 353 80 2,4306
F = L + V
F.xF = L xL
-
xv
317 44 2,3398 355 82 2,4352
319 46 2,3453 357 84 2,4397
321 48 2,3508 359 86 2,4442
323 50 2,3562 361 88 2,4486
325 52 2,3616 363 90 2,4530
327 54 2,3669 365 92 2,4574
329 56 2,3721 367 94 2,4617
331 58 2,3773 369 96 2,4660
333 60 2,3824 371 98 2,4702
335 62 2,3874 373 100 2,4744
337 64 2,3924 347 74 2,4167
339 66 2,3974
341 68 2,4023
Sumber : Thermodynamic Properties Of Citric Acid And The System Citric Acid-
Water
Table A.4 Entalphy Saturated Steam and Water
Suhu
(T oC)
Suhu
(T oK)
Enthalphy
Vapour (Hv)
(Kj/Kg)
Entalphy
Liquid (HL)
(Kj/Kg)
Entalphy Eavporation
(Hv - HL)
(Kj/Kg)
27 300 2550,8 113,25 2437,55
30 303 2556,3 125,79 2430,51
33 306 2561,7 138,33 2423,37
36 309 2567,1 150,86 2416,24
40 313 2574,3 167,57 2406,73
45 318 2583,2 188,45 2394,75
50 323 2592,1 209,33 2382,77
55 328 2600,9 230,23 2370,67
60 333 2609,6 251,13 2358,47
65 338 2618,3 272,06 2346,24
70 343 2626,8 292,98 2333,82
75 348 2635,3 313,93 2321,37
80 353 2643,7 334,91 2308,79
85 358 2651,9 355,9 2296
90 363 2660,1 376,92 2283,18
95 368 2668,1 397,96 2270,14
100 373 2676,1 419,04 2257,06
Sumber : Geankoplis (1998)
Tabel A.5 Specific heat (Cp) Udara pada Tekanan Atmosfer
T (oC) T (oK) Cp (kj/kg K)
0 273 1,005
20 293 1,005
40 313 1,005
-
xvi
60 333 1,009
80 353 1,009
100 373 1,009
120 393 1,013
140 413 1,013
160 433 1,017
180 453 1,022
200 473 1,026
250 523 1,034
300 573 1,047
350 623 1,055
400 673 1,068
Sumber: Engineering Tollbox
A. Perhitungan Neraca Panas pada Aliran Co-current
Neraca energi pada aliran co-current dengan flowrate L= 216 liter dapat dihitung sebagai
berikut:
Rumus neraca energi yang digunakan:
Data-data yang dibutuhkan:
1. Feed asam sitrat
Diketahui: Suhu feed (T4) = 51 C = 324 K
Treference = 0 oC = 273 K
Massa total feed (F) = 732,67 kg
Specific heat (Cp) = 2,3589 J/kg.K
Keterangan :
Menentukan Specific heat (Cp) asam sitrat pada suhu 51 C atau 324 K dapat melihat tabel A.3
dan apabila tidak ada data pada suhu tepat, maka menggunakan cara interpolasi sebagai berikut:
Cp1-Cp0
Cp1-Cpx =
T1 - T0
T1 - Tx
2,3616 - 2,3562
2,3616 - x =
52 - 50
52- 51
Cpx = 2,3589 J/kg.K (Cp asam sitrat pada suhu 47 C atau 320 K)
Untuk menghitung Cp (specific heat) asam sitrat pada suhu yang lainnya dapat menggunakan
cara seperti yang diatas.
2. Liquid asam sitrat
Diketahui: Suhu outlet liquid (T5) = 54 C = 327 K
Treference = 0 oC = 273 K
Massa total liquid (L) = 207,36 kg
F. Cp. T + S. Cp. T = L. Cp. T + V.HV
-
xvii
Specific heat (Cp) = 2,3669 J/kg.K
Keterangan :
Menentukan Specific heat (Cp) asam sitrat pada suhu 54 C atau 327 K dapat melihat tabel A.3
3. Vapour (H2Og)
Diketahui: Suhu outlet vapour (T2) = 77 C = 350 K
Treference = 0 oC = 273 K
Massa total Vapour (V) = 525,31 kg
Panas Entalphy (Hv) = 2638,66 kJ/kg
Keterangan :
Menentukan panas Entalphy (Hv) vapour pada suhu 77 C atau 350 K dapat melihat tabel
A.4 dengan menggunakan cara interpolasi.
Hv1-Hv0
Hv1-Hvx =
T1 - T0
T1 - Tx
2643,7 - 2635,3
2643,7 - x =
80 - 75
80- 77
Hvx = 2638,66 kJ/kg (Entalphy panas vapour pada suhu 57 C)
Untuk menghitung panas entalphy (Hv) vapour pada suhu yang lainnya dapat menggunakan
cara seperti yang diatas.
4. Steam (Udara)
Diketahui: Suhu steam (Tc2) = 88,4 C = 361,4 K
Treference = 0 oC = 273 K
Specific heat (Cp) = 1,009 kJ/kg K
Keterangan :
Menentukan panas Specific heat (Cp) udara pada suhu 88,4C atau 361,4 K dapat melihat tabel
A.5 dengan menggunakan cara interpolasi.
Cp1-Cp0
Cp1-Cpx =
T1 - T0
T1 - Tx
1,009 - 1,009
1,009 - Cpx =
100 - 80
100 - 88,4
Hvx = 1,009 kJ/kg K (Specific heat (Cp) udara pada suhu 82C)
Untuk menghitung Specific heat (Cp) udara pada suhu yang lainnya dapat menggunakan cara
seperti yang diatas.
Menghitung Kebutuhan Steam dengan Neraca Energi (Energy Balance)
Untuk menghitung steam yang dibutuhkan, maka menggunaka energy balance dari evaporator
dengan basis perhitungan 1 jam.
F. hF + S.Hs = L.hL + V. HV
F. Cp. T + S. Cp. T = L. Cp. T + V. HV
732,67 . 2,3589 . 51+ S. 1,009. 88,4 = 207,36 . 2,3669 . 54 + 525,31 . 2638, 66
S = 14849,14 Kg.Udara/Kg.air
-
xviii
Untuk menghitung kebutuhan steam pada variabel yang lain dapat dihitung dengan cara seperti
diatas.
Dengan menggunakan perhitungan diatas, maka didapatkan tabel hasil perhitungan kebutuhan
steam dengan basis perhitungan 1 jam pada aliran Co-current sebagai berikut:
Tabel A.6 Hasil Perhitungan Kebutuhan Steam pada Aliran Co-current
F.CPF.T
(kj/kg)
CPS.T
(kj/kg)
V.HV
(kj/kg)
L.CPL.T
(kj/kg)
S
(Kg.Udara/Kg.air)
88145,06 89,20 1386119,76 26503,42 14849,14
97261,16 87,88 1503159,30 29291,32 16330,52
106017,99 88,79 1687275,72 33661,62 18187,67
124594,98 82,74 2003854,33 38235,02 23175,50
Berdasarkan hasil perhitungan neraca energi (energy balance) dengan basis perhitungan 1 jam,
maka didapatkan neraca panas sebagai berikut:
Tabel A.7 Hasil Perhitungan Neraca Panas dengan Aliran Co-current
Variabel
(L/Jam) Komponen Input (kJ) Output (kJ)
216
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
88145,06
-
1324478,12
26503,42
1386119,76
-
TOTAL 1412623,18 1412623,18
225
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
97261,16
-
1435189,46
29291,32
1503159,30
-
TOTAL 1532450,62 1532450,62
245,88
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
106017,99
-
1614919,35
33661,62
1687275,72
-
TOTAL 1720937,34 1720937,34
279
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
124594,98
-
1917494,37
38235,02
2003854,330
-
TOTAL 2042089,35 2042089,35
B. Aliran Counter-current
Neraca energi pada aliran Counter-current dengan flowrate L= 21,600 Liter atau 21600 ml
dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus neraca energi yang digunakan:
Data-data yang dibutuhkan:
F. Cp. T + S. Cp. T = L. Cp. T + V.HV
-
xix
1. Feed asam sitrat
Diketahui: Suhu feed (T4) = 67C = 340K
Treference = 0 oC = 273 K
Massa total liquid (F) = 454,65 kg
Specific heat (Cp) = 2,4038 J/kg.K
Keterangan :
Menentukan Specific heat (Cp) asam sitrat pada suhu 67 C atau 340 K dapat melihat tabel A.2
dan apabila tidak ada data pada suhu tepat, maka menggunakan cara interpolasi sebagai berikut:
Cp1-Cp0
Cp1-Cpx =
T1 - T0
T1 - Tx
2,4168 - 2,3985
2,4168 - x =
68 - 66
68- 67
Cpx = 2, 4038 J/kg.K (Cp asam sitrat pada suhu 67 C atau 340 K)
Untuk menghitung Cp (specific heat) asam sitrat pada suhu yang lainnya dapat menggunakan
cara seperti yang diatas.
2. Liquid asam sitrat
Diketahui: Suhu outlet liquid (T5) = 55C = 328 K
Treference = 0 oC = 273 K
Massa total liquid (L) = 187,199 kg
Specific heat (Cp) = 2,3695 J/kg.K
Keterangan :
Menentukan Specific heat (Cp) asam sitrat pada suhu 55 C atau 328 K dapat melihat tabel A.3
dan apabila tidak ada data pada suhu tepat, maka menggunakan cara interpolasi sebagai berikut:
Cp1-Cp0
Cp1-Cpx =
T1 - T0
T1 - Tx
2,3721 - 2,3669
2,3721 - x =
56 - 54
56- 55
Cpx = 2, 3695 J/kg.K (Cp asam sitrat pada suhu 55 C atau 328 K)
Untuk menghitung Cp (specific heat) asam sitrat pada suhu yang lainnya dapat menggunakan
cara seperti yang diatas.
3. Vapour (H2O(g))
Diketahui: Suhu outlet vapour (T2) = 97C = 370 K
Treference = 0 oC = 273 K
Massa total Vapour (V) = 267,45 kg
Panas Entalphy (Hv) = 2671,30 kJ/kg
Keterangan :
Menentukan panas Entalphy (Hv) vapour pada suhu 97 C atau 370 K dapat melihat tabel A.4
dan apabila tidak ada data pada suhu tepat, maka menggunakan cara interpolasi sebagai berikut:
Hv1-Hv0
Hv1-Hvx =
T1 - T0
T1 - Tx
-
xx
2676,1 - 2668,1
2676,1 - x =
100 - 95
100- 97
Hvx = 2671,30 J/kg.K (Cp asam sitrat pada suhu 97 C atau 370 K)
Untuk menghitung panas entalphy (Hv) vapour pada suhu yang lainnya dapat menggunakan
cara seperti yang diatas.
4. Steam (Udara)
Diketahui: Suhu steam (Tc2) = 86,5C = 359,5 K
Treference = 0 oC = 273 K
Specific heat (Cp) = 1,009 kJ/kg K
Keterangan :
Menentukan panas Specific heat (Cp) udara pada suhu 86,5C atau 359,5 K dapat melihat tabel
A.5 dengan menggunakan cara interpolasi.
Cp1-Cp0
Cp1-Cpx =
T1 - T0
T1 - Tx
1,009 - 1,009
1,009 - x =
100 - 80
100 - 86,5
Hvx = 1,009 kJ/kg K (Specific heat (Cp) udara pada suhu 86,5C)
Untuk menghitung Specific heat (Cp) udara pada suhu yang lainnya dapat menggunakan cara
seperti yang diatas.
Menghitung Kebutuhan Steam dengan Neraca Energi (Energy Balance)
Untuk menghitung steam yang dibutuhkan, maka menggunaka energy balance dari evaporator
dengan basis perhitungan 1 jam.
F. hF + S.Hs = L.hL + V. HV
F. Cp. T + S. Cp. T = L. Cp. T + V. HV
454,65 . 2,4038 . 67 + S. 1,009 . 86,5 = 187,199 . 2,3695 . 55 + 267,45 . 2671,30
S = 7626,44 Kg.Udara/Kg.air
Untuk menghitung kebutuhan steam pada variabel yang lain dapat dihitung dengan cara seperti
diatas.
Dengan menggunakan perhitungan diatas, maka didapatkan tabel hasil perhitungan kebutuhan
steam dengan basis perhitungan 1 jam pada aliran Counter-current sebagai berikut:
Tabel A.8 Hasil Perhitungan Kebutuhan Steam pada Aliran Counter-current
F.CPF.T
(kj/kg)
CPS.T
(kj/kg)
V.HV
(kj/kg)
L.CPL.T
(kj/kg)
S
(Kg.Udara/Kg.air)
73222,76 87,28 714450,75 24396,57 7626,44
87481,32 83,85 849809,10 28902,59 9436,50
96476,54 90,20 983575,09 30276,47 10169,94
98781,23 80,11 1090254,58 31084,82 12763,69
-
xxi
Berdasarkan hasil perhitungan neraca energi (energy balance) dengan basis perhitungan 1 jam,
maka didapatkan neraca panas sebagai berikut:
Tabel A.9 Neraca Panas pada Aliran Counter-current
Variabel
(L/Jam) Komponen Input (kJ) Output (kJ)
191,999
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
73222,76
-
665624,56
24396,57
714450,75
-
TOTAL 738847,32 738847,32
218,999
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
87481,32
-
791230,37
28902,59
849809,10
-
TOTAL 878711,69 878711,69
234
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
96476,54
-
917375,02
30276,47
983575,09
-
TOTAL 1013851,56 1013851,56
240,001
Asam Sitrat
H2O(g)
Udara
98781,23
-
1022558,17
31084,82
1090254,58
-
TOTAL 1121339,40 1121339,40
-
Evaporator PT. Cheil Jedang Indonesia Pasuruan
Evaporator merupakan alat yang digunakan untuk mengubah sebagian atau keseluruhan
pelarut dari sebuah larutan cair menjadi uap sehingga dihasilkan produk yang lebih pekat. Pada
dasarnya semua jenis evaporator memiliki prinsip kerja yang sama. Diantaranya yaitu pemekatan
larutan berdasarkan perbedaan titik didih yang besar antara masing-masing zat. Selain itu
evaporator dijalankan pada suhu yang lebih rendah daripada titik didih normal. Tekanan
mempengaruhi tinggi rendahnya titik didih cairan murni. Begitu pula pada titik didih cairan
dipengaruhi oleh tekanan dan kadar air pada zat yang tidak mudah menguap seperti gula. Pada
efek awal diperlukan adanya pemanasan suhu yang lebih tinggi. Dan kenaikan titik didih adalah
perbedaan titik didih larutan dan titik didih cairan murni (Anonim, 2013).
PT Cheil Jedang Indonesia Pasuruan. Perusahaan ini merupakan pabrik pengolahan bahan
penyedap rasa seperti Monosodium Glutamat (MSG). Pabrik ini menggunakan aplikasi evaporator
pada bagian produksi MSG khususnya bagian Refinery (Pemurnian). Proses Refinery terdiri dari
3 bagian yaitu, (Kristina,2006):
1. Refinery 1 atau proses H4 yaitu mengolah Broth hasil akhir fermentasi sampai menjadi
NLO (Neutrolized Liquid Zero)
2. Refinery II atau proses H5 yaitu mulai NLO (Neutrolized Liquid Zero) sampai menjadi
MSG
3. Packing yaitu proses pengemasan MSG sampai pengiriman ke gudang penyimpanan
(warehousing)
Dalam proses refinery (pemurnian), evaporator yang digunakan adalah evaporator 4 effect
dan evaporator 3 effect. Pada evaporator 4 effect, evaporator ini digunakan untuk mendapatkan
asam glutamate #1GML yang berasal dari SDC 1 (Super Decanter 1). Spesifikasi evaporator ini
antara lain adalah bertipe falling film multi turbular dan berkondisi operasi vakum 110 bar dengan
suhu produk 60-65o C. Peralatan pendukung yang ada adalah pompa vakum untuk menurunkan
tekanan uap jenuh air sehingga liquid dapat mendidih pada suhu lebih rendah jika dibandingkan
dengan menggunkan tekanan atmosfer. Selain itu juga terdapat surface condenser media cooling
water untuk kondensasi vapor. Evaporasi yang dilakukan pada proses ini bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi liquid dan meningkatkan SG. Untuk evaporator 3 effect digunakan
untuk mendapatkan asam glutamate dari #2 GML yang merupakan hasil dari SDC 2. Evaporator
ini bertipe falling film multi turbular dan beroperasi dalam kondisi vakum 80 bar. Apabila kadar
Ca2+ lebih tinggi dari standar (0,3 g/L) maka pada kedua evaporator ini ditambahkan Hexa Meta
Phospat (HMP) untuk mengikat Ca2+ yang dapat menimbulkan kerak pada evaporator serta dapat
menyebabkan kristal berbentuk rapuh (Kristina, 2006).
Hasil akhir dari proses fermentasi adalah Thin Broth (TB) yang mengandung asam
glutamat (GA). Sebelum kandungan GA tersebut tidak mudah patah. Kristal berbentuk prisma
segitiga dan umumnya kristal berukuran besar (dapat dilihat di mikroskop). Campuran dipisahkan
antara Glutamic Mother (GM1) dan kristalnya Glutamic Acid I (GA I) dengan menggunakan SDC
I (Super Decanter). Prinsip kerja SDC dengan gaya sentrifugal untuk memisahkan kristal dengan
GM nya. GM I ditrasfer ke unit pembuatan pupuk organik cair. GM I mempunyai kandungan GA
yang sedikit, yaitu < 2%, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses lebih lanjut. Selain itu GM
I banyak mengandung unsur nitrogen, phosphat dan kalium sehingga GM I dapat diolah menjadi
pupuk. SDC I yang digunakan mempunyai kualitas alat yang bagus sehingga dapat memisahkan
-
campuran dengan lebih sempurna dari pada SDC II, III dan IV. Larutan kristal -GA I ditambah
dengan GM III hasil penyaringan pada SDC III untuk pengenceran.
Quadraple Effect Evaporator
Pengenceran diperlukan karena -GA I hasil pemisahan SDC I berwujud cairan pekat
sehingga ditambah dengan GM III agar lebih mudah dipisahkan di SDC II. Kemudian larutan
masuk ke SDC II dan dipisahkan antara larutan -GA II dan larutan GM II. Kristal -GA II
ditambah dengan GM IV hasil dari pemisahan di SDC IV karena GM IV masih mengandung
banyak kristal . Larutan kristal GA II kemudian dimasukkan ke tangki transform dan
dipanaskan dengan steam hingga mencapai suhu 90oC.
Pada pemanasan ini Kristal -GA mengalami transisi/perubahan bentuk menjadi
kristal -GA. Kristal diubah menjadi bentuk karena kristal akan cenderung larut kembali
pada GM nya. Selanjutnya larutan yang mengandung -GA dimasukkan ke tangki cooling. Pada
tangki ini larutan mengalami pendinginan dengan cara mengalirkan air sehingga diperoleh
temperatur larutan 50oC. Selanjutnya larutan dipompa ke tangki growing. Pada tangki growing
larutan mengalami pendinginan dengan air chiller melalui jaket pendingin sampai suhu 20oC.
Pendinginan ini berfungsi untuk memperkuat kristal -GA. Selanjutnya larutan kristal -GA
dipompa ke SDC III. GM II kemudian masuk ke evaporator 2 efek yang menghasilkan CML
(Concentrate Mother Liquor) dan selanjutnya diolah di unit hidrolisa. Larutan kristal -GA II yang
masuk ke SDC III di pisahkan antara GM III dan -GA III. GM III dipompa ke -GA I karena
masih mengandung kristal untuk diproses ulang. GA III di SDC IV dipisahkan antara -GA IV
dan GM IV. GM IV dipompa ke -GA II. Larutan kristal -GA IV dipompa masuk ke MSG liquid
tank dan ditambah dengan NaOH hingga diperoleh pH 6,5 dan kekentalan 27oBe serta dipanaskan
dengan steam sampai suhu larutan 50-55oC. Hasil dari proses ini disebut sirup MSG cair yang
berwarna coklat tua yang kemudian dialirkan ke unit refining.
Sumber: Satuan Operasi Dan Proses Aplikasi Evaporasi (2013)