LABIOPALATOSIKIZIS

24
BAB I PENDAHULUAN Banyak masalah yang dapat di alami selama proses kehamilan oleh ibu. Dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Salah satunya yaitu perkembangan terhadap organ tubuh janin, diantaranya yaitu labioskiziz dan labiopalatoskizis. Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing.. Merupakan deformitas ( kelainan ) daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan alat kedokteran. Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata, dapat dengan segera menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum mampu untuk melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena pemerintah sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Dewasa ini banyak diberitakan baik di media cetak maupun media elektronik tentang operasi bibir sumbing 1

description

sadf

Transcript of LABIOPALATOSIKIZIS

Page 1: LABIOPALATOSIKIZIS

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak masalah yang dapat di alami selama proses kehamilan oleh ibu.

Dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Salah satunya

yaitu perkembangan terhadap organ tubuh janin, diantaranya yaitu labioskiziz dan

labiopalatoskizis.

Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing,

merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun,

diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing..

Merupakan deformitas ( kelainan ) daerah mulut berupa celah atau sumbing atau

pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas

bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan alat kedokteran.

Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata, dapat dengan segera

menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum mampu untuk

melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena pemerintah

sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang kurang

mampu.

 Dewasa ini banyak diberitakan baik di media cetak maupun media

elektronik tentang operasi bibir sumbing (labiopalatoskizis). Oleh karena itu kita

sangta prihatin atas banyaknya kejadian dan tingginya prevalensi labiopalatoskizis

yang menimpa bayi yang abru lahir.

Labiopalatoskizis Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau

sumbing atau pembentukan yang kurangsempurna semasa embrional berkembang,

bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan

dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian daridasar

cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi

yang membagi struktur-struktur yang terkena menjadi: Palatum primer meliputi

bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan

foramenincisivumPalatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior

1

Page 2: LABIOPALATOSIKIZIS

terhadap foramen.Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,

palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.Kadang-

kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh

denganbelahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

1. Definisi

Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat

kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis

medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan

Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum

pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (sumber : Asuhan

Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita, 2010)

Labio/palato skizis adalah merupakan konginetaln anomali yang berupa

adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. ( Sumber: Asuhan Keperawatan

Pada Anak, 2001)

Labioskizis (celah bibir ) dan palatoskizis (celah langit-langit

mulut/palatum) merupakan malformasi fasial yang terjadi dalam perkembangan

embrio. (Sumber: Buku Ajar Keperawatan Pediatrik wong, Ed, 6, Vol.2, 2009)

     

2. Klasifikasi

Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat

bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping

hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi

membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.

1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum

di belahan foramen insisivum.

2

Page 3: LABIOPALATOSIKIZIS

2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior

terhadap foramen.

3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer

dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.

4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya

utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

3. Etiologi

 Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti.

Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari

kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan

bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai

riwayat keluarga labioschisis akan mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang

bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu,

ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi

alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester

pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan

bayi/ anak dengan labioschisis. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya bibir sumbing antara lain :

a.       Faktor genetik atau keturunan : dimana material genetik dalam khromosom

yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan

khromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 khromosom yang terdiri

dari 22 pasang khromosom non sex(kkhromosom 1 – 22) dan 1 pasang

khromosom sex (khromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada

penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3 untai

khromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total khromosom pada

setiap selnya adalah 47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir

sumbing akan menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung

dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000

– 10000 bayi yang lahir.

b.      Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat.

c.       Radiasi

3

Page 4: LABIOPALATOSIKIZIS

d.      Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama

e.       Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi

rubella dan sifillis, toksoplasmosis dan klamidia

f.       Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat

toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.

g.      Multifaktorial dan mutasi genetik

h.      Displasia ektodermal.

4. Patofisiologi

Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem

maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan

palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam

pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan

septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan

minggu ke-7 sampai minggu ke-12.

Celah bibir dan celah palatum merupakan hasil dari kegagalan jaringan

lunak atau struktur tulang untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Celah

bibir adalah suatu pemisahan dua sisi bibir, yang dapat mempengaruhi kedua sisi

bibir juga tulang dan jaringan lunak alveolus. Celah palatum merupakan lubang di

garis tengah palatum yang terjadi karena gagalnya kedua sisi palatum untuk

menyatu selama perkembangan embrionik. Penyebab pastinya tidak diketahui,

tetapi dari kebanyakan kasus merupakan multifaktor (suatu kombinasi antara

gangguan lingkungan dan genetik). Celah biasanya suatu kejadian yang tersendiri

tetapi dapat terjadi sebagai bagian dari suatu sindrom. Pengkajian fisik yang baik

sangat penting untuk mengidentifikasi tanda lain yang terjadi.

4

Kegagalan Penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan tulang selama fase embrio pada trisemester pertama.

Bibir sumbing atau kegagalan proses nasal medial dan maksilaris untuk menyatu selama masa kehamilan 6-8 minggu.

LabioPalato Skisis

Page 5: LABIOPALATOSIKIZIS

5. Manifestasi Klinis

Pada labio Skisis:

a. Distorsi pada hidung

b. Tampak sebagian dung

c. Distorsi hidungatau hidung

d. Adanya celah pada bibir.

Pada Palato Skisis

a. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atas

foramen incisive

b. Adanya rongga pada hidung

c. Distorsi hidung

d. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari

e. Kesukaran dalam menghisap atau makan.

6. Faktor Resiko

Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan

merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini

berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan

palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat

kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya

faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2

belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan

memisahkan lagi belahan tersebut.

7. Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga

           

Risiko sumbing pada

anak berikutnya

Risiko labioskizis dengan

atau tanpa palatoskizis (%)

Risiko palatoskizis

(%)

- bila ditemukan satu anak 

menderita sumbing

- Suami istri dan dalam 2-3 2

5

Page 6: LABIOPALATOSIKIZIS

keturunan tidak ada yang

sumbing.

- dalam keturunan ada yang

sumbing4-9 3-7

- Bila ditemukan dua anak

menderita sumbing14 13

- salah satu orangtuanya

menderita sumbing12 13

- Kedua orangtuanya

menderita sumbing.30 20

8. Komplikasi

           Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa

komplikasi karenanya, yaitu:

1)      Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti

dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperi dot khusus, posisi

makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir

sumbing.

2)      Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang

menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi

maka akan kehilangan pendengaran.

3)      Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi

karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat

menghambatnya.

4)      Masalah gigi. Pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak

tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.

9.. Penatalaksanaan

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini

dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan

bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku

dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh

6

Page 7: LABIOPALATOSIKIZIS

(rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan

usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.

Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :        

1.      Tahap sebelum operasi

Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi

menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan

berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai

adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg ,

Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai

rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar

kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi

minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar

keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga

membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi

tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup

diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah

duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang

terbelah.

Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus

non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh

akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah

depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika

hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara

kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi

harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.

2.      Tahap sewaktu operasi

Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang

diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal

ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi

bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat

pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada

7

Page 8: LABIOPALATOSIKIZIS

bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah

sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang

sempurna.

Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan

mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.

Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara

lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau

operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan

mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai. (19) Operasi yang

dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy

karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena

anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme

kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah

(gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi

dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli

ortodonsi.

3.      Tahap setelah operasi.

Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya

tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang

menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah

operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap

menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya

penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal

untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan

secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan

lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak

banyak bermanfaat.

10. Perawatan

1)      Menyusui ibu

Menyusui adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi

dengan bibir sumbing tidak menghambat pengisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba

8

Page 9: LABIOPALATOSIKIZIS

sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan

pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepda bayi

dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai

6 minggu.

2)      Menggunakan alat khusus, seperti :

Dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar) yaitu suatu

dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing udara bocor disekitar sumbing

dan makanan dimuntahkan melalui hidung, atau hanya dot biasa dengan lubang

besar.

Dapat juga diberikan dengan menggunakan botol peras, dengan cara memeras

botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat

dihisap bayi.

Ortodonsi, yakni pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara

celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi

deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitif.

Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau

belakang lidah bayi, kemudian bayi ditepuk-tepuk pada punggungnya berkali-kali

secara lembut untuk mengeluarkan udara/bayi disendawakan, dikarenakan bayi

dengan sumbing pada bibirnya cenderung untuk menelan banyak udara.

Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk

pada bagian pemisah lubang hidung, hal ini suatu kondisi yang sangat sakit dapat

membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi

mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk

sembuh.

11. Pengobatan

Pada bayi dengan bibir sumbing dilakukan bedah elektif yang melibatkan

beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh

operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi

tersebut bervariasi.

9

Page 10: LABIOPALATOSIKIZIS

Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan

kriteria rule often yaitu umur > 10 minggu, BB > 10 pon/5 Kg, Hb > 10 gr/dl,

leukosit > 10.000/ui.

Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti

dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap

sehingga  tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk 

memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah

supaya normal.

Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan

tulang-tulang muka mendeteksi selesai. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan

jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur

seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi

nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.

Anak dengan kondisi ini membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit

sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing

yang telah diperbaiki, dapat mempengaruhi pola bicara secara permanen.

12. Prinsip Perawatan Secara Umum

Pada saat lahir diberikan bantuan pernapasan dan pernapasan NGT (Naso

Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.

Anak setelah berumur 1 minggu dibuatkan feeding plate untuk membantu

menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, atau dengan pemberian dot

khusus. Setelah anak berusia 3 bulan dilakukan labioplasty atau tindakan operasi

untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telinga. Umur 18 bulan – 2 tahun

dilakukan palathoplasty, tindakan operasi langit-langit bila terdapat sumbing pada

langit-langit

10

Page 11: LABIOPALATOSIKIZIS

BAB II

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Inspeksi kecatatan pada saat lahir

b. Kemampua menghisap, menelan, dan bernafas

c. Proses bonding

d. Palpasi dengan menggunakan jari

e. Mudah kesedak

f. Meningkatnya otitis

g. Distress permafasan denga aspirasi

h. Mungkin dypsnea

i. Riwayat keluarga dengan penyakit anak

Diagnosa keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam

mendeteksi ASI berhubungan dengan ketidakmampuan

menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari cacatan dan pembedahan

2. Risiko aspirasi berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan

sekresi sekunder dari palato skisis.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan kecacatan (sebelum operasi) dan atau

insisi pembedahan.

4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian

makan, dan perawatan dirumah.

5. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

11

Page 12: LABIOPALATOSIKIZIS

6. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi,

edema setelah pembedahan, sekresi yang meningkat

7. Gangguan integritas kulit berhubngan dengan insisi pembedahan

8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan tampak kecacatan pada

anak.

Perencanaan

1. Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai dengan adanya

peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai

2. Anak akan bebas dari aspirasi

3. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sebelum dan setelah operasi,

luka tampak bersih, kering dan tidak edema.

4. Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan metode

pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan harapan

perawatan sebelum dan sesudah operasi.

5. Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yag ditandai dengan anak tidak

menangis, tidak labil dan gelisah.

6. Pada anak tidak ditemukan komplikasi sistem pernafasan yang ditandai

dengan jalan nafas bersih dan pernafasan teratur dan bunyi paru vesikuler

7. Anak tidak mmeperlihatkan kerusajan pada kulit yang ditandai dengan

insisi tetap utuh, tidak ada tanda infeksi dan terdapat tanda-tanda

penyembuhan.

8. Orang tua sering melakukan bonding dengan anak yang ditandai dengan

keinginan untuk merawat anak, dan mampu mengidentifikasi aspek positif

pada anak.

12

Page 13: LABIOPALATOSIKIZIS

Implementasi

1. Mempertahankan nutrisi adekuat

a. Kaji kemampuan menelan dan menghisap

b. Gunakan dot botol yang lunak yang besar atau dot khusus dengan

lubang yang sesuai untuk pemberian minum

c. Tempatkan dot disamping bibir mulut bayi dan usahakan lidah

mendorong makan/minuman kedalam

d. Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan.

e. Tepuk punggung bayi setiap 15 ml sampai 30 ml minuman diminum,

tetapi jangan diangkat dot selam bayi masih menghisap

f. Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan

g. Jelaskan pada oarng tua tentang operasi ; puas 6 jam, pemberian infus

dan lainya

h. Prosedur perawatab setelah operasi; rangsangan untuk menelan atau

menghisap; dapat digunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih

atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah tolerans berikan minuman

pada bayi, dan minuman atau makanan lunak untuk anak sesuai

dengan diitnya.

2. Mencegah aspirasi dan obtruksi jalan nafas

a. Kaji struktur pernafasan selama pemberian makan

b. Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada

bibir

c. Perhatiakn posisi bayi saat memberi makan; tegak atau setengah

duduk

d. Beri makan secara perlahan

13

Page 14: LABIOPALATOSIKIZIS

e. Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum

3. Mencegah infeksi

a. Berikan posisi yag tepat setelah makan ; miring kekanan, kepala agak

tinggi sedikit supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang

dapat mengakibatkan pneumonia.

b. Kaji tanda-tanda infeksi; termasuk drainage, bau dan demam

c. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menggunakan teknik

steril.

14

Page 15: LABIOPALATOSIKIZIS

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

     Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau

bawaan yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris

dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum

anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi.

Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.

Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7

sampai minggu ke-12.

     Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang

melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan

labioskizis biasanya dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya

ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara.

Saran

Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan

pendekatan kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang

diperlukan untuk perawatan anaknya.

  

15

Page 16: LABIOPALATOSIKIZIS

DAFTAR PUSTAKA

Wong, Dona L.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada anak. Jakarta: CV. Agung Seto

Betz, Cecily Lyn, Dkk. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC

Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Meida (2009). Penanganan Labiopallatoskizis. Diperoleh pada tanggal 22

September 2012 dari http://meida.staff.uns.ac.id//

Yuwie.(2009). Askep labiopallatoskizis. Diperoleh pada tanggal 22 September

2012 dari http://yuwie.com//.

16