laahaulawalaaquwwata
-
Upload
hasrapriliana-hersya -
Category
Documents
-
view
202 -
download
7
Transcript of laahaulawalaaquwwata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberi andil pada perubahan gaya hidup, hal ini memacu semakin meningkatnya
penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular dikenal dengan istilah ‘Transisi Epidemiologi’ dan Indonesia sebagai
salah satu negara berkembang, mengalami beban akibat dari perubahan tersebut. Hal
ini disebabkan karena penyakit infeksi belum dapat diatasi secara tuntas sementara
penyakit tidak menular terus meningkat (Bustan , 2007).
Penyakit tidak menular masing-masing memiliki gejala-gejala klinis yang
beragam. Beberapa penyakit memiliki gejala klinis yang sama. WHO dalam
laporannya yang dimuat dalam WHO Technical Report Series Nomor 919 tahun 2003
yang berjudul "The Burden of Musculoskeletal Conditions at The Start of The New
Millenium" menyatakan terdapat kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal yang
diderita ratusan juta manusia, yang mengakibatkan nyeri dan inflamasi
berkepanjangan dan disabilitas, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan
sosial penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah
keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan
diantara keluhan nyeri. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-
2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade
2000-2010), dimana penyakit gangguan muskuloskeletal telah menjadi masalah yang
banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003).
Lima puluh sampai dengan delapan puluh persen penduduk di negara industri
pernah mengalami nyeri punggung bawah (NPB). Persentase nyeri punggung
meningkat dengan bertambahnya usia. NPB menghilangkan banyak jam kerja dan
membutuhkan banyak biaya untuk penyembuhannya. Survei pada 3000 laki-laki dan
1
3500 wanita usia 20 tahun ke atas menunjukkan lima puluh satu persen laki-laki dan
lima puluh tujuh persen wanita mengeluhkan nyeri punggung, lima puluh persen
tidak bugar untuk bekerja selama beberapa waktu dan delapan persen harus alih
pekerjaan (Suharto, 2005).
Di negara maju seperti Amerika Serikat, nyeri pada punggung dan tulang
belakang merupakan penyebab tersering dari semua kelainan kronis yang
menyebabkan keterbatasan aktivitas masyarakat berusia dibawah 45 tahun dan
menduduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung, arthritis dan rematik pada usia
45 hingga 65 tahun (Kim, 2005). Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang
sering disampaikan oleh pasien, dimana insidensi nyeri punggung bawah di beberapa
negara berkembang berkisar tiga belas hingga dua puluh persen dari total populasi
(Wirawan, 2004).
Di Indonesia diperkirakan empat puluh persen penduduk Jawa Tengah berusia
diatas 65 tahun pernah menderita NPB dan prevalensinya pada laki-laki delapan belas
persen dan wanita empat belas persen. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia. Proporsi berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit
di Indonesia berkisar antara tiga hingga tujuh belas persen (Mahadewa, 2009). Di
rumah sakit wilayah Jakarta, Yogyakarta dan Semarang proporsi kasus baru sekitar
5,4 - 5,8 persen dengan frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun (Tunjung, 2009).
Prevalensi dari NPB di Indonesia sampai saat ini belum pernah diketahui
secara pasti. Pendataan serta penelitian untuk ini perlu dilakukan mengingat beban
nyeri serta penyebab disabilitas penderita yang mengakibatkan kehilangan jam kerja
cukup tinggi, problema kesehatan kerja, keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari
dan penurunan kualitas hidup seseorang (Purba, 2006; Yudiyanta, 2007).
Disabilitas atau keterbatasan fungsional yang diakibatkan oleh Nyeri
Punggung Bawah (NPB) menyebabkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun,
sehingga terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar disabilitas yang
terjadi dan faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut. Kekurangan
dalam mengidentifikasi penyebab NPB menyebabkan banyak klinisi memusatkan
2
perhatian pada besarnya hendaya, keterbatasan fungsi dan beratnya disabilitas.
(Liebenson, 1999).
Menurut Thomas (1999) Penelitian tentang NBP yang berhubungan dengan
disabilitas dan keterbatasan fungsional belum banyak dilakukan. Dari 180 Penderita
NPB akut yang difollow-up selama satu tahun ternyata tiga puluh delapan persen
mengalami disabilitas menetap. Disabilitas yang menetap bukan saja dipengaruhi
oleh beratnya nyeri tetapi juga oleh faktor premorbid antara lain faktor distress
psikologi, rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan dan
faktor yang berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri dan terbatasnya
mobilitas spinal.
Dengan adanya data-data di atas yang menunjukkan pengurangan hari kerja,
maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara nyeri punggung bawah dengan
disabilitas aktivitas sehari-hari, khususnya pada pasien RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien
nyeri punggung bawah di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
C. Tujuan
Mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas
sehari-hari pada pasien nyeri punggung bawah di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
3
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang
kedokteran
b. Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dan
masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya
2. Manfaat praktis
Jika penelitian ini dapat membuktikan adanya hubungan intensitas nyeri
terhadap disabilitas aktivitas sehari-hari penderita NPB, maka klinisi dapat
memberikan pilihan pengobatan yang lebih baik pada penderita NPB.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Nyeri Punggung Bawah (NPB) / Low Back Pain (LBP)
a. Definisi
Menurut Rachmawati (2006) nyeri punggung bawah termasuk dalam nyeri
musculoskeletal, yaitu nyeri yang berasal dari sistem musculoskeletal, yang terdiri
dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan bursa.
Keluhan yang berasal dari jaringan lunak khususnya otot paling sering terjadi
dibandingkan dari tulang dan sendi.
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan
daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah
yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
ke arah tungkai dan kaki (Harrianto et al., 2009). Nyeri punggung bawah (NPB) ialah
perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka (Harsono, 2007).
Definisi NPB berdasarkan International Association for the Study of Pain
(IASP) didasarkan pada topografi anatomik, yaitu yang terdiri dari (1) Lumbar Spinal
Pain, (2) Sacral Spinal Pain dan (3) Lumbosacral Pain (Lamsudin, 2001).
b. Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah
ruas tulang yang disebut columna vertebralis yang tersusun atas 33 ruas vertebra.
Struktur ini lentur karena tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan
fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis (Snell, 2006). Vertebra di
kelompokkan menjadi beberapa bagian dan diberi nama sesuai dengan daerah yang
ditempatnya yaitu:
1) Vertebra servikal (ruas tulang leher) membentuk daerah tengkuk yang terdiri
dari 7 buah ruas.
5
2) Vertebra torakalis (ruas tulang punggung) membentuk bagian belakang torak
atau dada yang terdiri dari 12 buah ruas.
3) Vertebra lumbalis (ruas tulang pinggang) membentuk daerah lumbal atau
pinggang yang terdiri 5 buah ruas.
4) Vertebra sakralis (ruas tulang selangkang) membentuk sacrum yang terdiri
dari 5 buah ruas.
5) Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) membentuk tulang koksigeus yang
terdiri dari 4 buah ruas.
Tulang punggung akan saling membentuk persendian dan berfungsi sebagai
penyangga, sedang otot-otot pinggang berfungsi sebagai alat gerak. Gerakan tubuh
yang terbanyak ialah gerakan fleksi dan ekstensi. Gerakan ini paling banyak
dilakukan oleh sendi L5 – S1. Vertebra lumbal lebih berat dan besar dibanding
vertebra lainnya sesuai peran utamanya menyangga berat badan (Aulina, 2003).
Di antara dua badan ruas tulang pinggang terdapat suatu sekat atau bantalan,
yang tersusun dari serabut-serabut yang berjalan secara menyilang konsentris, seperti
gulungan per, mengelilingi suatu cairan kental yang disebut nukleus pulposus, yang
terdapat di bagian tengah dari bantalan tersebut. Fungsi bantalan tersebut adalah
sebagai peredam kejut bila ada tekanan dari atas ke bawah atau sebaliknya. Pada ruas
tulang pinggang yang pertama akan mulai menyempit sehingga lembaran yang
menyelubungi bantalan tersebut hanya tinggal separuh saja. Karena adanya
penyempitan, ada bagian yang tidak terlindungi yang merupakan daerah rawan, oleh
karena itu ada kemungkinan bantalan atau nukleus pulposus dapat menerobos keluar
sehingga menekan saraf di tempat tersebut (Harsono, 2007).
c. Etiologi
Nyeri punggung bawah terjadi sebagai hasil dari suatu penyebab yang
bervariasi dan juga kondisi patologis, karena terkadang sulit untuk mendiagnosis,
ada kalanya dokter tidak memiliki pilihan lain selain untuk membuat diagnosis nyeri
punggung bawah yang hanya menjelaskan gejala. Namun, ketika memeriksa nyeri
6
pinggang pasien, upaya harus dilakukan untuk membuat diagnosis sesuai dengan
etiologi yang berdasarkan anamnesis riwayat, pemeriksaan fisik, dan hasil
pemeriksaan peninjang. Berikut ini merupakan etiologi nyeri punggung bawah :
1. Trauma
Nyeri punggung bawah yang terjadi secara tiba-tiba akibat jejas eksternal,
misalnya tubrukan, mengangkat beban berat, kerusakan otot dan fasia,
herniasi diskus intervertebralis regio lumbal (diskus intervertebralis
mengalami kolaps dan terjadi kompresi pada saraf), dan fraktur vertebra yang
terjadi karena kolapsnya vertebra sebagai akibat dari trauma mekanik. Nyeri
punggung bawah kronik berkembang ketika penggunaannya berulang dan
struktur vertebral yang semakin rapuh seperti pada fraktur akibat osteoporosis.
2. Inflamasi
Ankylosing spondylitis pada tuberkulosis atau spondylitis purulen terjadi
ketika basil tuberkulosis atau bakteri piogenik menghancurkan struktur
vertebra dan diskus intervertebralis.
3. Neoplasma
Tumor ganas, seperti kanker paru-paru, kanker lambung, kanker payudara,
kanker prostat dapat bermetastasis ke vertebra lumbalis, dan metastasis ini
merupakan gambaran patologis dari beberapa myeloma. Ketika tumor seperti
neuroma atau angioma berkembang di korda lumbalis atau vertebra lumbal,
pasien mengalami nyeri punggung bawah yang berkelanjutan.
4. Degenerasi
Semakin bertambahnya usia pekerja konstruksi, insiden nyeri punggung
bawah semakin meningkat, dan peningkatan dapat disebabkan karena
perkembangan lesi yang berhubungan dengan degenerasi vertebra lumbalis
dan jaringan sekitarnya. Degenerasi mengarah ke perkembangan spondylosis
deformans, degenerasi diskus intervertebralis, intervertebralis artikular,
lumbar spondylolisthesis non-spondylolytic, spondylitis hyperostosis tulang
belakang, dan stenosis vertebra lumbalis.
7
5. Penyebab lain
Selain penyakit yang timbul pada struktur pembentuk punggung bawah, rasa
sakit juga timbul dari penyakit organ intra-abdominal, termasuk hepar,
kandung empedu, dan pankreas. Nyeri alih juga bermanifestasi pada penyakit
yang dapat menimbulkan NPB. Nyeri juga timbul dari posterior organ
abdomen, termasuk ovarium, serviks dan kandung kemih. Keberadaan nyeri
psikogenik yang terkait dengan histeria dan depresi juga perlu diwaspadai
(Hayashi, 2004).
d. Faktor Resiko
Berikut ini merupakan faktor yang meningkatkan risiko nyeri pinggang.
a. Pekerjaan
Berdiri dan duduk terlalu lama, mengangkat benda berat dan bekerja dengan alat
yang bergetar dapat menimbulkan masalah punggung.
b. Usia
Studi menunjukkan bahwa risiko nyeri punggung meningkat pada pasien yang
bertambah usia, namun begitu mencapai usia sekitar 65 risiko berhenti
meningkat. Nyeri punggung adalah penyebab paling sering menyebabkan
keterbatasan aktivitas pada usia kurang dari 45 tahun.
c. Alkohol, rokok dan penyalahgunaan Narkoba
Alkohol dan penggunaan narkoba dapat meningkatkan risiko pada nyeri
pinggang. Perokok memiliki 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar risiko nyeri
pinggang dibanding bukan perokok, dikarenakan suplai oksigen menuju diskus
berkurang dan penurunan saturasi oksigen darah dari efek nikotin yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.
d. Riwayat keluarga
Riwayat nyeri punggung pada keluarga menyebabkan peningkatkan risiko nyeri
punggung.
8
e. Jenis Kelamin
Laki-laki berada pada risiko lebih besar untuk nyeri pinggang, sementara
penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin untuk mengalami
NPB. Wanita yang pernah mengalami dua atau lebih kehamilan memiliki risiko
lebih tinggi terkena nyeri pinggang.
f. Tingkat Aktivitas (Kebugaran Fisik)
Kekuatan dan daya tahan dan otot punggung telah terbukti berhubungan dengan
perkembangan nyeri punggung. Kebugaran fisik dapat membantu mencegah
cedera punggung.
g. Obesitas
Beberapa penelitian telah menunjukkan peningkatan sakit punggung pada pasien
obesitas, terutama pada wanita.
h. Postur Tubuh
Postur tubuh yang buruk dapat menyebabkan stress yang tidak semestinya pada
area tertentu pada punggung, sehingga menyebabkan nyeri bertambah dari waktu
ke waktu.
i. Riwayat Cedera
Prediktor terbaik dari NPB adalah adanya cedera punggung sebelumnya dan juga
relaps setelah mengalami NPB.
j. Psikologis, Sosial dan Faktor Spiritual
Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan, depresi, tanggung jawab berlebihan,
ketidakpuasan kerja, stres mental di tempat kerja dapat meningkatan risiko dalam
memperberat nyeri punggung. Rasa takut sakit, keyakinan negatif dan gejala
somatisasi (merasa sakit tanpa penyakit sebenarnya) juga dapat meningkatkan
risiko. Faktor spiritual, termasuk kurangnya memaknai hidup atau kurangnya
kedamaian batin, dapat mempengaruhi seseorang menderita nyeri punggung.
k. Faktor-faktor lain
Faktor lain yang berperan dalam perkembangan akut menuju kronis pada NPB,
termasuk kondisi tulang belakang seperti osteoporosis, spondylolysis, penyakit
9
diskogenik, penyakit sendi degenerative, seperti osteoarthritis, osteoporosis, dan
scoliosis (Department of Pain Medicine, 2011).
e. Klasifikasi
Oleh karena macam-macam penyebab dapat mendasari nyeri punggung
bawah, klasifikasi diperlukan sebagai pegangan praktis. Klasifikasi dapat ditinjau dari
berbagai sudut. Ada yang membagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penyebab
yang berasal dari punggung bawah sendiri dan penyebab yang berasal dari luar
punggung bawah. Ada pula yang membagi NPB menjadi : NPB Viserogenik, NPB
Vaskulogenik, NPB Neurogenik, NPB Spondilognik, NPB Psikogenik (Harsono,
2007).
1) NPB Viserogenik
Nyeri yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau organ dalam
daerah pelvis, serta tumor retro peritoneal. Rasa nyeri menggeliat, tidak
bertambah berat dengan adanya aktifitas tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat.
2) NPB Vaskulogenik
Dapat di sebabkan oleh aneurisma atau penyakit vaskuler perifer. Seperti
insufisiensi arteria glutealis superior yang menimbulkan nyeri di daerah pantat,
yang makin memberat saat berjalan dan akan mereda saat diam berdiri. Rasa nyeri
menyerupai iskialgia, dan tidak ada hubungan dengan aktivitas tubuh. Dapat pula
timbul rasa nyeri intermiten pada betis.
3) NPB Neurogenik
Dapat disebabkan oleh :
a. Neoplasma (neurinoma, hematoma, ependimoma dan
meningioma): Gejala pertama adalah rasa nyeri kemudian timbul gejala
neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri
sering timbul waktu sedang tidur dan berkurang saat berjalan.
10
b. Arakhnoiditis: Terjadi perlengketan, timbul nyeri bila ada
penjepitan terhadap radiks.
c. Stenosis kanalis spinalis: Gejala klinik yang timbul ialah
adanya klaudikasio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri menetap
saat istirahat.
4) NPB Spondilogenik
Disebabkan berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari
unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miogenik.
5) NPB Psikogenik
Umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa, kecemasan, depresi atau campuran
kecemasan dan depresi. Pada saat anamnesis penderita mudah tersinggung, sulit
tidur, mudah terbangun, kurang tenang, mudah terkejut, cemas dan khawatir.
f. Patofisiologi
Tubuh dilengkapi berbagai mekanisme, kompensasi dan perlindungan yang
digunakan untuk mengantisipasi perubahan baik oleh karena lingkungan dalam
maupun luar tubuh. Mekanisme tersebut ada yang didasari dan tidak didasari nyeri.
Rangsangan nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yaitu reaksi yang secara sadar
mengalami rasa nyeri dan reaksi yang tidak disadari berupa reflek-reflek yang
menyertai nyeri seperti menghindari sendi yang mengalami kerusakan dan
ketegangan otot (Everet, 1999).
NPB aspesifik adalah nyeri pinggang reversible yang salah satu penyebabnya
adalah penguncian sendi faset antara torakal dan lumbal. Hal ini dapat terjadi karena
factor trauma atau proses biomekanis tulang belakang yang salah seperti pada saat
mengangkat beban berat. Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk
menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang
belakang torakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan
dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet sendi sehingga
11
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan
keterbatasan gesekan pada tulang belakang (Everet, 1999).
Keluhan utama penderita nyeri punggung bawah adalah nyeri. Pada dasarnya
nyeri dibagi dalam tiga macam (Ngoerah, 2001) yaitu :
1) Nyeri Radikuler
2) Nyeri yang tidak meluas
3) Reffered pain (nyeri alih)
Berdasarkan ketiga macam nyeri tersebut, maka penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan nyeri pinggang bawah dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok :
1) Penyakit-penyakit yang menimbulkan nyeri radikuler :
a) Hernia Nuklei Pulposi (HNP)
b) Trauma (berat atau ringan tetapi berulang kali) pada tulang belakang
c) Spondilosis deformans
d) Artritis sakro-iliaka
e) Tumor kauda
f) Metastasis suatu karsinoma di korpus vertebrae lumbosakral (tulang belakang)
g) Spondilitis tuberkulosa
h) Kelainan kongenital
Dalam hal ini penderita memperlihatkan NPB serta nyeri radikuler sepanjang
nervus iskhiadikus. Gejala nyeri radikuler sepanjang nervus iskiadikus dinamai
iskhialgia
Iskhialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut yang membentuk nervus
iskhiadikus. Perangsangan tersebut dapat terjadi pada radiks atau pleksus lumbo-
sakralis dan dari iskhiadikus (perifer) itu sendiri. Menurut penyebabnya maka
iskhialgia itu dibagi lagi dalam :
a) Iskhialgia diskogenik, yang tampak pada penderita dengan Hernia Nuklei
Pulposi.
b) Iskhialgia mekanik, yang tampak pada :
(1) Spondilosis deformans
12
(2) Spondilolistesis
(3) Tumor kauda
(4) Metastasis karsinoma di korpus vertebra lumbosakral
(5) Spondilitis tuberkulosa pada korpus vertebra lumbosakral
(6) Fraktura korpus vertebra lumbosakral
(7) Fraktura pelvis, radang atau neoplasma pada alat-alat dalam rongga
panggul yang menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis
c) Iskhialgia non-mekanik (medik), yang tampak pada penyakit-penyakit seperti :
(1) Radikulitis tuberkulosa
(2) Radikulitis luetika
(3) Adhesi dalam ruang subarakhnoidal atau karena penyuntikan obat-obat
secara intratekal
(4) Herpes zoster
(5) Penyuntikan obat-obat (penisilion, paraldehid) pada nervus iskhiadikus
(6) Neuropatika rematika, diabetika, dan lain-lain.
2) Penyakit-penyakit yang menimbulkan nyeri yang tidak meluas :
a) Osteoporosis
b) Spondilitis ankilopoetika
c) Nyeri punggung bawah akibat sikap yang salah
3) Penyakit-penyakit yang menimbulkan ”referred pain” di daerah lumbo sakral.
g. Diagnosis
Menurut Purwanto (2003) diagnosis Nyeri Punggung Bawah didasarkan pada :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis umum
3. Pemeriksaan neurologik
4. Pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis mempunyai peranan penting dalam membantu menegakkan
diagnosis, anamnesis harus teliti dan terarah, perlu ditanyakan :
13
a. Kapan mulai timbulnya nyeri
Biasanya pasien tahu dengan pasti, misalnya saat yang bersangkutan
sedang bangkit dari duduk, mendorong mobil, mengangkat benda berat,
jatuh terpeleset, jatuh terduduk dan sebagainya.
b. Bagaimana mulai timbulnya
Umumnya awitan mendadak tetapi dapat juga tanpa awitan yang jelas.
c. Lokasi nyeri, terlokalisir atau menjalar ke tungkai/ jari kaki.
d. Sifat nyeri, tajam, menusuk, pegel, seperti terbakar.
e. Kualitas nyeri.
f. Apakah nyeri yang diderita diawali dengan kegiatan fisik tertentu.
g. Faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
Misalnya pada HNP nyeri akan bertambah bila ada kenaikan tekanan
intratekal atau intrdiskal, seperti pada saat penderita mengejan, bersin,
mengangkat benda dan membungkuk.
h. Apakah ada riwayat trauma sebelumnya.
i. Apakah ada keluarga penderita yang sakit serupa.
2. Pemeriksaan Klinik Umum
a. Inspeksi
Banyak informasi yang diperoleh dari inspeksi punggung, pantat, dan
tungkai, dalam berbagai posisi dan gerakan dengan tujuan evaluasi
neurologik, antara lain :
1. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulasi, pelvis miring atau asimeris, muskulatur paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
2. Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak apakah
ada hambatan dalam melakukan gerakan
3. Pada saat penderita melapas atau mengenakan pakaian, apakah
ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas.
14
4. Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun
berbaring dan bangun dari berbaring.
5. Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,
pembengkakan, dan perubahan warna kulit.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya
skoliosis, gibus dan deformitas yang lain.
3. Pemeriksaan neurologik
a. Pemeriksaan Sensorik
Pada pemeriksaan ini dicari ada atau tidaknya gangguan sensorik.
Dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan diketahui pula
radiks saraf mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan Motorik
Dicari apakah ada tanda kelemahan (paresis), atrofi dan fasikulasi otot.
c. Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Bila ada kelainan pada suatu refleks tendon berarti ada gangguan pada
lengkung refleks.
d. Pemeriksaan Refleks Patologis
1. Tes untuk merenggangkan saraf iskhiadikus, yaitu : Tes Laseque
dan Tes Laseque Silang
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal, yaitu : Tes Valsava dan
Tes Naffziger
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Neurofisiologi
1. Elektromiografi (EMG)
Termasuk EMG jarum, pengukuran kecepatan hantar saraf tepi.
Dengan pemeriksaan EMG dapat ditentukan akar saraf mana yang
terkena dan sejauh mana gangguannya, masih dalam taraf iritasi
atau sudah ada kompresi.
15
2. Somato Sensoric Evoked Potential
Berguna untuk penilaian pasien spinal stenosis atau mielopati.
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Polos
Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Bagaimana kelengkungan tulang pinggang.
b. Apakah ada penyempitan antar badan ruas.
c. Apakah ada tanda-tanda kerusakan tulang.
d. Apakah ada pergeseran dari ruas tulang pinggang.
2. Diskografi
Dilakukan dengan cara penyuntikan diskus dengan media
kontras pada tiga tempat yaitu diskus L3-4, L4-5 dan L5-S1.
3. Computerize Tomography (CT-Scan)
4. Mielografi
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI).
h. Tatalaksana
Penatalaksanaan dalam keadaan akut dilakukan dengan berbagai intervensi
misalnya dengan bedrest, orthoses, pemberian NSAID, muskulo relaksan serta terapi
manual tidak terlalu berperan namun penanganan yang diikuti dengan penanganan
biopsikososial akan memberikan dampak yang jauh lebih efisien. Dalam keadaan
kronik, maka penanganannya mengarah pada rehabilitasi secara multidisiplin baik
dalam penyesuaian perangkat kerja sepihak (ergonomik) maupun terhadap penderita
sendiri. Tujuan utama adalah supaya secepat mungkin penderita bisa kembali bekerja.
Karena nyeri punggung bawah bisa menyangkut nyeri neuropatik atau
nosiseptif maka obat kelompok anti nyeri yang dapat digunakan adalah kelompok
analgesik seperti NSAID (misalnya clecoxib, etodolak, diklofenak, dll.) atau analgesik
(parasetamol, asam mefenamat, dll.) Permasalahan nyeri punggung bawah juga
16
menyangkut masalah biopsikososial maka bagian dari penanggulangannya juga harus
diarahkan pada dasar permasalahan termasuk penggunaan anti depresan (Purba, 2006).
Menurut Asnawi (2003) terapi alternatif dapat digunakan seperti manipulasi
spinal (kiropraksi) dan terapi fisik (akupunktur dan pemijatan). Operasi hanya
dilakukan bila terapi konservatif tidak berhasil atau dengan indikasi HNP, skiatika,
dan spondilolitesis.
2. Nyeri
a. Definisi Nyeri
Menurut Purba (2006) nyeri seperti yang didefinisikan oleh International
Pain Society (IPS) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang dapat diakibatkan oleh faktor mekanik,
kimia, trauma, inflamasi, tumor, iskemik serta proses autoantigen pada persendian di
daerah lumbosakral. Selain itu juga akibat regangan yang terjadi secara intensif pada
proses degenerasi dari diskus di daerah lumbal yang akan memacu sekresi kimiawi
serta beragam mediator yang akan menimbulkan nyeri nosiseptif ataupun nyeri
neuropatik.
b. Mekanisme Nyeri
Secara patofisiologik nyeri dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Nyeri Fisiologik
Nyeri yang sederhana, di mana stimuli berjalan singkat tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan. Tidak memerlukan terapi khusus
2. Nyeri Inflamasi (Nosiseptif)
Stimuli kuat dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan atau inflamasi
jaringan. Jaringan yang mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator
inflamasi seperti prostaglandin dan bradikinin yang akan mensesitasi nosiseptor
dan menjadi nyeri.
3. Nyeri Neuropatik
17
Diketahui bahwa saraf perifer terdiri dari akson somatik dan motorik, akson
otonomik dan saraf aferen somatik sensoris viseral. Kesemuanya ini akan
berkomunikasi ke SSP melalui kornu dorsalis dan ventralis medula spinalis.
Lapisan luar dari saraf perifer yang disebut epineurium berfungsi sebagai
pelindung yang terdiri dari serabut serat bebas, pembungkus kolagen, vaskuler,
lemak, serta nervinervorum. Gangguan pada nervinervorum merupakan
penyebab neuritis yang menyebabkan nyeri neuropatik.
Baik nyeri neuropatik maupun nyeri nosiseptif mempunyai kebersamaan
dalam menimbulkan perubahan pada saraf perifer, yaitu peningkatan eksitasi, dis-
inhibisi baik di kornu dorsalis maupun di jaras supra spinalis (Purba, 2006).
c. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah beratnya nyeri yang dirasakan penderita, merupakan
suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita NPB, walaupun hal ini merupakan
salah satu aspek nyeri yang sulit karena tidak dapat diukur secara pasti. Evaluasi
intensitas nyeri tergantung pada pernyataan pasien dan kemampuan pemeriksa dalam
menilai kepribadian pasien dan status fisiknya, sebab seringkali dijumpai keluhan
subyektif tidak sebanding dengan kelainannya. Pada seseorang dengan kelainan
struktur yang minimal mungkin keluhannya sangat hebat, tetapi sebaliknya pada yang
lain dengan kelainan struktur yang hebat keluhannya sedikit sekali (Loeser, 2001).
d. Pengukuran Intensitas Nyeri
Kesulitan dalam mengukur rasa nyeri disebabkan oleh tingkat subyektivitas
yang tinggi. Selain itu, kesulitan juga berasal dari deskripsi pasien mengenai rasa
nyeri, kebingungan, kesulitan mengingat pengalaman, dan penyangkalan intensitas
nyeri. Pengukuran nyeri sebaiknya dilakukan seobyektif mungkin dan dapat
menggunakan metoda pengukuran yang tepat seperti dengan kuisioner, serta observasi
pola perilaku terkait dengan rasa nyeri (Setiohadi, 2009).
Pengukuran nyeri dilakukan berdasarkan laporan pribadi pasien, atau
kesimpulan yang diambil dokter berdasar perilaku penderita. Pasien dapat
mendeskripsikan nyerinya dengan cara memberikan tingkatan intensitas, memberikan
18
rerata nyeri yang dialaminya secara retrospektif. Nyeri cenderung bervariasi dari
waktu ke waktu dan dengan aktivitas yang berbeda. Informasi yag lebih valid dapat
diperoleh dengan menanyakan tentang peringkat nyeri yang dirasakan saat itu.
Banyak instrumen yang dapat mengukur intensitas nyeri yang diderita
seseorang, ada yang dapat mengukur dimensi nyeri secara lengkap (sensorik, afektif,
dan evaluatif), seperti McGill Pain Questinnaire maupun yang sederhana dengan
menggunakan Visual Analogue Scale (Kambodji, 2003).
Instrumen yang umum digunakan untuk mengukur rasa nyeri secara
subyektif adalah visual analogue scale (VAS), yaitu dengan bertanya kepada pasien
mengenai derajat nyeri yang diwakili dengan angka 0 (tidak ada nyeri) sampai 10
(nyeri sangat hebat). Sesuai dengan kriteria dari Borges et al (2006) derajat rasa nyeri
berdasarkan skala VAS dibagi dalam beberapa kategori yaitu 0,5 – 1,9 derajat sangat
ringan; 2,0 – 2,9 ringan; 3,0 – 4,9 sedang; 5,0 – 6,9 kuat; 7,9 – 9,9 sangat kuat dan 10
sangat kuat sekali (Rachmawati, 2006). Pengukuran nyeri dengan VAS adalah cara
yang paling sering digunakan dan paling sensitif, serta direkomendasikan oleh
American College of Rheumatology dalam penelitian Rheumatologi (Ibrahim, 2000)
3. Disabilitas
a. Definisi Disabilitas
Disabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk terlibat dalam
aktivitas penting yang berguna oleh karena keterbatasan fisik/mental yang dapat
ditentukan secara medis dan dapat berakibat kematian atau telah berlangsung atau
diperkirakan akan berlangsung secara terus menerus dalam kurun waktu tidak kurang
dari 12 bulan. World Health Organization (WHO) memberikan definisi disabilitas
sebagai keadaan terbatasnya kemampuan (disebabkan karena adanya hendaya) untuk
melakukan aktivitas dalam batas-batas yang dianggap normal oleh manusia. Tiga
syarat yang harus dipenuhi untuk mengatakan terdapat disabilitas yaitu durasi waktu,
tidak adanya aktivitas penting yang berguna, dan adanya keterbatasan yang dapat
ditentukan secara medis (Gilbovsky, 2006).
19
Disabilitas merupakan suatu keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari yang dianggap dapat dilakukan oleh
orang normal akibat dari adanya impairment. Secara sederhana disabilitas sama
dengan ketidakmampuan dalam bekerja (Robinson, 2001).
Dalam menentukan disabilitas, beberapa tolak ukur subyektif dan
terkadang tidak akurat harus dipertimbangkan. Faktor nonmedis seperti jenis kelamin,
pelatihan sebelumnya, keahlian, pengalaman, pendidikan, lingkungan sosial,
ketersediaan pekerjaan yang cocok secara lokal/nasional, masalah transportasi dari
dan ke tempat kerja, serta kemampuan bekerja bersama orang lain. Disabilitas juga
dipengaruhi faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan pekerjaan, geografi, dan tipe
pekerjaan. Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan latar belakang permintaaan
kemampuan atau ketidakmampuan secara pasif maupun aktif, juga memperhitungkan
mengenai kemampuan menghasilkan uang, keterbatasan dalam hidup sehari-hari, dan
ketidakmampuan dari status sosioekonomi (Gilbovsky, 2006).
b. Pengukuran Disabilitas
Kebutuhan yang paling penting dalam menetapkan outcome NPB adalah
penilaian terhadap nyeri, keterbatasan fungsi atau disabilitas, kenyamanan, dan
kepuasan dalam terapi (Deyo et. al, 1998). Pengukuran fungsional produktivitas kerja
atau disabilitas sangat penting pada penderita NPB untuk mengevaluasi perjalanan
penyakit maupun kemajuan yang dicapai dalam terapi. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang adekuat dan spesifik (Kambodji, 2003).
Beberapa instrumen mengukur kemampuan penderita untuk masuk ke
dalam aktivitas fungsional seperti berjalan menaiki anak tangga, duduk untuk
sementara waktu, mengangkat beban dengan berat tertentu, melakukan aktivitas
hidup sehari-hari, dan beratnya nyeri pada saat melakukan aktivitas tersebut. Terdapat
berbagai skala penilaian fungsional singkat seperti skala disabilitas Roland Morris,
indeks status fungsional, dan skala disabilitas Oswestry. Pengukuran memakan waktu
tidak lebih dari 5 hingga 10 menit. Instrumen yang digunakan untuk penilaian yang
lebih luas adalah Sickness Impact Profile (SIP), di dalamnya terdapat 120 pertanyaan
20
untuk asesmen kemampuan aktivitas fisik dan gambaran psikologik penderita
(Meliala, 2003)
Roland-Morris Scale (RMS) adalah suatu kuesioner yang digunakan
untuk pengukuran disabilitas fungsional yang difokuskan pada intoleransi aktivitas
yang berhubungan dengan NPB. RMS ini dikembangkan dari SIP (Sickness Impact
Profile) suatu kuesioner disabilitas yang telah digunakan secara luas, RMS lebih
sederhana, cepat, dan mudah digunakan dibandingkan dengan SIP. Bentuk original
dari RMS telah dimodifikasi dan divalidasi menjadi versi yang lebih singkat terdiri
dari 18 pertanyaan (Kuijer, 2006). Pengukuran dapat dilakukan dari waktu ke waktu
serta dapat digunakan untuk keberhasilan suatu terapi (Liebenson, 1999).
Skala disabilitas Oswestry adalah alat yang sangat penting bagi para
peneliti dan evaluator disabilitas dimana instrumen ini digunakan untuk mengukur
pasien dengan disabilitas fungsional permanen. Tes ini dianggap standar ‘emas’ untuk
outcome disabilitas fungsional pada nyeri punggung (Fairbank, 2000). Kuesioner
Oswestry terbukti bermanfaat dan dapat diandalkan sebagai self-assessment penderita
nyeri punggung bawah, kuesioner ini terdiri dari 10 item dengan dengan skala ordinal
yang membutuhkan waktu 3,5 hingga 5 menit untuk mengisinya, dan hanya perlu
waktu 1 menit untuk menghitungnya (Ibrahim, 2000)
Kuesioner terdiri dari 10 pokok pertanyaan mengenai intensitas nyeri,
perawatan diri, mengangkat barang, berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan seks,
kehidupan sosial dan bepergian. Setiap pokok pertanyaan terdiri dari 6 pertanyaan
pilihan mulai dari tingkat terendah dengan skor 0 sampai pada skor tertinggi 5. Skor
yang diberikan pada kuesioner yang telah diisi oleh subjek penelitian yang dinyatakan
dalam persen (%) merupakan hasil bagi antara jumlah nilai jawaban dibagi jumlah
skor tertinggi. Kuesioner Oswestry yang asli dalam bahasa inggris telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kemudian dibandingkan hasil terjemahan
tersebut dengan bentuk aslinya dan setelah dinilai banyak kesepadanannya (Ibrahim,
2000).
21
4. Hubungan Intenitas Nyeri terhadap Disabilitas Penderita NPB
Nyeri dapat menyebabkan impairment dan disabilitas. Impairment adalah
abnormalitas atau hilangnya fungsi anatomik, fisiologik, maupun psikologik. Sedangkan
disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Setiohadi, 2009).
Episode nyeri dan disabilitas pada NPB akut hanya sementara tapi pada NPB kronis
dapat menyebabkan disabilitas yang berat. Mekanisme terjadinya NPB kronis dapat
disebabkan adanya nyeri nosisepif yang persisten, ataupun adanya proses sensitasi sentral
akibat nyeri yang berkepanjangan (Meliala, 1999 cit. Kambodji, 2003).
Banyak faktor yang menyebabkan disabilitas pada penderita NPB, antara lain nyeri
baik intensitas, durasi, dan perluasannya, kurangnya aktivitas fisik dan gerakan lumbal,
faktor psikososial, stress, depresi (terutama pada NPB kronis), serta ketidakpuasan dalam
pekerjaan (Werneke et al. 2001).
Prediktor yang dapat meningkatkan terjadinya disabilitas antara lain, NPB yang
dialami lebih dari 2 tahun, skor disabilitas yang tinggi pada fase akut, dan nyeri yang
diperberat oleh batuk (Robinson, 2001). Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh
Kambodji (2003) menunjukkan bahwa disabilitas dipengaruhi oleh intensitas nyeri, nyeri
yang diperberat oleh batuk, status pengobatan dan hasil pemeriksaan Laseque.
Studi mengenai hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas pada penderita
NPB masih terus dilakukan (Robinson, 2001). Penelitian observasional yang dilakukan
McGorry et al. (2000) pada penderita NPB, menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sinifikan antara intensitas nyeri dengan disabilitas dimana peningkatan nyeri yang
intermitten menyebabkan perubahan pada disabilitas.
22
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Hipotesis
23
Gangguan
pada saraf
(Neurogenik)
Gangguan
organ dalam
(Viserogenik)
Stress dan
depresi
(Psikogenik)
Ganggguan
vaskuler
(Vaskulogenik
Nyeri Punggung Bawah
(NPB)
Disabilitas
aktivitas sehari-hari
Intensitas Nyeri
Riwayat Pengobatan
Kelainan
muskuloskeletal
(Spondilogenik)
Usia
Jenis Kelamin
Jenis Pekerjaan
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara keluhan nyeri
pungung bawah terhadap disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien RSUD
Dr.Moewardi Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan pendekatan
cross sectional. Variabel bebas maupun variabel tergantung dinilai hanya satu kali
saja dan diukur menurut keadaan atau status saat dilakukan observasi.
Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal,
dimana observasi (faktor resiko) dan variabel terikat (efek) dilakukan sekali pada
saat yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta, pada bulan Juli –
Agustus 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita nyeri punggung bawah di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel
Pasien dengan keluhan nyeri pinggang bawah yang terdaftar di bagian
neurologi RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
2. Teknik Sampling
24
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah pencuplikan non
random dengan teknik convenience sampling (incidental sampling).
E. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah akut maupun kronik, jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, dan berusia lebih dari 20-65 tahun.
b. Mau menandatangani surat persetujuan ikut dalam penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan NPB viserogenik dan psikogenik.
b. Pasien menolak ikut dalam penelitian.
c. Pasien kurang lengkap dalam pengisian kuisioner.
E. Estimasi Besar Sampel
Jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian ini
menggunakan rumus untuk menaksir proporsi sebuah populasi dimana
prevalensi pada populasi tidak diketahui, tetapi besarnya populasi pada
penelitian sebelumya diketahui, menurut Bhisma Murti (1997) adalah:
N. Z21-α/2 p.q
d2 (N-1) + Z21-α/2 p.q
60. (1,96)2 0,25
(0,05)2 (58-1) + (1,96)2 0,25
60 . 0,9604
0,0025 . 57 + 0,9604
57,624
1,1029
25
n =
n =
n =
n = 51,95
n = 52
n =
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Besar sampel populasi dari penelitian sebelumnya (berdasar penelitian
pada pasien NPB di RSUD Dr. Moewardi tahun 2008).
Z1-α/2 = Statistik Z (Z=1,96 untuk kepercayaan 95%)
D = Delta, margin of error yang diinginkan (0,05 untuk kepercaayan 95%)
G. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Intensitas nyeri
2. Variabel Terikat : Disabilitas aktivitas sehari-hari
3. Variabel Perancu : Usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan riwayat
pengobatan.
H. Definisi Operasional Variabel
1. Intensitas Nyeri pada LBP
Intensitas nyeri adalah beratnya nyeri yang dirasakan penderita,
merupakan suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita NPB, adanya
NPB ditentukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh dokter
berdasarkan prosedur tetap RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Intensitas nyeri diukur dengan mengguankan VAS (Visual Analogue
Scale) yaitu suatu garis lurus lurus dari 0 sampai 10 cm (100 mm) dimana
angka 0 = tidak nyeri dan angka 10 adalah nyeri yang paling berat yang
pernah dirasakan. Pengukuran dilakukan dengan meminta subyek memberi
tanda titik pada garis yang menggambarkan nyeri yang dialami. Skor
diperoleh dengan mengukur jarak antara titik nol sampai titik yang ditandai
pasien, biasanya dalam millimeter.
Keuntungan VAS adalah sederhana dan cepat untuk mendapatkan
skor, terhindar dari istilah yang tidak tepat dan memberikan kesempatan
26
beberapa titik yang dipilih. Namun diperlukan konsentrasi dan kerjasama
yang baik (Kambodji, 2003).
Skala : Ordinal
2. Disabilitas
Disabilitas merupakan suatu keterbatasan atau ketidakmampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari yang dianggap
akibat dari adanya impairment. Secara sederhana disabilitas sama dengan
ketidakmampuan dalam bekerja (Robinson, 2001).
Skala disabilitas Oswestry merupakan standar ‘emas’ untuk
outcome disabilitas fungsional pada nyeri punggung. Kuesioner ini terdiri
dari 10 pokok pertanyaan mengenai intensitas nyeri, perawatan diri,
mengangkat barang, berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan seks,
kehidupan social dan bepergian. Setiap pokok pertanyaan terdiri dari 6
pertanyaan pilihan mulai dari tingkat terendah dengan skor 0 sampai pada
skor tertinggi 5. Skor yang diberikan pada kuesioner yang telah diisi oleh
subjek penelitian yang dinyatakan dalam persen (%) merupakan hasil bagi
antara jumlah nilai jawaban dibagi jumlah skor tertinggi (Ibrahim, 2000).
Skala : Ordinal
I. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang berisi pertanyaan
yang harus diisi oleh responden. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui status
responden secara lengkap dan terjaga kerahasiaannya. Kuesioner ini berisikan
pernyataan bahwa kesediaan menjadi subjek dalam penelitian tanpa suatu paksaan
dari pihak manapun. Dan bersedia menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.
Tingkatan nyeri akan diukur menggunakan alat VAS. Disabilitas aktivitas
sehari-hari akan diukur menggunakan The Oswestry and Disability Questionnaire.
27
Pembahasan
J. Rancangan Analisis Data
Setelah dilakukan pencuplikan dengan metode convenience sampling
(incidental sampling) dengan cara penyebaran kuisioner ke populasi yang akan
diperiksa akan diperoleh data yang dilanjutkan dengan Chi-Square. Seluruh data
yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode komputerisasi dengan
program SPSS.
K. Skema Penelitian
Pemilihan pasien nyeri punggung bawah
bedasar diagnosis dokter di RSUD
Dr.Moewaedi Surakarta
Memenuhi kriteria inklusi
Wawancara dan pemberian kuisioner
menggunakan VAS dan Oswestry Disability
Questionnaire
Pemasukan data
Analisis data
Hasil analisis data
28
DAFTAR PUSTAKA
Aulina S., 2003. Nyeri Punggung Bawah, Dalam: Anatomi dan Fisiologi NPB, Perdossi.
Bhisma-Murti, 1997. Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi, Gadjah Maja UniversityPress.
Bustan, M N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta: Rineka Cipta.
Borges JBC, Ferreira DLM, Silva MMA, 2006. Pain Intensity and postoperative functional assesment after heart surgery. Braz J Cardiovasc Surg
Dellito, A., 1994. Are measures of function and disability important in low back care, Physical Therapy.
Department of Pain Medicine, 2011. Low Back Pain : Predisposing Factor. http://www.stoppain.org , diakses 6 Juni 2011.
Deyo, 2003. Outcome measures for Low Back Pain Research. A Proposal for Standarized Use, Spine.
Everet.J, 1999. Nyeri Kronis Pengobatan Baru Untuk Memeranginya, Jakarta: Higina.
Fairbank JC, 2000. The Oswestry Disability Index, Spine.
Gilbovsky A, 2006, Impaired and Disabled Patients. In: Legal Medicine, American College of Legal Medicine Textbook Committee, 3rd ed. St.Louis: Mosby.
Harrianto R., Samara D., Tjhin P., 2009. Manual Handling as Risc Factor of Low Back Pain, Jakarta: Universa Medicina.
29
Harsono S., 2007. Nyeri Punggung Bawah, dalam Kapita Selekta Neurologi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hayashi Y., 2004. Classification, Diagnosis, and Treatment of Low Back Pain, Tokyo: JMAJ.
Ibrahim, 2000. Penilaian dan Pengukuran pada Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik, MKS.
Kambodji J., 2003. Pengaruh Intensitas Nyeri Terhadap Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-hari Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis, Suplemen Berkala Neurosains.
Kim D.H., 2005. Epidemiology, Pathophysiology, and Clinical Evaluation of Low Back Pain, In: Low Back Pain.
Kuijer W., 2006. Measuring disability in patients with chronic low back pain: the usefulness of different instruments, University of Groningen.
Lamsudin R., 2001. Manajemen nyeri pinggang bawah berdasarkan Evidence-based Healthcare, Dalam: Simposium Diagnosis dan Manajemen mutakhir nyeri neuroosteomuskular, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Liebenson C., 1999. How do I justify the medical Necissity of my care? Part II: The Roland-Morris Questionnaire, The Chiropractic Resource Organization.
Loeser, JD. 2001. Medical Evaluation of the Patient with Pain. Dalam: Bonica’s Management of Pain Part II, Lippincott Williams & Wilkins.
Mahadewa, T. G. B., 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Tulang Belakang, Jakarta: Sagung Seto.
McGorry, RW, 2000. The relation beween pain intensity, disability, and the episodic nature of chronic and recurrent low back pain, Spine.
Meliala, A., 2003, Nyeri Punggung Bawah, Dalam: Assesmen NPB, Perdossi.
Meliala A., 1999. Uji reliabilitas kuesioner nyeri McGill pada penderita dengan keluhan nyeri di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta: IP Saraf.
30
Ngoerah IG, 2001. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf, Surabaya: Universitas Airlangga.
Purba JS, 2006. Nyeri Punggung Bawah. Studi Epidemiologi, Patofisiologi dan Penanggulangan, Jakarta: Universitas Indonesia.
Purwanto T., 2003. Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis, Perdossi.
Rachmawati MR., 2006. Nyeri Muskuloskeletal dan Hubungannya dengan Kemampuan Fungsional Fisik pada Lanjut Usia, Universa Medicina.
Robinson, JP. 2001. Evaluation of Function and Disabillity. Dalam: Bonica’s Management of Pain Part II. Lippincott Williams Wilkins.
Setiyohadi B., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Universitas Indonesia.
Snell R., 2006. Clinical Anatomy for Medical Students. Lippincott & Wilkins.
Suharto. 2005. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Nyeri Pinggang Bawah Aspesifik Akibat Joint Block Thorakal dan Lumbal, dalam : Cermin Dunia Kedokteran, Makasar : Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan RI..
Thomas, E. 1999. Redicting who develops chronic low back pain in primary care: a prospective study, BMJ.
Tunjung, R., 2009. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah di Puskesmas. http://elearning-po.unp.ac.id/ . Diakses 19 Oktober 2009 .
Werneke, M., Hart, DL., 2001. Centralization phenomenon as a prognostic factor for chronic low back pain, Spine.
WHO Scientific Group, 2003. WHO Technical Report Series 919. The Burden Of Musculoskeletal Conditions at The Start of The New Millenium, WHO Library Cataloguing in Publication Data.
Wirawan RB., 2004, Diagnosis dan Manajemen Nyeri Pinggang. Dalam: Kumpulan makalah Towards Mechanism-Based pain Treatment, the Recent Trends and Current Evidences, Jogjakarta.
31
Yudiyanta A., 2007. Gejala Radikulo Diskogenik sebagai Prediktor Diagnosis Radikulopati Luumbosakral Pada Pasien NPB, Berkala Neurosains.
Lampiran1
Kuesioner Disabilitas Oswestry
Versi Bahasa Indonesia
Kami mengharap anda dapat melengkapi
pertanyaan di bawah ini. Pertanyaan dibawah ini
kami rancang untuk memperoleh keterangan
sehubungan dengan gangguan pada pinggang dan
kaki yang telah anda alami dan mengganggu
kehidupan anda sehari-hari. Anda diminta untuk
menjawab setiap bagian dengan memberi tanda (x)
hanya pada satu kotak saja yang menurut anda erat
hubungannya dengan keadaan anda.
Bagian 1 - Intensitas Nyeri[ ] Saya tidak merasa nyeri pada saat ini [ ] Nyeri yang saya rasakan saat ini ringan [ ] Nyeri yang saya rasakan sedang saja [ ] Nyeri yang saya rasakan agak berat[ ] Nyeri yang saya rasakan sangat berat [ ] Nyeri yang saya rasakan adalah yang terburuk dari yang pernah terjadi
Bagian 2 - Perawatan Pribadi (Mencuci, merias dan lain-lain) [ ] Saya dapat merawat diri saya sendiri secara normal tanpa menimbulkan nyeri [ ] Saya dapat merawat diri saya sendiri secara normal tetapi disertai rasa nyeri[ ] Saya merasa nyeri bila merawat diri saya sendiri, saya menjadi lamban dan hati-hati[ ] Saya memerlukan beberapa bantuan untuk sebagian besar perawatan diri saya[ ] Saya memerlukan bantuan setiap hari bagi setiap segi perawatan diri saya[ ] Saya tidak dapat berpakaian, susah mencuci dan tinggal di tempat tidur
Bagian 3 - Mengangkat [ ] Saya dapat mengangkat beban berat tanpa nyeri yang berarti [ ] Saya dapat mengangkat beban berat namun menimbulkan nyeri [ ] Karena nyeri saya tidak dapat mengangkat benda yang berat dari lantai, tetapi saya dapat melakukannya bila letak benda tersebut mudah dicapai, misalnya di atas meja.[ ] Karena nyeri, saya tidak dapat mengangkat benda yang berat dari lantai, tetapi saya dapat mengangkat benda yang tidak terlalu berat bila letaknya mudah dicapai[ ] Saya hanya dapat mengangkat benda yang tidak terlalu berat bila letaknya mudah dicapai[ ] Saya tidak dapat mengangkat benda apapun
Bagian 4 - Berjalan[ ] Saya dapat berjalan lebih dari 1 mil karena nyeri[ ] Saya tidak dapat berjalan lebih dari 2 kilometer karena nyeri[ ] Saya tidak dapat berjalan lebih dari 1 kilometer karena nyeri[ ] Saya tidak dapat berjalan lebih dari 500 meter karena nyeri[ ] Saya hanya bisa berjalan menggunakan tongkat atau kruk [ ] Saya berada di tempat tidur sebagian besar waktu dan harus merangkak menuju kamar mandi atau WC
Bagian 5 - Duduk [ ] Saya dapat duduk pada setiap kursi kursi selama mungkin sesuka saya [ ] Saya dapat duduk dikursi saya selama mungkin sesuka saya [ ] Karena nyeri, saya tidak dapat duduk lebih dari 1 jam
32
[ ] Karena nyeri, saya tidak dapat duduk lebih dari 1/4 jam[ ] Karena nyeri, saya tidak dapat duduk lebih dari 10 menit [ ] Karena nyeri, saya tidak dapat duduk sama sekali
Bagian 6 - Berdiri[ ] Saya bisa berdiri selama saya inginkan tanpa nyeri yang berat [ ] Saya bisa berdiri selama saya inginkan, menimbulkan nyeri [ ] Saya tidak dapat berdiri selama lebih dari 1 jam [ ] Saya tidak dapat berdiri selama lebih dari 30 menit (1/2 jam)[ ] Saya tidak dapatberdiri lebih dari 10 menit [ ] Saya tidak dapat berdiri sama sekali
Bagian 7 - Tidur [ ] Tidur saya tidak pernah terganggu karena nyeri [ ] Tidur saya jarang terganggu karena nyeri[ ] Karena nyeri saya tidur kurang dari 6 jam [ ] Karena nyeri saya tidur kurang dari 4 jam [ ] Karena nyeri saya tidur kurang dari 2 jam [ ] Karena nyeri saya tidak dapat tidur sama sekali
Bagian 8 – Kehidupan seksual (bila melakukan) [ ] Kehidupan seksual saya normal dan tidak menimbulkan nyeri [ ] Kehidupan seksual saya normal, tetapi menimbulkan sedikit nyeri [ ] Kehidupan seksual saya normal, tetapi lebih nyeri
[ ] Kehidupan seksual saya sangat terbatas karena nyeri [ ] Kehidupan seksual saya hampir tidak ada karena nyeri [ ] Kehidupan seksual saya tidak ada sama sekali karena nyeri
Bagian 9 - Kehidupan sosial [ ] Kehidupan sosial saya normal tidak menimbulkan nyeri berarti[ ] Kehidupan sosial saya normal, tetapi meningkatkan derajat nyeri [ ] Nyeri tidak berpengaruh yang berarti terhadap kehidupan sosial saya selain dari minat yang lebih besar yang memerlukan tenaga misalnya olahraga [ ] Nyeri telah membatasi kegiatan sosial saya dan saya tidak dapat sering keluar rumah[ ] Sakit telah membatasi kegiatan sosial dan dilakukan di rumah saja [ ] Nyeri menyebabkan hilangnya kehidupan sosial saya
Bagian 10 - Bepergian [ ] Saya dapat melakukan perjalanan mana saja tanpa nyeri[ ] Saya dapat melakukan perjalanan di mana saja, menimbulkan nyeri tambahan[ ] Nyeri yang saya rasakan hebat, tetapi saya dapat melakukan perjalanan lebih dari 2 jam[ ] Nyeri memperpendek waktu bepergian saya sehingga kurang dari setengah jam[ ] Nyeri memperpendek waktu bepergian saya yang penting kurang dari 30 menit[ ] Nyeri menyebabkan saya tidak bepergian sama sekali kecuali untuk berobat
33
Lampiran2
Visual Analogue Scale
Nama :_________________________
Jenis Kelamin :_________________________
Usia :_________________________
Pekerjaan :_________________________
Berilah tanda titik tebal pada skala VAS sesuai derajat nyeri yang anda rasakan
(0 = tidak nyeri; 10 = nyeri yang paling berat)
34
Tanpa nyeri Ringan, nyeri, mengganggu
Nyeri, sangat mengganggu
dan merepotkan
Nyeri, menyengsara
kan, menyedihkan
Intens, rasa sakit yang teramat
sangat, mengerikan
Terburuk, tak tertahankan,
sakit luar biasa
Lampiran3
Skoring Indeks Disabilitas Oswestry
Instruksi Penilaian Untuk setiap bagian, skor total 5: jika pernyataan pertama ditandai nilai bagian = 0, jika yang terakhir pernyataan dinilai dengan = 5. Jika semua 10 bagian selesai skor dihitung sebagai berikut: Contoh: 16 (skor total jawaban) 50 (skor total pertanyaan) x 100 = 32% Jika satu bagian yang tidak terjawab atau tidak berlaku skor dihitung: 16 (skor total jawaban) 45 (skor total pertanyaan) x 100 = 35,5% terdeteksi perubahan Minimum (90 keyakinan%): poin 10% (perubahan kurang dari ini mungkin timbul kesalahan dalam pengukuran)
Interpretasi skor 0% sampai 20%: disabilitas minimal: Pasien dapat mengatasi segala aktivitas sehari-hari dengan sangat baik. Biasanya tidak ada pengobatan, ditunjukkan selain dari nasihat tentang mengangkat duduk dan olahraga. 21% -40%: disabilitas sedang: Pasien mengalami rasa sakit dan kesulitan duduk, mengangkat dan berdiri. Perjalanan dan kehidupan sosial yang lebih sulit dan mereka mungkin dinonaktifkan dari pekerjaan. perawatan pribadi, aktivitas seksual dan tidak tidur , dan pasien biasanya diterapi.41% -60%: disabilitas berat: Nyeri tetap menjadi masalah utama dalam kelompok ini, tetapi kegiatan sehari-hari hidup terpengaruh. Pasien-pasien ini memerlukan penyelidikan rinci. 61% -80%: disabilitas sangat berat:
35