K.Vernal

24
PBL-23 KELOMPOK A-7 KONJUNGTIVITIS VERNAL PADA ANAK Nama Kelompok : Budiarto Syaputra Salomon 102009225 Vindi Nazhifa 102009250 Laurensius R.K 102011021 Adinda Elisabeth S 102011057 Rainy Chandanata 102011192 Jessica Gabriana 102011335 Bob Arvianto 102011365 Kirana 102011415 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 1

description

mmmmm

Transcript of K.Vernal

Page 1: K.Vernal

PBL-23

KELOMPOK A-7

KONJUNGTIVITIS VERNAL PADA ANAK

Nama Kelompok :

Budiarto Syaputra Salomon 102009225

Vindi Nazhifa 102009250

Laurensius R.K 102011021

Adinda Elisabeth S 102011057

Rainy Chandanata 102011192

Jessica Gabriana 102011335

Bob Arvianto 102011365

Kirana 102011415

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat

1

Page 2: K.Vernal

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan

bagian dalam kelopak mata.Peradangan tersebut menyebabkantimbulnya berbagai macam

gejala, salah satunya adalah mata merah, Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,

alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.

Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap

noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa danreaksi terlambat sesudah

beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik merupakan reaksi

antibodi humoral terhadap alergen, biasanya dengan riwayat atopi.

Konjungtivitis alergi biasanya mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah,

mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga sering kali dirasakan dihidung.Produksi air mata

juga berlebihan sehingga mata sangat berair begitu juga sesuai dengan kasus yang dibahas

yaitu Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang lebih serius dimana

penyebabnya tidak diketahui. Kondisi paling sering terjadi pada anak laki-laki, khususnya

yang berumur kurang dari 10 tahun yang memiliki eksema,asma, atau alergi musiman.

Konjungtivitis vernal biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan

musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda.

2

Page 3: K.Vernal

I.2 . Rumusan Masalah

1.3. Hipotesis

3

Page 4: K.Vernal

BAB II

Pembahasan

Anamnesis

Adalah suatu wawancara yang dilakukan dokter kepada pasien (auto-anamnesis) atau

terhadap keluarga pasien atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesis harus dilakukan

secara ramah, tenang dan sabar, dalam Susana yang yang rahasia dengan menggunakan

bahasa yang dimengerti oleh pasien. Sebelum melakukan anamnesis, perkenalkan diri

terlebih dahulu kepada pasien dan juga tanyakan nama pasien secara baik dan benar. Buatlah

catatan yang penting selama melakukan anamnesa sebelum dituliskan secara lebih baik

didalam status pasien. Status adalah catatan medik yang memuat semua catatan mengenai

penyakit dan perjalanan penyakit pasien.

Dimulai dengan pertanyaan tentang sifat dan beratnya keluhan yang disampaikan pasien

kepada dokter. ‘kapan dan bagaimana mulanya, bagaimana perjalanannya

(bertambah,berkurang, tetap, terjadi sebentar-sebentar, naik turun), dan bagaimana

frekuensinya’. Akhirnya, selalu tanyakan kemungkinan penyakit lain, pemakaian obat,

penyakit yang lalu, pembedahan,dan tentang keluarga.1

- Biodata/Identitas

Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.

Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi

nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.

- Keluhan utama

Apakah betul ada mata merah,perih,gangguan penglihatan ?

Apakah mengenai satu mata atau kedua mata?

Lama serangan

Pola serangan (mendadak atau berangsur-angsur)

Keadaan sebelum, selama dan setelah kejadian

- Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah ada nyeri bola mata, nyeri kapala, sekret dan sebagainya.

- Riwayat Penyakit Dahulu

4

Page 5: K.Vernal

Pada anak :

sebelum mengalami serangan seperti mata merah ini ditanyakan apakah penderita

pernah mengalami mata merah sebelumnya, umur berapa saat mata merah terjadi terjadi

untuk pertama kali ?

Pada dewasa :

Apakah ada riwayat masalah penglihatn sebelumnya?

Adakah riwayat diabetes melitus?

Adakah riwayat hipertensi?

Adakah riwayat penyakit neurologis?

Pernahkah pasien mengalami terapi mata tertentu (misalnya laser)?

Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan

penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata (misalnya tetes mata

untuk glaucoma)?

- Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat masalah penglihatan turunan dalam keluarga (misalnya glaucoma)?

Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga (misalnya penularan

konjungtivitis infektif)?

Pemeriksaan

Pemeriksaan Umum

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,

nadi, respirasi dan suhu.2

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi mata

Adakah kelainan yang terlihat jelas (misalnya mata merah, asimetri, nistagmus yang jelas

dan ptosis).

Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah bulu mata, dan

kemampuan palpebra untuk menutup sempurna

Apparatus lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar

lakrimalis dan sakus lakrimalis

Konjungtiva dan sclera, dilihat warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus

atau pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan seperti folikel,

5

Page 6: K.Vernal

membran, papil, papil raksasa, pseudomembran, sikatriks, dan simblefaron. Pada

konjungtiva tarsus inferior dicari kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum,

kalazion. Pada konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati warna

sekret, kejernihan, dan volume sekret. Kemudian cari ada tidaknya injeksi

konjungtival, siliar, atau episklera, perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron,

bercak degenerasi, pinguekula, pterigium, dan pseudopterigium.

Kornea, lensa, dan pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat

apakah ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada bayangan

berbentuk bulan sabit pada sisi medial, kemudian dilihat ukuran, bentuk dan

kesimetrisan pupil.

Gerakan ekstraokular, dengan mengikuti gerakan jari pemeriksa yang membentuk

huruf H di udara, lihat apakah ada nistagmus, lid lag, dan tanyakan apakah ada rasa

nyeri saat pergerakan.2

Pada konjungtivitis, hasil pemeriksaan fisik biasanya ditemukan visus yang normal,

hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat, pseudoptosis akibat kelopak mata yang

bengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, psudomembran, granulasi, flikten dan

adenopati preaurikular.

Lakukan tes mata, satu per satu

Gambar 1 : Snellen chart1,2

Lakukan tes ketajaman penglihatan di kedua bola mata, misalnya dengan kartu snellen

untuk penglihatan jauh dan dengan kartu jaeger untuk penglihatan dekat.

Gambar 2: kartu isihara1,2

Lakukan tes penglihatan warna : misalnya dengan menggunakan kartu ishihara.

Lakukan tes lapang pandang dengan tes konfrontasi dan periksa adanya bintik buta.

6

Page 7: K.Vernal

Lakukan tes gerak bola mata : tanyakan mengenai diplopia dan istagmus.

Periksa mata dengan oftalmoskop

Gambar 3 : oftalmoskop1,2

Periksa mata dengan oftalmoskop pada mata adalah bagian vital dari pemeriksaan fisik

lengkap. Pemeriksaan ini bisa menggunakan efek keadaan sistemik seperti hipertensi dan

diabetes melitus, yang menyebakan disfungsi penglihatan seperti atrofi melitus, dan

mengungkapkan keadaan keadaan seperti peningkatan tekanan intrakranial dengan

ditemukannya edema papil.

Optimalkan kondisi untuk pemeriksaan funduskopi. Pasien maupun pemeriksa harus

merasa nyaman. Pemeriksa pasien dalam ruangan gelap dengan oftalmoskop yang bisa

amenghasilkan cahaya terang, dan jika perlu di gunakan zat untuk dilatasi pupil

(kontraiindikasi hanya pada kasus cedera kepala baru yang memerlukan rangkaian

pemeriksaan pupil atau bila ada resiko glaukoma sudut akut).

Minta pasien untuk memusatkan pandangan ke objek yang jauh. Periksa mata kanan

pasien dengan mata kanan anda dan mata kiri pasien dengan mata kiri anda. Mula-mula

periksa dari jarak jauh adakah refleks merah dan jika ada pertimbangkan opasitas lensa

seperti katarak. Kemudian periksa diskus optikus (untuk menilai bantuk, warna, tepi, cup

fisiologis), bagian perifer retina dengan mengikuti pembuluh darah utama ke arah luar

menjauhi diskus (untuk mencari pembuluh darah, perdarahan, eksudat, pigmentasi) dan

terakhir makula.

Adanya edema papil, perdarahan atau eksudat, atau keluhan utamanya hilang penglihatan,

memerlukan penjelasan dari pasien.

Pemeriksaan Penunjang

mengetahui penyebab sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi organism

bakteri atau pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi sel. Dari pulasan Giemsa

ini didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:

Limfosit dan monosit pada infeksi virus

Leukosit PMN pada infeksi bakteri

Eosinofil dan basofil pada alergi

7

Page 8: K.Vernal

Sel epitel dengan badan inklusi pada sitoplasma basofil pada klamidia

Sel raksasa multinuclear pada herpes

Sel Leber – makrofag raksasa oleh trakoma3

Selain itu dapat dilakukan teknik amplifikasi asam nukleat seperti PCR yang sensitive dan

spesifik untuk virus DNA. Kultur virus dan isolasi adalah referensi standar tapi mahal dan

hasilnya lama (beberapa hari-minggu), dan membutuhkan media transport yang spesifik.

Sensitivitas bervariasi tapi spesifisitas sekitar 100%. Dapat juga dilakukan tes

imunokromatografi memerlukan waktu 10 menit untuk mendeteksi antigen adenovirus di air

mata, sensitifitas dan spesifisitasnya baik sekali.

Diagnosis

Working diagnosis (konjutivitis vernal)

Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang (recurrence) yang

khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini jugadikenal sebagai “konjungtivitis

musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau” Sering terdapat pada musim panas di negeri

dengan empat musim, atau sepanjang tahun di negeri tropis (panas).

Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang lebih serius dimana

penyebabnya tidak diketahui. Kondisi paling sering terjadi pada anak laki-laki, khususnya

yang berumur kurang dari 10 tahun yang memiliki eksema, asma, atau alergi musiman.

Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga sering kali

dirasakan dihidung.Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair

Different Diagnosis

Klinik & sitologi Viral Bakteri Vernal

Gatal Minim Minim Hebat

Hiperemia Profuse Sedang Sedang

Eksudasi Minim Menguncur Minim

Adenopati preurikular Lazim Jarang Tidak ada

Pewarnaan kerokan & Monosit Bakteri, PMN Eosinofil

8

Page 9: K.Vernal

eksudat

Sakit tenggorokan Kadang Kadang Tak pernah

Lakrimasi ++ + +

Tabel 1. Different Diagnosis Konjutivitis Vernal dengan Konjuctivitis lainnya

Gambar 4 : konjungtivitis bakteri

Gambar 5 : konjungtivitis virus

Etiologi

Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata,

sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang kuat alergi4.

Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi seperti berikut:

1. Tipe I : Reaksi Anafilaksis disini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan

antibodi, dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast  atau sel basofil dengan akibat

terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat.

2. Tipe II : reaksi sitotoksik Di sini antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi dalam hal

ini IgE dan IgM dengan adanya komplemen akan diberikan dengan antigen, sehingga

dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. Reaksi ini merupakan reaksi yang cepat.

Reaksi allografi dan ulkus Mooren merupakan reaksi jenis ini.

3. Tipe III : reaksi imun kompleks Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan

komplemen membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan

neurotrophichemotactic factor  yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau

9

Page 10: K.Vernal

kerusakan lokal, Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil.

Pengejawantahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena

bakteri.(stafilokok, pseudomonas) dan jamur. Reaksi demikian juga terjadi pada

keratitis Herpes simpleks.

4. Tipe IV : Reaksi tipe lambat,pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang

berperan adalah antibodi(imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang berperan

adalah limfosit T ataudikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka (sensitized T

lymphocyte)bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator

(limfokin) yang jumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keraton- jungtivitis

flikten, keratitis Herpes simpleks dan keratitis diskiformis.

Epidemiologi

Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% - 0,5% pasien dengan

masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia,

Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika

Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman).

Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan). Pada Penelitian

bahwa 65% pasien yang menderita konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak

keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan (misalnya asma,hay fever, iritasi kulit

turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya

ditemukan pada pasien itu sendiri.

Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk

pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa dinamakan

konjungtivitis ”vernal” (atau musim semi). Di belahan bumi selatan penyakit ini lebih

menyerang pada musim gugur dan musim dingin.Akan tetapi, banyak pasien mengalami

gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti

sepanjang tahun5.

Manifestasi Klinik

gberair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang

masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas

penderita sehingga menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas normal.

Terdapat dua bentuk klinik, yaitu :

10

Page 11: K.Vernal

• Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan

papil yang besar (cobble stone) yang diliputi sekret yang mukoid.Konjungtiva tarsal bawah

hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara

klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yangrata

dan dengan kapiler ditengahnya.

Gambar 6 Bentuk Palpebra dan Limbal

Bentuk limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapatmembentuk

jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot  yang merupakan degenerasi

epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus,

dengan sedikit eosinofil.

Patofisiologi

Konjungtiva merupakan lapisan mukosa yang melapisi permukaan palpebra bagian dalam

dan sclera. Lapisan konjungtiva dari luar ke dalam adalah:

Epitel konjungtiva, terdiri dari epitel superficial yang mengandung sel goblet yang

menghasilkan musin yang menyusun lapisan terdalam dari air mata, dan epitel basal.

Stroma konjungtiva, terdiri dari lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid,

dan lapisan fibrosa yang terdiri dari jaringan ikat, yang di atas tarsus jaringan ini

padat dan di tempat lain jaringan ini longgar.

Kelenjar pada konjungtiva terdiri atas kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring yang

menyerupai kelenjar air mata. Pembuluh darah pada konjungtiva berasal dari a.siliaris

posterior dan a.palpebralis. Pembuluh darah yang memperdarahi konjungtiva adalah

a.konjungtiva posterior dan a.siliar anterior. Syaraf pada palpebra berasal dari n.oftalmikus

(cabang n.trigeminus). Pembuluh limfe palpebra sangat banyak.9

11

Page 12: K.Vernal

Infeksi konjungtivitis terjadi karena turunnya daya tahan tubuh hospes dan adanya

kontaminasi eksternal

Setelah masa inkubasi yang kurang lebih antara 5-12 hari, penyakit akan memasuki fase akut.

Baik infeksi bakteri atau virus menginisiasi kaskade inflamasi leukosit atau limfositik yang

menarik sel darah merah dan sel darah putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai

permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana melalui kapiler yang telah berdilatasi dan

sangat permeabel. Tanda-tanda inflamasi pada konjungtivitis antara lain:

Hiperemia dan injeksi konjungtiva: karena pelebaran a.konjungtiva posterior, dari

bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva

bulbi digerakkan. Warna merah cerah mengindikasikan konjungtivitis bakterialis dan

warna merah muda mengindikasikan konjungtivitis alergik. Hiperemia tanpa infiltrasi

selular mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik, seperti angin, sinar matahari,

asap, dll., tetapi kadang-kadang dapat terjadi dengan penyakit yang berkaitan dengan

instabilitas vascular seperti acne rosacea.

Lakrimasi: air mata yang keluar berlebihan sebagai hasil dari sensasi adanya benda

asing, rasa terbakar, dan gatal.3,5

Sekret: sekret mukopurulen, purulen, dan hiperpurulen pada infeksi bakteri, air dan

serous pada infeksi virus. Pada infeksi bakteri atau klamidia, palpebra biasanya sulit

dibuka karena sekret yang lengket.1

Pseudoptosis : terjadi akibat kelopak yang membengkak, biasa terdapat pada trakoma

dan keratokonjungtivitis epidemik.

Hipertrofi papil: merupakan reaksi konjungtiva non spesifik yang terjadi karena

konjungtiva terikat ke dasar tarsus atau limbus oleh fibril-fibril. Ketika seberkas

pembuluh darah yang membentuk substansi papilla (bersama-sama dengan unsur-

unsur selular dan eksudat) mencapai membran dasar epithelium, bercabang-cabang

dari papilla seperti jari-jari dalam kerangka paying. Eksudat dari proses inflamasi

berakumulasi diantara fibril-fibril, menumpuk di konjungtiva menjadi timbunan. Pada

penyakit nekrosis seperti trakoma, eksudat dapat diganti oleh jaringan granulasi atau

jaringan ikat. Papil yang merah mengindikasikan infeksi klamidia atau bakteri. Papil

raksasa yang disebut juga papil cobblestone biasa terdapat pada keratokonjungtivitis

kernel karena gambarannya yang padat, permukaannya rata, polygonal, dan warnanya

merah muda. Jika terdapat pada tarsus superior, keratokonjungtivitis vernal dan

konjungtivitis papil raksasa diasosiasikan dengan senstitivitas akibat pemakaian lensa

kontak, sedangkan pada tarsus inferior dicurigai keratokonjungtivitis atopic.

12

Page 13: K.Vernal

Kemosis: edema konjungtiva mata, sangat memperkuat konjungtivitis akut alergik

tapi dapat terjadi juga pada infeksi akut gonokokal atau mengingokokal dan

khususnya pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis pada konjungtiva bulbi terlihat

pada pasien dengan trichinosis.

Folikel: folikel terdiri dari hyperplasia limfoid fokal di dalam lapisan limfoid

konjungtiva dan biasanya mengandung inti germinal. Secara klinis, folikel bentuknya

bulat, avaskular dengan struktur putih atau abu-abu. Folikel paling banyak terlihat

pada kasus konjungtivitis viral, pada semua kasus konjungtivitis klamidia kecuali

konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan

beberapa kasus konjungtivitis toksik karena pengobatan topikal seperti idoxuridine,

dipivefrin, dan miotikum. Folikel pada fornix inferior dan pada tepi tarsus mempunyai

nilai diagnostic yang terbatas, tapi ketika folikel terdapat pada tarsus, khususnya

tarsus superior, konjungtivitis klamidia, viral, atau toksik harus dicurigai.

Pseudomembran dan membran: merupakan hasil dari proses eksudatif.

Pseudomembran merupakan bekuan di permukaan epithel, dan ketika diangkat, epitel

tetap intak. Membran merupakan bekuan di seluruh epitel, dan jika diangkat akan

terjadi perdarahan. Pseudomembran dan membran dapat bersama-sama dengan

keratokonjungtivitis epidemik, konjungtivitis herpes simpleks primer, diftheri,

cicatricial pemphigoid, dan eritema multiforme mayor. Dapat juga terjadi pada

chemical burns, khususnya alkali burns.

Granuloma: selalu mengenai stroma dan paling sering akibat kalazion. Penyebab

lainnya yaitu sarcoidosis, sifilis, cat-scratch disease dan jarangnya

koksidioidomikosis. Sindrom okuloglandular Parinaud termasuk granuloma

konjungtiva dan limfadenopati preaurikular yang mencolok, dan penyakit ini

membutuhkan biopsi untuk menegakkan diagnosis.3,5

Flikten: merupakan tonjolan berupa serbukan sel-sel radang kronik di bawah epitel

konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel

mengalami nekrosis. Warna flikten keputih-putihan, padat dengan permukaan yang

tidak rata. Di sekitarnya diikuti pembuluh-pembuluh darah. Flikten umumnya kecil,

tetapi sering pula lebih besar dari 1 mm. Di atas flikten tidak terdapat pembuluh

darah. Flikten paling sering didapatkan di limbus.5

Adenopati preaurikular: merupakan tanda penting konjungtivitis. Terlihatnya

pembesaran kelenjar limfe preaurikular terdapat pada sindrom okuloglandular

Parinaud, dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemik. Nodus limfe preaurikular

13

Page 14: K.Vernal

yang besar atau kecil dan sedikit lunak tedapat pada konjungtivitis herpes simpleks

primer, keratokonjungtivitis epidemik, konjungtivitis inklusi, dan trakoma. Nodus

limfe preaurikuler yang kecil tapi tidak lunak terdapat pada demam

faringokonjungtivitis dan konjungtivitis hemoragik akut. Kadang-kadang,

limfadenopati preaurikular dapat dilihat pada anak-anak dengan infeksi kelenjar

meibom.

Penatalaksanaan

Farmakologi

- Natrium kromoglikat 2% topikal dapat diberikan 4 kali sehari untuk mencegah

degranulasi sel mast.

- Anti histamin dan steroid sistemik dapat diberikan pada kasus yang berat.

- Cromolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai

berat. Bila tidak ada hasil dapat diberikan radiasi, atau dilakukan pengangkatan

giant papil.

- Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder disertai dengan

sikloplegik.

- Anti-radang non-steroid yang lebih baru, seperti kerolac dan iodoxamine, cukup

bermanfaat mengurangi gejala.

Non Farmakologi.

- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan,

karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-

mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada

akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.

- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter

- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari.

- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan

alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena

lensa kontak akan membantu retensi allergen

- Kompres dingin di daerah mata

- Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi

protektif karena membantu menghalau allergen

14

Page 15: K.Vernal

- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai

climato-therapy.

Pencegahan

Tindakan preventif yang penting adalah menjaga kebersihan untuk mencegah penularan

penyakit ini, antara lain:

Cuci tangan sesering mungkin. Jangan menyentuh atau menggosok mata.

Jangan menggunakan handuk/waslap/selimut bersana-sama dengan orang lain.

Hindari berenang di kolam renang jika sedang menderita konjungtivitis

Jangan pernah menggunakan obat mata yang diresepkan untuk orang lain.

Jangan menggunakan lensa kontak selama gejala masih ada

Komplikasi

Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral

atau parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan

sikatriks yang ringan.Penyakit ini juga dapat menyebabkan penglihatan

menurun.Kadang-kadang didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh

permukaan kornea.Perjalanan penyakitnya sangat menahun dan

berulang, sering menimbulkan kekambuhan terutama di musim panas6.

Prognosis

Kondisi ini dapat terus berlanjut dari waktu ke waktu, dan semakin

memburuk selama musim-musim tertentu apabila tidak ditangani secara

tepat, Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati

KESIMPULAN

Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan

berulang(recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi.

Penyakit ini jugadikenal sebagai “konjungtivitis musiman” atau

“konjungtivitis musim kemarau”.

Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang

mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga

yangkuat alergi. Terdapat dua bentuk penyakit ini, yaitu: palpebral dan

15

Page 16: K.Vernal

limbal, yang perbedaan utamanya terletak pada lokasi. Bentuk palpebra,

terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan

papil yang besar (cobble stone)yang diliputi sekret yang mukoid. Bentuk

limbal, hipertrofi papil pada limbussuperior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastik gelatin, denganTrantas dot yang merupakan

degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea,

terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.Pada eksudat konjungtiva

yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan granula

eosinofilik bebas. Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea

superfisial sentral atau parasentral, yang dapat diikuti

dengan pembentukan jaringan sikatriks yang ringan.Juga kadang-kadang

didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan

kornea.Perjalanan penyakitnya sangat menahun, bertahun-tahun.Penyakit

ini sering menimbulkan kekambuhan terutama di musim panas.Penyakit

ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati.Dapat diberi obat kompres

dingin, natrium karbonat dan obat vasokonstriktor.Kelainan kornea dan

konjungtiva dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal.Bila terdapat

tukak maka diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai

dengan sikloplegik.Lebih baik penderita pindah ke tempat beriklim sejuk

dan lembab.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S., Yulianti, S.R. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Cetakan ke-1. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI; 2006.h.35-6, 109-48.

2. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-

8. Jakarta; EGC; 2009.h.147-57.

3. Riordan-Eva, P., Whitches, J.P. [editor]. Vaughan & asbury’s oftalmologi umum

[terjemahan]. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2009.h.97-124.

4. Kanski, J.J., Bowling, B. Clinical ophthalmology: a systematic approach [e-book].

Edisi ke-7. China: Elsevier Saunders; 2011.

5. Ilyas, S., Mailangkay, H.H.B.,Taim, H., Saman, R.R., Simarmata, K, Widodo, P.S.

[editor]. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta:

CV Sagung Seto; 2002.h.91-106.

16

Page 17: K.Vernal

6. Morosidi, S.A., Paliyama, M.F. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK Ukrida; 2011.h.14

17