Kutu (myzuspersicae)
-
Upload
kholis-thewe -
Category
Documents
-
view
40 -
download
11
Transcript of Kutu (myzuspersicae)
KEPADATAN POPULASI KUTU DAUN (Myzus persicae) DAN PREDATORNYA (Monoshillus sexmaculata) PADA TANAMAN CABE (Capsicum annum)
DI KECAMATAN KOTOPARIK GADANG DIATEH KABUPATEN SOLOK SELATAN
Oleh:
Dafrinal, Rina Widiana, Armein Lusi
Program Sutudi Pendidikan Biologi dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat
_____________________________________________________ _______________________
ABSTRACT
Chili is a herbaceous plant of the family eggplant (Solanaceae) which has the scientific name Capsicum annuum L. Chili has a lot of nutrients and vitamins, such as calories, protein, fat, carbohydrates, calcium, Vitamin A, Vitamin B1 and Vitamin C. Besides being used for domestic purposes, peppers can also be used for industrial purposes such as, industry-seasoning, food and medicine or herbal. Efforts to increase the production of chili still have problems due to pest aphids (Myzus persicae). Aphids reproduce in two ways: with and without marriage or their eggs can develop into young without fertilization (Partegonesis). This pest's life cycle ranges from 7-10 days. These pests attack plants by sucking liquid chili leaves, shoots, flower stalks or other plant parts, so that the leaves become mottled yellow (chlorotic) and eventually fall so chili production declined. This insect will be clustered so as to cover part of the plant. Of control this pest than by using insecticides as well as biological control by predators. Predator beetles are found is the javelin (Menochillus sexmaculata). Has done research on leaf Mite Population Density (Myzus persicae) and the predatory beetle javelin (Menochillus sexmaculata) At Chilli plants. This study was conducted using a descriptive survey in April 2012, from the results, the population density of aphids Myzus persicae with an average of 64.4 people per stick plant predatory beetles and javelin Menochillus sexmaculata with an average of 2.4 individuals per stick plant.
Key word: Density, Population, Myzus persicae; Menochillus sexmaculata, Chili PENDAHULUAN
Cabe merupakan tanaman perdu dari
famili terong-terongan (Solanaceae) dengan
nama ilmiah Capsicum annum L. Cabe
berasal dari benua Amerika, tepatnya daerah
Peru dan menyebar ke Negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara
Indonesia. Tanaman cabe memiliki variasi
tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Di
perkirakan sekitar 20 spesies tanaman cabe.
Sebagian besar hidup di negara asalnya.
Masyarakat umumnya hanya mengenal
beberapa jenis saja, yakni Cabe Besar, Cabe
Keriting, Cabe Rawit dan Paprika. Cabe
memiliki banyak kandungan gizi dan
vitamin, seperti kalori, Protein, Lemak,
Karbohidrat, Kalsium, Vitamin A, Vitamin
B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk
keperluan rumah tangga, Cabe juga dapat
digunakan untuk keperluan industri seperti,
indusri bumbu masakan, industri makanan
dan industri obat-obatan atau jamu
(Tjahjadi, 1992).
Permasalahan yang ada pada
tanaman cabe merah, tidak hanya terbatas
pada masalah budidaya saja, tetapi
bagaimana petani mengatasi berbagai
macam persoalan tentang cabe yang
ditanam. Permasalahan yang umum
ditemukan pada tanaman cabe adalah
bagaimana mengatasi hama dan penyakit
tanaman cabe merah (Setiadi, 2002). Salah
satu hama yang menyerang pertanaman cabe
merah adalah kutu daun (Myzus persicae)
atau sering disebut Aphid. Hama ini
memakan segala jenis tanaman (Polifag).
Lebih dari 100 jenis tanaman inang,
termasuk tenaman cabe. Myzus persicae
sangat cepat berkembangbiak karena sistem
perkembanganbiakannya tanpa kawin
(Partenogenesis) telurnya menetas dalam
tubuh (Ovovivipar dan Vivipar). Myzus
persicae dewasa dapat mempunya
keturunan sampai lebih 50 ekor (Pracaya,
2003).
Hama ini menyerang tanaman cabai
dengan cara menghisap cairan daun, pucuk,
tangkai bunga atau pun bagian tanaman lain,
sehingga daun menjadi belang-belang
kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok
sehingga produksi cabe menurun. Serangga
ini akan bergerombol sehingga mampu
menutupi bagian tanaman tersebut. Serangga
kutu daun terjadinya pada awal musim
kemarau, yaitu pada saat udara kering dan
suhu tinggi (Setiadi, 1993). Serangan kutu
daun dapat menyebabkan daun keriting,
pucuk berkerut dan melingkar sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu. Kutu daun
sering mengeluarkan cairan yang manis
seperti madu, ini menyebabkan datangnya
semut untuk menyerbu cairan yang manis
tersebut dan bersamaan dengan ini akan
datang juga sejenis jamur atau cendawan
yang berwarna kehitaman yang sering
disebut juga sebagai cendawan jelaga.
Pada serangan berat, selain tanaman
keriting, daun-daun menjadi berwarna hitam
karena tertutup lapisan cendawan jelaga,
selanjutnya tanaman mati (Setiadi, 2002).
Pengendalian kutu daun dengan penggunaan
insektisida sudah dapat dilakukan sampai
ambang pengendalian. Hal itu digunakan
dengan usaha penyesuaian diri dengan
lingkungkungan dan usaha memperoleh
makanan serta produksi yang cepat. Aphid
merupakan serangga hama yang bersifat
partegonesis (tanpa kawin). Artinya telur
berkembang dalam tubuh dan setelah
menetas (nimpa) baru keluar dari tubuh,
nimpa menjadi dewasa dalam waktu kurang
satu minggu dan menghasilkan keturunan
baru menjadi individu baru (Anominus
1994).
Dalam sistem pengendalian hama
terpadu, predator merupakan salah satu
komponen biologi yang mempunyai peran
penting. Predator merupakan komponen dari
musuh alami yang berperan sebagai
pengendalian hayati (Mangoendiharjo dan
Mahrub, 1983).
Salah satu predator Myzus persicae
adalah Menochillus sexmaculata yang
umumnya dijumpai di dataran rendah.
Tubuh berukuran 3,00- 3,50, bulat berwarna
bervariasi merah sampai kuning. Kepala
kecil tersembunyi dibawah pronotum,
pronotum berwarna kuning tua dengan dua
pita hitam melingkar kearah sisi elytra.
Elytra berwarna kuning dengan pita hitam
pada elyptra di belakangnya, ada pita hitam
bengkok serta sebuah totol hitam di
posterior elytra. Menochillus sexmaculata
mengalami metamarfosis sempurna, siklus
hidup kumbang ini tidak lebih dari tiga
minggu (Amir, 2002). Makanan utama
kumbang ini adalah kutu daun, dan juga
memakan serangga lain, seperti telur, nimpa
dan dewasa dari wereng, larva kumbang
daun (Chrisomelidae), telur dan lava
kumbang Coccinelidae yang berukuran kecil
(Amir, 2002).
Berdasarkan uraian diatas, maka
telah dilakukan penelitian tentang
Kepadatan Populasi Kutu Daun (Myzus
persicae) dan Predatornya (Monochillus
sexmaculata) pada Tanaman Cabe
(Capsicum annum L.) di Kecamatan
Kotoparik Gadang Diateh Kabupaten Solok
Selatan.
BAHAN DAN METODE
Alat yang dipakai pada penelitian
ini adalah kain kasa, Petridis, obyek gelas,
palstik putih, kamera, botol koleksi, kuas
kecil, pingset, kertas label, pancang kayu,
seloptip, thermometer Hg, loupe, dan alat-
alat tulis, sedangkan bahan yang digunakan
adalah formalin 4 %, insektisida (Decis) 2,5
EC, Kutu daun (Myzus persicae) dan
predatornya Monochillus sexmaculata.
Penelitian ini mengunakan metode
survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi
langsung. Pengambilan Myzus persicae
dilakukan langsung dilokasi penelitian.
Pengambilan sampel di lapangan dilakukan
pada tanaman cabe yang mulai berbunga
umur 2 bulan setelah tanam, pengambilan
sampel dilakukan satu kali seminggu selama
tiga minggu. jumlah total tanaman sampel
120 batang. Satu kali pengambilan 40
batang, 4 batang perbedeng (10 bedeng
perpengambilan). Penentuan 10 bedeng dari
30 bedeng dengan cara interval 2 bedeng.
Penelitian dengan mengunakan teknik
Chemical Knok Down dengan insektisida
Decis 2,5 EC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang kepadatan
populasi kutu daun (Myzus persicae) dan
predatornya kumbang lembing (Menochillus
sexmaculata) pada tanaman cabe (Capsicum
annum L.) di Jorong Batang Limpaung
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh
Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat pada
Gambar 3 dan 4.
Gambar 3: Histogram Kepadatan Populasi Kutu Daun (Myzus persicae)
Gambar 4: Histogram Kepadatan Populasi Menochillus sexmaculata
Tabel 1. Kepadatan populasi Myzus persicae pada tanaman cabe pada umur 2 bulan di Jorong Batang Limpaung Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan.
Betuk Stadia
Myzus persicae
Pengambilan MingguTotal
I II III
A. Nympa
(idividu) 2554 1433 771 4758
B. Imago
(individu) 1742 814 414 2970
Jumlah (individu) 4296 2247 1185 7728
Kepadatan
(individu/tanaman) 107,4 56,175 29,625 64,4
Tabel 2. Kepadatan populasi Menochillus sexmaculata pada tanaman cabe pada umur 2 bulan di Jorong Batang Limpaung Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan.
Menochillus sexmaculata
Pengambilan
Minggu Total
I II III
Imago (individu) 148 84 56 288
Kepadatan
(individu/tanaman) 3,7 2.1 1.4 2,4
0
10
20
30
40
50
60
70
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
63.85
36.025
19.27
43.55
20
10.35
Kepa
data
n M
yzus
per
sica
e (in
divi
du/p
erta
nam
an)
Nympa Myzus persicae
Imago Myzus persicae
0
1
2
3
4
Minggu1
Minggu2
minggu 3
3,7
2,11,4
Kepa
data
n M
enoc
hillu
s se
xmac
ulat
a (in
divi
du/t
anam
an)
Imago Menochillus sexmaculata
Tabel 3. Rata-rata Suhu dan kelembaban lingkungan tempat pengambilan sampel
Prameter Pengambilan /
minggu I, II, III
Suhu 25,70 C
Kelembaban 82 %
Kepadatan populasi Myzus persicae
pada tanaman cabe umur 2 bulan
keseleuruhannya didapat 64,4
individu/tanaman. Kepedatan populasi kutu
daun ini relatif tinggi dan sudah diatas
ambang pengandalian. Menurut Hidayat
(2004) apabila serangan hama sudah
menurunkan kualitas dan produksi cabe
sebesar 45-60 %, maka serangan hama ini
sudah melewati ambang pengendalian. Dari
pengamatan yang dilakukan jumlah hama ini
masih belum bisa ditekan populasinya oleh
musuh alaminya, karena kepadatan populasi
kutu daun Myzus persicae dengan
predatornya Menochillus sexmaculata masih
berimbang. Untuk mengurangi kepadatan
populasi kutu daun Myzus persicae secara
biologis, maka populasi predataornya
(Menochillus sexmaculata) harus tinggi.
Kepadatan Myzus persicae stadium
nimpa lebih tinggi dari stadium imago dan
berbeda antara pengambilan I, II maupun III.
Hal ini diduga karena waktu pengambilan
sampel masih terjadi perkembangbiakan
karena siklus hidup Myzus persicae hanya 7-
10 hari serta perkembangbiakannya juga
secara parthegonesis dan seekor kutu daun
dapat mengasilkan keturunan 50 ekor
(Pracaya, 2003).
Tingginya kepadatan populasi Myzus
persicae pada tanaman cabe di Kecamatan
Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok
Selatan, disebabkan karena dilokasi
penelitian pada penanaman cabe tidak
serentak dan hal ini akan memudahkan
hama berpidah dari suatu tanaman
ketanaman yang lain (Prajnata, 2000).
Selain faktor makanan, kepadatan populasi
kutu daun Myzus persicae pada tanaman
cabe juga didukungi oleh suhu di lapangan,
yaitu 250 C. Suhu optimum untuk hidup
Myzus persicae adalah 25O-30O C
(Kalsoven, 1981).
Kepadatan populasi Myzus persicae
yang didapat pada tanaman cabe umur 2
bulan pada pengambilan minggu pertama
relatif tinggi sebanyak 107,4 individu
/tanaman. Relatif tingginya kepadatan
Myzus persicae pada pengambilan minggu
pertama kemungkinan makanan yang
tersedia cukup banyak, yaitu berupa daun
tanaman cabe yang masih muda dan lunak.
Jumar (2000) menyatakan jika makanan
tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang
cukup maka populasi serangga akan naik
dengan cepat.
Pada pengambilan minggu kedua
Myzus persicae didapatkan 56,175
individu/tanaman kepadatan Myzus persicae
yang didapat sudah mulai berkurang, ini
disebabkan karena ketersediaan makanan
sudah mulai berkurang, seiring dengan
pertumbuhan tanaman cabe, daun tanaman
cabe sudah mulai mengeras dan tunas-tunas
sudah mulai berkurang, sehingga tidak lagi
mendukung ketersediaan makanan bagi
hama.
Selain itu rendahnya kepadatan hama
pada minggu ke 2 juga disebabkan karena
tanaman cabe diguyur hujan berturut-turut
selama 3 hari sebelum pengambilan sampel
kedua sehingga populasi Myzus persicae
jadi berkurang. Menurut (Krebs, 1985)
hujan yang lebat secara fisik akan menekan
populasi serangga, curah hujan juga
memberikan efek secara tidak langsung
terhadap kelembaban suatu lahan dan
kelembaban di udara.
Pada pengambilan sampel minggu
ketiga didapatkan kepadatan Myzus persicae
29,625 individu/tanaman dan jumlah ini
semakin berkurang dibandingkan
pengambilan I dan II. Rendahnya kepadatan
Myzus persicae pada minggu III,
disebabkan karena kandungan N daun sudah
mulai kurang karena daun sudah semakin
tua dan keras sehingga kualitas nutrisi yang
didapat kutu daun (Myzus persicae) sudah
menurun. Menurut Auclair (1963) dan Diton
(1985) pada tanaman tua kandungan
nitrogen dan gula sudah mulai berkurang.
Pada minggu pertama populasi
Menochillus sexmaculata didapatkan 3,7
individu/tanaman. hal ini diduga karena
banyaknya makan atau hama yang
ditemukan di tanaman cabe. Musuh alami
sebagai pengatur dan pengendali utama
populasi hama. Pendapat ini didasarkan sifat
musuh alami pada umumnya, yaitu sebagai
pemangsa dan populasinya akan meningkat
jika populasi mangsa juga meningkat. Manti
dan Nurdin (2004) menyatakan bahwa
hubungan antara hama dan musuh alami
dialam sangat erat dan saling
mempengaruhi.
Pada minggu kedua kepadatan
Menochillus sexmaculata didapatkan
menurun, yaitu 2,1 individu/tanaman. Hal
ini diduga karena makanan sudah mulai
berkurang atau populasi hama yang menjadi
mangsanya juga sudah mulai berkurang.
Pada minggu ketiga kepadatan
Menochillus sexmaculata didapat 1,4
individu/tanaman lebih rendah dibandingkan
minggu I dan II. Hal ini disebabkan karena
makanan sudah semakin berkurang
sehingga Menochillus sexmaculata terbang
ke tanaman lain untuk mencari makan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan kepadatan
Myzus persicae pada tanaman cabe di
Jorong Batang Limpaung Kecamatan
Kotoparik Gadang Diateh Kabupaten Solok
Selatan adalah 64,4 individu/tanaman dan
kepadatan predatonya (Menochillus
sexmaculata) 2,4 individu/tanaman.
Kepadatan Myzus persicae yang ditemukan
sudah melewati ambang kendali hama.
DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2002. Kumbang lembing Pemangsa Coccineliadae di Indonesia.Bogor. Biodiversity Conservatioan Project.
Anominus. 1994. Pedoman Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Holtikultra. Jakarta.Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan.
Auclair, J. L. 1963. Aphid’s fedding and nutrition. Ann. Rev. Entomology.
Hidayat, I. M., Sulastrini, I., Kusandriani, Y. dan Permadi, A. H., 2004. Lesio Sebagai Komponen Tanggap Buah 20 Galur dan atau Varietas Cabai Terhadap Inokulasi Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Jurnal Hortikultura Vol. 14 No. 3. 2004:161-162.
Jumar. 2000. Etomology Pertanian. Jakarta. Rineka Cipta.
Krebs. 1985: Hama tanaman, http://ekologi-hutan.blogspot.com/2010/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html (19 September 2012)
Mau. F. L. Ronald and Jaima L. Martin Kessing: Myzus persicae Sulzer http://www. Extento. Hawai. Edu/ Kbase/Crop/Type/ myzus. Htm (15 Juni 2011).
Mangoendiharjo, S. dan Edi Mahrub. 1983. Pengendalian Hama Hayati Jurusan Ilmu Hama Tumbuhan. Yoyakarta. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Pracaya. 2003. Hama Penyakit Tanaman.Jakarta. Penebar Swadaya,
Prajnata, F 2003. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Jakarta. Penebar Swadaya,
Setiadi. 2002. Bertanam Cabei. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tjahjadi, N. 1992. Hama dan Penyakit tanaman. Yogyakarta. Kanisius.