Kutipan Cerpen Ibu

3
Kutipan Cerpen “Rohhhhhhhhhh! Bangun!!!!!!” Roh dan kawan-kawannya bangun berbarengan. Mereka terkejut. Tetapi Roh bukannya minta maaf. Ia memegang tangan Nyonya dan berkata sambil mencucurkan air mata. “Nyonya, Nyonya terima kasih Nyonya, terima kasih Nyonya.” Ucapan terima kasih itu begitu spontan dan tulus. Nyonya majikan yang dasarnya gampang terharu, lumer marahnya. Ia langsung terharu dan memaafkan. Dengan sabar kemudia ia memerintahkan Roh dan kawan-kawannya untuk segera membereskan rumah, sebelum Tuan keburu pulang. Ia juga tidak menyinggung soal vas bunga yang pecah dan isi kulkas yang ludes. Roh sendiri kemudian melaporkan bagaimana semua itu terjadi. Dan dia hanya mengangguk sambil berpesan supaya lain kali berhati-hati. Setelah itu, cepat-cepat menyuruh Roh ke supermarket untuk membeli corn flake sebelum suaminya keburu tahu. Sore harinya ketika suaminya pulang, keadaan rumah aman kembali. Bersih dan harum sebagaimana biasa. Nyonya tidak merencanakan apa yg dipergokinya tadi pagi. Tetapi ketika makan malam dihidangkan, Roh sendiri tah habis-habis menceritakan apa yang sudah terjadi semalam. Dan yang paling dibanggakannya adalah bahwa si Dul mau datang. Ia juga mengucapkan kembali terima kasih beribu-ribu, sehingga baik Nyonya maupun Tuan jadi terharu. Bahkan, anak-anak yang tadinya sengit hanya ketawa-tawa saja. Empat bulan kemudian pada bulan Oktober, pada suatu pagi yang segar, Roh kembali sedang menggoreng bakmi di dapur. Nyonya rumah kelihatan pucat. Ia sedang memilih beberapa buah telur untuk membuat omelet. Sambil memegang sendok penggorengan, Roh berkata kepada Nyonya majikannya. “Nyonya, maaf, kalau boleh saya ada permohonan sedikit.”

description

cerpen

Transcript of Kutipan Cerpen Ibu

Page 1: Kutipan Cerpen Ibu

Kutipan Cerpen

“Rohhhhhhhhhh! Bangun!!!!!!”

Roh dan kawan-kawannya bangun berbarengan. Mereka terkejut. Tetapi Roh bukannya minta maaf. Ia memegang tangan Nyonya dan berkata sambil mencucurkan air mata.

“Nyonya, Nyonya terima kasih Nyonya, terima kasih Nyonya.”

Ucapan terima kasih itu begitu spontan dan tulus. Nyonya majikan yang dasarnya gampang terharu, lumer marahnya. Ia langsung terharu dan memaafkan. Dengan sabar kemudia ia memerintahkan Roh dan kawan-kawannya untuk segera membereskan rumah, sebelum Tuan keburu pulang. Ia juga tidak menyinggung soal vas bunga yang pecah dan isi kulkas yang ludes. Roh sendiri kemudian melaporkan bagaimana semua itu terjadi. Dan dia hanya mengangguk sambil berpesan supaya lain kali berhati-hati. Setelah itu, cepat-cepat menyuruh Roh ke supermarket untuk membeli corn flake sebelum suaminya keburu tahu.

Sore harinya ketika suaminya pulang, keadaan rumah aman kembali. Bersih dan harum sebagaimana biasa. Nyonya tidak merencanakan apa yg dipergokinya tadi pagi. Tetapi ketika makan malam dihidangkan, Roh sendiri tah habis-habis menceritakan apa yang sudah terjadi semalam. Dan yang paling dibanggakannya adalah bahwa si Dul mau datang. Ia juga mengucapkan kembali terima kasih beribu-ribu, sehingga baik Nyonya maupun Tuan jadi terharu. Bahkan, anak-anak yang tadinya sengit hanya ketawa-tawa saja.

Empat bulan kemudian pada bulan Oktober, pada suatu pagi yang segar, Roh kembali sedang menggoreng bakmi di dapur. Nyonya rumah kelihatan pucat. Ia sedang memilih beberapa buah telur untuk membuat omelet. Sambil memegang sendok penggorengan, Roh berkata kepada Nyonya majikannya.

“Nyonya, maaf, kalau boleh saya ada permohonan sedikit.”

Tanpa menoleh Nyonya menanggapi.

“Apa? Mau kawin?"

Roh tersenyum simpul.

“Ah, nggak. Nyonya bisa aja. Si Dul kan sudah punya pacar.”

“Lalu apa?”

“Ya kalau boleh, uang gaji enam bulan sayan ambil dulu. Kalau boleh lo, Nya.”

Nyonya majikan tertegun dan menatap Roh.

Page 2: Kutipan Cerpen Ibu

“Ada apa? Ibumu dari desa minta uang lagi?”

“Bukan Nyonya.”

“Lalu, untuk apa?”

Roh tersenyum polos. Genit dan kelihatannya bahagia.

“Anu, Nyonya, saya pingin bikin pesta ulang tahun lagi.”

Nyonya terkejut. Ia menatap pembantunya itu dengan bengong.

“Lo, kan sudah?”

“Iya. Tapi nggak apa deh, lagi…”

Karya : Putu Wijaya, “Roh”

Sumber : Harris Effendi Thahar, Kiat Menulis Cerita Pendek, Bandung, Angkasa, 2008

1. Tentukan latar, penokohan, dan alur dalam kutipan cerpen tersebut!

2. Tentukan nilai yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut!