kurkumin

4
Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada temulawak, temugiring dan kunyit. Kurkumin (diferuloylmethane) adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia C 21 H 20 O 6 . Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Senyawa turunan kurkumindisebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin, sedangkan in vivo, kurkumin akan berubah menjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumi n sebelum kemudian dikonversi menjadi senyawakonjugasi monoglukoronida (Aggarwal dan Shishodia, 2006). Gambar 2.4 Struktur curcumin (Katsuyama et al., 2007)

description

Kurkumin Merupakan Senyawa Polifenol Yang Dapat Ditemukan Pada Temulawak

Transcript of kurkumin

Page 1: kurkumin

Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada temulawak, temugiring dan

kunyit. Kurkumin (diferuloylmethane) adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol

dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton

lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Senyawa

turunan kurkumindisebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam,

yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin, sedangkan in vivo, kurkumin akan berubah

menjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumin sebelum kemudian

dikonversi menjadi senyawakonjugasi monoglukoronida (Aggarwal dan Shishodia, 2006).

 Gambar 2.4 Struktur curcumin (Katsuyama et al., 2007)

Page 2: kurkumin

 Gambar 2.5 Biosintesis kurkumin dari fenialanin (Kita et. al., 2008).

Kurkumin mempunyai efek yang poten sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antikanker.

Kurkumin yang dikonsumsi secara oral mempunyai kadar yang rendah dalam plasma dan jaringan, hal ini

dikarenakan absorbsi yang jelek, metabolisme yang cepat dan eliminasi sistemik yang cepat (Preetha et

al., 2007).

Mekanisme aksi dari kurkumin adalah dengan menginduksi apoptosis sel, mengaktivasi

penghambatan nuclear factor kappa B (NFκB), serta menurunkan kadar dari sitokin proinflamasi (IL-6,

IL-8, and TNFα) (Bisht et al., 2007).

Studi terkini yang dilakukan oleh Song et al. (2011), kurkumin dapat menghambat proliferasi dan

menginduksi apoptosis pada sel K1 (sel kanker tiroid kapiler) tergantung dosis. Dengan konsentrasi

kurkumin yang meningkat, kelangsungan hidup sel menurun secara signifikan dan apoptosis terus

meningkat. Pada penelitian ini, digambarkan bahwa kurkumin memicu pembentukan ROS sangat cepat

dan signifikan dalam sel K1, yang dapat segera dideteksi hanya 5 menit setelah terapi obat, menyebabkan

Page 3: kurkumin

sinyal apoptosis. Temuan ini menguatkan kesimpulan yang serupa yang diperoleh oleh Hosseinzadeh et

al. (2011) yang baru-baru melaporkan bahwa curcumin meingkatkan apoptosis dengan doxorubicin

melalui generasi ROS. Oleh karena itu, hasil ini mendukung hipotesis bahwa curcumin mengarah ke

pembentukan yang cepat dari ROS dan ini dapat memainkan peran penting dalam induksi apoptosis pada

sel K1.

ROS, yang sebagian besar diproduksi di mitokondria, jika berlebihan, dapat menyebabkan

serangan radikal bebas dari membran fosfolipid dan mengakibatkan hilangnya potensial membran

mitokondria, yang melepaskan apoptosis-inducing faktor yang mengaktifkan jalur caspase dan

menyebabkan kondensasi inti (Thayyullathil et al., 2008). Di sinilah menariknya, ROS yang dihasilkan

oleh mitokondria (melalui proses fosforilasi oksidatif), ternyata menargetkan juga pada dirinya sendiri

(mitokondria).

Gambar 2.6 Mekanisme antikanker kurkumin (Anonim, 2010)

http://pharmassip.blogspot.com/2012/04/kurkumin-sebagai-antikanker.html