Kur
-
Upload
mutia-fatin -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Kur
![Page 1: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa
banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri. Mengingat
sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik -
baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk mencapainya, salah satu
yang harus dilakukan sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan,
seseorang harus mengetahui dan memahami konsep dan komponen pembelajaran
dengan baik. Karena jika semua konsep dan komponen disatukan, maka proses belajar-
mengajar akan berjalan lancar.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran?
Apa saja konsep dan komponen pembelajaran itu?
Bagaimana hubungan masing - masing konsep dan komponen pembelajaran?
Apa fungsi dari masing - masing konsep dan komponen pembelajaran?
1.3 Tujuan
Mengetahui pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran
Mengetahui hal-hal apa saja yang termasuk dalam konsep dan komponen
pembelajaran
Mengetahui hubungan masing-masing konsep dan komponen pembelajaran
Mengetahui fungsi masing-masing konsep dan komponen pembelajaran
1
![Page 2: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP PEMBELAJARAN
Konsep pembelajaran yang dimaksud dengan pengajaran, suatu kegiatan dimana
guru mengajar atau membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Jadi
istilah pembelajaran setara dengan istilah teaching atau instruction. Artinya, kita tidak
harus secara diametral mempertentangkan antara pengajaran (teacher-centered) dengan
pembelajaran (student centered), karena pada hakikatnya kedua kegiatan itu dapat
berlangsung sinergis. Dalam pengajaran guru disebut juga belajar sedangkan siswa
dalam belajar juga mengajar.
Suparno (1997), dalam pandangan kontruktivis, mengajar berarti partisipasi
dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar
sendiri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefinisikan kata pembelajaran
berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Kimble dan Garmezy (2002:20) pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku
yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.
Pertentangan antara belajar teacher-centered atau student centered terjadi
perubahan konsep dari behaviorisme menjadi konstruktivisme, ada suatu hasil penelitian
yang menyentak. Jeanne Chall dalam bukunya berjudul The Achievement Challenge,
menyampaikan dengan jelas bahwa siswa ternyata akan belajar lebih baik secara
keseluruhan melalui metode teacher-centered, yang dipraktikan oleh Engleman dalam
pembelajaran langsung. Suatu hal yang patut ditekankan disini, dalam praktik
pembelajara langsung memang peranan guru lebih diutamakan. Mengajar bukan sekadar
mentransfer pengetahuan dari sudah tahu (guru) kepada orang yang belum tahu (murid),
melainkan membantu seseorang agar dia mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan
melalui aktivitasnya terkait fenomena atau objek alami yang ingin diketahuinya. Tugas
2
![Page 3: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/3.jpg)
pokok pengajar adalah menyediakan iklim yang kondusif, menyediakan sarana dan
prasarana yang memungkinkan dialog secara kritis multiarah, terutama antara sesama
siswa, dan tentu saja antar siswa dengan guru. Pembelajaran membutuhkan suatu proses
yang disadari cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut
terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi
kognitif.
2.1.1 Peran Guru Sebagai Insan Multidimensi
Di dalam pembelajaran, apakah itu pembelajaran konvensiaonal yang berorientasi
teacher-centered maupun dalam pembelajaran yang berorientasi student-centered,
sesungguhnya peran guru yaitu unik dan boleh dikatakan tidak tergantikan. Jika kita
ingat teori ZPD dari Vygostky, walaupun model pembelajaran konstruktivis lebih
berorientasi student-centered, guru yang bersandangan fasilitatordalam membantu siswa,
sebagai orang dewasa yang karena kompetensinya siap membantu siswa beranjak
menuju struktur kognitif yang lebih kompleks dalam zona perkembangan terdekatnya.
1. Guru sebagai Guru
Guru sebagai guru sebenarnya merupakan insane kamil, manusia unggul yang
mampu/ beradaptasi dan melakukan transformasi diri dan senantiasa bergelut dari satu
perbaikan ke perbaikan yang lain. Meneraangkan (explaining), member informasi,
bertanya (asking), menunjukkan (demonstrating), member tugas- tugas dan menilai
hasilnya.
Ada sejumlah tips yang perlu dilaksanakan seorang guru sebagai guru, antara
lainsebagai berikut.
1. Memberikan contoh, konstektual pembelajaran
2. Menyatakan sesuatu yang dipelajari dalam istilah-istilah yang sederhana
3. Menguraikan masaah menjadi bagian-bagian yang sederhana
4. Meletakkan bagian-bagian persoalan bersama-sama sehingga seluruh masalah dapat
dipahami dengan mudah.
5. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna
6. Bereaksi, perhatian dan peduli terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa
7. Mendengar dan menyimak
3
![Page 4: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/4.jpg)
8. Memberi informasi dan meningkatkan kepercayaan diri siswa
9. Menyediakan fasilitas
10. Memberi peluang
11. Mengubah cara siswa dalam menjelaskan sesuatu agar sesuai dengan
kemampuandan derajat perkembangan kognitifnya.
12. Menyajikan pembelajarn yang menyenangkan dan dinamis
2. Guru sebagai Teladan
Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kualitas dan kekuatan dari
teladan seorang guru berkaitan erat dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif
seorang guru maka makin tinggi pula potensi dan kekuatannya sebagai teladan. Teladan
yang efektif akan mampu member semangat dan keberanian kepada para siswa untuk
belajar.
Agar efektif sebagai teladan, ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan oleh
guru.
1. Sikap dasar
2. Kecakapan berbicara
3. Kebiasaan kerja
4. Sikap terhadap pengalaman dan kesalahan
5. Pakaian, menampilkan cirri kepribadian
6. Hubungan antar manusia
7. Model berpikir ( paradigm)
8. Kebiasaan emosional
9. Sistem penilaian suka atau tidak suka
10. Pertimbangan
11. Kesehatan
12. Gaya hidup
3. Guru sebagai Penasihat
Keliru jika kita menganggap bahwa hanya guru bimbingan dan penyuluhan
(BP) atau wali kelas saja yang harus berperan sebagai penasihat, setiap guru
4
![Page 5: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/5.jpg)
merupakan penasihat. Karena tingkat kedewasaannya serta pengalamannya yang
lebih, maka setiap guru berfungsi sebagai penasihat. Tempaan pengalaman dalam
menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, membuat guru sebagai orang dewasa
mampu mengembangkan berbagai metode, kiat dan cara untuk menghadapi dan
menyelesaikan tantangan masalah kehidupan.
Untuk itu seorang guru harus mau terbuka dan mau berbagi, tidak merasa
risih dan terganggu karena dijadikan tempat “curhat” oleh para siswanya. Oleh
sebab itu, guru yang unggul harus berupaya dekat dengan seluruh siswa, ia wajib
hafal nama seluruh siswa yang diajarinya. Guru yang baik harus menganal dan
memahami karakter dan latar belakang setiap siswa dikelasnya. Dengan demikian
rasa enggan, rasa takut anak-anak akan terkikis dan mereka akan merasakan
kedekatan itu sebagai modal untuk saling berbagi tentang problema kehidupan yang
mereka hadapi.
4. Guru sebagai Pemegang Otoritas
Pemegang otoritas adalah jabatan ex officio guru saat dia ditugasi mengampu
mata pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas di kelas tertentu. Memang ia yang
menentukan hitam putihnya kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi bukan berarti
bahwa kewenangan itu digunakan semena-mena sehingga ia bersikap otoriter.
Pemengang otoritas dapat amat adil, toleran, terbuka dan demokratis.
Guru sebagai pemengang otoritas menguasai sepenuhnya materi bahasan (subject
matters) yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak segan-segan untuk selalu belajar
menambah dan menkinikan (updated) pengetahuannya. Guru yang memiliki otoritas
keilmuan semacam ini memberikan tiga manfaat kepada siswa. Pertama, akan timbul
rasa yakin dan aman dari pembelajar karena ia dipandu oleh orang yang kompeten.
Kedua, memberi motivasi yang kuat kepada pembelajar untuk tahu lebih banyak. Ketiga,
guru menjadi teladan tentang apa manfaat yang diraih dari belajar.
5. Guru sebagai Pembaru
Belajar apa saja pada hakikatnya yaitu belajar sejarah. Makna guru sebagai
pembaharu, dia harus memperbaharui seluruh “bahasa” dari karya agung manusia itu
5
![Page 6: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/6.jpg)
sehingga dapat dipahami lebih mudah oleh muridnya. Sekali lagi perlu ditegaskan
bahwa tugas guru adalah meenyampaikan kekayaan karya agung, warisan budaya dan
hikmah kebijakan manusia di masa lalu dengan suatu bahasa, dan istilah yang modern,
istilah yang muadah dipahami oleh para siswa pada saat ini. Ini terkait dengan pilihan
metode dan strategi pembelajaran oleh guru. Tugas guru yang berat adalah mencoba
memahami cara dan semangat belajar masa lalu, cara pandang dan cara berpikir saat ini,
maupun gambaran kehidupan di masa mendatang. Guru wajib merangkumnya,
menerapkannya dan mengkomunikasikan hal tersebut kepada siswanya, sehingga baik
guru maupun siswa tidak terkurung dalam pola pikir yang sempit dan picik.
6. Guru sebagai Pemandu
Pembelajaran adalah suatu wisata. Siawa adalah para pelancongnya dan guru
adalah pemandunya. Cara guru memandu wisata dan cara mengajar adalah suatu cara
pandang atau pemikiran untuk membuat pembelajaran menjadi tampak berbeda setiap
hari, karena setiap pos pengetahuan memiliki cirri-ciri keindahannya sendiri.
Sebagai pemandu, guru menetapkan tujuan, arah dan aturan atau ketentuan
perjalanan sesuai dengan keinginan dan kemampuan para siswa. Ada sejumlah tips yang
harus dilakukan guru dalam memandu wisata pembelajaran, yaitu:
1. Selalu merencanakan tujuan program pembelajaran dengan baik. Guru wajib
menyiapkan silabus dan rancangan pembelajaran di mana standar kompetensi,
kompetensi dasar, indicator dan tujuan pembelajaran jelass tergambarkan.
2. Harus berupaya agar siswa dapat melaksanakan wisata pembelajaran dengan
baik. Seluruh siswa harus dibimbing untuk memperoleh pengalaman belajar
agar mencapai tujuan pembelajaran.
3. Buatlah wisata pembelajaran penuh makna. Pembelajaran haruslah kontekstual,
ia terkait dengan kehidupan menyeluruh siswa, terkait dengan masalah
keseharian yang dihadapi siswa.
4. Penilaian harus bersifat autentik. Guru yang efektif akan mencoba memasukkan
penilaian sebagai bagian dari proses belajar, tidak hanya pada akhir
pembelajaran.
6
![Page 7: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/7.jpg)
7. Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin
Tugas rutin guru yang tak terelakkan, baik yang selalu dihadapi oleh guru
TK, SD, SMP, sampai guru sekolah menengah pada umumnya:
1. Merencanakan pembelajaran, menyiapkan silabus dan menyusun RP (rancangan
pembelajaran).
2. Tidak terlambat masuk kelas dan tidak terlambat menghadiri rapat guru.
3. Menulis catatan dan laporan dengan seksama dan hati-hati.
4. Menyusun kisi-kisi dan soal-soal tes, melaksanakan ulangan, tes atau ujian,
memberikan tugas pekerjaan rumah, tugas proyek maupun tugas portofolio
yang lain.
5. Membaca, memberikan komentar, menilai, dan mengembalikan tugas-tugas
siswa.
6. Masuk kelas secara teratur.
7. Menetapkan batas waktu bagi tugas-tugas murid.
8. Bersama-sama murid menetapkan kontrak belajar, menetapkan peraturan bagi
kegiatan kelompok, termasuk aturan dalam diskusi kelompok.
9. Merencanakan pertemuan dengan orang tua atau dengan siswa di luar jam
pembelajaran.
10. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran berikutnya, maupun berbagai tugas
rutin yang lain.
Tugas rutin yang dikerjakan dan diselesaikan dengan baik akan menghasilkan
suatu tatanan dan keyakinan yang penting bagi timbulnya karya kreatif. Tugas rutin
justru menantang timbulnya kreativitas. Bila tugas rutin dikerjarutkankan dengan
serampangan dan asal-asalan tidak mustahil dapat menyurutkan minat siswa untuk
belajar serta menghalangi munculnya suatu gagasan kreatif.
8. Guru sebagai Insan Visioner
Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi dan dituntut
untuk mampu memberikan ilham kepada muridnya agar memiliki visi tentang kemuliaan
dan kebesaran. Pendidikan memang memiliki misi hominisasi memanusiakan manusia
dan humanisasi memperkuat sisi kemanusiaan manusia.
7
![Page 8: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/8.jpg)
Guru yang visioner harus mampu menyemaikan benih, menumbuhkan dan
mengembangkan visi mulia kemanusiaan semacam itu kepada muridnya. Pembelajaran
yang baik harus mendukung visi pendidikan di dalam memberdayaan (empowering),
mengembangkan kapabilitas dan potensi (ennabling) dan memuliakan (ennobling)
kehidupan peserta didik pada nantinya. Dalam kaitan ini Philip H. Phenix dalam
bukunya Realms of meaning (1964) seperti yang dikutip oleh Mochtar Buchori (2001)
dalam mempersiapkan anak-anak agar mampu menjalani kehidupan (preparing children
for life), maka ada tiga tahap pendidikan yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan
yaitu:
1. Kemampuan mencari nafkah, “to make a living”.
2. Kemampuan mengembangkan kehidupan yang bermakna, “to lead a
meaningful life”.
3. Kemampuan untuk memuliakan kehidupan, “to ennoble life”.
9. Guru sebagai Pencipta
Guru adalah seseorang yang tumbuh berkembang menjadi dewasa dan dibentuk oleh
pengalamannya. Di dalam proses “penciptaannya”, guru juga sedang membentuk,
mempengaruhi dan “menciptakan” seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
dan biasanya proses penciptaan itu secara otomatis sering dilandasi cetakan
pengalamannya sendiri. Dalam kaitan ini ada sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh
guru sebagai pencipta dan pembangun kreativitas murid.
1. Kreativitas adalah fitrah yang melekat pada manusia yang diperolehnya dari
berguru dari alam sekelilingnya dan bersumber dari energy kreatif yang tidak
akan pernah habis sebagai anugerah dari Sang Maha Pencipta.
2. Bahasa adalah karya agung hasil kreativitas manusia yang memungkinkan
bergulirnya berbagai jenis kreativitas yang lain.
3. Agar tumbuh kreativitas, maka manusia harus saling berbagi dalam hal cinta,
kepercayaan, keyakinan, kebenaran, keindahan, kecantikan, kebaikan, imajinasi
dan tujuan hidup.
4. Seluruh kreativitas guru hendaknya dipandu oleh motivasi yang kuat untuk
mewujudkan potensi kreatif dari seluruh pembelajar.
8
![Page 9: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/9.jpg)
5. Guru harus selalu membongkar dan menata ulang paradigma pembelajaran
kreatif, sehingga kreativitas tidak pernah padam.
6. Situasi belajar harus diupayakan sebagai wahana pencarian kreatif.
7. Walaupun kreativitas merupakan fitrah manusia, ia selalu tetap harus selalu
dilatih, dipertajam dan dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang
terkontrol.
10. Guru sebagai Orang yang Realistis
Guru adalah seseorang yang berani menhadapi kenyataan, a facer of reality. Guru
belajar umtuk memahami realitas dirinya sendiri maupun realitas yang terkait dengan
relasinya dengan individu muridnya. Realistis memang tidak selamanya
membahagiakan, guru yang realistis berarti menerima keadaan pembelajaran apa adanya
sambil selalu mencari jalan kea rah perbaikan-perbaikan. Sebagai seorang yang realistis
guru harus menyadari kenyataan bahwa:
1. Sebagian murid tidak menaruh minat terhadap pembelajaran.
2. Kecakapan murid dalam belajar amat bervariasi.
3. Hanya sedikit murid yang mampu memandang secara objektif kemampuannya
sendiri.
4. Sering pandangan siswa terhadap gurunya tidak objektif.
5. Banyak siswa yang tidak memiliki tujuan serta tidak memiliki gagasan mengapa
mereka harus berada dalam situasi belajar tertentu, sehingga mereka kurang
perhatian.
11. Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor
Guru dalam predikatnya sebagai pembawa suara hati manusia, member nafas
kehidupan baru kepada kehidupan masa lalu dengan berperan sebagai penutur (story
teller). Salah satu kualitas penutur cerita, pendongeng yang baik adalah bahwa dia tahu
bagaimana menerapkan pengalaman dan gagasan, memahami derajat perkembangan
intelektual, spikologis dan moral dari para pendengarnya dari titik awal. Titik awal itu
dipergunakan untuk memandunya berkisah menuju berbagai pertualangan masa lalu atau
menuju ke pemahaman baru saat ini, maupun menuju ke visi masa depan. Ia
9
![Page 10: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/10.jpg)
membangkitkan serta membangunkan mimpi-mimpi, membangkitkan rasa rindu dan
gairah para siswa, pendengarnya, kemudian membimbingnya menuju suatu pola piker
yang diharapkan.
Guru sebagai penutur kisah pada kenyataannya juga seorang aktor. Sebagai
manusia ia memang Homo ludens, baik seorang pemain maupun seorang aktor dalam
panggung sandiwara kehidupan. Seorang aktor yang baik harus benar-benar paham
scenario selain dituntut memiliki kemampuan acting yang prima. Sebagai seorang aktor
guru harus mampu menyembunyikan perasaan dirinya sesungguhnya, walau di dalam
kehidupan pribadinya sedang dirundung masalah. Namun yang paling pokok guru harus
menguasai skenario, strategi, metode dan teknik pembelajaran sebaik-baiknya.
Memahami skenario artinya menguasai pokok bahasannya dengan baik, berakting prima,
artinya dapat menerapkan berbagai variasi metode mengajar dalam berbagai situasi
pembelajaran.
12. Guru sebagai Pembongkar Kemah
Guru adalah seorang pembongkar kemah (a breaker camp). Membongkar kemah
adalah idiom, makna sesungguhnya adalah suatu pola piker atau sikap mental yang
nonsistematis, berani mengambil risiko untuk meninggalkan cara berpikir dan sikap
pandang lama yang sudah mapan. Inilah sesungguhnya konsep unlearn, meninggalkan
hikmah pembelajaran (lesson learned) terdahulu, untuk kemudian relearn, belajar lagi
dengan sikap pandang dan cara berpikir baru untuk memperoleh hikmah pembelajaran
yang baru pula. Pendidikan dan pembelajaran yang baik harus mampu membantu
pembelajar menyelesaikan berbagai masalahnya saat ini, dengan membongkar berbagai
cara pandang yang lama yang menjadi hambatan, kemudian menggunakan pengalaman
belajar yang diperolehnya untuk mengantisipasi berbagai masalah yang akan
dijumpainya di masa depan. Dalam hal ini, hal terbaik yang patut dilakuakan di dalam
pembelajaran adalah memenuhi peran nilai-nilai lama yang sudah mapan dan terbukti
efektif bagi penyelesaian masalah yang lalu itu, kemudian mencari cara terbaik bagi
diterimanya pola piker yang baru.
10
![Page 11: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/11.jpg)
13. Guru sebagai Peneliti
Guru adalah seorang peneliti, pencari tahu segala sesuatu. Sementara itu,
karena ia dituntut untuk memberitahukan, menginformasikan pengetahuannya
kepada siswanya, maka usaha pencarian tahu, sebagai peneliti akan merupakan
upaya pencarian tahu terhadap kebenaran yang tidak terbatas, tidak pernah berakhir
sepanjang kehidupannya (the never ending pursuit of the truth).
Guru sebagai seorang peneliti adalah peneliti sejati. Ia memiliki dan selalu
memelihara semangat inkuiri yang tidak pernah padam. Pembelajar sejati
senantiasa mencintai pengetahuan atau jatuh cinta pada pembelajaran, kaidah ini
berlaku baik bagi guru maupun peserta didik. Sikap guru untuk selalu merasa tidak
tahu dan selalu meneliti dan menyelidiki segala sesuatu, akan mudah dirasakan dan
dicontoh murid-muridnya.
Dalam kaitan ini ada satu hal yang patut dicamkan, jangan sampai guru
menganggap bahwa yang diketahuinya sudah cukup, atau bahkan lenih fatal lagi
jika guru berpandangan bahwa ia sudah tagu segalanya-galanya. Ia akan mandeg,
berhenti walau ternyata tujuan masih jauh. Maka sebenarnya ia sudah berhenti
“sebagai” guru. Jabatannya memang masih guru, tetapi rohnya sebagai guru telah
hilang.
14. Guru sebagai Penilai
Manusia sebagai makhluk penilai, Homo mensura, dengan demikian tugas guru
sebagai penilai adalah tidak terelakkan. Guru yang unggul seharusnya manila semua
aspek kepribadian siswanya, potensi kognitif, afektif dan psikomotornya. Di dalam
melaksanakan penilaian, guru diwajibkan memahami muridnya seutuhnya, selengkap-
lengkapnya, seharusnya bahkan seluruh potensi kecerdasannya, karena dipahami saat
ini, setiap anak memiliki potensi kecerdasan ganda (multiple intelligence).
Selain itu, siswa pun diam-diam melakukan penilaian terhadap gurunya. Jadi,
pada hakikatnya proses penilaian adalah proses yang berlangsung timbal balik yang
berlangsung dari guru ke murid dan sebaliknya. Oleh sebab itu, dinamika penilaian
adalah dinamika proses. Walaupun proses penilaian pada umumnya memang kompleks,
tidak dapat dipungkiri bahwa penilaian yang paling bermakna adalah penilaian yang
11
![Page 12: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/12.jpg)
terjadi pada saat guru bereaksi langsung terhadap siiswanya sesuai kinerja masing-
masing dalam proses pembelajaran, itulah yang disebut penilaian autentik.
15. Atribut Guru Lainnya
Inilah atribut-atribut guru yang dinamis (a dynamis teacher) menurut para
konstruktivis:
a. Pemandu moral (moral steward), yang mengenali nilai-nilai, kapabilitas dan
hak-hak para siswanya.
b. Pembangun (konstruktor), yang memahami berbagai pokok bahasan dan paham
berbagai cara mengajarkannya untuk mengakomodasikan berbagai gaya belajar
siswa.
c. Ahli filsafat (philosopher), yang merefleksikan secara kritis tentang apa yang
dicapai dan tidak tercapai selama pembelajaran di dalam kelas dan menyiapkan
kegiatan remidi jika diperlukan.
d. Fasilitator, menciptakan kondisi sehingga para siswa merasa aman untuk berani
mengambil risiko dan membuat kesalahan atau kegagalan dan member waktu
kepada mereka untuk mencobanya kembali.
e. Pencari tahu sejati (the inquirer), yang bergantung kepada hasil penilaian yang
bertujuan untuk mencari tahu tentang apa-apa yang sudah dipelajari siswa, dan
apa yang ingin dipelajarinya lebih lanjut.
f. Orang yang menjadi jembatan (bridger), mitra bagi orang tua, guru lain, dan
komunitas lain para pemangku kepentingan sekolah untuk menjamin bahwa
ruang kelas tanggap terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.
g. Pembuat perubahan (the change maker), secara aktif mencari dan mengejar
perubahan di dalam kelas, sekolah, wilayah, asosiasi guru professional, dan
dalam arena politik yang menyangkut masa depan pendidikan (Rallis and
Rossman, 2009).
2.1.2 Landasan Pendidikan
Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara
keseluruhan, membuat siswa aktif ,mencaapi tujuan pembelajaran secara efektif dan
12
![Page 13: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/13.jpg)
berlangsung dalam kondisi menyenangkan.Pembelajaran efektif hanya mungkin terjadi
jika didukung oleh guru yang efektif. Pakar pendidikan Gilbert H.Hunt
(Rosyada,2004:113) dalam bukunya effectif teaching ,menyebutkan ada tujuh kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pembelajaran efektif,yaitu:
1. Sifat, guru harus memiliki sifat antusias, memberi rangsangan, mendorong siswa
untuk maju, hangat, berorientasi kepada siswa dan pekerja keras.
2. Pengetahuan, memiliki pengetahuan yang memadai dalam pembelajaran yang
diampunya, dan terus menerus mengikuti perkembangan dalam bidang ilmunya
3. Apa yang disampaikan, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang
disampaikan, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannya
mencakup semua unit bahasan.
4. Bagaimana mengajar, mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan
terang
5. Harapan, mampu memberikan harapan kepada siswa, dan mampu membuat siswa
akuntabel
6. Reaksi guru terhadap siswa,mau dan mampu menerima berbagai masukan risiko
dan tantangan
7. Manajemen, mampu mengkoordinir kelas, cepat memulai kelas, dan mampu
memelihara waktu kerja serta menggunakannya secar efisien dan konsisten.
2.1.3 Kondisi Ideal Pembelajaran
Pembelajaran yang baik sudah tentu harus memiliki tujuan .banyak tujuan
pembelajaran telah dirumuskan oleh para ahli semuanya menuju idealisasi pembelajaran.
Guru yang professional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik
pembelajaran yang ideal.Tujuan pembelajaran yang ideal adalah agar murid mampu
mewujudkan prilaku belajar yang efektif, di antaranya:
1. Perhatian siswa yang aktif dan terfokus kepada pembelajaran
2. Berupaya dan menyelesaikan tugas dengan benar
3. Siswa mampu menjelaskan hasil belajarnya
4. Siswa difasilitasi untuk berani menyatakan kepada guru apa apa yang belum
dipahami
13
![Page 14: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/14.jpg)
5. Siswa berani menyatakan ketidaksetujuan
Jika hal diatas merupakan indicator pembelajaran yang efektif, maka hal-hal
tersebut dibawah ini adalah indikator pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar
yang buruk, diantaranya:
1. Siswa memberikan perhatian yang semu
2. Siswa memberikan perhatian yang implusif, hanya memberikan perhatian kepada
hal-hal yang disenangi dan mengabaikan sejumlah besar pokok-pokok
pembelajaran.
3. Siswa cenderung mengakhiri tugas-tugas sebeli semua tugas selesai
2.1.4 Keterampilan Dasar Seorang Pengajar
Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang mengajar pada hakikatnya
terkait dengan tafsiran tentang sejauh mana kemampuan para guru mampu didalam
menerapkan berbagai variasi metode mengajar.pedagogi pada hakikatnya
menggambarkan berbgai yang dapat diterapkan guru didalam mengajar. Pedagogi adalah
seni atau sains tentang bagaimana cara untuk menjadi seorang guru, dan umumnya
mengacu pada strategi, instruksi atau gaya mengajar seorang guru. Dalam praktik
pembelajaran, saat seorang guru sudah menentukan metode apa yang akan digunakan,
maka seorang guru memerlukan pemahan tentang latar belakang pengetahuan siswanya,
lingkungan pembelajarannya dan tujuan pembelajaran. Setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda di dalam menyerap informasi dan berbeda dalam cara
menunjukan kemampuannya dalam memahami pengetahuan.dalam kaitan ini biasanya
rencana pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai cara yang meliputi; mengajukan
pertanyaan, menjelaskan, modeling membangun kerja sama dan mendemonstrasikan.
1. Bertanya
Mengajukan pertanyaan dan melaksanakan tes atau ujian memiliki
kemiripan.Dalam hal ini guru mengajukan serangkian pertanyaan untuk mengumpulkan
informasi tentang apa-apa yang baru dipelajari siswa untuk mengetahui apakah siswa
sudah benar-benar belajar atau sudah memperoleh hikmah pembelajaran.
(1) Pertanyaan yang jelas dan singkat
14
![Page 15: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/15.jpg)
(2) Memberikan acuan
(3) Memusatkan perhatian
(4) Memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan
(5) Memberikan kesempatan berpikir
Sedangkan keterampilan bertanya lanjutan meliputi perubahan tuntutan tingkat
kognitif,pengaturan urutan pertanyaan,pertanyaan pelacak,dan peningkatan terjadinya
interaksi.
Kemudian meningkatan terjadinya interaksi, misalnya dilaksanakan dengan cara
memberikan kesempatan salah seorang peserta didik, namun seluruh pesera didik yang
lain diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya.
Guru bertanya atau menanyakan sesuatu kepada siswa bukanlah tanpa tujuan.
Umum nya tujuan pertanyaan guru terhadap siswa terkait hal-hal sebagai berikut:
(1) Mengetahui tingkat kemampuan siswa
(2) Meningkatakan minat belajar siswa
(3) Meningkatkan perhatian siswa
(4) Mengembangkan pembelajaran aktif
(5) Mendiagnosis kesulitan belajar
(6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan nya,
berargumen, atau menanyakan kembali materi pembelajaran yang di pelajannya.
2. Menjelaskan
Pemberian penjelasan atau ceramah dapat di gabungkan dengan kegiatan
demonstrasi atau modeling (menampilkan model). Menjelaskan adalah mendeskripsikan
secara lisan tentang sesuatu benda,keadaan,fakta dan data sesuai dengan waktu dan
hukum-hukum, prinsip, konsep, kaidah dan aturan yang berlaku. Menjelaskan
merupakan suatu aspek penting yang harus di kuasai guru, karena pembelajaran apa pun
baik yang bersifat konvensional maupun penerapan pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, selalu memerlukan penjelasan guru.
15
![Page 16: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/16.jpg)
3. Modeling
Dalam modeling guru mengajar dengan bantuan model-model. Model-model
dapat merupakan alat peraga dua dimensi seperti gambar, peta, globe, boneka, model
geometri dalam pembelajaran matematika dan lain sebagainya. Model membantu siswa
memperbarui struktur kognitif nya dan merupakan jembatan pemahaman terhadap peran
dan fungsi objek sesungguhnya.
4. Demonstrasi
Demonstrasi artinya guru menunjukkan perilaku dan sifat-sifat sesuatu, mencoba
sesuatu di hadapan siswa tanpa ada keharusan bagi siswa untuk mencobanya sendiri.
Demonstrasi dapat dilakukan guru di dalam kelas, di dalam laboratorium atau bahkan di
luar kelas dan lain sebagainya. Demonstrasi dapat dilakukan dengan atau tanpa alat
peraga. Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau
cara kerja suatu alat kepada kepada peserta didik.
5. Membangun kolaborasi(collaborating)
Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran yang paling
efektif.kolaborasi akan efektif jika ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga tidak
menggambarkan situasi klasikal, tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran, huruf U,
kelompok tatap muka empat-empat, dobel setengah lingkaran dan lain sebagainya.
Dalam cara pengelompokan siswa ada sejumlah teori. Misalnya, Andree(1982),
menyatakan ada beberapa macam pengelompokansiswa diantaranya:
Task planning group; bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang
diberikan guru.
Teaching group; guru memerintahkan satu hal, siswa yang ada pada tahap
kognitif yang sama mengerjakan tugas yang sama pada saat
yang sama.
Seating group; pengelompokan yang bersifat umum,disini 4-6 orang siswa
duduk mengelilingi satu meja.
joint-learning group; satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling
terkait dengan kelompok yang lain.
16
![Page 17: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/17.jpg)
Collaborative group; kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerja setiap
individu dan hasilnya merupakan sesuatu yang teraplikasi.
Jika pengelompokan itu dilandasi oleh sesuatu yang sejenis misalnya, semuanya
laki-laki, semuanya perempuan, kepandaian anggota kelompok hamper setingkat,
disebut kelompok homogen. Sedangkan jika landasannya justru adanya variasi, baik itu
variasi jenis kelamin, suku, ras agama, tingkat kepandaian dan sebagainya disebut
kelompok heterogen. Dalam kaitan dengan model pembelajaran yang banyak
dikembangkan saat ini, yaitu cooperative learning, Laundra Candler (2009)
menyarankan sebagai berikut.
Tiap kelompok terdiri dari empat orang.
Setiap tim meliputi satu anak yang pandai, dua anak yang rata-rata kepandaian
dan satu anak yang lambat belajar.
Diupayakan ada anak laki-laki maupun perempuan.
Anggota tim menggambarkan perbedaan etnik/ras/suku
Tim dibentuk paling lama untuk dalam jangka waktu sekitar 6 minggu, setelah
itu dapat dikelompokkan lagi.
Setelah pembentukan tim, sebelum penugasan oleh guru beri kesempatan kepada
anggota tim untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain.
6. Memberikan penguatan
Guru harus mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk dapat belajar
dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilakukan guru pada saat awal pembelajaran terkait
dengan apersepsi, atau pada saat menjelang akhir pembelajaran terkait dengan refleksi.
Pada saat refleksi guru melakukan penilaian bersama- sama siswa tentang apa-apa yang
dipelajari pada hari ini,apa kekuatan-kekuatan siswa, dan apa saja kelemahan-kelemahan
yang harus dipelajari lagi di rumah.
Tujuan pemberian penguatan antara lain:
Meningkatkan perhatian siswa.
Melancarkan atau memudahkan proses belajar.
Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
17
![Page 18: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/18.jpg)
Mengontrol atau mengubah sikap yang menggangu menjadi tingkah laku belajar
yang produktif.
Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik.
Beberapa jenis komponen keterampilan member penguatan anatara lain berupa:
1. Penguatan verbal, berupa kata atau kalimat yang disampaikan oleh guru. Contoh:
“bagus, seratus untuk kamu”.
2. Pengutan gestural, diberikan dalam bentuk mimik, gerakan yang memberikan
kesan positif. Contoh mengacungkan jempol dan tersenyum.
3. Penguatan dengan cara mendekat kearah siswa. Contoh: berdiri di samping siswa
yang sedang berdiskusi.
4. Penguatan denga memberikan kegiatan yang menyenangkan. Contoh: siswa yang
berhasil diminta untuk memimpin kegiatan, membantu rekan lain yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
5. Penguatan berupa tanda atau Benda. Contoh: Memberi komentar pada buku lembar
kerja siswa, buku pr siswa atau buku rapor siswa.
7. Memberikan variasi
Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks proses
pembelajaran yang bertujuan menggatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses
belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan, perhatian, keantusiasan, motivasi yang
tinggi dan kesediaan berperan secara aktif.
Variasi dalam pembelajaran antara lain bertujuan.
1. Meningkatkan atensi peserta didik terhadap materi pembelajaran .
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik dengan berbagai gaya belajar
masing-masing untuk terkait dengan pembelajaran.
3. Meningkatkan perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan dan potensi kognitif nya masing-masing.
5. Membuka kemungkinan bagi pelayanan terhadap sisiwa secara individual.
18
![Page 19: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/19.jpg)
6. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan kuriositas (rasa ingin tahu)
melalui kegiatan observasi,investigasi, dan eksplorasi karna pengembangan inkuiri.
Variasi dalam gaya mengajar guru dapat dilakukan antara lain melalui.
1. Variasi suara: keras-lembut, cepat-lambat, besar-kecil volume suara.
2. Pemustan perhatian: secara verbal, isyarat atau dengan model.
3. Kesenyapan, terutama jika anak-anak mulai bising dan tidak terkendali, guru dapat
berdiri diam tanpa suara untuk beberapa saat sampai anak-anak hening kembali.
4. Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindarkan
hal-hal yang bersifat impersonal, pandanglah mata siswa dengan seksama dan
lembut.
5. Gerakan badan, bahasa tubuh dan mimik seperti perubahan ekspresi wajah,gerakan
kepala,badan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi non lisan.
6. Perubahan posisi guru, dari duduk menjadi berjalan mendekat dan sebagainya.
7. Perubahan metode mengajar misalnya dari gaya klasikal menjadi pengaktifan
kelompok kecil, dari ceramah menjadi tanya jawab dan sebagainya.
Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh (body language) adalah sejenis bahasa non-verbal ( tidak terucap
dalam kata-kata) yang menggambarkan proses pemikiran seseorang dalam menanggapi
suatu rangsang atau kejadian dari luar, berua isyarat anggota tubuh tertentu. Umumnya
bahasa tubuh dominan diekspresikan melalui mimic wajah tertentu. Robert L. Whiteside
(1975) dalam bukunya Face Language banyak memaparkan gerak isyarat wajah dan
maknanya.
8. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran
Membuka pelajaran terkait dengan pemberian motivasi dan menarik atensi siswa
tentang manfaat yang akan diperoleh dari pembelajaran pokok bahasan yang akan
digeluti bersama. Sedangkan keterampilan menutup pembelajaran merupakan upaya
untuk melakukan refleksi terhadap apa-apa saja yang baru dipelajari, manfaat apa yang
19
![Page 20: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/20.jpg)
dapat dipetik darinya, apa faedahnya bagi pemecahan masalah keseharian serta hal-hal
yang patut diingat untuk menuju pembelajaran berikutnya.
Kegiatan membuka dan menutup pembelajaran bertujuan untuk:
1. Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa
2. Siswa dapat mengetahui pendekatan dan metode yang akan diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran
3. Memungkinkan siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam suatu
pembelajaran
9. Learning by Teaching
Pengertian belajar sambil bermain (learning by teaching) jangan disamakan
dengan kegiatan siswa yang sedang melakukan persentasi atau ceramah didepan kelas
sebagai bagian dari tugas pembelajaran. Dalam learning by teaching kontrol yang
intensif dan dukungan oleh guru selama pembelajarn lebih nyata. Di sini siswa yang
bertugas sebagai guru benar-benar terlibat dalam rancangan pembelajaran, pemilihan
metodologi dan lain sebagainya, hamper mirip dengan tugas seorang guru
sesungguhnya, bedanya penilaian tetap dilakukan oleh seorang guru. Tentu saja model
learning by teaching ini tidak dapat dipergunakan di semua suasana, di seluruh pokok
bahasan pembelajaran, guru harus memilah dan memilih kondisi yang tepat dalam
menerapkan learning by teaching.
2.1.5 Pengololaan Kelas dalam Pembelajaran
Tidak dapat dielakkan bahwa dalam situasi pembelajarn guru akan menghadapi
berbagai keberagaman, seperti keberagaman latar budaya, ras, suku, agama, etnik, jenis
kelamin, tingkat ekonomi dan banyak hal lagi. Namun seringkali guru mengalami
kesulitan terkait keberagaman kemampuan siswa dalam belajar. Dalam kaitan ini Donald
P. Kauchak (Rosyada, 2004: 129) menyarankan agar pengololaan kelas oleh guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Ciptakan ruang kelas yang multidimensional, dan juga buatlah rancangan proses
pembelajaran yang menggambarkan keberagaman kemampuan belajar tersebut.
20
![Page 21: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/21.jpg)
2. Buatlah rancangan waktu yang fleksibel namun tetap dalam koridor satuan waktu
yang ditetapkan kurikulum.
3. Kelompokkan siswa berdasarkan basis kemampuannya.
4. Persiapkan strategi pembelajaran untuk kelompok yang lamban dengan strategi
yang tidak saja akan mengantarkan mereka memahami tugas-tugasnya, tetapi juga
akan mampu meningkatkan kemampuan belajar mereka.
5. Gunakan tutorial sebaya dan belajar bersama.
Dalam pengelolaan kelas yang efektif, guru harus mempunyai tugas yang baik
yaitu mampu menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman tinggal
di kelas, menyenangkan, kondusif bagi terciptanya kreativitas dan inovasi juga
demokratisasi, sehingga efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ini adalah esensi
dari PAKEM (pembelajaran efektif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
2.2 KOMPONEN PEMBELAJARAN
2.2.1 Pengertian Komponen Pembelajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan
dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran merupakan suatu
sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan
evaluasi.
Pembelajaran kontestual merupakan salah satu model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar, yaitu konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam
komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
21
![Page 22: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/22.jpg)
Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari
beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting
dalam proses belajar mengajar.
2.2.2 Macam Komponen Pembelajaran
Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan
proses pembelajaran, yaitu :
1. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir
yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis,
istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.
Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi
dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses
belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang
kokoh dan kuat.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan
kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di setiap satuan
pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan
pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam
mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.
22
![Page 23: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/23.jpg)
2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi
arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju,
guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk
utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar
(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan
pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu
Tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui
anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat
memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-
tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan
pengertian tentang diri sendiri.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara
yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan
oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja
tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator
pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
3. Siswa
23
![Page 24: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/24.jpg)
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu
program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan
seorang atau beberapa guru.. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai
objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan
serta kemampuan yang berbeda.
4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proseS
belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa (Muhibbin Syah,2000).
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau
memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya
pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu ( Soetomo, 1993 : 150 )
Metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan berkreativitas dalam proses
pembelajaran. Metode Tanya jawab juga dapat digunakan untuk mengukur atau
mengetahui seberapa jauh materi atau bahan pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
c. Metode Diskusi
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem
solving).Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar
yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau
kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan
dalam diskusi.
d. Metode Demonstrasi
24
![Page 25: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/25.jpg)
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan.
e. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk
mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untum menambah dan memperluas wawasan
obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan bidangnya).
f. Metode Penugasan
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan
bahan pelajaran terlalu banyak , sementara waktu sedikit.Metode pemberian tugas
adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa.
g. Metode Eksperimen
Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
h. Metode Bermain Peran/Simulasi
Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan
proses kejadian atau benda yang sebenarnya.
5. Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa.
Materi yang baik itu harus bersifat:
1. Kesahihan (Valid) yaitu materi yang dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar
benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, juga merupakan materi yang
25
![Page 26: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/26.jpg)
aktual, tidak ketinggalan zaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman
kedepan.
2. Tingkat kepentingan: materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik,
sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan: materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis yaitu
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan
dan manfaat non akademis yaitu mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kelayakan: materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat
kesulitannya maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi
setempat.
5. Ketertarikan/Menarik minat: materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan
dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
6. Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media
pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware) yang
berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran.
Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai
dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media
adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih.
Dilihat dari jenisnya,media dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, cassette recorder.
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti
foto, gambar atau lukisan, slide dll.
26
![Page 27: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/27.jpg)
Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsure suara dan unsure
gambar,seperti film, video-cassete, dll.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand
dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan
kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat
mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Evaluasi yang efektif harus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.
Dasar evaluasi yang dimaksud adalah filsafat, psikologi, komunikasi, kurikulum,
manajemen, sosiologi-anthropologi dan evaluasi-measuremen. Sedangkan tujuan dari
evaluasi antara lain:
Di sekolah, biasanya guru menggunakan bentuk evaluasi yang terdiri dari :
a. Tes tertulis adalah tes yang diikuti secara serempak oleh pengikut tes yang harus
menjawab sejumlah pertanyaan/soal secara tertulis dalam waktu yang telah
ditentukan.
b. Tes lisan adalah bila sejumlah pengikut tes, satu demi satu diuji secara lisan oleh
seorang penguji atau lebih.
c. Tes praktek adalah tes yang dinilai berdasarkan praktek dalam melakukan sesuatu,
seperti mata pelajaran olahraga.
2.2.3 Fungsi Masing-Masing Komponen Pembelajaran
Meskipun hubungan masing-masing komponen pembelajaran sangatlah
berkaitan, tetapi setiap komponen memiliki fungsi tersendiri, antara lain :
a. Fungsi Kurikulum
Alat untuk mencapai tujuan pendidikan
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur
keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
27
![Page 28: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/28.jpg)
Dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan atau ukuran dalam menetapkan
bagian mana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha
pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
b. Fungsi Guru
Sebagai pendidik
Sebagai model atau contoh bagi anak.
Sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar
Sebagai administrator.
c. Fungsi Siswa
Sebagai objek, siswa yang menerima pelajaran
Sebagai subjek, siswa ikut menentukan hasil belajar
d. Fungsi Metode
Untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar-mengajar
Membantu guru dalam menjelaskan berbagai macam materi kepada siswa.
Membuat siswa menjadi aktif, berani dan mandiri
e. Fungsi Materi
Sebagai bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran
Menambah dan memperluas pengetahuan siswa
Menjadi dasar pengetahuan kepada siswa untuk pembelajaran lebih lanjut
f. Fungsi Media
Media dapat berfungsi sebagai fungsi edukatif, fungsi sosial, fungsi ekonomis dan
fungsi Seni.
g. Fungsi Evaluasi
Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa
Mengetahui penguasaan, kekuatan dan kelemahan seorang siswa dalam
mendalami pelajaran.
28
![Page 29: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/29.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pembelajaran sama artinya
dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan suatu system, yang
terdiri dari berbagai konsep dan komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lain.
Konsep pembelajaran meliputi: peran guru sebagai insan multidimensi,
landasan pendidikan, kondisi ideal pembelajaran, keterampilan dasar seorang pengajar,
dan pengololaan kelas dalam pembelajaran. Sedangkan komponen pembelajaran
meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi.
Semua konsep dan komponen merupakan suatu kesatuan, jika ada salah satu
konsep dan komponen yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar akan terganggu.
Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran tidak memuaskan.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca
pada umumnya.
29
![Page 30: Kur](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022050913/5695d3c71a28ab9b029f2a4c/html5/thumbnails/30.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar.1991. Pendidikan GuruKonsep dan Strategi.Bandung: Mandar Maju.
Hamzah, Sulaeman. 1979. Media Audio Visual. Jakarta: PT. Gramedia.
James Popham dan Evi L.B. 1992. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
N, Sudirman,dkk. 1987.Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.
N.K, Roestiyah. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Suryono dan Harianto. 2011. Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar).
Bandung: PT. Remaja Rozdakarya.
Tabrani, M. dkk. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Wayan Nurkancana dan Sumartana. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Zaenudin H.R.L,dkk.1985. Pusat Sumber Belajar. Jakarta: Dirjen PT.Dep.T dan K.
http://curriculumstudy.files.wordpress.com/2007/10/pelaksanaanpembelajaran.doc.
diakses pada 20 Oktober 2014
http://file-hameedfinder.blogspot.com/2008/02/belajar-mengajar.html. Diakses pada 20
Oktober 2014
http://www.idonbiu.com/2009/05/komponen-komponen-pembelajaran.html. Diakses
pada 20 Oktober 2014
30