Kur

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik - baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk mencapainya, salah satu yang harus dilakukan sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan, seseorang harus mengetahui dan memahami konsep dan komponen pembelajaran dengan baik. Karena jika semua konsep dan komponen disatukan, maka proses belajar-mengajar akan berjalan lancar. 1.2 Rumusan Masalah Apa pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran? Apa saja konsep dan komponen pembelajaran itu? Bagaimana hubungan masing - masing konsep dan komponen pembelajaran? Apa fungsi dari masing - masing konsep dan komponen pembelajaran? 1.3 Tujuan Mengetahui pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran 1

description

Kur

Transcript of Kur

Page 1: Kur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa

banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri. Mengingat

sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik -

baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk mencapainya, salah satu

yang harus dilakukan sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan,

seseorang harus mengetahui dan memahami konsep dan komponen pembelajaran

dengan baik. Karena jika semua konsep dan komponen disatukan, maka proses belajar-

mengajar akan berjalan lancar.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran?

Apa saja konsep dan komponen pembelajaran itu?

Bagaimana hubungan masing - masing konsep dan komponen pembelajaran?

Apa fungsi dari masing - masing konsep dan komponen pembelajaran?

1.3 Tujuan

Mengetahui pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran

Mengetahui hal-hal apa saja yang termasuk dalam konsep dan komponen

pembelajaran

Mengetahui hubungan masing-masing konsep dan komponen pembelajaran

Mengetahui fungsi masing-masing konsep dan komponen pembelajaran

1

Page 2: Kur

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PEMBELAJARAN

Konsep pembelajaran yang dimaksud dengan pengajaran, suatu kegiatan dimana

guru mengajar atau membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Jadi

istilah pembelajaran setara dengan istilah teaching atau instruction. Artinya, kita tidak

harus secara diametral mempertentangkan antara pengajaran (teacher-centered) dengan

pembelajaran (student centered), karena pada hakikatnya kedua kegiatan itu dapat

berlangsung sinergis. Dalam pengajaran guru disebut juga belajar sedangkan siswa

dalam belajar juga mengajar.

Suparno (1997), dalam pandangan kontruktivis, mengajar berarti partisipasi

dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,

bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar

sendiri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefinisikan kata pembelajaran

berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Kimble dan Garmezy (2002:20) pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku

yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.

Pertentangan antara belajar teacher-centered atau student centered terjadi

perubahan konsep dari behaviorisme menjadi konstruktivisme, ada suatu hasil penelitian

yang menyentak. Jeanne Chall dalam bukunya berjudul The Achievement Challenge,

menyampaikan dengan jelas bahwa siswa ternyata akan belajar lebih baik secara

keseluruhan melalui metode teacher-centered, yang dipraktikan oleh Engleman dalam

pembelajaran langsung. Suatu hal yang patut ditekankan disini, dalam praktik

pembelajara langsung memang peranan guru lebih diutamakan. Mengajar bukan sekadar

mentransfer pengetahuan dari sudah tahu (guru) kepada orang yang belum tahu (murid),

melainkan membantu seseorang agar dia mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan

melalui aktivitasnya terkait fenomena atau objek alami yang ingin diketahuinya. Tugas

2

Page 3: Kur

pokok pengajar adalah menyediakan iklim yang kondusif, menyediakan sarana dan

prasarana yang memungkinkan dialog secara kritis multiarah, terutama antara sesama

siswa, dan tentu saja antar siswa dengan guru. Pembelajaran membutuhkan suatu proses

yang disadari cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut

terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi

kognitif.

2.1.1 Peran Guru Sebagai Insan Multidimensi

Di dalam pembelajaran, apakah itu pembelajaran konvensiaonal yang berorientasi

teacher-centered maupun dalam pembelajaran yang berorientasi student-centered,

sesungguhnya peran guru yaitu unik dan boleh dikatakan tidak tergantikan. Jika kita

ingat teori ZPD dari Vygostky, walaupun model pembelajaran konstruktivis lebih

berorientasi student-centered, guru yang bersandangan fasilitatordalam membantu siswa,

sebagai orang dewasa yang karena kompetensinya siap membantu siswa beranjak

menuju struktur kognitif yang lebih kompleks dalam zona perkembangan terdekatnya.

1. Guru sebagai Guru

Guru sebagai guru sebenarnya merupakan insane kamil, manusia unggul yang

mampu/ beradaptasi dan melakukan transformasi diri dan senantiasa bergelut dari satu

perbaikan ke perbaikan yang lain. Meneraangkan (explaining), member informasi,

bertanya (asking), menunjukkan (demonstrating), member tugas- tugas dan menilai

hasilnya.

Ada sejumlah tips yang perlu dilaksanakan seorang guru sebagai guru, antara

lainsebagai berikut.

1. Memberikan contoh, konstektual pembelajaran

2. Menyatakan sesuatu yang dipelajari dalam istilah-istilah yang sederhana

3. Menguraikan masaah menjadi bagian-bagian yang sederhana

4. Meletakkan bagian-bagian persoalan bersama-sama sehingga seluruh masalah dapat

dipahami dengan mudah.

5. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna

6. Bereaksi, perhatian dan peduli terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa

7. Mendengar dan menyimak

3

Page 4: Kur

8. Memberi informasi dan meningkatkan kepercayaan diri siswa

9. Menyediakan fasilitas

10. Memberi peluang

11. Mengubah cara siswa dalam menjelaskan sesuatu agar sesuai dengan

kemampuandan derajat perkembangan kognitifnya.

12. Menyajikan pembelajarn yang menyenangkan dan dinamis

2. Guru sebagai Teladan

Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kualitas dan kekuatan dari

teladan seorang guru berkaitan erat dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif

seorang guru maka makin tinggi pula potensi dan kekuatannya sebagai teladan. Teladan

yang efektif akan mampu member semangat dan keberanian kepada para siswa untuk

belajar.

Agar efektif sebagai teladan, ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan oleh

guru.

1. Sikap dasar

2. Kecakapan berbicara

3. Kebiasaan kerja

4. Sikap terhadap pengalaman dan kesalahan

5. Pakaian, menampilkan cirri kepribadian

6. Hubungan antar manusia

7. Model berpikir ( paradigm)

8. Kebiasaan emosional

9. Sistem penilaian suka atau tidak suka

10. Pertimbangan

11. Kesehatan

12. Gaya hidup

3. Guru sebagai Penasihat

Keliru jika kita menganggap bahwa hanya guru bimbingan dan penyuluhan

(BP) atau wali kelas saja yang harus berperan sebagai penasihat, setiap guru

4

Page 5: Kur

merupakan penasihat. Karena tingkat kedewasaannya serta pengalamannya yang

lebih, maka setiap guru berfungsi sebagai penasihat. Tempaan pengalaman dalam

menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, membuat guru sebagai orang dewasa

mampu mengembangkan berbagai metode, kiat dan cara untuk menghadapi dan

menyelesaikan tantangan masalah kehidupan.

Untuk itu seorang guru harus mau terbuka dan mau berbagi, tidak merasa

risih dan terganggu karena dijadikan tempat “curhat” oleh para siswanya. Oleh

sebab itu, guru yang unggul harus berupaya dekat dengan seluruh siswa, ia wajib

hafal nama seluruh siswa yang diajarinya. Guru yang baik harus menganal dan

memahami karakter dan latar belakang setiap siswa dikelasnya. Dengan demikian

rasa enggan, rasa takut anak-anak akan terkikis dan mereka akan merasakan

kedekatan itu sebagai modal untuk saling berbagi tentang problema kehidupan yang

mereka hadapi.

4. Guru sebagai Pemegang Otoritas

Pemegang otoritas adalah jabatan ex officio guru saat dia ditugasi mengampu

mata pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas di kelas tertentu. Memang ia yang

menentukan hitam putihnya kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi bukan berarti

bahwa kewenangan itu digunakan semena-mena sehingga ia bersikap otoriter.

Pemengang otoritas dapat amat adil, toleran, terbuka dan demokratis.

Guru sebagai pemengang otoritas menguasai sepenuhnya materi bahasan (subject

matters) yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak segan-segan untuk selalu belajar

menambah dan menkinikan (updated) pengetahuannya. Guru yang memiliki otoritas

keilmuan semacam ini memberikan tiga manfaat kepada siswa. Pertama, akan timbul

rasa yakin dan aman dari pembelajar karena ia dipandu oleh orang yang kompeten.

Kedua, memberi motivasi yang kuat kepada pembelajar untuk tahu lebih banyak. Ketiga,

guru menjadi teladan tentang apa manfaat yang diraih dari belajar.

5. Guru sebagai Pembaru

Belajar apa saja pada hakikatnya yaitu belajar sejarah. Makna guru sebagai

pembaharu, dia harus memperbaharui seluruh “bahasa” dari karya agung manusia itu

5

Page 6: Kur

sehingga dapat dipahami lebih mudah oleh muridnya. Sekali lagi perlu ditegaskan

bahwa tugas guru adalah meenyampaikan kekayaan karya agung, warisan budaya dan

hikmah kebijakan manusia di masa lalu dengan suatu bahasa, dan istilah yang modern,

istilah yang muadah dipahami oleh para siswa pada saat ini. Ini terkait dengan pilihan

metode dan strategi pembelajaran oleh guru. Tugas guru yang berat adalah mencoba

memahami cara dan semangat belajar masa lalu, cara pandang dan cara berpikir saat ini,

maupun gambaran kehidupan di masa mendatang. Guru wajib merangkumnya,

menerapkannya dan mengkomunikasikan hal tersebut kepada siswanya, sehingga baik

guru maupun siswa tidak terkurung dalam pola pikir yang sempit dan picik.

6. Guru sebagai Pemandu

Pembelajaran adalah suatu wisata. Siawa adalah para pelancongnya dan guru

adalah pemandunya. Cara guru memandu wisata dan cara mengajar adalah suatu cara

pandang atau pemikiran untuk membuat pembelajaran menjadi tampak berbeda setiap

hari, karena setiap pos pengetahuan memiliki cirri-ciri keindahannya sendiri.

Sebagai pemandu, guru menetapkan tujuan, arah dan aturan atau ketentuan

perjalanan sesuai dengan keinginan dan kemampuan para siswa. Ada sejumlah tips yang

harus dilakukan guru dalam memandu wisata pembelajaran, yaitu:

1. Selalu merencanakan tujuan program pembelajaran dengan baik. Guru wajib

menyiapkan silabus dan rancangan pembelajaran di mana standar kompetensi,

kompetensi dasar, indicator dan tujuan pembelajaran jelass tergambarkan.

2. Harus berupaya agar siswa dapat melaksanakan wisata pembelajaran dengan

baik. Seluruh siswa harus dibimbing untuk memperoleh pengalaman belajar

agar mencapai tujuan pembelajaran.

3. Buatlah wisata pembelajaran penuh makna. Pembelajaran haruslah kontekstual,

ia terkait dengan kehidupan menyeluruh siswa, terkait dengan masalah

keseharian yang dihadapi siswa.

4. Penilaian harus bersifat autentik. Guru yang efektif akan mencoba memasukkan

penilaian sebagai bagian dari proses belajar, tidak hanya pada akhir

pembelajaran.

6

Page 7: Kur

7. Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin

Tugas rutin guru yang tak terelakkan, baik yang selalu dihadapi oleh guru

TK, SD, SMP, sampai guru sekolah menengah pada umumnya:

1. Merencanakan pembelajaran, menyiapkan silabus dan menyusun RP (rancangan

pembelajaran).

2. Tidak terlambat masuk kelas dan tidak terlambat menghadiri rapat guru.

3. Menulis catatan dan laporan dengan seksama dan hati-hati.

4. Menyusun kisi-kisi dan soal-soal tes, melaksanakan ulangan, tes atau ujian,

memberikan tugas pekerjaan rumah, tugas proyek maupun tugas portofolio

yang lain.

5. Membaca, memberikan komentar, menilai, dan mengembalikan tugas-tugas

siswa.

6. Masuk kelas secara teratur.

7. Menetapkan batas waktu bagi tugas-tugas murid.

8. Bersama-sama murid menetapkan kontrak belajar, menetapkan peraturan bagi

kegiatan kelompok, termasuk aturan dalam diskusi kelompok.

9. Merencanakan pertemuan dengan orang tua atau dengan siswa di luar jam

pembelajaran.

10. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran berikutnya, maupun berbagai tugas

rutin yang lain.

Tugas rutin yang dikerjakan dan diselesaikan dengan baik akan menghasilkan

suatu tatanan dan keyakinan yang penting bagi timbulnya karya kreatif. Tugas rutin

justru menantang timbulnya kreativitas. Bila tugas rutin dikerjarutkankan dengan

serampangan dan asal-asalan tidak mustahil dapat menyurutkan minat siswa untuk

belajar serta menghalangi munculnya suatu gagasan kreatif.

8. Guru sebagai Insan Visioner

Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi dan dituntut

untuk mampu memberikan ilham kepada muridnya agar memiliki visi tentang kemuliaan

dan kebesaran. Pendidikan memang memiliki misi hominisasi memanusiakan manusia

dan humanisasi memperkuat sisi kemanusiaan manusia.

7

Page 8: Kur

Guru yang visioner harus mampu menyemaikan benih, menumbuhkan dan

mengembangkan visi mulia kemanusiaan semacam itu kepada muridnya. Pembelajaran

yang baik harus mendukung visi pendidikan di dalam memberdayaan (empowering),

mengembangkan kapabilitas dan potensi (ennabling) dan memuliakan (ennobling)

kehidupan peserta didik pada nantinya. Dalam kaitan ini Philip H. Phenix dalam

bukunya Realms of meaning (1964) seperti yang dikutip oleh Mochtar Buchori (2001)

dalam mempersiapkan anak-anak agar mampu menjalani kehidupan (preparing children

for life), maka ada tiga tahap pendidikan yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan

yaitu:

1. Kemampuan mencari nafkah, “to make a living”.

2. Kemampuan mengembangkan kehidupan yang bermakna, “to lead a

meaningful life”.

3. Kemampuan untuk memuliakan kehidupan, “to ennoble life”.

9. Guru sebagai Pencipta

Guru adalah seseorang yang tumbuh berkembang menjadi dewasa dan dibentuk oleh

pengalamannya. Di dalam proses “penciptaannya”, guru juga sedang membentuk,

mempengaruhi dan “menciptakan” seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang,

dan biasanya proses penciptaan itu secara otomatis sering dilandasi cetakan

pengalamannya sendiri. Dalam kaitan ini ada sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh

guru sebagai pencipta dan pembangun kreativitas murid.

1. Kreativitas adalah fitrah yang melekat pada manusia yang diperolehnya dari

berguru dari alam sekelilingnya dan bersumber dari energy kreatif yang tidak

akan pernah habis sebagai anugerah dari Sang Maha Pencipta.

2. Bahasa adalah karya agung hasil kreativitas manusia yang memungkinkan

bergulirnya berbagai jenis kreativitas yang lain.

3. Agar tumbuh kreativitas, maka manusia harus saling berbagi dalam hal cinta,

kepercayaan, keyakinan, kebenaran, keindahan, kecantikan, kebaikan, imajinasi

dan tujuan hidup.

4. Seluruh kreativitas guru hendaknya dipandu oleh motivasi yang kuat untuk

mewujudkan potensi kreatif dari seluruh pembelajar.

8

Page 9: Kur

5. Guru harus selalu membongkar dan menata ulang paradigma pembelajaran

kreatif, sehingga kreativitas tidak pernah padam.

6. Situasi belajar harus diupayakan sebagai wahana pencarian kreatif.

7. Walaupun kreativitas merupakan fitrah manusia, ia selalu tetap harus selalu

dilatih, dipertajam dan dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang

terkontrol.

10. Guru sebagai Orang yang Realistis

Guru adalah seseorang yang berani menhadapi kenyataan, a facer of reality. Guru

belajar umtuk memahami realitas dirinya sendiri maupun realitas yang terkait dengan

relasinya dengan individu muridnya. Realistis memang tidak selamanya

membahagiakan, guru yang realistis berarti menerima keadaan pembelajaran apa adanya

sambil selalu mencari jalan kea rah perbaikan-perbaikan. Sebagai seorang yang realistis

guru harus menyadari kenyataan bahwa:

1. Sebagian murid tidak menaruh minat terhadap pembelajaran.

2. Kecakapan murid dalam belajar amat bervariasi.

3. Hanya sedikit murid yang mampu memandang secara objektif kemampuannya

sendiri.

4. Sering pandangan siswa terhadap gurunya tidak objektif.

5. Banyak siswa yang tidak memiliki tujuan serta tidak memiliki gagasan mengapa

mereka harus berada dalam situasi belajar tertentu, sehingga mereka kurang

perhatian.

11. Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor

Guru dalam predikatnya sebagai pembawa suara hati manusia, member nafas

kehidupan baru kepada kehidupan masa lalu dengan berperan sebagai penutur (story

teller). Salah satu kualitas penutur cerita, pendongeng yang baik adalah bahwa dia tahu

bagaimana menerapkan pengalaman dan gagasan, memahami derajat perkembangan

intelektual, spikologis dan moral dari para pendengarnya dari titik awal. Titik awal itu

dipergunakan untuk memandunya berkisah menuju berbagai pertualangan masa lalu atau

menuju ke pemahaman baru saat ini, maupun menuju ke visi masa depan. Ia

9

Page 10: Kur

membangkitkan serta membangunkan mimpi-mimpi, membangkitkan rasa rindu dan

gairah para siswa, pendengarnya, kemudian membimbingnya menuju suatu pola piker

yang diharapkan.

Guru sebagai penutur kisah pada kenyataannya juga seorang aktor. Sebagai

manusia ia memang Homo ludens, baik seorang pemain maupun seorang aktor dalam

panggung sandiwara kehidupan. Seorang aktor yang baik harus benar-benar paham

scenario selain dituntut memiliki kemampuan acting yang prima. Sebagai seorang aktor

guru harus mampu menyembunyikan perasaan dirinya sesungguhnya, walau di dalam

kehidupan pribadinya sedang dirundung masalah. Namun yang paling pokok guru harus

menguasai skenario, strategi, metode dan teknik pembelajaran sebaik-baiknya.

Memahami skenario artinya menguasai pokok bahasannya dengan baik, berakting prima,

artinya dapat menerapkan berbagai variasi metode mengajar dalam berbagai situasi

pembelajaran.

12. Guru sebagai Pembongkar Kemah

Guru adalah seorang pembongkar kemah (a breaker camp). Membongkar kemah

adalah idiom, makna sesungguhnya adalah suatu pola piker atau sikap mental yang

nonsistematis, berani mengambil risiko untuk meninggalkan cara berpikir dan sikap

pandang lama yang sudah mapan. Inilah sesungguhnya konsep unlearn, meninggalkan

hikmah pembelajaran (lesson learned) terdahulu, untuk kemudian relearn, belajar lagi

dengan sikap pandang dan cara berpikir baru untuk memperoleh hikmah pembelajaran

yang baru pula. Pendidikan dan pembelajaran yang baik harus mampu membantu

pembelajar menyelesaikan berbagai masalahnya saat ini, dengan membongkar berbagai

cara pandang yang lama yang menjadi hambatan, kemudian menggunakan pengalaman

belajar yang diperolehnya untuk mengantisipasi berbagai masalah yang akan

dijumpainya di masa depan. Dalam hal ini, hal terbaik yang patut dilakuakan di dalam

pembelajaran adalah memenuhi peran nilai-nilai lama yang sudah mapan dan terbukti

efektif bagi penyelesaian masalah yang lalu itu, kemudian mencari cara terbaik bagi

diterimanya pola piker yang baru.

10

Page 11: Kur

13. Guru sebagai Peneliti

Guru adalah seorang peneliti, pencari tahu segala sesuatu. Sementara itu,

karena ia dituntut untuk memberitahukan, menginformasikan pengetahuannya

kepada siswanya, maka usaha pencarian tahu, sebagai peneliti akan merupakan

upaya pencarian tahu terhadap kebenaran yang tidak terbatas, tidak pernah berakhir

sepanjang kehidupannya (the never ending pursuit of the truth).

Guru sebagai seorang peneliti adalah peneliti sejati. Ia memiliki dan selalu

memelihara semangat inkuiri yang tidak pernah padam. Pembelajar sejati

senantiasa mencintai pengetahuan atau jatuh cinta pada pembelajaran, kaidah ini

berlaku baik bagi guru maupun peserta didik. Sikap guru untuk selalu merasa tidak

tahu dan selalu meneliti dan menyelidiki segala sesuatu, akan mudah dirasakan dan

dicontoh murid-muridnya.

Dalam kaitan ini ada satu hal yang patut dicamkan, jangan sampai guru

menganggap bahwa yang diketahuinya sudah cukup, atau bahkan lenih fatal lagi

jika guru berpandangan bahwa ia sudah tagu segalanya-galanya. Ia akan mandeg,

berhenti walau ternyata tujuan masih jauh. Maka sebenarnya ia sudah berhenti

“sebagai” guru. Jabatannya memang masih guru, tetapi rohnya sebagai guru telah

hilang.

14. Guru sebagai Penilai

Manusia sebagai makhluk penilai, Homo mensura, dengan demikian tugas guru

sebagai penilai adalah tidak terelakkan. Guru yang unggul seharusnya manila semua

aspek kepribadian siswanya, potensi kognitif, afektif dan psikomotornya. Di dalam

melaksanakan penilaian, guru diwajibkan memahami muridnya seutuhnya, selengkap-

lengkapnya, seharusnya bahkan seluruh potensi kecerdasannya, karena dipahami saat

ini, setiap anak memiliki potensi kecerdasan ganda (multiple intelligence).

Selain itu, siswa pun diam-diam melakukan penilaian terhadap gurunya. Jadi,

pada hakikatnya proses penilaian adalah proses yang berlangsung timbal balik yang

berlangsung dari guru ke murid dan sebaliknya. Oleh sebab itu, dinamika penilaian

adalah dinamika proses. Walaupun proses penilaian pada umumnya memang kompleks,

tidak dapat dipungkiri bahwa penilaian yang paling bermakna adalah penilaian yang

11

Page 12: Kur

terjadi pada saat guru bereaksi langsung terhadap siiswanya sesuai kinerja masing-

masing dalam proses pembelajaran, itulah yang disebut penilaian autentik.

15. Atribut Guru Lainnya

Inilah atribut-atribut guru yang dinamis (a dynamis teacher) menurut para

konstruktivis:

a. Pemandu moral (moral steward), yang mengenali nilai-nilai, kapabilitas dan

hak-hak para siswanya.

b. Pembangun (konstruktor), yang memahami berbagai pokok bahasan dan paham

berbagai cara mengajarkannya untuk mengakomodasikan berbagai gaya belajar

siswa.

c. Ahli filsafat (philosopher), yang merefleksikan secara kritis tentang apa yang

dicapai dan tidak tercapai selama pembelajaran di dalam kelas dan menyiapkan

kegiatan remidi jika diperlukan.

d. Fasilitator, menciptakan kondisi sehingga para siswa merasa aman untuk berani

mengambil risiko dan membuat kesalahan atau kegagalan dan member waktu

kepada mereka untuk mencobanya kembali.

e. Pencari tahu sejati (the inquirer), yang bergantung kepada hasil penilaian yang

bertujuan untuk mencari tahu tentang apa-apa yang sudah dipelajari siswa, dan

apa yang ingin dipelajarinya lebih lanjut.

f. Orang yang menjadi jembatan (bridger), mitra bagi orang tua, guru lain, dan

komunitas lain para pemangku kepentingan sekolah untuk menjamin bahwa

ruang kelas tanggap terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.

g. Pembuat perubahan (the change maker), secara aktif mencari dan mengejar

perubahan di dalam kelas, sekolah, wilayah, asosiasi guru professional, dan

dalam arena politik yang menyangkut masa depan pendidikan (Rallis and

Rossman, 2009).

2.1.2 Landasan Pendidikan

Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara

keseluruhan, membuat siswa aktif ,mencaapi tujuan pembelajaran secara efektif dan

12

Page 13: Kur

berlangsung dalam kondisi menyenangkan.Pembelajaran efektif hanya mungkin terjadi

jika didukung oleh guru yang efektif. Pakar pendidikan Gilbert H.Hunt

(Rosyada,2004:113) dalam bukunya effectif teaching ,menyebutkan ada tujuh kriteria

yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pembelajaran efektif,yaitu:

1. Sifat, guru harus memiliki sifat antusias, memberi rangsangan, mendorong siswa

untuk maju, hangat, berorientasi kepada siswa dan pekerja keras.

2. Pengetahuan, memiliki pengetahuan yang memadai dalam pembelajaran yang

diampunya, dan terus menerus mengikuti perkembangan dalam bidang ilmunya

3. Apa yang disampaikan, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang

disampaikan, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannya

mencakup semua unit bahasan.

4. Bagaimana mengajar, mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan

terang

5. Harapan, mampu memberikan harapan kepada siswa, dan mampu membuat siswa

akuntabel

6. Reaksi guru terhadap siswa,mau dan mampu menerima berbagai masukan risiko

dan tantangan

7. Manajemen, mampu mengkoordinir kelas, cepat memulai kelas, dan mampu

memelihara waktu kerja serta menggunakannya secar efisien dan konsisten.

2.1.3 Kondisi Ideal Pembelajaran

Pembelajaran yang baik sudah tentu harus memiliki tujuan .banyak tujuan

pembelajaran telah dirumuskan oleh para ahli semuanya menuju idealisasi pembelajaran.

Guru yang professional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik

pembelajaran yang ideal.Tujuan pembelajaran yang ideal adalah agar murid mampu

mewujudkan prilaku belajar yang efektif, di antaranya:

1. Perhatian siswa yang aktif dan terfokus kepada pembelajaran

2. Berupaya dan menyelesaikan tugas dengan benar

3. Siswa mampu menjelaskan hasil belajarnya

4. Siswa difasilitasi untuk berani menyatakan kepada guru apa apa yang belum

dipahami

13

Page 14: Kur

5. Siswa berani menyatakan ketidaksetujuan

Jika hal diatas merupakan indicator pembelajaran yang efektif, maka hal-hal

tersebut dibawah ini adalah indikator pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar

yang buruk, diantaranya:

1. Siswa memberikan perhatian yang semu

2. Siswa memberikan perhatian yang implusif, hanya memberikan perhatian kepada

hal-hal yang disenangi dan mengabaikan sejumlah besar pokok-pokok

pembelajaran.

3. Siswa cenderung mengakhiri tugas-tugas sebeli semua tugas selesai

2.1.4 Keterampilan Dasar Seorang Pengajar

Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang mengajar pada hakikatnya

terkait dengan tafsiran tentang sejauh mana kemampuan para guru mampu didalam

menerapkan berbagai variasi metode mengajar.pedagogi pada hakikatnya

menggambarkan berbgai yang dapat diterapkan guru didalam mengajar. Pedagogi adalah

seni atau sains tentang bagaimana cara untuk menjadi seorang guru, dan umumnya

mengacu pada strategi, instruksi atau gaya mengajar seorang guru. Dalam praktik

pembelajaran, saat seorang guru sudah menentukan metode apa yang akan digunakan,

maka seorang guru memerlukan pemahan tentang latar belakang pengetahuan siswanya,

lingkungan pembelajarannya dan tujuan pembelajaran. Setiap anak memiliki

kemampuan yang berbeda di dalam menyerap informasi dan berbeda dalam cara

menunjukan kemampuannya dalam memahami pengetahuan.dalam kaitan ini biasanya

rencana pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai cara yang meliputi; mengajukan

pertanyaan, menjelaskan, modeling membangun kerja sama dan mendemonstrasikan.

1. Bertanya

Mengajukan pertanyaan dan melaksanakan tes atau ujian memiliki

kemiripan.Dalam hal ini guru mengajukan serangkian pertanyaan untuk mengumpulkan

informasi tentang apa-apa yang baru dipelajari siswa untuk mengetahui apakah siswa

sudah benar-benar belajar atau sudah memperoleh hikmah pembelajaran.

(1) Pertanyaan yang jelas dan singkat

14

Page 15: Kur

(2) Memberikan acuan

(3) Memusatkan perhatian

(4) Memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan

(5) Memberikan kesempatan berpikir

Sedangkan keterampilan bertanya lanjutan meliputi perubahan tuntutan tingkat

kognitif,pengaturan urutan pertanyaan,pertanyaan pelacak,dan peningkatan terjadinya

interaksi.

Kemudian meningkatan terjadinya interaksi, misalnya dilaksanakan dengan cara

memberikan kesempatan salah seorang peserta didik, namun seluruh pesera didik yang

lain diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya.

Guru bertanya atau menanyakan sesuatu kepada siswa bukanlah tanpa tujuan.

Umum nya tujuan pertanyaan guru terhadap siswa terkait hal-hal sebagai berikut:

(1) Mengetahui tingkat kemampuan siswa

(2) Meningkatakan minat belajar siswa

(3) Meningkatkan perhatian siswa

(4) Mengembangkan pembelajaran aktif

(5) Mendiagnosis kesulitan belajar

(6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan nya,

berargumen, atau menanyakan kembali materi pembelajaran yang di pelajannya.

2. Menjelaskan

Pemberian penjelasan atau ceramah dapat di gabungkan dengan kegiatan

demonstrasi atau modeling (menampilkan model). Menjelaskan adalah mendeskripsikan

secara lisan tentang sesuatu benda,keadaan,fakta dan data sesuai dengan waktu dan

hukum-hukum, prinsip, konsep, kaidah dan aturan yang berlaku. Menjelaskan

merupakan suatu aspek penting yang harus di kuasai guru, karena pembelajaran apa pun

baik yang bersifat konvensional maupun penerapan pembelajaran kolaboratif dan

kooperatif, selalu memerlukan penjelasan guru.

15

Page 16: Kur

3. Modeling

Dalam modeling guru mengajar dengan bantuan model-model. Model-model

dapat merupakan alat peraga dua dimensi seperti gambar, peta, globe, boneka, model

geometri dalam pembelajaran matematika dan lain sebagainya. Model membantu siswa

memperbarui struktur kognitif nya dan merupakan jembatan pemahaman terhadap peran

dan fungsi objek sesungguhnya.

4. Demonstrasi

Demonstrasi artinya guru menunjukkan perilaku dan sifat-sifat sesuatu, mencoba

sesuatu di hadapan siswa tanpa ada keharusan bagi siswa untuk mencobanya sendiri.

Demonstrasi dapat dilakukan guru di dalam kelas, di dalam laboratorium atau bahkan di

luar kelas dan lain sebagainya. Demonstrasi dapat dilakukan dengan atau tanpa alat

peraga. Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau

cara kerja suatu alat kepada kepada peserta didik.

5. Membangun kolaborasi(collaborating)

Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran yang paling

efektif.kolaborasi akan efektif jika ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga tidak

menggambarkan situasi klasikal, tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran, huruf U,

kelompok tatap muka empat-empat, dobel setengah lingkaran dan lain sebagainya.

Dalam cara pengelompokan siswa ada sejumlah teori. Misalnya, Andree(1982),

menyatakan ada beberapa macam pengelompokansiswa diantaranya:

Task planning group; bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang

diberikan guru.

Teaching group; guru memerintahkan satu hal, siswa yang ada pada tahap

kognitif yang sama mengerjakan tugas yang sama pada saat

yang sama.

Seating group; pengelompokan yang bersifat umum,disini 4-6 orang siswa

duduk mengelilingi satu meja.

joint-learning group; satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling

terkait dengan kelompok yang lain.

16

Page 17: Kur

Collaborative group; kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerja setiap

individu dan hasilnya merupakan sesuatu yang teraplikasi.

Jika pengelompokan itu dilandasi oleh sesuatu yang sejenis misalnya, semuanya

laki-laki, semuanya perempuan, kepandaian anggota kelompok hamper setingkat,

disebut kelompok homogen. Sedangkan jika landasannya justru adanya variasi, baik itu

variasi jenis kelamin, suku, ras agama, tingkat kepandaian dan sebagainya disebut

kelompok heterogen. Dalam kaitan dengan model pembelajaran yang banyak

dikembangkan saat ini, yaitu cooperative learning, Laundra Candler (2009)

menyarankan sebagai berikut.

Tiap kelompok terdiri dari empat orang.

Setiap tim meliputi satu anak yang pandai, dua anak yang rata-rata kepandaian

dan satu anak yang lambat belajar.

Diupayakan ada anak laki-laki maupun perempuan.

Anggota tim menggambarkan perbedaan etnik/ras/suku

Tim dibentuk paling lama untuk dalam jangka waktu sekitar 6 minggu, setelah

itu dapat dikelompokkan lagi.

Setelah pembentukan tim, sebelum penugasan oleh guru beri kesempatan kepada

anggota tim untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain.

6. Memberikan penguatan

Guru harus mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk dapat belajar

dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilakukan guru pada saat awal pembelajaran terkait

dengan apersepsi, atau pada saat menjelang akhir pembelajaran terkait dengan refleksi.

Pada saat refleksi guru melakukan penilaian bersama- sama siswa tentang apa-apa yang

dipelajari pada hari ini,apa kekuatan-kekuatan siswa, dan apa saja kelemahan-kelemahan

yang harus dipelajari lagi di rumah.

Tujuan pemberian penguatan antara lain:

Meningkatkan perhatian siswa.

Melancarkan atau memudahkan proses belajar.

Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

17

Page 18: Kur

Mengontrol atau mengubah sikap yang menggangu menjadi tingkah laku belajar

yang produktif.

Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.

Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik.

Beberapa jenis komponen keterampilan member penguatan anatara lain berupa:

1. Penguatan verbal, berupa kata atau kalimat yang disampaikan oleh guru. Contoh:

“bagus, seratus untuk kamu”.

2. Pengutan gestural, diberikan dalam bentuk mimik, gerakan yang memberikan

kesan positif. Contoh mengacungkan jempol dan tersenyum.

3. Penguatan dengan cara mendekat kearah siswa. Contoh: berdiri di samping siswa

yang sedang berdiskusi.

4. Penguatan denga memberikan kegiatan yang menyenangkan. Contoh: siswa yang

berhasil diminta untuk memimpin kegiatan, membantu rekan lain yang mengalami

kesulitan dalam belajar.

5. Penguatan berupa tanda atau Benda. Contoh: Memberi komentar pada buku lembar

kerja siswa, buku pr siswa atau buku rapor siswa.

7. Memberikan variasi

Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks proses

pembelajaran yang bertujuan menggatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses

belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan, perhatian, keantusiasan, motivasi yang

tinggi dan kesediaan berperan secara aktif.

Variasi dalam pembelajaran antara lain bertujuan.

1. Meningkatkan atensi peserta didik terhadap materi pembelajaran .

2. Memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik dengan berbagai gaya belajar

masing-masing untuk terkait dengan pembelajaran.

3. Meningkatkan perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.

4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat

perkembangan dan potensi kognitif nya masing-masing.

5. Membuka kemungkinan bagi pelayanan terhadap sisiwa secara individual.

18

Page 19: Kur

6. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan kuriositas (rasa ingin tahu)

melalui kegiatan observasi,investigasi, dan eksplorasi karna pengembangan inkuiri.

Variasi dalam gaya mengajar guru dapat dilakukan antara lain melalui.

1. Variasi suara: keras-lembut, cepat-lambat, besar-kecil volume suara.

2. Pemustan perhatian: secara verbal, isyarat atau dengan model.

3. Kesenyapan, terutama jika anak-anak mulai bising dan tidak terkendali, guru dapat

berdiri diam tanpa suara untuk beberapa saat sampai anak-anak hening kembali.

4. Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindarkan

hal-hal yang bersifat impersonal, pandanglah mata siswa dengan seksama dan

lembut.

5. Gerakan badan, bahasa tubuh dan mimik seperti perubahan ekspresi wajah,gerakan

kepala,badan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi non lisan.

6. Perubahan posisi guru, dari duduk menjadi berjalan mendekat dan sebagainya.

7. Perubahan metode mengajar misalnya dari gaya klasikal menjadi pengaktifan

kelompok kecil, dari ceramah menjadi tanya jawab dan sebagainya.

Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh (body language) adalah sejenis bahasa non-verbal ( tidak terucap

dalam kata-kata) yang menggambarkan proses pemikiran seseorang dalam menanggapi

suatu rangsang atau kejadian dari luar, berua isyarat anggota tubuh tertentu. Umumnya

bahasa tubuh dominan diekspresikan melalui mimic wajah tertentu. Robert L. Whiteside

(1975) dalam bukunya Face Language banyak memaparkan gerak isyarat wajah dan

maknanya.

8. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Membuka pelajaran terkait dengan pemberian motivasi dan menarik atensi siswa

tentang manfaat yang akan diperoleh dari pembelajaran pokok bahasan yang akan

digeluti bersama. Sedangkan keterampilan menutup pembelajaran merupakan upaya

untuk melakukan refleksi terhadap apa-apa saja yang baru dipelajari, manfaat apa yang

19

Page 20: Kur

dapat dipetik darinya, apa faedahnya bagi pemecahan masalah keseharian serta hal-hal

yang patut diingat untuk menuju pembelajaran berikutnya.

Kegiatan membuka dan menutup pembelajaran bertujuan untuk:

1. Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa

2. Siswa dapat mengetahui pendekatan dan metode yang akan diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran

3. Memungkinkan siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam suatu

pembelajaran

9. Learning by Teaching

Pengertian belajar sambil bermain (learning by teaching) jangan disamakan

dengan kegiatan siswa yang sedang melakukan persentasi atau ceramah didepan kelas

sebagai bagian dari tugas pembelajaran. Dalam learning by teaching kontrol yang

intensif dan dukungan oleh guru selama pembelajarn lebih nyata. Di sini siswa yang

bertugas sebagai guru benar-benar terlibat dalam rancangan pembelajaran, pemilihan

metodologi dan lain sebagainya, hamper mirip dengan tugas seorang guru

sesungguhnya, bedanya penilaian tetap dilakukan oleh seorang guru. Tentu saja model

learning by teaching ini tidak dapat dipergunakan di semua suasana, di seluruh pokok

bahasan pembelajaran, guru harus memilah dan memilih kondisi yang tepat dalam

menerapkan learning by teaching.

2.1.5 Pengololaan Kelas dalam Pembelajaran

Tidak dapat dielakkan bahwa dalam situasi pembelajarn guru akan menghadapi

berbagai keberagaman, seperti keberagaman latar budaya, ras, suku, agama, etnik, jenis

kelamin, tingkat ekonomi dan banyak hal lagi. Namun seringkali guru mengalami

kesulitan terkait keberagaman kemampuan siswa dalam belajar. Dalam kaitan ini Donald

P. Kauchak (Rosyada, 2004: 129) menyarankan agar pengololaan kelas oleh guru harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Ciptakan ruang kelas yang multidimensional, dan juga buatlah rancangan proses

pembelajaran yang menggambarkan keberagaman kemampuan belajar tersebut.

20

Page 21: Kur

2. Buatlah rancangan waktu yang fleksibel namun tetap dalam koridor satuan waktu

yang ditetapkan kurikulum.

3. Kelompokkan siswa berdasarkan basis kemampuannya.

4. Persiapkan strategi pembelajaran untuk kelompok yang lamban dengan strategi

yang tidak saja akan mengantarkan mereka memahami tugas-tugasnya, tetapi juga

akan mampu meningkatkan kemampuan belajar mereka.

5. Gunakan tutorial sebaya dan belajar bersama.

Dalam pengelolaan kelas yang efektif, guru harus mempunyai tugas yang baik

yaitu mampu menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman tinggal

di kelas, menyenangkan, kondusif bagi terciptanya kreativitas dan inovasi juga

demokratisasi, sehingga efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ini adalah esensi

dari PAKEM (pembelajaran efektif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).

2.2 KOMPONEN PEMBELAJARAN

2.2.1 Pengertian Komponen Pembelajaran

Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan

dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran merupakan suatu

sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang

lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan

evaluasi.

Pembelajaran kontestual merupakan salah satu model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar, yaitu konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam

komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),

bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning

Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

21

Page 22: Kur

Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari

beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting

dalam proses belajar mengajar.

2.2.2 Macam Komponen Pembelajaran

Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan

proses pembelajaran, yaitu :

1. Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir

yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang

harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis,

istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang

harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.

Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi

dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh

terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses

belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat

strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan

kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka

dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang

kokoh dan kuat.

Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan

kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di setiap satuan

pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan

pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam

mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.

22

Page 23: Kur

2. Guru

Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi

arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa

Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik.

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju,

guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk

utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar

(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan

pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas

pokok yaitu

Tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui

anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat

memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-

tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan

pengertian tentang diri sendiri.

Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara

yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan

oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan

organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja

tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator

pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

3. Siswa

23

Page 24: Kur

Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu

program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan

seorang atau beberapa guru.. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai

objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan

serta kemampuan yang berbeda.

4. Metode

Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proseS

belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa (Muhibbin Syah,2000).

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau

memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya

pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu ( Soetomo, 1993 : 150 )

Metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan berkreativitas dalam proses

pembelajaran. Metode Tanya jawab juga dapat digunakan untuk mengukur atau

mengetahui seberapa jauh materi atau bahan pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.

c. Metode Diskusi

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode

mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem

solving).Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar

yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif

pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau

kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan

dalam diskusi.

d. Metode Demonstrasi

24

Page 25: Kur

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan.

e. Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk

mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untum menambah dan memperluas wawasan

obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan bidangnya).

f. Metode Penugasan

Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas

tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan

bahan pelajaran terlalu banyak , sementara waktu sedikit.Metode pemberian tugas

adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa.

g. Metode Eksperimen

Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.

h. Metode Bermain Peran/Simulasi

Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan

proses kejadian atau benda yang sebenarnya.

5. Materi

Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa.

Materi yang baik itu harus bersifat:

1. Kesahihan (Valid) yaitu materi yang dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar

benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, juga merupakan materi yang

25

Page 26: Kur

aktual, tidak ketinggalan zaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman

kedepan.

2. Tingkat kepentingan: materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik,

sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.

3. Kebermaknaan: materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis yaitu

memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan

dan manfaat non akademis yaitu mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kelayakan: materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat

kesulitannya maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi

setempat.

5. Ketertarikan/Menarik minat: materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan

dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.

6. Alat Pembelajaran (Media)

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media

pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware) yang

berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.

Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran.

Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai

dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media

adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih.

Dilihat dari jenisnya,media dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti radio, cassette recorder.

Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti

foto, gambar atau lukisan, slide dll.

26

Page 27: Kur

Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsure suara dan unsure

gambar,seperti film, video-cassete, dll.

7. Evaluasi

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand

dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai

dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan

mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan

kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat

mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

Evaluasi yang efektif harus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.

Dasar evaluasi yang dimaksud adalah filsafat, psikologi, komunikasi, kurikulum,

manajemen, sosiologi-anthropologi dan evaluasi-measuremen. Sedangkan tujuan dari

evaluasi antara lain:

Di sekolah, biasanya guru menggunakan bentuk evaluasi yang terdiri dari :

a. Tes tertulis adalah tes yang diikuti secara serempak oleh pengikut tes yang harus

menjawab sejumlah pertanyaan/soal secara tertulis dalam waktu yang telah

ditentukan.

b. Tes lisan adalah bila sejumlah pengikut tes, satu demi satu diuji secara lisan oleh

seorang penguji atau lebih.

c. Tes praktek adalah tes yang dinilai berdasarkan praktek dalam melakukan sesuatu,

seperti mata pelajaran olahraga.

2.2.3 Fungsi Masing-Masing Komponen Pembelajaran

Meskipun hubungan masing-masing komponen pembelajaran sangatlah

berkaitan, tetapi setiap komponen memiliki fungsi tersendiri, antara lain :

a. Fungsi Kurikulum

Alat untuk mencapai tujuan pendidikan

Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur

keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

27

Page 28: Kur

Dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan atau ukuran dalam menetapkan

bagian mana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha

pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Fungsi Guru

Sebagai pendidik

Sebagai model atau contoh bagi anak.

Sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar

Sebagai administrator.

c. Fungsi Siswa

Sebagai objek, siswa yang menerima pelajaran

Sebagai subjek, siswa ikut menentukan hasil belajar

d. Fungsi Metode

Untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar-mengajar

Membantu guru dalam menjelaskan berbagai macam materi kepada siswa.

Membuat siswa menjadi aktif, berani dan mandiri

e. Fungsi Materi

Sebagai bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran

Menambah dan memperluas pengetahuan siswa

Menjadi dasar pengetahuan kepada siswa untuk pembelajaran lebih lanjut

f. Fungsi Media

Media dapat berfungsi sebagai fungsi edukatif, fungsi sosial, fungsi ekonomis dan

fungsi Seni.

g. Fungsi Evaluasi

Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa

Mengetahui penguasaan, kekuatan dan kelemahan seorang siswa dalam

mendalami pelajaran.

28

Page 29: Kur

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pembelajaran sama artinya

dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk

menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan suatu system, yang

terdiri dari berbagai konsep dan komponen yang saling berhubungan satu dengan yang

lain.

Konsep pembelajaran meliputi: peran guru sebagai insan multidimensi,

landasan pendidikan, kondisi ideal pembelajaran, keterampilan dasar seorang pengajar,

dan pengololaan kelas dalam pembelajaran. Sedangkan komponen pembelajaran

meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi.

Semua konsep dan komponen merupakan suatu kesatuan, jika ada salah satu

konsep dan komponen yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar akan terganggu.

Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran tidak memuaskan.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan  mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,

kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada

hubungannya dengan judul makalah ini.

Penyusun banyak berharap para pembaca  memberikan kritik dan saran yang

membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di

kesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca

pada umumnya.

29

Page 30: Kur

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar.1991. Pendidikan GuruKonsep dan Strategi.Bandung: Mandar Maju.

Hamzah, Sulaeman. 1979. Media Audio Visual. Jakarta: PT. Gramedia.

James Popham dan Evi L.B. 1992. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

N, Sudirman,dkk. 1987.Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.

N.K, Roestiyah. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Suryono dan Harianto. 2011. Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar).

Bandung: PT. Remaja Rozdakarya.

Tabrani, M. dkk. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Wayan Nurkancana dan Sumartana. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Zaenudin H.R.L,dkk.1985. Pusat Sumber Belajar. Jakarta: Dirjen PT.Dep.T dan K.

http://curriculumstudy.files.wordpress.com/2007/10/pelaksanaanpembelajaran.doc.

diakses pada 20 Oktober 2014

http://file-hameedfinder.blogspot.com/2008/02/belajar-mengajar.html. Diakses pada 20

Oktober 2014

http://www.idonbiu.com/2009/05/komponen-komponen-pembelajaran.html. Diakses

pada 20 Oktober 2014

30