Kunjungan Rumah pasien HT.docx

66

Click here to load reader

Transcript of Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Page 1: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum dijumpai dengan

konsekuensi yang terkadang sangat merugikan, dan sering asimtomatik sampai

perkembangan tahap lanjut (Kumar dkk,2009). Penyakit ini telah menjadi

masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di

beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus

hipertensi terutama di negara berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun

2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini

didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk

saat ini (Armilawaty dkk,2007).

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang

tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada

orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi

sehingga mereka  cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak

menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan

hipertensi esensial (Armilawaty dkk,2007).

Di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan yang masih

membebani pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat.

Diantaranya adalah lemahnya sistem kesehatan nasional yang meliputi

terbatasnya ketersediaan, kualitas pelayanan kesehatan baik dari segi sumber

daya dan dana kesehatan, tingginya angka penyakit tidak menular seperti

hipertensi, dan pada saat yang sama terjadi peningkatan biaya untuk

penatalaksanaannya yang tidak terkontrol (Lubis, 2008).

Salah satu usaha untuk memperbaiki permasalahan tersebut adalah

memanfatkan pelayanan kesehatan primer. Peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan primer merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan status

1

Page 2: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan primer adalah pelayanan kesehatan

yang berorientasi memberikan pelayanan secara menyeluruh, tidak hanya

mengobati tetapi juga memberikan aspek preventif, promotif, dan rehabilitatif.

Pelayanan kesehatan primer ini diwujudkan dengan kehadiran dokter keluarga di

masyarakat, tidak hanya menyeluruh tetapi juga bersifat kontinu, komprehensif,

dan berkesinambungan yang memperhatikan individu dari berbagai faktor,

biologi, ekonomi, psikologis dan social. Sehingga harapan yang didapat dari

dokter keluarga adalah tidak hanya melihat dari sisi sakit, tapi juga pencegahan

dari penyakit, dan berbagai faktor dari penderita yang dapat mempengaruhi

tingkat kesehatan individu (Lubis, 2008) .

Keunggulan dari dokter keluarga adalah pendekatan keluarga secara aktif,

dengan melakukan kunjungan keluarga atau penderita (home visit). Dari home

visit akan didapatkan hubungan dokter-pasien yang lebih terbuka pencegahan

yang meminimalkan dari segi ekonomi keluarga, penanganan penyakit yang

bersifat terus menerus, menyeluruh dan dapat meningkatkan kesehatan fisik,

mental, dan social seluruh anggota keluarga. Agar lebih memahami peran

penting dokter keluarga, maka sangat perlu dilakukan kunjungan rumah pasien

(Lubis, 2008) .

2

Page 3: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien

Hipertensi dan keluarganya di Kecamatan Abeli Kota Kendari tanggal 25-

26 Agustus 2014

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus

keluarga) dari keluarga pasien Hipertensi.

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

kesehatan pada pasien Hipertensi dan keluarganya.

c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien Hipertensi dan

keluarganya

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta

penatalaksanaan hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan

penatalaksanaan kepada pasien hipertensi dilakukan secara holistik dan

komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses

penyembuhan

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga

juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien.

3

Page 4: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of High Pressure VII, penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal

penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang

adalah ≥140 mmHg (tekanan sistolik) dan/atau ≥90 mmHg (tekanan diastolik).

Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah yang dipompa oleh

jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukkan fase darah kembali ke

dalam jantung (Depkes RI,2006).

B. Epidemiologi

Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang

ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan

salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit

jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala,

sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti

gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara

tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan

keluhan lain. Demikian disampaiakan Dirjen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), Kemenkes, Prof. dr. Tjandra Yoga

Aditama mengenai beberapa masalah hipertensi di Indonesia. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus

hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil

pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang

sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat

hipertensi. Ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum

4

Page 5: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita

hipertensi (Kemenkes RI, 2012).

Data epidemiologis menunjukan bahwa dengan makin meningkatnya populasi

usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan

bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan

diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain

itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade

terakhir tidak menunjukan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian

tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi. Sampai saaat

ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara- negara yang

sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHNES) menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang

dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di

Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991

(Yogiantoro, 2006).

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang yaitu dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi

1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita

hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty dkk, 2007).

Prevalensi berbagai bentuk hipertensi sekunder tergantung sifat populasi yang

diteliti dan bagaimana luasnya evaluasi yang dilakukan. Tidak ada data untuk

menjelaskan frekuensi hipertensi sekunder pada populasi umum, meskipun pada laki-

laki usia pertengahan dilaporkan ada 6 persen. Sebaliknya, pada pusat rujukan tempat

pasien mengalami evaluasi yang ekstensif, dilaporkan setinggi 35 % (Asdie, 2000).

C. Etiologi

Peyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab di antaranya

aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas

pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke

5

Page 6: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis. Pada ibu

hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stres, dan ketegangan bisa

menyebabkan juga hipertensi. Penyakit Hipertensi berdasarkan penyebabnya

dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui

penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan

pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan

meningkatnya tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari

adanya penyakit lain.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB

(Armilawaty dkk, 2007).

D. Klassifikasi

Menurut The Seventh Report of The Join National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok

normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan

DarahTDS (mmHg) TDD (mmhg)

Normal < 120 Dan <80

Prahipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 Atau ≥100

6

Page 7: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Sumber : The Seventh Report of the Joint National Committee of Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure

E. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok,

yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Penjelasan

dari faktor-faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a. Usia

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya usia,

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di

kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di

atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa

kenaikan tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan

diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada

tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,

oleh karena terjadi perubahan struktur pada pembuluh darah yang menjadi lebih

kaku, sebagai akibat terjadi peningkatan tekanan darah sistolik. Penelitian yang

dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Denpasar, dan

Makassar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi

sebesar 52,5% (Depkes RI, 2006).

b. Jenis kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih

banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio

sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya

hidup yang cenderung dapat meningkatan tekanan darah dibandingkan dengan

wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita

7

Page 8: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih

tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.

Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita (Depkes

RI, 2006).

c. Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer

(esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan

lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik

juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan rennin membran sel.

Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar

45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. (Depkes RI,

2006).

2. Faktor risiko yang dapat diubah

a. Kegemukan (obesitas)

Menurut Kaplan dan Stamler, kegemukan (obesitas) adalah persentase

abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass

Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam

meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah

dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)

berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada

obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-

orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya

normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%

memiliki berat badan lebih atau overweight (Depkes RI, 2006).

8

Page 9: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di

mana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan

serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular

karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang

dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga

memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri (Anonimb, 2009).

Ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat

di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan

epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi

pasien hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume

darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan

penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara

(Anonimb, 2009).

Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja

yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa

meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan

tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi

kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah

terjadinya hipertensi. Sedangkan hipertensi sangat erat dengan kejadian penyakit

jantung dan stroke (Anonimb, 2009).

Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan pengukuran berat

badan ideal, pengukuran presentase lemak tubuh dan pengukuran IMT. Indeks masa

tubuh juga digunakan untuk menilai keseimbangan energi seseorang. Di Indonesia

besaran IMT menggunakan batas ambang yang telah ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung IMT adalah sebagai berikut.

Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat badan(kg)Tinggi badan(m2)

Klassifikasi IMT orang dewasa dapat dilihat pada tabel ini :

9

Page 10: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil

penelitian di beberapa negara berkembang. Batas Ambang IMT di Indoneesia sebagai

berikut :

Tabel 2. Klassifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Orang Indonesia

IMT (kg/cm2)Kategori Keadaan

<17

17,0-18,5

Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan

Kurus

18,5-25,0 Normal

25,0-27,0

>27

Kelebihan berat badan tingkat ringan

Kelebihan berat badan tingkat berat

Gemuk

Sumber : Depkes (2002)

Departemen Kesehatan RI (2002) telah menetapkan nilai IMT > 25,0-27,0

dikategorikan kelebihan berat badan tingkat ringan dan > 27 termasuk kelebihan berat

badan tingkat berat (obesitas). Pada orang yang menderita obesitas akan berisiko

meningkatkan prevalensi penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi, diabetes

mellitus, dan penyakit jantung. Mortalitas dan morbiditas karena penyakit lainnya

pada penderita obese akan meningkat dan umur harapan hidup menjadi pendek

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

b. Stress

Stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu

dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang

berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan

sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik

atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk

mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap

pengaruh-pengaruh dari luar itu. Sudah lama diketahui bahwa stres atau

10

Page 11: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa

bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin

dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan

darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul berupa hipertensi atau penyakit maag. Stress juga

diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf

simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila

stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan

bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa yang

mendadak yang menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun

akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat

dipastikan (Anonimb, 2009).

c. Merokok

Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko

akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari.

Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada

mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan

hipertensi. Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah

segera setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,

nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru

dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah

mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada

kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

11

Page 12: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik

tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah

akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok.

Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan

menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada

pada level tinggi sepanjang hari. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin

akan timbul stimulan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya

epinefrin (adrenalin). Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa

mendadak sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga

meningkat, selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat. Nikotin

mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok sering mengalami

hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara tidak langsung

menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan

motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan

perubahan perilaku (Anonimb, 2009).

d. Olahraga/aktivitas fisik

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan

bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan

melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah,

tanpa perlu sampai berat badan turun (Depkes, 2006).

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer

yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung

sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih

berat karena adanya kondisi tertentu (Anonim b).

12

Page 13: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Pada kasus diabetes mellitus, olahraga ringan dapat membantu pembakaran

kalori sehingga memacu insulin untuk metabolisme glukosa. Pada penderita jantung,

olahraga sangat bermanfaat karena dapat membakar lemak sehingga risiko

penumpukan kolesterol dapat dikontrol. Olahraga juga dikaitkan dengan peran

obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan

memudahkan timbulnya hipertensi (Anonim b).

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita DM dan hipertensi

karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering

otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

(Anonim b).

e. Konsumsi alkohol

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.

Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah

merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan

asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan baru

nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap

harinya. Di Negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika

disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya.

Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di

kelompok usia ini (Depkes, 2006).

13

Page 14: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

f. Konsumsi garam berlebihan

Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung

natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang

mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas,

pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada

kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga

memicu terjadinya hipertensi. Garam merupakan faktor penting dalam

patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku

bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3

gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15

gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan

terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung

dan tekanan darah. Garam meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume

dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang

ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8

gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan

tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400

mg/hari. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan

yang meningkatkan volume darah (Anonimb, 2009).

g. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia

Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan

kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar

kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam

terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tekanan perifer

pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat (Depkes, 2006).

14

Page 15: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

F. Patofisisologi

a. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin pada pengaturan tekanan

arteri

Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus

menyebabkan pembentukan angiotensin I yang lebih banyak selama waktu tersebut.

Dalam beberapa detik hingga beberapa menit setelah pembentukan angiotensin I,

terdapat dua asam amino tambahan yang di pecah dari angiotensin I untuk

membentuk angiotensin II. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi di paru, yang

dikatalisis oleh suatu enzim yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endothelium

pembuluh paru (Guyton dan Hall, 2007).

Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan juga

mempengaruhi fungsi sirkulasi melalui cara lain. Walaupun demikian angiotensin II

menetap dalam darah hanya selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat

akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama

disebut angiotensinase (Guyton dan Hall, 2007) .

15

Gambar.1 Mekanisme vasokonstriksi renin angiotensin

Renin (ginjal)

Zat-zat renin Angiotensin I

Angiotensin II

Vasokonstriksi Retensi garam dan air oleh ginjal

Peningkatan tekanan arteri

Converting enzim (paru)

Mengalami inaktivasi

angiotensinase

Page 16: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua

pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama

yaitu vasokonstriksi di berbagai daerah di tubuh terjadi dengan cepat. Vasokonstriksi

terjadi terutama di arteriol dan jauh lebih lemah di vena. Konstriksi di arteriol akan

meningkatkan tahanan perifer total, akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri.

Konstriksi di vena-vena juga akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung,

sehingga membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan (Guyton dan

Hall, 2007).

Cara kedua yang membuat angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah

dengan menurunkan ekskresi garam dan air oleh ginjal. Hal ini perlahan-lahan akan

meningkatkan volume cairan ekstrasel, yang kemudian meningkatkan tekanan arteri

selama berjam-jam dan berhari-hari berikutnya. Efek jangka panjang ini, yang

bekerja melalui volume cairan ekstrasel, bahkan lebih kuat dari mekanisme

vasokonstriksi dalam menyebabkan peningkatan tekanan arteri (Guyton dan Hall,

2007).

b. Peningkatan volume cairan

16

Gambar.2 Urutan langkah-langkah peningkatan volume cairan ekstrasel dalam menyebabkan peningkatan tekanan arteri

Peningkatan cairan ekstrasel

Peningkatan volume darah

Peningkatan aliran balik darah vena ke jantung

Peningkatan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata

Peningkatan curah jantung

Peningkatan tekanan arteri

Autoregulasi

Peningkatan resistensi perifer total

Page 17: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Berdasarkan skema tersebut dapat menggambarkan bahwa seluruh mekanisme

yang mengakibatkan kenaikan volume cairan ekstrasel akan meningkatkan tekanan

arteri. Urutan peristiwanya yaitu :

1. Kenaikan volume cairan ekstrasel

2. Meningkatkan volume darah

3. Meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata

4. Meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung

5. Meningkatkan curah jantung

6. Meningkatkan tekanan arteri

Pada skema tersebut ada dua cara yang dapat meningkatkan tekanan arteri

yaitu melalui pengaruh langsung yang menyebabkan kenaikan curah jantung dan

tidak langsung yang menyebabkan kenaikan tahanan perifer melalui autoregulasi

aliran darah. Mekanisme tersebut terjadi ketika darah yang mengalir melalui suatu

jaringan jumlahnya berlebihan maka pembuluh darah jaringan setempat akan

berkonstriksi dan menurunkan aliran darahnya kembali normal. Fenomena ini disebut

“autoregulasi” yang secara sederhana berarti pengaturan aliran darah oleh jaringan

itu sendiri. Bila kenaikan volume darah meningkatkan curah jantung, aliran darah di

seluruh jaringan tubuh akan meningkat sehingga mekanisme autoregulasi ini akan

menyebabkan konstriksi pembuluh darah di seluruh tubuh. Keadaan ini selanjutnya

akan meningkatkan tahanan perifer total (Guyton dan Hall, 2007).

Pada akhirnya, karena tekanan arteri sama dengan curah jantung dikali

tahanan perifer total, maka peningkatan sekunder pada tahanan perifer total yang

disebabkan oleh mekanisme autoregulasi membantu dalam meningkatkan tekanan

arteri (Guyton dan Hall, 2007).

c. Aldosteronisme primer

Jenis lain dari hipertensi beban volume adalah yang disebabkan oleh

kelebihan aldosteron dalam tubuh. Aldosteron meningkatkan kecepatan reabsorbsi

garam dan air oleh tubulus ginjal, sehingga mengurangi hilangnya garam dan air

17

Page 18: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

dalam urin namun pada saat yang sama menyebabkan kenaikan volume darah dan

volume cairan ekstrasel yang mengakibatkan hipertensi. Dan bila asupan garam

dinaikan hipertensi akan menjadi lebih berat. Selain itu, bila keadaan ini menetap

selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun maka tekanan arteri yang berlebihan

sering menyebabkan perubahan patologis pada ginjal sehingga membuat ginjal

meretensi garam dan air lebih banyak lagi selain yang disebabkan secara langsung

oleh aldosteron (Guyton dan Hall, 2007).

G. Gejala klinis

Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak mempunyai gejala spesifik

yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi dengan

pemeriksaan fisis. Jika gejala membuat pasien datang ke dokter, dapat

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu :

1. Kenaikan tekanan darah itu sendiri

2. Penyakit vaskuler hipertensif

3. Penyakit yang mendasari pada kasus hipertensi sekunder

Meskipun dengan populer dianggap gejala kenaikan tekanan darah, sakit

kepala hanya karakteristik untuk hipertensi berat, paling sering terletak pada

daerah oksipital, terjadi ketika pasien bangun pada pagi hari, dan berkurang

secara spontan setelah beberapa jam. Keluhan lain yang mungkin berhubungan

adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, dan impotensi. Keluhan yang mengarah ke

penyakit vaskuler termasuk epitaksis, hematuria, pandangan kabur karena

perubahan retina, episode lemah atau pusing yang disebabkan oleh iskemia

serebral sementara, angina pectoris, dan dispnea yang disebabkan oleh gagal

jantung. Nyeri karena diseksi aorta atau bocornya aneurisma merupakan gejala

yang kadang-kadang terjadi. Contoh gejala yang berhubungan dengan penyakit

yang mendasarinya pada hipertensi sekunder adalah poliuria, polidipsia, dan

kelemahan otot sekunder terhadap hipokalemia pada pasien dengan

aldosteronisme primer atau berat badan bertambah dan emosi yang labil pada

18

Page 19: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

pasien dengan sindroma Cushing. Pada pasien feokromasitoma datang dengan

sakit kepala episodic, palpitasi, diaphoresis, dan pusing postural (Asdie, 2000).

H. Evaluasi hipertensi

Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk (Yogiantoro, 2006) :

1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya

atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan

menentukan pengobatan.

2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.

3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit

kardiovaskular.

Diagnosis hipertensi ditegakkan jika tekanan darah meningkat di atas 140/90

pada setidaknya tiga kali pengukuran atau di atas 125/80 pada pemantauan tekanan

darah 24 jam. Manset besar harus digunakan pada lengan yang besar. Jika tidak, akan

terjadi kesalahan pembacaan yang tinggi. Awal bunyi pertama menandakan tekanan

sistolik dan akhir bunyi terakhir merupakan bunyi diastolik. Retinopati hipertensif

mengkonfirmasi adanya hipertensi dan dapat mengindikasikan hipertensi maligna.

Hipertensi seringkali dikaitkan dengan obesitas, kelebihan asupan alkohol, resistensi

insulin, dan gout. Pemeriksaan penunjang dasar meliputi urinalisis, hitung darah

lengkap, elektrolit serum, profil lipid dan glukosa (lebih baik dengan puasa), dan

elektrokardiografi (EKG), idealnya dengan ekokardiografi untuk mengidentifikasi

hipertrofi ventikel kiri. Hipokalemia mengarah pada hiperaldosteronisme primer.

Pemeriksaan penunjang lanjutan dapat meliputi asam urat, katekolamin plasma dan

urin, atau kadar asam vanililmandelat (vanillylmandelic acid, VMA) untuk

menyingkirkan feokromasitoma, tes fungsi adrenal untuk memeriksa kelebihan

steroid, dan angiografi renal untuk menyingkirkan stenosis arteri renalis

(O’Callaghan, 2009)

19

Page 20: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

I. Komplikasi

1. Stroke dan serangan iskemik transien lebih sering ditemukan pada penderita

hipertensi. Selama stroke, tekanan darah dapat meningkat secara akut dan perlu

kehati-hatian untuk menurunkannya terlalu cepat atau terlalu mendadak.

Resistensi vaskular serebral akan meningkat karena efek hipertensi jangka

panjang, juga kemungkinan efek akut edema serebral, dan reduksi berlebihan

tekanan perfusi arteri serebral dapat meningkatkan iskemia serebral (Gray dkk,

2005).

2. Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan kekakuan dinding terhadap

pengisian diastolik dan gelombang “a” (sistol atrium) yang menonjol pada

ekokardiografi. Gagal ventikel kiri (disfungsi sistolik dan diatolik) dapat terjadi,

seringkali tanpa dilatasi ventrikel. Terapi dengan antihipertensi terutama

penghambat enzim pengkonversi angiotensin (angiotensi converting

enzyme/ACE). Telah terbukti mengurangi hipertrofi ventrikel kiri jika tekanan

darah diturunkan. Penyakit jantung koroner sering terjadi pada hipertensi, dan

bersama dengan disfungsi ventrikel kiri mungkin menyebabkan tingginya angka

kematian penyakit jantung.

Risiko kejadian jantung (kematian, infark miokard, gagal jantung, aritmia

ventrikel) akan berkurang jika hipertensi diturunkan. Jika tekanan diastolik

diturunkan di bawah 80 mmHg risiko akan mulai meningkat lagi, disebut sebagai

kurva berbentuk J, meskipun pengamatan ini masih diperdebatkan. Peningkatan

gejala penyakit jantung pada tekanan diastolik yang rendah mungkin disebabkan

karena rendahnya tekanan perfusi koroner, yang dengan miokard yang menebal

disertai resistensi arteriol yang meninggi akibat proses hipertensi, menyebabkan

iskemia jantung terutama pada malam hari ketika tekanan darah biasanya paling

rendah (Gray dkk, 2005).

Penyakit jantung koroner tidak selalu disertai dengan gejala yang jelas

menunjukkan bahwa seseorang menderita penyakit jantung koroner. Terutama untuk

20

Page 21: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

individu yang jarang melakukan aktifitas fisik berat yang membuat beban jantung

bertambah. Salah satu tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang

menderita penyakit jantung koroner adalah dengan melakukan treadmill (Karolina,

2012) .

Tes treadmill merupakan salah satu uji latih jantung (cardiac stress test) yaitu

sebuah tes untuk mengetahui respon jantung terhadap latihan. Ada dua cara yang

dikenal sebagai uji latih jantung yaitu treadmill atau dengan sepeda ergometri. Tes ini

merupakan pilihan pertama pada pasien dengan risiko penyakit jantung koroner

seperti memiliki riwayat merokok, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner,

hipertensi, diabetes mellitus dan memilik riwayat kadar kolesterol yang tinggi.

Menurut American Heart Association tes ini memiliki sensitifitas (kemampuan alat

tes untuk mengidentifikasi positif orang yang memiliki penyakit) sebesar 73-90 %

dan spesifisitas (kemapuan alat tes untuk mengidentifikasi negatif orang yang tidak

memiliki penyakit 50-74 % (Karolina, 2012).

Pada pelaksanaan tes ini elektroda ditempatkan di berbagai bagian di dada dan

sebuah alat pengukur tekanan darah dipasang dilengan. Pasien disarankan untuk tidak

makan, minum, dan merokok dua jam sebelum tes. Tes ini dilakukan dengan berjalan

diatas treadmill dengan peningkatan kecepatan berjalan secara bertahap sementara

elektrokardiogram merekam reaksi jantung terhadap beban yang semakin meningkat.

Selama pelaksanaan tes, akan dilakukan monitor rekam jantung, tekanan darah,

pernapasan, denyut jantung dan keluhan yang dilakukan selama pelaksanaan tes.

Sebelum pelaksanaan tes, akan dilakukan pencatatan riwayat penyakit pasien dan

kemampuan aktifitas fisik, serta dilakukan pemeriksaan awal dalam keadaan istirahat.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki gejala yang

menjadi kontraindikasi mutlak maupun relatif dari tes ini (Karolina, 2012).

Tes ini sangat membantu dokter untuk menentukan apakah seseorang

menderita penyakit jantung koroner atau memperkirakan beban jantung maksimal,

sehingga sangat bermanfaat karena bisa dilakukan evaluasi sejak awal dan bisa

dilakukan terapi sedini mungkin, dan diharapkan menurunkan komplikasi dan

21

Page 22: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

meningkatkan harapan hidup bagi para penderita penyakit jantung koroner (Karolina,

2012).

3. Retinopati

Retinopati sering terjadi dan dibagi dalam stadium menurut keparahannya

(O’Callaghan, 2009) yaitu :

a) Stadium 1: spasme arteri, arteri berbelit, gambaran silver-wire.

b) Stadium 2 : nipping arteriovena.

Vena terlihat lebih sempit ketika arteri melintas diatasnya.

c) Stadium 3 : perdarahan, termasuk perdarahan api.

Ekstravasasi lipid menyebabkan eksudat, eksudat keras merupakan eksudat

lama, sedangkan eksudat lunak atau bercak cotton-wool menunjukkan

hipertensi berat yang akut.

d) Stadium 4 : papil edema.

Pembengkakan diskus optikus.

4. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan

keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan

menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis (Corwin,

2009).

5. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna.

Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.

Neuron-neoron disekitanya kolaps dan terjadi koma serta kematian(Corwin,

2009).

6. Kejang dapat terjadi pada wanita preeclampsia. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami

kejang selama atau sebelum proses persalinan (Corwin, 2009).

22

Page 23: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

J. Penatalaksanaan

Tujuan terapi untuk pasien hipertensi adalah:

1. Secara keseluruhan tujuan penanganan hipertensi adalah mengurangi

morbiditas dan kematian.

2. Target nilai tekanan darah adalah kurang dari 140/90 untuk hipertensi tidak

komplikasi dan kurang dari 130/80 untuk penderita diabetes mellitus serta

ginjal kronik.

3. TDS merupakan indikasi yang baik untuk risiko kardiovaskular daripada TDD

dan seharusnya dijadikan tanda klinik primer dalam mengontrol hipertensi

(Yulinah dkk, 2008).

a. Terapi non-farmakologi

Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk

memodifikasi gaya hidup, seperti :

1) Penurunan berat badan jika kelebihan berat badan

2) Melakukan diet makanan yang diambil DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension)

3) Mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2.4 g/hari (6

g/hari NaCl)

4) Melakukan aktivitas fisik seperti aerobik

5) Mengurangi konsumsi alkohol

6) Menghentikan kebiasaan merokok

Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap 1 atau 2 sebaiknya

ditempatkan pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara bersamaan.

23

Page 24: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

b. Terapi farmakologi

1) Pemilihan obat tergantung pada derajat meningkatknya tekanan darah dan

keberadaan compelling indication.

2) Kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawali dengan

diuretic thiazide. Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya diberikan terapi

kombinasi, salah satu obatnya diuretic thiazide kecuali terdapat

kontraindikasi.

3) Ada 6 compelling indication yang spesifik dengan obat anti hipertensi serta

memberikan keuntungan yang unik.

4) Diuretic, β blocker, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE),

Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB)

merupakan agen primer berdasarkan pada data kerusakan organ target atau

morbiditas dan kematian kardiovaskular.

5) α Blocker, α1-agonis sentral, inhibitor adrenergik, dan vasodilator merupakan

alternatif yang dapat digunakan penderita setelah mendapatkan obat pilihan

pertama.

24

Page 25: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

BAB III

KUNJUNGAN RUMAH

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Wa Mima

Umur : 54 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : RT 0011/ RW 01/ Kelurahan Lapulu

Tabel.1 Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

No

.

Nama

Anggota

Umur

L/P

Hubungan

Keluarga

Pendidikan/

Pekerjaan

Imunisasi Keadaan

fisik

1. La Usa 60 thn/

L

KK Wiraswasta Tidak tahu Sehat

2. Wa Mima 54 thn/

P

Istri IRT Tidak tahu Sakit

B. Genogram

= Pasien

25

Page 26: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

C. Anamnesis

1. Keluhan utama : pusing

2. Keluhan tambahan : perasaan tegang di leher dan sakit kepala

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan keluhan pusing berputar yang disertai tegang di leher

dan sakit kepala. Sakit kepala dapat timbul > 3 kali dalam sehari dan terasa

lebih berat jika pasien capek dan stress. Keluhan yang dirasakan pasien

membuat kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain

nyeri kepala, selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering

tegang atau kaku dan sulit tidur. Keluhan yang dirasakan pasien sejak 3

tahun yang lalu tetapi cenderung hilang timbul. Saat itu pasien sempat

berobat ke puskesmas dan dikatakan bahwa pasien menderita penyakit darah

tinggi dan dokter kemudian memberikan obat untuk dapat menurunkan

tekanan darah tingginya, namun pasien mengakui tidak rutin menkonsumsi

obat-obatan tersebut.

Semenjak pasien tediganosa sakit pasien tidak terlalu rutin minum

obat. Pasien lebih sering mengkosultasikan penyakitnya kepada orang pintar.

Tetap beberapa bulan yang lalu keluhan yang dirasakan pasien mulai

memberat sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke dokter

praktek.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 2011

Riwayat diabetes mellitus (-)

5. Riwayat kebiasaan pasien

Sering mengkonsumsi makanan yang tinggi garamnya, gorengan dan jarang

berolahraga.

6. Riwayat penyakit keluarga

Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit kedua orag tuanya.

Pasien juga menyangkal ada saudaranya yang menderita penyakit hipertensi

26

Page 27: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

D. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit ringan

Tanda Vital

Tekanan darah : 170/100 mmHg

Frekwensi nadi : 84 x/menit

Frekwensi napas : 18 x/menit

Suhu : 37 oC

Berat badan : 47 Kg

Tinggi badan : 145 Cm

IMT : 22,3 kg/m2

Kepala : Normosefal

Kulit : Tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis

sklera tidak ikterik

palpebratidak edema

Telinga : Nyeri tekan processus mastoideus tidak ada

selaput pendengaran tidak ada kelainan

pendengaran baik

Hidung : Dalam batas normal

Tenggorok: Faring tidak hiperemis

Leher : Tekanan vena jugularis normal

Tidak terdapat pembesaran KGB.

Thorax : :

Pulmo

Inspeksi : dada simetris kira=kanan, retraksi intercosta (-)

Palpasi : Vocal premitus normal kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : BP : Vesikuler BT : Rh-/- Wh : -/-

Cor

27

Page 28: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Perkusi : Pekak

Auskultasi: Bunyi jantung I –II murni regular

Tidak terdengar gallop maupun murmur

Abdomen :

Inspeksi : Tampak cembung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Auskultasi: bising usus kesan normal

Genito Urinaria : Tidak dilakukan

Ekstremitas

Edema : Tidak ada udema

Akral dingin : Tidak

Cap refill : Normal

PemeriksaanKelenjar limfe

Leher; Kanan :

Normal

Kiri :

Normal

Axilla Kanan :

Normal

Kiri :

Normal

Inguinal Kanan :

Normal

Kiri :

Normal

D Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

1. Pemerikasaan fungsi ginjal: ureum dan kreatinin

2. Pemerikasaan elektrolit serum : kalium

3. Pemeriksaan profil lipid : kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida

28

Page 29: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

4. Pemerikasaan glukosa darah : GDS maupun GDP

5. Pemeriksaan asam urat

6. Pemeriksaan foto thoraks

7. Pemeriksaan elektrokardiografi

8. Pemeriksaan echocardiogram

E Alasan diperlukan pemeriksaan penunjang

1. Pemerikasaan fungsi ginjal: ureum dan kreatinin

Pemeriksan ini diperlukan untuk keadaan funsi ginjal yang sering

dihunbungakan dengan penyebab hipertensi maupun dari kompilkasi

penyakit hipertensi itu sendiri.

2. Pemerikasaan elektrolit serum : kalium

Pemerikasaan ini dilakukan untuk mengindikasikan terjadinya

hiperaldosteronisme primer yang dapat menjadi penyebab penyakit

hipertensi

3. Pemeriksaan profil lipid : kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida

Peningkatan profil lipid dalam tubuh dapat menjadi penyebab factor

risiko terjadi hipertensi.

4. Pemerikasaan glukosa darah : GDS maupun GDP

Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya hiperglikemia yang dapat

menjadi faktor risiko

5. Pemeriksaan asam urat

Peningkatan kadar asam urat dapat menjadi faktor risiko kejadian

hipertensi

6. Pemeriksaan foto thoraks

Pemeriksaan ini berperan untuk mengetahui adanya pembesaran jantung

maupun vaskularisasi dan aorta yang melebar.

7. Pemeriksaan elektrokardiografi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya hipertrofi ventrikel kiri dan

29

Page 30: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

atrium kiri dan adanya penyaki jantung koroner atau aritmia.

8. Pemeriksaan echocardiogram

Pemeriksaan ini berperan untuk mengetahui penebalan dinding ventrikel

kiri.

F Hasil laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

G Diagnosis kerja

Hipertensi grade II

H Diagnosis Banding

Hipertensi sekunder

I Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien

Memberikan pasien penatalaksanan baik farmakologis maupun non

farmakologis seperti : terapi amlodipin 10 mg 1 kali sehari, pasien dapat pula

di edukasi untuk mengurangi makanan yang tinggi garam, makan yang

digoreng, rajin berolahraga meskipun hanya alan maupun lari-lari kecil di

sekitaran rumah serta mengurangu tingkat stress.

J Pasien ini perlu dirujuk

Pasien ini perlu dirujuk ketika didapatkan gejala-gejala yang lebih

berat seperti sakit kepala hebat, nyeri dada, sesak, dan terjadi kelumpuhan

secara tiba-tiba serta keluhan tersebut sangat mengganggu aktifitas sehari-

hari.

K Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang penyakit

yang di derita

Beberapa penjelasan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya

tentang penyakit yang sedang di derita yaitu apa itu penyakit hipertensi,

penyebab dan faktor-faktor risikonya, kompilkasi, dan penatalaksanaan yang

dapat dilakukan untuk mengobati penyakit ini.

Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan pengingkatan

30

Page 31: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

tekanan darah seseorang yaitu ≥140/90 mmHg. Penyebab hipertensi dapat

dikategorikan berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer yang

tidak/belum diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang dapat

disebabkan akibat dari adanya penyakit lain, seperti penyakit ginjal maupun

kelainan hormonal. Faktor risiko dari hipertensi dapat dibagi menjadi faktor

risiko yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin dan keturunan dan

faktor risiko yang dapat diubah seperti kegemukan, stress, merokok,

konsumsi alkohol berlebih, olahraga, konsumsi garam berlebihan, dan

hiperlipidemia.

Menjelaskan pula penyakit hipertensi ini merupakan penyakit yang

tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan menerapkan pola

hidup, dan teratur minum obat. Penyakit hipertensi juga dapat menyebabkan

komplikasi yang berbahaya jika tidak diobati seperti gagal jantung, stroke,

penglihatan juga dapat terganggu.

Olehnya itu pasien disarnakan untuk mengokonsumsi obat

antihipertensi secara rutin dan membiasaakan pola hidup sehat seperti

mengkonsumsi makanan yang rendah garam, berolahraga walaupun hanya

sekedar lari-lari kecil, dan menghindari stress

L Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya

dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita

Pasien harus memiliki semangat untuk tetap sehat dengan selalu

aktif mengontrol tekanan darahnya atau setiap ada keluhan serta secara rutin

mengkonsumsi obat anti hipertensi. Keluarga juga sangat berperan dalam hal

mengingatkan pasien agar mengkonsumsi obatnya secara teratur, mengontrol

makanan yang akan dikonsumsi pasien dan menjaga pasien agar pasien selalu

merasa nyaman dan tidak terbebani oleh pikiran yang dapat menjadi pencetus

stress.

31

Page 32: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

M Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya.

Penyuluhan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu

berupa Penjelasan tentang penyakit hipertensi, penyebab dan faktor risikonya,

komplikasinya dan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan

darah agar tetap stabil

N Upaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya ( pencegahan

primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)

1. Pencegahan primer

- Health promotion: penyuluhan tentang penyakit hipertensi

- Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko hipertensi dengan

menerapkan pola hidup sehat misalnya pola makanan, olah raga rutin,

stress fisik dan emosional serta cukup istirahat.

2. Pencegahan sekunder

- Early diagnosis dan prompt treatment: melakukan skrining keluarga

dengan mengukur tekanan darah semua anggota keluarga dan jika ada

anggota keluarga yang mengalami hipertensi juga maka segera diberi

pengobatan sehingga dapat mencegah atau memperlambat terjadinya

komplikasi dari hipertensi dan menganjurkan kepada semua anggota

keluarga jika mengalalmi suatu keluhan agar segera ke fasilitas

kesehatan untuk mendapatkan pengobatan

3. Pencegahan tersier

- Disability limitation: pola hidup (pola makan dan olahraga) harus

baik, pengobatan harus adekuat sehingga mencegah terjadinya

komplikasi maupun kematian

- Rehabilitation: jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien

makan dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga

komplikasi yang dialami dapat dicegah perburukannya atau bahkan

diminimalisir misalnya fisioterapi.

32

Page 33: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT KUNJUNGAN RUMAH

Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis

holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik.

A Perjalanan penyakit saat ini :

Pasien dengan keluhan pusing berputar yang disertai tegang di leher

dan sakit kepala. Sakit kepala dapat timbul > 3 kali dalam sehari dan terasa lebih

berat jika pasien capek dan stress. Keluhan yang dirasakan pasien membuat

kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala,

selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau

kaku dan sulit tidur. Keluhan yang dirasakan pasien sejak 3 tahun yang lalu

tetapi cenderung hilang timbul. Saat itu pasien sempat berobat ke puskesmas

dan dikatakan bahwa pasien menderita penyakit darah tinggi dan dokter

kemudian memberikan obat untuk dapat menurunkan tekanan darah tingginya,

namun pasien mengakui tidak rutin menkonsumsi obat-obatan tersebut.

Semenjak pasien tediganosa sakit pasien tidak terlalu rutin minum obat.

Pasien lebih sering mengkosultasikan penyakitnya kepada orang pintar. Tetap

beberapa bulan yang lalu keluhan yang dirasakan pasien mulai memberat

sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke dokter praktek.

B Riwayat penyakit keluarga :

Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit kedua orag tuanya.

Pasien juga menyangkal ada saudaranya yang menderita penyakit hipertensi.

C Riwayat penyakit dahulu

Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 2011

Riwayat diabetes mellitus (-)

33

Page 34: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Diagnosis holistik

D Aspek personal

Pasien berobat dengan harapan tekanan darahnya dapat turun

setelah mengkonsumsi obat, tetapi dari hasil wawancara dapat disimpulkan

kalau selama 3 tahun pasien mengetahui menderita penyakit darah tinggi

pasien tidak terlalu rutin berobat. Pasien juga cenderung tidak memahami

mengenai penyakitnya itu sendiri. Terkadang pasien lebih mempercayai

untuk berobat ke orang pintar (dukun) dibanding pergi ke puskesmas.

Pasien juga merupakan orang yang sangat pendiam dan tertutup,

hal ini ditunjukkan pada saat melakukan wawancara pasien cenderung

menjawab seadanya. Pasien memliki kecenderungan untuk menyimpan

masalahnya sendiri sehingga dapat berdampak menjadi suatu stressor yang

dapat menjadi pencetus penyakit hipertensi.

E Aspek risiko internal

Faktor risiko terjadinya hipertensi pada pasien ini adalah usia

pasien sudah lebih dari 40 tahun, konsumsi makan yang tinggi garam

dalam waktu yang lama, jarang berolahraga dan stress.

F Aspek psikososial keluarga

Di rumah pasien hanya tinggal bersama suaminya. Empat orang

anaknya sudah berkeluarga sehingga sudah tidak tinggal bersama dan satu

orang anaknya pergi merantau sebagai petugas pelayaran. Anaknya yang

menikah tinggal tidak terlalu jauh dari rumahnya sehingga masih

berkesempatan untuk menjenguk orangtuanya. Hubungan suami dan anak-

anaknya baik begitu pula hubungan dengan tetangga baik.

34

Page 35: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

G. Sosial Hubungan dengan suami dan anak-anaknya

baik, tetapi pasien tampaknya merasa kesunyian karena

hanya tinggal berdua bersama suaminya. Tidak ada

masalah baik di rumah maupun dengan tetangganya.

Pendidikan pasangan suami-istri ini hanya sampai SR,

tetapi mereka dapat menyekolahkan anaknya sampai

SMA.

H. Ekonomi

.

Sebelum sakit pasien adalah seorang penjahit

pakaian, suaminya adalah seorang tukang batu, tetapi

karena usia mereka sudah lanjut, saati ini mereka lebih

menggantungkan ekonominya pada anaknya yang

bekerja di pelayaran yang selalu mengirimkan uang

setiap bulan berkisar Rp500.000,00 sampai

Rp750.00,00. Uang yang dikirimkan hanya cukup untuk

makan, sehingga untuk kebutuhan lainnya pasien

biasanya meminta kepada anaknya yang lain.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan keadaan

ekonomi pasien tersebut adalah menengah ke bawah.

I. Penggunaan

pelayanan

kesehatan

.

Pasien lebih sering pergi ke dukun

dibandingkan ke puskesmas. Beberapa bulan yang lalu

oleh karena tekanan darahnya tidak pernah turun

akhirnya anaknya membawa ibunya ke dokter praktek,

tetapi sampai saat ini mereka tidak membawa lagi

ibunya untuk kembali kontrol ke dokter ataupun ke

puskesmas.

J. Perilaku yang tidak

menunjang kesehatan.

Pasien jarang berolahraga, konsumsi makanan

yang tinggi garam dan sejak sakit pasien lebih sering

35

Page 36: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

untuk berdiam diri di rumah.

K. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga

Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor

pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan

kesehatan yang digunakan

oleh keluarga

Puskesmas dan Rumah

sakit

Memuaskan

Cara mencapai sarana

pelayanan kesehatan tsb

Menggunakan kendaraan

roda 2

Tarif pelayanan kesehatan

yang dirasakan

(sangat mahal,mahal,

terjangkau, murah, gratis)

Mahal, karena tidak

memiliki kartu BPJS

Kualitas pelayanan

kesehatan yang dirasakan

(sangat baik, baik, biasa,

kurang baik, buruk)

Baik

L. Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah :

(milik sendiri, kontrak, menumpang.)

Daerah perumahan :

(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)

Milik sendiri

Tidak padat, kurang

bersih

Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan tentang

faktor lingkungan tempat

tinggal

Luas rumah : 4 x 6 m2

Bertingkat / tidak Tidak bertingkat

Jumlah penghuni rumah : 2 orang

Luas halaman rumah : 2m x 3m

Kondisi halaman : Kurang bersih

36

Page 37: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Lantai rumah dari : semen

Dinding rumah dari : Papan

Kondisi dalam rumah : Kurang bersih

P. INTERVENSI PADA KELUARGA

Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK

LANJUT.

Kunjungan

pertama,

Senin, 25

Agustus 2014

Beberapa intervensi yang diberikan pada pasien ini yaitu :

1. Melakukan edukasi mengenai penyakit hipertensi.

2. Merencanakan pola makan pasien sesuai dengan penyakitnya

seperti mengkonsumsi makanan yang rendah garam, mengurangi

makanan yang tinggi lemak.

3. Menghindari terpaparnya asap rokok.

4. Olahraga atau latihan fisik..

5. Mengurangi stress.

6. Minum obat secara rutin.

Tindak lanjut

Selasa, 26

Agustus 2014

Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah

diberikan yaitu pasien hanya memahami kurang lebih 50% tentang

hipertensi, tetapi pasien memiliki keinginan untuk berobat dan

mengubah pola hidupnya.

37

Page 38: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Adapun simpulan dari hasil kunjungan rumah yaitu :

1. Diagnosis holistik dari hasil kunjungan rumah pada pasien ini yaitu dari

aspek klinis diagnosis pasien adalah hipertensi grade II, dari aspek personal

pasien lebih mempercayai pengobatan non-medis, dari aspek risiko internal

usia pasien lebih dari 40 tahun, kebiasan pasien konsumsi garam yang tinggi,

serta stress, dari aspek sosial pasien tampak kesunyian karena hanya tinggal

bersama suaminya, dari aspek ekonomi pasien merupakan ekonomi

menengah ke bawah.

2. Intervensi yang dilakukan kepada pasien ini yaitu melakukan edukasi

mengenai penyakit hipertensi, merencanakan pola makan pasien sesuai

dengan penyakitnya seperti mengkonsumsi makanan yang rendah garam,

mengurangi makanan yang tinggi lemak, menghindari terpaparnya asap

rokok, olahraga atau latihan fisik, mengurangi stress, dan minum obat secara

rutin.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan kepada pasien yaitu:

1. Saran kepada Mahasiswa

a. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan

baik pada keluarga maupun lingkungannya.

b. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga

untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga

tersebut.

2. Saran kepada Puskesmas

38

Page 39: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit yang tergolong berat seperti hipertensi.

3. Penderita

a. Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang

dipercaya, sehingga mengurangi beban pikirannya.

b. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.

c. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat

terdekat.

39

Page 40: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonimnb. 2009. Faktor Resiko Hipertensi yang dapat Dikontrol. http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/511-faktor-resiko-hipertensi-yang-dapat-dikontrol diakses 25 Agustus 2014

Armilawaty, Amalia, H., Amiruddin, R. 2007. Hipertensi dan Faktor Risiko dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM Unhas. http://ridwanamiruddin.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/ diakses pada tanggal 25 Agustus 2014

Asdie, A.H. 200. Harisson PRINSIP-PRINSIP ILMU PENYAKIT DALAM Vol.3. Jakarta: EGC.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC. Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.

Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-penemuan-dan-tatalaksana-hipertensi1.pdf diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 .

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Gray, H., Dawkins, K., Simpson, I., Morgan, J. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGCKarolina, W. 2012. Tes Treadmill, Cara Mudah uintuk Mengetahui Penyakit Jantung

Koroner. http://jantungsehat.web.id/?p=325 diakses pada tanggal 25 Agustus 2014.

Lubis, F. 2008. Dokter Keluarga sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayan Keluarga. http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/566/563 diakses pada tanggal 28 Agustus 2014

O’Callaghan, CA. 2009. At a Glance SISTEM GINJAL, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Robins, Kumar, Cotran. 2009. Buku Ajar Patologi, Edis 7. Jakarta: EGC.The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf diakses tanggal 25 agustus 2014.

Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jilid I, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyaki Dalam FK UI.

40

Page 41: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Yulinah E, Retnosari, Joseph, I Ketut, Prayitno, Kusnandar. 2009. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI.

LAMPIRAN

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

41

Page 42: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

42

Page 43: Kunjungan Rumah pasien HT.docx

Kondisi Rumah Pasien

43