Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 |...
Transcript of Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 |...
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 1
DIVISI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH
2019
8 FINALIS LOMBA ESSAY OLIMPIADE SEJARAH 2019
“Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Membangun Identitas
Bangsa”
Grand Design
Dorotea Adriana Arya Putri
Editor
Galang Kanugraha, Sri Andini, Raras Dhina P, Ardika Krisna M, Gunawan
Wibisono, Kristiana, Nanda Hasna K, Cristin Wulandari, Dorotea Adriana A P
Cover dan Layout
Tim Editor
Penulis
Ajeng Nazhifa T, Akmal Yusam El H, Dhiyaa Rahma N, Ivana Angeline S,
Karisma Kusmaningsih, Martinus Kurnia Yunaiko P, Muhammad, Tiffany
Pryanka A
Cetakan Pertama, Desember 2019
Diterbitkan Oleh
Divisi Penelitian dan Pengembangan Periode 2019
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri YogyakartaKompleks Pusat Kegiatan
Mahasiswa Lantai 2 FIS UNY
e-mail : [email protected]
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | i
SAMBUTAN
Gunawan Wibisono
Penanggung Jawab Essai Olimpiade Sejarah 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kehadirat Allah SWT/Tuhan
YME karena rahmat dan hidayahnya sehingga buku HMPS Berkarya yang memuat
karya 8 Finalis Essai olimpiade 2019 dapat diselesaikan, dicetak serta dapat
menjadi karya yang tidak akan pernah terlupakan.
Pertama saya mengucapkan selamat kepada 8 Finalis Essai Olimpiade
Sejarah 2019 yang telah berusaha sekuat tenaga untuk membuat serta menyajikan
karya esaai, sehingga dapat dimuat dalam buku HMPS Berkarya ini. Untuk yang
lain semoga tahun berikutnya karya kalian akan dimuat dalam Buku HMPS
Berkarya ini.
Buku ini disusun tidak terlepas dari bantuan teman-teman Divisi Penelitian
dan Pengembangan periode 2019 yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyusun buku ini dengan maksimal. Semoga buku ini tidak hanya menjadi buku
yang dipajang saja, tetapi menjadi bahan bacaan, referensi bagi generasi selanjutnya
untuk meningkatkan budaya menulis, serta menjadi karya yang tidak akan terlupan
sepanjang masa. Karena dengan menulis, kita kan selalu dikenang melalui karya
tulisan kita.
Demikian sambuatan dari saya, jika ada salah kata dalam sambuat ini saya
meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Yogyakarta, 20 Desember 2019
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | ii
SAMBUTAN
Agung Bahroni
Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan
YME atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta pertolongan-Nya
sehingga penyusunan buku HMPS BERKARYA tahun 2019 dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya.
Buku ini disusun untuk memuat hasil karya finalis 8 Besar Peserta Lomba
Essay Sejarah tingkat SMA/Sederajat se-Jawa yang telah terlaksana pada bulan
Oktober 2019. Buku HMPS BERKARYA inisebagai bentuk apresiasi bagi peserta
Finalis 8 Besar Lomba Essay Sejarah tingkat SMA/Sederajat se-Jawa tahun 2019.
Disatu sisi, dengan disusunnya buku HMPS BERKARYA diharapkan dapat
meningkatkan minat menulis dan melakukan penelitian yang berkaitan dengan
sejarah utamanya dikalangan pelajar.
Penyusunan buku HMPS BERKARYAini tidak dapat terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Saya ucapkan banyak-banyak terimakasih khususnya kepada Divisi
Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah periode
2019 yang telah berupaya sedemikian rupa untuk menyusun dan menyelesaikan
buku HMPS Berkarya ini. Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih untuk
Finalis 8 Besar Peserta Lomba Essay Sejarah tingkat SMA/Sederajat se-Jawa tahun
2019 yang telah berpartisipasi dan menyajikan karya terbaiknya dalam Lomba
Essay tersebut.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga buku HMPS BERKARYA
ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang membacanya dan menjadi
referensi baru bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 20 Desember 2019
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | iii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
KUMPULAN KARYA
1. Pengamalan Pancasila Melalui Pembelajaran Sejarah Dengan Budaya
Literasi di Era Revolusi 4.0
Ajeng Nazhifa Taqiyya ................................................................................. 1
2. Implementasi Nilai Pancasila Pada Pembelajaran Sejarah Sebagai
Jawaban Untuk Tantangan Revolusi 4.0
Akmal Yusam Deva El Haq .......................................................................... 8
3. Sejarah Perumusan Pancasila Untuk Mewujudkan Identitas Bangsa
Dhiyaa Rahma Nabila ................................................................................ 14
4. Revitalisasi Semangat Gotong Royong Melalui Pembelajaran Sejarah
Dalam Menghadapi Artificial Intelligence (AI) pada Era Revolusi 4.0
Ivana Angeline Susandi .............................................................................. 22
5. Munculnya Semangat Persatuan Rakyat Indonesia Dipelopori Oleh
Sosok-sosok Penggagas Pancasila
Karisma Kusmaningsih .............................................................................. 30
6. Peran Pembelajaran Sejarah Dalam Memerdekakan Kemerdekaan
Martinus Kurnia Yunaiko Putra ................................................................ 35
7. Gagasan Soepomo Dalam Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar
Negara Indonesia
Muhammad ................................................................................................. 42
8. Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila Melalui Pembelajaran Sejarah
Bermuatan Bela Negara di Era Revolusi 4.0
Tiffany Pryanka Andini .............................................................................. 49
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 1
Pengamalan Pancasila Melalui Pembelajaran Sejarah Dengan Budaya
Literasi di Era Revolusi 4.0
Oleh :
Ajeng Nazhifa Taqiyya
SMAIT ABU BAKAR YOGYAKARTA
Sub Tema : Peran Pembelajaran Sejarah dalam Mengimplementasikan Pancasila
di Era Revolusi 4.0
Latar Belakang
Pembelajaran sejarah adalah belajar tentang masa lalu untuk mengingat
dan membimbing manusia kepada bangsa, dimana manusia akan teringat
tentang perjuangan pemimpin-pemimpin bangsa terdahulu dalam menegakkan
negara ini. Hal-hal yang terkandung didalamnya merupakan implementasi-
implementasi dan harus diteruskan kepada generasi saat ini. Seiring berjalanya
waktu dan perubahan zaman, telah terjadi banyak perubahan dalam hal moral,
tindakan, dan kesadaran manusia untuk melakukan perbuatan yang bersifat
nasionalisme.Pembelajaran sejarah di era globalisasi ini, manusia dituntut untuk
bertindak akan pentingnya persatuan agar lebih menumbuhkan kesadaran
sejarah yang pernah dilakukan bangsa terdahulu.
Selama ini pendidikan sejarah di sekolah atau dimanapun selalu
dianggap remeh dan bahkan dirasa membosankan. Oleh karena itu, guru juga
dituntut untuk memberikan motivasi agar anak didik mencintai pelajaran sejarah
sehingga senantiasa mengenang dan meneruskan perjuangan, antara lain dengan
cara mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contohnya adalah guru diharapkan dapat menumbuhkan minat baca dan literasi
tentang sejarah kepada anak didik. Dengan demikian, generasi yang akan
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 2
datang diharapkan kembali mengenal dan mencintai bangsa melalui
pembelajaran sejarah. Esai ini mengangkat salah satu konsep dalam
perkembangan sejarah di era revolusi 4.0 yaitu dengan meningkatkan budaya
literasi serta mengharapkan para generasi saat ini kembali mengenang sejarah
dan menjadikan pancasila sebagai nilai-nilai dasar kehidupan.
Pembahasan
A. Peran Pembelajaran Sejarah di sekolah
Upaya pemahaman sejarah oleh warga negara merupakan bagian dari
usaha menempatkan bangsa dalam konteks perubahan zaman yang terus
berlangsung, sehingga sumber-sumber sejarah akan dapat dijadikan sebagai
pemersatu dan pengikat identitas bangsa di tengah perkembangan hubungan
dunia internasional. Setiap warga negara harus mengetahui gambaran sejarah
negara, sehingga negara berkewajiban untuk sejauh mungkin memperkenalkan
visi kesejarahan dan memberikan gambaran tentang sebuah sejarah nasional
yang dapat dipahami dari generasi ke generasi. Melalui penegasan kesejarahan
nasional, identitas bangsa akan terus terpelihara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR, 2012:17).
Sejarah mempunyai peranan yang penting, karena hanya dengan
melihat ke masa lalu kita akan dapat membangun masa depan dengan lebih
baik. Selebihnya, sejarah juga menawarkan cara pandang yang kritis mengenai
masa lalu, sehingga tidak akan terjebak pada archaisme dan makronisme,
sekalipun berpijak pada jati diri yang terbentuk di masa lampau sejarah kita
(Kuntowijoyo, 2003 : 133). Peran pembelajaran sejarah di era revolusi industri
4.0 adalah sebagai pendidik karakter bagaimana menyadarkan siswa untuk
belajar dari masa lalu agar kesalahan yang sama tidak akan pernah terulang
kembali. Pembelajaran sejarah ini dapat menjadi filter terhadap perkembangan
zaman, apalagi di era milenial yang notabennya semua dapat diakses melalui
Information Tecnologi. Hal inisangatmendukung tindak negatif dari para siswa.
Jika hal tersebut tidak diimbangi dengan penyadaran akan pentingnya sejarah
dikhawatirkan akan merusak moral bangsa kita.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 3
Dengan adanya pembelajaran sejarah di era sekarang terutama
kurikulum 2013 sudah memberikan ruang yang besar di sekolah-sekolah. Jika
masih banyak siswa yang belum sadar akan sejarah, itu yang menjadi PR
atau tugas kita bersama, bagaimana membuat sejarah itu melekat dihati tanpa
menghilangkan unsur kesejarahan. Cara membentuk kesenangan dihati siswa
bisa dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka, jika
mereka sudah senang dengan cara yang dilakukan guru, dengan sendirinya
siswa juga akan senang dengan pelajarannya (Finna Wijayanti, Wawancara.
05 Oktober, 2019).
B. Penerapan Nilai Pancasila di era 4.0
Pada hakikatnya yang menjadi dasar kesatuan Pancasila adalah manusia.
Di dalam sila-sila Pancasila hanya terdapat satu pendukung yaitu manusia. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa yang berketuhanan yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/ perwakilan, dan yang berkeadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada
hakikatnya adalah manusia. Jadi yang menjadi pendukung pokok dan subjek
sila sila Pancasila adalah manusia. Pancasila adalah dasar filsafat negara
Republik Indonesia, dan negara Republik Indonesia adalah negara bagi bangsa
Indonesia, adapun bangsa Indonesia adalah terdiri atas sejumlah manusia
(Notonagoro, 1975: 23).
Dalam pengamalan Pancasila bilamana nilai-nilai Pancasila telah dipahami,
diresapi dan dihayati oleh seseorang maka seseorang itu telah memiliki moral
Pancasila dan bilamana hal ini berlangsung secara terus-menerus sehingga nilai
pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia maka kondisi
yang demikian ini disebut dengan kepribadian Pancasila. Hal ini dikarenakan
bangsa Indonesia telah memiliki suatu ciri khas (yaitu nilai-nilai Pancasila,
sikap, dan karakter) sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain
(Drs. Kaelan,1990:176).Penerapan nilai-nilai pancasila di sekolah dilakukan
dengan konsep dasar yang tetap atau tidak berubah, hanya tinggal diaplikasikan
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 4
dengan kreatifitas atau imajinasi masing-masing yang disesuaikan dengan
kondisi kekinian. Tidak ada yang salah dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila,
hanya saja cara kita memaknai Pancasila yang perlu di uptodate.
Di era revolusi 4.0 banyak sekali tantangan-tantangan yang membuat
kita lupa akan adanya nilai-nilai Pancasila yang harus selalu diterapkan. Jika
dilihat lebih dalam lagi, Pancasila ini berperan sebagai pengayom, sebagai
pagar serta tameng bagi negara ini terhadap ancaman baik dalam maupun
luar. Masyarakat jauh dari Pancasila karena mereka lupa bahwa Pancasila
sebagai alat pemersatu, bisa jadi masyarakat tersebut mengambil prinsip-prinsip
yang justru dari luar dan tidak sesuai dengan kultur serta kepribadian bangsa
ini.Di sekolah, peserta didik diharapkan tetap mempelajari, memahami, dan
mengerti sejarah serta melakukan kebiasaan kebiasaan yang sesuai dengan
pancasila, contohnya: melakukan diskusi yang produktif, mengajak untuk berpikir
sesuai kondisi mereka sehingga memunculkan ide-de kreatif (Estuning,
Wawancara, Oktober 03, 2019).
C. Pembelajaran Sejarah Melalui Budaya Literasi
Belajar sejarah merupakan pintu untuk mempelajari dan menemukan
hikmah terhadap apa yang sudah terjadi. Belajar sejarah adalah belajar tentang
kemanusiaan dalam segala aspeknya. Belajar sejarah akan melahirkan kesadaran
tentang hakekat perkembangan budaya dan peradaban manusia, hasil belajar inilah
yang kemudian dikenal sebagai kesadaran sejarah (historicalconsciousness). Jadi
tujuan belajar sejarah salah satunya adalah melahirkan kesadaran sejarah. Dengan
demikian, proses pembelajaran sejarah di sekolah juga harus didorong untuk
menciptakan situasi yang dapat menumbuh kembangkan kesadaran sejarah (Joko
Sayono, 2013:4).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan
reformasi sistem pendidikan nasional, undang-undang tersebut memuat visi,
misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan
pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 5
dengan kebutuhan manusia dan berdaya saing dalam kehidupan global (Ropita
Dewi Sartika, 2018 : 20). Usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
melalui berbagai kegiatan seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku,
penyediaan serta penataran-penataran guru (Tatang M. Amirin, dkk, 2011 : 153).
Saat ini, pembelajaran tidak hanya didapat dari buku, tetapi pelajar
lebih mudah mengakses informasi atau materi melalui internet. Sehingga buku
mulai ditinggalkan, sementara itu buku merupakan salah satu sumber penting
untuk belajar dan menggali informasi. Hal ini juga didukung oleh
perkembangan teknologi seiring bergantinya zaman, tak heran jika siswa
milenial saat ini memiliki ciri-ciri berbeda secara signifikan dibanding generasi
sebelumnya. Oleh karena itu, minat baca peserta didik kepada buku sudah
mulai pudar dan inilah yang memunculkan salah satu permasalahan seputar
pendidikan.
Hal ini berdasarkan data survei Central Connecticut State University
(CCSU) yang merilis peringkat literasi bertajuk World’s Nost Leterate Nations
pada Maret 2016, dari 61 negara disurvei, Indoneisa berada pada peringkat
60 (Ratusan Orang Antre Masuk JEC, Harian Jogja 2019). Tingginya budaya
membaca dan menulis menjadi salah satu indikator bangsa yang cerdas.
Besarnya suatu bangsa tidak hanya diperoleh dari satu faktor atau satu bidang
saja karena naskah atau buku berfungsi sebagai perantara pengetahuan,
pembentuk karakter bangsa melalui nilai-nilai yang tersirat didalamnya, serta
sarana hiburan (Augustina Rahma Damayantie, Literasi dari era ke era hal 1
dan 4).
Pembelajaran sejarah di sekolah yang ideal sebagai bentuk proses
pengembangan kapasitas berpikir dan pengembangan sikap serta kepribadian
memang tidak mudah dilaksanakan di jenjang pendidikan seperti SD hingga
SMA. Namun demikian, dalam batas tertentu dapat diciptakan sebuah situasi yang
memfasilitasi peserta didik untuk mempelajari sejarah dengan baik. Kehadiran
media audio visual dalam pembelajaran sejarah akan sangat memotivasi siswa
untuk mengembangkan rasa ingin tahu lebih jauh. Kehadiran media audio visual
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 6
tentu saja masih diperlukan, terutama film-film dokumenter yang dapat menggugah
sisi kemanusiaan lebih dalam (Formwalt, 2002).
Intinya bahwa pembelajaran sejarah yang ideal di sekolah adalah
terfasilitasinya siswa untuk dapat tumbuh dan berkembangnya kesadaran sejarah
siswa, yakni sebuah kemampuan siswa menggunakan peristiwa sejarah untuk dasar
berpikir dan pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pembelajaran sejarah yang ideal adalah ketika siswa dapat menemukan nilai dan
makna sebuah peristiwa lalu yang dapat dipergunakan untuk memahami apa yang
terjadi sekarang dan menyiapkan masa depan yang lebih baik (Joko Sayono, 2019:
8).
Penutup
Pembelajaran sejarah dengan pancasila sangat berhubungat erat, karena
dengan mempelajari sejarah kita memiliki kesadaran bertindak sebagai rakyat
Indonesia untuk berperilaku selayaknya para pejuang dahulu dalam
memperjuangkan Tanah Air ini, contohnya: menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Sebagai generasi penerus bangsa di era revolusi 4.0,
meningkatkan pembelajaran sejarah dengan cara meningkatkan budaya literasi
di masing-masing jenjang pendidikan. Zaman ini memiliki teknologi yang
canggih, boleh kita mengikuti zaman tapi tetap harus bisa memilah dan
mengelola kembali apa yang sudah kita dapati, jangan sampai kita terjerumus
oleh perkembangan zaman yang bisa mendatangkan ancaman bagi diri sendiri
dan bangsa ini. Di Era revolusi 4.0 ini, kita dituntut untuk cerdas dalam
kemajuan negeri. Indonesia akan merasa utuh bilamana rakyatnya menjadikan
Pancasila sebagai tonggak kehidupan. Melalui pembelajaran sejarah dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan budaya literasi, maka Indonesia akan
bangkit dari segala keterpurukan, nanti, esok, dan selamanya.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 7
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Pustaka
Cetakan pertama: 2012. Judul: Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Drs. Kaelan, M.S. 1990. Judul: Filsafat Pancasila
Kuntowijoyo. Edisi kedua : 2003. Judul : Metodologi sejarah
Notonagoro, Prof., Dr., Drs., S.H. 1975, Pancasila Secara Ilmiah Populer,
Pantjuran Tudjuh, Jakarta
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014.
Tatang M. Amirin, dkk. 2013. Judul: Manajemen Pendidikan
Sumber Lisan
Wawancara dengan Estuning, S. IP selaku guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan SMAIT Abu Bakar
Wawancara dengan Finna Wijayanti, S. Pd selaku guru sejarah SMAIT Abu
Bakar
Sumber Koran
Abdul Hamied Razak. Judul: Ratusan Orang Antre Masuk JEC. Harian Jogja.
2019
Yonky Karman. Judul: Kepemimpinan Generasi Hitoris. Kompas. 2019
Jurnal Ilmiah
Augustina Rahma Damayantie. 2002. Judul : Literasi dari era ke era.
Formwalt. 2002
Joko Sayono. 2013. Pembelajaran Sejarah di Sekolah.
Ropita Dewi Sartika. 2018 halaman 20
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 8
Implementasi Nilai Pancasila Pada Pembelajaran Sejarah Sebagai Jawaban
Untuk Tantangan Revolusi 4.0.
Oleh :
Akmal Yusam Deva El Haq
SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Sub Tema Pilihan: Peran Pembelajaran Sejarah Dalam Mengimplementasikan
Nilai Pancasila Di Era Revolusi 4.0
Latar Belakang
Perkembangan zaman merupakan salah satu fenomena yang tidak
terelakkan. Hal ini sangat terlihat semenjak adanya Renaissance (abad pencerahan)
di Eropa. Mulai dari abad pencerahan inilah perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya teknologi tidak terelakan. Hampir setiap detiknya teknologi di bumi ini
selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Tentunya hal tersebut
tidak terlepas dari adanya peran para tokoh-tokoh peneliti dunia itu sendiri.
Rennaisance atau lebih kita kenal abad pencerahan di Eropa ini berawal dari abad
ke-14 ketika adanya perkembangan IPTEK. Semenjak adanya perkembangan
IPTEK inilah, berbagai perkembangan teknologi tidak terelakan. Seperti yang
dirasakan pada revolusi 4.0 saat ini. Inti dari adanya revolusi 4.0 adalah adanya
pengembangan teknologi digital. Hal inilah yang menyebabkan adanya kemunculan
dampak dari revolusi 4.0 yang menyebabkan beberapa industri besar dan ternama
gulung tikar, misalnya saja “nokia”. Dampak inilah yang nantinya dikenal dengan
era disrupsi.
Disrupsi itu sendiri menurut Reynald Kasali (2017: 120) diperkenalkan oleh
Clayton M. Christensen sejak 1997. Inti dari adanya disrupsi itu sendiri adalah
kemunculan berbagai teknologi yang membantu kehidupan manusia dengan 3 sifat
dominan, yakni praktis, inovatif dan ekonomis. Dari pengertian inilah muncul
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 9
berbagai teknologi kehidupan manusia yang berlandaskan dengan adanya
pengguanan serba online. Pengunaan serba online dalam berbagai bidang
kehidupan inilah yang nantinya memunculkan banyak dampak buruk bagi manusia.
Salah satunya adalah yaitu memudarnya Nasionalisme dan Patriotisme pada
kalangan muda. Hal ini disebabkan oleh budaya yang masuk dari Negara asing dan
diterima oleh pemuda kita tanpa adanya pemilahan dan penyaringan budaya
tersebut. Mereka berpandangan bahwa budaya asing adalah budaya yang modern
dan jauh lebih maju daripada budaya bangsanya sendiri. Hal ini berakibat pada
lunturnya nilai-nilai luhur bangsa pada generasi muda.
Kelunturan nilai luhur tersebut terlihat dari memudarnya rasa Nasionalisme,
banyak pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan menjadi seorang
merkantilis atau menguntukan diri pribadinya saja. Sebagai salah satu solusinya
generasi muda harus lebih memahami mengenai dasar negara, Pancasila. Di era
disrupsi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia Hal ini dikarenakan adanya kecanggihan teknologi
internet ini, batasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat. Kedudukan
Pancasila sebagai pilar bangsa yang mengandung nilai-nilai bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara kini sudah tidak begitu penting lagi bagi beberapa
kalangan generasi muda. Padahal apabila dasar negara kita terus-menerus
mengalami ketergerusan seperti ini, kegoncangan dalam kehidupan di Indonesia
tidak akan bisa terelakan. Hal inilah yang melatarbelakangi penyusun untuk
menyusun esai dengan judul “Implementasi Nilai Pancasila pada Pembelajaran
Sejarah sebagai Jawaban untuk Tantangan Revolusi 4.0”.
Pembahasan
Untuk menjawab tantangan revolusi 4.0., patutlah kita sebagai generasi
muda bisa memperkuat dan mempertajam nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
Adapun beberapa implementasi Pancasila yang dikembangkan pada revolusi 4.0 ini
adalah sebagai berikut :
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 10
A. Mengenalkan Pancasila Lewat Pendidikan Sejarah
Pendidikan Sejarah adalah salah satu solusi untuk kembali menghidupkan
nilai Pancasila yang mati ditengah globalisasi. Karena dengan sejarah kita dapat
mengenalkan bagaimana proses perumusan Pancasila, mengingat kembali
bagaimana para pahlawan dulu memperjuangkan Pancasila dan bagaimana generasi
saat ini seharusnya bersikap terhadap dasar negara itu. Sebagai suatu contoh, pada
tanggal 30 September 1965 terjadi pemberontakan besar besaran oleh partai
komunis Indonesia atau lebih sering kita dengar dengan nama G30S/PKI atau hari
kesaktian Pancasila. Pada saat itu kita tahu bahwa tujuh perwira tinggi militer
Indonesia dan beberapa orang lain tewas dalam mempertahankan idelogi Pancasila
yang akan dirubah menjadi ideologi Komunisme.
Dengan adanya kejadian tersebut, maka kita dapat mengajarkan pada
generasi muda bahwa Pancasila tidak terlahir dari arus yang tenang tetapi pernah
melewati ombak yang memukul mukul hingga harus berkorban darah dalam
menjaga keutuhannya. Oleh sebab itulah jika kita memperbanyak mempelajari
sejarahnya, maka pemuda akan tergerak untuk mempelajari kembali isi Pancasila.
Jika mereka sudah kembali mau untuk mempelajari Pancasila maka kita akan
mudah untuk menggerakan mereka untuk kembali ke rel bangsanya, menumbuhkan
rasa cinta kepada ideologi bangsanya dan sejarah bangsanya. Dengan tumbuhnya
rasa cinta ini maka akan mudah bagi pendidik untuk mengajak mereka
mengimplementasikan nilai Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari (SP,
wawancara, 13 September 2019).
Menurut Tsabit Azinar Ahmad dalam jurnalnya (2015: 2) berkata bahwa
Pendidikan sejarah memiliki peran penting terhadap pembangunan karakter
masyarakat. Hal ini tercermin dalam tujuan mata pelajaran sejarah dalam
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 yang berisikan sebagai berikut.Mengandung
nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan
semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan
kepribadian peserta didik. Peran penting ini didukung dengan materi-materi yang
mengandung nilai-nilai penting bagi peserta didik. Melalui mata pelajaran sejarah,
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 11
pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam materi-materi pelajaran dan proses
pembelajarannya.
B. Alternatif Lain
Adapun upaya lain yang dapat kita kembangkan adalah sebagai berikut.
1. Membuka Lembaran Sejarah Bangsa
Pada tahap ini anak diajak untuk berpikir kembali kebelakang untuk melihat
sejarah bangsanya dalam mendirikan bangsa yang berdaulat. Penyusun harap pada
tahap ini usia anak berada di usia 8-10 tahun atau kita anggap usia Sekolah Dasar.
Karena saat usia itu anak akan mudah menangkap apa yang diajarkan orang.
Dengan begitu guru di sekolah dapat dengan mudah menerapkan nila- nilai sejarah
bangsa kepada anak didiknya. Ditahap ini juga alangkah baiknya jika kita mulai
menanamkan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Diharapkan melalui
sila pertama ini mereka dapat belajar untuk hidup berdasarkan hukum agamanya
dan tidak lupa mengingat sejarah bangsanya.
2. Penanaman Bela Negara
Pada Tahap ini akan melibatkan anak usia kelas 6 Sekolah Dasar hingga
usia kelas Sekolah Menengah Pertama. Pemilihan taraf usia ini dikarenakan pada
saat usia tersebut, anak mulai mengetauhi dunia luar dan mereka sedang dalam
proses mencari jati diri mereka. Di dalam proses ini memang kita tidak boleh
melibatkan peranan guru saja tetapi peran orang tua juga sangat dibutuhkan. Dalam
tahapan umur ini, kita berfokus pada sila ke dua dan tiga serta pada penanaman
karakter. Adanya kegiatan pramuka juga menjadi salah satu solusi untuk
mewujudkan pendidikan bela negara. Selain itu tahapan umur ini, juga harus sudah
mulai dikenalkan dengan literasi. Selain dengan menggunakan kegiatan pramuka
dan pengenalan literasi, pendidikan karakter juga dapat diwujudkan melalui
pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan, dan norma di masyarakat.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 12
3. Tahap Kesiapan
Tahap inilah waktu yang tepat untuk penyempurnaan setelah melewati
tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini anak yang dilibatkan adalah anak
usia Sekolah Menengah Atas. Diperkirakan bahwa pada usia ini mereka telah
terbuka pandangannya tentang dunia yang lebih luas. Disinilah waktunya anak
diajarkan bagaimana pelaksanaan pemerintahan di Indonesia atau lebih spesifiknya
adalah mereka diajarkan untuk mempelajari Pancasila dengan ruang lingkup yang
lebih luas. Mereka juga harus diajarkan untuk melihat kondisi masyarakat Indonesia
yang sebenarnya saat ini.
Penutup
Kesimpulannya adalah dengan perkembangan zaman yang ada
mengakibatkan adanya suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
canggih dan praktis. Dengan kepraktisan pengaksesan berbagai media sosial
banyak anak-anak yang salah menggunakannya, sehingga mereka mengembangkan
perilaku buruk. Oleh sebab itulah, secara tidak langsung penerapan Pancasila
memburuk. Banyaknya tindakan menyimpang, kriminalitas, asusila, berbagai
macam tindakan kekerasan yang mirisnya banyak terjadi di kalangan generasi
muda. Rendahnya tingkat religi yang diharapkan bahwa agama mampu mengatasi
permasalahan yang ada. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai Pancasila adalah
solusi etis untuk menghadapi era revolusi 4.0.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 13
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Kuntowijoyo. 2013. Peran Borjuasi dalam Transformasi Eropa. Yogyakarta:
Ombak
Reynald Kasali. 2018. Disruption, Cetakan ke 7. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumber Jurnal
Maftuh, B. 2008. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Educationist, Vol. 2(2).
Tsabit Azinar Ahmad. 2014.Kendala Guru Dalam Internalisasi Nilai Karakter
Dalam Pendidikan Sejarah.Jurnal.
Sumber Internet
Adi Pujakesuma. 2016. Mengenal Nilai-Nilai Luhur Kehidupan Bangsa Indonesia
melalui Sejarah Pancasila. Diakses pada
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/sarajevo,
tanggal 16 Oktober 2019 pukul 10.20 WIB.
Sultan Hamengku Buwono X. 2012. Kongres Pancasila IV, UGM. diakses pada
https://www.ugm.ac.id/id/berita/4256-psp-ugm, tanggal 16 Oktober 2019
pukul 10.20 WIB.
Sumber Wawancara
Wawancara dengan Sania Palupi, selaku guru pengampu Sejarah di SMA
Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Wawancara dengan Sultan Dhaniswara Friyadi, selaku peserta didik di SMA N 1
Prambanan Yogyakarta.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 14
Sejarah Perumusan Pancasila Untuk Mewujudkan Identitas Bangsa
Dhiyaa Rahma Nabila
Sma It Abu Bakar Yogyakarta
Sub Tema: Merefleksikan Peran Bpupki Dalam Merumuskan Pancasila Sebagai
Jalan Menuju Kemerdekaan
Latar Belakang
Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup seluruh rakyat
Indonesia yang menjadi arahan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara berlangsung pada akhir masa
pendudukan Jepang. Diawali dengan janji Jepang yang akan membebaskan
Indonesia, dari penjajahan yang diwujudkan dengan Kaiso Declaration (Rukiyati
2015:39). Dalam rangka pemberian “kemerdekaan” itu pemerintah Jepang
membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Melalui beberapa persidangan terbentuk rumusan dasar negara yang
tertuang dalam Piagam Jakarta, yang kemudian dilanjutkan dengan perumusan
undang-undang dasar. Setelah kekalahan Jepang, dibentuklah PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat dan
kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Sehari kemudian, disahkanlah undang-
undang dasar negara yang memuat Pancasila dalam pembukaanya (preambule)
sebagai dasar dan landasan berbangsa dan bernegara.
Essai ini mengangkat tentang sejarah panjang perjuangan para pahlawan
untuk mencapai Indonesia merdeka, salah satunya melalui BPUPKI yang
berkontribusi merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi landasan
dan dasar falsafah bangsa Indonesia. Namun, dalam perjalanan kehidupan
berbangsa dan bernegara di era milenial ini, Pancasila mengalami deviasi dalam
aktualisasi nilai-nilainya yang tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 15
Indonesia yang seperti kehilangan identitas dan persatuan hakiki karena kurangnya
pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, penulis bertujuan mengajak seluruh lapisan masyarakat melalui
tulisan untuk merefleksikan nilai-nilai Pancasila dalam realita keseharian
bermasyarakat, dan mengenang jasa para pahlawan yang berjuang untuk mencapai
kemerdekaan dengan Pancasila sebagai dasar negara yang merdeka.
Pembahasan
A. Indonesia Menuju Kemerdekaan
Cita-cita Jepang untuk membangun kawasan Persemakmuran bersama Asia
Timur di bawah naungannya, direalisasikan dengan mencetuskan Perang Asia
Timur Raya yang dipicu dengan penyerangan mendadak atas pangkalan Angkatan
Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. Sejak itu,
gerakan invasi militer Jepang dengan cepat merambah kawasan Asia Tenggara.
Philipina (Januari 1942) dan Singapura (Februari 1942) dikuasai, dan selanjutnya
giliran Indonesia pada bulan Maret 1942. Namun, seluruh kekuasaan Belanda
berakhir dengan kemenangan total gemilang Jepang pada Maret 1942 karena sekutu
telah berhasil dikalahkan. Kemudian Jepang mengambil alih kekuasaan di
Indonesia (Rohayuningsih 2009).Dalam rangka merangkul bangsa-bangsa Asia
yang mereka duduki, bangsa Jepang telah memberikan “kemerdekaan” kepada
Birma dan Filipina dan menjanjikan akan membebaskan Indonesia dari penjajahan.
(Notosusanto 1985:19). Namun, waktu kemenangan tidak langsung tiba.
Memerdekakan Indonesia bukanlah prioritas utama Jepang, dan mereka menolak
mentah-mentah upaya para pemimpin Indonesia berperan sebagai pemerintah
langsung di bawah pengawasan Jepang (Elson 2008:148). Tetapi dalam rangka
tahap terakhir strateginya tatkala kekalahan sudah ada di ambang pintu, Jepang
akhirnya merasa perlu untuk juga memberikan “kemerdekaan” kepada bangsa
Indonesia untuk memperoleh dukungannya dalam usaha perangnya.
Menurut strateginya itu, mereka akan mengadakan pertahanan terakhir di
Indonesia dan bertolak dari situ akan berusaha memperoleh perdamaian yang
merupakan hasil negosiasi. Segala rencana itu akhirnya tidak terlaksana karena
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 16
penggunaan bom atom oleh Amerika telah memaksa Jepang menyerah tanpa syarat
(Notosusanto 1985:19). Kekalahan demi kekalahan dalam perang di Pasifik
membuat kedudukan Jepang di Indonesia terancam. Jepang mulai mengambil
kebijakan memasukkan kekuatan pribumi. Untuk keperluan tersebut, maka mereka
harus bisa lebih memikat rakyat Indonesia. Supaya rakyat Indonesia makin bersedia
membantu Jepang dengan segala pengorbanannya, maka Perdana Menteri Koiso
pada tanggal 7 September 1944 mengucapkan pidato di muka parlemen Jepang
yang antara lain menjanjikan pemberian kemerdekaan kepada Hindia Timur
(Indonesia) “di kemudian hari”. Inilah yang dikenal sebagai Koiso Declaration (G.
Moedjanto 1988:84).
A. Proses Perumusan Pancasila
Pihak Jepang akhirnya harus memenuhi janji kemerdekaan mereka karena
runtuhnya posisi militer mereka yang berlangsung secara cepat. Pada bulan Maret
1945, pihak Jepang mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritsu Junbi Cosakai (Ricklefs
2008:441). Tugas BPUPKI adalah meneliti dan merumuskan kebijakan-kebijakan
mengenai kelengkapan politik dan birokratik yang diperlukan sebuah negara baru.
Ketuanya adalah Radjiman Wedyodiningrat, dan dia dikelilingi nama-nama
tangguh seperti Soekarno, Sutardjo, Hatta, Agus Salim, Soepomo, Abikusno
Tjokrosuyoso, dan M. Yamin (Elson 2008:158). Dalam kata pembukaanya, Ketua
BPUPKI meminta pandangan para anggota mengenai dasar negara Indonesia
merdeka yang akan dibentuk itu (Notosusanto 1985:20). Tanggal 29 Mei 1945 M.
Yamin berpidato dengan judul asas dan dasar negara Indonesia. Soepomo pada
tanggal 31 Mei 1945 berpidato yang isinya berupa penjelasan tentang masalah-
masalah yang berhubungan dengan dasar negara. Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945 berbicara tentang dasar falsafah negara Indonesia merdeka (Rohayuningsih
2009).
Sidang pertama BPUPKI berakhir, namun rumusan dasar negara Indonesia
untuk merdeka belum terbentuk. Padahal BPUPKI akan istirahat satu bulan penuh,
akhirnya BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang anggotanya
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 17
terdiri sembilan orang yang disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan
adalah menerima berbagai aspirasi mengenai pembentukan dasar negara Indonesia.
Anggota Panitia Sembilan terdiri dari Soekarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, M.
Hatta, KH. Abdul Wachid Hasyim. M. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subardjo,
Abikusno Cokrosuyoso, dan A.A. Maramis (Lubis 2018).
Panitia berhasil mencapai modus itu yang diberi bentuk suatu rancangan
pembukaan hukum dasar. Inilah yang dikenal dengan nama yang diberikan M.
Yamin, yakni “Piagam Jakarta”. Rumusan Panitia Sembilan itu diterima baik dan
dioper oleh Panitia Kecil dan dilaporkan kepada sidang pleno Badan Penyelidik.
Rapat itu kemudian membentuk sebuah “Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar” (Notosusanto 1985:22). Dalam rapatnya pada tanggal 11 Juli, Panitia
Perancang Undang Dasar dengan suara bulat menyetujui isi preambul yang diambil
dari Piagam Jakarta. Adapun konsep pernyataan Indonesia Merdeka disusun
dengan mengambil tiga alinea pertama Piagam Jakarta dengan sisipan yang panjang
sekali, terutama di antara alinea pertama dan alinea kedua (Poesponegoro
2008:129).
A. Lahirnya Indonesia, lahirnya Pancasila
Sementara itu, kedudukan Jepang yang terus menerus terdesak karena
serangan balik Sekutu. Pada tanggal 6 Agustus, bom atom pertama dijatuhkan di
Hiroshima. Hari berikutnya, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki (Ricklefs
2008:443). Kedudukan Jepang yang terus menerus terdesak oleh sekutu membuat
Komando Tentara Jepang di selatan mengadakan rapat pada akhir bulan Juli 1945
di Singapura. Disetujui bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal
7 September 1945. Jenderal Terauchi lalu menyetujui pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang
bertugas melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang
akan diperlukan karena akan diselenggarakan pemindahan kekuasaan dari Jepang
kepada banga Indonesia.
Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus, dengan dengan
demikian menghadapkan para pemimpin Indonesia pada suatu masalah yang berat.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 18
Karena pihak Sekutu tidak menaklukkan kembali Indonesia, maka kini terjadi suatu
kekosongan politik. Jepang masih tetap berkuasa namun telah menyerah, dan tidak
tampak kehadiran pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka (Ricklefs
2008:443). Atas desakan pemuda dan massa, akhirnya Soekarno-Hatta bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Keesokan harinya, pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk secara resmi
menyusun undang-undang dasar Indonesia Merdeka (Notosusanto 1985:23).
Pancasila akhirnya ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia pada sidang
pertama PPKI (18 Agusutus 1945) yang didahului dengan penetapan Rancangan
Mukadimah (Pembukaan) dan rancangan UUD menjadi pembukaan dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, secara sah dan resmi menurut
ketentuan yuridis konstitusional (Akhmad 2015).
B. Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Membangun Identitas Bangsa
Manusia dalam kehidupannya selalu berkaitan dengan nilai. Manusia
senantiasa dinilai dan menilai. Nilai bagi manusia dipakai dan diperlukan untuk
menjadi landasan alasan, motivasi dalam segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya. Hal itu terlepas dari kenyataan bahwa ada orang yang dengan sengaja
dan sadar melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kesadaran akan nilai yang
diketahuinya dan diyakini. Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai,
yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
ini merupakan satu kesatuan yang utuh, tak terpisahkan mengacu kepada tujuan
yang satu. Pancasila sebagai nilai yang termasuk nilai moral atau nilai kerohanian
juga mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Hal ini bersumber dari dasar
Pancasila, yaitu manusia yang mempunyai susunan kodrat, sebagai makhluk yang
tersusun atas jiwa (rohani) dan raga (materi). Di samping itu, Pancasila sebagai
sistem nilai juga mengakui nilai-nilainya secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai
kebenaran (epistemologis), estetis, etis, maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila
itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar, serta motivasi atas segala
perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan
(Rukiyati 2013 55,57).
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 19
Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-nilai.
Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan, pengurangan, dan
penyimpangan dari makna yang seharusnya. Selanjutnya era globalisasi menuntut
adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa Indonesia pada saat ini terjadi
perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari
dalam negeri. Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berlangsung cepat serta untuk
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Untuk
menghadapi hal tersebut semua pihak dituntut untuk mengantisipasinya, agar dapat
menjadi warga negara yang Indonesia yang baik (good citizen). Kesepakatan
bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
(way of life) saat ini semakin kabur era globalisasi dalam segala tatanan kehidupan
yang mengarah kepada liberalisme menyebabkan nilai-nilai Pancasila yang
merupakan nilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semakin
ditinggalkan. Oleh karena itu, peran Pancasila dalam kehidupan di Indonesia sangat
dibutuhkan saat ini karena kehidupan di Indonesia saat ini sudah semakin
memprihatinkan.
Implementasi fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup, juga akan
menentukan keberhasilan fungsi Pancasila sebagai dasar negara. Jika setiap warga
negara telah melaksanakan Pancasila sebagai pandangan hidup (mempunyai
karakter/moral Pancasila), ketika yang bersangkutan diberi amanah menjadi
penyelenggara negara tentu akan menjadi penyelenggara negara yang baik, paling
tidak akan berusaha untuk menghindari tindakan-tindakan strategi kebudayaan
yang mampu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
segala aspek kehidupan bangsa (Yudistira 2016). Contoh kasus hilangnya identitas
dan persatuan bangsa Indonesia terlihat dari kurangnya rasa hormat dan menghargai
terhadap orang lain, yaitu kasus rasisme mahasiswa Papua di Surabaya yang
berujung dengan kerusuhan Wamena yang merugikan banyak korban yang tidak
bersalah. Hal ini mencoreng identitas bangsa yang berlandaskan Pancasila, yaitu
persatuan Indonesia. Faktanya, bangsa ini terpecah belah.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 20
Penutup
BPUPKI adalah badan awal yang mempunyai peran penting dalam
merumuskan kehidupan politik dan birokratik seluruh negara baru, atau dengan tak
lain negara yang merdeka, terlepas dari penjajahan. Salah satu yang dirumuskan
adalah dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Dalam proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara, diawali dengan munculnya tiga konsepsi dari M. Yamin,
Soepomo, dan Soekarno yang melahirkan Piagam Jakarta, yang kemudian menjadi
draf undang-undang dasar negara dan disahkan UUD 1945 sehari setelah negara
Indonesia merdeka. Dengan kata lainnya Pancasila dalam pembuka UUD 1945
menjadi awal lahirnya Indonesia yang merdeka. Tidak terlepas dari peran penting
BPUPKI yang memprakarsai di awal sejarah perumusan Pancasila. Menjadi bahan
renungan untuk menelaah kembali implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kebudayaan bangsa dan bernegara yang sudah banyak mengalami perubahan di era
sekarang ini. Harus berapa banyak lagi korban akibat perpecahan bangsa ini?
Kerusuhan Wamena, demonstrasi mahasiswa dan pelajar di seluruh Indonesia, dan
lain-lain. Nilai-nilai Pancasila sudah jauh ditinggalkan. Sudah saatnya bangsa ini
berbenah diri mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai identitas bangsa. Mulai dari kita mengingat, menghargai, dan
belajar dari tokoh bangsa di masa lalu, untuk membangun generasi muda Indonesia
yang lebih baik. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para
pahlawannya”.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 21
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Pustaka
Elson, R.E. 2008. The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Pustaka.
Notosusanto, Nugroho. 1985. Proses Perumusan Pancasila. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Pustaka.
Rukiyati. 2013. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta:
Balai Pustaka.
Jurnal Ilmiah
Lubis, Yusnawan, Sodeli. 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Depok. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Rohayuningsih, Heri. 2009. Peranan BPUPKI dan PPKI dalam Mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia. Jurnal Forum Ilmu Sejarah, Vol. 36, No. 2,
Desember 2009. Semarang.
Yudistira. 2016. Aktualisasi dan Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam
Menumbuh Kembangkan Karakter Bangsa. Seminar Nasional Hukum, Vol.
2, No. 1, 2016. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 22
Revitalisasi Semangat Gotong Royong Melalui Pembelajaran Sejarah Dalam
Menghadapi Artificial Intelligence (Ai) Pada Era Revolusi 4.0
Oleh :
Ivana Angeline Susandi
Sma Regina Pacis Surakarta
Sub Tema : Peran Pembelajaran Sejarah Dalam Mengimplementasikan Nilai
Pancasila Di Era Revolusi 4.0
Latar Belakang
Pembentukan karakter manusia tidak terlepas dari pendidikan yang didapat
di usia dini. Pembelajaran sejarah di sekolah berperan penting dalam pembentukan
watak dan karakter generasi muda. Pembelajaran sejarah mampu mengembangkan
daya berpikir kritis guna memahami fakta dengan benar. Memahami sejarah bangsa
dapat membangun kesadaran pentingnya menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini menjadi vital karena adanya perkembangan
zaman yang memunculkan rasa ketidaksiapan dan kebimbangan masyarakat dalam
mencari pedoman guna menghadapi era revolusi 4.0.
Era revolusi 4.0 adalah tren yang mengedepankan sistem teknologi
informasi dan komunikasi berbasis digital. Revolusi ini merupakan upaya
transformasi menuju kemajuan dengan internet sebagai penopang utama. Gagasan
ini pertama kali dicetuskan pada tahun 2011 dalam Hannover Trade Fair. Pada
tahun 2015, kanselir Jerman yakni Angela Merkel memperkenalkan gagasan ini di
acara World Economic Forum. Dalam menghadapi era tersebut, nilai-nilai
Pancasila perlu diperkuat guna mewujudkan cita-cita bangsa. Sukar dibayangkan
bagaimana generasi muda dapat memperoleh wawasan pentingnya nilai-nilai
Pancasila tanpa mempelajari dan meneladani kehidupan para pendahulunya. Oleh
karena itu, proses penanaman dan pengembangan nilai ditempuh melalui
pendidikan sejarah. Hal ini didasarkan pada fenomena perkembangan teknologi
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 23
yang sangat pesat seperti Artificial Intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan
buatan yang mampu menggeser peran manusia dalam melakukan pekerjaan. Hal
tersebut mengakibatkan persaingan kerja menjadi semakin ketat, tingkat
pengangguran bertambah tinggi, dan meluasnya sikap individualisme dalam
masyarakat.
Tujuan penulis memilih sub tema Peran Pembelajaran Sejarah Dalam
Mengimplementasikan Nilai Pancasila di Era Revolusi 4.0 agar generasi muda
menyadari pentingnya pembelajaran sejarah dalam membentuk karakter yang
sesuai dengan nilai Pancasila. Penulis menonjolkan salah satu nilai yang terkandung
dalam Pancasila yaitu gotong royong. Dasar pemilihan nilai tersebut adalah adanya
anggapan bahwa kebersamaan dalam lingkup masyarakat mulai berkurang. Selain
itu, semangat gotong royong sebagai salah satu kearifan lokal Indonesia mampu
menjadi landasan yang relevan di segala era.
Pembahasan
A. Pembelajaran Sejarah Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Historia Vitae Magistra. Pernyataan klasik dari Herodotus tersebut
memaknai sejarah sebagai guru kehidupan. Abu Su’ud dalam Seminar Sejarah
Nasional V:Pengajaran Sejarah mengartikan sejarah sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan yang dikehendaki manusia. Hal ini dikarenakan pada hakikatnya
sejarah berisi pengalaman yang penuh dengan pelajaran hidup. Menurut Paul Veyne
dalam Comment on écrit l’histoire, sejarah merupakan proyeksi dari nilai-nilai yang
dianut masyarakat. Sejarah selalu tidak lengkap dan hanya dapat dilacak melalui
jejak. Oleh karena itu dalam pemahaman sejarah dibutuhkan logika serta penalaran
yang sesuai dengan konsep dasar.
Peran pendidikan sejarah dalam pembentukan sikap gotong royong sangat
dibutuhkan mengingat adanya tantangan perubahan zaman dan berbagai gejolak
disintegrasi yang melanda Indonesia akhir-akhir ini. Salah satu bentuk cikal bakal
perpecahan adalah kurangnya rasa keakraban antarindividu. Hal ini berkaitan erat
dengan kapasitas moral setiap orang untuk bersosialisasi dengan orang lain sebagai
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 24
bentuk integrasi bangsa. Proses belajar sejarah berguna untuk memfasilitasi
perkembangan karakter personal dan kebudayaan yang sesuai dengan landasan
negara Indonesia yakni Pancasila. Keberhasilan sejarah sebagai fasilitator dapat
diraih dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi masa kini.
B. Fusi Wawasan Sejarah dengan Teknologi AI
Pendidikan sejarah menggambarkan apiknya semangat gotong royong di
masa lampau. Hal itu dilatarbelakangi oleh multikulturalnya kondisi bangsa
Indonesia. Bukti konkret adanya semangat gotong royong yaitu adanya pergerakan
nasional pasca 1908. Hal ini ditandai dengan munculnya Budi Utomo pada tanggal
20 Mei 1908. Tujuan awal dibentuknya Budi Utomo adalah memajukan pendidikan
bangsa dan menumbuhkan semangat kebersamaan. Hambatan yang muncul pada
masa tersebut ialah banyaknya tugas mahasiswa kedokteran sehingga mereka tidak
sanggup memimpin organisasi yang berpusat di Yogyakarta ini. Jalan keluar yang
diambil adalah menjadikan kaum tua sebagai pemimpin organisasi, sedangkan
kaum muda sebagai anggota yang akan menggerakkan organisasi. Fenomena ini
menggambarkan dengan jelas bagaimana sikap gotong royong mampu
mengintegrasikan rakyat untuk meraih suatu tujuan.
Berbeda dengan era revolusi 4.0 yang serba digital dimana masyarakat
menjadi lebih individualis dan anti sosial. Kemajuan sistem teknologi seperti AI
mampu menggeser peran manusia dalam melakukan pekerjaan. Penggabungan
teknologi dengan kearifan lokal dapat dijumpai di Taman Pintar Yogyakarta,
tepatnya di zona memorabilia. Zona tersebut berisi sejarah Indonesia yang meliputi
sejarah keraton Yogyakarta, tokoh pendidikan nasional, dan sejarah kepresidenan
Indonesia. Taman Pintar memiliki wahana dan fasilitas teknologi yang beragam
namun tidak mengesampingkan pentingnya keberadaan unsur sejarah Indonesia
dan penggunaan tenaga kerja manusia sebagai guide. Ganendra Pagehgiri selaku
generasi muda mengatakan bahwa manusia akan selalu bekerja sama dengan orang
lain karena keberadaan teknologi hanya sebagai sarana pembantu.
Perpaduan unsur sejarah dan teknologi juga tampak di Museum Benteng
Vredeburg. Selain berbagai koleksi sejarah, terdapat pula fasilitas teknologi yang
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 25
dijadikan media untuk memperdalam pengetahuan sejarah. Melalui pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi yang tepat, penyampaian peristiwa dan fakta
sejarah menjadi lebih efektif dan efisien. Media yang terdapat di benteng ini berupa
penayangan film dokumenter, layar sentuh, dan ruang audio visual. Sarana
pendukung AI di Benteng Vredeburg yaitu sebuah aplikasi permainan berbasis
android bernama Augmented Reality for History Telling (Aristotell). Aplikasi yang
dikembangkan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sebelas
Maret ini mengajak pengguna untuk menyusuri sejarah melalui koleksi yang
terdapat di museum. Tujuan dibuatnya Aristotell adalah agar pengunjung menjadi
lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sejarah dengan menjadikan museum
sebagai objek wisata modern.
C. Revitalisasi Semangat Gotong Royong di Era Revolusi 4.0
Sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia menyiratkan berbagai
pedoman hidup salah satunya yaitu semangat gotong royong. Gotong royong
memiliki arti semangat bela rasa, bersatu, dan berbagi. Dalam menghadapi
tantangan masa kini seputar individualisme dan sikap anti sosial, bangsa ini
memerlukan adanya upaya revitalisasi nilai Pancasila, utamanya adalah nilai
kebersamaan. Mengutip tulisan Yudi Latif di Kompas 1 Oktober 2019, gotong
royong merupakan level tertinggi proses adaptasi manusia saat mengarungi
tantangan seleksi kehidupan. Hal ini menandakan bahwa sikap tersebut mampu
mengubah makhluk individu dengan kecenderungan simpanse (selfish) menjadi
makhluk sosial dengan kecenderungan lebah (groupish).
Era revolusi menghadapkan bangsa Indonesia pada berbagai konsekuensi
arus perkembangan yang semakin luas dan instan. Setiap ideologi dipaksa untuk
menyesuaikan diri dengan tantangan dan perkembangan baru. Puluhan tahun
berlalu sejak Pancasila dilahirkan tetapi keluhuran nilai-nilainya sebagai ideologi
negara terus menjadi angan dengan kurangnya kemampuan untuk menerapkannya
ke dunia nyata. Usaha membudayakan semangat gotong royong berkaitan erat
dengan pendidikan karakter yang diperkenalkan kedalam pembelajaran di sekolah
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 26
melalui peristiwa sejarah dan studi kepahlawanan. Dengan demikian generasi muda
mampu menemukan keteladanan untuk ditanamkan sebagai nilai dasar.
Dalam era revolusi 4.0 ini, proses pembelajaran sejarah dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Kecanggihan teknologi memacu peningkatan kreativitas
generasi muda. Salah satu sarana efektif untuk menumbuhkan nilai-nilai
kebangsaan yaitu dengan penggunaan media film. Amanat yang ingin disampaikan
melalui media film relatif dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Hampir
seluruh film sejarah di Indonesia menyiratkan pentingnya semangat gotong royong
seperti Kartini (2017), Sultan Agung (2018), dan Soegija (2012). Hal tersebut
memotivasi generasi muda untuk menerapkan semangat gotong royong dalam
menghadapi sikap individualisme masyarakat masa kini.
Penumbuhkembangan semangat gotong royong dalam proses pembelajaran
juga dapat dilakukan dengan pengadaan unjuk kerja berkelompok. Tugas dapat
berupa presentasi, debat, maupun penelitian sejarah. Hal ini mendorong partisipasi
aktif setiap individu untuk terlibat dalam proses pengerjaan tugas. Ibu Nindias
Dwikky Cahyaningtyas selaku guru Sosiologi dan PPKn menjelaskan bahwa
penilaian di sekolah tidak hanya berorientasi pada nilai, melainkan juga proses
pembelajaran dan sikap setiap individu. Adapun sarana lainnya yaitu kegiatan Pesta
Rakyat dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Umumnya dalam
peringatan hari bersejarah tersebut akan didapati berbagai perlombaan seperti
egrang, tarik tambang dan bakiak. Dengan demikian nilai gotong royong dapat
tertanam di setiap peserta didik. Semangat gotong royong meliputi nilai
kebersamaan, rela berkorban, dan tolong-menolong.
Penutup
Era revolusi 4.0 membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan
manusia. Selain membantu dan memfasilitasi kegiatan manusia, kecanggihan
teknologi berpotensi menghilangkan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat.
Semangat gotong royong relevan sebagai landasan karakter bangsa dalam
menghadapi era globalisasi. Semangat gotong royong diperlukan untuk
mempertahankan nilai jati diri bangsa Indonesia agar manusia tidak meninggalkan
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 27
kehidupan sosialnya setelah beralih ke era digital. Generasi muda penerus bangsa
diharapkan mampu memiliki kecerdasan dan kemampuan beradaptasi di era 4.0
sehingga dapat mengendalikan teknologi, bukan dikendalikan oleh teknologi.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 28
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Pustaka
Agus Mulyana & Darmiasti. 2009. Historiografi di Indonesia: Dari Magis-Religius
Hingga Strukturis. Bandung: Refika Adhitama.
Chris Skinner. 2019. Manusia Digital. Jakarta: Elex Media Komputindo.
E. Mulyasa, Dadang Iskandar, & Wiwik Dyah Aryani. 2016. Revolusi dan Inovasi
Pembelajaran: Sesuai Standar Proses. Jakarta: Rosda.
Gamal Komandoko. 2008. Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa.
Yogyakarta: MedPress.
Hamzah B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
P. Swantoro. 2016. Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu.
Jakarta: KPG.
Paul Veyne. 1971. Comment on écrit l'histoire. Paris: Le Seuil.
Tim Redaksi TEMPO. 2016. Tjokroaminoto: Guru Para Pendiri Bangsa. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Rukiyati dkk. 2013. Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Slamet Muljana. 2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai
Kemerdekaan Jilid I. Yogyakarta: LKiS.
V. Agus Sulistya dkk. 2019. Profil Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Yogyakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Yudi Latif. 2018. Wawasan Pancasila: Bintang Penuntun untuk Pembudayaan.
Bandung: Mizan.
Zeffry Alkatiri. 2010. Belajar Memahami HAM. Depok: Ruas.
Jurnal Ilmiah
Abu Su’ud. 1990. Seminar Sejarah Nasional V:Pengajaran Sejarah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 29
Rochiati Wiriatmodjo. 1998. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah
Diskusi): Landasan Filosofis Kurikulum Pengajaran Sejarah (SMU)
Tantangan dan Harapan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI.
Soedijarto. 1998. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah Diskusi):
Pengajaran Sejarah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai dan Sikap. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Yulius Dwi Cahyono. 2014. Strategi Pembelajaran Sejarah Peristiwa 1965 untuk
Tingkat SMA. Historia Vitae, 28(1), 70 – 87.
Sumber Koran
“Pancasila Jangkar Visi,”Kompas, 1 Oktober 2019.
“Teknologi Hidupkan Sejarah,” Kompas, 5 Oktober 2019.
Sumber Lisan
Wawancara dengan Yosafat Ganendra Bhagaskara Pagehgiri selaku generasi muda
dan peserta didik SMAN 2 Madiun.
Wawancara dengan Ibu Nindias Dwikky Cahyaningtyas, S.Pd. selaku guru PPKn
dan Sosiologi di SMA Regina Pacis Surakarta.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 30
Munculnya Semangat Persatuan Rakyat Indonesia Dipelopori Oleh Sosok –
Sosok Penggagas Pancasila
Karisma Kusmaningsih
SMA Negeri 3 Magelang
Sub Tema : Peran Tokoh Penggagas Pancasila Sebagai Awal Kunci Persatuan
Bangsa Indonesia
Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara dan pedoman hidup Bangsa Indonesia.
Pancasila dalam sistem perumusannya juga sangat sulit dan membutuhkan waktu
yang lama, namun berkat seluruh pemikiran dan kerja keras para tokoh proklamasi,
akhirnya pancasila dapat lahir sebagai ideologi bangsa. Pancasila disusun
berdasarkan kehidupan sosial, budaya, adat istiadat yang sesuai dengan keadaan
bangsa indonesia itu sendiri serta tidak memihak dalam satu pihak saja, dapat
dibuktikan dengan berbagai macam implementasi dan nilai – nilai yang terkandung
dalam pancasila itu sendiri. Hebatnya nilai – nilai tersebut masih dapat
direalisasikan hingga sekarang dan tidak menyimpang dengan kehidupan reformasi
saat ini.
Kelahiran pancasila memang membutuhkan pemikiran – pemikiran yang
kritis dan realistis, karena banyaknya perbedaan pendapat dari masing – masing
tokoh penggagas yang memungkinkan tejadinya konflik. Akan tetapi dari berbagai
macam pendapat itu dapat menjadi sebuah pertimbangan dan perbandingan untuk
menentukan pemikiran yang paling tepat karena dasar negara harus bisa diterapkan
diberbagi zaman dan menjadi pedoman masyarakat yang tinggal di suatu negara
tersebut. Oleh karna itu, dasar negara adalah hal yang sangat penting dan harus ada
bagi setiap negara di dunia. Negara yang tidak memiliki dasar negara dijamin
negara itu tidak akan maju dan bingung dala menjalani pemerintahan bahkan akan
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 31
selalu ada masalah – masalah yang menyimpang karena rakyat tidak mempunyai
pedoman dalam menjalani hidup berbangsa dan bernegara
Pembahasan
Indonesia memiliki dasar negara yang kuat dan sesuai dengan kehidupan
bangsa Indonesia itu sendiri yaitu Pancasila. Lahirnya Pancasila didukung karena
adanya pemberian janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia oleh Perdana
Menteri Jepang yaitu Kuniako Koiso pada tanggal 7 September 1944. Akan tetapi
,dia tidak menentukan tanggal kemerdekaan itu dan jelas diharapkan bahwa bangsa
Indonesia akan membalas janji ini dengan cara mendukung Jepang sebagai
ungkapan rasa terimakasih. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan
penyelidikan Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dengan tujuan
untuk menyelidiki dan memperlajari hal – hal yang berkaitan dengan usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia. Beberapa hari setelah pembentukan anggota
BPUPKI melakukan sidang pertama yaitu pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945
dengan materi bahasan yaitu perumusan falsafah dan dasar negara Indonesia untuk
kedepannya. Pada saat itu ada 3 penggagas untuk merumuskan dasar negara
Indonesia yakni Muhammad Yamin, Ir. Soekarno dan Mr. Soepomo. 3 sosok itu
adalah orang – orang pemikir dasar negara Indonesia yang pertama kali dan setiap
individunya memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda – beda, akan tetapi
dengan keputusan bersama akhirnya dapat terpilih ide terbaik yaitu pemikiran dari
Ir. Soekarno.
Pada hari pertama sidang yakni pada tanggal 29 Mei 1945 usulan pertama
yaitu pemikiran dari Muhammad Yamin yang disampaikan secara lisan berisi
tentang peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat akan tetapi rumusan tersebut diragukan kebenarannya, oleh
karna itu rumusan tersebut tidak diterima. Setelah itu, Rumusan dasar negara kedua
dipelopori oleh Mr. Soepomo yakni pada tanggal 31 Mei 1945 dengan rumusannya
yaitu persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir batin, musyawarah dan keadilan
sosial. Rumusan tersebut juga kurang sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia,
Oleh karna itu dirumuskan lagi pada hari ketiga yakni pada tanggal 1 juni 1945,
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 32
untuk kali ini yang merumuskan dasar negara ialah Ir. Soekarno dengan 3
rumusannya yakni Ekasila, Trisila, dan Pancasila, akan tetapi yang disetujui oleh
BPUPKI adalah Pancasila yang isinya kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
internalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi kesejahteraan sosial
dan ketuhanan.
Dengan berbagai macam pertimbangan rumusan itu akhirnya ditetapkan
sebagai dasar negara dengan perbaikannya di masukan dalam Piagam Jakarta. Oleh
karena pada tanggal 1 Juni itu adalah hari dimana Ir. Soekarno menyampaikan
pidato mengenai dasar negara dan rumusannya disetujui, maka setiap tanggal 1 juni
diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Setelah Indonesia mempunyai dasar
negara, rakyat Indonesia segera mempersiapkan kemerdekaan Indonesia secepat
mungkin. Setelah perumusan dasar negara berakhir BPUPKI kemudian membentuk
Panitia Kecil yang bertugas untuk merumuskan tujuan dan maksud didirikannya
negara Indonesia. Panitia kecil itu terdiri dari 9 orang yakni Ir. Soekarno, Drs. Moc.
Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Mr. A.A Maramis, Mr. Achmad Subardjo,
Abdulkahar Muzakir, K.H.A. Wachid Hasyim, Abikusono Tjokrosuyoso dan H.
Agus Salim. Panitia tersebut menghasilkan dokumen yang berisi asas – asas dan
tujuan Indonesia merdeka.
Berdasarkan usulan dari Muh. Yamin dokumen hasil rumusan Panitia
Sembilan diberi nama Piagam Jakarta isi nya yakni bunyi Pancasila yang sekarang.
Begitulah usaha – usaha yang dilakukan oleh para tokoh proklamator Indonesia
dalam perumusan dasar negara kita. Dasar Negara Indonesia sangatlah sesuai
dengan kepribadian Bangsa Indonesia sejak dulu hingga sekarang, baik tentang
keimanan, budaya, toleransi dan lain – lain. Masyarakat Indonesia dapat menjalani
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik apabila sudah bisa mengamalkan
dan mengimplementasikan nilai – nilai yang terkandung di Pancasila itu sendiri.
Oleh karena itu, kita harus selalu menghargai para pahlawan yang telah
memperjuangkan kemerdekaan dengan berlimpahan darah, karena tanpa mereka
semua kita tidak bisa hidup di tanah air Indonesia ini dengan bahagia.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 33
Penutup
Dapat kita cermati bahwa perumusan dasar negara itu sangatlah sulit juga
harus membutuhkan banyak pertimbangan, dimulai dari pembentukan panita,
pemikiran – pemikiran panjang dan lain – lain. Oleh karena itu, kita sebagai rakyat
Indonesia dan warga negara yang baik harus bisa menghormati dan mengamalkan
isi yang terkandung dalam dasar negara kita yakni Pancasila. Dalam
pengamalannya dapat melalui berbagai macam kegiatan dan sektor contohnya
menghargai satu sama lain, tidak membeda – bedakan teman, tolong – menolong,
cinta tanah air, musyawarah untuk mufakat dan lain- lain. Dengan demikian kita
akan menjadi orang yang baik dan dapat menjadi warga negara yang baik karena
telah mengamalkan nilai – nilai dasar yang berada dalam pancasila itu sendiri.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 34
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H.F, dan M. Saifullah AM. 2013. Jas Merah. Jakarta : Divapress.
Eko,Herimanto.2017.Sejarah.Solo.PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri .
Nabila, Dewi (2019, 25 Mei). Implementasi Pancasila dalam Menjawab Tantangan
Revolusi Industri 4.0. Dikutip 20 September 2019 dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/dewinabila1549/5ce8d2caaa3ccd1e756b8bf
6/implementasi-etika-pancasila-dalam-menjawab-tantangan-revolusi-
industri-4-0.
Ricklefs,M.C.2007.Sejarah Indonesia Modern.Bulaksumur Yogyakarta.Gadjah
Mada University Press.
Romadecade.org sejarah pancasila (diunduh pada tanggal 16 September 2019 Pukul
19.00 WIB).
Yapeta Pusat. 1995. Sejarah Lahirnya Pancasila. Jakarta : YAPETA Pusat.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 35
Peran Pembelajaran Sejarah Dalam Memerdekakan Kemerdekaan
Martinus Kurnia Yunaiko Putra
SMA Kolese De Britto
SUBTEMA : Peran Pembelajaran Sejarah Dalam Mengimplementasikan Nilai
Pancasila di Era Revolusi Industri 4.0
Latar Belakang
Kemerdekaan bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah hal yang final pada
tanggal 17 Agustus 1945. Umur bangsa Indonesia yang tahun ini genap 74 tahun
telah mengalami pasang surut kehidupan berbangsa dan bernegara. Para perumus
Pancasila yang telah menghabiskan banyak waktu, pikiran, tenaga, dan materi
selalu dikenang setiap upacara kemerdekaan di sekolah. Namun, apakah Pancasila
yang telah digagas oleh para pendiri bangsa ini masih digdaya melawan arus
perkembangan zaman ini?
Menjadi sebuah ironi, apabila bangsa yang telah berumur 74 tahun ini belum
merdeka secara keseluruhan. Memerdekakan sebuah kemerdekaan mungkin
bukanlah sebuah hal yang mudah dihadapi seluruh bangsa di dunia ini. Bahkan,
liberalisme Amerika Serikat yang sudah diuji hampir 300 tahun masih mengalami
timbul tenggelam dalam pelaksanaan kehidupan mereka. Namun, perbedaannya
jelas bahwa Amerika Serikat telah menjadi negara maju, sedangkan Indonesia
masih berusaha untuk mencapai titik tersebut. Mengapa Pancasila belum sesakti
yang dicita-citakan para perumus Pancasila?
Topik ini diambil untuk menjelaskan kesaktian Pancasila dalam
pembentukan jati diri dan identitas bangsa Indonesia. Beranjak dari keprihatinan
bahwa konflik-konflik horizontal maupun vertikal masih sering menjadi judul di
halaman sampul surat kabar di Indonesia. Dijelaskan pula peran sejarah sebagai
Historia Magistra Vitae atau sejarah adalah guru terbaik dalam menentukan arah
bangsa Indonesia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang sudah ada di depan
mata.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 36
Tujuan penulis dalam memilih topik Peran Pembelajaran Sejarah Dalam
Memerdekakan Kemerdekaan adalah sebagai tajuk rencana dalam penulisan esai
ini adalah sebagai pandangan reflektif yang bersifat persuasif dalam menggiring
pemikiran para generasi emas bangsa ini untuk mempelajari sejarah sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mempelajari kehidupan manusia di masa lalu dalam ruang dan
waktu. Sejarah juga mampu menjadi batu penjuru dalam pembuatan kebijakan yang
akan terjadi di masa depan, apalagi saat berbicara tentang kemerdekaan secara
keseluruhan. Bukan menjadi hal yang tabu bahwa sejarah kelam di masa lalu
semestinya menjadi pengalaman yang tidak perlu diulang kembali. Mengutip
perkataan seorang filsuf asal Jerman, Karl Marx yang berkata “Sejarah berulang,
pertama sebagai tragedi, kedua sebagai komedi.
Pembahasan
A. Sebuah Ironi Bernama Kemerdekaan
Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan,
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan bukan sekedar untuk merdeka, akan
tetapi dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, peristiwa proklamasi dibentuk untuk
menciptakan keadaan yang memberi kemungkinan bagi bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-cita hidupnya berdasarkan prinsip-prinsip yang hidup di dalam
kalbu.
Sejarah mencatat isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 1–4
yang berisi tentang cita-cita kemerdekaan memiliki makna yang lebih dari sekedar
penghapusan penjajahan di tanah Nusantara. Penegasan dan pemaknaan mendalam
perlu diarahkan pada alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi “Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa, mengantarkan seluruh rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.” Pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur adalah cita-cita sesungguhnya dari
kemerdekaan yang telah diproklamasikan di masa lalu. Namun, apakah keadaan
Indonesia sekarang telah merdeka dalam arti yang sesungguhnya? Apakah
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 37
Indonesia telah bersatu dalam arti persamaan visi dan misi tentang kepentingan
bersama melebihi kepentingan individu maupun golongan? Apakah Indonesia
telah berdaulat untuk menentukan nasib bangsanya sendiri? Apakah Indonesia
telah adil dan makmur dalam pelaksanaan berbangsa dan bernegara?
Masih ada ironi dibalik sebuah kata kemerdekaan yang setiap tahunnya
dirayakan pada tanggal 17 Agustus ini. Pancasila yang telah final pun terkadang
belum mampu mengkondisikan perspektif masyarakat dalam mencapai cita-cita
para founding fathers bangsa Indonesia. Setelah itu, isu terbesar sekaligus
konsekuensi logis dari keberagaman di Indonesia adalah polarisasi antargolongan.
Polarisasi itu telah muncul pada berbagai tingkat. Pada tingkat kedaulatan nasional,
kita mengalami polarisasi antara kesatuan tanah air dan gerakan daerah untuk
memisahkan diri, polarisasi antara otonomi nasional dan integrasi ke dalam
internasionalisme. Dalam bidang kebudayaan, terjadi polarisasi yang keras antara
keseragaman dan pluralitas, sedangkan dalam bidang sosial terjadi polarisasi yang
semakin kencang antara civil society yang berjuang untuk terciptanya ruang publik,
dan mengerasnya kembali sentimen komunal yang mempertahankan ruang privat
dalam sistem kebudayaannya masing-masing.
B. Polarisasi Kemerdekaan Dalam Gerak Sejarah Bangsa Indonesia
Peta pluralitas keIndonesiaan kita menjadi demikian kompleks, yang dalam
dirinya membawa kepentingan, yang juga semakin terfragmantasi, mengancam
semangat kebangsaan kita. Keberagaman justru cenderung menyempit, mengkristal
dalam kelompok, dan dimaknai sebatas prinsip bahwa orang lain tidaklah lebih baik
daripada kelompoknya sendiri.Fenomena itu mempertegas pendapat Clifford
Geertz tentang sulitnya melukiskan anatomi sosial-budaya masyarakat karena
begitu kompleksnya dan serba multinya unsur Indonesia yang harus disemayamkan
(Hamengku Buwono X, 2010 : 210). Oleh karena keberagaman mulai berubah
menjadi penyeragaman, polarisasi antargolongan yang memiliki agenda masing-
masing mampu memperburuk kondisi bangsa kita.
Semua jenis polarisasi telah dialami oleh Indonesia sepanjang 74 tahun
usianya. Ketegangan antara kesatuan nasional dan gerakan daerah telah dialami
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 38
oleh pemerintahan Soekarno yang menghadapi, antara lain PRRI dan Permesta, dan
dialami pula oleh pemerintahan Habibie yang harus menghadapi masalah Timor
Timur. Sekarang, masih hangat di telinga kita bahwa Gerakan Operasi Papua
Merdeka (OPM) yang sedang gencar-gencarnya digaungkan setelah isu
diskriminasi rasial dipertontonkan secara vulgar kepada sesama saudara setanah air.
Kemanusiaan yang adil dan beradab yang secara gamblang tertera di butir-
butir Pancasila seakan sebagai delusi dalam penerapannya. Terbukti dengan jelas
bahwa sejarah mencatat selama 32 tahun pemerintahan Soeharto adalah periode
yang penuh dengan polarisasi (Ignas Kleden, 2001 : 276). Hal yang menjadi benang
merahadalahsemua polarisasi diselesaikan dengan cara yang tak berimbang dan
bahkan cenderung mencederai sila kedua. Dalam arti ini, polarisasi terjadi antara
perdamaian politik dan keadilan politik yang diselesaikan dengan memenangkan
perdamaian politik atas nama stabilitas nasional sambil mengorbankan keadilan
berupa hak-hak kemanusiaan masyarakat.
Atas motif yang sama, polarisasi dalam bidang ekonomi antara
pertumbuhan dan pemerataan telah diselesaikan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan mengabaikan pemerataan. Hal ini tentulah sangat berseberangan
dengan cita-cita adil dan makmur yang terdapat di alinea kedua Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, di bidang administrasi dan birokrasi
pemerintahan, dominasi pusat telah dimenangkan dengan mengalahkan otonomi
daerah, sejalan dengan sentralisme birokrasi yang mengorbankan desentralisasi.
Sementara itu, ruang gerak masyarakat ini semakin dipersempit oleh watak negara
korporatis yang merebut dan mempertahankan hegemoninya baik dengan cara
sentralisasi secara ke dalam maupun dengan intervensi secara keluar menerobos
urusan-urusan masyarakat yang sebetulnya tidak perlu dicampurinya. Walau ada
juga segudang prestasi yang dicapai di era Soeharto.Namun,keberhasilan ini malah
dianggap sebagai peluang untuk melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) yang dilakukan oleh para anggota keluarga dan kroni para penguasa, baik
di pusat maupun di daerah (Miriam Budiardjo, 2017 : 133).
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 39
Semua fakta empirik yang telah menjadi bagian dari gerak di bangsa ini
haruslah mencerminkan sikap bangsa Indonesia kedepannya. Tolak ukur sebuah
bangsa adalah pandangannya melihat sebuah sejarahnya. Dengan segala
problematika yang telah dipaparkan sebelumnya, haruslah kita kembali memegang
teguh Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian
bangsa, jiwa bangsa, sumber dari segala hukum, falsafah hidup, cita-cita dan tujuan
bangsa, dan tentunya sebagai ideologi tunggal bangsa Indonesia.
C. Memerdekakan Nasib Untuk Menentukan Arah Meneropong Revolusi
Industri 4.0
Melalui pengalaman sejarah yang telah dilalui bangsa Indonesia di masa
lampau. Indonesia sekarang telah menatap realitas dunia dengan menghadapi
Revolusi Industri 4.0. Nasib bangsa kita tidak mungkin hanya ingin stagnan pada
posisi ini. Standard Chartered Plc, memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara
dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030. Namun, segala persiapan
haruslah disiapkan sedini mungkin. Segala isu-isu yang masih berbau SARA
tentunya harus sesegera mungkin dihapuskan untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara maju.
Pancasila sebagai ideologi negara harus kembali ditegaskan untuk menolak
paham-paham radikal yang sekarang ini sangat mudah masuk dan tersebar di
kalangan masyarakat. Jati diri bangsa Indonesia yang kaya akan segala sumber
dayanya harus menjadi senjata yang ampuh untuk mengatasi perkembangan zaman.
Menghidupi nilai-nilai dasar bangsa juga harus kembali digalakkan ke seluruh
penjuru insan tanah air untuk mencapai persatuan visi dan misi.
“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan
samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dengan 2,5 sen sehari.
Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang
rela menderita demi pembelian cita-cita.”- Presiden Ir. Soekarno. Begitu
kutipan pernyataan Bapak Proklamator Indonesia yang menegaskan bangsa
Indonesia harus menjadi negara yang besar dan memiliki idealisme kebangsaan
yang kuat.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 40
Penutup
Kemerdekaan Indonesia memang sudah terjadi 74 tahun silam, tapi
semangat kemerdekaan itu masih menjadi sebuah daya magis bagi keseluruhan jiwa
dan raga penduduk Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, bahwa perkembangan zaman
selalu menuntut perubahan. Pembelajaran sejarah juga memberi kita perspektif
kebangsaan yang pernah dilalui bangsa Indonesia. Pemaknaan setiap butir-butir
Pancasila menjadi sebuah tuntutan bagi para generasi penerus bangsa. Tinta hitam
yang tertulis di buku sejarah kelak akan ditentukan dengan tindakan bangsa ini dari
sekarang. Manusia Indonesia tidak akan menjadi bangsa “pembeo” dan tidak
memiliki pendirian. Kemerdekaan pikiran dan tindakan tetap menjadi proses
Indonesia dalam bergerak maju di kemudian hari. Benang merah yang dapat
diambil dari deskripsi reflektif itu adalah tentang semangat Pancasila dalam
implementasinya di kehidupan bangsa dan negara sekarang dan di masa yang akan
datang.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 41
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Buwono X, Hamengku. 2010. Rindu Pancasila. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Kleden, Ignas. 2001. Menulis Politik: Indonesia Sebagai Utopia. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 42
Gagasan Soepomo dalam Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Indonesia
Muhammad
Sma Progresif Bumi Shalawat
Sub Tema : Peran Tokoh Penggagas Pancasila Sebagai Awal Kunci Persatuan
Bangsa Indonesia
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang secara astronomis terletak pada
titik koordinat 6o LU – 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Selama 74 tahun Indonesia
telah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Kemerdekaan Indonesia tersebut
dapat tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal itu menunjukan hasil dari
perjuangan masyarakat Indonesia dalam melawan kolonialisme dan imperealisme
telah tercapai. Indonesia sebagai negara merdeka haruslah memiliki pemerintahan
yang berdaulat, meliputi kepala negara, dasar negara, dan bentuk negara.
Menindaklanjuti hal tersebut, maka melalui sidang BPUPKI disusunlah dasar
negara Kesatuan Republik Indonesia yang diberi nama pancasila.
Jika dilihat dari asal katanya pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu
panca artinya lima dan syla artinya batu sendi atau unsur.1 Pengertian pancasila
secara umum adalah lima dasar pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara terlahir dari jiwa dan karakteristik masyarakat
Indonesia yang disampaikan melalui gagasan-gagasan para tokoh-tokoh Indonesia
yaitu Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Ketiga tokoh tersebut memiliki
gagasan yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu persatuan bagi
bangsa Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka esai ini mengangkat tentang peran
tokoh penggagas pancasila sebagai awal kunci persatuan Indonesia. Tokoh yang
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 43
dipilih adalah Dr. Soepomo, alasannya karena ingin menggali sisi sejarah dari
pembentukan pancasila mengenai gagasan Soepomo dan sedikit orang mengetahui
siapa Soepomo dan apa peranannya dalam sejarah Indonesia. Padahal di era
globalisasi saat ini pemahaman tentang nilai-nilai pancasila yang telah disusun oleh
para tokoh-tokoh bangsa tersebut haruslah diketahui dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kerukunan dan rasa nasionalisme bangsa Indonesia
dapat terwujud.
Pembahasan
A. Biografi Soepomo
Soepomo sebagai salah satu tokoh penggagas pancasila dilahirkan di
Sukoharjo, Solo pada tanggal 22 Januari 1903.2 Apabila dilihat dari segi
ekonominya, Soepomo lahir dikalangan keluarga yang berkecukupan. Ayahnya
adalah seorang Bupati Anom Kesunanan Surakarta yang bernama Raden
Tumenggung Wignyodipuro dan ibunya bernama R.A. Renak Wignyodipuro
adalah anak dari Raden Tumenggung Reksowardono, seorang Bupati Anom
Sukoharjo.3 Ia merupakan anak pertama dari sebelas bersaudara. Latar belakang
pendidikan Soepomo cukup tinggi yaitu pada awalnya ia bersekolah di
Europeesche Lagere School (ELS) yaitu sekolah dasar bagi anak-anak Belanda dan
lulus pada tahun 1917.4 Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs (MULO) di Solo dan lulus tahun 1920.
Setamat dari MULO, ia berangkat ke Jakarta dan bersekolah di
RechtsschoolBatavia yaitu sekolah hukum dan lulus pada tahun 1923.5 Soepomo
kemudian bekerja menjadi pegawai di Pengadilan Negeri di Sragen, Jawa Tengah.
Tidak lama kemudian ia melanjutkan sekolah di Universitas Leiden pada tanggal
12 Agustus 1924 sampai 15 Juli 1927.6 Ia mengambil jurusan Aculteit der
Rechtsgeleerdheid dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Mr.). Soepomo
kemudian melanjutkan pendidikan doktornya dan berhasil meraih gelar doktor ilmu
hukum. Selama bersekolah tersebut, Soepomo ikut aktif dalam berbagai organisasi
mahasiswa yang bernama Perhimpunan Indonesia (PI). Organisasi tersebut pada
awalnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan orang-orang Indonesia yang
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 44
bersekolah di Belanda, kemudian pada tahun 1924 berubah untuk mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.7
Melalui pengalamannya dalam berorganisasi tersebut membuat Soepomo
lebih berpikir kritis, terutama mengenai perkembangan Indonesia. Penjelasan
tersebut menunjukan bahwa dengan adanya pendidikan maka dapat melahirkan
orang-orang cendekiawan yang dapat memajukan bangsa Indonesia. Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, Soepomo juga memiliki peranan aktif seperti
Kepala Perundang-undangan (Hooki Kyoku Cho), Kepala Departemen Kehakiman
(Shijobucho), Anggota Mahkamah dan Penggagas Perumusan Pancasila.
B. Gagasan Soepomo dalam Perumusan Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mulai terbentuk saat Jepang
mengalami kekalahan. Hal tersebut terjadi tepatnya pada bulan Juli 1944 dengan
dikuasainya Kepulauan Saipan oleh Amerika.8 Hal ini menunjukan garis
pertahanan Jepang di Kepulauan Mariana sudah dikuasai. Pulau tersebut terletak di
perairan Jepang dan Indonesia. Dalam keadaan yang krisis tersebut, Pemerintah
Jepang berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Maka pada tanggal 1
Maret 1945 Letnan Jendral Kumakici Harada mengumumkan akan didirikan
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan bagi Indonesia. Badan tersebut baru terealisasikan pada tanggal 29
April 1945. Tujuan didirikan BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki
hal-hal penting yang berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka.
Adapun susunan pengurusnya, antara lain sebagai ketua adalah dr. K.R.T Radjiman
Wediodiningrat. Ketua muda pertama dijabat oleh Jepang yakni Shucokun Cirebon
bernama Ichibangase, dan R.P Suroso diangkat sebagai Kepala Sekretariat dengan
dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G Pringgodigdo.9Anggota dalam
BPUPKI tersebut berjumlah 60 orang yaitu salah satunya adalah Prof. Dr. Mr.
Raden Soepomo yang bertugas sebagai kepala perundang-undangan (Hooki Kyoku
Cho).10
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 45
Pada tanggal 28 Mei 1945, dilangsungkan upacara peresmian BPUPKI yang
bertempat di gedung Chuo Sang In, Jalan Pejambon, Jakarta.11 Pada kesempatan itu
dilakukan upacara pengibaran bendera Jepang yaitu hinomaru oleh Mr. A.G.
Pringgodigo, kemudian disusul dengan pengibaran bendera Indonesia yaitu merah
putih oleh Toyohiko Masuda. Kemudian keesokan harinya BPUPKI mulai
mengadakan sidang yang membahas mengenai perumusan dasar negara pada
tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Dalam kata pembukaannya, Ketua dr. Radjiman
Wediodiningrat meminta pandangan para anggota mengenai dasar negara Indonesia
Merdeka. Di antara para anggota yang hadir terdapat tiga orang yang
menyampaikan gagasan mengenai dasar negara. Mereka itu adalah Mr. Muh.
Yamin, Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Muh. Yamin menyampaikan
gagasannya pada tanggal 29 Mei 1945, sedangkan Soepomo pada tanggal 31 Mei
1945, dan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Berikut penjelasan tentang gagasan
dasar negara oleh Soepomo. Soepomo memulai pidatonya dengan kalimat sebagai
berikut:
“Bahwa jika hendak mendirikan negara Indonesia yang sesuai dengan
keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia maka negara kita harus
berdasar atas aliran pikiran negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan
seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan
apa pun. Menurut aliran pikiran ini, kepala negara badan-badan pemerintah lain,
harus bersifat pemimpin yang sejati, penunjuk jalan kearah cita-cita luhur, yang
diidam-idamkan oleh rakyat. Negara harus bersifat hukum yang timbul dari hati
sanubari rakyat seluruhnya.”12
Setelah menyampaikan pidato di atas, Soepomo juga menyampaikan
gagasannya mengenai dasar negara yaitu persatuan, kekeluargaan, keseimbangan
lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat. Sila persatuan dan kekeluargaan
tersebut didasari oleh pemikiran tiga filsuf abad ke-18 dan 19 yaitu Spinoza, Adam
Muller, dan Hegel dengan menerapkan konsep integralistik yaitu dimana satu
elemen dengan elemen lain saling terkait dan saling melindungi sehingga terbentuk
sebuah kesatuan negara yang kuat.13 Konsep integralistik ternyata juga telah
diterapkan oleh negara maju lainnya seperti sistem Kekaisaran Tennoo Haika
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 46
dengan Rakyat Jepang, dan konsep nasional-sosialis dalam NAZI Jerman.14 Dasar
persatuan dan kekeluargaan ini menurut Soepomo sangat sesuai dengan corak
masyarakat Indonesia. Masyarakat bukan lagi sebuah identitas sendiri, melainkan
satu dalam bentuk negara sehingga Soepomo menolak konsep individualisme barat
yang menurutnya tidak sesuai dengan struktur masyarakat desa.
Sila keseimbangan lahir dan batin menurut Soepomo didasari bahwa Negara
Indonesia yang bersatu akan memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
akan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Maka negara yang
demikian, hendaknya yang memakai dasar moral yang luhur. Selain itu dianjurkan
kepada semua masyarakat agar beragama, walaupun urusan agama harus
dipisahkan dengan urusan negara. Kemudian sila musyawarah menurutnya harus
dibentuk Badan Musyawarah agar pemimpin negara berjiwa satu dengan wakil
rakyat, sehingga keputusan yang didapat nantinya dapat diterima oleh semua pihak.
Sedangkan sila keadilan rakyat didasarkan pada anggapan bahwa, bila negara
bertindak sebagai penyelenggara keadilan rakyat maka Indonesia akan bersatu dan
adil. Sistem ekonomi rakyat Indonesia menurut Soepomo diatur berdasarkan asas
kekeluargaan, tolong menolong dan sistem kooperasi. Penjelasan gagasan Soepomo
tentang dasar negara menunjukan bahwa dalam merumuskan dasar negara tersebut
haruslah sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia, agar tercipta kehidupan
yang adil dan damai. Maka kita sebagai generasi penerus bangsa harus dapat
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
para akademisi intelektual juga menilai gagasan yang disampaikan Soepomo
tersebut yang mengilhami dalam menyusun Undang-Undang Dasar 1945 nantinya.
Penutup
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang terlahir dari jiwa dan
karakteristik masyarakat Indonesia. Dasar negara tersebut disampaikan melalui
gagasan-gagasan para tokoh-tokoh Indonesia, salah satunya oleh Soepomo.
Gagasan yang disampaikan Soepomo yaitu persatuan, kekeluargaan, keseimbangan
lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat. Gagasan tersebut didasari oleh
pemikiran tiga filsuf abad ke-18 dan 19 yaitu Spinoza, Adam Muller, dan Hegel
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 47
dengan menerapkan konsep integralistik.Negara yang bersatu dengan seluruh
rakyatnya, akan akan tercipta keadilan, dan akan memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 48
DAFTAR PUSTAKA
Agung, D.A.G. 2011. Sejarah Indonesia Modern Periode 1908-1949. Malang:
Universitas Negeri Malang. Hal. 18,51
Aning, S, F. 2007. 100Tokoh Yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi.
Halkis. 2017. Konstelasi Politik Indonesia:Pancasila dalam Analisis
Fenomenologi Hermeneutika. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Poesponegoro & Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: PT Balai
Pustaka.
Ronto. 2010. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai
Pustaka.
Catatan Kaki
1 Ronto (2010:9)
2 Halkis (2017:168)
3 Halkis (2017:168)
4 Aning (2007:211)
5 Aning (2007:211)
6 Aning (2007:211)
7 Agung (2011:18)
8 Agung (2011:51)
9 Poesponegoro & Notosusanto (2010:122)
10 Agung (2011:59)
11 Poesponegoro & Notosusanto (2010:122)
12 Poesponegoro & Notosusanto (2010:123)
13 Halkis (2017:168)
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 49
Revitalisasi Nilai - Nilai Pancasila Melalui Pembelajaran Sejarah Bermuatan
Bela Negaradi Era Revolusi 4.0
Tiffany Pryanka Andini
Man 1 Yogyakarta
Sub Tema : Peran Pembelajaran Sejarah dalamMengimplementasikan Nilai
Pancasila di EraRevolusi Industri 4.0
Latar Belakang
Revolusi industri gelombang keempat, atau lebih dikenal sebagai revolusi
4.0, dipahami sebagai era dimana banyak aspek kehidupan manusia digantikan oleh
unsur-unsur yang sarat akan digitalisasi, mekanisasi, serta otomatisasi.
Berlangsungnya era revolusi 4.0 ini ditandai dengan adanya keseragaman dalam
penggunaan media digital serta menjamurnya penggunaan tenaga kerja mesin tanpa
dibatasi ruang dan waktu. Cara produksi yang lebih berorientasi pada hal-hal yang
serba otomatis ini bersamaan dengan paradigma manusia yang juga ikut berubah
seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Seperti dalam istilah
“dunia dalam genggaman”, teknologi yang semakin masif ini akan menghubungkan
jutaan manusia melalui jaringan internet, sehingga peningkatan efektivitas serta
efisiensi kerja manusia akan lebih mudah untuk diwujudkan.
Pada sisi lain, adanya digitalisasi ini kemudian menjadi paradoks. Tidak
dapat dipungkiri bahwa revolusi 4.0 ini juga membawa dampak negatif, terutama
di bidang sumber daya manusia. Di era digital, bukanlah hal asing apabila berita
hoaks, isu-isu SARA, penyebaran paham radikal, dekadensi moral, serta sikap
intoleran terus menjalar di kalangan masyarakat. Sifat-sifat ini jelas bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Kaelan,2004:79-84). Dengan
terkikisnya nilai-nilai Pancasila, yang merupakan pandangan hidup dan kepribadian
bangsa Indonesia, maka upaya untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila adalah
suatu kebutuhan mendesak. Dalam hal ini, kurikulum pembelajaran sejarah menjadi
pilar penting untuk menanamkan substansi nilai-nilai Pancasila (Nurul A, 2019).
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 50
Pendidikan sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan kepribadian nasional
dan jati diri bangsa Indonesia (Vijay, 2019).
Selain itu, dengan tergerusnya nilai-nilai Pancasila, sangat berpotensi
ancaman disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, menjadi penting bagi bangsa
Indonesia untuk menguatkan kembali nilai-nilai bela negara. Upaya bela negara ini
menjadi komponen pendukung proses revitalisasi nilai-nilai Pancasila di era
revolusi 4.0. Tantangan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila akan
dapat ditekan dengan penguatan nilai bela negara. Oleh karena itu, menjadi hal yang
penting untuk membahas tentang bagaimana upaya merevitalisasi nila-nilai
Pancasila melalui pembelajaran sejarah dengan muatan bela negara.
Pembahasan
A. Tantangan Bangsa Indonesia di Era Revolusi 4.0
EraRevolusi Industri 4.0 yang identik dengan teknologi serba digital
memang menciptakan suatu kondisi baru, dimana aktifitas manusia sudah banyak
digantikan oleh mesin dan terhubung dengan jaringan internet. Dengan demikian,
Revolusi 4.0 memiliki banyak potensi untuk mendayagunakan individu maupun
masyarakat. Revolusi 4.0 ini memberikan peluang dalam berbagai sektor, seperti
ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Akan tetapi, Revolusi
4.0 juga menghadapkan bangsa Indonesia dalam berbagai tantangan yang harus
diantisipasi dan ditanggulangi (Dirjen Belmawa, 2017 : 59).
Salah satu tantangan di era Revolusi 4.0 yang terjadi di kalangan masyarakat
adalah memudarnya nilai-nilai luhur dalam diri pribadi bangsa Indonesia. Seiring
dengan canggihnya teknologi berbasis digital dan otomatisasi yang kian berprogres,
nilai-nilai konsensus kebangsaan justru mengalami regresi. Kemudahan teknologi
akan mempersempit relasi antar individu, sehingga individu cenderung bergantung
pada teknologi. Rasa empati, toleransi, gotong royong, persatuan, nilai-nilai
demokratis, dan lain-lain yang merupakan nilai-nilai Pancasila akan memudar,
digantikan dengan maraknya degradasi moral dan pengingkaran terhadap nilai-nilai
luhur Pancasila (Raharja, 2019:18).
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 51
Di tengah-tengah kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya yang
plural dan masyarakat yang heterogen, maka tergerusnya nilai-nilai luhur Pancasila
dapat berakibat fatal bagi eksistensi bangsa. Sikap individualis, antipati, intoleransi,
egois, dan lain-lain merupakan sikap yang kontraproduktif dalam upaya
mengimplementasi dan merevitalisasi Pancasila. Hal ini juga dinilai sangat bertolak
belakang dengan upaya mewujudkan persatuan bangsa, sehingga akan memicu
adanya disintegrasi bangsa, Di sinilah sebenarnya letak ancaman terhadap bangsa
dan negara Indonesia. Sikap-sikap negatif ini menguat seiring dengan masifnya
guliran globalisasi di Era Revolusi 4.0 yang disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai
kebangsaan pada diri bangsa Indonesia (Alius, 2016 : 142).
B. Urgensi Penguatan Nilai-nilai Bela Negara
Lunturnya nilai-nilai kebangsaan (nasionalisme) sebagai dampak Revolusi
4.0 berpotensi menggerus persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal ini
merupakan ancaman yang harus diantisipasi dan ditanggulangi. Disinilah bangsa
Indonesia membutuhkan adanya ketahanan bangsa. Ketahanan bangsa merupakan
kemampuan suatu bangsa untuk mempertahankan persatuan dan kesatuannya,
memperkuat daya dukung kehidupannya, menghadapi segala bentuk ancaman yang
dihadapinya sehingga mampu melangsungkan kehidupannya dalam mencapai
kesejahteraan bangsa tersebut (Sumarsono, 2006 : 106).
Konsep Ketahanan Bangsa ini dikenal sebagai Ketahanan Nasional. Pada
hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa
untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara
(Dirjen Belmawa, 2016 : 239). Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi,
ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya dan ketahanan
keamanan yang didasarkan pada Pancasila (ibid. :247).Upaya menyelenggarakan
ketahanan nasional ini dapat diwujudkan melalui upaya bela negara. Berdasarkan
Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 usaha pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban bangsa Indonesia. Dalam bagian penjelasan Undang-undang No. 3
Tahun 2002 tersebut dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 52
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang.
Upaya bela negara ini bisa dilakukan secara fisik (militer) dan non fisik (non
militer). Bela negara secara militer dilakukan dengan memanggul senjata untuk
menghadapi serangan dan agresi untuk menghadapi musuh dari luar. Pengertian ini
dapat disamakan dengan bela negara dalam arti militer. Sedangkan bela negara
secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan
negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan
aktif dalam memajukan bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman
(ibid.: 266-270).
C. Pembelajaran Sejarah dan Revitalisasi Pancasila
Semakin menipisnya nila- nilai kebangsaan yang ditandai dengan lunturnya
pengimplementasian nilai-nilai Pancasila, maka diperlukan adanya revitalisasi
Pancasila. Upaya-upaya dalam merevitalisasi Pancasila memerlukan dukungan dari
berbagai aspek demi keselarasan dan keseimbangan dalam mencapai tujuan yang
dikehendaki. Pembelajaran sejarah, menjadi aspek yang vital dalam merevitalisasi
nilai-nilai Pancasila, sebab refleksi sejarah dalam pembelajaran sejarah diperlukan
untuk mengokohkan sikap nasionalisme dan patriotisme generasi bangsa.
Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan peserta didik akan adanya
proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk
membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan
menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan di tengah-
tengah perubahan dunia (Depdiknas,2003:6). Pembelajaran sejarah juga berguna
untuk menguatkan kesadaran sejarah dan menanamkan pemahaman yang kuat
mengenai sejarah berdirinya bangsa Indonesia, sehingga generasi bangsa tidak
melupakan jasa-jasa pahlawan bangsa.
Pembelajaran sejarah, pada dasarnya adalah perpaduan antara aktivitas
belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau
yang erat kaitannya dengan masa kini (Widja, 1989: 23). Akan tetapi, pembelajaran
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 53
sejarah tidak hanya mengambil nilai kognitifnya saja, melainkan menyerap nilai
afektif dalam penyampaian materi sejarah (Kristantia, 2019 : 80). Nilai afektif yang
diambil, seperti keterampilan meneladani para pejuang kemerdekaan, sikap
nasionalisme, patriotisme, etika, dan toleransi (Kasmadi,1996:13). Sikap-sikap
inilah yang sesungguhnya merupakan esensi dari bela negara, yang diharapkan
mampu membangun kembali karakter bangsa yang bermoral dan beradab, di tengah
perhelatan Revolusi Industri 4.0.
Dalam materi sejarah, disebutkan secara gamblang mengenai peristiwa-
peristiwa masa lalu yang terkait dengan usaha-usaha untuk menjatuhkan ideologi
Pancasila, seperti Peristiwa PKI Madiun, G30S, dan Pemberontakan DI/TII.
Melalui pengajaran sejarah, kita dapat memahami peristiwa-peristiwa tersebut, dan
menjadikannya sebagai bahan pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia, agar
senantiasa menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan
bernegara. Melalui pembahasan topik di atas, peserta didik akan diingatkan pada
perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan Pancasila dengan segenap jiwa
raga. Materi ini bertujuan untuk menyadarkan peserta didik bahwa Pancasila adalah
ideologi yang paling tepat bagi bangsa Indonesia, dan pengkhianatan terhadapnya
berdampak pada distabilitas dan disintegrasi bangsa.
Pembelajaran sejarah tentu tidak lepas dari peran seorang pengajar sejarah.
Seorang pengajar sejarah mengambil peran yang besar dalam merekonstruksi
peristiwa-peristiwa sejarah yang telah dilalui, dan menyampaikannya pada peserta
didik. Tidak hanya itu, pengajar sejarah juga menjadi pion penting dalam
menyampaikan substansi kepribadian bangsa kepada peserta didik, sesuai dengan
nilai-nilai dasar Pancasila (Vijay, 2019). Dengan berbekal nilai-nilai luhur tersebut,
maka peserta didik diharapkan dapat meningkatkan semangat membela Pancasila
sebagai landasan idiil, serta dapat melawan ancaman penggulingan ideologi
Pancasila agar tetap kokoh. Oleh karenanya, penguatan rasa cinta tanah air,
patriotisme, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagai wujud sikap bela
negara (Wardani,2019), menjadi esensial dalam pembelajaran sejarah.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 54
Kesimpulan
Era Revolusi 4.0 menghadapkan bangsa Indonesia pada tantangan dalam
mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Kecanggihnya teknologi berbasis digital
telah menggerus nilai-nilai konsensus kebangsaan yang bersumber pada
Pancasila.Sejarah merupakan peristiwa masa lalu yang bisa dijadikan pelajaran
berharga bagi bangsa Indonesia. Sejarah menjadi pilar penting dalam upaya untuk
merevitalisasi nilai nilai Pancasila. Pembelajaran sejarah dengan muatan bela
negara merupakan instrumen penting untuk mengokohkan Pancasila sebagai
ideologi, dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Melalui sejarah
diharapkan bisa menyadarkan bangsa Indonesia tentang pentingnya membela dan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 55
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Sejarah. Jakarta. Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 6. 1989.
Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka.
Dirjen Belmawa. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta :Dirjen Belmawa
Ristekdikti
Dirjen Belmawa, 2017. Memandang Revolusi Industri dan Dialog Pendidikan
Karakter di Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta : Dirjen Belmawa
Ristekdikti.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Kasmadi, Hartono. 1996. Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: Ikip
Semarang Press.
Sumarsono, S. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia
Widja, I Gede. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta metode
pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Jurnal
Alius, Suhardi, “Resonansi Kebangsaan: Pancasila dalam Pusaran Globalisasi,
Jurnal Keamanan Nasional, Vol. II, NO. 1, 2016
Kristantia, Irma, at.al.,“The Character-Based Modules and Their Influence on
Historical Awareness of Students of Class XI MIPA SMAN Pasirian”,
Jurnal Historica, ISSN No. 2252-4673,Volume 3, Issue 1,Februari 2019
Raharja, Handy Yoga , “Relevansi Pancasila di Era Industry 4.0 dan Society 5.0 di
Pendidikan Tinggi Vokasi”, Journal of Digital Education, Communication,
and Arts, Vol. 2 No. 1 E-ISSN: 2614-6916 March 2019
Zahroa, Mustika ,at.al , Marjonoc, “The Implementation Of The Character
Education In History Teaching”, Jurnal Historica, ISSN No. 2252-4673
Volume. 1 Issue. 1, 2017
Dokumen Wawancara
Vijay, Guru Sejarah di Lembaga Bimbingan Belajar dan penulis, 2019
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 56
Wardani, Retno , Guru Pendidikan Kewzrganegaraan MAN 1 Yogyakarta, 2019
Nurul A, Masayu ., Guru Sejarah MAN 1 Yogyakarta, 2019
Internet
“Menguatkan Pancasila Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0”,
2019,https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/19/07/02/pu
0ubw349-menguatkan-pancasila-menghadapi-era-revolusi-industri-40,
diakses 22 September 2018.
Kumpulan Karya 8 Besar Lomba Essay HMPS 2019 | 57