KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING -...

160
KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN 2017 (SNPL 2017) KAMIS, 2 November 2017 GEDUNG AUDITORIUM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN PROGAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017

Transcript of KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING -...

Page 1: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

i

KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN 2017

(SNPL 2017)

KAMIS, 2 November 2017

GEDUNG AUDITORIUM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PROGAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017

Page 2: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

ii

BUKU KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan 2017 (SNPL 2017)

Reviewer:

Prof. Aldes Lesbani, S.Si., M.Si., Ph.D

Dr. Moh. Rasyid Ridho, S.Si., M.Si

Dr. Ir. H. M. Faizal, DEA

Dr. Dadang Hikmah Purnama, M.Hum

Dr. Ir. Dwi Setyawan, M.Sc.

Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, M.Sc.

Prof. Ir. Riman Sipahutar, M.Sc., Ph.D

Editor: Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi, MT., Ahmad Akbar Suparno

Email : [email protected] [email protected]

Program Pasca Sarjana

Universitas Sriwijaya 2017

Kampus Unsri Palembang

Jalan Padang Selasa No. 524, Bukit Besar Palembang, 30139

Telp. 0711-352132

email: [email protected]

website: www.pps.unsri.ac.id

Setting, layout isi & Cover: Diah Kusuma Pratiwi

November 2017

xiv+57 hal; 29,7 x 21 cm

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

Page 3: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

iii

SAMBUTAN

KETUA PANITIA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur disampaikan kehadhirat Allah SWT atas rahmatNya yang tiada

berhingga sehingga Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan I, Tahun 2017 dapat dilaksanakan

sesuai jadwal tanpa terdapat kendala yang berarti. Ucapan terimakasih disampaikan kepada teman-

teman Panitia dan adik-adik mahasiswa yang telah bekerja keras untuk melaksanakan acara seminar

ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Pimpinan Universitas Sriwijaya dan Program

Pasca Sarjana yang telah mendukung pelaksaan SNPL 2017.

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan ini di ikuti oleh para pemakalah dari 8

Provinsi di Indonesia, yaitu: Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten,

Lampung, Jakarta, Sulawesi Selatan sebanyak 66 makalah. Sebanyak 38 makalah masuk ke Jurnal

Internasional International Journal Sriwijaya of Environment berindex DOAJ dan sisanya masuk

dalam prosiding SNPL 2017. Total peserta yang hadir termasuk pemakalah lebih dari 100 orang.

Narasumber pada acara Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan 2017 ini terdiri atas

empat orang, yaitu: Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim (UNSRI), H. Ir. Ishak Meiki (Wakil Gubernur

Provinsi Sumatera Selatan), Prof. IGN Wiratmaja Puja (Kaban SDM Kementerian ESDM RI), dan

Dra. Erini Yuwatini M.Sc., Ph.D (Kementerian Lingkungan Hidup).

Acara Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan 2017 ini diharapkan dapat

dilaksanakan setiap tahun kedepan dan dapat ditingkatkan menjadi Seminar Internasional. Akhir

kata kami berharap agar seminar ini bermanfaat bagi para Peneliti, dosen dan mahasiswa, kalangan

industri, dan Pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ketua Panitia

Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi

Page 4: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

iv

SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI MAGISTER PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Assalaamualaikum wr wb

Sejalan dengan kebijakan secara nasional, Sumatera Selatan telah ditetapkan sebagai

Lumbung Energi Nasional. Universitas Sriwijaya sebagai lembaga perguruan tinggi

mempunyai peran strategis untuk pengembangan sain dan teknologi di bidang energi,

pangan dan lingkungan dalam rangka mencari, menemukan dan menerapkan teknologi

yang sesuai dalam kebutuhannya untuk dapat menciptakan diversifikasi dan konversi

untuk ketiga bidang tersebut yang berwasasan lingkungan bagi peningkatan daya saing

bangsa dan nilai ekonomi yang lebih bermanfaat untuk kemakmuran masyarakat

Sumatera Selatan maupun secara nasional.

Sehubungan dengan tantangan keterbatasan sumberdaya manusia maupun alam,

kebijakan dalam diversifikasi dan konversi ketiga bidang seperti tersebut di atas, maka

perlu adanya suatu pemikiran untuk menjawab tantangan ke depan, yaitu

pengembangan nilai tambah sumberdaya manusia maupun alam agar memiliki daya

saing global serta sumber pertumbuhan ekonomi baru untuk jangka panjang.

Pengembangan sumberdaya manusia dan alam harus tetap dilakukan dan

dikembangkan agar selalu ditingkatkan, jaringan antar perguruan tinggi serta jaringan

antar perguruan tinggi dan industri merupakan hal yang strategis dikembangkan untuk

meningkatkan peran serta dalam mewujudkan Sumatera Selatan Lumbung Energi

Nasional. Rangkaian kegiatan Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan 2017 oleh

Program Magister Pengelolaan Lingkungan PPS UNSRI ini diharapkan dapat menjadi

ajang kontemplasi dan menjadi titik tolak perubahan kepada perbaikan dan

peningkatan peran serta tersebut.

Wassalam,

Prof . Dr. Ir. Eddy Ibrahim

Page 5: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

v

Sambutan Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sriwijaya

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Alhamdulillah kita panjatkan puja dan puji kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha

Esa, karena berkat karunia dan rahmat-Nya jualah kita pada pagi hari ini dapat

berkumpul di Gedung Serbaguna Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

Kemudian tak lupa pula kita sampaikan Solawat dan Salam kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta sahabat dan pengikutnya yang setia hingga

akhir zaman.

Pada hari ini Kamis tanggal 2 Nopember 2017 kita telah mencapai satu prestasi yang

sangat membanggakan bagi kita semua, yaitu dengan telah diselenggarakannya

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Tahun 2017. Seminar Nasional ini

terselenggara karena adanya dukungan dari semua Civitas Akademika Program

Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Wabil Khusus kepada Penyelenggaranya yaitu

Program Studi Magister Pengelolaan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Sriwijaya yang diketuai oleh: Ibu Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi, MT.

Selanjutnya Tema yang diusung dalam Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan

Tahun 2017 ini yaitu ”Sains dan Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan

Berwawasan Lingkungan”.

Kemajuan sains dan teknologi dalam Pengelolaan dan Pencemaran Lingkungan, salah

satunya adalah di bidang pengelolaan limbah termasuk waste water treatment dan

daur ulang sampah, sehingga banyak penemuan-penemuan baru dalam teknologi

pemanfaatan sampah. Berbicara masalah Pengelolaan Lingkungan tidaklah bisa

kalau kita hanya melihat dari satu sisi saja, akan tetapi sangatlah banyak asfek yang di

tinjau. Masalah Pengelolaan Lingkungan ini sangatlah terkait dengan pola berbagai

kehidupan manusia. Alam semesta yang di ciptakan Allah SWT ini dalam daur

kehidupannya sudah merupakan satu ekosistem yang berkesinambungan. Selanjutnya

alam yang kita tempati ini mengalami kerusakan, ini semua akibat dari ulah tangan

Page 6: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

vi

manusia itu sendiri. Oleh karena itulah melalui Seminar Nasional Pengelolaan

Lingkungan Tahun 2017 ini marilah kita olah alam ini dengan sebaik-baiknya

sehingga generasi kita ke depannya nanti masih dapat menikmati hidup yang damai

dan sejahtera.

Terkait dengan hal yang saya sebutkan diatas acara Seminar ini sangatlah penting,

bukan saja sebagai ajang pertemuan para peneliti, pembuat kebijakan ataupun praktisi

untuk berbagai ilmu pengetahuan di bidang lingkungan, akan tetapi dapat

mendiskusikan berbagai macam solusi kreativitasnya.

Terakhir saya mengucapkan terima kasih kepada pembicara utama, pemakalah

maupun kepada semua peserta Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan yang telah

berpartisipasi dan mendukung demi terlaksananya acara seminar ini.

Ucapan Terimah Kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada seluruh Panitia

Penyelenggara yang telah bekerja keras untuk mensukseskan Acara Seminar Nasional

ini. Akhir kata saya mengharapkan agar seluruh peserta seminar ini dapat berperan

aktif dalam mengikuti kegiatan ini,

Demikianlah kata sambutan dari saya,

Selamat mengikuti Seminar Nasioanl Pengelolaan Lingkungan.

Wassalam‘alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Palembang, 2 Nopember 2017.

Direktur Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya,

Prof. Dr. Ir. Amin Rejo, MP.

196101141990011001.

Page 7: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

vii

JADWAL ORAL PRESENTASI

Acara : Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan (SNPL 2017)

Hari/Tanggal : Kamis/2 November 2017

Waktu : 13.30 – 15.45 WIB

Tempat : Program Pasca Sarjana UNSRI-Bukit Besar Palembang

Waktu

Ruang

Seminar 1 (E)

Ruang

Seminar 1I

(KH)

Ruang

Seminar 1II

(PPL)

Ruang

Seminar 1V

(KP)

Ruang

Seminar V

(GT)

Ruang

Seminar V1

(SL)

Ruang Seminar

VII (PI)

Moderator:

Dr. Ir. H. M.

Faizal, DEA

Moderator:

Dr. Moh.

Rasyid Ridho,

S.Si., M.Si

Moderator:

Prof. Aldes

Lesbani Ph.D

Moderator:

Dr. Ir. Dwi

Setyawan, M.Sc

Moderator:

Prof. Ir. Riman

Sipahutar

M.Sc., Ph.D

Moderator:

Dr. Dadang

Hikmah

Purnama M.

Hum

Moderator:

Dr. Mohammad

Amin, S.Pi.,

M.Si.

13.30-13.45 E-01 KH-01 PPL – 01 KP-01 E-11 SL-01 PI-01

13.45-14.00 E-02 KH-02 PPL – 02 GT-01 E-12 SL-02 PI-02

14.00-14.15 E-03 KH-03 PPL – 03 GT-02 E-13 SL-03 E-10

14.15-14.30 E-04 KH-04 PPL – 04 GT-03 E-14 SL-04 KH-10

14.30-14.45 E-05 KH-05 PPL – 05 GT-04 E - 15 PPL-16 PPL-10

14.45-15.00 E-06 KH-06 PPL – 06 GT-05 PPL-11 PPL-17 KH-12

15.00-15.15 E-07 KH-07 PPL – 07 GT-06 PPL-12 PPL-18 PPL-15

15.15-15.30 E-08 KH-08 PPL – 08 GT-07 PPL-13 PPL-19 PPL-21

15.30-15.45 E-09 KH-09 PPL-09 KH-11 PPL-14 PPL-20 PPL – 22

15.45-16.00 PPL - 23

Page 8: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

vi

DAFTAR ISI

A. Daftar Kumpulan Abstrak BIDANG KAJIAN: ENERGI (E)

E – 01 Determination And Caracterization Oil Biomarker Of Illegal Crude Oil

Production Using Mass Spectroscopy In Musi Banyuasin District

Edhi suryanto, Sri Hartati, Budhi Kuswan

1

E – 02 Temperature Characterization Of Furnace Of Incinerator Laboratory Scale

Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri Githa, 2

E – 03 Evaluasi Formasi Terhadap Parameter Saturasi Air Menggunakan

Indonesian Equation Archie, Dan Metode Rasio Resitivititas Untuk

Menentukan Potensi Hidrokarbon Pada Sumur Infill Drilling

Ayu Retno Sawitri

3

E – 04

The Thermal Efficiency Of A Steam Boiler Uses A Mixture Of Lignite Coal And

Cashew Nut Shells

Novarini, Sukadi

4

E – 05

Studi Desain Reaktor Air Bertekanan Berukuran Kecil Dan

Berumur Panjang Berbasis Bahan Bakar Thorium – Plutonium Oxyde

S. Abdullah Ahmad, Menik Ariani, Fiber Monado, Supardi

5

E – 06 Alcoholysis of Used Cooking Oil at High Pressure Using Wasted Catalyst

Obtained from Crude Oil Processing Pertamina Unit III Palembang

Kiagus Ahmad Roni dan Mardwita

6

E – 07 Integration Of GIS Modeling With Fuzzy Logic Method For Land

Optimization Of Post Mining On Coal Mine In South Kalimantan Province:

A Case Study Of PT. Wahana Baratama Mining

Mohamad Anis, Arifudin Idrus, Hendra Amijaya, Subagyo,

7

E – 08 Effectiveness Of Extract Leather Leather (Ananas Comosus) To Optimize

The Quality Value Of Palm Oil Oil

Elfidiah*, Rifdah

8

E – 09 Energy Efficiency And Greenhouse Gas Emissions Reductio Through

Electrification Programat Tanjung Enim Mine Business Unit Of PT Bukit Asam

(Persero) Tbk.

Iko Gusman, Pramudita Triatmojo, Peni Rostiarti, Bima Arifiyanto

9

E – 10

Computational Analysis Of Flue Gas Under Variations Of Flow Straightener

Inclination

Pramadhony, Dewi Puspitasari, Ellyanie, dan Marwani, M. Imam .A

10

E – 11 Studi Eksperimental Pengaruh Suhu Karbonisasi Pada Electrical

Carbonization Furnace (ECF) Terhadap Redemen Dan Analisis Proksimat

Karbon Aktif Dari Limbah Tempurung Kelapa

Enggal Nurisman, Amiliza Miarti, Ahmad Sharul

11

Page 9: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

vii

E – 12 Design of Wireless – based Monitoring system for Power Consumption

Sigit Kurniawan

12

E – 13 Separation Of Glycerol From Biodiesel Oil Products Using High Voltage

Electrolysis Method

Lety Trisnaliani

13

E – 14 The Characteristics Of Particle Board From Empty Fruit Palm Oil (Elaeis

Guineensis Jacq) By Using An Adhesive Of Liquida Guava Rod Bark

Erwana Dewi

14

E - 15 Study of Bio-Coal Briquette as Solid Fuel for Aluminum Smelter

Diah K Pratiwi, Riman Sipahutar, Amir Arifin

15

BIDANG KAJIAN: KEANEKARAGAMAN HAYATI (KH)

KH – 01 Keanekaragaman Hayati pada Masa Sriwijaya

Retno Purwanti

16

KH – 02 The Statues and Plants and Animals in Bumiayu Temples Region

Tanah Abang Sub District, Penukal Abab Ilir Regency

Sondang M. Siregar,

17

KH – 03 Ledakan Populasi Fitoplankton Skeletonema di Perairan Muara Banyuasin

Sumatera Selatan

Riris Aryawati, T. Zia Ulqodry, Heron Surbakti, Ellis Nurjuliasti Ningsih,

18

KH – 04 Species Composition On Anguilla Eel In Bengkulu Province, Indonesia

Ni Komang Suryati, Siti Fauziyah, Ngudiantoro Dina Muthmainnah,

19

KH – 05 Endophyte Microbial Characteristic Of Soft Corals Lobophytum Sp. And Sinularia

Sp. Collected From Maspari Island Waters, South Sumatera

Rozirwan, Muhammad Hendri, Rezi Apri

20

KH – 06 Fish And Fisheries In Floodplain Swamp In Middle Part Of Musi River

Dina Muthmainnah dan Abdul Karim Gaffar,

21

KH – 07 Upaya Konservasi Tanaman Merbau (Intsia Palembang) Di Lahan Reklamasi

Pasca Tambang Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk.

Wisjnoe Adjie, Arif Hadi, Dedy Saptaria Rosa, Amarudin Adi Arti Elettaria

22

KH – 08 Isolation Of Swamp Cyanobacteria For Management Of Fish Cultured Media

Karta Sari Genti1, Marini Wijayanti1, Hary Widjajanti, Dade Jubaedah, Tanbiyaskur

23

KH – 09 Isolation Of Swamp Bacteria as Bioaugmentation Agent for Swamp Water

Contaminated With Organic Matter

Siti Yuliani, Marini Wijayanti, Hary Widjajanti, Dade Jubaedah, Tanbiyaskur

24

Page 10: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

viii

KH – 10 In – Vitro Cultivation Of Dominant Algae From Natural Swamp Habitat

Lebak Ibul And IBA Retention Pond In Palembang City South Sumatra

Dian Puspa Indah, Hilda Zulkifli, Zazili Hanafiah

25

KH – 11 Comparison Of CTAB Method And Wizard Genomic DNAPurification System

Kit From Promega On DNA Isolation Of Local Varieties Of Rice Of South

Sumatera

Laila Hanum, Yuanita Windusari, Arum Setiawan, Fikri Adriansyah, Amin Ali M

26

KH – 12 Indikasi Kualitas Perairan Pesisir Berdasarkan Struktur Komunitas

Gastropoda : Studi Kasus Di Kawasan Sungai Barong Kecil Dan Sungai

Barong Besar Di Taman Nasional Sembilang Sumatera Selata

Yuanita Windusari, Arum Setiawan, Laila Hanum, Nike Septiyos

27

KH – 13 Perbandingan Morfologi Daun Berdasarkan Letak Tumbuh Di Batang

Tanaman Nanas (Ananas cosmosus (L.) Sebagai Sumber Serat Alam

Amin Rejo, Rizky Tirta Adhiguna, Hersyamsi

28

BIDANG KAJIAN: PENGELOLAAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (PPL)

PPL – 01 Study Of Effect Of Coal Quality Parameters On Gas Methane (Ch4)

Emission In Coal Fire For Sustainable Environment

Reni Arisanti, Maulana Yusuf, M. Faisal,

29

PPL – 02 Study of Chemical Characteristics Of The Lambidaro River for Sustainable

Environment

Hisni Rahmi, Restu Juniah, Azhar Kholiq affandi,

30

PPL – 03 Analysis Of Potential Landslides Using Geographic Information System (Gis)

On Rail Tunnel In Village Gunung Gajah, Lahat, South Sumatra

Mirza Adiwarman, Muhammad Taufik Toha, Endang Wiwik Dyah Hastuti,

31

PPL – 04 Identification of Border River Area Condition in Kedukan River, Kertapati

District of Palembang City

Nyimas Septi Rika Putri, Hendrik Jimmyanto,

32

PPL – 05 Pemanfaatan Sampah Di TPA Winong Boyolali Jawa Tengan Menjadi Gas

Metana Dengan Metode Sanitary Landfill

Jefri Angga

33

PPL – 06 Calculation of PIT 2 Produced Overburden Volume and The Analysis

Preparation of PIT 1 Mine Void Utilization At Supat Block PT. Baturona

Adimulya Musi Banyuasin, South Sumatera

Edwin Harsiga

34

PPL – 07 Sebaran Kandungan Karbon Inorganik Di Muara Banyuasin, Sumatera

Selatan Anna Is Purwiyanto, Fitri agustriani, Wike AE Putri, Fauziyah,

35

Page 11: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

ix

PPL – 08 Analisa Analysis Of The Blasting Effect On The Environment Around

Blasting Areas At Pt. Semen Baturaja Persero, Tbk.

Jihan F.Lubis, Taufik Toha, Ngudiantoro

36

PPL – 09 Technical Feseability Study And Economic Development Of Limestone At

Pelawi Hill By PT. Semen Baturaja (Tbk.) In Ogan Komering Ulu Distric Of

South Sumatera Subagio Badirun

37

PPL – 10 Peluang Komposter ‘De Kotiq’ Dalam Insfrastuktur Persampahan Kota

Mendukung Pembangunan Inklusif Sitti Sarifa Kartika Kinaasih

38

PPL – 11 The Comparation Of Biogas Production From Tapioca Wastewater And

Tofu Wastewater Using ConyinuouslyAnaerobic Fermentation On 15 Liter

Reactor Scale Natalina, Panisean Nasoetion, Hardoyo, Rani Ismiarti Ergantara, Dede Ibnu Kurniawan

39

PPL – 12 Evaluation Of Water Quality Of Way Kuripan’s River Using Water Quality

Index Tool Rina Febrina

40

PPL – 13 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Pendirian Peninggalan Megalitik di

situs – situs Pasemah, Kabupaten Lahat L.R. Retno Susanti

41

PPL – 14 Kondisi Bahan Pencemar Organik di Muara Sungai Banyuasin Sumatera

Selatan

Wike Ayu Eka Putri, Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, Fauziyah Fitri Agustriani

42

PPL – 15 Study Of Produced Water Treatment By Applying Multi Stage Flash (MSF)

Desalination Tecnology At PT. Pertamina EP Asset 2. Cases : MSF

Desalination In Laboratoryscale

Kgs. M. Rustandi Ramadhan, Adang Suherman

43

PPL – 16 Toxicity Of Bacilius Thuringiensis Berl. Toward Leaf – Eating Beetle

Epilachna Sp. (Coleoptera: Coccinellidae) In Laboratory

Yulia Pujiastuti, E. Indiani, S. Dirgahayu, A Muslim, Effendy, Suparman

44

PPL – 17 Karakteristik Dan Potensi Limbah Kelapa Sawit Sebagai Papan Partikel

Sunardi

45

PPL – 18 Sustainable Water Management In Tidal Lowland Agriculture:A Research

Agenda

Meitry Firdha Tafarini

46

PPL – 19 Adsorption Kinetics of Fe and Mn with Using Fly Ash from PT Semen

Baturaja in Acid Mine Drainage

Indah Purnamasari

47

PPL – 20 Perencanaan Reklamasi Area Disposal Blok 4 Pt. Inti Bara Perdana,

Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi

Bengkulu

A. Taufik Arief, Try Inda Wulandari, Nina Tanzerina

48

Page 12: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

x

PPL – 21 Sustainable Mining Environment: Technical Review of Post Mining Plans

Restu Juniah

49

PPL – 22 The Analysis Of Environmental Management The Vulnerability Condition

Of Musi Riverside As Gandus Ecosystem In Palembang

Helfa Septinar, Ratna Wulandari Daulay Mega Kusuma Putri

50

PPL – 23 Ajian Prospek Pemanfaatan Potensi Sumur Tua Di Sumatera Selatan

Eddy Ibrahim, Maulana Yusup, Rr Harminuke Eh, Alek Alhadi

51

PPL - 24 Effect Of Chitosan And Glycerol Plastizer In Biodegradable Plastics

Development Of Taro Starch

Hilwatullisan

52

BIDANG KAJIAN: KETAHANAN PANGAN (KP)

KP – 01 Sustainable Crops’ Production In Tidal Lowlands: A Reseach Agenda Khairul Fahmi Purba

53

KP – 02 Preparation of Media Tester for Formalin and Borax Content Using Filter

Paper and Anthocyanin Substances from Ipomea

Batatas L

Neny Rochyani, Rizki Muhammad Akbar, Yongky Randi

54

BIDANG KAJIAN: GREEN TECHNOLOGY (GT)

GT – 01 Multi Manfaat Pada Pengelolaan Mangrove Lestari Case: IUPHHK – HA

Mangrove PT. Kandelia Alam Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Fairus Mulia IPM

55

GT – 02 Green Technology Contribution In Development Of Coolant Wastewater

Filtration Erna Yuliwati

56

GT - 03 Harmonization Of Green Open Space As Carbon Assimilator For

Sustainable Environment Of Transportation Sector And Steam Power Plant

Restu Juniah,

57

GT – 04 Produksi bioetanol sumber energi alternatif dalam berbagai generasi

Hermansyah, Miksusanti, Fatma, Almunadi T Panagan

58

GT – 05 Fatigue Endurance Of Alumunium Casting 7××× Series As Alternative

Material For Organic Rankine Cycle’s Turbin Blade At 180°C Operation

Temperature

Nurhabibah Paramitha Eka Utami, Astuti, Ellyanie

59

BIDANG KAJIAN: SOSIOLOGI LINGKUNGAN (SL)

SL – 01 Potensi Senam Seperma Untuk Meminimalkan Dampak Penyakit

Kardiovaskular Akibat Polutan Ambient Pm Marsidi, Chairil Zaman, Dwi Priyanto, Arie Wahyudi, Ali Harokan

60

Page 13: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

xi

SL – 02 The Implementation Program Of Corporate Social Responsibity Of

Pt.Kuansing Inti Makmur Toward Society Enpowerment Around Mining

Area Marisa Oktavia, Maulana Yusuf dan Ardiyan Saptawan

61

SL – 03 Antroposentrisme: Urgensi Tambang Minyak Tradisional Dalam

Pembangunan Berkelanjutan Vieronica Varbi Sununianti

62

SL – 04 Investment estimation and acceptance of State Tax Instead of coal mining

business license Clear and Clean in West Sumatra Province

Riam Marlina A, Fachrurrozie Sjarkowi, Maulana Yusuf

63

BIDANG KAJIAN{ PERUBAHAN IKLIM (PI)

PI – 01 Effect Of Ground Vibration To Slope Stability, Case Study Landslide On The

Mouth Of Railway Tunnel, Gunung Gajah Village, Lahat District

Moamar Aprilian Ghadafi, Muhammad Taufik Toha, Dedi Setiabudidaya

64

PI – 02 Rainnfall Monthly Prediction Using Hybrid Method Of Artificial Neural

Network (ANN) And Genetic Algorithm (GA) (Case Study In Belajasumba,

Indonesia)

Ian Mochamad Sofian

65

B. Daftar Prosiding E – 02 Temperature Characterization Of Furnace Of Incinerator Laboratory

Scale

Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri Githa,

67

E – 05

Studi Desain Reaktor Air Bertekanan Berukuran Kecil Dan

Berumur Panjang Berbasis Bahan Bakar Thorium – Plutonium Oxyde

S. Abdullah Ahmad, Menik Ariani, Fiber Monado, Supardi

73

E – 11 Studi Eksperimental Pengaruh Suhu Karbonisasi Pada Electrical

Carbonization Furnace (ECF) Terhadap Redemen Dan Analisis Proksimat

Karbon Aktif Dari Limbah Tempurung Kelapa

Enggal Nurisman, Amiliza Miarti, Ahmad Sharul

82

KH – 07 Upaya Konservasi Tanaman Merbau (Intsia Palembang) Di Lahan Reklamasi

Pasca Tambang Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk.

Wisjnoe Adjie, Arif Hadi, Dedy Saptaria Rosa, Amarudin Adi Arti Elettaria

89

PPL – 07 Sebaran Kandungan Karbon Inorganik Di Muara Banyuasin, Sumatera

Selatan Anna Is Purwiyanto, Fitri agustriani, Wike AE Putri, Fauziyah,

93

PPL – 10 Peluang Komposter ‘De Kotiq’ Dalam Insfrastuktur Persampahan Kota

Mendukung Pembangunan Inklusif Sitti Sarifa Kartika Kinaasih

99

Page 14: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

xii

PPL – 14 Kondisi Bahan Pencemar Organik di Muara Sungai Banyuasin Sumatera

Selatan

Wike Ayu Eka Putri, Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, Fauziyah Fitri Agustriani

110

PPL – 17 Karakteristik Dan Potensi Limbah Kelapa Sawit Sebagai Papan Partikel

Sunardi

115

PPL – 23 Ajian Prospek Pemanfaatan Potensi Sumur Tua Di Sumatera Selatan

Eddy Ibrahim, Maulana Yusup, Rr Harminuke Eh, Alek Alhadi

121

SL – 01 Potensi Senam Seperma Untuk Meminimalkan Dampak Penyakit

Kardiovaskular Akibat Polutan Ambient Pm Marsidi, Chairil Zaman, Dwi Priyanto, Arie Wahyudi, Ali Harokan

127

GT - 05 Fatigue Endurance Of Alumunium Casting 7××× Series As Alternative

Material For Organic Rankine Cycle’s Turbin Blade At 180°C Operation

Temperature

Nurhabibah Paramitha Eka Utami, Astuti, Ellyanie

141

Page 15: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

xiii

A. KUMPULAN ABSTRAK

Page 16: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

1

Determination And Caracterisation Oil Biomarker Of Illegal Crude Oil Production Using Gas Chromatographic/ Mass Spectrometric In Musi

Banyuasin

Edhi suryanto1*, Sri Hartati2, Budhi Kuswan3

1*. Mining technology department, technology faculty, Sriwijaya University *email:[email protected]

2. Chemistry Technology Department,Technology Faculty, Sriwijaya University 3. Mining technology department, technology faculty, Sriwijaya University

Abstract

South Sumatra is one of the largest petroleum producing provinces in Indonesia, especially in the

region of musi banyuasin. Petroleum resources other than legally cultivated by pertamina as

government representatives, but on the other hand the community also participate through Illegal

Drilling activities. This study aims to determine the hydrocarbon content and characterization of

petroleum produced illegally by communities in the Sangadesa, Babattoman and Keluang districts

through the biomarker analysis of the distribution of n-Alkane C10-C34 (m / z: 57) , pristane,

phytane, , sterane C27-C29 (m / z: 217,218,259) and specific biomarker using Gas Chromatography

Mass Spectroscopy agilent GCMSD 6890 / 5973i with data analysis using MSD Chemstation

F.01.01.2317 and Library Database NIST14. Petroleum samples taken from 10 illegal wells with a

depth range of 80-250 meters and production period of 3 months - 3 years. Oil is cultivated through

illegal drilling is not the main oil source rock but the result of migration. Biomarkers Hydrocarbon

analysis is one of the most widely used devices for exploration geochemistry, exploitation,

production and forensic environment in the assessment and determination of sources of pollution

related to petroleum material and derivatives very well.

Keyword ; Crude oil, illegal drillling, biomarker, GC/MS, caracterization

E - 01

Page 17: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

2

Temperature Characterization Of Furnace Of Incinerator Laboratory Scale

Wahyu H. Piarah1*, Zuryati Djafar2, Zulkifli Djafar3, Putri Githa STA4

Program Studi Teknik Mesin,Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl. Poros Malino km.6, Bontomarannu, Gowa.

1*email: [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Incineration technology is an alternative to landfill waste treatment methods and biological

processes such as composting and biogas. However, in this paper only presented laboratory scale

incinerator experiments with 1 meter high incinerator flue. The objectives of this study were to

determine the temperature characteristics of the body and incinerator funnels, determine the body

heat loss and incinerator chimneys and determine the combustion characteristics of incinerators

with variation in solid waste density (compacted, medium compacted, uncompacted). The research

method has been done by taking measured temperature data directly through thermocouple and

temperature display. The results show that In the incinerator body and chimneys, the characteristic

termperatures tend to reach maximum heat at point T4 with an average temperature of 412.3 ° C. At

the time of the combustion process, the maximum temperature (peak point) is obtained during the

middle of the combustion process for each variation of waste density

Keywords: Incinerator, characteristics, heat, management, garbage

E - 02

Page 18: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

3

Evaluasi Formasi Terhadap Parameter Saturasi Air Menggunakan Indonesian Equation, Persamaan Archie, Dan Metode Rasio Resitivitas

Untuk Menentukan Potensi Hidrikarbon Pada Sumur Infil Drilling

Ayu Retno Sawitri

BKU Geofisika, Program Studi Fisika, Pasca sarjana

Universitas Sriwijaya

Abstrak

Data log sumur dipakai antara lain untuk analisa penyebaran cadangan hidrokarbon dan analisa

produksi hidrokarbon tentu saja terintegrasi dengan hasil data Seismik di Formasi Batu Raja(BRF)

Sumur Pagardewa Selatan-1 Sidetrack (PDS-1 ST) di Formasi Batu Raja (BRF). Sumur ini dibor

sebagai infill untuk memaksimalkan produksi dari struktur Pagardewa Selatan sekaligus

mengkonfirmasi hetrogenitas dari reservoir BRF di sebelah selatan struktur Pagardewa Selatan yang

mana pada pemboran ini akan menembus beberapa formasi diantaranya Kasai, Muara Enim, Air

Benakat Gumai, Talang dan Baturaja. Hingga akhirnya bermaksud untuk memproduksikan gas

sebesar 3MMSCF pada reservoir BRF di struktur tersebut dengan kedalaman akhir 1619 mMD.

Dalam kajian ini, dilakukan penentuan zona yang terisi hidrokarbon pada Sumur PDS 02PT.

Pertamina EP Asset II Field Baturaja pada fungsi Petroleum Engineering. Data yang digunakan

adalah data log GR, logSP, log resistivitas, log neutron, log densitas, dan data master log

kemudian mencocokkan dengan hasil analisa pada well report, sehingga diketahui jenis reservoar

pada Formasi Batu Raja (BRF). Perhitungan nilai porositas effektif dilakukan melalui integrasi dari

analisa data log densitas, log neutron, dan log GR. Pengolahan data menggunakan software Petrel

2009 by Schlumberger. Nilai resistivitas air (Rw) ditentukan melalui metode Rwa dan saturasi air

dengan menggunakan persamaan Archie, persamaan Indonesia, dan Metode Rasio Resistivitas,

kemudian membandingkan ketiga persamaan terebut untuk menentukan metode yang sesuai untuk

digunakan pada sumur tersebut.

Kata kunci : log analisis, porositas, saturasi air, permeabilitas, persamaan Archie, persamaan

Indonesia, dan Metode Rasio Resistivitas.

E - 03

Page 19: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

4

The Thermal Efficiency Of A Steam Boiler Uses A Mixture Of Lignite Coal And Cashew Nut Shells

Novarini*, Sukadi** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi Email : [email protected]

Abstract

Coal fuel reserves are currently decreasing, so efforts need to be made to minimize the use of these

fuels. Southeast Sulawesi Province is the largest cashew producer in Indonesia where the cashew

nut shell can be used as an alternative to coal fuel mixture. This research aims to obtain maximum

thermal efficiency value of a coal fires steam boiler with a capacity of 10.5 tons / hour by varying

the mixture of lignite coal fuel and cashew nut shell with mixed composition of 60% coal lignite

and 40% cashew nut shells, 50% lignite and 50% cashew nut shells, 40% lignite and 60% cashew

nut shells, 30% lignite coal and 70% cashew nut shells, 20% lignite coal and 80% cashew nut shells

and 10% lignite coal and 90% cashew nut shells. The data taken are the result of proximate and

ultimate analysis of lignite and cashew nut shells, technical data of steam pipe boiler include steam

temperature, vapor pressure, steam flow rate, feed water temperature, feed water pressure, feed flow

rate, fire, excess air, unburnt amount of carbon and fuel space and calculation of boiler working

performance using BTU method. The results showed that the maximum thermal efficiency value

was by using 10% mixture of lignite coal and 90% cashew nut shell.

Keywords: lignite coal, cashew nut shells, fire pipe steam boiler, thermal efficiency.

E - 04

Page 20: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

5

Studi Desain Reaktor Air Bertekanan Berukuran Kecil Dan Berumur Panjang Berbasis Bahan Bakar Thorium-Plutonium Oxide

S. Abdullah Ahmad1,*, Menik Ariani2 dan Fiber Monado3 Supardi4 1Program Studi S2 Fisika, FMIPA Universitas Sriwijaya, Indonesia

2,3,4 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Email: [email protected]

Abstrak

Studi desain teras pressurized water reactor berukuran kecil dan berumur panjang berbasis bahan

bakar thorium-plutonium oxyde. Pada penelitian ini, dilakukan sebuah desain reaktor pressurized

water reactor (pwr). Reaktor ini menggunakan bahan bakar berbasis thorium-plutonium oxide.

Parameter survei yang digunakan yaitu factor multiplikasi efektif yang menentukan tingkat

kritikalitas reaktor. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan modul pij yang terdapat pada

system reactor analysis code (srac) dengan library jendl-3.2. Analisa neutronik untuk PWR

berukuran kecil berumur panjang menggunakan bahan bakar thorium-plutonium oxide telah

dilakukan. Desain reaktor PWR kecil berdaya 500 MWt berumur panjang berbahan bakar dapat

beroperasi selama 10 tahun tanpa refueling.

Kata kunci : Teras, Pwr, Thorium, Plutonium...

E - 05

Page 21: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

6

Alcoholysis of Used Cooking Oil at High Pressure Using Wasted Catalyst Obtained from Crude Oil Processing Pertamina Unit III Palembang

Kiagus Ahmad Roni1*, Mardwita2

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang

Jalan Jendral Ahamd Yani 13 Ulu Palembang 30263

1*Email : [email protected]

ABSTRACT

One of the possible methods to utilize used cooking oil is alcoholysis. Wasted solid catalyst obtained from Pertamina Unit III located in Palembang was used as catalyst. With this process some benefits might be obtained from these wastes.The alcoholysis of used cooking oil with ethanol and reactivated wasted solid catalyst at high pressure was conducted in an autoclave provided with manometer, thermometer, sampling device, heater, and mixer. The experiment was started by filling the autoclave with used cooking oil, alcohol, and catalyst, then the heater and the mixer were switched on. Samples were taken out at 10 minutes intervals, and after being separated, the bottom layer was analyzed in order to determine its glycerol content using acetin method.By raising the temperature, catalyst concentration, rate of mixing, and ethanol-oil ratio, the glyceride conversion increased. The alcoholysis of used cooking oil followed pseudo first order reaction with respect to the glyceride concentration. The relative favorable process conditions were 60 minutes of reaction time, temperature of 110°C, catalyst concentration of 2 %, mixing velocity of 310 rpm, and alcohol-oil ratio of 6 mgek/mgek. Under this condition the conversion was 70.09.

Keywords: Alcoholysis; Biodiesel; Used cooking oil; Wasted solid catalyst; Glycerides.

Page 22: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

7

Integration Of Gis Modeling With Fuzzy Logic Method For Land Optimization Of Post Mining On Coal Mine In South Kalimantan

Province: A Case Study Of Pt Wahana Baratama Mining

MOHAMAD ANISAB,*, ARIFUDIN IDRUSB, HENDRA AMIJAYAB, AND SUBAGYOC

a Directorate General of Mineral and Coal, Ministry of Energy and Mineral Resources, Republic of Indonesia Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH, No. 10, Jakarta, 12870, Indonesia, +6221-8295608

e-mail: [email protected] b Department of Geological Engineering, Gadjah Mada University, Yogyakarta, 55281

c Department of Mechanical and Industry Engineering, Gadjah Mada University, Yogyakarta, 55281.

ABSTRACT

Currently coal companies, especially in South Kalimantan Province in general, have not been

present or only slightly enter the mine, although some of the mining blocks have been completed

(final pit) so the company has experienced the above problems. It shows that optimization of coal

resources from exploration, mining to post-mining land use is necessary to ensure sustainable

mining and sustainable development in meeting the conservation aspect. So the achievement of

optimization in a series of mining business activities is starting from the optimization of the

potential of the remaining resources of coal until the optimization of post-mining land use is

absolutely done to meet all aspects of conservation. This research has analyzed several alternative

sectors outside mining which will be selected for optimization of utilization or post-mining land

use including plantation, recreation, industry and conservation sectors. In analyzing it is used

several parameters to assess which sector will be selected include rainfall, slope and land use

factor. Therefore, the researcher uses approach of GIS Modelling based methods (knowledge-

driven) mainly Fuzzy logic for post-mining land use planning. The mining area selected for this

study belongs to a PKP2B (Work Agreement for Coal Mining) company named PT Wahana

Baratama Mining (PT WBM). The result shows the suitability of plantation for the optimization of

land use in all mining sites and also in conservation areas and protected forests.

Keywords: GIS Modelling, Fuzzy logic, Optimization, Land use, Post-mining.

E - 07

Page 23: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

8

EFFECTIVENESS OF EXTRACT LEATHER LEATHER (ANANAS

COMOSUS) TO OPTIMIZE THE QUALITY VALUE OF PALM OIL

OIL

Elfidiah1*, Rifdah2

Chemical Engineering Studies Program, Faculty of Engineering

Muhammadiyah University of Palembang Jalan Jendral Ahmad Yani No. 13 Seberang Ulu I

Palembang 1*email: [email protected],

September 2017

As a waste of pineapple fruit, pineapple skin contains bromelin enzyme as much as 0.05 - 0.08%.

The presence of this enzyme bromelin can be used as raw material for palm oil manufacture. The

process of making palm oil is done enzymatically with the addition of bromelin enzyme from

pineapple skin. The enzyme bromelin is a proteolytic enzyme that can hydrolyze a peptide bond

from a protein that can minimize the use of heat during the sterilization process of oil palm. The

purpose of this research is to know the concentration of pineapple skin extract that yield optimum

rendement and the effect of addition of pineapple skin extract to acid number, saponification

number and free fatty acid on palm oil.Variabel used is pineapple skin extract concentration 50%,

52,5% , and 55% and duration of 10,15 and 20 hour. The best oil was obtained at concentration of

pineapple extract 55% and duration of curing 20 hours with 30% yield, acid number 0,335%,

231,3% saponification number and 1,612% peroxide number.

Keywords: Pineapple skin waste, Quality of palm oil.

E - 08

Page 24: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

9

Energy Efficiency and Greenhouse Gas Emissions Reduction Through Electrification Program at Tanjung Enim Mine Business Unit of PT Bukit

Asam (Persero) Tbk.

Iko Gusman1, Pramudita Triatmojo1, Peni Rostiarti1, Bima Arifiyanto1

PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk. - Unit Pertambangan Tanjung Enim

Jalan Parigi No.1-A Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim,

Sumatera Selatan - Indonesia

[email protected]

Abstrak

Current global economic conditions have made the coal prices become uncertain. PT Bukit Asam

(PTBA) has taken corporate action by improving operational efficiency, cost control, develop coal

diversification product and also optimization in the mining operation. One of the operational

efficiency programs for cost control in mining operation system is the Electrification Program. This

program changed mining operations previously dominated by fuel-based mining system

transformed into an electricity-based mining system for an electric shovel continue with the

conventional truck. Implementation of Mining Systems with electric-based mining equipment

divided into several stages for short-term and long-term targets. Electrification program consist of 7

Units Electric Shovel (PC3000-6E) and 40 Units Rigid DT (Belaz75135) with target 20 Million

BCM in 2017 located in Banko West Mine. PTBA through the electrification program has

succeeded in reducing energy consumption by 333,861.74 GJoule/Years and reducing greenhouse

gas emissions by 15,058.49 Ton CO2e/Year. Electrification program has successfully contributed

for environmental sustainability by reducing energy consumption and greenhouse gas emissions in

accordance with the vision of PTBA into a world-class energy company that cares about the

environment.

Keywords: Electrification, Mining system, Energy Consumption, Greenhouse Gas Emission,

PTBA

E - 09

Page 25: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

10

Computational Analysis of Flue Gas under Variations of Flow Straightener Inclination

Pramadhony1,*, Dewi Puspitasari2, Ellyanie2, Marwani2 dan M. Imam A3

1Master Program of Mechanical Engineering, Sriwijaya University, St. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, South Sumatera, Indonesia - 30139

2Mechanical Engineering Departemnt, Engineering Faculty, Sriwijaya University, St. Raya Prabumulih, Km. 32, Inderalaya, OI, South Sumatera, Indonesia - 30662

3Undergradulate Program of Mechanical Engineering, Sriwijaya University, St. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, South Sumatera, Indonesia - 30139

1* [email protected]

Abstract

Air emission, generated by industrial sector, is one of the main contributors of ambient air quality

degradation. In order to minimize the impact to its surrounding, the company regularly should

conduct an air emission monitoring activity by measuring the hazardous compound concentration.

The sample should be taken in a reference plane located two diameter from the outlet. The sampling

of air emission by using isokinetic method cannot be conducted when the swirling flow is existed;

the streamline is also should be uniform and vertical. Flow straightener with difference inclination

angles, 0°, 15°, and 30°, are suggested to condition the streamline and fulfill the requirements. A

computational simulation conditions with no flow straightener and with three flow straighteners are

conducted to overview the influence of flow straightener inclination. Based on the analysis these

inclinations are effectively improving the uniformity of velocity at reference plane. In other side

these inclinations are causing the increasing of helicity as well as streamline inclination.

Keywords : Flow Straightener, Inclination angle, Helicity

E - 10

Page 26: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

11

Studi Eksperimental Pengaruh Suhu Karbonisasi Pada Electrical Carbonization Furnace (ECF) Terhadap Rendemen Dan Analisis

Proksimat Karbon Aktif Dari Limbah Tempurung Kelapa

Enggal Nurismana,c;; Amiliza Miartib; Ahmad Sharulb

a Chemical Engineering Department Sriwijaya University

Palembang, South Sumatera, Indonesia

b Oil and Gas Processing Technology Department Polytechnic of Akamigas Palembang

Palembang, South Sumatera, Indonesia

c Corresponding Author E-mail: [email protected]

Tel: +6285266958858

Abstract

Coconut shells as waste of plantation products can be used as raw material for making activated

carbon. The process of making activated carbon is done through the preparation stages,

carbonization and activation process using HCl. The coconut shells carbonization stage uses self-

made Electrical Carbonization Furnace (EFC) at 450ᵒC, 475ᵒC, and 500ᵒC carbonization

temperature with a certain time. The result of the research shows that the increase in carbonization

temperature causes less active charcoal yields while the Proxymate Analysis of Fixed Carbon (FC)

analysis level increases. Carbonization results of the highest yield of charcoal at the temperature of

carbonization of 450oC and time of 1.5 hours are as much as 28.448%. After going through the

process of activation and analysis it is known that the best fixed carbon content of 62.45% obtained

at temperature 475ᵒC

Keywords: Coconut shell; Activated carbon; Carbonization; Furnace.

E - 11

Page 27: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

12

DESIGN OF WIRELESS-BASED MONITORING SYSTEM FOR ELECTRICAL

ENERGY CONSUMPTION

Sigit Kurniawan1*, M. Elfin Satria1 1Program Studi Teknik Elektronika, Politeknik Jambi

*Corresponding Author, e-mail:[email protected]

Abstrak

The level of consumption and efficiency of electrical energy can be determined using continuous

monitoring process. The data measurement can be used to analyze peak load of energy. As an

alternative option to expand the range and object of measurement, as well as facilitate, data from

the measurement results, the development of wireless-based monitoring system needs to be done.

This research is related to the design of monitoring system of electrical energy consumption based

on wireless, measurement of electric energy consumption using ADE7755 IC, current and voltage

sensors. Measurement data is transmitted from wireless meters to the server (Raspberry Pi)

mounted to the server, then the data is stored in the database system and displayed on the server

Monitor as information of the amount of electrical energy consumed. The designed system can

work to monitor daily, monthly, and annual electrical energy consumption with measuring ranges

from 0.1 Watt to 1200 Watt.

Keywords: Electrical Energy Consumption, Wireless, Database

E - 12

Page 28: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

13

SEPARATION OF GLYCEROL FROM BIODIESEL OIL PRODUCTS USING HIGH VOLTAGE ELECTROLYSIS METHOD

Lety Trisnaliani1*), Ahmad Zikri1 1Chemical Engineering Department D-IV Energy Engineering State Polytechnic of Sriwijaya

Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang South Sumatera Indonesia Phone (0711) 353414 Fax (0711) 355918

*)Corresponding Author : e-mail : [email protected]

Abstract

This study aims to separate glycerol from used cooking oil biodiesel products. This research is done

by main process by analyzing free fatty acid level (FFA) to know the fat content of the oil in order

to know the next process. This research is done by electrolysis process using high voltage. We done

transesterification process by using methanol and NaOH as catalyst before performing the process

of electrolysis with high voltage. Biodiesel is manufactured using a mini-scale stirred tank reactor

(RATB) laboratory. This process is heated at temperature (35-60) oC, the ratio of used cooking oil

and methanol (5:1, 6:1, 7:1, 8:1, 9:1) using a 0.1 N NaOH catalyst. The research obtained optimum

reaction temperature yield highest percentage of rendement at temperature 60oC and ratio of used

cooking oil and methanol 5:1 with percentage of rendement equal to 88,88, cetane number 48,4,

kinematic viscosity 2,560, pour point 37,4 oF, flash point 131 oF, Conradson Carbon Residue (CCR)

0.09, and ASTM Colour 1.5. This shows that the manufacture of biodiesel with high microwave

and high voltage utilization yields a high percentage of 88.88 and the product is biosolar-48.

Keywords : biodiesel, used cooking oil, microwaves, high voltage, electrolysis

E - 13

Page 29: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

14

The Characteristics Of Particle Board From Empty Fruit Palm Oil (Elaeis

Guineensis Jacq) By Using An Adhesive Of Liquida Guava Rod Bark

Siti Chodijah, Erwana Dewi, and Jaksen, Staff Edukatif of Chemical Engineering Department

Polytechnic Negeri Sriwijaya, E-mail : [email protected]

Empty Palm bunches is the raw materials in the making of particle board with adhesive of Liquida Guava Rod Bark,

The Hot Pressing process at 16 Mpa and temperature 150oC. The particle board was created with a size of 25 cm x 25

cm x 1 cm with a target density 0.7 g/cm3. This research aims to know the characteristics of particle board using

adhesive liquida guava rod bark on the empty Palm bunches and performed tests to find out the quality of particle board

with reference to standard JIS A 5908-2003. The result showed an adhesive has real effect on fiber moisture content

particle board and influential real pressure against temperature MOR (Modulus of Rupture). From the testing that was

performed the particle board has 0,837 gr/cm3 density, moisture content, and strong 8,67% hold screws 18.25 kg at the

rate of 20% of the adhesive that has been standard JIS A 5908-2003 while the absorption of water, development of

thick, elastic modulus, modulus of a broken and sticky firmness has not met internal standards.

Key Word : Empty Fruit Palm Oil, Particle Board, Liquida Adhesive Guava Rod Bark

E - 14

Page 30: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

15

Study of Bio-Coal Briquette as Solid Fuel for Aluminum Smelter

Diah K. Pratiwi1,*, Riman Sipahutar2, Amir Arifin3

1,2 Mechanical Engineering Department, Engineering Faculty, Sriwijaya University, Palembang, Indonesia *Corresponding Author: [email protected]

Abstract

Research on alternative energy today based on issues of global warming and greenhouse effects. The use of

coal briquettes from low-calorie coal derived from mines in the province of South Sumatera originally

destined for the food industry is less desirable because it emits black and smelly smoke, is difficult to turn

on, and it is difficult to shut down quickly. So the thought arises to use this coal briquettes for the

manufacturing industry and metal casting. In a previous study, the manufacture of mixed briquettes between

low calorie coal (lignite) and biomass was more environmentally friendly due to low sulfur content.

Therefore, in this study, a study was conducted to find the best biomass species to be mixed with lignite to

bio-coal with the highest carbon content criteria and lowest sulfur content. The results showed that the

mixture type between coconut shell and lignite reached the optimum condition with carbon content of

57.923% and the lowest sulfur was 0.259% in the mixture ratio of 9 : 1. The combustion temperature

reaches 1500 K at furnace efficiency of 48%.

Keywords: bio-coal briquettes; lignite. coconut shell; enthalpy difference; carbon and sulfur content; flame temperature;

E - 15

Page 31: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

16

Keanekaragaman Hayati Pada Masa Sriwijaya

Retno Purwanti

Balai Arkeologi Sumatera Selatan

[email protected]

Abstrak

Palembang selama ini dikenal sebagai Bumi Sriwijaya, karena di sini banyak ditemukan

situs dan tinggalan arkeologi dari masa Kerajaan Sriwijaya yang berkembang pada abad 7-14.

Selama ini Kerajaan Sriwijaya hanya dikenal sebagai negara maritim dan Palembang merupakan

lokasi pelabuhan, yang menyediakan komoditi dari negara-negara bawahannya. Dari sumber berita

asing dapat diketahui aneka komoditi yang berasal dari hutan, baik berupa hasil dari tanaman

maupun hewan. Berdasarkan sumber berita asing ini dapat diketahui keanekaragaman hayati pada

masa Sriwijaya. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada penelitian atau karya tulis yang

membicarakan tentang keanekaragaman hayati pada masa itu. Dengan mengacu pada bukti-bukti

arkeologis, tulisan ini memaparkan tentang keanekaragaman hayati pada masa Sriwijaya. Metode

penelitian yang digunakan adalah arkeologi dengan pendekatan sejarah (historical archaeology).

Analisis dilakukan dengan metode deskriptif.

Keywords: Kerajaan Sriwijaya, arkeologi, abad 7-14, keanekaragaman hayati pada masa

Sriwijaya

KH - 01

Page 32: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

17

The Statues and Plants and Animals in Bumiayu Temples Region

Tanah Abang Sub District, Penukal Abab Ilir Regency

Sondang M. Siregar

The Center of Archaeological Research South Sumatera

(Email: [email protected])

Abstract

The area of percandiaan Bumiayu dates from the 9th century AD. Inside the site there are 5 temples

that have been restored (shown) that are temples 1,2,3,7 and 8 and 6 temples are still buried in the

soil that is temple 4,5,6,8,9,10, 11. temple building Bumiayu condition now live foot of the temple,

although with the findings of roof components and body of the temple around the temple yard show

the temple 1, 2 and 3 was once a complete building consisting of the roof, body and foot of the

temple. In Temple 1 and 3 Bumiayu illustrated fauna in the form of statues and reliefs. While the

picture of the flora found in the temple reliefs 1.3 and 8. The problems that arise are the types of

flora and fauna of what is described on the statue and reliefs in the area Percandiaan Bumiayu and

whether the flora and fauna describes the environmental settings Bumiayu site. The purpose of

writing is to know the types of flora-fauna described on the statue and reliefs in the area

percandiaan Bumiayu and to know the environmental conditions in the area percandiaan Bumiayu.

The method used is qualitative method with descriptive-explanative analysis especially to analyze

flora-fauna shape which is depicted on statue and relief in percandiaan Bumiayu area. The results

showed that the area of percandiaan Bumiayu belongs to mixed dipterocarp forests which belong to

the rain forest biomes which are always wet to dry with sub-biomes of dry land rain forest. The

depiction of flora reliefs such as Kalpataru trees and lotus flowers and relief fauna such as snakes,

parrots, monkeys, crocodiles and turtles show the ancient forest ecosystem of Bumiayu and the

flora and fauna are still found in the forest of Bumiayu until now.

Keywords: statue, relief, flora, fauna, temple

KH - 02

Page 33: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

18

Ledakan Populasi Fitoplankton Skeletonema Di Perairan Muara Banyuasin Sumatera Selatan

Riris Aryawati, T. Zia Ulqodry, Heron Surbakti, Ellis Nurjuliasti Ningsih Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas MIPA, Palembang, Indonesia

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Indralaya, Sumatera Selatan 30662 Indonesia Email: [email protected]

Abstrak

Fitoplankton di laut mempunyai peranan penting sebagai pembentuk dasar dari rantai makanan dan

bertanggung jawab dalam produksi primer. Kelimpahan dan jumlah jenis fitoplankton secara tidak

langsung akan mempengaruhi tingkat kesuburan suatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keberadaan fitoplankton ditinjau dari kelimpahan, indeks keragaman, indeks

keseragaman, dan indeks dominansi di perairan Muara Banyuasin, Sumatera Selatan. Penelitian

dilakukan pada bulan September 2017 di sebelas stasiun. Contoh fitoplankton diambil di

permukaan perairan dengan menggunakan jaring plankton yang berbentuk kerucut dengan diameter

30 cm, panjang 100 cm dan ukuran mata jaring 30 μm. Hasil penelitian menemukan 17 marga

fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae, dan terdapat ledakan populasi dari marga Skeletonema,

dengan komposisi sebesar 98,71%. Nilai indeks keragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi (D) memperlihatkan adanya kondisi struktur komunitas fitoplankton yang tidak

seimbang. Nilai indeks keragaman pada penelitian ini berkisar antara 0,2-0,3 yang berarti

komunitas dengan keanekaragaman yang rendah, nilai keseragaman berkisar antara 0,7-1,2 yang

berarti komunitas dengan keseragaman tidak merata dan nilai dominansi berkisar antara 0,67-0,99

yang berarti terjadi dominansi jenis fitoplankton.

Kata kunci: ledakan populasi, Skeletonema, Muara Banyuasin, Sumatera Selatan

KH – 03

Page 34: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

19

SPECIES COMPOSITION ON ANGUILLA EEL IN BENGKULU PROVINCE,

INDONESIA

Ni Komang Suryati1,2, Siti Fauziyah1 , Ngudiantoro1, & Dina Muthmainnah2

1 Sriwijaya University

Jalan Padang Selasa No.524, Kota Palembang, Sumatera Selatan 2 Research Institute for Inland Fisheries

Jalan Gub. H. Bestari No.08 Jakabaring, Palembang

Abstract

Management of euryhaline species, such as Anguillid eel, is very important. Anguillid eel is an

important economic fish which the partly of its life cycle spent in inland waters then migrates into

the ocean for spawning. The objective of this study is to identify the morphological diversity of

Anguilla spp in Bengkulu Province. The total of 148 individuals of elver and adult Anguillid eel

were caught was identified using the comparison of ano-dorsal with total length parameter. Cluster

analysis was obtained based on measurement of morphometric parameter. The results showed that

there were 2 groups of Anguillid eel in Bengkulu Province based on comparison of ano-dorsal with

total length parameter, A. bicolor bicolor and A. marmorata were 2.56 ± 1.54 and 17.78 ± 1.33

respectively, while cluster analysis on dendrogram showed that there were 2 groups based on the

grouping of population characteristics.

Keywords : Anodorsal length, Anguillid eel, Bengkulu province

KH – 04

Page 35: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

20

Endophyte microbial characteristic of soft corals Lobophytum sp. and

Sinularia sp. collected from Maspari Island waters, South Sumatera

Rozirwan, Muhammad Hendri dan Rezi Apri

Marine Science Department, Faculty of Mathematic and Natural Science, Sriwijaya University, Indonesia 30662

Address Correspondent Author: [email protected]

Abstract

Soft coral has bioactive compounds to potential as marine natural products, but the over exploitate

to destroy of that ecosystem. Therefor endophyte microbial isolation can be effort to prevent that

matters. The research aimed to isolate and characteristic on the entophyte microbial of soft coral

Lobophytum sp and Sinularia sp that collated from Maspari island waters. Methodology of research

were establishing growth of samples, isolation and characterization. Total of bacteria colony of

Lobophytum sp obtained about 5 isolate, and Sinularia sp were about 4 isolate. The macroscopies

characteristic showed that whole bacteria had white colors. That colony had undulate, entire and

curlate (the edge of colony) and circular and irregular (for colony shape). For fungi of Lobophytum

sp obtained about 3 isolate, while Sinularia sp were one only isolate. The colony macroscopies

characteristic showed colored yellow, green and white, while shaping and edge colony are not

complete or still observations.

Keyword: entophyte microbial, Lobophytum sp., Sinularia sp., soft coral

KH – 05

Page 36: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

21

Fish And Fisheries In Floodplain Swamp In Middle Part Of Musi River

Dina Muthmainnah1 and Abdul Karim Gaffar2 1Research Institute for Inland Fisheries and Extensions Palembang

2Faculty Mathematic and Natural Science, PGRI University, Palembang

ABSTRACT

Floodplain area is a very dynamic water system where the influence from terrestrial and

river is high. This area is recognized as feeding, nursery and spawning ground of some fishes.

Capture fisheries in this area is frequently occurred by using some of specific fishing gears which

related to dynamic pattern of aquatic environment, such as water level, current, and physical-

chemical aspects of water. The research was conducted in order to evaluate fish caught composition

and fishing activity in floodplain swamp in middle part of Musi River by survey method. The result

showed that 45 species of fish were caught and 9 kinds of fishing gears were used by fishermen.

Gill nets were used in whole year, while seine were used only in the peak of dry season.

Keywords: Fish Caught Composition, Fishing Gears, Floodplain Swamp

KH – 06

Page 37: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

22

Upaya Konservasi Tanaman Merbau (Intsia Palembanica) Di Lahan

Reklamasi Pasca Tambang Pt. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Wisjnoe Adjie1), Arif Hadi1), Dedy Saptaria Rosa1), Amarudin1), Adi Arti Elettaria1)

1) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk., Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim, Sumatera Selatan; Tlp.

(0734) 451202; Fax. (0734) 451095; email: [email protected]

ABSTRAK

Merbau (Intsia palembanica) merupakan salah satu tanaman endemik lokal

Sumatera Selatan yang status konservasinya telah masuk dalam Red List IUCN sebagai jenis

yang beresiko punah karena eksploitasi komersial, sedangkan menurut the Convention on the

Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), merbau diklasifikasikan

sebagai jenis yang vulnerable (CITES Appendix III). Demikian pula menurut the World

Conservation Monitoring Centre (WCMC), jenis ini tergolong jenis yang terancam

(threatened). PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. merupakan salah satu perusahaan pertambangan

di Sumatera Selatan yang berupaya melestarikan keanekaragaman hayati khususnya di lahan

pasca tambang dan sekitarnya, diantaranya tanaman merbau. Upaya konservasi tanaman

merbau yang dilakukan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. yaitu melalui pembibitan dan

penanaman tanaman merbau di lahan reklamasi, kegiatan green mining di luar tambang serta

pembangunan sumber benih merbau tersertifikasi. Target produksi bibit merbau di persemaian

PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. yaitu sebanyak 5.000 bibit per tahun. Total penanaman mulai

tahun 2010 sampai dengan Juni 2017 sebanyak 70.562 batang. Sumber benih merbau yang

dibangun pada tahun 2012 seluas 1,9 Ha telah mampu menghasilkan benih sebanyak ± 325

kg.

Kata kunci: Intsia palembanica, konservasi, tanaman endemik, lahan reklamasi.

KH – 07

Page 38: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

23

Isolation of Swamp Cyanobacteria for Management of Fish Cultured Media

Karta Sari Genti1, Marini Wijayanti1*, Hary Widjajanti2, Dade Jubaedah1,

Tanbiyaskur1

1.Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian 2.Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan IPA

Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM. 32 Indralaya, Ogan Ilir

*Corresponding author

ABSTRACT

Cyanobacteria or blue green algae are a group of prokaryotic algae. The organism has a role as a

producer and producer of nitrogen compounds in the waters. Cyanobacteria or blue green algae can

be found in aquatic habitats and in terrestrial habitats. Types of Cyanobacteria, such as Oscillatoria

sp., Synechococcus sp., Nostoc sp. and Cyanothece sp. are able to act as bioremediator in

environment. This study aims to isolate and select candidate Cyanobacteria probiotics from swamp

and to know the ability of Cyanobacteria swamp in maintaining water quality for fish farming. The

methods of this study were sampling, Cyanobacteria isolation, purification and cultivation of

Cyanobacteria isolates, and isolate ability tests to improve the quality of swamp water contaminated

with organic matter. The results showed Cyanobacteria swamp type Synechococcus sp. which

obtained from the water isolation of swamp and pond water can reduce the value of Electrical

Conductivity, Total Dissolved Solid, Chemical Oxygen Demand and total nitrogen.

Key words: Isolation, Cyanobacteria, swamp, organic matter, fish

KH – 08

Page 39: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

24

Isolation of Swamp Bacteria as Bioaugmentation Agent for Swamp Water Contaminated With Organic Matter

Siti Yuliani1, Marini Wijayanti1*, Hary Widjajanti2, Dade Jubaedah1,

Tanbiyaskur1

1.Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian 2.Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan IPA

Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM. 32 Indralaya, Ogan Ilir

*Corresponding author

ABSTRACT

Bacteria is unicellular prokaryotic microorganism have ability to produce enzyme in their cell.

Bacteria can produce proteolytic, cellulolytic and lipolytic enzymes for hydrolyzing organic matter.

They are used for their growth nutrition. Some bacteria are very potentially applied as bio-

augmentation agent to swamp water contaminated with organic matter. This study aimed to isolate

swamp bacteria and know their ability as bio augmentation agent for remediation of swamp water

contaminated with organic matter in order to aquaculture medium. The steps of this study are

sampling, isolating and selecting, culturing in liquid medium, and testing bacteria in swamp water

contaminated with organic matter. Four bacteria isolation result from swamp sediment obtained two

lipolytics bacteria, one cellulolytic bacteria and one proteolytic bacteria. The result showed that

swamp bacteria have ability to reduce Chemical Oxygen Demand, Biological Oxigen Demand,

Electrical Conductivity, Total Dissolved Solid, total Nitrogen and increase phosphate of swamp

water contaminated with organic matter.

Key words: Swamp bacteria, Bio augmentation, Swamp water, Organic matter

KH – 09

Page 40: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

25

In-Vitro Cultivation Of Dominant Algae From Natural Swamp Habitat Lebak Ibul And Iba Retention Pond In Palembang City South Sumatra

Dian Puspa Indah 11*), Hilda Zulkifli 21, Zazili Hanafiah 31

1Jurusan Biologi FMIPA UniversitasSriwijaya 2Dosen Jurusan Biologi FMIPA UniversitasSriwijaya 3Dosen Jurusan Biologi FMIPA UniversitasSriwijaya

*)Penulis untuk Korespondensi: +6282177309996

Email: [email protected]

ABSTRACT

Phytoplankton is plant-based living organism floated in the water body, which its movement

affected by the water current, as well as capable of photosynthetic. Cultivation of algae can also be

called the farming of algae, or may also be referred to cultivation which aims to increase or

multiply the number of cells so that the algae biomass is obtained in accordance with the intended

purpose. This study aims to explore the aquatic ecosystem of the algae in natural and artificial

swamp as well as to determine the dominant algae, carried out the dominant algae by using BG-11

Medium and walne’s medium, studied the rate of growth of the dominant algae on different media,

as well as calculate the biomass in dry weight of algae on both types of media. This research was

carried out from December 2016 until March 2017. The methods used in the research is to identify

and determine the type of dominant algae, algae cultivtion, as well as calculate the rate of growth

and biomass of algae. The research results obtained from the dominant algae in both sampling are

Oscillatoria and Spirulina, the cultivation results showed that the BG-11medium is more optimal

in the growth rate compared to the Walne’s medium. The dry weight (biomass) algae after 4 weeks

study seeming increased 125.7% (0.72 gr/L) on BG-11 medium and 96% (0.49 gr/L) on walne’s

medium.

Keywords :Algae Cultivation, Oscillatoria, Spirulina, BG-11 Medium, Walne’s,Medium.

KH – 10

Page 41: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

26

Comparison Of Ctab Method And Wizard Genomic Dna Purification System Kit From Promega On Dna Isolation Of Local Varieties Of Rice

Of South Sumatera

Laila Hanum1*), Yuanita Windusari1, Arum Setiawan1 Fikri Adriansyah1, Amin Ali Mubarok1

1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya

Tel./Faks. +628127823924 email: [email protected]

ABSTRACT

Research in the molecular field requires DNA with a high degree of purity. Local rice

varieties of South Sumatra have different leaf texture so that in isolation process to obtain DNA

with high purity level required the right method. This study aims to compare the quality and

quantity of purity of local rice insulation of local rice varieties of South Sumatra with different

methods of CTAB and Wizard Genomic DNA Purification System Kit from Promega. The research

was conducted from August 2015 to December 2015 at the Laboratory of Microbiology and

Genetics and Biotechnology Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematics and

Natural Sciences, Sriwijaya University. The method used is DNA isolation method Wizard

Genomic DNA Purification System Kit from promega and CTAB. Based on research that has been

done result of DNA visualization showed that DNA isolate CTAB method still have smears while

DNA isolate method of Wizard Genomic DNA Purification System Kit from promega not. The

average DNA isolate concentration of Wizard Genomic DNA Purification System Kit method is

A260 / 280 = 1.853 μg / ml. The average DNA isolate concentration of CTAB method is A260 /

280 = 1,705 μg / ml. Isolation of Rice DNA of local variety of South Sumatera using DNA method

of Genomic DNA Purification System Kit from promega has higher quality and quantity compared

to CTAB method.

Keywords: CTAB, Local Rice Varieties of South Sumatra, Promega.

KH – 11

Page 42: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

27

Indikasi Kualitas Perairan Pesisir Berdasarkan Struktur Komunitas Gastropoda : Studi Kasus Di Kawasan Sungai Barong Kecil Dan Sungai

Barong Besar Di Taman Nasional Sembilang Sumatera Selatan

Yuanita Windusari1*, Arum Setiawan2, Laila Hanum3, Nike Septiyos4

1,2,3,4Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jurusan Biologi, Universitas Sriwijaya, Indralaya Kontak person : [email protected]

ABSTRAK

Sungai Barong Kecil dan Sungai Barong Besar merupakan sungai pasang surut yang terletak di

dalam kawasan Taman Nasional Sembilang (TNS). Faktor lingkungan, ketersediaan makanan dan

kompetisi sangat berpengaruh terhadap kelimpahan suatu spesies termasuk Gastropoda. Komposisi

dari komunitas Gastropoda dapat menggambarkan kondisi lingkungan habitat. Telah dilakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana struktur komunitas Gastropoda pada habitat perairan yang

dipengaruhi pasang surut. Purposive sampling sebagai metode penentuan lokasi sampling dengan

berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan. Hasil menemukan 5 spesies Gastropoda yang hidup di

kawasan TNS yaitu Telescopium telescopium, Cerithidea quadrata, Littorina melanostoma,

Littorina scabra dan Cassidula sp. Selain itu, nilai indeks keragaman sebesar 0,45 (kategori

rendah), indeks kemerataan sebesar 0,41 (kategori rendah), dan indeks dominansi sebesar 0,77

(kategori tinggi) di Sungai Barong Kecil menunjukkan pada kawasan ini terdapat satu spesies

Gastropoda yang mendominasi, sedangkan nilai indeks keragaman sebesar 1,16 (kategori sedang),

indeks kemerataan sebesar 0,84 (kategori tinggi), dan indeks dominansi sebesar 0,35 (kategori

rendah) di Sungai Barong Besar menunjukkan spesies Gastropoda cenderung terdistribusi di setiap

kawasan. Artinya kualitas lingkungan perairan di Sungai Barong Besar cenderung lebih baik

dibandingkan dengan kawasan Sungai Barong Kecil karena distribusi spesies Gastropoda yang

merata dan lebih beragam akibat ketersediaan makanan cenderung tinggi.

Kata kunci : kualitas perairan, struktur komunitas, Gastropoda

KH – 12

Page 43: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

28

Perbandingan Morfologi Daun Berdasarkan Letak Tumbuh Di Batang Tanaman Nanas (Ananas cosmosus (L.) Sebagai Sumber Serat Alam

Amin Rejo1,*, Rizky Tirta Adhiguna2 dan Hersyamsi3 1,2,3Jurusan Teknologi Pertanian, Kampus Universitas Sriwijaya Jalan Raya Palembang-

Prabumiulih Km 32 Indralaya-Ogan Ilir-Sumatera Selatan, Indonesia

*[email protected]

Abstrak

Daun sebagai limbah dari produksi tanaman nanas (Ananas cosmosus (L.)) yang menghasilkan

buah dapat menghasilkan serat alam (natural fibre) untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku dalam

industri tekstil, material, pakan dan lainnya. Mutu serat alam dari daun dipengaruhi oleh banyak

faktor dalam proses pertumbuhan dan perkembangan daun di batang tanaman nanas. Daun nanas

tumbuh di batang tidak seragam sebagai akibat mekanisme kompetisi antar daun dalam

memperoleh asimilat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbandingan

morfologi daun nanas berdasarkan letak tumbuh di batang untuk menghasilkan serat alam di

Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif

dengan teknik observasi. Pengambilan daun nanas dilakukan secara acak terpilih berdasarkan letak

tumbuh daun di batang. Letak tumbuh ditentukan dengan tinggi 0-10 cm (pangkal), 10.01-20 cm

(tengah) dan 20.01-30 cm (ujung) dari dasar batang. Sampel daun nanas berjumlah 100 daun nanas

pada setiap letak tumbuh di batang untuk tanaman nanas secara acak terpilih yaitu tanaman dalam

kondisi belum berbuah (muda) dan tanaman dalam kondisi telah mengalami 3 kali berbuah (tua).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan panjang daun, lebar daun, tebal daun, massa daun,

diameter serat dan massa serat dari daun yang tumbuh di pangkal batang lebih tinggi dibandingkan

dari daun yang tumbuh di bagian tengah dan ujung batang tanaman nanas. Tanaman nenas yang

lebih tua menunjukkan kondisi morfologi daun dan serat alam yang lebih baik dibandingkan dengan

tanaman yang lebih muda.

Kata kunci : Nanas, morfologi, daun, letak tumbuh, serat alam, limbah.

KH – 13

Page 44: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

29

Study Of The Effect Of Coal Quality Parameters On Gas Methane (Ch4) Emission In Coal Fire For Sustainable Environment

Reni Arisanti 11*), Maulana Yusuf 21, M. Faisal 32

1 Mining Engineering Departement, Sriwijaya University, Palembang 30139, Indonesia 2Chemical Engineering Departement, Sriwijaya University, Palembang 30139, Indonesia

*) Corresponding author: [email protected]

1 [email protected] 2 [email protected]

ABSTRACT

Coal is a formation media of Coal Methane Gas which retains the ability to store gas in large

quantities. Methane gas (CH4) is one of the greenhouse gases that its existence can be troubling,

because the gas can increase the impact of global warming, the can damage the ozone layer and

increase the temperature of the earth. Methane gas (CH4) emissions that occur in the coal

combustion process is strongly influenced by the physical and chemical properties of coal, such as

total water content (total moisture) which consists of free moisture and inherent moisture, ash

content, volatile matter, fixed carbon, and coal forming elements consist of carbon, hydrogen,

oxygen and nitrogen. This research was intended to know how the influence of quality parameters

and calorific value of coal methane gas (CH4) emission, and temperature in combustion process.

This research was a quantitative research with descriptive approach method of quantitative and

descriptive associative. Average methane gas emissions (CH4) occurring for each calorific value of

coal, calories 5900 kcal / kg 3.98 ppm, calories 6300 kcal / kg 1.30 ppm, calories 6700 kcal / kg

0.26 ppm, and calories 7600 kcal / kg 0.08 ppm. The relationship of temperature, calorific value and

methane gas emission (CH4) the higher the calorific value, the required temperature will be greater

and the gas emission is smaller, where the calories 5900 kcal / kg average temperature 63.75 oC,

6300 kcal / kg average 60,92 oC, calories 6700 kcal / kg average temperature 52,59 oC, while for

calorie 7600 kcal / kg average temperature 113,98 oC. Indonesian coal mostly consists of low rank

coal which can cause high methane (CH4) emissions that would also cause problems to the

environment.

Keywords: Coal, Methane, Methane emissions, Global warming

PPL – 01

Page 45: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

30

Study of Chemical Characteristics of The Lambidaro River for

Sustainable Environment

Hisni Rahmi1, a) and Restu Juniah 2, b), Azhar Kholiq Affandi3, b)

1 Teknik Pertambangan, Universitas Sriwijaya, Palembang 30319, Indonesia 2 Teknik Pertambangan, Universitas Sriwijaya, Palembang 30319, Indonesia

3Fisika, Universitas Sriwijaya, Palembang 30319, Indonesia

a)[email protected]

b)[email protected] c)[email protected]

Abstract

Residents who live along the Lambidaro watershed, generally use river water to meet their daily

needs such as bathing, washing and latrines. Around of Lambidaro is a residential and industrial

group such as rubber industry, workshop, home industry, and mining. The activities contained

along the watershed can lead to an increase in river water pollution load which can be seen from

chemical characteristics. Increased pollution loads can cause the river environment to be

unsustainable for the community. Sustainable environment means that the environment as a

provider of resources for human life is able to maintain its carrying capacity. The purpose of study

is to determine the chemical characteristics of river due to sand mining activities for the

environment sustainable. This research is using pollution index method with parameter of chemical

characteristics measured that is pH, DO, COD, BOD5, Fe, Mn, NH4, Nitrate, and Nitrite. The results

of analysis of water chemical characteristics of the river indicate that the part close to estuary of the

river is in good condition indicating that the location is environmentally sustainable. Meanwhile,

the upstream to the middle river body is in mild contamination condition which means that the river

environment has been contaminated.

Keywords: chemical characteristics, water river, pollution index

PPL – 02

Page 46: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

31

PPL – 03

Analysis Of Potential Landslides Using Geographic Information System

(Gis) On Rail Tunnel In Village Gunung Gajah, Lahat, South Sumatra

Mirza Adiwarman1, Muhammad Taufik Toha2 , Endang Wiwik Dyah Hastuti3

1 Graduate Study of Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, 30662, Indonesia 2 Department of Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, 30662, Indonesia

3 Department of Geology Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, 30662, Indonesia [email protected]

Abstract

Lahat Regency is one of the cities which is prone to geological disasters such as landslides. The

landslide is caused by a varied topography such as flat, hilly or mountainous. On January, 23rd

2016, the landslide occured on the mouth of railway tunnel in Gunung Gajah Village, Lahat

Regency. It was fortune that there was not a train passing so the material that covered the railway

track could be cleaned immediately. The purpose of this study is to determine the influence of

geological factor to the slope stability. The method of research is a survey method based on

geographic information systems in the form of interpretation and analysis of the causes and triggers

of landslides with a direct approach in the field by doing scoring and overlay technique. The

analysis obtained the parameters of landslides such as: slope, lithology / physical properties of

rocks, geological structure and land use. The results and conclusions of this research is a

distribution map of potential landslide on Gunung Gajah Village, Lahat Regency which consists of

three classes of landslide susceptibility levels: low, medium and high.

Keywords: Lahat Regency, varied topography, railway tunnel, landslides, Gunung Gajah Village

Page 47: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

32

Identification of Border River Area Condition in Kedukan River, Kertapati District of Palembang City

Nyimas Septi Rika Putri1* , Hendrik Jimmyanto2

1Civil Engineering Department, Engineering Faculty of Sriwijaya University 2Environmental Management Department, Graduate School Program of Sriwijaya University

*Corresponding Author: email : [email protected]

Abstract

The high population growth in the city of Palembang caused the lack of residential land, so people

began to use vacant land in the border river area. One of area in Palembang city that switched from

border river to residence was Kedukan River in Kertapati District. Kedukan River has a length of

8,641 kilometers with existing condition was lived by some people that possible to make

environment pollution. The aim of this research are to identify physics and social existing condition

of border Kedukan River, to analize flood peak discharge and giving recommendation of the

management plan in Kedukan River border area. The research method use survey, spatial analysis

program and questionnaire that use to identify of physics and social existing condition. Sampling

method use random sampling that numbered 100 points with interval 80 m per point. The flood

peak discharge use Nakayasu Synthetic unit hydrograph with time period 2, 5, and 10 years. The

result of physics and social existing condition used quantitative and descriptive analysis. The result

showed that 87,25% type of existing house in border area that is non permanent house with wooden

construction which located near on river mouth. From the spatial analysis of 24.42% available free

space on the left of the border and 94.74% available free space on the right border. From the results

of questionnaire social conditions show that the amount of 89.01% border area respondents are

category of poor people with the criteria of house area and income below average. The results of

flood peak analysis with time periods of 2.5 and 10 years were 47,85 m3/s, 55,69 m3/s and 60,86

m3/s respectively, this condition indicated that most of the border river areas were flooded by

overflow water. Recommendations for the management of the Border Kedukan River area involve

and improve the participation of the community to conserve and utilize the river border along with

the authorities through the government team.

Keywords: border river, flood peak discharge, social condition, management

PPL – 04

Page 48: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

33

Pemanfaatan Sampah Di TPA Winong Boyolali Jawa Tengah Menjadi Gas Metana Dengan Metode Sanitary Landfill

Jefri Angga

Jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pemanfaatan gas dari sampah untuk pembangkit listrik dengan teknologi fermentasi metana

dilakukan dengan dengan metode sanitary landfill yaitu, memanfaatkan gas yang dihasilkan dari

sampah (gas sanitary landfill/LFG).Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan dari proses

dekomposisi dari timbunan sampah yang terdiri dari unsur 50% metan (CH4), 50% karbon dioksida

(CO2) dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus dikontrol dan dikelola

dengan baik, karena jika hal tersebut tidak dilakukan dapat menimbulkan smog (kabut gas beracun),

pemanasan global dan kemungkinan terjadi ledakan gas.sampah yang masuk dari sumber sampah di

Boyolali setelah melewati jembatan timbang dan dicatat oleh petugas, maka sampah kemudian di

arahkan ke zona aktif,zona aktif sendiri sudah di setting untuk proses landfill,kemudian di urug

dengan tanah liat dan di bagian atas ditutup dengan clay,dalam zona sanitary landfill terpasang

pipa-pipa ( vertika/horizontal) yang fungsinya membawa gas metana yang sudah terbentuk untuk

dimanfaatkan Untuk memanfatkan gas yang sudah terbentuk, proses selanjutnya adalah memasang

pipa-pipa penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas selanjutnya dialirkan menuju tabung pemurnian.

kuantitias output gas metana tergantung pada :1. prosedur sanitary landfill2. komposisi sampah3.

lingkungan sekitar TPA4. lamanya waktu penimbunan,potensi gas metana yg dihasilkan di TPA

Winong dalam 26 tahun terakhir potensinya mencapai 10.621.194 m3/tahun atau 1.212,47 m3/jam.

Kata kunci : metana , sanitary landfill , TPA

PPL – 05

Page 49: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

34

Calculation Of Pit 2 Produced Overburden Volume And The Analysis Of Preparation Of Pit 1 Mine Void Utilization

At Supat Block Pt. Baturona Adimulya Musi Banyuasin, South Sumatera

Edwin Harsiga1*, Taufik Toha2 , Syamsul Komar 3

1 Magister Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319, 2 Magister Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319 3 Magister Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319

*Corresponding Author : [email protected]

ABSTRACT

PT Baturona Adimulya is a coal mining company located in Babat Supat Subdistrict, Musi

Banyuasin Regency, South Sumatera Province. Based on the calculation of overburden digging

volume at Pit 2 with progress survey that is measurement using total station sokkia set 3010

instrument and the processing and calculation using surpac 6.5.1 result in overburden volume or

cover ground 251,941 BCM. Coal mining in open pit will cause environmental changes, either

small hills or mined holes (voids). The burden removing from Pit 2 by backfilling method in the

mining area will minimize the voids that occur. PT Baturona Adimulya has void in Pit 1 as large as

4.8 Ha, and will do backfilling that requires overburden material as much as 295.721 BCM / Ha

and top soil as much as 33,600 LCM / Ha. The voids left at the end of the mine without any

utilization planning have the potential to cause undesirable impacts on the environment. Therefore,

PT Baturona Adimulya is planning to revegetate the void area so it can be utilized and become a

green field again as before.

Keywords: Overburden, reclamation, backfilling

PPL – 06

Page 50: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

35

Sebaran Kandungan Karbon Inorganik Terlarut Di Muara Banyuasin, Sumatera Selatan

Anna IS Purwiyanto, Fitri Agustriani, Wike AE Putri, Fauziyah

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

Corresponding author : AIS Purwiyanto [email protected]

ABSTRAK

Muara Banyuasin merupakan salah satu muara sungai terbesar Provinsi Sumatera Selatan yang

berperan penting dalam mengontrol siklus biogeokimia di wilayah perairan Sumatera Selatan. Salah

satunya adalah mengontrol difusi karbon perairan dan atmosfer. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui sebaran kandungan karbon inorganic terlarut atau dissolved inorganic carbon (DIC) di

seluruh kawasan Muara Banyuasin, Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan pada bagian permukaan

perairan pada saat surut dengan menggunakan 22 stasiun yang tersebar di seluruh wilayah muara.

Pengukuran secara insitu dilakukan untuk kualitas air, seperti suhu, salinitas dan pH. Sedangkan

pengukuran di laboratorium dilakukan untuk parameter DIC. Hasil penelitian menunjukkan

kandungan DIC berkisar antara 23,884-112,316 µmol dengan pH berkisar antara 7.41-8.82, salinitas

pada kisaran 7-27 ‰ dan suhu perairan antara 24,6-30,2 °C

Kata kunci : karbon inorganik terlarut, Muara Banyuasin, Sebaran

PPL – 07

Page 51: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

36

Analysis of the Blasting Effect on the Environment around Blasting Areas at Pt. Semen Baturaja Persero, Tbk.

Jihan F.Lubis1 , Taufik Toha2, Ngudiantoro3

1 Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319, 2 Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319,

3 Mathematics, Faculty of Mathematics and Natural Science, Sriwijaya University, Palembang

30319

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract

PT. Semen Baturaja Persero, Tbk is one of the companies engaged in the production of cement that

takes raw materials through limestone mining process located in Baturaja City, OKU Regency,

South Sumatera Province. Limestone mining activities use blasting activity that produces blasting

effects and flyrock. Measurements of vibration and flyrock frequencies obtained a maximum value

for vibration of 4.66 mm/s and predicted farthest distance of flyrock above 170 m when powder

factor exceeds 0.1 kg/m3. The results of the data show that the level of emission has exceeded the

standard limits for second class buildings (3 mm/s) based on (SNI) 7571: 2010. Blasting just 175-

300 m from the nearest settlement and already exceed the save distance for equipment 300m and

500m for human activity based on USBM (United States Bureau of Mines). To reduce the vibration

level, the maximum number of mass per delay is 43 kg/delay with PPV parameter 3 mm/s at 170m

distance. Actual factor powder should not exceed 0.1 kg / m3 to minimize flyovers in safe zones not

exceeding 150 m.

Keywords: Blasting, flyrock, Vibration, powder factor

PPL – 08

Page 52: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

37

Technical Feseability Study and Economic Development of Limestone at Pelawi Hill by PT. Semen Baturaja (Tbk.) in Ogan Komering Ulu

Distric of South Sumatra

Subagio Badirun1*

1 Master program of Mining Engineering – Sriwijaya University * Email: [email protected]

Abstract

Limestone mining for cement is increasing in Indonesia, and has been specifically included in the

strategic plan of PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. By expanding the limestone mining in Bukit

Pelawi, Ogan Komering Ulu Regency. From the mine, the Company targets 2,000,000 tons of

limestone per year to support the plan to increase cement production to 3.4 million tons per year

from 1.5 million tons per year.

This study makes a technical and economic assessment of the Company's action plan. Based on

detailed exploration drilling conducted, it has identified limestone sources of 80.3 million tons and

43.4 million tons of mining reserves. The quality of limestone composite in the mine by Company’s

is CaO> 43% and RCO3> 78%. The value of Cut of Grade (COG) which is still categorized by ore

is CaO at 30% and RCO3 is 70%.

The results of this study indicate the assumption of the selling value of limestone with composite

quality of Rp. 48,500 per ton with a maximum production rate of 2 million tons per year, still

provides eligibility criteria for all investment parameters calculated showing IRR 13.72%, NPV (+)

Rp 5,111,313,765.-, PBP for 6.42 years. The effect of increasing or decreasing cement price

assumption and operational cost ± 1.5%, will give a significant effect on the rate of return on the

calculation of this study.

Keywords: limestone, investment cost, operational cost, other costs.

PPL – 09

Page 53: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

38

Peluang Komposter ‘De Kotiq’ Dalam Infrastruktur Persampahan Kota Mendukung Pembangunan Inklusif

Sitti Sarifa Kartika Kinasih Dosen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Indo Global Mandiri Palembang email: [email protected]

ABSTRAK

Beban kota-kota dimasa depan akan semakin tak terkendali apabila tidak dilakukan perubahan

manajemen persampahan, karena manusia abad ini mengalami perubahan pesat yang memicu

perilaku konsumsi menjadi semakin kurang terkendali. Adapun Palembang adalah kota

internasional, untuk itu harus menjaga estetika kotanya. Salah satunya yakni dengan menjaga

sungai dan lingkungannya agar tidak dicemari oleh sampah-sampah dan limbah. Data-data spider

web per kawasan kumuh dalam dokumen Slum Improvement Action Plan (SIAP) 2015-2019 Kota

Palembang ditunjukkan bahwa permasalahan persampahan merupakan masalah yang hampir

dominan dibandingkan 6 indikator lainnya. Persentase sampah organik terbukti sangat besar, yaitu

di Indonesia 74% (Walhi, 2001) dalam Zurbrügg (2003). Riset Zurbrügg (2003) menunjukkan

bahwa jenis sampah di semua kota-kota di negara dalam area Benua Asia yang ditelitinya, yang

dominan memang sampah organik. Padahal sampah organik merupakan penghasil gas metana. Gas

metana 20-30 kali lebih berbahaya daripada karbondioksida (Porteous (1992 dalam Suprihatin,

dkk., 2003). Perpres RI Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit

Listrik Berbasis Sampah (PLTSa) akhirnya dibatalkan oleh MA karena dinilai bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya (www.detik.com, 2017). Penelitian ini

bertujuan untuk menunjukkan adanya alternatif solusi mengurangi masalah persampahan kota

sekaligus membangun perekonomian kota secara ramah lingkungan. Metode penelitian yang

digunakan adalah kualitatif dengan content analysis dan pengumpulan data dengan observasi,

dokumentasi, dan wawancara. Komposter de Kotiq dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga-rumah

tangga di perkotaan yang padat untuk mengelola sampah basahnya. Selain itu, pemanfaatan

komposter ini secara masif dapat diharapkan menjadi pendorong pembangunan inklusif di

perkotaan karena dapat membuka lapangan pekerjaan, serta mendorong masyarakat untuk memilah

sampahnya sehingga memudahkan industri daur ulang.

Kata kunci: sampah organik, komposter, sustainable, pembangunan inklusif, industri daur ulang

PPL – 10

Page 54: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

39

The Comparation Of Biogas Production From Tapioca Wastewater And Tofu Wastewater Using Conyinuously Anaerobic Fermentation On 15

Liter Reactor Scale

Natalina1), Panisean Nasoetion 1), Hardoyo2), Rani Enggarwati1)Dede Ibnu

Kurniawan1),

1)Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Malahayati, Lampung 2)Balai Besar Teknologi Pati, BPPT Lampung

ABSTRACT

The tapioca and tofu industries are the processing industry, that produced wastewater countain

many organic matter. The tapioca wastewater, contain more carbohydrate than another organic

matters, while the tofu wastewater contain more protein matter. Those organic matters could be

decomposed by biological process. One of the treatment of those wastewater was anaerobically

fermentation to produce biogas. The purpose of this research was to know the comparation biogas

production from high carbohydrate contain wastewater (tapioca wastewater) to biogas production

from high protein contain wastewater (tofu wastewater). The research was used 15 liter anaerobic

bioreactor with 15 days retention time. The influen were added 2 liter/2days continuously. The

tested variable were COD and biogas composition. The research result showed that the COD in the

tapioca wastewater were reduced from 10.300-12.300 mg/l in the influen to 1.300-3000 mg/l in the

effluent or about 75-87% reduction. For tofu wastewater COD were reduced from 10.400- 10.700

mg/l in the influent to 2.400-2.700 mg/l in the effluent, or about 74-76 % reduction. The biogas

composition from tapioca wastewater were N2= 4.37 %, CH4=47.99 % and CO2 = 47.63 %, while

from tofu wastewater were N2 = 11.99 %, CH4= 40.73 % and CO2 = 47.27 %. The C/N ratio was

reduced from 28.60 in the influent to 14.08 in the effuent for tapioca wastewater, while C/N ratio

was reduced from 29.10 in the influent to 7.94 in the effluent for tofu wastewater. The conclucion

from the result were raw material that contain high carbohydrate is easer than raw material that

contain high protein in the case decomposition process to produce biogas. COD reduction for

tapioca wastewater about 75-87%, while for tofu wastewater about 74-76 %. CH4 production were

47.99 % from tapioca wastewater and 40.73% from tofu wastewater.

Keywords : Tapioca wastewater, tofu wastewater, biogas, anaerobic, continue, C/N ratio.

PPL – 11

Page 55: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

40

Evaluation of Water Quality of Way Kuripan’s River Using Water Quality Index Tool

Rina Febrina

Department of Civil Engineering, Malahayati University Lampung [email protected]

Abstract

The aim of this study is to analyze the water quality of the Way Kuripan River based on the Water

Quality Index (WQI) calculation method that is developed by the Malaysian Department of

Environment (DOE). Water samples were taken from five sample points (SK01, SK02, SK03,

SK04 and SK05) in January 2017. WQI was calculated on the basis of six parameters: dissolved

oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), pH, total

suspended solid (TSS) and ammoniac-nitrogen (NH3-N). The calculation procedure consists of

three stages. Firstly, identifying the equation of the sub-index (SI) based on the parameter value.

Secondly, calculate the sub-index (SI) of each parameter. Last is the calculation of the water quality

index. The results show that SK01 and SK04 have WQI values of 70.3 and 70.11. Those values

show that water quality of the Way Kuripan river is class III so the water is slightly polluted.

Sample points, SK02 (WQI = 55.8) and SK03 (WQI=53.8) are highly polluted. The lowest WQI of

the Way Kuripan river is SK05 = 38.3, so it is classified as,Class V (highly polluted). In conclusion,

this data confirms that the water quality in the Sungai Kuripan River has been polluted.

Keywords: Way Kuripan’ s River, Water Quality Index (WQI), water quality parameter

PPL – 12

Page 56: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

41

Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Pendirian Peninggalan Megalitik di Situs-situs Pasemah, Kabupaten Lahat

L.R.Retno Susanti

Email : [email protected]

Abstrak

Karya ilmiah ini berjudul Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Pendirian Peninggalan Megalitik

di Situs-situs Pasemah, Kabupaten Lahat. Adapun Metode yang digunakan dalam penulisan ini

meliputi metode pengumpulan data baik melalui kajian pustaka dan hasil-hasil penelitian serta

melakukan analisis, dan interpretasi data. Megalitik Pasemah adalah peninggalan tradisi budaya

megalitik di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Megalitik di wilayah Pasemah muncul dengan

bentuk yang unik, langka, dan mengandung unsur kemegahan serta keagungan yang terwujud

dalam bentuk-bentuk yang sangat monumental. Penampilan peninggalan budaya megalitik

Pasemah sangat “sophiscated” dengan tampilnya pahatan-pahatan yang begitu maju, dan

digambarkan alat-alat yang dibuat dari perunggu memberikan tanda bahwa megalitik Pasemah telah

berkembang dalam arus globalisasi (pertukaran) budaya yang pesat. Temuan peninggalan megalitik

di Pasemah begitu banyak variasinya, berdasarkan survei yang dilakukan peneliti Balai Arkeologi

Palembang, Budi Wiyana telah menemukan 19 situs megalitik baik yang tersebar secara

mengelompok maupun sendiri (1996). Adapun satuan morfologi pegunungan dengan puncak-

puncaknya antara lain Gunung Dempo (3159 mdpl) dan pegunungan Dumai (1700 mdpl). Satuan

morfologi bergelombang ketinggian puncaknya mencapai 250 mdpl, lereng umumnya landai,

dengan sungai berlembah dan berkelok-kelok. Satuan morfologi pegunungan merupakan tempat

tersedianya bahan hasil letusan Gunung Dempo yang menyebarkan lahar dan lava serta batuan-

batuan vulkanis. Daerah Lahat dengan batuan-batuan beku andesitnya telah dipilih menjadi tempat

pemukiman. Pemilihan ini tampaknya mempunyai pertimbangan-pertimbangan geografis dan

tersedianya batuan untuk pendirian megalitik. Berdasarkan uraian di atas maka dalam karya ilmiah

ini akan dijelaskan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Pendirian Peninggalan Megalitik di

Situs-situs Pasemah, Kabupaten Lahat.

Kata Kunci : Sumber Daya Alam, Peninggalan Megalitik, Situs Pesemah

PPL – 13

Page 57: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

42

Kondisi Bahan Pencemar Organik Di Muara Sungai Banyuasin Sumatera Selatan

Wike Ayu Eka Putri1), Anna Ida Sunaryo Purwiyanto1), Fauziyah1), Fitri Agustriani1)

Marine Science Department, Sriwijaya University, Inderalaya-Ogan Ilir South Sumatera, Indonesia 30662

Corresponding Author : [email protected]

Abstrak

Pesisir Banyuasin adalah daerah yang kaya beragam jenis biota dan menjadi salah satu sentra

perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Ragam pemanfaatan kawasan di sepanjang aliran

sungai seperti pemukiman, industri, pertanian, perkebunan dan transportasi telah mempengaruhi

kualitas perairan sungai hingga muara. Survey awal yang dilakukan pada bulan Februari 2017

mengumpulkan informasi bahwasanya telah terjadi penurunan jumlah hasil tangkapan nelayan di

sekitar Muara Banyuasin selama 3-5 tahun terakhir sehingga diduga telah terjadi pencemaran

material organik di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana kondisi

bahan pencemar organik di Pesisir Banyuasin. Metode penelitian adalah metode survey dengan

jumlah stasiun sebanyak 22 stasiun yang diharapkan mewakili kondisi sebenarnya. Sampel air

diambil di setiap stasiun dan dianalisa kandungan bahan organiknya di laboratorium dmenggunakan

metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di kolom air telah

melebihi baku mutu yang dipersyaratkan untuk kehidupan biota laut (KEPMEN LH No 51 tahun

2004). Demikian juga dengan konsentrasi fosfat yang juga ditemukan melebihi baku mutu pada

sebagian daerah penelitian. Adapun untuk parameter amonia dan BOD, konsentrasinya masih baik

bagi kehidupan biota laut.

Kata kunci : pencemar organik, nitrat, fosfat, amoniak, Pesisir Banyuasin

PPL – 14

Page 58: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

43

Study of Produced Water Treatment by applying Multi Stage Flash (MSF) Desalination technology at PT. Pertamina EP Asset 2. Cases :

MSF Desalination in Laboratory Scale

Kgs. M. Rustandi Ramadhan1 , Adang Suherman2

1Student of Master Progam in Mining Engoneering, Universitas Sriwijaya

2Lecturer and Researcher in Mining Engineering Department, Universitas Sriwijaya

Abstract

Produced water is a by-product of oil and gas exploitation activities. Produced water was

categorized in the category of liquid waste because it gives adverse impact on the environment if

not processed first. PT. Pertamina EP Asset 2 has processed all produced water produced for use as

an injection water (Integrated Annual Report PEP). Its utilization as water injection is insufficient

because the trend of production of produced water tends to increase every year but its capacity to

process the produced water has a limit. Due to the the charateristic of produced water like brine, the

desalination process of Multi Stage Flash (MSF) technology can be applied in treating the produced

water. MSF technology will be installed on a laboratory scale, the goal is to measure the value of

the effectiveness of the tool and the economics of the tool in treating the produced water, and can

modify MSF technology so that it is more suitable for use in treating produced water. The MSF

technology will be designed to processing produced water with an input of 20 l/s and output of 15

l/s. The number of chamber will be designed for 5 to 7 units. The maximum water temperature

when heated on the brine heater of 110oC, then flowing into the chamber and flashing so that the

water temperature decreased until 35oC when water flow into the last chamber. The product will

have a salinity content below 10 ppm.

Keywords : Exploitation, Oil and Gas, Produced Water, MSF

PPL – 15

Page 59: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

44

Toxicity of Bacillus thuringiensis Berl. Towards Leaf-eating

beetle Epilachna sp. (Coleoptera: Coccinellidae) in Laboratory

Yulia Pujiastuti*1, E.Indriani*, S. Dirgahayu*, A. Muslim*, Effendy, Suparman* *Plant Protection Department, Faculty of Agriculture, Sriwijaya University

Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya, Ogan Ilir 30662 South Sumatera, Indonesia

Corresponding author: [email protected]

Abstract

Leaf-eating beetle Epilachna sp (Coleoptera: Coccinellidae) is an important pest in many species of

plants belonging to Solanaceae. These insects attack the plants both in larvae and in imago stages.

Control with chemicals caused negative effect to non target pests, useful insects and the

environment. Other alternative controls using Bacillus thuringiensis entomopathogenic bacteria was

proposed. The purpose of research was to investigate toxicity of B. thuringiensis (with isolate code

of SMR02) isolated from South Sumatera soil. The experiment was conducted in the Laboratory of

Entomology, Plant Protection Department, Faculty of Agriculture Sriwijaya University from

September 2016 until April 2017. This research was designed with Completely Random Design

consisting of 6 treatments and each treatment was replicated 5 times. The results showed the highest

mortality of imago and larvae at 108 spores/ml, i.e. 58 % and 40%, respectively. Highest intensity

of leaf damage was found in the density of 105 spores / ml treatmnet. LT50 value of larvae was

ranged from 79.37 - 173.68 hours. The lowest LT50 value of B. thuringiensis treatment was lower

than thus in chemical insecticide (88.69 hours).

Key words: Entomopathogenic bacteria, leaf eater, beetle, crystaline protein

PPL – 16

Page 60: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

45

Karakteristik Dan Potesi Limbah Kelapa Sawit Sebagai Papan Partikel

Sunardi Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Alamat Instansi * Jl. Jendral Sudirman KM 03 Cilegon 42435

[email protected]

Abstrak

Kabupaten Pandeglang dan Lebak merupakan daerah penghasil kelapa sawit yang cukup besar.

Tingginya produktifitas kelapa sawit membawa efek samping berupa limbah. Untuk mengurangi

permasalahan tersebut maka diperlukan rekayasa material yang terbuat dari limbah tersebut.

Pembuatan sampel 150 x 100 x 40 mm menggunakan metode cold press single punch dengan

kompaksi 30 bar. Komposisi penyusun papan partikel terdiri dari 15% serat tandan kelapa sawit,

50% serbuk batang kelapa sawit, 20% lem PVAc dan 15% resin epoxy 15% dengan mesh filler

yang beragam yakni 18, 40, 60 dan 80. Sifat mekanis yang diuji adalah densitas, pengembangan

tebal, kekerasan, kekuatan lentur, defleksi, kekuatan impak dan kuat pegang sekrup. Dari hasil

pengujian diketahui bahwa papan partikel dengan mesh M80 memiliki nilai yang paling baik:

densitas 0.92 gr/cm3, pengembangan tebal 1.75%, kekerasan 1.63 kgf/mm², kekuatan lentur 9.39

MPa, Defleksi 4.80 mm, kuat pegang sekrup 40.80 kgf, dan kekuatan impak 3.94 kJ/m2.

Kata kunci: filler batang kelapa sawit, sifat mekanis, papan partikel

PPL – 17

Page 61: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

46

Sustainable Water Management in Tidal Lowland Agriculture: A Research Agenda

Meitry Firdha Tafarini Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Jl. Padang Selasa Bukit Besar [email protected]

Abstrak

Water in tidal lowlands may either lack or excessive. Neither lack nor excessive of water is

demanded for crop cultivation. Therefore, water management plays an important role in the

development of tidal lowland agriculture through maintaining proper water conditions. Since tidal

lowland with certain conditions is considered marginal, its utilization for crop cultivation should

maintain its fragile characteristics such that its utilization to support crop production can be

sustained. Continuing use of tidal lowlands for crop production, therefore, requires agricultural

ecosystem management through the establishment and measurement of sustainability in water

management. Sustainable water management in tidal lowlands for crop production should not only

consider the physical resources (infrastructures), but also human resource as well as financial

resource. This paper proposes three agendas for research on water management as follows: (1)

identification of specific local water infrastructure developments, (2) initiation of participatory

operation and maintenance of water infrastructures, (3) utilization of self-supporting financial

means in water management.

Keywords: tidal lowlands, water management, sustainability, cultivation

PPL – 18

Page 62: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

47

Kinetika Adsorpsi Fe dan Mn dengan Memanfaatkan Abu Terbang (Fly Ash) PT Semen Baturaja dalam Air Asam Tambang

Indah Purnamasari, ST, M.Eng Politeknik Negeri Sriwijaya

[email protected]

Abstrak

Air Asam Tambang mengandung ion logam berat seperti Fe dan Mn yang berbahaya bagi

lingkungan jika dibuang tanpa melalui pengolahan dahulu. Metode yang digunakan untuk

mengurangi ion logam berat dalam air asam tambang sudah banyak dilakukan, salah satu

diantaranya adalah adsorpsi. Penelitian ini memanfaatkan fly ash batubara sebagai adsorbennya.

Tujuannya untuk mempelajari pengaruh parameter adsorpsi terhadap penurunan ion logam berat

teradsorpsi dalam fly ash batubara (sudah aktivasi dan belum aktivasi) dan menentukan persamaan

kesetimbangan isoterm adsorpsi yang sesuai. Air asam tambang dan Fly ash batubara dikontakkan

dengan perbandingan tertentu dalam kolom secara batch. Variabel yang dipelajari adalah waku

adsorpsi (10, 20, 30, 40, 50, 60 menit), berat adsorben (10, 20, 30, 40, 50, 60 gram), dan pH larutan

(1, 3, 5, (6-7), dan 9). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fly ash dapat digunakan untuk

mengurangi kandungan ion logam berat Fe dan Mn. Waktu yang cukup baik untuk melakukan

penyerapan Fe dan Mn adalah 60 menit, dalam berat adsorben 40 gram, dan pH 5. Model adsorpsi

Fly Ash batubara terhadap air asam tambang mengikuti model Isoterm adsorpsi Freundlich pada

seluruh keadaan, nilai Kf = 0,0418 mg/gr dengan koefisien korelasi (R2) 0,9916 untuk ion logam Fe

(belum aktivasi) pada variasi waktu adsorpsi dan untuk ion logam Fe (sudah aktivasi) didapatkan

Kf = 0,0067 mg/gr dengan R2 = 0,8261 pada variasi berat adsorben saat pH 6-7, sedangkan pada

variasi pH (R2) sebesar 1 untuk ion logam Mn (sudah aktivasi) dengan nilai Kf = 0,0216 mg/gr.

Kata kunci : adsorpsi, air asam tambang, Fly Ash batubara, Isoterm Langmuir, Isoterm Freundlich

PPL – 19

Page 63: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

48

Perencanaan Reklamasi Area Disposal Blok 4 Pt. Inti Bara Perdana, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi

Bengkulu

A. Taufik Arief, Try Inda Wulandari, Nina Tanzerina

1,2, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya,

3, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unversitas Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang, 30139, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

PT. Inti Bara Perdana merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang

usaha pertambangan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 892,04 Ha. memiliki

11 Blok penambangan. Salah satu Blok yang masih beroperasi penambangan batubara yaitu Blok .

Dalam mematuhi Undang-undang Negara Republik Indonesia No.4 tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 96, serta Peraturan Menteri No.7 tahun 2014 Tentang

pelaksanaan reklamasi dan pascatambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara,

perusahaan tambang wajib melakukan menata, memulihkan dan perbaikan serta memperbaiki

kualitas lingkungan pada lahan bekas tambang khususnya pada area disposal. Untuk perencanaan

reklamasi pada area disposal untuk mengembalikan vegetasi area disposal dengan program

revegetasi dengan tahapan sesuai dengan Permen no. 7 tahun 2014. Perencanaan teknis terkait

dengan program pemulihan are disposal seluas 19,67 Ha yang meliputi penataan diawali dengan

penimbunan dan perataan area dengan menggunakan alat berat backhoe komatsu pC300 1 buah

dibantu alat bulldozer D6R 1 buah dan 3 buah Dump Truck Hino 500 FM 260 JD. Dari area

disposal seluas 19,67 Ha dibutuhkan sebanyak 59.010 m³ tanah pucuk (top soil). Setelah area

tersebut ditutupi top soil kemudian dilakukan program penaburan LCC (legum croop Cover) seluas

80 % dari total luas, kemudian menanaman dengan pola jarak 5 x 5. Dari perhitungan seluas 19,67

diperlukan 400 batang per hektar dan 480 batang (19,67 Ha). Dari program revegetasi tanaman

yang dipilih sesuai peruntukan adalah tanaman sengon agar cepat tumbuh dan pemeliharaan dan

pemupukan selama selama 3 tahun. Dalam evaluasi keberhasilan dihitung dari persentase

keberhasilan dengan kriteria baik diatas 90% yang dilihat dari keberhasilan jumlah luas area yang

ditata (aspek penataan fisik, pengelolaan , revegetasi dengan jumlah area seluruhnya. Perencanaan

biaya reklamasi area disposal Blok 4 berdasarkan dari perhitungan biaya langsung (penataan fisik,

penanaman, pemupukan dan pemeliharaan) dan tidak langsung yang direncanakan untuk tahun

2016 sampai tahun 2019 yaitu sebesar Rp.852.710.106. Biaya ini tentunya harus diinvestasikan oleh

perusahaan untuk menentukan keberhasilan program reklamasi yang telah direncanakan.

Kata Kunci: Reklamasi, Area Disposal, Biaya Reklamasi.

PPL – 20

Page 64: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

49

Sustainable Mining Environment: Technical Review of Post-mining Plans

Dr. Ir. Restu Juniah, MT, IPM1,*

1Lecturer of Mining Engineering Department, Sriwijaya University, *Corresponding Author: [email protected].

Abstract

The mining industry exists because humans need mining commodities to meet their daily needs

such as motor vehicles, mobile phones, electronic equipment and others. Mining commodities as

mentioned in Government Regulation No. 23 of 2010 on Implementation of Mineral and Coal

Mining Business Activities are radioactive minerals, metal minerals, nonmetallic minerals, rocks

and coal. Mineral and coal mining is conducted to obtain the mining commodities through

production operations. Mining and coal mining companies have an obligation to ensure that the

mining environment in particular after the post production operation or post mining continues. The

survey research aims to examine technically the post-mining plan in coal mining of PT Samantaka

Batubara in Indragiri Hulu Regency of Riau Province towards the sustainability of the mining

environment. The results indicate that the post-mining plan of PT Samantaka Batubara has met the

technical aspects required in post mining planning for a sustainable mining environment.

Postponement of post-mining land of PT Samantaka Batubara for garden and forest zone. The

results of this study are expected to be useful and can be used by stakeholders, academics,

researchers, practitioners and associations of mining, and the environment.

Keywords: Post-mining Plan, Sustainable Coal Mining Environment, Technical Aspects

PPL – 21

Page 65: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

50

ANALISIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN TERHADAP KERANTANAN KONDISI SEMPADAN SUNGAI MUSI SEBAGAI EKOSISTEM GANDUS

KOTA PALEMBANG

Helfa Septinar1*), Ratna Wulandari Daulay2, Mega Kusuma Putri3

1Helfa Septinar, Universitas PGRI Palembang Indonesia 2Ratna Wulandari Daulay, Universitas PGRI Palembang Indonesia

3Mega Kusuma Putri, Universitas PGRI Palembang Indonesia *[email protected]

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi lingkungan sempadan sungai Musi sebagai

suatu ekosistem. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis pengelolaan lingkungan terhadap

kerentanan sempadan sungai Musi sebagai suatu Ekosistem. Metode yang digunakan adalah

kuantitatif dengan analisis deskriptif-empirik. Pengumpulan data dengan menggunakan angket.

Angket akan di analisis dengan cara pengharkatan (scoring) dan pembobotan. Tujuan akhir

penelitian yaitu untuk menganalisis pengelolaan lingkungan terhadap kerentanan kondisi sempadan

sungai Musi sebagai suatu ekosistem Gandus kota Palembang akan dikaitkan dengan kebijakan

pemerintah. Pembahasan hampir semua indikator lingkungan menunjukkan kondisi lingkungan

masyarakat di kecamatan Gandus seluruhnya memiliki kelas tingkatan kerentanan yang tinggi yaitu

kelurahan 36 Ilir adalah 100%, kelurahan Karang Anyar 90%, Karang jaya 80%, Gandus 70% dan

Kerentanan kelurahan Pulo Kerto 90% Jadi pengaruh pengelolaan lingkungan berdasarkan

beberapa kebijakan pengelolaan di kecamatan Gandus belum terwujud. Sempadan sungai yang

seharusnya menjadi wilayah konservasi namun banyak dijadikan tempat pemukiman yang dapat

membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan itu sendiri. Kesimpulan Kecamatan Gandus

hampir seluruhnya memiliki kerentanan tinggi dengan prosentase sebesar 86% jadi kecamatan

Gandus belum sepenuhnya berdaya secara lingkungan meskipun peraturan dari pemerintah telah

dibuat. Dalam artian, kondisi lingkungan masyarakat disekitar sungai Musi belum dapat di katakan

baik sebagai suatu ekosistem.

Kata kunci : Ekosistem, Kerentanan, lingkungan, Sepadan Sungai,

PPL – 22

Page 66: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

51

Kajian Prospek Pemanfaatan Potensi Sumur Tua Di Sumatera Selatan

Eddy Ibrahim, Maulana Yusup, RR Harminuke EH, Alek alhadi

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan dan kondisi teknis terkini sumur tua di sumatera

selatan. Penelitian yang dilakukan berdasarkan metode analisis deskripsi terhadap data berupa

informasi sebaran sumur tua secara umum dan data pendukung lainnya. Keterbatasan akses data

dikarenakan permasalahan administrasi berupa potensi sumur tua merupakan kelemahan dari tulisan

ini. Oleh karena itu hipotesis yang dibangun dalam tulisan ini bahwa prospek kedepan dari

pemanfaatan sumur tua berhubungan erat terhadap infrastruktur, regulasi dan sosial ekonomi serta

lingkungan. Hasil kajian diperoleh dari 2.813 sumur tua yang berada di Provinsi Sumatera Selatan

terdapat di lima kabupaten yaitu Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, Kabuparen Musi

Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Ogan Ilir. Urutan terbanyak yaitu Kabupaten

Musi Banyuasin dengan jumlah sumur sebanyak 108 Sumur, Kabupaten Ogan Ilir terdapat 6 sumur,

Kabupaten Muara Enim 7 sumur, Kabupaten Musi Rawas 6 Sumur dan Kabupaten Banyuasin

terdapat 4 sumur. Secara umum lokasi sumur tua di kelima kabupaten sangat mudah dijangkau

karena lebih kurang 4 km sampai dengn 7 km dari jalan yang ada. Dari aspek regulasi kabupaten

Musi Banyuasin lebih siap dibandingkan empat kabupaten yang lain karena sudah ada peraturan

daerah sebagai turunan dari regulasi yang lebih tinggi dan BUMD yang bergerak dibidang migas

(petroMuba). Untuk implikasi terhadap dampak sosial dan ekonomi diperoleh bahwa terjadi

penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan perkapita, mencegah terjadinya urbanisasi dan

pengembangan SDM. Dari sisi lingkungan hidup maka sangat diperlukan adanya pendaampingan

dan penyuluhan dalam pengelolaan sumur tua dikarenakan masih minimnya kepedulian terhadap

lingkungan yang dibuktikan dengan tidak standarnya dalam pengelolaan limbah cair, kualitas udara

dan limbah B3. Rekomendasi dari hasil kajian menyimpulkan perlu ketegasan dalam implementasi

standar teknis dan lingkungan Pedoman Tata Kerja BPMIGAS No 023/PTK/III/2009 Tentang

Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua.

Kata Kunci : Sumur tua, Potensi, Prospek, infrastruktur, regulasi, sosial ekonomi, lingkungan

PPL – 23

Page 67: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

52

EFFECT OF CHITOSAN AND GLYCEROL PLASTIZER IN

BIODEGRADABLE PLASTICS DEVELOPMENT OF TARO STARCH

Hilwatullisan *)

*) Lecturer Department of Chemical Engineering State Polytechnic of Sriwijaya

e-mail: [email protected]

Abstract

Plastic waste including one of the problem of environment that most concern in Indonesia, even

thought to have reached thousands of tons. Plastic will be breaks down in time 450 until 600 years.

Therefor, needed plastic environmentally friendly to reduce pollution, for example biodegradable

plastic. Biodegradable plastic are a type of plastic made from renewable biomass sources, such as

vegetable oil, starch, and microbiota. Taro tuber starch can be used as raw material for the making

of biodegradable plastics because taro tuber starch containing 74,34% carbohydrates. In this

research , the making of biodegradable plastics using the casting method with variation of chitosan

and glycerol The effect of adding glycerol volume will increase degradation time of plastic but

reduce the value of tensile strength , water resistance % and a melting point. Effect of chitosan will

increase the value of tensile strength and % water resistance , but it can decreasing degradation time

of plastic. The best composition of biodegradable plastics in the research of plastic with 2ml of

glycerol and 1gr chitosan that produce value 0,00226Mpa tensile strength ; % Water resistance of

64.79 % ; melting point 272.6 ; and biodegradation time for 5 days.

Keywords : Plastics Biodegradable, Taro starch, glycerol, chitosan

PPL - 24

Page 68: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

53

SUSTAINABLE CROPS’ PRODUCTION IN TIDAL LOWLANDS: A RESEARCH AGENDA

Khairul Fahmi Purba Program Magister S2 Agribisnis, Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Jl. Padang Selasa No.524 Bukit Besar [email protected]

Abstrak

Tidal lowlands bear enormous potential including crops’ production. However, tidal lowlands also

have numbers of ecosystem functions that prevent them from exploitative uses. Therefore, tidal

lowland utilization for crop production should consider measures to achieve sustainable

development goals (SDGs) in one hand. In the other hand, SDGs should also ensure the sustainable

use of tidal lowlands. This paper aims to review the sustainability of crops’ production in tidal

lowland to support the achievement of SDGs, which are eliminating hunger, achieving food security

with good nutrition, and improving sustainable agriculture. These goals need to be achieved in 2030

by ensuring sustainable crops’ production systems, applying tough agricultural practices, increasing

production and productivity, and at the same time maintaining ecosystems. Therefore, this paper

will review three major aspects as follows: (1) productive means of crops' cultivation, (2) effective

control of agricultural waste and pollutant, and (3) efficient use of agricultural inputs. This review is

expected to yield sustainable measures of crops’ production in tidal lowlands to contribute to the

achievement of sustainable development goals (SDGs).

Keywords: Sustainable development, crops’ production, tidal lowlands

KP – 01

Page 69: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

54

Preparation of Media Tester for Formalin and Borax Content Using

Filter Paper and Anthocyanin Substances from Ipomea Batatas L

Neny Rochyani, Rizki Muhammad Akbar, Yongky Randi

Abstract

Foods containing formaldehyde and borax can cause health hazards, therefore there is a need for

appropriate efforts to detect the presence of these substances. one of the efforts that can be done is

to create a test media that is able to identify materials containing the harmful additive. based on

previous research, it was stated that anthocyanin substances present in plants can identify acid and

alkaline compounds. This research focuses on making test media using filter paper and anthocyanin

from ipomea batatas L and to know the effect of variation of solvent concentration on anthocyanin

mass and percentage of rendement. Using solvent concentration variation of 70%, 80% and 90%,

the test medium was obtained from extraction of ipomea batatas L and the solvent subsequently

soaked to filter paper then dried, so it was absorbed therein. from the test results note that the test

media produced is able to well detect the content of formalin and borax. besides that there is a

significant influence on the variation of the solvent concentration on the anthocyanin mass and the

percentage of rendement, where the higher the solvent concentration, the better the extraction of the

ipomea batatas L.

Keywords: Anthocyanins, Formalin, Borax, Filter Paper, Ethanol

KP – 02

Page 70: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

55

MULTI MANFAAT PADA PENGELOLAAN MANGROVE LESTARI Case: IUPHHK-HA Mangrove PT. Kandelia alam KABUPATEN KUBU RAYA,

KALIMANTAN BARAT

Fairus Mulia IPM

[email protected]

Abstract

Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia sekitar 3.497.479 hektar (Kementerian Kehutanan,

2014), atau 23 persen luas mangrove di dunia, namun, hutan mangrove Indonesia menurun setiap tahun,.

Penyebab utama gangguan ekosistem mangrove adalah karena inkonsistensi dalam pelaksanaan tata ruang

wilayah, lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku (konversi hutan illegal) dan kerusakan terumbu

karang dari penangkapan ikan secara ilegal. Luas hutan mangrove provinsi Kalimantan barat ± 472.386 ha,

atau 13,5 % dari luas hutan mangrove Indonesia. Luas hutan mangrove kabupaten kubu raya102.017 ha, atau

21,6 % dari luas hutan mangrove provinsi Kalimantan Barat, yang terdiri dari hutan produksi 28.230 ha,

hutan lindung 50.613 ha dan hutan areal penggunaan lain 23.174 ha. ( Faisal, 2012 ). Kandelia alam

diberikan ijin mengelola hutan alam mangrove di kabupaten kubu raya, seluas ± 18.130 ha oleh kementerian

kehutanan sejak tahun 2008 sampai dengan 2052 ( selama 45 tahun ). Berdasarkan tata ruang di dalam areal

ijin yang ditulis dalam buku rencana kerja sepuluh tahunan berbasis inventarisasi hutan menyeluruh berkala (

10th year periode, 2012 – 2021 ), hutan untuk peruntukan produksi seluas 12.489 ha, untuk kawasan lindung

( konservasi area) seluas 3.890 ha, kawasan untuk tidak produksi ( sarana dan prasarana dan sungai alur

pasang surut seluas 1.136 Ha dan non hutan ( berupa hutan nypa dan semak ) seluas 615 ha. Dengan satu

siklus tebangan selama 20 tahun, maka luas tebangan rata-rata 625 ha per tahun, dengan produksi kayu rata-

rata 102.510 m3 per tahun. Berdasarkan peraturan direktur jenderal pengelolaan hutan produksi lestari No.

08 Tahun 2016 tanggal 16 Maret 2016 tentang pedoman system silvikultur hutan payau, menetapkan 5

sistem silvikultur ( tebangan ) yaitu: system pohon induk; 2) system tebang habis perbuatan alam; 3) system

tebang habis permudaan buatan; 4) system rumpang; 5) system tebang jalur. Multi manfaat yang dapat

dilakukan di areal konsesi adalah: 1) kayu; 2) Hasil Hutan Non Kayu ( pengolahan nypa menjadi bioethanol,

kulit kayu sebagai bahan pewarna alami, udang, ikan dan kepiting ); 3) perdagangan karbon dan 4) jasa

lingkungan ( ekowisata ). Strategi yang digunakan sebagai referensi untuk program ini adalah "lindungi,

pelajari dan manfaatkan" sementara

Kata Kunci: pemulihan, rehabilitasi, areal bekas tebangan

GT – 01

Page 71: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

56

Green technology contribution in development of coolant wastewater filtration

Erna Yuliwati1, Amrifan Saladin Mohruni2, Agung Mataram2

1Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Indralaya Km.32 Indralaya

2Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Indralaya Km.32 Indralaya.

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract

The aim of this study is the contribution of green technology in the sustainable development of oily

wastewater from machining process. The cross-flow membranes has been performed for treating wastewater

emulsion of oil derived from the automotive industry on the metal cutting section. The objective of this

study is to treat liquid waste from machining process using membrane technology. The mechanism of

ultrafiltration process is flow of small molecules pass through pore of membrane. The performance of the

cellulose acetate hydrophilic membrane is determined by the permeate and rejection flux. The operation of

this two-stage ultrafiltration membrane involves a 12% composite cellulose acetate membrane (CA-12) in

phase I and 15% (15%) cellulose acetate membrane (CA-15) in phase II with a 90 minute operating time

with pressure of 3.5 bar. Flux of phase I, without pretreatment and with pretreatment are 17,03 L / m2.h and

59,05 L / m2.h respectively. In phase II, the flux of treatment without and with preteeatment are 22.08 L /

m2.h and 24.86 L / m2.h , respectively. COD and surfactant rejection for both membrane without

pretreatment of 96.57% and 96.35%, whereas for waste feed with COD rejection of 98.56% and surfactant

rejection of 97.44 %.

Keywords: Cutting oil; Ultrafiltration; cellulose acetate; COD rejection; surfactant rejection

GT - 02

Page 72: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

57

Harmonization of Green Open Space as Carbon Assimilator for Sustainable Environment of Transportation Sector and Steam Power

Plant

Dr. Ir. Restu Juniah, MT, IPM1,*

1 Lecturer of Mining Engineering Department Sriwijaya University

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract

The environment has a function as a provider of raw materials (natural resources), aesthetics value and

carbon assimilators. Emissions arising from the impact of activities in handmade environments such as

transportation activities and steam power plant (SPP) activities may cause the environment to become

unsustainable. The polluted air leads to a deterioration of the quality of both natural and social environment.

Harmonization that occurs between green open space as the natural environment, transportation activities

and steam power plant as handmade environment, and people as transport users and around SPP as social

environment becomes sustainable. Reduced air pollution on the other hand, making the air absorbed by the

community around the steam power plant is also better in quality. This makes the community of

transportation users and steam power plant as social environment becomes sustainable since the impacts of

the derivatives that arise on public health is being reduced. Thus, the harmonization between the three

components of the living environment, namely Green Open Space (GOS) as the natural environment,

transportation activities and steam power plant as an handmade environment, and the people as

transportation users and around SPP as a social environment in the transportation sector and steam power

plant.

Keywords: Emission, Natural environment (GOS), Handmade environment (transportation and steam power

plant), Sustainable environment..

GT - 03

Page 73: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

58

PRODUKSI BIOETANOL SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM BERBAGAI GENERASI

Hermansyah1)*), Miksusanti1), Fatma1), dan Almunadi T Panagan1)

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya Jalan Raya Palembang Prabumulih KM32 Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Abstract

Bioetanol merupakan bahan bakar yang dapat diperbarui dan menjadi salah satu alternatif dalam

menanggulangi krisis energi yang terajdi akhir-akhir ini. Pada awalnya atau generasi pertama,

bahan baku yang digunakan dalam produksi etanol menggunakan biji-bijian atau pati-patian

misalnya jagung. Akan tetapi bahan baku generasi pertama ini bersifat kompetitif dengan

keperluan pangan. Sehingga memiliki keterbatasan dalam pengadaan bahan bakunya. Dengan

demikian muncul generasi kedua produksi bietanol menggunakan bahan baku biomasa

lignoselulosa yang terdapat sebagai limbah pertanian maupun limbah rumah tangga misalnya

tandan kosong kelapa sawit, ampas tebu, jerami padi dan sebagainya. Bahan baku biomasa

lignoselulosa tersedia berlimpah yang belum dimanfaatkan secara optimal menjadi produk yang

lebih dapat berperan dalam penanganan krisis energy dan masalah lingkungan. Teknologi konversi

biomasa lignoselulosa menjadi etanol memerlukan pengembangan metode-metode pretreatment

atau deliginifikasi, hidrolisis, dan fermentasi. Pengembangan ini dilakukan untuk menekan biaya

produksi, lebih mengefektifkan konversi selulosa maupun hemi selulosa, penggunaan

mikroorganisme yang bersifat efisien dan superior. Sedangkan generasi ketiga menggunakan alga

dalam produksi etanol, dengan keunggulan kemudahan kultivasi dan kecepatan pertumbuhannya.

Saccharomyces cerevisiae merupakan agen mikroba penting dalam proses fermentasi. Akan tetapi,

yeast wild type S.cerevisiae hanya bisa menjadikan glukosa menjadi etanol, sedangkan mayor

monosakarida yang lain seperti xilosa dan arabinose tidak bisa. Oleh karena itu penelitian tentang

pengembangan agen mikroba baik berupa skrining mikroba/yeast dari berbagai sumber maupun

dengan teknik rekayasa genetika telah menjadi fokus beberapa peneliti agar dapat menghasilkan

etanol lebih efektif dan efisien.

Kata kuci : Bioetanol, Fermentasi, agen mikroba, yeast

GT - 04

Page 74: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

59

Fatigue Endurance of Aluminium Casting 7xxx Series as Alternative Material

for Organic Rankine Cycle’s Turbin Blade at 180 °C Operation Temperature

Nurhabibah Paramitha Eka Utami,*, Astuti2, Ellyanie3

123 Mechanical engineering, University of Sriwijaya

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract

The increasing demand of electricity alinged by the reducing availability of fossil fuels which is

also one of the causes of increased environmental pollution due to CO2 and other gas emissions and

drives the development of the utilization of biogas and geothermal energy that are widely available

in nature. The utilizing ORC Turbine (Organic rankine cycle) is considered very promising to

convert heat in low temperature 100-220 ° C into electrical energy. The use of Fe-25Al-xTi and

TiAl alloys as a heavy ORC turbine blade material encourages the need for development in the

utilization of lighter but stronger alternative materials. This study analyzes and observes the fatigue

resistance of Al-Zn-Mg-Cu Cor alloys as an alternative material in ORC Turbine construction

(Organic rankine cycle) where the use of aluminium is expected to be more efficient than steel and

titanium materials used today. Tests wasconducted in this research are chemical composition test,

hardness test, microstructure test, tensile test, fatigue test, and fatigue fractography observation. The

results show that there is a reduction in mechanical properties and fatigue resistance in hear treated

specimens. This occurs because of the dissemination of the precipitate which is the embrittled phase

so as to cause a decrease in mechanical properties and fatigue resistance in heat treated specimens.

Keywords: ORC, Fatigue, Aluminium, as cast, heat treated

GT - 05

Page 75: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

60

POTENSI SENAM SEPERMA UNTUK MEMINIMALKAN DAMPAK PENYAKIT KARDIOVASKULAR AKIBAT POLUTAN AMBIEN PM

Marsidi1,2, Chairil Zaman2, Dwi Priyatno1,2, Arie Wahyudi1,2 dan Ali Harokan1,2 1Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan Universitas Sriwijaya

2Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Email: [email protected]

Abstrak

Polutan ambien PM merupakan salah satu persoalan lingkungan pada kota-kota besar di dunia,

termasuk Indonesia. Dampak negatif dari polutan ambien PM adalah menurunkan derajat kesehatan

penduduk, terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Diperlukan upaya

meminimalkan dampak negatif tersebut dengan mengoptimalkan kerja sistem kardiorespirasi

manusia melalui senam pernafasan, khususnya senam seperma. Diberikan kajian tentang polutan

ambien PM dan senam pernafasan.

Kata kunci: polutan ambien PM, dampak kesehatan, senam pernafasan, senam seperma

SL - 01

Page 76: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

61

The Implementation Program Of Corporate Social Responsibity Of

Pt.Kuansing Inti Makmur Toward Society Enpowerment Around Mining Area

Marisa Oktavia1*, Maulana Yusuf2 dan Ardiyan Saptawan3

1 Mining Engineering, Faculty of Technique, Sriwijaya University, Palembang 2 Mining Engineering, Faculty of Technique, Sriwijaya University, Palembang

3 State Administrations, Faculty of Social and Political Sciences, Sriwijaya University, Palembang

Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the implementation of corporate social responsibility (CSR) program

PT. Kuansing Inti Makmur (PT KIM) towards the empowerment of communities around the

tambanag area, the constraints faced in the implementation and impact of the program. The

company's mission is to build sustainable growth through high standards of occupational safety,

development of good community programs and robust environmental management. Corporate

social responsibility has become one of the most important issues facing the mining industry. Every

mining activity is required to develop and empower the communities surrounding the mining area.

This is stated in Law No. 4 of 2009, Law No. 40 of 2007 and Permen ESDM No 41 of 2016.

Techniques in determining informants are taken by purposive sampling, where each informant has

no chance to be selected. Data processing research using descriptive qualitative analysis. Based on

the results of research can be concluded that the implementation of CSR programs on community

empowerment in the economic field can not be achieved properly. Factors that affect the

implementation of the program because of the implementation of the system comes from companies

and communities that receive. The impact of CSR program implementation has not been able to

increase the economic income of the people receiving assistance.

Keywords: Implementation, Factors, Impact of CSR Implementation

SL - 02

Page 77: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

62

ANTROPOSENTRISME: URGENSI TAMBANG MINYAK

TRADISIONAL DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Vieronica Varbi Sununianti

Sociology Major, Faculty of Social and Political Science, Sriwijaya University, South Sumatera, Indonesia

[email protected] and [email protected]

Abstract

Studi ini melihat interaksi antara alam (lingkungan) dan manusia. Berawal dari turunnya

harga getah karet global berimplikasi pada perubahan hubungan antara lingkungan fisik

dengan kompleks sosial (populasi, tekhnologi, organisasi, budaya, dan sistem sosial) di

tingkat lokal. Penting melihat variasi saling ketergantungan dan modifikasi terhadap

perubahan sosial-ekonomi, khususnya tambang minyak tradisional (illegal). Kepentingan

ekonomi dan degradasi lingkungan mengancam pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

Pengumpulan data studi ini melalui metode penelitian kualitatif dengan wawancara

mendalam sebagai data primer dan berlokasi di tiga desa (Keban 1, Macang Sakti, dan

Lubuk Bintialo), Kabupaten Musi Banyuasin. Temuan menunjukkan ketidaksetaraan sosial

memicu eksploitasi sumber daya alam secara luas. Hubungan masyarakat lokal dengan alam

bersifat sangat instrumentalis untuk mencapai kesejahteraannya. Untuk itu, perlu proyek

rekayasa sosial (social engineering) sistem yang berorientasi masa depan dengan kolaborasi

masyarakat lokal, korporasi, dan pemerintah. Namun, kemauan politik untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan seharusnya dimulai dari pemerintah (Negara).

Keywords :antroposentrisme, pembangunan berkelanjutan, tambang minyak tradisional, kompleks sosial.

SL - 03

Page 78: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

63

Investment Estimation And Acceptance Of State Tax Instead Of Coal

Mining Business License Clear And Clean In West Sumatra Province

Riam Marlina A 1.a) Prof. Dr. Ir. H. Fachrurrozie Sjarkowi, M.Sc 1 Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, MS., MT

a)Postgraduated of Mining Engineering, Sriwijaya University, South Sumatera a) Telp. +6281374713181 email: [email protected]

Abstract

This research conceptual measurement simulation for financial component which is needed for

investment and benefit simulation held by stated that taken from company obligation categorized as

non tax for mining activities predicated with cnc at West Sumatera Province. This simulation

connected with capital investment and operational activities that influenced by coal getting stripping

ratio, coal hauling and other financial related. This simulation only values stated income non tax and

royalty. Analysis methods using from several document feasibiliy study from coal company has

already operated, and also estimation for all investment component and components of income

stated non tax. Accuracy data accepted for this research at least 30% from all investment.

Estimation starting from deciding production target, life mining period, investment needs, financial

operation and other financial activities, and comparison with theoritical measurement. The

comparison result then used to make another financial model simulation. At the last, this research

will present economy simulation model created from mining operational activities in west sumatera

province to estimate stated income non tax from mining production operational. Using sensitivity

analysis, shows that the change of coal selling prices will gives significant influence to NPV project

and stated incomen non tax.

Keyword : estimation, investment, non tax, cnc, simulation

SL – 04

Page 79: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

64

Pengaruh Effect Of Ground Vibration To Slope Stability, Case Study Landslide On The Mouth Of Railway Tunnel, Gunung Gajah Village,

Lahat District

Moamar Aprilian Ghadafi1.*, Muhammad Taufik Toha2, Dedi Setiabudidaya3 1 Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319 2 Mining Engineering, Faculty of Engineering, Sriwijaya University, Palembang 30319

3 Physics, Faculty of Mathematics and Natural Science, Sriwijaya University, Palembang 30319

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract

Slope stability around railway tunnel in Gunung Gajah Village, Lahat District needs to be

analysed due to landslide which occurred on January, 23th 2016. That analysis needs to be done so

that the railway transportation system can run safely. The purposes of this research are: to find out

the factors that cause slope instability, to find out peak acceleration caused by railway traffic and

earthquakes and its effects to the safety factor of slope, and determine stabilization method in order

to prevent the occurrence of further landslide. The research activities include surveying, sampling,

laboratory testing and analyzing slope stability using pseudo-static approach. Based on research

result, the main factors that cause slope instability are morphology, structural geology, and ground

vibration caused by earthquakes. Ground vibration are correlated to the slope instability. It shows

that the higher of peak acceleration the lower of safety factor of slope. To prevent the occurrence of

further landslide around research area, stabilization method should be applied in accordance with

the conditions in that area such as building a retaining wall to increase safety factor of slope,

building draining channels to reduce run off and performing shotcrete in the wall of landslide in

order to avoid weathering.

Keywords: ground vibration, slope stability, stabilization method

PI – 01

Page 80: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

65

RAINFALL MONTHLY PREDICTION USING HYBRID METHOD OF

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) AND GENETIC ALGORITHM

(GA) (Case Study in Belajasumba, Indonesia)

Ian Mochamad Sofian

PPS Unsri Fisika

Abstract

Accuracy in predicting rainfall is very important in support of human activities everyday. By using

historical data of the amount of rainfall some time ago, it can be predicted how much rainfall will

occur in the future. In this research, hybrid method (combination) between artificial neural network

(ANN) and Genetic Algorithm (GA) is used in the prediction of monthly rainfall for Bengkulu,

Lampung, Jambi, South Sumatera and Bangka Belitung (Belajasumba). The hybrid method is

applied in order to optimize the results obtained from previous JST predictions. The results show

that hybrids produce errors that are smaller than standard JST methods.

Keywords: Rainfall Prediction, Artificial Neural Network (ANN), Genetic Algorithm (GA), Hybrid

ANN-GA

PI – 02

Page 81: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

66

B. PROSIDING

Page 82: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

67

Karakterisasi Temperatur Tungku Insinerator Skala Laboratorium

Wahyu H. Piarah1*, Zuryati Djafar2, Zulkifli Djafar3, Putri Githa STA4

Program Studi Teknik Mesin,Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Jl. Poros Malino km.6, Bontomarannu, Gowa. 1*email: [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Incineration technology is an alternative to landfill waste treatment methods and biological

processes such as composting and biogas. However, in this paper only presented laboratory scale

incinerator experiments with 1 meter high incinerator flue. The objectives of this study were to

determine the temperature characteristics of the body and incinerator funnels, determine the body

heat loss and incinerator chimneys and determine the combustion characteristics of incinerators

with variation in solid waste density (compacted, medium compacted, uncompacted). The research

method has been done by taking measured temperature data directly through thermocouple and

temperature display. The results show that In the incinerator body and chimneys, the characteristic

termperatures tend to reach maximum heat at point T4 with an average temperature of 412.3 ° C.

At the time of the combustion process, the maximum temperature (peak point) is obtained during

the middle of the combustion process for each variation of waste density

Keywords: Incinerator, characteristics, heat, management, garbage

ABSTRAK

Teknologi insinerasi merupakan salah satu alternatif untuk metode pengolahan limbah landfill dan

proses biologis seperti pengomposan dan biogas. Namun dalam makalah ini hanya memaparkan uji

coba insinerator skala laboratorium dengan tinggi cerobong insinerator 1 meter. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik temperatur pada badan dan cerobong

insinerator, menentukan kalor yang hilang pada badan dan cerobong insinerator dan menentukan

karakteristik pembakaran pada insinerator dengan variasi kepadatan sampah (dipadatkan,

dipadatkan sedang, tidak dipadatkan). Metode penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil

data temperatur yang terukur langsung melalui termokopel dan display temperatur. Hasilnya

menunjukkan bahwa Pada badan dan cerobong insinerator, karakteristik termperaturnya cenderung

mencapai panas maksimal di titik T4 dengan temperatur rata-rata 412,3°C. Pada saat proses

pembakaran, temperatur maksimal (peak point) diperoleh pada waktu pertengahan dari proses

pembakaran untuk setiap variasi kepadatan sampah

Kata kunci: insinerator, karakteristik, panas, pengelolaan, sampah

PENDAHULUAN

Kota Makassar merupakan kota terbesar di

kawasan Indonesia Timur dan terbesar

kedua di luar Pulau Jawa setelah kota Medan.

Makassar memiliki wilayah seluas 199,26

km² dengan jumlah penduduk sebesar

1,700,571 juta jiwa (BPS, 2016) yang

menghasilkan volume timbunan sampah 800

ton per hari (E. Hakim 2016).

Sampah dapat membawa dampak positif dan

negatif. Dampak positif, sampah berpotensi

sebagai sumber energi terbarukan. Menurut

ESBM, pemanfaatan sampah menjadi energi

memiliki potensi sekitar 2.066 MW tetapi

capaian pembangkit listrik berbasis sampah

di Indonesia baru mencapai 17.6 MW.

Berdasarkan data dari BPPT dalam Outlook

Energi Indonesia 2014, ketergantungan

terhadap energi fosil, terutama minyak bumi

dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri

E - 02

Page 83: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

68

masih tinggi yaitu sebesar 96%, yang terdiri

dari minyak bumi sebesar 48%, gas 18%, dan

batu bara 30% dari total konsumsi energi

nasional (D.E. Nasional 2003).

Selain pemerintah yang berwenang, kini

sudah saatnya setiap individu memikirkan

solusi bagaimana menangani penumpukan

sampah yang kian bertambah tersebut. Dan

salah satu alternatif penanganan sampah

secara praktis baik oleh sekelompok warga

maupun individual, sebuah insinerator skala

mini sangat tepat untuk diadakan di setiap

kelurahan/rumah tangga. Dengan insinerator

tersebut, sampah-sampah rumah tangga yang

bertumpuk dapat dikelola setiap hari tanpa

harus menunggu diangkut ke TPA kota juga

sekaligus tidak menambah polusi udara.

Insinerasi (incineration) merupakan suatu

teknologi pengolahan limbah yang

melibatkan pembakaran limbah pada

temperatur tinggi. Teknologi insinerasi dan

sistem pengolahan limbah temperatur tinggi

lainnya digambarkan sebagai "perlakuan

termal". Pada hakekatnya, insinerasi barang-

barang sisa atau sampah mengkonversi

limbah menjadi panas yang dapat digunakan

untuk menghasilkan energi seperti listrik.

Salah satu cara teknologi pengolahan limbah

adalah dengan teknologi insinerasi, dan alat

yang digunakan biasa disebut dengan

insinerator. Pengolahan limbah dengan

insinerator terutama bertujuan untuk

mengurangi volume dari limbah itu sendiri

sampai sekecil mungkin, kemudian juga

untuk mengolah limbah tersebut supaya

menjadi tidak berbahaya bagi lingkungan

serta stabil secara kimiawi (H. Christian,

2008).

Insinerator adalah tungku pembakaran

untuk mengolah limbah padat, yang

mengkonversi materi padat (sampah)

menjadi materi gas, dan abu, (bottom ash dan

fly ash). Insinerasi merupakan proses

pengolahan limbah padat dengan cara

pembakaran pada temperature lebih dari 800o

C untuk mereduksi sampah mudah

terbakar (combustible) yang sudah tidak

dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri,

virus, dan kimia toksik (Fadly, 2014).

Proses insinerasi berlangsung melalui 3 tahap

(Fadly, 2014), yaitu:

a. Mengubah air dalam sampah menjadi uap

air, hasilnya limbah menjadi kering yang

akan siap terbakar

b. Proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak

sempurna, dimana temperature belum

terlalu tinggi

c. Proses pembakaran sempurna. Insinerasi

dapat mengurangi berat sampah 70-80 %

atau volume 85-95 %.

d. Limbah padat yang baik untuk insinerasi

ialah limbah kertas, plastik, dan karet.

Limbah padat kertas sangat bagus untuk

diinsenerasi karena mudah dibakar dan

menghasilkan panas yang besar namun

kertas dengan tinta cetak sedikit

berbahaya karena jika dibakar akan

menghasilkan senyawa toksin sejens

dioksin yang terbang di udara sehingga

membahayakan kesehatan manusia.

Limbah padat plastik polinilkhlorida jika

dibakar akan menghasilkan panas dan

dioksin serta senyawa racun lainnya.

Limbah racun ini akan didetoksifikasi

oleh panas dengan suhu tinggi sehingga

struktur kimianya berubah dan tidak

membahayakan (Latief, 2010).

BAHAN DAN METODE

Perancangan Insinerator skala Laboratorium

meliputi dua bagian penting yaitu

perancangan bagian sistem pembakaran

insinerator dari awal proses pembakaran

hingga hasil pembakaran, dan untuk

mengidentifikasikan sampah serta kehilangan

panas yang dialami dan karakteristik

panasnya

Termokopel dipasangkan pada sisi cerobong

dan badan insinerator untuk mendapatkan

karakteristik temperatur pada bagian dasar,

E - 02

Page 84: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

69

tengah, serta ujung cerobong dan badan

insinerator.

Sampah Tidak Dipadatkan (Berat: 3kg)

Gambar 1 Desain Insinerator skala

Laboratorium

Gambar 2 Posisi Termokopel pada

Cerobong dan Badan Insinerator

temperatur api yang ditunjukkan dalam

Gambar 3, menit pertama adalah 135oC dan

akan terus naik sampai pada menit ke-9 pada

saat terjadi pembakaran sempurna dengan

temperatur 699oC. Pada pembakaran sampah

tidak dipadatkan dan menggunakan cerobong

1 meter,

Setelah melewati titik puncak temperatur

pembakaran maka temperatur akan turun

hingga 145 oC pada waktu 30 menit.

Gambar 3 Temperatur Api (Ta) terhadap

Waktu (t)

HASIL DAN DISKUSI

Pada Gambar 4 menunjukkan temperatur

untuk semua titik termokopel yang berada

pada badan insinerator. Pembakaran pada titik

T1 (posisi titik ditunjukkan pada Gambar 1)

dimulai dengan temperatur sebesar 121°C dan

akan terus naik sampai pada menit ke-9 pada

saat terjadi pembakaran sempurna dengan

temperatur 255,75°C.

Gambar 4. Temperatur Badan (Tb) terhadap

Waktu (t)

setelah melewati titik puncak pembakaran,

temperatur pada titik T1 akan menurun secara

signifikan sampai menit ke-18 dengan

temperatur 150,25°C dan hampir mendekati

konstan sampai ke waktu 30 menit dengan

temperatur 109,25°C. Demikian pula

E - 02

Page 85: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

70

temperatur pada titik T2 sampai T6, di mana

temperatur maksimal dicapai pada menit ke-9

dan turun secara signifikan pada menit ke-18

dan cenderung mendekati konstan sampai ke

menit ke-30. Sementara itu, pada titik T7

tidak terlihat perubahan termperatur secara

signifikan dan temperatur maksimal dicapai

pada menit ke-9 sebesar 74,3°C. hal ini

disebabkan karena titik T7 berada di paling

bawah badan incinerator (di bawah

pengapian) sehingga tidak terlalu dipengaruhi

oleh panas.

Gambar 5 Temperatur Cerobong (Tc)

terhadap Waktu (t)

Sementara dalam Gambar 5 menunjukkan

temperatur untuk semua titik termokopel yang

berada pada cerobong insinerator. Di bagian

cerobong, C3 mempunyai temperatur paling

tinggi dibandingkan titik C1 dan C2 yang

ditunjukkan dengan temperatur maksimal

pada menit ke-9 sebesar 165,25°C. sedangkan

titik C1 dan C2 memperoleh temperatur

maksimal sebesar 119,5 oC dan 151 oC. hal ini

disebabkan oleh posisi titik C3 berada di

bagian terdekat badan insinerator.

Sampah Dipadatkan Sedang (Berat: 6kg)

Pada pembakaran sampah dipadatkan sedang,

temperatur api pada menit awal adalah 93°C

(Gambar 6) dan akan terus naik sampai pada

menit ke-12 pada saat terjadi pembakaran

sempurna dengan temperatur 710oC. Setelah

melewati titik puncak temperatur pembakaran

maka temperatur akan turun hingga 101oC

pada waktu 36 menit.

Gambar 6 Temperatur Api (Ta) terhadap

Waktu (t)

Gambar 7 menunjukkan temperatur untuk

semua titik termokopel yang berada pada

badan insinerator. Pembakaran pada titik T1

(posisi titik ditunjukkan pada Gambar 1)

dimulai dengan temperatur sebesar 156,25°C

dan akan terus naik sampai pada menit ke-12

pada saat terjadi pembakaran sempurna

dengan temperatur 231°C. setelah melewati

titik puncak pembakaran, temperatur pada

titik T1 akan menurun secara signifikan

sampai menit ke-24 dengan temperatur

151,75 °C dan hampir mendekati konstan

sampai ke waktu 36 menit dengan temperatur

127°C. Demikian pula temperatur pada titik

T2 sampai T6, di mana temperatur maksimal

dicapai pada menit ke-12 dan turun secara

signifikan pada menit ke-24 dan cenderung

mendekati konstan sampai ke menit ke-36.

Sementara itu, pada titik T7 tidak terlihat

perubahan termperatur secara signifikan dan

temperatur maksimal dicapai pada menit ke-

12 sebesar 64,3°C. hal ini disebabkan karena

titik T7 berada di paling bawah badan

insinerator (di bawah pengapian) sehingga

tidak terlalu dipengaruhi oleh panas.

E - 02

Page 86: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

71

Gambar 7 Temperatur Badan (Tb) terhadap

Waktu (t)

Gambar 8 menunjukkan temperatur untuk

semua titik termokopel yang berada pada

cerobong incinerator. Di bagian cerobong, C3

memiliki temperatur paling tinggi

dibandingkan titik C1 dan C2 yang

ditunjukkan dengan temperatur maksimal

pada menit ke-12 sebesar 223,5oC. sedangkan

titik C1 dan C2 memperoleh temperatur

maksimal sebesar 181oC dan 217oC. hal ini

disebabkan oleh posisi titik C3 berada di

bagian terdekat badan insinerator.

Gambar 8 Temperatur Cerobong (Tc)

terhadap Waktu (t)

Sampah Dipadatkan (Berat: 9 kg)

Pada pembakaran sampah dipadatkan total

dan menggunakan cerobong 1 meter (gambar

9), temperatur api pada menit awal adalah

204oC dan akan terus naik sampai pada menit

ke-36 pada saat terjadi pembakaran sempurna

dengan temperatur 764oC. Setelah melewati

titik puncak temperatur pembakaran maka

temperatur akan turun hingga 252oC pada

waktu 69 menit.

Gambar 9 Temperatur Api (Ta) terhadap

Waktu (t)

Gambar 10 menunjukkan temperatur untuk

semua titik termokopel yang berada pada

badan insinerator. Pembakaran pada titik T1

(posisi titik ditunjukkan pada Gambar 2)

dimulai dengan temperatur sebesar 93,5oC

dan akan terus naik sampai pada menit ke-36

pada saat terjadi pembakaran sempurna

dengan temperatur 374oC.

Gambar 10 Temperatur Badan (Tb) terhadap

Waktu (t)

setelah melewati titik puncak pembakaran,

temperatur pada titik T1 akan menurun secara

signifikan sampai menit ke-54 dengan

temperatur 189,75 oC dan hampir mendekati

konstan sampai menit ke-69 dengan

temperatur 99,25oC. Demikian pula

temperatur pada titik T2 sampai T6, di mana

temperatur maksimal dicapai pada menit ke-

36 dan turun secara signifikan pada menit ke-

54 dan cenderung mendekati konstan sampai

ke menit ke-69. Sementara itu, pada titik T7

tidak terlihat perubahan termperatur secara

signifikan dan temperatur maksimal dicapai

E - 02

Page 87: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

72

pada menit ke-36 sebesar 67oC. hal ini

disebabkan karena titik T7 berada di paling

bawah badan incinerator (di bawah

pengapian) sehingga tidak terlalu dipengaruhi

oleh panas.

Gambar 11 Sejarah Temperatur Cerobong

(Tc) terhadap Waktu (t)

Pada Gambar 11 di atas memperlihatkan

temperatur untuk semua titik termokopel yang

berada pada cerobong insinerator. Di bagian

cerobong, C3 memiliki temperatur paling

tinggi dibandingkan titik C1 dan C2 yang

ditunjukkan dengan temperatur maksimal

pada menit ke-36 sebesar 265,5oC. sedangkan

titik C1 dan C2 memperoleh temperatur

maksimal sebesar 253,25oC dan 262,5oC. hal

ini disebabkan oleh posisi titik C3 berada di

bagian terdekat badan incinerator.

Pembakaran pada variabel ini berlangsung

lebih lama karena berat sampah lebih besar

dan kurangnya rongga oksigen di dalam

badan incinerator yang diakibatkan oleh

padatnya sampah di dalam.

SIMPULAN

Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa

karakteristik temperatur api pembakaran,

temperatur badan insinerator dan temperatur

cerobong insinerator serta waktu pembakaran

sampah akan meningkat seiring peningkatan

pemadatan sampah yang diberikan. Fenomena

lain yang terlihat adalah pada badan dan

cerobong insinerator, karakteristik

termperaturnya cenderung mencapai panas

maksimal di titik T4 dengan temperatur rata-

rata 412,3°C. Dan pada saat proses

pembakaran, temperatur maksimal (peak

point) diperoleh pada waktu pertengahan dari

seluruh proses pembakaran untuk setiap

variasi kepadatan sampah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS, “Jumlah Penduduk Kota Makassar

Menurut Kecamatan Tahun 2016”,

2016.

E. Hakim, “Produksi Sampah Makassar

Melonjak 100%, Daya Tampung TPA

Minim - Regional Liputan6,” 2016.

D. E. Nasional, Outlook Energi Indonesia.

2003.

H. Christian, “Modifikasi Sistem Burner,” pp.

4–20, 2008.

N. T. Fadly, “Menetukan Konsentrasi NaOH

sebagai Penyerap CO2 dari Proses

Pembakaran Limbah Secondary

Chamber”, Thesis, pp. 6–39, 2014.

Latief, A.S. 2010. “Manfaat dan Dampak

Penggunaan Insinerator terhadap

Lingkungan”.

http://www.polines.ac.id/teknis/upload/jurnal/jurnal_teknis_ 1336471916.pdf

diakses pada tanggal 15 Oktober 2015

Pukul 08.15 WITA.

E - 02

Page 88: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

73

STUDI DESAIN REAKTOR AIR BERTEKANAN BERUKURAN KECIL DAN

BERUMUR PANJANG BERBASIS BAHAN BAKAR THORIUM-

PLUTONIUM OXIDE

S. Abdullah Ahmad1,*, Menik Ariani2 dan Fiber Monado3 Supardi4 1Program Studi S2 Fisika, FMIPA Universitas Sriwijaya, Indonesia

2,3,4 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya

Kampus Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Email: [email protected]

Abstrak

Studi desain teras pressurized water reactor berukuran kecil dan berumur panjang berbasis bahan

bakar thorium-plutonium oxyde. Pada penelitian ini, dilakukan sebuah desain reaktor pressurized

water reactor (pwr). Reaktor ini menggunakan bahan bakar berbasis thorium-plutonium oxide.

Parameter survei yang digunakan yaitu factor multiplikasi efektif yang menentukan tingkat

kritikalitas reaktor. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan modul pij yang terdapat pada

system reactor analysis code (srac) dengan library jendl-3.2. Analisa neutronik untuk PWR

berukuran kecil berumur panjang menggunakan bahan bakar thorium-plutonium oxide telah

dilakukan. Desain reaktor PWR kecil berdaya 500 MWt berumur panjang berbahan bakar dapat

beroperasi selama 10 tahun tanpa refueling.

Kata kunci : Teras, Pwr, Thorium, Plutonium.

I. Pendahuluan

Energi merupakan kebutuhan yang

sangat penting. Permintaan energi dunia

semakin meningkat sebagai akibat dari

pertambahan penduduk dunia serta tuntutan

untuk kehidupan yang lebih baik sedangkan

ketersediaan energi primer dunia semakin

lama semakin menipis.

Salah satu sumber energi yang potensi

energinya besar namun rendah

pemanfaatannya adalah uranium, kapasitas

energi yang tersedia sebesar 3000 MW akan

tetapi hanya terpasang 30 MW (IEO, 2017).

BATAN menghitung besaran potensi uranium

di Indonesia mencapai 7.000 ton

Thorium seperti halnya dengan uranium

dan plutonium dapat digunakan sebagai

alternatif bahan bakar nuklir. Ketersediaan

sumber daya thorium yang 3-4 kali lebih

banyak dari uranium menjadi salah satu

pertimbangan pemanfaatan thorium sebagai

bahan bakar. Pemanfaatan thorium sebagai

bahan bakar juga menjaga keamanan energi

dan keberlanjutan (sustainability) energi

nuklir. Penggunaan bahan bakar berbasis

thorium juga akan mengurangi produksi

limbah nuklir (International Atomic Energy

Agency - IAEA, 2005).

Beberapa studi terkait tentang tinjauan

neutronik pada perancangan berbagai tipe

reaktor nuklir dengan penggunaan thorium

sebagai bahan bakar. Pemanfaatan thorium

pada desain penelitian teras reaktor termal

seperti pada reaktor High Temperature Gas

Cooled Reactor (HTGR), Pressure Water

Reactor (PWR), dan Boiling Water Reactor

E - 05

Page 89: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

74

(BWR) berumur panjang tanpa pengisian

bahan bakar dan berdaya kecil telah

dilakukan.

Peningkatan waktu operasi reaktor dapat

dilakukan dengan meminimalkan reaktivitas

yang berlebih dengan memanfaatkan material

burnable poison (Protactinium - ) dan

bahan bakar berbasis thorium.

Penelitian ini akan membahas desain teras

reaktor tipe Pressure Water Reactor (PWR)

yaitu reaktor air bertekanan yang

menggunakan bahan bakar thorium-MOX

(Thorium-Plutonium Oxide). Optimasi desain

terkait pemerataan daya dilakukan melalui

strategi penyusunan sel bahan bakar di dalam

teras dan penambahan material burnable

poisson (racun bakar)

II. Kajian Teori

II.1 Reaktor Nuklir

Rektor nuklir merupakan tempat

berlangsungnya reaksi fisi yang dihasilkan

dari interaksi neutron dengan inti berat yang

bersifat fisil sehingga terjadi fragmen inti-inti

atom disertai pembebasan energi dalam

bentuk panas dan membebaskan beberapa

neutron baru. Reaktor nuklir juga merupakan

tempat pengaturan dan penjagaan reaksi

nuklir berantai agar kesinambungannya

berlangsung pada laju yang tetap.

Konsep dasar dari sebuah reaktor adalah

reaksi fisi dari sebuah material. Reaksi fisi

adalah inti dari reaksi yang terjadi pada

reaktor nuklir. Proses fisi sangat berbeda

dengan proses peluruhan radioaktif yakni ia

memerlukan suatu interaksi partikel dengan

inti untuk memulai reaksi. Konsekuensinya,

dibandingkan dengan peluruhan radioaktif,

proses fisi merupakan proses yang dapat

dikendalikan.

Reaksi fisi dapat dilihat pada Gambar 1.

sebuah neutron bebas yang sedang berjalan

secara biasa atau lambat menumbuk inti

menjadi . Inti mengalami eksitasi

dan pecah menjadi dua jenis atom yang lebih

ringan, yang dinamakan produk fisi.

Bersamaan dengan pemecahan itu terjadi dua

hal. Hal pertama terjadi radiasi beberapa jenis

sinar, seperti alfa, beta dan gamma. Hal yang

kedua ada dua atau tiga neutron mengalami

hamburan dengan kecepatan yang besar dan

menimbulkan panas.

Gambar 1. Skema reaksi fisi berantai pada

uranium (Duderstadt and Hamilton, 1976)

II.2 Pressurized Water Reactor (PWR)

Pressurized Water Reactor (PWR)

atau reaktor air bertekanan adalah termasuk

reaktor nuklir termal yang menggunakan air

ringan (light water) baik sebagai moderator

maupun coolant. Moderator berfungsi sebagai

material penahan untuk memperlambat laju

neutron di dalam teras reaktor, sedangkan

coolant berfungsi sebagai penyerap panas

hasil reaksi fisi yang terjadi di dalam teras

reaktor.

Reaktor tipe PWR ini merupakan

reaktor daya yang paling banyak digunakan di

dunia, yaitu sekitar 63 persen. Data IAEA

terakhir (tahun 2012) menunjukkan dari 435

buah total reaktor di dunia, 272 buah

diantaranya adalah reaktor PWR. Reaktor

termal berpendingin air ringan atau Light

Water Reactor (LWR). (lihat Gambar 2.)

Gambar 2. Jenis PWR

E - 05

Page 90: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

75

(http://www.nucleartourist.com/type/pwr.htm)

II.3 Bahan bakar reaktor

Bahan bakar reaktor yang digunakan sebagai sumber energi nuklir adalah bahan bakar yang bersifat fisil. Bahan yang banyak digunakan sebagai bahan bakar nuklir adalah uranium dan thorium (Kidd, 2009).

II.3.1 Uranium

Uranium adalah unsur terberat dari

seluruh unsur alami, memiliki titik leleh yaitu

1132°C dan tergolong sebagai logam putih

keperakan. Simbol kimia uranium adalah U

(Cothern dan Rebers, 1991). Uranium

memiliki nomor atom 92 yang berarti jumlah

proton 92, elektron 92 dan elektron valensi 6.

Inti uranium mengikat 141 sampai 146

neutron.

II.3.2 Thorium

Thorium pada umumnya terdapat pada mineral tertentu, salah satunya thorium banyak terdapat dalam bentuk monazite (thorium fosfat). Monazite mengandung sekitar 12% thorium oksida (Th ) dan merupakan sumber terbesar thorium. Pada keadaan murni thorium merupakan logam putih keperakan yang berkilau. Apabila terkontaminasi oksigen, thorium perlahan akan memudar di udara menjadi abu-abu kemudian hitam. Thorium merupakan sumber energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir meskipun tidak bersifat fisil (Kidd, 2009). Thorium yang bersifat fertil akan terlebih dahulu menyerap neutron lambat untuk menghasilkan yang bersifat fisil. menghasilkan jumlah energi yang sama dengan yaitu 200 MeV.

II.3.3 Plutonium

Lebih dari sepertiga dari energi yang dihasilkan di sebagian besar pembangkit listrik tenaga nuklir berasal dari plutonium. Plutonium merupakan bahan bakar utama dalam reaktor neutron cepat, dan pada setiap reaktor melakukan pengayaan pada

non-fisil yang terdiri lebih dari 99% dari uranium alam. Plutonium terbentuk secara alami, tetapi tidak ditemukan di kerak bumi. Plutonium terbentuk dari dengan menangkap neutron pada reaktor nuklir. Isotop plutonium yang dihasilkan adalah

, , , dan . , dan bersifat fertil. dan bersifat fisil yang dapat digunakan

kembali sebagai bahan bakar lainnya (Meyer dkk., 2007).

II.3.4 Bahan Bakar Mixed Oxide (MOX)

Bahan bakar mixed oxide (MOX) adalah salah satu bahan bakar yang paling penting untuk reaktor maju di masa depan. Hal ini fleksibel untuk diterapkan baik dalam reaktor termal seperti reaktor air bertekanan (PWR) atau dalam reaktor cepat. MOX adalah campuran dari plutonium dan uranium alam atau uranium yang bersifat serupa yang digunakan dalam sebagian besar reaktor nuklir. Pembuatan, aplikasi, dan pemrosesan kembali bahan bakar campuran oksida (MOX) adalah salah satu teknologi meningkat secara signifikan.

Salah satu daya tarik bahan bakar MOX adalah cara untuk meminimalisir plutonium sebagai senjata, Di Cina, strategi siklus penggunaan kembali daur ulang plutonium telah ditetapkan oleh pemerintah untuk pembangkit listrik tenaga nuklir di reaktor termal dan reaktor cepat. (Klara, 2013) Beberapa studi tentang bahan bakar MOX yaitu Th-MOX pada reaktor air ringan (terutama PWR) telah dilakukan oleh beberapa penelitian, sifat fisik dan fisik Th-

E - 05

Page 91: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

76

MOX menunjukkan bahwa dapat memperbaiki ekonomi pembangkit tenaga nuklir dengan membiarkan siklus operasi lebih lama. Yang terpenting, sifat material yang baik dari Mixed Oxide Thorium-Plutonium menunjukkan bahwa bahan bakar Th-MOX mungkin mampu mempertahankan pembakaran yang lebih tinggi daripada jenis bahan bakar berbasis Uranium-Oxide (UOX). (Holly R, 2011)

II.4 Analisis Neutronik Desain Reaktor

II.4.1 Persamaan Difusi Satu Grup

Persamaan difusi digunakan untuk mempelajari perilaku neutron dalam reaktor nuklir. Analisis perilaku neutron dengan persamaan difusi dilakukan setelah mengetahui parameter penampang lintang (cross section). Persamaan difusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu: persamaan difusi satu grup dan persamaan difusi multigrup (Duderstadt dan Hamilton, 1976; Stacey, 2001).

Persamaan difusi satu grup merupakan

persamaan dinamika neutron yang tidak

bergantung pada tingkat energi neutron.

Distribusi neutron dalam reaktor ditandai

dengan densitas neutron (𝒓,) yaitu banyaknya

neutron per satuan volume pada posisi 𝑟 dan

waktu 𝑡. Selain itu, (𝒓,)=𝑣 𝑁 (𝒓,𝑡) dengan

𝜑(𝒓,𝑡) adalah parameter fluks neutron dan v

adalah kecepatan neutron. Persamaan difusi

neutron satu grup energi dinyatakan oleh

Persamaan (1) berikut:

(1)

Sebagaimana yang diketahui bahwa

neutron dalam reaktor memiliki rentang

energi yang besar yaitu dari 0,01 eV hingga

10 MeV, sehingga persamaan difusi satu grup

yang tidak bergantung tingkat energi tidak

cukup realistis untuk menjelaskan perilaku

neutron.

II.4.2 Persamaan Difusi Multigrup

Persamaan difusi multigrup bergantung pada tingkat energi neutron. Persamaan difusi neutron multigrup menggambarkan perilaku neutron rata-rata pada tiap-tiap tingkatan energi. Perhitungan proses penurunan persamaan difusi didasarkan pada konsep keseimbangan jumlah neutron yang masuk dan yang keluar dari teras. Persamaan kesetimbangan neutron dituliskan sebagai berikut (Duderstadt dan Hamilton,1976):

= - -

+ - +

Indeks (g)

menunjukkan nilai dari grup energi neutron. Dari energi yang terbesar hingga energi yang terkecil. Dari persamaan kesetimbangan neutron di atas, tanda positif (+) menyatakan bahwa neutron-neutron tersebut bertambah, sedangkan tanda negatif (-) menyatakan neutron-neutron berkurang atau hilang. Persamaan (2) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Duderstad dan Hamilton, 1976):

= 𝜵∙ 𝜵 − + − +

(3)

E - 05

Page 92: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

77

dengan suku sumber neutron yaitu

(4)

dengan

= fluks neutron dalam grup energi

ke-𝑔

= koefisien difusi untuk grup energi

ke-𝑔

= Probabilitas neutron fisi terlahir

dalam grup energi ke-𝑔

𝛻 . = Suku kebocoran (leakage)

= Sumber Neutron

= Suku absorbsi

= Jumlah neutron yang masuk

karena hamburan

= Jumlah neutron yang keluar

karena hamburan

= cross section fisi grup 𝑔’

= jumlah rata-rataneutron fisi

yang muncul pada reaksi fisi

diinduksi oleh neutron

dalam group 𝑔’

II.4.3 Persamaan Burnup

Selama masa pengoperasian reaktor, komposisi bahan bakar akan senantiasa berubah karena isotop-isotop fisil akan terkonsumsi (berkurang) dan dihasilkan produk fisi. Persamaan burnup yang menyatakan hal ini yaitu:

+ +

(5)

dengan

= Densitas untuk nuklida jenis

A.

= Bagian yang hilang karena

peluruhan radioaktif

= Bagian yang hilang karena

tangkapan neutron

= Nuklida tambahan nuklida

A akibat peluruhan B

menjadi A

= Perubahan dari C menjadi

A melalui tangkapan

neutron

III. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua bagian. Bagian pertama terkait dengan analisa neutronik perilaku reaktor pada teras reaktor. Bagian kedua adalah analisa burnup. Rancangan tersebut berupa sebuah reaktor yang mempunyai periode pengisian bahan bakar (refuelling period) yang lama yaitu 10 tahun. Perhitungan neutronik dalam penelitian ini menggunakan program SRAC dengan sumber data nuklida JENDL-3.2 yang dikembangkan oleh JAEA-Jepang. Dengan memanfaatkan data nuklida tersebut, program SRAC ini dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel bahan bakar, burnup dan teras (core) pada desain reaktor PWR yang dirancang.

3.1 Desain Reaktor

Dalam mendesain sebuah reaktor diperlukan spesifikasi ukuran sel bahan

E - 05

Page 93: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

78

bakar dan teras, dimana parameter reaktor di Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi parameter desain teras reaktor

Parameter Deskripsi

Daya Termal (MWt) Geometri Teras

500 MWt Silinder 2D (R-Z)

Material Fuel Thorium Oksida ( ), Plutonium Oksida ( )

Material Cladding Stainless Steel

Material Coolant Diameter pitch (cm) Diameter Teras aktif (cm) Tinggi teras aktif (cm) Lebar Reflektor (cm)

Periode Refuelling

air (H2O) 1,4 214 140 50 10 tahun

3.2 Desain Sel Bahan Bakar

Perhitungan sel bahan bakar merupakan perhitungan dasar pada analisis neutronik reaktor nuklir. Teras reaktor merupakan tempat untuk menempatkan bahan bakar dan tempat berlangsungnya reaksi nuklir. Geometri sel bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk silinder (cylindrical cell). Penampang lintangnya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Geometri Sel Bahan Bakar

3.3 Desain Penampang Teras

Desain 1

Desain 2

cm

214 cm

Desain 3

140 cm

214 cm

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diameter Pitch = 1,4 cm

140 cm

7 cm 200 cm 7 cm

9 cm 196 cm 9 cm

140 cm

5 cm 204 cm 5 cm

E - 05

Page 94: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

79

Bahan bakar pada reaktor nuklir berfungsi untuk menghasilkan energi dari reaksi fisi yang terjadi di dalam teras.Perhitungan setiap komponen sel bahan bakar dilakukan dengan fitur PIJ pada paket program SRAC (Standard Reactor Analysis Code). Komposisi bahan bakar yang digunakan adalah thorium-plutonium oxide yang dibakar selama 100 tahun dengan interval dua tahun.

Data yang diperoleh dari perhitungan sel bahan bakar akan digunakan untuk perhitungan teras reaktor yang menghasilkan power level sebenarnya. Perhitungan sel bahan bakar ini menghasilkan beberapa survey parameter neutronik yaitu level burnup, Rasio konversi k-effective sel bahan bakar,

4.1. Level Burnup

Level burnup menyatakan total energi yang dilepaskan per unit massa bahan bakar sebagai hasil pembakaran bahan bakar. Burnup merupakan parameter dalam reaktor yang menunjukkan kemampuan suatu reaktor dalam mengoptimalkan pembakaran bahan bakar. Perubahan level burnup selama waktu pembakaran ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Perubahan level burnup sepanjang waktu burnup

4.2 Convertion Ratio

Gambar 5. menunjukkan perubahan rasio konversi sepanjang waktu pembakaran. Rasio konversi menyatakan jumlah bakan bakar fisil yang diproduksi berbanding bahan bakar fisil yang dikonsumsi.

Gambar 5. Perubahan rasio konversi sepanjang waktu burnup

4.3 Faktor Multiplikasi Efektif ( )

Faktor multiplikasi efektif pada sel bahan bakar menunjukkan perbandingan antara jumlah neutron yang dihasilkan pada satu generasi terhadap jumlah neutron pada generasi sebelumnya dalam satu sel bahan bakar. keff sel bahan bakar dan

ditunjukkan pada Gambar 6.

E - 05

Page 95: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

80

Gambar 6. Perubahan factor multiplikasi efektif sepanjang waktu burnup

Berdasarkan Gambar 6. Nilai selalu >1 yang berarti reaktor dapat beroperasi selama 10 tahun dengan pengisian ulang bahan bakar atau refueling

V. Kesimpulan

Analisa neutronik untuk PWR berukuran kecil berumur panjang menggunakan bahan bakar thorium-plutonium oxide telah dilakukan. Desain reaktor PWR kecil berdaya 500 MWt berumur panjang berbahan bakar dapat beroperasi selama 10 tahun tanpa refueling.

VI. Daftar Pustaka

Ariani, M., Z. Suud, F. Monado, A. Waris.

2013. Optimization of Small Long Life Gas

Cooled Fast Reactors with Natural Uranium

as Fuel Cycle Input. Applied Mechanics and

Materials Vol. 260-261, hal. 307-311.

Cothern, C., Richard, Rebers. 1991. Radon,

Radium and Uranium In Drinkin Water.

Lewis Publisher, Inc: USA.

Duderstadt, J dan Hamilton. 1976. Nuclear

Reactor Analysis. New York: John Wiley &

Sons.

Huang, J., J. Han, Y. Ma, L. Xiaoxiao. 2015.

Breed-and-burn strategy in a fast reactor

with optimized starter fuel. Progress in

Nuclear Energy 85 (2015), hal. 11-16.

Holly R.Trellue Charles G. Bathke Pratap

Sadasivan. 2011. Neutronics and material

attractiveness for PWR thorium systems using

monte carlo techniques. Progress in

Nuclear Energy Volume 53, Issue 6, August

2011, Pages 698-707

Kidd, S.W. 2009. Nuclear Fuel Resources.

CRC Press. New York

Krane, K. 2008. Fisika Modern. Penerbit

Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.

Klara Insulander Björk. 2013. Study of

Thorium-Plutonium Fuel for Possible

Operating Cycle Extension in PWRs. Science

and Technology of Nuclear Installations

Volume 2013 (2013), Article ID 867561, 8

pages

Lewis, E.E. 2008. Fundamentals of Nuclear

Reactor Physics. Academic Press. USA.

Meyer, K.M, R. Fielding, dan J.Gan. 2007.

Fuel Development for Gas-cooled Fast

Reactors: Journal of Nuclear Materials.

Vol.371. Hal. 281-287.

F. Monado, Fiber; Z. Suud; Waris A. ; Basar

K; Ariani, M, and Hiroshi Sekimoto., 2015.

Power Flattening On Modified CANDLE

Small Long Life Gas-cooled Fast Reactor.

AIP Proceedings. Vol.1615

Trianti N. Z. Suud, Arif I. , Sapta E. 2013.

"Neutronic Performance of Small Long-

Life Boiling Water Reactor Using Thorium as

Fuel and the Addition of Protactinium as

Burnable Poisons", Advanced Materials

Research, Vol. 772, pp. 495-500, 2013

Stacey, M. 2001. Nuclear Reactor Physics.

New York: John Wiley & Sons.

Stacey, Weston M. 2007. Nuclear Reactor

Physics. Willey-VCH: USA.

Subkhi, M. N., Z. Su’ud, A. Waris, dan

S.Permana, 2015. Studi Desain Reaktor Air

Bertekanan (PWR) Berukuran Kecil Berumur

Panjang Berbahan Bakar Thorium. Jurnal

Kajian Islam Sains dan Teknologi Vol. IX

No.1, hal. 32-49.

Trianti, N., Z. Su’ud, E. S. Riyana, 2011.

Design Study of Thorium Cycle Based Long

E - 05

Page 96: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

81

Life Modular Boiling Water Reactors.

Indonesian Journal of Physics Vol 22

No. 4, hal. 133-137.

Okumura, K. Kaneko and K. Tsuchihashi.

2002. SRAC (Ver.2002): The Comprehensive

Neutronics Calculation Code System. JAERI

report Japan Atomic Energy Research

Institute: Japan.

Okumura, K., Kugo. T., Kaneko, K,

Tsuchihashi, K. 2002. The Comprehensive

Neutronics Calculation Code System JAERI-

Data/Code-2002. Japan Atomic Energy

Research Institute. Jepang.

Okumura, Keisuke. 2007. Introduction of

SRAC for Reactor Physics Analyses. Japan:

JAEA.

Purwanti, D. 2011. Program Perhitungan

Pengaruh Reaktivitas Feedback terhadap

Dinamika Reaktor Menggunakan Metode

Monte Carlo. Jurnal Teknik Elektro, Vol

3(1), hal.26-32.

Zweifel, P.F. 1973. Reactor Physics.

McGraw-Hill: USA.IAEA-TECDOC-1450.

2005. Thorium fuel cycle — Potential

benefits and challenges. Technical Report.

International Atomic Energy Agency.

IAEA. 2014. International Status and

Prospects for Nuclear Power 2014. Technical

Report. International Atomic Energy Agency.

IEA. 2015; World Energy Outlook: Executive

Summary.

Indonesia Energy Outlook, 2017. Outlook

Energy Indonesia 2017: Pengembangan

Energi untuk Mendukung Industri Hijau.

PTSEIK & BPPT: Jakarta.

International Energy Outlook (IEO), 2017.

World Energy Outlook 2017. Executive

Summary.

EBTKE, 2017. 11 Negara Bahas Potensi

Uranium.http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/03

/23/1163/11.negara.bahas.potensi.uranium,

Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (KESDM). Diakses pada tanggal

26/09/2017/16.56/

EBTKE, 2017. 37 Permintaan energi dunia

meningkat.http://www3.esdm.go.id/berita/um

um/37-umum/2133-hingga-2030 permintaan-

energi-dunia-meningkat-45-.html. Diakses

Tanggal 26/09/2017/ 6.45/..

Nucleartourist, Pressurized Water Reactor

(PWR).http://www.nucleartourist.com/type/p

wr.htm. Diakses Tanggal 27/09/2017/15.06/.

Wikipedia, 2017 Protactinium.

https://en.wikipedia.org/wiki/Protactinium

12/10/2017/ 14.18

E - 05

Page 97: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

82

Studi Eksperimental Pengaruh Suhu Karbonisasi pada Prototipe Electrical Carbonization Furnace (ECF) terhadap Rendemen dan

Analisis Proksimat Karbon Aktif dari Limbah Tempurung Kelapa

Enggal Nurisman1,*, Amiliza Miarti2 dan Ahmad Sharul3 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Inderalaya–Prabumulih KM. 32 Inderalaya, Indonesia

2Jurusan Teknik Pengolahan Migas Politeknik Akamigas Palembang

Jalan Kebon Jahe, Gedung Diklat Komperta Plaju, Palembang, Indonesia

* email: [email protected]

Abstrak

Tempurung kelapa sebagai limbah hasil perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Proses pembuatan karbon aktif dilakukan melalui tahapan preparasi, karbonisasi dan proses aktivasi menggunakan HCl. Tahapan karbonisasi dilakukan dengan menggunakan prototipe alat Electrical Carbonization Furnace (EFC) pada variasi suhu 450ᵒC, 475ᵒC, dan 500ᵒC dengan waktu tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan temperatur karbonisasi menyebabkan rendemen karbon aktif semakin sedikit sedangkan kadar analisis fixed carbon (FC) meningkat. Hasil karbonisasi dengan rendemen arang paling banyak diperoleh pada suhu karbonisasi 450 oC dan waktu 1,5 jam yaitu sebanyak 28,448 %. Setelah melalui proses aktivasi dan analisis diketahui bahwa kandungan fixed carbon yang terbaik sebesar 62,45 % diperoleh pada temperatur 475ᵒC

Kata kunci : Karbon aktif, Furnace, Tempurung Kelapa, Karbonisasi

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan yang

beriklim tropis merupakan negara yang

memiliki luas area perkebunan kelapa dan

produksi yang besar. Pada tahun 2015, total

luas areal perkebunan kelapa mencapai

3.585.599 hektar dan produksi kopra

sebanyak 2.920.665 ton (Dirjen Perkebunan,

2016). Dalam proses pengolahannya,

umumnya daging kelapa diambil untuk

menghasilkan produk turunan sedangkan

tempurungnya umumnya dibuang dan

dianggap limbah. Limbah kelapa tersebut

dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan

tangan maupun arang. Arang tempurung

kelapa merupakan produk utama dari proses

pirolisis tempurung kelapa dan hasil

sampingnya yaitu komponen volatil, air dan

abu (Palungkun, 1992; Woodroof, 1970).

Komponen penyusun arang terdiri dari karbon

terikat, abu, air, nitrogen dan sulfur. Sebagian

besar pori-pori arang masih tertutup dengan

hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain

(Marsh dan Reinoso, 2005; Bansal dan Goyal,

2005).

Karbon aktif termasuk salah satu produk

lanjutan dari arang tempurung yang bernilai

ekonomis tinggi. Karbon aktif adalah arang

yang telah diaktivasi sehingga pori-porinya

terbuka dan luas permukaannya bertambah

luas sekitar 300 sampai 2000 m2 /g.

Permukaan yang bertambah luas ini

E - 11

Page 98: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

83

menyebabkan karbon aktif mempunyai daya

serap/adsorpsi yang makin tinggi terhadap gas

atau cairan (Kirk dan Othmer, 2006).

Metode aktivasi yang umum digunakan

pada pembuatan karbon aktif adalah aktivasi

fisika dan aktivasi kimia. Proses aktivasi

fisika adalah aktivasi yang dilakukan untuk

pengembangan pori dari karbon aktif dengan

bantuan uap panas dan gas pengaktif inert

pada kondisi temperatur yang tinggi antara

800-1100°C (Teng dkk.,1998; Hong dkk.,

2000; Lee dan Lee, 2001; Rodenas dkk.,

2003). Temperatur aktivasi merupakan salah

satu variabel yang sangat mempengaruhi

karakteristik karbon aktif. Pada kondisi

operasi temperatur tinggi tanpa udara akan

menghasilkan kualitas karbon aktif bermutu

tinggi yang komponen-komponen volatil akan

hilang, sehingga kadar karbon terikat juga

menjadi tinggi. Namun demikian proses

aktivasi fisika yang dilakukan pada kondisi

temperatur tinggi harus membutuhkan energi

listrik yang cukup besar dan juga gas

pengaktif

Proses aktivasi kimia pada pembuatan

karbon aktif dengan menggunakan aktivator

dapat memberikan keuntungan, antara lain

aktivasi karbon dapat berlangsung pada

kondisi temperatur dan tekanan operasinya

relatif rendah. Selain itu efek penggunaan

aktivator kimia mampu meningkatkan jumlah

pori-pori dalam karbon aktif hasil aktivasi

(Lillo-Rodenas dkk., 2004; Suzuki, 2007)

Penelitian tentang karbon aktif telah

banyak dilakukan dengan menggunakan

bahan baku yang mengandung karbon, jenis

aktivator, dan gas pengaktif berbeda.

Beberapa peneliti (Sricharoenchaikul dkk.,

2008; Kennedy dkk., 2004; Tawalbeh dkk.,

2005), telah menggunakan antara lain KOH,

NaOH, ZnCl2, KCl, H3PO4, dan HCl sebagai

aktivator dalam pembuatan karbon aktif

dengan aktivasi kimia. Ternyata penggunaan

aktivator-aktivator tersebut memberikan efek

yang berbeda-beda terhadap luas permukaan

maupun volume pori karbon aktif yang

dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena

kondisi, prosedur dan karakteristik sifat

kimia-fisika yang dilakukan berbeda.

Bebarapa cara aktivasi arang dapat

dilakukan misalnya dengan pemanasan

terhadap tempurung kelapa yang dikenal

dengan aktivasi secara fisika, selanjutnya

aktivasi secara kimia yang menggunakan zat-

zat kimia sebagai aktivator, yaitu asam fosfat

(H3PO4), kalium karbonat (K2CO3) atau seng

klorida (ZnCl2), kalium hidroxid (KOH) dan

asam klorida (HCl) [Sudrajat, 1991].

Pada penelitian ini tempurung kelapa akan

dipanaskan pada prototipe Electical

Carbonization Furnace (ECF) dengan

temperatur 450ᵒC-600ᵒC dan penambahan

activating agent pada arang berupa HCL 4:1

pada pembuatan karbon aktif menggunakan

arang tempurung kelapa yang diaktivasi

secara kimia dengan aktivator asam klorida

(HCL). Asam klorida dipilih karena harganya

relatif lebih murah dibandingkan aktivator

bahan.kimia lainnya.

Metodologi Penelitian

Bahan utama penelitian ini berupa

tempurung kelapa dan aktivator bahan kimia

asam klorida (HCL). Adapun skema diagram

alir penelitian yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

Gambar .1. Skema diagram alir penelitian

a) Preparasi

Page 99: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

84

Tempurung kelapa dibersihkan dari

serabut, dipotong-potong kecil dan

dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2

hari. Selanjutnya bahan baku ditimbang

sebanyak 1 kg dan direduksi kembali

menjadi ukuran 4 mesh.

Gambar 2. Pengukuran berat sampel yang

telah dipreparasi

Dalam setiap sampel penelitian digunakan

tempurung kelapa sebanyak 100 g dan

selanjutnya dilakukan analisis kadar air,

volatile, abu dan fix carbon dari sampel bahan

baku tersebut

b) Karbonisasi

Karbonisasi merupakan proses pirolisis

yang bertujuan untuk mengubah tempurung

kelapa menjadi arang. Adapun tahap

karbonisasi yang dilakukan sebagai berikut :

• Persiapkan sampel tempurung kelapa

yang sudah dipreparasi sebanyak 100

gram dengan ukuran 40 mesh lalu

dimasukkan ke cawan karbonasi

• Cawan karbonisasi selanjutnya

dimaksukkan kedalam ECF V.1.2 yang

telah diatur berdasarkan suhu karbonisasi

yang telah ditetapkan

• Proses karbonisasi berlangsung selama

waktu 1,5 jam 2 jam dan 2,5 jam dan

dipanaskan pada suhu yang bervariasi

pada 450oC, 475oC dan 500oC

• Setelah melalui tahapan waktu dan

temperatur yang telah ditentukan, produk

arang yang dihasilkan didinginkan

sampai mencapai temperatur normal di

dalam desikator.

Gambar 3. Sampel yang akan

dikarbonisasi dalam ECF

Proses karbonisasi tersebut berlangsung

pada prototipe peralatan Electrical

Carbonization Furnace (ECF) V.1.2

sebagaimana yang tertera pada gambar 4.

C) Tahap Aktivasi

Setelah karbonisasi selanjutnya dilakukan

proses aktivasi kimia agar dapat

meningkatkan jumlah pori-pori dalam karbon

aktif hasil aktivasi. Adapun langkah kerja

dalam tahap aktivasi tersebut antara lain :

• Arang tempurung kelapa dihaluskan

sampai berbentuk serbuk dengan ukuran

100 mesh.

• Selanjutnya arang tersebut direndam

dengan larutan HCL selama 24 jam.

• Selanjutnya arang tersebut direndam

dengan larutan HCL selama 24 jam.

• Setelah direndam selama 24 jam,

kemudian disaring

• Residu serbuk arang tempurung

kelapa yang diperoleh, dioven pada suhu

105oC selama ±1 jam, bertujuan untuk

menghilangkan cairan yang masih terdapat

pada serbuk arang tempurung kelapa.

Gambar 4. Prototipe Peralatan ECF V.1.2

d) Tahap Analisis

Karbon aktif yang dihasilkan selanjutnya

dianalisa berdasarkan analisis proximate yang

bertujuan untuk mengetahui beberapa

karakteristik, atau kandungan yang terdapat

didalam tempurung kelapa dan karbon aktif

yang dihitung dalam bentuk % berat (% wt)

pada kondisi dry basis (db). Variabel yang

diamati terdiri dari Volatile Matter, Ash

content dan Fixed Carbon. Hal ini

dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana

E - 11

Page 100: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

85

perubahan karakteristik tempurung kelapa

setelah dikonversi menjadi menjadi karbon

aktif.

Gambar 5. Tahap aktivasi kimia karbon

aktif dari tempurung kelapa

Hasil dan Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan

didapatkan hasil sebagai berikut :

a) Analisis Bahan baku

Hasil analisis dari tempurung kelapa yang

digunakan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah

ini :

Tabel 1. Hasil analisis bahan baku Bahanbaku Komponen Kandungan(% wt)

BatokKelapa

Moisture 10,99

Volatile Matter 63,17

Ash Content 13,03

Fixed Carbon 12,81

Analisis bahan baku tempurung kelapa

menunjukkan kandungan kadar air sebesar

10,99%, volatile 63,17 %, abu 13,03 % dan

karbon tertambat 12,81%. Melalui proses

karbonisasi diharapkan akan mampu

menurunkan volatile matter dan menaikkan

kadar karbon tertambatnya secara signifikan.

b) Analisis Pengaruh Temperatur

Karbonisasi terhadap kuantitas produk

arang

Pengaruh temperatur terhadap rendemen

arang yang dihasilkan ditunjukkan pada

Gambar 6. Pada gambar tersebut grafik

memperlihatkan jumlah arang dihasilkan

mengalami penurunan dari suhu 450ᵒC

sampai 500ᵒC yang semula memiliki berat

awal tiap sampel tempurung kelapa sebanyak

100 gr Pada waktu karbonisasi 1,5 jam di

suhu 450ᵒC arang yang dihasilkan memiliki

berat sebanyak 28,4481 gr, di suhu 475ᵒC

beratnya berkurang menjadi 27,1429 gr, dan

semakin berkurang pada suhu 500ᵒC menjadi

26,7805 gr.

Kecendrungan yang sama juga

ditunjukkan dalam gambar 7. Grafik tersebut

memperlihatkan jumlah arang dihasilkan

mengalami penurunan dari suhu 450ᵒC

sampai 500 ᵒC pada masing-masing sampel.

Pada waktu karbonisasi 2 jam di suhu 450ᵒC

diperoleh arang dengan berat sebanyak

27,2807 gr, di suhu 475ᵒC memiliki berat

sebanyak 26,9074 gr, dan di suhu 500ᵒC

memiliki berat sebanyak 25,9614 gr.

Gambar 7. Pengaruh Suhu Karbonisasi

selama 2 jam terhadap kuantitas arang

Pada saat waktu karbonisasi ditingkatkan

menjadi 2,5 jam, peningkatan temperatur juga

menyebabkan penurunan rendemen arang.

Dampak peningkatan temperatur 450ᵒC,

475ᵒC, dan 500ᵒC masing-masing dapat

dilihat pada gambar 8

Gambar 8. Pengaruh Suhu Karbonisasi

selama 2,5 jam terhadap kuantitas arang

E - 11

Page 101: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

86

Dari gambar 8 diatas memperlihatkan

jumlah arang dihasilkan mengalami

penurunan pada saat kenaikan suhu 450ᵒC

sampai 500 ᵒC Pada waktu karbonisasi 2,5

jam di suhu 450ᵒC arang yang dihasilkan

sebanyak 25,3284 gr dan mengalami

penurunan pada suhu 475ᵒC menjadi 24,5864

gr. Rendemen arang semakin berkurang di

suhu 500ᵒC menjadi 23,2976 gr. Dengan

demikian, meskipun waktu proses karbonisasi

bervariasi dari 1,5 jam, 2 jam dan 2,5 jam,

semuanya menunjukkan kecendrungan yang

sama yaitu semakin tinggi temperatur

menunjukkan semakin sedikit rendemen

arang yang dihasilkan. Hasil karbonisasi

dengan rendemen arang paling banyak

diperoleh pada suhu karbonisasi 450 oC dan

waktu 1,5 jam yaitu sebanyak 28,448%.

Gambar 9. Pengaruh suhu karbonisasi

terhadap rendemen arang

Penurunan rendemen arang ini

menunjukkan bahwa adanya unsur atau

senyawa yang terurai selama proses

karbonisasi. Proses karbonisasi menurut R.

Sudrajat, 1994, terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Pada suhu 100oC – 120oC terjadi

penguapan air dan sampai suhu 270oC mulai

terjadi penguraian selulosa.

2. Pada suhu 270 oC – 310 oC reaksi

eksotermik berlangsung dimana terjadi

peruraian selulosa secara intensif menjadi

larutan piroligant, gas kayu, dan sedikit tar.

3. Pada suhu 310 oC – 500 oC terjadi

peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak tar

sedangkan larutan pirolignat menurun, gas

CO2 menurun sedangkan gas CO, CH4 dan H2

meningkat.

4. Pada suhu 500 – 1000 oC merupakan

tahap dari pemurnian arang atau kadar

karbon.

Berdasarkan tahap tersebut maka

dapat diketahui bahwa penurunan rendemen

arang jika dibandingkan bahan baku

tempurung kelapa sebagai akibat penguraian

unsur selulosa yang selanjutnya terurai

menjadi gas-gas yang bersifat volatil.

c) Pengaruh Temperatur Karbonisasi

terhadap analisis proksimat karbon

aktif

Setelah dilakukan proses aktivasi maka

untuk mengetahui apakah nilai kualitas

karbon aktif yang dihasilkan memenuhi

standar persyaratan maka dilakukan analisis

proksimat berdasarkan prinsip gravimetri.

Adapun hasil analisa terhadap arang aktif

yang dihasilkan dinyatakan dalam tabel 2

berikut

Tabel 2. Hasil analisis prokssimat

karbon aktif tempurung kelapa

Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa setelah

dilakukan proses analisis ternyata terdapat

penurunan unsur volatile dari karbon aktif

yang dihasilkan secara signifikan jika

dibandingkan dengan bahan baku. Awalnya

tempurung kelapa memiliki unsur volatile

sebesar 63,17 % dan setelah dikarbonisasi

dan diaktivasi dengan HCl, komponen

volatilenya berkurang menjadi 26,299 % pada

suhu karbonisasi 500 oC selama 2 jam. Hal ini

dapat dilihat pada gambar 10 berikut

No Waktu (jam)

Temperatur (oC)

Volatile (%)

Ash (%)

Fix Carbon

(%)

1

1,5

450 30,309 16,877 52,814

475 29,223 14,056 57,572

500 26,313 12,820 60,867

2 2

450 27,380 13,450 59,170

475 28,371 14,007 59,443

500 26,299 12,240 61,461

3 2,5

450 28,651 12,757 58,592

475 26,550 11,004 62,446

500 26,545 12,635 60,820

Page 102: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

87

Gambar 10. Pengaruh suhu karbonisasi

terhadap volatile matter

Berdasarkan grafik tersebut dapat diamati

bahwa peningkatan suhu karbonisis

menyebabkan terjadinya penurunan

kandungan volalite matter. Pada dasarnya,

karbonisasi merupakan suatu proses untuk

mengkonversi bahan organik menjadi arang.

Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat

yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2,

formaldehid, metana, formic dan acetil acid

serta zat yang tidak terbakar seperti CO2, H2O

dan tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada

proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi

dan dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.

Selain komponen volatile matter,

peningkatan suhu karbonisasi juga

berpengaruh pada komponen abu (ash

content). Hal ini ditunjukkan pada gambar 11

dibawah ini.

Gambar 11. Pengaruh Suhu Karbonisasi

terhadap kadar abu karbon aktif

Grafik tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi temperatur menyebabkan

terjadinya penurunan kadar abu. Kadar abu

terendah sebesar 12,240 % yang dihasilkan

pada proses karbonisasi pada suhu 500oC

selama 2 jam. Ash merupakan residu

anorganik hasil pembakaran karbon aktif, ash

dalam karbon aktif terdiri dari inherent

dan extraneous. Inherent ash ada dalam

karbon aktif sejak pada masa pembentukan

karbon aktif dan keberadaan dalam karbon

aktif terikat secara kimia dalam struktur

molekul karbon aktif sedangkan Extraneous

Ash, berasal dari dilusi atau sumber abu

lainnya yang berasal dari luar karbon aktif.

Faktor inilah yang menyebabkan

terbentuknya ash content pada karbon aktif.

Setelah dianalisis kadar volatile matter dan

kadar abunya, maka kandungan karbon

tertambat (fixed carbon) dapat diketahui.

Karena kandungan fixed carbon dipengaruhi

oleh unsur volatile matter dan abu

menyebabkan kadar fixed carbon dari proses

karbonisasi menunjukkan hasil yang

bervariasi sebagaima yang ditunjukkan pada

gambar 12.

Gambar 12. Pengaruh Suhu Karbonisasi

terhadap fixed carbon

Pada proses karbonisasi selama 1,5 jam

dan 2 jam menunjukkan bahwa semakin

tinggi suhu karbonisasi menyebabkan

semakin tinggi kadar fixed carbon. Namun

pada pada saat proses pemanasan

ditingkatkan selama 2,5 jam, maka awalnya

terjadi peningkatan fixed carbon dari suhu

450 oC – 475 oC. Namun ketika suhu

dinaikkan menjadi 500 oC justru kadar fixed

carbon mengalami penurunan. Perbedaan

kondisi kadar fixed carbon tersebut

kemungkinan diakibatnya adanya

kontaminasi unsur dari luar selama proses

aktivasi arang aktif berupa extraneous ash

yang berasal dari dilusi atau sumber abu

E - 11

Page 103: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

88

lainnya yang berasal dari luar karbon aktif.

Kadar abu yang meningkat akan

menyebabkan penurunan kadar fixed carbon.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peningkatan temperatur karbonisasi

menyebabkan rendemen arang untuk karbon

aktif semakin sedikit sedangkan kadar analisis

fixed carbon (FC) meningkat. Hasil

karbonisasi dengan rendemen arang paling

banyak diperoleh pada suhu karbonisasi

450oC dan waktu 1,5 jam yaitu sebanyak

28,448 %. Setelah melalui proses aktivasi dan

analisis diketahui bahwa kandungan fixed

carbon yang tertinggi sebesar 62,45 %

diperoleh pada temperatur 475ᵒC

Daftar Pustaka

[1] Anonim, Statistik Perkebunan Indonesia

2015-2017 : Kelapa, Sekretariat Dijen

Perkebunan Kementerian Pertanian.

Jakarta,2016

[2] P Rizki, Istria. Pengaruh Aktivas Arang

Aktif dari Tongkol Jagung dan

Tempurung Kelapa Terhadap Luas

Permukaan dan Daya Jerap Iodin,

Univesitas Negeri Semarang, 2015

[3] Jamilatun, Siti.,Pembuatan Arang Aktif

dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya

untuk Penjernihan Asap Cair. Jurnal

Spektrum Industri 2014, Vol. 12, No. 1, 1

– 112, ISSN : 1963-6590. pp. 75-76

(2014)

[4] M.Pakiding. Lewi., Online Jurnal of

Natural Science, Vol.3(1): 47-54, ISSN:

2338-0950, hlm. 46-49 (2014).

[5] Santoso, Adi. 2017. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan

http://sisni.bsn.go.id/index.php?/lembinsp

/inspeksi/detail/7637. 20 April 2017.

[6] Turmuzi,Muhammad.,Pengaruh

Temperatur Dalam Pembuatan Karbon

Aktif Dari Kulit Salak (Salacca

Sumatrana) Dengan Aktifator Seng

Klorida (ZnCl2). Jurnal Teknik Kimia

USU, Vol. 4, No. 2. Hlm. 59 (2015)

[7] Tamado, Daniel., Sifat Termal Karbon

Aktif Berbahan Arang Tempurung

Kelapa Seminar Nasional Fisika

Universitas Negeri Jakarta. Hlm. 74

(2013)

[8] Sudrajat, R, Pari, G, Arang Aktif :

Teknologi Pengolahan dan Masa

Depannya, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan, Jakarta, 2008.

[9] Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batubara: Preparasi Batubara – Kontrol Kualitas, NEDO, 2003.

Page 104: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

89

Upaya Konservasi Tanaman Merbau (Intsia palembanica) Di Lahan Reklamasi Pasca Tambang PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Wisjnoe Adjie1, Arif hadi1, Dedy Saptaria Rosa1, Amarudin1*, Adi Arti Elettaria1

PT. Bukit Asam (Persero), Tbk., Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Indonesia; Tlp. (0734) 451202; Fax. (0734) 451095; email: [email protected]

Abstrak

Merbau (Intsia palembanica) merupakan salah satu tanaman lokal endemik Sumatera Selatan yang

status konservasinya telah masuk dalam Red List IUCN sebagai jenis yang beresiko punah karena

eksploitasi komersial, sedangkan menurut the Convention on the Trade in Endangered Species of

Wild Flora and Fauna (CITES), merbau diklasifikasikan sebagai jenis yang vulnerable (CITES

Appendix III). Demikian pula menurut the World Conservation Monitoring Centre (WCMC), jenis

ini tergolong jenis yang terancam (threatened). PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. merupakan salah

satu perusahaan pertambangan di Sumatera Selatan yang berupaya melestarikan keanekaragaman

hayati khususnya di lahan pasca tambang dan sekitarnya, diantaranya tanaman merbau. Upaya

konservasi tanaman merbau yang dilakukan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. yaitu melalui

pembibitan dan penanaman tanaman merbau di lahan reklamasi, kegiatan green mining di luar

tambang serta pembangunan sumber benih merbau tersertifikasi. Target produksi bibit merbau di

persemaian PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. yaitu sebanyak 5.000 bibit per tahun. Total penanaman

mulai tahun 2010 sampai dengan Juni 2017 sebanyak 70.562 batang. Sumber benih merbau yang

dibangun pada tahun 2012 seluas 1,9 Ha telah mampu menghasilkan benih sebanyak ± 325 kg.

Kata kunci : Intsia palembanica, konservasi, tanaman endemik, lahan reklamasi.

Pendahuluan

Merbau (Intsia palembanica) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang menghasilkan jenis kayu komersial dengan nilai ekonomi yang tinggi. Kualitas kayu yang tinggi menjadikan tanaman merbau sebagai primadona di dalam perindustrian kayu. Nilai ekonomi serta kualitas kayu yang tinggi membuat tanaman ini banyak dilirik oleh para pengusaha kayu baik dari dalam maupun luar negeri. Sulitnya pengurusan perizinan eksploitasi kayu merbau ini membuat semakin maraknya kegiatan pembalakan liar (illegal logging). Eksploitasi tanaman merbau yang berlebihan tanpa didukung dengan pembudidayaan tanaman yang intensif dapat menyebabkan kelangkaan terhadap spesies lokal ini. Di Sumatera Selatan sendiri, jenis tanaman merbau (Intsia palembanica) yang

merupakan jenis tanaman lokal endemik mulai sulit ditemukan. Bahkan status konservasi merbau di Indonesia telah masuk dalam Red List IUCN sebagai jenis yang beresiko punah karena eksploitasi komersial, sedangkan menurut the Convention on the Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), merbau diklasifikasikan sebagai jenis yang vulnerable (CITES Appendix III). Demikian pula menurut the World Conservation Monitoring Centre (WCMC), jenis ini tergolong jenis yang terancam (threatened) [1].

PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. merupakan salah satu perusahaan pertambangan di Sumatera Selatan yang di dalam perizinannya diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan reklamasi lahan pasca tambang. Di dalam upaya reklamasi tersebut diharapkan mampu

KH - 07

Page 105: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

90

mengembalikan spesies-spesies yang hilang akibat kegiatan pertambangan khususnya spesies endemik yang semula mengisi rona awal lahan sebelum penambangan serta menambah jenis spesies lain baik jenis endemik maupun eksotik di lahan reklamasi tersebut seperti tanaman merbau untuk meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati khususnya di lahan pasca tambang dan sekitarnya. Merbau (Intsia palembanica) sendiri merupakan jenis tanaman lokal Sumatera Selatan yang hampir tidak ditemukan pada saat inventarisasi rona awal tegakan sebelum penambangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu

adanya upaya penyelamatan tanaman merbau

ini dari ancaman kepunahan. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan

konservasi khususnya di lahan reklamasi

pasca tambang PT. Bukit Asam (Persero),

Tbk. sehingga dengan adanya upaya tersebut

diharapkan dapat membantu melestarikan

spesies tanaman yang terancam punah.

Upaya Konservasi

Konservasi adalah upaya untuk menjamin

keberlangsungan keberadaan jenis, habitat

dan komunitas biologis serta interaksi antar

jenis dan jenis dengan ekosistem. Strategi

konservasi dapat dicapai melalui proteksi

populasi di habitat alaminya (biasa disebut

konservasi in-situ) atau melalui konservasi

ex-situ [2].

Pembibitan. Bibit merbau dapat

diproduksi secara generatif yaitu dengan

benih maupun secara vegetatif yaitu dengan

stek pucuk. Namun demikian, saat ini

perbanyakan dengan menggunakan benih

merupakan pilihan utama. Benih merbau

memiliki kualitas kulit yang keras sehingga

untuk mempercepat perkecambahannya

dilakukan dengan mengikir kulit benih di

bagian tempat tumbuhnya calon akar

kemudian dikecambahkan pada media pasir

halus yang telah diayak untuk mendapatkan

ukuran media yang seragam. Setelah tumbuh,

semai merbau di pindahkan ke polybag

bermedia tanah dan pupuk bokashi dengan

perbandingan 1:1. Semai yang telah disapih

ditempatkan pada lokasi yang ternaung.

Pemeliharaan yang dilakukan di persemaian

antara lain penyiraman yang dilakukan secara

kontinyu setiap pagi, penyiangan,

pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Bibit dengan ukuran tinggi ± 60 - 100 cm dan

dalam kondisi sehat siap untuk ditanam di

lapangan. Target produksi bibit merbau di

persemaian PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

yaitu sebanyak 5.000 bibit per tahun.

Gambar 1. Pembibitan Tanaman Merbau

Penanaman. Kegiatan penanaman diawali

dengan pengolahan tanah menggunakan bajak

untuk memperbaiki aerasi tanah serta

memudahkan pada saat kegiatan penanaman.

Kemudian dilakukan penanaman cover crop

untuk mencegah terjadinya erosi terutama

yang diakibatkan oleh limpasan air hujan.

Setelah penanaman cover crop barulah

dilakukan penanaman tanaman pioner.

Setelah tanaman pioner berumur 3 tahun

dilakukan pengkayaan melalui penanaman

tanaman merbau. Merbau ditanam sebagai

tanaman pengkayaan karena merbau

merupakan tanaman yang bersifat semi

toleran, artinya membutuhkan naungan pada

awal pertumbuhan. Penanaman dilakukan

disela-sela tanaman pionir (jarak tanam

tanaman pionir = 4 x 4 m) dengan ukuran

lubang tanam 30 x 30 x 30 cm. Proses

penanaman yang dilakukan yaitu dengan

menambahkan pupuk bokashi yang

merupakan pupuk kompos yang terbuat dari

bahan organik yang dibuat oleh masyarakat

setempat yang dibina PT. Bukit Asam

KH - 07

Page 106: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

91

(Persero), Tbk. melalui program SIBA

(Sentra Industri Bukit Asam) dengan dosis

sebanyak ± 3 kg bokashi per lubang

tanamnya. Kemudian memasukkan tanaman

yang telah dilepas polybagnya ke dalam

lubang tanam tersebut dan menutup lubang

tanam hingga leher akar tanaman dan

memadatkannya. Target penanaman merbau

oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. baik di

lahan pasca tambang maupun di luar tambang

sedikitnya 5.000 batang setiap tahunnya agar

tercapai kelestarian tanaman merbau dari

ancaman kepunahan. Sampai dengan Juni

2017, tanaman merbau yang sudah ditanam

adalah sebanyak 70.562 batang. Selain

tanaman merbau, PT. Bukit Asam (Persero),

Tbk. juga menanam jenis-jenis tanaman lokal

lainnya (Kelampayan, Tembesu, Bambang

Lanang dll). Pemeliharaan tanaman yang

dilakukan di lapangan lantara lain

penyiangan, pendangiran, pemupukan, serta

pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Gambar 2. Diagram Status Konservasi

Merbau Melalui Penanaman

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat

bahwa terjadi penurunan jumlah penanaman

merbau pada tahun 2013 dan 2014, akan

tetapi dari jumlah tersebut masih melebihi

target penanaman tanaman merbau sebanyak

5.000 batang/tahun. Walaupun demikian,

kegiatan penanaman yang telah dilakukan

sebagai upaya konservasi tanaman merbau

berpengaruh terhadap peningkatan status

tanaman merbau khususnya di lahan pasca

tambang PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Green Mining. Upaya konservasi lain juga

digalakkan melalui kegiatan green mining,

yaitu konsep penambangan yang ramah

lingkungan baik lingkungan hayati maupun

masyarakat. Kegiatan green mining

dilaksanakan bersama dengan masyarakat di

luar lokasi tambang seperti di pemukiman,

sekolah-sekolah, perkantoran, dan sarana

prasarana lainnya.

Gambar 3. Penanaman Tanaman Merbau

Pembangunan Sumber Benih. Sebagai

wujud komitmen perusahaan dalam

pelestarian keanekaragaman hayati, PT. Bukit

Asam (Persero), Tbk. membangun sumber

benih merbau. Sumber benih adalah suatu

tegakan hutan di dalam kawasan dan di luar

kawasan hutan yang dikelola guna

memproduksi benih berkualitas [3]. Tujuan

pembangunan sumber benih merbau yaitu

untuk menjaga kelestarian dan

mempertahankan tanaman merbau dari

ancaman kepunahan, serta dapat

menghasilkan benih berkualitas. Sumber

benih Merbau dibangun pada tahun 2012

seluas 1,9 Ha dan sampai dengan Juni 2017

telah mampu menghasilkan benih sebanyak ±

325 kg. Pada tahun 2017 sumber benih

tersebut telah disertifikasi oleh Balai

Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah

I dari Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK) dan termasuk dalam

kelas Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT).

Tujuan dilakukannya sertifikasi sumber benih

yaitu memberikan jaminan kebenaran

informasi tentang klasifikasi sumber benih

yang memenuhi kriteria dan standar [3].

KH - 07

Page 107: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

92

Gambar 4. Sumber Benih TBT Merbau

Kesimpulan

1. Upaya konservasi tanaman merbau yang

dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero),

Tbk. yaitu pembibitan, penanaman, green

mining di luar lahan pasca tambang serta

pembangunan sumber benih.

2. Target pembibitan dan penanaman

tanaman merbau adalah 5.000

batang/tahun.

3. Tanaman merbau yang sudah ditanam

sampai dengan Juni 2017 yaitu sebanyak

70.562 batang.

4. Perlunya upaya pemeliharaan tanaman

merbau secara kontinyu untuk menunjang

keberhasilan upaya konservasi.

Daftar Pustaka

[1] Tuheteru, Faisal Danu. 2010. Keragaman

dan Strategi Konservasi Genetik Jenis

Merbau (Intsia bijuga (Colebr.) O.

Kuntze) di Papua. Jurnal Mitra Hutan

Tanaman Vol. 5 No. 2, Agustus 2010,

Hal. 39-50.

[2] Siran, S. A. 2007. Status Riset Pengelolaan Dipterocarpa di Indonesia. Balai Penelitian Kehutanan Kalimantan. Samarinda.

[3] Peraturan Direktur Jenderal rehabilitasi

Lahan dan Perhutanan Sosial No. 03

Tahun 2007 tentang Pedoman Sertifikasi

Sumber Benih Tanaman Hutan.

KH - 07

Page 108: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

93

SEBARAN KANDUNGAN KARBON INORGANIK TERLARUT DI MUARA BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

Anna IS Purwiyanto, Fitri Agustriani, Wike AE Putri, Fauziyah

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

Corresponding author : [email protected]

ABSTRAK

Muara Banyuasin merupakan salah satu muara sungai terbesar Provinsi Sumatera Selatan yang berperan penting dalam mengontrol siklus biogeokimia di wilayah perairan Sumatera Selatan. Salah satunya adalah mengontrol difusi karbon perairan dan atmosfer. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran kandungan karbon inorganic terlarut atau dissolved inorganic carbon (DIC) di seluruh kawasan Muara Banyuasin, Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan pada bagian permukaan perairan pada saat surut dengan menggunakan 22 stasiun yang tersebar di seluruh wilayah muara. Pengukuran secara insitu dilakukan untuk kualitas air, seperti suhu, salinitas dan pH. Sedangkan pengukuran di laboratorium dilakukan untuk parameter DIC. Hasil penelitian menunjukkan kandungan DIC berkisar antara 23,884-112,316 µmol/kg dengan pH berkisar antara 7.41-8.82, salinitas pada kisaran 7-27 ‰ dan suhu perairan antara 24,6-30,2 °C

Kata kunci : karbon inorganik terlarut, Muara Banyuasin, Sebaran

PENDAHULUAN

Muara Banyuasin merupakan muara sungai di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki kondisi cukup kompleks, mengingat lokasinya yang dikelilingi oleh mangrove dan memperoleh masukkan air dari dua sungai besar yang padat aktifitas pada bagian hulu. Kompleksitas tersebut tentu saja secara tidak langsung akan mempengaruhi fungsi ekologis muara terutama berkaitan dengan pemanasan global, yaitu fungsi dalam siklus biogekimia. Sama halnya dengan perairan secara umum, Muara Banyuasin juga memiliki peran dalam mengontrol penyerapan dan pelepasan karbondioksida (CO2) antara atmosfer dan perairan. Terlebih lagi, kondisi muara yang dikelilingi oleh mangrove yang cukup tebal mengakibatkan fungsi biogeokimia pada perairan ini sangat diharapkan untuk menjaga CO2 dalam perairan maupun atmosfer.

Berkaitan dengan siklus karbon, perairan estuary merupakan perairan yang cenderung memperoleh pasokan karbon dari daratan. Hal ini tentu saja akan berimbas pada kondisi perairan estuary yang menjadi jenuh akan karbon dan selanjutnya berpengaruh dalam

peran perairan sebagai sink ataukah source karbon. Milliman and Syvitski (1992) dalam Adi dan Rustam (2010) mengemukakan bahwa sungai juga melepaskan karbon terlarut ke perairan pesisir hingga 0,25 – 0,4 x 105 g setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa perairan pesisir, termasuk estuary

didalamnya, ikut berperan penting terhadap budget karbon global. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat siklus karbon suatu perairan adalah karbon inorganic terlaut atau dissolved inorganic carbon (DIC). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi dan konsentrasi DIC di Muara Banyuasin sebagai tahap awal dalam penentuan peran Muara Banyuasin terhadap karbon global.

MATERI DAN METODE

Pengambilan sampel dan pengukuran parameter secara insitu dilakukan pada saat surut menuju pasang dan di lapisan permukaan. Pengukuran parameter insitu dilakukan di lapisan permukaan setiap stasiun penelitian dengan menggunakan peralatan portable.

PPL - 07

Page 109: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

94

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Adapun parameter yang diukur adalah suhu, salinitas, dan pH. Sedangkan sampel perairan diambil sebanyak 100 ml dan kemudian diawetkan dengan HgCl2. Metode pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan Dickson et al. (2007). Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam coolbox untuk dianalisis kandungan DIC di laboratorium. Analisis DIC dilakukan dengan metode titrasi sesuai Giggenbach dan Goguel (1989), yaitu menggunakan prinsip perubahan pH akibat penambahan HCl dan NaOH. Nilai DIC sendiri diperoleh dengan menggunakan persamaan (Afdal, 2011) :

Keterangan: A dan B = Volume HCl yang digunakan untuk menurunkan pH. C dan D = Volume NaOH yang digunakan untuk menaikkan pH. Vs = Volume sampel air laut yang dianalisa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter Kualitas Perairan

Kualitas perairan yang diukur dalam penelitian ini adalah pH, suhu, dan salinitas.

Hasil pengukuran parameter ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Air Muara Banyuasin

Parameter Min Max Rata-rata

Salinitas (‰)

pH

Suhu (oC)

7

7,72

24,6

27

8,62

30,2

20,36

8,16

29,4

Salinitas Muara Banyuasin berkisar antara 7 – 27 ‰ dengan salinitas tertinggi pada stasiun 2 dan terendah pada stasiun 13 (Gambar 2). Tingginya salinitas stasiun 2 karena lokasinya yang memang berada di luar muara dan terkena masukkan air laut secara langsung. Sedangkan rendahnya salinitas pada stasiun 13 karena masih adanya pengaruh air tawar dari sungai. Meskipun diketahui pengukuran salinitas dilakukan pada saat arus surut menuju pasang hingga pasang, namun pergerakan massa air juga membutuhkan waktu. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan salinitas yang cukup mencolok. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 dengan menggunakan 22 stasiun yang mencakup keseluruhan wilayah muara (Gambar 1).

PPL - 07

Page 110: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

95

Gambar 2. Sebaran salinitas Muara Banyuasin

Gambar 3. Sebaran pH perairan Muara Banyuasin

Gambar 4. Sebaran suhu perairan Muara Banyuasin

PPL - 07

Page 111: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

96

Gambar 5. Sebaran DIC Muara Banyuasin

Secara umum, pH perairan Muara Banyuasin bersifat basa dengan kisaran antara 7,62 – 8,62 dengan pH terendah pada stasiun 11 dan ph tertinggi pada stasiun 17 (Gambar 3). Nilai pH ini sesuai dengan penelitian Zulhaniarta et al. (2015) yang juga memperoleh hasil kisaran pH Muara Banyuasin antara 7,56 – 8,59 pada saat pasang dan 7,66 – 8,37 pada saat surut. Berdasarkan Gambar 2 diperoleh bahwa pH tertinggi terdapat di stasiun 17 yang memiliki letak dekat dengan kawasan mangrove di Tanjung Api-Api.

Hal ini diduga karena pengaruh dari arus pasang yang cenderung bergerak masuk menuju stasiun 16 dan 17. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Afdal et al. (2012) dimana variabilitas pH pada perairan dapat disebabkan oleh perbedaan massa air yang dibawa pada saat pasang dan surut, yaitu membawa massa air dengan pH tinggi pada saat pasang dan massa air dengan pH rendah pada saat surut. Suhu perairan Muara Banyuasin berkisar antara 24,6 – 30,2 dengan suhu terendah pada stasiun 10 dan tertinggi pada stasiun 17 (Gambar 4). Perbedaan suhu ini disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengukuran yang mempengaruhi antara bagian sungai dan mulut muara yang berhadapan langsung dengan laut. intensitas cahaya matahari yang diserap oleh perairan. Selain itu, kondisi cerah dan hujan yang berbeda pada setiap titik pada saat pengukuran dilakukan di

lapangan juga menjadi salah satu factor yang menentukan suhu perairan.

Kandungan DIC

Hasil analisis DIC menunjukkan bahwa kandungan DIC di Muara Banyuasin berkisar antara 23,884 – 112,316 µmol/kg. Konsentrasi DIC tertinggi ditunjukkan di stasiun 15 yang terletak tepat di depan Pelabuhan Tanjung Api-Api. Hal ini diduga karena adanya masukkan karbon antropogenik akibat kegiatan di sekitar pelabuhan. Namun demikian, diperlukan penelitian lebih jauh untuk membuktikan hal tersebut. Parameter DIC dapat menjadi buffer alam terhadap perubahan pH yang terjadi. Masuknya CO2 ke dalam perairan mengakibatkan terjadi reaksi antara CO2 dan H2O yang menghasilkan ion bikarbonat (HCO3

-) dan ion hydrogen (H+) sehingga akan nantinya akan mempngaruhi perubahan pH (Royal Society, 2005).

Nilai kandungan DIC pada Muara Banyuasin secara umum jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan perairan Pulau Payung, Sumatera Selatan yaitu 144,69 – 1080,91 µmol/kg (Purwiyanto dan Agustriani, 2017). Meskipun kedua lokasi ini memiliki jarak yang tidak terlalu jauh, dan sama-sama mendapat aliran massa air dari 2 buah sungai.

Analisis korelasi yang dilakukan terhadap parameter kualitas perairan dan DIC menunjukkan bahwa DIC memiliki korelasi

PPL - 07

Page 112: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

97

linier yang lebih tinggi dengan parameter pH dibandingkan parameter salinitas dan suhu, yaitu 0,46 untuk parameter pH, 0,35 untuk parameter salinitas, dan 0,03 untuk parameter suhu. Hubungan korelasi linier tersebut merupakan korelasi positif, yang berarti hubungan searah dimana perubahan salah satu parameter akan mempengaruhi variable parameter lain. Hubungan korelasi positif antara DIC dan pH juga diperoleh dalam penelitian Daulat et al. (2014) bahkan dengan nilai korelasi yang lebih besar (0,66)

KESIMPULAN

Kandungan DIC di perairan Muara Banyuasin berkisar antara 23,884-112,316 µmol/kg dengan konsentrasi tertinggi pada stasiun 15 (depan Pelabuhan Tanjung Api-Api). Konsentrasi DIC pada Muara Banyuasin memiliki korelasi linier positif dengan parameter pH dan salinitas.

DAFTAR PUSTAKA

Adi NS dan A Rustam. 2009. Studi Awal Pengukuran Sistem CO2 Di Teluk Banten. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan VI ISOI 2009

Afdal. 2011. Pertukaran Gas CO2 Di Perairan Pesisir : Studi Kasus Di Selat Nasik, Belitung Dan Estuari Donan, Cilacap Udara-Laut [Thesis]. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Afdal, RF Kaswadji, AF Koropitan. 2012. Pertukaran Gas Co2 Udara-Laut Di Perairan Selat Nasik, Belitung. J. Segara 8 (1) : 9-17

Daulat A, MA Kusumaningtyas, RA Adi, WS Pranowo. 2014. Sebaran kandungan CO2 terlarut di perairan pesisir selatan Kepulauan Natuna. Depik 3 (2) : 166-177

Dickson, A.G., C.L. Sabine, J.R. Christian (Eds). 2007. Guide to best practice for ocean co2 measurements.vPICES Special Publication 3, 191 pp. British Columbia, Canada.

Giggenbach, W.F., R.L. Goguel. 1989. Collection and analysis of geothermal and volcanic water and gas diskharges.

Report No. CD 2401, 4th edition. Chemistry Division , Department of Scientific and Industrial Research. Peton, New Zealand.

Purwiyanto, AIS dan F Agustriani. 2017. Assessment of Carbon Status in Marine Protected Area of Payung Island Waters, South Sumatera Province, Indonesia. Indonesian Journal of Marine Science 22 (1) : 1-6

Royal Society. 2005. Ocean acidification due to increasing atmospheric carbon dioxide. Policy Document 12/05. The Royal Society,1-68., London

Sari, SHJ dan LI Harlyan. 2015. Kelayakan Kualitas Perairan Sekitar Mangrove Center Tuban Untuk Aplikasi Alat Pengumpul Kerang Hijau (Perna Viridis L.). Research Journal of Life Science 02 (01) : 60-68

Susiana. 2015. Analisis Kualitas Air Ekosistem Mangrove di Estuari Perancak, Bali. doi : 10.17605/OSF.IO/4U3AB.

https://www.researchgate.net/publication/317276935_Analisis_kualitas_air_ekosistem_mangrove_di_estuari_Perancak_Bali

Zulhaniarta, D., Fauziyah, AI Sunaryo, dan R Aryawati. 2012. Sebaran Konsentrasi Klorofil-A Terhadap Nutrien Di Muara Sungai Banyuasin Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal 7 (1) : 9-20

PPL - 07

Page 113: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

99

Peluang Komposter ‘De Kotiq’ dalam Infrastruktur Persampahan Kota Mendukung Pembangunan Inklusif

Sitti Sarifa Kartika Kinasih

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Indo Global Mandiri

Jl. Sudirman No. 624 Palembang

*[email protected]

Abstrak

Beban kota-kota dimasa depan akan semakin tak terkendali apabila tidak dilakukan perubahan manajemen persampahan, karena manusia abad ini mengalami perubahan pesat yang memicu perilaku konsumsi menjadi semakin kurang terkendali. Adapun Palembang adalah kota internasional, untuk itu harus menjaga estetika kotanya. Salah satunya yakni dengan menjaga sungai dan lingkungannya tidak tercemar oleh sampah dan limbah. Data spider web per kawasan kumuh dalam dokumen Slum Improvement Action Plan (SIAP) 2015-2019 Kota Palembang menunjukkan bahwa permasalahan persampahan merupakan masalah yang hampir dominan dibandingkan 6 indikator lainnya. Persentase sampah organik terbukti paling besar daripada jenis sampah lain. Padahal sampah organik merupakan penghasil gas metana. Gas metana 20-30 kali lebih berbahaya daripada karbondioksida. Perpres RI Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah (PLTSa) akhirnya dibatalkan oleh MA karena dinilai bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya alternatif solusi mengurangi masalah persampahan kota sekaligus membangun perekonomian kota secara ramah lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan content analysis dan pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Komposter de Kotiq dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga di perkotaan untuk mengelola sampah basahnya. Pemanfaatan komposter secara masif diharapkan menjadi pendorong pembangunan inklusif di perkotaan karena dapat membuka lapangan pekerjaan, mendorong masyarakat untuk memilah sampahnya sehingga memudahkan industri daur ulang.

Kata kunci : sampah organik, komposter, sustainable, pembangunan inklusif, industri daur ulang

Pendahuluan

Data BAPPENAS (2015) memproyeksikan

penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan

pada tahun 2045 akan mencapai 82,37% dari

total penduduk. Maka beban kota akan

semakin tak terkendali apabila tidak

dilakukan perubahan manajemen

persampahan, karena manusia abad ini

mengalami perubahan pesat dan memicu

perilaku konsumsi menjadi semakin kurang

terkendali. Adapun Palembang adalah kota

internasional, untuk itu harus menjaga

estetika kotanya. Salah satunya yakni dengan

menjaga sungai dan lingkungannya agar

tidak dicemari oleh sampah-sampah dan

limbah.

Penelitian ini bertujuan untuk

menunjukkan adanya alternatif solusi

mengurangi masalah persampahan kota

sekaligus membangun perekonomian kota

secara ramah lingkungan untuk meningkatkan

penyerapan jumlah pengangguran melalui

pembangunan inklusif.

Tinjauan Pustaka

Komposter

PPL - 10

Page 114: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

100

Dalam Petunjuk Teknis Pt S-06-2000-C

Dept. Kimpraswil, disebutkan bahwa

komposter rumah tangga adalah alat yang

digunakan untuk mengolah sampah dapur

menjadi kompos terdiri dari 2 unit dipakai

secara bergantian ditempatkan secara

berdekatan atau terpisah. Kompos adalah

bentuk akhir dari bahan-bahan organik

sampah domestik setelah dekomposisi

(SNI:19-7030-2004). Sampah organik

domestik adalah sampah yang berasal dari

aktivitas permukiman antara lain sisa

makanan, daun, buah-buahan, sisa sayuran

(SNI:19-7030-2004).

Menurut NMC REKOMPAK-JRF dan

Dept. PU (2015), dalam proses perubahan

sampah organik menjadi kompos merupakan

proses metabolisme alami dengan bantuan

makhluk hidup. Untuk itu, ada beberapa

faktor yang wajib dipenuhi, diantaranya yaitu:

mikroorganisme atau mikroba (semakin

banyak jumlahnya, semakin baik); udara;

kelembaban sedang (50-70%); suhu ideal;

nutrisi; faktor lain seperti waktu, PH (derajat

keasaman), dan ukuran partikel sampah

organik. Rata-rata proses komposting

membutukan waktu sekitar 6-8 minggu.

Variasi waktu tergantung pada jenis sampah

organik dan ada tidaknya unsur tambahan

mempercepat proses komposting seperti

EM4.

Infrastruktur Persampahan Kota

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik

yang menyediakan transportasi, pengairan,

drainase, bangunan-bangunan gedung dan

fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg,

1988 dalam Kodatie, 2003). Di dalam UU No.

18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

disebutkan bahwa sampah adalah sisa

kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses

alam yang berbentuk padat. Pada pasal 6

disebutkan bahwa tugas pemerintah dan

pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 (menjamin terselenggaranya

pengelolaan sampah yang baik dan

berwawasan lingkungan) terdiri atas: a.

menumbuhkembangkan kesadaran

masyarakat dalam pengelolaan sampah; b.

melakukan penelitian, pengembangan

teknologi pengurangan, dan penanganan

sampah; c. memfasilitasi, mengembangkan,

dan melaksanakan upaya pengurangan,

penanganan, dan pemanfaatan sampah; d.

melaksanakan pengelolaan sampah dan

memfasilitasi penyediaan prasarana dan

sarana pengelolaan sampah; e. mendorong

dan memfasilitasi pengembangan manfaat

hasil pengolahan sampah; f. memfasilitasi

penerapan teknologi spesifik lokal yang

berkembang pada masyarakat setempat untuk

mengurangi dan menangani sampah; dan g.

melakukan koordinasi antarlembaga

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar

terdapat keterpaduan dalam pengelolaan

sampah.

Pembangunan Inklusif

United Nations Development Programme/

UNDP mendefinisikan pembangunan Inklusif

(PI) sebagai pembangunan ekonomi yang

melibatkan dan mengikutsertakan semua

warga negara (Prasetyantoko, dkk., 2012).

Artinya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi

jangan sampai mengabaikan kemiskinan dan

menafikan ketimpangan yang justru akan

melahirkan dan “mematangkan” frustasi

sosial di kalangan masyarakat bawah. Sebagai

agen pelaksana dan institusi solidaritas, PI

tidak saja bertumpu pada institusi negara

(birokrasi) tetapi juga institusi masyarakat

(masyarakat sipil, asosiasi warga, kelompok

agama, organisasi sosial, dan lain-lain). PI

dapat digambarkan dengan ciri sebagai

berikut:

a. Pertumbuhan ekonomi merupakan sasaran

penting, tapi bukan tujuan;

b. Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana

untuk tujuan kemakmuran bersama semua

orang dan warga negara;

c. Pertumbuhan ekonomi dan kebijakan

publik dapat berbuat banyak dalam

mengurangi kemiskinan dan ketimpangan;

d. Kebijakan dan institusi sosial non-

ekonomi. Institusi jamiman sosial, tata

pemerintahan/ kualitas pemerintah

PPL - 10

Page 115: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

101

memiliki kedudukan sama penting dengan

kebijakan ekonomi (moneter dan fiskal)

Metodologi Penelitian

Teknik yang digunakan adalah metode

kualitatif deskriptif induktif dengan metode

pengumpulan data berupa observasi,

dokumetasi, dan wawancara. Analisis

utamanya ialah content analysis. Langkah-

langkah yang dilakukan untuk melakukan

penelitian content analysis ini antara lain

(University of Surrey, 2017): 1) Membaca

transkrip (membuat catatan singkat saat

informasi menarik atau relevan ditemukan);

2) Mengamati catatan yang dibuat dan

mendaftar berbagai informasi yang

ditemukan; 3) Membaca daftar dan

mengkategorikan setiap item; 4) Identifikasi

apakah kategori dapat dikaitkan dengan suatu

cara dan mendaftarkannya sebagai

kategori/tema utama dan/atau kategori minor;

5) Membandingkan dan mengkontraskan

berbagai kategori besar dan kecil; 6) Jika ada

lebih dari satu transkrip, mengulangi 5 tahap

pertama; 7) Mengumpulkan semua kategori &

memeriksa rinci dan mempertimbangkan

apakah sesuai relevansinya; 8) Memastikan

informasi dikategorikan sebagaimana

mestinya; 9) Meninjau semua kategori dan

pastikan apakah beberapa kategori dapat

digabungkan/ dikategorikan sub-kategori; dan

10) Pastikan semua informasi yang perlu

dikelompokkan sudah selesai. Hal yang

penting dalam content analysis ini yakni

kategorisasi tersebut bertujuan untuk

klasifikasi, penyimpulan, dan tabulasi.

Hasil dan Pembahasan

Jumlah rumah tangga di Kota Palembang

tahun 2014 yakni 353.676 KK sedangkan

pada tahun 2011 terdapat 336.964 KK. Ini

menandakan terjadi peningkatan yang cukup

besar yaitu 16.712 KK selama 2011 menuju

2014 (BPS, 2015). Sebagai kota metropolitan

yang memiliki sangat banyak potensi, maka

Palembang harus memiliki perencanaan yang

matang dalam mempersiapkan segala

kemungkinan lonjakan penduduk di masa

yang akan datang, termasuk merencanakan

infrastruktur yang cukup dan baik.

Salah satu infrastruktur yang harus

diperhatikan ialah infrastruktur persampahan,

dimana dari data baseline dalam dokumen

SIAP Kota Palembang Tahun 2016,

menunjukkan bahwa selain masalah proteksi

kebakaran, juga terdapat masalah pengelolaan

sampah yang menjadi sebab utama kumuh

dan perlu penanganan. Masalah sarana dan

prasarana yang masih terbatas dari segi

kualitas maupun kuantitasnya, menjadi

kendala dalam pengelolaan sampah Kota

Palembang.

1. Sampah Organik Dominan dan

Sangat Berbahaya bagi Lapisan Ozon

Komposisi sampah domestik kota

Palembang didominasi oleh sampah organik

52,7% (% berat basah), sampah plastik 15,1%

dan sampah kertas 14,4% (Hadinata, 2009).

Untuk survei rumah tangga tersebut, Hadinata

menggunakan metode stratified random

sampling, berdasarkan komposisi pendapatan

masyarakat setempat, dengan asumsi bahwa

kuantitas dan komposisi sampah dipengaruhi

oleh tingkat pendapatan masyarakat.

Sampah organik juga mendominasi

sampah pasar, yaitu sebesar 69% sampah

organik (55% sampah basah ditambah 11%

sampah daun dan ditambah 3% sampah kayu)

diikuti sampah plastik 19% dan sampah kertas

11%. Hal ini mirip dengan hasil penelitian

Zurbrügg (2003) dimana menunjukkan bahwa

semua kota-kota di negara yang masih dalam

area Benua Asia yang ditelitinya, sampah

yang dominan adalah sampah organik seperti

terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1.Karakteristik Sampah Rata-rata di Perkotaan

Kategori Sampah (Persentase Rata-rata Berat Basah)

Kota Bio-degrad-able

Kertas

Plastik

Gelas Besi

Tekstil & Kulit

Inerts

debu/lainnya

PPL - 10

Page 116: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

102

Indonesi

a5

74 10 8 2 2 2 2

Dha

ka2

70 4.3 4.7 0.3 0.1 4.6 16

Kathman

du1

68,1 8,8 11,4 1,6 0,9 3,9 5,3

Bangkok1

53 9 19 3 1 7 8

Indi

a4

42 6 4 2 2 4 40

Kara

chi3

39 10 7 2 1 9 32

Han

oi1

50,1 4,2 5,5 - 2,5 37,7

Man

ila6

49 19 17 - 6 9

Sumber: 1

(UNEP, 2001), 2

(Kazi, 1999), 3

(APE, 2001), 4

(Akolkar, 2001), 5

(Walhi,

2001), 6

(World Bank, 2001) dalam Zurbrügg

(2003)

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase sampah biodegradable (organik) di Indonesia adalah 74%. Dibandingkan dengan era praindustri (tahun 1750), konsentrasi GRK saat ini mengalami peningkatan secara signifikan, yakni masing-masing mengalami kenaikan konsentrasi untuk CO2 sebesar 34%, CH4 sebesar 152% dan N2O sebesar 18%. Dalam jumlah mol yang sama, gas metan mempunyai efek rumah kaca yang lebih besar dibandingkan dengan gas CO2 karena daya menangkap panas CH4 adalah 25 × CO2 (Vlaming, 2008 dalam Thalib, 2011).

Penelitian tersebut memperkuat pernyataan Porteous (1992 dalam Suprihatin, dkk., 2003) yang menyebutkan metana memiliki efek 20-30 kali lebih besar

dibanding karbon dioksida. Sumber-sumber metana mencakup lahan persawahan, peternakan sapi, industri minyak dan gas, serta tempat-tempat pembuangan sampah (TPA).

Oleh karena itu, mengolah sampah organik menjadi sangat penting dan wajib dilakukan oleh masing-masing pihak yang menimbulkan sampah. Mindset NIMBY (Not in My Backyard) tidak dapat lagi digunakan dalam pengelolaan sampah.

2. Perencanaan Ideal Pengelolaan Persampahan Perkotaan

SNI 3242:2008 mengharuskan pengelolaan sampah menggunakan prinsip 3R yakni menerapkan reuse, reduce, dan recycling. Oleh karena itu, sesungguhnya komposter adalah alat yang wajib ada di setiap rumah. Mengenai aspek peran masyarakat, diantaranya: melakukan pemilahan sampah di sumber; melakukan pengelolaan sampah dengan konsep 3R; berkewajiban membayar iuran/retribusi sampah; mematuhi aturan pembuangan sampah yang ditetapkan; dan berperan aktif dalam sosialisasi pengelolaan sampah lingkungan.

Bagi lingkungan pemukiman, developer bertanggung jawab dalam: penyediaan lahan untuk pembangunan pengolahan sampah organik berupa pengomposan rumah tangga dan daur ulang sampah skala lingkungan serta TPS; menyediakan peralatan pengumpulan sampah; serta bagi developer yang membangun minimum 80 rumah harus menyediakan wadah komunal dan alat pengumpul.

Data yang diperlukan dalam perencanaan pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: peta penyebaran rumah, luas daerah yang dikelola, jumlah penduduk berpendapatan tinggi, menengah, dan rendah, ketersediaan lahan untuk lokasi TPS

PPL - 10

Page 117: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

103

dan daur ulang sampah lingkungan, dan lain-lain. Adapun spesifikasi peralatan dan bangunan minimal untuk pengelolaan persampahan, dapat dilihat pada tabel mengenai Spesifikasi Peralatan Persampahan dalam SNI 3242:2008.

Tabel tersebut dapat menunjukkan dengan jelas bahwa peralatan yang digunakan untuk mengangkut sampah dari sumber ke TPS seharusnya gerobak sampah bersekat karena yang diangkut adalah sampah organik dan sampah anorganik yang sudah terpilah dari sumbernya, dan sudah diletakkan di komposter komunal dan wadah komunal. Dalam tabel tersebut juga menunjukkan bahwa seharusnya terdapat bangunan pendaur ulang sampah skala lingkungan setidaknya tiap 1 RW.

3. Pentingnya Penggunaan Komposter di Lokasi Timbulan Sampah Organik

Problematika pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh Faizah (2008) di wilayah Gondolayu Lor, Yogyakarta menjelaskan hal-hal berikut:

1. Berdasarkan pengalaman pengurus RT/RW dengan pengelola sampah, hal paling sulit dalam implementasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat berupa kegiatan pemilahan sampah adalah bagaimana mengubah paradigma masyarakat dari “membuang sampah” menjadi “memanfaatkan sampah..

2. Pemerintah daerah belum memberikan apersepsi terhadap kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat merasa seolah-olah sama saja antara mereka yang sudah memilah sampahnya dengan yang belum memilah sampahnya.

3. Tidak ada mekanisme dan person yang memantau dan mengevaluasi kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan menerapkan prinsip 3R.

4. Kebijakan menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menerapkan prinsip 3R tidak diikuti ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang.

5. Pemilahan sampah yang dilakukan kadang masih kurang tuntas, masih ada sampah organik dan anorganik yang terbuang ke tong sampah campursari.

6. Problematika dalam kepengurusan adalah kaderisasi, yaitu bagaimana mencari pengurus baru yang memiliki kapabilitas dan integritas.

Dari pemaparan Faizah tersebut, kemudian penjelasan dalam diagram sistem pengelolaan sampah di permukiman yang dapat dipelajari dalam SNI 3242:2008, dan observasi serta wawancara dengan pelaku pemilahan sampah maupun periset sampah, dapat disimpulkan 4 hal utama yang penting harus ada dalam penerapan 3R di perkotaan, yakni:

a. motivasi masyarakat untuk memilah sampah harus besar (artinya harus ada edukasi publik mengenai sampah terus menerus), karena pemilahan sampah dari sumbernya merupakan ujung tombak program pengelolaan sampah

b. sarana komposter dan gerobak angkut terpisah (sampah organik dan anorganik) harus tersedia

c. lahan bank sampah dan pengelola bank sampah yang handal harus tersedia

d. industri daur ulang kertas, plastik, kaca, alumunium skala provinsi harus ada (agar efisien)

PPL - 10

Page 118: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

104

Dengan demikian terbukti bahwa komposter merupakan sarana utama dalam infrastruktur persampahan perkotaan. Komposter tiap rumah diperkirakan kelak akan menjadi kebutuhan pokok dan mendesak di banyak kota yang padat penduduk dan lahan terbatas, seperti halnya WC pada saat ini yang wajib tersedia di setiap rumah.

Gambar 1. Alternatif konsep desain

Sumber: Nasrullah, 2012

Berdasarkan analisis Nasrullah (2012) diketahui bahwa bentuk desain komposter yang paling banyak memiliki nilai positif adalah desain A dan E. Desain komposter de Kotiq berusaha untuk mengikuti penilaian tersebut. Penelitiannya menunjukkan bahwa desain A memiliki nilai positif dalam hal

kemudahan pemindahan alat, kemudahan memasukkan sampah, pengaliran endapan cairan, kemudahan pengambilan hasil kompos, dan kemudahan pembuatan. Desain E memiliki nilai positif dalam hal kemudahan pemindahan alat, ketahanan alat, kemudahan memasukkan sampah, pengaliran endapan cairan, dan kemudahan pembuatan. Dari sisi ketahanan alat, desain A mendapatkan nilai negatif, untuk itu diharapkan dengan menambahkan kulit kerang di bagian luar kayu, akan membuat lebih awet. Selain itu juga diperkuat dengan vernis. Nilai estetika desainnya juga diharapkan dapat mendorong para penggunanya untuk meletakkannya di tempat yang terlindung dari hujan.

Gambar 2. Komposter de Kotiq dan Komposter Fiberglass (umber: survei, 2017)

Gambar 3 yaitu komposter de Kotiq dimana kelemahan komposter ini ialah harga yang masih mahal yakni 310.000 rupiah. Adapun komposter fiberglass sebagai pasangannya lebih tahan terhadap hujan dan lebih murah. Diharapkan dengan adanya produksi yang lebih banyak akan dapat menurunkan harga produksi komposter.

4. Potensi Sampah, Pengangguran, Bank Sampah, dan Industri Daur Ulang

Patut disayangkan, budaya kita untuk membuang sampah mayoritas masih berupa open dumping (dibuang dan ditumpuk begitu saja) tanpa pemilahan. Proses tersebut

PPL - 10

Page 119: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

105

menyembunyikan bencana seperti bom waktu. Sebagaimana tragedi Leuwigajah dimana gunungan sampah yang menggunakan sistem open dumping sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk dan terpicu konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah sehingga menghantam dua pemukiman yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Sebanyak 157 jiwa melayang dan dua kampung terhapus dari peta meski berjarak satu kilometer lebih dari puncak tumpukan sampah (www.kompas.com, 2011). Selain itu, setiap tahun sekitar satu juta burung laut dan 100.000 mamalia laut (termasuk anjing laut) mati akibat sampah plastik yang tersebar di seluruh lautan (Inskipp, 2009).

Gambar 3. Jumlah Lapangan Kerja per Juta Ton Sampah yang Diproses (Sumber: Friends of Earth

dalam Morgan, 2009)

Gambar 5 menunjukkan bahwa peluang lapangan kerja sangat besar apabila pengelolaan sampah dilakukan dengan cara daur ulang. Morgan (2009) menyebutkan bahwa di Swiss, 90% botol kaca yang dijual mengalami daur ulang. Dua organisasi amal di Inggris (Alupro dan Tree Aid) mensponsori penanaman pohon di Burkina Faso (Afrika Barat) menggunakan uang dari mendaur ulang kaleng alumunium.

Para pengangguran sesungguhnya bisa menjadi potensi yang baik apabila treatment yang diberikan kepadanya juga baik. Pak

Iswanto (Penasehat dan Penggerak Pengelolaan Sampah Mandiri di Kampung Sukunan, Yogyakarta) dapat membuat pot dari campuran semen dan limbah styrofoam serta memberdayakan masyarakat untuk membuat kreasi kerajinan dari plastik bekas dan membuat pupuk dari sampah organik.

Kota merupakan wadah besar yang menjadi salah satu penanggung jawab atas potensi tersebut. Salah satu solusinya ialah dengan memasifkan bank sampah dan membuat industri daur ulang kertas, plastik, kaca, dan alumunium skala provinsi.

Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Kemaritiman mempelajari pemanfaatan sampah plastik di India yang bisa diubah menjadi plastic tar road atau jalan raya plastic yang ditemukan oleh Professor R Vasudevan di Thiagarajar College of Engineering. Asisten Deputi Kemaritiman Bidang IPTEK Kemenko Kemaritiman memaparkan rencana untuk implementasi teknologi tersebut dalam waktu dekat dengan menggandeng KemenPUPR, ITB, dan BPPT. Kemitraan ini diperlukan untuk tindak lanjut implementasi jalan raya plastik (Republika, 2017). Estim asi plastik yang digunakan adalah 50 ton tiap 1 km jalan dan ditengarai bisa menjadi opsi pemanfaatan plastik yang tidak bisa didaur ulang (Republika, 2017).

Proyek pembangunan jalan plastik sedang dilakukan di lebih dari 11 negara bagian India. Menurut Vasudevan, jalan tersebut dapat menampung beban sampai 2.500 kilogram sekaligus menyelesaikan masalah lubang. Lebih dari 20.000 kilometer jalan plastik telah membentang di Tamil Nadu menggunakan teknologi ini (Kompas.com. 2017).

Penemuan aspal berbahan baku utama plastik daur ulang tersebut dapat dijadikan motivasi untuk masyarakat memajukan industri daur ulang plastik dan memudahkan

PPL - 10

Page 120: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

106

berdirinya bank sampah minimal 1 buah tiap 2 RW (apabila ideal 1 bank sampah per RW kemungkinan berat dalam penyediaan lahan).

Gambar 4. Peluang Investasi Usaha Ramah Lingkungan Perkotaan Mendukung Pembangunan Inklusif (sumber: analisis)

Di Surabaya, dalam 4 tahun, bank sampah berkembang menjadi 180 cabang dan memiliki lebih dari 10.000 nasabah. Nilai ekonomi dari penghematan menjadi "insentif" bagi masyarakat untuk memilah dan mengumpulkan sampah. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010 hanya 15 bank sampah. Omset rata-rata antara 350.000 sampai 5.000.000 rupiah per bulan (Wijayanti dan Suryani, 2015). Bank Sampah Bina Mandiri adalah bank sampah terbesar dengan 120 cabang omsetnya hampir 72.000.000 per bulan.

Beberapa bank sampah juga bekerja sama dengan LSM lokal dalam kampanye lingkungan. Diselenggarakan dengan koordinasi antara lembaga lokal (Puskesmas dan PKK), sekolah, dan universitas, program ini mempromosikan sistem bank sampah untuk umum, mengusulkan cabang baru dan pelanggan baru, dan mengumpulkan dana dari pemerintah dan sektor swasta (Wijayanti dan Suryani, 2015).

Praktek terbaik bank sampah di Surabaya diakui untuk pengurangan sampah anorganik dimana mencapai 7,14 ton per minggu. Selain itu, kompetisi “Merdeka dari Sampah” dan "Surabaya Green and Clean" sebagai program pengelolaan sampah dari pemerintah juga berperan dalam pengurangan sampah.

Faktor kunci keberhasilan bank sampah sebagai tata kelola lingkungan berbasis komunitas, yakni (Wijayanti dan Suryani, 2015): a) Ekonomi, pendidikan, sosial, dan instrumen teknologi; b) peran pemerintah daerah sebagai regulator, fasilitator dan merangsang pemangku kepentingan lainnya dimainkan dengan baik; c) Motivasi yang kuat dan tata kelola lingkungan kolaboratif tanpa gap antara pemangku kepentingan; dan d) Kampung kota sebagai bentuk komunitas yang masih memegang tradisi dan terbuka dalam modernitas, dalam membentuk kehidupan masa depan perkotaan yang berkelanjutan.

Kota Palembang yang juga kota internasional mungkin dapat mengikuti bagaimana Surabaya mengelola sampahnya. Dengan menciptakan kota yang lebih humanis dan ramah lingkungan, sesungguhnya pemerintah dan stakeholder lain telah berlaku efektif terhadap biaya eksternalitas yang kelak di masa mendatang mungkin saja harus ditanggungnya.

Kondisi Mayoritas Kota-Kota Besar di Indonesia

Butuh lapangan kerja yang baik /mencukupi kebutuhan

Kurangnya

kepedulian,wakt

u, ide kreatif,

dana investasi,

skill wirausaha

Begal,

Narkoba

PSK,

Pengang

guran/Pr

eman

TKI

Ilegal,

jual

makanan

beracun/

kadaluar

sa

Butuh crowdfunding dan investasi banyakbank sampah kota & industri daur ulangnya

Sampah kota menumpuk di TPA, sungai & tanah tercemar banjir

Peluang investasi: komposter, industri daur ulang (plastik,

kertas, aspal mix plastik bekas, pot dan batako dari

sterofoam)

PPL - 10

Page 121: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

107

5. Momentum Urgen Membuka Lapangan Kerja Ramah Lingkungan Mendukung Pembangunan Inklusif

Kota-kota besar di Indonesia saat ini memiliki tantangan yang besar. Semakin tingginya pemanfaatan atas kemajuan teknologi dan ekonomi telah menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat serta kesenjangan yang makin lebar diantara golongan kaya dan miskin. Banyak dampak negatif yang terjadi dan sering menjadi berita di media massa.

Dampak negatif tersebut sesungguhnya dapat diminimalkan apabila pemerintah masing-masing kota mau dan mampu memberikan aktivitas-aktivitas positif kepada para pelakunya, maupun memberikan lapangan kerja sebanyak mungkin. Namun hal itu bukanlah semata tugas pemerintah. Tren sociopreneur yang saat ini banyak dilakukan para penggiatnya merupakan jalan tengah yang bagus untuk mengatasi hal itu.

Pengelolaan bank sampah saat ini sedang kurang diminati karena masyarakat kesulitan dalam memilah sampah organik dan non organik sedangkan PLTSa sebenarnya kurang ideal apabila masih menggunakan alat incinerator/ dibakar karena hasil pembakarannya mengandung dioksin. Bahkan Perpres RI Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah (PLTSa) akhirnya dibatalkan oleh MA karena dinilai bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya, yaitu UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (www.detik.com, 2017). Oleh karena itu, komposter dan industri daur ulang yang masif merupakan langkah terbaik.

Sebagai langkah awal untuk menentukan sasaran, pemerintah biasanya melakukan pendataan kemiskinan by name dan by addres agar target tepat sasaran. Melalui PNPM, KUR, ataupun optimalisasi CSR, peluang investasi ramah lingkungan dapat dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi pro-lingkungan dan kebijakan publik yang berpihak pada kalangan menengah ke bawah diharapkan dapat berbuat banyak dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sehingga terwujud pembangunan inklusif yang betul-betul bermanfaat bagi banyak pihak

Kesimpulan

Komposter de Kotiq, bank sampah dan

industri daur ulang merupakan solusi terbaik

untuk penanganan sampah yang semakin

banyak jenisnya ini, karena ramah lingkungan

dan dapat membuka jauh lebih banyak

lapangan kerja sehingga dapat diharapkan

mendukung pembangunan inklusif di

perkotaan. Komposter merupakan sarana

utama bagi terlaksananyua pemilahan sampah

dari sumbernya. Untuk itu, sangat penting

untuk meyediakan komposter di setiap rumah

di perkotaan.

Referensi

BPS, 2015. Jumlah Rumah Tangga di Kota Palembang Menurut Kecamatan.

Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kota Yogyakarta). Tesis Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang

Hadinata, Febrian. 2009. Volume dan Komposisi Sampah Rumah Tangga dan Pasar Kota Palembang Tahun 2008. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No.1 Vol. 18. Maret 2009.

PPL - 10

Page 122: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

108

Inskipp, C. 2009. Masa Depan Lingkungan: Kelestarian Laut. Tiga Serangkai: Solo. Kerjasama dengan WWF.

Kompas.com. 2017. Cara India Atasi Kekumuhan Bangun Jalan dari Sampah Plastik. diakses di http://properti.kompas.com/read/2017/02/06/180000121/cara.india.atasi.kekumuhan. bangun.jalan.dari.sampah.plastik pada tanggal 5 Juni 2017

Morgan, S. 2009. Masa Depan Lingkungan: Daur Ulang Sampah. Tiga Serangkai: Solo. Kerjasama dengan WWF.

Nasrullah. 2012. Disainportabel Composter Sebagai Solusi Alternatif Sampah Organik Rumah Tangga. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND9 (1): 50-58

National Management Consultant REKOMPAK-JRF dan Departemen PU. 2015. Panduan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat - Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas Pasca Gempa Bumi dan Tsunami D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat

Petunjuk Teknis Pt S-06-2000-C Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Spesifikasi Kompos Rumah Tangga

Prasetyantoko, A., Bahagijo, S., Budiantoro, S. 2012. Pembangunan inklusif: prospek dan tantangan Indonesia (dalam bab Prolog). Jakarta: LP3ES kerjasama dengan Prakarsa

Republika, 2017. Indonesia Pelajari Daur Ulang Sampah Plastik di India. Diakses di http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/25/oncy9t383-indonesia-pelajari-daur-ulang-sampah-plastik-di-india pada tanggal 5 Juni 2017

SNI 03-1733-2004. Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

SNI 3242:2008. Pengelolaan sampah di permukiman

SNI:19-7030-2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik

Suprihatin, Indrasti, N.S., dan Romli, M. 2003. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Pengomposan Sampah di Wilayah Jabotabek. Environment Research Center (PPLH – IPB). Working Paper No. 03

Thalib, Amlius. 2011. Perkembangan Teknologi Peternakan Terkait Perubahan Iklim: Teknologi Mitigasi Gas Metan Enterik Pada Ternak Ruminansia. Seminar Dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Wijayanti,DR dan Suryani S. 2015. Waste Bank as Community-based Environmental Governance: A Lesson Learned from Surabaya. Procedia - Social and Behavioral Sciences 184: 171 – 179. 5th Arte Polis International Conference and Workshop – “Reflections on Creativity: Public Engagement and The Making of Place”, Arte-Polis 5, 8-9 August 2014, Bandung, Indonesia

www.detik.com. 2017. Perpres Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Dibatalkan MA. Diakses di https://news.detik.com/berita/d-3431106/perpres-pembangkit-listrik-berbasis-sampah-dibatalkan-ma pada tanggal 9 Juni 2017

Zurbrügg, Christian. 2003. Urban Solid Waste Management in Low-Income Countries of Asia (How to Cope with the Garbage Crisis). Department of Water and Sanitation in Developing Countries (SANDEC) Swiss Federal Institute for Environmental Science and Technology

PPL - 10

Page 123: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

109

(EAWAG). USWM-Asia. Presented for: Scientific Committee on Problems of the Environment (SCOPE) - Urban Solid Waste Management Review Session, Durban, South Africa, November 2002

PPL - 10

Page 124: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

110

Kondisi Bahan Pencemar Organik di Muara Sungai Banyuasin Sumatera Selatan

Wike Ayu Eka Putri1), Anna Ida Sunaryo Purwiyanto1), Fauziyah1), Fitri Agustriani1)

Marine Science Department, Sriwijaya University, Inderalaya-Ogan Ilir South Sumatera, Indonesia 30662

Corresponding Author : [email protected]

Abstrak

Pesisir Banyuasin adalah daerah yang kaya beragam jenis biota dan menjadi salah satu sentra

perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Ragam pemanfaatan kawasan di sepanjang aliran

sungai seperti pemukiman, industri, pertanian, perkebunan dan transportasi telah mempengaruhi

kualitas perairan sungai hingga muara. Survey awal yang dilakukan pada bulan Februari 2017

mengumpulkan informasi bahwasanya telah terjadi penurunan jumlah hasil tangkapan nelayan di

sekitar Muara Banyuasin selama 3-5 tahun terakhir sehingga diduga telah terjadi pencemaran

material organik di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana kondisi

bahan pencemar organik di Pesisir Banyuasin. Metode penelitian adalah metode survey dengan

jumlah stasiun sebanyak 22 stasiun yang diharapkan mewakili kondisi sebenarnya. Sampel air

diambil di setiap stasiun dan dianalisa kandungan bahan organiknya di laboratorium dmenggunakan

metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di kolom air telah

melebihi baku mutu yang dipersyaratkan untuk kehidupan biota laut (KEPMEN LH No 51 tahun

2004). Demikian juga dengan konsentrasi fosfat yang juga ditemukan melebihi baku mutu pada

sebagian daerah penelitian. Adapun untuk parameter amonia dan BOD, konsentrasinya masih baik

bagi kehidupan biota laut.

Kata kunci : pencemar organik, nitrat, fosfat, amoniak, Pesisir Banyuasin

Pendahuluan

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang dilalui oleh banyak sungai besar maupun kecil, dua diantaranya yang bermuara ke pesisir timur Sumatera Selatan adalah Sungai Musi dan Banyuasin. Sama halnya dengan Muara Sungai Musi, Muara Sungai Banyuasin merupakan salah satu ekosistem estuaria yang kaya akan keragaman biota. Banyak nelayan sekitar yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan penangkapan ikan dan organisme ekonomis lainnya di daerah tersebut. Posisinya yang berhadapan langsung dengan Selat Bangka, menjadikan muara sungai ini

kaya akan beragam jenis ikan, bahkan termasuk salah satu sentra perikanan tangkap di Sumatera Selatan. Ragam pemanfaatan di sepanjang aliran sungai menyebabkan kawasan muara sungai rentan mengalami pencemaran. Beberapa laporan hasil penelitian di sekitar kawasan pesisir timur Sumatera Selatan telah dipublikasikan. Kerang darah Anadara granosa Linnaeus mengandung Cu dan Zn (konsentrasinya masih di bawah ambang batas yang diperbolehkan dalam makanan laut yaitu berkisar 0,387 –28,621 ppm) [1]. Selanjutnya konsentrasi Pb dan Cu di kolom air dan sedimen pesisir timur Muara Sungai

PPL - 14

Page 125: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

111

Banyuasin telah melebihi baku mutu [2]. Selain itu juga ditemukan adanya kandungan Pb dan Cu pada daging kepiting Scylla serrata yang dikonsumsi oleh manusia. Khusus logam berat Fe dan Mn, konsentrasi yang tinggi juga ditemukan di dalam sedimen di sekitar Muara Sungai Banyuasin [3]. Hasil penelitian [4] logam Cu dan Pb terakumulasi dalam ketiga organ (hati, insang dan daging) ikan belanak Mugil chepalus. Akumulasi tertinggi terdapat dalam organ hati dengan konsentrasi rata-rata yaitu 236,6 µg/kg untuk logam Pb dan 1261,4 untuk logam Cu.

Hasil investigasi dengan nelayan lokal

beberapa waktu lalu, didapatkan informasi

bahwasanya sekitar awal Februari 2017

terjadi kematian massal beberapa jenis biota

laut yang umum ditemukan di sekitar Muara

Sungai Banyuasin. Beberapa jenis ikan dan

kerang ditemukan dalam keadaan berbusa dan

mati. Nelayan juga mengeluhkan sulitnya

menemukan ikan di kawasan tersebut selama

kurang lebih 5 tahun terakhir. Diduga

beberapa parameter kimia perairan di Muara

Sungai Banyuasin telah mengalami

penurunan. Penelitian ini bertujuan

mengetahui konsentrasi bahan pencemar

organik di sekitar Muara Sungai Banyuasin

(nitrat, fosfat, amonia dan BOD)

Metodologi Penelitian

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2017 di sekitar Muara Sungai Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, yang diwakili oleh dua puluh dua stasiun pengamatan (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Stasiun Penelitian

Pengumpulan Data

Sampel air diambil sebanyak 500 ml pada

setiap stasiun menggunakan water sampler

dan disimpan dalam coolbox berisi

bongkahan es untuk memperlambat proses

biologi yang memungkinkan terjadinya bias.

Sampel-sampel tersebut selanjutnya dianalisa

di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi

Industri Palembang. Kualitas perairan di

kawasan Muara Sungai Banyuasin

ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik

dengan bantuan Microsoft Excel. Data yang

diperoleh kemudian dibandingkan dengan

menggunakan Kriteria Kualitas Air

KepmenLH tahun 2004.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisa parameter kualitas air (nitrat,

amoniak, fosfat dan BOD) disajikan pada

Tabel 1.

Stasiun

Parameter

NO3 PO4 NH3 BOD

(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)

1 2.232 0.012 0.031 2.81

2 0.891 0.065 0.05 2.96

3 1.442 0.054 0.016 5.72

4 1.091 0.231 0.017 6.21

5 0.552 0.114 0.013 2.93

6 2.192 0.142 0.011 2.80

PPL - 14

Page 126: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

112

7 1.997 0.224 0.003 2.60

8 0.025 0.112 0.007 2.78

9 3.121 0.187 0.009 2.21

10 1.022 0.109 0.001 2.26

11 2.187 0.072 0.007 2.14

12 0.767 0.043 0.006 2.63

13 2.531 0.055 0.011 3.56

14 1.761 0.062 0.017 2.65

15 2.127 0.032 0.002 3.39

16 1.982 0.043 0.011 3.27

17 0.877 0.006 0.023 4.43

18 1.533 0.011 0.028 5.82

19 0.883 0.019 0.017 2.80

20 1.154 0.102 0.027 5.39

21 1.086 0.207 0.022 4.45

22 2.541 0.23 0.020 8.73

Konsentrasi nitrat di Muara Sungai

Banyuasin berkisar antara 0,025-3,121 mg/L

dimana konsentrasi teringgi ditemukan di

Stasiun 9 dan terendah di Stasiun 8 (Gambar

2). Angka ini telah melebihi baku mutu

karena menurut Kepmen LH [5] ambang

batas nilai nitrat yang diperkenankan untuk

kepentingan biota laut adalah 0,008 mg/l.

Hasil penelitian [6] menemukan konsentrasi

nitrat di muara Sungai Banyuasin pada tahun

2011 berkisar antara ttu-0,225 mg/L. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam waktu kurang

lebih enam tahun terakhir telah terjadi

peningkatan konsentrasi nitrat yang signifikan

di perairan Muara Sungai Banyuasin.

Konsentrasi nitrat di perairan Muara Sungai

Banyuasin ditemukan lebih tinggi

dibandingkan beberapa perairan muara

lainnya di Indonesia. Hasil penelitian [7],

konsentrasi nitrat di Perairan Muara Sungai

Banjir Kanal Barat Semarang berkisar antara

0,3076 mg/L-0,6145 mg/L dan penelitian [8]

di Perairan Pesisir Tangerang menemukan

konsentrasi nitrat rata-rata 0,007 mg/L.

Gambar 2. Konsentrasi nitrat dan baku mutu

Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan

unsur esensial sehingga dapat mempengaruhi

tingkat produktivitas perairan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi

fosfat bervariasi antara stasiun pengamatan

dengan kisaran 0,001-0,231 mg/L (Gambar

3). Konsentrasi tertinggi ditemukan pada

Stasiun 4 (Muara Sungai Bungin) dan

terendah pada Stasiun 18. Angka ini tidak

jauh berbeda dibandingkan hasil penelitia

sebelumnya. Hasil penelitian Parapat (2011)

menemukan bahwa konsentrasi fosfat di

sekitar Muara Sungai Banyuasin berkisar

antara 0,02-0,25 mg/L. Secara umum terlihat

bahwa konsentrasi fosfat di Muara Banyuasin

telah melebihi baku mutu yang ditetapkan

KepMen LH (2004) yaitu 0,015 mg/L.

Gambar 3. Konsentrasi fosfat dan baku mutu

Konsentrasi amonia di Perairan Muara

Banyuasin berkisar antara 0,002-0,05 mg/L.

Konsentrasi tertinggi ditemukan di Stasiun 2 dan

terendah di Stasiun 15 (Gambar 4). Secara umum,

PPL - 14

Page 127: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

113

konsentrasi amonia di lokasi penelitian masih

aman bagi kelangsungan hidup biota laut.

Berdasarkan Kepmen LH (2004) ambang batas

konsentrasi amonia yang diperkenankan untuk

kehidupan biota laut adalah 0,3 mg/L.

Gambar 4 Konsentrasi amonia dan baku mutu

BOD merupakan salah satu parameter

yang digunakan untuk mengetahui aktivitas

bahan organik di perairan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai BOD bervariasi

antar stasiun penelitian (2,14-8,73 mg/L)

(Gambar 5). Berdasarkan KepMen LH (2004)

konsentrasi BOD yang diperkenankan untuk

kehidupan biota laut haruslah lebih kecil dari

20 mg/L. Oleh sebab itu dapat disimpulkan

bahwa kondisi BOD di Perairan Banyuasin

masih baik bagi kehidupan organisme di

dalamnya.

Gambar 5. Konsentrasi BOD dan baku mutu

Kesimpulan

Konsentrasi parameter nitrat dan fosfat di

Perairan Muara Banyuasin ditemukan telah

melebihi baku mutu yang diperkenankan.

Adapun konsentrasi amonia dan BOD masih

baik dan mendukung kehidupan organisme

didalamnya.

Referensi

[1] Aryawati R, Agustriani F. Kandungan

logam berat Cu dan Zn pada Anadara

granosa Linnaeus dengan ukuran yang

berbeda. Laporan Penelitian.

Universitas Sriwijaya. Palembang,

Indonesia. 67 hlm. (2005).

[2] Prianto E, Aprianti S. Komposisi jenis

dan biomasa stok ikan di Sungai

Banyuasin. Jurnal Penelitian Perikanan

Indonesia. 18(1): 1-8. (2012)

[3] Purwiyanto AIS, Lestari S. Akumulasi

Logam Berat (Pb dan Cu) pada Daging

Kepiting untuk Keamanan Pangan Di

Perairan Muara Sungai Banyuasin.

Laporan Penelitian Unggulan

Kompetitif. (2012).

[4] Putri WAE, Bengen DG, Prartono T,

Riani E. Accumulation of Heavy Metals

(Cu and Pb) In Two Consumed Fishes

from Musi River Estuary, South

Sumatera. Jurnal Ilmu Kelautan, March,

2016. Vol 21. (2015).

[5] Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Tentang

baku mutu air laut. Jakarta. 10

hlm. (2004)

[6] Parapat R. Hubungan Struktur

Kominitas Fitoplankton dengan

Kualitas Perairan Muara Sungai

Banyuasin. (2011)

[7] Oktaviani A, M Yusuf, L Masluka.

Sebaran Konsentrasi Nitrat Dan Fosfat

Di Perairan Muara Sungai Banjir Kanal

Barat, Semarang Jurnal Oseanografi.

Volume 4, Nomor 1, Halaman 85 – 92

(2015)

PPL - 14

Page 128: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

114

[8] Simbolon AR. Pencemaran Bahan

Organik dan Eutrofikasi Di Perairan

Cituis, Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-

Life Volume 3 Nomor 2 (2016).

PPL - 14

Page 129: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

115

KARAKTERISTIK DAN POTENSI LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN PARTIKEL

Sunardi1, Rina Lusiani1, Johan Andrean1, Moh. Fawaid2 1Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Jendral Sudirman KM 03 Cilegon,

Indonesia - 42435

2Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Ciwaru Raya No. 25 Sumurpecung, Serang – Indonesia 42118

Email: [email protected]

Abstrak

Kabupaten Pandeglang dan Lebak merupakan daerah penghasil kelapa sawit di Propinsi Banten. Tingginya produktifitas kelapa sawit membawa efek samping berupa limbah. Untuk mengurangi permasalahan tersebut maka diperlukan rekayasa material yang terbuat dari limbah tersebut. Pembuatan sampel 150 x 100 x 40 mm menggunakan metode cold press single punch dengan kompaksi 30 bar. Komposisi papan partikel terdiri dari 15% serat tandan kelapa sawit, 50% serbuk batang kelapa sawit, 15% resin epoxy, dan PVAc. Ukuran filler batang kelapa sawit yang digunakan adalah 18, 40, 60 dan 80. Karakteristik mekanis yang diuji adalah densitas, pengembangan tebal, kekerasan, kekuatan lentur, defleksi, dan kekuatan impak. Dari hasil pengujian diketahui bahwa papan partikel dengan mesh M60 memiliki nilai yang paling baik: densitas 0.924 gr/cm3, persentase pengembangan tebal 1.75, kekerasan 1.63 N/mm², kekuatan lentur 9.39 MPa, dan kekuatan impak 3.94 kJ/m2.

Kata kunci: filler batang kelapa sawit, sifat mekanis, papan partikel

Pendahuluan

Papan partikel banyak digunakan sebagai

material untuk membuat barang-barang

mebelair dan peralatan rumah tangga lainnya.

Akan tetapi papan partikel yang ada di

pasaran memiliki kelemahan yakni mudah

rusak ketika bersinggungan dengan air.

Kelapa sawit banyak dihasilkan di Kabupaten

Lebak dan Pandeglang. Produktifitas kelapa

sawit yang sangat tinggi tentu berdampak

terhadap lingkungan. Kelapa sawit yang

sudah tua dan tidak peroduktif menjadi

limbah yang mengganggu lingkungan. Untuk

itu dilakukan upaya pemanfaatan limbah

kelapa sawit untuk kepentingan rekayasa

material, energi dan akustik.

Potensi serat tandan kosong kelapa sawit

sebagai penguat komposit sudah banyak

dilakukan antara lain pengaruh panjang serat

terhadap sifat mekanis komposit [1],

pengaruh fraksi volume serat [2] dan mesh

filler kayu sengon terhadap kekuatan mekanis

papan partikel [3]. Perlakuan awal terhadap

serat dilakukan untuk meningkatkan sifat

mekanisnya komposit [4]. Dalam risetnya

juga diketahui bahwa kekuatan tarik komposit

HDPE (high density polyethylene)

dipengaruhi oleh fraksi beratnya. Orientasi

serat juga berdampak pada kekuatan tekan

komposit HDPE [5].

Kandungan selulose yang tinggi dan

kandungan lignin yang rendah dalam serat

kelapa sawit dapat meningkatkan sifat

mekanisnya. Hingga saat ini, serat kelapa

sawit memiliki kekuatan tarik yang lebih

tinggi dibandingkan dengan serat alam yang

lainnya [6,7,8].

Jenis partikel kayu sangat berpengaruh

terhadap kualitas komposit HDPE [9]. Serat

kelapa sawit memiliki densitas yang rendah

jika dibandingkan dengan serat kaca maupun

serat karbon tetapi dapat memberikan

perbaikan kekuatan tarik hingga 20% [7].

Dari sebuah penelitian diketahui bahwa

jumlah serat sebanyak 27.3% dapat

menghasilkan perubahan sifat mekanis yang

optimal [10]. Semakin tinggi fraksi volume

Page 130: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

116

dan kekuatan serat maka semakin tinggi

frekuensi alami yang dimiliki oleh batang

komposit [8].

Metodologi

Preparasi Sampel. Sebelum pembuatan

sampel, serat tandan kosong kelapa sawit

dengan panjang 15 mm diberikan perlakuan

awal berupa perendaman dalam larutan

5%NaOH selama 2 jam. Komposisi papan

partikel ditentukan berdasarkan fraksi volume

yang terdiri dari 15% serat tandan kelapa

sawit, 50% filler batang kelapa sawit, 20%

PVAc dan 15% resin epoksi. Pembuatan

sampel dilakukan dengan metode cold press

single punch dengan tekanan kompaksi 30

bar. Mesh filler batang kelapa sawit yang

digunakan adalah 18, 40, 60 dan 80.

Kondisi Pengujian. Pengujian kekerasan

dilakukan dengan metode ASTM E 10 pada

mesin LECO LCB – 3100, sedangkan

kekuatan bending dengan metode three point

bending dengan kondisi suhu 21.50C pada

kecepatan 1.668 mm/min dan humidity

58,1%. Kuat pegang tarik pada mesin

GOTECH Al-7000 LA 10 dengan kecepatan

tarik 20 mm/min.Pengujian impak

menggunakan metode ISO 179 dengan

kondisi humidity 55%, suhu 240C, kecepatan

impak 2.9 m/s, dan peralatan yang digunakan

Resil Impactor CEAST.

Hasil

Densitas. Densitas menunjukkan kerapatan massa suatu material. Gambar 1 menunjukkan bahwa mesh filler batang kelapa sawit menyebabkan perubahan sifat mekanis papan partikel. Besaran perubahan densitas ini mencapai 35%.

Gambar 1 Pengaruh mesh filler batang kelapa sawit terhadap densitas papan

partikel.

Densitas yang dihasilkan dari batang kelapa sawit sebagai filler menunjukkan bahwa semakin besar mesh filler maka semakin besar nilai densitasnya. Nilai densitas yang dihasilkan bervariasi antara 0.80 -1.08 gr/cm3, sedangkan papan partikel yang ada di pasaran saat ini adalah 0.660 gr/cm3. SNI mensyaratkan bahwa densitas papan partikel berada di antara 0.4 s.d. 0.9 gr/cm3. Dengan demikian papan partikel dengan mesh 18, dan 40 yang memenuhi ketentuan SNI.

Persentase Pengembangan Tebal. Papan partikel akan mengalami kerusakan dan kehilangan fungsinya ketika bersinggungan dengan air. Dengan demikian pengembangan tebal harus menjadi perhatian serius dalam pembuatan papan partikel.

Mesh filler batang kelapa sawit memiliki

dampak yang cukup tajam dalam mengubah

perilaku papan partikel ketika bersinggungan

dengan air. Gambar 2 menunjukkan bahwa

semakin besar mesh filler maka akan semakin

kecil pengembangan.

PPL - 17

Page 131: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

117

Gambar 2 Pengaruh mesh filler batang kelapa sawit terhadap pengembangan tebal

papan partikel.

Nilai ini berbanding terbalik dengan

densitasnya. Artinya semakin tinggi densitas

papan partikel maka pengembangan tebalnya

semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh

porositas material yang kecil yang akan

menghambat laju air untuk memengaruhi

setiap bagian papan partikel. Pengembangan

tebal menurut SNI 03-2105-2006 maksimal

12%. Nilai persentase pengembangan tebal

papan partikel ini jauh di bawah SNI hingga 9

kali lebih baik.

Kekerasan. Kekerasan papan partikel diperlukan dengan pertimbangan bahwa papan partikel akan menerima benturan ketika digunakan. Sifat ini menjadi penting agar papan partikel tidak kehilangan fungsinya ketika mengalami gesekan dan banturan dengan material lain.

Mesh filler batang kelapa sawit sebagai filler ternyata mempengaruhi kekerasan papan partikel cukup signifikan.

Gambar 3 Pengaruh mesh filler batang

kelapa sawit terhadap kekerasan papan

partikel

Dari Gambar 3 diketahui bahwa semakin besar mesh filler maka semakin tinggi kekerasannya. Perbedaan kekerasan tersebut mencapai 77% dari kekerasan terendah. Kekerasan ini disebabkan densitas yang yang dimiliki oleh papan partikel tersebut. Semakin tinggi densitas maka semakin besar nilai kekerasan papan partikel. Korelasi antara densitas dan kekerasan dapaat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Korelasi antara densitas dan kekerasan papan partikel

Sebaran filler batang dengan penguat serat kelapa sawit memiliki ikatan yang cukup baik antara filler dan matriknya. Hal ini yang memengaruhi kemampuan permukaan papan partikel menerima deformasi. Komposisi yang tepat antara unsur-unsur penyusun papan partikel dapat

PPL - 17

Page 132: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

118

menyebabkan distribusi filler ke setiap bagian papan partikel.

Kekuatan Lentur. Kemampuan material menerima pembebanan merupakan indikator sifat mekanisnya, terlebih ketika material tersebut memiliki bentangan. Untuk mengetahui karakteristik ini maka dilakukan pengujian lentur.

Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin

besar mesh filler batang kelapa sawit

memiliki kecenderungan kemampuan

lenturnya juga meningkat. Seperti halnya

dalam kekerasan, kekuatan lentur

meningkatkan disebabkan distribusi filler

batang kelapa sawit. Hal ini berdampak pada

kemampuan material menerima deformasi.

Gambar 5 Pengaruh mesh filler batang kelapa sawit terhadap kekuatan lentur papan

partikel

Kekuatan lentur minimal yang disyaratkan oleh SNI 03-2105-2006 adalah antara 82-184 kgf/cm2. Jika merujuk pada standar tersebut maka hanya papan partikel mesh M60 dan M80 yang memenuhi kekuatan lenturnya.

Defleksi. Defleksi papan partikel ketika dilakukan uji tarik menunjukkan fenomena yang sama, yakni mencapai nilai maksimum pada M60. Ini dapat menjadi indikator bahwa

kekerasan papan partikel tidak linier terhadap defleksi atau sifat mekanis lainnya.

Dalam kondisi tertentu akan terjadi titik

balik. Defleksi tertinggi sebesar 4.80 mm

dimliki oleh papan partikel mesh M60.

Besarnya defleksi ini menunjukkan bahwa

material memiliki keuletan yang tinggi.

Sedangkan M80 mengalami penurunan

defleksi. Hal ini disebabkan oleh tingginya

kekerasan papan partikel. Tentunya hal ini

akan mengurangi keuletannya sehingga

material menjadi lebih getas dan kaku.

Gambar 6 Pengaruh mesh filler batang kelapa sawit terhadap defleksi papan partikel

Kekuatan Impak. Kemungkinan papan partikel terkena beban impak atau kejut pasti ada. Untuk itu pengujian impak papan partikel harus dilakukan. Dari hasil pengujian impak diketahui bahwa papan partikel dengan mesh 60 memiliki ketangguhan paling tinggi sebesar 3.94 kJ/m2.

Jika diperhatikan dari beberapa sifat

mekanik, maka papan partikel M60 lebih

stabil dan menunjukkan konsistensi sifat yang

memenuhi standar SNI.

Page 133: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

119

Gambar 7 Pengaruh mesh filler batang

kelapa sawit terhadap kekuatan impak

Kuat Pegang Sekrup. Pengujian kuat pegang sekrup dilakukan dengan pertimbangan bahwa papan partikel pasti akan digunakan dalam bentuk assembling. Dan untuk menyatuan antara beberapa bagian digunakan pengikat berupa sekrup. Dari hasil pengujian diketahui bahwa papan partikel dengan mesh M18 memiliki kekuatan sebesar 43.70 kgf.

Kemampuan papan partikel untuk mengikat paku atau skrup dalam proses assembling akan meningkatkan kekuatan ikatan antar bagian. Dengan demikian fungsi papan partikel akan dapat tercapai.

Gambar 8 Pengaruh mesh filler batang

kelapa sawit terhadap kuat pegang sekrup

Kesimpulan

Pemanfaatan batang dan serat tandan

kosong kelapa sawit sebagai unsur penyusun

papan partikel dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Mesh filler batang kelapa sawit memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap sifat

mekanis papan partikel.

2. Sifat mekanis yang paling optimum adalah

mesh M60 dengan karakteristik sebagai

berikut: densitas 0.924 gr/cm3, persentase

pengembangan tebal 1.75, kekerasan 1.63

N/mm2, kekuatan lentur 9.39 MPa, kuat

pegang 40.80 kgf, dan kuat impak 3.94

kJ/m2.

3. Batang kelapa sawit sebagai filler dan

tandan kosong kelapa sawit sebagai

penguat memiliki potensi yang tinggi

sebagai papan partikel.

Referensi

[1] Rina Lusiani, Sunardi, dan Yogie

Ardiansyah, Pemanfaatan Limbah

Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai

Papan Komposit dengan Variasi Panjang

Serat, Prosiding Seminar Nasional

Integrasi Proses (2014), 240-248.

[2] Sunardi, Moh. Fawaid, M. Chumaidi,

Pemanfaatan Serat Tandan Kosong

Kelapa Sawit Sebagai Penguat Papan

Partikel Dengan Variasi Fraksi Volume

Serat, Jurnal Machine Universitas

Bangka Belitung, Vol. 2 No. 1 (2016),

36-39.

[3] Sunardi, Moh. Fawaid, Rina Lusiani,

Rumondang, Karakteristik Papan Partikel

Yang Berpenguat Serat Tandan Kosong

Kelapa Sawit, Jurnal Sintek Universitas

Muhammadiyah Jakarta, Vol. 11 No. 1

(2017) 28-32.

[4] Venkatachalam N., Navaneethakrisnan

P., Rajsekar R., and Shankar S, Effect of

Pretreatment Methods on Properties of

Natural Fiber Composites: A Review,

Polymer and Polymer Composite, Vol.

24 No. 7 (2016) 555-566.

[5] B. Aldousiri, M. Alajmi, and A.

Shalwan, Mechanical Properties of Palm

Fibre Reinforced Recycled HDPE,

Advances in Materials Science and

Engineering (2013) 1-7.

[6] Pradeep P., Edwin Raja Dhas J., Suthan

R. and Jayakumar V., Characterization of

Palm Fibers for Reinforcement in

PPL - 17

Page 134: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

120

Polymer Matrix, ARPN Journal of

Engineering and Applied Sciences, Vol.

11, No. 12, June (2016) 7927-7930.

[7] Pradeep, P. And Edwin Raja Dhas, J.,

Characterization of Chemical and

Physical Properties of Palm Fibers,

Advances in Materials Science and

Engineering: An International Journal

(MSEJ), Vol. 2, No. 4, December (2015)

1-6.

[8] Alaa Abdulzahra Deli, Experimental and

Numerical Investigation of Date Palm

Fiber Effect on Natural Frequency of

Composite Plate with Different B.Cs,

International Journal of Innovative

Research in Science, Engineering and

Technology, Vol. 5, Issue 2, February

(2016) 1163-1174.

[9] Thanate Ratanawilai, Massalan Leeyoa,

and Yoawanat Tiptong, Influence of

wood species on properties of injection

mould natural flour-HDPE composites,

IOP Conference Series: Materials

Science and Engineering (2016) 1-7.

[10] Kim Y. Tshai, Eng H. Yap, and Tang L.

Wong, The Effects of Weight Fraction

on Mechanical Behaviour of Thermoset

Palm EFB Composite, International

Journal of Materials, Mechanics and

Manufacturing, Vol. 4, No. 4 (2016) 232-

236.

PPL - 17

Page 135: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

121

Kajian Prospek Pemanfaatan Potensi Sumur Tua di Sumatera Selatan

Eddy Ibrahim1,*, Maulana Yusup1 , RR Harminuke EH1 dan Alek Alhadi1 1Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia

*email : [email protected]

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan dan kondisi teknis terkini sumur tua di sumatera selatan. Penelitian yang dilakukan berdasarkan metode analisis deskripsi terhadap data berupa informasi sebaran sumur tua secara umum dan data pendukung lainnya. Hipotesis yang dibangun dalam tulisan ini bahwa prospek kedepan dari pemanfaatan sumur tua berhubungan erat terhadap infrastruktur, regulasi dan sosial ekonomi serta lingkungan. Hasil kajian diperoleh dari 2.813 sumur tua yang berada di Provinsi Sumatera Selatan terdapat di lima kabupaten yaitu Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, Kabuparen Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Ogan Ilir. Urutan terbanyak yaitu Kabupaten Musi Banyuasin dengan jumlah sumur sebanyak 108 Sumur, Kabupaten Ogan Ilir terdapat 6 sumur, Kabupaten Muara Enim 7 sumur, Kabupaten Musi Rawas 6 Sumur dan Kabupaten Banyuasin terdapat 4 sumur. Secara umum lokasi sumur tua di kelima kabupaten sangat mudah dijangkau karena lebih kurang 4 km sampai dengn 7 km dari jalan yang ada. Dari aspek regulasi kabupaten Musi Banyuasin lebih siap dibandingkan empat kabupaten yang lain karena sudah ada peraturan daerah sebagai turunan dari regulasi yang lebih tinggi dan BUMD yang bergerak dibidang migas (petroMuba). Untuk implikasi terhadap dampak sosial dan ekonomi diperoleh bahwa terjadi penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan perkapita, mencegah terjadinya urbanisasi dan pengembangan SDM. Dari sisi lingkungan hidup maka sangat diperlukan adanya pendampingan dan penyuluhan dalam pengelolaan sumur tua dikarenakan masih minimnya kepedulian terhadap lingkungan yang dibuktikan dengan tidak standarnya dalam pengelolaan limbah cair, kualitas udara dan limbah B3. Rekomendasi dari hasil kajian menyimpulkan perlu ketegasan dalam implementasi standar teknis dan lingkungan Pedoman Tata Kerja BPMIGAS No 023/PTK/III/2009 Tentang Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua.

Kata kunci : Sumur tua, Potensi, Prospek, infrastruktur, regulasi, sosial ekonomi, lingkungan

1. PENDAHULUAN

Penggunaan minyak bumi dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan, sedangkan cadangannya yang ada tinggal sedikit. Produksi minyak bumi Indonesia tahun 2010 mencapai 344,5 juta SBM dengan cadangan terbukti yang hanya dapat menyediakan minyak selama 11 tahun [1].

Keterbatasan cadangannya yang semakin menipis ini mengharuskan Pemerintah Indonesia untuk melakukan alternative untuk memenuhi kebutuhan energi nasional khususnya pada minyak bumi, alternative itu salah satunya berupa produksi ulang sumur-sumur tua.

Berdasarkan [2] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.01 Tahun 2008, Sumur Tua adalah sumur-sumur

Page 136: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

122

minyak bumi yang di bor sebelum tahun 1970 dan pernah di produksi serta terletak pada lapangan yang tidak diusahakan pada suatu wilayah kerja yang terikat kontrak kerja sama dan tidak diusahakan lagi oleh kontraktor. Sumur-sumur tua yang masih berpotensi dapat di produksi ulang oleh pihak pemohon melalui serangkaian tahapan

Dari kementerian ESDM diperoleh data total sumur tua di Indonesia saat ini mencapai 13.824 sumur. Dari total sumur tua yang ada di Indonesia, sebanyak 745 sumur tua yang berstatus aktif dan 13.079 sumur tua yang tidak aktif [1]. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa pemanfatan sumur tua masih belum dilakukan secara maksimal. Total sumur tua yang terdapat di Indonesia tersebar di Provinsi Sumatera bagian selatan sebanyak 3.623 sumur, Sumatera bagian utara 2.392 sumur, Sumatera bagian tengah 1,633 sumur, Kalimantan Timur 3.143 sumur, Kalimantan Selatan 100 sumur, Jawa Tengah-Jawa Timur-Madura 2.496 sumur, Papua 208 sumur dan Seram 229 sumur. Propinsi Sumatera Selatan memiliki jumlah sumur tua yang lebih banyak dibandingkan dengan dearah lainnya, yaitu sejumlah 3.623 sumur. Artinya, Propinsi Sumatera Selatan memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumur tua yang ada di Indonesia guna membantu meningkatkan produksi minyak bumi nasional. [1]

Berdasarkan data diatas perlu dikaji lebih dalam keberadaan jumlah sumur tua dan kondisi teknis terkini sumur tua di sumatera selatan dengan melakukan inventarisasi data terkini (lokasi, infrastruktur, sosial ekonomi dan lingkungan) dan menganalisis secara deskriptip untuk dapat dipetakan sebarannya.

Tulisan ini bertujuan untuk menentukan dan merekomendasikan sumur sumur tua yang potensinya prospek untuk dimanfaatkan di sumatera selatan

2. METODOLOGI

2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kajian telah dilakukan pada awal bulan September 2017 sampai dengan akhir november 2017 di ruang Laboratorium Eksplorasi dan Hidrologi Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Unsri, Inderalaya.

2.2. Prosedur Penelitian

Pemilihan lokasi ini berdasarkan banyaknya kegiatan pertambangan minyak bumi pada sumur tua yang dilakukan secara tradisional. Penelitian ini merupakan jenis penelitian sensus, yaitu jenis penelitian yang mengambil seluruh lokasi sumur sebagai subyek penelitian. Adapun yang dimaksud dengan sensus adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena pertambangan sumur tua terjadi.[3] Pemilihan obyek penelitian ini berdasarkan banyaknya kegiatan pertambangan minyak bumi pada sumur tua yang dilakukan secara tradisional. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber sekunder. Data sekunder Merupakan sumber data yang berasal dari literatur buku, internet, instansi terkait dalam hal ini adalah laporan dari SKK Migas, Kementerian ESDM dan RTRW Propinsi Sumatera Selatan

Penelitian dimulai dari hasrat keingin tahuan atau permasalahan, kemudian diteruskan dengan penelaan landasan teoritis dalam kepustakaan untuk hipotesis, kemudian dirancang dan dilakukan pengumpulan fakta untuk menguji hipotesis melalui analisis data, sehingga diperoleh kesimpulan untuk menjawab permasalahan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sebaran dan Infrastruktur Pendukung

PPL - 23

Page 137: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

123

di Sekitar Lokasi Sumur Tua

3.1.1. Sebaran Lokasi Sumur Tua

Berdasarkan data SKK MIGAS kantor wilayah sumatera selatan, jumlah sumur tua di Sumsel terdapat ribuan sumur tua. Namun yang terindentifikasi melalui koordinat titik lokasi sumur tua dalam penelitian ini yaitu 138 sumur tua. Jumlah sumur tua tersebut tersebar di beberapa kabupaten, dimana kabupaten yang paling banyak sumur tua yaitu Kabupaten Musi Banyuasin. Dan jumlah yang paling sedikit yaitu terdapat di Kabupaten Banyuasin. Berikut rangkuman data sumur tua di sumatera selatan. Sumur tua yang diindentifikasi terdapat di lima kabupaten yaitu Kabupaten Banyuasin 4 sumur, Kabupaten Muara Enim 7 sumur, Kabuparen Musi Banyuasin 108 sumur, Kabupaten Musi Rawas 6 sumur dan Kabupaten Ogan Ilir 6 sumur (Gambar 1). Koordinat lokasi sumur tua di plotting ke dalam peta dan di overlay dengan bebera bagian peta lainnya, seperti peta wilayah, peta jaringan jalan negara dan peta jaringan jalan kabupaten. Peta wilayah digunakan sebagai dasar klasifikasi lokasi sumur, sehingga sumur tua dibagi atas kabupaten-kabupaten, sedangkan peta jaringan jalan (jalan negara dan jalan kabupaten) berfungsi sebagai infrastruktur pendukung proses development (pengembangan) sumur tua dan juga sebagai akses untuk mencapai lokasi sumur.

3.1.2. Infrastruktur Pendukung Pengembangan

Sumur Tua

Infrastruktur pendukung pengembangan sumur tua salah satunya akses jalan menuju lokasi sumur. Jalan ini akan digunakan untuk mengangkut peralatan-peralatan untuk penambangan minyak dan peralatan

pembantu lainnya. selain hal itu, jarak lokasi sumur dengan pembeli sangat berpengaruh terhadap keekonomisan suatu sumur. Semakin jauh suatu sumur, maka biaya transportasi akan semakin mahal. Berikut akan dijelaskan infrastruktur dan aksesabilitas sumur tua dari jalan terdekat di beberapa lokasi.

Lokasi Sumur Tua Kabupaten Banyuasin

Data sumur tua yang terindentifikasi dalam penelitian ini yaitu 4 sumur, dimana sumur-sumur tersebut pada lokasi yang berdekatan satu dengan yang lainnya. dari identifikasi menggunakan data spasial jarak lokasi sumur tua dengan jalan terdekat (jalan kabupaten yaitu ± 8,2 Km. hal ini cukup dekat dengan infrastruktur sebagai akses jalan menuju lokasi. Disamping itu juga lokasi sumur ini berada di dekat perbatas antara kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Muara Enim, jarak terdekat dari jalan kabupaten banyuasin yaitu 14 Km

Lokasi Sumur Tua Kabupaten Muara Enim

Salah kabupaten yang memiliki banyak sumur tua yaitu kabupaten Muara Enim. Namun hanya sedikit dapat identifikasi di dalam penelitian. Berdasarkan data, jumlah sumur tua teridentifikasi sebanyak 7 sumur. Secara administrasi lokasi sumur tua berada dalam wilayah Kabupaten Muara Enim namun secara jarak spasial, lokasi sumur tua lebih dekat dengan Kota Prabumulih. Jarak terdekat lokasi sumur tua dengan jalan lintas adalah 4 Km , 5 KM dan 19 KM dari lintas yang berada di Kota Prabumulih. Lokasi sumur-sumur tua ini cukup menjanjikan dari segi aksesibilitas dalam proses pengembangan sumur tua. Hanya beberapa ratus meter saja dari lokasi sumur terdapat

PPL - 23

Page 138: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

124

jalan kabupaten, dan banyak akses jalan-jalan kecil yang digunakan warga sekitar, hal ini tentu sangat membantu dalam rangka pengembangan sumur tua di daerah ini

Lokasi Sumur Tua di Kabupaten Musi Banyuasin

Berdasarkan data yang berhasil diindentifikasi dalam penelitian ini, jumlah sumur tua di Kabupaten Musi Banyuasin berjulah 108 sumur atau 78% dari jumlah total yang terindentifikasi. Lokasi sumur tua di Kabupaten Musi Banyuasin dibagi menjadi 5 lokasi wilayah. Lokasi di wilayah ini berada persis di dekat dengan jalan Negara dan jalan kabupaten, sehingga sangat mudah untuk menjangkau lokasi ini.

Lokasi sumur tua berada di wilayah hutan sekunder, akses terdekat dari jalan warga sejauh 760 meter sampai dengan 1.8 Km. Tepat sebelah barat dari lokasi sebelumnya terdapat 3 lokasi sumur tua lainnya. Jarak dari lokasi sebelumnya yaitu sejauh ± 16 KM kea rah barat. Secara spasial lokasi ini berada ± 3KM dari jalan kabupaten. Jika di lihat secara spasial dengan skala sampai 1:750.000 beberapa lokasi di Kabupaten Banyuasin terlihat menumpuk pada suatu titik, hal ini mengindikasikan bahwa sumur-sumur berdekatan satu dengan yang lainnya. Aksesibilitas menuju lokasi dapat ditempuh dari jalan Kabupaten Musi Rawas dengan jarak sekitar 12 KM. jika di lihat dari lokasi sebelumnya, terpisah sejauh ±23 KM

Lokasi Sumur Tua Kabupaten Musi Rawas

Jumlah sumur tua di kabupaten ini terdapat 6 sumur. Akses menuju sumur tua tersebut dapat di tempuh dari jalan kabupaten terdekat yaitu sekitar 2.5 KM dan

4.2 KM. kedua lokasi berada dekat dengan perbatasan Kabupaten Musi Banyuasin.

Lokasi Sumur Tua di Kabupaten Ogan Ilir

Jumlah sumur tua di lokasi Kabupaten Ogan Ilir sebanyak 9 sumur tua. Lokasi dapat diakses dengan mudah dari jalan negara, jaraknya sekitar 2Km, dan juga lokasi ini dekat dengan rel kereta api. Lokasi ini juga tidak terlalu jauh dari kota Palembang, hanya sekitar 27 Km saja dari pusat kota Palembang.

3.2. Regulasi Pengembangan Sumur Tua

Regulasi mengenai sumur tua berpedoman pada peraturan berikut

• UUD 1945 pasal 33 ayat 3

• UU No. 22 Tahun 2001

• PP No. 35 Tahun 2004

• Permen ESDM No. 1 Tahun 2008

• Pedoman Tata Kerja BP Migas Nomor 023/PTK/III/2009

• Perda Musi Banyuasin no. 28 tahun 2007

Pemanfaatan sumber daya alam sebenarnya telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berisi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dari ayat konstitusi tersebut berarti kita dapat memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada di ibu pertiwi kita Indonesia. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah minyak dan gas bumi. Pengelolaan minyak dan gas bumi kemudian lebih spesifik tertuang dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2001, selain itu pengelolaan sumber daya alam pada Undang-Undang No.22 Tahun 2001 juga mengandung hakikat dari otonomi daerah meliputi kewenangan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam dimana

PPL - 23

Page 139: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

125

BUMD, KUD diberi kesempatan dalam melakukan kegiatan usaha hulu dan hilir. Selanjutnya hakikat ini dipertegas pada pasal 34 PP No. 35 Tahun 2004 tentang kegiatan usaha hulu migas bahwa kontraktor wajib menawarkan participating interest 10 % kepada BUMD saat pengembangan lapangan pertama kali akan diproduksi. Selain itu, kesempatan pengelolaan lain BUMD terwujudkan pada Permen ESDM No. 1 Tahun 2008 tentang pedoman pertambangan minyak bumi pada sumur tua yang menyatakan bahwa pengusahaan dan pemproduksian minyak bumi sumur tua dilaksanakan KUD atau BUMD berdasarkan perjanjian dengan kontraktor. Selanjutnya regulasi lebih spesifik mengenai sumur tua terdapat pada Pedoman Tata Kerja BP Migas Nomor 023/PTK/III/2009. Adapun pengertian sumur tua menurut Permen ESDM no 1 tahun 2008 yaitu sumur-sumur Minyak Bumi yang dibor sebelum tahun 1970 dan pernah diproduksikan serta terletak pada lapangan yang tidak diusahakan pada suatu Wilayah Kerja yang terikat Kontrak Kerja Sama dan tidak diusahakan lagi oleh Kontraktor. Sebagai contoh klasifikasi sumur tua untuk wilayah musi banyuasin sesuai perda no.28 tahun 2007 memiliki kedalaman maksimum mencapai 650 m. Sumur tua ini umumnya tidak berproduksi lagi, akan tetapi sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali keekonomisannya kembali dikarenakan teknologi dan juga keadaan yang tidak konstan, Sumur tua dapat kembali berproduksi apabila dikelola oleh BUMD atau pun KUD yang dikutip dari Permen ESDM no 1 tahun 2008 pasal 2. Adapun pengertian BUMD dan KUD menurut Permen ESDM no 1 tahun 2008 pasal 1 yaitu, BUMD merupakan badan usaha tingkat Propinsi/Kabupaten Kota yang didirikan dan seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan atau Kota serta wilayah usahanya atau administratifnya mencakup lokasi Sumur Tua dan KUD (Koperasi Unit

Desa) merupakan Koperasi tingkat kecamatan yang wilayah usahanya mencakup lokasi Sumur Tua

3.3. Dampak Sosial dan Ekonomi terhadap Pengembangan Sumur Tua

Dalam kegiatan pemanfaatan dan pengembangan sumur tua, tentu tidak dapat dipisahkan dengan dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat sekitar daerah sumur tua yang dalam pengembangan dan pemanfaatannya. Dampak tersebut pada umumnya menguntungkan masyarakat sekitar dari segi sosial dan ekonomi, karena dapat memanfaatkan potensi sisa yang terdapat pada sumur minyak yang ditinggalkan tersebut.

Berikut beberapa dampak dan/ atau manfaat dari segi sosial dan ekonomi:

• Penyedia lapangan kerja

• Peningkatan Pendapatan

• Penekanan Tingkat Kemiskinan

• Pencegahan Urbanisasi

• Gaya Hidup

• Pengembangan Sumberdaya manusia

3.4. Dampak Lingkungan terhadap

Pengembangan Sumur Tua

Dari segi perekonomian, pertambangan minyak bumi pada sumur tua ini sangat membantu dalam peningkatan perekonomian dan taraf hidup masyarakat setempat. Di sisi lain, pertambangan minyak bumi pada sumur tua yang dilakukan secara traditional dan belum mengikuti standar teknis dan lingkungan maka akan menyebabkan adanya tumpahan minyak (oil spills) yang berdampak pada pencemaran lingkungan air.

PPL - 23

Page 140: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

126

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 juncto Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3), tumpahan minyak di area kegiatan ekplorasi dan produksi minyak dan gas bumi termasuk dalam kategori limbah B3. Hal ini dikarenakan sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup, sedangkan karakteristik yang termasuk limbah B3 adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, korosif dan bersifat karsinogenik

Hasil pengukuran kualitas air limbah pertambangan minyak bumi pada beberapa sumur tua yang dikelola masyarakat menunjukkan bahwa parameter pH tidak memenuhi baku mutu lingkungan (BML) yaitu pH antara 6 - 9 berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010. Pengujian sampel air dangkal (sumur penduduk) menunjukkan parameter COD dan Minyak-Lemak tidak memenuhi BML sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Dari perhitungan penentuan Indeks Pencemaran (IP) diperoleh bahwa beberapa lokasi sumur tua yang dikelola masyarakat terklasifikasi tingkat pencemarannya dari ringan sampai sedang.

Untuk menghindari terjadinya tumpahan minyak dan pencemaran lingkungan maka pertambangan minyak bumi pada sumur tua secara teknis dan lingkungan harus mengacu pada Pedoman Tata Kerja BPMIGAS No 023/PTK/III/2009 Tentang Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua.

4. KESIMPULAN

Dari hasil review terhadap data yang ada dapat diimpulkan bahwa:

• Jumlah sumur tua yang potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan di sumatera selatan cukup besar tetapi yang terdata secara jelas dengan jumlah terbanyak di kabupaten Musi Banyuasin 108 sumur, Kabupaten Ogan Ilir 6 sumur, Kabupaten Muara Enim 7 sumur, Kabupaten Musi Rawas 6 Sumur dan Kabupaten Banyuasin 4 sumur

• Infrastruktur yang mendukung untuk memudahkan pemanfaatannya di kelima kabupaten relatif sama yaitu cukup dekat dengan jalan kabupaten maupun jalan negara

• Regulasi untuk pemanfaatannya sudah memadai terutama di kabupatan Musi Banyuasin yang sudah ada Perdanya

• Dampak sosial dan ekonomi lebih dominan kearah positif dibandingkan negatifnya

• Dari aspek lingkungan perlunya ketegasan pemerintah dalam menerapkan regulasi Pedoman Tata Kerja BPMIGAS No 023/PTK/III/2009

DAFTAR PUSTAKA

[1] Outlook Energy Indonesia, 2012 [2] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.01 Tahun 2008 [3]Arikunto,S.1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta [4] Pedoman Tata Kerja BP Migas Nomor 023/PTK/III/2009 [5] Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 juncto Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

PPL - 23

Page 141: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

127

POTENSI SENAM SEPERMA UNTUK MEMINIMALKAN DAMPAK

PENYAKIT KARDIOVASKULAR AKIBAT POLUTAN AMBIEN PM

Marsidi1,2, Chairil Zaman2, Dwi Priyatno1,2, Arie Wahyudi1,2 dan Ali Harokan1,2 1Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan Universitas Sriwijaya

2Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada

Email: [email protected]

Abstrak

Polutan ambien PM merupakan salah satu persoalan lingkungan pada kota-kota besar di dunia,

termasuk Indonesia. Dampak negatif dari polutan ambien PM adalah menurunkan derajat kesehatan

penduduk, terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Diperlukan upaya

meminimalkan dampak negatif tersebut dengan mengoptimalkan kerja sistem kardiorespirasi

manusia melalui senam pernafasan, khususnya senam seperma. Diberikan kajian tentang polutan

ambien PM dan senam pernafasan.

Kata kunci: polutan ambien PM, dampak kesehatan, senam pernafasan, senam seperma

PENDAHULUAN

Pencemaran atau polusi udara

merupakan hasil dari proses buangan yang

dihasilkan dari aktivitas manusia dalam

memenuhi kebutuhannya, dari sektor

produksi maupun sektor transportasi yang

mencemari udara, sehingga akan

meningkatkan zat pencemar dan berkorelasi

meningkatkan jumlah orang yang mengalami

gangguan dan penyakit akibat polusi udara

(Corbitt 2004; Pfafflin and Ziegler 2006;

Vallero 2014; WHO, 2016).

Polutan gas berkontribusi untuk

sebagian besar variasi komposisi atmosfer

dan terutama karena pembakaran bahan bakar

fosil (Pfafflin and Ziegler, 2006). Nitrogen

oksida dipancarkan sebagai NO yang cepat

bereaksi dengan ozon atau radikal dalam

membentuk NO2. Selain itu, ozon di lapisan

atmosfer yang lebih rendah dibentuk oleh

serangkaian reaksi yang melibatkan NO2 dan

senyawa organik yang mudah menguap

(VOC), prosesnya diprakarsai oleh cahaya

matahari. Karbon monoksida (CO), di sisi lain

adalah produk dari pembakaran tidak

sempurna. Sumber utama lain adalah

transportasi jalan. Sedangkan hasil SO2

berasal dari pembakaran bahan bakar fosil

yang mengandung sulfur yang bersumber

dari batu bara, minyak bumi dan peleburan

bijih yang mengandung sulfur.

Bahan kimia berbahaya keluar ke

lingkungan dengan sejumlah kegiatan alam

dan atau kegiatan manusia dapat

menyebabkan efek buruk pada kesehatan

manusia dan lingkungan. Eksposur partikel

alam dalam bentuk debu vulkanik dikaitkan

dengan peningkatan gejala pernapasan pada

populasi yang sangat terpapar. Ada indikasi

bahwa partikel abu vulkanik yang terkait

dengan peningkatan kunjungan darurat ke

rumah sakit di hari-hari berikutnya (Carlsen,

2014). Peningkatan pembakaran bahan bakar

fosil bertanggung jawab untuk perubahan

secara progresif dalam komposisi atmosfer.

Polutan udara, seperti karbon monoksida

(CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida

(NOx), senyawa organik volatil (VOC), ozon

(O3), logam berat, dan partikel terhirup (PM2.5

dan PM10), berbeda dalam komposisi

kimianya, sifat reaksi, emisi, waktu

disintegrasi dan waktu eksposur dalam jangka

panjang atau pendek (Kampa and Castanas,

2008).

Polusi udara memiliki efek dalam

bentuk akut maupun kronis terhadap

kesehatan manusia, mempengaruhi sejumlah

sistem yang berbeda pada organ. Mulai dari

ringan seperti iritasi pernapasan bagian atas

(ISPA), pernapasan kronis dan penyakit

jantung, sampai dengan kanker paru-paru,

termasuk infeksi saluran pernafasan akut pada

anak-anak dan bronkitis kronis pada orang

SL - 01

Page 142: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

128

dewasa. Penderita penyakit jantung dan paru-

paru yang sudah ada akan memberatkan

penyakitnya. Selain itu, eksposur polutan

dalam jangka pendek dan jangka panjang

juga telah dikaitkan dengan kematian dini dan

harapan hidup yang berkurang (Corbitt, 2004;

Pfafflin and Ziegler, 2006; Kampa and

Castanas, 2008).

Lebih dari 80% dari orang yang

tinggal di daerah perkotaan yang dipantau

polusi udaranya terpapar tingkat kualitas

udaranya telah melebihi batas dari WHO.

Sementara semua wilayah di dunia yang

terkena polusi udara, populasi di kota-kota

berpenghasilan rendah adalah yang paling

terkena dampak. Menurut database kualitas

udara perkotaan yang terbaru, 98% dari kota-

kota di negara-negara berpenghasilan rendah

dan menengah dengan lebih dari 100.000

penduduk tidak memenuhi syarat dari

pedoman kualitas udara WHO, termasuk

Indonesia (WHO, 2016). Namun, di negara-

negara berpenghasilan tinggi, persentase

menurun menjadi 56%. Dalam dua tahun

terakhir, database sekarang meliputi 3.000

kota di 103 negara, dengan mengukur tingkat

polusi udara kota dan mengenali dampak

kesehatan yang terkait, jumlahnya hampir dua

kali lipat (WHO, 2016). Terjadinya

penurunan kualitas udara perkotaan, akan

meningkatkan risiko bagi orang-orang yang

tinggal di perkotaan, seperti strok (Oudin,

2009), penyakit jantung (Brunekreef, 2010),

kanker paru-paru (Raaschou-nielsen et al.,

2016), dan juga penyakit pernafasan akut dan

kronis, termasuk asma (WHO, 2016).

Pedoman yang berlaku di seluruh

dunia dan berdasarkan evaluasi bukti ilmiah

para pakar saat ini memberikan jenis polutan

udara sebagai berikut: Partikulat (PM), Ozon

(O3), Kabon Monoksida (CO), Nitrogen

Dioksida (NO2) dan Sulfur Dioksida (SO2)

(WHO, 2016), dan jenis polutan udara ini

menjadi standar polusi udara di Indonesia

(KepmenLH no. 45, 1997; PP no 41, 1999)

oleh Kementerian Lingkungan dan

Kehutanan, dan digunakan oleh Badan

Metereologi, Klimatologi dan Geofisika

(BMKG).

Beberapa studi epidemiologi yang

mencakup studi jangka panjang dan jangka

pendek telah menghasilkan hubungan positif

dan signifikan secara statistik antara tingginya

tingkat pencemaran dan kejadian Penyakit

Kardiovaskular, yang sebagian besar muncul

dari negara maju. Penyakit Kardiovaskular

(PK) adalah penyebab utama kematian di

dunia (WHO, 2016). Laporan WHO (2014)

juga memberikan informasi bahwa dari total

Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia,

persentase tertinggi jumlah penderitanya (37

%) adalah Penyakit Kardiovaskular.

Ada hubungan kuantitatif antara

eksposur konsentrasi tinggi partikulat (PM2.5

dan PM10) dan peningkatan angka yang sakit

atau meninggal, baik setiap hari dan dari

waktu ke waktu. Polusi udara partikel halus

(fine particle) merupakan faktor risiko untuk

mortalitas penyakit kardiovaskuler penyebab

spesifik melalui mekanisme seperti radang

paru dan peradangan sistemik, mempercepat

aterosklerosis, dan mengubah fungsi otonom

jantung (Pope et al., 2004; Pope and

Dockery, 2006). Eksposur jangka panjang

polusi udara PM2.5 dikaitkan dengan

peningkatan risiko kematian akibat PK

(Thurston et al., 2015). Sebaliknya, ketika

konsentrasi partikulat berkurang, angka

kematian terkait akan juga turun dengan

menganggap faktor lain tetap sama (WHO,

2016). Panduan kualitas udara dari WHO

tahun 2005 memberikan panduan global

ambang batas polusi udara sebagai faktor

yang menimbulkan risiko kesehatan.

Pedoman WHO menunjukkan bahwa dengan

mengurangi pencemaran partikulat (PM10) 20-

70 µg/m3, dapat menurunkan kematian akibat

polusi udara sekitar 15% (WHO, 2014).

Selama dekade terakhir, penelitian

terutama di negara maju menunjukkan bahwa

polusi udara sebagai penentu PK. Negara

berpenghasilan rendah dan menengah dengan

usia yang lebih muda dibandingkan dengan

negara berpenghasilan tinggi, semua kematian

terkait kardiovaskular sekitar 80% (Gersh et

al., 2010). Negara-negara di Asia terbebani

oleh penyakit ini, khususnya China dan India.

Kematian disebabkan oleh PK pada perkotaan

Page 143: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

129

di India adalah 41% pria dan 37% wanita

(Celermajer et al., 2012). Faktor penentu

utama PK adalah faktor gaya hidup, diet,

riwayat kesehatan, faktor keturunan,

konsumsi rokok dan alkohol. Terdapat

beberapa cara untuk pencegahan penyakit PK,

seperti senam pernafasan (Breathing

Exercise), yang dikembangkan untuk

membantu para pasien untuk mengurangi dan

mengobati penyakit, seperti metode Taichi

(Burschka et al., 2013; Burschka et al. 2014;

Shin et al. 2015; Yang et al. 2015) dan Yoga

(Saxena and Saxena, 2009; Puymbroeck et

al., 2012; Oka et al., 2014). Telah diketahui

bahwa latihan (exercise) dapat menjaga

kebugaran (Battinelli, 2007; Katch et al.,

2011; LeMond and Hom, 2015). Jenis senam

pernafasan yang ditelah diteliti sebelumnya

menunjukkan potensi sebagai metode

meningkatkan stamina tubuh (Marsidi, 1999;

Marsidi dan Sutalaksana, 2000; Marsidi dan

Sutalaksana, 2001).

Dengan besarnya kontribusi akibat

negatif dari polusi udara, khususnya partikulat

terhadap kesehatan manusia, diperlukan suatu

upaya preventif untuk meminimasi dampak

negatif pada kesehatan manusia. Senam

pernafasan mempunyai potensi untuk

membantu upaya preventif dalam minimasi

dampak terhadap penyakit akibat dari

partikulat ambien, sehingga menarik untuk

dikaji.

ALAT DAN BAHAN

Data polutan ambien PM10 pada tahun

2014, 2015 dan 2016 diperoleh dari BMKG,

hasil data ditampilkan dalam tabel.

Penelusuran pustaka yang berkaitan dengan

polutan ambien dan penyakit Kardiovaskular

akibat polutan ambien PM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Polutan Ambien Partikulat

Pengukuran polutan ambien PM10 oleh

BMKG pada stasiun pemantauan di KM 12

Kota Palembang ditampilkan pada tabel 1.

Pada tahun 2014 rerata polutan PM10 adalah

121,2 µg/m3, tahun 2015 tingkat paparan

menurun menjadi rerata sebesar 119,7 µg/m3,

dan pada tahun 2016 terjadi penurunan sangat

tajam menjadi rerata sebesar 33,6 µg/m3.

Terjadi pennurunan sangat tajam pada tahun

2016 diduga karena terjadinya anomali cuaca

dimana terjadi hujan setiap bulan (tidak ada

musim kemarau). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa polutan Ambien PM10 di Kota

Palembang telah melebihi ambang batas

rerata tahunan yang ditetapkan WHO sebesar

20 µg/m3.

Tabel 1. Data Polutan Ambien PM10 (µg/m3) Kota Palembang

Tahun Rerata SD Min Maks

2014 121,2 69,4 42,7 302,2

2015 119,7 98,3 38,2 349,7

2016 33,6 4,6 26,6 42,4

Sumber: BMKG.

Berdasarkan hasil penelitian Rita et al.

(2016) yang disajikan pada tabel 2, diketahui

bahwa berdasarkan standar WHO kualitas di

empat provinsi penelitian telah melampaui

ambang batas. Provinsi Banten merupakan

provinsi yang mempunyai kualitas udara yang

terjelek, dimana eksposur tahunan rata-rata

untuk PM10 adalah 43,99 µg/m3, sedangkan

standar WHO adalah 20 µg/m3. Eksposur

PM2.5 adalah 22,12 µg/m3, sedangkan standar

WHO adalah 10 µg/m3. Terjadi eksposur PM

lebih dari 2 kali dari standar tersebut.

Tabel 2. Hasil Pengukuran kualitas udara

tahunan (µg/m3) pada empat provinsi

tahun 2014 diIndonesia

Provinsi PM10 Standar

WHO

PM2.5 Standar

WHO

Status

Banten 43,9

9

20 22,12 10 Diatas

NAB

Jawa

Tengah

28,1

4

20 16,09 10 Diatas

NAB

Jawa

Timur

38,5

7

20 16,71 10 Diatas

NAB

Bali 30,3

5

20 13,90 10 Diatas

NAB Sumber: Rita et al. (2016)

Terdapat standar nilai ambang batas

untuk PM yang dikeluarkan oleh beberapa

negara dan institusi, dapat dilihat pada tabel

3.

Page 144: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

130

Tabel 3. Standar NAB (µg/m3) untuk PM

oleh beberapa Negara dan Institusi.

Negara

/Institusi

PM10 PM2.5

Hari

an

Tahu

nan

Haria

n

Tahun

an

WHO 50 20 25 10

Uni Eropa 50 --- --- 25

Amerika

Serikat

150 50 35 15

Australia 50 --- 25 8

Tiongkok 150 70 35 15

India 100 60 60 40

Indonesia 150 --- --- ---

Berdasarkan laporan WHO (2016)

tentang paparan rata-rata dari polutan ambien

dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2015

berdasarkan wilayah, diketahui bahwa

wilayah paparan polutan ambien PM10

tertinggi ada di Eastern Mediterranean

dengan pendapatan penduduk yang tinggi

sebesar 235 µg/m3, sedangkan terendah di

wilayah Eropa dengan pendapatan penduduk

yang tinggi sebesar 25 µg/m3. Paparan

Polutan Ambien PM10 di wilayah Asia

Tenggara adalah 123 µg/m3. Berdasarkan

standar WHO, kualitas di semua wilayah

telah melampaui ambang batas, tidak

terkecuali di Indonesia. Menurut Villanyi (2010) dan Vallero

(2014) bahwa pengertian partikulat adalah padatan ataupun cairan di udara dalam bentuk asap, debu dan uap yang berdiameter kurang dari 500 mikron, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Disamping mengganggu

estetika, partikel berukuran kecil di udara

dapat terhisap kedalam sistem pernafasan

yang dapat menyebabkan penyakit gangguan

pernafasan dan kerusakan paru-paru.

Partikel yang masuk ke dalam sistem

pernafasan akan tergantung dari diameternya.

Partikel berukuran besar akan tertahan pada

saluran pernafasan bagian atas, sedangkan

partikel kecil yang dapat terhirup (inhalable)

akan masuk ke paru-paru dan partikel halus

(fine particle) bertahan di dalam tubuh dalam

waktu yang lama. Partikel inhalable adalah

partikel dengan diameter di bawah 10 μm

(PM10) (Villanyi, 2010; Vallero, 2014).

Partikel inhalable juga merupakan dari gas-

gas hasil pembakaran yang terbentuk di

atmosfer yang mengalami reaksi fisik-kimia

di atmosfer dan disebut dengan partikulat

sekunder, misalnya partikel sulfat dan nitrat

yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx.

Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5

mikron atau kurang. Proporsi utama dari

PM2.5 adalah amonium nitrat, amonium sulfat,

natrium nitrat dan karbon organik. Akibat

pergerakan angin menyebabkan partikel ini

sering ditemukan sebagai pencemar udara

lintas batas yang ditransportasikan ke tempat

yang jauh dari sumbernya (Villanyi, 2010;

Vallero, 2014).

Partikel inhalable yang bersifat asam

akan bereaksi langsung di dalam sistem

pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih

berbahaya daripada partikel kecil yang tidak

bersifat asam, seperti sulfat dan nitrat yang.

Partikel logam berat yang mengandung

senyawa karbon dapat menjadi pembawa

pencemar toksik lain yang berupa gas atau

semi-gas karena menempel pada

permukaannya. Partikel timbal (Pb) yang

diemisikan dari gas buang kendaraan

bermotor yang menggunakan bahan bakar

mengandung Pb yang diemisikan dari

kendaraan bermotor dalam bentuk partikel

halus berukuran lebih kecil dari 2,5 µm dan

10 µm. Partikulat juga menyebabkan kabut

asap (haze) yang menurunkan visibilitas

(Villanyi, 2010; Vallero, 2014).

PM sebagai partikulat mempunyai

kategori berdasarkan ukuran diameternya.

Jenis yang paling besar adalah PM10 untuk

semua partikel berdiameter kurang dari 10

µm. Kategori ini dibagi atas kasar (coarse)

mempunyai ukuran diameter antara 2,5 um

sampai dengan 10 µm, halus (fine)

mempunyai ukuran diameter kurang dari 2,5

µm dan sangat halus (ultrafine) berdiameter

kurang dari 0,1 µm (Brook et al., 2010;

Vallero, 2014; Cosselman et al., 2015).

Bentuk partikel lebih rinci dapat dilihat pada

gambar 1.

Page 145: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

131

Gambar 1. Kategori Ukuran Partikulat. (Brook et al., 2008)

Partikel inhalable yang bersifat asam

akan bereaksi langsung di dalam sistem

pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih

berbahaya daripada partikel kecil yang tidak

bersifat asam, seperti sulfat dan nitrat yang.

Partikel logam berat yang mengandung

senyawa karbon dapat menjadi pembawa

pencemar toksik lain yang berupa gas atau

semi-gas karena menempel pada

permukaannya. Partikel timbal (Pb) yang

diemisikan dari gas buang kendaraan

bermotor yang menggunakan bahan bakar

mengandung Pb yang diemisikan dari

kendaraan bermotor dalam bentuk partikel

halus berukuran lebih kecil dari 2,5 µm dan

10 µm. Partikulat juga menyebabkan kabut

asap (haze) yang menurunkan visibilitas

(Villanyi, 2010; Vallero, 2014).

PM sebagai partikulat mempunyai

kategori berdasarkan ukuran diameternya.

Jenis yang paling besar adalah PM10 untuk

semua partikel berdiameter kurang dari 10

µm. Kategori ini dibagi atas kasar (coarse)

mempunyai ukuran diameter antara 2,5 um

sampai dengan 10 µm, halus (fine)

mempunyai ukuran diameter kurang dari 2,5

µm dan sangat halus (ultrafine) berdiameter

kurang dari 0,1 µm (Brook et al., 2010;

Vallero, 2014; Cosselman et al., 2015).

Bentuk partikel lebih rinci dapat dilihat pada

gambar 1.

Penyakit Kardiovaskular Akibat Polutan

Ambien PM

Toksisitas dari partikel inhalable

tergantung dari komposisinya (Villanyi, 2010;

Vallero, 2014). Angka mortalitas penyakit

jantung dan pernafasan dapat meningkat

disebabkan oleh PM10, dengan konsentrasi

140 μg/m3 pada anak-anak dapat menurunkan

fungsi paru-paru, sementara dengan

konsentrasi 350 μg/m3 dapat memperburuk

kondisi penderita bronkhitis. Partikel

sekunder PM2.5 lebih berbahaya terhadap

kesehatan bukan saja karena ukurannya tetapi

juga karena sifat kimiawinya yang

memungkinkan untuk terhisap dan masuk

lebih dalam ke dalam sistem pernafasan

(Villanyi, 2010; Vallero, 2014). Pada tahun

2017, WHO mengidentifikasi polusi udara

sebagai satu-satunya risiko kesehatan

lingkungan terbesar. Pada tahun 2012,

terdapat 3,7 juta mortalitas pada orang berusia

kurang dari 60 tahun disebabkan oleh polusi

Page 146: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

132

Gambar 2. Perbandingan perkiraan persentase perubahan risiko mortalitas terkait dengan kenaikan

10 µg/m3 PM2.5 atau 20 µg/m3 PM10 untuk skala waktu pemaparan yang berbeda (Brook et

al., 2010).

udara ambien, dan 80% mortalitas ini

adalah hasil dari penyakit kardiovaskular

(Penyakit Jantung Koroner dan Strok) (WHO,

2016). Meskipun tingkat polutan rata-rata di

Amerika Serikat menurun setelah penerapan

peraturan kualitas udara, tingginya tingkat

transportasi komersial dan kemacetan lalu

lintas masih menyebabkan konsentrasi

polutan yang tinggi yang dapat dihirup oleh

penumpang, pejalan kaki, dan mereka yang

tinggal di dekat jalan raya utama. Lebih dari

95% penduduk perkotaan di kota-kota besar

terkena tingkat polusi yang melebihi pedoman

kualitas udara WHO (WHO, 2016).

Saat ini, sifat dasar dan cakupan penuh

dari hubungan risiko temporal yang dipicu

oleh eksposur PM jangka panjang tetap tidak

pasti (Brook, 2008). Studi epidemiologi yang

ada menunjukkan risiko kardiovaskular yang

lebih besar akibat eksposur yang lebih lama

ke tingkat PM yang lebih tinggi dari

pengamatan hanya beberapa hari, seperti yang

ditampilkan pada gambar 2. Studi kohort

yang menggunakan analisis survival regresi

Cox (selama berbulan-bulan sampai bertahun-

tahun) mampu memberikan evaluasi yang

lebih lengkap dari hubungan risiko sementara

daripada analisis deret waktu yang hanya

beberapa hari yang menggunakan regresi

Poisson. Namun, mengingat kurangnya

informasi yang lengkap, tidak ada kesimpulan

yang dapat ditarik mengenai besarnya risiko

tambahan yang ditimbulkan oleh eksposur

kronis, periode waktu (beberapa bulan lawan

beberapa dekade) yang diperlukan untuk

menunjukkan peningkatan risiko ini,

penyebab biologis yang mendasari,

sejauhmana perbedaan statistik antara jenis

studi menjelaskan variasi risiko, dan apakah

PJK kronis yang relevan secara klinis oleh

Page 147: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

133

eksposur kronis.Di satu sisi, studi yang ada

menunjukkan bahwa sebagian besar ukuran

efek risiko lebih besar yang ditimbulkan oleh

eksposur jangka panjang dibandingkan jangka

pendek tampaknya diwujudkan hanya dalam

waktu 1 sampai 2 tahun waktu tindak lanjut.

Memperpanjang durasi waktu eksposur

meningkatkan risiko kardiovaskular, namun

sampai tingkat yang semakin kecil dari waktu

ke waktu (Gambar 2).

PM meningkatkan faktor risiko untuk

mempercepat pengembangan aterosklerosis

dalam setting eksperimental. Dengan

demikian, eksposur jangka panjang dapat

meningkatkan risiko kardiovaskular ke

tingkat yang lebih besar lagi dengan

meningkatnya kerentanan individu terhadap

kejadian kardiovaskular di masa depan akibat

eksposur akut. Selain itu, kemungkinan tidak

dapat diilustrasikan oleh periode tindak lanjut

terbatas (4 sampai 5 tahun) dari sebagian

besar studi kohort. Oleh karena itu,

memerlukan lebih banyak penyelidikan

(Brook et al., 2010).

Menurut WHO, Penyakit

Kardiovaskuler adalah penyakit yang

disebabkan gangguan fungsi jantung dan

pembuluh darah. Ada banyak macam

penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling

umum dan paling terkenal adalah penyakit

jantung koroner dan strok (WHO, 2011).

Orang dengan Penyakit Kardiovaskular atau

berisiko tinggi kardiovaskular (karena adanya

satu atau lebih faktor risiko seperti Penyakit

Hipertensi, Diabetes, Hiperlipidemia atau

penyakit yang sudah mapan) memerlukan

deteksi dini dan penanganan dengan

menggunakan konseling dan obat-obatan,

sesuai kebutuhan (WHO, 2016). Penyakit

Kardiovaskular (PK) adalah istilah umum

untuk sejumlah patologi terkait, yang

umumnya didefinisikan sebagai PJK,

Penyakit Serebrovaskular, Penyakit Arteri

Perifer, Penyakit Jantung Rematik dan

Penyakit Jantung Bawaan serta

Tromboemboli Vena. PK global

menyumbang 31% mortalitas, sebagian besar

ini dalam bentuk PJK dan Serebrovaskular

(WHO, 2016), sedangkan di Indonesia

sebanyak 37% (WHO, 2014).

Lebih dari 9 juta kematian yang

disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular

(PTM) terjadi sebelum usia 60 tahun, dan

90% dari kematian “dini” tersebut terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Secara global PTM penyebab kematian

nomor satu setiap tahunnya adalah Penyakit

Kardiovaskuler (PK), termasuk di Indonesia.

Setiap tahunnya lebih dari 36 juta (63%)

orang meninggal karena PTM dari seluruh

kematian. Prevalensi kematian akibat PK

sebesar 48% dari total prevalensi PTM yang

menyebabkan kematian di dunia (WHO,

2011). Pada tahun 2008 diperkirakan

sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh

PK. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi

sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat

dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan

oleh Penyakit Jantung terjadi berkisar sebesar

4% di negara berpenghasilan tinggi sampai

dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan

rendah. Komplikasi Penyakit Hipertensi

menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh

dunia setiap tahunnya. Penyakit Hipertensi

menyebabkan setidaknya 45% kematian

karena Penyakit Jantung dan 51% kematian

karena Penyakit Strok. Kematian yang

disebabkan oleh PK, terutama Penyakit

Jantung Koroner (PJK) dan Penyakit Strok

(PS) diperkirakan akan terus meningkat

mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030

(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Saat ini

80% kematian akibat PK terjadi di negara

berkembang (WHO, 2017) dan PK

diperkirakan menjadi penyebab utama

kematian di sebagian besar negara

berkembang pada tahun 2030, yang

persentasenya lebih tinggi dibandingkan

dengan penyakit menular (WHO, 2013), PK

merupakan penyebab kematian utama dan

kehilangan tahun-tahun kehidupan secara

global (WHO, 2017).

COMEAP (2006), Brooks et al. (2010),

Cosselman et al. (2015) dan Dehbi et al.

(2017) telah mengkaji hubungan polutan

partikulat dengan penyakit kardiovaskular

oleh Eksposur diameter PM2.5 selama jangka

Page 148: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

134

pendek, beberapa jam sampai beberapa

minggu bisa memicu mortalitas terkait

penyakit kardiovaskular dan kejadian

nonfatal, sedangkan eksposur jangka panjang

(beberapa tahun) meningkatkan risiko

mortalitas kardiovaskular ke tingkat yang

lebih besar dan mengurangi harapan hidup

(Brook et al., 2010). Penduduk yang terpapar

lebih tinggi oleh PM beberapa bulan sampai

beberapa tahun, terjadi penurunan tingkat PM

dikaitkan dengan penurunan angka mortalitas

kardiovaskular. Banyak mekanisme patologis

dijelaskan secara biologis terhadap temuan

ini. Keseluruhan hasil penelitian konsisten

dengan hubungan kausal antara eksposur

PM2.5 dan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular (Brooks et al., 2010;

Cosselman et al., 2015).

Katsouyanni (2003), Analitis et al.

(2006) dan Samoli et al., (2006) telah

melakukan penelitian di luar Amerika Serikat,

termasuk proyek Polusi Udara dan Kesehatan

di Eropa (APHEA) yang meneliti efek

mortalitas terkait PM setiap hari di berbagai

kota. Polutan ambien PM dikaitkan secara

signifikan dengan angka mortalitas harian

kardiovaskular (Dehbi et al., 2017). Beberapa

rangkaian penelitian Kan et al. (2003, Wong

et al. (2008a), juga telah mengkonfirmasi

peningkatan yang serupa pada mortalitas

kardiovaskular yang terkait dengan eksposur

PM jangka pendek di China. Penelitian juga

di Kota Bangkok, Thailand (Wong et al.,

2008b). Hasil kajian Brook et al. (2004),

diperoleh bukti keseluruhan dari analisis deret

waktu (time-series) yang dilakukan di seluruh

dunia sejak publikasi pertamanya yang

diberikan oleh American Heart Association

(AHA) menegaskan adanya asosiasi kecil

namun konsisten antara peningkatan

mortalitas dan peningkatan jangka pendek

PM10 dan PM2.5 kira-kira sama dengan 0,4%

sampai 1,0%. Penurunan angka mortalitas

harian (mortalitas kardiovaskular secara

khusus) karena penurunan 10 µg/m3 di PM2.5

selama 1 sampai 5 hari sebelumnya.

Senam Pernafasan

Menurut Marsidi (1999) dan

Giriwijoyo (2000), senam pernafasan

merupakan bentuk olahraga ringan. Dalam

pelatihan ini akan terjadi proses

integrasi/keterpaduan dalam berlatih, dimana

terdapat korelasi dan interaksi antara: 1) Olah

Raga, Pengolahan raga dalam bentuk berupa

gerakan yang dilakukan secara berulang-

ulang yang disebut jurus dengan ritme yang

teratur. 2) Olah Rasa, Pengolahan rasa

melalui proses konsentrasi terhadap

perubahan yang terjadi dari proses

mengalirkan hawa hangat yang ada pada

bagian tubuh tertentu. 3) Olah Cipta,

Pengolahan cipta dalam bentuknya berupa

pikiran yang fokus dengan sugesti/keyakinan

yang tinggi, kemudian terdapat

pemrograman/niat dari setiap pemakaian

hawa hangat/tenaga dalam yang ada. Olah

cipta juga berfungsi mensinergikan antara

olah raga dan olah rasa.

Senam pernafasan berasal dari dua

kutub, yaitu dari Tiongkok dan India. Jenis

senam pernafasan dari Tiongkok dikenal

dengan nama Taichi (Hartley et al., 2014),

Ciqong (Hartley et al., 2015), sedangkan

senam pernafasan dari India dikenal dengan

nama Yoga Pranayama (Kwong et al., 2015).

Rusia juga memiliki senam pernafasan untuk

penderita asma yang diberi nama buteyko

(Campbell et al., 2011), senam pernafasan

khusus asma di Indonesia diberi nama Senam

Asma (Budi, 2008). Terdapat beberapa nama

senam pernafasan di Indonesia, seperti prana

sakti, satria nusantara, sinar putih, hikmatul

iman, dan lain-lain.

Terdapat 3 teknik senam pernafasan,

yaitu pernafasan perut, pernafasan diafragma

dan pernafasan dada. Ada senam pernafasan

yang memakai 3 jenis pelatihan pernafasan,

yaitu: pernafasan perut, pernafasan diafragma

dan pernafasan dada. Ada juga yang

menggunakan 2 teknik nafas, ada

menggunakan nafas perut dan dada. Ada juga

yang hanya memakai nafas perut (Marsidi,

1999; Mayor and Micozzi, 2011; Chiasson,

2013). Pernafasan perut adalah

pernafasan yang dilakukan dengan melakukan

pengembungan dan pengempisan perut,

Page 149: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

135

menarik dan mengeluarkan nafas melalui

hidung. Pernafasan diafragma adalah

pernafasan yang dilakukan pengembungan

dan pengempisan perut dan dada secara

bersamaan, menarik nafas melalui hidung dan

mengeluarkan nafas melalui mulut.

Pernafasan dada adalah pernafasan yang

dilakukan dengan pengembungan dan

pengempisan dada, menarik nafas melalui

hidung dan mengeluarkan nafas melalui

mulut (Marsidi, 1999).

Senam Pernafasan dan Penyakit

Kardiovaskular

Senam bernafasan merupakan suatu

metode olahraga ringan yang bertujuan

mengolah pernafasan dengan diiringi dengan

gerakan tertentu dari bagian tubuh tertentu.

Berikut ini disajikan manfaat dari beberapa

jenis senam pernafasan terhadap penyakit

kardiovaskular pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Manfaat Senam Pernafasan terhadap Penyakit Kardiovaskular. Jenis Peneliti Tahun Metode Hasil

Taichi Campo et al. 2014 randomized

controlled trial

Dapat menurunkan tekanan darah sistol dan kortisol

pada penderita kanker.

Taichi Wang et al. 2016 Review Meningkatkan kualitas hidup pasien dengan Penyakit

Kardiovaskular

Taichi Lan et al. 2008 Review Potensial untuk pasien PJK

Taichi Lan et al. 2013 Review Signifikan untuk pasien

penyakit kardiovaskular

Taichi Gloria et al. 2009 Review Bermanfaat untuk pasien dengan PK

Ciqong Hartley et al. 2015 Randomized

Controlled Trial

Efektif untuk pencegahan primer Penyakit

Kardiovaskular

Yoga Cramer et al. 2014 Review Penting secara klinis terhadap sebagian besar faktor

risiko penyakit kardiovaskular

Yoga Harley et al. 2014 Randomized

Controlled Trial

Efek yang menguntungkan pada tekanan darah

diastolik

Yoga Kwong et al. 2015 Randomized

Controlled Trial

Efektivitas yoga untuk pencegahan sekunder di PJK

masih belum jelas

Yoga Manchanda and Madan

2014 Review Pencegahan primer dan sekunder penyakit

kardiovaskular

Yoga Manchanda 2014 Review Beberapa percobaan kecil telah menunjukkan manfaat

dalam rehabilitasi jantung

Yoga Siu et al. 2014 Randomized Trial Menurunkan faktor risiko kardiovaskular

Senam Seperrma

Senam Seperma merupakan senam

pernafasan pada umumnya, dari analisis faal

dan biomeknaika dalam ilmu ergonomi

menunjukkan bahwa latihan senam ini aman

untuk dilakukan, karena dilakukan dengan

postur dan gerakan yang alami, serta

menggunakan beban tubuh sendiri (Harvard

Medical School, 2014; 2015; 2016) dan

didasarkan pada gerakan hatta yoga

(isometric training) (Kaminoff and Matthews,

2012; Oka et al., 2014). Sehingga dapat

dipakai dalam kegiatan program menjaga dan

meningkatkan kebugaran pekerja (Employee

Fitness Programme) (Marsidi, 1999).

Gerakan Senam Seperma disajikan pada

gambar 5 dan tahapan latihan disajikan pada

tabel 5.

Gerakan tersebut dilakukan dengan 5

tahapan teknik nafas: 1, Berlatih dengan nafas

teratur, tanpa ada teknik pernafasan; 2,

Berlatih dengan proses

pengejangan/kontraksi, tanpa teknik nafas; 3,

Berlatih dengan teknik nafas, pada saat tarik

dan tahan nafas, tubuh kondisi relaks, pada

saat buang nafas, tubuh

dikejangkan/kontraksi; 4, Berlatih dengan

teknik nafas. Pada saat buang nafas, bagian

tubuh tertentu yang dikejangkan/kontraksi; 5,

Berlatih dengan teknik nafas, menyalurkan

Page 150: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

136

Gambar 5. Gerakan Senam Seperma

Tabel 5. Manfaat 5 Gerakan Senam Seperma Posisi 1 Merupakan posisi tubuh dengan bentuk kuda-kuda, posisi badan sedikit membungkuk, kaki

menjinjit/menapak. Posisi ini bermanfaat menguatkan tubuh secara menyeluruh, terutama pada kaki

dan pinggang.

Posisi 2 Merupakan posisi tubuh setengah hold push-up, posisi ini bermanfaat menguatkan seluruh tubuh,

terutama tangan dan pinggang.

Posisi 3 Merupakan posisi tubuh setengah hold push up, posisi lutut diletakkan di lantai. Posisi ini

menguatkan tangan.

Posisi 4 Merupakan posisi tubuh terbang, posisi perut menahan berat badan, tangan dan kaki diangkat. Posisi

ini menguatkan pinggang dan perut.

Posisi 5 Merupakan posisi tubuh hold sit up, posisi pinggang menahan berat badan, tangan dan kaki

diangkat. Posisi ini menguatkan perut dan pinggang.

hawa hangat ke badan dan bagian tubuh

tertentu.

Hasil wawancara pada responden

diperoleh bahwa mampu untuk meningkatkan

kesehatan dalam rangka persiapan fisik untuk

tes kesehatan bagi pelamar kerja. Bila

dilakukan selama 3 bulan setiap hari dengan

waktu latihan 1 jam pada pagi dan 1 jam pada

sore hari, akan meningkatkan stamina dua

kali lipat.

KESIMPULAN

Senam Seperma mempunyai potensi

untuk program latihan untuk menjaga

kebugaran jasmani pekerja, juga pada pasien

penyakit tidak menular (PTM) seperti

penyakit kardiovaskular. Senam ini dapat

digunakan untuk persiapan bagi para pencari

kerja yang bermasalah pada kesehatan

fisiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Analitis A, Katsouyanni K, Dimakopoulou K,

Samoli E, Nikoloulopoulos AK,

Petasakis Y, et al. 2006. Short-term

effects of ambient particles on

cardiovascular and respiratory

mortality. Epidemiology 17:230 –233.

Battinelli T. 2007. Physique, Fitness, and

Performance. Boca Raton: Taylor &

Francis.

Brook RD, Franklin B, Cascio W, Hong Y,

Howard G, Lipsett M, et al. 2004. Air

Page 151: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

137

pollution and cardiovascular disease: a

statement for healthcare professionals

from the Expert Panel on Population

and Prevention Science of the American

Heart Association. Circulation

109:2655–2671.

Brook RD, 2008. Cardiovascular effects of air

pollution. Clin Sci (Lond) 115:175–187.

Brook RD, Rajagopalan S, Pope CA, Brook

JR, Bhatnagar A, Diez-Roux AV, et al.

2010. Particulate Matter Air Pollution

and Cardiovascular Disease. An Update

to the Scientific Statement From the

American Heart Association.

Circulation 121:2331-2378.

Brunekreef B, 2010. Air Pollution and Human

Health : From Local to Global Issues.

Procedia Social and Behavioral Sciences

41: 6661–6669.

Budi H, 2008. Hubungan Kualitas Senam

Asma dengan kualitas hidup pasien

Asma RSPAD Gatot Subroto. Tesis.

Fakultas Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Burschka J, Kuhn P, Menge U, and Oschman

P. 2013. Research on Tai Chi as a sport

in health care: The challenge of complex

interventions. Sportwiss 1–16.

Burschka J, Keune PM, Oy UH, Oschmann P,

and Kuhn P, 2014. Mindfulness-based

interventions in multiple sclerosis :

beneficial effects of Tai Chi on balance ,

coordination , fatigue and depression.

BMC Neurology 14(165), 1–9.

Campbell TG, Hoffmann T, and Glasziou, PP,

2011. Buteyko breathing for asthma.

John Wiley & Sons.

Campo RA, Light KC, O'Connor

K, Nakamura Y, Lipschitz D, LaStayo

PC, et al., 2015. Blood pressure,

salivary cortisol, and inflammatory

cytokine outcomes in senior female

cancer survivors enrolled in a tai chi

chih randomized controlled trial. J

Cancer Surviv 9(1):115-25.

Carlsen HK. 2014. Health effects of air

pollution in Iceland. PhD Thesis. Umea:

Umea University.

Celermajer DS, Chow CK, Marijon E,_

Anstey NM, and Woo KS, 2012.

Cardiovascular Disease in the

Developing World: Prevalences,

Patterns, and the Potential of Early

Disease Detection. J Am Coll Cardiol

60:1207–16.

COMEAP. 2006. Cardiovascular Disease

and Air Pollution: A Report by the

Committee on the Medical Effects of Air

Pollutant’s Cardiovascular Sub-Group.

Committee on the Medical Effects of

Air Pollutants. London, UK:

Department of Health, National Health

Service.

Corbitt RA. 2004. Air Pollution in Standard

Handbook of Environmental

Engineering. Second Edition. New

York: McGraw-Hill.

Cosselman KE, Navas-Acien A, and

Kaufman JD, 2015. Environmental

factors in cardiovascular disease.

Nature Cardiology Review. Advance

Online Publication. 16 pp.

Cramer H, Lauche R, Haller H, Steckhan N,

Michalsen A, and Dobos, G. 2014.

Effects of yoga on cardiovascular

disease risk factors: A systematic

review and meta-analysis. International

Journal of Cardiology 173:170–183.

Dehbi HM, Blangiardo M, Gulliver J, Fecht

D, de Hoogh K, Al-Kanaani Z, et al.

2017. Air pollution and cardiovascular

mortality with over 25 years follow-up:

A combined analysis of two British

cohorts. Environ Int 99: 275–281.

Gersh BJ, Sliwa K, Mayosi BM, and Yusuf S,

2010. The epidemic of cardiovascular

disease in the developing world: global

implications. European Heart Journal

31: 642–648.

Gloria Y, Wang C, Wayne PM, and Phillips

R. 2014. Tai Chi Exercise for Patients

with Cardiovascular Conditions and

Risk Factors: A Systematic Review. J

Cardiopulm Rehabil Prev 29(3): 152–

160.

Page 152: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

138

Giriwijoyo S, 2000. Tenaga Dalam ditinjau

dari sisi ilmu Faal Olahraga. Seminar

Sehari, Bandung: Gedung Pos Pusat.

Hartley L, Flowers N, Lee MS, Ernst E, and

Rees K. 2014. Tai chi for primary

prevention of cardiovascular disease.

JohnWiley & Sons.

Hartley L, Lee MS, Kwong JSW, Flowers N,

Todkill D, Ernst E. et al., 2015. Qigong

for the primary prevention of

cardiovascular disease. JohnWiley &

Sons.

Harvard Medical School. 2014. Better

Balance-Easy exercises to improve

stability and prevent falls. A Harvard

Medical School Special Health Report.

Boston: Harvard University.

Harvard Medical School. 2015. Strength and

Power Training-A guide for older

adults. A Harvard Medical School

Special Health Report. Boston: Harvard

University.

Harvard Medical School. 2016. Core

Exercises-5 workouts to tighten your

abs, strengthen your back, and improve

your balance A Harvard Medical

School Special Health Report. Boston:

Harvard University.

Kampa M, and Castanas, E. 2008. Human

Health Effects of Air Pollution.

Environmental Pollution 151 (2008)

362-367.

Kaminoff L, and Matthews, A. 2012. Yoga

Anatomy-2nd ed. Champaign: Human

Kinetics.

Kan H, London SJ, Chen G, Zhang Y, Song

G, Zhao, et al. 2008. Season, sex, age,

and education as modifiers of the

effects of outdoor air pollution on daily

mortality in Shanghai, China: The

Public Health and Air Pollution in Asia

(PAPA) Study. Environ Health

Perspect 116:1183–1188.

Katch VL, McArdle WD, and Katch F.I.

2011. Essentials of Exercise

Physiology. 4th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Katsouyanni K, Touloumi G, Samolu E,

Petasakis Y, Analitis A, Le Tertre A, et

al. 2003. Sensitivity analysis of various

models of short-term effects of ambient

particles on totalmortality in 29 cities in

APHEA2. In: Revised Analyses of

Time-Series of Air Pollution and

Health. Boston, Mass: Health Effects

Institute.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi

Kesehatan Jantung. Pusat Data dan

Informasi. Jakarta: Kementerian

Kesehatan.

KepMenLH No. 45.1997. Tentang Indeks

Standar Pencemar Udara. Jakarta:

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Kwong JSW, Lau HLC, Yeung F, and Chau

PH. 2015. Yoga for secondary

prevention of coronary heart disease.

John Wiley & Sons.

Lan C, Chen SY, Wong MK, and Lai JS.

2008. Tai Chi Training for Patients with

Coronary Heart Disease. Med Sport Sci

52:182–194.

Lan C, Chen SY, Wong MK, and Lai JS.

2013. Tai Chi Chuan Exercise for

Patients with Cardiovascular Disease.

Evidence-Based Complementary and

Alternative Medicine . Article ID

983208, 9 pages.

LeMond G, and Hom M. 2015. The Science

of Fitness. New York: Academic Press.

Manchanda SC. 2014. Yoga - A promising

technique to control cardiovascular

disease. indian heart journal. 66:

487e489. 3 pages.

Manchanda SC, and Madan K. 2014. Yoga

and meditation in cardiovascular

disease. Clin Res Cardiol. s00392-014-

0663-9

Marsidi. 1999. Pengkajian Potensi Pelatihan

Tenaga Dalam untuk Bekerja ditinjau

dari sisi ergonomi. Tesis. Program

Studi Teknik dan Manajemen Industri,

Program Pascasarjana. Bandung:

Institut Teknologi Bandung.

Marsidi dan Sutalaksana IZ. 2000. Pengaruh

Latihan Pernafasan pada Perokok

(studi kasus supir taksi). Proseding

Perhimpunan Ergonomi Indonesia.

Page 153: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

139

Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh

November.

Marsidi dan Sutalaksana IZ. 2001. Pengaruh

Transfer Energi Tenaga Dalam pada

proses Pengobatan Penyakit. Proseding

Perhimpunan Ergonomi Indonesia.

Fakultas Kedokteran. Denpasar:

Universitas Udayana.

Mayor D, and Micozzi MS. 2011. Energy

Medicine, East and West: A Natural

History of Qi. Oxford: Elseiver.

Mijares SG. 2009. The revelation of the

breath : a tribute to its wisdom, power,

and beauty. New York: State University

of New York Press.

Oka T, Tanahashi T, Chijiwa T,

Lkhagvasuren B, Sudo N, and Oka K.

2014. Isometric yoga improves the

fatigue and pain of patients with chronic

fatigue syndrome who are resistant to

conventional therapy : a randomized ,

controlled trial. BioPsychoSocial

Medicine 14(27):1–9.

Oudin A. 2009. Exposure to Air pollution and

Stroke risk: Exploring methodological

aspects. PhD Thesis. Lund: Lund

University.

Peraturan Pemerintah No. 41. 1999. Tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

Jakarta.

Pfafflin JR, and Ziegler EN. 2006. Air

Pollutant Effects in Encyclopedia of

Enviromental Science and Engineering.

Boca Raton: Taylor & Francis..

Pope CA, Burnett RT, Thurston GD, Thun

MJ, Calle EE, Krewski D, et al. 2004.

Cardiovascular Mortality and Long-

Term Exposure to Particulate Air

Pollution. Circulation 109: 71–77.

Pope CA, and Dockery DW. 2006. Health

effects of fine particulate air pollution:

lines that connect. J Air Waste Manag

Assoc 56:709 –742.

Puymbroeck MV, Schmid A, Miller K, and

Schalk N. 2012. Quality of life for

individuals with chronic stroke following

an 8-week yoga intervention. BMC

Complementary and Alternative

Medicine 12(Suppl 1), 1.

Raaschou-nielsen O, Beelen R, Wang M,

Hoek G, Andersen ZJ, Hoffmann B, et

al. 2016. Particulate matter air pollution

components and risk for lung cancer.

Environment International 87: 66–73.

Rita, Lestiani DD, Hamonangan E, Santoso

M, dan Yulinawati H. 2016. Kualitas

Udara (PM10 DAN PM2.5) untuk

Melengkapi Kajian Indeks Kualitas

Lingkungan. Ecolab 10(1):1 – 48.

Samoli E, Touloumi G, Schwartz J, Anderson

HR, Schindler C, Forsberg B., et al.

2007. Short-term effects of carbon

monoxide on mortality: an analysis

within the APHEA project. Environ

Health Perspect 115:1578–1583.

Saxena T, and Saxena M. 2009. The effect of

various breathing exercises (pranayama )

in patients with bronchial asthma of mild

to moderate severity. International

Journal of Yoga 2(1): 22–25.

Shin J, Lee Y, Kim SG, Choi BY, Lee H, and

Bang, S. 2015. The beneficial effects of

Tai Chi exercise on endothelial function

and arterial stiffness in elderly women

with rheumatoid arthritis. Arthritis

Research & Therapy 17(380): 1–10.

Siu PM, Yu AP, Benzie IF, and Woo J, 2015.

Effects of 1-year yoga on

cardiovascular risk factors in middle-

aged and older adults with metabolic

syndrome: a randomized trial.

Diabetology & Metabolic Syndrome

7:40. 12 pages.

Thurston GD, Ahn J, Cromar KR, Shao Y,

Reynolds HR, Jerrett M, et al. 2015.

Ambient Particulate Matter Air Pollution

Exposure and Mortality in the NIH-

AARP Diet and Health Cohort.

Environmental Health Perspectives

1509676: 30 pages.

Vallero D. 2014. Fundamentals of Air

Pollution. London: Elsevier.

Villanyi V. 2010. Air Pollution. Crotia:

Sciyo.

Wang XQ, Pi YL, Chen PJ, Liu Y, Wang R,

Li X, et al. 2016. Traditional Chinese

Exercise for Cardiovascular Diseases:

Page 154: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

140

Systematic Review and Meta-Analysis

of Randomized Controlled Trials. J Am

Heart Assoc. 2016;5:e002562. 18 pp.

WHO. 2011. Global Atlas on cardiovascular

disease prevention and control. Geneva:

World Health Organization.

WHO. 2013. A global brief on hypertension:

Silent killer, global public health crisis.

Geneva: World Health Organization.

WHO. 2014. Noncommunicable Diseases

(NCD) Country Profiles. Geneva:

World Health Organization.

WHO. 2016. Ambient Air Pollution. Geneva:

World Health Organization.

WHO. 2017. Cardiovascular diseases

(CVDs). Factsheet. Geneva: World

Health Organization.

Wong CM, Ou CQ, Chan KP, Chau YK,

Thach TQ, Yang L, et al. 2008a. The

effects of air pollution on mortality in

socially deprived urban areas in Hong

Kong, China. Environ Health Perspect

116:1189 –1194.

Wong CM, Vichit-Vadakan N, Kan H, and

Qian, Z. 2008b. Public Health and Air

Pollution in Asia (PAPA): a multicity

study of short-term effects of air

pollution on mortality. Environ Health

Perspect 116:1195–1202.

Yang Y, Hao Y, Tian W, Gong L, Zhang K,

Shi Q, et al. 2015. The effectiveness of

Tai Chi for patients with Parkinson ’ s

disease : study protocol for a

randomized controlled trial. Trials

16(111): 1–7.

Page 155: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

141

Fatigue Endurance of Aluminium Casting 7xxx Series as Alternative Material for Organic Rankine Cycle’s Turbin Blade at 180 °C Operation Temperature

Nurhabibah Paramitha Eka Utami,*, Astuti2, Ellyanie3

123 Mechanical engineering, University of Sriwijaya *Corresponding Author: [email protected]

Abstract The increasing demand of electricity alinged by the reducing availability of fossil fuels which is also one of the causes of increased environmental pollution due to CO2 and other gas emissions and drives the development of the utilization of biogas and geothermal energy that are widely available in nature. The utilizing ORC Turbine (Organic rankine cycle) is considered very promising to convert heat in low temperature 100-220 ° C into electrical energy. The use of Fe-25Al-xTi and TiAl alloys as a heavy ORC turbine blade material encourages the need for development in the utilization of lighter but stronger alternative materials. This study analyzes and observes the fatigue resistance of Al-Zn-Mg-Cu Cor alloys as an alternative material in ORC Turbine construction (Organic rankine cycle) where the use of aluminium is expected to be more efficient than steel and titanium materials used today. Tests wasconducted in this research are chemical composition test, hardness test, microstructure test, tensile test, fatigue test, and fatigue fractography observation. The results show that there is a reduction in mechanical properties and fatigue resistance in hear treated specimens. This occurs because of the dissemination of the precipitate which is the embrittled phase so as to cause a decrease in mechanical properties and fatigue resistance in heat treated specimens. Keywords: ORC, Fatigue, Aluminium, as cast, heat treated

Abstrak Semakin meningkatnya kebutuhan akan listrik diiringi dengan semakin terbatasnya ketersediaan bahan bakar fosil yang juga menjadi salah satu penyebab peningkatan pencemaran lingkungan karena emisi CO2 dan gas lainnya, mendorong adanya pengembangan dalam pemanfaatan biogas dan energi geothermal yang banyak tersedia di alam. Penggunaan Turbin ORC (Organic rankine cycle) dinilai sangat menjanjikan untuk mengubah panas dalam temperatur rendah 100-220 °C menjadi energi listrik. Penggunaan paduan Fe-25Al-xTi dan TiAl sebagai material sudu turbin ORC yang cukup berat mendorong dibutuhkannya pengembangan dalam pemanfaatan material alternatif yang lebih ringan tetapi tetap kuat. Penelitian ini menganalisa dan mengamati ketahanan lelah dari paduan Al-Zn-Mg-Cu Cor sebagai material alternatif dalam konstruksi Turbin ORC (Organic rankine cycle) dimana penggunaan aluminium diharapkan dapat lebih efisien dibandingkan material baja dan titanium yang digunakan saat ini. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji komposisi kimia, uji kekerasan, uji struktur mikro, uji tarik, uji fatik, dan pengamatan fraktografi fatik. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan sifat mekanis dan ketahanan fatik pada spesimen dengan perlakuan panas. Hal ini terjadi karena adanya penyebaran endapan yang merupakan fasa penggetas sehingga menyebabkan terjadinya penurunan sifat mekanis dan ketahanan fatik pada spesimen dengan perlakuan panas.

Katakunci: ORC, Fatik, Aluminium, as cast, pemanasan

1. Introduction The Rapid industrial development in Indonesia drives the increasing demand for

electrical energy. The limited resources of conventional power plants such as oil and natural gas will not sufficient to power supply needed.

Page 156: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

142

On the other hand, The effort to reduce air pollution is conducted by using renewable energy sources as a substitute for conventional energy sources. Therefore, it is necessary the capable technology of utilizing low-temperature renewable energy. The utilization of Organic Rankine Cycle (ORC) which is a modification of the rankine cycle that uses refrigran as a working fluid to generate electrical energy from low temperature heat energy source 100-200 ° C (Wang et al. 2012), is expected to be an innovation in the utilization of biogas energy and geothermal energy contained in nature (Han et al. 2014). The utilization of the Organic Rankine Cycle (ORC) system is the best way to reduce air pollution levels (Costall et al. 2015).

Characteristics required in material selection of ORC turbine blades are capable of working in temperatures of 100-200 ° C, good strength and good corrosion resistance. ORC turbine blade material currently used are Fe-25Al-xTi and TiAl alloys (Krein & Palm 2008). The main problem encountered in the utilization of TiAl and Fe-25Al-xTa are a very specific and costly process. Therefor, TiAl and Fe-25Al-xTa are high enough density. So, it is possible to develop the alternative materials that useful in replacing the utilization of heavy steel and titanium. These alternative materials should have reasonable criteria to be used in the working conditions of the ORC turbine blades, which are strong, good corrosion-resistant, good fatigue resistant and good operation-resistant.

Fatigue in material is a failure in structures due to repetitive loads. Any component or construction that receives a dynamic load can be damaged at lower stress than its maximum stress and even below its tensile stress. Fatigue failure is a phenomenon of failure that is thought to be the cause of 50-60%

mechanical failure. Failure caused by fatigue factors is more dangerous than static failure due to fatigue failure can occur suddenly without any sign or warning. many constructions may be received combined stress that contaminated by corrosive environment causing the component to be threatened its safety.

Aluminum with density value of 2.7 g / cm3 is expected to increase turbine efficiency and improve overall generator efficiency when compared with the use of steel that having density of 7.75 gr / cm3 and titanium 4.5 gr / cm3. This requirement is also the factor that support the selection of aluminium material as turbine blade material due to its lightweight, wear-resistant and wear resistant. Aluminum alloys 7xxx series which have heat treatable properties known to have the highest tensile strength properties at room temperature when compared with other aluminum alloy types produced by conventional casting process, besides that 7xxx aluminum is also superior because of its strength and toughness (Isadare et al. 2013).

2. Experimental Section The material used in this research is cast

aluminum alloy 7xxx series with specific composition of Al-9.05 Zn-4.03 Cu-3.01 Mg. The process of casting was conducted by using gravity casting with metal molds. The temperature used in the casting process was stable at 750 ° C. The variables used in 2 (two) conditions, which are as-cast and heat treated material at 180 ° C for 200 hours which in analogy as the operating temperature of the ORC's turbine blade. Many tests that conducted in this research are chemical composition test, hardness test, tensile test, microstructure observation, fatigue test and fractography observation. The result of Chemical composition shown in Table 1.

Table 1. Chemical Compositions of Al-9.05Zn-4.03Cu-3.01Mg cast alloy

Element Al Zn Cu Mg V Cr Mn Fe Content (%) 83,25 9,05 4.03 3,01 0 0,04 0,23 0,12

Element Co Ni Ti Si Zr Sn Pb Bi Content (%) 0 0,09 0,03 0,05 0 0 0,07 0,03

Page 157: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

143

2.1. Hardness Test Hardness test was performed in the two conditions of the samples ,as-cast and aged material at 180 ° C for 200 hours in which each condition was conducted in 36 test points to analyze the uniformity of hardness value in each contidition alloy. Sample preparation was done by casting , sample cutting , heat treatment , surface smoothing and polishing. The load that used in this test is 500 gf. Hardness Brinell obtained by using Equation 1 below :

BHN = (1)

2.2 Microstructure Observation

Preparation process was conducted by polishing with TiO2 and etching process was conducted using a mixture of 12.5 ml 8 ml HNO3 + HF + 85 ml. The Observations were conducted on both material conditions, as cast and and heat treated at 180 ° C for 200 hours .

2.3 Tensile Test

Tensile testing was performed using a universal tensting machine with a load of 3000 kgf. The test was performed using JIS Z 2201. The applied voltage was 20.00 kV on two material conditions, as cast and and heat treated material at 180 ° C for 200 hours .

2.4 Fatigue Test

Fatigue testing was performed to determine the limit of fatigue resistance by using Torsee's Torsion Repeated and Bending Fatigue Machine. The standard test is based on JIS Z 2273 (shown in Figure 1).

Figure 1. Fatigue Spesimen Standard JIS Z 2273

2.5 Fractography Observation

Fractographic observations were performed on fracture surface. This observation is useful for analyzing fracture mechanisms that occur in 2 material conditions that are as cast and and heat treated material at 180 ° C for 200 hours . Tools used in this observation is the SEM FEI inspect S50.

3. Results and Discussion

The results of hardness test on 2 (two) conditions showed that hardness value on as-cast specimen is higher at 64 BHN compared to heat-treated specimen of 42 BHN. The hardness values shown in figure 2 below.

Figure 2. Hardness values on as cast and heat treated aluminium casting alloy

It was happened because an ageing process that occurs in a long time presented the precipitation of second phase as an embrittled phase which are directly affected in the reduction of hardness value (Utami et al. 2017).

Figure 3. Microstructure observation on as cast spesimen

Page 158: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

144

Figure 4. Microstructure observation on heat treated aluminium casting alloys.

Figure 3 and figure 4 show the phenomenon of precipitation deployment occurring on the aluminium alloy surface. on as cast spesimen, the precipitates spread evenly over the grain boundaries. The precipitation becomes barrier against the mechanical force given to the material. While on heat-treated specimens, heat treatment process in 180 ° C for 200 hours causes the precipitates spread evenly over the dendrite, since the barrier energy is lost then the resistance to the mechanical force becomes lower and resulting the reduction of hardness thoughness.

Similarly with the results of the hardness test, on tensile test also occurs a decline in the value of Ultimate tensile strength from 196.17 MPa to 181 MPa on a heated material. While the yield strength on as cast specimen is 187,77 MPa and 178,4 MPa on heated material. Yield Strength and Ultimate tensile strength value shown in figure 5 and figure 6.

Figure 5. Ultimate Tensile Strength on as cast and heat treated aluminium casting alloys

Figure 6. Yield Strength on as cast and heat treated aluminium casting alloys

Fatigue testing was performed in 5 levels of loading under the yield stress of each condition. The results show that as cast specimens has higher fatigue resistance than heat treated specimens. The longest fatigue cycle in as cast material is 110500 times, whereas in heat treated specimens is only 81050 times. SN diagram of fatigue test shown in figure 7.

Figure 7. SN diagram

The reduction of fatigue value that occur in heat treated specimens caused by the presence of embrittled phases that are present due to the long term heat treatment process (Möller et al. 2009).

(a)

Page 159: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

145

(b)

Figure 8. Fracture analysis on as cast spesimen (a) mag. 47x (b) mag. 200x

(a)

(b)

Figure 9. Fracture analysis on heat treated spesimen (a) mag. 41x (b) mag. 500x

Fracture fatigue are shown in figure 8 and figure 9. Both as cast and heat treated alloy show brittle

fracture phenomenon. However, the form of fracture in brittle specimen is very brittle where fractures are in the form of small fractures such as glass crumbs. It shows that as cast specimen toughness is higher when compared to heat treated specimens. The presence of porosity is considered to exacerbate the circumstances that cause the material to fail prematurely.

4. Conclusion Based on the analysis that has been

done, it is known that the process of heating that conducted continuously in a long time resulting the reduction in mechanical properties. the reduction of mechanical properties occur due to the dissemination of load throughout the grain which makes the material's ability to withstand mechanical loads to decrease. The reduction of the strength value of the material can be exacerbated by the presence of porosity present as the initial crack that promotes to material fails prematurly.

Acknowledgement

This research was conducted with full funding from LPPM Sriwijaya University in program SATEKS Research (Science, Technology, and Art).

References

Costall, A.W., Hernandez, A.G. & Newton, P.J., 2015. Design methodology for radial turbo expanders in mobile organic Rankine cycle applications q. APPLIED ENERGY, pp.1–15.

Han, S., Seo, J. & Choi, B., 2014. Development of a 200 kW ORC radial turbine for waste heat recovery †. , 28(12), pp.5231–5241.

Isadare, A.D. et al., 2013. Effect of Heat Treatment on Some Mechanical Properties of 7075 Aluminium Alloy. Materials Research-Ibero-American Journal of Materials, 16(1), pp.190–194.

Krein, R. & Palm, M., 2008. The influence of Cr and B additions on the mechanical

Page 160: KUMPULAN ABSTRAK DAN PROSIDING - snpl.conf.unsri.ac.idsnpl.conf.unsri.ac.id/images/Buku-Kumpulan-ABSTRAK-dan-Prosiding... · Wahyu H.Piarah, Zuryati Djafar, Zulkifli Djafar, Putri

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan SNPL 2017

“Sains Teknologi Menunjang Keberlanjutan Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

146

properties and oxidation behaviour of L21-ordered Fe-Al-Ti-based alloys at high temperatures. Acta Materialia, 56(10), pp.2400–2405.

Pratiwi, D.K., Paramitha, N. & Utami, E., 2017. Effect of ageing time 200 ° C on microstructure behaviour of Al- Zn-Cu-Mg cast alloys. , 1008.

Wang, Z.Q. et al., 2012. Fluid selection and parametric optimization of organic Rankine cycle using low temperature waste heat. Energy, 40(1), pp.107–115.