Kuliah IV Viii 2014 Pphop

66
Kuliah IV Perhitungan PPh Orang Pribadi L.Y. HARI SIH ADVIANTO

description

nvn

Transcript of Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Page 1: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Kuliah IV

Perhitungan PPh Orang Pribadi

L.Y. HARI SIH ADVIANTO

Page 2: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

4. Penghitungan PPh orang pribadi

Penghitungan PPh orang Pribadi sebagai karyawan

a. Cara pembayaran PPhb. Penghasilan sebagai pegawai

tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai

c. Pengertian PTKP dan penghitungan PTKP

d. Penghitungan penghasilan kena pajak

e. Tarif pasal 17f. Penghitungan PPh terutangg. Penghitungan kredit PPh 21h. PPh kurang/lebih bayar

Page 3: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

WP OP dalam Negeri

PENGHASILAN

pekerjaan

Usaha /pekerjaan bebas

modal

lainnya

Penghasilan bruto

PTKP

Peredaran usaha

Deductible/non deductible

Biaya jabatan biaya Pensiun

TARIF

PPh

PENGHASILAN KENA PAJAK

Page 4: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Pegawai • orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, • berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun

tidak• untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan • memperoleh imbalan• dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau

ketentuan lain

Pegawai Tetap • pegawai ber penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,• termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, • pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu

tertentu yang menerima atau memperolehpenghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas • hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja• berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaany atau

penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

Page 5: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Penerima penghasilan Bukan Pegawai • orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai TidakTetap/Tenaga Kerja

Lepas • memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun• imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari

pemberi penghasilan.

Peserta kegiatan• orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, • menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya

Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur • penghasilan bagi Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala macam

tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun • diberikan secaraperiodik.

Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur • penghasilan bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, • yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya,

Page 6: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Upah harian upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh dibayarkan secara harian.Upah mingguan upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh dibayarkan secara mingguan.Upah satuan upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.Upah borongan upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

Imbalan kepada Bukan Pegawai Penghasilan diberikan kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatanImbalan kepada Bukan Pegawai yang Bersifat Berkesinambungan imbalan kepada Bukan Pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yangdiberikan kepada peserta kegiatan tertentu

Page 7: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Penghasilan Bruto : gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.

JKK, JK, JPK , premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai

penghasilan bruto sebulan -/- dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau kepada Badan Penyelenggara Program Jamsostek.

Page 8: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Ph KP = Ps 4 (1) -/- Ps 6 (1), dan (2), -/- Ps 7 (1), -/- Psl 9 (1) c, d, e , g.

Psl 9 (1) c, d, e , g.

Psl 4 (1) Objek Pajak/ Ph Bruto

Psl 6 (1), dan (2) Pengurang Penghasilan bruto (biaya 3 M)Kompensasi kerugian

Ps 7 (1) P T K P

• Cadangan yang diperbolehkan• Premi asuransi o/pemberi kerja• Natura tertentu• Zakat dan sumbangan keagamaan (PP)

Perhitungan biasa (Pasal 17 (1))

Page 9: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Penghasilan Tidak Kena

Pajak

Page 10: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1 Januari 2009, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2009 tetap dihitung berdasarkan status kawin dan mempunyai1 (satu) anak

Keadaan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan Per Men Keu setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Page 11: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

1. Untuk Diri WPOP = Rp. 24.300.000/ Th: Rp2.025.000,00 /bln

2. WP Kawin = Rp. 2.025.000,-3. penghasilan istri digabung = Rp. 24.300.000,-4. anggota keluarga (max. 3 orang) = @ Rp. 2.025.000,-

* TK/0 = Rp. 24.300.000,-* K/0 = Rp. 26.325.000,-* K/1 = Rp. 28.350.000,-* K/2 = Rp. 30.375.000,-* K/3 = Rp. 32.400.000,-

162/PMK.011/2012 mulai tahun 2013P T K P

Page 12: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

PTKP Pertahun Perbulan

WP 24.300.000,- 2.025.000,-

Istri bekerja/ digabung 24.300.000,- -

Status Menikah ( K ) 2.025.000,- 168.750,-

Tambahan max 3 2.025.000,- 168.750,-

Page 13: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

TARIF Pasal 17 UU PPhPasal 17 UU No. 17 Tahun 2000

No. Lapisan Penghasilan Tarif1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%

4. Di atas Rp500.000.000,- 30%

No. Lapisan Penghasilan Tarif1. S.d Rp 25.000.000,- 5%2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%5. Di atas Rp200.000.000,- 35%

Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008

Mulai berlaku 1 Januari 2009

Page 14: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

• Penghasilan Kena Pajak bagi WPOP dalam negeri• terutang pajak dalam suatu bagian tahun pajak • dihitung berdasarkan penghasilan neto disetahunkan.

Contoh:Datang Ke Indonesia Oktober 2013K/3Gaji per bulan 50.000.000subjektifnyasebagai subjek pajak dalam negeri adalah 3 (tiga) bulan

PASAL 16 AYAT (4)

Penghasilan 3 bulan Rp 150.000.000 Penghasilan di setahunkan := 12/3 X 150.000.000 Rp. 600.000.000PTKP 1 Th Rp 32.400.000Penghasilan kena pajak Rp 567.600.000

5% X 50.000.000 Rp 2.500.00015% X 200.000 Rp 30.000.00025% X 250.000.000 Rp 62.500.00030% x 67.600.000 Rp. 20.280.000

Rp 115.280.000

Page 15: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

KULIAH VPenghitungan PPh orang Pribadi sebagai pengusaha

a. Penghasilan sebagai pengusaha yang tidak menyelenggarakan pembukuan

b. Norma Penghitungan Penghasilan Neto

c. Penghitungan kredit pajak PPh pasal 22 dan pasal 23

d. Penghitungan PPh pasal 25

Page 16: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

PENGHASILAN DARI USAHA / PEKERJAAN BEBAS

PEMBUKUAN :PERDARAN BRUTO -/- DEDUCTIBLE EXPENSES-/- PTKP = TAXABLE INCOMEX TARIF= PPh TERUTANG-/- KREDIT PAJAK= +/- BAYAR

PENCATATAN :PEREDARAN BRUTOX NORMA PERHITUNGAN PENGHASILAN NETO= PENGHASILAN NETO-/- PTKP = TAXABLE INCOMEX TARIF= PPh TERUTANG-/- KREDIT PAJAK= +/- BAYAR

Page 17: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Pengurang Penghasilan BrutoPenghasilan Bruto

Pengurang Penghasilan BrutoW

P

BA

DA

N

Penghasilan neto

Kompensasi Kerugian

Penghasilan Kena Pajak Penghasilan neto setelah kompensasi kerugian

WP

O

P

Penghasilan tidak kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak

Nonpembukuan

Page 18: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Pasal 14 Norma Penghitungan

Page 19: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

WP OP melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan WP badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan

Pasal 28 KUP

Dikecualikan kewajiban pembukuan, wajib pencatatan :• Wajib Pajak OP yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

• WP orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Page 20: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan penting mengenakan pajak yang adil dan wajar

Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan. Tidak semua Wajib Pajak mampu menyelenggarakan

pembukuan. Wajib Pajak badan dan bentuk usaha tetap diwajibkan

pembukuan. Wajib Pajak OP yang menjalankan usaha atau melakukan

pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran bruto tertentu, tidak diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan.

Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung peredaran bruto tertentu, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan norma penghitungan.

Page 21: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan netoDiterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus. Penggunaan Norma Penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal: • tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu

pembukuan yang lengkap; atau • pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak

ternyata diselenggarakan secara tidak benar.

WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 Boleh menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengan syarat memberitahukan ke DJP dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak ybs. Jika tdk=pembukuan

Page 22: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Wajib Pajak yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, wajib menyelenggarakan pencatatan

Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau tidak memperlihatkan pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan peredaran brutonya dihitung dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan.

Page 23: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

PMK NO. 01/PMK.03/2007Tentang Penyesuaian Besarnya Peredaran Bruto Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Boleh Menghitung Penghasilan Neto Dengan Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Page 24: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Pasal 28 ayat (12) Undang-Undang KUP197/PMK.03/2007

PER - 4/PJ/2009

WP OP yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan wajib menyelenggarakan pencatatan

• melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan yg diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;

• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Syarat Pencatatan : • teratur dan keadaan yang sebenarnya • menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan

bahasa Indonesia. • Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis.• Catatan dan dokumen selama 10 tahun.

Page 25: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Pasal 28 ayat (12) Undang-Undang KUP197/PMK.03/2007

PER - 4/PJ/2009

Isi Pencatatan :• Peredaran usaha • Penghasilan di luar usaha• Penghasilan objek pajak dan non Objek Pajak• Penghasilan bersifat bukan final dan Final.• pencatatan atas harta dan kewajiban.• Terpisah tiap jenis usaha dan/atau tempat usaha

Page 26: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final

WPOP kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.

• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final (Penghasilan Lainnya).

WPOP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS; ATAU WPOP KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS DAN JUGA MEMPEROLEH PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN.

• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Bruto Yang Diterimaoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Tidak Melakukan Kegiatan Usaha Dan/Atau Pekerjaan BebasWPOP yang tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas; 1721-A1/1721-A2 t sudah dapat dianggap melakukan pencatatan

• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak dan/atau Penghasilan Yang Pengenaan Pajaknya Bersifat FinalWPOP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS; ATAUWajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas

Page 27: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Peredaran bruto Rp 300.000.000,00Penghasilan neto misalnya 20% Rp 60.000.000,00 Penghasilan neto lainnya Rp 5.000.000,00 Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 65.000.000 00PTKP (K/3) (Rp 5.184.000,00)Penghasilan Kena Pajak Rp 59.816.000,00

WP OP orang pribadi yang berhak untuk tidak menyelenggarakan pembukuan, Ph KP dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Page 28: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Keputusan Dirjen Pajak Nomor : KEP-536/PJ./2000Tanggal : 29 Desember 2000TENTANG :NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN

Page 29: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

(1) Besarnya peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun bagi Wajib Pajak orang pribadi yang boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000, diubah menjadi kurang dari Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah).

(2)

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2007.

01/PMK.03/2007

Page 30: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Wajib Pajak A kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta -Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) Rp. 72.000.000,00

Penghasilan neto dihitung sebagai berikut :45% X Rp. 72.000.000,00 Rp. 32.400.000,00

Page 31: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

PERATURAN PEMERINTAHNOMOR 46 TAHUN 2013

TENTANGPPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP YANG MEMILIKI PEREDARAN

BRUTO TERTENTU

Page 32: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

• Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh • WP yang memiliki peredaran bruto tertentu• dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final

.

Kriteria : • WP OP atau badan tidak termasuk bentuk usaha tetap• Menerima penghasilan dari usaha,• tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan

bebas• peredaran bruto > Rp4.800.000.000,00/Tahun Pajak

• Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk cabang,• selain peredaran bruto dari usaha PPh yang bersifat final

penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:• penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas• penghasilan dari usaha dan kegiatan;• penghasilan dari modal, dan• penghasilan lain-lain.

Page 33: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:• tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,

arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;• pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,

bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;

• olahragawan;• penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;• pengarang, peneliti, dan penerjemah;• agen iklan;• pengawas atau pengelola proyek;• perantara;• petugas penjaja barang dagangan;• agen asuransi; dan• distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan

langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Page 34: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

KULIAH KE VI

Penghitungan PPh orang pribadi

Penggabungan Penghasilan dan Pemisahan Penghasilan

a. Penggabungan penghasilan istri dan anak yang belum dewasa

b. Pemisahan penghasilan suami dan istri

c. Penghitungan PPh terutangd. Penghitungan PPh pasal 25

Page 35: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Penggabungan dan Pemisahan Penghasilan

Pasal 8

• Berdasarkan UU, keluarga ad satu kesatuan ekonomis.• Penghasilan/kerugian anggota keluarga digabungkan• pemenuhan kewajiban oleh kepala keluarga.• Pemenuhan kewajiban pajak dapat dilakukan secara terpisah

tergantung pilihan WP.

Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, dan sisa kompensasi kerugian digabungkan penghasilan atau kerugian suaminya.kecuali penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja, dan tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Page 36: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Contoh :

Wajib Pajak A, penghasilan dari usaha Rp100.000.000,00 mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawai dg penghasilan Rp50.000.000,00.

Apabila penghasilan isteri tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja dan telah dipotong pajak oleh pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya, penghasilan sebesar Rp50.000.000,00 tidak digabung dengan penghasilan A dan pengenaan pajak atas penghasilan isteri tersebut bersifat final.( Lihat form SPT 1770 III-C)

selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan salon kecantikan dengan penghasilan sebesar Rp75.000.000,00, seluruh penghasilan isteri sebesar Rp125.000.000,00 (Rp50.000.000,00 + Rp75.000.000,00) digabungkan dengan penghasilan A. Dengan penggabungan tersebut A dikenai pajak atas penghasilan sebesar Rp225.000.000,00 (Rp100.000.000,00 + Rp50.000.000,00 + Rp75.000.000,00). Potongan pajak PPh ps 21 isteri tidak bersifat final dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang

Page 37: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK

SECARA TERPISAHPasal 8 ayat (2) dan (3)

Hidup berpisah berdasarkan putusan hakim

dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.

Page 38: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Contoh :

Jika berdasarkan keputusan hakim Suami istri diputuskan hidup berpisah dan jika suami istri mengadakan perjanjian pranikah untuk melakukan pemisahan harta dan penghasilan, maka pemenuhan perpajakn dilakukan sendiri-sendiri.

Penghitungan pajak bagi suami-isteri yang mengadakan perjanjian pemisahan penghasilan secara tertulis.

Misalnya pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut adalah sebesar Rp 56.250.000,00, maka untuk masing-masing suami dan isteri pengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut:

Suami : 100.000.000,00/225.000.000,00 x Rp56.250.000,00 = Rp25.000.000,00

Isteri : 125.000.000,00/225.000.000,00 x Rp56.250.000,00 = Rp31.250.000,00

Perhitungan SPT sama/tapi identitas dibedakan

Page 39: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orang tuanya. Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anak yang belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah. Apabila orang tuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan keadaan sebenarnya.

Page 40: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

BAGAIMANA MENGHITUNG PAJAK TIDAK FINAL ?

JUMLAH SELURUH PENGHASILAN NETO

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK

PENGHASILAN KENA PAJAK

PPh TERUTANG

KREDIT PAJAK

DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA

TELAH DIBAYAR SENDIRI

KURANG/LEBIH BAYAR

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

JUMLAH KREDIT PAJAK XXXX

(-)

(+)

(-)

Page 41: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Kuliah VII

• Orang pribadi yang mempunyai penghasilan sebagai pegawai dan pengusaha/pekerjaan bebas

• Penghitungan PPh terutang• Penghitungan PPh pasal 25

Page 42: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

42

PELUNASAN PAJAK

DILAKUKAN MELALUI: - PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN -WAJIB PAJAK SENDIRI

- DILAKUKAN SETIAP BULAN ATAU MASA LAIN YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU

MERUPAKAN PAJAK YANG DAPAT DIKREDITKAN TERHADAP PPh YG TERUTANG UNTUK SATU TAHUN PAJAK YBS, KECUALI PENGHASILAN YG PENGENAANNYA BERSIFAT FINAL

PASAL 20 Ayat (1), (2), dan (3).

Page 43: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

04/27/2023 PPh DASAR PAJAK I EX STAN/LYHARI/

43

PPh PASAL 25PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN YANG

HARUS DIBAYAR WP SENDIRI DALAM TAHUN BERJALAN

CONTOH 1 : PPh TERUTANG CFM SPT TAHUNAN PPh 2009 Rp 50.000.000. DIKURANGI : a.PPh YG DIPOTONG PEMBERI KERJA (PPh PASAL 21) Rp 15.000.000.-b. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN (PPh PASAL 22) Rp 10.000.000.-c. PPh YG DIPOTONG PIHAK LAIN ( PPh PASAL 23) Rp 2.500.000.-d. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PPh PASAL 24) Rp 7.500.000.-JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 35.000.000.- SELISIH Rp 15.000.000.-

BESARNYA ANGSURAN YG HARUS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UNTUK TAHUN 2010 Rp 1.250.000.- (Rp 15.000.000 : 12)

Page 44: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

44

JENIS-JENIS PEMBAYARAN PPh YANG DAPATDIKREDITKAN BAGI WPDN/BUT

a. Pasal 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI PEKERJAAN,JASA, DAN KEGIATAN LAIN

b. Pasal 22PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI KEGIATAN DIBIDANG IMPOR ATAU KE GIATAN USAHA DIBIDANG LAINNYA

c. Pasal 23PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN BERUPA DEVIDEN, BUNGA, SEWA, ROYALTY, HADIAH, DAN PENGHARGAAN & IMBALAN

JASA LAINNYA .

d.Pasal 24 PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN DARI LN YG BLH DIKREDITKAN

e. Pasal 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN WP SENDIRI.

f. Pasal 26Ayat (5)

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILANYANG TIDAK BERSIFAT FINAL

TIDAK BOLEHDIKREDITKAN

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN PAJAK

PASAL 28 Ayat (1) dan (2)

Page 45: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

04/27/2023 PPh DASAR PAJAK I EX STAN/LYHARI/

45

KELEBIHAN PEMBAYARANPAJAK PENGHASILAN

PAJAK TERUTANGPADA

SATU TAHUN PAJAK

DARI JUMLAH KREDIT PAJAK SEBAGAIMANA

DIMAKSUD PASAL 28 (1)

SETELAH DILAKUKAN PEMERIKSAAN.

SETELAH DIPERHITUNGKAN

DG UTANG PAJAK BERIKUT SANKSINYA

KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIKEMBALIKAN

PASAL 28 A

LEBIHKECIL

Page 46: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

04/27/2023

APABILA PAJAK YANG

TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN PAJAK

TERNYATA KREDITPAJAK

KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG HARUS DILUNASI SEBELUM SPT PAJAK PENGHASILAN

DISAMPAIKAN. PASAL 29

LEBIH BESARDARI PADA

SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 28 AYAT (1)

PPh DASAR PAJAK I EX STAN/LYHARI/ 46

Page 47: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Kredit Pajak

PPh PASAL 21 PPh Pasal 21 meliputi PPh yang telah dipotong oleh pemotong PPh Pasal 21 dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, baik terhadap Wajib Pajak sendiri maupun terhadap isteri Wajib Pajak yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/anak angkat yang belum dewasa dikutip dari Formulir 1721-A1 Angka 21 dan/atau dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final.

PPh Pasal 22 meliputi Pajak Penghasilan yang telah dipungut dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh: a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang; b. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat

Pemerintah Pusat maupun di tingkat Pemerintah Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;

c. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan/atau belanja daerah (APBD) kecuali badan-badan tersebut pada butir d;

Page 48: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

d. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Asset (PPA), Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun non-APBN;

e. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;

f. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas;

g. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul;

h. Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Page 49: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

PPh PASAL 23 PPh Pasal 23 meliputi Pajak Penghasilan yang telah dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan, bonus, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan, kecuali pemotongan PPh yang bersifat final (Pasal 23 UU PPh 2008) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

PPh PASAL 24 PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar /dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh.

Page 50: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

PPh Pasal 25

Page 51: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

51

12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULANDALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

Pasal 25 ayat (1)

DIKURANGI

PPh YG DI POTONG / DI PUNGUT

(PPh PASAL 21,22, 23)

PPh YG TERUTANG/ DI BAYAR DI L.N. YG BOLEH DI KREDITKAN(PPh

PASAL 24)

DIBAGI

SAMA DENGAN PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh TAHUN PAJAK YG LALU

Page 52: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

52

SAMA BESARNYA DENGAN ANGSURAN PAJAK UNTUK BULAN TERAKHIR DARI TAHUN PAJAK YG LALU

ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh

Pasal 25 ayat (2)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI ATAS DASAR skp BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN

PENERBITAN skp

APABILA DALAM TH BERJALAN DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN PAJAK YG LALU

Pasal 25 ayat (4)

Page 53: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

WP OP PENGUSAHA TERTENTU

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DIBIDANG PERDAGANGAN , MEMPUNYAI TEMPAT USAHA LEBIH DARI SATU

ATAU MEMPUNYAI TEMPAT USAHA YANG BERBEDA ALAMAT DENGAN DOMISILI , BESARNYA ANGSURAN

PAJAKNYA PERLU DIATUR TERSENDIRI AGAR BESARNYA ANGSURAN MENDEKATI KEADAAN YANG

SEBENARNYA

Page 54: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

ANGSURAN PPh Ps 25 BAGI WP OP PENGUSAHA TERTENTU

SETIAP BULAN ADALAH : 0,75% DARI JUMLAH PEREDARAN BRUTO

MASING-MASING TEMPAT USAHA

Page 55: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Penghasilan dari luar usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa.1. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya; 2. keuntungan karena pembebasan utang; 3. penerimaan dari piutang yang telah dihapuskan; 4. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; 5. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak; 6. penghasilan dari anak/anak angkat yang belum dewasa.

Penghasilan dari luar usaha

Page 56: Kuliah IV Viii 2014 Pphop
Page 57: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

Ardi Wijaya adalah seorang Konsultan Hukum sekaligus juga bekerja sebagai dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Bangun Jaya.Penghasilan selama tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Page 58: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

SPT TAHUNAN

Page 59: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

NO

(1)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

SUMBER / JENIS PENGHASILAN

JUMLAH BAGIAN B

WARISAN

KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

JBB

PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH

BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

BEASISWA DALAM NEGERI

PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)

(3)(2)

50.000.000

50.000.000

BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH

PENGHASILAN NETO ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH

(Rupiah)

Page 60: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

0 4 2 3 4 5 6 7 8 0 1 3 0 0 0D r T A U F I K H I D A Y A T

0 1 0 9 1 2 0 9X

10.000.000 2.000.000

5.311.000

75.000.000 3.311.000

Page 61: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

s.d

NORMA PEMBUKUAN

• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

NPWP AKUNTAN PUBLIK:

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK:

NAMA KONSULTAN PAJAK :

NPWP KONSULTAN PAJAK:

NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :

NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK:

a. 1a

b. 1b

c. 1c

d. 1d

e. 1e

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DEPARTEMEN KEUANGAN RIDIREKTORAT JENDERAL PAJAK

FORM

ULIR HALAMAN 1

1770 - I LAMPIRAN - I

BL

2 0

TAHU

N PA

JAK

BL

1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :

BAGIAN A:(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN)

(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

THPENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA

DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN

PEREDARAN USAHA

RUPIAH

PERHATIAN: SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJ UK PENGISIAN

TH

BERI TANDA " X " DALAM

HARGA POKOK PENJUALAN

LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)

BIAYA USAHA

PENGHASILAN NETO (1c - 1d)

0 4 2 3 4 5 6 7 8 0 1 3 0 0 0M T A U F I K H I D A Y A T

0 90 1 0 9 1 2 0 9

X

Page 62: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

2.a. 2a

b. 2b

c. 2c

d.2d

e. 2e

f. 2f

g. 2g

h. 2h

i. 2i

j. 2j

k. 2k

l. 2l

a. 3a

b. 3b

c. 3c

d. 3d

4 4

Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 Angka 1

SANKSI ADMINISTRASI

SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI FISKAL

BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA

JUMLAH (2a s.d. 2k)

PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA

JUMLAH (3a s.d. 3c)

JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d)

SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI FISKAL

3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:

HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN

PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK

PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN

PAJAK PENGHASILAN

PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA

GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA

JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN

PENYESUAIAN FISKAL POSITIFBIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA

Page 63: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

• s.d

• PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA NORMA PEMBUKUAN

PERHATIAN : • • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS

Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1

TH

TAH

UN

PA

JAK

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO )

BERI TANDA " X " DALAM

(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

BL

0SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BL

LAMPIRAN - I

TH

HALAMAN 2

MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOPENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI YANG

1770 - I2

FORM

ULIR

DEPARTEMEN KEUANGAN RI

2

3

4

5

PENGHASILAN NETO (Rupiah)

(1) (4)

DAGANG

JUMLAH BAGIAN B

USAHA LAINNYA

INDUSTRI

1

(2)

SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJ UK PENGISIAN

JENIS USAHANO. NORMA (%)

(3)

PEREDARAN USAHA (Rupiah)

(5)

PEKERJAAN BEBAS

JASA

JBB

0 4 2 3 4 5 6 7 8 0 1 3 0 0 0M T A U F I K H I D A Y A T

0 9

0 1 0 9 1 2 0 9

X

300.000.000 45 % 135.000.000

300.000.000 135.000.000

Page 64: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2

(2) (3)

PENGHASILAN NETO (Rupiah)

(5)

6

3

4

JBC

5

2

NAMA DAN NPWPPEMBERI KERJA

PENGHASILAN BRUTO(Rupiah)

(1)

NO.

JUMLAH BAGIAN C

PENGURANGAN PENGHASILAN BRUTO/BIAYA

(Rupiah)(4)

1 130.000.000 10.560.000 119.440.000

119.440.000

RSCM01.345.678.3.123.000

Page 65: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3

SEWA

PENGHASILAN LAINNYA

PENGHARGAAN DAN HADIAH

2

NO.

5

3

(1)

1

4

6

(3)

ROYALTI

BUNGA

JUMLAH PENGHASILAN NETO (Rupiah)

(2)

JENIS PENGHASILAN

JBD

KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN / PENGALIHAN HARTA

JUMLAH BAGIAN D

10.000.000

60.000.000

50.000.000

Page 66: Kuliah IV Viii 2014 Pphop

MEMPUNYAI PENGHASILAN :

•• DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA

• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL NORMA PEMBUKUAN

• DARI PENGHASILAN LAIN

• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS :

NO. TELEPON/FAKSIMILI : /

PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI TIDAK ADA

1. 1

2. 2

3. 3

4 4. 4

5. 5…………………………………………………………………………………………………………………………..6. 6

7. 7

8. 8

9. 9

10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK/ K/ K/I/ PH/ HB/ 10

11. 11

JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT ATAS PENGHASILAN (5 - 6)

KLU :

RUPIAH *)

KOMPENSASI KERUGIAN

*) P engisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3)

PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI [Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat buku petunjuk]

JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)

ZAKAT ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI OBJEK PAJAK

PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]

B. P

ENG

HASI

LAN

KENA

PAJ

AK JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)

PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 3]

DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BERI TANDA " X " DALAM

SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJ UK PENGISIAN

BL

PERHATIAN

IDEN

TITA

S

DEPARTEMEN KEUANGAN RI

A. P

ENG

HASI

LAN

NETO

FORM

ULIR 01770

PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO

2

TAHU

N PA

JAK

s.d

BL

PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN [Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan]

(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

TH TH

0 9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 0 0 0D r T A U F I K H I D A Y A T S p MD O K T E R R S C M 0 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 0 2 1 5 5 5 5 5

INDUK SPT TAHUNAN 1770 Huruf A dan B

135.000.000119.440.000

314.440.000

-314.440.000

0 1 0 9 1 2 0 9

60.000.000-

314.440.0002 19.800.000

284.640.000

-

XSPT PEMBETULAN KE - ……….