Kuliah IV Viii 2014 Pphop
-
Upload
chaerul-fadillah -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Kuliah IV Viii 2014 Pphop
Kuliah IV
Perhitungan PPh Orang Pribadi
L.Y. HARI SIH ADVIANTO
4. Penghitungan PPh orang pribadi
Penghitungan PPh orang Pribadi sebagai karyawan
a. Cara pembayaran PPhb. Penghasilan sebagai pegawai
tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai
c. Pengertian PTKP dan penghitungan PTKP
d. Penghitungan penghasilan kena pajak
e. Tarif pasal 17f. Penghitungan PPh terutangg. Penghitungan kredit PPh 21h. PPh kurang/lebih bayar
WP OP dalam Negeri
PENGHASILAN
pekerjaan
Usaha /pekerjaan bebas
modal
lainnya
Penghasilan bruto
PTKP
Peredaran usaha
Deductible/non deductible
Biaya jabatan biaya Pensiun
TARIF
PPh
PENGHASILAN KENA PAJAK
Pegawai • orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, • berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun
tidak• untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan • memperoleh imbalan• dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau
ketentuan lain
Pegawai Tetap • pegawai ber penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,• termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, • pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu yang menerima atau memperolehpenghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas • hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja• berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaany atau
penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
Penerima penghasilan Bukan Pegawai • orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai TidakTetap/Tenaga Kerja
Lepas • memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun• imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari
pemberi penghasilan.
Peserta kegiatan• orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, • menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur • penghasilan bagi Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala macam
tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun • diberikan secaraperiodik.
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur • penghasilan bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, • yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya,
Upah harian upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh dibayarkan secara harian.Upah mingguan upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh dibayarkan secara mingguan.Upah satuan upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.Upah borongan upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Imbalan kepada Bukan Pegawai Penghasilan diberikan kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatanImbalan kepada Bukan Pegawai yang Bersifat Berkesinambungan imbalan kepada Bukan Pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yangdiberikan kepada peserta kegiatan tertentu
Penghasilan Bruto : gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
JKK, JK, JPK , premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai
penghasilan bruto sebulan -/- dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau kepada Badan Penyelenggara Program Jamsostek.
Ph KP = Ps 4 (1) -/- Ps 6 (1), dan (2), -/- Ps 7 (1), -/- Psl 9 (1) c, d, e , g.
Psl 9 (1) c, d, e , g.
Psl 4 (1) Objek Pajak/ Ph Bruto
Psl 6 (1), dan (2) Pengurang Penghasilan bruto (biaya 3 M)Kompensasi kerugian
Ps 7 (1) P T K P
• Cadangan yang diperbolehkan• Premi asuransi o/pemberi kerja• Natura tertentu• Zakat dan sumbangan keagamaan (PP)
Perhitungan biasa (Pasal 17 (1))
Penghasilan Tidak Kena
Pajak
Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1 Januari 2009, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2009 tetap dihitung berdasarkan status kawin dan mempunyai1 (satu) anak
Keadaan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.
Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan Per Men Keu setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat
1. Untuk Diri WPOP = Rp. 24.300.000/ Th: Rp2.025.000,00 /bln
2. WP Kawin = Rp. 2.025.000,-3. penghasilan istri digabung = Rp. 24.300.000,-4. anggota keluarga (max. 3 orang) = @ Rp. 2.025.000,-
* TK/0 = Rp. 24.300.000,-* K/0 = Rp. 26.325.000,-* K/1 = Rp. 28.350.000,-* K/2 = Rp. 30.375.000,-* K/3 = Rp. 32.400.000,-
162/PMK.011/2012 mulai tahun 2013P T K P
PTKP Pertahun Perbulan
WP 24.300.000,- 2.025.000,-
Istri bekerja/ digabung 24.300.000,- -
Status Menikah ( K ) 2.025.000,- 168.750,-
Tambahan max 3 2.025.000,- 168.750,-
TARIF Pasal 17 UU PPhPasal 17 UU No. 17 Tahun 2000
No. Lapisan Penghasilan Tarif1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%
4. Di atas Rp500.000.000,- 30%
No. Lapisan Penghasilan Tarif1. S.d Rp 25.000.000,- 5%2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%5. Di atas Rp200.000.000,- 35%
Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008
Mulai berlaku 1 Januari 2009
• Penghasilan Kena Pajak bagi WPOP dalam negeri• terutang pajak dalam suatu bagian tahun pajak • dihitung berdasarkan penghasilan neto disetahunkan.
Contoh:Datang Ke Indonesia Oktober 2013K/3Gaji per bulan 50.000.000subjektifnyasebagai subjek pajak dalam negeri adalah 3 (tiga) bulan
PASAL 16 AYAT (4)
Penghasilan 3 bulan Rp 150.000.000 Penghasilan di setahunkan := 12/3 X 150.000.000 Rp. 600.000.000PTKP 1 Th Rp 32.400.000Penghasilan kena pajak Rp 567.600.000
5% X 50.000.000 Rp 2.500.00015% X 200.000 Rp 30.000.00025% X 250.000.000 Rp 62.500.00030% x 67.600.000 Rp. 20.280.000
Rp 115.280.000
KULIAH VPenghitungan PPh orang Pribadi sebagai pengusaha
a. Penghasilan sebagai pengusaha yang tidak menyelenggarakan pembukuan
b. Norma Penghitungan Penghasilan Neto
c. Penghitungan kredit pajak PPh pasal 22 dan pasal 23
d. Penghitungan PPh pasal 25
PENGHASILAN DARI USAHA / PEKERJAAN BEBAS
PEMBUKUAN :PERDARAN BRUTO -/- DEDUCTIBLE EXPENSES-/- PTKP = TAXABLE INCOMEX TARIF= PPh TERUTANG-/- KREDIT PAJAK= +/- BAYAR
PENCATATAN :PEREDARAN BRUTOX NORMA PERHITUNGAN PENGHASILAN NETO= PENGHASILAN NETO-/- PTKP = TAXABLE INCOMEX TARIF= PPh TERUTANG-/- KREDIT PAJAK= +/- BAYAR
Pengurang Penghasilan BrutoPenghasilan Bruto
Pengurang Penghasilan BrutoW
P
BA
DA
N
Penghasilan neto
Kompensasi Kerugian
Penghasilan Kena Pajak Penghasilan neto setelah kompensasi kerugian
WP
O
P
Penghasilan tidak kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak
Nonpembukuan
Pasal 14 Norma Penghitungan
WP OP melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan WP badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan
Pasal 28 KUP
Dikecualikan kewajiban pembukuan, wajib pencatatan :• Wajib Pajak OP yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
• WP orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan penting mengenakan pajak yang adil dan wajar
Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan. Tidak semua Wajib Pajak mampu menyelenggarakan
pembukuan. Wajib Pajak badan dan bentuk usaha tetap diwajibkan
pembukuan. Wajib Pajak OP yang menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran bruto tertentu, tidak diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung peredaran bruto tertentu, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan norma penghitungan.
Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan netoDiterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus. Penggunaan Norma Penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal: • tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu
pembukuan yang lengkap; atau • pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak
ternyata diselenggarakan secara tidak benar.
WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 Boleh menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengan syarat memberitahukan ke DJP dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak ybs. Jika tdk=pembukuan
Wajib Pajak yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, wajib menyelenggarakan pencatatan
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau tidak memperlihatkan pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan peredaran brutonya dihitung dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Peraturan Menteri Keuangan.
PMK NO. 01/PMK.03/2007Tentang Penyesuaian Besarnya Peredaran Bruto Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Boleh Menghitung Penghasilan Neto Dengan Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Pasal 28 ayat (12) Undang-Undang KUP197/PMK.03/2007
PER - 4/PJ/2009
WP OP yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan wajib menyelenggarakan pencatatan
• melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan yg diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Syarat Pencatatan : • teratur dan keadaan yang sebenarnya • menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
bahasa Indonesia. • Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis.• Catatan dan dokumen selama 10 tahun.
Pasal 28 ayat (12) Undang-Undang KUP197/PMK.03/2007
PER - 4/PJ/2009
Isi Pencatatan :• Peredaran usaha • Penghasilan di luar usaha• Penghasilan objek pajak dan non Objek Pajak• Penghasilan bersifat bukan final dan Final.• pencatatan atas harta dan kewajiban.• Terpisah tiap jenis usaha dan/atau tempat usaha
• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final
WPOP kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final (Penghasilan Lainnya).
WPOP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS; ATAU WPOP KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS DAN JUGA MEMPEROLEH PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN.
• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Bruto Yang Diterimaoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Tidak Melakukan Kegiatan Usaha Dan/Atau Pekerjaan BebasWPOP yang tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas; 1721-A1/1721-A2 t sudah dapat dianggap melakukan pencatatan
• Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak dan/atau Penghasilan Yang Pengenaan Pajaknya Bersifat FinalWPOP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS; ATAUWajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
Peredaran bruto Rp 300.000.000,00Penghasilan neto misalnya 20% Rp 60.000.000,00 Penghasilan neto lainnya Rp 5.000.000,00 Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 65.000.000 00PTKP (K/3) (Rp 5.184.000,00)Penghasilan Kena Pajak Rp 59.816.000,00
WP OP orang pribadi yang berhak untuk tidak menyelenggarakan pembukuan, Ph KP dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Keputusan Dirjen Pajak Nomor : KEP-536/PJ./2000Tanggal : 29 Desember 2000TENTANG :NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN
(1) Besarnya peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun bagi Wajib Pajak orang pribadi yang boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000, diubah menjadi kurang dari Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah).
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2007.
01/PMK.03/2007
Wajib Pajak A kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta -Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) Rp. 72.000.000,00
Penghasilan neto dihitung sebagai berikut :45% X Rp. 72.000.000,00 Rp. 32.400.000,00
PERATURAN PEMERINTAHNOMOR 46 TAHUN 2013
TENTANGPPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP YANG MEMILIKI PEREDARAN
BRUTO TERTENTU
• Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh • WP yang memiliki peredaran bruto tertentu• dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
.
Kriteria : • WP OP atau badan tidak termasuk bentuk usaha tetap• Menerima penghasilan dari usaha,• tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas• peredaran bruto > Rp4.800.000.000,00/Tahun Pajak
• Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk cabang,• selain peredaran bruto dari usaha PPh yang bersifat final
penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:• penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas• penghasilan dari usaha dan kegiatan;• penghasilan dari modal, dan• penghasilan lain-lain.
Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:• tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;• pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
• olahragawan;• penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;• pengarang, peneliti, dan penerjemah;• agen iklan;• pengawas atau pengelola proyek;• perantara;• petugas penjaja barang dagangan;• agen asuransi; dan• distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan
langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
KULIAH KE VI
Penghitungan PPh orang pribadi
Penggabungan Penghasilan dan Pemisahan Penghasilan
a. Penggabungan penghasilan istri dan anak yang belum dewasa
b. Pemisahan penghasilan suami dan istri
c. Penghitungan PPh terutangd. Penghitungan PPh pasal 25
Penggabungan dan Pemisahan Penghasilan
Pasal 8
• Berdasarkan UU, keluarga ad satu kesatuan ekonomis.• Penghasilan/kerugian anggota keluarga digabungkan• pemenuhan kewajiban oleh kepala keluarga.• Pemenuhan kewajiban pajak dapat dilakukan secara terpisah
tergantung pilihan WP.
Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, dan sisa kompensasi kerugian digabungkan penghasilan atau kerugian suaminya.kecuali penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja, dan tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Contoh :
Wajib Pajak A, penghasilan dari usaha Rp100.000.000,00 mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawai dg penghasilan Rp50.000.000,00.
Apabila penghasilan isteri tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja dan telah dipotong pajak oleh pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya, penghasilan sebesar Rp50.000.000,00 tidak digabung dengan penghasilan A dan pengenaan pajak atas penghasilan isteri tersebut bersifat final.( Lihat form SPT 1770 III-C)
selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan salon kecantikan dengan penghasilan sebesar Rp75.000.000,00, seluruh penghasilan isteri sebesar Rp125.000.000,00 (Rp50.000.000,00 + Rp75.000.000,00) digabungkan dengan penghasilan A. Dengan penggabungan tersebut A dikenai pajak atas penghasilan sebesar Rp225.000.000,00 (Rp100.000.000,00 + Rp50.000.000,00 + Rp75.000.000,00). Potongan pajak PPh ps 21 isteri tidak bersifat final dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAHPasal 8 ayat (2) dan (3)
Hidup berpisah berdasarkan putusan hakim
dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.
Contoh :
Jika berdasarkan keputusan hakim Suami istri diputuskan hidup berpisah dan jika suami istri mengadakan perjanjian pranikah untuk melakukan pemisahan harta dan penghasilan, maka pemenuhan perpajakn dilakukan sendiri-sendiri.
Penghitungan pajak bagi suami-isteri yang mengadakan perjanjian pemisahan penghasilan secara tertulis.
Misalnya pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut adalah sebesar Rp 56.250.000,00, maka untuk masing-masing suami dan isteri pengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut:
Suami : 100.000.000,00/225.000.000,00 x Rp56.250.000,00 = Rp25.000.000,00
Isteri : 125.000.000,00/225.000.000,00 x Rp56.250.000,00 = Rp31.250.000,00
Perhitungan SPT sama/tapi identitas dibedakan
Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orang tuanya. Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anak yang belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah. Apabila orang tuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan keadaan sebenarnya.
BAGAIMANA MENGHITUNG PAJAK TIDAK FINAL ?
JUMLAH SELURUH PENGHASILAN NETO
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
PENGHASILAN KENA PAJAK
PPh TERUTANG
KREDIT PAJAK
DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA
TELAH DIBAYAR SENDIRI
KURANG/LEBIH BAYAR
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
JUMLAH KREDIT PAJAK XXXX
(-)
(+)
(-)
Kuliah VII
• Orang pribadi yang mempunyai penghasilan sebagai pegawai dan pengusaha/pekerjaan bebas
• Penghitungan PPh terutang• Penghitungan PPh pasal 25
42
PELUNASAN PAJAK
DILAKUKAN MELALUI: - PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN -WAJIB PAJAK SENDIRI
- DILAKUKAN SETIAP BULAN ATAU MASA LAIN YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU
MERUPAKAN PAJAK YANG DAPAT DIKREDITKAN TERHADAP PPh YG TERUTANG UNTUK SATU TAHUN PAJAK YBS, KECUALI PENGHASILAN YG PENGENAANNYA BERSIFAT FINAL
PASAL 20 Ayat (1), (2), dan (3).
04/27/2023 PPh DASAR PAJAK I EX STAN/LYHARI/
43
PPh PASAL 25PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN YANG
HARUS DIBAYAR WP SENDIRI DALAM TAHUN BERJALAN
CONTOH 1 : PPh TERUTANG CFM SPT TAHUNAN PPh 2009 Rp 50.000.000. DIKURANGI : a.PPh YG DIPOTONG PEMBERI KERJA (PPh PASAL 21) Rp 15.000.000.-b. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN (PPh PASAL 22) Rp 10.000.000.-c. PPh YG DIPOTONG PIHAK LAIN ( PPh PASAL 23) Rp 2.500.000.-d. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PPh PASAL 24) Rp 7.500.000.-JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 35.000.000.- SELISIH Rp 15.000.000.-
BESARNYA ANGSURAN YG HARUS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UNTUK TAHUN 2010 Rp 1.250.000.- (Rp 15.000.000 : 12)
44
JENIS-JENIS PEMBAYARAN PPh YANG DAPATDIKREDITKAN BAGI WPDN/BUT
a. Pasal 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI PEKERJAAN,JASA, DAN KEGIATAN LAIN
b. Pasal 22PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI KEGIATAN DIBIDANG IMPOR ATAU KE GIATAN USAHA DIBIDANG LAINNYA
c. Pasal 23PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN BERUPA DEVIDEN, BUNGA, SEWA, ROYALTY, HADIAH, DAN PENGHARGAAN & IMBALAN
JASA LAINNYA .
d.Pasal 24 PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN DARI LN YG BLH DIKREDITKAN
e. Pasal 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN WP SENDIRI.
f. Pasal 26Ayat (5)
PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILANYANG TIDAK BERSIFAT FINAL
TIDAK BOLEHDIKREDITKAN
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN PAJAK
PASAL 28 Ayat (1) dan (2)
04/27/2023 PPh DASAR PAJAK I EX STAN/LYHARI/
45
KELEBIHAN PEMBAYARANPAJAK PENGHASILAN
PAJAK TERUTANGPADA
SATU TAHUN PAJAK
DARI JUMLAH KREDIT PAJAK SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PASAL 28 (1)
SETELAH DILAKUKAN PEMERIKSAAN.
SETELAH DIPERHITUNGKAN
DG UTANG PAJAK BERIKUT SANKSINYA
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIKEMBALIKAN
PASAL 28 A
LEBIHKECIL
04/27/2023
APABILA PAJAK YANG
TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN PAJAK
TERNYATA KREDITPAJAK
KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG HARUS DILUNASI SEBELUM SPT PAJAK PENGHASILAN
DISAMPAIKAN. PASAL 29
LEBIH BESARDARI PADA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 28 AYAT (1)
PPh DASAR PAJAK I EX STAN/LYHARI/ 46
Kredit Pajak
PPh PASAL 21 PPh Pasal 21 meliputi PPh yang telah dipotong oleh pemotong PPh Pasal 21 dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, baik terhadap Wajib Pajak sendiri maupun terhadap isteri Wajib Pajak yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/anak angkat yang belum dewasa dikutip dari Formulir 1721-A1 Angka 21 dan/atau dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final.
PPh Pasal 22 meliputi Pajak Penghasilan yang telah dipungut dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh: a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang; b. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat
Pemerintah Pusat maupun di tingkat Pemerintah Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;
c. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan/atau belanja daerah (APBD) kecuali badan-badan tersebut pada butir d;
d. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Asset (PPA), Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun non-APBN;
e. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
f. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas;
g. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul;
h. Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
PPh PASAL 23 PPh Pasal 23 meliputi Pajak Penghasilan yang telah dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan, bonus, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan, kecuali pemotongan PPh yang bersifat final (Pasal 23 UU PPh 2008) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
PPh PASAL 24 PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar /dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh.
PPh Pasal 25
51
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULANDALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
PPh YG DI POTONG / DI PUNGUT
(PPh PASAL 21,22, 23)
PPh YG TERUTANG/ DI BAYAR DI L.N. YG BOLEH DI KREDITKAN(PPh
PASAL 24)
DIBAGI
SAMA DENGAN PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh TAHUN PAJAK YG LALU
52
SAMA BESARNYA DENGAN ANGSURAN PAJAK UNTUK BULAN TERAKHIR DARI TAHUN PAJAK YG LALU
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI ATAS DASAR skp BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
PENERBITAN skp
APABILA DALAM TH BERJALAN DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN PAJAK YG LALU
Pasal 25 ayat (4)
WP OP PENGUSAHA TERTENTU
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DIBIDANG PERDAGANGAN , MEMPUNYAI TEMPAT USAHA LEBIH DARI SATU
ATAU MEMPUNYAI TEMPAT USAHA YANG BERBEDA ALAMAT DENGAN DOMISILI , BESARNYA ANGSURAN
PAJAKNYA PERLU DIATUR TERSENDIRI AGAR BESARNYA ANGSURAN MENDEKATI KEADAAN YANG
SEBENARNYA
ANGSURAN PPh Ps 25 BAGI WP OP PENGUSAHA TERTENTU
SETIAP BULAN ADALAH : 0,75% DARI JUMLAH PEREDARAN BRUTO
MASING-MASING TEMPAT USAHA
Penghasilan dari luar usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa.1. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya; 2. keuntungan karena pembebasan utang; 3. penerimaan dari piutang yang telah dihapuskan; 4. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; 5. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak; 6. penghasilan dari anak/anak angkat yang belum dewasa.
Penghasilan dari luar usaha
Ardi Wijaya adalah seorang Konsultan Hukum sekaligus juga bekerja sebagai dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Bangun Jaya.Penghasilan selama tahun 2013 adalah sebagai berikut:
SPT TAHUNAN
BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
NO
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SUMBER / JENIS PENGHASILAN
JUMLAH BAGIAN B
WARISAN
KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA
JBB
PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH
BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI
BEASISWA DALAM NEGERI
PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(3)(2)
50.000.000
50.000.000
BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH
PENGHASILAN NETO ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH
(Rupiah)
0 4 2 3 4 5 6 7 8 0 1 3 0 0 0D r T A U F I K H I D A Y A T
0 1 0 9 1 2 0 9X
10.000.000 2.000.000
5.311.000
75.000.000 3.311.000
s.d
NORMA PEMBUKUAN
• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT
NAMA AKUNTAN PUBLIK :
NPWP AKUNTAN PUBLIK:
NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK:
NAMA KONSULTAN PAJAK :
NPWP KONSULTAN PAJAK:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK:
a. 1a
b. 1b
c. 1c
d. 1d
e. 1e
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DEPARTEMEN KEUANGAN RIDIREKTORAT JENDERAL PAJAK
FORM
ULIR HALAMAN 1
1770 - I LAMPIRAN - I
BL
2 0
TAHU
N PA
JAK
BL
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
BAGIAN A:(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN)
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
THPENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA
DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN
PEREDARAN USAHA
RUPIAH
PERHATIAN: SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJ UK PENGISIAN
TH
BERI TANDA " X " DALAM
HARGA POKOK PENJUALAN
LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
BIAYA USAHA
PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
0 4 2 3 4 5 6 7 8 0 1 3 0 0 0M T A U F I K H I D A Y A T
0 90 1 0 9 1 2 0 9
X
2.a. 2a
b. 2b
c. 2c
d.2d
e. 2e
f. 2f
g. 2g
h. 2h
i. 2i
j. 2j
k. 2k
l. 2l
a. 3a
b. 3b
c. 3c
d. 3d
4 4
Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 Angka 1
SANKSI ADMINISTRASI
SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI FISKAL
BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
JUMLAH (2a s.d. 2k)
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
JUMLAH (3a s.d. 3c)
JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d)
SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI FISKAL
3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:
HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN
PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK
PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
PAJAK PENGHASILAN
PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA
GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN
PENYESUAIAN FISKAL POSITIFBIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
• s.d
• PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA NORMA PEMBUKUAN
PERHATIAN : • • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1
TH
TAH
UN
PA
JAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO )
BERI TANDA " X " DALAM
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
BL
0SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BL
LAMPIRAN - I
TH
HALAMAN 2
MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOPENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI YANG
1770 - I2
FORM
ULIR
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
2
3
4
5
PENGHASILAN NETO (Rupiah)
(1) (4)
DAGANG
JUMLAH BAGIAN B
USAHA LAINNYA
INDUSTRI
1
(2)
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJ UK PENGISIAN
JENIS USAHANO. NORMA (%)
(3)
PEREDARAN USAHA (Rupiah)
(5)
PEKERJAAN BEBAS
JASA
JBB
0 4 2 3 4 5 6 7 8 0 1 3 0 0 0M T A U F I K H I D A Y A T
0 9
0 1 0 9 1 2 0 9
X
300.000.000 45 % 135.000.000
300.000.000 135.000.000
BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2
(2) (3)
PENGHASILAN NETO (Rupiah)
(5)
6
3
4
JBC
5
2
NAMA DAN NPWPPEMBERI KERJA
PENGHASILAN BRUTO(Rupiah)
(1)
NO.
JUMLAH BAGIAN C
PENGURANGAN PENGHASILAN BRUTO/BIAYA
(Rupiah)(4)
1 130.000.000 10.560.000 119.440.000
119.440.000
RSCM01.345.678.3.123.000
BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3
SEWA
PENGHASILAN LAINNYA
PENGHARGAAN DAN HADIAH
2
NO.
5
3
(1)
1
4
6
(3)
ROYALTI
BUNGA
JUMLAH PENGHASILAN NETO (Rupiah)
(2)
JENIS PENGHASILAN
JBD
KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN / PENGALIHAN HARTA
JUMLAH BAGIAN D
10.000.000
60.000.000
50.000.000
MEMPUNYAI PENGHASILAN :
•• DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL NORMA PEMBUKUAN
• DARI PENGHASILAN LAIN
• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS :
NO. TELEPON/FAKSIMILI : /
PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI TIDAK ADA
1. 1
2. 2
3. 3
4 4. 4
5. 5…………………………………………………………………………………………………………………………..6. 6
7. 7
8. 8
9. 9
10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK/ K/ K/I/ PH/ HB/ 10
11. 11
JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT ATAS PENGHASILAN (5 - 6)
KLU :
RUPIAH *)
KOMPENSASI KERUGIAN
*) P engisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3)
PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI [Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat buku petunjuk]
JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)
ZAKAT ATAS PENGHASILAN YANG MENJADI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
B. P
ENG
HASI
LAN
KENA
PAJ
AK JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)
PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 3]
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
BERI TANDA " X " DALAM
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJ UK PENGISIAN
BL
PERHATIAN
IDEN
TITA
S
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
A. P
ENG
HASI
LAN
NETO
FORM
ULIR 01770
PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
2
TAHU
N PA
JAK
s.d
BL
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN [Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan]
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
TH TH
0 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 0 0 0D r T A U F I K H I D A Y A T S p MD O K T E R R S C M 0 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 0 2 1 5 5 5 5 5
INDUK SPT TAHUNAN 1770 Huruf A dan B
135.000.000119.440.000
314.440.000
-314.440.000
0 1 0 9 1 2 0 9
60.000.000-
314.440.0002 19.800.000
284.640.000
-
XSPT PEMBETULAN KE - ……….