Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

19
289 SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami tentang tujuan ilmu rekayasa lalu lintas dan cakupannya secara umum, serta dapat memberikan solusi bagi penyelesaian permasalahan lalu lintas terutama yang berkaitan dengan kinerja/tingkat pelayanan ruas jalan,  persimpangan, perparkiran, terminal, dan pengendalian lalulintas, fungsi & hirarki  jalan, serta kewenangan pembinaan jalan. 2. Khusus Dapat memahami dan menentukan sistem jaringan jalan, fungsi & hirarki jalan, serta kewenangan pembinaan jalan. B. Pokok Bahasan Penjelasan terhadap sistem jaringan jalan, kaitan antara hirarki jalan dengan sistem  jaringan jalan menurut wewenang pembinaan, kriteria dalam penetapan klasifikasi fungsi  jalan, kelas jalan, serta klasifikasi perencanaan jalan perkotaan. C. Sub Pokok Bahasan  Penjelasan terhadap sistem jaringan jalan.  Penjelasan terhadap kaitan antara hirarki jalan dengan sistem jaringan jalan menurut wewenang pembinaan.  Penjelasan terhadap kriteria dalam penetapan klasifikasi fungsi jalan.  Penjelasan terhadap kelas jalan.  Penjelasan terhadap klasifikasi perencanaan jalan perkotaan. D. Kegiatan Belajar Mengajar Tahapan Kegiatan Kegiatan Pengajaran Kegiatan Mahasiswa Media & Alat Peraga Pendahuluan 1. Memberikan penyegaran sekilas tentang topik minggu yang lalu. 2. Menjelaskan cakupan materi-materi  perkuliahan untuk topik ming gu ke- empat belas. Mendengarkan dan memberikan komentar  Notebook, LCD, White board.

Transcript of Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 1/19

289

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

( SAP )

Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas

Kode : CES 5353

Semester : VWaktu : 1 x 2 x 50 menit

Pertemuan : 14 (Empat belas)

A.  Tujuan Instruksional

1. Umum

Mahasiswa dapat memahami tentang tujuan ilmu rekayasa lalu lintas dan cakupannya

secara umum, serta dapat memberikan solusi bagi penyelesaian permasalahan lalu

lintas terutama yang berkaitan dengan kinerja/tingkat pelayanan ruas jalan,

 persimpangan, perparkiran, terminal, dan pengendalian lalulintas, fungsi & hirarki

 jalan, serta kewenangan pembinaan jalan.

2. Khusus

Dapat memahami dan menentukan sistem jaringan jalan, fungsi & hirarki jalan, serta

kewenangan pembinaan jalan.

B.  Pokok Bahasan

Penjelasan terhadap sistem jaringan jalan, kaitan antara hirarki jalan dengan sistem

 jaringan jalan menurut wewenang pembinaan, kriteria dalam penetapan klasifikasi fungsi

 jalan, kelas jalan, serta klasifikasi perencanaan jalan perkotaan.

C.  Sub Pokok Bahasan

•  Penjelasan terhadap sistem jaringan jalan.

•  Penjelasan terhadap kaitan antara hirarki jalan dengan sistem jaringan jalan menurut

wewenang pembinaan.

•  Penjelasan terhadap kriteria dalam penetapan klasifikasi fungsi jalan.

•  Penjelasan terhadap kelas jalan.

•  Penjelasan terhadap klasifikasi perencanaan jalan perkotaan.

D.  Kegiatan Belajar Mengajar 

Tahapan

KegiatanKegiatan Pengajaran

Kegiatan

Mahasiswa

Media &

Alat Peraga

Pendahuluan 1. Memberikan penyegaran sekilas

tentang topik minggu yang lalu.

2. Menjelaskan cakupan materi-materi

 perkuliahan untuk topik minggu ke-

empat belas.

Mendengarkan dan

memberikan

komentar 

 Notebook,

LCD,

White board.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 2/19

290

Penyajian 1. Menjelaskan sistem jaringan jalan.

2. Menjelaskan kaitan antara hirarki

 jalan dengan sistem jaringan jalan

menurut wewenang pembinaan.

3. Menjelaskan kriteria dalam penetapan

klasifikasi fungsi jalan.4. Menjelaskan kelas jalan.

5. Menjelaskan klasifikasi perenca-naan

 jalan perkotaan.

Memperhatikan,

mencatat dan

memberikan

komentar.

Mengajukan

 pertanyaan.

 Notebook,

LCD,

White board.

Penutup 1. Mengajukan pertanyaan kepada

mahasiswa.

2. Memberikan kesimpulan.

3. Mengingatkan akan kewajiban

mahasiswa untuk pertemuan

selanjutnya.

Memberikan

komentar.

Mengajukan dan

menjawab

 pertanyaan.

White board.

E.  Evaluasi

1. Pertanyaan tidak langsung

Meminta kepada mahasiswa untuk memberikan komentar tentang sistem jaringan

 jalan, kaitan antara hirarki jalan dengan sistem jaringan jalan menurut wewenang

 pembinaan, kriteria dalam penetapan klasifikasi fungsi jalan, dan kelas jalan.

2. Pertanyaan langsung

Jelaskan sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.Jelaskan klasifikasi fungsi jalan berdasarkan kewenangan pembinaan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang No. 38 Tentang Jalan dan PP Nomor 34 tahun 2006

tentang jalan.

3. Kunci jawaban

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 3/19

291

RENCANA KEGIATAN BELAJAR MINGGUAN

(RKBM)

Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas

Kode : CES 5353

Semester : V

Waktu : 1 x 2 x 50 menit

Pertemuan : 14 (Empatbelas)

Minggu

Ke-Topik (Pokok Bahasan)

Metode

Pembelajaran

Estimasi

Waktu

(menit)

Media

(1) (2) (3) (4) (5)

14

14.1 Sistem jaringan jalan.

14.2 Kaitan antara hirarki jalan dengan

sistem jaringan jalan menurut

wewenang pembinaan.

14.3 Kriteria dalam penetapan klasifikasi

fungsi jalan.

14.4 Kelas jalan.

14.5 Klasifikasi perencanaan jalan

 perkotaan.

Ceramah,

Diskusi Kelas100

 Notebook,

LCD,

Whiteboard 

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 4/19

292

PERTEMUAN KE- 14

KLASIFIKASI FUNGSI, HIRARKI & PEMBINAAN JALAN

14.1 Umum

Penerapan Otonomi Daerah di Indonesia mempunyai pengaruh terhadap timbulnya

 pemekaran wilayah. Terbentuknya kota-kota baru akibat pemekaran wilayah tersebut selalu

diiiringi dengan pengembangan prasarana pendukung kota, antara lain prasarana jalan. Agar 

 penataan ruang dapat selaras, serasi, dan seimbang dengan kebutuhan pergerakan, maka

rencana jaringan transportasi jalan harus mewujudkan unsur-unsur jaringan transportasi jalan,

yaitu simpul, ruang kegiatan dan ruang lalu lintas. Oleh karena itu, sangat diperlukan

 penentuan fungsi, hirarki dan administrasi jalan yang tepat agar penggunaan dan pembinaan

 jalan pada kota-kota baru dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bahwa Jalan adalah prasarana

transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

 perlengkapannya yang diperuntukkan bagi pergerakan lalulintas, yang berada pada

 permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di

atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sedangkan sistem

 jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat

 pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam

satu hubungan hierarki. Jalan menurut peranan perjalanan dapat dibedakan dalam sistem

 jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan. Sistem jaringan jalan merupakan satu

kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan

sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan

mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan

antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Berdasarkan sifat

dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor,

lokal, dan lingkungan. Berdasarkan status, Jalan dikelompokkan atas jalan nasional, jalan

 provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan

 penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan

 prasarana jalan. Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu

lintas terdiri dari jalan kelas I, kelas II, kelas IIIA, dan kelas IIIB. Sedangkan kelas jalan

 berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan,

 jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 5/19

293

14.2  Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi :

1.   Jalan Arteri.

Yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jauh, kecepatan

rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Biasanya jaringan

 jalan ini melayani lalu lintas tinggi antara kota-kota penting. Jalan dalam golongan ini

harus direncanakan dapat melayani lalulintas cepat dan berat.

 2.   Jalan Kolektor.

Yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Biasanya jaringan jalan ini

melayani lalu lintas cukup tinggi antara kota-kota yang lebih kecil, juga melayani

daerah sekitarnya.

 3.   Jalan Lokal.

Yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek,

kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Biasanya jaringan

 jalan ini digunakan untuk keperluan aktifitas daerah, juga dipakai sebagai jalan

 penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan

14.3 Sistem Jaringan Jalan 

Jaringan jalan merupakan satu kesatuan sistem terdiri dari sistem jaringan jalan primer 

dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki.

1). Sistem Jaringan Jalan Primer

•  Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang

dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan

simpul-simpul jasa distribusi.

•  Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota

 jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke persil

dalam satu satuan wilayah pengembangan. Jaringan jalan primer menghubungkan

kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah

 pengembangan.

•  Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Jaringan jalan

 primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas jalan primer dapat

 berakhir pada suatu kawasan primer. Kawasan yang mempunyai fungsi primer 

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 6/19

294

antara lain: industri skala regional, terminal barang/pergudangan, pelabuhan,

 bandar udara, pasar induk, pusat perdagangan skala regional/ grosir.

•  Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu

dengan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau menghubungkan

kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

•  Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua

dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota

 jenjang ketiga.

•  Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan

 persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau

menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang

ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau

kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.

•  Yang dimaksud dengan kota jenjang kesatu ialah kota yang berperan melayani

seluruh satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa

yang paling tinggi dalam satuan wilayah pengembangannya serta memiliki

orientasi keluar wilayahnya.

•  Yang dimaksud dengan kota jenjang kedua ialah kota yang berperan melayani

sebagian dari satuan wilayah pengembangannya dengan kemampuan pelayanan

 jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kesatu dalam satuan wilayah

 pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta

memiliki orientasi ke kota jenjang kesatu.

•  Yang dimaksud dengan kota jenjang ketiga ialah kota yang berperan melayani

sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan

 jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kedua dalam satuan wilayah

 pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta

memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan ke kota jenjang kesatu.

•  Yang dimaksud dengan kota di bawah jenjang ketiga ialah kota yang berperan

melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan

 pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang ketiga dan terikat jangkauan

serta orientasi yang mengikuti prinsip-prinsip di atas.

•  Kawasan adalah wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan lingkup

 pengamatan fungsi tertentu.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 7/19

295

•  Kawasan Primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer. Fungsi

 primer (Fl) adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota

sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah

 pengembangannya.

Hubungan antar hirarki kota dengan peranan ruas jalan penghubungnya dalam sistem

 jaringan jalan primer diberikan pada Tabel dibawah ini.

Tabel 14.1 : Hubungan Antar Hirarki Kota Dengan Peranan Ruas Jalan

Dalam Sistem Jaringan Jalan Primer 

Kota Jenjang I Jenjang II Jenjang III Persil

Jenjang I Arteri Arteri -- Lokal

Jenjang II Arteri Kolektor Kolektor Lokal

Jenjang III -- Kolektor Lokal Lokal

Persil Lokal Lokal Lokal Lokal

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 

 2). Sistem Jaringan Jalan Sekunder

•  Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang

kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi

sekunder ke satu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya

sampai ke perumahan.

•  Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder 

kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder 

kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder 

kedua.

•  Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan

sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan

sekunder ketiga.

•  Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi

sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiri

yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung

fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan keamanan yang

selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 8/19

296

•  Fungsi primer dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan.

Fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya terikat

dalam satu hubungan hirarki.

•  Fungsi primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota

sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah

 pengembangannya.

•  Fungsi sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota

sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.

•  Wilayah dimaksudkan sebagai kesatuan geografi beserta segenap unsur yang terkait

 padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan pengamatan administratif 

dan atau fungsional.

•  Struktur kawasan kota dapat dibedakan berdasarkan besarnya penduduk kota yang

 bersangkutan.

Tabel 14.2 : Hubungan Antara Kawasan Kota Dengan Peranan Ruas Jalan Dalam Sistem

Jaringan Jalan Sekunder 

Kawasan Primer (F1)Sekunder 1

(F21)

Sekunder 2

(F22)

Sekunder 3

(F23)Perumahan

Primer (F1) -- Arteri -- -- --

Sekunder 1(F21)

Arteri Arteri Arteri -- Lokal

Sekunder 2

(F22)-- Arteri Kolektor Kolektor Lokal

Sekunder 3

(F23)-- -- Kolektor -- Lokal

Perumahan -- Lokal Lokal Kolektor --

14.4. Kaitan Antara Hirarki Jalan Dengan Sistem Jaringan Jalan Menurut Wewenang

Pembinaan 

Dalam panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan No.

010/T/BNKT/1990 dan PP Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, bahwa wewenang

 pembinaan jalan dikelompokkan menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten,

 jalan kota, jalan desa/nagari, dan jalan khusus.

1).   Jalan Nasional 

Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, jalan kolektor  primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan tol, dan jalan lain yang

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 9/19

297

mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional. Penetapan status suatu

 jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri.

 2).  Jalan Provinsi

Yang termasuk kelompok jalan Provinsi adalah :

•  Jalan kolektor primer yang menghubungkan lbukota Provinsi dengan Ibukota

Kabupaten atau Kota.

•  Jalan Kolektor primer yang menghubungkan antar lbukota Kabupaten atau Kota.

•  Jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan Provinsi.

•  Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang tidak termasuk jalan Nasional.

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan Provinsi dilakukan dengan Keputusan

Menteri Dalam Negeri atas usul Gubernur yang bersangkutan.

 3).   Jalan Kabupaten

Yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah :

•  Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota Kabupaten dengan ibukota

Kecamatan, ibukota Kabupaten dengan Pusat Desa/Nagari, antar ibukota

Kecamatan, ibukota Kecamatan dengan Desa/Nagari, dan antar Desa/Nagari.

•  Jalan sekunder (arteri sekunder, kolektor sekunder, dan lokal sekunder) dan

 jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok jalan Nasional, jalan Provinsi.

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan Kabupaten dilakukan dengan Keputusan

Gubernur, atas usul Pemerintah Kabupaten yang bersangkutan.

 4).  Jalan Kota

Yang termasuk kelompok jalan Kota adalah jaringan jalan sekunder di dalam kota.

Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor

sekunder sebagai jalan kota dilakukan dengan keputusan Gubernur atas usul

Pemerintah Kota yang bersangkutan. Penetapan status suatu ruas jalan lokal

sekunder sebagai jalan Kota dilakukan dengan Keputusan Walikota yang

 bersangkutan.

 5).  Jalan Desa/Nagari

Jalan Desa/Nagari adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal sekunder yang

tidak termasuk jalan Kabupaten di dalam kawasan Pedesaan/Nagari, dan merupakan

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 10/19

298

 jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam

Desa/Nagari.

6).  Jalan Khusus

Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara

oleh instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.

Penetapan status suatu ruas jalan khusus dilakukan oleh instansi/badan

hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan memperhatikan

 pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

Secara lebih sederhana, fungsi jalan dikaitkan dengan penanggung jawab pembinaan

disajikan pada Tabel 14.3 berikut :

Tabel 14.3 : Fungsi Jalan Dikaitkan Dengan Penanggung jawab Pembinaan

STATUS FUNGSI PERENCANAAN PELAKSANAAN

 NASIONALAP MENTERI MENTERI

KP 1 MENTERI MENTERI

PROVINSIKP 2 MENTERI PEMPROV

KP 3 MENTERI PEMPROV

KABUPATENLP MENTERI PEMKAB

AS, KS, LS PEMKAB PEMKAB

KOTA AS, KS, LS PEMKOT PEMKOT

Catatan :

AP = Arteri Primer 

KP 1 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Provinsi

KP 2 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Provinsi ke Kab/Kota.

KP 3 = Kolektor Primer yang menghubungkan Kota dengan Kabupaten/Kota

AS = Arteri Sekunder 

KS = Kolektor Sekunder 

LS = Lokal Sekunder dan LP = Lokal Primer 

7).  Perubahan Status Jalan

Suatu ruas jalan dapat ditingkatkan statusnya menjadi lebih tinggi apabila dipenuhi

 persyaratan sebagai berikut :

•  Ruas jalan tersebut berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah/kawasan

yang lebih luas dari wilayah/kawasan semula.

• Ruas jalan tersebut makin dibutuhkan masyarakat dalam rangka pengembangansistem transportasi.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 11/19

299

Suatu ruas jalan dapat diturunkan statusnya menjadi lebih rendah apabila terjadi hal-hal

yang berlawanan dengan yang tersebut. di atas. Peralihan status suatu jalan dapat

diusulkan oleh pembina jalan semula kepada pembina jalan dituju. Pembina jalan yang

menerima usulan atau saran memberikan pendapatnya kepada pejabat yang menetapkan

status semula.

Penetapan status ruas jalan dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang menetapkan status

 baru dari ruas jalan yang bersangkutan, setelah mendengar pendapat pejabat yang

menetapkan status semula.

14.5  Kriteria Yang Dipertimbangkan Dalam Menetapkan Klasifikasi Fungsi Jalan

Kriteria ini dimaksudkan sebagai ciri-ciri umum yang diharapkan pada masing-masing

fungsi jalan. Kriteria tersebut meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas,

 jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan,

 penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya dan tidak terputus, dan harus memenuhi

ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.

1). Jalan Arteri Primer 

•  Menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

•   Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam

 puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.

•  Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas

rata-rata.

•  Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.

•  Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan melalui

 jalan ini.

•  Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan

masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.

•  Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai

dengan volume lalu lintasnya.

•  Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 12/19

300

•  Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu

 pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.

•  Jalur khusus seharusnya disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya.

•  Jalan arteri primer seharusnya dilengkapi dengan median.

 2). Jalan Kolektor Primer

•  Menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat

kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lokal.

•  Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.

•  Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.

•  Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana 80 km/jam dan

 paling rendah 40 (empat puluh) km per jam.

•  Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 9 (sembilan) meter.

•  Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan

masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.

•  Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

•  Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalulintasnya.

•  Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume

lalu lintas rata-rata.

•  Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada

 jam sibuk.

•  Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu

 pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan.

•  Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri

 primer.

•  Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 13/19

301

 3). Jalan Lokal Primer

•  Menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat

kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta

antarpusat kegiatan lingkungan.

•  Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.

•  Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.

•  Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua

 puluh) km per jam.

•  Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

•  Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 7,5 meter .

•  Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem

 primer.

•  Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus.

 4). Jalan Lingkungan Primer

•  Menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam

lingkungan kawasan perdesaan.

•  Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15

(lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam

koma lima) meter.

•  Persyaratan teknis jalan lingkungan primer diperuntukkan bagi kendaraan bermotor 

 beroda tiga atau lebih.

•  Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda

tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima)meter.

 5). Jalan Arteri Sekunder

•  Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan

sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu

dengan kawasan sekunder kedua.

•  Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga

 puluh) km per jam.

•  Lebar badan jalan tidak kurang dari 11,0 meter.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 14/19

302

•  Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

lambat.

•  Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.

• Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkanmelalui jalan ini.

•  Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu lintasnya.

•  Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu

lintas rata-rata.

•  Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak 

dizinkan pada jam sibuk.

•  Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu

 pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.

•  Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem sekunder 

yang lain.

•  Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya.

•  Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan

kelas jalan yang lebih rendah.

6). Jalan Kolektor Sekunder

•  Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

•  Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

(dua puluh) km per jam.

•  Lebar badan jalan kolektor sekunder minimal 9 (sembilan) meter.

•  Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah

 pemukiman.

•  Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.

•  Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.

•  Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari sistem primer 

dan arteri sekunder.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 15/19

303

7). Jalan Lokal Sekunder

•  Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder 

kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke

 perumahan.

•  Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10

(sepuluh) km per jam.

•  Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 7,5 meter.

•  Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan ini di

daerah pemukiman.

•  Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan

dengan fungsi jalan yang lain.

8). Jalan Lingkungan Sekunder

•  Menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

•  Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10

(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter.

•  Jalan lingkungan sekunder diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga)

atau lebih.

•  Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor 

 beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga

koma lima) meter.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 16/19

304

Kota

Jenjang - I

Kota

Jenjang - IJalan Arteri

Primer 

Jalan Arteri

Primer Jalan Arteri

Primer 

Jalan Kolektor 

Primer 

Jalan Kolektor 

Primer 

Jalan Lokal

Primer 

Kota

Jenjang - II

Kota

Jenjang - II

Jalan Kolektor 

Primer 

Kota

Jenjang - III

Kota

Jenjang - III

Jalan LokalPrimer 

Kota Dibawah

Jenjang - III

Jalan Lokal

Primer 

Persil

   J  a   l  a  n   L  o   k  a   l    P  r   i  m  e  r

   J  a   l  a  n   L  o   k  a   l    P  r   i  m  e  r

   J  a   l  a  n   L  o

   k  a   l    P  r   i  m  e  r

 

Gambar 14.1 : Skema Sistem Jaringan Jalan Primer 

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 17/19

305

F1

Kawasan

Primer 

Jalan Arteri

Sekunder (JAS)Jalan Arteri

Sekunder (JAS)

Jalan Arteri

Sekunder (JAS)

Jalan Arteri

Sekunder (JAS)

Jalan Kolektor 

Sekunder (JKS)

F21

Kawasan

Sekunder-I

F12

Kawasan

Sekunder-I

Jalan Arteri

Sekunder (JAS)

F22

Kawasan

Sekunder-II

F22

Kawasan

Sekunder-II

Jalan Kolektor 

Sekunder (JKS)

F23 Kawasan

Sekunder-II

Jalan Lokal

Sekunder (JLS)

Perumahan

   J  a   l  a  n   L  o   k  a   l    S  e   k  u  n   d  e  r   (   J   L   S   )

   J  a   l  a  n   L  o   k  a   l    S  e   k  u  n   d  e  r   (   J   L   S   )

   J  a   l  a  n   L  o   k  a   l    S  e   k  u  n   d  e  r

   (   J   L   S   )

 

Gambar 14.2 : Skema Sistem Jaringan Jalan Sekunder 

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 18/19

306

14.6  Klasifikasi Jalan Menurut Kelas (berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 22

tentang lalulintas dan angkutan Jalan Pasal 19 ayat (2), sebagai berikut :

1.  Jalan Kelas I, dengan kriteria sebagai berikut :

• Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatandengan ukuran lebar tidak melebihi 2.5 meter, ukuran panjang tidak melebihi 18.0

meter, ukuran paling tinggi 4,20 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan

adalah 10 ton.

•  LHR diatas 20.000 smp.

•  Jumlah jalur banyak.

•  Melayani lalu lintas berat dan cepat.

• Dalam komposisi lalu lintas tidak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tidak 

 bermotor.

•  Tingkat pelayanan tinggi dan Jenis perkerasan aspal beton.

2.  Jalan Kelas II, dengan kriteria sebagai berikut :

•  Jalan arteri, kolektor, local, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor 

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.5 meter, ukuran panjang

tidak melebihi 12.0 meter, ukuran paling tinggi 4,2 meter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 8 (delapan) ton.

•  LHR antara 6.000 smp s.d 20.000 smp.

•  Jalan 2 jalur atau lebih.

•  Dalam komposisi lalu lintas terdapat kendaraan lambat tetapi tidak terdapat

kendaraan tanpa bermotor.

•  Untuk lalu lintas lambat disediakan jalur tersendiri.

•  Jenis perkerasan aspal beton.

3.  Jalan Kelas III, dengan kriteria sebagai berikut :

•  Jalan arteri, kolektor, local, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor 

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.10 meter, ukuran panjang

tidak melebihi 9.0 meter, ukuran palng tinggi 3,50 meter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 8 (delapan) ton.

•  LHR relatif kecil.

•  Jalan dengan jalur tunggal namun ada juga yang dua jalur.

•  Merupakan jalur penghubung.

•  Jenis perkerasan aspal beton/penetrasi macadam/burda/burtu.

7/28/2019 Kuliah 14 RLL - Klasifikasi Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/kuliah-14-rll-klasifikasi-jalan 19/19

307

4.  Jalan Kelas Khusus

Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan

ukuran lebar melebihi 2,5 meter, ukuran panjang melebihi 18,0 meter, ukuran paling

tinggi 4,2 meter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.