Kuis BPIW Integrated Rest Area di hal.55 Sarana Promosi ...
Transcript of Kuis BPIW Integrated Rest Area di hal.55 Sarana Promosi ...
Buletin Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah • Edisi 27/Maret 2018
Memacu Realisasi Pengembangan 11 Kota Baru di Tanah AirBPIW • Kementerian PUPR
Integrated Rest Area SebagaiSarana Promosi Potensi Daerah
IkutiKuis BPIWdi hal.55
SINERGI / Edisi 27 - Maret 20182
InfRaStRUKtUR PUPRteRPaDU UntUK negeRI
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Jl. Pattimura No.20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 11210
Email: [email protected]. +6221-2751 5804
BaDan PengemBangan InfRaStRUKtUR WIlaYaH (BPIW)KementeRIan PUPR
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 1
Salam Redaksi
Pembaca yang terhormat. Isu-isu menarik seputar Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR kembali kami hadirkan pada Buletin Sinergi edisi 27, Maret 2018.
Untuk rubrik Kabar Utama dibahas mengenai Integrated Rest Area (Anjungan Cerdas). Integrated Rest Area merupakan anjungan yang berada di jalan nasional yang dikembangkan BPIW. Direncanakan, Integrated Rest Area di Jembrana Bali dan di Trenggalek Jawa Timur akan di operasikan pada tahun ini.
Sedangkan Laporan Khusus kali ini membahas program-program yang terkait 11 Kota Baru di Indonesia. Pada rubrik wawancara berisi dialog dengan Plt. Kepala BPIW, Lana Winayanti. Dalam rubrik tersebut dibahas mengenai beberapa hal terkait pengembangan infrastruktur wilayah dan strategi yang dilakukan Kementerian PUPR agar program-program infrastruktur tepat sasaran dan tepat waktu.
Rubrik Teropong Media mengupas beberapa berita di media massa, khususnya terhadap BPIW, maupun secara umum mengenai Kementerian PUPR. Selain itu ada rubrik Review yang mengupas buku yang berkaitan dengan agenda baru perkotaan serta infografis yang berkaitan dengan program dari BPIW. Untuk rubrik Teknologi kali ini membahas mengenai teknologi IPAL dan IPA di KSPN Danau Toba.
Pada rubrik Sosok membahas mengenai sisi lain dari pekerjaan yang dilakukan salah satu pejabat di BPIW. Pada edisi kali ini dikupas sosok dari Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur II, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Kementerian PUPR, Dr. Ir. Maulidya Indah Junica M.Sc. Maulidya merupakan salah seorang yang menjadi konseptor dari program Sibas Ripis (Sistem Informasi dan Data Base Online Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur).
Kemudian juga dihadirkan rubrik Potret yang berisi dokumentasi dari kegiatan Sosialisasi Pajak di BPIW. Rubrik ringan tetap mewarnai Buletin Sinergi edisi 27 ini seperti Serba-serbi yang membahas mengenai 10 Kota Indah di Indonesia dan rubrik Tips yang mengupas cara agar dapat bekerja dengan sepenuh hati meski dibawah tekanan.
Kami berharap sajian kali ini dapat memenuhi harapan pembaca serta memperkaya pengetahuan pembaca mengenai informasi pembangunan infrastruktur bidang PUPR.
Salam hormat,
Pemimpin Redaksi
SINERGI / Edisi 27 - Maret 20182
04 Kabar Utama:Integrated Rest AreaSarana Promosi Potensi Daerah
48 Serba Serbi10 Kota Cantik di Indonesia
tim Penyusun:
Pelindung: Lana Winayanti
Pengarah: Firman Hatorangan Napitupulu
PenasehatBobby PrabowoIwan Nurwanto Hadi SucahyonoAgusta Ersada Sinulingga
Penanggung Jawab/ Pemimpin Redaksi:P. Yudantoro
Redaktur Pelaksana:Shoviah
editor :Hendra DjamalMutri Batul Aini
tim Pembuat artikel:Indira Dwi KusumatutiDaris AnugrahAlis ListalatuRian FarhanFitri Selva
Sekretariat:Untung PriyonoNur Wahyu
Redaksi menerima tulisan/artikel/opini/foto yang berkaitan dengan bidang pengembangan infrastruk-tur dan keterpaduan wilayah dalam lingkup kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Redaksi berhak menyunting naskah/artikel yang masuk sesuai dengan tema penerbitan dan ketersediaan jumlah halaman/rubrik.
Tulisan dapat dikirim ke email: [email protected], [email protected]
Design : Heri HitoInfografis & Kartunis : Ajeng Ayuning Pertiwi
Diterbitkan oleh: Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR
alamat Redaksi:Gedung G, BPIW Lantai 1Jl. Pattimura No.20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110Email: [email protected], [email protected]: bpiw.pu.go.idNo. Telp. +6221-2751 5804
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 3
Perspektif
daftar isi
10 36
Edisi 27 / Maret 2018
Wawancara:Dr. Ir. Lana Winayanti, MCPPlt. Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian PUPR
Lapsus:Memacu Realisasi Pengembangan11 Kota Baru di Tanah Air
56 Teknologi:Kementerian PUPR Kembangkan Teknologi IPA dan IPAL di Kawasan Wisata Danau Toba
Potret:Sosialisasi Tata Cara Pengisian SPT Tahunan52
Kabar Utama
SINERGI / Edisi 27 - Maret 20184
Integrated Rest Area sebagaiSarana Promosi Potensi DaerahSejak 2016 lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah memulai rangkaian pembangunan dan pengembangan Integrated Rest Area atau Anjungan Cerdas. Konsep tempat peristirahatan di jalan nasional yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) ini diharapkan juga dapat berperan sebagai sarana promosi potensi daerah seperti pariwisata dan produk daerah.
Integrated rest area (anjungan cerdas) di Rambut Siwi Jembrana, Bali tampak dari atas
Kabar Utama
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 5
Integrated Rest Area sebagaiSarana Promosi Potensi Daerah
Kementerian PUPR melalui BPIW memulai pengembangan Integrated Rest Area
di dua lokasi berbeda, yaitu di kawasan Bendungan Tugu Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur dan di kawasan Rambut Siwi Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Dua lokasi pengembangan Integrated Rest Area tersebut berada di jalan nasional, dan menjadi percontohan yang ditargetkan pada tahun 2018 dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Konsep pengembangan Integrated rest area ini diadopsi dari konsep Michi no Eki di Jepang dan Inter State Rest Area di Amerika Serikat, yang bukan hanya berperan sebagai tempat peristirahatan pengemudi kendaraan, melainkan juga menjadi sarana promosi pariwisata dan produk lokal. Hal tersebut juga yang akan diterapkan di dua percontohan Integrated Rest Area yang saat ini sedang dikembangkan.
Integrated Rest Area memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai tempat untuk istirahat, pengembangan ekonomi lokal, pengembangan wisata/budaya, dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar jalan nasional.
Terkait dengan tematik pengembangan kawasan, Integrated Rest Area memiliki lima tema besar, yaitu pertama tema pariwisata, yang meliputi kawasan wisata. Tema kedua yakni konservasi, mencakup kawasan hutan dan cagar Budaya, sedangkan tema ketiga yaitu maritim, meliputi kawasan pinggir laut/pantai. Selanjutnya tema keempat adalah agrowisata, yang memuat kawasan
pertanian, perkebunan, dan peternakan, sedangkan tema yang kelima yaitu terkait budaya, yang merupakan kawasan dengan budaya lokal yang khas.
Pembangunan infrastruktur sektor PUPR saat ini dilakukan dengan berbasis pada konsep Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Hal ini bermakna bahwa pembangunan infrastruktur dilakukan secara terpadu yang meliputi empat sektor utama PUPR yakni Sumber Daya Air, Cipta Karya, Bina Marga, dan Perumahan. Melalui pembangunan dan pengembangan suatu daerah, maka potensi yang berada pada daerah tersebut juga akan terangkat. Konsep pendekatan ini juga dilakukan terhadap pengembangan Integrated Rest Area.
Amphitheatre di Jembrana, Bali Sumber: Dok. BPIW
Integrated Rest Area memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai tempat untuk istirahat, pengembangan ekonomi lokal, pengembangan wisata/budaya, dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar jalan nasional.
Kabar Utama
SINERGI / Edisi 27 - Maret 20186
Konsep pengembangan anjungan cerdas Rambut Siwi memuat setidaknya lima klaster bisnis. Pertama yaitu kuliner yang meliputi berbagai masakan dan hidangan khas lokal yang berasal dari daerah sekitar. Daya tarik kuliner di daerah ini seperti ayam betutu, seafood, dan lawar klungah.
Kedua, industri kreatif yang meliputi berbagai hasil industri lokal (pertanian dan kelautan) sesuai dengan potensi khas daerah sekitar. Klaster bisnis yang ketiga yakni industri agro yang meliputi berbagai produk industri kreatif yang dihasilkan oleh penduduk lokal dan khas daerah sekitar seperti keripik, bawang, kerajinan bokor, kerajinan batok, kain songket, lukisan, kopyor, dan jaja bendu.
Klaster bisnis yang keempat adalah wisata yang meliputi berbagai jenis titik wisata dan ragam hiburan sebagai tempat tujuan wisata pengunjung. Potensi wisata Kabupaten Jembrana seperti Pantai Mendewi, Jembrana Green Cliff, Air Terjun Juwuk Manis, Pantai Delod Berawah, dan Pantai Beluk Rening. Daya tarik wisata lainnya yakni Pura Rambut Siwi, Pantai Candi Kusuma, Bendungan Benel, Pura Perancak,
Pura Jagat Natha, Pantai Pekutatan, Benut Bolong, dan Pantai Pengeragoa.
Selanjutnya, klaster bisnis yang kelima adalah kesenian budaya yang meliputi kesenian autentik khas budaya daerah sekitar seperti Jegog, Makepung, dan Kendang Mebarung.
Menurut Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis BPIW, Hadi Sucahyono anjungan cerdas dirancang sebagai contoh, sehingga bisa direplika unit organisasi lain.
Desain bangunan Integrated Rest Area yang ada di Bali dibangun diatas tanah seluas kurang lebih lima hektar. Kawasan tersebut dikembangkan dengan memperhatikan local wisdom atau kearifan lokal yaitu mengakomodasi arsitektur Bali. “Jadi local wisdom yang bersifat sosial budaya kita fasilitasi,” tutur Hadi beberapa waktu lalu. Kemudian juga ada amphitheatre yang merupakan tempat yang digunakan untuk atraksi seni tari dan musik.
Bangunan juga dilengkapi dengan fasilitas umum berupa toilet, restoran, lahan parkir yang luas, ATM, pura, anjungan produk
Desain bangunan anjungan yang ada di
Bali dibangun diatas tanah seluas kurang
lebih lima hektar. Anjungan tersebut
sangat memperhatikan local wisdom atau
kearifan lokal seperti dibangunnya track atau
jalur untuk makepung atau atraksi Karapan
Sapi.
Kabar Utama
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 7
lokal, dan ruang serba guna yang dapat dijadikan tempat untuk pameran. “Jadi kawasan inkubasi dititikberatkan pada fungsi sosial, budaya, dan edukasi,” ucapnya lagi.
Masyarakat juga dapat menikmati keindahan alam berupa sawah dan pantai. “Disekitar rest area ini merupakan jalur
ramai kendaraan karena kendaraan dari Surabaya maupun Banyuwangi yang ingin ke Kuta, melewati jalur di anjungan tersebut. Hal ini keuntungan buat pemerintah daerahnya,” kata Hadi.
Tidak sekedar membangun, operasional anjungan ini juga menjadi satu hal yang penting, agar dapat berkesinambungan dan terus menerus. Terkait hal itu, maka konsep operasionalisasi anjungan cerdas terbagi dalam beberapa tahapan. Tahap pertama, perencanaan dan pembangunan anjungan cerdas.
Dalam tahap ini perencanaan dan pembangunan dilakukan oleh Kementerian PUPR. Setelah perencanaan dan pembangunan, maka tahap kedua yang dilakukan adalah MoU atau kesepakatan
pengelolaan anjungan cerdas. Kesepakatan ini dilakukan antara Kementerian PUPR dengan pemerintah daerah setempat.
Tahap ketiga adalah pembentukan dan penetapan pengelola anjungan cerdas, di mana nantinya akan ada Pengelola Anjungan Cerdas. Bila pengelola sudah terbentuk maka tahap keempat yang harus dilakukan adalah perjanjian kerjasama pengisian space anjungan cerdas tersebut. Untuk itu dilakukan kerja sama dengan tenant. Tahap kelima yang harus dilakukan adalah operasionalisasi anjungan cerdas yang meliputi operasionalisasi dan pemeliharaan anjungan cerdas tersebut.
Pembangunan anjungan ini sangat disambut baik Pemerintah Kabupaten Jembrana. Bupati Jembrana I Putu Artha bahkan merasa optimis anjungan cerdas yang dibangun Kementerian PUPR, dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke daerahnya dan memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Ia pun menegaskan bahwa pemerintah Kabupaten Jembrana siap mendukung
Pembangunan anjungan
ini sangat disambut baik
Pemerintah Kabupaten
Jembrana. Bupati Jembrana
I Putu Artha bahkan
merasa optimis anjungan
cerdas yang dibangun
Kementerian PUPR, dapat
meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan
mancanegara
ke daerahnya.
Gedung yang akan difungsikan sebagai toko serba ada di Integrated Rest Area di Jembrana Sumber: Dok. BPIW
Kabar Utama
SINERGI / Edisi 27 - Maret 20188
rencana operasionalisasi anjungan, dimana saat ini bangunan utamanya telah selesai.
“Anjungan yang dibangun ini merupakan penghargaan yang luar biasa dari pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR bagi kemajuan daerah kami,” ucapnya bangga. Putu Artha juga meyakini dengan adanya anjungan ini merupakan kesempatan untuk memasarkan berbagai komoditas daerah.
Ia juga menekankan perlunya realisasi dari rencana pembangunan jalan tol Denpasar-Gilimanuk sehingga lebih memudahkan konektivitas Jembrana ke ibukota provinsi yang akhirnya dapat mengundang para wisatawan mancanegara datang ke Jembrana. Ia juga berharap kedepan Kementerian PUPR dapat membangun jembatan yang menghubungkan lokasi Pura dengan anjungan Rambut Siwi.
“Jadi dengan adanya jembatan diharapkan dapat mempermudah akses masuk ke anjungan. Namun karena belum dibangun
jembatan, kita berupaya melakukan rekayasa agar arus lalu lintas dapat mengarah ke anjungan,” tuturnya.
Anjungan Cerdas di Trenggalek, Jawa Timur juga memiliki beberapa fasilitas seperti yang ada di Jembrana, seperti bangunan amphitheatre, ATM, gedung convention, gedung bagi pengelola anjungan, dan gedung galeri. Selain itu juga ada kantor bersama, ruang komoditi, masjid, dan Plaza Iconic. Tentu saja dalam anjungan ini ada restoran dan toilet. Anjungan ini berdekatan dengan Bendungan Tugu yang diharapkan menjadi embrio pariwisata di kawasan tersebut.
Pengembangan Integrated Rest Area di KSPN
Setelah membangun integrated rest area atau anjungan cerdas di Bali dan Trenggalek, kini Kementerian PUPR tengah menjajaki pembangunan kawasan inkubasi tersebut di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba di Sumatera
Setelah membangun integrated rest area
atau anjungan cerdas di Bali dan Trenggalek, kini Kementerian PUPR
tengah menjajaki pembangunan kawasan
inkubasi tersebut di Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba di
Sumatera Utara.
Kabar Utama
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 9
Utara. Kawasan wisata tersebut dianggap potensial untuk dibangunnya anjungan ini.
Rencana pembangunan anjungan cerdas itu merupakan tindak lanjut dari saran Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada saat berkunjung ke Danau Toba beberapa waktu yang lalu. Saat itu Jokowi menyarankan agar dapat dibangun semacam rest area di sekitar jalan dari bandara Silangit menuju ke Parapat.
Saran dari Presiden ini kemudian ditindaklanjuti Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dengan memberikan arahan kepada BPIW. Selanjutnya BPIW melakukan koordinasi dengan unit organisasi lain serta pemerintah daerah untuk penjajakan pembangunannya.
Pendanaan anjungan ini kemungkinan memanfaatkan bantuan dari Bank Dunia, mengingat pengembangan pariwisata di KSPN Danau Toba, Borobudur, dan Lombok mendapatkan bantuan dari lembaga tersebut.
Setidaknya ada tiga titik yang menjadi lokasi dibangunkan anjungan ini. Salah satunya tidak jauh dari bandara Silangit, yakni di daerah Balige. Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi anjungan cerdas, yakni tidak jauh dari bandara, luas lahan memadai, dan
volume lalu lintas harian yang tinggi. Sementara lahan yang dibutuhkan idealnya antara tiga hingga lima hektar. Untuk lahannya, diharapkan bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat seperti yang telah diterapkan di Jembrana Bali. Pembangunan anjungan ini juga dapat menjadi penunjang kenyamanan wisatawan di kawasan pariwisata.
Dengan dukungan yang diberikan Kementerian PUPR melalui anjungan cerdas ini, diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat dan mengangkat potensi wisata yang ada di daerah tersebut. (Tim Redaksi)
Rencana pembangunan anjungan cerdas itu merupakan tindak lanjut dari saran Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada saat berkunjung ke Danau Toba beberapa waktu yang lalu. Saat itu Jokowi menyarankan agar dapat
dibangun semacam rest area di sekitar jalan dari bandara Silangit menuju ke Parapat.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201810
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
WPS Jadi Pengungkit Pemerataan Infrastruktur PUPR
Dr. Ir. lana Winayanti, mCP
Plt. Kepala Badan Pengembangan Infrastuktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR
Visi pemerintah dalam melaksanakan membangun adalah pemerataan pembangunan. Untuk itu
diperlukan perencanaan infrastruktur terutama sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dapat sesuai dengan visi pemerintah tersebut. Tidak hanya itu, bagi Plt. Kepala BPIW Kementerian PUPR, Dr. Ir. Lana Winayanti, MCP, lembaga yang ia pimpin saat ini, punya tugas untuk membuat pembangunan
infrastruktur supaya lebih sinkron, lebih terpadu, dan tepat sasaran. Untuk itu ada instrumen berupa Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Dengan adanya WPS diharapkan dapat mengungkit pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah di tanah air sehingga terjadi pemerataan pembangunan. Berikut wawancara lengkap Buletin Sinergi dengannya.
Wawancara
Sumber: Dok.BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 11
Seperti apa kondisi pembangunan infrastruktur saat ini?
Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Yusuf Kalla ini, percepatan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas pembangunan pemerintah. Terkait hal itu, Kementerian PUPR memiliki beberapa target pembangunan seperti membangun 65 bendungan dan 1.893 embung hingga 2019 mendatang.
Hingga tahun 2017 sebanyak 36 bendungan sedang dibangun. Sebanyak 30 bendungan merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya, 6 bendungan baru, dan 2 bendungan telah selesai dibangun. Kemudian sebanyak 842 embung telah terbangun.
Untuk jaringan irigasi, dari target 1 juta hektar di tahun 2019, saat ini telah tercapai sebanyak 632.098 hektar untuk irigasi permukaan, rawa, dan air tanah serta 7.838 hektar untuk irigasi tambak. Adapun untuk jaringan jalan, dari target sepanjang 2.650 km untuk tahun 2019 mendatang, maka hingga 2017 telah terbangun 2.620,6 km.
Sedangkan untuk pembangunan jembatan, dari target sepanjang 29.859 m hingga tahun 2019, maka di tahun 2017 telah terbangun 23.697 m. Sedangkan untuk jaringan jalan
tol, dari target 1000 km di tahun 2019, saat ini telah terealisasi sepanjang 347 km. Untuk air minum, dari target 34.319 lt/dt di tahun 2019, maka saat ini telah mencapai 15.962 lt/dt. Adapun untuk penanganan kawasan kumuh dari target 38.431 hektar, saat ini telah mencapai 11.564,8 hektar. Untuk sanitasi dan persampahan, dari target 12.163.334 KK, saat ini telah mencapai 7.521.252 KK.
Langkah seperti apa yang dilakukan agar pengembangan suatu kawasan dapat terintegrasi dengan baik?
Integrasi pengembangan wilayah kita lakukan melalui pembangunan dan penguatan konektivitas antar pulau maupun antar wilayah provinsi di Indonesia. Integrasi ini juga antara kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan. Kemudian antara pusat pertumbuhan dan kawasan prioritas seperti metropolitan, kota baru, kawasan strategis pariwisata nasional, dan kota terpadu mandiri termasuk dengan hinterlandnya.
Selanjutnya antar kota dalam sistem perkotaan di Indonesia dan antara kawasan yang cepat tumbuh dengan kawasan tertinggal. Pengembangan wilayah yang terintegrasi juga dilakukan melalui integrasi pembangunan antar sektor.
"Integrasi
pengembangan
wilayah kita
lakukan melalui
pembangunan
dan penguatan
konektivitas antar
pulau maupun antar
wilayah provinsi di
Indonesia"
Sumber: Dok.BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201812
SASARAN OUTPUT INFRASTRUKTUR PUPR2015 - 2019
KONEKTIVITASKETAHANAN AIR & PANGAN
PERUMAHANINFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN
65Pembangunan
waduk
1 juta HektarPembangunan
jaringan irigasi baru
1.000 KMPembangunan jalan tol
(pemerintah & swasta)
2.650 KMPembangunan
jalan baru
30 KMPembangunan jembatan baru
Akses Air Minum Layak 100 %
Kawasan permukimankumuh perkotaan
0 ha
Akses Sanitasi Layak 100 %
• Fasilitasi PSU untuk Rumah Tapak Layak Huni
• Rumah Khusus• Rumah Susun untuk MBR• Rumah Swadaya
PROGRAM SATU JUTA RUMAH
Wawancara
Hal ini dilakukan melalui koordinasi antara pemerintah baik antar kementerian maupun lembaga. Selain itu antara pusat, daerah, swasta, dan masyarakat.
Keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dilakukan melalui 35 WPS. Keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR di masing-masing WPS dilakukan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya serta dengan pemerintah daerah.
Bagaimana mewujudkan perencanaan infrastruktur yang sesuai dengan visi pemerintah yaitu pemerataan pembangunan?
Pembangunan infrastruktur PUPR dilaksanakan sesuai dengan visi pemerintah untuk pemerataan pembangunan antara lain melalui pembangunan infrastruktur di 5 kawasan metropolitan baru di luar Jawa, percepatan pembangunan
jaringan jalan dan tol di luar Jawa, pembangunan bendungan, serta embung untuk pengembangan pertanian di 18 provinsi lumbung pangan.
Dalam mewujudkan perencanaan infrastruktur yang sesuai dengan visi pemerintah, Kementerian PUPR
juga membangun infrastruktur PUPR di 40 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), pembangunan infrastruktur di Kawasan Perbatasan Nasional di Provinsi Kalimantan, NTT dan Papua.
Pembangunan infrastruktur PUPR juga mendukung 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Kawasan
Timur Indonesia, pulau kecil terluar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan Kawasan Industri (KI). Selain itu, Kementerian PUPR juga melakukan keterpaduan pembangunan infrastruktur di WPS-WPS yang merupakan pusat pertumbuhan sedang berkembang dan pusat
pertumbuhan baru.
Strategi apa yang dilakukan Kementerian PUPR agar program infrastruktur berjalan sesuai dengan tepat sasaran dan tepat waktu?
Adapun strategi yang perlu dilakukan agar program-program infrastruktur PUPR dapat berjalan sesuai dengan
tepat sasaran dan tepat waktu adalah pertama, keterpaduan perencanaan dan sinkronisasi pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR menjadi tanggungjawab pemerintah pusat dan daerah. Strategi kedua adalah meningkatan dukungan pemerintah daerah terutama dalam hal penyediaan readiness criteria
“Pembangunan infrastruktur PUPR dilaksanakan sesuai dengan visi pemerintah untuk pemerataan
pembangunan antara lain melalui pembangunan infrastruktur di 5
kawasan metropolitan baru di luar Jawa”
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 13
“Tantangan utama dalam
pembangunan infrastruktur adalah
pembiayaan dan pengadaan lahan.
Untuk mengatasi keterbatasan
pembiayaan infrastruktur, pemerintah
menggali opsi-opsi pembiayaan
diluar APBN/APBD antara lain me-
lalui Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU)”
(kriteria kesiapan) yang menjadi tanggung jawab daerah.
Strategi ketiga yang diterapkan Kementerian PUPR adalah pencapaian target pembangunan infrastruktur nasional menjadi satu kesatuan sistem yang memerlukan sinkronisasi prioritas pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah.
Kementerian PUPR juga memiliki strategi yang keempat untuk mewujudkan program pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran dan tepat waktu, yakni meningkatkan komitmen antara pusat dan daerah demi keberlanjutan infrastruktur yang telah dibangun Kementerian PUPR.
Strategi yang kelima yang dapat dilakukan adalah peningkatan peran daerah dalam meningkatkan kualitas pemrograman diantaranya melalui perencanaan, penyiapan dan penetapan lokasi kegiatan yang signifikan sehingga dapat berdampak terhadap kawasan prioritas.
Strategi keenam yakni mendorong kreatifitas dan inovatif pemerintah daerah untuk mencari sumber pendanaan diluar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/ Dana Alokasi Khusus (DAK). Peningkatan tanggung jawab daerah dalam pengelolaan aset, khususnya setelah tahap konstruksi, menjadi strategi yang ketujuh untuk mencapai program infrastruktur PUPR tepat sasaran dan tepat waktu.
Apa yang menjadi tantangan dalam membangun infrastruktur sektor PUPR?
Tantangan utama dalam pembangunan infrastruktur adalah pembiayaan dan pengadaan lahan. Untuk mengatasi keterbatasan pembiayaan infrastruktur, pemerintah menggali opsi-opsi pembiayaan diluar APBN/APBD antara lain melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) termasuk di dalamnya terkait penugasan terhadap
BUMN. Penyediaan lahan, khususnya untuk perumahan MBR, antara lain dapat dilakukan pembangunan kota baru publik dan Transit Oriented Development (TOD).
Apa yang menjadi fokus kedepan?
Untuk jangka pendek beberapa hal yang menjadi fokus pembangunan infrastruktur PUPR ke depan adalah penyelesaian pembangunan bendungan lanjutan dan irigasi. Selain itu pembangunan konektivitas antar wilayah, Kawasan Perbatasan Kalimantan Dan Nusa Tenggara Timur, dan Jalan Trans Papua.
Program kerakyatan juga menjadi bagian dari fokus pembangunan infrastruktur sektor PUPR seperti Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI),
Jembatan Gantung, Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW). Selanjutnya program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).
Program prioritas yang tak kalah penting adalah pembangunan dan perbaikan, pemenuhan kebutuhan infrastruktur permukiman dan perumahan, pembangunan berbasis kawasan strategis, dan pelaksanaan pekerjaan yang sudah committed seperti program multiyear.
Bagaimana keberpihakan Kementerian PUPR terhadap daerah terpencil?
Keberpihakan terhadap daerah terpencil dilakukan melalui pembangunan infrastruktur di kawasan tertinggal antara lain dengan membangun infrastruktur di Kawasan Perbatasan Nasional di Provinsi Kalimantan, NTT dan Papua serta 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).
“Program kerakyatan juga menjadi bagian dari fokus pembangunan infrastruktur
sektor PUPR seperti Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI),
Jembatan Gantung, Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah
(PISEW)”
Sumber: Dok.BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201814
Wawancara
Apakah daerah perbatasan juga menjadi prioritas Kementerian PUPR?
BPIW sudah menyusun WPS, di mana daerah perbatasan mendapat prioritas. Ada banyak program untuk perbatasan, antara lain pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dan juga daerah sekitar PLBN. Pembangunan PLBN merupakan proyek strategis, karena itu direktif Presiden. Masterplan dan development plan PLBN dan kawasan sekitarnya telah dibuat BPIW.
Dengan telah dibuatnya masterplan dan development plan tersebut diharapkan daerah sekitar PLBN akan tumbuh permukiman yang baik. Perbaikan kondisi PLBN ini melibatkan para arsitek terkemuka Indonesia dengan mengangkat budaya lokal. PLBN menjadi kebanggaan bagi daerah perbatasan. Diharapkan dengan dukungan infrastruktur
Apa sebenarnya tugas dari BPIW dalam membangun infrastruktur sesuai anggaran yang ada?
Jadi antara target anggaran dalam Rencana Strategis (Renstra) dan target sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) memang ada gab atau kesenjangan. Bila kita membangun infrastruktur sesuai target di Renstra ternyata
memang tidak bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Misalnya target Renstra Rp 208 triliun maka kita mendapat Rp 106 triliun. Jadi ada gap yang cukup besar.
Untuk itu BPIW punya tugas untuk membuat pembangunan infrastruktur supaya lebih sinkron, lebih terpadu, dan tepat sasaran. Dengan alasan itulah ada instrumen berupa WPS. Dengan adanya WPS diharapkan dapat mengungkit pembangunan infrastruktur PUPR di berbagai
wilayah di tanah air, sehingga terjadi pemerataan pembangunan infrastruktur. Selain itu diharapkan pembangunan infrastruktur bisa lebih efektif dan efisien.
Inovasi apa yang sudah dilakukan?
Sudah banyak inovasi yang telah dilakukan oleh Kementerian PUPR dalam penyediaan infrastruktur, antara lain penerapan smart planning dalam perencanaan infrastruktur, pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan campuran aspal jalan yang telah diterapkan di Bali, dan penanganan terhadap luapan air sungai di berbagai lokasi aliran sungai di Pulau Kalimantan melalui Penggunaan sheet pile (dinding turap), bronjong, dan reventment.
Kemudian juga telah dilakukan penanganan infrastruktur perlintasan hewan di jalan paralel perbatasan, penanganan terhadap pembangunan jalan di Pulau Kalimantan untuk daerah gambut melalui penggunaan geotekstil untuk daerah rawa. Selanjutnya telah dilakukan pembangunan infrastruktur pembahasan dalam rangka restorasi gambut melalui bangunan sekat kanal tipe beton di Provinsi Kalimantan Tengah
dan penanganan bencana longsor di ruas jalan batas Ende – Wolowaru, Kab. Ende melalui penanganan dengan dinding penyangga jaring, penanganan dengan dinding penyangga beton, dan penanganan dengan rumput vetiver sebagai penahan
erosi lereng.
Bagaimana membangun sinergi dengan lembaga-lembaga dan kepala daerah?
Membangun sinergi dengan kementerian dan lembaga lain serta pemerintah daerah dilakukan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), Rapat Koordinasi Teknis, dan Konsultasi Regional. Selain itu, rapat-rapat koordinasi dilakukan dan sinergi kita lakukan juga melalui seminar
“BPIW punya tugas untuk membuat pembangunan infrastruktur supaya lebih sinkron, lebih terpadu, dan tepat sasaran.
Dengan alasan itulah ada instrumenberupa WPS”
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 15
Wawancara
maupun diskusi berbagai forum kerap dilaksanakan dengan mengundang kementerian maupun lembaga dan pemerintah daerah baik sebagai narasumber maupun sebagai peserta. Untuk bidang perkotaan saat ini sedang dibentuk Tim Koordinasi Pembangunan Perkotaan Nasional (TKPPN) yang dikomandani Bappenas.
Bagaimana mengukur indikator keberhasilan dari program infrastuktur?
Indikator keberhasilan dapat berupa output, yakni jumlah dan besaran infrastruktur PUPR yang telah terbangun. Output terukur melalui indikator fisik dan keuangan untuk masing-masing infrastruktur seperti panjang dan lebar jalan, volume air baku dan air bersih per satuan waktu, dan luas pelayanan jaringan irigasi. Indikator keberhasila dapat berupa outcome, yakni manfaat pembangunan infrastruktur tersebut baik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Outcome dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai contoh dampak pembangunan jalan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dan dampak penyediaan air bersih terhadap kesehatan masyarakat pengguna.
Dengan banyaknya infrastruktur yang dibangun bagaimana ekosistem lingkungan?
Eksositem lingkungan jadi perhatian Pak Menteri. Daya dukung maupun daya tampung lingkungan juga menjadi salah satu komponen penilaian BPIW bila menyusun WPS.
Hal itu sangat penting. Untuk membuat suatu permukiman baru, misalnya, kita tidak hanya membutuhkan konektifitas jalan, tapi paling penting ketersediaan air baku. Memadukan dan mensinergikan antara ketersediaan air baku dengan kebutuhan untuk permukiman. Hal itu merupakan salah satu yang penting kita lakukan.
Harapan di tahun 2018 ini?
Sebetulnya kita membangun infrastruktur PUPR ini agar benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Jadi percuma bila kita membangun infrastruktur tapi masyarakat tidak
bisa menikmati. Kita berharap pembangunan infrastruktur PUPR dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat melalui pembangunan wilayah dan perkotaan yang mengedepankan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Untuk itu diharapkan percepatan pembangunan infrastruktur dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang dapat mengatasi permasalahan dan hambatan pembangunan yakni terutama permasalahan pembiayaan melalui alternatif pembiayaan di luar APBN. Alternatif pembiayaan diluar APBN ini seperti kerja sama pemerintah dan badan usaha, surat berharga syariah negara, dan Corporate Social Responsibility (CSR). (Tim Redaksi)
“Sebetulnya kita membangun infrastruktur PUPR ini agar benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Jadi percuma bila kita
membangun infrastruktur tapi masyarakat tidak bisa menikmati. Kita berharap
pembangunan infrastruktur PUPR dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya kepada masyarakat”
Ilustrasi kota Jakarta Sumber: Shutterstock
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201816
Teropong Media
Kami mengumpulkan guntingan berita dengan topik infrastruktur dan topik lain yang berkaitan dengan Kementerian PUPR. Guntingan berita tersebut kami sarikan dari 5 media cetak, yaitu Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Investor Daily, dan Bisnis Indonesia. Dengan adanya guntingan berita ini, diharapkan dapat diketahui opini publik yang berkembang seputar infrastruktur. Selain itu,dapat berguna sebagai media
monitoring BPIW. Berikut ini 2 potongan pemberitaan terpilih pada bulan Maret.
Kliping berita BPIW dapat di download di: bpiw.pu.go.id/publication/scrapbook
Infrastruktur PUPR Dalam media Cetak
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 17
Teropong Media
Ulasan Teropong Media pertama yang dibahas dalam
rubrik “Teropong Media” kali ini adalah berita dari
Koran Media Indonesia edisi Selasa 27 Maret 2018,
halaman 20. Berikut ulasannya:
BPIW Lakukan Kerjasama untuk Membangun Kota Baru
Berita pada rubrik Properti ini mengulas upaya
Kementerian PUPR melalui BPIW dalam
menghadapi pesatnya laju urbanisasi, yang
menyebabkan daya dukung kawasan perkotaan
dan perindustrian semakin menurun. Harga tanah
semakin melambung dan kawasan-kawasan di
perkotaan menemui titik jenuhnya.
Kondisi tersebut membuat masyarakat tidak lagi
mampu membeli hunian, dan di sisi lain para investor
semakin sulit mengembangkan bisnis.
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah
dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan baru
berupa Kota Mandiri Baru. Pembangunan kawasan
baru yang membutuhkan dana yang tidak sedikit ini,
tentu hanya bisa dilakukan para pengembang swasta
yang memiliki dana yang besar.
Selain dari para pengembang, pemerintah juga turut
andil dalam pembangunan kawasan baru. BPIW
kementerian PUPR telah menginisiasi pembangunan
Kota Baru Maja.
Hal itu dikemukakan oleh Pelaksana Tugas Kepala
BPIW, Lana Winayanti. Selain dengan pengembang,
BPIW juga bekerja sama dengan masyarakat adat
di kawasan pengembangan Kota Mandiri Baru yang
memiliki tanah adat.
Berdasarkan RPJMN 2015-2019 pemerintah
menargetkan membangun 11 Kota Mandiri Baru.
Namun pembangunan sebuah kota mandiri tidak
mudah dan tidak sebentar. Untuk itu BPIW menyusun
prioritas dalam membangun kota mandiri tersebut
berdasarkan sejumlah kriteria.
Pola kerja sama yang sudah terbentuk dan berjalan
saat ini adalah pembangunan Kota Baru Maja.
Pembangunan perumahan di kota tersebut bekerja
sama dengan pihak swasta.
Meski bekerja sama dengan swasta, namun
Kementerian PUPR selalu menekankan beberapa
hal. Salah satunya pembangunan hunian yang
memperhatikan masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR). Pengembangan kota baru juga diatur
sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi hunian yang
tidak terkendali. (Mutri)
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201818
Teropong Media
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 19
Teropong Media
Ulasan Teropong Media kedua yang dibahas dalam
rubrik “Teropong Media” edisi ini adalah berita dari
Koran Suara Pembaruan edisi Senin 26 Maret 2018,
halaman 22. Berikut ulasannya:
Aksesibilitas, Air Bersih dan Sanitasi Menjadi Fokus Pembangunan Penunjang KSPN Danau Toba
Dalam artikel media tersebut, Kepala Pusat
Pengembangan Kawasan Strategis BPIW
Kementerian PUPR, Hadi Sucahyono menjelaskan
secara rinci mengenai beberapa sproyek penunjang
dari Kementerian PUPR yang bersifat mendukung
pengembangan kawasan pariwisata Danau Toba.
Salah satunya adalah pembangunan jalan tol dari
Medan hingga Parapat. Langkah yang dilakukan
Kementerian PUPR itu untuk mendukung target 1
juta wisatawan mancanegara tahun 2019 di danau
Toba.
Danau tersebut merupakan sebuah danau vulkanik
yang panjangnya mencapai 100 km dengan lebar
30 km ini telah masuk menjadi Kawasan Pariwisata
Strategis Nasional (KSPN) sejak dicanangkan
Presiden Joko Widodo. Sejak saat itu, kunjungan
wisatawan ke Danau Toba pun meningkat signifikan.
Peningkatan ini membuat Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Samosir meningkat dari Rp 35 miliar menjadi
Rp 73 miliar. Kini, pemerintah setempat menargetkan
PAD di atas 100 miliar untuk tahun 2018.
Keindahan Danau Toba yang tersohor telah lama
tersembunyi karena kurang memadainya infrastruktur
yang mendukung aksesibilitasnya. Dengan
dicanangkannya Danau Toba ke dalam tiga prioritas
KSPN di Indonesia, maka Kementerian PUPR melalui
BPIW menyusun rencana pembangunan infrastruktur
pendukung kawasan ini. Kementerian PUPR telah
memulai pembangunan sejak 2015 dan ditargetkan
selesai pada 2019 untuk memenuhi target kunjungan
1 juta wisatawan ke Danau Toba.
Adapun proyek-proyek Kementerian PUPR di
Kawasan Danau Toba dilakukan sesuai Tupoksinya,
yaitu Aksesibilitas, Air Bersih, dan Sanitasi. Hal
tersebut diungkapkan oleh Hadi Sucahyono (Kepala
Pusat Pengembangan Kawasan Strategis BPIW
Kementerian PUPR).
Proyek pertama adalah pembangunan jalan tol
Medan-Parapat. Proyek kedua adalah perbaikan
Jalan Lingkar Luar Danau Toba yang panjangnya 360
Km, dan Jalan Lingkar Dalam Samosir sepanjang 125
Km. Perbaikan ini meliputi preservasi dan pelebaran
jalan guna memenuhi standar jalan nasional. Selain
itu, PUPR juga tengah membuat jalan akses menuju
Bandara Silangit dan Bandara Sibisa.
Selain jalan, Hadi mengungkapkan bahwa Kemen-
terian PUPR juga membangun rest area di sepanjang
jalan nasional menuju Danau Toba. Hal ini dikarenakan
tidak adanya rest area di sepanjang jalan menuju
danau toba yang menyebabkan sulitnya mencari
tempat istirahat dan makan bagi para wisatawan.
Adapun beberapa pertimbangan pembangunan rest
area ini antara lain: lokasinya tidak jauh dari Bandara,
luas lahan memadai, dan volume lalu lintas harian
yang tinggi. Konsep pembangunan rest area ini pun
direncanakan akan mengadopsi konsep anjungan
cerdas yang telah dibangun di Jembrana, Bali. (Mutri)
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201820
Kilas BPIW
Belasan Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian
PUPR yang sedang melaksanakan program
OJT II di BPIW, mengikuti Presidential
Lecture melalui tayangan televisi nasional
bersama-sama di ruang rapat lantai 2 BPIW,
Selasa (27/3). Acara kuliah umum dari
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) bagi
seluruh CPNS ini dilaksanakan di Istora
Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.
Kepala Bagian Kepegawaian dan Ortala
BPIW, Hasna Widiastuti mengatakan
dengan mendengarkan arahan Presiden
melalui televisi, diharapkan CPNS dapat
menjalankan arahan tersebut untuk
menjadi birokrat yang berintegritas, selalu
melakukan inovasi, mengedepankan
kepentingan masyarakat, dan negara.
Hasna juga meminta agar CPNS di
lingkungan BPIW harus terus membuka
wawasannya, sehingga birokrasi di
Dengan mendengarkan arahan Presiden melalui televisi, diharapkan CPNS dapat
menjalankan arahan tersebut untuk menjadi birokrat yang berintegritas, selalu
melakukan inovasi, mengedepankan kepentingan masyarakat, dan negara
Sumber: Dok. BPIWKuliah Umum: CPNS BPIW nonton bareng arahan Presiden
CPNS BPIW Ikuti Arahan Presiden Melalui Tayangan Televisi
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 21
Kementerian PUPR dapat menjadi
bagian birokrasi Indonesia yang
mendunia di tahun 2024.
"CPNS BPIW sebagai bagian dari
birokrat Kementerian PUPR, mudah-
mudahan bisa ikut berperan dalam
peningkatan kinerja birokrasi
nasional," tutur Hasna. Dengan
berbagai program pembinaan
yang diberikan dari Kementerian
PUPR, ia berharap CPNS dapat
lebih memotivasi diri untuk dapat
meningkatkan kemampuannya
sebagai birokrat.
Hadir juga dalam acara tersebut,
Kepala Bagian Anggaran dan
Umum, Pusat Pengembangan
Kawasan Strategis, BPIW, Wahyu
Hendrastomo. Ia berpesan agar para
CPNS di BPIW dapat menjalankan
arahan Presiden, salah satunya adalah
selalu ingin tahu. Dengan selalu ingin
tahu sesuai dengan perkembangan
jaman, maka menurut Wahyu para
CPNS dapat melakukan inovasi yang
dapat membantu tugas-tugas yang
diberikan. "CPNS harus siap dengan
berbagai tantangan pekerjaan yang
semakin berkembang. Jangan takut
dengan tantangan," tegas Wahyu.
Kegiatan menonton arahan
Presiden melalui tayangan
televisi ini, diinstruksikan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
Asman Abnur kepada seluruh
CPNS, termasuk yang ada di BPIW
Kementerian PUPR. (Hen/infobpiw)
Sumber: Dok. BPIW
“CPNS BPIW sebagai bagian dari birokrat Kementerian PUPR, mu-dah-mudahan bisa ikut berperan
dalam peningkatan kinerja birokrasi nasional,” tutur Hasna.
Presiden Jokowi menyalami CPNS saat memberikan kuliah umum di Istora Senayan, Selasa (27/3).
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201822
Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW) ditugaskan untuk menyusun Integrated Tourism Masterplan Program (ITMP) di tiga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), dan Mandalika atau Lombok (Nusa Tenggara Barat).
Hal ini merupakan bagian dari upaya pemerintah mengejar target kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang pada tahun 2019 mendatang. Pendanaan ketiga KSPN tersebut mendapat bantuan dari Bank Dunia atau World Bank.
Menurut Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis BPIW, Hadi Sucahyono untuk pembangunan fisik, total dana yang akan diberikan Bank Dunia untuk tiga KSPN itu sebesar 300 juta dolar Amerika dan non fisik atau
untuk tiga ITMP kawasan pariwisata itu, sebesar empat juta dolar Amerika.
Sesuai dengan proses lelang internasional yang diikuti oleh berbagai negara, maka juga diberlakukan peraturan dari Bank Dunia yang membutuhkan proses cukup lama.
"Kontrak pemenang lelang selama satu tahun. Namun dana untuk pembangunan fisik dari Bank Dunia sudah siap pada bulan Agustus 2018. Artinya tanpa menunggu masterplan itu selesai, misalnya pada empat bulan
kedepan, diharapkan ada semacam draf mengenai kebutuhan akan infrastruktur yang akan dibangun dan kebutuhan terkait non infrastruktur," ujarnya, Kamis (29/3).
Dalam TMP ini, menurut Hadi ada tiga hal yang disiapkan. Pertama,
aksesibilitas jalan yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Untuk itu diperlukan, misalnya pengembangan jaringan jalan.
Kedua, amenitas atau berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan wisatawan selama berwisata di suatu destinasi, misalnya air bersih dan sanitasi.
Kemudian dalam ITMP tersebut yang disiapkan adalah atraksi atau sesuatu yang menjadi daya tarik, misalnya promosi budaya lokal, baik itu kerajinan maupun kesenian daerah. Dalam membuat masterplan di tiga lokasi itu, menurut Hadi juga dilakukan
Kilas BPIW
Untuk pembangunan fisik, total dana yang akan diberikan Bank Dunia untuk 3 KSPN itu sebesar 300 juta dolar Amerika dan non fisik atau untuk 3 ITMP kawasan
pariwisata itu, sebesar 4 juta dolar Amerika
Pelaksanaan Penyusunan Integrated Tourism Masterplan Program di 3 Kawasan Wisata Segera Dimulai
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 23
koordinasi dan sinkronisasi dengan kementeriaan dan lembaga lain seperti Kementerian Pariwisata dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kementerian Pariwisata menyiapkan sumber daya manusia yang bergerak di bidang kepariwistaan.
Sedangkan BKPM mendukung fasilitasi investasi baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam penyusunan ITMP tersebut terdapat Tim Pengarah yang diketuai oleh Menteri/Ketua Bappenas dengan anggota para menteri terkait.
Sedangkan BPIW akan bertugas sebagai Central Project Management Unit dengan Central Project Implementation Unit dari berbagai unit organisasi (unor) terkait di Kementerian PUPR dan Kementerian Pariwisata serta BKPM.
Dengan adanya ITMP ini menurut Hadi, menunjukkan adanya kebersamaan dan koordinasi dalam hal penanganan bidang kepariwisataan, tidak hanya bidang infrastruktur, tapi juga non
infrastruktur. "Jadi memang perlu kebersamaan dan koordinasi," tegas Hadi.
Selain itu menurutnya, ITMP ini perlu disusun oleh satu tim yang bertaraf internasional, karena destinasi
wisata yang disiapkan harus bertaraf internasional. "Oleh karena itulah, lelang yang kita lakukan merupakan lelang internasional, di mana diikuti para peserta lelang dari mancanegara,"
tutur Hadi.
Sumber daya manusia kepariwi-sataan menurut Hadi perlu juga disiapkan dengan baik. Untuk itu, koordinasi dengan berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk dengan pemerintah daerah. (Hen/infobpiw)
BPIW akan bertugas sebagai Cen-tral Project Management Unit de-ngan Central Project Implementa-tion Unit dari berbagai unit orga-
nisasi (unor) terkait di Kementerian PUPR dan Kementerian Pariwisata
serta BKPM.
Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis BPIW Hadi Sucahyono (baju biru) saat melakukan peninjauan di Danau Toba. Sumber: Dok. BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201824
Kilas BPIW
BPIW Lakukan Sosialisasi Inpassing Jabatan Fungsional
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian
PUPR melakukan sosialisasi inpassing jabatan fungsional (Jafung). Menurut Kepala Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat BPIW, Hasna Widiastuti sosialisasi dilakukan, karena tahun ini merupakan tahun inpassing jabatan fungsional.
Untuk itu, hingga Desember nanti, Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberi kesempatan untuk inpassing jabatan fungsional. Demikian disampaikan Hasna membuka acara sosialisasi Inpassing Jabatan Fungsional di Lingkungan BPIW di Jakarta (26/03).
Menurut Hasna, kedepan, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) tersebut dituntut untuk mempunyai jabatan, baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional. "Inpassing ini memberikan kemudahan dibanding untuk menjadi jabatan fungsional secara reguler. Jadi kesempatan ini benar-benar bisa dimanfaatkan. Apalagi saat ini masih minim pejabat fungsional, inpassing
di tahun ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah jafung sesuai kebutuhan organisasi," ujar Hasna.
Dalam acara yang dihadiri para pegawai di lingkungan BPIW ini dibahas tata cara penyesuaian/inpassing untuk jabatan fungsional yang ada di lingkungan Kementerian
Peneliti
Perekayasa
Teknisi Litkayasa
Perancangan PeraturanPer UUan
Pengelola Barang & Jasa
Pengendali AMDAL
Surveyor Pemetaan
Pranata Lab. Kesehatan
Instruktur
Auditor
Penataan Ruang
Perencana
Widyaiswaa
Analis Kepegawaian
Pranata Komputer
Dokter
Dokter Gigi
Perawat
Perawat Gigi
Arsiparis
Pranata Humas
Pustakawan
Bidan
Jabatan Fungsional Selain Bidang PUPR yang dibinadi Lingkungan Kemenrterian PUPR
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 25
Kilas BPIW
PUPR dan tata cara penyusunan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit dan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional.Hadir sebagai narasumber, Kepala Bagian Pembinaan Pegawai, Biro Kepegawaian Organisasi dan Tata Laksana, Eko Winarno. Saat itu, Eko mengungkapkan inpassing ini sebenarnya sudah bukan "barang baru" lagi. Jadi di tahun 2017 kita sudah beberapa kali menyampaikan bahwa pemerintah memberikan kemudahan kepada PNS,
yaitu untuk berkiprah sesuai dengan tugas dan fungsinya yang diinginkan," ungkapnya.
Eko menjelaskan dasar hukum adanya inpassing ini adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 26 tahun 2016 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Melalui Penyesuaian/
Inpassing. Peraturan ini menurut Eko memberikan kemudahan kepada seluruh PNS yang belum menjadi
pejabat fungsional untuk bisa menjadi pejabat fungsional. "Inpassing ini hanya dinilai dari empat aspek yaitu pendidikan, golongan, masa kerja dan saat ini masih melakukan tugas bidang Jabatan Fungsional yang akan diduduki. Jadi tidak perlu mengikuti diklat hanya perlu mengikuti uji kompetensi," jelas Eko.
Turut menjadi narasumber pada acara tersebut adalah Kepala
Bidang Pengembangan dan Evaluasi Jabatan Fungsional, Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), R. ADJ. Canka Amprawati Suryadi Putri. Saat itu ia menjelaskan tata cara penyusunan Daftar Usulan Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) dan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional.
"Di ASN hanya ada tiga jabatan yaitu Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator dan Jabatan Fungsional, jadi untuk pelaksana tidak bisa tidak harus menjadi Pejabat Fungsional," ungkapnya.
Pejabat fungsional menurutnya diharuskan menyusun Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) sebagai evidence atau yang bisa menjadi bukti bahwa jafung itu melaksanakan tugasnya.
Dalam kesempatan ini Canka juga memberikan beberapa tips untuk meraih sukses sebagai pejabat fungsional seperti cermat menentukan kegiatan, memaksimalkan potensi kegiatan yang dapat menghasilkan angka kredit, mendokumentasikan setiap kegiatan dan kreatif mencari peluang kegiatan.
"Pejabat fungsional juga jangan menunda pengajuan angka kredit," tukas Canka. (bri /infoBPIW)
“Inpassing ini memberikan kemudahan dibanding untuk menjadi jabatan fungsional secara
reguler. Jadi kesempatan ini benar-benar bisa dimanfaatkan. Apalagi saat ini masih minim pejabat fungsional, inpassing di tahun ini diharapkan dapat
meningkatkan jumlah jafung sesuai kebutuhan organisasi,” ujar Hasna.
Peneliti
Perekayasa
Teknisi Litkayasa
Perancangan PeraturanPer UUan
Pengelola Barang & Jasa
Pengendali AMDAL
Surveyor Pemetaan
Pranata Lab. Kesehatan
Instruktur
Auditor
Penataan Ruang
Perencana
Widyaiswaa
Analis Kepegawaian
Pranata Komputer
Dokter
Dokter Gigi
Perawat
Perawat Gigi
Arsiparis
Pranata Humas
Pustakawan
Bidan
Jabatan Fungsional Selain Bidang PUPR yang dibinadi Lingkungan Kemenrterian PUPR
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201826
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Tahun Anggaran (TA) 2019 bertekad mengambil peran lebih dari tugas pokok dan fungsi yang telah ada. Hal tersebut
dilakukan dalam rangka mengoptimalkan capaian kinerja dan anggaran BPIW di tahun 2019.
Oleh karena itu menurut Sekretaris BPIW Kemen-terian PUPR, Firman H Napitupulu, BPIW perlu memiliki New Initiative (inisiatif baru, red) Program dan Kegiatan tahun 2019. Hal itu disampaikannya saat memberikan arahan pada rapat “Pembahasan Usulan New Initiative Program, Kegiatan dan Anggaran BPIW Tahun 2019“ di Bandung, Senin sore, (26/3).
Lebih lanjut Firman menyatakan langkah BPIW tersebut akan dapat memberikan masukan pembangunan infrastruktur PUPR untuk menjadi arahan, kebijakan dan strategi Menteri PUPR, termasuk penanganan isu-isu strategis nasional terkini.
Firman menegaskan BPIW perlu melakukan inisiatif baru untuk dapat meningkatkan kinerja dan capaian. Proposal pengajuan inisitif baru yang diajukan itu harus dilengkapi Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
kegiatan. “Proposal itu disampaikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas, red) dan Kementerian Keuangan sebelum ada pembicaraan dengan tiga pihak (pemberi loan, red),“ ungkap Firman. Peran lebih BPIW
ini juga sangat dibutuhkan Bappenas untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2023.
Inisiatif baru juga harus sesuai dengan arah dan kebijakan Presiden serta mengambil isu-isu strategis nasional, arahan RPJMN, arahan Program Strategis
Nasional yang belum ditangani dan bersifat mendesak. “BPIW juga harus mampu “menskrupkan“ (mencocokan,red) program dengan program strategis yang tengah disasar pemerintah,“ kata Firman.
Langkah BPIW tersebut akan dapat memberikan masukan pembangunan infrastruktur PUPR untuk menjadi ara-han, kebijakan dan strategi Menteri
PUPR, termasuk penanganan isu-isu strategis nasional terkini.
Optimalkan Capaian 2019, BPIW Lakukan New Initiative Program dan Kegiatan
Kilas BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 27
Menurut Firman, inisiatif baru tersebut difokuskan pada “penambahan volume target“ program, kegiatan, dan output yang sudah disepakati dalam Renstra Kementerian PUPR maupun dalam Aplikasi KRISNA (Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran) Bappenas dan ADIK (Aplikasi Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja) di Kementerian Keuangan.
Ia mencontohkan, BPIW dapat melakukan Infrastructure Collaborative Management Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Hal tersebut sebagai penunjang penanganan DAS Citarum yang kini menjadi isu dan topik nasional. "Dalam kaitan ini, BPIW perlu memberikan terobosan penanganan
secara terintegrasi dari hulu sampai hilir," ujar Firman. Selain itu, BPIW dapat mendukung wadah kerjasama internasional/regional seperti
kerjasama Sijori (Singapura, Johor dan Riau), yakni pada kegiatan Infrastructure Collaborative Manage-ment Selat Malaka.
Kemudian BPIW dapat berperan
pada, Infrastructure Collaborative Management untuk mendukung jalur logistik dan destinasi wisata dunia.
"Keberadaan ASEAN Highway
Network dan One Belt and One Road Initiative (OBOR,red) merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia dalam pengembangan jalur logistik, potensi investasi ekonomi, dan jalur wisata. Selain itu, ada kegiatan lainnya yang dapat dilakukan dalam rangka mengambil peran lebih BPIW ini,"
tuturnya. (ris/infobpiw).
Kilas BPIW
BPIW dapat melakukan Infrastructure Collaborative Management Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum. Hal tersebut sebagai penunjang
penanganan DAS Citarum yang kini menjadi isu dan topik nasional.
Sekretaris BPIW Firman H Napitupulu sedang memberikan paparan pembahasan usulan new initiative program Sumber: Dok. BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201828
Kilas BPIW
Kunjungi BPIW, Pemkab Lingga Berharap Dukungan Infrastruktur
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lingga, Provinsi Kepulauan
Riau (Kepri) berharap dukungan pemerintah pusat dapat semakin bertambah dalam pembangunan infrastruktur di daerahnya. Demikian disampaikan Bupati Lingga, Alias Wello saat melakukan kunjungan kerja didampingi jajarannya ke Kantor Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
Kunjungan kerja Pemkab Lingga tersebut diterima langsung Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan, BPIW Kementerian PUPR, Iwan Nurwanto dan didampingi para pejabat di BPIW.
"Akan sangat wajar dan tak berlebihan, apabila pemerintah pusat memberikan perhatian lebih terhadap Kabupaten Lingga. Pasalnya, berbagai potensi alam yang menarik hadir di Kabupaten Lingga," terang Alias Wello.
Ia mencontohkan, pada tahun 2017 di Kabupaten Lingga sudah bergulir pencetakan sawah baru seluas 3.000 hektar dari pemerintah pusat, namun kini sawah baru tersebut produktivitasnya belum optimal.
"Soalnya perairan sawah baru mengandalkan hujan, sehingga kalau tidak hujan mengalami kekurangan
air. Untuk itu, kami berharap ada pembangunan daerah irigasi, agar sawah tersebut dapat semakin produktif," harapnya.
Selain itu, Alias mengakui, Pemkab Lingga pun terus berupaya mengembangkan jalan poros pulau Lingga, jalan poros Singkep Selatan,
pengembangan sumberdaya air, peningkatan konektivitas antar pulau dan pembangunan pelabuhan industri.
"Hal itu dilakukan untuk menggeliatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Lingga," jelasnya. Ia menegaskan, saat
Bupati Kab Lingga Alias Wello dan jajarannya saat berkunjung ke BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 29
Kilas BPIW
ini sudah berkomitmen untuk menggratiskan perizinan. Hal itu sudah mulai mendatangkan dampak positif. Terbukti, investasi untuk sektor pariwisata, pertanian, dan perkebunan sudah mulai diminati banyak investor.
Untuk lebih menggeliatkan investasi kedepan, lanjutnya, Pemkab Lingga membutuhkan dukungan dari Pemerintah. Sebab, apabila mengandalkan kemampuan daerah akan sulit untuk melakukan
percepatan mengembangan infrastruktur dasar yang memadai.
Di tempat yang sama, Iwan Nurwanto menerangkan, Kementerian PUPR dalam menentukan skala prioritas pengembangan infrastruktur saat ini menggunakan metode Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Adapun wilayah Kepulauan Riau
(Kepri) masuk dalam WPS 3, Batam-Tanjung Pinang.
Menurutnya, WPS 3 memang memiliki banyak potensi, mulai dari potensi pengembangan kawasan industri dan
pariwisata. Pengembangan kawasan industri diharapkan akan berdampak pada penyediaan lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan warga di sekitarnya. Selain itu Kawasan Pariwisata juga didorong untuk berkembang untuk menciptakan lapangan kerja di bidang industri pariwisata. Di tempat yang sama, Kepala Bidang Penyusunan Program,
Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan, BPIW, Susilowati menerangkan, pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Kementerian PUPR telah melakukan beberapa program pengembangan infrastruktur PUPR di Kepri.
Untuk sektor Cipta Karya, yakni ada pembangunan perumahan di beberapa
lokasi, pembangunan 35 rumah susun serta bantuan rumah swadaya.
Kemudian pengembangan infrastruktur kawasan permukiman perkotaan, pengembangan infrastruktur drainase perkotaan, peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di permukiman Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), peningkatan SPAM di ibu kota kecamatan, peningkatan kualitas kawasan permukiman.
Untuk sektor Sumber Daya Air (SDA), antara lain pembangunan pengaman pantai Karang Halen Mars di Kota Batam dan pantai Pulau Nongsa, serta pembangunan drainase Tiban di Kota Batam. Lalu ada juga pembangunan beberapa bendungan seperti Bendungan Muara Sei Gong, pembangunan embung Kebun Raya Batam.
Terkait sektor Bina Marga, ada pembangunan Jalan Tembesi-Tanjung Berikat, pembangunan Jalan Batu Aji-Tanjung Uncang, pembangunan fly over Kabil, pembangunan fly over Jam, pembangunan jembatan muara, dan pembangunan jembatan di beberapa wilayah lainnya. (ris/infoBPIW)
Untuk lebih menggeliatkan investasi kedepan, lanjutnya, Pemkab Lingga membutuhkan
dukungan dari Pemerintah. Sebab, apabila mengandalkan kemampuan daerah akan sulit untuk melakukan percepatan mengembangan
infrastruktur dasar yang memadai.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201830
Rencana Pengembangan Kawasan Kota Baru Sofifi
Info Produk BPIW
Executiveå Summary
text
Sebagaimana dinyatakan dalam RPJMN 2015 -2019,
terdapat amanat untuk melakukan pengembangan 10 kota baru di Indonesia. Kebijakan pembangunan kota baru merupakan upaya pemerintah dalam menjawab tantangan pembangunan perkotaan ke depan sebagai kota yang layak huni, inklusif, berkelanjutan, cerdas, serta berdaya saing.
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, melalui Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan pada 2015 hingga 2017 telah menyelesaikan tujuh dari 10
master plan dan development plan
infrastruktur kota baru, yaitu Kota Baru Tanjung Selor, Pontianak, Maja, Makassar, Palembang, Sorong, dan Manado, serta Kota Baru Sofifi yang juga merupakan direktif presiden yang termuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016.
Pengembangan kota baru merupakan wewenang lintas Kementerian/Lembaga, dimana sebagai langkah awal BPIW melakukan penyusunan master plan dan development plan infrastruktur untuk dijadikan sebagai acuan dalam penyediaan kebutuhan infrastruktur PUPR, salah satunya Kota Baru Sofifi yang merupakan
ibukota Provinsi Maluku Utara.
Sofifi-Tidore merupakan bagian dari poros Pulau Halmahera dan Pulau Tidore yang terletak di seberang Pulau Ternate. Kedudukan Sofifi sebagai ibu kota provinsi sudah direncanakan sejak pemekaran Maluku Utara dari Maluku tahun 1999 melalui UU No.46/1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun, terjadi keterlambatan pemindahan ibukota dari Ternate ke Sofifi akibat kurangnya dukungan infrastruktur, sehingga Sofifi baru ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Maluku Utara pada tanggal 4 Agustus 2010. Arahan kebijakan pengembangan Kota Sofifi berdasarkan Perda RTRW Provinsi Maluku Utara, antara lain
Gambar 1: Kota Baru Sofifi dan Tidore
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 31
mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan, pengembangan pelabuhan nasional yang representatif sebagai ibukota provinsi, serta pengembangan kawasan sebagai pintu keluar-masuk Pulau Halmahera.
Kota Sofifi dan Tidore dalam konstelasi regional dan global
memiliki posisi yang strategis karena berada dalam simpul transportasi nasional yang didukung pelabuhan nasional yakni Pelabuhan Ternate sebagai Pelabuhan Utama, berjarak 8 Mil Laut dari Pelabuhan Sofifi. Dalam Program Tol Laut, Pelabuhan Ternate masuk ke dalam salah satu 19 Pelabuhan Feeder dari Pelabuhan Hub Tanjung Perak dan Makassar. Pelabuhan Sofifi sendiri berhirarki
sebagai Pelabuhan Pengumpul yang menurut PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan ditujukan untuk melayani perdagangan domestik skala menengah di atas 25 ribu TEUS. Posisinya yang berada di jalur ALKI III memiliki potensi untuk dapat mendorong pertumbuhan baru dan simpul transportasi sehingga menjadi faktor pembangkit pengembangan kota baru di masa
Gambar 2: Konstelasi Regional Kota Baru Sofifi dan Tidore
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201832
Info Produk BPIW
mendatang. Adapun dalam tataran regional kawasan, konstelasi Ternate – Sofifi – Tidore akan semakin meningkat dengan adanya pembagian peran Ternate sebagai pusat perdagangan di Maluku Utara, Sofifi sebagai pusat pemerintahan Provinsi Maluku Utara, pusat maritim, dan pusat distribusi koleksi bagi wilayah sekitarnya (hinterland), serta Tidore sebagai pusat pemerintahan Kota Tidore Kepulauan dan heritage city.
Kawasan sekitar Sofifi merupakan lokus-lokus potensial yang dapat mendukung posisi strategis Kota Baru Sofifi seperti Weda sebagai simpul cengkeh, Maba sebagai simpul nikel dan Tobelo sebagai simpul pala.
Selain itu, Ternate-Sofifi-Tidore-Morotai merupakan kawasan strategis pariwisata terintegrasi bagi wisata Bahari, budaya/heritage, dan religi. Pulau Tidore sendiri merupakan bagian dari Kesultanan
Tidore yang memiliki sejarah kegemilangan di masa lalu yang berpotensi dikembangkan sebagai pusat pariwisata sejarah dan budaya. Di samping itu, Tidore merupakan pusat pala dan cengkeh dunia/spicy island serta bagian dari salah satu 10 lokasi warisan budaya dunia yang ditetapkan oleh UNESCO.
Isu strategis yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan Kota Baru Sofifi dan Tidore beberapa diantaranya adalah Kota Baru Sofifi berpotensi menjadi pusat Jasa Perdagangan dan Logistik.
Selain itu Tidore menjadi kota pusaka
nasional dan ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Konsep Pengembangan Kota Baru Sofifi dan Tidore
Berikut penjabaran konsep pengembangan dua kota tersebut :
1. Kota Sofifi: “Kota Baru Pemerintahan Maluku Utara”
Skenario Pengembangan : Mengembangkan Sofifi dengan fungsi Kota Pemerintahan Provinsi, jasa perdagangan dan koleksi /distribusi skala provinsi.
Strategi :
• Mendorong secara gradual, perangkat pemerintahan level provinsi untuk tinggal di Sofifi dengan menyediakan hunian dan fasilitas dasar yang memadai untuk menciptakan skala ekonomi kota;
• Mengembangkan konektivitas pelayanan jalan lingkar Nasional Pulau Halmahera (Utara, Timur dan Selatan) berorientasi dari/ke pusat
Ternate-Sofifi-Tidore-Morotai meru-pakan kawasan strategis pariwisata terintegrasi bagi wisata Bahari, bu-
daya/heritage, dan religi
Gambar 3: Isu Strategis Kota Baru Sofifi dan Tidore
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 33
PKW di Sofifi;
• Membangun Prasarana transportasi (pelabuhan laut dan bandara) untuk menampung penumpang dan pengembangan koleksi distribusi barang di masa mendatang;
• Mengembangkan industri sumber-daya kelautan;
• Mendorong pengembangan industri di hinterland (Halmahera Utara, Timur, Tengah dan Selatan)
• Memberi insentif pengem-bangan kantor perwakilan bisnis di Sofifi.
2. Kota Tidore: “Kota Heritage Kelas Dunia”
Skenario Pengembangan: Mengembangkan destinasi wisata berbasis sejarah, budaya, dan alam di Pulau Tidore dan sekitarnya.
Strategi:
• Membangun dan revitalisasi kawasan bersejarah dan budaya di Pulau Tidore
• Mengembangkan paket wisata konvensi di Pulau Tidore dan sekitarnya;
• Membuat konektivitas destinasi wisata dengan Kota Ternate, Manado, Morotai dan Raja Ampat;
• Membangun monument/Musium sejarah rempah-rempah di Tidore;
• Mengembangkan sistem prasarana transportasi penumpang (travelling) untuk wisata mancanegara.
Rencana dan program kawasan Kota Baru Sofifi dan Tidore harus sesuai arah dan strategi pembangunan Infrastruktur PUPR, yaitu mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal; mewujudkan
kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energi, konektivitas bagi penguatan daya saing, dan layanan infrastruktur dasar; memadukan dan menyeimbangkan pembangunan antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan; meningkatkan dukungan dengan industri konstruksi nasional yang berkualitas; serta
meningkatkan dukungan sumber daya organisasi yang kompeten dan akuntabel
Strategi pembangunan tersebut disusun untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar dan pengembangan Kawasan Kota Baru Sofifi dan Tidore yang dilaksanakan melalui arahan
pengembangan dalam Master Plan dan arahan program yang tertuang dalam Development Plan Kawasan Kota Baru Sofifi dan Tidore.
Rencana dan program kawasan Kota Baru Sofifi dan Tidore harus sesuai arah dan strategi pemba-ngunan Infrastruktur PUPR, yaitu mewujudkan infrastruktur PIPR.
Gambar 4: Konsep Pengembangan Wisata Pulau Tidore
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201834
Gambar 6: Masterplan Pengembangan Infrastruktur Pulau Tidore Tahun 2015
Gambar 5: Masterplan Pengembangan Infrastruktur Kota Baru Sofifi Tahun 2015
Info Produk BPIW
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 35
Sejak tahun 2015 ketika Sustainable Development Goals (SDGs) terbentuk pada “Kesepakatan Paris”, konsep pembangunan berubah. Yang pertama,
pembedaan negara “maju” dan negara “berkembang” telah menghilang karena menghadapi ancaman global khususnya perubahan iklim. Semua negara sekarang dianggap “berkembang” menuju masa depan yang berkelanjutan, adil, dan inklusif.
Kedua, ruang lingkup dan ambisi pembangunan dalam dekade mendatang tumbuh pesat, terintegrasi dengan isu perdamaian, konflik, serta upaya-upaya kemanusiaan dalam menanggapi bencana alam. Selain itu, pembangunan juga dituntut fokus pada layanan ekosistem yang penting bagi umat manusia untuk bertahan hidup.
Menghadapi isu ini, agenda pembangunan sosial dan ekonomi berubah di luar perkiraan seiring dengan adanya inovasi, kemitraan baru, dan upaya yang berfokus pada masyarakat dan ekonomi hijau. Perspektif yang telah berubah ini, secara langsung menantang adanya sistem evaluasi untuk memberikan bukti tentang apa saja yang telah berhasil, di mana, untuk siapa, dan dalam rangka kebijakan apa. Buku ini memberikan inspirasi mengenai peran baru dalam mengevaluasi dorongan global menuju dunia yang berkelanjutan, adil, dan inklusif.
Kantor Evaluasi Independen UNDP dan International Development Evaluation Association (IDEAS) menginisiasi sebuah diskusi tentang peran evaluasi dalam SDGs. Mereka menyelenggarakan dua konferensi yang berlangsung secara paralel. Di dalamnya adanya keynote dan sesi khusus: satu sesi dari perspektif pemerintah, yang lain dari perspektif pelaku pembangunan profesional.
Kedua konferensi ini berlangsung di Bangkok, Thailand, pada bulan Oktober 2015. Mereka mengakhiri dengan Deklarasi Bangkok tentang Kapasitas Evaluasi Nasional untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang kemudian dimasukkan dalam Agenda Evaluasi Global 2016–2020. Sementara prosiding konferensi diterbitkan pada tahun 2016, IDEAS dan Kantor Evaluasi Independen UNDP juga mendekati kontributor yang paling inovatif dan berpikiran maju untuk menuangkan wawasan mereka ke dalam buku ini.
Buku ini disajikan dalam 5 bagian utama yang didalamnya terdapat 3-6 judul tulisan yang ditulis oleh para kontributor. Bagian 1 adalah Overview & Introduction; bagian 2 Capacity and Capability; Bagian 3 membahas Regional Perspective, Bagian 4 menyajikan mengenai Safeguards and Resettlement; dan Bagian 5 Towards Sustainability of Impact.
Bagian pertama menyajikan perkembangan keynote yang disajikan dalam dua konferensi Bangkok 2015. Bagian kedua, menyajikan kapasitas dan kapabilitas nasional suatu negara dalam mengevaluasi. Salah satu tulisan, mengemukakan mengenai implementasi MDGs untuk menemukan bagaimana cara mengevaluasi SDGs. Pada bagian ketiga, para penulis menyajikan bagaimana tantangan yang dihadapi di skala regional. Misalnya sebuah tulisan menggambarkan bagaimana tantangan pulau-pulau kecil suatu negara dalam melakukan evaluasi SDGs. Bagian keempat bertujuan untuk membahas peran evaluasi dalam mencegah dampak negatif. Pada bagian kelima, fokus membahas evaluasi dampak dalam arti yang luas dan berfokus pada isu-isu pembangunan berkelanjutan. (Mutri)
Peran evaluasi nasional menuju Dunia yang Berkelanjutan, adildan Inklusif
Judul Buku :Evaluation for Agenda 2030: Providing Evidence on Progress and Sustainability
Pengarang : Tim Kontributor UNDPeditor : Rob D. van den Berg, et. allPenerbit : UNDP & International Development Evaluation Association (IDEAS) tahun terbit : 2017Jumlah Halaman : 399 halaman
Buku ini memberikan inspirasi mengenai peran baru dalam mengevaluasi dorongan global menuju dunia yang berkelanjutan, adil, dan inklusif.
Review
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201836
Laporan Khusus
Perkembangan kota di Tanah Air berlangsung sangat cepat. Hal itu terjadi seiring tingginya
jumlah pertumbuhan penduduk di perkotaan. Terlebih, mayoritas penduduk Indonesia tinggal
di perkotaan. Berbagai permasalahan yang dihadapi perkotaan juga semakin kompleks, mulai
dari kemacetan, permukiman kumuh, ketersediaan air baku, air bersih, sanitasi, persampahan,
dan lainnya. Sehingga dibutuhkan inovasi untuk menjawab tantangan perkotaan yang muncul.
Memacu Realisasi Pengembangan11 Kota Baru di Tanah Air
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 37
Laporan Khusus
Merespon atas kenyataan kota eksisting yang tumbuh
cepat. Bahkan, kota eksisting itu menghadapi
tantangan tidak layak huni, rawan atas bencana lingkungan
maupun sosial lainnya, Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berupaya
memacu percepatan realisasi 11 Kota Baru di seantero
negeri.
Ke 11 Kota Baru tersebut, yakni Kota
Baru Maja, Kota Baru Pontianak,
Kota Baru Sofifi, Kota Baru Tanjung
Selor, Kota Baru Palembang, Kota
Baru Manado, Kota Baru Makassar,
Kota Baru Sorong, Kota Baru
Padang, Kota Baru Banjar Baru
dan Kota Baru Jayapura.
Pada tahun 2015 hingga 2017,
BPIW telah menyelesaikan penyusunan masterplan dan
development plan (MPDP) Kota Baru Pontianak, Kota Baru
Sofifi, Kota Baru Tanjung Selor, Kota Baru Palembang, Kota
Baru Manado, Kota Baru Makassar, Kota Baru Sorong.
Sementara tahun 2018 ini akan disusun MPDP Kota Baru
Padang dan Kota Baru Banjar Baru sedangkan MPDP Kota
Baru Jayapura akan disusun pada tahun 2019.
“Konsep pengembangan Kota Baru yang dilakukan
pemerintah, diharapkan mampu menjawab semua
tantangan yang dihadapi perkotaan. Bahkan, untuk
menciptakan kota-kota yang aman, nyaman dan layak huni,”
papar Pelaksana Tugas (Plt) BPIW Kementerian PUPR, Lana
Winayanti di sela-sela acara “Real Estate Round Table:The
Economics of New Towns” di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dukungan pengembangan infrastruktur di kota baru
sejatinya dapat dilakukan dengan
smemfasilitasi realisasi daerah
baru, lanjutnya, namun juga dapat
menghasilkan urban sprawl yang
perlu dikendalikan.
“Untuk itu kebijakan dan strategi
pembangunan perkotaan yang
kuat dan jelas, diperlukan setiap
tingkat (pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota,-
rd). Hal itu dalam rangka mendukung percepatan proyek
pembangunan Kota Baru,” jelasnya.
Demi mengembangkan kota baru, lanjutnya, pemerintah
juga perlu lebih kreatif dan inovatif melibatkan investasi
sektor swasta. “Termasuk dalam merealisasikan program
pemerintah untuk rumah MBR (masyarakat berpenghasilan
rendah,-red), seperti melalui penerapan pola hunian
Tahun 2018 ini akan disusun MPDP Kota Baru Padang dan
Kota Baru Banjar Baru sedangkan MPDP Kota Baru Jayapura akan disusun pada
tahun 2019
01
03
0402
Tahap 1(Tahun 2015-2019)
Persiapan, perencanaandan sosialisasi
Tahap 3(Tahun 2028-2032)Pembangunan Kawasan Khusus penguatan basis dan potensi kawasan
Tahap 4(Tahun 2032-2036)Pembangunan Kawasan Khusus penguatan basis dan potensi kawasan
Tahap 2(Tahun 2019-2023)
PembangunanInfrastruktur Dasar
Tahapan Pengembangan Kota Baru
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201838
berimbang yakni kawasan hunian
yang di dalamnya terdapat hunian
mewah, hunian menengah, serta
hunian rumah subsidi secara
proporsional, “ terangnya.
Selain itu, dalam aspek perencanaan
dan pembangunan kota baru juga
membutuhkan mekanisme
pengelolaan, institusi dan
pendanaan yang layak.
“Pengembangan kota baru
akan dapat benar-benar
terwujud, kalau perencanaan
jelas, pengelola serta
anggarannya layak. Terlebih,
dalam mengembangkan kota
baru memang tidak murah,”
yakin Lana.
Di tempat terpisah, Kepala Pusat
Pengembangan Kawasan Perkotaan,
BPIW, Agusta Ersada Sinulingga
menuturkan, dalam pengembangan
kota baru Kementerian PUPR
juga menjalin kemitraan dengan
beberapa pengembang Real
Estate. Salah satunya seperti untuk
pengembangan Kota Baru Maja,
yakni Perum Perumnas, PT Mitra
Abadi Utama (Agung Podomoro),
PT Hanson International (Jo Ciputra
Group), PT.Mandiri Nusagraha (Eureka
Group). Pengembang tersebut
juga didorong untuk menyediakan
perumahan bersubsidi untuk MBR.
Agusta juga menyatakan, kota baru
yang dikembangkan itu memiliki
karakteristik atau tema masing-
masing, sehingga dalam melakukan
pengembangannya disesuaikan
karakteristik atau tematik. Termasuk,
melalui tema masing-masing kota
baru dapat diidentifikasi bersama
siapa kerja sama utama dilakukan.
Kota Maja telah melakukan kerja sama
dengan pengembang karena
secara eksisting dan historis, para
pengembang sudah memiliki
lahan dan izin lokasi di kawasan
Kota Baru Maja sejak tahun
1994. “Selain itu keberadaan
Maja, secara tematik ditujukan
untuk mengakomodir kebutuhan
hunian bagi kawasan industri di
sekitarnya,” ujar Agusta
Ia juga mencontohkan, Kota
Baru Tanjung Selor dan Sofifi
yang ditujukan sebagai kota pusat
pemerintahan provinsi, sehingga
koordinasi atau kerjasama lebih
dominan dilakukan bersama
pemerintah daerah, meskipun tetap
menggandeng stakeholder yang lain.
Laporan Khusus
Kota baru yang dikembangkan itu memiliki karakteristik atau tema masing-masing, sehingga dalam melakukan pengembangannya disesuaikan karakteristik atau
tematik. Termasuk, melalui tema masing-masing kota baru dapat
diidentifikasi bersama siapa kerjasama utama dilakukan
Ilustrasi perkataan Sumber: Istimewa
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 39
Laporan Khusus
Agusta juga menyatakan,
pengembangan kota baru merupakan
pengembangan kawasan dengan
jangka waktu yang cukup
panjang, yakni sekitar 15 hingga
20 tahun dengan mengadopsi
aspek pembangunan kota masa
depan yang layak huni, hijau,
cerdas, inklusif, berkarakter, dan
berkelanjutan.
Dalam dokumen Grand Design
Pembangunan Kota Baru dan
Penataan Kota di Indonesia, ada
4 tahapan pengembangan.
“Tahap I adalah persiapan,
perencanaan dan sosialisasi
mengenai pengembangan kota
baru,” terangnya. Untuk Tahap II
adalah pembangunan infrastruktur
dasar. Kemudian Tahap III adalah
pembangunan kawasan khusus
dengan penguatan basis dan
potensi kawasan. Adapun Tahap IV
merupakan pembangunan mandiri
dan berkelanjutan
“Pada RPJMN 2015-2019 ini fokus
pada tahap I. Pengembangan
kota baru utamanya untuk
persiapan, perencanaan dan
sosialisasi, sehingga masih
membutuhkan waktu cukup lama
untuk mewujudkan kota baru
secara ideal,” tegas Agusta.(Ris/
infoBPIW)
Pengembangan kota baru merupakan pengembangan kawasan dengan jangka waktu yang cukup panjang, yakni sekitar 15 hingga 20 tahun
dengan mengadopsi aspek pembangunan kota masa depan
yang layak huni, hijau, cerdas, inklusif, berkarakter, dan berkelanjutan.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201840
Jakarta sebagai Daerah Khusus Ibukota (DKI) negara mengalami pertumbuhan yang sangat pesat karena
terpusatnya berbagai kegiatan perekonomian, baik perdagangan, industri, jasa, tujuan wisata dan seterusnya. Kegiatan itu menjadi daya tarik perpindahan penduduk dari daerah ke Jakarta, akibatnya terjadinya urbanisasi yang relatif tinggi.
Pendahuluan
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan urbanisasi Indonesia mencapai 4,1 persen. Tingkat pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan India dan Tiongkok yang masing-masing hanya 3,8 persen. Sri mengatakan urbanisasi di Indonesia menyebabkan daerah perkotaan semakin sesak dan kebutuhan perumahan kian mendesak.
Akibatnya pemerintah kota menghadapi setumpuk masalah, antara lain timbulnya permukiman kumuh, pengadaan infrastruktur kota dan sarana sanitasi lingkungan, perbaikan jalan, pengandaan air bersih, pengelolaan sampah, dan pembangunan drainase air limbah. Sri Mulyani juga mengatakan komposisi populasi
di perkotaan saat ini (2017) mencapai 52 persen, dan diperkirakan bakal mendekati 68 persen pada tahun 2030.
Kota Jakarta dilalui oleh 13 sungai/kali yang hulunya berada di Bogor dan Puncak. Ke-13 sungai/kali tersebut, adalah; (1) Kali Mookervart, (2) Kali Angke, (3) Kali Pesanggrahan, (4) Kali Grogol, (5) Kali Krukut, (6) Kali Baru Barat, (7) Kali Ciliwung, (8) Kali Baru Timur, (9) Kali Cipinang, (10) Kali Sunter, (11) Kali Buaran, (12) Kali Jati Kramat, dan (13) Kali Cakung.
Dari 13 sungai/ kali yang mengalir melalui Jakarta, sungai Ciliwung yang paling banyak menimbulkan banjir yang luas. Sungai ini mengalir melalui tengah kota Jakarta melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh. Pada saat hujan dengan curah hujan tinggi, airnya melimpah keluar bantaran sungai sehingga menyebabkan banjir di beberapa kampung/kawasan yang dilalui.
Fakta menunjukkan bahwa daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu sungai Ciliwung di Puncak dan Bogor mengalami kerusakan yang cukup berat. Demikian pula dengan DAS di Jakarta juga mengalami penyempitan
Doedoeng Z. Arifin
Kepala Bidang Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastuktur PUPR BPIW
Kebijakan Program Kerakyatan Kementerian PUPR
Kebijakan Komprehensif dan Implementasi PengendalianBanjir DKI Jakarta
*tulisan ini hanya opini pribadi penulis dan bukan merupakan pernyataan resmi institusi
Opini
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 41
dan pendangkalan. Hal lain yang menyebabkan banjir di sepanjang sungai Ciliwung karena sungai ini menjadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat yang bermukim di antaran sungai. Perilaku ini merupakan indikator rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sungai.
Kementerian Lingkungan Hidup (2012) mencatat bahwa terdapat 26.818 kepala keluarga (KK) menghuni bantaran Sungai Ciliwung. Selanjutnya diutarakan bahwa sekitar 80 persen pencemaran di Sungai Ciliwung disebabkan oleh sampah rumah tangga atau limbah domestik.
Kementerian Lingkungan Hidup (2012) juga menyatakan bahwa selain pencemaran dari sampah keluarga, terdapat sekitar 400 kegiatan usaha yang secara langsung maupun tidak langsung membuang air limbahnya ke Ciliwung.
Hal-hal yang dikemukakan di atas merupakan akumulasi keadaan yang terjadi yang dapat dilihat sebagai indikator yang berdampak terhadap turunnya kapasitas atau daya tampung sungai Ciliwung.
Dengan tujuan untuk mengetahui secara mendasar masalah banjir di DKI Jakarta dan bagaimana penanganannya atau opsi solusi yang dapat dilaksanakan, tulisan ini menyajikan beberapa fakta yang dihimpun dari berbagai sumber yang dapat menjadi pertimbangan untuk menyusun kebijakan komprehensif penanganan banjir di DKI Jakarta.
Fakta-fakta penyebab terjadi banjir di DKI Jakarta.
1. Keadaan Geografi (landscape) DKI Jakarta
a. Geografis
Keadaan fisiografi berada di dataran rendah di mana terdapat beberapa kawasan yang posisi geografisnya lebih rendah dari permukaan laut. Daerah tersebut merupakan area tangkapan air hujan (Water catchment area).
b. Hidrologi
Jakarta adalah DAS dari 13 sungai/kali dan sekaligus
merupakan muara dari sungai-sungai tersebut.
c. Kondisi Situ dan Danau di Jakarta
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta (2008) mencatat bahwa terdapat 40 situ di wilayah DKI Jakarta. Dari 40 Situ
Opini
Dari 13 sungai/ kali yang mengalir melalui Jakarta, sungai Ciliwung yang paling
banyak menimbulkan banjir yang luas. Sungai ini mengalir melalui tengah kota
Jakarta melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-
pemukiman kumuh.
Penanganan sungai oleh pemerintah Sumber: Istimewa
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201842
tersebut, lebih dari 50 persen Situ dalam kondisi yang buruk, atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
d. Keadaan atau Kondisi Situ
Kondisi tersebut adalah sebagai berikut: ada sebanyak 19 situ (47,5 persen) dalam kondisi terawat, 14 situ (35 persen) dalam kondisi tidak terawat, dan 5 situ (12,5 persen) telah menjadi daratan, yaitu; Situ Rawa Kendal, Situ Rorotan, Situ Rawa Penggilingan, Situ Rawa Segaran, dan Situ Dirgantara. Pendangkalan dan pencemaran yang terjadi di danau/ situ merupakan indikator bahwa telah terjadi kerusakan pada situ tersebut.
e. Sebab-sebab Pendangkalan
Pendangkalan terjadi akibat sedimentasi karena degradasi kondisi hutan di daerah tangkapan airnya. Juga disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pemeliharaan danau/situ kerap menjadi penyebab pendangkalan. Masyarakat melihat situ adalah tempat penampungan sampah. Hal itu menyebabkan penurunan fungsi Situ sebagai wadah penampung air. Sehingga menyebabkan terjadinya banjir apabila situ tidak cukup untuk menampung air ketika terjadi hujan.
2. Kondisi Sosial Masyarakat yang Berdampak Terjadinya Banjir
a. Arus urbanisasi
Dengan arus urbanisasi yang tinggi mengakibatkan tingkat laju pertambahan penduduk di DKI Jakarta tinggi. Akibat tingginya arus urbanisasi menyebabkan setumpuk permasalahan yang dihadapi Pemprov DKI Jakarta seperti mencakup penyediaan rumah, dan pengadaan infrastruktur
(sarana dan prasarana kota).
b. Permukiman kumuh. Terbatasnya dan/atau tingginya harga tanah untuk penyediaan rumah, dan adanya penguasaan tanah oleh kelompok kecil orang, menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mendirikan rumah secara ilegal di bantaran sungai.
c. Kurang kesadaran masyarakat yang bermukim sepanjang bantaran sungai dan situ. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap upaya kebersihan dan pemeliharaan situ mengakibatkan terjadinya pendangkalan sungai/kali dan situ. Masyarakat menjadikan sungai/kali dan situ sebagai tempat pembuangan sampah sehingga terjadi pendangkalan yang menyebabkan penurunan fungsi sungai/kali dan situ sebagai tempat penampung air. Hal ini menyebabkan terjadinya banjir karena kapasitas sungai/kali dan situ tidak cukup untuk menampung air ketika hujan turun.
3. Lemahnya pengawasan terhadap timbulnya permukiman kumuh baru
Masyarakat melalukan aneksasi lahan/tanah di bantaran sungai dan mendirikan rumah non permanen. Karena tidak adanya pengawasan atau kontrol secara rutin dari pihak berwenang, kegiatan itu berlangsung dari waktu ke waktu dan tidak terkendali, yang pada akhirnya timbul kawasan permukiman kumuh di sepanjang bantaran sungai/kali.
Usulan Kebijakan
Berdasarkan kondisi eksisting, fakta, dan permasalahan yang terakumulasi menjadi indikator penyebab banjir di DKI Jakarta, maka diusulkan kebijakan yang dapat disusun untuk penanganan banjir di DKI Jakarta sebagai berikut:
O p i n i
Ilustrasi gedung-gedung tinggi di Jakarta Sumber: Istimewa
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 43
O p i n i
1. Prioritas Program normasilasi sungai Ciliwung sebaiknya dipercepat dan dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders), pemerintah, Pemprov, swasta dan masyarakat. Program normalisasi sungai perlu dilakukan dengan membangun infrastruktur pengendalian.
2. Untuk meningkat kapasitas daya tampung air hujan, semua sungai dan kali di melalui wilayah DKI Jakarta perlu segera di dinormalisasi dan/atau dinaturalisasi sehingga kapasitas atau daya tampungnya bertambah.
3. Membangun dan normalisasi embung, situ, waduk polder dan sistem pengendalian banjir termasuk pemeliharaannya.
4. Di wilayah hulu sungai-sungai mengalir ke DKI Jakarta di bangun bendungan dan waduk besar yang memiliki daya tampung besar. Bendungan dan waduk tersebut berfungsi menahan aliran permukaan (run off) yang berasal hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
5. Di area/ kawasan atau wilayah yang permukaan tanah rendah (lebih rendah dari permukaan laut), yang dulunya adalah kawasan tangkapan air (water catchment areas), pengendalian banjir dilakukan dengan cara mekanis yaitu membangun pompa air kapasitas besar. Misalnya di kawasan Ancol, Marina, Kamal Muara, Pluit sisi Tengah dan Barat.
6. Pengendalian banjir Rob dilakukan dengan membanguan Tanggul Pengaman Rob. Kawasan yang merupakan langganan banjir Rob adalah: Kamal Muara, Muara, Kali Baru dan Muara Angke.
7. Intensifikasi penyuluhan kepada masyarakat yang bermukim di bantaran sungai-sungai yang mengalir di DKI Jakarta.
8. Peningkatan partisipasi masyarakat, terutama yang bermukim di kawasan banjir dan bantaran sungai untuk memelihara kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah ke sungai.
9. Merelokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang berada di bantaran sungai atau dekat dengan bantaran sungai.
10. Pengawasan dan kontrol secara rutin dan intensif terhadap pembangunan rumah atau permukiman di bantaran sungai.
Bila 10 usulan itu bisa dilaksanakan secara konsisten, maka bukan tidak mungkin permasalahan banjir di Jakarta dapat diatasi. Kerja sama semua pihak juag diperlukan dalam mewujudkan kondisi tersebut.
Ilustrasi infrastruktur di kota Jakarta. Sumber: Istimewa
Konsep OperasionalAnjungan cerdas
Perencanaan & Pembangunan Anjungan Cerdas (Perencanaan dan pembangunan oleh Kem. PUPR)
MoU pengelolaan Anjungan Cerdas (MoU antara Kem. PUPR dengan Pemda)
Pembentukan & Penetapan Pengelola Anjungan Cerdas (Pengelola Anjungan Cerdas)
Perjanjian kerjasama pengisian space Anjungan Cerdas (Kerja sama dengan tenant)
Operasionalisasi Anjungan Cerdas (Operasionalisasi dan Pemeliharaan Anjungan Cerdas)
Meliputi berbagai masakan dan hidangan khas lokal yang berasal dari daerah
sekitar
Meliputi kesenian autentik khas budaya
daerah sekitar
Meliputi berbagai jenis titik wisata dan ragam hiburan
sebagai tempat tujuan wisata pengunjung
Meliputi berbagai produk industri kreatif yang
dihasilkan oleh penduduk lokal dan khas daerah
sekitarMeliputi berbagai hasil
industri lokal (pertanian dan kelautan) sesuai dengan potensi khas
daerah sekitar
Kuliner
Kesenian
Wisata
Industri Kreatif
Industri Agro
Merupakan perwujudan dari amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 90 ayat 3Merupakan implementasi Peraturan Pemerin-tah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan (Psl 22-23).Konsep Anjungan Pengguna Jalan (APJ) sudah dikembangkan sejak 2015 di Balitbang Kementerian PUPR.BPIW pada tahun 2016 mulai membangun dan mewujudkan Anjungan Cerdas dengan mengadaptasi konsep APJ dan Michi-no-Eki.Dua Anjungan Cerdas yaitu Anjungan Cerdas Rambut Siwi di Jembrana dan Anjungan Cerdas Bendungan Tugu di Trenggalek, sudah dibangun mulai tahun 2016.Mengingat dalam waktu dekat salah satu Anjungan Cerdas (Rambut Siwi) telah selesai, perlu rancangan konsep operasionalisasi Anjungan Cerdas tersebut.
Profil Anjungan Cerdas
Integrated rest area (Anjungan Cerdas) merupa-kan tempat untuk istirahat yang terintegrasi di jalan nasional bagi bagi para pengguna jalan. Kementerian PUPR melalui konsep yang dibuat Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) telah mengembangkan rest area di Jembrana Bali dan Trenggalek Jawa Timur. Integrated rest area ini memiliki 4 fungsi yakni sebagai rest area, pengembangan ekonomi lokal, pengembangan wisata/budaya, dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar jalan nasional.
INTEGRATED REST AREA (Anjungan Cerdas)
Fungsi Anjungan Cerdas
Rest AreaPengembangan ekonomi lokal (LED)Pengembangan wisata/budayaPengendalian pemanfaatan ruang di sekitar jalan nasional
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201844
Infografis
Konsep OperasionalAnjungan cerdas
Perencanaan & Pembangunan Anjungan Cerdas (Perencanaan dan pembangunan oleh Kem. PUPR)
MoU pengelolaan Anjungan Cerdas (MoU antara Kem. PUPR dengan Pemda)
Pembentukan & Penetapan Pengelola Anjungan Cerdas (Pengelola Anjungan Cerdas)
Perjanjian kerjasama pengisian space Anjungan Cerdas (Kerja sama dengan tenant)
Operasionalisasi Anjungan Cerdas (Operasionalisasi dan Pemeliharaan Anjungan Cerdas)
Meliputi berbagai masakan dan hidangan khas lokal yang berasal dari daerah
sekitar
Meliputi kesenian autentik khas budaya
daerah sekitar
Meliputi berbagai jenis titik wisata dan ragam hiburan
sebagai tempat tujuan wisata pengunjung
Meliputi berbagai produk industri kreatif yang
dihasilkan oleh penduduk lokal dan khas daerah
sekitarMeliputi berbagai hasil
industri lokal (pertanian dan kelautan) sesuai dengan potensi khas
daerah sekitar
Kuliner
Kesenian
Wisata
Industri Kreatif
Industri Agro
Merupakan perwujudan dari amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 90 ayat 3Merupakan implementasi Peraturan Pemerin-tah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan (Psl 22-23).Konsep Anjungan Pengguna Jalan (APJ) sudah dikembangkan sejak 2015 di Balitbang Kementerian PUPR.BPIW pada tahun 2016 mulai membangun dan mewujudkan Anjungan Cerdas dengan mengadaptasi konsep APJ dan Michi-no-Eki.Dua Anjungan Cerdas yaitu Anjungan Cerdas Rambut Siwi di Jembrana dan Anjungan Cerdas Bendungan Tugu di Trenggalek, sudah dibangun mulai tahun 2016.Mengingat dalam waktu dekat salah satu Anjungan Cerdas (Rambut Siwi) telah selesai, perlu rancangan konsep operasionalisasi Anjungan Cerdas tersebut.
Profil Anjungan Cerdas
Integrated rest area (Anjungan Cerdas) merupa-kan tempat untuk istirahat yang terintegrasi di jalan nasional bagi bagi para pengguna jalan. Kementerian PUPR melalui konsep yang dibuat Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) telah mengembangkan rest area di Jembrana Bali dan Trenggalek Jawa Timur. Integrated rest area ini memiliki 4 fungsi yakni sebagai rest area, pengembangan ekonomi lokal, pengembangan wisata/budaya, dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar jalan nasional.
INTEGRATED REST AREA (Anjungan Cerdas)
Fungsi Anjungan Cerdas
Rest AreaPengembangan ekonomi lokal (LED)Pengembangan wisata/budayaPengendalian pemanfaatan ruang di sekitar jalan nasional
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 45
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201846
Pesona Cagar BudayaDi Kepulauan Seribu
Jalan-jalan
Menghabiskan akhir pekan di Jakarta tidak selalu
membosankan. Kota Jakarta yang identik dengan kemacetan dan gedung tinggi ini ternyata menyimpan pesona wisata alam yang sangat indah. Jakarta memiliki pulau yang penuh dengan pasir putih, air yang bening, dan kegiatan seru yang tidak kalah dengan sisi timur Indonesia.
Salah satu pesona wisata Indonesia di Jakarta ini berada di Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu ini, masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) 8 meliputi Jakarta, Bandung, Cirebon dan Semarang.
Saat ini pun sudah banyak paket wisata dengan harga terjangkau yang menawarkan perjalanan satu hari (One Day Trip) ketiga pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu. 3 pulau yang dapat dikunjungi dalam waktu satu hari itu adalah Pulau Kelor, Onrust, dan Cipir.
Pulau KelorMenuju destinasi wisata alam yang sekaligus juga wisata bersejarah ini
dapat dimulai dari Dermaga Muara Kamal, Cengkareng, Jakarta Utara. Dengan perahu bermesin, waktu tempuh menuju pulau pertama yaitu Pulau Kelor sekitar 30 menit saja.
Tiba di Pulau Kelor disambut dengan putihnya pasir pantai yang terhampar dan juga birunya air laut yang mengelilingi pulau kecil dan seakan
tanpa batas dengan langit yang membentang.
Pulau Kelor pernah dijadikan tempat penguburan bagi para pemberontak kapal Zeven Provincen, karenanya dalam Bahasa Belanda disebut juga sebagai Kerkhof Elland (Pulau Pemakaman). Di sini masih terdapat sisa Benteng Menara (Benteng
Martello) yang berbentuk bundar dan tinggi, yang dibangun Belanda pada tahun 1850 sebagai bagian dari sistem pertahanan laut kota Batavia. Antara tahun 1840-1880, Belanda mengembangkan sistem pertahanan Nieuwe Hollandse Waterlinie, antara lain dengan membangun Benteng Martello yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan sekaligus
menara pengintai.
Diameter luar benteng 14 meter dengan ketebalan dinding 2,5 m. Benteng Martello di Pulau Kelor adalah yang terkecil diantara empat Benteng Martello di kawasan ini (di Pulau Sakit, Onrust, dan Cipir).
Benteng berbentuk lingkaran dengan ketinggian 9 meter dpl diperkirakan terdiri atas
dua lantai. Pada dinding keliling Benteng Martello terdapat delapan buah jendela yang masing-masing berukuran tinggi 2 m dengan lebar 2.2 m.
Letak jendela sekitar 3.5 m di atas permukaan tanah. Diantara jendela terdapat lubang sempit untuk menembak ke luar.
Salah satu pesona wisata Indonesia di Jakarta ini berada di Kepulauan Seribu. Pulau ini, masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) 8 meliputi Jakarta, Bandung, Cirebon dan Sema-rang. Saat ini pun sudah banyak paket wisata dengan harga terjangkau yang menawarkan
perjalanan satu hari (One Day Trip) ketiga pulau yang berada di gugusan
Kepulauan Seribu.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 47
Pesona Cagar BudayaDi Kepulauan Seribu
Pulau OnrustSelanjutnya ada Pulau Onrust yang hanya berjarak 15 menit dari Pulau Kelor. Nama Onrust sendiri berasal dari Bahasa Belanda yang berarti pulau yang tak pernah beristirahat (Inggris: unrest), pulau yang selalu sibuk. Pulau ini memang pernah digunakan untuk berbagai keperluan pada berbagai zaman yang berbeda. Karenanya, tinggalan arkeologis di Pulau Onrust pun bermacam-macam, berlapis-lapis, dan berasal dari masa yang berbeda-beda.
Pulau Onrust pernah menjadi tempat peristirahatan keluarga Kesultanan Banten di abad 16. Pada tahun 1615 sempat berfungsi sebagai tempat galangan kapal oleh VOC dan dijadikannya pulau ini sebagai pulau pertahanan untuk menghadapi Banten dan persaingan melawan Inggris.
Abad ke-20 beralih fungsi menjadi sanatorium TBC dan lokasi karantina jamaah haji sebelum pulang ke rumah masing-masing. Hingga akhirnya, di tahun 1972 ditetapkan sebagai pulau bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Pulau Onrust
ditetapkan sebagai bagian dari Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu dan menjadi salah satu destinasi wisata. Kini, yang tersisa di Pulau Onrust adalah puing-puing bangunan lama (sebagian besar adalah pondasi), areal pemakaman, dan museum sederhana.
Pulau CipirBerjarak 10 menit dari Pulau Onrust, ternyata Pulau Cipir pernah terhubung melalui sebuah jembatan dengan Pulau Onrust. Kini jembatan penghubung hanya menyisakan dermaga yang sudah ditutup yang dimanfaatkan para pengunjung sebagai tempat favorit untuk memancing.
Pulau Cipir dengan luas 1.6 hektar yang terletak di sebelah selatan Pulau Onrust ini memiliki masa lampau yang erat sekali dengan kegiatan-kegiatan yang pernah terjadi di Pulau Onrust. Pembangunan pertama di Pulau Cipir dilakukan pada tahun 1668 dengan membangun dermaga bongkar muat, galangan kapal kecil, dan dermaga penghubung. Pada tahun 1675 dibangunlah gudang tempat penyimpanan barang-barang.
Pembangunan di Pulau ini dimulai lagi tahun 1905 dengan membangun stasiun pengamat cuaca. Pulau ini kemudian brubah fungsi menjadi tempat karantina haji bagi jamaah yang baru pulang dari Mekah di tahun 1911. Kegiatan sebagai karantina haji ini berlangsung hingga tahun 1933. Sisa bangunan Rumah Sakit yang pernah digunakan sebagai tempat karantina jamaah haji sepulang dari Mekah. (Disa)
Benteng Martello yangmenjadi daya tarik utama Pulau Kelor.
Komplek Makam Pribumi korban dari pemberontakan kapal Zeven Provincien
pada tahun 1933 di Pulau Onrust.Sisa bangunan Rumah Sakit di Pulau Cipir yang pernah digunakan sebagai tempat
karantina jamaah haji sepulang dari Mekah
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201848
Indonesia sejak dahulu telah dikenal akan kecantikan alamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Banyak pesona yang tersimpan di alam
nusantara ini. Berikut 10 kota cantik di Indonesia versi Sinergi. Salah satunya dipengaruhi oleh faktor tata kota dan infrastruktur pendukung di kota tersebut.
1. Surabaya Surabaya merupakan kota besar di Indonesia. Hal ini terlihat dari perkembangan kota ini yang semakin hari semakin meningkat pesat. Di kota ini juga banyak industri yang berkembang.
Posisi Surabaya sebagai kota maju tidak membuat kota ini terlihat semrawut. Kota ini terlihat rapi. Bahkan, Surabaya pun sempat penyabet berbagai penghargaan.
Tidak heran Surabaya mendapatkan beragam penghargaan. Kota ini benar-benar rapi dengan pemandangan kota yang indah dan banyak berdiri gedung menjulang tinggi.
3. BalikpapanBalikpapan merupakan kota yang nyaman untuk dihuni, walau perkembangan di Kota Balikpapan ini memang pesat.
Kota Balikpapan terkenal dengan sebutan "Kota Minyak". Sebab, kota ini memiliki aset kekayaan alam yang begitu besar seperti pertambangan, laut, dan hutannya.
Kota Balikpapan memiliki satu bandara udara, yaitu Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang merupakan salah satu bandara terbaik di Indonesia. Dan memiliki dua pelabuhan, yaitu pelabuhan semayang dan pelabuhan ferry.
2. MedanKota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara.
Kota Medan termasuk kota metropolitan di Indonesia. Medan merupakan gerbang perdagangan di wilayah
Indonesia Barat.
Kota Medan memiliki banyak bangunan tua dengan arsitektur Belanda, yang menjadikan kota ini banyak
dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan daerah maupun luar daerah.
Medan memiliki satu bandara udara, yaitu Bandara Internasional Kuala Namu dan memiliki satu pelabuhan
laut, yaitu Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan tersibuk di luar pulau Jawa.
Serba-Serbi
10 Kota Cantik di Indonesia
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 49
5. Yogyakarta Kota Yogyakarta merupakan kota cantik yang memiliki banyak keunggulan. Khususnya, dalam hal pariwisata dan pendidikan.
Yogyakarta menjadi destinasi tempat wisata kedua setelah Bali. Di Yogyakarta banyak terdapat wisata candi, wisata pantai, wisata
goa, dan wisata alam.
Yogyakarta juga menjadi kota favorit bagi pelajar untuk menuntut ilmu. Karena di kota ini banyak berdiri universitas dan politeknik
baik negeri maupun swasta yang terkenal di Indonesia.
Roda perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh sektor perindustrian, perdagangan, dan
pariwisata.
Yogyakarta memiliki satu bandara udara, yaitu Bandara Internasional Adisutjipto. Mudahnya transportasi di kota ini,
menjadikan kota ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan.
4. Bandung Kota Bandung merupakan kota besar di Jawa Barat. Bandung juga merupakan ibukota provinsi Jawa Barat. Sebutan lain untuk Kota Bandung adalah kota kembang, bahkan Bandung disebut sebagai "Paris van Java"
Perekonomian di Bandung sangat dipengaruhi sektor perdagangan dan jasa. Selain itu Bandung mempunyai peninggalan sejarah yang menjadi objek wisata di kota ini. Salah satunya adalah Gedung Sate yang merupakan bangunan lama dengan arsitektur Belanda.
Bandung juga memiliki satu bandar udara, yaitu Bandara Husein Sastranegara.
6. MakassarKota Makassar merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan. Kota ini juga merupakan kota besar di kawasan Indonesia Timur.
Infrastruktur dan pembangunan yang modern menjadikan kota ini sebagai kota metropolitan di Indonesia. Pertumbuhan perekonomian di Kota Makassar tergolong pesat di Indonesia.
Selain itu Makassar memiliki tempat wisata yang tidak kalah bagusnya dengan kota-kota lain. Salah satu objek wisata di kota ini adalah Pantai Losari dan Benteng Fort Rotterdam.
Makassar memiliki satu bandara udara, yaitu Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dan memiliki satu pelabuhan laut, yaitu Pelabuhan Soekarno-Hatta.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201850
9. Manado Kota Manado merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
dikelilingi oleh pegunungan.
Perekonomian di Kota Manado dipengaruhi oleh sektor perdagangan, jasa, dan pariwisata. Pariwisata di kota ini sangat berpengaruh sekali
terhadap perekonomiannya. Dalam kurun waktu terakhir, kegiatan pariwisata di Manado berkembang dengan pesat.
Objek wisata Kota Manado yang sangat terkenal adalah Taman Laut Bunaken, Kelenteng Ban dan Hin Kiong. Kota ini memiliki satu
bandara udara, yaitu Bandara Udara Sam Ratulangi.
10. PekanbaruPekanbaru adalah ibukota provinsi Riau dan merupakan kota besar di Riau. Kota ini merupakan kota jasa dan perdagangan, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia.
Pekanbaru menjadi salah satu kota besar di Indonesia dan sangat dipengaruhi oleh perusahaan minyak, perkebunan kelapa sawit, dan pabrik kertas.
Pekanbaru memiliki satu bandara udara, yaitu Bandara Sultan Syarif Kasim II. Kota ini juga mempunyai beberapa bangunan dengan ciri khas corak melayu.(*/berbagai sumber)
7. PalembangKota Palembang merupakan ibukota provinsi Sumatera Selatan. Kota
Palembang mempunyai destinasi wisata yang enggak kalah bagusnya dengan kota-kota lainnya. Beberapa objek wisata di Kota Palembang
antara lain Sungai Musi, Jembatan Ampera, Hutan Punti Kayu dan masih banyak lagi yang lainnya.
Makanan khas Palembang yang terkenal adalah Pempek Palembang, yaitu makanan dengan bahan dasar utama daging ikan dan sagu.
Kota Palembang mempunyai satu bandara udara, yaitu Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dan memiliki tiga
pelabuhan laut utama, yaitu Pelabuhan Boom Baru, Pelabuhan Tanjung Api Api, dan Pelabuhan 36 Ilir.
8. DenpasarKota Denpasar merupakan ibukota dari provinsi Bali yang menjadi destinasi pariwisata populer. Pariwisata di Bali mendorong kota ini menjadi pusat kegiatan bisnis dan memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Provinsi Bali.
Perekonomian di kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh pembangunan pariwisatanya. Selain itu perekonomian kota ini di dongkrak oleh produksi kerajinan tangan masyarakatnya.
Kebijakan pengembangan pariwisata di kota ini menitik beratkan pada pariwisata budaya yang berwawasan lingkungan. Lapangan Puputan di Bali merupakan kawasan ruang terbuka hijau sekaligus berfungsi sebagai paru-paru kota di Denpasar.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 51
T i p s
Sejujurnya, tidak ada orang yang dapat bekerja secara baik dan
maksimal di bawah tekanan. Anda mungkin merasa lebih kreatif ketika berada di bawah tekanan, namun sesungguhnya hal tersebut hanyalah sebuah perasaan, bukan kenyataan. Anda bisa saja menjadi lebih produktif, tetapi biasanya kualitas hasil yang didapat akan cenderung lebih buruk. Hal sederhana yang dapat dilakukan ketika dituntut untuk bekerja di bawah tekanan adalah dengan tetap tenang. Berikut beberapa tips agar dapat bekerja di bawah tekanan dan dengan sepenuh hati:
1. Anggap sebagai tantangan, bukan ancamanMayoritas orang memandang situasi penuh tekanan sebagai ancaman. Wajar saja, sebenarnya, namun hal tersebut dapat membuat mereka bekerja dengan kurang baik.
Singkatnya, memandang tekanan sebagai ancaman memang merupakan hal yang buruk. Sebaliknya, Anda harus memandang tekanan sebagai sebuah tantangan. Ketika melakukan hal tersebut, tubuh Anda akan terstimulasi untuk menyediakan energi dan perhatian yang dibutuhkan demi dapat memberikan usaha terbaik.
Terapkan mindset ini pada kehidupan sehari-hari agar Anda terbiasa ketika harus bekerja di bawah tekanan.
2. Fokus pada proses bukan hasilCara satu ini terdengar mudah, namun tidak banyak orang yang berhasil melakukannya secara gemilang. Dengan mengerahkan seluruh perhatian dan tenaga pada pekerjaan di depan mata, Anda mampu menentukan langkah-langkah penting yang harus ditempuh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Bagi seorang mahasiswa yang mendapat tugas menulis esai, misalnya, fokus pada proses berarti berkonsentrasi untuk menulis esai yang mengangumkan, bukannya bingung memikirkan nilai yang ia dapatkan, apa yang akan terjadi jika ia tidak mendapat hasil yang diharapkan, dan lain sebagainya.
3. Lakukan secara perlahanKetika berada di bawah tekanan, wajar jika Anda jadi berpikir lebih cepat dari biasanya. Meski begitu, usahakan agar hal tersebut tidak terjadi. Tanpa disadari, Anda akan bergerak lebih cepat dari biasanya, membuat Anda mengerjakan sesuatu sebelum Anda benar-benar siap. Hasilnya, Anda tidak dapat berpikir jernih sehingga melewatkan informasi-informasi
penting. Akibatnya, Anda jadi tidak fokus pada proses pengerjaan di depan mata. Solusinya, Anda harus menenangkan diri dan lakukan pekerjaan secara perlahan. Luangkan waktu beberapa detik untuk menarik napas dan merancang rencana. Hasilnya, Anda akan mampu berpikir secara lebih fleksibel, kreatif, sehingga hasil yang didapat pun bisa sesuai ekspektasi.
4. Dengarkan musikBerada di bawah tekanan akan membuat Anda mengalami anxiety, atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan gangguan kegelisahan. Mendengarkan musik mampu membantu Anda untuk mendistraksi diri dari perasaan anxiety tersebut. Cara penerapannya pun mudah sekali.
Misalnya, Anda diharuskan untuk melakukan presentasi penting di depan jajaran direksi dalam beberapa hari ke depan. Beberapa menit sebelum presentasi mulai, sempatkan diri Anda untuk mendengarkan musik. Jika bingung memilih musik yang pas, Anda bisa memilih lagu-lagu bernuansa slow yang mampu menenangkan pikiran sekaligus meredakan detak jantung yang biasanya meningkat ketika berada di bawah tekanan.
TIPS BEKERJA DIBAWAH TEKANAN DENGAN SEPENUH HATI
Jajaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) menerima sosialisasi tata cara pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Perorangan melalui e-filling dari KPP Pratama Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berikut dokumentasi kegiatan tersebut yang digelar di Aula Kantor BPIW, Jakarta Selatan.
Sosialisasi tata Cara Pengisian SPt tahunan
Para pegawai BPIW antusias mengikuti sosialisasi.
Sosialisasi ini diisi juga dengan diskusi mengenai pajak
Sejumlah pegawai BPIW menyimak paparan dengan seriusPerwakilan KPP Pratama Kebayoran Baru menjawabsejumlah pertanyaan mengenai perpajakan
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201852
Potret
Dalam rangka memeriahkan rangkaian peringatan Hari Air Dunia yang jatuh pada setiap 22 Maret, jajaran pegawai Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan kerja bakti berupa membersihkan lingkungan sekitar kantor.
memeriahkan Hari air, Pegawai BPIW
gelar Kerja Bakti
Pegawai BPIW saat kerja bakti membersihkan halaman kantor.
Sejumlah pegawai bersama-sama membersihkan lingkungan kantor.
Pegawai dan pejabat bersama-sama membersihkan halamanSejumlah pegawai mencabuti rumput yang mengganggu kebersihan
Jajaran pejabat BPIW Kementerian PUPR turut serta kerja bakti
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 53
Bang Egi merupakan tokoh kartun dalam Obras, dan Egi juga sapaan akrab dari “Sinergi”.
Obrolan Santai
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201854
Edisi 27Maret 2018
KUIS BPIW
? Pertanyaan
1. Apa istilah dalam bahasa Jepang yang menginspirasi hadirnya “Anjungan Cerdas” di Indonesia?2. Sebutkan salah satu fungsi Anjungan Cerdas!3. Sebutkan 2 Anjungan Cerdas yang sudah dibangun Kementerian PUPR!
Jawaban kuis edisi 26
1. Apakah kepanjangan PRA KONREG ?Jawaban : PRA Konsultasi Regional2. Sebutkan 4 kota tempat penyelenggaraan PRA KONREG Kementerian PUPR tahun 2018 !Jawaban : Semarang, Kendari, Banjarmasin, dan Jambi
1. Tina Perdanawati (08131011****) Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat.2. Rachmat Hidayat (08121901****) Curug, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Dua orang pemenang akan mendapatkan souvenir cantik dari BPIW. Jawaban disampaikan melalui email : [email protected]. Jawaban juga dapat disampaikan melalui WhatsApp No: 0812-9897-4748 disertakan
scan KTP, nomor kontak, dan alamat pengiriman souvenir. Jawaban dan nama pemenang akan diumumkan pada edisi 28, April 2018.
Ketentuan
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 55
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201856
teknologi
Banyak produk teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR.
Dua diantaranya adalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Teknologi IPA dan IPAL ini dikerjakan oleh Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) Balitbang Kementerian PUPR. Hadirnya dua teknologi ini dan juga pembangunan toilet pariwisata skala internasional, merupakan bagian dari dukungan terhadap program pemerintah yakni Kawasan Strategis Parisiwata Nasional (KSPN) di daerah tersebut.
Bangunan yang berada di Geopark Kaledra Toba, Rest Area Tele ini telah diserah terimakan dari Balitbang Kementerian PUPR ke Bappeda Kabupaten Samosir pada 23 Maret lalu bertempat di geopark tersebut. “Sebenarnya ini adalah replikasi perdana teknologi air minum dan air limbah. Tapi kita kemas ke dalam toilet umum wisata dalam rangka mendukung KSPN Danau Toba. Jadi nilai manfaatnya lebih tinggi lagi,” ungkap Kepala Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi, Rezeki Peranginangin yang mewakili Kepala Balitbang Kementerian PUPR saat memberikan sambutan pada acara serah terima itu.
Toilet pariwisata ini bisa dikatakan sebagai toilet canggih skala internasional dikarenakan telah menerapkan teknologi
IPA dan IPAL yang merupakan produk teknologi hasil karya anak bangsa yakni hasil karya penelitian Pusalitbang Perumahan dan Permukiman, Balitbang.
Peneliti Muda Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi Balitbang Kementerian PUPR Dimas Hastama Nugraha menjelaskan pada dasarnya ada 2 teknologi
yang ada di geopark tersebut, yakni teknologi air bersih dan teknologi air limbah.
Pada teknologi air bersih atau pada IPA, terdapat bangunan menara aerasi, di mana air dari embung dialirkan menggunakan pipa ke bagian atas menara. Dengan selisih tinggi tekanan kurang lebih 25 meter sehingga tidak memerlukan pompa untuk naik keatas menara. Kemudian di menara yang ketinggiannya mencapai 13 meter terdapat kolam
tampungan air yang mengolah air baku dari embung menjadi air bersih dengan multiple tray aerator. Dalam menara ini dilakukan pengolahan untuk mengurangi kandungan besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang terkandung dalam air.
Multiple tray aerator terdiri dari suatu rangkaian bak yang disusun seperti rak (tray) dan dilubangi pada bagian dasarnya. Air dialirkan dari puncak berupa air terjun kecil yang kemudian didistribusikan secara merata pada masing-masing rak dan kemudian dikumpulkan pada suatu bak di bagian dasarnya (collectingpons). Pada multiple tray aerator
Kementerian PUPR Kembangkan TeknologiIPA dan IPAL di Kawasan Wisata Danau Toba
Geopark Kaldera Toba di Sumut
Hadirnya dua teknologi ini dan juga pembangunan toilet pariwisata skala internasional, merupakan bagian dari dukun-gan terhadap program pemer-intah yakni Kawasan Strategis Parisiwata Nasional (KSPN) di
daerah tersebut.
SINERGI / Edisi 27 - Maret 2018 57
teknologi
ini terbagi dalam 5 tahap dan terdapat nozzel sprayer.Pemerataan distribusi air di atas tray sangat penting untuk memperoleh efisiensi perpindahan gas secara maksimum. Media kasar seperti arang, batu atau bola keramik yang ukurannya berkisar antara 2-6 inch (5-15 cm) adalah sangat penting untuk digunakan, karena dapat meningkatkan efisiensi pertukaran gas, sebagai efek katalisa dari mangan oksida. Kapasitas air yang bisa ditampung dalam menara ini mencapai 400 liter per jam. Lama pengolahan mencapai 2.000 liter per jam.
Jumlah tray yang digunakan adalah 5 tray dengan bahan fiber untuk memudahkan dalam operasional dan perawatan. Pengunaan fiber juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemasangan karena fiber lebih fleksibel dari sisi ukuran. Tray ini akan diletakkan dibuat di dalam menara yang didesain sedemikian rupa hingga memenuhi aspek estetika dan keberfungsiannya.
Setelah itu, air masuk dalam unit filterasi. Setelah diproses di unit ini, maka air dialiri ke dalam toilet dan masuk ke dalam Reserve Osmosis (RO). Fungsi dari RO yakni untuk mereduksi seluruh infurities, virus, dan bakteri. RO memproduksi air agar siap untuk diminum. Untuk kapasitas RO adalah 400
liter per hari dengan asumsi dengan waktu operasi selama 10 jam dalam sehari, maka dapat menghasilkan 40 liter per jam.
Sedangkan untuk pengolahan air limbah atau pada IPAL, maka diolah dengan menggunakan biofilter. Air limbah dari kamar mandi masuk ke dalam bak penampungan.
Selanjutnya air tersebut diamasukkan ke dalam biofilter yang memiliki kapasitas 5 ribu liter. Kemudian didalam biofilter itu ada media-media, Sehingga air limbah yang sudah masuk kesana, disalurkan ke kolam sanita yang berfungsi sebagai penerus dari biofilter yang ada.
Dengan kondisi geografis kawasan tersebut yang berbukit-bukit, maka
digunakan 4 layer atau lapisan dari kolam sanita. Kolam tersebut didalamnya terdapat tanaman. Diharapkan air limbah yang sudah terproses di biofilter itu masuk ke taman sanita, dan akan membuat tanaman itu tumbuh.
Dengan dilengkapi IPA, IPAL, toilet wisata, toilet difabel, ruang menyusui, ruang mushola, dan ruang pameran, diharapkan Geopark Kaldera Toba (GKT) dapat masuk dalam Unesco Global Geopark (UGG). (Hendra Djamal)
Kolam Sanita
Menara Aerasi
RO memproduksi air agar siap un-tuk diminum. Untuk kapasitas RO adalah 400 liter per hari dengan
asumsi dengan waktu operasi se-lama 10 jam dalam sehari, maka
dapat menghasilkan 40 liter per jam.
Reserve Osmosis
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201858
Layaknya kaum Adam, perempuan Indonesia saat ini lumrah berkiprah di berbagai profesi. Hanya saja,
perempuan yang ahli di bidang teknik terowongan masih bisa dihitung dengan jari. Bahkan, di Indonesia masih bisa dibilang hanya ada satu-satunya.
Perempuan ahli teknik terowongan itu adalah Dr. Ir. Maulidya Indah Junica M.Sc. Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur II, Pusat Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Kementerian PUPR ini menuntaskan pendidikan Doktoral Teknik Terowongan di Tokyo Metropolitan University pada tahun 2001. Maulidya juga berkesempatan menjadi postdoctoral researcher dalam bidang terowongan di negara Sakura ini dari tahun 2001 sampai dengan 2004.
“Saat di Jepang, mahasiswi asing yang belajar teknik terowongan, sepertinya saya perempuan satu-satunya,” kenangnya. Maulidya menceritakan, banyak suka dan duka sebagai mahasiswi teknik terowongan di Jepang.
“Salah satu sukanya, yaitu mudah dikenal dosen, karena mahasiswi terowongan itu sangat jarang. Adapun dukanya, saya kerap tak diperbolehkan masuk terowongan saat konstruksi berlangsung walau untuk melakukan studi lapangan. Sebab, di sana (Jepang,-red) ada juga kearifan lokal yang melarang wanita masuk terowongan tertentu,” papar Maulidya.
Dengan begitu, sarjana jebolan Universitas Sriwijaya ini mengaku, sebagai strategi, dirinya kerap menyembunyikan rambutnya di bawah helm sehingga terlihat seperti pria saat ada studi lapangan ke terowongan. Alhasil, cara Maulidya pun jitu. Ia kerap bebas melakukan studi lapangan bersama mahasiswa lainnya.
Peraih 3 penghargaan dari Japan Society of Civil Engineers (JSCE Jepang) ini juga menilai, perkembangan konstruksi terowongan di Indonesia memang masih banyak tertinggal
dari Negara maju lainnya. Salah satu pemicunya adalah biaya tinggi untuk konstruksi terowongan.”Kendati begitu, saat ini lumayan sudah ada beberapa proyek terowongan transportasi di dalam negeri, seperti proyek kereta MRT Jakarta dan proyek terowongan Tol Cisumdawu,” terang wanita kelahiran Palembang dengan nada tenang.
Menurutnya, konstruksi terowongan sebetulnya memiliki banyak keunggulan dari bangunan di atas tanah. “Salah satunya konstruksi terowongan tidak mengganggu atau merusak bangunan heritage, hutan lindung atau apapun yang ada di atas tanah. Sehingga, keberadaan bangunan heritage, hutan lindung atau apapun tetap lestari,” papar sosok yang dikenal ramah ini.
Sementara menyinggung kinerja BPIW Kementerian PUPR, Maulidya menuturkan, organisasi bisnis atau pemerintah manapun di belahan bumi ini tak ada yang sempurna. “Artinya, BPIW sebagai unit organisasi eselon I yang lahir pada tahun 2015 juga keberadaannya belum sempurna, masih banyak yang perlu dilakukan peningkatan-peningkatan,” jelas Ketua Sekretariat Pelaksana Tim Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana Kementerian PUPR ini.
Ia menilai, kondisi yang perlu mendapat perhatian lebih dari seluruh pihak di BPIW adalah peningkatan kapasitas pegawai atau sumber daya manusia (SDM) untuk memenuhi gap kompetensi pada level-level yang dibutuhkan. “Kini kuantitas pegawai secara perlahan mulai memenuhi kebutuhan, berbeda dengan kondisi pada awal-awal berdiri, namun kuantitas saja tidak cukup,” yakin penyuka air kopi hitam pahit ini.
BPIW sebagai organisasi yang bertugas dalam perencanaan dan pemrograman di Kementerian PUPR, lanjutnya, perlu didukung oleh SDM yang memiliki kualitas mumpuni dalam bekerja dan keahlian. Pasalnya, hasil perencanaan BPIW akan menjadi pedoman bagi unit organisasi (Unor) eselon I teknis lainnya di Kementerian PUPR.
Sosok
Ahli Teknik Terowongan yang
Sering DilarangMasuk Terowongan
Dr. Ir. Maulidya Indah Junica M.Sc
Untuk meningkatan kapasitas pegawai di bidangnya, Maulidya mengakui, salah satu upayanya adalah rajin mengundang narasumber ahli untuk berdiskusi dan transfer ilmu di ruangan kerjanya. “Kegiatan itu seringnya informal dan lepas jam kerja. Ya bagaimana aja caranya, yang penting saya dan rekan-rekan dapat terus mengupdate pengetahuan dan keahlian,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, fasilitas yang perlu ditingkatkan di BPIW adalah sistem teknologi informatika. Pasalnya, teknologi tersebut mampu meringkas banyak dokumen serta menyajikan data yang update. “Dapat dibayangkan gimana banyaknya dokumen perencanaan di tempat saya, kalau mengandalkan dokumen data konvensional. Di sisi lain, kapasitas ruang kantor terbatas. Kemudian, untuk mengupdate dan mencari data relatif akan membutuhkan waktu lama jika bertumpu pada data dokumen konvensional,” terang wanita yang dikenal “Gila Kerja” ini.
Dengan begitu bidangnya melakukan inovasi pada sistem teknologi informatika.“Kami saat ini berupaya mewujudkan Sistem Informasi dan Data Base Online Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur (SibasRipi), ” jelas jebolan pascasarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. SibasRipi merupakan aplikasi untuk membantu penyusunan perencanaan jangka panjang dan menengah. Termasuk, sarana komputerisasi yang memudahkan dalam penyusunan rencana induk pengembangan infrastruktur PUPR secara terpadu dengan pengembanganwilayah, baik untuk pulau dan kepulauan.“SibasRipi pun dapat juga berfungsi sebagai media koordinasi antar unit organisasi (Unor) di lingkungan Kementerian PUPR. Bahkan, koordinasi antarlembaga pemerintah yang
melakukan perencanaan di tingkat pusat hingga daerah,” tuturnya.
Selain itu, SibasRipi akan mempunyai sistem informasi dan database yang relatif lengkap, sehingga dapat dioptimalkan sebagai perangkat Decision Making Support System (Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan,-red). Hal itu terkait analisis data yang dapat disediakan kepada pimpinan di jajaran Kementerian PUPR secara cepat dan tepat, untuk pengambilan keputusan lebih lanjut. (ris/infoBPIW)
Gemar Minum Kopi
Disinggung kegemaran, Maulidya ternyata memiliki banyak hal yang menjadi hobinya, mulai dari
membaca, olahraga, minum kopi dan lainnya.”Namun kalau kegemaran terkait konsumsi adalah minum kopi seduh, hal itu masih saya jalani sampai sekarang,” terang peraih Excellent Presentation Award, Certificate of Excellent dan Certificate of Excellent dari JSCE Jepang ini.
Dirinya paling suka minum kopi seduh pahit. “Kebiasaan itu sepertinya berawal dari situasi di Jepang, kemudian terbawa ke tanah air. Iya, kalau kampus di Jepang, teh tawar dan kopi tawar itu menjadi semacam fasilitas sosial. Hampir ada di setiap ruangan dan bisa dinikmati tanpa berbayar,” ujarnya.
Dirinya samai saat ini menyukai kopi pahit. “Di ruangan saya ini selalu ada kopi khas daerah. Saat pergi ke daerah, salah satu yang saya kejar adalah kopi,” kata Maulidya seraya menambahkan, kopi di Nusantara ini rasanya enak-enak.
Banyak daerah di Indonesia telah disambanginya. Setiap daerah itu hampir memiliki kopi enak dan karakteristik masing-masing. “Menikmati kopinya tanpa gula, dengan begitu kita akan bisa merasakan mana kopi yang bagus,” jelasnya. Rekan-rekan kerja di Kementerian PUPR, lanjutnya, banyak yang mengetahui akan kegemarannya, sehingga tak jarang perbincangan kopi keluar saat mengobrol.(ris/infoBPIW)
SINERGI / Edisi 27 - Maret 201860
Buletin Sinergi ini dapat didownload melalui:bpiw.pu.go.id
BaDan PengemBangan InfRaStRUKtUR WIlaYaH (BPIW)KementeRIan PUPR
bpiw.pu.go.id