Kualitas Sebagai Arah Pendidikan Di Indonesia

20
KUALITAS SEBAGAI ARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA Musaffak E-mail: [email protected] Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak: Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dan menjadi heboh. Heboh bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Saat ini masyarakat Indonesia merasakan bahwa adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang: ciri-ciri pendidikan di Indonesia, penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, solusi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, perbedaan kebijakan pendidikan di Indonesia dengan negara lain, dan arah pendidikan di Indonesia. Ciri pendidikan di Indonesia lebih menitiberatkan pada pengembangan pikiran siswa/mahasiswa yang diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya. Dengan demikian, kualitas pendidikan di Indonesia menjadi rendah dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah

description

Nothing

Transcript of Kualitas Sebagai Arah Pendidikan Di Indonesia

KUALITAS SEBAGAI ARAH PENDIDIKAN DI INDONESIAMusaffak

E-mail: [email protected]

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak:Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dan menjadi heboh. Heboh bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Saat ini masyarakat Indonesia merasakan bahwa adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang: ciri-ciri pendidikan di Indonesia, penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, solusi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, perbedaan kebijakan pendidikan di Indonesia dengan negara lain, dan arah pendidikan di Indonesia.Ciri pendidikan di Indonesia lebih menitiberatkan pada pengembangan pikiran siswa/mahasiswa yang diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya. Dengan demikian, kualitas pendidikan di Indonesia menjadi rendah dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa. Dunia pendidikan Indonesia dinilai telah kehilangan arah. Saat ini pendidikan hanya dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan yang hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif dan meminggirkan pendidikan karakter bangsa. Saat ini, penerapan kurukulum berbasis karakter memang sedang dilaksanakan, tetapi sebatas tulisan di RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Seharusnya, praktik di lapangan yang dibutuhkan. Kata kunci: kualitas pendidikan, arah pendidikan, pendidikan di IndonesiaA. Pendahuluan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan untuk generasi muda sangat menentukan masa depan bangsa. Namun, kenyataannya kualitas pendidikan sangat rendah, terutama pendidikan yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalampendidikan di Indonesia, mulai dari fasilitas pendidikan, kualitas pengajar, kurikulum pendidikan, dan biaya pendidikan. Fasilitas pendidikan di Indonesia, terutama di daerah pelosok Indonesia sangat tidak memadai. Kurangnyaperhatian dari pemerintah daerah dan pusat terhadap pendidikan terlihat di sini. Kemudian banyak pengajar-pengajar yang kurang pengalaman dan terlatih. Biayapendidikan di Indonesia masih tergolong tinggi. Walaupun pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun, masalah biaya menjadi kendala untukmelanjutkan pendidikan. Terutama bagi masyarakat yang kurang mampu. Memang ada beberapa beasiswa yang ditawarkan pemerintah, tetapi kurangnya informasi dan banyaknya persyaratan yang harus dilakukakan membuat masyarakat memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan.Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu Asia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia.Meskipun demikian posisi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar (Tilaar, 1998:26).Abad ke-21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.Saat ini masyarakat Indonesia merasakan bahwa adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh berdasarkan perbandingan dengan pendidikan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).Dalam tulisan ini akan dibahas tentang (1) ciri-ciri pendidikan di Indonesia, (2) penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, (3) solusi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, (4) perbedaan kebijakan pendidikan di Indonesia dengan negara lain, dan (5) arah pendidikan di Indonesia. B. Pembahasan

1. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia

Ciri-ciri pendidikan di Indonesia tertuang dalam tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.Ciri yang mendasar yakni pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya. Hal itulah yang diulang-ulang.

2. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di IndonesiaTerdapat beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Hal itu dijabarkan seperti berikut ini.

2.1 Efektivitas Pendidikan di IndonesiaPendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektivitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.2.2 Efisiensi Pengajaran di IndonesiaEfisien adalah bagaimana menghasilkan efektivitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih murah. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relatif lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.2.3 Standardisasi Pendidikan di IndonesiaJika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).

Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.

Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.2.4 Rendahnya Kualitas Sarana FisikUntuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.2.5 Rendahnya Kualitas GuruKeadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

2.6 Rendahnya Prestasi SiswaDengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.2.7 Kurangnya Pemerataan Kesempatan PendidikanKesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Sementara itu, layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

2.8 Mahalnya Biaya PendidikanPendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.

Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, sesuai keputusan Komite Sekolah. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya (Surakhmad, 2009:62).

3. Solusi Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia Setiap permasalahan tentu ada solusi cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Begitupun dengan masalah pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Solusi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilakukan seperti pemaparan berikut ini. 3.1 Pemerataan Pendidikan di Setiap DaerahPemerintah membuat sistem pendidikan yang semua masyarakat Indonesia mampu mendapatkannya dengan porsi yang sama. Standar sekolahnya tidak ada yang dibedakan, entah itu SBI, SBN atau yang lain sehingga tidak terjadi diskriminasi pendidikan. Tidak boleh terjadi rumor bahwa sekolah yang bagus hanya untuk orang-orang yang menengah ke atas sedangkan sekolah yang biasa-biasa saja hanya untuk orang-orang yang menengah ke bawah. Dengan adanya pemerataan pendidikan di setiap daerah, akan diharapkan seluruh anak di seluruh di Indonesia mampu mengenyam pendidikan.

3.2 Penyeimbangan Pendidikan Intelektual, Budi Pekerti, dan KarakterPendidikan yang mengandalkan intelektual saja, tidak menjamin bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik jika tidak diimbangi dengan akhlak, kepribadian dan karakter yang baik. Kita bisa melihat banyak politisi maupun anggota DPR di negeri ini lulusan perguruan tinggi terbaik baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak bisa dipungkiri secara intelektual, mereka mempunyai otak yang cerdas. Oleh karena itu, perlunya pendidikan karakter dan budi pekerti untuk menyeimbangkan pendidikan intelektual supaya jika saatnya nanti diberi amanah untuk memimpin negeri, para generasi mampu mempunyai karakter yang baik sehingga mampu menyelesaikan permasalahan di Indonesia tanpa merugikan rakyatnya. 3.3 Penghargaan terhadap Proses dan Hasil PendidikanIndikator sejauh mana pendidikan tersebut berhasil atau tidak, perlu adanya pengujian terhadap para murid dan kemudian keluar hasil dari pengujian tersebut. Terkadang hasil pengujian ini menjadi tolok ukur satu-satunya untuk menilai hasil belajar dari para murid. Sehingga keberjalanan proses pendidikan tidak menjadi pertimbangan dalam penilaian pendidikan tersebut. Akibatnya para murid secara tidak langsung tertanam dalam pikirannya bahwa hasil lebih penting daripada proses mencapai hasil tersebut.Dampak buruknya, para murid lebih mementingkan mendapat hasil yang baik walaupun mendapatkan hasil tersebut melalui proses yang baik atau buruk. Sebagai contoh permasalahan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, banyak kecurangan yang terjadi di berbagai sekolah di tiap daerah. Kecurangan tersebut terjadi karena adanya kekhawatiran dari beberapa sekolah jika ada muridnya mendapatkan hasil yang tidak diharapkan seperti tidak lulus karena nilai ujian di bawah standar. Oleh karena itu, ada oknum guru atau pegawai sekolah yang membocorkan jawaban ujian atau membagi-bagi jawaban saat ujian berlangsung (Ali, 2008:55).4. Perbedaan Kebijakan Pendidikan di Indonesia dengan Negara LainKebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka mencoba-coba, dan sering berganti-ganti. Berbeda dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan negara lain seperti Finlandia.1) Pendidikan di Indonesia di penuhi dengan tes evaluasi seperti ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum/kenaikan kelas, dan ujian nasional. Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.

2) KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menyebabkan siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.

3) Pemberian tugas Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah Indonesia dianggap penting untuk mendisiplikan siswa rajin belajar. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.

4) Jarang sekali guru di Indonesia yang menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Bahkan lebih didominasi metode belajar mengajar satu arah seperti ceramah yang membosankan.Di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.

5) Di Indonesia dikembangkan pengkatasan kelas yaitu klasifikasi kualitas kelas dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.

6) Kualifikasi guru SD Indonesia masih mengejar setara dengan S1, di Finlandia semua guru tamatan S2.

7) Indonesia masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru.

8) Indonesia masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.

9) Jumlah hari Sekolah di Indonesia terlalu lama yaitu 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari libur anak makin pintar. Bahkan terkadang para guru mesih memberikan tugas sekolah selama masa liburan sehingga sekolah merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan.

10) Finlandia pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.

5. Arah Pendidikan di Indonesia

Anak-anak bangsa terpaksa mengubur mimpi karena tidak dapat ditampung oleh perguruan-perguruan tinggi di negeri ini. Mereka tentu saja sudah tidak mendapatkan keadilan dari negara ini. Lalu di manakah peran negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: Mencerdaskan kehidupan Bangsa.Dunia pendidikan Indonesia dinilai telah kehilangan arah. Saat ini pendidikan hanya dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan yang hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif dan meminggirkan pendidikan karakter bangsa. Saat ini, penerapan kurukulum berbasis karakter memang sedang dilaksanakan, tetapi sebatas tulisan di RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Seharusnya, praktik di lapangan yang dibutuhkan. Akibatnya, pendidikan semacam itu dinilai hanya akan menghasilkan manusia yang individual, serakah, dan tidak memiliki rasa percaya diri.Negara yang besar adalah negara yang mengutamakan sektor pendidikannya. Jepang, pascahancurnya dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki membangun negaranya dengan pendidikan sebagai titik utama. China, Amerika dan masih banyak negara maju lainnya pun mengutamakan pendidikan negaranya. Bahkan, pendidikan di negara-negara maju tersebut dapat dinikmati oleh setiap warga negara secara gratis.C. Penutup

1. Kesimpulan

Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.

2. Saran

Terdapat beberapa saran dalam tulisan ini seperti pemaparan berikut ini. Pertama, pemerintah meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu mengikuti perkembangan dunia di era globalisasi saat ini, karena dengan seperti itu kita bisa memang bersaing secara sehat dalam segala bidang. Kedua, sejalan dengan meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing di dunia internasional.D. Daftar Pustaka

Ali, Muhammad. 2008. Pendidikan untuk Pembngunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Grasindo. Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional: Strategi dan Tragedi. Jakarta: Kompas.Tilaar, H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

BIODATA PENULIS

Nama

: Musaffak, M.Pd

NIDN

: 9907014384Golongan

: IIIA

Jabatan : Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas/Program Studi: FKIP/Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Daerah

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Bidang Keahlian

: Pengajaran-Bahasa Alamat

: Perum Joyo Grand G1-10 RT.003 RW.008, Kel.

Merjosari, Kec. Lowokwaru, MalangE-mail

: [email protected]