Kualitas Hidup

63
KUALITAS HIDUP A. Definisi Kualitas Hidup Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat di mana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004). Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik terdiri dari fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosional, dan kondisi mental. Kualitas Hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt, Merriek, Andersen, 2003). Hal ini digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi dalam konteks sosial, dan lain-lain. Menurut WHO (1994), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini 1

Transcript of Kualitas Hidup

Page 1: Kualitas Hidup

KUALITAS HIDUP

A. Definisi Kualitas Hidup

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah

tingkat di mana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam

hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya

yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri

terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau

prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu

pertama kesehatan fisik terdiri dari fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri pada

tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari

vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosional, dan kondisi mental.

Kualitas Hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan

kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt, Merriek, Andersen, 2003). Hal ini

digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi dalam konteks sosial,

dan lain-lain.

Menurut WHO (1994), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu

sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai

di mana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan,

dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks

mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan kepada

karakteristik lingkungan mereka.

B. Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu

internal individu, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan), dan harapan

(prestasi dan aspirasi individu).

a. Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik, psikologis, dan

spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik yang terdiri dari kesehatan

fisik, personal higienis, nutrisi, olohraga, pakaian, dan penampilan fisik secara

1

Page 2: Kualitas Hidup

umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis,

kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri

dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual.

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas hidup

dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat

kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat,

keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

c. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua yaitu

secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga, pekerjaan,

aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara

pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi

terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi

stress.

World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas hidup

dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial,

lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang (WHO, 1998).

1. Domain fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami

individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan

mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan

meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan

penyakit gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan

nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998).

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk selalu

dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.

Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup

untuk merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari

2

Page 3: Kualitas Hidup

beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO,

1998).

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur

termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi

hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari

(WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan

diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik (Universitas

Toronto, 2004).

2. Domain Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:

a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu dari

kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan

kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan

pada masa depan merupakan bagian penting dari segi ini (WHO, 1998).

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,

pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat

keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu

memberikan gagasan (WHO, 1998).

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri. Hal

ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim

negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai

individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari

kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri (WHO, 1998).

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan

tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan

3

Page 4: Kualitas Hidup

penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk

perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi

misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan

sebagainya (WHO, 1998).

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif individu,

termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan,

kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk

pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada

fungsi keseharian individu (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis

dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri,

dan kontrol diri (Universitas Toronto, 2004).

3. Domain Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:

a. Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk

berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak

di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi (WHO, 1998).

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-

hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada

kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk

membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas

hidupnya (WHO, 1998).

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan

alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan

kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat

negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di

4

Page 5: Kualitas Hidup

saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti

pasien kanker yang menggunakan pembunuh nyeri) (WHO, 1998).

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja

didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas

besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan

sukarela untuk masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan

tugas rumah tangga (WHO, 1998).

4. Domain Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:

a. Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan

dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk

pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat

dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa

mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang

dicintai. (WHO, 1998).

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan,

dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada

seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,

faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit

(WHO, 1998).

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana

individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat

(WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial

dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja,

dan tetangga serta masyarakat (Universitas Toronto, 2004).

5

Page 6: Kualitas Hidup

5. Domain Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:

a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.

Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan

orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan

kebebasan individu (WHO, 1998).

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat

berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai

pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998).

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan (dan

sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat

mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998).

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di

kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk

mendapatkan bantuan (WHO, 1998).

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari

keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang

terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa

atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan

dan keterampilan (Universitas Toronto, 2004).

f. Partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk

berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan

stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan

6

Page 7: Kualitas Hidup

kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan

(Universitas Toronto, 2004).

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup

kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat

meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO, 1998).

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk

menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO, 1998).

6. Domain Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada

kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan

hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu

dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu

dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan

orientasi agama (WHO, 1998)

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari

tingkah laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan

pengaturan kepercayaan (Universitas Toronto, 2004).

Sedangkan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF

membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial,

dan lingkungan.

Berikut akan dibahas satu per satu dari indikator kualitas hidup lanjut usia.

7

Page 8: Kualitas Hidup

I. SPIRITUAL

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terlihat ada hubungan yang positif antara

agama, spiritualitas dan well-being (Burke, Chauvin & Miranti, 2005). Di Amerika,

lansia Afrika Amerika dan kelompok minoritas lainnya mempunyai tingkat komitmen

beragama dan partisipasi yang tinggi daripada kaum mudanya. Hasil penelitian ini

menghasilkan sesuatu yang positif yaitu kuatnya sistem keyakinan di dalam diri,

menemukan kebenaran pada kekuatan yang lebih tinggi, dan akhirnya akan membawa

pada kebermaknaan dalam kehidupan sehari-hari bagi lansia, dan system keyakinan ini

akan membuat hilangnya stereotip negatif pada lansia.

Aspek positif dari keterlibatan religious/spiritual dapat ditemukan pada orang

dewasa lanjut (Levin & Vanderpool,1992). Berdasarkan karakteristik tersebut, Idler

(1987), menemukan fakta bahwa populasi lansia wanita yang melakukan kegiatan

agama di masyarakat memperlihatkan tingkat depresi yang lebih rendah dibandingkan

dengan pria, mereka melakukan perilaku beragama secara pribadi dan berpengaruh

terhadap tingkat depresi yang rendah. Perbedaan gender memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap kesehatan. Perasaan terisolir biasanya juga dialami oleh lansia,

mereka juga kehilangan mobilitas dan merasa kehilangan akan kematian keluarga dan

teman dekat. Koenig, George, dan Siegler (1988) melaporkan hasil penelitiannya bahwa

agama dan spiritual adalah sumber coping yang biasanya digunakan oleh lansia ketika

mengalami sedih, kesepian dan kehilangan. Krause dan Tran (1989) menemukan bahwa

keyakinan beragama dan spiritual dapat menangani individu yang mengalami stress.

Tornstam (2003) dalam Lee, dkk (2007) menempatkan lansia sebagai individu yang

bergerak dalam memandang hidup secara materialistic kepada cara pandang transenden

dan spiritual. Berdasarkan pendapat Tornstam tersebut, lansia yang transenden

(gerotranscendent) berubah secara transenden dalam memandang hidup yang ditandai

dengan tiga faktor berikut :

1. Cosmic transcendent, yaitu merasa terhubung dengan alam semesta dan seisinya).

2. Coherence, yaitu memaknai hidup

3. Solitude, yaitu merasa puas dengan diri sendiri/bersyukur dan lebih bijaksana.

8

Page 9: Kualitas Hidup

Atkinson (1983) menjelaskan latar belakang yang menjadi penyebab

kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri

keberagamaan di usia lanjut adalah :

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih

sungguh-sungguh.

4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama

manusia, serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang

bertambah lanjut.

9

Page 10: Kualitas Hidup

Spiritual Well-Being and the FACIT-Sp

(FACIT-Sp: Functional Assessment of Chronic Illness Therapy – Spiritual well-being)

10

Page 11: Kualitas Hidup

11

Page 12: Kualitas Hidup

12

Page 13: Kualitas Hidup

II. PEKERJAAN

ADL

Kegiatan hidup sehari-hari (ADL = activity daily living) adalah istilah yang digunakan

dalam perawatan kesehatan untuk merujuk kepada harian aktivitas perawatan diri dalam

tempat individu tinggal, di lingkungan luar, atau keduanya. Profesional kesehatan rutin

mengacu pada kemampuan atau ketidakmampuan untuk melakukan ADL sebagai

pengukuran status fungsional dari seseorang, terutama dalam hal para penyandang cacat

dan orang tua.

ADL didefinisikan sebagai "hal-hal yang biasanya kita lakukan ... seperti memberi

makan diri kita sendiri, mandi, berpakaian, perawatan, pekerjaan, kerumahtanggaan,

dan rekreasi." Sejumlah survei nasional mengumpulkan data tentang status ADL dari

penduduk AS. Sementara kategori dasar ADL telah diusulkan, apa yang secara khusus

merupakan ADL tertentu dalam suatu lingkungan tertentu untuk orang tertentu mungkin

berbeda.

ADL dasar (BADLs) terdiri dari perawatan diri tugas, termasuk:

1. Personal hygiene dan perawatan

2. Memakai dan membuka baju

3. Makan sendiri

4. Fungsional transfer (masuk ke dan keluar dari tempat tidur atau kursi roda,

mendapatkan ke atau dari toilet, dll)

5. Manajemen BAK dan BAB

6. Ambulation (berjalan dengan atau tanpa menggunakan perangkat bantu (walker,

tongkat, atau kruk) atau menggunakan kursi roda

13

Page 14: Kualitas Hidup

Berikut adalah contoh pasien yaitu oma Laningsih Surya

ADL

MandiriMemerlukan bantuan

orang lainBergantung pada

orang lain

Mandi +

Transfer +

Berpakaian +

Kebersihan +

Ke toilet +

Makan +

Menyiapkan makanan +

Mengatur keuangan +

Mengatur pengobatan +

Menggunakan telepon +

Apakah klien inkontinensia ?

Urin : tidak Alvi : tidak

IADL

Instrumental kegiatan hidup sehari-hari (IADLs) tidak diperlukan untuk fungsi dasar,

tapi mereka membuat individu hidup mandiri di masyarakat.

Yang dinilai adalah:

1. Pekerjaan rumah tangga

2. Mengambil obat yang diresepkan

3. Mengelola uang

4. Belanja untuk bahan makanan atau pakaian

5. Penggunaan telepon atau bentuk komunikasi lainnya

6. Menggunakan teknologi (sebagaimana berlaku)

7. Transportasi dalam masyarakat

14

Page 15: Kualitas Hidup

INSTRUMENT ACTIVITY DAILY LIVING

A. Ability to use telephone

- operates telephone on own initiative, looks up & dials numbers,etc(1)

- dials a few well-known numbers (1)

- answers telephone but does not dial (1)

- does not use telephone at all (0)

B. Shopping

- takes care of all shopping needs independently (1)

- shops independently for small purchases (0)

- needs to beaccompanied on any shopping trip (0)

- completely unable to shop (0)

C. Food preparation

- plans, prepares & serves adequate meals independently (1)

- prepares adequate meals if supplied with ingredients (0)

- heats, serves, dan prepares meals or prepares meals but doesn’t maintain

adequate diet (0)

- needs to have meals, prepared and served (0)

D. Housekeeping

- Maintains house alone or with occasional assistance (1)

- Performs light daily tasks such as dish washing, bed making (1)

- Performs light daily tasks but cannot maintain acceptable level of cleanliness (1)

- Needs help with all home maintenance tasks (1)

- Does not participate in any houskeeping tasks (0)

E. Laundry

- Does personal laundry completely (1)

- Launders small items, rinses stockings etc (1)

- All laundry must be done by others (0)

F. Mode of Transportation

- Travel independently on public transportation or drive own car (1)

- Arrange own travel via taxi, but does not otherwise use public

transportation (1)

- Travels on public transportation when accompanied of another (1)

- Travel limited to taxi or automobile with assistance of another (0)

- Does not travel at all (0)

15

Page 16: Kualitas Hidup

G. Responsibility for own medication

- Is responsible for taking medication in correct dosages at correct time (1)

- Takes responsibility if medication is prepared in advance in separate dosage (0)

- Is not capable of dispensing own medication (0)

H. Ability to handle finances

- Manage financial matters independently (budgets, writes checks, pays rent, bill

goes to bank) collect & keeps track of income (1)

- Manage day to day purchases, but needs help with banking major

purchases (1)

- Incapable if handling money (0)

Hasil : Clients are scored according to their highest level of functioning in that

category. A summary score ranges from 0 (low function, dependent) to 8 (high

function, independent) for women, and 0 through 5 for men.

Kesimpulan : score 6 independent

16

Page 17: Kualitas Hidup

III. SOSIAL

Global Assessment of Fuctioning (GAF) adalah skala numerik (0 sampai 100) yang

digunakan oleh dokter spesialis jiwa dan dokter umum untuk menilai subyektif fungsi

sosial, pekerjaan, dan psikologis orang dewasa, misalnya, seberapa baik atau adaptif

seseorang memenuhi berbagai masalah dalam hidup. Skala disajikan dan dijelaskan

dalam DSM-IV-TR. Skor tersebut sering diberikan sebagai suatu range, seperti

diuraikan di bawah:

GLOBAL ASSESMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE

100 – 91 = Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak

tertanggulangi

90 – 81 = Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian

biasa.

80 -71 = Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam pekerjaan, sosial,

sekolah, dll.

70 – 61 = Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik.

60 – 51 = Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

50 – 41 = Gejala berat (serious), disabilitas berat.

40 -31 = Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,

disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

30 – 21 = Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi

dalam hampir semua bidang.

20 – 11 = Bahaya mencederai diri sendiri atauapun orang lain, disabilitas sangat berat

dalam komunikasi dan mengurus diri.

10 – 01 = Seperti diatas persisten dan lebih serius

0 = Informasi tidak adekuat

17

Page 18: Kualitas Hidup

IV. AKTIVITAS FISIK

Bertambahnya usia seseorang akan diikuti oleh berbagai perubahan yang berpotensi

menimbulkan masalah-masalah kesehatan. Setiap perubahan kesehatan dapat menjadi

stressor yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Salah satunya adalah adanya

perubahan fisik yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi

kebutuhan hidup terutama untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dasar sehari-harinya.

Perubahan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis, ketidakmampuan

dalam melakukan perawatan diri akan mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat kemampuan perawatan diri

lansia dengan perubahan konsep diri lansia. Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan

mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat

mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan

timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat

meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

Perubahan patofisiologis pada korteks serebri mengakibatkan lansia mengalami

defisit perawatan diri. Sehingga perlu diupayakan penyusunan aktivitas sehari-hari yang

lebih sederhana dan singkat yang dapat menimbulkan kepuasaan bagi lansia dalam

melakukannya (Smeltzer, 2001). Dalam Nursalam (2009), klasifikasi tingkat

kemampuan perawatan diri (tingkat ketergantungan klien) berdasarkan teori Orem

terdiri dari butuh sedikit bantuan (minimal care), butuh bantuan sebagian dalam

pemenuhan kebutuhan perawatan diri (partial care), dan butuh bantuan penuh dalam

mmenuhi perawatan diri (total care). Berdasarkan indeks Activity Daily Living (ADL)

Barthel, tingkat ketergantungan klien terdiri dari mandiri, ketergantungan ringan,

ketergantungan sedang, ketergantungan berat, dan ketergantungan total.

a. Aktivitas kehidupan sehari – hari / Indeks Katz

1. Bathing : Mandiri

2. Dressing : Mandiri

3. Toiletting : Mandiri

4. Transfering : Mandiri

5. Continence : Mandiri

6. Feeding : Mandiri

18

Page 19: Kualitas Hidup

Interpretasi hasil :

Katz A : mandiri dalam hal makan, kontinen BAK/BAB, mengenakan pakaian,

pergi ke toilet, berpindah dan mandi

Katz B : mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas

Katz C : mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas

Katz D : mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah satu dari fungsi di atas

Katz E : mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi

diatas

Katz F : mandiri, kecuali mandi, bepakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu

dari fungsi di atas

Katz G : ketergantungan untuk semua fungsi di atas

b. Indeks ADL (Activity of Daily Living) Barthel

No.

Fungsi Nilai Keterangan

1 Mengontrol BAB 0 Inkontinensia

1 Kadang – kadang

2 Kontinen teratur2 Mengontrol BAK 0 Inkontinensia

1 Kadang – kadang

2 Kontinen teratur3 Membersihkan Diri (Lap Muka,

Sisir Rambut, Sikat Gigi)0 Butuh pertolongan orang lain1 Mandiri

4 Toileting 0 Butuh pertolongan orang lain

1 Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas

2 Mandiri5 Makan 0 Tidak mampu

1 Perlu seseorang memotong makanan

2 Mandiri6 Berpindah Dari Tidur Ke

Duduk

0 Tidak mampu

1Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

2 Bantuan minimal 1 orang

3 Mandiri

7 Mobilisasi/ Berjalan 0 Tidak mampu

19

Page 20: Kualitas Hidup

1 Bisa berjalan dengan kursi roda

2Berjalan dengan bantuan orang lain/ walker

3 Mandiri8 Berpakaian 0 Tergantung orang lain

1 Sebagian dibantu

2 Mandiri9 Naik Turun Tangga 0 Tidak mampu

1 Butuh pertolongan

2 Mandiri (naik turun)10 Mandi 0 Tergantung orang lain

1 Mandiri

Nilai ADL :

20 : mandiri

12 – 19 : ketergantungan ringan

9 – 11 : ketergantungan sedang

5 – 8 : ketergantungan berat

0 – 4 : ketergantungan total

20

Page 21: Kualitas Hidup

V. PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PRIBADI LANSIA

A. TEORI PERKEMBANGAN (Development Theory)

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah di alami lanjut usia

pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Freud, Buhler,

Jung dan Erikson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan

psikososial anak dan balita.

Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lanjut usia perlu

menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair), seperti

berikut:

1. Lanjut usia menerima apa adanya

2. Lanjut usia takut mati

3. Merasakan hidup penuh arti

4. Penyesalan diri

5. Lanjut usia yang bertanggung jawab

6. Merasakan kegetiran dan kehidupannya berhasil

7. merasa terlambat untuk memperbaiki

Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan

(developmental tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu:

a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis

b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

c) Menemukan makna kehidupan

d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

e) Menemukan kepuasan dalam hidup keluarga

f) Penyesuian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

g) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

Pokok – pokok dalam development theory adalah:

a) Masa tua merupakan saat lanjut usia tua merumuskan seluruh masa kehidupannya

b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan soasial yang baru

yaitu pensiun dan menduda atau menjanda

21

Page 22: Kualitas Hidup

c) Lanjut usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir di dalam

keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosial akibat pensiun, di tinggal mati

oleh pasangan hidup dan teman-temanya.

Tugas perkembangan lansia adalah :

1. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

2. Menyesuaikan diri dengan masa pension dan penurunan pendapatan,

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan

4. Memantapkan secara eksplisit bahwa ia ada pada kelompok usianya itu,

5. Mengadopsi dan mengadaptasi peran sosial secara fleksibel dan

6. Menetapkan pengaturan kehidupan yang memuaskan.

PROSES PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA LANJUT USIA

Banyak literature yang mengatakan bahwa masa dewasa sebagai fase

perkembangan kepribadian yang mendatar/plateu, dan ini tentunya berbeda dengan

perkenbangan masa anak/remaja yang serung kali digambarkan dalam fase

berkembang/menanjak. Memang ada berbagai fungsi yang terpengaruh oleh

kemunduran fisik sehingga kemampuan dalam bereaksi, seperti refleks maupun

kemampuan menjawab dan menanggapi diskusi, agak menurun-walau persentase

menunjukkan angka sekitar 10%. Sesungguhnya terdapat pula hasil penelitian

mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir para lanjut usia masih tetap intact (penuh),

sedangkan kemampuan dibidang emosi tentunya banyak dipengaruhi oleh kelambanan

yang terjadi karena faktor fisik.

Baik dari teori Erikson maupun dari pengalaman para lanjut usia sendiri terungkap

bahwa kepribadian tetap berkembang dan setip manusia ingin mencapai dan

mengarahkan hidupnya untuk mencari kesempurnaan/wisdom. Oleh karena itu, setiap

ada kesempatan para lanjut usia sering mengadakan introspeksi. Dalam perjalanan

hidup tadi, terjadi proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender

(jenis kelamin) yang terbalik. Para wanita lanjut usia ternyata menjadi tegar dalam

menghadapi hidup, seolah-olah mereka tidak kalah dengan laki-laki, apalagi dalam

memperjuangkan hak-hak mereka. Sebaliknya, banyak pria lanjut usia tidak segan-

22

Page 23: Kualitas Hidup

segan memerankan peran wanita seperti mengasuh cucu, menyediakan sarapan pagi,

membersihkan rumah dan lain kegiatan yang biasanya justru dilakukan oleh pihak

perempuan.

Walaupun teori perkembangan kepribadian masih tetap berkembang, kiranya ada

baiknya kita menelaah hasil kelompok ahli dari WHO pada tahun 1959, yang

mengatakan bahwa mental yang sehat/mental health mempunyai cirri-ciri sebagai

berikut:

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan/realitas, walau

realitas tadi buruk.

2. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya.

3. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima.

4. Secara relative bebas dari rasa tegang dan cemas.

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.

6. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk hari depan.

7. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

8. Mempunyai daya kasih saying yang besar.

No. Kriteria Nilai Keterangan Skor

1 Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis

0 Tidak dapat menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan psikis

2

1 Kurang menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan psikis

2 Dapat menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan psikis

2. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

0 Tidak dapat menyesuaikan terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

2

1 Kurang dapat menyesuaikan terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

2 Dapat menyesuaikan terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

3. Menemukan makna kehidupan

0 Tidak menemukan makna kehidupan 2

1 Dapat menemukan makna kehidupan tapi tidak dapat mengerti makna kehidupan

2 Menemukan dan mengerti makna kehidupan

4. Mempertahankan 0 Tidak dapat mempertahankan 2

23

Page 24: Kualitas Hidup

pengaturan hidup yang memuaskan

pengaturan hidup yang memuaskan1 Kurang dapat dapat

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2 Dapat mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

5. Menemukan kepuasan dalam hidup keluarga

0 Tidak menemukan kepuasan dalam hidup keluarga

2

1 Kurang menemukan kepuasan dalam hidup keluarga

2 Menemukan kepuasan dalam hidup keluarga

6. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

0 Tidak dapat menyesuaikan diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

2

1 Kurang dapat menyesuaikan diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

2 Dapat menyesuaikan diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

7. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

0 Tidak dapat menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

2

1 Kurang menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

2 Dapat menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

24

Page 25: Kualitas Hidup

VI. ORIENTASI MASA DEPAN

Orientasi masa depan didefinisikan sebagai fenomena luas yang berhubungan

dengan bagaimana seseorang berpikir dan bertingkah laku menuju masa depan yang

digambarkan dalam Motivation, Planning dan Evaluation. Adanya orientasi masa depan

akan mendorong seseorang untuk menigkatkan kualitas hidup seseorang (Quality of

Life)

a. Motivasi (Motivation)

Menurut Nurmi, Motivation merujuk pada minat-minat yang dimiliki individu di

masa depannya. Motivasi merupakan aspek utama pendorong perubahan kualitas

hidup (quality of life). Selain itu unsur nilai (value) yang dimiliki oleh seseorang

juga termasuk pada bagian motivation kemudian membentuk tujuan-tujuan pribadi

(personal goals) yang ingin dicapai individu di masa mendatang. Dalam hal ini

maka peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi sehingga

kualitas hidup (quality of Life) dapat menjadi lebih baik.

Menuurut Nuttin, Sebagian besar motif, keinginan dan tujuan yang ada

diarahkan pada masa depan dalam upaya mengantisipasi kejadian di masa depan

dan tujuan yang akan dicapainya. Motif, keinginan dan tujuan dipelajari dengan

mempertanyakan harapan (hope) dan ketakutan (fear) yang dialami individu

terhadap masa depan. Isi dari harapan dan ketakutan tersebut akan dianalisis

berdasarkan topik yang mereka minati seperti pekerjaan, aktivitas di waktu luang,

keluarga, kekayaan dan aktualisasi diri.

Tahapan proses motivasi : INTEREST → EXPLORATION → GOAL

SETTING → COMMITMENT

Menurut Hainz Heckhausen (1967) motivasi akan mendorong individu untuk

meningkatkan dan mempertahankan kecakapan setinggi mungkin dalam segala

aktivitas di mana suatu standar keunggulan digunakan sebagai suatu pembanding.

Enam ciri individu yang memiliki motivasi yang akan mendorong seseorang

tersebut untuk mendapatkan kualitas hidup (quality of life) yang lebih baik antara

lain:

a. Memiliki gambaran diri yang positif, optimis dan percaya diri

b. Lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya lebih tinggi dibandingkan tugas

yang biasa saja

25

Page 26: Kualitas Hidup

c. Berorientasi terhadap masa depan

d. Sangat menghargai waktu

e. Tabah dan tekun dalam mengerjakan tugas

f. Lebih memilih seorang yang ahli sebagai mitra daripada orang yang simpati

b. Perencanaan (Planning)

Perencanaan terdiri dari 3 fase :

1. Individu membuat suatu representasi dari tujuan dan konteks masa depan yang

ingin dicapainya dengan didasarkan pada pengetahuan individu tentang

konteks dan aktivitas masa depan. Representasi ini menjadi dasar bagi fase

berikutnya dalam perencanaan.

2. Individu menyusun rencana, proyek, dan strategi untuk mencapai tujuan dengan

konteks yang telah dipilih.

3. Rencana maupun strategi yang dibuat kemudian dilaksanakan dan dilihat tingkat

realisasi dari perencanaan yang telah dibuat. Dengan kata lain setiap tahapan

yang dijalankan setiap individu harus dicocokkan dengan tujuan awal sehingga

tujuan dapat dicapai dengan cara sistematis.

c. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi (Evaluation) adalah proses di mana seseorang memikirkan kembali

kemungkinan tercapainya tujuan-tujuan pribadi yang telah ia tentukan dan rencana-

rencana yang telah ia kembangkan. Evaluasi ini dibangun dalam 2 komponen yaitu

caussal atribution dan affects.

Caussal attribution merujuk pada sejumlah penyebab keberhasilan atau

kegagalan dapat diantisipasi dalam mempengaruhi prilaku menuju masa depan

sedangkan affects adalah respon emosi dan perasaan tertentu yang muncul dari apa

yang telah diperoleh atau belum diperoleh namun telah dapat dibayangkan sebagai

bentuk evaluasi.

Menurut Meadows kualitas hidup (Quality of Life) merupakan suatu tingkat

kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan itu adalah pemenuhan kebutuhan dasar

(ultimate means), pemenuhan keburuhan primer (intermediate means), pemenuhan

kebutuhan sekunder (intermediate ends) dan pemenuhan kebutuhan tersier (ultimate

ends). Dengan adanya peningkatan kesejahteraan maka dapat dikatakan bahwa

seseorang tersebut memiliki orientasi masa depan yang ingin dicapainya.

26

Page 27: Kualitas Hidup

Score : Oma Azhar

1. Apakah anda merasa kehidupan anda tidak ada harapan? Tidak → 0

2. Apakah anda mempunyai semangat yang baik tiap hari? Ya → 0

3. Apakah anda menikmati kegiatan yang anda lakukan sekarang ini? Ya → 0

4. Apakah anda mempunyai ketakutan dalam hidup anda dalam menghadapi masa

depan? Tidak → 0

5. Apakah anada merasa keberhasilan anda saat ini mempengaruhi kehidupan anda di

masa mendatang ini? Ya → 0

6. Apakah anda merasa kegagalan anda saat ini mempengaruhi kehidupan anda di

masa mendatang ini? Tidak → 0

7. Apakah anda merasa puas dengan kehidupan yang anda capai saat ini? Ya → 0

8. Apakah anda merasa kehidupan orang lain lebih baik keadaannya dibandingkan

kehidupan anda? Tidak → 0

9. Apakah anda termasuk orang yang sangat menghargai waktu anda? Ya → 0

10. Apakah anda termasuk orang yang positif, optimis, dan percaya diri? Ya → 0

Hasil Score

< 5 : tidak memiliki orientasi masa depan

6- 8 : kemungkinan memiliki orientasi masa depan

9-10 : memiliki orientasi masa depan

27

Page 28: Kualitas Hidup

VII. EKONOMI

Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang

produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)

yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan (Trimarjono, 1997). Golongan

mantap adalah para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati

kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut dapat

mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Pada golongan kurang mantap lanjut usia

kurang berhasil mencapai kedudukan yang tinggi, tetapi sempat mengadakan investasi

pada anak-anaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi,

sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu

lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada anaknya sehingga

ketika purna tugas datang akan mendatangkan kecemasan karena terancam

kesejahteraan. Pemenuhan kebutuhan ekonomi dapat ditinjau dari pendapatan lanjut

usia dan kesempatan kerja.

Pendapatan

Pendapatan orang lanjut usia berasal dari berbagai sumber. Bagi mereka yang

dulunya bekerja, mendapat penghasilan dari dana pensiun. Bagi lanjut usia yang sampai

saat ini bekerja mendapat penghasilan dari gaji atau upah. Selain itu sumber keuangan

yang lain adalah keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan dari pemerintah atau

swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga. Upah/gaji sebagai imbalan dari hasil kerja

para lanjut usia tidaklah tinggi. Di perkotaan upah/gaji para lanjut usia yang bekerja

relatif lebih tinggi daripada di perdesaan. Namun hal ini tidak berarti lanjut usia

perkotaan lebih sejahtera daripada lanjut usia perdesaan. Adanya upah lanjut usia yang

sangat minim jika tidak ditunjang dengan dukungan finansial dari pihak lain baik

anggota keluarga maupun orang lain tidak dapat berharap bahwa lanjut usia tersebut

akan hidup dalam kondisi yang menguntungkan.

Tingkat pendidikan lanjut usia pada umumnya sangat rendah. Hal ini berpengaruh

terhadap produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diperoleh juga semakin kecil.

Menurut Sedarmayanti (2001) pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan

keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha. Dengan kemajuan maka akan

meningkatkan pendapatan, baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan

28

Page 29: Kualitas Hidup

Nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang

mempengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis,

kelemahan fisik. Jadi jika lanjut usia dengan kondisi yang serba menurun bekerja sudah

tidak efektif lagi ditinjau dari proses dan hasilnya.

Kesempatan Kerja

Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan sesuatu

(Sumarjo, 1997). Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan dan penghasilan sering

dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Untuk itu agar dapat tetap hidup manusia harus

bekerja. Dengan bekerja orang akan dapat memberi makan dirinya dan keluarganya,

dapat membeli sesuatu, dapat memenuhi kebutuhannya yang lain Saat ini ternyata di

antara lanjut usia banyak yang tidak bekerja. Tingkat pengangguran lanjut usia relatif

tinggi di daerah perkotaan, yaitu 2,2%. Dengan makin sempitnya kesempatan kerja

maka kecenderungan pengangguran lanjut usia akan semakin banyak. Partisipasi

angkatan kerja makin tinggi di perdesaan daripada di kota. Lanjut usia yang masih

bekerja sebagian besar terserap dalam bidang pertanian. Di perkotaan lebih banyak yang

bekerja di sektor perdagangan yaitu 38,4% sedangkan yang bekerja disektor pertanian

27,0%, sisanya berada disektor jasa 17,3%, industri 9,3% angkutan 3,3%, bangunan

2,8% dan sektor lainnya relatif kecil 1%. Seringkali mereka menemukan kenyataan

bahwa sangat sedikit kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka, walaupun mereka

ingin bekerja dan sanggup untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena pendidikan yang

dimiliki lanjut usia tidak lagi terarah pada pasar tenaga kerja tidak dimasukkan dalam

kebijakan-kebijakan pendidikan yang berkelanjutan. Pembinaan keterampilan dan

pelatihan yang dilakukan terus-menerus hanya berlaku bagi orang-orang muda. Hal

inilah yang menyebabkan sulitnya lanjut usia bersaing di pasaran kerja, sehingga

banyak orang lanjut usia yang tidak bekerja meskipun tenaganya masih kuat dan mereka

masih berkeinginan untuk bekerja. Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan

kerja bagi pekerja lanjut usia (Hurlock, 1994) :

(1) Wajib Pensiun, pemerintah dan sebagian besar industri/perusahaan mewajibkan

pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja

yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu, tenaga dan biaya untuk melatih

mereka sebelum bekerja relatif mahal.

(2) Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para lanjut usia

sulit mendapatkan pekerjaan.

29

Page 30: Kualitas Hidup

(3) Sikap sosial. Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena kecelakaan,

karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern

merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan orang lanjut

usia.

(4) Fluktuasi dalam Daur Usaha. Jika kondisi usaha suram maka lanjut usia yang

pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda

apabila kondisi usaha sudah membaik.

Ketersediaan Dana

Dana dapat diartikan sebagai uang yang dapat digunakan sewaktu-waktu dan

bilamana perlu. Dana dapat berasal dari simpanan/tabungan uang di bank maupun

institusi keuangan yang diperoleh semasa usia muda sampai menjelang usia tua. Selain

tabungan, dana dapat diperoleh dari berbagai penghasilan, yaitu penghasilan utama

(primer) dari hasil usaha atau pekerjaan dan penghasilan sampingan (sekunder),

misalnya dari bunga tabungan atau hasil penanaman modal.

Contoh Indeks Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi

No. KriteriaNila

iKeterangan Skor

1 Sumber Pendapatan

0 Tidak bekerja, sokongan dari pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga

1

1 Keuntungan dari bisnis, sewa, dan investasi; gaji yang berasal dari dana pensiun

2 Bekerja mandiri mendapat penghasilan dari gaji atau upah

2 Kesempatan Kerja

0 Tidak memiliki keinginan untuk bekerja 11 Memiliki keinginan untuk bekerja, namun tidak

ada kesempatan dan tidak mampu menyalurkan pikiran/gagasannya dikarenakan kesulitan bersaing dengan orang yang lebih muda

2 Memiliki keinginan dan kesempatan bekerja, serta mampu menyalurkan pikiran/gagasannya

3 Mengatur Keuangan

0 Tidak mampu mengatur keuangan sehari-hari 21 Mampu mengatur keuangan untuk belanja

keperluaan sehari-hari, namun perlu bantuan dalam urusan perbankan, pembelian jumlah besar

2 Mampu mengatur masalah keuangan (anggaran rumah tangga, membayar sewa, kwitansi, urusan

30

Page 31: Kualitas Hidup

bank)

4 Dana Abadi 0 Tidak memiliki investasi pribadi 2

1 Memiliki investasi yang memadai untuk saat ini, namun tidak memiliki investasi pribadi jangka panjang

2 Memiliki investasi jangka panjang yang dikelola sendiri, seperti asuransi, bunga deposito, dll.

5 Keadaan Keuangan

0 Hidup kekurangan bergantung dengan bantuan keuangan dari pihak lain

2

1 Hidup berkecukupan dengan pendapatan yang berasal dari sisa tabungan sendiri

2 Hidup berlebih dengan pendapatan yang berasal dari bekerja secara mandiri atau tabungan dalam jumlah besar

6 Kemampuan Keuangan

0 Tidak mampu mebiayai keinginan dan kebutuhan hidupnya

2

1 Tidak mampu memenuhi keinginan dengan biaya yang besar, hanya mampu membeli kebutuhan hidup sehari-hari

2 Mampu memenuhikeinginan dengan biaya yang besar, misalnya memiliki biaya untuk bepergian keluar negeri, makan mewah , dll

7 Harta Kekayaan

0 Tidak memiliki harta keuangan secara pribadi 2

1 Memiiki semua kebutuhan dasar, seperti rumah yang sederhana, pakaian, dll

2 Mampu memiliki barang mewah pribadi, seperti: properti mewah, mobil, dll

8 Pendapatan per Bulan

0 Tidak memiliki pendapatan -

1 Penghasilan di bawah pendapatan per kapita di daerahnya

2 Penghasilan di atas pendapatan per kapita di daerahnya

JUMLAH 16 12

Penilaian:

12 – 16 : Mandiri di bidang ekonomi

7 – 11 : Ketergantungan ringan di bidang ekonomi

4 – 6 : Ketergantungan sedang di bidang ekonomi

0 – 3 : Ketergantungan berat di bidang ekonomi

31

Page 32: Kualitas Hidup

Kesimpulan

Kualitas perekonomian bagi lansia tidak hanya dipengaruhi oleh berapa besar

pendapatan atau jumlah uang yang dimilikinya, namun sebagian besar dipengaruhi oleh

bagaimana cara pengelolaan sumber keuangan yang dimiliki bagi pemenuhan

kebutuhan hidup di usia lanjut.

32

Page 33: Kualitas Hidup

VIII. MASALAH KELUARGA

Masalah (problem) P, adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga. Penyebab

(etiologi) E, adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan

mengacu kepada 5 (lima) tugas keluarga. Tanda (sign) S, adalah sekumpulan data

subyektif dan obyektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

yang mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosa keperawatan terdapat 3 (tiga):

• Diagnosa Aktual

• Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi

• Diagnosa Potensial / Wellness

DIAGNOSA CONTOHAKTUALAdalah masalah keperawatan yang sedang dialami keluarga & memerlukan bantuan perawat dengan cepat.

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur khususnya pada Ny. W keluarga Tn. S yang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan tidur.

2. Perubahan peran menjadi orang tua tunggal (single parent) pada Tn. M yang b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran orang tua tunggal setelah istrinya meninggal.

RESIKO / RESTIAdalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keparawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segara mendapat bantuan / ditangani.

1. Resiko terjadinya serangan ulang yang berbahaya khususnya pada lansia Ny. P keluarga Tn. N yang b/d ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) yang dekat dengan tinggal keluarga.

2. Resiko tinggi gangguan perkembangan balita khususnya pada An. U yang b/d ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada balita.

POTENSIAL / WELLNESSAdalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya & mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

1. Potensial peningkatan kesejahteraan khususnya Ny. S yang sedang hamil pada keluarga Tn. B.

2. Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak khususnya An. Y pada keluargaTn. W.

33

Page 34: Kualitas Hidup

Adalah Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis lebih dari satu, proses scoring

menggunakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya (1978).

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis, yang terdiri dari :

• Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang telah dibuat.

• Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah Tidak/kurangsehat Ancaman kesehatan Krisis atau keadaan sejahtera

321

1

2. Kemungkinan Masalah Dapat Diubah Dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat

210

2

3. Potensi Masalah Dapat Dicegah Tinggi Cukup Rendah

321

1

4. Menonjolnya Masalah Masalah berat, harus segera

ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu

segera ditangani Masalah tidak dirasakan

2

1

0

1

Keterangan :

Proses skoring dilakukan untuk diagnosa dengan ketentuan:

• Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat

• Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Jumlah skor untuk setiap ktiteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan jumlah

keseluruhan dari bobot

Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :

1. Sifat masalah

Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan

bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera

dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau

34

Page 35: Kualitas Hidup

keadaan sejahtera diberikan yang paling sedikit atau rendah karena faktor-faktor

kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi

masalahnya dengan baik.

2. Kemungkinan masalah dapat dicegah

Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada

tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan

skor kemungkinan masalah dapat dicegah :

Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk

menangani masalah

Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan atau

tenaga

Sumber-sumber dari keperawatan misalnya: dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan dan waktu

Sumber-sumber di masyarakat misalnya: dalam bentuk fasilitas kesehatan,

organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat

3. Potensi masalah dapat dicegah

Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau

dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :

Kepelikan dari masalah

Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa penyakit

atau kemungkinan merubah masalah.

Lamanya masalah

Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya

lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila

dicegah.

Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan

Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah

potensi masalah bila dicegah

4. Menonjolnya masalah

Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya

masalah serta mendeksaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan

35

Page 36: Kualitas Hidup

dalam memberikan skor pada kriteria ini adalah perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini jika keluarga

menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera maka harus diberikan

skor yang tinggi.

Contoh Prioritas : Resiko terjatuh (terpeleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Tn.

A yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang

aman bagi lansia.

No. Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalahSkala : Ancaman kesehatan

2/3 X 1 = 2/3 Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi akan membahayakan lansia yang tinggal bersama keluarga, karena lansia setiap hari dirumah tanpa pengawasan

2. Kemungkinan masalah dapat diubahSkala : Mudah

2/2 X 2 = 2 Penyediaan sarana yang murah dan mudah didapat oleh keluarga (misal; sandal karet)

3. Potensial masalah untuk dicegahSkala : Cukup

2/3 X 1 = 2/3 Keluarga mempunyai kesibukan yang cukup tinggi, tetapi merawat orang tua yang telah lansia merupakan penghormatan & pengabdian anak yang perlu dilakukan.

4. Menonjolnya masalahSkala : Masalah tidak dirasakan

0/2 X 1 = 0 Keluarga merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dari tidak pernah ada kejadian yang mengakibatkan lansia mengalami suatu cidera (terjatuh) dirumah akibat lantai yang licin.

Total Skor 3 1/3  

Rencana tindakan pada keluarga meliputi :

1. Menstimulasi kesadaran / penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan,

dengan cara; memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan keluarga,

mendorong sikap emosi untuk mendukung upaya kesehatan.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara;

mengidentifikasi konsekuensi bila tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi

sumber yang dimiliki keluarga, diskusi tentang tipe tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan

cara; demonstrasi, menggunakan alat dan fasilitas dirumah, mengawasi keluarga

melakukan perawatan.

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar.

36

Page 37: Kualitas Hidup

IX. KESEHATAN

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup

penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan

perkembangan yang cukup baik, makin tinggi harapan hidupnya diproyeksikan dapat

mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000. GBHN dalam rumusan mengenai usia

lanjut menyatakan bahwa: “Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan

makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat kemajuan yang telah dicapai

dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian

dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan.

Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak

memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, perlu mendapatkan perhatian

khususnya dari pemerintah dan masyarakat.”

Untuk memperpanjang angka usia harapan hidup para lanjut usia, berbagai upaya

dalam meningkatkan kesehatan sangat diperlukan. Sedangkan untuk mencapai tingkat

kesehatan yang baik pada usia lanjut diperlukan upaya pencegahan penyakit dan

penjagaan kesehatan yang dari segi ilmiah bisa dimasukkan dalam kategori ilmu

gerontologi preventif atau geriatri preventif. Yang penting adalah bahwa harus diketahui

bahwa konsep kesehatan pada usia lanjut yang agak berbeda dengan konsep kesehatan

pada populasi lain. pada populasi usia lanjut ini terdapat pengertian status/ kapasitas

fungsional yang dimanifestasikan dengan AHS (=aktivitas hidup sehari-hari=activity of

daily living), masalah kesehatan utama yang sering dikeluhkan oleh penderita lanjut usia

(sindroma geriatrik) dan penyakit.

Status/ kapasitas fungsional adalah keadaan lansia sebagai akibat dari interaksi

antara fungsi kesehatan fisik, psikologik dan sosial-ekonomi (religius spiritual).

Interaksi dari ke-3 komponen tersebut menggambarkan keadaan fungsional organ

dan/atau tubuh secara keseluruhan, yang dapat dimengerti, merupakan gambaran

“kesehatan” secara luas pada usia lanjut. Status fungsional ini pada lansia menunjukkan

apakah seorang lansia sebagai individu masih dapat melakukan fungsinya sehari-hari.

Manifestasi status fungsional ini secara praktis diperiksa dengan menilai kemampuan

hidup sehari-harinya (=KHS=ADL). Untuk itu diperlukan sebuah asesmen yang dapat

memberikan gambaran mengenai status fungsional seorang lanjut usia.

37

Page 38: Kualitas Hidup

Pelaksanaan fungsi fisik dan psikis lanjut usia dapat dibagi beberapa jenis, yaitu:

1. Aktivitas hidup sehari-hari (Activity Daily Living / ADL), yang hanya memerlukan

kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya bangun dari tempat tidur,

berpakaian, ke kamar mandi/WC.

2. Aktivitas hidup sehari-hari instrumental (Instrumental ADL / IADL), yang selain

memerlukan kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai koordinasi kemampuan

otot, susunan saraf yang lebih rumit, juga kemampuan berbagai organ kognitif lain.

3. Kemampuan mental dan kognitif, terutama menyangkut fungsi intelek, memori

lama dan memori tentang hal-hal yang baru saja terjadi.

Keadaan sosio-ekonomi para lanjut usia umumnya akan makin menurun dengan

bertambahnya usia dan akan lebih bergantung pada orang lain, yaitu keluarga, badan-

badan sosial (LSM), pemerintah dan sebagainya. Keluarga (anak-anak) masih

merupakan tempat berlindung yang paling disukai oleh lansia ini. Sampai sekarang

penelitian dan observasi tak menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa

anak/keluarga segan untuk melakukan hal ini. Menempatkan orang lansia di panti werda

masih merupakan alternatif terakhir.

Asesmen geriatri belum bisa dikatakan lengkap tanpa melakukan asesmen terhadap

lingkungan yang cukup penting untuk dapat menentukan kemampuan berfungsi seorang

lansia. Pelaksanaan asesmen lingkungan ini sebenarnya dapat dilaksanakan di mana saja

dengan menggunakan form yang telah tersedia, akan tetapi yang paling baik adalah

melaksanakannya di rumah penderita. Selain menanyakan berbagai hal mengenai

keadaan rumah, si penanya dapat dengan objektif melihat keadaan rumah dan

lingkungannya. Adanya hambatan, halangan bagi mobilitas lansia, keadaan penerangan

di kamar mandi dan lain sebagainya.

Dari berbagai asesmen baik dari aspek fisik, psikologik, maupun sosio-ekonomi,

dapat dibuat asesmen sederhana yang kira-kira dapat mencakup gambaran mengenai

kesehatan lansia, seperti pada tabel di bawah ini.

No. Pertanyaan Skor (0 – 5)

1. Ada/tidak gangguan penglihatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari,

dengan melakukan tes baca koran atau dengan tes Snellen pada kedua mata.

(tidak ada gangguan sama sekali = skor 0, sangat mengganggu = skor 5)

38

Page 39: Kualitas Hidup

2. Ada/tidak gangguan pendengaran yang mengganggu aktivitas sehari-hari,

dengan melakukan tes bisikan kata pada telinga kanan dan kiri.

(tidak ada gangguan sama sekali = skor 0, sangat mengganggu = skor 5)

3. Fungsi anggota atas, dengan tes jabat tangan dan meminta klien untuk

mengangkat tangan di belakang kepala (bergantian, kanan-kiri).

(berfungsi sangat baik = skor 0, tidak berfungsi sama sekali = skor 5)

4. Fungsi anggota bawah, dengan meminta klien bangkit dari duduk dan

berjalan.

(berfungsi sangat baik = skor 0, tidak berfungsi sama sekali = skor 5)

5. Fungsi aktivitas hidup sehari-hari (ADL), tiap poin nilainya 0 – 2.

Mandi

Transfer

Berpakaian

Kebersihan

Ke toilet

Makan

Menyiapkan makanan

Mengatur keuangan

Mengatur pengobatan

Menggunakan telepon

# Nilai 0 = mandiri, 1 = perlu bantuan, 2 = bergantung total pada orang lain

# Total nilai 0 = skor 0, 1-4 = skor 1, 5-8 = skor 2, 9-12 = skor 3, 13-15 =

skor 4, 16-20 = skor 5

6. Fungsi instrumental aktivitas hidup sehari-hari (IADL), nilai tiap poin 0 – 2.

Menggunakan telepon

Berbelanja

Menyiapkan makanan

Mengurus rumah

Mencuci pakaian

Mengadakan transportasi

Tanggung jawab pengobatan

Mengatur keuangan

# Total nilai 0 = skor 0, 1-3 = skor 1, 4-6 = skor 2, 7-9 = skor 3, 10-12 =

skor 4, 13-16 = skor 5

7. Tentang kontinensia, ditanyakan seberapa baik klien dapat mengontrol BAK

dan/atau BAB-nya.

39

Page 40: Kualitas Hidup

(mengontrol dengan sangat baik = skor 0, sama sekali tidak dapat

mengontrol = skor 5)

8. Status gizi klien dilaksanakan dengan mengukur TB/BB melalui IMT

Skor = 0 → Normoweight : 18,5 – 22,9

Skor = 1 → Underweight : < 18,5

Skor = 2 → Overweight : 23,00 - 24,9

Skor = 3 → Obesitas grade I : 25 – 29,9

Skor = 4 → Obesitas grade II : 30 – 34,9

Skor = 5 → Obesitas grade III : 35

9. Kemungkinan depresi diperiksa dengan menanyakan apakah klien sering

sedih dan tertekan.

(tidak pernah = skor 0, selalu depresi = skor 5)

10. Tentang dukungan sosial-ekonomi diperiksa dengan menanyakan ada atau

tidak orang yang membantu biaya dan seberapa mampu bila klien sakit atau

dalam keadaan darurat lain.

(dukungan pasti ada = skor 0, tidak ada dukungan sama sekali = skor 5)

11. Status kognitif diperiksa dengan menyebutkan 6 objek dan diminta

mengulang setelah 5 menit. (Benar 6 = skor 0, 5 = skor 1, 4 = skor 2, 3 =

skor 3, 2 = skor 4, 1 = skor 5, 0 = skor 6)

12. Keterangan tentang lingkungan diperiksa dengan menanyakan ada tidaknya

bahaya di sekitar rumah (anak tanggi tinggi, penerangan KM/WC)

(selalu aman = skor 0, sangat tidak aman = skor 5)

13. Tentang kehidupan spiritual/keagamaan, ditanyakan seberapa puas klien

dengan agama yang dianutnya saat ini. (sangat puas = skor 0, tidak puas =

skor 6)

TOTAL 65

Derajat Kesehatan :

Sangat baik = skor 0 – 10

Cukup baik = skor 11 – 25

Kurang baik = skor 26 – 45

Sangat buruk = skor 46 – 65

40

Page 41: Kualitas Hidup

Contoh Kasus : Oma N. S.

No. Pertanyaan Skor (0 – 5)

1. Ada/tidak gangguan penglihatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari,

dengan melakukan tes baca koran atau dengan tes Snellen pada kedua mata.

(tidak ada gangguan sama sekali = skor 0, sangat mengganggu = skor 5)

0

2. Ada/tidak gangguan pendengaran yang mengganggu aktivitas sehari-hari,

dengan melakukan tes bisikan kata pada telinga kanan dan kiri.

(tidak ada gangguan sama sekali = skor 0, sangat mengganggu = skor 5)

0

3. Fungsi anggota atas, dengan tes jabat tangan dan meminta klien untuk

mengangkat tangan di belakang kepala (bergantian, kanan-kiri).

(berfungsi sangat baik = skor 0, tidak berfungsi sama sekali = skor 5)

1

4. Fungsi anggota bawah, dengan meminta klien bangkit dari duduk dan

berjalan.

(berfungsi sangat baik = skor 0, tidak berfungsi sama sekali = skor 5)

3

5. Fungsi aktivitas hidup sehari-hari (ADL), tiap poin nilainya 0 – 2.

Mandi 0 1 2

Transfer 0 1 2

Berpakaian 0 1 2

Kebersihan 0 1 2

Ke toilet 0 1 2

Makan 0 1 2

Menyiapkan makanan 0 1 2

Mengatur keuangan 0 1 2

Mengatur pengobatan 0 1 2

Menggunakan telepon 0 1 2

# Nilai 0 = mandiri, 1 = perlu bantuan, 2 = bergantung total pada orang lain

# Total nilai 0 = skor 0, 1-4 = skor 1, 5-8 = skor 2, 9-12 = skor 3, 13-15 =

skor 4, 16-20 = skor 5

0

6. Fungsi instrumental aktivitas hidup sehari-hari (IADL), nilai tiap poin 0 – 2.

Menggunakan telepon 0 1 2

Berbelanja 0 1 2

Menyiapkan makanan 0 1 2

Mengurus rumah 0 1 2

Mencuci pakaian 0 1 2

Mengadakan transportasi 0 1 2

2

41

Page 42: Kualitas Hidup

Tanggung jawab pengobatan 0 1 2

Mengatur keuangan 0 1 2

# Total nilai 0 = skor 0, 1-3 = skor 1, 4-6 = skor 2, 7-9 = skor 3, 10-12 =

skor 4, 13-16 = skor 5

7. Tentang kontinensia, ditanyakan seberapa baik klien dapat mengontrol BAK

dan/atau BAB-nya.

(mengontrol dengan sangat baik = skor 0, sama sekali tidak dapat

mengontrol = skor 5)

0

8. Status gizi klien dilaksanakan dengan mengukur TB/BB melalui IMT

Skor = 0 → Normoweight : 18,5 – 22,9

Skor = 1 → Underweight : < 18,5

Skor = 2 → Overweight : 23,00 - 24,9

Skor = 3 → Obesitas grade I : 25 – 29,9

Skor = 4 → Obesitas grade II : 30 – 34,9

Skor = 5 → Obesitas grade III : 35

0

9. Kemungkinan depresi diperiksa dengan menanyakan apakah klien sering

sedih dan tertekan.

(tidak pernah = skor 0, selalu depresi = skor 5)

1

10. Tentang dukungan sosial-ekonomi diperiksa dengan menanyakan ada atau

tidak orang yang membantu biaya dan seberapa mampu bila klien sakit atau

dalam keadaan darurat lain.

(dukungan pasti ada = skor 0, tidak ada dukungan sama sekali = skor 5)

0

11. Status kognitif diperiksa dengan menyebutkan 6 objek dan diminta

mengulang setelah 5 menit. (Benar 6 = skor 0, 5 = skor 1, 4 = skor 2, 3 =

skor 3, 2 = skor 4, 1 = skor 5, 0 = skor 6)

0

12. Keterangan tentang lingkungan diperiksa dengan menanyakan ada tidaknya

bahaya di sekitar rumah (anak tanggi tinggi, penerangan KM/WC)

(selalu aman = skor 0, sangat tidak aman = skor 5)

0

13. Tentang kehidupan spiritual/keagamaan, ditanyakan seberapa puas klien

dengan agama yang dianutnya saat ini. (sangat puas = skor 0, tidak puas =

skor 6)

0

TOTAL 7

Kesimpulan : Derajat kesehatan sangat baik

42