HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …
Transcript of HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …
HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT
KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
EQLIMA ELFIRA 127046005 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT
KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M. Kep)
dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan minat Studi Keperawatan Medikal Bedah
pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Oleh
EQLIMA ELFIRA 127046005 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah di uji Pada tanggal : 11 Februari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D
Anggota : 1. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.KMB
2. Dr. dr. Ridha Dharmajaya, Sp. BS
3. Rosina Tarigan S.Kp., M.Kep., Sp.KMB
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
Judul Tesis : Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup
Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan
Nama Mahasiswa : Eqlima Elfira
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2015
ABSTRAK
Stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat dan kecacatan seumur hidup. Kecacatan pada orang dewasa akibat
stroke iskemik dapat berupa keterbatasan fisik, penurunan interaksi sosial,
psikologi, yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi
banyak aspek kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan atau
kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota
Medan. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional yang dilakukan muali
Oktober sampai November 2014, dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang yang
diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur status fungsional adalah kuesioner yang dirancang berdasarkan buku
neurologi klinik dengan melihat keluhan pasien buat sendiri dengan nilai validitas
0.89 dan reliabilitas 0.73, untuk menilai kualitas hidup digunakan kuesioner The
MOS (SF-36). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas status fungsional buruk
lebih besar dengan kualitas hidup sedang. Hasil uji diperoleh pvalue 0.09
Universitas Sumatera Utara
ii
(p<0.05), dengan nilai r 0.17, yang membuktikan tidak ada hubungan antara status
fungsional dengan kualitas hidup.
Kata kunci : status fungsional, kualitas hidup, pasien stroke iskemik
Universitas Sumatera Utara
iii
Thesis Title : Relationship of Functional Status and Quality of
Life in Patients with Ischemic Stroke in Medan’s
Hospitals
Name : Eqlima Elfira
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization :Medical-Surgical Nursing
Year : 2015
ABSTRACT
Stroke is a health problem that can lead to death within a short time and lifelong
disability. Disability in adults as a result of ischemic stroke may be physical
limitations, decreased social interaction, psychology, which can lead to changes in
conditions that affect many aspects of health-related quality of life or quality of
life. This study aimed to determine the relationship of the functional status of the
quality of life of patients with ischemic stroke in a hospital in Medan. Descriptive
correlational study design was conducted in the department of neurology poly
Haji Adam Malik and dr Pirngadi field from October to November 2014 with a
total sample of 99 people taken by simple random sampling technique. The
instrument used to measure functional status questionnaire designed based on the
book of neurology clinic with complaints of patients see for themselves the value
of the validity and reliability of 0.73 0.89, is used to assess the quality of life of
the MOS questionnaire (SF-36). The results showed the majority of poor
functional status and quality of life greater being in pasin ischemic stroke. The test
Universitas Sumatera Utara
iv
results obtained pvalue 0:09 (p <0.05), with the value of r 0:17, which proves
there is no relationship between functional status and quality of life.
Keywords: functional status, quality of life, patients with ischemic stroke
Universitas Sumatera Utara
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah dan ridhoNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Status Fungsional dengan
Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan”, Penulisan
tesis ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Keperawatan
di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Dewi Elizadiani, S.Kp, MNS, Ph.D dan Ikram, S.Kep.Ns, M.Kep yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat sejak awal penyusunan tesis ini.
3. Setiawan, SKp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing I yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Cholina Trisa Siregar SKep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing
II, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
vi
5. Dr. Ridha Dharmajaya, Sp.BS selaku penguji I, yang telah memberikan kritik
dan saran demi sempurnanya tesis ini.
6. Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep,Sp.KMB selaku Penguji II, yang telah
meluangkan waktu untuk mengkoreksi dan memberikan masukan agar
sempurna tesis ini.
7. Seluruh Keluarga terutama orang tua tercinta, serta abang (Ramadhan Putra
Gayo, SH, MH) dan kedua adikku (Budi Putra Gayo dan Dewi Kartini, AMd,
S.Kep) yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi serta seluruh
keluarga yang tercinta yang telah banyak berkorban dalam kehidupan penulis.
8. Dosen dan Pegawai Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Teman seangkatan saya: Siti, Pak Solihuddin, Kak Havija, Kak Tati, Ibu Hetti,
Kak Doortua dan Kak Yuni serta terima kasih juga kepada Wirda Faswita
Penulis menyadari bahwasanya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan
membutuhkan masukan yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat
demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan.
Medan, 11 Februari 2015
Penulis
Eqlima Elfira
Universitas Sumatera Utara
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Eqlima Elfira
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 24 Maret 1988
Alamat : Jl. Puskesmas I Gg. 06/RW 09 Medan Sunggal
No. Telp/ Email : 085206008724/ [email protected]
Riwayat Pendidikan :Riwayat Pekerjaan:
Bekerja sebagai staf pengajar di Prodi Keperawatan Politehnik Kesehatan YRSU
dr Rusdi Medan 2011 sampai sekarang.
Kegiatan Akademik Selama Studi :
Peserta dan panitia pada acara “Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan
Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop
Analisis Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012,
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pendidikan Profesi Ners
SDN 060915 Medan
SLTPN 9 Medan
SMAN 15 Medan
F.Kep USU
F.Kep USU
2000
2003
2006
2011
2011
Universitas Sumatera Utara
viii
Panitia pada acara “khitanan massal yatim & kurang mampu”., 1 Juli 2012,
Kampung Nelayan Belawan, Sumatera Utara.
Peserta pada acara “Seminar & Workshop PPNI tentang penatalaksanaan
kegawatdaruratan Jantung Tingkat Lanjutan (ACLS) dan Interpretasi EKG
serta Emergency Nursing., 20 Oktober 2012, Grand Sakura Hotel Medan,
Sumatera Utara.
Peserta Seminar Keperawatan Nursing Leadership menyongsong Asean
Community 2015, 30 Januari 2013 Fakultas Keperawatan, USU.
Peserta pada acara “Seminar Keperawatan dalam rangka peringatan Hari Ulang
Tahun Ke-39 PPNI Prov Sumatera Utara., 23 Februari 2013, Riz Hotel,
Sumatera Utara.
Peserta pada 2013 MEDAN INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE
“The Application of Nursing Education Advanced Research and Clinical
Practice:, 1-2 April 2013, Hotel Garuda Plaza, Medan, Sumatera Utara.
Peserta pada acara “Kajian Ilmiah: Perawatan Kritis/ Janice Jones”., 28 Maret
2013, Poltekkes Kemenkes jurusan Keperawatan Medan, Sumatera Utara.
Peserta pada acara “Seminar National Stroke Symposium 2013” tentang Stroke
Care at Home:Challenges and Opportunities for Home Care Nurses, 28
September 2013, RS Pusat Otak Nasional, Jakarta Timur.
Peserta pada acara”Workshop Item Development dan Item Review: Soal Uji
Kompetensi Perawat Diploma III Tahun 2014, Grand Kanaya Hotel, 21-22
Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
ix
Peserta dan panitia pada acara “Seminar & Workshop Diagnostic Reasoning
NANDA dan ISDA Basic, 24 November 2014, Fakultas Keperawatan
USU.
Peserta pada acara “Seminar Nasional Keperawatan” tentang Menilik
Profesionalisme Perawat dalam Undang-undang RI No. 38 Tahun 2014.,
31 januari 2015, Auditorium USU. Sumatera Utara.
Peserta pada acara “Workshop Community medicine Update II tentang
Nutrisurvey”., 25 Maret 2015, FK USU Departemen Kedokteran
Komunitas USU, Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................iii KATA PENGANTAR ......................................................................................v RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................1 1.2. Permasalahan.................................................................................5 1.3. Tujuan Penelitian . ...................................................................... ..6 1.4. Hipotesis Penelitian ................................................................... ..6 1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... ..7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stroke………………………………………………………………8 2.1.1. Defenisi Stroke ......................................................................8 2.1.2. Angka Kejadian .....................................................................8 2.1.3. Penyebab dan faktor risiko .....................................................9 2.1.4.Tanda dan Gejala ....................................................................11
2.2. Status Fungsional .........................................................................13 2.2.1Definisi Status Fungsional .......................................................13 2.2.2 Domain dari Fungsi .................................................................16 2.2.3 Instrumen Status Fungsional ...................................................17 2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Fungsional ....20 2.2.5 Peran Perawat Berkaitan dengan Status Fungsional .................23
2.3. Kualitas Hidup ..............................................................................25 2.3.1 Definisi Kualitas Hidup ..........................................................25 2.3.2 Komponen Kualitas Hidup .....................................................26 2.3.3 Masalah yang Mempengaruhi Kualitas Hidup.........................33 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ................36 2.3.5 Domain Kualitas Hidup ..........................................................39 2.4. Kerangka Konsep ..........................................................................43 2.5 Kerangka Konsep Teori Dorothea Orem .........................................43 2.6 Kerangka Penelitian........................................................................45
Universitas Sumatera Utara
xi
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1.Desain penelitian ............................................................................47 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................47 3.3. Populasi dan Sampel ......................................................................47
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................48 3.5. Uji Validitas ..................................................................................50 3.6. Uji Reliabilitas ...............................................................................52
3.7. Variabel dan Definisi Operasional .................................................57 3.8. Metode Pengukuran .......................................................................58
3.9. Metode Analisis Data.....................................................................59 3.10.Pertimbangan Etik ........................................................................61 BAB 4 HASIL PENELITIAN ..........................................................................63 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden .................................................63 4.2 Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik ........................................64 4.3 Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik ............................................66 4.4.Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke
Iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi ...........67 BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................69 5.1 Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik ........................................69 5.2 Kualitas Hidup Pasien SStroke Iskemik ..........................................71 5.3 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup .....................74 5.4 Keterbatasan Penelitian ..................................................................76 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................77 6.1 Kesimpulan ....................................................................................77 6.2 Saran .............................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 80 LAMPIRAN .................................................................................................... 92
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik...............55
Tabel 3.2 Pertanyaan yang Mewakili 8 Dimensi Kuesioner SF-36 .....................57
Tabel 3.3 Variabel Independen dan Definisi Operasional ...................................57
Tabel 3.4 Variabel Dependen dan Definisi Operasional......................................57
Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi Responden di RSUP H. Adam Malik
dan RSUD dr Pirngadi Medan (N=99) pada Bulan Oktober dan
November 2014 .................................................................................64
Tabel 4.2 Hasil Univariat Status Fungsional Berdasarkan Keluhan di RSUP H.
Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (N=99) pada Bulan
Oktober- November 2014 ...................................................................65
Tabel 4.3 Komponen Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik di ruang poli
Neurologi RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan .....66
Tabel 4.4 Hasil Univariat Kualitas Hidup di RSUP H. Adam Malik dan RSUD
Dr Pirngadi Medan (N=99) pada bulan Oktober-November 2014 .......66
Tabel 4.5 Dimensi Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik di Ruang Poli
Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan
(n=99) ...............................................................................................67
Tabel 4.6 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pada Pasien
Stroke Iskemik di Ruang Poli Neurologi RSUP H. Adam Malik
dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=99) pada Bulan Oktober-
November 2014..................................................................................67
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tiga Domain dari Status Fungsional ............................................17
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...........................................................................44
Gambar 2.3 Teori Orem .....................................................................................45
Gambar 2.4 Kerangka Penelitian ........................................................................46
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Penelitian........................................................................94
Permohonan Menjadi Responden ................................................................95
Bersedia Berpartisipasi sebagai Responden Penelitian .................................96
Kuesioner Demografi ..................................................................................97
Kesioner Status Fungsional .........................................................................98
Kuesioner Kualitas Hidup ........................................................................ 100
Izin Menggunakan Kuesioner ................................................................... 102
Lampiran 2 Biodata Expert ............................................................................. 106
Lampiran 3 Izin Penelitian .............................................................................. 107
Persetujuan Komite Etik........................................................................... 108
Uji Reliabilitas ......................................................................................... 109
Pernyataan Selesai Uji Reliabilitas ........................................................... 110
Izin Pengambilan Data ............................................................................. 111
Pernyataan Selesai Penelitian ................................................................... 112
Universitas Sumatera Utara
i
Judul Tesis : Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup
Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan
Nama Mahasiswa : Eqlima Elfira
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2015
ABSTRAK
Stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat dan kecacatan seumur hidup. Kecacatan pada orang dewasa akibat
stroke iskemik dapat berupa keterbatasan fisik, penurunan interaksi sosial,
psikologi, yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi
banyak aspek kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan atau
kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota
Medan. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional yang dilakukan muali
Oktober sampai November 2014, dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang yang
diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur status fungsional adalah kuesioner yang dirancang berdasarkan buku
neurologi klinik dengan melihat keluhan pasien buat sendiri dengan nilai validitas
0.89 dan reliabilitas 0.73, untuk menilai kualitas hidup digunakan kuesioner The
MOS (SF-36). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas status fungsional buruk
lebih besar dengan kualitas hidup sedang. Hasil uji diperoleh pvalue 0.09
Universitas Sumatera Utara
ii
(p<0.05), dengan nilai r 0.17, yang membuktikan tidak ada hubungan antara status
fungsional dengan kualitas hidup.
Kata kunci : status fungsional, kualitas hidup, pasien stroke iskemik
Universitas Sumatera Utara
iii
Thesis Title : Relationship of Functional Status and Quality of
Life in Patients with Ischemic Stroke in Medan’s
Hospitals
Name : Eqlima Elfira
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization :Medical-Surgical Nursing
Year : 2015
ABSTRACT
Stroke is a health problem that can lead to death within a short time and lifelong
disability. Disability in adults as a result of ischemic stroke may be physical
limitations, decreased social interaction, psychology, which can lead to changes in
conditions that affect many aspects of health-related quality of life or quality of
life. This study aimed to determine the relationship of the functional status of the
quality of life of patients with ischemic stroke in a hospital in Medan. Descriptive
correlational study design was conducted in the department of neurology poly
Haji Adam Malik and dr Pirngadi field from October to November 2014 with a
total sample of 99 people taken by simple random sampling technique. The
instrument used to measure functional status questionnaire designed based on the
book of neurology clinic with complaints of patients see for themselves the value
of the validity and reliability of 0.73 0.89, is used to assess the quality of life of
the MOS questionnaire (SF-36). The results showed the majority of poor
functional status and quality of life greater being in pasin ischemic stroke. The test
Universitas Sumatera Utara
iv
results obtained pvalue 0:09 (p <0.05), with the value of r 0:17, which proves
there is no relationship between functional status and quality of life.
Keywords: functional status, quality of life, patients with ischemic stroke
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia
penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat,
stroke menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan
200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Diperkirakan angka kejadian pada
stroke di dunia mencapai lima puluh juta jiwa, dan sembilan juta diantaranya
mengalami kelumpuhan berat dan sepuluh persen mengalami kematian (Gemari,
2014). Angka kematian stroke di Eropa berkisar 63.3-73.4 per 100.000 penduduk
dan kasus baru stroke berkisar 100-200 per 100.000 penduduk. Di United
Kingdom, insiden penyakit stroke terjadi 3.75 per 1000 populasi dengan rata-rata
diperkirakan 15 dari 1000 populasi mengalami stroke dan kelumpuhan yang
membutuhkan rehabilitasi (Hilary et al., 2008). Angka insiden di Asia mencapai
50-400 per 100.000 penduduk per tahun (Bethesda Stroke Center, 2007).
Di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan kasus stroke di
masa yang akan datang. Analisa data 28 rumah sakit di Indonesia menemukan
bahwa stroke iskemik hampir dua kali lipat lebih besar (42.9%) dari stroke
perdarahan (Misbach, 2011). Insiden stroke di Sumatera Utara sekitar 10.3 persen
per 1000 penduduk mengalami stroke pada umur ≥75 tahun dengan 43.1 persen
per 1000 penduduk. Insiden stroke di kota lebih tinggi daripada di desa, baik
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebanyak 8.2 persen maupun berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
2
gejala sebesar 12.7 persen. Eldin (2013) menyatakan bahwa ditemukan pada
beberapa rumah sakit Kota Medan sebanyak 8.970 kasus stroke dengan 451
kematian setiap tahunnya.
Meningkatnya angka kejadian stroke terus-menerus yang menyebabkan
pemerintah berusaha menekan angka kematian dan derajat kecacatan akibat stroke
yang lebih ditujukan pada penanganan saat pasien stroke dirawat di rumah sakit.
Menurut Kaplan et al., (1999) bahwa stroke dapat dilakukan rehabilitasi secara
intensif agar dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup pasien
stroke. Stroke membutuhkan perawatan di rumah sakit sekitar 20% dan 15 %
lainnya membutuhkan bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Tiga bulan
pasien stroke melakukan perawatan sekitar 15-30 persen mengalami kelumpuhan
total (Rachmawati, 2013; Yenni, 2011).
Status fungsional merupakan keadaan fisik, mental dan kesejahteraan yang
lengkap bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelumpuhan namun keadaan dari
fungsi anggota tubuh. Pemulihan fungsional dan gangguan neurologi tergantung
pada beberapa faktor seperti tingkat keparahan awal stroke, suhu tubuh dan
glukosa darah pada fase akut stroke, perkembangan stroke dan pengobatan serta
rehabilitasi di unit stroke. Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
awalnya berkurang dalam tiga hari dari empat pasien stroke. Aktivitas yang paling
sulit dilakukan kemampuan untuk berpindah, pakaian dan berjalan. Gangguan
fungsional berkurang dari 50% menjadi 25% dan kelompok cacat ringan atau
tidak ada cacat yang meningkat dari 50% menjadi 75% setelah rehabilitasi selesai.
Pemulihan fungsional umumnya selesai dalam waktu tiga bulan dari waktu
Universitas Sumatera Utara
3
kejadian stroke. Pasien dengan stroke ringan, sembuh dalam dua bulan, pasien
stroke moderat dalam waktu tiga bulan, dan pasien stroke berat dalam waktu
empat bulan serta pasien dengan stroke yang paling parah memiliki pemulihan
fungsional dalam lima bulan. Pemulihan fungsional didahului oleh pemulihan
neurologis dengan rata-rata dua minggu (Jorgensen, 1999).
Hanger et al., (2000) menyatakan bahwa stroke menimbulkan perubahan
kehidupan individu karena penurunan fungsi sehingga menimbulkan
ketergantungan. Kecacatan pada orang dewasa akibat stroke iskemik dapat berupa
keterbatasan fisik, penurunan interaksi sosial, psikologi, yang dapat menyebabkan
perubahan kondisi sehingga mempengaruhi banyak aspek kualitas kesehatan yang
berhubungan dengan kehidupan atau kualitas hidup (Johnson et al., 2004).
Kualitas hidup merupakan kesehatan fisik, mental dan sosial serta persepsi
individu tentang kehidupan dalam konteks budaya dan nilai hidup untuk mencapai
tujuan hidup dan mengambil peran yang bermanfaat serta berpartisipasi dalam
meningkatkan kemampuan fungsional (Guyatt, 1993; Frayers & Machim, 2000;
Hellen, 2007; Carod, 2009). Kualitas hidup dapat dinilai berdasarkan pendekatan
yang berfokus kepada individu dalam hal mobilitas dan aktivitas sehari-hari,
persepsi/ kognitif seseorang terhadap kesehatan itu (Yang & Kong., 2006). Pasien
yang mengalami stroke seumur hidup akan mengalami perubahan fungsi, peran
fisik, gangguan mood, penurunan kognitif dan penurunan interaksi sosial (Carod
et al., 2009). Jaracz & Kozubski (2003), mengatakan bahwa perubahan kualitas
hidup sangat jelas terlihat pada pasien setelah mengalami stroke. Sejalan dengan
Carod et al., (2000) yang mengatakan bahwa pasien setelah stroke akan terjadi
Universitas Sumatera Utara
4
perubahan fisik, gangguan mental, gangguan kognitif dan penurunan interaksi
sosial.
Ketidak mampuan fisik, emosi dan kehidupan sosial pasien mempengaruhi
peranan sosial yang sangat besar terhadap kualitas hidup kesehatan pada pasien
stroke (Astron & Asplund, 2005). Javier et al., (2010), menyatakan status
fungsional dan depresi diidentifikasi sebagai prediksi dari kualitas hidup yang
tergantung pada aktivitas sehari-hari dari interaksi sosial dan spiritual. Hasil studi
Dorte & Christine., (2013) menyatakan bahwa pengaruh kualitas hidup pasien
stroke lebih besar ditentukan dengan peraturan sosial dan aspek diri yang diterima
sebagai identitas individu yang paling penting dalam satu ruang lingkup. Menurut
Mamabolo et al., (2009) menyatakan bahwa pasien stroke mengalami
ketergantungan fungsional pada saat pemulihan dan untuk meningkatkan
ketergantungan fungsional pasien dibutuhkan perbaikan fungsional yang
ditentukan dari kemampuan pendukung untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
melanjutkan latihan di rumah secara rutin.
Indonesia termasuk Negara jumlah penderita stroke terbesar diperkirakan
500.000 dari jumlah tersebut bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami
gangguan fungsional berat yang harus terus menerus berbaring dikasur, dan harus
dilayani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan, minum, mandi, buang air
besar dan buang air kecil, dan kadang harus menggunakan alat medis yaitu selang
makan ataupun selang untuk kencing (Misbach, 2007).
Data yang diperoleh dari RSUD dr Pirngadi kota Medan tahun 2014
berjumlah ±100 pasien stroke yang datang untuk berobat jalan setiap hari dan
Universitas Sumatera Utara
5
diperkirakan meningkat setiap tahunnya (Poli Neurologi RSUD dr Pirngadi
Medan).
Berdasarkan fenomena bahwa status fungsional merupakan keadaan fisik,
mental dan sosial yang dapat mempengaruhi angka harapan hidup dan kualitas
hidup pasien stroke iskemik. Selain itu, penelitian mengenai hubungan status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke belum pernah dilakukan di RSUP
Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan.
1.2 Permasalahan
Stroke iskemik merupakan kondisi medis yang ditandai dengan
terganggunya aliran darah ke dalam otak akibat dari sumbatan pada pembuluh
darah di dalam otak oleh gumpalan darah. Tingginya insiden dan prevalensi stroke
iskemik baik di Negara-negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia
menjadi masalah baik medik, ekonomi, dan sosial bagi pasien, dan keluarga.
Stroke iskemik juga mengakibatkan gangguan status fungsional yang
mengakibatkan perubahan pada kualitas hidup pasien tersebut.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang muncul, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan Status Fungsional
dengan Kualitas Hidup pasien stroke iskemik sangat penting mengingat masa
perawatan dan pemulihan terhadap tingkat kecacatan serta gejala sisa yang
ditimbulkan cukup berat dan memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu
peneliti merumuskan masalah penelitian: Apakah ada hubungan status fungsional
dengan kualitas hidup pasien stroke di rumah sakit kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status fungsional dengan
kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan
2. Mengetahui status fungsional pasien stroke iskemik di rumah sakit kota
Medan
3. Mengetahui kualitas hidup pasien stroke pasien stroke iskemik di rumah sakit
kota Medan.
4. Mengetahui Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pasien stroke
di rumah sakit kota Medan.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke di rumah sakit kota Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang status fungsional dengan kualitas hidup
pasien stroke iskemik.
Universitas Sumatera Utara
7
1.5.2 Bagi Instansi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk rehabilitasi stroke RSUP
Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan dalam meningkatkan status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik yang melakukan
perawatan di rumah sakit.
1.5.3 Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu motivasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarga tentang pentingnya
meningkatan status fungsional dan kualitas hidup pasien stroke iskemik agar
pemulihan pasien semakin baik ke depannya.
1.5.4 Bagi Perawat/ Tenaga Medis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, acuan, dan pertimbangan
bagi profesi keperawatan dalam meningkatkan sumber daya yang ada dan
meningkatkan wawasan tentang status fungsional dan kualitas hidup pasien stroke
iskemik.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke Iskemik
2.1.1 Definisi
Stroke iskemik adalah kerusakan permanen dan kematian jaringan yang
berlangsung secara tiba-tiba yang disebabkan oleh oklusi pembuluh darah fokal
yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan glukosa ke otak dan
kegagalan proses metabolisme di daerah yang terlibat (Hacke et al, 2003;
Roberthus, 2008; Woodward, S., & Mestecky, A.M , 2011).
2.1.2 Angka Kejadian
Insiden penyakit stroke iskemik meningkat setiap tahun. Peningkatan
jumlah pasien stroke iskemik menyebabkan kenaikan jumlah kematian. Stroke
merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di Amerika Serikat setelah
penyakit jantung dan kanker (International Pharmaceutical Manufacturers
Group, 2014). Kira-kira 500.000 merupakan serangan pertama dan 200.000
merupakan serangan ulang. Rata-rata pasien, setiap 45 detik di Amerika Serikat
akan mengalami stroke (Roberthus, 2008).
Rata-rata insidensi kejadian stroke di 52 negara yang memiliki studi
kejadian yang dilakukan di lebih dari satu daerah. Data diperoleh dari 123 negara
yang mengalami kematian pada pasien stroke terjadi lebih besar di Negara
Kazakstan pada tahun 2003. Insidensi kejadian stroke menurut badan kesehatan
dunia (WHO) berkisar 41 per 100.000 penduduk per tahun di dunia. Angka
kejadian stroke iskemik di Indonesia mencapai 8.3 per 1000 penduduk dan daerah
Universitas Sumatera Utara
9
yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam
(16.6 per 1000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3.8 per 1000
penduduk).Insidensi kejadian stroke yang tertingg i berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar, 2013 adalah kota Sulawesi Utara (10.8 persen), Yogyakarta (10.3 persen),
Bangka Belitung dan DKI Jakarta (9.7 persen). Penyebab kematian dan kecacatan
utama di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia adalah penyakit stroke sejak
tahun 1991 hingga 2013 (Rikesdas, 2013).
2.1.3 Penyebab dan Faktor Risiko
Stroke iskemik dapat menyebabkan banyak masalah pada pembuluh darah,
jantung dan darah. Hudak, et al (1996) menyatakan bahwa stroke disebabkan oleh
salah satu dari empat kejadian di bawah, yaitu: (1) Trombosis merupakan bekuan
darah di dalam pembuluh darah otak atau leher yang menyumbat aliran darah ke
otak. Trombosis bersama emboli hampir menjadi penyebab dari tiga perempat
kasus stroke. (2) Emboli serebral merupakan bekuan darah seperti lemak yang
mengalir melalui pembuluh darah dibawa ke otak, dan menyumbat aliran darah ke
bagian otak tertentu. (3) Spasme pembuluh darah serebral merupakan penurunan
aliran darah ke area otak tertentu yang bersifat sementara. Umumnya merupakan
akibat dari spasme pembuluh darah otak. (4) Hemoragik serebral atau perdarahan
serebral yang terjadi dalam ruang otak yaitu pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak sehingga
menimbulkan stroke hemoragik. Stroke jenis ini terjadi sekitar satu pertiga dari
seluruh kejadian stroke dan presentasi penyebab kematian lebih besar dari stroke
iskemik atau stroke non hemoragik.
Universitas Sumatera Utara
10
Faktor risiko yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi merupakan faktor yang dapat diubah, terdiri dari
usia, jenis kelamin, faktor genetik atau keturunan, dan ras atau etnik sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi merupakan faktor yang dapat dieliminasi
sehingga risiko stroke menjadi lebih rendah bahkan dapat ditiadakan (Lingga,
2013). Faktor yang dapat dimodifikasi ini meliputi: hipertensi, Diabetes mellitus,
dislipidemia, alkohol, kelainan anatomis, penyakit jantung, Transient ischemic
attack (TIA), merokok, kurangnya aktivitas fisik, pola diit, kontrasepsi oral,
obesitas, stress fisik, mental dan fibrinogen. Beberapa faktor risiko tambahan
meliputi lipoprotein (a)/Lp (a), LDL yang teroksidasi, inflamasi dan infeksi serta
hiperhomosisteinemi.
Stroke iskemik akan berisiko terjadi stroke ulang bila faktor risikonya tidak
dikendalikan, misalnya pada dislipidemia, hasil penelitian yang dilakukan The
Stroke Prevention by Aggressive Reduction in Colesterol Levels (SPARCL)
tahun 2006, pada orang pasca stroke iskemik atau TIA dengan dislipidemia
sekitar 13.1% mengalami kejadian stroke ulang. Autoregulasi serebral tidak
efektif bila tekanan darah sistemik di bawah 50 mmHg dan di atas 160 mmHg
(LeMone & Burke, 2008). Pengontrolan tekanan darah yang adekuat dapat
menurunkan serangan stroke sebesar 38% (Biller & Love, 2000, dalam Black &
Hawks, 2005). Diabetes mellitus (DM) merupakan faktor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian stroke dan kematian setelah serangan stroke (Ignativius
& Workman, 2006).
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.4. Tanda dan Gejala
Manifestasi stroke sangat beragam, tergantung dari arteri serebral yang
terkena dan luasnya kerusakan jaringan serebral. Manisfestasi klinik yang sering
terjadi diantaranya adalah kelemahan pada alat gerak, penurunan kesadaran,
gangguan penglihatan, gangguan komunikasi, sakit kepala dan gangguan
keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal dan
mengenai satu sisi bagian tubuh (LeMone & Burke, 2008).
Geoffrey, et al (2008) menemukan bahwa sebagian besar pasien paska
serangan stroke memiliki keterbatasan gerak, gangguan penglihatan, gangguan
bicara dan gangguan kognitif. Selain aspek fisik ditemukan pula bahwa pasien
paska serangan stroke mengalami gangguan psikologis seperti depresi, cemas,
ketakutan dan menarik diri dari kehidupan sosial.
Stroke dapat menyebabkan berbagai gangguan neurologi, tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
kurang dan jumlah aliran darah kolateral. Gambaran klinik utama dikaitkan
dengan insufisiensi aliran darah ke otak dapat dihubungkan dengan tanda-tanda
dan gejala-gejala di bawah ini, (Black & Hawks, 2005):
a. Vertebro basilaris (sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral);
Kelemahan salah satu dari empat anggota tubuh, peningkatan reflex
tendon, ataksia, tanda babinski bilateral, tanda-tanda sereblar, disfagia,
disartria, sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan, gangguan
penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralisis gerakan satu mata),
muka terasa baal.
Universitas Sumatera Utara
12
b. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior, gejala-gejalanya biasanya
unilateral). Lokasi lesi yang paling sering biasanya pada bifurkasio arteri
karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan karotis eksterna.
Berbagai sindroma, polanya tergantung dari jumlah sirkulasi kolateral;
kebutaan monocular, disebabkan karena insufisiensi aliran darah arteri ke
retina, terasa baal pada ekstremitas atas, dan mungkin juga menyerang
wajah. Jika terjadi pada hemisfer yang dominan maka akan timbul gejala-
gejala afasia ekspresif.
c. Arteri serebri anterior, gejala yang paling primer adalah kebingungan; rasa
kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian proksimal mungkin
ikut terserang. Timbul gerakan volunteer pada tungkai yang terganggu,
gangguan sensori kontra lateral, dimensia, reflek mencekram dan reflex
patologis (disfungsi lobus frontalis), arteri serebri posterior (dalam lobus
otak tengah atau talamus); (koma, hemiparesis kontralateral, afasia visual
atau buta kata (aleksia), kelumpuhan saraf kranial ketiga –hemianopia,
koreo-athetosis, arteri serebri media; mono paresis atau hemiparesis
kontralateral (biasanya mengenai lengan), kadang-kadang heminopia
kontralateral (kebutaan), afasia global (jika hemisfer dominan yang
terkena) gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan
percakapan dan komunikasi, disfagia.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2 Status Fungsional
2.2.1 Definisi
Status fungsional merupakan kesehatan sebagai keadaan fisik, mental, dan
kesejahteraan yang lengkap, bukan hanya tidak ada penyakit dan kelumpuhan.
Secara umum, status fungsional merupakan keadaan dari fungsi anggota tubuh
(WHO, 2002). Status fungsional memiliki beberapa istilah yang berbeda dengan
beragam definisi dan alat ukur dari yang terbatas sampai luas. Status fungsional
mengarah dalam domain fungsi sebagai konsep multidimensi dimana karakteristik
kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan
dasar, berperan secara penuh, memelihara kesehatan, serta kesejahteraan (Ledi,
1994; dikutip dari Ridge & Goodson, 2000). Status fungsional individu
mencerminkan reaksinya terhadap kondisi biologis, dan interaksi individu dengan
lingkungan dalam menilai fungsi, perhatian untuk individu, bukan hanya patologis
keadaan organisme. Individu adalah unit analisis dalam penilaian fungsional
bukan bagian tubuh atau sistem organ. Dengan demikian dapat didefinisikan,
status fungsional merupakan salah satu aspek atau dimensi kesehatan yang terdiri
dari manifestasi fisik, tanda gejala dan status fungsional. Fungsi fisik adalah
dimensi dari status fungsional yang diterima dari terapis. Status fungsional dilihat
dari aktivitas sehari-hari pasien (Donna, 2012).
Status fungsional adalah suatu konsep mengenai kemampuan melakukan
self-care, self-maintenance, dan aktivitas fisik (Wilkinson, 2011). Status
fungsional juga merupakan konsep multidimensi karakteristik kemampuan
individu untuk menunjang kebutuhan hidup, dimana sebagai jalan untuk normal
Universitas Sumatera Utara
14
dengan memenuhi kebutuhan dasar hidup (Dahlan et al., 2006). Perry dan Potter
(2005) memberikan definisi status fungsional sebagai kapasitas fungsional dan
penurunannya dilihat dari kapasitas fungsi residual dengan defisit residual. Defisit
residual adalah perbedaan fungsi original dengan fungsi residual. Perubahan
status fungsional selalu terjadi sebagai tanda pertama dari penyakit atau
kelanjutan dari kondisi kronis (Saltzman, 2011). Menurut Saltzman (2011), status
fungsional dilihat dari dua aspek yaitu tujuan dari pengkajian fungsional dan
komponen pengkajian fungsional. Tujuan pengkajian fungsional adalah sebagai
gambaran indikasi keparahan suatu penyakit, mengukur kebutuhan individu akan
perawatan, memonitor perubahan sepanjang waktu, serta mengoptimalisasikan
cost effectiveness operasi klinik.
Dari perspektif lain, kemampuan fungsional dapat terganggu akibat dari
kesehatan yang buruk, penyakit, kelemahan, dan penyakit yang mengganggu
kemampuan seseorang dalam beraktivitas sehari-hari untuk melakukan peran
sosial yang diharapkan. Dimana menuntut para professional kesehatan berusaha
untuk meningkatkan kemampuan fungsional (Donna, 2012). Hasil penelitian
Rachmawati, (2013) tentang gambaran status fungsional pasien stroke saat masuk
ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menemukan bahwa status
fungsional pasien stroke terbanyak adalah dependent total (0-20) berjumlah 39
orang (78.0 %). Keseluruhan sampel pasien stroke saat awal masuk ruang rawat
inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru melakukan aktivitas perawatan diri dan
mobilisasi. Aktivitas perawatan diri yang dilakukan penilaian terkait kemampuan
makan, mandi, kebersihan diri, berpakaian, defekasi, miksi, penggunaan toilet.
Universitas Sumatera Utara
15
Dimana aktivitas mobilisasi yang terdiri dari transfer (berpindah dari tempat tidur
ke kursi dan kembali ke tempat tidur), mobilitas dan kemampuan naik tangga.
Ketidak mampuan ini dikarenakan penyakit stroke yang dialami dapat
menyebabkan kelumpuhan motorik, karena kendali otak tubuh bagian kiri telah
mengalami iskemik. Keadaan ini menyebabkan pasien stroke sulit untuk
melakukan gerakan tangan dan kaki dibagian otak yang terserang stroke, sehingga
pasien membutuhkan bantuan orang lain. Hal inilah menunjukkan jika pasien
terserang stroke secara langsung dalam waktu serangan stroke terjadi maka pasien
akan mengalami ketidakberfungsian bagian otak tertentu sehingga akan
mempengaruhi aktivitas gerak tubuh dan kehidupan sehari-hari (Rachmawati,
2013).
Selain itu penurunan kemampuan dapat terjadi dikarenakan penurunan
kesadaran serta daerah otak tertentu tidak berfungsi dengan baik yang
menyebabkan terganggunya aliran darah atau pecahnya pembuluh darah dan
mengganggu kemampuan fungsional pasien (Suryati, 2007). Keadaan jaringan
otak yang mengalami gangguan akan dimonitor secara ketat agar dapat
mengantisipasi keadaan buruk yang akan terjadi pada pasien dalam beberapa jam
setelah serangan stroke. Pemeriksaan awal yang harus dilakukan di ruang rawat
darurat adalah pemeriksaan fungsi pernafasan, tekanan darah, fungsi jantung, dan
pemeriksaan analisa gas darah. Secara simultan dilakukan pengambilan darah
untuk pemeriksaan darah rutin, kimia darah, pemeriksaan koagulasi darah serta
pemeriksaan fungsi hematologi yang lain, dan bersamaan dengan tindakan
tersebut pasien dipasang cairan infus intravena serta pemeriksaan EKG. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
16
dilakukan pemeriksaan Scan kepala atau MRI untuk mendapatkan kepastian
diagnosis berdasarkan jenis patologisnya (Perdossi, 2007).
2.2.2 Domain dari Fungsi
Aktivitas fungsional dengan hasil yang sama dapat dikelompokkan
bersama kedalam kategori atau domain. Domain dari fungsi ini terdiri dari domain
biofisik, domain psikologi, dan domain sosiokultural. Domain biofisik termasuk
kemampuan sensorimotorik yang memerlukan tindakan sehari-hari, misalnya
berpakaian, ambulasi, mempertahankan personal hygiene, dan memasak.
Domain psikologikal dipengaruhi oleh aktivitas intelektual. Motivasi,
konsentrasi, penyelesaian masalah, dan keadilan merupakan faktor-faktor yang
berkontribusi dalam fungsi psikological sebagai fungsi yang baik dimana
seseorang mengatasi stress yang dialaminya setiap hari. Domain psikological juga
mempengaruhi bagaimana menerima kemampuan untuk berfungsi, misalnya
ansietas, depresi, emosional, kesadaran diri, dan harga diri mempengaruhi fungsi
afektif (Guccione, 2000; Donna, 2012). Domain sosial budaya berhubungan
dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan berhasil dalam
aturan sosial dan kewajiban-kewajiban. Domain sosiocultural (sosial budaya)
merupakan aturan sosial dan aturan budaya yang berada pada masyarakat (terlihat
pada gambar 1).
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 2.1. Tiga domain dari status fungsional (Donna, 2011).
2.2.3 Instrumen Status Fungsional
Komponen pengkajian fungsional meliputi penglihatan dan pendengaran,
mobilitas, kontinensia, nutrisi, status mental (kognisi dan afektif), lingkungan
rumah, dukungan sosial, serta ADL (Activities Daily Living) dan IADL
(Instrumental ADL). ADL dilihat dari aktivitas dasar seperti berpindah, ambulasi,
mandi, toileting, nutrisi, dll. IADL merupakan kebutuhan lebih komplek yang
merupakan kombinasi fungsi mental dan fisik seperti penggunaan telepon,
mempersiapkan makan, mengatur transportasi, serta mengatur pengeluaran.
Instrumen pengukuran status fungsional sangat beragam antara lain: Index of
Independent in Activities of Daily Livings (ADL), The Barthel Index, The Physical
Self-Maintenance Scale, A Rapid Disability Rating Scale, Stanford Health
BIOPHYSICAL DOMAIN
Sensorimotor Tasks
PSYCHOLOGICAL DOMAIN
Affect
Motivation
Cognitive ability
SOCIOCULTURAL DOMAIN
Social roles
Cultural roles
STATUS FUNCTIONAL
Kebutuhan Perawatan diri (Self Requisites)
Universitas Sumatera Utara
18
Assessment Questionairre, dan FIM Instruement (Wilkinson, 2011 & Loretz,
2005).
The Index of Independence in Activities of Daily Livings didesain untuk
mengkaji fungsi fisik pada lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Instrumen
ini digunakan sebagai indikator penyakit kronik berat dan evaluasi dari tindakan.
Rating dikotomi pada enam fungsi ADL yang meliputi: mandi, berpakaian, pergi
ke toilet, berpindah dari tempat tidur ke kursi, kontinensia, dan makan, serta
memiliki tiga kategori skala independen.
Barthel Index digunakan untuk mengkaji kemandirian fungsional pada
domain perawatan personal dan mobilitas. Instrumen didesain untuk memonitor
penampilan pada pasien kronis atau fase rehabilitasi. Instrumen juga digunakan
untuk memprediksi lama waktu hari rawat dan indikasi sejumlah kebutuhan
perawatan.
The Physical Self-Maintenance Scale (PSMS) terdiri dari enam item dari
self-care yang didesain untuk mengukur yang digunakan dalam perencanaan dan
evaluasi tindakan pada lansia yang tinggal di komunitas atau institusi. Skala
berdasarkan teori perilaku manusia dimana hirarki yang komplek, seperti
pendekatan Katz Index. Hirarki berasal dari kesehatan fisik yang terdiri dari self-
maintenance ADL dan IADL, kognisi, penggunaan waktu, dan interaksi sosial.
The Rapid Disability Rating Scale (RDRS) mengandung 16 item
berdasarkan penilaian tenaga medis dengan tiga skala yaitu: tidak mengalami
kerusakan atau tidak membutuhkan pertolongan khusus; kerusakan moderat atau
membutuhkan asisten; serta substansial atau kerusakan lengkap atau asisten
Universitas Sumatera Utara
19
pengganti. Skala dikembangkan sebagai instrumen penelitian untuk
menyimpulkan kapasitas fungsional dan status mental pada pasien lansia di rumah
sakit dan komunitas.
The Stanford Health Assessment Questionarre mengukur tingkat kesulitan
dalam melakukan ADL. Instrumen didesain untuk pengkajian klinik pada arthritis
tetapi dapat digunakan pada penelitian untuk evaluasi perawatan. Kuisioner
berdasarkan model hirarki dengan mempertimbangkan efek dari penyakit seperti
kematian, ketidak mampuan, efek samping terapi, dan biaya kesehatan. Dimensi
kematian tergantung dari dua sub-dimensi: masalah atas/bawah anggota badan
untuk dimensi ketidakmampuan serta masalah fisik dan psikologis sebagai
dimensi ketidaknyamanan. Skala pengukuran terdiri dari 20 item pada fungsi
sehari-hari sampai minggu terakhir yaitu: berpakaian dan merawat diri, naik
tangga, makan, jalan, kebersihan, jangkauan, pegangan, dan aktivitas luar
ruangan.
Functional Independent Measure mengkaji ketidak mampuan fisik dan
kognitif dalam keperawatan. Instrumen digunakan untuk memonitor kemajuan
pasien dan mengkaji hasil akhir pada rehabilitasi. FIM terdiri dari 18 item
pertanyaan meliputi kemandirian dalam self-care, kontrol sphincter, mobilitas,
daya gerak, komunikasi, dan kognisi sosial. FIM bukan instrumen komprehensif
tetapi sebagai indikator dasar yang berfokus level ketidakmampuan sebagai
indikasi kebutuhan akan asisten untuk melakukan ADL.
Universitas Sumatera Utara
20
2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Fungsional
Faktor-faktor yang berhubungan dengan status fungsional terdiri dari dari
delapan faktor antara lain adalah (1) Usia berkaitan dengan kondisi fisiologis dan
kemampuan melakukan pemulihan setelah kondisi paska stroke terutama dalam
melakukan aktivitas fisik. Aspek demografi usia berkaitan dengan perkembangan
yang memiliki perbedaan dalam perkembangan dan kepadatan tulang serta massa
otot pada usia remaja, dewasa awal, menengah, dan akhir (Perry & Potter, 2005).
(2) Lama hari rawat berkaitan dengan proses perkembangan masa penyembuhan
tulang serta didukung program terapi dan rehabilitasi yang menentukan
perkembangan kondisi secara keseluruhan. (3) Jenis kelumpuhan yang menurut
hasil penelitian Astrid (2008), menunjukkan bahwa peningkatan Range of Motion
dan kekuatan otot meningkatkan status fungsional. Peningkatan level aktivitas
berdasarkan efisiensi perbaikan tubuh, terutama sistem muskuloskletal (Ditmyer
et al., 2002). (4) Nyeri merupakan pengalaman universal individu, yang
didefinisikan sebagai pengalaman individu dan melaporkan adanya sensasi rasa
nyaman dan tidak nyaman yang bersifat subjektif tergantung persepsi individu
(DeLaune & Ladner, 2002). Persepsi individu menentukan kemampuan
mengontrol nyeri berdasarkan komponen kognitif, sensori, dan emosional. (5)
Kelelahan bersifat subjektif sebagai gejala yang tidak menyenangkan dimana
merupakan gabungan keseluruhan perasaan tubuh berkisar pada keletihan menuju
kepenatan dan mengganggu kemampuan fungsi atau kapasitas normal (Theander
& Unossean, 2004; dikutip dari Rean & Richardson, 1996).
Universitas Sumatera Utara
21
Kelelahan menyebabkan aktivitas fisik berkurang sehingga
mengakibatkan penurunan fungsi fisik (Woung et al., 2010). Kelelahan
mengakibatkan kesulitan dalam konsentrasi dan tidur, kecemasan,
ketidakseimbangan, motivasi, dan interaksi sosial (Sung et al., 2009; dikutip dari
Olson, 2007). (6) Motivasi secara keseluruhan didefinisikan sebagai karakteristik
keadaan yang memiliki kecenderungan untuk fokus dalam kesiapan untuk
berperilaku (Carter & Kulbok, 2002). Banyak hal yang berkaitan dengan motivasi
seperti motivasi kesehatan, motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik dimana
motivasi intrinsik merupakan prekursor terhadap motivasi kesehatan. Motivasi
merupakan fokus sentral dalam berperilaku berdasarkan Health Believe Model
(Nunnery, 2008). Menurut Health Believe Model motivasi ditinjau dari perhatian
terhadap pola kesehatan secara keseluruhan, kesediaan untuk mencari dan
menerima arahan medis, bermaksud untuk patuh, aktivitas kesehatan positif
(Nunnery, 2008; dikutip dari Becker et al., 1977). Motivasi merupakan konsep
yang sangat bermanfaat pada fase rehabilitasi sebagai prediktor yang baik untuk
hasil rehabilitasi (Siegert & Taylor, 2004).
Perilaku pasien yang berkaitan dengan status fungsional merupakan bagian
dari self-care. Self-care terdiri dari sikap, norma subjektif, dan persepsi terhadap
kontrol lingkungan dimana motivasi merupakan pembentuknya (Peters &
Templin, 2010). Aktivitas fisik merupakan komponen status fungsional atau
kapasitas fungsional. Motivasi termasuk aspek psikososial yang mempengaruhi
toleransi melakukan aktivitas fisik (Perry & Potter, 2005). Motivasi self-care
status fungsional pada pola kesehatan dilihat dari perhatian melakukan aktivitas
Universitas Sumatera Utara
22
fisik. Kesediaan mencari dan menerima arahan berkaitan dengan kesediaan pasien
dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas kesehatan yang positif merupakan
dilihat dari kemampuan klien untuk mandiri dalam hal melakukan aktivitas fisik.
(7) Fall-Efficacy didasari dari teori Bandura mengenai self-efficacy yang
didefinisikan sebagai kepercayaan individu mengenai kemampuan dan
keterampilan untuk berhasil melakukan tugas dan menghindari kegagalan (Arnold
& Faulkner, 2009). Fall-efficacy didefinisikan sebagai persepsi keyakinan diri
dalam menghindari kegagalan saat melakukan aktivitas dasar dalam aktivitas
sehari-hari, dikenali sebagai faktor resiko kemandirian serta penting sebagai
intervensi (Peterson et al., 2005; dikutip dari Tinetti et al.,1990). (8) Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya dimana
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga dapat diartikan
sebagai dukungan dari orang-orang yang berarti saat melewati masa transisi.
Level ketidakmampuan merupakan dasar perkembangan suatu penyakit
yang berkaitan dengan kelelahan, nyeri sendi, kekakuan yang mempunyai efek
terhadap aktivitas sehari-hari yang mempunyai hubungan dengan keluarga (Coty
& Wallston, 2010). Dukungan dari orang dekat merupakan bentuk dukungan
sosial yang dapat digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan aktivitas fisik
(Perry & Potter, 2005). Status fungsional menuju transisi kehidupan normal pada
penyakit serius memiliki hubungan dengan penampilan kemampuan berperan dan
beraktivitas yang dipengaruhi keluarga (Newman, 2005; dikutip dari Tulman &
Universitas Sumatera Utara
23
Fawcett, 1996). Dukungan keluarga merupakan fungsi keluarga dengan integritas
komponen meliputi adaptasi, partnership, perkembangan, afeksi dan resolve
(Loretz, 2005; dikutip dari Smilkstein, 1978).
Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, penilaian
instrumental dan informative. Kehadiran keluarga selama berada di RS membantu
untuk memenuhi ADL. Bantuan yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan
klien untuk mandiri sehingga berpengaruh terhadap status fungsional. Bantuan
yang diberikan akan mengurangi kesempatan dalam melakukan aktivitas secara
berulang-ulang. Latihan terbaik untuk memperbaiki kinerja adalah melakukannya
secara berulang-ulang aktivitas (Hoppenfeld & Murthy, 2011).
2.2.5 Peran Perawat berkaitan dengan Status Fungsional
Perawat berdasarkan teori Orem menentukan kondisi pasien tipe sistem
keperawatan berupa: sistem keperawatan penyeimbang menyeluruh, sebagian,
atau mendukung/mendidik, semua tergantung pada siapa yang dapat atau harus
menjalankan aksi-aksi self-care tersebut. Wholly/ totally compesantory nursing
system adalah sistem penyeimbang keperawatan meyeluruh dibutuhkan ketika
perawat harus meringankan ketidakmampuan total seorang pasien yang
hubungannya dengan kegiatan merawat yang membutuhkan tindakan
penyembuhan dan manipulasi. Perawat mengambil alih pemenuhan kebutuhan
self-care secara menyeluruh kepada pasien yang tidak mampu melakukan
aktifitas. Partially/ Partly compensatory nursing system dimana perawat
mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dalam
Universitas Sumatera Utara
24
memenuhi kebutuhan selfcare-nya, dijalankan saat perawat dan pasien
menjalankan intervensi perawatan atau tindakan lain yang melibatkan tugas
manipulatif atau penyembuhan. Supportif/ Edukatif nursing system dimana
perawat memberikan pendidikan kesehatan untuk memotivasi melakukan self
care, tetapi yang melakukan self care adalah pasien sendiri. Pasien perlu
dikondisikan untuk belajar menjalankan ketentuan yang dibutuhkan secara
eksternal atau internal yang ditujukan oleh therapeutic self care, namun tidak
dapat melakukan tanpa bantuan.
Perawat sebagai agen keperawatan (Nursing agency) melakukan asuhan
keperawatan meliputi berbagai karakteristik intervensi keperawatan sebagai
selfcare agency. Sementara itu Orem (2007) menyebutkan juga bahwa self care
agency adalah individu yang dapat memberikan bantuan dalam kegiatan
perawatan diri. Optimalisasi status fungsional oleh perawat dapat dilakukan
dengan metode bantuan diantaranya: guidance, teaching, support, directing,
providing the developmental environment.
Universitas Sumatera Utara
25
2.3 Kualitas hidup
2.3.1 Definisi
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwa kualitas hidup merupakan tingkat dimana seseorang menikamti hal-hal
penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki
kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang mereflesikan interaksi dan
lingkungan. Definisi lain dari kualitas hidup adalah komponen kebahagian dan
kepuasan terhadap kehidupan. Akan tetapi kualitas hidup seringkali bermakna
berbeda pada setiap orang karena mempunyai banyak sekali faktor yang
mempengaruhi seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi.
Selain itu, adanya perbedaan etnik, budaya, dan agama yang mempengaruhi
kualitas dan juga perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka
kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasif (Fayers & Machin, 2007). Menurut
Fayers & Machin (2000), kualitas hidup merupakan sehat fisik, mental dan sosial
dan terlepas dari penyakit. Kualitas hidup berarti hidup yang baik, hidup yang
baik sama seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt,
Merrick, Andersen, 2003).
The Centre for health Promotion (2007), menyatakan bahwa kualitas
hidup sebagai tingkat kesenangan dan ketidak senangan seseorang terhadap hal
yang penting dalam hidupnya, misalnya kelebihan dan keterbatasan seseorang
dalam hidup dan refleksi interaksi personal dengan lingkungan. Kesenangan
meliputi dua komponen yaitu pengalaman yang menyenangkan dan sikap serta
karakteristik orang terhadap kesenangan. The Centre for health Promotion,
Universitas Sumatera Utara
26
mengemukakan ada tiga domain dari kualitas hidup yaitu personal (being).
Kepemilikan (belonging) dan tujuan hidup (becoming). Sejalan dengan Hampton
dan Qin-Hilliard (2004) yang menemukan bahwa dimensi kualitas hidup pada
pasien injuri pada tulang belakang adalah meliputi masalah hubungan dengan
keluarga besar, tetangga, dukungan pemerintah dan hidup damai.
Definisi kualitas hidup dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup
merupakan sebuah fenomena abstrak dan pengalaman individu yang sangat
subjektif. Setiap orang mempersepsikan dan mengekspresikan pengalaman hidup
sesuai dengan tingkat kehidupan dan kapasitas individu tersebut. Orang dengan
kesenangan dan pencapaian hidup yang lebih baik sesuai dengan setting yang
mereka buat akan menyatakan kualitas hidupnya baik sementara orang dengan
kualitas hidup kurang baik bilamana apa yang mereka telah tentukan dalam
hidupnya tidak tercapai atau kurang dapat memenuhi keinginan subjektifnya.
2.3.2 Komponen Kualitas Hidup
Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga
bagian yaitu (1) Internal individu dalam kualitas hidup dibagi tiga yaitu secara
fisik, psikologis, dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik,
personal higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum.
Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis,
kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri. Secara spiritual
terdiri dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual. (2) Kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
27
(hubungan individu dengan lingkungan) dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu
secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah,
secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat, keluarga,
teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat. (3) Harapan (prestasi dan aspirasi
individu) dalam kualitas dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan pekerjaan.
Secara praktis yaitu rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan
pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan
pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan
waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.
World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas
hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan
sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang (WHO, 1998).
Domain fisik WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: (1) Nyeri
dan ketidak nyamanan, aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak
menyenangkan yang dialami individu, dan berubah menjadi sensasi yang
menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak
menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek,
bahkan penyakit gatal. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri,
walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikan(WHO, 1998). (2) Tenaga
dan lelah, aspek mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti rekreasi. Kelelahan membuat
individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup
yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit,
Universitas Sumatera Utara
28
depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998). (3) Tidur dan istirahat,
aspek yang berfokus pada tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan
untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat
kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO, 1998).
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwa Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi,
olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik. WHOQOL membagi
domain psikologis pada lima bagian, yaitu: (1) perasaan positif, aspek ini menguji
pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian,
kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal yang baik dalam
hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian
penting dari segi ini (WHO, 1998). (2) berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi,
aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran, pembelajaran,
ingatan, konsentrasi dan kemampuan dalam membuat keputusan. Keadaan ini juga
termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan (WHO, 1998).
(3) Harga diri, aspek ini menguji apa yang individu rasakan yang memiliki jarak
dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka
sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek dari
harga diri berfokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan
diri dan kendali diri (WHO, 1998). (4) Gambaran diri dan penampilan, aspek ini
menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh
kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan
yang dimilikinya pada konsep diri. Keadaan ini termasuk perluasan dimana
Universitas Sumatera Utara
29
apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya, berdandan,
berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya (WHO, 1998). (5)
perasaan negatif, aspek ini berfokus pada pengalaman perasaan negatif individu,
termasuk putus asa, perasaan berdosa, kesedihan, tidak bersemangat, kegelisahan,
kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari
perasaan negatif yang menyedihkan yang berakibat pada fungsi keseharian
individu (WHO, 1998).
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwa psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis dan
penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri, dan
kontrol diri. WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian,
yaitu: (1) pergerakan merupakan aspek yang menguji pandangan individu
terhadap kemampuan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di
sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan
transportasi (WHO, 1998). (2) aktivitas hidup sehari-hari yaitu aspek yang
mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
misalnya perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan
dimana individu tergantung pada yang lain untuk membantunya dalam aktivitas
keseharian juga berakibat pada kualitas hidupnya (WHO, 1998). (3)
Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan yakni aspek yang menguji
ketergantungan individu pada medis atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur
dan obat herbal) untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologis. Pengobatan
pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu (seperti
Universitas Sumatera Utara
30
efek samping dari kemoterapi) di saat yang sama pada kasus lain menambah
kualitas hidup individu (seperti pasien kanker yang menggunakan penghilang
nyeri) (WHO, 1998). (4) Kapasitas pekerjaan yaitu aspek yang menguji
penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas
besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan
upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan
waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga (WHO, 1998).
Domain hubungan sosial , WHOQOL membagi domain hubungan sosial
pada tiga bagian, yaitu: (1) Hubungan perorangan merupakan aspek yang menguji
tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari
hubungan yang dekat dalam kehidupan. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan
kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara
emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi
pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. (WHO, 1998).
(2) Dukungan sosial merupakan aspek yang menguji apa yang individu rasakan
pada tanggung jawab, dukungan, dan bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini
berfokus pada banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,
faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit
(WHO, 1998). (3) aktivitas seksual merupakan aspek yang berfokus pada
dorongan, dan hasrat pada seks, serta tingkatan dimana individu dapat
mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat (WHO, 1998).
Universitas Sumatera Utara
31
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwa social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial dan termasuk
perasaan dari penerimaan yang keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga serta
masyarakat. WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
(1) keamanan fisik dan keamanan, aspek ini menguji perasaan individu pada
keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari
beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan
langsung dengan perasaan kebebasan individu (WHO, 1998). (2) lingkungan
rumah, aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat
berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada
kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998). (3) sumber
penghasilan, aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan
(dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat
mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998). (4)
kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas, aspek ini menguji
pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di sekitar (WHO, 1998).
(5) kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan, aspek ini
menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan
baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi, misalnya
program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di
waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO, 1998).
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwa Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
Universitas Sumatera Utara
32
pengetahuan dan keterampilan yaitu partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan
waktu luang, aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan
keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO,
1998).
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwa leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan
penurunan stress misalnya, permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan
kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan.
Leisure becoming ini terdiri dari (1) Lingkungan fisik (polusi/ keributan/
kemacetan/ iklim), aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya.
Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana
pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO,
1998). (2) Transportasi, aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa
mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO,
1998).
Domain Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang, aspek ini menguji
kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup yang dapat
membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidup, memberi kekuatan pada
pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha,
Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan
kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama (WHO, 1998).
Universitas Sumatera Utara
33
Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan
bahwam Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku,
dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan pengaturan
kepercayaan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF
membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan
sosial, dan lingkungan.
2.3.3 Masalah Stroke yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Beberapa masalah yang dialami pasien stroke dapat sangat mempengaruhi
kualitas hidupnya, antara lain adalah (1) Nyeri merupakan keluhan yang paling
sering dikemukakan oleh pasien stroke. Berbagai penyebab nyeri yang timbul
antara lain; nyeri bahu, nyeri akibat spastisitas. Nyeri bahu merupakan masalah
yang sering terjadi pada pasien stroke. Komplikasi ini disebabkan oleh
peregangan dan peradangan sendi bahu yang melemah, dan sangat sering pada
pasien dengan tungkai atas atau bawah yang lemah, atau mereka yang memiliki
riwayat gangguan tungkai atas, diabetes melitus, dan tinggal sendiri di rumah.
Seperti pada banyak komplikasi stroke lain, nyeri bahu jauh lebih mudah dicegah
daripada diobati. Pada kenyataannya, sekali terbentuk, nyeri ini cenderung
menetap, sering kali semakin buruk, terutama jika tidak terapi dengan benar, dan
dapat menyebabkan cacat yang signifikan.
Tindakan pencegahan terbaik adalah penempatan posisi dan reposisi di
tempat tidur menopang lengan yang lemah (lumpuh) dengan bantal atau sandaran
Universitas Sumatera Utara
34
tangan jika mungkin; menghindari peregangan sendi bahu, terutama oleh tarikan
pada lengan lemah; dan menopang lengan yang lemah dengan lengan yang normal
atau dengan menggunakan perban saat berjalan sehingga lengan tersebut tidak
terkulai ke bawah (Smeltzer & Bare, 2008). (2) Mobilitas merupakan tujuan
utama perawatan penderita stroke karena kelumpuhan membuat mereka tidak
berdaya. Kasus paralisis ekstremitas patut mendapatkan perhatian khusus.
Perawatan harus ditekankan untuk melihat pasien tidak berada diatas kaki dengan
terlalu lama dan adanya sirkulasi pada bagian tertentu yang terhambat. Untuk
mencegah kontraktur perawat yakin bahwa pasien dalam posisi yang benar dan
sendi-sendi digerakkan dengan sakit atau pasif melalui latihan rentang gerakan
beberapa kali setiap hari. Pasien dengan gangguan neurologis mempunyai resiko
kontraktur: berbaring ditempat tidur menyebabkan kaki dalam keadaan jatuh
dengan plantar dalam keadaan fleksi dan pinggul serta lutut menjadi fleksi.
Jaringan fibrosa menjadi kaku didalam otot dan spastisitas yang nyeri
memperberat masalah. Kunci dalam mencegah nyeri tipe ini yaitu dengan posisi
pasien yang benar dengan menggunakan latihan rentang gerak dalam satu hari dan
mendukung pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri. Kelemahan otot
merupakan akibat dari lesi korteks, batang otak, medulla spinalis, ujung sel
anterior, saraf perifer, penghubung saraf otonom yang bertujuan untuk
peningkatan kekuatan otot (Smeltzer & Bare, 2008). (3) Perawatan diri dengan
gangguan fungsi neuromuskular dapat mempengaruhi aktivitas perawatan diri.
Pasien yang mengalami stroke akan mengalami gangguan dalam aktivitas hidup
sehari-hari. Perawat bekerjasama dengan anggota tim rehabilitasi lainnya,
Universitas Sumatera Utara
35
mengevaluasi rentang gerak pasien, sensasi, kekuatan otot, ketahanan, dan
koordinasi dan juga kemampuan belajar. Pasien diajarkan agar terampil dalam
merawat diri (Smeltzer & Bare, 2008). (4) Fungsi Sosial merupakan hasil yang
penting pada pasien stroke adalah berinteraksi dengan sosial/ masyarakat dengan
kembali beraktivitas. Aktivitas dalam mengisi waktu luang lebih penting dari
bekerja. Pembatasan aktivitas mengisi waktu luang mungkin akibat adanya
kegagalan fisik atau gangguan kognitif tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor
psikologis, atau bahkan karena ketakutan bahwa aktivitas akan memicu stroke
ulang. Berkurangnya aktivitas waktu luang akan menyebabkan isolasi sosial,
perubahan afek/mood, dan berpengaruh buruk terhadap hubungan antar pasien
dengan keluarga atau perawatnya. Oleh karena itu perlunya konseling yang baik
antara pasien dan keluarga untuk tetap dapat mengisi waktu luang dengan
aktivitas dan kontak sosial. (4) Masalah Psikologis: Kecemasan/ depresi pada
pasien stroke sering mengalami gangguan psikologis non spesifik, depresi,
kecemasan. Depresi mempunyai dimensi perubahan pada mood, afektif, kognitif,
behavioral, neurovegetatif dan endokrin. Perubahan mood pada depresi berupa
kesedihan dan kehilangan kemampuan untuk bergembira. Kecemasan sering
didapatkan pada orang depresi. Kelainan afektif dapat terlihat dari muka dan sikap
yang sedih dan sering menangis. Perubahan kognitif yang terjadi adalah
kehilangan motivasi, inisiatif dan menjadi apatis. Penderita menjadi merasa tidak
berdaya, tidak berguna, tidak dapat konsentrasi dan merasa tidak dapat menolong
dirinya sendiri, bahkan terkadang disertai juga perasaan gangguan organik.
Beberapa diantaranya ada yang menarik diri dari pergaulan/kegiatan sosial,
Universitas Sumatera Utara
36
disertai halusinasi dan delusi. (5) Masalah kognitif pada pasien stroke mengalami
masalah kognitif, perilaku dan penurunan emosi akibat kerusakan otak. Derajat
fungsi dapat kembali pulih karena tidak semua daerah otak rusak bersama-sama;
beberapa yang tersisa lebih utuh dan berfungsi dari pada yang lain.
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Kualitas hidup merupakan pengalaman subjektif akan dipengaruhi oleh
kemampuan individu dalam memahami hidupnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien paska serangan stroke. Faktor fisik, dan
fungsional sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien stroke. Ahlsio, et al
(2008) menemukan bahwa pada pasien pasca serangan stroke dengan keterbatasan
gerak mempunyai kualitas hidup lebih rendah dari pada tanpa keterbatasan gerak.
Ditemukan pula bahwa pasien dengan keterbatasan fisik paska serangan stroke
mengalami gangguan psikologis diantaranya depresi dan stres.
Universitas Sumatera Utara
37
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup sangat banyak, seperti
keuangan, kesehatan, keamanan, keadaan lingkungan dan lain-lain. Faktor-faktor
tersebut saling terkait satu sama lain. Walaupun seseorang mempunyai keuangan
yang cukup belum tentu mempunyai kualitas hidup yang baik, jika orang tersebut
menderita penyakit kronik begitu juga sebaliknya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup, sehingga dalam bidang kesehatan yang dibicarakan
adalah kualitas hidup yang terkait kesehatan (Guyat et al, 1993). Konsep kualitas
hidup baru mulai berkembang pesat dimana adanya peningkatan penelitian
kualitas hidup dari tahun 1980-1997 dari 0.6% menjadi 4.2% dari seluruh
penelitian (Garrat et al, 2002).
Faktor lain yang menjadi alas an pentingnya kualitas hidup adalah adanya
perbedaan kemampuan adaptasi seseorang terhadap penyakit. Misalnya pada
kasus seseorang dengan penyakit sendi yang sama, dapat memberikan status
fungsional fungsional dan status emosional yang berbeda. Sehingga pada kasus
seperti ini, seorang pasien masih dapat bekerja sedangkan pasien lain sudah
berhenti bekerja (Guyatt et al., 1993).
Marcel, et al (2008) menemukan bahwa masalah psikologis sangat
mempengaruhi kualitas hidup pasien pasca serangan stroke. Masalah psikologis
yang dirasakan oleh kebanyakan pasien pasien serangan stroke adalah depresi,
kecemasan dan kelelahan psikologis atau ketidakberdayaan. Dalam hal ini
ditemukan pula bahwa ada perbedaan kualitas hidup pasien laki-laki dengan
wanita.
Universitas Sumatera Utara
38
Bays dan Cathy (2001), menemukan bahwa kualitas hidup pasien paska
serangan stroke dipengaruhi oleh gangguan psikologis, parahnya kerusakan fisik,
tingkat keparahan afasia yang dialami pasien, reaksi yang tidak adekuat terhadap
penyakitnya, pesimis dan ketidakmampuan untuk kembali bekerja. Dua puluh
persen sampai tujuh puluh persen dari kualitas hidup pasien dipengaruhi oleh
adanya depresi (gangguan psikologis), Kemampuan fungsional dan hubungan
sosial dengan sekitarnya.
Kualitas hidup terkait kesehatan dapat diukur dengan menggunakan
instrumen yang berisikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seperti
yang sudah disebutkan diatas, yaitu mobilitas, rasa nyeri, gangguan depresi/
cemas dan ungkapan/ persepsi seseorang tentang kualitas hidupnya dalam suatu
angka/skala. Untuk menetapkan kualitas pasien stroke kita harus memilih
instrumen yang sesuai usulan yang dikemukakan oleh De Haan & Farransen
(2002) diantaranya harus jelas konsep kualitas hidup dalam hubungannya dengan
International classification of impairment, disabilities, and handicaps (ICIDH)
dari WHO.
Mengukur kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi intervensi
keperawatan terapeutik. Instrumen kualitas hidup dapat dibagi ke dalam skala
umum dan penyakit-spesifik. Tidak ada instrumen khusus pada pasien stroke
untuk mengevaluasi kualitas hidup saat ini (Williams, 1998). Walaupun stroke
merupakan masalah utama, metode terbaik untuk mengukur hasil stroke tidak
jelas, sebagian disebabkan oleh heterogenitas tanda-tanda dan gejala stroke
Universitas Sumatera Utara
39
(Williams, 1998). Kualitas hidup sebagian besar dinilai oleh instrumen tergantung
pada laporan diri. Metode pengumpulan data sangat tidak cocok untuk pasien
dengan kognitif atau komunikatif (De Haan & Faranson, 2002; Sneeuw et al,
1997). Pemilihan ukuran kualitas hidup harus didasarkan pada atribut psikometri
yang termasuk kelayakan, validitas, reliabilitas, dan kepekaan terhadap perubahan
(Norman et al, 1998). Penelitian outcome pasien stroke memerlukan skala kualitas
hidup yang spesifik yang memfokuskan pada masalah spesifik pasien stroke.
Instrumen harus dapat membedakan efek akibat stroke dengan akibat
bertambahnya usia.
2.3.5 Domain Kualitas Hidup
Secara umum terdapat 5 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur
kualitas hidup berdasarkan kuesioner oleh WHO (World Health Organization),
bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan
aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang
yang termasuk kualitas hidup adalah kesehatan fisik (physical health), kesehatan
umum, nyeri, energy dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat, Kesehatan
psikologis (physichological health), cara berpikir, belajar, memori dan
konsentrasi, tingkat aktivitas (level of independence), mobilitas, aktivitas sehari-
hari, komunikasi, kemampuan kerja, hubungan sosial (sosial relationship),
hubungan sosial, dukungan sosial, lingkungan (environment), keamanan,
lingkungan rumah, kepuasan kerja (Herman, 1993).
Menurut Ware dan Sherbourne (1992), kualitas hidup dapat diukur dengan
menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
40
dalam mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan semua
domain akan diukur dalam dua dimensi yaitu penilaian objektif dari fungsional
atau status kesehatan dan persepsi sehat yang lebih subjektif. Walaupun dimensi
objektif penting untuk menentukan derajat kesehatan, tetapi persepsi subjektif dan
harapan membuat penilaian objektif menjadi kualitas hidup yang sesungguhnya.
Suatu instrument pengukuran kualitas hidup yang baik perlu memiliki konsep,
cakupan, reliabilitas, validitas dan sensitivitas yang baik pula.
Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus
(specific scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur
kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronis, instrumen ini
digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional,
ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah
satu contoh instrumen umum adalah the Medical Outcome Study (MOS) 36-item
short-form Health Survey (SF-36). Instrumen yang dipakai untuk mengukur
sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua)
atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contohnya adalah “The
Washington Psychosocial Seizure Inventory” (WPSI).
Pada penelitian ini salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur
kualitas hidup pasien stroke adalah dengan The MOS (SF-36). SF-36
dikembangkan oleh Fayers & Machim (2000) merupakan instrumen generik
(dapat dipergunakan untuk bermacam penyakit maupun usia) yang telah
dipergunakan secara luas untuk mengukur kualitas hidup terkait kesehatan
Universitas Sumatera Utara
41
(Harmaini, 2006) dan telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia.
Validitasnya telah dibuktikan pada populasi umum dan beberapa grup pasien yang
bervariasi (De Haan & Farnson, 2002). Instrument SF-36 ini dapat digunakan oleh
subjek wanita maupun pria. Subjek yang dapat menggunakan kuesioner ini harus
berusia di atas 14 tahun ((AHOC, 2005). Instrument SF-36 merupakan suatu isian
berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status
kesehatan yang terbagi dalam; pembatasan aktifitas fisik karena masalah
kesehatan yang ada, pembatasan aktifitas sosial karena masalah fisik dan emosi,
pembatasan aktifitas sehari-hari karena masalah fisik, nyeri seluruh badan,
kesehatan mental secara umum, pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah
emosi, vitalitas hidup, pandangan kesehatan secara umum. Pertanyaan yang
terdapat pada SF-36 adalah tentang persepsi pasien secara umum tentang
kesehatannya, kemudian pasien akan mengatakan tentang kesehatannya adalah,
sempurna, sangat baik, baik, kurang, sangat kurang. Kemudian pertanyaan pada
instrument ini adalah membandingkan kesehatan pasien saat ini dengan 4 minggu
yang lalu.
Demet et al (2008) mengatakan SF-36 merupakan instrumen yang tepat
digunakan pada pasien stroke. Hal ini didukung juga oleh penelitian Shinohara
(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke iskemik
dengan menggunakan instrumen SF-36. Ronning (2006) juga menggunakan
instrumen SF-36 untuk penelitian perbedaan kualitas hidup 1 sampai 6 bulan
setelah stroke iskemik. Owolabi (2009) mengatakan bahwa instrumen SF-36 lebih
Universitas Sumatera Utara
42
valid digunakan pada pasien setelah mengalami stroke, karena pada instrumen ini
menilai bagaimana pasien beradaptasi, kognitif, spiritual setelah serangan stroke.
Dorman et al (1999) membandingkan reliabilitas The Short-Form 36 (SF-
36) dengan EuroQol (5D). Sebanyak 1125 pasien stroke diukur kualitas hidup
dengan EuroQol dan 1128 pasien diukur dengan kuesioner SF-36. Jumlah tersebut
diambil secara acak (EuroQol: 271 pasien dan SF-36: 253 pasien) dalam selang
waktu 3 minggu kemudian untuk mengisi lagi daftar instrumen yang sama. Hasil
yang didapat untuk EuroQol reliabilitasnya (k antara 0.63-0.80), interval
kepercayaan 95%) dan pada SF-36 untuk masing-masing bidang secara kualitatif
didapatkan hasil yang serupa kecuali kesehatan mental (Koefisien korelasi intra
kelas = 0.28). Penggunaan kedua instrument ini layak untuk pengukuran kualitas
hidup pasien stroke.
Instrumen SF-36 mengenai kualitas hidup terbagi dalam 8 dimensi. Terdiri
dari dimensi fungsi fisik (10 butir pertanyaan), peranan fisik (4 butir), rasa nyeri
(2 butir), kesehatan umum (5 butir), fungsi sosial (2 butir), vitalitas/energy (4
butir), peranan emosi (3 butir) dan kesehatan mental (6 butir). Delapan dimensi
tersebut dapat dikumpulkan menjadi empat dimensi menurut De Haan et al (1993)
sebagai berikut; dimensi fisik (dimensi merujuk pada gejala-gejala yang terkait
penyakit, dimensi fungsional (dimensi ini terdiri dari perawatan diri, mobilitas,
serta level aktivitas fisik seperti kapasitas untuk dapat berperan dalam kehidupan
keluarga maupun pekerjaan), dimensi psikologis (meliputi fungsi kognitif, status
emosi, serta persepsi terhadap kesehatan, kepuasaan hidup, serta kebahagiaan,
dimensi sosial (meliputi penilaian aspek kontak dan interaksi sosial secara
Universitas Sumatera Utara
43
kualitatif maupun kuantitatif). Penilaian untuk Skoring pada SF-36 berkisar antara
0-100, dimana semakin tinggi skor menunjukkan semakin baiknya kualitas hidup
terkait kesehatan pasien (Brazier, Jines & Kind, 1993).
2.4 Kerangka Konsep
Stroke iskemik dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan CT-
Scan pada daerah kepala pasien. Stroke iskemik mengakibatkan gangguan
motorik, sensorik, kognitif, verbal dan emosional yang mengubah kualitas hidup
dan status fungsional pasien tersebut. Kualitas hidup akan mengalami perubahan
jika pasien mengalami gangguan dan begitu pula sebaliknya status fungsional.
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 2.2: Sumber: Price & Wilson (2005), Carod-Artal et al (2009),
Slevin (1996).
2.5 Kerangka Konsep Teori Dorothea Orem
Berdasarkan konsep teori Orem bahwa perawatan diri merupakan fungsi
regulasi manusia untuk dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup. Menurut
Orem (2001) kebutuhan perawatan diri terdiri dari tiga asumsi yaitu pertama,
manusia membutuhkan pemasukkan bahan kebutuhan untuk mempertahankan
hidup; kedua, perkembangan manusia dari janin hingga dewasa untuk memenuhi
kebutuhan mempertahankan hidup agar terpenuhi lingkaran kehidupan; dan
Gangguan
Motorik
Gangguan
Sensorik
Gangguan
Kognitif
Gangguan
Verbal
Gangguan
Emosional
Stroke Iskemik
(CT-Scan Kepala)
STROKE ISKEMIK
Status Fungsional
(Self report)
Perubahan Kualitas Hidup
(SF-36 EuroQol)
Universitas Sumatera Utara
45
deviasi dari struktur normal dan fungsi dari kebutuhan untuk kesejahteraan dan
mencegah penyimpangan yang terjadi serta mengontrol pengaruh dari
penyimpangan.
Gambar 2.3: Teori Orem (2001); Framework Conceptual of Self-Care Requisites
(Adopted by Theory Based Nursing Practice (TBNP) A working document at The
University of Tennesse at Chattanooga School of Nursing Faculty & Students,
2013).
Kebutuhan Perawatan diri (Self-Care Requisites)
Kebutuhan Perawatan diri secara universal (Universal Self-Care
Requisites)
Perkembangan kebutuhan Perawatan diri
(Developmental Self-Care Requisites)
Penyimpangan Kesehatan
(Health Deviation)
Air
(Water)
Udara
(Air)
Makanan
(Food)
Eliminasi
(Elimination)
Aktivitas/ Istirahat
(Activity/ Rest)
Kesendirian/ Aktivitas Sosial
(Solitude/ Social Activity)
Mencegah Bahaya/ Mempromosikan kesejahteraan
(Prevention Hazard/ Promotion well being)
Normal (Normalcy)
Universitas Sumatera Utara
46
2.6 Kerangka Penelitian
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka
konsep inti terdiri dari variabel bebas (independen) dan Variabel terikat
(dependen).
Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : (1) Variabel independen adalah variabel status fungsional yang
digunakan untuk mempengaruhi kualitas hidup (2) variabel dependen adalah
variabel kualitas hidup adalah variabel yang dipengaruhi oleh status fungsional.
Indikator pengukuran aktivitas sehari-hari, peneliti mengadopsi instrumen
berdasarkan gangguan status fungsional pada pasien yang mengalami gangguan
sistem syaraf yang sudah divalidasi oleh tiga orang yang ahli dalam bidang
neurologi. Variabel kualitas hidup menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi
oleh peneliti sembelumnya dan sudah digunakan banyak Negara termasuk
Indonesia.
Skema 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Kualitas Hidup:
Fungsi fisik Peranan fungsi Rasa nyeri Kesehatan umum Fungsi sosial Vitalitas/energy Peranan Emosi Kesehatan Mental
Status Fungsional
Nyeri kepala Muntah Vertigo Gangguan
penglihatan Gangguan
pendengaran Saraf otak lain Fungsi luhur Gangguan kesadaran Gangguan motorik Sensibilitas Gangguan saraf
otonom
Universitas Sumatera Utara
47
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan desain penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, pengambilan sampel, pengukuran sampel, instrumen, analisa
data, validitas, reliabilitas, pilot study dan pertimbangan etik.
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian deskriptif korelasi. Penelitian deskriptif korelasi bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara dua variabel yaitu: status fungsional dengan
kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota Medan.
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit pemerintahan yaitu RSUD dr
Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan karena RSUD dr. Pirngadi dan
RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki jumlah sampel yang representative dan
rumah sakit ini sebagai rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan Waktu
penelitian dilakukan mulai 29 Oktober – 27 November 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh pasien stroke iskemik yang ada di dua
rumah sakit umum milik pemerintah yang ada di kota Medan (rumah sakit umum
pusat Haji Adam Malik, dan rumah sakit umum daerah dr Pirngadi). Alasan
peneliti menggunakan pasien stroke iskemik, karena pasien stroke iskemik
mengalami gangguan status fungsional pada tubuhnya dengan melihat hubungan
Universitas Sumatera Utara
48
dengan kualitas hidup. Jumlah pasien stroke iskemik di RSUP. H. Adam Malik 20
orang sedangkan RSUD dr Pirngadi sebanyak 79 orang pasien stroke iskemik.
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah pasien stroke iskemik di ruang poli
neurologi yang melakukan pemeriksaan CT-Scan.
Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki
peneliti (Setiadi, 2007).. Pada metode ini jumlah unit sampel yang digunakan
dipilih secara acak dengan elemen populasi yang mempunyai peluang yang sama
(Polit & Beck, 2012). Penentuan besaran sampel dalam penelitian menggunakan
metode power analysis. Metode power analysis dilakukan untuk mengestimasi
jumlah sampel penelitian yang tepat. Menurut Polit dan Hungler (1999) power
analysis ini bertujuan untuk menetapkan ukuran sampel sehingga menunjukkan
hasil yang signifikan, selain itu dapat juga menentukan kekuatan uji statistik.Tiga
dari empat kriteria untuk mencapai hasil yang signifikan yang harus diketahui: 1)
kriteria signifikansi (α), 2) effect size (γ), dan power (1-β). Analisa data hubungan
status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota
Medan maka peneliti menetapkan nilai α sebesar .05, γ (power) .80, dan 1-β
(effect size) sebesar .40. Peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 99 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data status fungsional,
data kualitas hidup, dan data demografi pasien stroke iskemik. Prosedur
pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari prosedur administratif dan
prosedur pelaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
49
3.4.1 Prosedur Administratif
Prosedur administratif pada penelitian ini dimulai dengan mengajukan
surat lulus uji etik (ethical clearance) kepada lembaga etik penelitian yaitu komisi
etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Surat
lulus uji etik dikeluarkan, peneliti mengajukan permohonan izin untuk
melaksanakan penelitian kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr
Pirngadi Kota Medan. Peneliti meminta izin kepada kepala SMF Neurologi RSUP
Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Kota Medan setelah izin dikeluarkan
dan menjelaskan tujuan dan membuat kontrak kerja terhadap lamanya penelitian
dilakukan.
3.4.2 Prosedur pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini dimulai dengan memilih sampel
penelitian dengan cara simple random sampling. Di rumah sakit RSUD dr
Pirngadi memiliki ±100 orang pasien rawat jalan di ruangan SMF Poli Neurologi
terdiri dari dua sesi, sesi pertama dimulai pada jam delapan pagi dan selesai jam
12:00 wib siang, kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu sekitar jam 1
siang sampai jam 3 pada hari tertentu misalnya hari senin-jumat sedangkan hari
sabtu hanya buka sampai pukul 11:00 wib. Peneliti selanjutnya membuat
kerangka sampling dengan mengidentifikasi jumlah responden berdasarkan
sampel yang dipilih. Responden yang telah sesuai dengan kriteria peneliti
diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan persetujuan responden untuk
mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent.
Universitas Sumatera Utara
50
Pelaksanaan penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa dibantu
asisten peneliti, peneliti mulai memberikan kuesioner kepada pasien yang sedang
berada di poli neurologi. Responden yang memiliki penglihatan kurang dan
keterbatasan dalam menggerakkan anggota tubuhnya, peneliti membacakan
kuesioner dan mengisi kuesioner tersebut.
3.5 Uji Validitas
Uji validitas instrumen adalah mengukur apa yang seharusnya diukur
(Polit & Beck, 2012). Content validity Index (CVI) berkaitan dengan kemampuan
suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Content Validity Index
diukur dengan menetapkan ahli mengevaluasi instrumen dan menentukan
relevansi dan kesesuaian pernyataan (Lynn, 1986). Lebih lanjut Lynn
menjelaskan Content Validity Index (CVI) dilakukan oleh 3 dan 4 ahli. CVI untuk
setiap item akan dihitung melalui ahli yang diratingkan pada skor 3 atau 4. Level
Acceptabel adalah koefisien korelasi dalam nilai 0.80 yang dianggap sebagai nilai
minimal predictor individual (Lynn, 1985). Nilai CVI dalam studi ini adalah 0.89
atau lebih besar. Mengukur CVI instrumen status fungsional dan kualitas hidup
peneliti memberikan kepada ahli yang mampu memahami status fungsional dan
kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota Medan. terdiri dari dua
orang lulusan S2 Keperawatan Medikal Bedah dan satu orang dokter spesialis
neurologi. Ahli menerima kuesioner status fungsional untuk dilakukan penelitian.
Penilaian masing-masing instrumen terdiri dari empat kategori: kategori 1
(relevan untuk penelitian) dan kategori 2 (relevan untuk mengukur konsep) terdiri
dari: 1= Item tidak relevan, 2= item perlu banyak revisi, 3= item relevan tetapi
Universitas Sumatera Utara
51
perlu sedikit revisi, 4= item sudah relevan. Kategori 3 (pengulangan item) terdiri
dari 1= ada pengulangan item, dan 2=tidak ada pengulangan item. Kategori 4
(tentang kejelasan item) terdiri dari: 1= item tidak jelas dan 2= item jelas. Item
dengan nilai 1 dan 2 akan dihapus, item dengan nilai 3 dan 4 akan digunakan.
Instrumen status fungsional terdiri dari 39 item pertanyaan, namun setelah
dilakukan content validity index terdapat beberapa item yang harus dihapus. Item
yang dihapus adalah item no 9, 10, 11, 15,16, 22, 30, 35, 36 dan 37 karena item
tersebut bernilai 1 dan 2. Maka, instrumen status fungsional saat ini berjumlah 29
item pernyataan.
Hasil CVI dari tiga puluh sembilan item status fungsional hanya 29 item
dinyatakan relevan, sehingga instrumen yang digunakan hanya 29 item. Hasil CVI
instrumen status fungsional dari Ahli yang pertama diperiksa oleh seorang
magister keperawatan medikal bedah dengan nilai CVI adalah 0.89, dan Ahli
yang kedua diperiksa oleh lulusan magister keperawatan medikal bedah yang
dengan nilai CVI adalah 0.93, sedangkan expert yang ketiga diperiksa oleh
seorang dokter spesialis neurologi dengan nilai CVI adalah 0.86. Hasil CVI dari
ketiga expert adalah 0.89. Instrumen status fungsional dengan 29 pernyataan
dinyatakan acceptable dan layak dilanjutkan pilot study.
Menurut Brazier, Jones, Cathain, Thomas, Usherwood (1992),
menemukan bahwa hasil validitas SF-36 adalah 0.85. Hasil Content Validity Index
(CVI) The MOS (SF-36) pada 25 penelitian menurut Tsai, Bayliss, dan Ware
(1997) adalah 0.70. Hasil penelitian Rahmi (2012), menemukan bahwa validitas
SF-36 yang dipakai pada pasien stroke iskemik adalah 0.80. Karena penggunaan
Universitas Sumatera Utara
52
aplikasi SF-36 in telah tersebar pada beberapa kejadian dari banyak validitas
penelitian yang relevan untuk interpretasi. Studi ini memiliki konten yielded
content, kriteria, konstruk, dan prediksi kejadian validitas. Kuesioner ini
dievaluasi sendiri dengan menggunakan scoring yang bertujuan memperkirakan
rata-rata perubahan status kesehatan selama satu tahun diikuti perkembangannya.
Kuesioner SF-36 ini dikembangkan dari kelompok studi kasus, tes kognitif formal
dan studi empirik dalam lebih dari beberapa Negara yang mendukung dalam
perubahan kata dari beberapa item pernyataan yang digunakan untuk
mengindentifikasi konsep kesehatan yang diadopsi dari Version 2.0. Perubahan
SF-36 dalam bahasa inggris membuat instrumen ini mudah dimengerti dan
membuat item pernyataan lebih objektif. Perubahan pada item dikembangkan
dengan proses terjemahan dan adaptasi SF-36 untuk dapat digunakan selama
pengkajian kualitas hidup secara internasional (International Quality of Life
Assessment).
3.6 Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen menggambarkan stabilitas dan konsistensi
suatu instrumen dalam suatu konteks yang diberikan (Brocop & Tolsma, 2000).
Konsistensi dan akurasi dari pengumpulan data oleh peneliti sendiri memastikan
keandalan penelitian dan kuesioner yang sama. Uji reliabilitas merupakan indeks
yang menunjukan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya atau konsistensi
sebagai alat ukur. Uji reliabilitas studi ini dengan menghitung indeks reliabilitas
yaitu menggunakan metode Kuder Richadson formula 20 (KR20) yaitu rumus
Universitas Sumatera Utara
53
untuk uji reliabilitas item yang mirip dengan cronbach alpha dengan formula
rumus KR20 adalah:
Menghitung harga p dan q sama dengan yang telah diuraikan pada
pembahasan validitas butir instrument. Sedangkan s2 (varians):
Koefisien korelasi berada antara 0-1. Penilaian instrument dikatakan
reliable jika koefisien korelasinya ≥ 0.6, makin tinggi koefisien korelasi makin
reliable instrumen. Nilai KR20 status fungsional pada pasien stroke iskemik 0.96.
Uji reliabilitas kualitas hidup pasien stroke dikatakan memiliki reabilitas tinggi
jika alpha cronbach 0.70 dan diatas 0.80 adalah baik (Polit & Beck, 2012). Nilai
Cronbach’s Alpha tiga puluh enam item kualitas hidup 0.60. Nilai Cronbach’s
Alpha dimensi fungsi fisik adalah 0.96, dimensi peranan fisik -0.08, dimensi rasa
nyeri -0.07, dimensi kesehatan umum -0.94dimensi fungsi sosial 0.40, dimensi
vitalitas/energy -0.54, dimensi kesehatan mental 0.18, dimensi kesehatan mental
Universitas Sumatera Utara
54
0.82, sedangkan uji reliabilitas dari delapan dimensi yang lain menggunakan
konsistensi internal dan metode test-retest dengan rata-rata reliabel minimum 0.70
digunakan lebih dari 25 penelitian (Tsai, Bayliss, & Ware, 1997); beberapa
peneliti menemukan nilai reabilitas kualitas hidup 0.80 (McHorney et al., 1994;
Ware et al., 1993). Uji reliabilitas pada fisik dan mental adalah 0.90 (Ware at al.,
1994). Menurut Ware, Kosinski, dan Keller (1994), uji realiabilitas untuk dimensi
fungsi fisik 0.93, dimensi peranan fisisk 0.89, dimensi rasa nyeri 0.90, dimensi
kesehatan umum 0.81, dimensi vitalitas/energy 0.86, dimensi fungsi sosial 0.68,
peranan emosi 0.82, dan dimensi kesehatan mental 0.84. Hasil penelitian Brazier
et al., (1992) menemukan bahwa kuesioner SF-36 memiliki reliabilitas 0.85 pada
usia 16-74 tahun.
Polit dan Hungler (2001) menyatakan pilot study dapat digunakan sebagai
versi skala kecil atau uji coba dalam persiapan untuk penelitian utama. Pilot study
berguna untuk mengetahui instrument tersebut cukup handal atau tidak,
komunikatif, dan dapat dipahami. Baker (1994) mencatat bahwa pilot study
digunakan untuk pra pengujian atau mencoba instrument penelitian dan ukuran
sampel 10 persen hingga 20 persen dari sampel sebenarnya. Peneliti menetapkan
pilot study instrumen sebesar 20 persen atau tiga puluh pasien stroke iskemik di
ruang poli neurologi rumah sakit Haji Medan. Tiga puluh sembilan item kuesioner
status fungsional didistribusikan kepada pasien setiap senin-sabtu. Kuesioner yang
tidak lengkap dijawab, kuesioner status fungsional hanya 30 yang lengkap
dijawab.
Universitas Sumatera Utara
55
Uji reliabilitas kualitas hidup pasien stroke dikatakan memiliki reabilitas
tinggi jika alpha cronbach 0.70 dan diatas 0.80 adalah baik (Polit & Beck, 2012).
Nilai Cronbach’s Alpha tiga puluh enam item kualitas hidup 0.60.
Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Hidup pasien Stroke Iskemik
No Dimensi Kualits Hidup Nilai Cronbach’s Alpha
1 Dimensi Fungsi Fisik 0.96
2 Dimensi peranan fisik -0.08
3 Rasa Nyeri -0.07
4 Kesehatan Umum -0.94
5 Fungsi Sosial 0.40
6 Vitalitas/ Energi -0.54
7 Kesehatan Mental 0.18
8 Peranan Emosi 0.82
Sumber: SPSS 16
Kuesioner kualitas hidup pasien stroke iskemik menggunakan kuesioner
The MOS (SF-36) yang sudah banyak dipakai oleh peneliti lain. Pengukuran
kualitas hidup dengan SF-36 telah didokumentasikan pada hampir 5.000
publikasi. Penelitian mereka mulai diterbitkan pada tahun 1988 sampai tahun
2012 yang didokumentasikan dalam suatu bibliografi instrumen SF-36 di SF-36
user manual. Terjemahan dari SF-36 telah dipublikasi dan melibatkan peneliti di
22 negara. Setiap pertanyaan kuesioner yang dipilih juga mewakili beberapa
indikator operasional kesehatan, termasuk; perilaku fungsi dan disfungsi,
Universitas Sumatera Utara
56
kesusahan dan kesejahteraan, dimana jawaban objektif dan subjektif dinilai valid
dan reliabel dalam mengevaluasi diri dari status kesehatan umum, informasi yang
lengkap tentang sejarah dan perkembangan SF-36, psikometrievaluasi, kajian
reliabilitas dan validitas, dan data normative tersedia dalam SF-36 User manual.
Bagian kedua dari kuesioner adalah untuk mengukur kualitas hidup pasien
stroke iskemik dengan menggunakan The MOS (SF-36). The SF-36
dikembangkan oleh Fayers & Machim (2000) merupakan salah satu contoh
instrumen pengukuran kualitas hidup. SF-36 berisi 36 pertanyaan yang disusun
untuk melakukan survey terhadap status kesehatan yang terbagi dalam;
pembatasan aktifitas fisik karena masalah kesehatan yang ada, pembatasan
aktifitas sosial karena masalah fisik dan emosi, pembatasan aktifitas sehari-hari
karena masalah fisik, nyeri seluruh badan, kesehatan mental secara umum,
pembatasan aktifitas sehari-hari karena masalah emosi, vitalitas hidup, pandangan
kesehatan secara umum. Instrumen ini menggunakan skala likert dengan
pertanyaan yang terdapat pada SF-36 adalah tentang persepsi pasien secara umum
tentang kesehatannya, kemudian pasien akan mengatakan tentang kesehatannya
adalah sempurna, sangat baik, baik, kurang, sangat kurang. Pertanyaan pada
instrumen ini membandingkan kesehatan pasien saat ini dengan 4 minggu yang
lalu.
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 3.2. Pertanyaan yang Mewakili 8 Dimensi Kuesioner SF-36 ((RAND, 2009)
Skala Jumlah Item No pertanyaan Fungsi Fisik 10 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 3h, 3i, 3j Rasa Nyeri 2 7, 8 Peranan Fisik 4 4a, 4b, 4c, 4d Kesehatan Umum 5 1, 11a, 11b, 11c, 11d Fungsi Sosial 2 6, 10 Vitalitas/ Energi 4 9a, 9e, 9g, 9i Kesehatan Mental 5 9b, 9c, 9d, 9f, 9h, 2 Peranan Emosi 3 5a, 5b, 5c
3.7 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status fungsional
(variabel independen) dan kualitas hidup (variabel dependen).
Tabel 3.3 Variabel Independen dan Definisi Operasional
Variabel independen
Defenisi Operasional
Alat Ukur dan Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
Status Fungsional
Keadaan fisik, mental dan kesejahteraan yang lengkap
Alat Ukur: Menggunakan Kuesioner Cara Ukur: Mengakumulasi skor dari 29 item pernyataan
Nilai skor maksimal adalah 29, dibedakan menjadi 2 kelompok: 0-14 Baik 15-29 Buruk
Interval
Tabel 3.4 Variabel Dependen dan Defenisi Operasional
Variabel independen
Defenisi Operasional
Alat Ukur dan Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
Kualitas Hidup
Persepsi dan pengharapan pasien terhadap kesehatannya tentang dampak hubungannya dengan tujuan dan nilai kehidupan
Alat Ukur: Menggunakan Kuesioner Cara Ukur: Mengakumulasi skor dari 36 item pernyataan
Nilai skor maksimal adalah 36, dibedakan menjadi 2 kelompok: 0-12 Ringan 13-24 Sedang 25-36 Tinggi
Interval
Universitas Sumatera Utara
58
3.8 Metode Pengukuran
Instrumen penelitian untuk status fungsional peneliti diadopsi dari buku
neurologi klinik: pemeriksaan fisik & mental yang dikarang oleh Lumbantobing,
(2012). Instrumen ini berdasarkan keluhan yang terjadi pada pasien neurologi
yang menanyakan: 1) Nyeri kepala, 2) Muntah, 3) Vertigo, 4) Gangguan
Penglihatan, 5) Gangguan Pendengaran, 6) Saraf Otak Lainnya, 7) Fungsi Luhur,
8) Kesadaran, 9) Motorik, 10) Sensibilitas, dan 11) Saraf Otonom. Instrumen ini
menggunakan skala Gutman dengan 2 skala yaitu 0 sampai 1. Skala 0 menyatakan
Tidak (T), dan skala 1 menyatakan Ya (Y). Pernyataan status fungsional ada 29
item pernyataan berdasarkan keluhan yang terjadi. Pernyataan untuk keluhan
nyeri kepala item 1-2, keluhan muntah item 3, keluhan vertigo item 4-5, keluhan
gangguan penglihatan item 6-7, keluhan gangguan pendengaran item 8, keluhan
syaraf otak lainnya item 12-14, keluhan fungsi luhur item 17-21, keluhan
gangguan kesadaran item 23, keluhan gangguan motorik item 24-27dan 38-39,
keluhan sensibilitas item 28-29, dan keluhan saraf otonom item 31-34.
Kelebihan dari pernyataan ini mudah dan cepat dalam melihat gangguan pada
status fungsional pasien stroke.
Instrumen penelitian untuk kualitas hidup, peneliti menggunakan The
MOS (SF-36). Instrumen ini dapat diperoleh secara bebas untuk keperluan
penelitian. The MOS (SF-36) adalah multi-tujuan, survey kesehatan bentuk
singkat dengan hanya 36 pertanyaan-pertanyaan. Ini memiliki 8 dimensi meliputi
1) fungsi fisik, 2) Peranan Fisik, 3) Rasa Nyeri, 4) Kesehatan Umum, 5) Fungsi
Sosial, 6) Vitalitas/ Energi, 7) Peranan Emosi, 8) Kesehatan Mental. The MOS
Universitas Sumatera Utara
59
(SF-36) telah didokumentasikan dalam 4.000 publikasi; dan sering dipakai pada
penelitian dari 50 negara di dunia. Instrumen kualitas hidup menggunakan skala
Likert dengan 5 skala yaitu 1 sampai 5, Skala 1 menyatakan Amat Sangat Baik
(ASB), skala 2 menyatakan Sangat Baik (SB), skala 3 menyatakan Baik (B), skala
4 menyatakan Biasa saja/cukup, dan skala 5 menyatakan Buruk.
3.9 Metode Analisa Data
Analisa dalam penelitian ini melalui dua tahapan. Tahapan pertama, yaitu
analisa univariat yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripsikan setiap
variabel penelitian. Tahap kedua yaitu, analisa bivariat yang digunakan untuk
mengetahui hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke
iskemik di Rumah Sakit Kota Medan.
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat yang digunakan adalah analisis deskripsikan distribusi
frekuensi, persentase dari karakteristik responden dan untuk menganalisis status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik.
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis statistik yang digunakan oleh peneliti
untuk menganalisa ada atau tidaknya korelasi status fungsional dengan kualitas
hidup pasien stroke iskemik. Analisa bivariat dalam penelitian ini merupakan
analisis statistic parametric korelasi yaitu product moment correlation coefficient
juga biasa disebut Pearson r, variabel yang diukur dengan skala interval atau
rasio. Koefisien korelasi Pearson r untuk mencari hubungan antara kedua
variabel dan melihat kekuatan dan arah hubungan (Polit & Beck, 2012). Jika nilai
Universitas Sumatera Utara
60
p < 0.05, maka dinyatakan adanya korelasi (Ha diterima), dan sebaliknya jika nilai
p > 0.05, maka dinyatakan tidak ada korelasi (Ho diterima). Interpretasi koefisien
korelasi dinyatakan bahwa kekuatan sangat rendah dengan nilai 0.00-0.19, rendah
0.20-0.39, sedang 0.40-0.59, kuat 0.60-0.79, sangat kuat 0.80-1.00 (Sugiyono,
2011).
Uji asumsi harus dilakukan sebelum analisis data dilakukan terlebih
dahulu . Uji asumsi yang dipakai adalah korelasi Pearson r adalah uji normalitas,
oulier dan linearitas yaitu: uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data
berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik
histogram dan kurva normal bila bentuknya menyerupai bel shape berarti
distribusi normal, kemudian melihat nilai signifikansi uji Kolmogorov-smirnof.
Interpretasi dari uji ini adalah jika angka signifikansi > 0.05 maka data
mempunyai distribusi normal, kemudian lihat outlier merupakan nilai yang berada
diluar kisaran normal. Outlier dapat dilihat pada boxplot. Uji linearitas dengan
melihat nilai signifikansi linearity dan signifikansi deviation from linearity
(Prihati, 2007).
Uji asumsi normality pada status fungsional dari 29 variabel telah
diperiksa masing-masing item berdasarkan frekuensi kumulatif yaitu penjumlahan
frekuensi per-data hingga ke bawah untuk melihat nilai Kolmogorof-Smirnov,
skewness, dan kurtosis. Data status fungsional yang terdiri dari 29 item,
terdistribusi normal nilai Kolmogorov-Smirnov p = 0.000 (p > 0.05), skewnes -
0.52, dan kurtosis -1.18. Maka uji asumsi normality terpenuhi, karena nilai p >
0.05, dinyatakan normal. Data kualitas hidup yang terdiri dari 36 item,
Universitas Sumatera Utara
61
berdistribusi normal nilai Kolmogorof-Smirnov p = 0.097 (p > 0.05), skewness
-0.21, dan kurtosis = -1.24. Kotak blox plot digunakan untuk mendeteksi outlier
yang muncul. Data yang muncul di outlier dihapus, dan tidak ada data outlier
yang muncul dari 99 data responden yang berdistribusi normal. Maka uji asumsi
normality terpenuhi.
Uji asumsi linierity adalah menilai pemeriksaan pada scater plot. Scater
plot adalah untuk memperediksi nilai yang memberikan informasi kemungkinan
yang tidak linier. Penelitian ini scater plot menunjukan hubungan linier dengan
semua linier yang berkorelasi. Dua puluh Sembilan item status fungsional dan 36
item kualitas hidup data responden mendekati garis liner yang dapat dilihat secara
visual pada grafik data. Uji asumsi terpenuhi linearity terpenuhi. Uji asumsi
outlier terpenuhi, dimana tidak ditemukan lagi outlier. Selanjutnya dapat
dilakukan uji korelasi produc moment.
3.10 Pertimbangan Etik
Peneliti dalam melakukan penelitian dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan etika penelitian yaitu ethical clearance oleh komite
etik penelitian kesehatan fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara,
pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat izin dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari rumah sakit. Pada
penelitian ini seluruh responden diberi lembar persetujuan, yang ditanda tangani
sebagai bukti kesediaannya menjadi responden (informed consent). Peneliti
terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden sebelum
menyerahkan lembar perstujuan. Peneliti merancang kuesioner dengan strategi
Universitas Sumatera Utara
62
anonimitis identitas untuk menjaga kerahasiaan dari responden. Peneliti
menjelaskan prosedur penelitian, dan penghormatan terhadap hak-hak individu
selama mengikuti jalannya penelitian.
Universitas Sumatera Utara
63
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan pada bulan Oktober
sampai November 2014.
4.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian analisis univariat, diperoleh data distribusi
karakteristik responden pasien stroke iskemik berdasarkan usia proporsi tertinggi
pada kelompok usia 45-60 tahun sebanyak 51 orang (51.5%), dan rata-rata
berjenis kelamin laki-laki (84.8%), dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi
sebanyak 60 orang (60.6%) dimana mayoritas pekerjaan responden sebagai
pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 47 orang (47.8%). Tabel di bawah ini juga
menguraikan perbedaan dimana usia 45-60 tahun lebih banyak daripada usia 61-
72 tahun, dan jenis kelamin laki-laki pada pasien stroke iskemik lebih banyak
daripada perempuan. Dari hasil penelitian yang didapat pada tingkat pendidikan
didapat pendidikan perguruan tinggi lebih besar daripada pendidikan SD, SMP,
dan SMA sedangkan pekerjaan yang paling dominan didapat pada pekerjaan PNS
(Pegawai Negeri Sipil) daripada pekerjaan lain seperti wiraswasta dan ibu rumah
tangga. Data distribusi demografi responden di RSUP Haji Adam Malik dan
RSUD dr Pirngadi Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
64
Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi Responden di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (n = 99) pada bulan Oktober-November 2014.
Karakteristik responden
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Usia 45-60 tahun 61-72 tahun
51 48
51.5 48.5
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
84 15
84.8 15.2
Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi
1 5 33 60
1.0 5.1 33.3 60.6
Pekerjaan PNS Wiraswasta IRT
47 37 15
47.5 37.4 15.2
4.2 Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik
Berdasarkan hasil penelitian, status fungsional responden berada pada
kategori buruk dengan rata-rata skor 0.63 (SD=0.49). Mayoritas 62 orang
responden (62.6%) memiliki status fungsional buruk dan hanya 37 orang
responden (37.4%) yang baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa status
fungsional pasien stroke iskemik mengalami status fungsional buruk lebih besar
daripada status fungsional yang baik. Gangguan status fungsional terjadi akibat
nyeri kepala, muntah, vertigo, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
saraf otak lain, fungsi luhur, gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensibilitas,
dan gangguan saraf otonom Data status fungsional dapat terlihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 4.2 Hasil Uji Univariat Status Fungsional berdasarkan keluhan di RSUP H.
Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (n = 99) pada bulan Oktober-November 2014.
Status Fungsional
Baik (0-15)
Buruk (16-29)
Mean Standar Deviasi
f % f % 0-15 (Baik) 16-29 (Buruk) Min-maks = 0-1
37 37.4 62 62.6 0.63 0.49
Status fungsional dalam penelitian ini terdiri dari sebelas komponen yaitu::
nyeri kepala, muntah, vertigo, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
saraf otak lain, fungsi luhur, gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensibilitas
dan saraf otonom. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan status
fungsional berkaitan dengan gangguan motorik merupakan gangguan status
fungsional yang paling dominan ( mean=0.87, SD=0.34) mempengaruhi
keseluruhan status fungsional responden, sedangkan muntah merupakan
komponen yang paling baik diantara komponen status fungsional responden
(mean=0.42, SD=0,49). Komponen status fungsional responden yang
mempengruhi status fungsional adalah gangguan motorik, gangguan saraf
otonom, fungsi luhur, saraf otak lain, gangguan penglihatan, sensibilitas, nyeri
kepala, dan vertigo. Komponen status fungsional yang jarang terjadi adalah
muntah dan gangguan kesadaran. Komponen status fungsional pasien stroke
iskemik dapat terlihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 4.3
Komponen Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik di Ruang Poli Stroke RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan.
No Item
Status Fungsional Mean Standar Deviasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nyeri kepala Muntah Vertigo Gangguan penglihatan Gangguan pendengaran Saraf otak lain Fungsi luhur Gangguan kesadaran Gangguan motorik Sensibilitas Gangguan saraf otonom
0.85 0.42 0.85 1.23 0.61 1.75 2.45 0.62 5.86 0.77 4.03
0.99 0.49 0.99 0.97 0.49 1.43 1.95 0.49 2.34 0.42 1.57
4.3 Kualitas Hidup pasien stroke iskemik
Kualitas hidup dalam penelitian mempunyai tiga kategori yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Dalam penelitian ini kategori kualitas hidup yang paling
dominan adalah sedang sebanyak 44 orang responden (44.4%), sedangkan
kategori yang paling sedikit adalah kategori rendah sebanyak 26 orang responden
(26.3%). Data kualitas hidup pasien stroke dapat terlihat dalam Tabel 4.4 ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Univariat Kualitas Hidup di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=99) pada bulan Oktober-November 2014.
Variabel Tinggi (76-100)
Sedang (36-75)
Rendah (0-35)
Mean Standar Deviasi
f % f % f %
Kualitas Hidup Min-maks = 1-3
29 29.3 44 44.4 26 26.3 2.03
2.0
Universitas Sumatera Utara
67
Kualitas hidup dalam penelitian ini terdiri dari 8 dimensi meliputi fungsi
fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan umum, fungsi sosial, vitalitas/ energi,
peranan emosi dan kesehatan mental. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kesehatan mental merupakan dimensi kualitas hidup yang paling tinggi
(mean=21.91, SD=22), sedangkan peranan emosi yang paling rendah didapatkan
oleh responden (mean=3.84, SD=3). Dimensi responden dapat terlihat pada tabel
4.5.
Tabel 4.5
Dimensi Kualitas Hidup pasien stroke iskemik di Ruang Poli Stroke RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan (n=99)
No Item
Kualitas Hidup Mean Standar Deviasi
1 2 3 4 5 6 7 8
Fungsi fisik Peranan fisik Rasa nyeri Kesehatan umum Fungsi sosial Vitalitas/ energi Peranan emosi Kesehatan mental
16.84 4.79 7.61 16.03 8.02 15.39 3.84 21.91
5.30 0.85 1.12 1.05 1.13 1.3 1.26 1.40
4.4 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pasien stroke
iskemik di Ruang Poli Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr
Pirngadi Medan.
Analisa bivariat dilakukan uji korelasi Pearson product moment untuk
mengetahui hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke
iskemik di rumah sakit Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan. Uji
normalitas data dengan melakukan uji kolmogorov-smirnov dan didapat nilai
Universitas Sumatera Utara
68
signifikansi untuk variabel status fungsional p = 0.10 sedangkan variabel kualitas
hidup 0.14 yang menunjukkan nilai p > 0.05 berarti data berdistribusi normal.
Hasil penelitian hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke
iskemik p = 0.089 dengan r = 0.17 yang menunjukan tidak ada hubungan antara
status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pada Pasien Stroke Iskemik di Ruang poli Neurologi RSUP. H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (N = 99) pada bulan Oktober-November 2014.
Variabel Status Fungsional Kualitas Hidup
Status Fungsional
- 0.17(0.089)
Kualitas hidup 0.17(0.089) -
Universitas Sumatera Utara
69
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa variabel status
fungsional memiliki hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien
stroke iskemik. Penjelasan tentang tiap variabel dalam penelitian ini akan
dijelaskan sebagai berikut:
5.1 Status Fungsional pasien stroke iskemik
Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Stroke RSUP Haji Adam Malik
dan RSUD dr Pirngadi Medan pada 99 responden mengalami status fungsional
yang lebih besar dibandingkan status fungsional baik. Gangguan motorik yang
paling dominan terjadi pada pasien stroke iskemik dengan status fungsional yang
buruk.
Karakteristik responden bila dilihat dari umur penelitian menunjukkan usia
responden pada kelompok umur 45-60 tahun. Status fungsional berkaitan dengan
proses penuaan sering terjadi perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi
penurunan fungsi organ kardiovaskuler diantaranya penurunan elastisitas
pembuluh darah dan disfungsi endotel. Peningkatan resistensi perifer diakibatkan
oleh elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan elevasi tekanan darah
sistolik (Nilson, 2005). Status fungsional akibat stroke iskemik akan
menyebabkan gangguan fungsi motorik, emosi, komunikasi, persepsi, fungsi
Universitas Sumatera Utara
70
intelektual. Defisit motorik ini mengakibatkan kerusakan mobilitas, menelan dan
berbicara. Pasien stroke cenderung mengalami kesulitan menggerakkan tangan
dan kaki, sehingga membutuhkan bantuan orang lain (Lewis, 2011). Penelitian
yang dilakukan Klimkiewicz et al (2014) bahwa setelah lima minggu rehabilitasi
pada pasien mayoritas mengalami penurunan tonus otot dan peningkatan status
fungsional ekstremitas atas yang lebih baik.
Gejala yang muncul diakibatkan adanya gangguan pada pembuluh darah
karotis yaitu pada cabangnya yang menuju otak bagian tangan (arteri serebri
media), pasien akan mengalami gangguan rasa di lengan dan tungkai sesisi dan
dapat terjadi gangguan gerak/ kelumpuhan dari tingkat ringan sampai kelumpuhan
total pada lengan dan tungga sesisi (hemiparesis/hemiplegic). Penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Mann et al. (2008), menemukan bahwa selama tiga
tahun orang tua mengalami peningkatan cacat fisik (p = 0.001), penurunan gejala
depresi (p = 0.03) dan peningkatan jumlah alat-alat bantu yang dimiliki.
Menurut Kwakkel, et al. (2003), 30-60% dari klien yang mengalami
hemiparese, akan mengalami kehilangan penuh pada fungsi tangan dalam waktu 6
bulan pasca stroke (M. E. Stoykov & Corcos, 2009). Disfungsi pada ekstremitas
atas yang dialami oleh pasien stroke merupakan gangguan fungsional yang paling
umum terjadi, yaitu sebanyak 88% dari penderita stroke (Zeferino & Aycock,
2010). Kelemahan otot (hemiparese) pada ekstremitas atas merupakan penyebab
klien stroke mengalami gangguan fungsional tersebut, diketahui bahwa
ekstremitas atas memiliki peranan yang besar dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari setiap orang.
Universitas Sumatera Utara
71
Menurut Senesac (2006), penggunaan ekstremitas atas sangat penting
karena memberikan penilaian yang subjektif tentang tingkat kesejahteraan
seseorang, sehingga gangguan motorik pada lengan dianggap mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Hasil penelitian Seale et al. (2010), menemukan bahwa
emosi positif adalah proses yang dinamis dan dapat berubah dari waktu ke waktu.
Pada orang dengan stroke, peningkatan emosi positif selama periode 3 bulan
secara signifikan dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan pemulihan status
fungsional dibandingkan dengan tidak ada perubahan atau penurunan emosi
positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi status fungsional meningkat dan
penurunan emosi positif yang dapat dilakukan pemrograman rehabilitasi stroke
dan kualitas hidup pasca-rumah sakit.
5.2 Kualitas Hidup pasien stroke iskemik
Kualitas hidup pasien stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan
RSUD dr Pirngadi Medan pada 99 responden didapatkan kualitas hidup sedang
lebih besar daripada kualitas rendah dan tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian
Luengo-Fernandez, Ramon., Gray, Alastair M., Bull Linda, Welch, Sarah.,
Cutbertson, Fiona., Rothwell, Peter M. (2013) menemukan bahwa tingkat
keparahan pada pasien stroke yang berulang mengalami kualitas hidup rendah
selama lima tahun setelah stroke dan TIA yang dapat dilakukan pencegahan
sekunder dan perawatan akut untuk meningkatkan kualitas hidup. Hasil penelitian
Franzen & Laska, (2012) menemukan bahwa kualitas hidup yang buruk dapat
memiliki efek negatif pada rehabilitasi pada pasien stroke iskemik. Hasil
penelitian Tellier, Myriam., Rochette, Annie., Lefebvre, Helene (2011)
Universitas Sumatera Utara
72
menemukan bahwa kualitas hidup pasien stroke di Nigeria rendah, namun
meningkat pada enam bulan pertama dan dua belas bulan pasca stroke. Keadaan
ini dipengaruhi secara positif oleh status pernikahan, dukungan suami-istri,
kualifikasi pendidikan dan status pekerjaan serta negatif dipengaruhi oleh usia dan
depresi. Hasil penelitian Caute, A., et al. (2012) menemukan bahwa reaksi
penyesuaian pasien stroke terhadap demografi, morbiditas, tingkat keparahan, atau
gangguan komunikasi sama sekali tidak mempengaruhi kualitas hidup pasien
stroke. Hasil penelitian Tang,Wai Kwong., Lau, Chieh grace., Mok, Vincent.,
Ungvari, Gabor S., Wong, Ka-sing. (2013) menemukan bahwa kecemasan
berdampak negatif pada pasien stroke dan mempengaruhi kualitas hidup. Hasil
penelitian Akinpelu, A.O., Gbiri, C.A. (2009) menemukan bahwa tidak ada
hubungannya antara motor performance dengan kualitas hidup. Waktu yang
dirasakan pasien tidak mempengaruhi kualitas hidup di Nigeria yang
membutuhkan manajemen komprehensif dalam menangani stroke.
Kualitas hidup pasien stroke iskemik di poli neurologi RSUP Haji Adam
Malik dan RSUD dr Pirngadi memiliki beberapa dimensi. Salah satu dimensi yang
paling dominan adalah fungsi fisik yang memiliki nilai terbesar dibandingkan
dimensi yang lain seperti kesehatan umum dan vitalitas/energy. Sejalan dengan
hasil penelitian Cramm, J.M., Strating, M.M.H., Nieboer, A. P. (2012)
menemukan peran yang berbeda pada pasien dan perawat yang kualitas hidup
saling ketergantungan. Kepuasan dengan perawatan diidentifikasi sebagai
indikator penting dari pasien dan perawat. Hasil penelitian Hansson, E.E.,
Beckman, A., Wihlborg, A., Persson, S., dan Troein, M. (2013) menemukan
Universitas Sumatera Utara
73
bahwa kepuasan rehabilitasi akan mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke
dalam waktu 12 bulan. Hasil penelitian Ellis, Charles., Grubaugh, Anouk L.,
Egede, Leonard E (2011) menemukan bahwa sosiodemografi, kormoditas, dan
faktor kecacatan stroke terkait memiliki dampak yang berbeda terhadap aspek
fisik dan mental kualitas hidup pada pasien pasca stroke. Hasil penelitian Alguren,
Beatrix., Fridlund, Bengt., Cieza, Alarcos., Sunnerhagen, Katharina Stibrant.,
Christensson, Lennart (2012) tentang menemukan bahwa kualitas hidup buruk
jangka waktu satu tahun terkait masalah rekreasi dan olahraga, fungsi kepribadian,
energi dan dorongan fungsi fisik tetapi kualitas hidup meningkat pada faktor
lingkungan pasien pasca stroke.
Hasil penelitian Dorthe, M dan Cristine, C., (2012) menemukan bahwa
aturan sosial dan aspek diri lebih penting dalam mempengaruhi kualitas hidup
untuk identifikasi perubahan kognitif dan fisik, komunikasi, aktivitas dan
partisipasi pasien stroke. Hasil penelitian Almborg, A-H., Ulander, K., Thulin, A
dan Berg, Stig., (2010) menemukan bahwa dua sampai tiga minggu kualitas hidup
yang baik pada sebelum rencana pulang terutama partisipasi sosial di luar ruangan
dan memiliki sedikit gejala depresi dalam masa pemulihan setelah stroke. Hasil
penelitian Muus, Ingrid., Petzold, Max., ringsberg, K. C. (2009), menemukan
bahwa hampir setengah dari pasien stroke selama 12 bulan mengalami kualitas
hidup buruk akibat bekerja (48.9%) dan memiliki tingkat fungsional rendah
dengan mengkomsumsi antidepresi lebih sering.
Hasil penelitian Santos, Nilce maria de Freitas., Tavares, Darlene Mara
Dos Santos (2012) menemukan bahwa kualitas hidup yang paling tinggi adalah
Universitas Sumatera Utara
74
pada hubungan sosial dan kualitas hidup yang terendah pada lingkungan.
Morbiditas tinggi pada pasien stroke menyebabkan kualitas hidup pasien rendah.
Hasil penelitian Shyu, Y., Maa, S., Chen, S., dan Chen, M. (2010) menemukan
bahwa peningkatan kualitas hidup sangat penting pada tiga bulan pertama setelah
keluar dari rumah sakit. Dimensi kualitas hidup pasien stroke yang terendah
dalam penelitian ini adalah peranan emosi. Sejalan dengan hasil penelitian Sprigg,
N., Gray, L.J., Bath, P.M., Christensen, H., De Deyn, PP., O’Neill, D.,
Ringelstein, EB. (2012) menemukan bahwa negara Eropa (Jerman dan Belanda)
memiliki kualitas tinggi pada fungsi fisik daripada kepulauan Inggris (Irlandia dan
Inggris) sedangkan kualitas hidup di negara Franco (Francis dan Belgia) dinilai
memiliki kualitas terendah pada peranan emosional.
5.3 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien stroke
iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan
Analisa bivariat dilakukan uji korelasi Pearson r untuk mengetahui
hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah
sakit Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan. Hasil penelitian hubungan
status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik p = 0.089 dengan r
= 0.17. Hasil ini menunjukan tidak ada hubungan an tidak signifikan antara status
fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik. Sejalan dengan penelitian
Samsa & Matchar (2004) menemukan bahwa hubungan antara status fungsional
dan kualitas hidup dari 1, 6 dan 12 bulan dalam studi observasional pada pasien
stroke adalah status lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik
dan hubungannya relative lemah (spearman korelasi <0.25). Namun hal ini
Universitas Sumatera Utara
75
dikuatkan oleh Tramonti et. al., (2014) menemukan bahwa data dari studi
pendukung dari kejadian/ kasus di lapangan berbeda dengan hasil pengukuran
kualitas hidup dan status fungsional yang tidak kuat dihubungkan satu sama lain,
dan distress psikologi, strategi koping, dan pendukung sosial dapat signifikan
dihubungkan untuk hasil yang spesifik dari pengukuran.
Hasil penelitian R.S, Raju., PS, Sarma,. JD, Pandian (2010) menemukan
bahwa usia lebih tua dan tingkat keparahan stroke yang mengakibatkan
peningkatan ketergantungan fungsional. Hasil penelitian Galanth, Sophie.,
Tressieres, Benoit., Lannuzel, Annie., Foucan, Patrick., Alecu, Cosmin. (2014)
menemukan tentang satu tahun pertama pasien stroke mengalami peningkatan
yang signifikan dari mulai gangguan neurologi, tingkat ketergantungan tidak
berubah dan kualitas hidup yang diubah. Kualitas hidup pasien stroke secara
signifikan berfokus pada vitalitas, peran fisik, dan peran emosional. Aphasia,
hemianopia dan inkontinensua dipengaruhi oleh status fungsional pasien. Hasil
penelitian Taricco, M., et al. (2014 menemukan bahwa ketahanan cara berjalan,
kinerja fisik, keseimbangan, dan komponen fisik dari skor kualitas hidup
meningkat secara signifikan pada empat bulan pada kelompok Adapted Physical
Activity dan tetap stabil pada kelompok kontrol. Pasien stroke sangat efektif
melakukan Adapted Physical Activity dan terapi edukasi terhadap pasien untuk
memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup pasien.
Universitas Sumatera Utara
76
5.4 Keterbatasan Penelitian
Kuesioner status fungsional yang digunakan untuk mengungkapkan
variabel dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan literatur yang ada dalam
bentuk pernyataan dan jawaban yang terdiri dari ya dan tidak sehingga pernyataan
belum dapat mengungkap data tentang variabel yang diteliti secara lengkap dan
mendalam. Sistem skoring antara baik dan buruk di buat berdasarkan nilai median
serta metode pembuatan kuesioner yang digunakan belum baku dan analisa dari
setiap makna pernyataannya perlu di uji validitas dan reliabilitas.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian data demografi responden di RSUP H. Adam Malik
dan RSUD dr Pirngadi Medan didapatkan mayoritas responden adalah laki-laki.
Hal ini buktikan oleh penelitian Handayani (2012) yang menyatakan bahwa
Angka kejadian serangan stroke lebih rendah pada wanita daripada laki-laki.
Peranan estrogen sangat penting dalam melindungi wanita dari serangan penyakit
pembuluh darah. Peranan hormon juga berperan dalam keefektifan dalam terapi
penyakit pembuluh darah. Kecacatan akibat stroke pada wanita harus
diperhatikan, karena lebih berat dari pada laki-laki. Usia responden yang paling
dominan berkisar antara 45-60 tahun dan mayoritas berpendidikan perguruan
tinggi dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Hasil penelitian status fungsional di RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji
Adam Malik Medan didapatkan bahwa status fungsional pada pasien stroke
iskemik lebih besar daripada status fungsional buruk. Salah satu komponen status
fungsional yang paling dominan adalah gangguan motorik yang mengganggu
saraf otonom, fungsi luhur, saraf otak lain, gangguan penglihatan, vertigo, nyeri
kepala, sensibilitas, dan gangguan pendengaran. Komponen status fungsional
yang paling jarang terjadi adalah muntah.
Kualitas hidup pasien stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan
RSUD dr Pirngadi Medan yang paling dominan adalah kualitas hidup kategori
Universitas Sumatera Utara
78
sedang dan memiliki delapan dimensi kualitas hidup yang mendukung. Salah satu
dimensi kualitas hidup yang paling dominan adalah kesehatan mental. Masalah
kesehatan mental yang timbul secara langsung pada pasien stroke iskemik dalam
proses perawatan dua kali lipat beresiko mengalami tekanan psikologis dan efek
ini lebih besar pada wanita (Hirst, 2005). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Kalliath dan Kalliath (2000) di Selandia Baru pada pasien stroke yang
menemukan kelelahan emosional dikaitkan dengan gejala kelelahan,
depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi. Delapan dimensi kualitas hidup
pasien stroke iskemik antara lain: fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan
umum, fungsi sosial, vitalitas/energy, peranan emosi dan kesehatan mental.
Hubungan status fungsional dan kualitas hidup pasien stroke iskemik di dua lokasi
penelitian di ruang poli neurologi tidak memiliki hubungan yang lemah dengan (p
= 0.089 dan r = 0.17).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi rumah sakit
Penelitian ini dapat memberikan peningkatan angka harapan hidup serta
status fungsional pasien dimana rumah sakit merupakan sarana bagi masyarakat
untuk mendapatkan peran edukasi walaupun rumah sakit lebih besar berperan
pada penanganan klinis pasien. Penelitian ini juga dapat memberikan masukan
terhadap perbaikan fasilitas dan sarana khususnya fisioterapi.
Universitas Sumatera Utara
79
6.2.2 Bagi keluarga dan pasien
Penelitian ini dapat meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan
keluarga dan pasien dalam melakukan penyuluhan dan pelatihan yang tepat dalam
melakukan kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan status fungsional dan
kualitas hidup pasien stroke iskemik.
6.2.3 Bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat menambah masukan untuk pengembangan
pengetahuan di bidang keperawatan khususnya neurologi tentang status
fungsional dan kualitas hidup pasien yang menderita stroke iskemik dan juga
dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini juga dapat
memberikan kontribusi dan pengetahuan di bidang kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
80
DAFTAR PUSTAKA
Ahlsio, B., Britton, M., Murray, V., & Theorell, T. (1984). Disablement and quality of life after stroke. Journal of Stroke, 15(5); 886-890.
Akosile, C.O., Okoye, E. C., Nwankwo, M. J., & Mbada, CE. (2011). Quality
of life and its correlates in caregivers of stroke survivors from a Nigerian population. Journal of Quality of Life Research, 20(9); 1379-1384
Alguren, B., Fridlund, B., Cieza, A., Sunnerhagen, K. S., & Christensson, L.
(2012). Factors associated with health-related quality of life after stroke: A 1-year prospective cohort study. Neurorehabilitation & Neural Repair, 26(3); 266-74.
Almborg, A-H., Ulander, K., Thulin, A & Berg, S. (2010). Discharged after
stroke – important factors for health-related quality of life. Journals of Clinical Nursing, 19; 2196-2206.
Always, D. & Cole, J W. (2011). Esensial stroke untuk layanan primer.
Editor: Jonathan & Indra, L. Jakarta:EGC Anderson, C, Laubscher, S & Burns, R. (1996) Validation of the short form
36 (SF-36) health survey questionnaire among stroke patients. Journal of Stroke, 27; 1812-1816.
Astrid, M., (2009). Pengaruh latihan ROM terhadap status fungsional pada
pasien stroke di St. Carolus. Tidak dipublikasi. Astrom, M., Apslund, K., & Astrom, T. (1992). Psychosocial function and
life satisfaction stroke. Journal of Stroke, 24;320-7 Australian Health Outcomes Collaboration. (2005). SF-36® Health Survey
(Version 1.0). Instrument review. AHOC. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Republik
Indonesia. (2013). Hasil riset kesehatan dasar. Jakarta: BPPKKRI. Badriah, F., et al. (2013). Interaction and discharge destination on inpatients
functional abilities. Journal of Rehabilitation Research & Development, 50; 821-834.
Universitas Sumatera Utara
81
Bays & Cathy, L. (2002). Older adults description of after a stroke. Association of Rehabilitation Nurses. 26(1);1-27.
Bays, M. J & Hawks, H. J. (2005). Medical-surgical nursing: Clinical
management for positive outcome. (7th ed). St-Louis: Elsevier Inc. Bethesda Stroke Center. (2007). Stroke di Yogyakarta.
http://www.strokebethesda.com/content/view/233/42/ diunduh pada tanggal 23 September 2014.
Biller, J., & Love, B. B., (2000). Vascular diseases of the nervous system. A.
Ischemic cerebrosvascular disease. In Bradley, W. G., Daroff, R. B., Fenichel, G. M., et al. (eds.). Neurology in Clinical Practice, Boston, Butterworth Heinemann, pp. 1125-1166
Black, J. M., & Hawks J. H. (2006). Medical surgical nursing, clinical
management for positive outcomes. (8 th Edition). Philadelphia: WB. Saunders Company.
Brazier, J. E., Harper, R., Jones, N. M. B., O’Cathain, A., Thomas, K. J., Usherwood, T., & Weslake, I. (1992). Validating the SF-36 health survey questionnaire: New outcome measure for primary care. British Medical Journal. 305;160-164.
Brocop, D. Y., & Tolsma, M. H. (2000). Dasar-dasar riset keperawatan,
Edisi kedua. Jakarta: EGC. Burker, L., & Le Mone, P. A. (2008). Medical surgical nursing: Critical
thinking in client care. New Jersey: Pearson Education Inc Carod, A. J. F., & Egido, A. J. (2009) Quality of life after stroke: The
importance of a good recovery. Department of Neurology Sarah Hospital, The Sarah Network of Rehabilitation Hospitals. Brasilia, Brazzil; Stroke Unit, Department of Neurology, San Carlos Hospital, Madrid, Spain.
Carod, A.J.F., Egido, J.A., Gonzalez, J.L., & De-Seijas, E.V. (2000). Quality
of life among stroke survivors evaluated 1 year after stroke; Experiences of stroke unit. Journal of stroke. 31;2995-3000.
Universitas Sumatera Utara
82
Carr, J. H., & Stepherd, Roberta. B. (2003). Stroke rehabilitation: Guidelines for exercise and training to optimize motor skills. Australia: Elsevier.
Carter, K.F., & Kulbok, P.A. (2002). Motivation for health behaviours: A
systematic review of the nursing literature. Journals of Advance Nursing: 40(3). Blackwell Science Ltd.
Caute, A., et al. (2012). Does mode of administration affect health-related
quality-of-life outcomes after stroke. International Journal of Speech-Language Pathology. 14(4);329-337.
Chatterton, H., et al. (2008). Observation of meaningful activities: a case
study of a personalized intervention on poststroke functional state. Journal of Neurology Physical Therapy, 37; 27.
Chumney, D., et al. (2010). Ability of functional independence measure to
accurately predict functional outcome of stroke-specific population: systematic review. Journal of Rehabilitation Research & Development, 47(1); 17-30.
Connell, C., & Stoke, E.K. (2007). Fatique concept for physiotherapy
management and measurement. Physical Therapy Reviews, 12, 314-323. Maney Publishing.
Coty, M.B., & Wallston, K.A. (2010). Problematic social support, family
functioning, and subjective well-being in women with Rhematoid Arthritis. Women & Health, 50; 53-70. Taylor & Francis Group.
Cramm, J.M., Strating, M.M.H., Nieboer, A. P. (2012). Satisfaction with care
as a quality-of-life predictor for stroke patients and their caregivers. Quality of Life Research. 21(10);1719-1725.
Dahlen, L., Zimmerman, L., & Barron, C. (2006). Pain perception and its
relation to functional status post total knee arthroplasty : a pilot study. Orthopaedic Nursing, 25 (4). Academic Research Library.
Dayapoglu, N dan Tan, M. (2010). Quality of life in stroke patients. Journal
of Neurology India, 58(5). De Haan R, Aaronson N, Limburg M, Langton Hewer RL & Van Crevel H
(1993). Measuring quality of life in stroke. Stroke. 24; 320-327. DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standart
and practice 7th ed. New York: Delmar Thomson Learning Inc.
Universitas Sumatera Utara
83
Demet U, Ferhan. S, Ahmed O, & Selcuk M. (2008). Comparison of SF-36 and WHO QOL-100 in patients with stroke. Neurologic India. Vol 56.
Desai, A., et al. (2010). Relationship between dynamic balance measures
functional performance in community-dwelling elderly people. Journal of Physical Therapy, 90; 748-760.
DeVellis, H. (1991). Scale development: Theory and applications, Newbury
Park, CA: Sage. Dorthe, M., & Christine, C., (2013). Factor affecting quality of life for people
who have experienced a stroke. International Journal of Therapy & Rehabilitation. 20(4);207.
Donna & Suzanne. (2012). Functional Movement Development: Across the
Life Span. Ed. 3. St-Louis:Elsevier Inc. Dolan, P. & Gudex, C & Kind, P. & Williams. (1996). “Valuing health states:
a comparison of methods”, Journal of Health Economics, Elsevier, 15(2);209-231.
Eldin. (2013). Seminar nasional menuju medan sehat. [Online], Tersedia:
http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=15347html diunduh pada tanggal 24 April 2014.
Ellis, Charles., Grubaugh, Anouk L., Egede, Leonard E. (2011). factors
assosiated with sf-12 physical and mental health quality of life scores in adults with stroke. Journal of Stroke and Cerebrosvascular Diseases. 22(4);309-317.
Exel, van. N. J. A., Scholte, op. Reimer. W. J. M, Koopmanschap, M.A.
(2004). Assessment pf post-stroke quality of life cost-effectiveness studies: The usefulness of Barthel Index and Euro Qol-5D. Qual Life Res. 13;427-33.
F, O’Keeffe., V, Ganesan., J, King., & T, Murphy. (2012). Quality of life and
psychosocial outcome following childhood arterial ischaemic stroke. Brain International Journal. 26(9);1072-83.
Fayers MP & Machin D. (2000). Quality of Life Assessment: Analysis, and
Interpretation. United Kingdom:John Wiley & Sons, Ltd.
Universitas Sumatera Utara
84
Feigin. V. (2006). Stroke: Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
Franzen, A., & Laska, A.C. (2012). Gender differences in quality of life after
stroke and TIA: a cross-sectional survey of out-patients. Journal of Clinical Neurology, 21; 2386-2391. Blackwell Publishing Ltd.
Galanth, Sophie., Tressieres, Benoit., Lannuzel, Annie., Foucan, Patrick.,
Alecu, Cosmin. (2014). Factors Influencing Prognosis and Functional Outcome One Year After a First-Time Stroke in a Caribbean Population. Journal of Archives of Physical Medicine & Rehabilitation. 95(11);2134-9.
Garrat, A. M., et al. (2002). Quality of life measurement: a bibliographic
study of patient-assessed health outcome measures. British Medical Journal. 324; 1417-19.
Gemari (2014). Stroke sebabkan 10% dari 5.5 juta kematian. Ed.21/III/2002.
www.gemari.or.id/detail.php?id=309 diunduh pada tanggal 23 September 2014.
Goldstein., et al. (2006). Primary Prevention of Ischemic Stroke, 37;1583-
1633. Tersedia: http://stroke.ahajournals.org/content/37/6/1583.full. [26 April 2014].
Gray, L. J., Sprigg, N., Bath, P. MW., Boysen, G., De Deyn, P. P., Leys, D.,
O’Neill, D., Ringelstein, E. B., & TAIST Investigators. (2007). Sex differences in quality of life in stroke survivors: data from the “Tinzaparin in Acute Ischaemic Stroke Trial” (TAIST). University of Nottingham.
Guccione AA. (2000). Geriatric physical therapy, ed 2, St Louis: Mosby Guyatt GH, Feeny DH, & Patrick DL. (1993). Measuring health-related
quality of life. Arm Intern Med. 118;622-629 Hacke et al., (2003). European stroke initiative recommendations for stroke
management-update 2003. Cerebrosvascular diseases journal. 16;311-337. Doi: 10.1159/000072554
Hampton, N.Z., & Qin-Hilliard, D.B. (2004). Dimensions of quality of life
for Chinese adults with spinal cord injury: A qualitative study. Disability Rehabilitation Journal. 26(4);203-12.
Universitas Sumatera Utara
85
Handayani, F. (2012). Angka Kejadian serangan stroke pada wanita lebih rendah daripada laki-laki di RS dr Karyadi Semarang. Indonesia. PSIK FKep Diponegoro.
Hanger, HC., Forgarty, B., Wilkinson, TJ., Sainsburg, R. (2000). Stroke
patient views on stroke outcome: death versus disability. Cliical Rehabilitation Journal. 14(4);417-24.
Hansson, E.E., Beckman, A., Wihlborg, A., Persson, S., & Troein, M. (2013).
Satisfaction with rehabilitation in relation to self-perceived quality of life and function among patients with stroke – a 12 month follow up. Scandinavian Journal of Caring Sciences. 27;373-379. Doi:10.1111/j.1471-6712.2012.01041.x.
Harmaini, F. (2006). Uji Keandalan dan Kesahihan Formulir European
Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D) untuk Mengukur Kualitas Hidup Terkait Kesehatan pada Usia Lanjut di RSUPNCM. Indonesia. Universitas Indonesia. Tesis.
Harian Kompas. (2014) . Cara Reda Tanpa Obat. Diunduh dari website: http://health.kompas.com/read/2011/09/11/14243056/7.Cara.Redakan.Rasa.Nyeri.Tanpa.Obat pada tanggal 11 Oktober 2014.
Hebel, K, Bieniaszewski, L., & Kowalewski, W. (2014). Health education for stroke patient carers: does it affect functional status improvement in patients after ischemic stroke? Appl Nurs Res. 27(3);e7-e12. doi: 10.1016/j.apnr.2014.04.003.
Hellen, W. (2007). Altered living, coping, hope and quality of life after
stroke. British Journal of Nursing. 16(20). Hickey, V. J. (1997). The Clinical practice of neurological and neurosurgical
nursing. (4th Ed). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Hilary at al., (2008). Impact on clinical and cast outcomes of a centralized
approach to acute stroke care in London: a comparative Effectiveness before and after model. 8(8). Doi: 10.13711/journal.pone.0070420.
Hoppenfeld, S., & Murthy, V.L. (2011). Terapi dan rehabilitasi fraktur. New
York : Lippincott Williams & Wilkins.
Universitas Sumatera Utara
86
Ignavicious, D. D & Workman, M. L. (2006) Medical-surgical nursing: Critical thinking for collaborative care. St-Louis: Elsevier.
International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG). (2014). Insidensi
stroke. www.ipmg-online.com diunduh pada tanggal 23 september 2013.
Janet A, Secrest & Richard, Z., (2007). The Relationship of Continuity and Discontinuity, Functional Ability, Depression, and Quality of Life over Time in Stroke Survivors. Rehabil Nurs, 32(4).
Javier et al. (2000). Quality of life among stroke survivors evaluated 1 year
after stroke. Neurology of Journals, Stroke. 31;2995-3000. Doi 10.1161/01.STR.31.12.2995
Jaracz K & Kozubsky W (2003) Quality of life in stroke patients. Neurol
Scand. Johnson, AJ., Pickard, AS., Feeny, HD., Shuaib, A., Carriera, KC. (2004).
Agreement assessment of health-related quality of life after stroke using the EQ-SD and health utilities index. American Stroke Association. 35;607.612.
Jorgensen HS, Nakayama H, Raaschow HO, Larsen K, Hubbe P, Olsen TS
(1999). The effect of a stroke unit: reductions in mortality discharge rate to nursing home, length of hospital stay, and cost: a community-based study. Journal of Stroke, 26; 1178-1182.
Kaplan, RF et al. (1999). Neuropsychological deficits in lyme disease
patients with and without other evidence of central nervous system pathology, Appl Neuropsychol Journal. 6;3-11.
Kellet, N., Drummond, A. ER., Palmer, T., Munshi, S.,Lincoln, N.B. (2014).
Impact of transient ischemic attack and minor stroke on daily life. International Journal of Therapy and Rehabilitation. 21(7); 318-323.
Universitas Sumatera Utara
87
Klimkiewicz, P., Kubsik, A., Jankowska, A., & Woldanska-Okonska, M. (2014). The effect of neurorehabilitation on the functional state and muscle tone of upper limb in patient after Ischaemic Stroke. Pol Merkur Lekarski, 36(213);191-4.
Kwakkel G, Kollen BJ, van der Grond J, Prevo AJ. (2003). Probability of
regaining dexterity in the flaccid upper limb: impact of severity of paresis and the time since onset in acute stroke. Journal of Stroke. 34; 2181-2136.
Lemone, M. R. (2008). Medical-surgical nursing: critical thinking in client
care. St. Louis: Cummings Publishing Company Inc. Luengo-Fernandez, Ramon., Gray, Alastair M., Bull, Linda., Welch, Sarah.,
Cuthbertson, Fiona., Rothwell, Peter M. (2013). Quality of life after TIA and stroke: Ten-year result of the Osford Vascular Study. Neurology 81(18);1588-95.
Lynn, M.R. (1986).Determination and quantification of content validity.
Journal of Nursing Research, 35(6);382-386. Lumbantobing, S. M. (2008). Neurologi klinik: Pemeriksaan fisik dan mental.
Jakarta: FKUI. Vi.207.hlm; 24cm. Mann, W. C., Johnson, J. L., Lynch, L. G., Justicss, M. D., Tomita, M & Wu,
S. S. (2008). Changes in impairment level, Functional Status, and use of Assistive Devices by older people with Depressive Symptoms. American Journal of Occupational Therapy, 62; 9-17.
Manurung, Elly. S. A. (2011). Hubungan Outcome Fungsional dengan
territory vascular pada stroke iskemik. [Online], Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29513?mode=full&submit_simple=Show+full+item+record [12 Agustus 2014].
Marcel, P., Port, L. V., Maas, C., Forstberg, G., Lindemen, E. (2008).
Psychological symptoms and personality characteristics affect quality of life after stroke, http://www.americanheart.org, diperoleh tanggal 28 september 2014.
Marlina, Yuli. (2010). Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Stroke
Iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan [Online], Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31212 [10 januari 2014].
Universitas Sumatera Utara
88
Mamabolo, V. (2009). A study to determinan post discharge functional improvement in patient with stroke. South African Journal of Occupational Therapy, 39(1);15-18.
Misbach, J. (2011). Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen.
Jakarta: UI. Misbach, J. (2007). Pandangan umum mengenai stroke. Dalam: Rasyid, A.,
Soertidewi, L. (eds). Unit stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta:UI.
Mulyatsih, E., (2007). Asuhan Keperawatan Pasien Stroke. Dalam: Rasyid,
A., Soertidewi, L. (eds). Unit stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta: UI.
Muus, Ingrid., Petzold, Max., Ringsberg, K. C. (2009), Health-related
quality of life among Danish patients 3 and 12 months after TIA or mild stroke. Scandinavian Journal of caring Sciences. Doi: 10.1111/j.1471-6712.2009.00705.x.
Newman, D. M. L. (2005). Functional status, personal health, and self esteem
of caregivers of children in body cast : A pilot study. Orthopedic Nursing, 24(6); 416-423.
Nortje, T & Menon, J. (2004). Applied Cerebrosvascular physiology.
http://www.Elsevier.com, diakses 28 september 2014. Norman et al. (1998). A comparison of peak vs cumulative physical work
exposure risk factors for the reporting of low back pain in the automotive industry. Clinical Biomechanics. 13;561-573.
Nunnery, R.K. (2008). Concepts of professional nursing. Philadelphia: F. A.
Davis Company. Owolabi, Mayowa. O. (2011). Impact of stroke on health-related quality of
life in diverse cultures: The Berlin-Ibadan multicenter international study. Journal of Owolabi Health and Quality of Life Outcomes. 9,81.
Pemila, U., Sitorus, R., Hartono, S. P. (2010). Penurunan risiko kambuh dan
Lama Rawat pada klien stroke iskemik melalui rencana pemulangan terstruktur [Online]. Tersedia:http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=156540&idc=0
Universitas Sumatera Utara
89
Peterson, E. W., Kielhofner, G., Tham, K., & Koch, L. V. (2009). Falls self-efficacy among adults with multiple sclerosis : A Phenomenological study. Occupation, Participation, and Health, 30 (4); 148 – 157.
Polit, D.F., Beck, C.T., & Hungler, B.P. (2001), Essentials of nursing
research: methods, appraisal and utilization. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Polit, D. F & Beck, C. T. (2006) Essential of nursing research: methode,
appraisal and utilization. (6th ed). Philadelphia: Lipincot Williams & Walkins.
Polit, D. F & Beck, C. T. (2012). Nursing reserch: generating and assesing
evidence for nursing practice. (9th ed). Philadelphia: Lipincot Williams & Walkins.
RAND (1999). Scoring instruction for the 36 item SF-36.
http://www.rand.org/health/survey_tools/_mos/mos.core36itemscoring.htm. 15 Oktober 2014.
Rachmawati, F., Utomo, W., & Nauli, FA. (2013). Gambaran Status
Fungsional pasien stroke saat masuk ruang rawat Inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Skripsi PSIK UNRI.
Ramadhini, A. Z., Angliadi, L.S., Angliadi, Engeline. (2011). Gambaran
Angka Kejadian Stroke Akibat Hipertensi di Instalansi Rehabilitasi Medik Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Maado Periode Januari-Desember [Online]. Tersedia: http://ejournal.unsrat.ac.id. html [10 januari 2014].
Rasyid., Kurniawan, M., Misbach, J., (2007). Unit Stroke di RSCM: Manfaat
unit stroke dalam perbaikan fungsional pasien stroke akut. Dalam: Rasyid, A., Soertidewi, L. (eds). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. pp. 43-52. Balai Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rasyid, A., Soertidewi, L., (2007). Kegawat Daruratan Stroke. Dalam:
Rasyid, A., Soertidewi, L. (eds). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta:UI.
Rikesdas. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Diunduh pada tanggal 23 September 2013.
Universitas Sumatera Utara
90
Roberthus. (2008). Hubungan kadar albumin serum dan outcome fungsional penderita stroke iskemik dengan dan tanpa diabetes. TESIS FK USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6419/1/15431.pdf. Diunduh pada tanggal 23 September 2013.
Rosamond. et al. (2007). Heart disease and stroke statistics – 2007 update: A
report from american heart association statistics committee and stroke statistics subcommitte. Circulation. 115; 69-71.
Royal College of Physician (2004) National Clinical Guidelines for Stroke.
(2nd edition). London: RCP. RS, Raju., PS, Sarma., JD, Pandian. (2010). Psychosocial problems, quality
of life, and functional independence among Indian stroke survivors. Stroke. 41(12);2932-7.
Salltzman, S. (2010). Functional Status Assessment. Diunduh 26 Januari
2015 www.galter.northwestern.edu/functional_status_assessment.cfm.
Samsa G. P & Matchar. D. B. (2004). How strong is the relationship
functional status and Quality of life among persons with stroke. Journal Rehabilitation Res Development, 41(3A);279-82
Santos, Nilce maria de Freitas., Tavares, Darlene Mara Dos Santos. (2012).
Correlation between quality of life and morbidity of the caregivers of elderly stroke patients [Portuguese]. Revista da Escola de Enfermagem da USP. 46(4);960-6.(22 ref)
Schmid, Arlene. A. et.al., (2010). Association between stroke severity and
fall risk among stroke patients. Journal of Neuroepidemiology, 34;158-162
Seale, GS., Berges, IM., Ottenbacher KJ., & Ostir, GV. (2010). Change in
positive emotion and recovery of functional status following stroke. Rehabil Psychol. 55(1);33-9 doi:10.1037/a0018744.
Senesac, C. (2006). Generalization of repetitive rhymic bilateral training.
Unpublished 3224623, University of Florida, United States----Florida.
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan: Riset Keperawatan. Surabaya: Graha
Ilmu. Sekaran, U. (2006). Metode Penulisan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Universitas Sumatera Utara
91
Siegert, R. J., & Taylor, W. (2004). Theoritical aspect of goal setting and
motivation in rehabilitation. Disability and Rehabilitation 2004;26:1; Taylor & Francis Ltd.
Smilkstein, G. (1978). Family AFGAR.
http://www.unc.edu/depts/sph/longscan/pages/measures/baseline/family%20AFGAR.pdf. Diunduh pada tanggal 23 September 2013.
Sneeuw KC, Aaronson NK, De Haan RJ & Limburg M. (1997). Assessing
quality of life after stroke: The value and limitations of proxy ratings. Stroke. 28; 1541-1549.
Sprigg, N., Gray, L.J., Bath, P.M., Christensen, H., De Deyn, PP., O’Neill,
D., Ringelstein, EB. (2012). Quality of life after ischemic stroke varies in western countries: data from the tinzaparin in acute ischaemic stroke Trial (TAIST). Journal of Stroke & Cerebrovascular Diseases, 21(7);387-93.
Stoykov, M. E., & Corcos, D. M. (2009). A review of bilateral training for
upper extremity hemiparesis. Occupational Terapy International, 16(3-4); 190-203.
Sullivan, K.J. (2011). Model of disablement and recovery knowledge
translation in rehabilitation research and practice. Journal Physical Therapy, 91(12);1892-1904
Sung, L. T., Hung, R.L., Tsu, Y.C., & Pay, F.L. (2010). The fatique
experiences of older taiwanese women with breast cancer. Journals of Clinical Nursing, 19; 67-875. Blackwell Publishing Ltd.
Sunyoto, D & Setiawan, A. (2013). Buku Ajar: Statistik Kesehatan
Parametrik, Non Parametrik, Validitas, dan Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tang, Wai Kwong., Lau, Chieh Grace., mok, Vincent., Ungvari, Gabor S.,
Wong, Ka-Sing. (2013). Impact of anxiety on health-related quality of life after stroke: a cross-sectional study. Archives of Physical Medicine & Rehabilitation Journal. 94(12);2535-41.
Taricco, M., et al. (2014). Impact of adapted physical activity and therapeutic
patient education on functioning and quality of life in patients with postacute strokes. American Society of Neurorehabilitation. Vol. 28(8);719-728. Doi: 10.1177/1545968314523837.
Universitas Sumatera Utara
92
Tellier, Myriam., Rochette, Annie., Lefebvre, Helena. (2012). Impact of mild stroke on the quality of life of spouses. International Journal of Rehabilitation Research. 34(3);209-14(25 ref).
The Centre for Health Promotion (2007). Quality of life,
http://www.utoronto.ca/qol, diperoleh 28 september 2014. Thrift, A. G. et.al., (2013). Global stroke statistics. International Journal of
stroke, 9(1);6-18 Tramonti F, Fanciullacci C, Giunti G, Rossi B, Chisari C. (2014) . Functional
status and quality of life of stroke survivors undergoing rehabilitation programmes in a hospital setting. NeuroRehabilitation.35(1);1-7
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2008). Nursing theorists and their work. 6th
ed. Toronto : Mosby. University of Toronto. (2004). The Quality of Life Model in Quality of Life
Research Unit. Toronto; Department of Occupational Therapy. Diunduh dari http://www.utoronto.ca/qol/qol-model.htm.
Ventegodt, S., Andersen, N.J., & Merrick, J. Quality of life Philosophy VI:
The concepts. Scientific World Journal. 3;1230-1240. Viitanen M, Fugl-Meyer KS, Bernspang B & Fugl-Meyer AR. (1988). Life
satisfaction in long-term survivors after stroke. Second Journal Rehabil Med. 20;17-24
Ware, J.E., & Sheirbourne, C.D. (1992). The MOS 36 item short form health
survey (SF-36). Conceptual frame work and item selection. Med Care. Jun; 30(6);473-83.
WHO. (1998). Stroke. www.who.int/whr/199/en. diunduh pada tanggal 23
September 2013. Williams LS. (1998). Health-related quality of life outcomes in stroke.
Neuroepidemiology: 17;116-20. Williams L & Hopper D. (2003). Understanding Medical Surgical Nursing.
Third Edition. Philadelphia. FA Davis Company. Woodward, S., & Mestecky, A. M. (2011). Neurological nursing: Evidence-
Based nursing. United Kingdom:Blackwell Publishing Ltd.
Universitas Sumatera Utara
93
Woung, R.T., Chiung, Y.Y., & San, J.Y. (2010). Fatique and its related factors in patient with chronic heart failure. Journal of Clinical Nursing, 19;69-78. Blackwell Publishing Ltd.
Yang, S.Y., & Kong, K.H. (2006). Health-related quality of life among
chronic stroke survivors attending a rehabilitation clinic. Singapore Medical Journal. 41(3);213.
Yenni (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan
kejadian stroke pada lansia Hipertensi di wilayah kerja puskesmas perkotaan Bukit Tinggi. Tesis FIK UI.
Zeferino, S. O. L., & Aycock, D. M. A. –B. (2010). Poststroke shoulder pain:
inevitable or preventable? Rehabilitation Nursing, 35(4);147.
Universitas Sumatera Utara
94
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
95
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Sdr/ Sdri ……….
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara:
Nama : Eqlima Elfira
NIM : 127046005
Akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Status
Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke di Kota Medan.
Untuk maksud tersebut, peneliti memohon kesediaan saudara/saudari
untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini yaitu dengan
bersedia melakukan pengisian kuesioner yang akan peneliti berikan.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan,
kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Eqlima Elfira
Universitas Sumatera Utara
96
SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN
PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan
penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Eqlima
Elfira, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dengan judul Hubungan Status Fungsional dengan
Kualitas Hidup Pasien Stroke di Kota Medan.
Saya telah mengerti dan memahami tujuan, manfaat serta dampak
yang mungkin terjadi dari penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti
dan yakin bahwa penelitian ini akan menghormati hak-hak saya dan
menjaga kerahasiaan saya sebagai responden penelitian. Dengan
pertimbangan diatas, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
dari pihak manapun, saya memutuskan untuk bersedia berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan
seperlunya.
Medan, 2014
Yang Membuat Pernyataan
Universitas Sumatera Utara
97
A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Petunjuk pengisian: Isilah pertanyaan berikut pada tempat yang disediakan. Berilah tanda (✓) pada salah satu kolom yang sesuai dengan Anda. Nama :……………………………………………………………… Pekerjaan :……………………………………………………………… Umur :……………………………………………………………… Jenis Kelamin : L / P
Alamat :………………………………………………………………
Pendidikan : PT SMA SMP SD
Universitas Sumatera Utara
98
B. KUESIONER STATUS FUNGSIONAL
Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab kuesioner dibawah ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dengan tanda (✓)
No Pernyataan Ya Tidak 1 Apakah Anda menderita sakit kepala 2 Apakah sakit kepala yang Anda alami sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari
3 Apakah disertai rasa mual, muntah tiba-tiba, mendadak seolah-olah isi perut dicampakkan keluar.
4 Anda merasakan seolah di sekeliling Anda bergerak, berputar, atau merasa diri Anda yang bergerak atau berputar.
5 Apakah disertai telinga berdenging, berdesis 6 Apakah ketajaman penglihatan Anda menurun pada
satu atau kedua mata
7 Apakah penglihatan anda dobel 8 Adakah perubahan pada pendengaran Anda 9 Adakah gangguan pada perasaan di wajah 10 Anda mengalami kelemahan pada otot wajah 11 Anda berbicara cadel dan pelo 12 Anda menjadi sukar mengemukakan isi pikiran Anda 13 Anda menjadi sukar memahami pembicaraan orang
lain
14 Anda menjadi sulit membaca 15 Anda mengalami penurunan kemampuan menulis 16 Pernahkah Anda mendadak merasa lemah, atau
seperti mau pingsan
17 Apakah gerakan Anda menjadi tidak cekatan 18 Sifatnya hilang timbul, menetap atau berkurang 19 Gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas badan
yang abnormal dan tidak dapat Anda kendalikan
20 Apakah ada perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas seperti rasa baal, semutan, ditusuk, atau dibakar
21 Anda merasa rasa itu menjalar ke seluruh tubuh 22 Saya tidak menyadari air seni keluar 23 Saya menyadari air seni keluar tetapi tidak bisa
mengatakannya
24 Saya menyadari mau buang air besar 25 Saya buang air besar di toilet 26 Saya mampu mandi sendiri 27 Saya mampu mandi walaupun sebelah tangan saya
Universitas Sumatera Utara
99
mengalami kelumpuhan 28 Saya sudah latihan menyisir rambut tetapi tidak
mampu menyisir rambut sendiri
29 Saya tidak mampu memakai pakaian dengan tangan sendiri
Universitas Sumatera Utara
100
C. Kuesioner Kualitas Hidup
Pertanyaan-pertannyaan tentang kesehatan dan kehidupan anda
Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan tentang kondisi kesehatan anda
menurut pandangan anda sendiri. Isi secara lengkap seluruh pertanyaan yang ada
dengan memberikan tanda (X) pada salah satu pilihan yang dianggap paling sesuai
dengan kondisi anda.
1. Bagaiman menurut anda kondisi kesehatan anda secara umum? (KU) Amat sangat
baik Sangat Baik Baik Biasa saja/cukup Buruk
(1) (2) (3) (4) (5)
2. Dibanding 1 tahun yang lalu, bagaimana kondisi kesehatan anda saat ini? Jauh lebih
baik disbanding 1 tahun yang
lalu
Agak lebih baik
disbanding 1 tahun lalu
Kira-kira sama
dengan 1 tahun lalu
Agak lebih buruk
disbanding 1 tahun lalu
Sangat lebih buruk
disbanding 1 tahun lalu
(1) (2) (3) (4) (5)
3. Pertanyaan dibawah ini tentang aktivitas yang biasa anda lakukan sehari-hari.
Apakah aktivitas anda menjadi terbatas atau terganggu karena kondisi
kesehatan anda saat ini? Jika Ya, seberapa banyak. (FF)
Apakah aktifitas berikut menjadi terbatas karena kondisi kesehatan anda
Ya, sangat terbatas
Ya, agak terbatas
Tidak terbatas sama sekali
3a Aktifitas berat, seperti lari, mengangkat barang berat, melakukan olahraga berat
(1) (2) (3)
3b Aktifitas sedang, seperti memindahkan barang, memasak, menyeterika, mencuci pakaian, berjalan cepat
(1) (2) (3)
3c Mengangkat atau membawa barang sekitar 3-5 Kg
(1) (2) (3)
3d Menaiki beberapa anak (1) (2) (3)
Universitas Sumatera Utara
101
tangga 3e Menaiki satu anak
tangga (1) (2) (3)
3f Menekuk tubuh, berlutut, membungkuk
(1) (2) (3)
3g Berjalan lebih dari 1,5 km
(1) (2) (3)
3h Berjalan sekitar 50 rumah (500 meter)
(1) (2) (3)
3i Berjalan sekitar 10 rumah (100 meter)
(1) (2) (3)
3j Mandi atau berpakaian sendiri
(1) (2) (3)
4. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami beberapa masalah
dengan pekerjaan anda atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai akibat dari
masalah kesehatan anda? (PF)
Ya Tidak 4a Mengurangi jumlah waktu yang anda gunakan
untuk bekerja atau aktifitas lain (1) (2)
4b Hanya dapat mengerjakan pekerjaan lebih sedikit dari yang anda inginkan
(1) (2)
4c Mengalami keterbatasan dalam jenis pekerjaan atau jenis aktifitas lainnya
(1) (2)
4d Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya (misalnya memerlukan usaha yang sangat besar dalam melakukannya
(1) (2)
5. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami masalah-masalah
dalam pekerjaan atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai akibat masalah
perasaan atau emosi (seperti perasaan tertekan atau cemas. (PE)
Ya Tidak 5a Mengurangi jumlah waktu yang anda gunakan untuk
bekerja atau aktifitas lain (1) (2)
Hanya dapat mengerjakan pekerjaan lebih sedikit dari yang anda inginkan
(1) (2)
Tidak bekerja atau melakukan aktifitas sebaik/ seteliti biasanya
(1) (2)
Universitas Sumatera Utara
102
6. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa jauh kondisi kesehatan fisik dan masalah
emosi/perasaan anda mempengaruhi aktifitas sosial anda dengan keluarga,
tetangga atau kelompok? (misalnya pergi rekreasi, arisan, pengajian, dll). (FS)
Tidak berpengaruh sama sekali
Sedikit berpengaruh
Pengaruhnya sedang
berpengaruh Sangat berpengaruh
(1) (2) (3) (4) (5)
7. Seberapa berat rasa nyeri di tubuh (seperti pegal-pegal, ngilu-ngilu, dll) yang
anda alami dalam 4 minggu terakhir. (RN)
Tidak nyeri
Sangat nyeri
Ringan Sedang Berat Berat sekali
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
8. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa berat rasa nyeri tubuh tersebut
mempengaruhi pekerjaan sehari-hari anda (termasuk pekerjaan diluar rumah
dan pekerjaan rumah)? (RN)
Tidak berpengaruh sama sekali
Sedikit berpengaruh
Pengaruhnya sedang
berpengaruh Sangat berpengaruh
(1) (2) (3) (4) (5)
9. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini adalah tentang bagaimana perasaan anda
dan bagaimana hal tersebut anda rasakan selama 4 minggu terakhir ini. Untuk
setiap pertanyaan, harap berikan satu jawaban yang paling mendekati dengan
perasaan yang anda rasakan dan seberapa sering hal tersebut terjadi dalam 4
minggu terakhir.
SW SS S K J TP 9a (V)
Apakah anda merasa penuh semangat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9b (KM)
Apakah anda merasa sangat gugup?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9c (KM)
Apakah anda merasa sangat sedih hingga tak ada yang dapat menghibur anda?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9d (KM)
Apakah anda merasa tenang dan damai?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9e Apakah anda merasa penuh (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Universitas Sumatera Utara
103
(V) energy? 9f (KM)
Apakah anda merasa bimbang dan kecewa?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9g (V)
Apakah anda merasa jenuh/ bosan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9h (KM)
Apakah anda merasa bahagia?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9i (V)
Apakah anda merasa capek (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Keterangan:
SW = Setiap Waktu
SS = Sangat sering
S = sering
K = Kadang
J = Jarang
TP = Tidak Pernah
10. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa banyak waktu/ seberapa sering masalah
kesehatan fisik dan perasaan/emosi anda mempengaruhi aktifitas sosial anda
(seperti mengunjungi teman, keluarga, tetangga,dll)? (FS)
Sepanjang
Waktu Sebagian
Besar waktu
Banyak waktu/ sering
Kadang-kadang
Sedikit/ Jarang
Tak Pernah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11. BETUL, atau SALAH pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk anda? (KU) SB B TT S SS 11a Saya tampaknya lebih mudah sakit
disbanding orang lain (1) (2) (3) (4) (5)
11b Saya sama sehatnya dengan orang lain yang saya kenal
(1) (2) (3) (4) (5)
11c Saya berharap kesehatan saya semakin memburuk
(1) (2) (3) (4) (5)
11d Kesehatan saya baik sekali (1) (2) (3) (4) (5) Ket:
Universitas Sumatera Utara
104
SB = Sangat Betul
B = Betul
TT = Tidak Tahu
S = Salah
SS = Sangat Salah
Universitas Sumatera Utara
105
LAMPIRAN II
BIODATA EXPERT
Universitas Sumatera Utara
106
BIODATA EXPERT CONTENT VALIDITY INDEX
1. Dr. H. Tri Makmur., Sp.S
Dokter di RSU Bina Kasih dan Dosen Fakultas Kedokteran USU dan
UISU
2. Hendri Apul Panggabean, S.Kep., Ns, M.Kep
Perawat di RSUD dr Pirngadi Medan
3. Andina Setyowati, S.Kep., Ns, M.Kep, Sp. KMB
Dosen Fakultas Keperawatan Makassar
Universitas Sumatera Utara
107
LAMPIRAN III
IZIN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
108
Universitas Sumatera Utara
109
Universitas Sumatera Utara
110
Universitas Sumatera Utara
111
Universitas Sumatera Utara
112
Universitas Sumatera Utara
113
Universitas Sumatera Utara
114
Universitas Sumatera Utara
115
Universitas Sumatera Utara
116
Universitas Sumatera Utara
117
Universitas Sumatera Utara