HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

140
HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN TESIS Oleh EQLIMA ELFIRA 127046005 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Universitas Sumatera Utara

Transcript of HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

Page 1: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

EQLIMA ELFIRA 127046005 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 2: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M. Kep)

dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

EQLIMA ELFIRA 127046005 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

Universitas Sumatera Utara

Page 3: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

Telah di uji Pada tanggal : 11 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.KMB

2. Dr. dr. Ridha Dharmajaya, Sp. BS

3. Rosina Tarigan S.Kp., M.Kep., Sp.KMB

Universitas Sumatera Utara

Page 5: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

Universitas Sumatera Utara

Page 6: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

i

Judul Tesis : Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup

Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan

Nama Mahasiswa : Eqlima Elfira

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2015

ABSTRAK

Stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian dalam

waktu singkat dan kecacatan seumur hidup. Kecacatan pada orang dewasa akibat

stroke iskemik dapat berupa keterbatasan fisik, penurunan interaksi sosial,

psikologi, yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi

banyak aspek kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan atau

kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota

Medan. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional yang dilakukan muali

Oktober sampai November 2014, dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang yang

diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur status fungsional adalah kuesioner yang dirancang berdasarkan buku

neurologi klinik dengan melihat keluhan pasien buat sendiri dengan nilai validitas

0.89 dan reliabilitas 0.73, untuk menilai kualitas hidup digunakan kuesioner The

MOS (SF-36). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas status fungsional buruk

lebih besar dengan kualitas hidup sedang. Hasil uji diperoleh pvalue 0.09

Universitas Sumatera Utara

Page 7: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

ii

(p<0.05), dengan nilai r 0.17, yang membuktikan tidak ada hubungan antara status

fungsional dengan kualitas hidup.

Kata kunci : status fungsional, kualitas hidup, pasien stroke iskemik

Universitas Sumatera Utara

Page 8: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

iii

Thesis Title : Relationship of Functional Status and Quality of

Life in Patients with Ischemic Stroke in Medan’s

Hospitals

Name : Eqlima Elfira

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization :Medical-Surgical Nursing

Year : 2015

ABSTRACT

Stroke is a health problem that can lead to death within a short time and lifelong

disability. Disability in adults as a result of ischemic stroke may be physical

limitations, decreased social interaction, psychology, which can lead to changes in

conditions that affect many aspects of health-related quality of life or quality of

life. This study aimed to determine the relationship of the functional status of the

quality of life of patients with ischemic stroke in a hospital in Medan. Descriptive

correlational study design was conducted in the department of neurology poly

Haji Adam Malik and dr Pirngadi field from October to November 2014 with a

total sample of 99 people taken by simple random sampling technique. The

instrument used to measure functional status questionnaire designed based on the

book of neurology clinic with complaints of patients see for themselves the value

of the validity and reliability of 0.73 0.89, is used to assess the quality of life of

the MOS questionnaire (SF-36). The results showed the majority of poor

functional status and quality of life greater being in pasin ischemic stroke. The test

Universitas Sumatera Utara

Page 9: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

iv

results obtained pvalue 0:09 (p <0.05), with the value of r 0:17, which proves

there is no relationship between functional status and quality of life.

Keywords: functional status, quality of life, patients with ischemic stroke

Universitas Sumatera Utara

Page 10: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik, hidayah dan ridhoNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Status Fungsional dengan

Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan”, Penulisan

tesis ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Keperawatan

di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Dewi Elizadiani, S.Kp, MNS, Ph.D dan Ikram, S.Kep.Ns, M.Kep yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat sejak awal penyusunan tesis ini.

3. Setiawan, SKp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing I yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Cholina Trisa Siregar SKep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing

II, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmu

yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

vi

5. Dr. Ridha Dharmajaya, Sp.BS selaku penguji I, yang telah memberikan kritik

dan saran demi sempurnanya tesis ini.

6. Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep,Sp.KMB selaku Penguji II, yang telah

meluangkan waktu untuk mengkoreksi dan memberikan masukan agar

sempurna tesis ini.

7. Seluruh Keluarga terutama orang tua tercinta, serta abang (Ramadhan Putra

Gayo, SH, MH) dan kedua adikku (Budi Putra Gayo dan Dewi Kartini, AMd,

S.Kep) yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi serta seluruh

keluarga yang tercinta yang telah banyak berkorban dalam kehidupan penulis.

8. Dosen dan Pegawai Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Teman seangkatan saya: Siti, Pak Solihuddin, Kak Havija, Kak Tati, Ibu Hetti,

Kak Doortua dan Kak Yuni serta terima kasih juga kepada Wirda Faswita

Penulis menyadari bahwasanya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan

membutuhkan masukan yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaannya. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat

demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan.

Medan, 11 Februari 2015

Penulis

Eqlima Elfira

Universitas Sumatera Utara

Page 12: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Eqlima Elfira

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 24 Maret 1988

Alamat : Jl. Puskesmas I Gg. 06/RW 09 Medan Sunggal

No. Telp/ Email : 085206008724/ [email protected]

Riwayat Pendidikan :Riwayat Pekerjaan:

Bekerja sebagai staf pengajar di Prodi Keperawatan Politehnik Kesehatan YRSU

dr Rusdi Medan 2011 sampai sekarang.

Kegiatan Akademik Selama Studi :

Peserta dan panitia pada acara “Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan

Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop

Analisis Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012,

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Pendidikan Profesi Ners

SDN 060915 Medan

SLTPN 9 Medan

SMAN 15 Medan

F.Kep USU

F.Kep USU

2000

2003

2006

2011

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 13: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

viii

Panitia pada acara “khitanan massal yatim & kurang mampu”., 1 Juli 2012,

Kampung Nelayan Belawan, Sumatera Utara.

Peserta pada acara “Seminar & Workshop PPNI tentang penatalaksanaan

kegawatdaruratan Jantung Tingkat Lanjutan (ACLS) dan Interpretasi EKG

serta Emergency Nursing., 20 Oktober 2012, Grand Sakura Hotel Medan,

Sumatera Utara.

Peserta Seminar Keperawatan Nursing Leadership menyongsong Asean

Community 2015, 30 Januari 2013 Fakultas Keperawatan, USU.

Peserta pada acara “Seminar Keperawatan dalam rangka peringatan Hari Ulang

Tahun Ke-39 PPNI Prov Sumatera Utara., 23 Februari 2013, Riz Hotel,

Sumatera Utara.

Peserta pada 2013 MEDAN INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE

“The Application of Nursing Education Advanced Research and Clinical

Practice:, 1-2 April 2013, Hotel Garuda Plaza, Medan, Sumatera Utara.

Peserta pada acara “Kajian Ilmiah: Perawatan Kritis/ Janice Jones”., 28 Maret

2013, Poltekkes Kemenkes jurusan Keperawatan Medan, Sumatera Utara.

Peserta pada acara “Seminar National Stroke Symposium 2013” tentang Stroke

Care at Home:Challenges and Opportunities for Home Care Nurses, 28

September 2013, RS Pusat Otak Nasional, Jakarta Timur.

Peserta pada acara”Workshop Item Development dan Item Review: Soal Uji

Kompetensi Perawat Diploma III Tahun 2014, Grand Kanaya Hotel, 21-22

Februari 2014.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

ix

Peserta dan panitia pada acara “Seminar & Workshop Diagnostic Reasoning

NANDA dan ISDA Basic, 24 November 2014, Fakultas Keperawatan

USU.

Peserta pada acara “Seminar Nasional Keperawatan” tentang Menilik

Profesionalisme Perawat dalam Undang-undang RI No. 38 Tahun 2014.,

31 januari 2015, Auditorium USU. Sumatera Utara.

Peserta pada acara “Workshop Community medicine Update II tentang

Nutrisurvey”., 25 Maret 2015, FK USU Departemen Kedokteran

Komunitas USU, Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

x

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK ................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................iii KATA PENGANTAR ......................................................................................v RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..............................................................................1 1.2. Permasalahan.................................................................................5 1.3. Tujuan Penelitian . ...................................................................... ..6 1.4. Hipotesis Penelitian ................................................................... ..6 1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... ..7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke………………………………………………………………8 2.1.1. Defenisi Stroke ......................................................................8 2.1.2. Angka Kejadian .....................................................................8 2.1.3. Penyebab dan faktor risiko .....................................................9 2.1.4.Tanda dan Gejala ....................................................................11

2.2. Status Fungsional .........................................................................13 2.2.1Definisi Status Fungsional .......................................................13 2.2.2 Domain dari Fungsi .................................................................16 2.2.3 Instrumen Status Fungsional ...................................................17 2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Fungsional ....20 2.2.5 Peran Perawat Berkaitan dengan Status Fungsional .................23

2.3. Kualitas Hidup ..............................................................................25 2.3.1 Definisi Kualitas Hidup ..........................................................25 2.3.2 Komponen Kualitas Hidup .....................................................26 2.3.3 Masalah yang Mempengaruhi Kualitas Hidup.........................33 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ................36 2.3.5 Domain Kualitas Hidup ..........................................................39 2.4. Kerangka Konsep ..........................................................................43 2.5 Kerangka Konsep Teori Dorothea Orem .........................................43 2.6 Kerangka Penelitian........................................................................45

Universitas Sumatera Utara

Page 16: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

xi

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1.Desain penelitian ............................................................................47 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................47 3.3. Populasi dan Sampel ......................................................................47

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................48 3.5. Uji Validitas ..................................................................................50 3.6. Uji Reliabilitas ...............................................................................52

3.7. Variabel dan Definisi Operasional .................................................57 3.8. Metode Pengukuran .......................................................................58

3.9. Metode Analisis Data.....................................................................59 3.10.Pertimbangan Etik ........................................................................61 BAB 4 HASIL PENELITIAN ..........................................................................63 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden .................................................63 4.2 Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik ........................................64 4.3 Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik ............................................66 4.4.Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke

Iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi ...........67 BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................69 5.1 Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik ........................................69 5.2 Kualitas Hidup Pasien SStroke Iskemik ..........................................71 5.3 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup .....................74 5.4 Keterbatasan Penelitian ..................................................................76 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................77 6.1 Kesimpulan ....................................................................................77 6.2 Saran .............................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 80 LAMPIRAN .................................................................................................... 92

Universitas Sumatera Utara

Page 17: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik...............55

Tabel 3.2 Pertanyaan yang Mewakili 8 Dimensi Kuesioner SF-36 .....................57

Tabel 3.3 Variabel Independen dan Definisi Operasional ...................................57

Tabel 3.4 Variabel Dependen dan Definisi Operasional......................................57

Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi Responden di RSUP H. Adam Malik

dan RSUD dr Pirngadi Medan (N=99) pada Bulan Oktober dan

November 2014 .................................................................................64

Tabel 4.2 Hasil Univariat Status Fungsional Berdasarkan Keluhan di RSUP H.

Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (N=99) pada Bulan

Oktober- November 2014 ...................................................................65

Tabel 4.3 Komponen Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik di ruang poli

Neurologi RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan .....66

Tabel 4.4 Hasil Univariat Kualitas Hidup di RSUP H. Adam Malik dan RSUD

Dr Pirngadi Medan (N=99) pada bulan Oktober-November 2014 .......66

Tabel 4.5 Dimensi Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik di Ruang Poli

Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan

(n=99) ...............................................................................................67

Tabel 4.6 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pada Pasien

Stroke Iskemik di Ruang Poli Neurologi RSUP H. Adam Malik

dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=99) pada Bulan Oktober-

November 2014..................................................................................67

Universitas Sumatera Utara

Page 18: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tiga Domain dari Status Fungsional ............................................17

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...........................................................................44

Gambar 2.3 Teori Orem .....................................................................................45

Gambar 2.4 Kerangka Penelitian ........................................................................46

Universitas Sumatera Utara

Page 19: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian........................................................................94

Permohonan Menjadi Responden ................................................................95

Bersedia Berpartisipasi sebagai Responden Penelitian .................................96

Kuesioner Demografi ..................................................................................97

Kesioner Status Fungsional .........................................................................98

Kuesioner Kualitas Hidup ........................................................................ 100

Izin Menggunakan Kuesioner ................................................................... 102

Lampiran 2 Biodata Expert ............................................................................. 106

Lampiran 3 Izin Penelitian .............................................................................. 107

Persetujuan Komite Etik........................................................................... 108

Uji Reliabilitas ......................................................................................... 109

Pernyataan Selesai Uji Reliabilitas ........................................................... 110

Izin Pengambilan Data ............................................................................. 111

Pernyataan Selesai Penelitian ................................................................... 112

Universitas Sumatera Utara

Page 20: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

i

Judul Tesis : Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup

Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan

Nama Mahasiswa : Eqlima Elfira

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2015

ABSTRAK

Stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian dalam

waktu singkat dan kecacatan seumur hidup. Kecacatan pada orang dewasa akibat

stroke iskemik dapat berupa keterbatasan fisik, penurunan interaksi sosial,

psikologi, yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi

banyak aspek kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan atau

kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota

Medan. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional yang dilakukan muali

Oktober sampai November 2014, dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang yang

diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur status fungsional adalah kuesioner yang dirancang berdasarkan buku

neurologi klinik dengan melihat keluhan pasien buat sendiri dengan nilai validitas

0.89 dan reliabilitas 0.73, untuk menilai kualitas hidup digunakan kuesioner The

MOS (SF-36). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas status fungsional buruk

lebih besar dengan kualitas hidup sedang. Hasil uji diperoleh pvalue 0.09

Universitas Sumatera Utara

Page 21: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

ii

(p<0.05), dengan nilai r 0.17, yang membuktikan tidak ada hubungan antara status

fungsional dengan kualitas hidup.

Kata kunci : status fungsional, kualitas hidup, pasien stroke iskemik

Universitas Sumatera Utara

Page 22: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

iii

Thesis Title : Relationship of Functional Status and Quality of

Life in Patients with Ischemic Stroke in Medan’s

Hospitals

Name : Eqlima Elfira

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization :Medical-Surgical Nursing

Year : 2015

ABSTRACT

Stroke is a health problem that can lead to death within a short time and lifelong

disability. Disability in adults as a result of ischemic stroke may be physical

limitations, decreased social interaction, psychology, which can lead to changes in

conditions that affect many aspects of health-related quality of life or quality of

life. This study aimed to determine the relationship of the functional status of the

quality of life of patients with ischemic stroke in a hospital in Medan. Descriptive

correlational study design was conducted in the department of neurology poly

Haji Adam Malik and dr Pirngadi field from October to November 2014 with a

total sample of 99 people taken by simple random sampling technique. The

instrument used to measure functional status questionnaire designed based on the

book of neurology clinic with complaints of patients see for themselves the value

of the validity and reliability of 0.73 0.89, is used to assess the quality of life of

the MOS questionnaire (SF-36). The results showed the majority of poor

functional status and quality of life greater being in pasin ischemic stroke. The test

Universitas Sumatera Utara

Page 23: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

iv

results obtained pvalue 0:09 (p <0.05), with the value of r 0:17, which proves

there is no relationship between functional status and quality of life.

Keywords: functional status, quality of life, patients with ischemic stroke

Universitas Sumatera Utara

Page 24: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat,

stroke menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.

Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan

200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Diperkirakan angka kejadian pada

stroke di dunia mencapai lima puluh juta jiwa, dan sembilan juta diantaranya

mengalami kelumpuhan berat dan sepuluh persen mengalami kematian (Gemari,

2014). Angka kematian stroke di Eropa berkisar 63.3-73.4 per 100.000 penduduk

dan kasus baru stroke berkisar 100-200 per 100.000 penduduk. Di United

Kingdom, insiden penyakit stroke terjadi 3.75 per 1000 populasi dengan rata-rata

diperkirakan 15 dari 1000 populasi mengalami stroke dan kelumpuhan yang

membutuhkan rehabilitasi (Hilary et al., 2008). Angka insiden di Asia mencapai

50-400 per 100.000 penduduk per tahun (Bethesda Stroke Center, 2007).

Di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan kasus stroke di

masa yang akan datang. Analisa data 28 rumah sakit di Indonesia menemukan

bahwa stroke iskemik hampir dua kali lipat lebih besar (42.9%) dari stroke

perdarahan (Misbach, 2011). Insiden stroke di Sumatera Utara sekitar 10.3 persen

per 1000 penduduk mengalami stroke pada umur ≥75 tahun dengan 43.1 persen

per 1000 penduduk. Insiden stroke di kota lebih tinggi daripada di desa, baik

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebanyak 8.2 persen maupun berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 25: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

2

gejala sebesar 12.7 persen. Eldin (2013) menyatakan bahwa ditemukan pada

beberapa rumah sakit Kota Medan sebanyak 8.970 kasus stroke dengan 451

kematian setiap tahunnya.

Meningkatnya angka kejadian stroke terus-menerus yang menyebabkan

pemerintah berusaha menekan angka kematian dan derajat kecacatan akibat stroke

yang lebih ditujukan pada penanganan saat pasien stroke dirawat di rumah sakit.

Menurut Kaplan et al., (1999) bahwa stroke dapat dilakukan rehabilitasi secara

intensif agar dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup pasien

stroke. Stroke membutuhkan perawatan di rumah sakit sekitar 20% dan 15 %

lainnya membutuhkan bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Tiga bulan

pasien stroke melakukan perawatan sekitar 15-30 persen mengalami kelumpuhan

total (Rachmawati, 2013; Yenni, 2011).

Status fungsional merupakan keadaan fisik, mental dan kesejahteraan yang

lengkap bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelumpuhan namun keadaan dari

fungsi anggota tubuh. Pemulihan fungsional dan gangguan neurologi tergantung

pada beberapa faktor seperti tingkat keparahan awal stroke, suhu tubuh dan

glukosa darah pada fase akut stroke, perkembangan stroke dan pengobatan serta

rehabilitasi di unit stroke. Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

awalnya berkurang dalam tiga hari dari empat pasien stroke. Aktivitas yang paling

sulit dilakukan kemampuan untuk berpindah, pakaian dan berjalan. Gangguan

fungsional berkurang dari 50% menjadi 25% dan kelompok cacat ringan atau

tidak ada cacat yang meningkat dari 50% menjadi 75% setelah rehabilitasi selesai.

Pemulihan fungsional umumnya selesai dalam waktu tiga bulan dari waktu

Universitas Sumatera Utara

Page 26: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

3

kejadian stroke. Pasien dengan stroke ringan, sembuh dalam dua bulan, pasien

stroke moderat dalam waktu tiga bulan, dan pasien stroke berat dalam waktu

empat bulan serta pasien dengan stroke yang paling parah memiliki pemulihan

fungsional dalam lima bulan. Pemulihan fungsional didahului oleh pemulihan

neurologis dengan rata-rata dua minggu (Jorgensen, 1999).

Hanger et al., (2000) menyatakan bahwa stroke menimbulkan perubahan

kehidupan individu karena penurunan fungsi sehingga menimbulkan

ketergantungan. Kecacatan pada orang dewasa akibat stroke iskemik dapat berupa

keterbatasan fisik, penurunan interaksi sosial, psikologi, yang dapat menyebabkan

perubahan kondisi sehingga mempengaruhi banyak aspek kualitas kesehatan yang

berhubungan dengan kehidupan atau kualitas hidup (Johnson et al., 2004).

Kualitas hidup merupakan kesehatan fisik, mental dan sosial serta persepsi

individu tentang kehidupan dalam konteks budaya dan nilai hidup untuk mencapai

tujuan hidup dan mengambil peran yang bermanfaat serta berpartisipasi dalam

meningkatkan kemampuan fungsional (Guyatt, 1993; Frayers & Machim, 2000;

Hellen, 2007; Carod, 2009). Kualitas hidup dapat dinilai berdasarkan pendekatan

yang berfokus kepada individu dalam hal mobilitas dan aktivitas sehari-hari,

persepsi/ kognitif seseorang terhadap kesehatan itu (Yang & Kong., 2006). Pasien

yang mengalami stroke seumur hidup akan mengalami perubahan fungsi, peran

fisik, gangguan mood, penurunan kognitif dan penurunan interaksi sosial (Carod

et al., 2009). Jaracz & Kozubski (2003), mengatakan bahwa perubahan kualitas

hidup sangat jelas terlihat pada pasien setelah mengalami stroke. Sejalan dengan

Carod et al., (2000) yang mengatakan bahwa pasien setelah stroke akan terjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 27: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

4

perubahan fisik, gangguan mental, gangguan kognitif dan penurunan interaksi

sosial.

Ketidak mampuan fisik, emosi dan kehidupan sosial pasien mempengaruhi

peranan sosial yang sangat besar terhadap kualitas hidup kesehatan pada pasien

stroke (Astron & Asplund, 2005). Javier et al., (2010), menyatakan status

fungsional dan depresi diidentifikasi sebagai prediksi dari kualitas hidup yang

tergantung pada aktivitas sehari-hari dari interaksi sosial dan spiritual. Hasil studi

Dorte & Christine., (2013) menyatakan bahwa pengaruh kualitas hidup pasien

stroke lebih besar ditentukan dengan peraturan sosial dan aspek diri yang diterima

sebagai identitas individu yang paling penting dalam satu ruang lingkup. Menurut

Mamabolo et al., (2009) menyatakan bahwa pasien stroke mengalami

ketergantungan fungsional pada saat pemulihan dan untuk meningkatkan

ketergantungan fungsional pasien dibutuhkan perbaikan fungsional yang

ditentukan dari kemampuan pendukung untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan

melanjutkan latihan di rumah secara rutin.

Indonesia termasuk Negara jumlah penderita stroke terbesar diperkirakan

500.000 dari jumlah tersebut bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami

gangguan fungsional berat yang harus terus menerus berbaring dikasur, dan harus

dilayani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan, minum, mandi, buang air

besar dan buang air kecil, dan kadang harus menggunakan alat medis yaitu selang

makan ataupun selang untuk kencing (Misbach, 2007).

Data yang diperoleh dari RSUD dr Pirngadi kota Medan tahun 2014

berjumlah ±100 pasien stroke yang datang untuk berobat jalan setiap hari dan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

5

diperkirakan meningkat setiap tahunnya (Poli Neurologi RSUD dr Pirngadi

Medan).

Berdasarkan fenomena bahwa status fungsional merupakan keadaan fisik,

mental dan sosial yang dapat mempengaruhi angka harapan hidup dan kualitas

hidup pasien stroke iskemik. Selain itu, penelitian mengenai hubungan status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke belum pernah dilakukan di RSUP

Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan.

1.2 Permasalahan

Stroke iskemik merupakan kondisi medis yang ditandai dengan

terganggunya aliran darah ke dalam otak akibat dari sumbatan pada pembuluh

darah di dalam otak oleh gumpalan darah. Tingginya insiden dan prevalensi stroke

iskemik baik di Negara-negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia

menjadi masalah baik medik, ekonomi, dan sosial bagi pasien, dan keluarga.

Stroke iskemik juga mengakibatkan gangguan status fungsional yang

mengakibatkan perubahan pada kualitas hidup pasien tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang muncul, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan Status Fungsional

dengan Kualitas Hidup pasien stroke iskemik sangat penting mengingat masa

perawatan dan pemulihan terhadap tingkat kecacatan serta gejala sisa yang

ditimbulkan cukup berat dan memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu

peneliti merumuskan masalah penelitian: Apakah ada hubungan status fungsional

dengan kualitas hidup pasien stroke di rumah sakit kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status fungsional dengan

kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan

2. Mengetahui status fungsional pasien stroke iskemik di rumah sakit kota

Medan

3. Mengetahui kualitas hidup pasien stroke pasien stroke iskemik di rumah sakit

kota Medan.

4. Mengetahui Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pasien stroke

di rumah sakit kota Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke di rumah sakit kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan menambah

wawasan ilmu pengetahuan tentang status fungsional dengan kualitas hidup

pasien stroke iskemik.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

7

1.5.2 Bagi Instansi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk rehabilitasi stroke RSUP

Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan dalam meningkatkan status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik yang melakukan

perawatan di rumah sakit.

1.5.3 Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu motivasi untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarga tentang pentingnya

meningkatan status fungsional dan kualitas hidup pasien stroke iskemik agar

pemulihan pasien semakin baik ke depannya.

1.5.4 Bagi Perawat/ Tenaga Medis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, acuan, dan pertimbangan

bagi profesi keperawatan dalam meningkatkan sumber daya yang ada dan

meningkatkan wawasan tentang status fungsional dan kualitas hidup pasien stroke

iskemik.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke Iskemik

2.1.1 Definisi

Stroke iskemik adalah kerusakan permanen dan kematian jaringan yang

berlangsung secara tiba-tiba yang disebabkan oleh oklusi pembuluh darah fokal

yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan glukosa ke otak dan

kegagalan proses metabolisme di daerah yang terlibat (Hacke et al, 2003;

Roberthus, 2008; Woodward, S., & Mestecky, A.M , 2011).

2.1.2 Angka Kejadian

Insiden penyakit stroke iskemik meningkat setiap tahun. Peningkatan

jumlah pasien stroke iskemik menyebabkan kenaikan jumlah kematian. Stroke

merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di Amerika Serikat setelah

penyakit jantung dan kanker (International Pharmaceutical Manufacturers

Group, 2014). Kira-kira 500.000 merupakan serangan pertama dan 200.000

merupakan serangan ulang. Rata-rata pasien, setiap 45 detik di Amerika Serikat

akan mengalami stroke (Roberthus, 2008).

Rata-rata insidensi kejadian stroke di 52 negara yang memiliki studi

kejadian yang dilakukan di lebih dari satu daerah. Data diperoleh dari 123 negara

yang mengalami kematian pada pasien stroke terjadi lebih besar di Negara

Kazakstan pada tahun 2003. Insidensi kejadian stroke menurut badan kesehatan

dunia (WHO) berkisar 41 per 100.000 penduduk per tahun di dunia. Angka

kejadian stroke iskemik di Indonesia mencapai 8.3 per 1000 penduduk dan daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 32: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

9

yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam

(16.6 per 1000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3.8 per 1000

penduduk).Insidensi kejadian stroke yang tertingg i berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar, 2013 adalah kota Sulawesi Utara (10.8 persen), Yogyakarta (10.3 persen),

Bangka Belitung dan DKI Jakarta (9.7 persen). Penyebab kematian dan kecacatan

utama di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia adalah penyakit stroke sejak

tahun 1991 hingga 2013 (Rikesdas, 2013).

2.1.3 Penyebab dan Faktor Risiko

Stroke iskemik dapat menyebabkan banyak masalah pada pembuluh darah,

jantung dan darah. Hudak, et al (1996) menyatakan bahwa stroke disebabkan oleh

salah satu dari empat kejadian di bawah, yaitu: (1) Trombosis merupakan bekuan

darah di dalam pembuluh darah otak atau leher yang menyumbat aliran darah ke

otak. Trombosis bersama emboli hampir menjadi penyebab dari tiga perempat

kasus stroke. (2) Emboli serebral merupakan bekuan darah seperti lemak yang

mengalir melalui pembuluh darah dibawa ke otak, dan menyumbat aliran darah ke

bagian otak tertentu. (3) Spasme pembuluh darah serebral merupakan penurunan

aliran darah ke area otak tertentu yang bersifat sementara. Umumnya merupakan

akibat dari spasme pembuluh darah otak. (4) Hemoragik serebral atau perdarahan

serebral yang terjadi dalam ruang otak yaitu pecahnya pembuluh darah serebral

dengan perdarahan dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak sehingga

menimbulkan stroke hemoragik. Stroke jenis ini terjadi sekitar satu pertiga dari

seluruh kejadian stroke dan presentasi penyebab kematian lebih besar dari stroke

iskemik atau stroke non hemoragik.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

10

Faktor risiko yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor risiko

yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor

yang tidak dapat dimodifikasi merupakan faktor yang dapat diubah, terdiri dari

usia, jenis kelamin, faktor genetik atau keturunan, dan ras atau etnik sedangkan

faktor yang dapat dimodifikasi merupakan faktor yang dapat dieliminasi

sehingga risiko stroke menjadi lebih rendah bahkan dapat ditiadakan (Lingga,

2013). Faktor yang dapat dimodifikasi ini meliputi: hipertensi, Diabetes mellitus,

dislipidemia, alkohol, kelainan anatomis, penyakit jantung, Transient ischemic

attack (TIA), merokok, kurangnya aktivitas fisik, pola diit, kontrasepsi oral,

obesitas, stress fisik, mental dan fibrinogen. Beberapa faktor risiko tambahan

meliputi lipoprotein (a)/Lp (a), LDL yang teroksidasi, inflamasi dan infeksi serta

hiperhomosisteinemi.

Stroke iskemik akan berisiko terjadi stroke ulang bila faktor risikonya tidak

dikendalikan, misalnya pada dislipidemia, hasil penelitian yang dilakukan The

Stroke Prevention by Aggressive Reduction in Colesterol Levels (SPARCL)

tahun 2006, pada orang pasca stroke iskemik atau TIA dengan dislipidemia

sekitar 13.1% mengalami kejadian stroke ulang. Autoregulasi serebral tidak

efektif bila tekanan darah sistemik di bawah 50 mmHg dan di atas 160 mmHg

(LeMone & Burke, 2008). Pengontrolan tekanan darah yang adekuat dapat

menurunkan serangan stroke sebesar 38% (Biller & Love, 2000, dalam Black &

Hawks, 2005). Diabetes mellitus (DM) merupakan faktor risiko yang dapat

meningkatkan kejadian stroke dan kematian setelah serangan stroke (Ignativius

& Workman, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

11

2.1.4. Tanda dan Gejala

Manifestasi stroke sangat beragam, tergantung dari arteri serebral yang

terkena dan luasnya kerusakan jaringan serebral. Manisfestasi klinik yang sering

terjadi diantaranya adalah kelemahan pada alat gerak, penurunan kesadaran,

gangguan penglihatan, gangguan komunikasi, sakit kepala dan gangguan

keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal dan

mengenai satu sisi bagian tubuh (LeMone & Burke, 2008).

Geoffrey, et al (2008) menemukan bahwa sebagian besar pasien paska

serangan stroke memiliki keterbatasan gerak, gangguan penglihatan, gangguan

bicara dan gangguan kognitif. Selain aspek fisik ditemukan pula bahwa pasien

paska serangan stroke mengalami gangguan psikologis seperti depresi, cemas,

ketakutan dan menarik diri dari kehidupan sosial.

Stroke dapat menyebabkan berbagai gangguan neurologi, tergantung pada

lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya

kurang dan jumlah aliran darah kolateral. Gambaran klinik utama dikaitkan

dengan insufisiensi aliran darah ke otak dapat dihubungkan dengan tanda-tanda

dan gejala-gejala di bawah ini, (Black & Hawks, 2005):

a. Vertebro basilaris (sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral);

Kelemahan salah satu dari empat anggota tubuh, peningkatan reflex

tendon, ataksia, tanda babinski bilateral, tanda-tanda sereblar, disfagia,

disartria, sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan, gangguan

penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralisis gerakan satu mata),

muka terasa baal.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

12

b. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior, gejala-gejalanya biasanya

unilateral). Lokasi lesi yang paling sering biasanya pada bifurkasio arteri

karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan karotis eksterna.

Berbagai sindroma, polanya tergantung dari jumlah sirkulasi kolateral;

kebutaan monocular, disebabkan karena insufisiensi aliran darah arteri ke

retina, terasa baal pada ekstremitas atas, dan mungkin juga menyerang

wajah. Jika terjadi pada hemisfer yang dominan maka akan timbul gejala-

gejala afasia ekspresif.

c. Arteri serebri anterior, gejala yang paling primer adalah kebingungan; rasa

kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian proksimal mungkin

ikut terserang. Timbul gerakan volunteer pada tungkai yang terganggu,

gangguan sensori kontra lateral, dimensia, reflek mencekram dan reflex

patologis (disfungsi lobus frontalis), arteri serebri posterior (dalam lobus

otak tengah atau talamus); (koma, hemiparesis kontralateral, afasia visual

atau buta kata (aleksia), kelumpuhan saraf kranial ketiga –hemianopia,

koreo-athetosis, arteri serebri media; mono paresis atau hemiparesis

kontralateral (biasanya mengenai lengan), kadang-kadang heminopia

kontralateral (kebutaan), afasia global (jika hemisfer dominan yang

terkena) gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan

percakapan dan komunikasi, disfagia.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

13

2.2 Status Fungsional

2.2.1 Definisi

Status fungsional merupakan kesehatan sebagai keadaan fisik, mental, dan

kesejahteraan yang lengkap, bukan hanya tidak ada penyakit dan kelumpuhan.

Secara umum, status fungsional merupakan keadaan dari fungsi anggota tubuh

(WHO, 2002). Status fungsional memiliki beberapa istilah yang berbeda dengan

beragam definisi dan alat ukur dari yang terbatas sampai luas. Status fungsional

mengarah dalam domain fungsi sebagai konsep multidimensi dimana karakteristik

kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan

dasar, berperan secara penuh, memelihara kesehatan, serta kesejahteraan (Ledi,

1994; dikutip dari Ridge & Goodson, 2000). Status fungsional individu

mencerminkan reaksinya terhadap kondisi biologis, dan interaksi individu dengan

lingkungan dalam menilai fungsi, perhatian untuk individu, bukan hanya patologis

keadaan organisme. Individu adalah unit analisis dalam penilaian fungsional

bukan bagian tubuh atau sistem organ. Dengan demikian dapat didefinisikan,

status fungsional merupakan salah satu aspek atau dimensi kesehatan yang terdiri

dari manifestasi fisik, tanda gejala dan status fungsional. Fungsi fisik adalah

dimensi dari status fungsional yang diterima dari terapis. Status fungsional dilihat

dari aktivitas sehari-hari pasien (Donna, 2012).

Status fungsional adalah suatu konsep mengenai kemampuan melakukan

self-care, self-maintenance, dan aktivitas fisik (Wilkinson, 2011). Status

fungsional juga merupakan konsep multidimensi karakteristik kemampuan

individu untuk menunjang kebutuhan hidup, dimana sebagai jalan untuk normal

Universitas Sumatera Utara

Page 37: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

14

dengan memenuhi kebutuhan dasar hidup (Dahlan et al., 2006). Perry dan Potter

(2005) memberikan definisi status fungsional sebagai kapasitas fungsional dan

penurunannya dilihat dari kapasitas fungsi residual dengan defisit residual. Defisit

residual adalah perbedaan fungsi original dengan fungsi residual. Perubahan

status fungsional selalu terjadi sebagai tanda pertama dari penyakit atau

kelanjutan dari kondisi kronis (Saltzman, 2011). Menurut Saltzman (2011), status

fungsional dilihat dari dua aspek yaitu tujuan dari pengkajian fungsional dan

komponen pengkajian fungsional. Tujuan pengkajian fungsional adalah sebagai

gambaran indikasi keparahan suatu penyakit, mengukur kebutuhan individu akan

perawatan, memonitor perubahan sepanjang waktu, serta mengoptimalisasikan

cost effectiveness operasi klinik.

Dari perspektif lain, kemampuan fungsional dapat terganggu akibat dari

kesehatan yang buruk, penyakit, kelemahan, dan penyakit yang mengganggu

kemampuan seseorang dalam beraktivitas sehari-hari untuk melakukan peran

sosial yang diharapkan. Dimana menuntut para professional kesehatan berusaha

untuk meningkatkan kemampuan fungsional (Donna, 2012). Hasil penelitian

Rachmawati, (2013) tentang gambaran status fungsional pasien stroke saat masuk

ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menemukan bahwa status

fungsional pasien stroke terbanyak adalah dependent total (0-20) berjumlah 39

orang (78.0 %). Keseluruhan sampel pasien stroke saat awal masuk ruang rawat

inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru melakukan aktivitas perawatan diri dan

mobilisasi. Aktivitas perawatan diri yang dilakukan penilaian terkait kemampuan

makan, mandi, kebersihan diri, berpakaian, defekasi, miksi, penggunaan toilet.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

15

Dimana aktivitas mobilisasi yang terdiri dari transfer (berpindah dari tempat tidur

ke kursi dan kembali ke tempat tidur), mobilitas dan kemampuan naik tangga.

Ketidak mampuan ini dikarenakan penyakit stroke yang dialami dapat

menyebabkan kelumpuhan motorik, karena kendali otak tubuh bagian kiri telah

mengalami iskemik. Keadaan ini menyebabkan pasien stroke sulit untuk

melakukan gerakan tangan dan kaki dibagian otak yang terserang stroke, sehingga

pasien membutuhkan bantuan orang lain. Hal inilah menunjukkan jika pasien

terserang stroke secara langsung dalam waktu serangan stroke terjadi maka pasien

akan mengalami ketidakberfungsian bagian otak tertentu sehingga akan

mempengaruhi aktivitas gerak tubuh dan kehidupan sehari-hari (Rachmawati,

2013).

Selain itu penurunan kemampuan dapat terjadi dikarenakan penurunan

kesadaran serta daerah otak tertentu tidak berfungsi dengan baik yang

menyebabkan terganggunya aliran darah atau pecahnya pembuluh darah dan

mengganggu kemampuan fungsional pasien (Suryati, 2007). Keadaan jaringan

otak yang mengalami gangguan akan dimonitor secara ketat agar dapat

mengantisipasi keadaan buruk yang akan terjadi pada pasien dalam beberapa jam

setelah serangan stroke. Pemeriksaan awal yang harus dilakukan di ruang rawat

darurat adalah pemeriksaan fungsi pernafasan, tekanan darah, fungsi jantung, dan

pemeriksaan analisa gas darah. Secara simultan dilakukan pengambilan darah

untuk pemeriksaan darah rutin, kimia darah, pemeriksaan koagulasi darah serta

pemeriksaan fungsi hematologi yang lain, dan bersamaan dengan tindakan

tersebut pasien dipasang cairan infus intravena serta pemeriksaan EKG. Selain itu

Universitas Sumatera Utara

Page 39: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

16

dilakukan pemeriksaan Scan kepala atau MRI untuk mendapatkan kepastian

diagnosis berdasarkan jenis patologisnya (Perdossi, 2007).

2.2.2 Domain dari Fungsi

Aktivitas fungsional dengan hasil yang sama dapat dikelompokkan

bersama kedalam kategori atau domain. Domain dari fungsi ini terdiri dari domain

biofisik, domain psikologi, dan domain sosiokultural. Domain biofisik termasuk

kemampuan sensorimotorik yang memerlukan tindakan sehari-hari, misalnya

berpakaian, ambulasi, mempertahankan personal hygiene, dan memasak.

Domain psikologikal dipengaruhi oleh aktivitas intelektual. Motivasi,

konsentrasi, penyelesaian masalah, dan keadilan merupakan faktor-faktor yang

berkontribusi dalam fungsi psikological sebagai fungsi yang baik dimana

seseorang mengatasi stress yang dialaminya setiap hari. Domain psikological juga

mempengaruhi bagaimana menerima kemampuan untuk berfungsi, misalnya

ansietas, depresi, emosional, kesadaran diri, dan harga diri mempengaruhi fungsi

afektif (Guccione, 2000; Donna, 2012). Domain sosial budaya berhubungan

dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan berhasil dalam

aturan sosial dan kewajiban-kewajiban. Domain sosiocultural (sosial budaya)

merupakan aturan sosial dan aturan budaya yang berada pada masyarakat (terlihat

pada gambar 1).

Universitas Sumatera Utara

Page 40: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

17

Gambar 2.1. Tiga domain dari status fungsional (Donna, 2011).

2.2.3 Instrumen Status Fungsional

Komponen pengkajian fungsional meliputi penglihatan dan pendengaran,

mobilitas, kontinensia, nutrisi, status mental (kognisi dan afektif), lingkungan

rumah, dukungan sosial, serta ADL (Activities Daily Living) dan IADL

(Instrumental ADL). ADL dilihat dari aktivitas dasar seperti berpindah, ambulasi,

mandi, toileting, nutrisi, dll. IADL merupakan kebutuhan lebih komplek yang

merupakan kombinasi fungsi mental dan fisik seperti penggunaan telepon,

mempersiapkan makan, mengatur transportasi, serta mengatur pengeluaran.

Instrumen pengukuran status fungsional sangat beragam antara lain: Index of

Independent in Activities of Daily Livings (ADL), The Barthel Index, The Physical

Self-Maintenance Scale, A Rapid Disability Rating Scale, Stanford Health

BIOPHYSICAL DOMAIN

Sensorimotor Tasks

PSYCHOLOGICAL DOMAIN

Affect

Motivation

Cognitive ability

SOCIOCULTURAL DOMAIN

Social roles

Cultural roles

STATUS FUNCTIONAL

Kebutuhan Perawatan diri (Self Requisites)

Universitas Sumatera Utara

Page 41: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

18

Assessment Questionairre, dan FIM Instruement (Wilkinson, 2011 & Loretz,

2005).

The Index of Independence in Activities of Daily Livings didesain untuk

mengkaji fungsi fisik pada lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Instrumen

ini digunakan sebagai indikator penyakit kronik berat dan evaluasi dari tindakan.

Rating dikotomi pada enam fungsi ADL yang meliputi: mandi, berpakaian, pergi

ke toilet, berpindah dari tempat tidur ke kursi, kontinensia, dan makan, serta

memiliki tiga kategori skala independen.

Barthel Index digunakan untuk mengkaji kemandirian fungsional pada

domain perawatan personal dan mobilitas. Instrumen didesain untuk memonitor

penampilan pada pasien kronis atau fase rehabilitasi. Instrumen juga digunakan

untuk memprediksi lama waktu hari rawat dan indikasi sejumlah kebutuhan

perawatan.

The Physical Self-Maintenance Scale (PSMS) terdiri dari enam item dari

self-care yang didesain untuk mengukur yang digunakan dalam perencanaan dan

evaluasi tindakan pada lansia yang tinggal di komunitas atau institusi. Skala

berdasarkan teori perilaku manusia dimana hirarki yang komplek, seperti

pendekatan Katz Index. Hirarki berasal dari kesehatan fisik yang terdiri dari self-

maintenance ADL dan IADL, kognisi, penggunaan waktu, dan interaksi sosial.

The Rapid Disability Rating Scale (RDRS) mengandung 16 item

berdasarkan penilaian tenaga medis dengan tiga skala yaitu: tidak mengalami

kerusakan atau tidak membutuhkan pertolongan khusus; kerusakan moderat atau

membutuhkan asisten; serta substansial atau kerusakan lengkap atau asisten

Universitas Sumatera Utara

Page 42: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

19

pengganti. Skala dikembangkan sebagai instrumen penelitian untuk

menyimpulkan kapasitas fungsional dan status mental pada pasien lansia di rumah

sakit dan komunitas.

The Stanford Health Assessment Questionarre mengukur tingkat kesulitan

dalam melakukan ADL. Instrumen didesain untuk pengkajian klinik pada arthritis

tetapi dapat digunakan pada penelitian untuk evaluasi perawatan. Kuisioner

berdasarkan model hirarki dengan mempertimbangkan efek dari penyakit seperti

kematian, ketidak mampuan, efek samping terapi, dan biaya kesehatan. Dimensi

kematian tergantung dari dua sub-dimensi: masalah atas/bawah anggota badan

untuk dimensi ketidakmampuan serta masalah fisik dan psikologis sebagai

dimensi ketidaknyamanan. Skala pengukuran terdiri dari 20 item pada fungsi

sehari-hari sampai minggu terakhir yaitu: berpakaian dan merawat diri, naik

tangga, makan, jalan, kebersihan, jangkauan, pegangan, dan aktivitas luar

ruangan.

Functional Independent Measure mengkaji ketidak mampuan fisik dan

kognitif dalam keperawatan. Instrumen digunakan untuk memonitor kemajuan

pasien dan mengkaji hasil akhir pada rehabilitasi. FIM terdiri dari 18 item

pertanyaan meliputi kemandirian dalam self-care, kontrol sphincter, mobilitas,

daya gerak, komunikasi, dan kognisi sosial. FIM bukan instrumen komprehensif

tetapi sebagai indikator dasar yang berfokus level ketidakmampuan sebagai

indikasi kebutuhan akan asisten untuk melakukan ADL.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

20

2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Fungsional

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status fungsional terdiri dari dari

delapan faktor antara lain adalah (1) Usia berkaitan dengan kondisi fisiologis dan

kemampuan melakukan pemulihan setelah kondisi paska stroke terutama dalam

melakukan aktivitas fisik. Aspek demografi usia berkaitan dengan perkembangan

yang memiliki perbedaan dalam perkembangan dan kepadatan tulang serta massa

otot pada usia remaja, dewasa awal, menengah, dan akhir (Perry & Potter, 2005).

(2) Lama hari rawat berkaitan dengan proses perkembangan masa penyembuhan

tulang serta didukung program terapi dan rehabilitasi yang menentukan

perkembangan kondisi secara keseluruhan. (3) Jenis kelumpuhan yang menurut

hasil penelitian Astrid (2008), menunjukkan bahwa peningkatan Range of Motion

dan kekuatan otot meningkatkan status fungsional. Peningkatan level aktivitas

berdasarkan efisiensi perbaikan tubuh, terutama sistem muskuloskletal (Ditmyer

et al., 2002). (4) Nyeri merupakan pengalaman universal individu, yang

didefinisikan sebagai pengalaman individu dan melaporkan adanya sensasi rasa

nyaman dan tidak nyaman yang bersifat subjektif tergantung persepsi individu

(DeLaune & Ladner, 2002). Persepsi individu menentukan kemampuan

mengontrol nyeri berdasarkan komponen kognitif, sensori, dan emosional. (5)

Kelelahan bersifat subjektif sebagai gejala yang tidak menyenangkan dimana

merupakan gabungan keseluruhan perasaan tubuh berkisar pada keletihan menuju

kepenatan dan mengganggu kemampuan fungsi atau kapasitas normal (Theander

& Unossean, 2004; dikutip dari Rean & Richardson, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 44: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

21

Kelelahan menyebabkan aktivitas fisik berkurang sehingga

mengakibatkan penurunan fungsi fisik (Woung et al., 2010). Kelelahan

mengakibatkan kesulitan dalam konsentrasi dan tidur, kecemasan,

ketidakseimbangan, motivasi, dan interaksi sosial (Sung et al., 2009; dikutip dari

Olson, 2007). (6) Motivasi secara keseluruhan didefinisikan sebagai karakteristik

keadaan yang memiliki kecenderungan untuk fokus dalam kesiapan untuk

berperilaku (Carter & Kulbok, 2002). Banyak hal yang berkaitan dengan motivasi

seperti motivasi kesehatan, motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik dimana

motivasi intrinsik merupakan prekursor terhadap motivasi kesehatan. Motivasi

merupakan fokus sentral dalam berperilaku berdasarkan Health Believe Model

(Nunnery, 2008). Menurut Health Believe Model motivasi ditinjau dari perhatian

terhadap pola kesehatan secara keseluruhan, kesediaan untuk mencari dan

menerima arahan medis, bermaksud untuk patuh, aktivitas kesehatan positif

(Nunnery, 2008; dikutip dari Becker et al., 1977). Motivasi merupakan konsep

yang sangat bermanfaat pada fase rehabilitasi sebagai prediktor yang baik untuk

hasil rehabilitasi (Siegert & Taylor, 2004).

Perilaku pasien yang berkaitan dengan status fungsional merupakan bagian

dari self-care. Self-care terdiri dari sikap, norma subjektif, dan persepsi terhadap

kontrol lingkungan dimana motivasi merupakan pembentuknya (Peters &

Templin, 2010). Aktivitas fisik merupakan komponen status fungsional atau

kapasitas fungsional. Motivasi termasuk aspek psikososial yang mempengaruhi

toleransi melakukan aktivitas fisik (Perry & Potter, 2005). Motivasi self-care

status fungsional pada pola kesehatan dilihat dari perhatian melakukan aktivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 45: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

22

fisik. Kesediaan mencari dan menerima arahan berkaitan dengan kesediaan pasien

dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas kesehatan yang positif merupakan

dilihat dari kemampuan klien untuk mandiri dalam hal melakukan aktivitas fisik.

(7) Fall-Efficacy didasari dari teori Bandura mengenai self-efficacy yang

didefinisikan sebagai kepercayaan individu mengenai kemampuan dan

keterampilan untuk berhasil melakukan tugas dan menghindari kegagalan (Arnold

& Faulkner, 2009). Fall-efficacy didefinisikan sebagai persepsi keyakinan diri

dalam menghindari kegagalan saat melakukan aktivitas dasar dalam aktivitas

sehari-hari, dikenali sebagai faktor resiko kemandirian serta penting sebagai

intervensi (Peterson et al., 2005; dikutip dari Tinetti et al.,1990). (8) Dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang

sakit. Keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya dimana

anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga dapat diartikan

sebagai dukungan dari orang-orang yang berarti saat melewati masa transisi.

Level ketidakmampuan merupakan dasar perkembangan suatu penyakit

yang berkaitan dengan kelelahan, nyeri sendi, kekakuan yang mempunyai efek

terhadap aktivitas sehari-hari yang mempunyai hubungan dengan keluarga (Coty

& Wallston, 2010). Dukungan dari orang dekat merupakan bentuk dukungan

sosial yang dapat digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan aktivitas fisik

(Perry & Potter, 2005). Status fungsional menuju transisi kehidupan normal pada

penyakit serius memiliki hubungan dengan penampilan kemampuan berperan dan

beraktivitas yang dipengaruhi keluarga (Newman, 2005; dikutip dari Tulman &

Universitas Sumatera Utara

Page 46: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

23

Fawcett, 1996). Dukungan keluarga merupakan fungsi keluarga dengan integritas

komponen meliputi adaptasi, partnership, perkembangan, afeksi dan resolve

(Loretz, 2005; dikutip dari Smilkstein, 1978).

Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, penilaian

instrumental dan informative. Kehadiran keluarga selama berada di RS membantu

untuk memenuhi ADL. Bantuan yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan

klien untuk mandiri sehingga berpengaruh terhadap status fungsional. Bantuan

yang diberikan akan mengurangi kesempatan dalam melakukan aktivitas secara

berulang-ulang. Latihan terbaik untuk memperbaiki kinerja adalah melakukannya

secara berulang-ulang aktivitas (Hoppenfeld & Murthy, 2011).

2.2.5 Peran Perawat berkaitan dengan Status Fungsional

Perawat berdasarkan teori Orem menentukan kondisi pasien tipe sistem

keperawatan berupa: sistem keperawatan penyeimbang menyeluruh, sebagian,

atau mendukung/mendidik, semua tergantung pada siapa yang dapat atau harus

menjalankan aksi-aksi self-care tersebut. Wholly/ totally compesantory nursing

system adalah sistem penyeimbang keperawatan meyeluruh dibutuhkan ketika

perawat harus meringankan ketidakmampuan total seorang pasien yang

hubungannya dengan kegiatan merawat yang membutuhkan tindakan

penyembuhan dan manipulasi. Perawat mengambil alih pemenuhan kebutuhan

self-care secara menyeluruh kepada pasien yang tidak mampu melakukan

aktifitas. Partially/ Partly compensatory nursing system dimana perawat

mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 47: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

24

memenuhi kebutuhan selfcare-nya, dijalankan saat perawat dan pasien

menjalankan intervensi perawatan atau tindakan lain yang melibatkan tugas

manipulatif atau penyembuhan. Supportif/ Edukatif nursing system dimana

perawat memberikan pendidikan kesehatan untuk memotivasi melakukan self

care, tetapi yang melakukan self care adalah pasien sendiri. Pasien perlu

dikondisikan untuk belajar menjalankan ketentuan yang dibutuhkan secara

eksternal atau internal yang ditujukan oleh therapeutic self care, namun tidak

dapat melakukan tanpa bantuan.

Perawat sebagai agen keperawatan (Nursing agency) melakukan asuhan

keperawatan meliputi berbagai karakteristik intervensi keperawatan sebagai

selfcare agency. Sementara itu Orem (2007) menyebutkan juga bahwa self care

agency adalah individu yang dapat memberikan bantuan dalam kegiatan

perawatan diri. Optimalisasi status fungsional oleh perawat dapat dilakukan

dengan metode bantuan diantaranya: guidance, teaching, support, directing,

providing the developmental environment.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

25

2.3 Kualitas hidup

2.3.1 Definisi

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwa kualitas hidup merupakan tingkat dimana seseorang menikamti hal-hal

penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki

kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang mereflesikan interaksi dan

lingkungan. Definisi lain dari kualitas hidup adalah komponen kebahagian dan

kepuasan terhadap kehidupan. Akan tetapi kualitas hidup seringkali bermakna

berbeda pada setiap orang karena mempunyai banyak sekali faktor yang

mempengaruhi seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi.

Selain itu, adanya perbedaan etnik, budaya, dan agama yang mempengaruhi

kualitas dan juga perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka

kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasif (Fayers & Machin, 2007). Menurut

Fayers & Machin (2000), kualitas hidup merupakan sehat fisik, mental dan sosial

dan terlepas dari penyakit. Kualitas hidup berarti hidup yang baik, hidup yang

baik sama seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt,

Merrick, Andersen, 2003).

The Centre for health Promotion (2007), menyatakan bahwa kualitas

hidup sebagai tingkat kesenangan dan ketidak senangan seseorang terhadap hal

yang penting dalam hidupnya, misalnya kelebihan dan keterbatasan seseorang

dalam hidup dan refleksi interaksi personal dengan lingkungan. Kesenangan

meliputi dua komponen yaitu pengalaman yang menyenangkan dan sikap serta

karakteristik orang terhadap kesenangan. The Centre for health Promotion,

Universitas Sumatera Utara

Page 49: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

26

mengemukakan ada tiga domain dari kualitas hidup yaitu personal (being).

Kepemilikan (belonging) dan tujuan hidup (becoming). Sejalan dengan Hampton

dan Qin-Hilliard (2004) yang menemukan bahwa dimensi kualitas hidup pada

pasien injuri pada tulang belakang adalah meliputi masalah hubungan dengan

keluarga besar, tetangga, dukungan pemerintah dan hidup damai.

Definisi kualitas hidup dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup

merupakan sebuah fenomena abstrak dan pengalaman individu yang sangat

subjektif. Setiap orang mempersepsikan dan mengekspresikan pengalaman hidup

sesuai dengan tingkat kehidupan dan kapasitas individu tersebut. Orang dengan

kesenangan dan pencapaian hidup yang lebih baik sesuai dengan setting yang

mereka buat akan menyatakan kualitas hidupnya baik sementara orang dengan

kualitas hidup kurang baik bilamana apa yang mereka telah tentukan dalam

hidupnya tidak tercapai atau kurang dapat memenuhi keinginan subjektifnya.

2.3.2 Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga

bagian yaitu (1) Internal individu dalam kualitas hidup dibagi tiga yaitu secara

fisik, psikologis, dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik,

personal higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum.

Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis,

kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri. Secara spiritual

terdiri dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual. (2) Kepemilikan

Universitas Sumatera Utara

Page 50: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

27

(hubungan individu dengan lingkungan) dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu

secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah,

secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat, keluarga,

teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat. (3) Harapan (prestasi dan aspirasi

individu) dalam kualitas dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan pekerjaan.

Secara praktis yaitu rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan

pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan

pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan

waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.

World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas

hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan

sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang (WHO, 1998).

Domain fisik WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: (1) Nyeri

dan ketidak nyamanan, aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak

menyenangkan yang dialami individu, dan berubah menjadi sensasi yang

menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak

menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek,

bahkan penyakit gatal. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri,

walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikan(WHO, 1998). (2) Tenaga

dan lelah, aspek mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk

selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti rekreasi. Kelelahan membuat

individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup

yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit,

Universitas Sumatera Utara

Page 51: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

28

depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998). (3) Tidur dan istirahat,

aspek yang berfokus pada tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan

untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat

kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO, 1998).

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwa Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi,

olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik. WHOQOL membagi

domain psikologis pada lima bagian, yaitu: (1) perasaan positif, aspek ini menguji

pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian,

kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal yang baik dalam

hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian

penting dari segi ini (WHO, 1998). (2) berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi,

aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran, pembelajaran,

ingatan, konsentrasi dan kemampuan dalam membuat keputusan. Keadaan ini juga

termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan (WHO, 1998).

(3) Harga diri, aspek ini menguji apa yang individu rasakan yang memiliki jarak

dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka

sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek dari

harga diri berfokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan

diri dan kendali diri (WHO, 1998). (4) Gambaran diri dan penampilan, aspek ini

menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh

kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan

yang dimilikinya pada konsep diri. Keadaan ini termasuk perluasan dimana

Universitas Sumatera Utara

Page 52: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

29

apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya, berdandan,

berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya (WHO, 1998). (5)

perasaan negatif, aspek ini berfokus pada pengalaman perasaan negatif individu,

termasuk putus asa, perasaan berdosa, kesedihan, tidak bersemangat, kegelisahan,

kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari

perasaan negatif yang menyedihkan yang berakibat pada fungsi keseharian

individu (WHO, 1998).

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwa psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis dan

penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri, dan

kontrol diri. WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian,

yaitu: (1) pergerakan merupakan aspek yang menguji pandangan individu

terhadap kemampuan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di

sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan

transportasi (WHO, 1998). (2) aktivitas hidup sehari-hari yaitu aspek yang

mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari,

misalnya perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan

dimana individu tergantung pada yang lain untuk membantunya dalam aktivitas

keseharian juga berakibat pada kualitas hidupnya (WHO, 1998). (3)

Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan yakni aspek yang menguji

ketergantungan individu pada medis atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur

dan obat herbal) untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologis. Pengobatan

pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu (seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 53: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

30

efek samping dari kemoterapi) di saat yang sama pada kasus lain menambah

kualitas hidup individu (seperti pasien kanker yang menggunakan penghilang

nyeri) (WHO, 1998). (4) Kapasitas pekerjaan yaitu aspek yang menguji

penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas

besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan

upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan

waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga (WHO, 1998).

Domain hubungan sosial , WHOQOL membagi domain hubungan sosial

pada tiga bagian, yaitu: (1) Hubungan perorangan merupakan aspek yang menguji

tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari

hubungan yang dekat dalam kehidupan. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan

kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara

emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi

pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. (WHO, 1998).

(2) Dukungan sosial merupakan aspek yang menguji apa yang individu rasakan

pada tanggung jawab, dukungan, dan bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini

berfokus pada banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,

faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit

(WHO, 1998). (3) aktivitas seksual merupakan aspek yang berfokus pada

dorongan, dan hasrat pada seks, serta tingkatan dimana individu dapat

mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat (WHO, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 54: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

31

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwa social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial dan termasuk

perasaan dari penerimaan yang keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga serta

masyarakat. WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:

(1) keamanan fisik dan keamanan, aspek ini menguji perasaan individu pada

keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari

beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan

langsung dengan perasaan kebebasan individu (WHO, 1998). (2) lingkungan

rumah, aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat

berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada

kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998). (3) sumber

penghasilan, aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan

(dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat

mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998). (4)

kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas, aspek ini menguji

pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di sekitar (WHO, 1998).

(5) kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan, aspek ini

menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan

baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi, misalnya

program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di

waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO, 1998).

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwa Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

32

pengetahuan dan keterampilan yaitu partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan

waktu luang, aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan

keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO,

1998).

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwa leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan

penurunan stress misalnya, permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan

kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan.

Leisure becoming ini terdiri dari (1) Lingkungan fisik (polusi/ keributan/

kemacetan/ iklim), aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya.

Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana

pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO,

1998). (2) Transportasi, aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa

mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO,

1998).

Domain Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang, aspek ini menguji

kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup yang dapat

membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidup, memberi kekuatan pada

pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha,

Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan

kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama (WHO, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 56: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

33

Unit penelitian kualitas hidup Universitas Toronto (2004), menyatakan

bahwam Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku,

dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan pengaturan

kepercayaan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF

membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan

sosial, dan lingkungan.

2.3.3 Masalah Stroke yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Beberapa masalah yang dialami pasien stroke dapat sangat mempengaruhi

kualitas hidupnya, antara lain adalah (1) Nyeri merupakan keluhan yang paling

sering dikemukakan oleh pasien stroke. Berbagai penyebab nyeri yang timbul

antara lain; nyeri bahu, nyeri akibat spastisitas. Nyeri bahu merupakan masalah

yang sering terjadi pada pasien stroke. Komplikasi ini disebabkan oleh

peregangan dan peradangan sendi bahu yang melemah, dan sangat sering pada

pasien dengan tungkai atas atau bawah yang lemah, atau mereka yang memiliki

riwayat gangguan tungkai atas, diabetes melitus, dan tinggal sendiri di rumah.

Seperti pada banyak komplikasi stroke lain, nyeri bahu jauh lebih mudah dicegah

daripada diobati. Pada kenyataannya, sekali terbentuk, nyeri ini cenderung

menetap, sering kali semakin buruk, terutama jika tidak terapi dengan benar, dan

dapat menyebabkan cacat yang signifikan.

Tindakan pencegahan terbaik adalah penempatan posisi dan reposisi di

tempat tidur menopang lengan yang lemah (lumpuh) dengan bantal atau sandaran

Universitas Sumatera Utara

Page 57: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

34

tangan jika mungkin; menghindari peregangan sendi bahu, terutama oleh tarikan

pada lengan lemah; dan menopang lengan yang lemah dengan lengan yang normal

atau dengan menggunakan perban saat berjalan sehingga lengan tersebut tidak

terkulai ke bawah (Smeltzer & Bare, 2008). (2) Mobilitas merupakan tujuan

utama perawatan penderita stroke karena kelumpuhan membuat mereka tidak

berdaya. Kasus paralisis ekstremitas patut mendapatkan perhatian khusus.

Perawatan harus ditekankan untuk melihat pasien tidak berada diatas kaki dengan

terlalu lama dan adanya sirkulasi pada bagian tertentu yang terhambat. Untuk

mencegah kontraktur perawat yakin bahwa pasien dalam posisi yang benar dan

sendi-sendi digerakkan dengan sakit atau pasif melalui latihan rentang gerakan

beberapa kali setiap hari. Pasien dengan gangguan neurologis mempunyai resiko

kontraktur: berbaring ditempat tidur menyebabkan kaki dalam keadaan jatuh

dengan plantar dalam keadaan fleksi dan pinggul serta lutut menjadi fleksi.

Jaringan fibrosa menjadi kaku didalam otot dan spastisitas yang nyeri

memperberat masalah. Kunci dalam mencegah nyeri tipe ini yaitu dengan posisi

pasien yang benar dengan menggunakan latihan rentang gerak dalam satu hari dan

mendukung pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri. Kelemahan otot

merupakan akibat dari lesi korteks, batang otak, medulla spinalis, ujung sel

anterior, saraf perifer, penghubung saraf otonom yang bertujuan untuk

peningkatan kekuatan otot (Smeltzer & Bare, 2008). (3) Perawatan diri dengan

gangguan fungsi neuromuskular dapat mempengaruhi aktivitas perawatan diri.

Pasien yang mengalami stroke akan mengalami gangguan dalam aktivitas hidup

sehari-hari. Perawat bekerjasama dengan anggota tim rehabilitasi lainnya,

Universitas Sumatera Utara

Page 58: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

35

mengevaluasi rentang gerak pasien, sensasi, kekuatan otot, ketahanan, dan

koordinasi dan juga kemampuan belajar. Pasien diajarkan agar terampil dalam

merawat diri (Smeltzer & Bare, 2008). (4) Fungsi Sosial merupakan hasil yang

penting pada pasien stroke adalah berinteraksi dengan sosial/ masyarakat dengan

kembali beraktivitas. Aktivitas dalam mengisi waktu luang lebih penting dari

bekerja. Pembatasan aktivitas mengisi waktu luang mungkin akibat adanya

kegagalan fisik atau gangguan kognitif tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor

psikologis, atau bahkan karena ketakutan bahwa aktivitas akan memicu stroke

ulang. Berkurangnya aktivitas waktu luang akan menyebabkan isolasi sosial,

perubahan afek/mood, dan berpengaruh buruk terhadap hubungan antar pasien

dengan keluarga atau perawatnya. Oleh karena itu perlunya konseling yang baik

antara pasien dan keluarga untuk tetap dapat mengisi waktu luang dengan

aktivitas dan kontak sosial. (4) Masalah Psikologis: Kecemasan/ depresi pada

pasien stroke sering mengalami gangguan psikologis non spesifik, depresi,

kecemasan. Depresi mempunyai dimensi perubahan pada mood, afektif, kognitif,

behavioral, neurovegetatif dan endokrin. Perubahan mood pada depresi berupa

kesedihan dan kehilangan kemampuan untuk bergembira. Kecemasan sering

didapatkan pada orang depresi. Kelainan afektif dapat terlihat dari muka dan sikap

yang sedih dan sering menangis. Perubahan kognitif yang terjadi adalah

kehilangan motivasi, inisiatif dan menjadi apatis. Penderita menjadi merasa tidak

berdaya, tidak berguna, tidak dapat konsentrasi dan merasa tidak dapat menolong

dirinya sendiri, bahkan terkadang disertai juga perasaan gangguan organik.

Beberapa diantaranya ada yang menarik diri dari pergaulan/kegiatan sosial,

Universitas Sumatera Utara

Page 59: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

36

disertai halusinasi dan delusi. (5) Masalah kognitif pada pasien stroke mengalami

masalah kognitif, perilaku dan penurunan emosi akibat kerusakan otak. Derajat

fungsi dapat kembali pulih karena tidak semua daerah otak rusak bersama-sama;

beberapa yang tersisa lebih utuh dan berfungsi dari pada yang lain.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan pengalaman subjektif akan dipengaruhi oleh

kemampuan individu dalam memahami hidupnya. Banyak faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien paska serangan stroke. Faktor fisik, dan

fungsional sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien stroke. Ahlsio, et al

(2008) menemukan bahwa pada pasien pasca serangan stroke dengan keterbatasan

gerak mempunyai kualitas hidup lebih rendah dari pada tanpa keterbatasan gerak.

Ditemukan pula bahwa pasien dengan keterbatasan fisik paska serangan stroke

mengalami gangguan psikologis diantaranya depresi dan stres.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

37

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup sangat banyak, seperti

keuangan, kesehatan, keamanan, keadaan lingkungan dan lain-lain. Faktor-faktor

tersebut saling terkait satu sama lain. Walaupun seseorang mempunyai keuangan

yang cukup belum tentu mempunyai kualitas hidup yang baik, jika orang tersebut

menderita penyakit kronik begitu juga sebaliknya. Banyak faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup, sehingga dalam bidang kesehatan yang dibicarakan

adalah kualitas hidup yang terkait kesehatan (Guyat et al, 1993). Konsep kualitas

hidup baru mulai berkembang pesat dimana adanya peningkatan penelitian

kualitas hidup dari tahun 1980-1997 dari 0.6% menjadi 4.2% dari seluruh

penelitian (Garrat et al, 2002).

Faktor lain yang menjadi alas an pentingnya kualitas hidup adalah adanya

perbedaan kemampuan adaptasi seseorang terhadap penyakit. Misalnya pada

kasus seseorang dengan penyakit sendi yang sama, dapat memberikan status

fungsional fungsional dan status emosional yang berbeda. Sehingga pada kasus

seperti ini, seorang pasien masih dapat bekerja sedangkan pasien lain sudah

berhenti bekerja (Guyatt et al., 1993).

Marcel, et al (2008) menemukan bahwa masalah psikologis sangat

mempengaruhi kualitas hidup pasien pasca serangan stroke. Masalah psikologis

yang dirasakan oleh kebanyakan pasien pasien serangan stroke adalah depresi,

kecemasan dan kelelahan psikologis atau ketidakberdayaan. Dalam hal ini

ditemukan pula bahwa ada perbedaan kualitas hidup pasien laki-laki dengan

wanita.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

38

Bays dan Cathy (2001), menemukan bahwa kualitas hidup pasien paska

serangan stroke dipengaruhi oleh gangguan psikologis, parahnya kerusakan fisik,

tingkat keparahan afasia yang dialami pasien, reaksi yang tidak adekuat terhadap

penyakitnya, pesimis dan ketidakmampuan untuk kembali bekerja. Dua puluh

persen sampai tujuh puluh persen dari kualitas hidup pasien dipengaruhi oleh

adanya depresi (gangguan psikologis), Kemampuan fungsional dan hubungan

sosial dengan sekitarnya.

Kualitas hidup terkait kesehatan dapat diukur dengan menggunakan

instrumen yang berisikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seperti

yang sudah disebutkan diatas, yaitu mobilitas, rasa nyeri, gangguan depresi/

cemas dan ungkapan/ persepsi seseorang tentang kualitas hidupnya dalam suatu

angka/skala. Untuk menetapkan kualitas pasien stroke kita harus memilih

instrumen yang sesuai usulan yang dikemukakan oleh De Haan & Farransen

(2002) diantaranya harus jelas konsep kualitas hidup dalam hubungannya dengan

International classification of impairment, disabilities, and handicaps (ICIDH)

dari WHO.

Mengukur kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi intervensi

keperawatan terapeutik. Instrumen kualitas hidup dapat dibagi ke dalam skala

umum dan penyakit-spesifik. Tidak ada instrumen khusus pada pasien stroke

untuk mengevaluasi kualitas hidup saat ini (Williams, 1998). Walaupun stroke

merupakan masalah utama, metode terbaik untuk mengukur hasil stroke tidak

jelas, sebagian disebabkan oleh heterogenitas tanda-tanda dan gejala stroke

Universitas Sumatera Utara

Page 62: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

39

(Williams, 1998). Kualitas hidup sebagian besar dinilai oleh instrumen tergantung

pada laporan diri. Metode pengumpulan data sangat tidak cocok untuk pasien

dengan kognitif atau komunikatif (De Haan & Faranson, 2002; Sneeuw et al,

1997). Pemilihan ukuran kualitas hidup harus didasarkan pada atribut psikometri

yang termasuk kelayakan, validitas, reliabilitas, dan kepekaan terhadap perubahan

(Norman et al, 1998). Penelitian outcome pasien stroke memerlukan skala kualitas

hidup yang spesifik yang memfokuskan pada masalah spesifik pasien stroke.

Instrumen harus dapat membedakan efek akibat stroke dengan akibat

bertambahnya usia.

2.3.5 Domain Kualitas Hidup

Secara umum terdapat 5 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur

kualitas hidup berdasarkan kuesioner oleh WHO (World Health Organization),

bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan

aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang

yang termasuk kualitas hidup adalah kesehatan fisik (physical health), kesehatan

umum, nyeri, energy dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat, Kesehatan

psikologis (physichological health), cara berpikir, belajar, memori dan

konsentrasi, tingkat aktivitas (level of independence), mobilitas, aktivitas sehari-

hari, komunikasi, kemampuan kerja, hubungan sosial (sosial relationship),

hubungan sosial, dukungan sosial, lingkungan (environment), keamanan,

lingkungan rumah, kepuasan kerja (Herman, 1993).

Menurut Ware dan Sherbourne (1992), kualitas hidup dapat diukur dengan

menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

40

dalam mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan semua

domain akan diukur dalam dua dimensi yaitu penilaian objektif dari fungsional

atau status kesehatan dan persepsi sehat yang lebih subjektif. Walaupun dimensi

objektif penting untuk menentukan derajat kesehatan, tetapi persepsi subjektif dan

harapan membuat penilaian objektif menjadi kualitas hidup yang sesungguhnya.

Suatu instrument pengukuran kualitas hidup yang baik perlu memiliki konsep,

cakupan, reliabilitas, validitas dan sensitivitas yang baik pula.

Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi

menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus

(specific scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur

kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronis, instrumen ini

digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional,

ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah

satu contoh instrumen umum adalah the Medical Outcome Study (MOS) 36-item

short-form Health Survey (SF-36). Instrumen yang dipakai untuk mengukur

sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua)

atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contohnya adalah “The

Washington Psychosocial Seizure Inventory” (WPSI).

Pada penelitian ini salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur

kualitas hidup pasien stroke adalah dengan The MOS (SF-36). SF-36

dikembangkan oleh Fayers & Machim (2000) merupakan instrumen generik

(dapat dipergunakan untuk bermacam penyakit maupun usia) yang telah

dipergunakan secara luas untuk mengukur kualitas hidup terkait kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 64: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

41

(Harmaini, 2006) dan telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

Validitasnya telah dibuktikan pada populasi umum dan beberapa grup pasien yang

bervariasi (De Haan & Farnson, 2002). Instrument SF-36 ini dapat digunakan oleh

subjek wanita maupun pria. Subjek yang dapat menggunakan kuesioner ini harus

berusia di atas 14 tahun ((AHOC, 2005). Instrument SF-36 merupakan suatu isian

berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status

kesehatan yang terbagi dalam; pembatasan aktifitas fisik karena masalah

kesehatan yang ada, pembatasan aktifitas sosial karena masalah fisik dan emosi,

pembatasan aktifitas sehari-hari karena masalah fisik, nyeri seluruh badan,

kesehatan mental secara umum, pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah

emosi, vitalitas hidup, pandangan kesehatan secara umum. Pertanyaan yang

terdapat pada SF-36 adalah tentang persepsi pasien secara umum tentang

kesehatannya, kemudian pasien akan mengatakan tentang kesehatannya adalah,

sempurna, sangat baik, baik, kurang, sangat kurang. Kemudian pertanyaan pada

instrument ini adalah membandingkan kesehatan pasien saat ini dengan 4 minggu

yang lalu.

Demet et al (2008) mengatakan SF-36 merupakan instrumen yang tepat

digunakan pada pasien stroke. Hal ini didukung juga oleh penelitian Shinohara

(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke iskemik

dengan menggunakan instrumen SF-36. Ronning (2006) juga menggunakan

instrumen SF-36 untuk penelitian perbedaan kualitas hidup 1 sampai 6 bulan

setelah stroke iskemik. Owolabi (2009) mengatakan bahwa instrumen SF-36 lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 65: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

42

valid digunakan pada pasien setelah mengalami stroke, karena pada instrumen ini

menilai bagaimana pasien beradaptasi, kognitif, spiritual setelah serangan stroke.

Dorman et al (1999) membandingkan reliabilitas The Short-Form 36 (SF-

36) dengan EuroQol (5D). Sebanyak 1125 pasien stroke diukur kualitas hidup

dengan EuroQol dan 1128 pasien diukur dengan kuesioner SF-36. Jumlah tersebut

diambil secara acak (EuroQol: 271 pasien dan SF-36: 253 pasien) dalam selang

waktu 3 minggu kemudian untuk mengisi lagi daftar instrumen yang sama. Hasil

yang didapat untuk EuroQol reliabilitasnya (k antara 0.63-0.80), interval

kepercayaan 95%) dan pada SF-36 untuk masing-masing bidang secara kualitatif

didapatkan hasil yang serupa kecuali kesehatan mental (Koefisien korelasi intra

kelas = 0.28). Penggunaan kedua instrument ini layak untuk pengukuran kualitas

hidup pasien stroke.

Instrumen SF-36 mengenai kualitas hidup terbagi dalam 8 dimensi. Terdiri

dari dimensi fungsi fisik (10 butir pertanyaan), peranan fisik (4 butir), rasa nyeri

(2 butir), kesehatan umum (5 butir), fungsi sosial (2 butir), vitalitas/energy (4

butir), peranan emosi (3 butir) dan kesehatan mental (6 butir). Delapan dimensi

tersebut dapat dikumpulkan menjadi empat dimensi menurut De Haan et al (1993)

sebagai berikut; dimensi fisik (dimensi merujuk pada gejala-gejala yang terkait

penyakit, dimensi fungsional (dimensi ini terdiri dari perawatan diri, mobilitas,

serta level aktivitas fisik seperti kapasitas untuk dapat berperan dalam kehidupan

keluarga maupun pekerjaan), dimensi psikologis (meliputi fungsi kognitif, status

emosi, serta persepsi terhadap kesehatan, kepuasaan hidup, serta kebahagiaan,

dimensi sosial (meliputi penilaian aspek kontak dan interaksi sosial secara

Universitas Sumatera Utara

Page 66: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

43

kualitatif maupun kuantitatif). Penilaian untuk Skoring pada SF-36 berkisar antara

0-100, dimana semakin tinggi skor menunjukkan semakin baiknya kualitas hidup

terkait kesehatan pasien (Brazier, Jines & Kind, 1993).

2.4 Kerangka Konsep

Stroke iskemik dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan CT-

Scan pada daerah kepala pasien. Stroke iskemik mengakibatkan gangguan

motorik, sensorik, kognitif, verbal dan emosional yang mengubah kualitas hidup

dan status fungsional pasien tersebut. Kualitas hidup akan mengalami perubahan

jika pasien mengalami gangguan dan begitu pula sebaliknya status fungsional.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

44

Gambar 2.2: Sumber: Price & Wilson (2005), Carod-Artal et al (2009),

Slevin (1996).

2.5 Kerangka Konsep Teori Dorothea Orem

Berdasarkan konsep teori Orem bahwa perawatan diri merupakan fungsi

regulasi manusia untuk dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup. Menurut

Orem (2001) kebutuhan perawatan diri terdiri dari tiga asumsi yaitu pertama,

manusia membutuhkan pemasukkan bahan kebutuhan untuk mempertahankan

hidup; kedua, perkembangan manusia dari janin hingga dewasa untuk memenuhi

kebutuhan mempertahankan hidup agar terpenuhi lingkaran kehidupan; dan

Gangguan

Motorik

Gangguan

Sensorik

Gangguan

Kognitif

Gangguan

Verbal

Gangguan

Emosional

Stroke Iskemik

(CT-Scan Kepala)

STROKE ISKEMIK

Status Fungsional

(Self report)

Perubahan Kualitas Hidup

(SF-36 EuroQol)

Universitas Sumatera Utara

Page 68: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

45

deviasi dari struktur normal dan fungsi dari kebutuhan untuk kesejahteraan dan

mencegah penyimpangan yang terjadi serta mengontrol pengaruh dari

penyimpangan.

Gambar 2.3: Teori Orem (2001); Framework Conceptual of Self-Care Requisites

(Adopted by Theory Based Nursing Practice (TBNP) A working document at The

University of Tennesse at Chattanooga School of Nursing Faculty & Students,

2013).

Kebutuhan Perawatan diri (Self-Care Requisites)

Kebutuhan Perawatan diri secara universal (Universal Self-Care

Requisites)

Perkembangan kebutuhan Perawatan diri

(Developmental Self-Care Requisites)

Penyimpangan Kesehatan

(Health Deviation)

Air

(Water)

Udara

(Air)

Makanan

(Food)

Eliminasi

(Elimination)

Aktivitas/ Istirahat

(Activity/ Rest)

Kesendirian/ Aktivitas Sosial

(Solitude/ Social Activity)

Mencegah Bahaya/ Mempromosikan kesejahteraan

(Prevention Hazard/ Promotion well being)

Normal (Normalcy)

Universitas Sumatera Utara

Page 69: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

46

2.6 Kerangka Penelitian

Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka

konsep inti terdiri dari variabel bebas (independen) dan Variabel terikat

(dependen).

Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut : (1) Variabel independen adalah variabel status fungsional yang

digunakan untuk mempengaruhi kualitas hidup (2) variabel dependen adalah

variabel kualitas hidup adalah variabel yang dipengaruhi oleh status fungsional.

Indikator pengukuran aktivitas sehari-hari, peneliti mengadopsi instrumen

berdasarkan gangguan status fungsional pada pasien yang mengalami gangguan

sistem syaraf yang sudah divalidasi oleh tiga orang yang ahli dalam bidang

neurologi. Variabel kualitas hidup menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi

oleh peneliti sembelumnya dan sudah digunakan banyak Negara termasuk

Indonesia.

Skema 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Hidup:

Fungsi fisik Peranan fungsi Rasa nyeri Kesehatan umum Fungsi sosial Vitalitas/energy Peranan Emosi Kesehatan Mental

Status Fungsional

Nyeri kepala Muntah Vertigo Gangguan

penglihatan Gangguan

pendengaran Saraf otak lain Fungsi luhur Gangguan kesadaran Gangguan motorik Sensibilitas Gangguan saraf

otonom

Universitas Sumatera Utara

Page 70: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

47

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan desain penelitian, waktu dan tempat penelitian,

populasi dan sampel, pengambilan sampel, pengukuran sampel, instrumen, analisa

data, validitas, reliabilitas, pilot study dan pertimbangan etik.

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian deskriptif korelasi. Penelitian deskriptif korelasi bertujuan untuk

mengidentifikasi hubungan antara dua variabel yaitu: status fungsional dengan

kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota Medan.

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit pemerintahan yaitu RSUD dr

Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan karena RSUD dr. Pirngadi dan

RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki jumlah sampel yang representative dan

rumah sakit ini sebagai rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan Waktu

penelitian dilakukan mulai 29 Oktober – 27 November 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh pasien stroke iskemik yang ada di dua

rumah sakit umum milik pemerintah yang ada di kota Medan (rumah sakit umum

pusat Haji Adam Malik, dan rumah sakit umum daerah dr Pirngadi). Alasan

peneliti menggunakan pasien stroke iskemik, karena pasien stroke iskemik

mengalami gangguan status fungsional pada tubuhnya dengan melihat hubungan

Universitas Sumatera Utara

Page 71: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

48

dengan kualitas hidup. Jumlah pasien stroke iskemik di RSUP. H. Adam Malik 20

orang sedangkan RSUD dr Pirngadi sebanyak 79 orang pasien stroke iskemik.

Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah pasien stroke iskemik di ruang poli

neurologi yang melakukan pemeriksaan CT-Scan.

Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki

peneliti (Setiadi, 2007).. Pada metode ini jumlah unit sampel yang digunakan

dipilih secara acak dengan elemen populasi yang mempunyai peluang yang sama

(Polit & Beck, 2012). Penentuan besaran sampel dalam penelitian menggunakan

metode power analysis. Metode power analysis dilakukan untuk mengestimasi

jumlah sampel penelitian yang tepat. Menurut Polit dan Hungler (1999) power

analysis ini bertujuan untuk menetapkan ukuran sampel sehingga menunjukkan

hasil yang signifikan, selain itu dapat juga menentukan kekuatan uji statistik.Tiga

dari empat kriteria untuk mencapai hasil yang signifikan yang harus diketahui: 1)

kriteria signifikansi (α), 2) effect size (γ), dan power (1-β). Analisa data hubungan

status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota

Medan maka peneliti menetapkan nilai α sebesar .05, γ (power) .80, dan 1-β

(effect size) sebesar .40. Peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 99 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data status fungsional,

data kualitas hidup, dan data demografi pasien stroke iskemik. Prosedur

pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari prosedur administratif dan

prosedur pelaksanaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

49

3.4.1 Prosedur Administratif

Prosedur administratif pada penelitian ini dimulai dengan mengajukan

surat lulus uji etik (ethical clearance) kepada lembaga etik penelitian yaitu komisi

etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Surat

lulus uji etik dikeluarkan, peneliti mengajukan permohonan izin untuk

melaksanakan penelitian kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr

Pirngadi Kota Medan. Peneliti meminta izin kepada kepala SMF Neurologi RSUP

Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Kota Medan setelah izin dikeluarkan

dan menjelaskan tujuan dan membuat kontrak kerja terhadap lamanya penelitian

dilakukan.

3.4.2 Prosedur pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini dimulai dengan memilih sampel

penelitian dengan cara simple random sampling. Di rumah sakit RSUD dr

Pirngadi memiliki ±100 orang pasien rawat jalan di ruangan SMF Poli Neurologi

terdiri dari dua sesi, sesi pertama dimulai pada jam delapan pagi dan selesai jam

12:00 wib siang, kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu sekitar jam 1

siang sampai jam 3 pada hari tertentu misalnya hari senin-jumat sedangkan hari

sabtu hanya buka sampai pukul 11:00 wib. Peneliti selanjutnya membuat

kerangka sampling dengan mengidentifikasi jumlah responden berdasarkan

sampel yang dipilih. Responden yang telah sesuai dengan kriteria peneliti

diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan persetujuan responden untuk

mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

50

Pelaksanaan penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa dibantu

asisten peneliti, peneliti mulai memberikan kuesioner kepada pasien yang sedang

berada di poli neurologi. Responden yang memiliki penglihatan kurang dan

keterbatasan dalam menggerakkan anggota tubuhnya, peneliti membacakan

kuesioner dan mengisi kuesioner tersebut.

3.5 Uji Validitas

Uji validitas instrumen adalah mengukur apa yang seharusnya diukur

(Polit & Beck, 2012). Content validity Index (CVI) berkaitan dengan kemampuan

suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Content Validity Index

diukur dengan menetapkan ahli mengevaluasi instrumen dan menentukan

relevansi dan kesesuaian pernyataan (Lynn, 1986). Lebih lanjut Lynn

menjelaskan Content Validity Index (CVI) dilakukan oleh 3 dan 4 ahli. CVI untuk

setiap item akan dihitung melalui ahli yang diratingkan pada skor 3 atau 4. Level

Acceptabel adalah koefisien korelasi dalam nilai 0.80 yang dianggap sebagai nilai

minimal predictor individual (Lynn, 1985). Nilai CVI dalam studi ini adalah 0.89

atau lebih besar. Mengukur CVI instrumen status fungsional dan kualitas hidup

peneliti memberikan kepada ahli yang mampu memahami status fungsional dan

kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah sakit kota Medan. terdiri dari dua

orang lulusan S2 Keperawatan Medikal Bedah dan satu orang dokter spesialis

neurologi. Ahli menerima kuesioner status fungsional untuk dilakukan penelitian.

Penilaian masing-masing instrumen terdiri dari empat kategori: kategori 1

(relevan untuk penelitian) dan kategori 2 (relevan untuk mengukur konsep) terdiri

dari: 1= Item tidak relevan, 2= item perlu banyak revisi, 3= item relevan tetapi

Universitas Sumatera Utara

Page 74: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

51

perlu sedikit revisi, 4= item sudah relevan. Kategori 3 (pengulangan item) terdiri

dari 1= ada pengulangan item, dan 2=tidak ada pengulangan item. Kategori 4

(tentang kejelasan item) terdiri dari: 1= item tidak jelas dan 2= item jelas. Item

dengan nilai 1 dan 2 akan dihapus, item dengan nilai 3 dan 4 akan digunakan.

Instrumen status fungsional terdiri dari 39 item pertanyaan, namun setelah

dilakukan content validity index terdapat beberapa item yang harus dihapus. Item

yang dihapus adalah item no 9, 10, 11, 15,16, 22, 30, 35, 36 dan 37 karena item

tersebut bernilai 1 dan 2. Maka, instrumen status fungsional saat ini berjumlah 29

item pernyataan.

Hasil CVI dari tiga puluh sembilan item status fungsional hanya 29 item

dinyatakan relevan, sehingga instrumen yang digunakan hanya 29 item. Hasil CVI

instrumen status fungsional dari Ahli yang pertama diperiksa oleh seorang

magister keperawatan medikal bedah dengan nilai CVI adalah 0.89, dan Ahli

yang kedua diperiksa oleh lulusan magister keperawatan medikal bedah yang

dengan nilai CVI adalah 0.93, sedangkan expert yang ketiga diperiksa oleh

seorang dokter spesialis neurologi dengan nilai CVI adalah 0.86. Hasil CVI dari

ketiga expert adalah 0.89. Instrumen status fungsional dengan 29 pernyataan

dinyatakan acceptable dan layak dilanjutkan pilot study.

Menurut Brazier, Jones, Cathain, Thomas, Usherwood (1992),

menemukan bahwa hasil validitas SF-36 adalah 0.85. Hasil Content Validity Index

(CVI) The MOS (SF-36) pada 25 penelitian menurut Tsai, Bayliss, dan Ware

(1997) adalah 0.70. Hasil penelitian Rahmi (2012), menemukan bahwa validitas

SF-36 yang dipakai pada pasien stroke iskemik adalah 0.80. Karena penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 75: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

52

aplikasi SF-36 in telah tersebar pada beberapa kejadian dari banyak validitas

penelitian yang relevan untuk interpretasi. Studi ini memiliki konten yielded

content, kriteria, konstruk, dan prediksi kejadian validitas. Kuesioner ini

dievaluasi sendiri dengan menggunakan scoring yang bertujuan memperkirakan

rata-rata perubahan status kesehatan selama satu tahun diikuti perkembangannya.

Kuesioner SF-36 ini dikembangkan dari kelompok studi kasus, tes kognitif formal

dan studi empirik dalam lebih dari beberapa Negara yang mendukung dalam

perubahan kata dari beberapa item pernyataan yang digunakan untuk

mengindentifikasi konsep kesehatan yang diadopsi dari Version 2.0. Perubahan

SF-36 dalam bahasa inggris membuat instrumen ini mudah dimengerti dan

membuat item pernyataan lebih objektif. Perubahan pada item dikembangkan

dengan proses terjemahan dan adaptasi SF-36 untuk dapat digunakan selama

pengkajian kualitas hidup secara internasional (International Quality of Life

Assessment).

3.6 Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen menggambarkan stabilitas dan konsistensi

suatu instrumen dalam suatu konteks yang diberikan (Brocop & Tolsma, 2000).

Konsistensi dan akurasi dari pengumpulan data oleh peneliti sendiri memastikan

keandalan penelitian dan kuesioner yang sama. Uji reliabilitas merupakan indeks

yang menunjukan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya atau konsistensi

sebagai alat ukur. Uji reliabilitas studi ini dengan menghitung indeks reliabilitas

yaitu menggunakan metode Kuder Richadson formula 20 (KR20) yaitu rumus

Universitas Sumatera Utara

Page 76: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

53

untuk uji reliabilitas item yang mirip dengan cronbach alpha dengan formula

rumus KR20 adalah:

Menghitung harga p dan q sama dengan yang telah diuraikan pada

pembahasan validitas butir instrument. Sedangkan s2 (varians):

Koefisien korelasi berada antara 0-1. Penilaian instrument dikatakan

reliable jika koefisien korelasinya ≥ 0.6, makin tinggi koefisien korelasi makin

reliable instrumen. Nilai KR20 status fungsional pada pasien stroke iskemik 0.96.

Uji reliabilitas kualitas hidup pasien stroke dikatakan memiliki reabilitas tinggi

jika alpha cronbach 0.70 dan diatas 0.80 adalah baik (Polit & Beck, 2012). Nilai

Cronbach’s Alpha tiga puluh enam item kualitas hidup 0.60. Nilai Cronbach’s

Alpha dimensi fungsi fisik adalah 0.96, dimensi peranan fisik -0.08, dimensi rasa

nyeri -0.07, dimensi kesehatan umum -0.94dimensi fungsi sosial 0.40, dimensi

vitalitas/energy -0.54, dimensi kesehatan mental 0.18, dimensi kesehatan mental

Universitas Sumatera Utara

Page 77: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

54

0.82, sedangkan uji reliabilitas dari delapan dimensi yang lain menggunakan

konsistensi internal dan metode test-retest dengan rata-rata reliabel minimum 0.70

digunakan lebih dari 25 penelitian (Tsai, Bayliss, & Ware, 1997); beberapa

peneliti menemukan nilai reabilitas kualitas hidup 0.80 (McHorney et al., 1994;

Ware et al., 1993). Uji reliabilitas pada fisik dan mental adalah 0.90 (Ware at al.,

1994). Menurut Ware, Kosinski, dan Keller (1994), uji realiabilitas untuk dimensi

fungsi fisik 0.93, dimensi peranan fisisk 0.89, dimensi rasa nyeri 0.90, dimensi

kesehatan umum 0.81, dimensi vitalitas/energy 0.86, dimensi fungsi sosial 0.68,

peranan emosi 0.82, dan dimensi kesehatan mental 0.84. Hasil penelitian Brazier

et al., (1992) menemukan bahwa kuesioner SF-36 memiliki reliabilitas 0.85 pada

usia 16-74 tahun.

Polit dan Hungler (2001) menyatakan pilot study dapat digunakan sebagai

versi skala kecil atau uji coba dalam persiapan untuk penelitian utama. Pilot study

berguna untuk mengetahui instrument tersebut cukup handal atau tidak,

komunikatif, dan dapat dipahami. Baker (1994) mencatat bahwa pilot study

digunakan untuk pra pengujian atau mencoba instrument penelitian dan ukuran

sampel 10 persen hingga 20 persen dari sampel sebenarnya. Peneliti menetapkan

pilot study instrumen sebesar 20 persen atau tiga puluh pasien stroke iskemik di

ruang poli neurologi rumah sakit Haji Medan. Tiga puluh sembilan item kuesioner

status fungsional didistribusikan kepada pasien setiap senin-sabtu. Kuesioner yang

tidak lengkap dijawab, kuesioner status fungsional hanya 30 yang lengkap

dijawab.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

55

Uji reliabilitas kualitas hidup pasien stroke dikatakan memiliki reabilitas

tinggi jika alpha cronbach 0.70 dan diatas 0.80 adalah baik (Polit & Beck, 2012).

Nilai Cronbach’s Alpha tiga puluh enam item kualitas hidup 0.60.

Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Hidup pasien Stroke Iskemik

No Dimensi Kualits Hidup Nilai Cronbach’s Alpha

1 Dimensi Fungsi Fisik 0.96

2 Dimensi peranan fisik -0.08

3 Rasa Nyeri -0.07

4 Kesehatan Umum -0.94

5 Fungsi Sosial 0.40

6 Vitalitas/ Energi -0.54

7 Kesehatan Mental 0.18

8 Peranan Emosi 0.82

Sumber: SPSS 16

Kuesioner kualitas hidup pasien stroke iskemik menggunakan kuesioner

The MOS (SF-36) yang sudah banyak dipakai oleh peneliti lain. Pengukuran

kualitas hidup dengan SF-36 telah didokumentasikan pada hampir 5.000

publikasi. Penelitian mereka mulai diterbitkan pada tahun 1988 sampai tahun

2012 yang didokumentasikan dalam suatu bibliografi instrumen SF-36 di SF-36

user manual. Terjemahan dari SF-36 telah dipublikasi dan melibatkan peneliti di

22 negara. Setiap pertanyaan kuesioner yang dipilih juga mewakili beberapa

indikator operasional kesehatan, termasuk; perilaku fungsi dan disfungsi,

Universitas Sumatera Utara

Page 79: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

56

kesusahan dan kesejahteraan, dimana jawaban objektif dan subjektif dinilai valid

dan reliabel dalam mengevaluasi diri dari status kesehatan umum, informasi yang

lengkap tentang sejarah dan perkembangan SF-36, psikometrievaluasi, kajian

reliabilitas dan validitas, dan data normative tersedia dalam SF-36 User manual.

Bagian kedua dari kuesioner adalah untuk mengukur kualitas hidup pasien

stroke iskemik dengan menggunakan The MOS (SF-36). The SF-36

dikembangkan oleh Fayers & Machim (2000) merupakan salah satu contoh

instrumen pengukuran kualitas hidup. SF-36 berisi 36 pertanyaan yang disusun

untuk melakukan survey terhadap status kesehatan yang terbagi dalam;

pembatasan aktifitas fisik karena masalah kesehatan yang ada, pembatasan

aktifitas sosial karena masalah fisik dan emosi, pembatasan aktifitas sehari-hari

karena masalah fisik, nyeri seluruh badan, kesehatan mental secara umum,

pembatasan aktifitas sehari-hari karena masalah emosi, vitalitas hidup, pandangan

kesehatan secara umum. Instrumen ini menggunakan skala likert dengan

pertanyaan yang terdapat pada SF-36 adalah tentang persepsi pasien secara umum

tentang kesehatannya, kemudian pasien akan mengatakan tentang kesehatannya

adalah sempurna, sangat baik, baik, kurang, sangat kurang. Pertanyaan pada

instrumen ini membandingkan kesehatan pasien saat ini dengan 4 minggu yang

lalu.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

57

Tabel 3.2. Pertanyaan yang Mewakili 8 Dimensi Kuesioner SF-36 ((RAND, 2009)

Skala Jumlah Item No pertanyaan Fungsi Fisik 10 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 3h, 3i, 3j Rasa Nyeri 2 7, 8 Peranan Fisik 4 4a, 4b, 4c, 4d Kesehatan Umum 5 1, 11a, 11b, 11c, 11d Fungsi Sosial 2 6, 10 Vitalitas/ Energi 4 9a, 9e, 9g, 9i Kesehatan Mental 5 9b, 9c, 9d, 9f, 9h, 2 Peranan Emosi 3 5a, 5b, 5c

3.7 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status fungsional

(variabel independen) dan kualitas hidup (variabel dependen).

Tabel 3.3 Variabel Independen dan Definisi Operasional

Variabel independen

Defenisi Operasional

Alat Ukur dan Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

Status Fungsional

Keadaan fisik, mental dan kesejahteraan yang lengkap

Alat Ukur: Menggunakan Kuesioner Cara Ukur: Mengakumulasi skor dari 29 item pernyataan

Nilai skor maksimal adalah 29, dibedakan menjadi 2 kelompok: 0-14 Baik 15-29 Buruk

Interval

Tabel 3.4 Variabel Dependen dan Defenisi Operasional

Variabel independen

Defenisi Operasional

Alat Ukur dan Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

Kualitas Hidup

Persepsi dan pengharapan pasien terhadap kesehatannya tentang dampak hubungannya dengan tujuan dan nilai kehidupan

Alat Ukur: Menggunakan Kuesioner Cara Ukur: Mengakumulasi skor dari 36 item pernyataan

Nilai skor maksimal adalah 36, dibedakan menjadi 2 kelompok: 0-12 Ringan 13-24 Sedang 25-36 Tinggi

Interval

Universitas Sumatera Utara

Page 81: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

58

3.8 Metode Pengukuran

Instrumen penelitian untuk status fungsional peneliti diadopsi dari buku

neurologi klinik: pemeriksaan fisik & mental yang dikarang oleh Lumbantobing,

(2012). Instrumen ini berdasarkan keluhan yang terjadi pada pasien neurologi

yang menanyakan: 1) Nyeri kepala, 2) Muntah, 3) Vertigo, 4) Gangguan

Penglihatan, 5) Gangguan Pendengaran, 6) Saraf Otak Lainnya, 7) Fungsi Luhur,

8) Kesadaran, 9) Motorik, 10) Sensibilitas, dan 11) Saraf Otonom. Instrumen ini

menggunakan skala Gutman dengan 2 skala yaitu 0 sampai 1. Skala 0 menyatakan

Tidak (T), dan skala 1 menyatakan Ya (Y). Pernyataan status fungsional ada 29

item pernyataan berdasarkan keluhan yang terjadi. Pernyataan untuk keluhan

nyeri kepala item 1-2, keluhan muntah item 3, keluhan vertigo item 4-5, keluhan

gangguan penglihatan item 6-7, keluhan gangguan pendengaran item 8, keluhan

syaraf otak lainnya item 12-14, keluhan fungsi luhur item 17-21, keluhan

gangguan kesadaran item 23, keluhan gangguan motorik item 24-27dan 38-39,

keluhan sensibilitas item 28-29, dan keluhan saraf otonom item 31-34.

Kelebihan dari pernyataan ini mudah dan cepat dalam melihat gangguan pada

status fungsional pasien stroke.

Instrumen penelitian untuk kualitas hidup, peneliti menggunakan The

MOS (SF-36). Instrumen ini dapat diperoleh secara bebas untuk keperluan

penelitian. The MOS (SF-36) adalah multi-tujuan, survey kesehatan bentuk

singkat dengan hanya 36 pertanyaan-pertanyaan. Ini memiliki 8 dimensi meliputi

1) fungsi fisik, 2) Peranan Fisik, 3) Rasa Nyeri, 4) Kesehatan Umum, 5) Fungsi

Sosial, 6) Vitalitas/ Energi, 7) Peranan Emosi, 8) Kesehatan Mental. The MOS

Universitas Sumatera Utara

Page 82: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

59

(SF-36) telah didokumentasikan dalam 4.000 publikasi; dan sering dipakai pada

penelitian dari 50 negara di dunia. Instrumen kualitas hidup menggunakan skala

Likert dengan 5 skala yaitu 1 sampai 5, Skala 1 menyatakan Amat Sangat Baik

(ASB), skala 2 menyatakan Sangat Baik (SB), skala 3 menyatakan Baik (B), skala

4 menyatakan Biasa saja/cukup, dan skala 5 menyatakan Buruk.

3.9 Metode Analisa Data

Analisa dalam penelitian ini melalui dua tahapan. Tahapan pertama, yaitu

analisa univariat yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripsikan setiap

variabel penelitian. Tahap kedua yaitu, analisa bivariat yang digunakan untuk

mengetahui hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke

iskemik di Rumah Sakit Kota Medan.

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yang digunakan adalah analisis deskripsikan distribusi

frekuensi, persentase dari karakteristik responden dan untuk menganalisis status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis statistik yang digunakan oleh peneliti

untuk menganalisa ada atau tidaknya korelasi status fungsional dengan kualitas

hidup pasien stroke iskemik. Analisa bivariat dalam penelitian ini merupakan

analisis statistic parametric korelasi yaitu product moment correlation coefficient

juga biasa disebut Pearson r, variabel yang diukur dengan skala interval atau

rasio. Koefisien korelasi Pearson r untuk mencari hubungan antara kedua

variabel dan melihat kekuatan dan arah hubungan (Polit & Beck, 2012). Jika nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 83: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

60

p < 0.05, maka dinyatakan adanya korelasi (Ha diterima), dan sebaliknya jika nilai

p > 0.05, maka dinyatakan tidak ada korelasi (Ho diterima). Interpretasi koefisien

korelasi dinyatakan bahwa kekuatan sangat rendah dengan nilai 0.00-0.19, rendah

0.20-0.39, sedang 0.40-0.59, kuat 0.60-0.79, sangat kuat 0.80-1.00 (Sugiyono,

2011).

Uji asumsi harus dilakukan sebelum analisis data dilakukan terlebih

dahulu . Uji asumsi yang dipakai adalah korelasi Pearson r adalah uji normalitas,

oulier dan linearitas yaitu: uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data

berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik

histogram dan kurva normal bila bentuknya menyerupai bel shape berarti

distribusi normal, kemudian melihat nilai signifikansi uji Kolmogorov-smirnof.

Interpretasi dari uji ini adalah jika angka signifikansi > 0.05 maka data

mempunyai distribusi normal, kemudian lihat outlier merupakan nilai yang berada

diluar kisaran normal. Outlier dapat dilihat pada boxplot. Uji linearitas dengan

melihat nilai signifikansi linearity dan signifikansi deviation from linearity

(Prihati, 2007).

Uji asumsi normality pada status fungsional dari 29 variabel telah

diperiksa masing-masing item berdasarkan frekuensi kumulatif yaitu penjumlahan

frekuensi per-data hingga ke bawah untuk melihat nilai Kolmogorof-Smirnov,

skewness, dan kurtosis. Data status fungsional yang terdiri dari 29 item,

terdistribusi normal nilai Kolmogorov-Smirnov p = 0.000 (p > 0.05), skewnes -

0.52, dan kurtosis -1.18. Maka uji asumsi normality terpenuhi, karena nilai p >

0.05, dinyatakan normal. Data kualitas hidup yang terdiri dari 36 item,

Universitas Sumatera Utara

Page 84: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

61

berdistribusi normal nilai Kolmogorof-Smirnov p = 0.097 (p > 0.05), skewness

-0.21, dan kurtosis = -1.24. Kotak blox plot digunakan untuk mendeteksi outlier

yang muncul. Data yang muncul di outlier dihapus, dan tidak ada data outlier

yang muncul dari 99 data responden yang berdistribusi normal. Maka uji asumsi

normality terpenuhi.

Uji asumsi linierity adalah menilai pemeriksaan pada scater plot. Scater

plot adalah untuk memperediksi nilai yang memberikan informasi kemungkinan

yang tidak linier. Penelitian ini scater plot menunjukan hubungan linier dengan

semua linier yang berkorelasi. Dua puluh Sembilan item status fungsional dan 36

item kualitas hidup data responden mendekati garis liner yang dapat dilihat secara

visual pada grafik data. Uji asumsi terpenuhi linearity terpenuhi. Uji asumsi

outlier terpenuhi, dimana tidak ditemukan lagi outlier. Selanjutnya dapat

dilakukan uji korelasi produc moment.

3.10 Pertimbangan Etik

Peneliti dalam melakukan penelitian dengan memperhatikan

pertimbangan-pertimbangan etika penelitian yaitu ethical clearance oleh komite

etik penelitian kesehatan fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara,

pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat izin dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari rumah sakit. Pada

penelitian ini seluruh responden diberi lembar persetujuan, yang ditanda tangani

sebagai bukti kesediaannya menjadi responden (informed consent). Peneliti

terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden sebelum

menyerahkan lembar perstujuan. Peneliti merancang kuesioner dengan strategi

Universitas Sumatera Utara

Page 85: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

62

anonimitis identitas untuk menjaga kerahasiaan dari responden. Peneliti

menjelaskan prosedur penelitian, dan penghormatan terhadap hak-hak individu

selama mengikuti jalannya penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

63

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan pada bulan Oktober

sampai November 2014.

4.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian analisis univariat, diperoleh data distribusi

karakteristik responden pasien stroke iskemik berdasarkan usia proporsi tertinggi

pada kelompok usia 45-60 tahun sebanyak 51 orang (51.5%), dan rata-rata

berjenis kelamin laki-laki (84.8%), dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi

sebanyak 60 orang (60.6%) dimana mayoritas pekerjaan responden sebagai

pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 47 orang (47.8%). Tabel di bawah ini juga

menguraikan perbedaan dimana usia 45-60 tahun lebih banyak daripada usia 61-

72 tahun, dan jenis kelamin laki-laki pada pasien stroke iskemik lebih banyak

daripada perempuan. Dari hasil penelitian yang didapat pada tingkat pendidikan

didapat pendidikan perguruan tinggi lebih besar daripada pendidikan SD, SMP,

dan SMA sedangkan pekerjaan yang paling dominan didapat pada pekerjaan PNS

(Pegawai Negeri Sipil) daripada pekerjaan lain seperti wiraswasta dan ibu rumah

tangga. Data distribusi demografi responden di RSUP Haji Adam Malik dan

RSUD dr Pirngadi Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

64

Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi Responden di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (n = 99) pada bulan Oktober-November 2014.

Karakteristik responden

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Usia 45-60 tahun 61-72 tahun

51 48

51.5 48.5

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

84 15

84.8 15.2

Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi

1 5 33 60

1.0 5.1 33.3 60.6

Pekerjaan PNS Wiraswasta IRT

47 37 15

47.5 37.4 15.2

4.2 Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik

Berdasarkan hasil penelitian, status fungsional responden berada pada

kategori buruk dengan rata-rata skor 0.63 (SD=0.49). Mayoritas 62 orang

responden (62.6%) memiliki status fungsional buruk dan hanya 37 orang

responden (37.4%) yang baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa status

fungsional pasien stroke iskemik mengalami status fungsional buruk lebih besar

daripada status fungsional yang baik. Gangguan status fungsional terjadi akibat

nyeri kepala, muntah, vertigo, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,

saraf otak lain, fungsi luhur, gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensibilitas,

dan gangguan saraf otonom Data status fungsional dapat terlihat pada Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

65

Tabel 4.2 Hasil Uji Univariat Status Fungsional berdasarkan keluhan di RSUP H.

Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (n = 99) pada bulan Oktober-November 2014.

Status Fungsional

Baik (0-15)

Buruk (16-29)

Mean Standar Deviasi

f % f % 0-15 (Baik) 16-29 (Buruk) Min-maks = 0-1

37 37.4 62 62.6 0.63 0.49

Status fungsional dalam penelitian ini terdiri dari sebelas komponen yaitu::

nyeri kepala, muntah, vertigo, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,

saraf otak lain, fungsi luhur, gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensibilitas

dan saraf otonom. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan status

fungsional berkaitan dengan gangguan motorik merupakan gangguan status

fungsional yang paling dominan ( mean=0.87, SD=0.34) mempengaruhi

keseluruhan status fungsional responden, sedangkan muntah merupakan

komponen yang paling baik diantara komponen status fungsional responden

(mean=0.42, SD=0,49). Komponen status fungsional responden yang

mempengruhi status fungsional adalah gangguan motorik, gangguan saraf

otonom, fungsi luhur, saraf otak lain, gangguan penglihatan, sensibilitas, nyeri

kepala, dan vertigo. Komponen status fungsional yang jarang terjadi adalah

muntah dan gangguan kesadaran. Komponen status fungsional pasien stroke

iskemik dapat terlihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

66

Tabel 4.3

Komponen Status Fungsional Pasien Stroke Iskemik di Ruang Poli Stroke RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan.

No Item

Status Fungsional Mean Standar Deviasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Nyeri kepala Muntah Vertigo Gangguan penglihatan Gangguan pendengaran Saraf otak lain Fungsi luhur Gangguan kesadaran Gangguan motorik Sensibilitas Gangguan saraf otonom

0.85 0.42 0.85 1.23 0.61 1.75 2.45 0.62 5.86 0.77 4.03

0.99 0.49 0.99 0.97 0.49 1.43 1.95 0.49 2.34 0.42 1.57

4.3 Kualitas Hidup pasien stroke iskemik

Kualitas hidup dalam penelitian mempunyai tiga kategori yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Dalam penelitian ini kategori kualitas hidup yang paling

dominan adalah sedang sebanyak 44 orang responden (44.4%), sedangkan

kategori yang paling sedikit adalah kategori rendah sebanyak 26 orang responden

(26.3%). Data kualitas hidup pasien stroke dapat terlihat dalam Tabel 4.4 ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Univariat Kualitas Hidup di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=99) pada bulan Oktober-November 2014.

Variabel Tinggi (76-100)

Sedang (36-75)

Rendah (0-35)

Mean Standar Deviasi

f % f % f %

Kualitas Hidup Min-maks = 1-3

29 29.3 44 44.4 26 26.3 2.03

2.0

Universitas Sumatera Utara

Page 90: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

67

Kualitas hidup dalam penelitian ini terdiri dari 8 dimensi meliputi fungsi

fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan umum, fungsi sosial, vitalitas/ energi,

peranan emosi dan kesehatan mental. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kesehatan mental merupakan dimensi kualitas hidup yang paling tinggi

(mean=21.91, SD=22), sedangkan peranan emosi yang paling rendah didapatkan

oleh responden (mean=3.84, SD=3). Dimensi responden dapat terlihat pada tabel

4.5.

Tabel 4.5

Dimensi Kualitas Hidup pasien stroke iskemik di Ruang Poli Stroke RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji Adam Malik Medan (n=99)

No Item

Kualitas Hidup Mean Standar Deviasi

1 2 3 4 5 6 7 8

Fungsi fisik Peranan fisik Rasa nyeri Kesehatan umum Fungsi sosial Vitalitas/ energi Peranan emosi Kesehatan mental

16.84 4.79 7.61 16.03 8.02 15.39 3.84 21.91

5.30 0.85 1.12 1.05 1.13 1.3 1.26 1.40

4.4 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pasien stroke

iskemik di Ruang Poli Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr

Pirngadi Medan.

Analisa bivariat dilakukan uji korelasi Pearson product moment untuk

mengetahui hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke

iskemik di rumah sakit Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan. Uji

normalitas data dengan melakukan uji kolmogorov-smirnov dan didapat nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 91: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

68

signifikansi untuk variabel status fungsional p = 0.10 sedangkan variabel kualitas

hidup 0.14 yang menunjukkan nilai p > 0.05 berarti data berdistribusi normal.

Hasil penelitian hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke

iskemik p = 0.089 dengan r = 0.17 yang menunjukan tidak ada hubungan antara

status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik dapat dilihat pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup pada Pasien Stroke Iskemik di Ruang poli Neurologi RSUP. H. Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan (N = 99) pada bulan Oktober-November 2014.

Variabel Status Fungsional Kualitas Hidup

Status Fungsional

- 0.17(0.089)

Kualitas hidup 0.17(0.089) -

Universitas Sumatera Utara

Page 92: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

69

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa variabel status

fungsional memiliki hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien

stroke iskemik. Penjelasan tentang tiap variabel dalam penelitian ini akan

dijelaskan sebagai berikut:

5.1 Status Fungsional pasien stroke iskemik

Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Stroke RSUP Haji Adam Malik

dan RSUD dr Pirngadi Medan pada 99 responden mengalami status fungsional

yang lebih besar dibandingkan status fungsional baik. Gangguan motorik yang

paling dominan terjadi pada pasien stroke iskemik dengan status fungsional yang

buruk.

Karakteristik responden bila dilihat dari umur penelitian menunjukkan usia

responden pada kelompok umur 45-60 tahun. Status fungsional berkaitan dengan

proses penuaan sering terjadi perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi

penurunan fungsi organ kardiovaskuler diantaranya penurunan elastisitas

pembuluh darah dan disfungsi endotel. Peningkatan resistensi perifer diakibatkan

oleh elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan elevasi tekanan darah

sistolik (Nilson, 2005). Status fungsional akibat stroke iskemik akan

menyebabkan gangguan fungsi motorik, emosi, komunikasi, persepsi, fungsi

Universitas Sumatera Utara

Page 93: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

70

intelektual. Defisit motorik ini mengakibatkan kerusakan mobilitas, menelan dan

berbicara. Pasien stroke cenderung mengalami kesulitan menggerakkan tangan

dan kaki, sehingga membutuhkan bantuan orang lain (Lewis, 2011). Penelitian

yang dilakukan Klimkiewicz et al (2014) bahwa setelah lima minggu rehabilitasi

pada pasien mayoritas mengalami penurunan tonus otot dan peningkatan status

fungsional ekstremitas atas yang lebih baik.

Gejala yang muncul diakibatkan adanya gangguan pada pembuluh darah

karotis yaitu pada cabangnya yang menuju otak bagian tangan (arteri serebri

media), pasien akan mengalami gangguan rasa di lengan dan tungkai sesisi dan

dapat terjadi gangguan gerak/ kelumpuhan dari tingkat ringan sampai kelumpuhan

total pada lengan dan tungga sesisi (hemiparesis/hemiplegic). Penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Mann et al. (2008), menemukan bahwa selama tiga

tahun orang tua mengalami peningkatan cacat fisik (p = 0.001), penurunan gejala

depresi (p = 0.03) dan peningkatan jumlah alat-alat bantu yang dimiliki.

Menurut Kwakkel, et al. (2003), 30-60% dari klien yang mengalami

hemiparese, akan mengalami kehilangan penuh pada fungsi tangan dalam waktu 6

bulan pasca stroke (M. E. Stoykov & Corcos, 2009). Disfungsi pada ekstremitas

atas yang dialami oleh pasien stroke merupakan gangguan fungsional yang paling

umum terjadi, yaitu sebanyak 88% dari penderita stroke (Zeferino & Aycock,

2010). Kelemahan otot (hemiparese) pada ekstremitas atas merupakan penyebab

klien stroke mengalami gangguan fungsional tersebut, diketahui bahwa

ekstremitas atas memiliki peranan yang besar dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari setiap orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

71

Menurut Senesac (2006), penggunaan ekstremitas atas sangat penting

karena memberikan penilaian yang subjektif tentang tingkat kesejahteraan

seseorang, sehingga gangguan motorik pada lengan dianggap mempengaruhi

kualitas hidup seseorang. Hasil penelitian Seale et al. (2010), menemukan bahwa

emosi positif adalah proses yang dinamis dan dapat berubah dari waktu ke waktu.

Pada orang dengan stroke, peningkatan emosi positif selama periode 3 bulan

secara signifikan dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan pemulihan status

fungsional dibandingkan dengan tidak ada perubahan atau penurunan emosi

positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi status fungsional meningkat dan

penurunan emosi positif yang dapat dilakukan pemrograman rehabilitasi stroke

dan kualitas hidup pasca-rumah sakit.

5.2 Kualitas Hidup pasien stroke iskemik

Kualitas hidup pasien stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan

RSUD dr Pirngadi Medan pada 99 responden didapatkan kualitas hidup sedang

lebih besar daripada kualitas rendah dan tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian

Luengo-Fernandez, Ramon., Gray, Alastair M., Bull Linda, Welch, Sarah.,

Cutbertson, Fiona., Rothwell, Peter M. (2013) menemukan bahwa tingkat

keparahan pada pasien stroke yang berulang mengalami kualitas hidup rendah

selama lima tahun setelah stroke dan TIA yang dapat dilakukan pencegahan

sekunder dan perawatan akut untuk meningkatkan kualitas hidup. Hasil penelitian

Franzen & Laska, (2012) menemukan bahwa kualitas hidup yang buruk dapat

memiliki efek negatif pada rehabilitasi pada pasien stroke iskemik. Hasil

penelitian Tellier, Myriam., Rochette, Annie., Lefebvre, Helene (2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 95: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

72

menemukan bahwa kualitas hidup pasien stroke di Nigeria rendah, namun

meningkat pada enam bulan pertama dan dua belas bulan pasca stroke. Keadaan

ini dipengaruhi secara positif oleh status pernikahan, dukungan suami-istri,

kualifikasi pendidikan dan status pekerjaan serta negatif dipengaruhi oleh usia dan

depresi. Hasil penelitian Caute, A., et al. (2012) menemukan bahwa reaksi

penyesuaian pasien stroke terhadap demografi, morbiditas, tingkat keparahan, atau

gangguan komunikasi sama sekali tidak mempengaruhi kualitas hidup pasien

stroke. Hasil penelitian Tang,Wai Kwong., Lau, Chieh grace., Mok, Vincent.,

Ungvari, Gabor S., Wong, Ka-sing. (2013) menemukan bahwa kecemasan

berdampak negatif pada pasien stroke dan mempengaruhi kualitas hidup. Hasil

penelitian Akinpelu, A.O., Gbiri, C.A. (2009) menemukan bahwa tidak ada

hubungannya antara motor performance dengan kualitas hidup. Waktu yang

dirasakan pasien tidak mempengaruhi kualitas hidup di Nigeria yang

membutuhkan manajemen komprehensif dalam menangani stroke.

Kualitas hidup pasien stroke iskemik di poli neurologi RSUP Haji Adam

Malik dan RSUD dr Pirngadi memiliki beberapa dimensi. Salah satu dimensi yang

paling dominan adalah fungsi fisik yang memiliki nilai terbesar dibandingkan

dimensi yang lain seperti kesehatan umum dan vitalitas/energy. Sejalan dengan

hasil penelitian Cramm, J.M., Strating, M.M.H., Nieboer, A. P. (2012)

menemukan peran yang berbeda pada pasien dan perawat yang kualitas hidup

saling ketergantungan. Kepuasan dengan perawatan diidentifikasi sebagai

indikator penting dari pasien dan perawat. Hasil penelitian Hansson, E.E.,

Beckman, A., Wihlborg, A., Persson, S., dan Troein, M. (2013) menemukan

Universitas Sumatera Utara

Page 96: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

73

bahwa kepuasan rehabilitasi akan mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke

dalam waktu 12 bulan. Hasil penelitian Ellis, Charles., Grubaugh, Anouk L.,

Egede, Leonard E (2011) menemukan bahwa sosiodemografi, kormoditas, dan

faktor kecacatan stroke terkait memiliki dampak yang berbeda terhadap aspek

fisik dan mental kualitas hidup pada pasien pasca stroke. Hasil penelitian Alguren,

Beatrix., Fridlund, Bengt., Cieza, Alarcos., Sunnerhagen, Katharina Stibrant.,

Christensson, Lennart (2012) tentang menemukan bahwa kualitas hidup buruk

jangka waktu satu tahun terkait masalah rekreasi dan olahraga, fungsi kepribadian,

energi dan dorongan fungsi fisik tetapi kualitas hidup meningkat pada faktor

lingkungan pasien pasca stroke.

Hasil penelitian Dorthe, M dan Cristine, C., (2012) menemukan bahwa

aturan sosial dan aspek diri lebih penting dalam mempengaruhi kualitas hidup

untuk identifikasi perubahan kognitif dan fisik, komunikasi, aktivitas dan

partisipasi pasien stroke. Hasil penelitian Almborg, A-H., Ulander, K., Thulin, A

dan Berg, Stig., (2010) menemukan bahwa dua sampai tiga minggu kualitas hidup

yang baik pada sebelum rencana pulang terutama partisipasi sosial di luar ruangan

dan memiliki sedikit gejala depresi dalam masa pemulihan setelah stroke. Hasil

penelitian Muus, Ingrid., Petzold, Max., ringsberg, K. C. (2009), menemukan

bahwa hampir setengah dari pasien stroke selama 12 bulan mengalami kualitas

hidup buruk akibat bekerja (48.9%) dan memiliki tingkat fungsional rendah

dengan mengkomsumsi antidepresi lebih sering.

Hasil penelitian Santos, Nilce maria de Freitas., Tavares, Darlene Mara

Dos Santos (2012) menemukan bahwa kualitas hidup yang paling tinggi adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 97: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

74

pada hubungan sosial dan kualitas hidup yang terendah pada lingkungan.

Morbiditas tinggi pada pasien stroke menyebabkan kualitas hidup pasien rendah.

Hasil penelitian Shyu, Y., Maa, S., Chen, S., dan Chen, M. (2010) menemukan

bahwa peningkatan kualitas hidup sangat penting pada tiga bulan pertama setelah

keluar dari rumah sakit. Dimensi kualitas hidup pasien stroke yang terendah

dalam penelitian ini adalah peranan emosi. Sejalan dengan hasil penelitian Sprigg,

N., Gray, L.J., Bath, P.M., Christensen, H., De Deyn, PP., O’Neill, D.,

Ringelstein, EB. (2012) menemukan bahwa negara Eropa (Jerman dan Belanda)

memiliki kualitas tinggi pada fungsi fisik daripada kepulauan Inggris (Irlandia dan

Inggris) sedangkan kualitas hidup di negara Franco (Francis dan Belgia) dinilai

memiliki kualitas terendah pada peranan emosional.

5.3 Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien stroke

iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan

Analisa bivariat dilakukan uji korelasi Pearson r untuk mengetahui

hubungan status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik di rumah

sakit Haji Adam Malik dan RSUD dr Pirngadi Medan. Hasil penelitian hubungan

status fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik p = 0.089 dengan r

= 0.17. Hasil ini menunjukan tidak ada hubungan an tidak signifikan antara status

fungsional dengan kualitas hidup pasien stroke iskemik. Sejalan dengan penelitian

Samsa & Matchar (2004) menemukan bahwa hubungan antara status fungsional

dan kualitas hidup dari 1, 6 dan 12 bulan dalam studi observasional pada pasien

stroke adalah status lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik

dan hubungannya relative lemah (spearman korelasi <0.25). Namun hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 98: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

75

dikuatkan oleh Tramonti et. al., (2014) menemukan bahwa data dari studi

pendukung dari kejadian/ kasus di lapangan berbeda dengan hasil pengukuran

kualitas hidup dan status fungsional yang tidak kuat dihubungkan satu sama lain,

dan distress psikologi, strategi koping, dan pendukung sosial dapat signifikan

dihubungkan untuk hasil yang spesifik dari pengukuran.

Hasil penelitian R.S, Raju., PS, Sarma,. JD, Pandian (2010) menemukan

bahwa usia lebih tua dan tingkat keparahan stroke yang mengakibatkan

peningkatan ketergantungan fungsional. Hasil penelitian Galanth, Sophie.,

Tressieres, Benoit., Lannuzel, Annie., Foucan, Patrick., Alecu, Cosmin. (2014)

menemukan tentang satu tahun pertama pasien stroke mengalami peningkatan

yang signifikan dari mulai gangguan neurologi, tingkat ketergantungan tidak

berubah dan kualitas hidup yang diubah. Kualitas hidup pasien stroke secara

signifikan berfokus pada vitalitas, peran fisik, dan peran emosional. Aphasia,

hemianopia dan inkontinensua dipengaruhi oleh status fungsional pasien. Hasil

penelitian Taricco, M., et al. (2014 menemukan bahwa ketahanan cara berjalan,

kinerja fisik, keseimbangan, dan komponen fisik dari skor kualitas hidup

meningkat secara signifikan pada empat bulan pada kelompok Adapted Physical

Activity dan tetap stabil pada kelompok kontrol. Pasien stroke sangat efektif

melakukan Adapted Physical Activity dan terapi edukasi terhadap pasien untuk

memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

76

5.4 Keterbatasan Penelitian

Kuesioner status fungsional yang digunakan untuk mengungkapkan

variabel dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan literatur yang ada dalam

bentuk pernyataan dan jawaban yang terdiri dari ya dan tidak sehingga pernyataan

belum dapat mengungkap data tentang variabel yang diteliti secara lengkap dan

mendalam. Sistem skoring antara baik dan buruk di buat berdasarkan nilai median

serta metode pembuatan kuesioner yang digunakan belum baku dan analisa dari

setiap makna pernyataannya perlu di uji validitas dan reliabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

77

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian data demografi responden di RSUP H. Adam Malik

dan RSUD dr Pirngadi Medan didapatkan mayoritas responden adalah laki-laki.

Hal ini buktikan oleh penelitian Handayani (2012) yang menyatakan bahwa

Angka kejadian serangan stroke lebih rendah pada wanita daripada laki-laki.

Peranan estrogen sangat penting dalam melindungi wanita dari serangan penyakit

pembuluh darah. Peranan hormon juga berperan dalam keefektifan dalam terapi

penyakit pembuluh darah. Kecacatan akibat stroke pada wanita harus

diperhatikan, karena lebih berat dari pada laki-laki. Usia responden yang paling

dominan berkisar antara 45-60 tahun dan mayoritas berpendidikan perguruan

tinggi dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Hasil penelitian status fungsional di RSUD dr Pirngadi dan RSUP Haji

Adam Malik Medan didapatkan bahwa status fungsional pada pasien stroke

iskemik lebih besar daripada status fungsional buruk. Salah satu komponen status

fungsional yang paling dominan adalah gangguan motorik yang mengganggu

saraf otonom, fungsi luhur, saraf otak lain, gangguan penglihatan, vertigo, nyeri

kepala, sensibilitas, dan gangguan pendengaran. Komponen status fungsional

yang paling jarang terjadi adalah muntah.

Kualitas hidup pasien stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik dan

RSUD dr Pirngadi Medan yang paling dominan adalah kualitas hidup kategori

Universitas Sumatera Utara

Page 101: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

78

sedang dan memiliki delapan dimensi kualitas hidup yang mendukung. Salah satu

dimensi kualitas hidup yang paling dominan adalah kesehatan mental. Masalah

kesehatan mental yang timbul secara langsung pada pasien stroke iskemik dalam

proses perawatan dua kali lipat beresiko mengalami tekanan psikologis dan efek

ini lebih besar pada wanita (Hirst, 2005). Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Kalliath dan Kalliath (2000) di Selandia Baru pada pasien stroke yang

menemukan kelelahan emosional dikaitkan dengan gejala kelelahan,

depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi. Delapan dimensi kualitas hidup

pasien stroke iskemik antara lain: fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan

umum, fungsi sosial, vitalitas/energy, peranan emosi dan kesehatan mental.

Hubungan status fungsional dan kualitas hidup pasien stroke iskemik di dua lokasi

penelitian di ruang poli neurologi tidak memiliki hubungan yang lemah dengan (p

= 0.089 dan r = 0.17).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi rumah sakit

Penelitian ini dapat memberikan peningkatan angka harapan hidup serta

status fungsional pasien dimana rumah sakit merupakan sarana bagi masyarakat

untuk mendapatkan peran edukasi walaupun rumah sakit lebih besar berperan

pada penanganan klinis pasien. Penelitian ini juga dapat memberikan masukan

terhadap perbaikan fasilitas dan sarana khususnya fisioterapi.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

79

6.2.2 Bagi keluarga dan pasien

Penelitian ini dapat meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan

keluarga dan pasien dalam melakukan penyuluhan dan pelatihan yang tepat dalam

melakukan kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan status fungsional dan

kualitas hidup pasien stroke iskemik.

6.2.3 Bagi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah masukan untuk pengembangan

pengetahuan di bidang keperawatan khususnya neurologi tentang status

fungsional dan kualitas hidup pasien yang menderita stroke iskemik dan juga

dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini juga dapat

memberikan kontribusi dan pengetahuan di bidang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

80

DAFTAR PUSTAKA

Ahlsio, B., Britton, M., Murray, V., & Theorell, T. (1984). Disablement and quality of life after stroke. Journal of Stroke, 15(5); 886-890.

Akosile, C.O., Okoye, E. C., Nwankwo, M. J., & Mbada, CE. (2011). Quality

of life and its correlates in caregivers of stroke survivors from a Nigerian population. Journal of Quality of Life Research, 20(9); 1379-1384

Alguren, B., Fridlund, B., Cieza, A., Sunnerhagen, K. S., & Christensson, L.

(2012). Factors associated with health-related quality of life after stroke: A 1-year prospective cohort study. Neurorehabilitation & Neural Repair, 26(3); 266-74.

Almborg, A-H., Ulander, K., Thulin, A & Berg, S. (2010). Discharged after

stroke – important factors for health-related quality of life. Journals of Clinical Nursing, 19; 2196-2206.

Always, D. & Cole, J W. (2011). Esensial stroke untuk layanan primer.

Editor: Jonathan & Indra, L. Jakarta:EGC Anderson, C, Laubscher, S & Burns, R. (1996) Validation of the short form

36 (SF-36) health survey questionnaire among stroke patients. Journal of Stroke, 27; 1812-1816.

Astrid, M., (2009). Pengaruh latihan ROM terhadap status fungsional pada

pasien stroke di St. Carolus. Tidak dipublikasi. Astrom, M., Apslund, K., & Astrom, T. (1992). Psychosocial function and

life satisfaction stroke. Journal of Stroke, 24;320-7 Australian Health Outcomes Collaboration. (2005). SF-36® Health Survey

(Version 1.0). Instrument review. AHOC. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Republik

Indonesia. (2013). Hasil riset kesehatan dasar. Jakarta: BPPKKRI. Badriah, F., et al. (2013). Interaction and discharge destination on inpatients

functional abilities. Journal of Rehabilitation Research & Development, 50; 821-834.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

81

Bays & Cathy, L. (2002). Older adults description of after a stroke. Association of Rehabilitation Nurses. 26(1);1-27.

Bays, M. J & Hawks, H. J. (2005). Medical-surgical nursing: Clinical

management for positive outcome. (7th ed). St-Louis: Elsevier Inc. Bethesda Stroke Center. (2007). Stroke di Yogyakarta.

http://www.strokebethesda.com/content/view/233/42/ diunduh pada tanggal 23 September 2014.

Biller, J., & Love, B. B., (2000). Vascular diseases of the nervous system. A.

Ischemic cerebrosvascular disease. In Bradley, W. G., Daroff, R. B., Fenichel, G. M., et al. (eds.). Neurology in Clinical Practice, Boston, Butterworth Heinemann, pp. 1125-1166

Black, J. M., & Hawks J. H. (2006). Medical surgical nursing, clinical

management for positive outcomes. (8 th Edition). Philadelphia: WB. Saunders Company.

Brazier, J. E., Harper, R., Jones, N. M. B., O’Cathain, A., Thomas, K. J., Usherwood, T., & Weslake, I. (1992). Validating the SF-36 health survey questionnaire: New outcome measure for primary care. British Medical Journal. 305;160-164.

Brocop, D. Y., & Tolsma, M. H. (2000). Dasar-dasar riset keperawatan,

Edisi kedua. Jakarta: EGC. Burker, L., & Le Mone, P. A. (2008). Medical surgical nursing: Critical

thinking in client care. New Jersey: Pearson Education Inc Carod, A. J. F., & Egido, A. J. (2009) Quality of life after stroke: The

importance of a good recovery. Department of Neurology Sarah Hospital, The Sarah Network of Rehabilitation Hospitals. Brasilia, Brazzil; Stroke Unit, Department of Neurology, San Carlos Hospital, Madrid, Spain.

Carod, A.J.F., Egido, J.A., Gonzalez, J.L., & De-Seijas, E.V. (2000). Quality

of life among stroke survivors evaluated 1 year after stroke; Experiences of stroke unit. Journal of stroke. 31;2995-3000.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

82

Carr, J. H., & Stepherd, Roberta. B. (2003). Stroke rehabilitation: Guidelines for exercise and training to optimize motor skills. Australia: Elsevier.

Carter, K.F., & Kulbok, P.A. (2002). Motivation for health behaviours: A

systematic review of the nursing literature. Journals of Advance Nursing: 40(3). Blackwell Science Ltd.

Caute, A., et al. (2012). Does mode of administration affect health-related

quality-of-life outcomes after stroke. International Journal of Speech-Language Pathology. 14(4);329-337.

Chatterton, H., et al. (2008). Observation of meaningful activities: a case

study of a personalized intervention on poststroke functional state. Journal of Neurology Physical Therapy, 37; 27.

Chumney, D., et al. (2010). Ability of functional independence measure to

accurately predict functional outcome of stroke-specific population: systematic review. Journal of Rehabilitation Research & Development, 47(1); 17-30.

Connell, C., & Stoke, E.K. (2007). Fatique concept for physiotherapy

management and measurement. Physical Therapy Reviews, 12, 314-323. Maney Publishing.

Coty, M.B., & Wallston, K.A. (2010). Problematic social support, family

functioning, and subjective well-being in women with Rhematoid Arthritis. Women & Health, 50; 53-70. Taylor & Francis Group.

Cramm, J.M., Strating, M.M.H., Nieboer, A. P. (2012). Satisfaction with care

as a quality-of-life predictor for stroke patients and their caregivers. Quality of Life Research. 21(10);1719-1725.

Dahlen, L., Zimmerman, L., & Barron, C. (2006). Pain perception and its

relation to functional status post total knee arthroplasty : a pilot study. Orthopaedic Nursing, 25 (4). Academic Research Library.

Dayapoglu, N dan Tan, M. (2010). Quality of life in stroke patients. Journal

of Neurology India, 58(5). De Haan R, Aaronson N, Limburg M, Langton Hewer RL & Van Crevel H

(1993). Measuring quality of life in stroke. Stroke. 24; 320-327. DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standart

and practice 7th ed. New York: Delmar Thomson Learning Inc.

Universitas Sumatera Utara

Page 106: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

83

Demet U, Ferhan. S, Ahmed O, & Selcuk M. (2008). Comparison of SF-36 and WHO QOL-100 in patients with stroke. Neurologic India. Vol 56.

Desai, A., et al. (2010). Relationship between dynamic balance measures

functional performance in community-dwelling elderly people. Journal of Physical Therapy, 90; 748-760.

DeVellis, H. (1991). Scale development: Theory and applications, Newbury

Park, CA: Sage. Dorthe, M., & Christine, C., (2013). Factor affecting quality of life for people

who have experienced a stroke. International Journal of Therapy & Rehabilitation. 20(4);207.

Donna & Suzanne. (2012). Functional Movement Development: Across the

Life Span. Ed. 3. St-Louis:Elsevier Inc. Dolan, P. & Gudex, C & Kind, P. & Williams. (1996). “Valuing health states:

a comparison of methods”, Journal of Health Economics, Elsevier, 15(2);209-231.

Eldin. (2013). Seminar nasional menuju medan sehat. [Online], Tersedia:

http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=15347html diunduh pada tanggal 24 April 2014.

Ellis, Charles., Grubaugh, Anouk L., Egede, Leonard E. (2011). factors

assosiated with sf-12 physical and mental health quality of life scores in adults with stroke. Journal of Stroke and Cerebrosvascular Diseases. 22(4);309-317.

Exel, van. N. J. A., Scholte, op. Reimer. W. J. M, Koopmanschap, M.A.

(2004). Assessment pf post-stroke quality of life cost-effectiveness studies: The usefulness of Barthel Index and Euro Qol-5D. Qual Life Res. 13;427-33.

F, O’Keeffe., V, Ganesan., J, King., & T, Murphy. (2012). Quality of life and

psychosocial outcome following childhood arterial ischaemic stroke. Brain International Journal. 26(9);1072-83.

Fayers MP & Machin D. (2000). Quality of Life Assessment: Analysis, and

Interpretation. United Kingdom:John Wiley & Sons, Ltd.

Universitas Sumatera Utara

Page 107: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

84

Feigin. V. (2006). Stroke: Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.

Franzen, A., & Laska, A.C. (2012). Gender differences in quality of life after

stroke and TIA: a cross-sectional survey of out-patients. Journal of Clinical Neurology, 21; 2386-2391. Blackwell Publishing Ltd.

Galanth, Sophie., Tressieres, Benoit., Lannuzel, Annie., Foucan, Patrick.,

Alecu, Cosmin. (2014). Factors Influencing Prognosis and Functional Outcome One Year After a First-Time Stroke in a Caribbean Population. Journal of Archives of Physical Medicine & Rehabilitation. 95(11);2134-9.

Garrat, A. M., et al. (2002). Quality of life measurement: a bibliographic

study of patient-assessed health outcome measures. British Medical Journal. 324; 1417-19.

Gemari (2014). Stroke sebabkan 10% dari 5.5 juta kematian. Ed.21/III/2002.

www.gemari.or.id/detail.php?id=309 diunduh pada tanggal 23 September 2014.

Goldstein., et al. (2006). Primary Prevention of Ischemic Stroke, 37;1583-

1633. Tersedia: http://stroke.ahajournals.org/content/37/6/1583.full. [26 April 2014].

Gray, L. J., Sprigg, N., Bath, P. MW., Boysen, G., De Deyn, P. P., Leys, D.,

O’Neill, D., Ringelstein, E. B., & TAIST Investigators. (2007). Sex differences in quality of life in stroke survivors: data from the “Tinzaparin in Acute Ischaemic Stroke Trial” (TAIST). University of Nottingham.

Guccione AA. (2000). Geriatric physical therapy, ed 2, St Louis: Mosby Guyatt GH, Feeny DH, & Patrick DL. (1993). Measuring health-related

quality of life. Arm Intern Med. 118;622-629 Hacke et al., (2003). European stroke initiative recommendations for stroke

management-update 2003. Cerebrosvascular diseases journal. 16;311-337. Doi: 10.1159/000072554

Hampton, N.Z., & Qin-Hilliard, D.B. (2004). Dimensions of quality of life

for Chinese adults with spinal cord injury: A qualitative study. Disability Rehabilitation Journal. 26(4);203-12.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

85

Handayani, F. (2012). Angka Kejadian serangan stroke pada wanita lebih rendah daripada laki-laki di RS dr Karyadi Semarang. Indonesia. PSIK FKep Diponegoro.

Hanger, HC., Forgarty, B., Wilkinson, TJ., Sainsburg, R. (2000). Stroke

patient views on stroke outcome: death versus disability. Cliical Rehabilitation Journal. 14(4);417-24.

Hansson, E.E., Beckman, A., Wihlborg, A., Persson, S., & Troein, M. (2013).

Satisfaction with rehabilitation in relation to self-perceived quality of life and function among patients with stroke – a 12 month follow up. Scandinavian Journal of Caring Sciences. 27;373-379. Doi:10.1111/j.1471-6712.2012.01041.x.

Harmaini, F. (2006). Uji Keandalan dan Kesahihan Formulir European

Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D) untuk Mengukur Kualitas Hidup Terkait Kesehatan pada Usia Lanjut di RSUPNCM. Indonesia. Universitas Indonesia. Tesis.

Harian Kompas. (2014) . Cara Reda Tanpa Obat. Diunduh dari website: http://health.kompas.com/read/2011/09/11/14243056/7.Cara.Redakan.Rasa.Nyeri.Tanpa.Obat pada tanggal 11 Oktober 2014.

Hebel, K, Bieniaszewski, L., & Kowalewski, W. (2014). Health education for stroke patient carers: does it affect functional status improvement in patients after ischemic stroke? Appl Nurs Res. 27(3);e7-e12. doi: 10.1016/j.apnr.2014.04.003.

Hellen, W. (2007). Altered living, coping, hope and quality of life after

stroke. British Journal of Nursing. 16(20). Hickey, V. J. (1997). The Clinical practice of neurological and neurosurgical

nursing. (4th Ed). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Hilary at al., (2008). Impact on clinical and cast outcomes of a centralized

approach to acute stroke care in London: a comparative Effectiveness before and after model. 8(8). Doi: 10.13711/journal.pone.0070420.

Hoppenfeld, S., & Murthy, V.L. (2011). Terapi dan rehabilitasi fraktur. New

York : Lippincott Williams & Wilkins.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

86

Ignavicious, D. D & Workman, M. L. (2006) Medical-surgical nursing: Critical thinking for collaborative care. St-Louis: Elsevier.

International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG). (2014). Insidensi

stroke. www.ipmg-online.com diunduh pada tanggal 23 september 2013.

Janet A, Secrest & Richard, Z., (2007). The Relationship of Continuity and Discontinuity, Functional Ability, Depression, and Quality of Life over Time in Stroke Survivors. Rehabil Nurs, 32(4).

Javier et al. (2000). Quality of life among stroke survivors evaluated 1 year

after stroke. Neurology of Journals, Stroke. 31;2995-3000. Doi 10.1161/01.STR.31.12.2995

Jaracz K & Kozubsky W (2003) Quality of life in stroke patients. Neurol

Scand. Johnson, AJ., Pickard, AS., Feeny, HD., Shuaib, A., Carriera, KC. (2004).

Agreement assessment of health-related quality of life after stroke using the EQ-SD and health utilities index. American Stroke Association. 35;607.612.

Jorgensen HS, Nakayama H, Raaschow HO, Larsen K, Hubbe P, Olsen TS

(1999). The effect of a stroke unit: reductions in mortality discharge rate to nursing home, length of hospital stay, and cost: a community-based study. Journal of Stroke, 26; 1178-1182.

Kaplan, RF et al. (1999). Neuropsychological deficits in lyme disease

patients with and without other evidence of central nervous system pathology, Appl Neuropsychol Journal. 6;3-11.

Kellet, N., Drummond, A. ER., Palmer, T., Munshi, S.,Lincoln, N.B. (2014).

Impact of transient ischemic attack and minor stroke on daily life. International Journal of Therapy and Rehabilitation. 21(7); 318-323.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

87

Klimkiewicz, P., Kubsik, A., Jankowska, A., & Woldanska-Okonska, M. (2014). The effect of neurorehabilitation on the functional state and muscle tone of upper limb in patient after Ischaemic Stroke. Pol Merkur Lekarski, 36(213);191-4.

Kwakkel G, Kollen BJ, van der Grond J, Prevo AJ. (2003). Probability of

regaining dexterity in the flaccid upper limb: impact of severity of paresis and the time since onset in acute stroke. Journal of Stroke. 34; 2181-2136.

Lemone, M. R. (2008). Medical-surgical nursing: critical thinking in client

care. St. Louis: Cummings Publishing Company Inc. Luengo-Fernandez, Ramon., Gray, Alastair M., Bull, Linda., Welch, Sarah.,

Cuthbertson, Fiona., Rothwell, Peter M. (2013). Quality of life after TIA and stroke: Ten-year result of the Osford Vascular Study. Neurology 81(18);1588-95.

Lynn, M.R. (1986).Determination and quantification of content validity.

Journal of Nursing Research, 35(6);382-386. Lumbantobing, S. M. (2008). Neurologi klinik: Pemeriksaan fisik dan mental.

Jakarta: FKUI. Vi.207.hlm; 24cm. Mann, W. C., Johnson, J. L., Lynch, L. G., Justicss, M. D., Tomita, M & Wu,

S. S. (2008). Changes in impairment level, Functional Status, and use of Assistive Devices by older people with Depressive Symptoms. American Journal of Occupational Therapy, 62; 9-17.

Manurung, Elly. S. A. (2011). Hubungan Outcome Fungsional dengan

territory vascular pada stroke iskemik. [Online], Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29513?mode=full&submit_simple=Show+full+item+record [12 Agustus 2014].

Marcel, P., Port, L. V., Maas, C., Forstberg, G., Lindemen, E. (2008).

Psychological symptoms and personality characteristics affect quality of life after stroke, http://www.americanheart.org, diperoleh tanggal 28 september 2014.

Marlina, Yuli. (2010). Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Stroke

Iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan [Online], Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31212 [10 januari 2014].

Universitas Sumatera Utara

Page 111: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

88

Mamabolo, V. (2009). A study to determinan post discharge functional improvement in patient with stroke. South African Journal of Occupational Therapy, 39(1);15-18.

Misbach, J. (2011). Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen.

Jakarta: UI. Misbach, J. (2007). Pandangan umum mengenai stroke. Dalam: Rasyid, A.,

Soertidewi, L. (eds). Unit stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta:UI.

Mulyatsih, E., (2007). Asuhan Keperawatan Pasien Stroke. Dalam: Rasyid,

A., Soertidewi, L. (eds). Unit stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta: UI.

Muus, Ingrid., Petzold, Max., Ringsberg, K. C. (2009), Health-related

quality of life among Danish patients 3 and 12 months after TIA or mild stroke. Scandinavian Journal of caring Sciences. Doi: 10.1111/j.1471-6712.2009.00705.x.

Newman, D. M. L. (2005). Functional status, personal health, and self esteem

of caregivers of children in body cast : A pilot study. Orthopedic Nursing, 24(6); 416-423.

Nortje, T & Menon, J. (2004). Applied Cerebrosvascular physiology.

http://www.Elsevier.com, diakses 28 september 2014. Norman et al. (1998). A comparison of peak vs cumulative physical work

exposure risk factors for the reporting of low back pain in the automotive industry. Clinical Biomechanics. 13;561-573.

Nunnery, R.K. (2008). Concepts of professional nursing. Philadelphia: F. A.

Davis Company. Owolabi, Mayowa. O. (2011). Impact of stroke on health-related quality of

life in diverse cultures: The Berlin-Ibadan multicenter international study. Journal of Owolabi Health and Quality of Life Outcomes. 9,81.

Pemila, U., Sitorus, R., Hartono, S. P. (2010). Penurunan risiko kambuh dan

Lama Rawat pada klien stroke iskemik melalui rencana pemulangan terstruktur [Online]. Tersedia:http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=156540&idc=0

Universitas Sumatera Utara

Page 112: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

89

Peterson, E. W., Kielhofner, G., Tham, K., & Koch, L. V. (2009). Falls self-efficacy among adults with multiple sclerosis : A Phenomenological study. Occupation, Participation, and Health, 30 (4); 148 – 157.

Polit, D.F., Beck, C.T., & Hungler, B.P. (2001), Essentials of nursing

research: methods, appraisal and utilization. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Polit, D. F & Beck, C. T. (2006) Essential of nursing research: methode,

appraisal and utilization. (6th ed). Philadelphia: Lipincot Williams & Walkins.

Polit, D. F & Beck, C. T. (2012). Nursing reserch: generating and assesing

evidence for nursing practice. (9th ed). Philadelphia: Lipincot Williams & Walkins.

RAND (1999). Scoring instruction for the 36 item SF-36.

http://www.rand.org/health/survey_tools/_mos/mos.core36itemscoring.htm. 15 Oktober 2014.

Rachmawati, F., Utomo, W., & Nauli, FA. (2013). Gambaran Status

Fungsional pasien stroke saat masuk ruang rawat Inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Skripsi PSIK UNRI.

Ramadhini, A. Z., Angliadi, L.S., Angliadi, Engeline. (2011). Gambaran

Angka Kejadian Stroke Akibat Hipertensi di Instalansi Rehabilitasi Medik Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Maado Periode Januari-Desember [Online]. Tersedia: http://ejournal.unsrat.ac.id. html [10 januari 2014].

Rasyid., Kurniawan, M., Misbach, J., (2007). Unit Stroke di RSCM: Manfaat

unit stroke dalam perbaikan fungsional pasien stroke akut. Dalam: Rasyid, A., Soertidewi, L. (eds). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. pp. 43-52. Balai Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Rasyid, A., Soertidewi, L., (2007). Kegawat Daruratan Stroke. Dalam:

Rasyid, A., Soertidewi, L. (eds). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta:UI.

Rikesdas. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013.

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Diunduh pada tanggal 23 September 2013.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

90

Roberthus. (2008). Hubungan kadar albumin serum dan outcome fungsional penderita stroke iskemik dengan dan tanpa diabetes. TESIS FK USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6419/1/15431.pdf. Diunduh pada tanggal 23 September 2013.

Rosamond. et al. (2007). Heart disease and stroke statistics – 2007 update: A

report from american heart association statistics committee and stroke statistics subcommitte. Circulation. 115; 69-71.

Royal College of Physician (2004) National Clinical Guidelines for Stroke.

(2nd edition). London: RCP. RS, Raju., PS, Sarma., JD, Pandian. (2010). Psychosocial problems, quality

of life, and functional independence among Indian stroke survivors. Stroke. 41(12);2932-7.

Salltzman, S. (2010). Functional Status Assessment. Diunduh 26 Januari

2015 www.galter.northwestern.edu/functional_status_assessment.cfm.

Samsa G. P & Matchar. D. B. (2004). How strong is the relationship

functional status and Quality of life among persons with stroke. Journal Rehabilitation Res Development, 41(3A);279-82

Santos, Nilce maria de Freitas., Tavares, Darlene Mara Dos Santos. (2012).

Correlation between quality of life and morbidity of the caregivers of elderly stroke patients [Portuguese]. Revista da Escola de Enfermagem da USP. 46(4);960-6.(22 ref)

Schmid, Arlene. A. et.al., (2010). Association between stroke severity and

fall risk among stroke patients. Journal of Neuroepidemiology, 34;158-162

Seale, GS., Berges, IM., Ottenbacher KJ., & Ostir, GV. (2010). Change in

positive emotion and recovery of functional status following stroke. Rehabil Psychol. 55(1);33-9 doi:10.1037/a0018744.

Senesac, C. (2006). Generalization of repetitive rhymic bilateral training.

Unpublished 3224623, University of Florida, United States----Florida.

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan: Riset Keperawatan. Surabaya: Graha

Ilmu. Sekaran, U. (2006). Metode Penulisan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

91

Siegert, R. J., & Taylor, W. (2004). Theoritical aspect of goal setting and

motivation in rehabilitation. Disability and Rehabilitation 2004;26:1; Taylor & Francis Ltd.

Smilkstein, G. (1978). Family AFGAR.

http://www.unc.edu/depts/sph/longscan/pages/measures/baseline/family%20AFGAR.pdf. Diunduh pada tanggal 23 September 2013.

Sneeuw KC, Aaronson NK, De Haan RJ & Limburg M. (1997). Assessing

quality of life after stroke: The value and limitations of proxy ratings. Stroke. 28; 1541-1549.

Sprigg, N., Gray, L.J., Bath, P.M., Christensen, H., De Deyn, PP., O’Neill,

D., Ringelstein, EB. (2012). Quality of life after ischemic stroke varies in western countries: data from the tinzaparin in acute ischaemic stroke Trial (TAIST). Journal of Stroke & Cerebrovascular Diseases, 21(7);387-93.

Stoykov, M. E., & Corcos, D. M. (2009). A review of bilateral training for

upper extremity hemiparesis. Occupational Terapy International, 16(3-4); 190-203.

Sullivan, K.J. (2011). Model of disablement and recovery knowledge

translation in rehabilitation research and practice. Journal Physical Therapy, 91(12);1892-1904

Sung, L. T., Hung, R.L., Tsu, Y.C., & Pay, F.L. (2010). The fatique

experiences of older taiwanese women with breast cancer. Journals of Clinical Nursing, 19; 67-875. Blackwell Publishing Ltd.

Sunyoto, D & Setiawan, A. (2013). Buku Ajar: Statistik Kesehatan

Parametrik, Non Parametrik, Validitas, dan Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tang, Wai Kwong., Lau, Chieh Grace., mok, Vincent., Ungvari, Gabor S.,

Wong, Ka-Sing. (2013). Impact of anxiety on health-related quality of life after stroke: a cross-sectional study. Archives of Physical Medicine & Rehabilitation Journal. 94(12);2535-41.

Taricco, M., et al. (2014). Impact of adapted physical activity and therapeutic

patient education on functioning and quality of life in patients with postacute strokes. American Society of Neurorehabilitation. Vol. 28(8);719-728. Doi: 10.1177/1545968314523837.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

92

Tellier, Myriam., Rochette, Annie., Lefebvre, Helena. (2012). Impact of mild stroke on the quality of life of spouses. International Journal of Rehabilitation Research. 34(3);209-14(25 ref).

The Centre for Health Promotion (2007). Quality of life,

http://www.utoronto.ca/qol, diperoleh 28 september 2014. Thrift, A. G. et.al., (2013). Global stroke statistics. International Journal of

stroke, 9(1);6-18 Tramonti F, Fanciullacci C, Giunti G, Rossi B, Chisari C. (2014) . Functional

status and quality of life of stroke survivors undergoing rehabilitation programmes in a hospital setting. NeuroRehabilitation.35(1);1-7

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2008). Nursing theorists and their work. 6th

ed. Toronto : Mosby. University of Toronto. (2004). The Quality of Life Model in Quality of Life

Research Unit. Toronto; Department of Occupational Therapy. Diunduh dari http://www.utoronto.ca/qol/qol-model.htm.

Ventegodt, S., Andersen, N.J., & Merrick, J. Quality of life Philosophy VI:

The concepts. Scientific World Journal. 3;1230-1240. Viitanen M, Fugl-Meyer KS, Bernspang B & Fugl-Meyer AR. (1988). Life

satisfaction in long-term survivors after stroke. Second Journal Rehabil Med. 20;17-24

Ware, J.E., & Sheirbourne, C.D. (1992). The MOS 36 item short form health

survey (SF-36). Conceptual frame work and item selection. Med Care. Jun; 30(6);473-83.

WHO. (1998). Stroke. www.who.int/whr/199/en. diunduh pada tanggal 23

September 2013. Williams LS. (1998). Health-related quality of life outcomes in stroke.

Neuroepidemiology: 17;116-20. Williams L & Hopper D. (2003). Understanding Medical Surgical Nursing.

Third Edition. Philadelphia. FA Davis Company. Woodward, S., & Mestecky, A. M. (2011). Neurological nursing: Evidence-

Based nursing. United Kingdom:Blackwell Publishing Ltd.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

93

Woung, R.T., Chiung, Y.Y., & San, J.Y. (2010). Fatique and its related factors in patient with chronic heart failure. Journal of Clinical Nursing, 19;69-78. Blackwell Publishing Ltd.

Yang, S.Y., & Kong, K.H. (2006). Health-related quality of life among

chronic stroke survivors attending a rehabilitation clinic. Singapore Medical Journal. 41(3);213.

Yenni (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan

kejadian stroke pada lansia Hipertensi di wilayah kerja puskesmas perkotaan Bukit Tinggi. Tesis FIK UI.

Zeferino, S. O. L., & Aycock, D. M. A. –B. (2010). Poststroke shoulder pain:

inevitable or preventable? Rehabilitation Nursing, 35(4);147.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

94

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Page 118: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

95

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Sdr/ Sdri ……….

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara:

Nama : Eqlima Elfira

NIM : 127046005

Akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Status

Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke di Kota Medan.

Untuk maksud tersebut, peneliti memohon kesediaan saudara/saudari

untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini yaitu dengan

bersedia melakukan pengisian kuesioner yang akan peneliti berikan.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan,

kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Eqlima Elfira

Universitas Sumatera Utara

Page 119: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

96

SURAT PERNYATAAN

BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan

penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Eqlima

Elfira, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dengan judul Hubungan Status Fungsional dengan

Kualitas Hidup Pasien Stroke di Kota Medan.

Saya telah mengerti dan memahami tujuan, manfaat serta dampak

yang mungkin terjadi dari penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti

dan yakin bahwa penelitian ini akan menghormati hak-hak saya dan

menjaga kerahasiaan saya sebagai responden penelitian. Dengan

pertimbangan diatas, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan

dari pihak manapun, saya memutuskan untuk bersedia berpartisipasi

menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan

seperlunya.

Medan, 2014

Yang Membuat Pernyataan

Universitas Sumatera Utara

Page 120: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

97

A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Petunjuk pengisian: Isilah pertanyaan berikut pada tempat yang disediakan. Berilah tanda (✓) pada salah satu kolom yang sesuai dengan Anda. Nama :……………………………………………………………… Pekerjaan :……………………………………………………………… Umur :……………………………………………………………… Jenis Kelamin : L / P

Alamat :………………………………………………………………

Pendidikan : PT SMA SMP SD

Universitas Sumatera Utara

Page 121: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

98

B. KUESIONER STATUS FUNGSIONAL

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab kuesioner dibawah ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dengan tanda (✓)

No Pernyataan Ya Tidak 1 Apakah Anda menderita sakit kepala 2 Apakah sakit kepala yang Anda alami sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari

3 Apakah disertai rasa mual, muntah tiba-tiba, mendadak seolah-olah isi perut dicampakkan keluar.

4 Anda merasakan seolah di sekeliling Anda bergerak, berputar, atau merasa diri Anda yang bergerak atau berputar.

5 Apakah disertai telinga berdenging, berdesis 6 Apakah ketajaman penglihatan Anda menurun pada

satu atau kedua mata

7 Apakah penglihatan anda dobel 8 Adakah perubahan pada pendengaran Anda 9 Adakah gangguan pada perasaan di wajah 10 Anda mengalami kelemahan pada otot wajah 11 Anda berbicara cadel dan pelo 12 Anda menjadi sukar mengemukakan isi pikiran Anda 13 Anda menjadi sukar memahami pembicaraan orang

lain

14 Anda menjadi sulit membaca 15 Anda mengalami penurunan kemampuan menulis 16 Pernahkah Anda mendadak merasa lemah, atau

seperti mau pingsan

17 Apakah gerakan Anda menjadi tidak cekatan 18 Sifatnya hilang timbul, menetap atau berkurang 19 Gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas badan

yang abnormal dan tidak dapat Anda kendalikan

20 Apakah ada perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas seperti rasa baal, semutan, ditusuk, atau dibakar

21 Anda merasa rasa itu menjalar ke seluruh tubuh 22 Saya tidak menyadari air seni keluar 23 Saya menyadari air seni keluar tetapi tidak bisa

mengatakannya

24 Saya menyadari mau buang air besar 25 Saya buang air besar di toilet 26 Saya mampu mandi sendiri 27 Saya mampu mandi walaupun sebelah tangan saya

Universitas Sumatera Utara

Page 122: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

99

mengalami kelumpuhan 28 Saya sudah latihan menyisir rambut tetapi tidak

mampu menyisir rambut sendiri

29 Saya tidak mampu memakai pakaian dengan tangan sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 123: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

100

C. Kuesioner Kualitas Hidup

Pertanyaan-pertannyaan tentang kesehatan dan kehidupan anda

Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan tentang kondisi kesehatan anda

menurut pandangan anda sendiri. Isi secara lengkap seluruh pertanyaan yang ada

dengan memberikan tanda (X) pada salah satu pilihan yang dianggap paling sesuai

dengan kondisi anda.

1. Bagaiman menurut anda kondisi kesehatan anda secara umum? (KU) Amat sangat

baik Sangat Baik Baik Biasa saja/cukup Buruk

(1) (2) (3) (4) (5)

2. Dibanding 1 tahun yang lalu, bagaimana kondisi kesehatan anda saat ini? Jauh lebih

baik disbanding 1 tahun yang

lalu

Agak lebih baik

disbanding 1 tahun lalu

Kira-kira sama

dengan 1 tahun lalu

Agak lebih buruk

disbanding 1 tahun lalu

Sangat lebih buruk

disbanding 1 tahun lalu

(1) (2) (3) (4) (5)

3. Pertanyaan dibawah ini tentang aktivitas yang biasa anda lakukan sehari-hari.

Apakah aktivitas anda menjadi terbatas atau terganggu karena kondisi

kesehatan anda saat ini? Jika Ya, seberapa banyak. (FF)

Apakah aktifitas berikut menjadi terbatas karena kondisi kesehatan anda

Ya, sangat terbatas

Ya, agak terbatas

Tidak terbatas sama sekali

3a Aktifitas berat, seperti lari, mengangkat barang berat, melakukan olahraga berat

(1) (2) (3)

3b Aktifitas sedang, seperti memindahkan barang, memasak, menyeterika, mencuci pakaian, berjalan cepat

(1) (2) (3)

3c Mengangkat atau membawa barang sekitar 3-5 Kg

(1) (2) (3)

3d Menaiki beberapa anak (1) (2) (3)

Universitas Sumatera Utara

Page 124: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

101

tangga 3e Menaiki satu anak

tangga (1) (2) (3)

3f Menekuk tubuh, berlutut, membungkuk

(1) (2) (3)

3g Berjalan lebih dari 1,5 km

(1) (2) (3)

3h Berjalan sekitar 50 rumah (500 meter)

(1) (2) (3)

3i Berjalan sekitar 10 rumah (100 meter)

(1) (2) (3)

3j Mandi atau berpakaian sendiri

(1) (2) (3)

4. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami beberapa masalah

dengan pekerjaan anda atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai akibat dari

masalah kesehatan anda? (PF)

Ya Tidak 4a Mengurangi jumlah waktu yang anda gunakan

untuk bekerja atau aktifitas lain (1) (2)

4b Hanya dapat mengerjakan pekerjaan lebih sedikit dari yang anda inginkan

(1) (2)

4c Mengalami keterbatasan dalam jenis pekerjaan atau jenis aktifitas lainnya

(1) (2)

4d Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya (misalnya memerlukan usaha yang sangat besar dalam melakukannya

(1) (2)

5. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami masalah-masalah

dalam pekerjaan atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai akibat masalah

perasaan atau emosi (seperti perasaan tertekan atau cemas. (PE)

Ya Tidak 5a Mengurangi jumlah waktu yang anda gunakan untuk

bekerja atau aktifitas lain (1) (2)

Hanya dapat mengerjakan pekerjaan lebih sedikit dari yang anda inginkan

(1) (2)

Tidak bekerja atau melakukan aktifitas sebaik/ seteliti biasanya

(1) (2)

Universitas Sumatera Utara

Page 125: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

102

6. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa jauh kondisi kesehatan fisik dan masalah

emosi/perasaan anda mempengaruhi aktifitas sosial anda dengan keluarga,

tetangga atau kelompok? (misalnya pergi rekreasi, arisan, pengajian, dll). (FS)

Tidak berpengaruh sama sekali

Sedikit berpengaruh

Pengaruhnya sedang

berpengaruh Sangat berpengaruh

(1) (2) (3) (4) (5)

7. Seberapa berat rasa nyeri di tubuh (seperti pegal-pegal, ngilu-ngilu, dll) yang

anda alami dalam 4 minggu terakhir. (RN)

Tidak nyeri

Sangat nyeri

Ringan Sedang Berat Berat sekali

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

8. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa berat rasa nyeri tubuh tersebut

mempengaruhi pekerjaan sehari-hari anda (termasuk pekerjaan diluar rumah

dan pekerjaan rumah)? (RN)

Tidak berpengaruh sama sekali

Sedikit berpengaruh

Pengaruhnya sedang

berpengaruh Sangat berpengaruh

(1) (2) (3) (4) (5)

9. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini adalah tentang bagaimana perasaan anda

dan bagaimana hal tersebut anda rasakan selama 4 minggu terakhir ini. Untuk

setiap pertanyaan, harap berikan satu jawaban yang paling mendekati dengan

perasaan yang anda rasakan dan seberapa sering hal tersebut terjadi dalam 4

minggu terakhir.

SW SS S K J TP 9a (V)

Apakah anda merasa penuh semangat

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9b (KM)

Apakah anda merasa sangat gugup?

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9c (KM)

Apakah anda merasa sangat sedih hingga tak ada yang dapat menghibur anda?

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9d (KM)

Apakah anda merasa tenang dan damai?

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9e Apakah anda merasa penuh (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Universitas Sumatera Utara

Page 126: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

103

(V) energy? 9f (KM)

Apakah anda merasa bimbang dan kecewa?

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9g (V)

Apakah anda merasa jenuh/ bosan?

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9h (KM)

Apakah anda merasa bahagia?

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9i (V)

Apakah anda merasa capek (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Keterangan:

SW = Setiap Waktu

SS = Sangat sering

S = sering

K = Kadang

J = Jarang

TP = Tidak Pernah

10. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa banyak waktu/ seberapa sering masalah

kesehatan fisik dan perasaan/emosi anda mempengaruhi aktifitas sosial anda

(seperti mengunjungi teman, keluarga, tetangga,dll)? (FS)

Sepanjang

Waktu Sebagian

Besar waktu

Banyak waktu/ sering

Kadang-kadang

Sedikit/ Jarang

Tak Pernah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

11. BETUL, atau SALAH pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk anda? (KU) SB B TT S SS 11a Saya tampaknya lebih mudah sakit

disbanding orang lain (1) (2) (3) (4) (5)

11b Saya sama sehatnya dengan orang lain yang saya kenal

(1) (2) (3) (4) (5)

11c Saya berharap kesehatan saya semakin memburuk

(1) (2) (3) (4) (5)

11d Kesehatan saya baik sekali (1) (2) (3) (4) (5) Ket:

Universitas Sumatera Utara

Page 127: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

104

SB = Sangat Betul

B = Betul

TT = Tidak Tahu

S = Salah

SS = Sangat Salah

Universitas Sumatera Utara

Page 128: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

105

LAMPIRAN II

BIODATA EXPERT

Universitas Sumatera Utara

Page 129: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

106

BIODATA EXPERT CONTENT VALIDITY INDEX

1. Dr. H. Tri Makmur., Sp.S

Dokter di RSU Bina Kasih dan Dosen Fakultas Kedokteran USU dan

UISU

2. Hendri Apul Panggabean, S.Kep., Ns, M.Kep

Perawat di RSUD dr Pirngadi Medan

3. Andina Setyowati, S.Kep., Ns, M.Kep, Sp. KMB

Dosen Fakultas Keperawatan Makassar

Universitas Sumatera Utara

Page 130: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

107

LAMPIRAN III

IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Page 131: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

108

Universitas Sumatera Utara

Page 132: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

109

Universitas Sumatera Utara

Page 133: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

110

Universitas Sumatera Utara

Page 134: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

111

Universitas Sumatera Utara

Page 135: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

112

Universitas Sumatera Utara

Page 136: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

113

Universitas Sumatera Utara

Page 137: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

114

Universitas Sumatera Utara

Page 138: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

115

Universitas Sumatera Utara

Page 139: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

116

Universitas Sumatera Utara

Page 140: HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP …

117

Universitas Sumatera Utara