KUALITAS AIR WADUK CIWAKA DESA PENGAMPELAN KOTA SERANG BERDASARKAN KARAKTERITIKNYA

29
KUALITAS AIR WADUK CIWAKA DESA PENGAMPELAN KOTA SERANG BERDASARKAN KARAKTERITIKNYA Disusun oleh : Qoidatul Hidayah 4443131077

description

KUALITAS AIR WADUK CIWAKA DESA PENGAMPELAN KOTA SERANG BERDASARKAN KARAKTERITIKNYA

Transcript of KUALITAS AIR WADUK CIWAKA DESA PENGAMPELAN KOTA SERANG BERDASARKAN KARAKTERITIKNYA

KUALITAS AIR WADUK CIWAKA DESA PENGAMPELAN KOTA SERANG BERDASARKAN KARAKTERITIKNYA

Disusun oleh :Qoidatul Hidayah4443131077

JURUSAN PERIKANANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Fungsi waduk secara prinsip ialah menampung air saat debit tinggi untuk di gunakan saat debit rendah. Seperti kontruksi sipil lainnya, persoalan waduk menyangkut aspek perencanaan operasi, pemeliharaan. Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran permukaan dtambah dengan air hujan langsung. Penelitian dilakukan diwaduk ciwaka dengan mengukur berbagai parameter seperti parameter fisik, kimia dan biologi kualitas airnya. Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya (Effendi, 2003).Secara umum, parameter kualitas air dapat digolongkan kedalam 3 faktor besar yaitu : 1) Faktor fisika seperti suhu, kecepatan arus, dan kekeruhan. 2) Faktor kimia seperti pH, CO2, dan alkalinitas. 3) Faktor biologi seperti keberadaan plankton, benthos, dan makrofita. Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009).Kualitas air ini menunjukkan mutu dari perairan tersebut, untuk mengetahui mutu dari suatu perairan ini menggunakan metode storet. Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan ini yaitu untuk mengetahui kualitas air suatu perairan yang ada di situ ciwaka ini dengan menggunakan berbagai jenis parameter yang digunakan dan untuk mengetahui status kelayakan di gunakan dalam kehidupan oleh masyarakat setempat situ Ciwaka tersebut.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Situ CiwakaSitu / Waduk Ciwaka adalah salah satu asset dari beberapa sumberdaya alam situ / waduk yang dimiliki Pemerintah Provinsi Banten saat ini. Situ / Waduk Ciwaka terletak dengan titik koordinat S: 06.08.937' E: 106.13.960' disebelah bagian Barat berjarak sejauh 12 Km dari pusat Pemerintahan Kota Serang tepatnya di Kelurahan Pengampelan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang.Situ/Waduk Ciwaka merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda yang pernah direhabilitasi oleh Pemerintah Pusat pada tahun 1971, keberadaan Situ / Waduk Ciwaka dinilai sangat penting didalam turut menciptakan keseimbangan hidrologi / tata air permukaan antara lain bermanfaat untuk air irigasi, air baku domestik, pengendalian banjir, dan konservasi, sehingga perlu adanya perlindungan dan pelestarian terhadap situ tersebut yang merupakan salah satu sub/ sistem dalam satu sistem ekologi lingkungan dalam satu wilayah.Seperti pada umumnya Situ / Waduk Ciwaka juga banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk pembudidayaan ikan dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA), penyediaan air baku atau air tawar bagi masyarakat di wilayah Desa Pengampelan dan Pipitan, dan Sebagai sumber air untuk irigasi seluas 1210 Ha yang tersebar diwilayah Kabupaten dan Kota Serang, sebagai Kolam tampung air / retensi pada saat musim banjir sehingga air permukaan tidak terbuang percuma ke laut, dan sebagai pengendali banjir.Seperti pada umumnya Situ / Waduk Ciwaka juga banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk penyediaan air baku / air tawar bagi masyarakat di wilayah Desa Pengampelan dan Pipitan, dan Sebagai sumber air untuk irigasi seluas 1210 Ha yang tersebar diwilayah Kabupaten dan Kota Serang, sebagai Kolam tampung air / retensi pada saat musim banjir sehingga air permukaan tidak terbuang percuma ke laut, dan sebagai pengendali banjir.Data Teknis Situ / Waduk CiwakaLuas Genangan: 45.000,00 m2Kedalaman Air rata rata: 2,00 mTampungan: 90.000,00 m3Lebar Bangunan berlimbah: 17,5 mPintu Pembilas: 1,8 x 2,0 mElevasi muka air banjir: + 42,870 mElevasi Muka air Normal: + 41,920 mElevasi Dasar: + 39,50 mLuas Area Irigasi: 1.210,00 Ha.Jalan Masuk: 1.200,00 m

2. 2 KecerahanKecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air (Kordi dan Tancung, 2007).Menurut Effendi (2003), kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dnegan menggunakan secchidisk. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).

2. 3 SuhuSuhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit biasanya 0C 40C (Nybakken 1992 dalam Sembiring, 2008). Menurut Hardjojo dan Djokosetianto (2005) dalam irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air.Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutup oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi (Brehm & Meifering, 1990 dalam Barus, 2001). Disamping itu pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik, pengetahuan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001).Faktor-faktor mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas chear fluy, curah hujan (resi protein) aliran sungai (flux) dan pula sirkulasi arus (Hadiksumah, 2008).2. 4 Oksigen (DO)Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi dan anorganik dalam proses aerobik (Salmin, 2005). Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme (Juin, 2002 dalam sembiring, 2008).Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, sepreti kekeruhan air, suhu, slainitas, pergerakan massa air dan udara, seprti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005). Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk ke dalam air. Konsentrasi DO dalam air tergantung pada suhu dan tekanan udara. Pada suhu 20 C tekanan udara satu atmosfer konsentrasi DO dalam keadaan jenuh 9,2 ppm dan pada suhu 50 C (tekanan udara sama) konsentrasi DO adalah 5,6 ppm (Manik, 2000).

2. 5 PHMenurut Kordi dan tanjung (2007), derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH (singkatan dari puissane negatif de H), yaitu logaritma dari kepekaan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis. pH = -log (H+) (Kordi dan Tancung, 2007). Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar dikenal sebagai pH. lelah tepatnya, pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen molar (-log (H+). Air dianggap asam bila pH dibawah 7 dan dasar ketika pH di atas 7. Sebagai besar nilai pH ditemui jatuh antara O sampai 17. pH yang baik adalah budidaya adalah 6,5-90 (Wurts, 1992).Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2y (larut dalam air) (Manik, 2003). Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempat. Biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH mempengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakken 1992 dalam Irawan et. al, 2009).

2. 6 PlanktonPlankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan,mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaringan makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem rantai makanan dan jaring makanan tersebut (Ferianti, 2007).Berdasarkan habitatnya plankton ditemui hidup di perairan, baik di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut. Plankton ini ada yang bergerak aktif sendiri seperti hewan yang disebut dengan zooplankton (plankton hewan), dan ada juga plankton yang dapat berfotosintesis seperti tumbuhan di darat, kelompok ini disebut dengan fitoplankton (plankton nabati) (Ferianti, 2007).Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut ultraplankton ukurannya < 0.005 mm atau 5 mikron, seperti bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplankton yang berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambil jumlah besar air laut (Kasijan dkk,2004).Plankton umumnya berukuran sangat kecil dan jumlahnya banyak, oleh karena itu pengambilan sample plankton harus dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menyaring air sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk dianalisis.Untuk keperluan ini alat khusus yang biasa digunakan adalah jaring plankton atau plankton net. Setiap mata jaring yang digunakan ukurannya (mesh-size) harus berbeda, tergantung dari plankton yang akan dikumpulkan, apakah itu fitoplankton atau zooplankton. Jika yang diinginkan fitoplankton,maka ukuran mata jaring harus kecil, sedemikian sebaliknya untuk zooplankton. Sample plankton yang didapat dapat diawetkan dengan menggunakan formalin dan disimpan didalam suhu yang rendah (Kasijan dkk, 2004).Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan, udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam. Fitoplankton adalah makanan yang terpenting dalam perikanan darat yang merupakan makanan primer. Suatu perairan dikatakan subur apabila di dalamnya banyak terdapat produsen primer yaitu fitoplankton baik kuantitas maupun kualitasnya.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan TempatPenelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2015, dilakukan di Waduk Ciwaka, Jalan Ciruas, Kampung Tegal Kembang RT/RW 12/03, Desa Pipitan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Provinsi Banten. Dengan titik koordinat S: 06.08.937' E: 106.13.960' disebelah bagian Barat berjarak sejauh 12 Km dari pusat Pemerintahan Kota Serang, kemudian data diolah di dalam Laboratorium Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Gambar 1. Peta Waduk Ciwaka3.2 Alat dan BahanAlat yang digunakan pada penelitian ini yaitu 4 buah Secchi Disk dengan warna yang berbeda, meteran dan paralon 1 meter sebanyak 2 buah, kalkulator, penggaris, 1 buah water sampler, pH meter, 4 buah botol film ukuran 100 ml, kertas label, DO meter, ember, plankton net, mikroskop dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu aquades.

3.3 Prosedur KerjaDalam kegiatan ini dilakukan beberapa pengukuran yaitu kecerahan, kedalaman, pH, DO, identifikasi dan kepadatan plankton. Pengukuran pertama yaitu kecerahan. Pertama siapkan alat yang akan digunakan, selanjutnya hitung kedalaman perairan dengan menggunakan meteran, kemudian hitung kecerahan dengan catatan D1 : Dari permukaan hingga ditenggelamkan sampai tidak kelihatan secchi disk dan D2 : Dari dasar naikkan ke atas hingga nampak warna secchi disk dengan menggunakan Rumus: D1+D2, selanjutnya lakukan percobaan diatas dengan menggunakan 4 secchi disk yang berbeda dan amati dan analisis perbandingan dari ke 4 secchi disk tersebut, apakah sama/tidak hasilnya.Pengukuran kedua yaitu pengukuran pH. Pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya ambil sampel air dengan menggunakan water sampler pada titik meter, meter, meter, tergantung kedalaman total perairan, kemudian ambil sampel, naikkan ke permukaan dan hitung nilai pH dengan cara sentuh sampel masing-masing titik kedalaman, dan selanjutnya catat data nilai pH.Pengukuran ketiga yaitu pengukuran DO. Pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya masukkan alat untuk pengujian dengan kedalaman dengan menggunakan water sampler pada titik meter, meter, meter, tergantung kedalaman total perairan, kemudian amati hasil nya setelah muncul di layar DO Meter, kemudian catat data nilai DO dan analisis perubahan DO.Pengukuran keempat yaitu identifikasi plankton. Pertama siapkan alat yang akan digunakan, kemudian masukkan alat water sampler pada titik meter, meter, meter, tergantung kedalaman total perairan, selanjutnya ambil air sampel menggunakan water sampler di setiap titik yang berbeda meter, meter, meter, seanjutnya masukkan ke dalam botol film yang berbeda untuk setiap kedalaman. Adapun prosedur kerja identifikasi plankton yang dilakukan di laboratorium yang harus diperhatikan dalam praktikum lapangan kali ini yaitu pertama siapkan 1 buah mikroskop, kemudian siapkan sampel yang akan disiapkan, selanjutnya nyalakan mikroskop dan atur perbesaran mikroskop 10x 1,8mm, kemudian teteskan sampel ke kaca preparat, kemudian amati jenis plankton yang ada dan gambarkan dan klasifikasikan jenis plankton (difoto).Pengukuran kelima yaitu kepadatan plankton. pertama siapkan sampel yang akan disiapkan, dan nyalakan mikroskop, selanjutnya atur perbesaran mikroskop 10x 1,8mm, dan hitung jumlah kepadatan plankton.

Adapun diagram alir pengukuran kecerahan sebagai berikut:Siapkan alat yang akan digunakanHitung kedalaman perairan dengan menggunakan meteranHitung kecerahan dengan catatanD1 : Dari permukaan hingga ditenggelamkan sampai tidak kelihatan secchi diskD2 : Dari dasar naikkan ke atas hingga nampak warna secchi diskRumus: D1+D2Lakukan percobaan diatas dengan menggunakan 4 secchi disk yang berbedaAmati dan analisis perbandingan dari ke 4 secchi disk tersebut, apakah sama/tidak hasilnyaAdapun diagram alir pengukuran pH sebagai berikut:Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Ambil sampel air dengan menggunakan water sampler pada titik meter, meter, meter, tergantung kedalaman total perairan.Lalu ambil sampel, naikkan ke permukaan dan hitung nilai pH dengan cara sentuh sampel masing-masing titik kedalaman.Catat data nilai pH

Adapun diagram alir pengukuran DO sebagai berikut:Siapkan alat dan bahan yang akan digunakanMasukkan alat untuk pengujian dengan kedalaman dengan menggunakan water sampler pada titik meter, meter, meter, tergantung kedalaman total perairanAmati hasil nya setelah muncul di layar DO MeterCatat data nilai DOAnalisis perubahan DOAdapun diagram alir identifikasi plankton yang harus diperhatikan dalam praktikum lapangan kali ini sebagai berikut:Siapkan alat yang akan digunakan.Masukkan alat water sampler pada titik meter, meter, meter, tergantung kedalaman total perairan.Ambil air sampel menggunakan water sampler di setiap titik yang berbeda meter, meter, meter.Masukkan ke dalam botol film yang berbeda untuk setiap kedalaman.

Adapun diagram alir identifikasi plankton yang dilakukan di laboratorium sebagai berikut:Siapkan 1 buah mikroskopSiapkan sampel yang akan disiapkan.Nyalakan mikroskop.Atur perbesaran mikroskop 10x 1,8mm.Teteskan sampel ke kaca preparat.Amati jenis plankton yang ada.

Adapun diagram alir kepadatan plankton sebagai berikut:Siapkan sampel yang akan disiapkan.Nyalakan mikroskop.Atur perbesaran mikroskop 10x 1,8mm.Hitung jumlah kepadatan plankton.

3.4 Analisis Data Pengamatan di waduk ciwaka dilakukan di tiga titik yang berbeda yaitu inlet, center dan outlet. Dimana setiap titik dilakukan pengukuran di dua tempat. Data yang diperoleh dari pengamatan ini yaitu sebagai berikut :Kecerahan (pengukuran Secchidisk)

Pengukuran PH : 9,10Pengukuran DO dan SuhuKedalaman 25 cm= Suhu 32,1C DO 4,4 mg/lKedalaman 50 cm= Suhu 30,8C DO 5,2 mg/lPlankton

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 HasilPengukuran parameter dilakukan diwaduk ciwaka dengan titik inlet, hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :Kecerahan:1.

2.

3.

4.12,8 cm

13,15 cm

15 cm

16,8 cm

Suhu:1. Kedalaman 25 cm2. Kedalaman 50 cm32,1C30,8C

PH9,10

DO :1. Kedalaman 25 cm2. Kedalaman 50 cm4,4 mg/l5,2 mg/l

4. 2 PembahasanParameter yang diamati pada titik outlet yaitu DO, PH, kedalaman, kecerahan, suhu dan plankton. Kecerahan diukur dengan menggunakan secchi disk. Dalam penelitian digunakan empat macam secchi disk yaitu warna putih, hitam, hitam putih, dan 4 warna putih hitam. Secchi Disk Hitam 12,8 cm, Secchi Disk Putih 13,15 cm, Secvhi Disk Hitam Putih 15 cm, Secchi 4 warna hitam putih 16,8 cm. Pengukuran ini menggunakan rumus dimana d1 merupakan keadaan hilangnya secci dik ketika dimasukkan kedalam air untuk pertama kalinya dan d2 merupakan keadaan secchi disk yang terlihat ke permukaan kembali. Dari hasil yang didapat menujukan bahwa kualitas air yang terdapat di waduk ciwaka khususnnya pada titik out let termasuk kedalam sangat keruh. Dapat dilihat pula dengan kasat mata bahwa waduk ciwaka memiliki warna air yang berwarna keruh hijau.Kemudian untuk pengukuran kedalaman diukur dengan tali yang diberikan pemberat, kedalaman sampai dasar yaitu 50 cm. Pengukuran DO diukur dengan DO meter, setiap kedalaman yang diukur memliki kandungan oksigen terlarut yang berbeda, kedalaman total 50 cm dengan DO 5,2 mg/l, dan kedalaman 25 cm adalah 4,4 mg/l. Dari data yang didapat bahwa semakin dalam perairan, DO semakin besar.Pengukuran suhu di titik outlet ini bersamaan dengan DO yaitu dengan menggunakan DO meter, titik outlet mendapatkan suhu perairan yaitu 32,1C untuk kedalaman 25 cm dan 30,8C untuk kedalaman 50 cm. Hal tersebut menunjukan bahwa suhu pada perairan outlet baik untuk ikan karena pada umumnya ikan mampu hidup pada suhu optimum 30-32C. Pengukuran PH di titik outlet yaitu 9,10 merupakan PH basa, pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan basa masih dapat ditoleransi oleh ikan sedangkan perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah(keasaman tinggi),kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang.Parameter plankton diketahui dengan menggunakan alat plankton net, sampel yang diambil dengan plankton net kemudian di amati dengan menggunakan mikroskop dan dapat diketahui jenis dan jumlah plankton yang ada. Plankton yang ditemukan tidak terlalu banyak kepadatannya. Hal tersebut dapat diakibatkan karena titik outlet adalah titik dimana air terbuang mengalir ke sungai-sungai yang mengakibatkan plankton yang terdapat pada titik outlet ini terbawa aliran air yang keluar.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah melakukan kegiatan ini, dapat mengetahui kualitas air waduk ciwaka ini dengan menggunakan berbagai jenis parameter yang digunakan dan untuk mengetahui status kelayakan di gunakan dalam kehidupan oleh masyarakat setempat situ Ciwaka tersebut. perairan waduk ciwaka. Status kualitas air pada waduk Ciwaka ini termasuk dalam perairan eutrophic sedang yang bisa didapat dari perhitungan storet dan dengan mata langsung.

5. 2 SaranKarena kualitas air waduk Ciwaka ini sudah termasuk eutrophic sedang yang dapat dilihat dari warna perairan tersebut sudah tercemar mikro algae, seharusnya dilakukan penanggulangan agar waduk Ciwaka ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dan tempat pengukuran kualitas air mata kuliah limnologi untuk selanjutnya dilaksanakan di tempat yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2009. Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme pada Produk. Diambil dari www.repository.usu.ac.id pada 22 juni 2015.

Akrimi, dan Subroto. 2002. Pengantar Limnologi. Gramedia : Jakarta.

Andayani, Sri. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya : Malang.

Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius : Yogyakarta.

Kordi, M.G. dan Andi T. 2002. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta.

Barus. 2001. Pengantar Limnologi. Swadaya Cipta : Jakarta

Arinardi, O. H., Trimaningsih dan Suirdjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton Serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. UPI-Jakarta. 108 hal.

Lukman, Ridwansyah I. 2009. Telaah kondisi fisik danau Poso dan prediksi ciri ekosistem perairannya. Limnotek 2. 64-73.

Samuel, Safran M, Petrus RPM. 2012a. Status trofik dan estimasi potensi produksi ikan di Perairan Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Bawal 4 (2). 121-129.

Samuel, Safran M, Ni Komang S. 2012b. Karakteristik dan Pengelolaan Perikanan Danau di Indonesia. Tunas Gemilang Press. Palembang. p. 229.

Wibowo, H., 2004. Tingkat eutrofikasi Rawa Pening dalam kerangka kajian produktivitas primer fitoplankton. Magister Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. 82 p.

Suryono, T., S. Sunanisari, E. Mulyana dan Rosidah. 2010. Tingkat kesuburan dan pencemaran Danau Limboto, Gorontalo. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Volume 36 (1): LIPI, Puslit. Oseanografi. p. 49-61.