MAKALAH WADUK BENANGA

23
TUGAS UJIAN TUMBUHAN AIR PENGARUH BLOOMING ALGA BESERTA PENGENDALIANNYA PADA PERAIRAN WADUK BENANGA DI LEMPAKE-SAMARINDA Oleh : Kelompok 1 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

Transcript of MAKALAH WADUK BENANGA

Page 1: MAKALAH WADUK BENANGA

TUGAS UJIAN TUMBUHAN AIR

PENGARUH BLOOMING ALGA BESERTA PENGENDALIANNYA

PADA PERAIRAN WADUK BENANGA DI LEMPAKE-SAMARINDA

Oleh :

Kelompok 1

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

Page 2: MAKALAH WADUK BENANGA

TUGAS UJIAN TUMBUHAN AIR

PENGARUH BLOOMING ALGA BESERTA PENGENDALIANNYA

PADA PERAIRAN WADUK BENANGA DI LEMPAKE-SAMARINDA

Oleh :

Nira Ayu Anggida : 1106035001

Randi Aditya : 1106035002

Wiyogo Agus Sunarto : 1106035003

Ichsanul Akbar : 1106035004

Fudoh Nurhidayah : 1106035005

Afnawiyah Paysal : 1106035006

Rika Rozani : 1106035007

Achmad Yani : 1106035015

Dwi Andriani Nur : 1106035009

Miftahul jannah : 1106035018

M.Irwan Arisandi : 0906035004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

Page 3: MAKALAH WADUK BENANGA

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ujian akhir

semester V mata kuliah tumbuhan air dengan judul “Pengaruh

Blooming Alga dan Sedimentasi pada Perairan Waduk Benanga di

Lempake-Samarinda”.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari

sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan

laporan maupun penulisannya. Oleh karena itu dengan lapang dada

dan tangan terbuka bagi pembaca yang ingin memberi saran dan

kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki Laporan

manajemen Sumberdaya Perairan ini di masa yang akan datang.

Demikian laporan ini kami buat semoga Laporan Praktikum ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 01 Januari

2014

Penyusun

Page 4: MAKALAH WADUK BENANGA

Kelompok 1

DAFTAR ISI

Halaman

KATA

PENGANTAR…………………………………………………………………………

……………. ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................ iv

DAFTAR TABEL................................................................................ v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................. 2

C. Tujuan dan Manfaat Praktikum.......................................... 2

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Waduk Benanga..................................................... 3

B. Pengelolaan Waduk Benanga............................................. 8

III. PENUTUP

Page 5: MAKALAH WADUK BENANGA

A. Kesimpulan........................................................................

10

B. Saran..................................................................................

10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Waduk adalah danau buatan manusia sebagai tempat

menampung dan tangkapan air yang umumnya dibentuk dari

sungai atau rawa dengan tujuan tertentu. Waduk dibangun dengan

tujuan multi fungsi yaitu sebagai pembangkit listrik tenaga air

(PLTA), sumber air minum, kegiatan pertanian, pengendali banjir,

sarana olahraga air, budidaya perikanan, dan untuk pariwisata.

Indonesia mempunyai sekitar 800 danau serta 162 waduk buatan

besar dan kecil untuk kepentingan irigasi pertanian, bahan baku air

bersih, dan PLTA. Sekitar 500 danau dan waduk di Indonesia mulai

terancam punah akibat pengelolaan yang tidak optimal, dimulai dari

hulu hingga hilir.

Page 6: MAKALAH WADUK BENANGA

Waduk Benanga terletak di Kota Samarinda, selain sebagai

bendungan penampung air Kota Samarinda, waduk ini juga

dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk menangkap ikan baik

memancing maupun menjala ada juga budidaya ikan melalui

karamba di sekitar waduk benanga tersebut.

Salah satu permasalahan yang dihadapi waduk di Indonesia saat

ini adalah tingginya sedimentasi yang telah menjadi faktor utama

penyebab penurunan daya dukung ekosistem waduk. Tidak

terkecuali pada Waduk Benanga Samarinda.

Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air

dengan nutrien atau unsur hara berupa bahan anorganik yang

dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya

peningkatan produktivitas primer perairan. Nutrient yang dimaksud

adalah nitrogen dan fosfor.

Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan

danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini.

Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat

menurun.

Seiring berjalannya waktu kondisi waduk benanga telah

mengalami pendangkalan karena terjadinya blooming tumbuhan air

yang kian pesat. Blooming tumbuhan yang kian tidak terkendali ini

dapat mengganggu ekosistem lainnya di waduk tersebut. Dengan

kondis waduk Benanga yang seperti ini perlu adanya tindakan dan

perhatia langsung baik dari pemerintah maupun penduduk

setempat. Makalah ini akan membahas bagaimana upaya

pengendalian blooming tumbuhan air di waduk benanga Samarinda.

B. Rumusan Masalah

Page 7: MAKALAH WADUK BENANGA

1. Bagaimana pengaruh laju pertumbuhan air diwaduk benanga.

2. Bagaiman kondisi perairan waduk benanga akibat blooming

alga dan sedimentasi.

3. Bagaimana pengelolaan waduk benanga akibat sedimentasi

dan blooming alga.

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan Manfaat dari penyusunan makalah

yang berjudul “Upaya Pengendalian Blooming Alga di

Waduk Benanga Samarinda” adalah

1) Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang dampak

dari blooming tumbuhan air yang terjadi di Waduk

Benanga.

2) Agar Mahasiswa dapat mengambil tindakan dan turut

ikut serta dalam pengendalian Blooming tumbuhan air

yang ada di Waduk Benanga Samarinda.

Page 8: MAKALAH WADUK BENANGA

II. PEMBAHASAN

A. Kondisi Waduk Benanga

Waduk sering disebut danau buatan yang besar. Menurut Komisi

DAM dunia bendungan/waduk besar adalah bila tinggi bendungan

lebih dari 15 m. Sedangkan embung merupakan waduk kecil dan

tinggi bendungannya kurang dari 15 m. Sistem tata air waduk

berbeda dengan danau alami. Pada waduk komponen tata airnya

pada umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga

volume, kedalaman, luas, presepitasi, debit inflow/outflow dan

waktu tinggal air diketahui dengan pasti.

Pengelolaan sumber daya air di dalam waduk/bendungan

tertuang dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

yang terdiri dari 3 komponen yaitu konservasi, pemanfaatan dan

pengendalian daya rusak air. Selain itu masih ada peraturan lain

seperti PP No 51 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, PP No 82

tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

pencemaran Air, PP No 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung,

serta Keppres No 123 Tahun 2001 tentang koordinasi Pengelolaan

sumber Daya Air pada tingkat propinsi, wilayah sungai, kabupaten

dan kota. Berbagai produk hukum tersebut dapat dijadikan dasar

hukum dalam upaya konservasi air untuk kehidupan. Namun pada

kenyataannya konservasi sumberdaya air masih jauh dari harapan

malah semakin rusak baik kualitas maupun kuantitasnya.

Permasalahan yang dialami waduk benanga seperti halnya

waduk-waduk lainnya yaitu pendangkalan dan penurunan luasan

Page 9: MAKALAH WADUK BENANGA

perairan akibat tingginya sedimentasi. Peningkatan beban

sedimentasi ini diduga disebabkan oleh peningkatan laju

pertumbuhan oleh tumbuhan-tumbuhan air yanga ada di wilayah

Waduk Benanga serta erosi akibat aktivitas-aktivitas di daratan.

Jumlah sedimen yang masuk ke waduk yang melebihi daya dukung

akan mengurangi kapasitas volume daya tampung air waduk, dan

merusak kualitas perairan pada akhirnya dapat memperpendek usia

fungsional waduk tersebut. Turunnya volume air waduk

menyebabkan waduk tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya,

baik untuk keperluan irigasi maupun pembangkit tenaga listrik.

Kondisi Waduk Benanga pada saat sekarang ini sangat jauh

berbeda dengan kondisi waduk sebelumnya. Banyaknya tumbuhan

air di sekitar waduk benanga maupun di kawasan waduk ini dapat

berdampak buruk apabila tidak di lakukan tindak lanjut yang cepat,

karena hal ini dapat berdampak eutrofikasi dan sedimentasi.

Suatu perairan dikatakan blooming fitoplankton jika kelimpahan

fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/l (Goldman dan Horne, 1983).

Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk

yang dikenal dengan algal bloom. Hal ini dikenali dengan warna air

yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap dan kekeruhannya

menjadi semakin meningkat serta banyak enceng gondok yang

bertebaran di danau/waduk. Banyak nya eceng gondok terlihat

diwaduk benanga, bahkan bau dari waduk benanga saat ini tidak

sedap lagi, tentu hal ini menandakan menurunya kualitas air waduk

benanga.

Adanya eceng gondok yang menutupi badan perairan waduk

benanga, mengakibatkan menurunnya penetrasi cahaya untuk

fotosintesis fitoplankton, apabila hal ini terjadi maka organisme di

Page 10: MAKALAH WADUK BENANGA

badan air akan kekurangan oksigen dan hal ini dapat

mengakibatkan kematian organisme. Bakteri pembusuk akan

menguraikan organisme yang mati, baik tanaman maupun hewan

yang ada di dasar perairan. Proses pembusukan ini atau

dekomposisi akan banyak menggunakan oksigen terlarut dalam air,

sehingga terjadi hypoksia atau kadar oksigen akan menurun secara

drastis dan pada akhirnya kehidupan biologis di perairan danau

juga akan sangat berkurang. Oleh karena itu peningkatan unsur

hara yang sangat tinggi yang mengakibatkan terjadinya perubahan

waduk menjadi eutrofik dan menimbulkan aroma tidak sedap yang

akan mengakibatkan dampak negatif dimana akan terjadi

perubahan keseimbangan antara kehidupan tanaman air dan

hewan air yang ada di waduk tersebut.

Kematian ikan dan sisa biomasa organisme yang mengandung

unsur hara fosfor dan nitrogen dapat merangsang pertumbuhan

fitoplankton atau alga dan meningkatkan produktivitas perairan.

Sebaliknya, dalam keadaan berlebihan akan memicu timbulnya

blooming algae yang justru merugikan kehidupan organisme yang

ada dalam badan air. Penumpukan bahan nutrien ini akan menjadi

ancaman kehidupan ikan di badan danau pada saat musim

pancaroba. Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan sinar

matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya

golakan air danau. Hal ini menyebabkan arus naik dari dasar danau

yang mengangkat masa air yang mengendap. Masa air yang

membawa senyawa beracun dari dasar danau hingga

mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang.

Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan

secara mendadak. (Anonim, 2010)

Page 11: MAKALAH WADUK BENANGA

Kondisi lingkungan Bendungan Benanga terletak di pemukiman

penduduk yang cukup padat. Biasanya penduduk sekitar

memanfaatkan air bendungan untuk kebutuhan MCK seperti

kegiatan mencuci pakaian, dimana kegiatan tersebut dilakukan

dipinggiran waduk dan sisa pencucian berupa air deterjen langsung

dibuang ke badan air permukaan.

Menurut Morse et. al. (1993) sumber fosfor penyebab eutrofikasi

10 % berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri

(background source), 7 % dari industri, 11 % dari detergen, 17 %

dari pupuk pertanian, 23 % dari limbah manusia, dan yang terbesar,

32 %, dari limbah peternakan. Paparan statistik di atas

menunjukkan bagaimana besarnya jumlah populasi dan

beragamnya aktivitas masyarakat modern menjadi penyumbang

yang sangat besar bagi lepasnya fosfor ke lingkungan air.

Akibat eutrofikasi menyebabkan tingginya kandungan nutrient

sehinga fitoplankton juga mempunyai respon yang berbeda

terhadap perbandingan jenis nutrien yang terlarut dalam badan air

(Kilham dan. Fenomena ini menyebabkan komunitas fitoplankton

dalam suatu badan air mempunyai struktur dan dominasi jenis yang

berbeda dengan badan air lainnya.

Selain merugikan dan mengancam keberlanjutan fauna akibat

dominasi fito-plankton yang tidak dapat dimakan dan beracun;

blooming yang menghasilkan biomasa (organik) tinggi juga

merugikan fauna; karena fenomena blooming selalu diikuti dengan

penurunan oksigen terlarut secara drastis akibat pe-manfaatan

oksigen yang ber lebihan untuk de-komposisi biomasa (organik)

yang mati.

Page 12: MAKALAH WADUK BENANGA

Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas

nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies

lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati.

Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air

menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air.

Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui

mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi

manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai

konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga

dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk

mengatasinya (Anonim, 2009).

Kegiatan pembukaan lahan untuk permukiman merupakan

sumber sedimen dan pencemaran perairan waduk. Sedimen

merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar.

Sedimen terdiri dari bahan organik yang berasal dari hewan atau

tumbuhan yang membusuk kemudian tenggelam ke dasar dan

bercampur dengan lumpur dan bahan anorganik yang umumnya

berasal dari pelapukan batuan (Sverdrup, 1966).

Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan waduk

dapat meningkatkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan

menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas

primer perairan menjadi turun, yang pada gilirannya menyebabkan

terganggunya keseluruhan rantai makan (Haryani, 2001).

Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh

aliran dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya

melambat atau terhenti. Proses ini dikenal dengan sedimentasi atau

pengendapan. Asdak (2002) menyatakan bahwa sedimen hasil erosi

terjadi sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak

Page 13: MAKALAH WADUK BENANGA

memenuhi kaidah-kaidah konservasi. Kandungan sedimen pada

hampir semua perairan dapat meningkat terus karena erosi dari

tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan. Hasil

sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal

dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang dapat diukur

pada periode waktu dan tempat tertentu

Adanya akar-akar dari tumbuhan air yang tumbuh di kawasan

waduk dapat sebagai perangkap sedimen atau bahan pencemar

yang selanjutnya akan jatuh ke dasar periaran. Hal inilah yang

menyebabkan sedimentasi dapat terjadi di perairan. Adapun materi

material yang terbawa akan membentuk suspensi dan ada juga

sedimen yang mengendap diwaduk, pengendapan (sedimentation)

bahan bawaan air pada suatu waduk, kolam, bendungan maupun

area lain yang mampu menahan bahan buangan sehingga

membentuk suatu lapisan lunak (rawa) pada suatu area.

Sedimen diwaduk banyak mempengaruhi keadaan waduk, yang

bisa mempengaruhi kuwalitas air, suspensi dari material-material

yang dibawa oleh runoff / akibat turunnya hujan dan sedimen yang

sudah ada mengakibatkan kekseruhan yang bisa mengakibatkan

dampak buruk bagi biota-biota yang memperlukan kecerahan

dalam menjalankan kehidupannya, dan jika sedimen terlalu

menumpuk pada waduk akan mengakibatkan kebanjiran yang

parah pada daerah yang lain, hal ini disebabkan lambatnya aliran

yang mengakibatkan waduk meluap pada daerah yang ada

disekitarnya

Page 14: MAKALAH WADUK BENANGA

Gambar 1. Kondisi Waduk Benanga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfometrik luas

waduk mengalami perubahan secara mendasar yaitu terjadinya

penyempitan daerah genangan air (3,35 % dari luas total 387,10

ha), pendangkalan (1 – 2 m), dan meningkatnya tutupan gulma air

(96,65 % dari luas total 387,10 ha). Karakteristik fisika-kimia air

melebihi baku mutu, dimana bahan pencemar H2S, NH3-N, COD

tinggi dan DO rendah. Sedangkan karateristik biologi perairan dari

plankton dan benthos tergolong rendah. Golongan nekton

didominasi oleh ibas testunideuskan rawa jenis labirin, seperti Betok

(Anabas testunideus).

B. Pengelolaan Waduk Benanga

Dalam pengelolaan waduk agar tetap lestari sebaiknya

melibatkan multi stakeholder, yaitu:

Page 15: MAKALAH WADUK BENANGA

1. pelaku usaha, baik yang bergerak di dalam kawasan maupun di

luar kawasan waduk;

2. pemerintah, yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perikanan;

3. perguruan tinggi;

4. lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum. Faktor

lain yang sangat menentukan keberhasilan dalam pengelolaan

waduk, seperti kualitas sumberdaya manusia, organisasi,

kelembagaan, regulasi, dan infrastruktur.

Pengelolaan waduk merupakan suatu kegiatan yang penting,

kompleks dan dinamis. Penting karena waduk memiliki fungsi

ekologi, ekonomi, sosial. dan budaya, menjadi kompleks karena

melibatkan multi stakeholder dengan karakteristik yang berbeda,

dan dinamis karena tingkat pencemaran dan sedimentasi selalu

berubah seiring dengan perubahan waktu. Hal ini menunjukkan

bahwa penanganan masalah-masalah yang berkaitan dengan

pengelolaan waduk harus dilakukan secara integratif–holistik

dengan pendekatan kesisteman, bukan secara parsial–sektoral.

Pendekatan kesisteman ini didasarkan pada sybernetic, holistic,

and effectiveness (SHE) dengan melibatkan seluruh stakeholder.

Salah satu pendekatan kesisteman yang memungkinkan

teridentifikasinya seluruh variabel terkait, dan memudahkan untuk

mengetahui pola perkembangan ke depan seiring dengan

perubahan waktu adalah dengan sistem model dinamik.

Pendekatan ini akan memudahkan bagi pengambil kebijakan dalam

pengelolaan waduk untuk menyiapkan langkah–langkah strategis

dalam menghadapi setiap perubahan yang akan terjadi ke depan.

Selanjutnya pendekatan ini juga dapat mengidentifikasi faktor

Page 16: MAKALAH WADUK BENANGA

pengungkit dalam pengelolaan waduk, sehingga kebijakan

strategis yang akan diambil menjadi lebih efektif. Pendekatan

sistem dinamik merupakan bagian dari pendekatan kesisteman

yang dapat menjadi salah satu alternatif pendekatan dalam

pengelolaan waduk karena pendekatan sistem dinamik ini dapat

menyederhanakan struktur sistem yang kompleks dan rumit

(Muhammadi et al. 2001).

Secara garis besar pengembangan sistem model dinamik

meliputi 3 tahap, yaitu:

(a) cognitive map,

(b) construction model,

(c) simulation and policy analysis.

Cognitif map merupakan langkah pengenalan masalah secara

mendasar, dilakukan melalui studi literatur, wawancara pakar, dan

diskusi dengan stakeholder melalui diskusi kelompok terfokus

(focus group discussion: FGD). FGD merupakan forum diskusi

stakeholder untuk mengidentifikasi seluruh variabel, masalah,

kendala, dan kebutuhannya dalam pengelolaan waduk. Hasil dari

FGD kemudian dibuat kedalam system conceptualization dalam

bentuk diagram sebab akibat (causal loop diagram) yang

menggambarkan hubungan sebab akibat dan feed back-nya satu

variabel terhadap lainnya, sehingga memudahkan pengendalian

sesuai dengan yang diinginkan.

Construction model merupakan tahap pengembangan model

yang didasarkan pada causal loop diagram. Pengembangan model

menggunakan software tool Powersim. Sebagai langkah akhir dari

pengembangan model dinamis adalah simulasi dan analisis

kebijakan. Analisis kebijakan ini dilakukan terhadap hasil simulasi

Page 17: MAKALAH WADUK BENANGA

model berdasarkan skenario yang dikembangkan. Selanjutnya hasil

analisis kebijakan akan menjadi bahan rekomendasi kebijakan

dalam pengelolaan waduk secara berkelanjutan.

III. KESIMPULAN

a. Kesimpulan

Waduk adalah danau buatan manusia sebagai tempat

menampung dan tangkapan air yang umumnya dibentuk dari

sungai atau rawa dengan tujuan tertentu. Banyak nya eceng

gondok terlihat diwaduk benanga, bahkan bau dari waduk benanga

saat ini tidak sedap lagi, tentu hal ini menandakan menurunya

kualitas air waduk benanga dan berdampak negative yang

mengakibatkan perubahan keseimbangan antara kehidupan

tanaman air dan hewan air yang ada di waduk tersebut.

b. Saran

Mahasiswa diharapkan bisa memahami arti pentingnya waduk

dan berusaha ikut serta dalam menjaga kelestarian waduk setelah

membuat makalah ini.

Page 18: MAKALAH WADUK BENANGA