KTI_HIMKI.docx

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini 1.6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih dan sekitar 400 juta di antaranya mengalami obesitas. Obesitas merupakan keadaan berlebihnya lemak dalam tubuh (Lebenthal dan Damayanti 2007). Obesitas dapat meningkatkan resiko terhadap berbagai penyakit di antaranya hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al. 2008). Selain itu, obesitas juga dapat mempengaruhi penampilan dan menurunkan tingkat kepercayaan diri, khususnya bagi para wanita. Banyak orang yang merasa tidak percaya diri pada bentuk tubuhnya, terutama apabila orang tersebut mengalami berat badan berlebih. Pada tahun 2015, sebanyak 2,3 miliar manusia akan mengalami berat badan berlebih dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, prevalensi obesitas nasional pada penduduk usia di atas 15 tahun adalah 10,3%. Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4% (Depkes 2008). Salah satu penyebab obesitas adalah karena adanya ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk ke dalam

Transcript of KTI_HIMKI.docx

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangDewasa ini 1.6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih dan sekitar 400 juta di antaranya mengalami obesitas. Obesitas merupakan keadaan berlebihnya lemak dalam tubuh (Lebenthal dan Damayanti 2007). Obesitas dapat meningkatkan resiko terhadap berbagai penyakit di antaranya hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al. 2008). Selain itu, obesitas juga dapat mempengaruhi penampilan dan menurunkan tingkat kepercayaan diri, khususnya bagi para wanita. Banyak orang yang merasa tidak percaya diri pada bentuk tubuhnya, terutama apabila orang tersebut mengalami berat badan berlebih. Pada tahun 2015, sebanyak 2,3 miliar manusia akan mengalami berat badan berlebih dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, prevalensi obesitas nasional pada penduduk usia di atas 15 tahun adalah 10,3%. Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4% (Depkes 2008). Salah satu penyebab obesitas adalah karena adanya ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang dikeluarkan oleh tubuh (Rahardjo et al. 2005).Salah satu cara menurunkan berat badan adalah dengan mengurangi penimbunan lemak yang terdapat di dalam tubuh. Kondisi ini secara tidak langsung menurunkan keadaan hiperlipoproteinemia. Olah raga, diet ketat, dan penggunaan obat pelangsing merupakan metode yang digunakan untuk meluruhkan lemak yang telah banyak dilakukan (Dachriyanus et al. 2007). Penggunaan obat pelangsing yang berasal dari tumbuh-tumbuhan lebih diminati dibandingkan obat pelangsing sintetik karena efek samping yang ditimbulkan cukup kecil sehingga aman untuk dikonsumsi. Cara kerja dari obat pelangsing adalah dengan mengurangi nafsu makan, merangsang pembakaran lemak, dan menghambat penyerapan lemak dalam batas tertentu. Kedua jenis obat ini biasanya dikonsumsi secara oral. Namun, jenis obat pelangsing yang sedang dikembangkan sebagai aromaterapi pelangsing dari minyak atsiri (Maniapoto 2002).Salah satu tanaman khas dari Kalimantan Barat yang berpotensi menghasilkan minyak atsiri adalah jeruk pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa). Jeruk pontianak merupakan salah satu komoditas industri perkebunan terbesar di Kalimantan Barat. Menurut BPS Sambas (2010), produksi jeruk pontianak dalam rentang 2006-2009 rata-rata berkisar 149.377,25 ton per tahun. Tingginya produksi jeruk tersebut menimbulkan efek lain, yaitu limbah kulit yang dihasilkan dari proses industri produksi pemerasan jeruk. Kulit buah jeruk pontianak (KJ-Ptk) sering terlantar dan tidak didayagunakan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Bousbia et al. (2009) melaporkan bahwa kulit buah jeruk mengandung komponen senyawa aktif dari golongan terpena dan turunannya, terutama golongan minyak atsiri monoterpena. Adanya kandungan minyak atsiri monterpena menjadikan KJ-Ptk berpotensi dijadikan bahan baku minyak atsiri yang dapat berperan sebagai aromateraapi pelangsing.Secara umum, senyawa golongan monoterpena pada kulit buah jeruk berupa limonena (Viuda-Martos et al. 2010; Espina et al. 2011). Limonena merupakan suatu bentuk metabolit sekunder khas dari genus Citrus dengan berkisar 85-90% dari kandungan total minyak atsiri. Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa minyak atsiri yang berhasil diisolasi dari limbah kulit buah jeruk dan memiliki kemampuan kemopreventif (Mahmud et al. 2009; Singh et al. 2010). Hal ini menunjukkan bahwa jeruk pontianak diduga juga memiliki kandungan minyak atsiri limonena yang tinggi. Selain itu, potensi limonena sebagai kemopreventif juga belum digali secara mendalam dalam bidang penelitian kemopreventif.Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aplikasi kemopreventif minyak atsiri kulit buah jeruk dapat dilakukan secara aromaterapi (Bagetta et al. 2010; Kitszler 2010; Lai et al. 2011; Stringger dan Donald 2011). Hal ini disebabkan limonena merupakan senyawa volatil dari golongan monoterpena siklik yang memiliki aktivitas biologis yang tinggi (Junior et al. 2009). Selain itu, limonena memiliki nilai hedonik aroma yang baik sehingga limonena dapat dihirup melalui proses inhalasi dan diaplikasikan sebagai suatu aromaterapi (Karoui et al. 2010). Hal ini diduga bahwa limonena yang terkandung dalam KJ-Ptk juga dapat diaplikasikan sebagai agen kemopreventif aromaterapi.KJ-Ptk diduga berpotensi sebagai agen kemopreventif melalui metode inhalasi. Hal ini disebabkan limonena merupakan suatu senyawa monoterpena siklik yang mampu menembus membran eukariotik. Asaat (2011) dan Utami (2011) melaporkan bahwa aromaterapi dari senyawa monoterpena tumbuhan kencur dan sirih merah memiliki kemampuan antiobesitas terhadap tikus wistar. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa limonena diduga juga memiliki potensi antiobesitas karena limonena juga senyawa monoterpena siklik. Namun, hingga saat ini belum ada kajian yang mengulas potensi limonena, khususnya dari KJ-Ptk sebagai antiobesitas secara aromaterapi. Oleh sebab itu, pada karya tulis ilmiah ini akan dilakukan kajian yang mengulas potensi limonena KJ-Ptk sebagai antiobesitas alami secara aromaterapi berdasarkan pendekatan studi literatur.

1.2 Rumusan masalahLimonena merupakan suatu senyawa monoterpena siklik yang volatil dari kulit buah tumbuhan bergenus Citrus. Jeruk pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) merupakan tumbuhan lokal Kalimantan Barat yang diduga juga mengandung limonena pada bagian kulit buahnya. Studi literatur terkini menyatakan bahwa senyawa monoterpena siklik yang volatil mampu diaplikasikan sebagai antiobesitas secara aromaterapi. Hingga saat ini, kajian seputar aplikasi limonena dari KJ-Ptk sebagai antiobesitas secara aromaterapi belum ada. Oleh sebab itu, karya tulis ilmiah ini akan mengulas dan membahas tentang potensi limonena KJ-Ptk sebagai antiobesitas alami secara aromaterapi.

1.3 TujuanAdapun tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan potensi limonena KJ-Ptk sebagai antiobesitas alami secara aromaterapi berdasarkan studi pendekatan kasus dari literatur terkini.

1.4 ManfaatAdapun manfaat dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah mengenai potensi limonena KJ-Ptk sebagai antiobesitas alami secara aromaterapi.2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Jeruk pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa)Jeruk pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) (Gambar 1) merupakan salah satu komoditas industri perkebunan terbesar di Kalimantan Barat. Produksi jeruk pontianak dalam rentang 2006-2009 rata-rata berkisar 149.377,25 ton per tahun (BPS Sambas, 2010). Tingginya produksi jeruk tersebut menimbulkan efek lain, yaitu limbah kulit yang dihasilkan dari proses industri produksi pemerasan jeruk. Kulit buah jeruk pontianak (KJ-Ptk) sering terlantar dan tidak didayagunakan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Kulit buah jeruk mengandung komponen senyawa aktif dari golongan terpena dan turunannya, terutama golongan monoterpena (Bousbia et al. 2009)

Gambar 1 Buah jeruk pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa)Jeruk pontianakmerupakan jenisjeruk siamdengan ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Jeruk pontianak mempunyai rasa yang manis dan merupakan salah satu komoditas unggulan Kalimantan Baratsejak tahun 1936. Selain itu masa produktifitasnya juga cukup lama (15-20 tahun) denganbenefit cost ratio(BCR) sebesar 3,59. BCR jeruk siam ini merupakan yang tertinggi dibanding komoditas pertanian lainnya di Kalimantan Barat. Selain itu harga di pasaran relatif stabil dan cenderung terus meningkat (Wikipedia 2012). 2.2 Diversifikasi senyawa limonena sebagai aromaterapiLimonena merupakan suatu senyawa monoterpena siklik (Gambar 2). Limonena dapat berada dalam bentuk stereokimia dekstro (D-) dan levo (-L). Senyawa D-limonena merupakan struktur senyawa yang paling melimpah (90%) daripada bentuk L-limonena. Limonena merupakan senyawa khas metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan jeruk (Martin et al. 2010). Kandungan limonena melimpah pada kulit buah jeruk, khususnya kulit buah jeruk yang tipis (Lota et al. 2000). Selama beberapa dekade, limonena diekstraksi melalui destilasi dalam proses produksi rumah tangga, khususnya produksi senyawa flavor pada produk pangan dan kosmetik.

Gambar 2 Struktur kimia senyawa limonenaDiversifikasi merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah kulit buah jeruk pontianak. Salah satu bentuk diversifikasi tersebut adalah melalui proses ektraksi minyak atsiri yang terdapat dalam kulit buah jeruk pontianak. Secara umum, kulit buah jeruk mengandung 65 jenis minyak atsiri dengan komponen terbesar adalah limonena (85,5%). Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa minyak atsiri dari kulit buah jeruk memiliki nilai guna sebagai antimikroba, aromaterapi, pengawet bahan pangan, dan penyelera pangan (Viuda-Martos et al. 2009; Espina et al. 2011). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan minyak atsiri pada kulit buah jeruk pontianak diduga juga bernilai guna tinggi dalam bidang kimia, farmasetika, dan pangan seperti kulit buah jeruk pada umumnya.Aromaterapi merupakan suatu metode kemopreventif terbaru yang diaplikasikan selama satu dekade ini. Beberapa aplikasi aromaterapi telah mampu mengobati dysmenorrhea (nyeri haid), pusing, mual, konstipasi, gangguan saraf,dan beberapa penyakit kanker (Bagetta et al. 2010; Kitszler 2010; Lai et al. 2011; Stringger and Donald 2011). Semua keluhan dan penyakit tersebut dapat diobati hanya dengan hirupan melalui inhlasi minyak atsiri yang menjadi senyawa aktifnya dan lamanya waktu terapi yang tergantung pula dengan kondisi penyakit. Hal ini sejalan sebagaimana dikemukakan oleh Bakkali et al. 2008. Minyak atsiri yang volatil akan mudah menembus membran dalam sel eukariotik. Minyak atsiri yang telah berada dalam membran sel tersebut selanjutnya akan bereaksi baik dengan menekan aktivitas radikal bebas maupun zat asing lainnya yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup.Limonena diduga berpotensi diaplikasikan sebagai agen kemopreventif melalui aromaterapi. Hal ini disebabkan limonena bersifat volatil, memiliki aroma khas, dan berdaya antioksidan tinggi. Selain itu, limonena merupakan senyawa monoterpena siklik yang ekonomis dan efektif dalam proses ekstraksinya. Sebagai suatu senyawa monoterpena dan juga minyak atsiri, maka limonena juga mampu menembus membran dalam sel untuk bereaksi dengan radikal bebas dan zat asing alinnya di dalam tubuh. Asupan limonena ini dapat terjadi melalui proses inhalasi dalam metode aromaterapi (Junior et al. 2009; Karoui et al. 2010).

2.3 ObesitasDewasa ini 1.6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih dan sekitar 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2.3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi obesitas nasional pada penduduk usia di atas 15 tahun adalah 10.3%. Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9.5% dan pada perempuan 6.4% (Depkes 2008). Salah satu penyebab obesitas adalah karena adanya ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang dikeluarkan oleh tubuh (Rahardjo et al. 2005).Obesitas adalah suatu penyakit yang diakibatkan timbunan lemak abnormal baik secara absolut maupun relatif. Obesitas diduga juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung, kanker, diabetes dan kelainan metabolisme tubuh (Lean et al. 2006). Ukuran abnormal tergantung keadaan penduduk/populasi di suatu daerah atau berdasarkan uji epidemiologi. Tingkat obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT ini dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) terhadap kuadrat tinggi tubuh (m2). Berdasarkan harga IMT ini tingkat obesitas digolongkan menjadi 6 kategori, yaitu bobot badan kurang (IMT39.9) (WHO 1999). Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan pengeluaran energi oleh tubuh menjadi faktor utama pada obesitas (Rahardjo et al. 2005). Selain itu obesitas dapat terjadi karena beberapa faktor lainnya yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (kebiasaan makan). Obesitas lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria, penyebab utamanya adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh wanita dan proses metabolisme tubuh wanita lebih lambat dibandingkan pria.

BAB IIIMETODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ini disusun berdasarkan telaah pustaka atau telaah eksperimen dari literatur-literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan literatur-literatur yang bersifat primer (jurnal ilmiah) dan sekunder (buku teks). Masalah yang menjadi dasar dalam penulisan ini timbul setelah penulis melihat potensi kulit jeruk yang ditinjau secara umum yang dapat diaplikasikan sebagai agen kemopreventif alami karena kandungan limonena. Berdasarkan telaah pustaka dan fitokimia, jeruk pontianak diduga juga mengandung senyawa limonena. Hal ini disebabkan kesamaan genus Citrus sehingga jeruk pontianak juga mengandung limonena yang dapat diaplikasikan sebagai bahan baku fitofarmakan dan agen kemopreventif alami.Kajian terhadap Potensi Aplikasi Limonena dari Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) sebagai Agen Aromaterapi Pelangsing dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Berdasarkan telaah pustaka dan hasil eksperimen tersebut kemudian dilakukan kajian terhadap diversifikasi dan pemberian ulasan. Selanjutnya, hasil kajian tersebut dijabarkan dalam bentuk karya tulis berdasarkan pikiran yang logis, sistematis, dan objektif sehingga diperoleh kesimpulan tentang pemecahan masalah secara keseluruhan. Pada akhir tulisan, kesimpulan suatu permasalahan ditarik sebagai suatu pernyataan logis yang berhubungan dengan tujuan penulisan karya tulis ini dan pemberian saran sebagai wujud harapan manfaat dari karya tulis ini.

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Limonena sebagai agen kemopreventif metode aromaterapiMinyak atsiri merupakan senyawa mampu dengan cepat memasuki daerah yang kaya lemak didalam tubuh (Asaat 2011). Selain itu, molekul-molekul kecil dari minyak esensial ini mampu melewati aliran darah yang menuju otak. Hal ini menunjukkan bahwa komponen-komponen minyak atsiri dapat digunakan sebagai obat yang sistem kerjanya melalui sistem saraf, khususnya pada manusia. Komponen aroma dari minyak atsiri berinteraksi saat dihirup, dan menstimulasi sistem olfaktori. Selanjutnya, sistem ini mengirimkan sinyal pada sistem limbik otak yang terdapat pada amigdala dan hipokampus untuk memproses aroma dan respons emosi (Buckle 2003).Agen kemopreventif merupakan suatu senyawa kimia yang mampu mempertahankan dan meningkatkan imunitas tubuh dari serangan benda asing. Benda asing tersebut dapat berupa radikal bebas dan mikroorganisme serta toksik yang dimilikinya. Sebagai senyawa dengan aktivitas antioksidan yang tinggi, limonena berpotensi sebagai suatu agen kemopreventif (Junior et al. 2009). Selain itu, limonena merupakan suatu minyak atsiri monoterpena yang mampu menekan sifat sitotoksik yang ditimbulkan oleh radikal bebas dan aktivitas tirosinase hingga ke membran dalam sel eukariotik (Bakkali et al 2008). Karena volatilitasnya, limonena diduga mampu menembus membran dalam sel eukariotik melalui saluran inhalasi.Pemilihan metode inhalasi dalam aplikasi ini memiliki kelebihan utama sebagai alternatif aplikasi limonena dari KJ-Ptk. Penelitian terdahulu telah menyatakan dengan adanya aplikasi inhalasi, senyawa aktif limonena dari kulit buah jeruk dapat langsung menembus membran sel eukariotik. Hal ini senada dengan pengaplikasian limonena dari KJ-Ptk dalam bentuk kemasan aromaterapi yang diduga dapat menembus lapisan membran sel eukariotik. Sebagaimana riset yang dilaporkan oleh Junior et al (2009) dan Kitszler (2010), metode inhalasi yang dilakukan tersebut memberikan efek antioksidan secara in vivo yang lebih baik 20% daripada pengujian antioksidan yang dilakukan secara in vitro. Hal ini menunjukkan bahwa metode inhalasi merupakan metode aplikasi yang baik dalam pengembangan produk limonena yang diekstraksi dari KJ-Ptk.

Adanya proses inhalasi tersebut, senyawa aktif limonena dari KJ-Ptk yang dikemas dalam bentuk aromaterapi diharapkan mampu menembus membran sel sebagaimana yang diuraikan pada pemaparan di atas. Konsep pemikiran ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa senyawa volatil dapat menembus membran eukariotik dan mengalir dalam aliran darah untuk memasuki metabolism tubuh. Kondisi inilah yang diharapkan dapat menyerang sel target dari jenis penyakit yang dituju (Santos et al. 2011). Hal ini memberikan suatu argumentasi yang kuat bahwa pengaplikasian limonena secara inhalasi tersebut dapat menjadi suatu trend pengobatan dan terapi baru yang diharapkan mampu meningkatkan nilai guna limonena. Ditambahkan pula, adanya produk tersebut diharapkan memudahkan masyarakat yang sibuk dengan aktivitas karena penggunaan produk tersebut yang relatif mudah digunakan.

4.2 Mekanisme inhalasi limonena sebagai aromaterapi pelangsingLimonena KJ-Ptk diduga dapat diaplikasikan sebagai agen aromaterapi pelangsing bagi penderita obesitas. Aplikasi ini dapat diberlakukan pada manusia penderita obesitas dengan nafsu makan yang tinggi dan diet yang kaya kolesterol. Utami (2011) dan Assaat (2011) telah melakukan penelitian mengenai efek aromaterapi dari kencur dan sirih merah terhadap perubahan pola makan tikus wistar. Pada penelitian tersebut, baik sirih merah dan kencur yang memiliki komposisi minyak atsiri utama berupa monoterpena mampu menurunkan nafsu makan tikus wistar. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya deposit lemak pada bagian hati pada kelompok tikus yang diujicobakan melakukan inhalasi minyak atsiri (Gambar 3).

Gambar 3 Perbandingan deposit lemak pada hati tikus wistar selama inhalasi pelangsing aromaterapi dengan komponen utama berupa monoterpena (Utami 2011)Gambar 4 Reaksi pembentukan dopamin dari asam amino L-tirosin (Laverie 2010)

Pada sisi lain, efek monoterpena siklik dari komponen minyak atsiri diduga memiliki aktivitas untuk meningkatkan aktivitas monofenolase dan difenolase tirosinase. Enzim tirosinase akan mengubah tirosin menjadi L-Dopa. Senyawa L-dopa adalah suatu asam amino yang berperan dalam pembentukan dopamin (Gambar 4). Menurut Laverie (2010) dopamin merupakan neurotransmiter pada sistem syaraf pusat yang mengendalikan pergerakan tubuh, merangsang metabolisme dan penurunan berat badan. Rendahnya dopamin akan menurunkan aktivitas metabolisme yang menyebabkan kenaikan berat badan dan rendahnya energi. Pada kondisi ini, GH (growth hormone) akan memobilisasi lemak dari sel-sel lemak dan mengurangi laju masuknya glukosa dan metabolisme. GH memobilisasi lemak melalui regulasi HSL (hormone sensitive lipase) di mana HSL ini membantu proses termogenesis melalui pelepasan asam lemak yang dibakar menjadi energi.Pendugaan terhadap aplikasi limonena KJ-Ptk sebagai aromaterapi pelangsing diilustrasikan pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5 tersebut, limonena KJ-Ptk dihirup secara inhalasi. Selanjutnya, uap limonena tersebut masuk ke dalam tubuh bersama aliran darah hingga direspon pada bagian otak, khususnya amigdala dan hipokampus. Kondisi ini dikuatkan sebagaimana pemaparan Buckle (2003) bahwa aliran minyak atsiri yang dapat menembus membran lipida pada membran sel eukariotik seperti sel tubuh manusia dapat diangkut melalui aliran darah untuk selanjutnya limonena dibawa ke otak. Pada saat limonena ada di otak, limonena KJ-Ptk diduga menstimulasi otak pada bagian amigadala dan hipokampus. Pada bagian amigdala inilah yang akan mendapat respon dari rangsangan limonena KJ-Ptk untuk menekan nafsu makan pada manusia sehingga manusia dapat merasa kenyang dengan cepat dan deposit lemak diubah menjadi energi (Safithri dan Fahma 2008). Hal ini diduga disebabkan tubuh manusia akan menyekresikan enzim dopa dekarboksilase yang akan mengubah asam amino L-tirosin menjadi L-dopa untuk memetabolisme lemak menjadi energi dan mengurangi nafsu makan (Laverie 2010).

Gambar 5 Ilustrasi terusulkan penggunaaan aplikasi limonena KJ-Ptk sebagai aromaterapi pelangsing secara inhalasiBerdasarkan Gambar 5 tersebut, limonena KJ-Ptk diduga bekerja dengan menembus membran eukariotik hingga menstimulasi sistem saraf pada otak. Hal ini disebabkan pada studi terdahulu yang dilakukan oleh Laverie (2010) bahwa senyawa monoterpena siklik dapat menstimulasi otak dengan merespon saraf untuk mensekresikan senyawa L-dopa yang berguna dalam memetabolisme lemak menjadi energi dan juga menurunkan nafsu makan. Pada Gambar 5 tersebut juga menyatakan kelebihan dari aplikasi aromaterapi pelangsing berbahan dasar limonena KJ-Ptk. Dibandingkan dengan perlakuan diet tinggi, aplikasi limonena sebagai agen pelangsing alami lebih aman. Hal ini disebabkan pada perlakuan diet tinggi dapat menyebabkan tubuh menjadi mudah lemah karena kurang asupan energi. Hal ini dapat menyebabkan pelaku diet menjadi mudah mengalami stress fisik akibat ketatnya pengaturan pola makan untuk mengurangi berat badan berlebih.Sebagai bentuk formulasi, limonena yang dapat diaplikasikan sebagai minyak atsiri diduga memiliki konsentrasi 10%. Hal ini disebabkan bahwa pada kadar 10% minyak atsiri dari sirih merah tidak memiliki sifat toksik pada tikus wistar yang diujikan untuk mengurangi berat badannya (Utami 2011). Kondisi ini menjadi anaologi bahwa jika limonena KJ-Ptk yang diproduksi dalam bentuk kemasan aromaterapi dapat digunakan untuk agen pelangsing. Ditambahkan pula, Bakkali et al (2008) menyatakan bahwa efek farmakologis dari minyak atsiri golongan monoterpena siklik dapat bertindak sebagai agen pelangsing secara aromaterapi secara inhalasi. Kitszler (2010) juga menambahkan bahwa aplikasi aromaterapi dari monoterpena siklik seperti limonena dapat menstimulasi otak untuk menurunkan nafsu makan pada sistem saraf yang terdapat pada bagian hipokampus. Berdasarkan pemaparan tersebut, limonena KJ-Ptk diduga dapat dijadikan produk lokal Kalimantan Barat sebagai aromaterapi pelangsing. Aplikasi ini diharapkan mampu meningkatkan nilai kesehatan masyarakat dengan mengurangi jumlah penderita obesitas yang ada, khususnya masyarakat Kalimantan Barat.Adapun desain produk aromaterapi pelangsing dari limonena KJ-Ptk diilustrasikan pada Gambar 6. Keunggulan metode aromaterapi dengan batang beraroama ada 2, yaitu mudah dibawa dan fokus hirupan lebih tajam pada area sekitar inhalasi berupa hidung manusia (Stringger & Donald 2011). Sebagai suatu senyawa monoterpena dan juga minyak atsiri, maka limonena juga mampu menembus membran dalam sel untuk bereaksi dengan radikal bebas dan zat asing alinnya di dalam tubuh. Asupan limonena ini dapat terjadi melalui proses inhalasi dalam metode aromaterapi (Junior et al. 2009; Karoui et al. 2010). Selain itu, batang beraroma tersebut juga mampu diatur intensitas aromaterapinya untuk proses pengobatan. Hal ini membuka peluang limonena yang diekstrak dari limbah kulit buah jeruk pontianak menjadi bahan baku agen kemopreventif pada produk batang beraroma.

Gambar 6 Desain produk olahan limonena KJ-Ptk dalam bentuk kemasan batang

Pemilihan metode inhalasi dalam aplikasi ini memiliki kelebihan utama sebagai alternatif aplikasi limonena dari KJ-Ptk. Penelitian terdahulu telah menyatakan dengan adanya aplikasi inhalasi, senyawa aktif D-limonena dari kulit buah jeruk dapat langsung menembus membran sel eukariotik. Hal ini senada dengan pengaplikasian limonena KJ-Ptk dalam bentuk kemasan aromaterapi yang diduga dapat menembus lapisan membran sel eukariotik. Sebagaimana riset yang dilaporkan oleh Junior et al (2009) dan Kitszler (2010), metode inhalasi yang dikaukan tersebut memberikan efek antioksidan secara in vivo yang lebih baik 20% daripada pengujian antioksidan yang dilakukan secara in vitro. Efek antioksidan inilah yang bersinergis memiliki nilai guna untuk menceha oksdisasi molekul kolesterol yang dapat menyebabkan penyakit, seperti jantung koroner dan juga kanker. Hal ini menunjukkan bahwa metode inhalasi merupakan metode aplikasi yang baik dalam pengembangan produk limonena KJ-Ptk sebagai produk bahan alam lokal Kalimantan Barat.

4.3 Potensi pengembangan limonena KJ-Ptk sebagai aromaterapi pelangsingSenyawa limonena KJ-Ptk diaplikasikan sebagai bahan farmasetika aromaterapi. Aplikasi ini dipilih dengan alasan maraknya metode inhalasi yang diaplikasikan dalam dunia medis untuk terapi beberapa jenis penyakit, baik kronis maupun akut. Hingga saat ini belum ada produk yang diajukan dalam aplikasi D-limonena sebagai suatu agen kemopreventif. Hal ini menunjukkan adanya peluang pasar yang besar sebagai produk lokal baru yang dapat dipasarkan secara nasional. Adanya aplikasi ini diharapkan produk limonena KJ-Ptk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Hal ini disebabkan selama ini masyarakat petani jeruk di Kalimantan Barat hanya menjual produk buah utuh tanpa adanya diversifikasi dari kulit buah jeruk pontianak. Ditambahkan pula, pengaplikasian limonena KJ-Ptk sebagai agen aromaterapi pelangsing dalam bentuk batang beraroma lebih berkhasiat. Hal ini dikuatkan oleh penelitan Stringger & Donald (2011) yang telah mengaplikasikan produk batang beraroma yang berisiminyak atsiri golongan monoterpena siklik sebagai antikanker alternatif yang praktis dibawa.Potensi pengembangan industri limonena KJ-Ptk yang didapat dari proses destilasi diduga mampu meningkatkan pendapatan petani lokal. Viuda-Martos et al (2010) melaporkan bahwa penggunaan hasil destilasi kulit buah jeruk yang dapat diaplikasikan sebagai bahan pencita rasa ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani jeruk dengan menjual produk limonena sebagai bahan aditif pangan alami. Berdasarkan kasus tersebut, potensi diversifikasi limonena KJ-Ptk diduga juga turut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara analogi kasus. Hal ini diduga disebabkan terbukanya peluang kerja dari peluang tersebut dengan membutuhkan tenaga kerja yang bergerak di bidang produksi dan fabrikasi limonena KJ-Ptk, baik pengemasan maupun pemasarannya sebagai bahan baku farmasetika. Kondisi inilah yang memungkinkan dibutuhkannya tenaga kerja khusus yang sanggup melakukan di bidang ekstraksi dan fabrikasi produk aromaterapi. Hal ini menunjukkan adanya keterbukaan kesempatan dan peluang bagi petani jeruk di Kalimantan Barat.Pada karya tulis ini, penggunaan aplikasi aromaterapi limonena KJ-Ptk yang dikemas dalam suatu produk dapat dipaparkan melalui mekanisme rekomendasi produk oleh tenaga medis sebagai jalur pengenalan produk (Gambar 7). Adanya aplikasi di atas diharapkan mampu meningkatkan nilai guna KJ-Ptk sebagai sumber limonena. Hal ini disebabkan kandungan aktif konsentrat limonena dari KJ-Ptk, diduga berpotensi sebagai trend baru agen kemopreventif. Hal ini disebabkan tingginya aktivitas biologis yang dimiliki oleh limonena sebagai minyak atsiri (Bakkali et al. 2008). Selain itu, masih minimnya penelitian dan pengaplikasian limbah jeruk pontianak sebagai bahan baku farmasetika dengan bahan aktif kandungan limonenanya. Aplikasi ini dapat menjadi suatu aplikasi medis alternatif yang dapat dengan mudah diaplikasikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, limonena yang diekstrak dari KJ-Ptk yang dikemas dalam produk aromaterapi di atas berpotensi sebagai metode baru kemoterapi yang ekonomis dan efektif sekaligus mengenalkan sebagai produk khas Indonesia dari bahan alam Kalimantan Barat.

Gambar 7 Alur rekomendasi pengenalan produk D-limonena KJ-Ptk secara medisBAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanAdapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan karya tulis di atas adalah limonena KJ-Ptk berpotensi diaplikasikan sebagai produk aromaterapi pelangsing alami yang mampu menstimulasi otak pada bagian amigdala dan hipokampus untuk mengaktifkan metabolisme tubuh memproduksi L-dopa dari L-tirosin yang berguna untuk menekan nafsu makan serta memetabolisme deposit lemak menjadi energi.

5.2 SaranAdapun saran yang dapat diberikan pada karya tulis ilmiah ini adalah perlu adanya penelitian nyata untuk membuktikan potensi limonena KJ-Ptk untuk dapat diaplikasikan sebagai aromaterapi pelangsing. Hal ini disebabkan belum adanya optimasi dan diversifikasi bahan alam Kalimantan Barat, khususnya jeruk pontianak untuk menjadi bahan baku farmasetika di bidang aromaterapi.

DAFTAR PUSTAKA[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007. http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/ lapriskesdas. [10 Januari 2013].[WHO] World Health Organization. 1999. Monograph on Selected Medicinal Plant. Jenewa: WHO.Assaat, L.D. 2011. Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bagetta et al. 2010. Neuropharmacology of the essential oil of bergamot. Fitoterapia. 81 (6):453-461.Bakkali et al. 2008. Biological effects of essential oils-A review. Food. Chem. Tox. 46:446-475.Bousbia et al. 2009. A new process for extraction of essential oil from Citrus peels: Microwave hydrofussion and gravity. J. Food. Tech. 90:409-413.Buckle, J. 2003. Clinical Aromatherapy Essential Oils in Practice. Edisi ke-2. Churchill. Living. Stone. Philadelphia.Dachriyanus et al. 2007. Uji Efek A-Mangostin terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dosis 50 (Ld50). J Sains Tek Far. 12 (2):64-72. Espina et al. 2011. Chemical composition of commercial citrus fruit essential oils and evaluation of their antimicrobial activity acting alone or in combined processes. Food. Cont. 22:896-902.Giannessi et al. 2008. Variously substituted derivatives of guanidine, and their use as medicines with anti-diabetes and/or anti-obesity activity. United States Patents No. 7368605. www.upsto.gov. [7 Januari 2013].http.wikipedia.com/jeruk_pontianak. 2012. Jeruk Pontianak. [7 Januari 2013].Junior et al. 2009. Antioxidant potential of aroma compounds obtained by limonena biotransformation of orange essential oil. Food. Chem. 11:8-12.Karoui et al. 2010. Refined corn oil aromatization by Citrus aurantium peel essential oil. Indcrop. 3: 202-207.Kitszler, R. 2010. The role of aromatherapy in postoperative nausea and vomiting. J. PeriAnasthes. Nurs. 25 (3):188-191.Lai et al. 2011. Effectiveness of aroma massage on advanced cancer patients with constipation: A pilot study. Complement. Therapies. Clinic. Pract. 17 (1):37-43.Laverie, S. 2010. Metabolism Booster Dopamine Helps Weight Loss, Increases Energy. [terhubung berkala]. http://www.suite101.com/content/metabolism-booster-dopamine-helps-weight-loss-increases-energy. [5 Januari 2013].Lean et al. 2006. ABC: of obesity: Strategies for Preventing Obesity. Brit Med J. 333:959-962.Lebenthal dan Damayanti, 2007. Obesity as a poverty-related emerging nutrition problem in Indonesia. http://ugm.ac.id.Lota et al. 2000. Chemical variety of peel and leaf essential oils of mandarins from Citrus reticulata Blanco. Biochem. Syst. Ecol. 28:61-78.Mahmud et al. 2009. Volatil components, antioxidant and antimicrobial activity of Citrus acida var. sour lime peel oil. J. Saudi. Chem. Soc. 13:195-198.Maniapoto, K. 2002. Aromatherapy: the language of scent is the sweetest melody. http://nzase.org.nz. [6 Januari 2013].Martin et al. 2010. Biomethanization of orange peel waste. Biortech 101:8993-8999.Rahardjo et al. 2005. Influence of Etanol Extract of Jati belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) On Lipase Enzyme Activity of Rattus norvegicus Serum. Inovasi Vol.4: XVII:48-54.Safithri, M. dan Fahma, F. 2008. Potency of Piper crocatum Decoction as an Antihiperglycemia in Rat Strain Sprague dawley. Hay J Bio. 15 (1): 45-48Singh et al. 2010. Chemical profile, antifungal, antiaflatoxigenic and antioxidant activity of Citrus maxima Burm. and Citrus sinensis (L.) Osbeck essential oils and their cyclic monoterpene, DL-limonena. Food. Chem. Tox. 48:1734-1740.Stringger, J. dan Donald, G. 2011. Aromasticks in cancer care: An innovation not to be sniffed at. Complement. Therap. Clinic. Pract. 17(2):116-121.Utami, M.R. 2011. Fraksinasi senyawa aktif minyak atsiri daun sirih merah (Piper cf. Fragile. Benth) sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.Viuda-Martos et al. 2010. Effect of added citrus fibre and spice essential oils on quality characteristics and shelf-life of mortadella. Meat. Sci. 85:568-576.