KTI.docx
-
Upload
hendri-januri -
Category
Documents
-
view
61 -
download
3
description
Transcript of KTI.docx
Nama : Muhammad Hendri Januri
NIM : 11.0578.86.03
Judul
Pengaruh lama waktu pengapungan terhadap hasil pemeriksaan telur
cacing soil transmited helminths pada metode flotasi NaCl jenuh
1.1 Latar Belakang
Infeksi kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya
parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia, parasit ini mempunyai tubuh
yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak sel (multi seluler). cacing
yang penting atau cacing yang sering menginfeksi tubuh manusia terdiri atas
dua golongan besar yaitu filum Platyhelmithes dan filum Nemathelminthes.
Jenis cacing yang sering ditemukan dapat menimbulkan infeksi adalah
cacing Ascaris Lumbricoides (A. lumbricoides), cacing Trichuris Trichiura (T.
trichiura) dan cacing tambang Necator Americanus (N. americanus) dan
Ancylostoma Duodenalle (A. duodenalle) dan cacing Strongyloides stercoralis
(S. stercoralis) dimana cara penularanya melalui tanah atau yang disebut
dengan Soil Transmitted Helminths atau STH.
Di Indonesia infeksi kecacingan merupakan masalah kesehatan yang
sering dijumpai. Angka kejadian infeksi cacingan yang tinggi tidak terlepas dari
keadaan Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi
serta tanah yang subur yang merupakan lingkungan yang optimal bagi
kehidupan cacing. Infeksi cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di
perkotaan, infeksi kecacingan ini berhubungan erat dengan perilaku hidup
sehat dan hygiene sanitasi lingkungan, infeksi kecacingan bisa menyebabkan
morbiditas yang dapat menyerang semua golongan terutama golongan
penduduk yang kurang mampu sehingga beresiko terinfeksi oleh cacing. Salah
satunya banyak terjadi pada anak usia anak sekolah yang berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka
Infeksi Soil-Transmitted Helminth merupakan masalah global di bidang
kesehatan masyarakat terutama didaerah pedesaan. Tiga jenis infeksi soil-
transmitted helminth Ascaris, Trichiuris dan cacing tambang sering
menunjukkan kelainan klinik pada manusia. Kelompok risiko tinggi infeksi soil-
transmitted helminth adalah anak anak dan wanita usia produktif. Pengendalian
cacing ditujukan pada anak-anak usia sekolah yang tidak saja bermanfaat bagi
mereka tetapi juga bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk seluruh populasi. Obat antelmintik benzimidazole, mebendazole dan
albendazole seringkali digunakan untuk mengobati infeksi ini. Pengunaan obat-
obat ini tidak saja terbatas untuk mengobati gejala-gejala akibat infeksi soil-
transmitted helminth, tetapi juga untuk pencegahan kesakitan secara luas pada
anak-anak yang hidup di daerah endemik.
Untuk mengendalikan infeksi helmint di masyarakat, Badan Kesehatan
Sedunia (World Health Organization) memberikan panduan yang intinya
meliputi tiga tindakan pokok dalam sebuah upaya terpadu, yaitu: kemoterapi,
perbaikan sanitasi dan pendidikan kesehatan.
Infeksi STH tersebar diberbagai negara tropik dan subtropik. Iklim
merupakan determinan utama dari penyebaran infeksi ini, kelembaban dan
suhu yang panas sangat penting bagi perkembangan larva dalam tanah. Faktor
iklim ini meliputi temperatur, curah hujan, cahaya matahari dan angin. Juga
faktor tanah, seperti macam (jenis) tanah, sifat partikel tanah dan cara
pengolahan tanah. Temperatur, sangat penting untuk cacing ini melanjutkan
siklus hidupnya. Setiap jenis cacing mempunyai temperatur optimum yang
berbeda. Untuk perkembangan telur A. Lumbricoides, misalnya, memerlukan
temperatur yang berkisar antara 200 - 250 C˚, T. Trichiura kira-kira 300 C˚ dan
untuk N. Americanus memerlukan temperatur optimum antara 280 - 320 C˚.
Kelembaban juga merupakan faktor penting untuk mempertahankan hidup
cacing. Bila kelembaban rendah maka telur A. Lumbricoides dan T. Trichiura
tidak akan berkembang dengan baik dan larva cacing tambang akan cepat
mati. Kelembaban tanah tergantung pada besarnya curah hujan.
Pada pemeriksaan feses untuk menemukan telur cacing, ada beberapa
metode yang digunakan misalnya metode flotasi dan metode sedimentasi.
Kedua metode ini merupakan cara yang efektif untuk menemukan telur beserta
parasitnya.
Saat ini, belum ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lama waktu
pengapungan pada metode flotasi terhadap hasil pemeriksaan cacing STH
pada metode flotasi. Sehingga penulis berani untuk mengajukan judul tersebut.
Paramater pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa
infeksi cacing STH adalah dengan menggunakan metode Flotasi, dengan
harapan akan lebih mudah didalam melakukan identifikasi cacing STH, karena
sebelumnya telah dilakukan proses pengapungan menggunakan NaCl jenuh
untuk memisahkan dari bahan feses sebelum dilakukan proses pembuatan
preparat dari sampel pemeriksaan selain itu penggunaan sampel yang berlebih
juga akan mempengaruhi kemungkinan ditemukannya telur cacing maupun
larva cacing STH.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya hubungan lama pengapungan terhadap hasil pemeriksaan
telur cacing STH pada metode flotasi NaCl jenuh.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui lama pengapungan yang optimal terhadap hasil
pemeriksaan telur cacing STH.
2. Mengetahui lama pengapungan yang tidak optimal terhadap hasil
pemeriksaan telur cacing STH.
1.3 Hipotesis
Ha : Ada pengaruh lama pengapungan terhadap hasil pemeriksaan telur
cacing STH ada metode flotasi NaCl jenuh
H0 : Tidak ada pengaruh lama pengapungan terhadap hasil pemeriksaan
telur cacing STH ada metode flotasi NaCl jenuh
1.4 Jenis Korelasi
Jenis korelasi yang digunakan adalah korelasi parsial.