kti

47
Judul : “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur Melalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang”. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa SMK dari Program Studi Keahlian Teknik Otomotif dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan dan memelihara alat ukur yang benar. Standar kompetensi yang ditargetkan adalah siswa mampu menggunakan dan memelihara alat ukur dengan benar sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun kondisi di lapangan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, sebagian besar siswa masih kesulitan dalam menggunakan dan memelihara alat ukur. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam menggunakan alat ukur dan membaca hasil pengukuran pada saat proses belajar praktik pemeriksaan komponen-komponen mesin. Banyak siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil

description

Karya tulis ilmiah

Transcript of kti

Page 1: kti

Judul : “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-

Alat Ukur Melalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning

(CTL) Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang”.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur merupakan salah satu kompetensi

yang harus dimiliki siswa SMK dari Program Studi Keahlian Teknik Otomotif dengan

tujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan

dan memelihara alat ukur yang benar. Standar kompetensi yang ditargetkan adalah siswa

mampu menggunakan dan memelihara alat ukur dengan benar sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP).

Namun kondisi di lapangan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, sebagian besar

siswa masih kesulitan dalam menggunakan dan memelihara alat ukur. Hal ini terlihat dari

banyaknya kesalahan siswa dalam menggunakan alat ukur dan membaca hasil

pengukuran pada saat proses belajar praktik pemeriksaan komponen-komponen mesin.

Banyak siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil

pengukuran sehingga berdampak pada kemampuan dan hasil belajar siswa.

Hal tersebut terlihat dari rendahnya hasil belajar (nilai) siswa baik dalam ujian teori

maupun praktik, yakni nilai hasil ujian kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur siswa

kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang Semester 1 Tahun Pelajaran

2014/2015 hanya ± 50 % siswa memperoleh nilai > 75,00 seperti yang terlihat pada

tabel di bawah ini .

Tabel 1.Persentase Nilai Ujian Siswa pada Kompetensi Menggunakan

Page 2: kti

Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR)

SMK Negeri 1 Sintang Tahun Pelajaran 2014/ 2015

No Kelas Jumlah Siswa

Penyebaran Nilai Siswa (%)

<75,00 ≥ 75,00

1 X TKR A 40 23 57.50 % 17 42.50 %

2 X TKR B 40 25 62.50 % 15 37.50 %

Sumber ( Arsip data nilai guru otomotif SMK Negeri 1 Sintang )

Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa nilai ujian kompetensi Menggunakan Alat-

Alat Ukur masih banyak (>50%) berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang telah ditetapkan yaitu 75,00.

Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas guru telah menerapkan metode

pembelajaran demontrasi dengan memperagakan penggunaan alat ukur. Tetapi dalam

pelaksanaan metode tersebut belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa

untuk menggunakan dan memelihara alat ukur yang berdampak pada hasil belajar.

Banyak siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil

pengukuran. Padahal para siswa juga mengetahui bahwa kompetensi MenggunakanAlat-

Alat Ukur ini merupakan salah satu prasyarat untuk mengikuti kompetensi selanjutnya.

Berdasarkan asumsi penulis, rendahnya hasil belajar dan kemampuan siswa dalam

Menggunakan Alat-Alat Ukur disebabkan beberapa faktor, yaitu kurangnya motivasi dan

aktifitas siswa dalam belajar baik dalam belajar teori maupun praktik di bengkel, di mana

dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru.

Guru lebih banyak menyajikan materi dengan metode ceramah, siswa mendengar dan

mencatat ringkasan materi yang diberikan guru. Dalam menjelaskan materi yang

berhubungan keterampilan seperti pada materi cara menggunakan alat ukur, guru hanya

mendemontrasikannya di depan kelas dan siswa hanya memperhatikan. Selama proses

pembelajaran siswa lebih banyak pasif. Walaupun guru telah memberikan kesempatan

Page 3: kti

untuk bertanya mana materi yang belum mengerti, tetapi tetap saja siswa malas bertanya

langsung pada guru. Berdasarkan pengamatan, siswa lebih berani bertanya kepada

temannya yang pandai dan mempunyai kemampuan akademik yang baik.

Oleh sebab itu, diharapkan guru mampu mencari solusi dari permasalahan di atas dan

mampu memfasilitasi siswa untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan sesama

temannya, berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga siswa

dapat menguasai kompetensi yang diajarkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang

cocok agar pembelajaran kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur lebih berkualitas dan

siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas adalah dengan

menerapkan model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL). Penerapan model

belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat meningkatkan

aktifitas dan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal.

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-

Alat UkurMelalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning

(CTL) Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang”.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan beberapa identifikasi

masalahnya, yaitu sebagai berikut :

Page 4: kti

a. Siswa kurang aktif dalam belajar.

b. Siswa kurang motivasi dalam belajar.

c. Proses pembelajaran praktik kurang optimal.

d. Interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran kelompok belum dikembangkan

secara optimal.

e. Hasil belajar siswa pada kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur rendah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini

dibatasi pada hasil belajar siswapada kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur melalui

penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa Kelas X

Teknik Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 1 Sintang Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan, dapat

dirumuskan masalahnya adalah: “Apakah dengan Menerapkan Model Belajar Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi

Menggunakan Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri

1 Sintang ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Tindakan ini adalah untuk memperoleh informasi peningkatan hasil

belajar siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan

menggunakan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL)pada

pembelajaran kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur. Hasil akhir yang diharapkan

adalah agar hasil penelitian dapat:

1) Meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar;

2) Meningkatkan hasil evaluasi belajar siswa;

3) Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas maupun di bengkel.

F. Manfaat Penelitian

Page 5: kti

Setelah penelitian ini dilaksanakan, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian

ini adalah antara lain:

1) Bagi Siswa

a. Untuk dapat belajar lebih aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab.

c. Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya menggunakan dan memelihara

alat ukur.

d. Memperoleh nilai ujian minimal 75,00 (sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal).

2) Bagi Guru

a. Meningkatkan kreatifitas guru.

b. Dapat menyusun suatu strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

siswa.

c. Meningkatkan kinerja guru.

3) Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan mengambil kebijakan terutama dalam menyediakan fasilitas

belajar yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoritis

Page 6: kti

Dalam kajian teoritis ini akan dibahas tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa

dengan menerapkan model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur

1. Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

a. Hakikat Belajar

Pembelajaran meliputi dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Belajar mengacu pada

kegiatan siswa sedangkan mengajar mengacu pada kegiatan guru. Belajar pada

hakekatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Pengertian belajar ini

para ahli psikologi pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan

bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

MenurutAhmadi (2005:17)“Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman

dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.”

Sedangkan menurut Usman (1999:5) “Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah

laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan

lingkungannya.”

Walaupun terdapat perbedaan rumusan pengertian belajar, namun pada hakekatnya

pendapat di atas mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Depdiknas (2008:3) menjelaskan ciri-ciri belajar, yaitu:

1) Pelakunya adalah siswa yang bertindak belajar atau pembelajar.

2) Tujuan belajar adalah memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.

3) Prosesnya terjadi secara internal pada diri pembelajar.

4) Tempat belajar di sembarang tempat.

5) Lama belajar sepanjang hayat.

6) Syarat terjadinya belajar yaitu ada motivasi belajar yang kuat.

7) Ukuran keberhasilan dari belajar adalah dapat memecahkan masalah.

8) Faedah belajar bagi pembelajar adalah dapat mempertinggi martabat pribadi.

Page 7: kti

9) Hasil belajar adalah dampak yang diperoleh dari pengajar

Menurut Hamzah (2009:1) “Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk

membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi

dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan

keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan”. Sedangkan Menurut Suryosubroto (1997:19) ”Proses pembelajaran meliputi

kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai

evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.”

Selanjutnya Winkel dan Paulina (2001:24) “Pembelajaran sebagai aktivitas mental dan

fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan

perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, bersifat tetap dan membekas.”

Pembelajaran bukan proses pemindahan pengetahuan melainkan suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa membentuk pengetahuan, mengkonstruksi makna secara jelas dan

kritis dalam menghadapi fenomena baru dan menemukan cara-cara pemecahan

permasalahan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu kegiatan

atau proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku siswa berubah ke

arah yang lebih baik untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh melalui kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan

keputusan melalui penilaian kelas. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran

berlangsung dapat dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan

hasil belajar yang akan dinilai. Dari hasil belajar diperoleh profil kemampuan siswa

dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar. Untuk mengetahui penguasaan setiap siswa

terhadap mata pelajaran tertentu maka perlu dilaksanakan evaluasi. Dari hasil evaluasi

itulah akan dapat diketahui kemajuan siswa.

Menurut Winarno ( 1986 : 88 ) “Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk

akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah

Page 8: kti

laku”. Kemampuan siswa dalam menguasai konsep pengetahuan yang disampaikan oleh

guru akan bervariasi hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa

melalui penilaian. Selanjutnya Hamzah (2009:139) ”Hasil belajar biasanya mengikuti

pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.”

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu

hal yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang digunakan

untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai dan memahami materi

pelajaran. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan suatu hal yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai dan

memahami materi pelajaran.

2. Tinjauan Tentang Kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur

a. Hakikat Kompetensi

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan dalam Mulyasa (2004 :

45) mengemukakan bahwa kompetensi:

‘… is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which

become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular

cognitive, affective, and psychomotor behaviours”.

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat

melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Sejalan dengan itu, Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 222) mengartikan

kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi

yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran

sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara

tugas-tugas yang dipelajari siswa di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh

dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerja sama yang baik antara pendidikan

dengan dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang

perlu diajarkan kepada siswa di sekolah.

Page 9: kti

Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat

dinilai, sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman

langsung.Siswa perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang

akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-

kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu

dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja siswa, dengan bukti penguasaan mereka

terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar. Dengan

demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian tidak

dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.

Dalam materi pelatihan KTSP dijelaskan bahwa ”Kompetensi adalah kemampuan

bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,

sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa” (Depdiknas : 2008). Berkaitan dengan

perumusan tersebut, maka kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan

indikator yang dapat diukur dan diamati.

Berdasarkan batasan pengertian kompetensi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur adalah hasil yang telah dicapai siswa melalui

suatu kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat dilakukan secara individu maupun dan

secara kelompok.Tujuan pembelajaran kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur adalah

agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan dan

memelihara alat ukur dengan benar. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka proses

pembelajaran kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur dalam tahapan-tahapan sebagai

berikut ; (1) kegiatan belajar pengetahuan yaitu siswa mempelajari tentang

mengidentifikasi alat-alat ukur, cara menggunakan alat-alat ukur dan merawat alat-alat

ukur.(2) Kegiatan pembelajaran praktik, siswa belajar menggunakan alat-alat ukur

mekanik, menggunakan alat-alat ukur pneumatic, menggunakan alat-alat ukur

elektrik/elektronik dan merawat alat-alat ukur.Keberhasilan pembelajaran tidak hanya

dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi proses

pembelajarannya. Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan

Page 10: kti

siswa dan antara siswa dengan siswa, karena keduanya mempunyai hubungan timbal

balik.

b. Menggunakan Alat-Alat Ukur

Alat ukur merupakan peralatan yang sangat penting dalam pemeriksaan/perawatan

pengukuran kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua.Alat ukur terdiri dari

alat ukur mekanis, alat ukur pneumatic dan alat ukur elektronis.Alat ukur pneumatic

adalah alat ukur yang bekerja karena pengaruh tekanan ataupun karena adanya perbedaan

tekanan pada gas, udara dan zat lain.Sedangkan alat ukur elektronis merupakan salah satu

alat ukur yang bekerja atas dasar arus yang mengalir.

1) Alat-alat Ukur Mekanis

Jangka Sorong (Vernier caliver/Mistar geser)

Gambar 2.1 Jangka Sorong (Vervier caliper/Mistargeser)

Jangka Sorong atau Vernier caliver digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter

dalam dan mengukur kedalaman ketelitiannya adalah 0,05 mm, 0,02 mm dan 0,1 mm.

Page 11: kti

b) Dial Indikator

Fungsi Dial Indikator:

Mengukur permukaan bidang datar.

Mengukur kebulatan sebuah poros

Mengukur kerataan dinding silinder

Berdasarkan batas ukurnya Dial gauge terbagi atas :

Dial gauge ketelitian 0,01 mm è Batas ukur s/d = 10 mm

Dial gauge ketelitian 0,001 mm è Batas ukur s/d = 1 mm

Dial gauge ketelitian 0,0005 mm è Batas ukur s/d = 0,25 mm

Gambar 2.2 Dial Indikator

Page 12: kti

c) Silinder Bore Gauge

Fungsi silinder bore gauge adalah untuk mengukur garis tengah bagian dalam dari sebuah

benda kerja, seperti: Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain.

Gambar 2.3 Silinder Bore Gauge

d) Mikrometer

FUNGSI :

Mengukur benda kerja dengan lebih teliti (presisi) pada bagian luar, bentuk kubus,

persegi panjang, bujur sangkar atau bulat (Out Side Micrometer).

Mengukur benda kerja dengan lebih teliti (presisi) pada bagian dalam, bentuk pipa

bulat, segi empat dll (Inside Micrometer)

Micrometer dibagi menjadi dua macam:

Outside micrometer: mengukur diameter luar.

Inside micrometer: mengukur diameter dalam

Kedua alat ini memiliki ketelitian 0,01 mm, satu putaran thimble terdiri dari 50 strip (0,5

mm)

Page 13: kti

Gambar 2.4 Mikrometer luardan mikrometer dalam

2) Alat-Alat Ukur Pneumatic

a) Tire gauge : Fungsinya untuk mengukur tekanan angin ban Satuan ukuran dalam “

Psi “ atau Bar

Gambar 2.5 : Pengukur tekanan angin ban

b) Compression Tester

Berfungsi untuk mengukur tekanan kompresi yang terjadi di dalam silinder Satuan

ukuran dalam “ Psi “ atau Kg/cm2.

Gambar 2.6 Compression Tester

Page 14: kti

c) Fuel Pressure Tester dan Vacum Tester

Alat ukur tekanan dan kevacuuman digunakan untuk menguji kevacuuman pada saluran

masuk sebuah engine atau besarnya tekanan pompa bahan bakar.

Gambar 2.7 Fuel Pressure Tester dan Vacum Tester

d) Kunci Momen (Tension wrench)

Berfungsi untuk mengencangkan baut atau mur sesuai dengan torsi/momen tertentu.

Satuan ukuran dalam Kg.m atau N.m

Gambar 2.8 : Kunci Momen

Page 15: kti

e) Hidrometer

Berfungsi untuk melakukan pengukuran berat jenis battery

Gambar 2.9 : Hidrometer

3) Alat-Alat Ukur Elektrik / Elektronik

a) Multitester

Fungsi dan Konstruksi

Multi tester adalah alat pengetes kelistrikan. Penggunaannya untuk mengukur tegangan

DC dan AC, tahanan dan arus DC dan AC. Multi tester dibagi menjadi dua yaitu tipe

digital dan tipe analog.

Gambar 2.10 : Multitester

Page 16: kti

b) Engine Tune Up Tester

Tune up tester adalah alat yang berfungsi untuk memeriksa breaker point, dwell angle,

putaran mesin (rpm), tegangan battery, sistem pengisian dan kevakuman dari intake

manifold.

Gambar 2.11 Engine Tune Up tester

3. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar yang diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang untuk dihapal. Melihat

kondisi yang demikian, siswa akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk

menghindari dan mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep

penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di antaranya

adalah pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).

Page 17: kti

a. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Yang dimaksud dengan Pembelajaran kontekstual menurut Best (2001) adalah:

Contextual Learning :

“A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations

and motivates students to make connections between knowledge and its applications to

their lives as family members, citizens, and workers.”

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu model

pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan

menyukseskan implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Nurhadi

(2004:103) menyatakan bahwa :

“Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan

antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan diterapkannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha

siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. “

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL)

merupakan suatu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isi mata pelajaran

dengan situasi keadaan di dunia nyata (real world) dan memotivasi siswa untuk lebih

memahami hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupannya sebagai

anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja. Guru sebagai fasilitator lebih banyak

mengembangkan strategi pembelajaran dibanding mengajar atau memberi informasi,

mengelola kelas sebagai tim bekerja untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi

anggota tim (siswa). Guru mendorong kegiatan pembelajaran agar siswa mengkonstruksi

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dengan cara menemukan sendiri (inquiry). Siswa

didorong untuk membentuk masyarakat belajar (learning community) selalu aktif

bertanya (questioning), kreatif, menggunakan waktu secara efektif, efesien dalam suasana

hati yang menyenangkan.

Page 18: kti

b. Karakteristik Pembelajaran CTL

1) Kerjasama

2) Saling menunjang

3) Menyenangkan

4) Tidak membosankan

5) Belajar dengan bergairah

6) Pembelajaran terintegrasi

7) Menggunakan berbagai sumber

8) Siswa aktif

Guna mewujudkan model pembelajaran CTL yang memiliki karakteristik seperti di atas,

seorang guru perlu mengkondisikan dan mempersiapkan materi pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran serta mengkaitkannya dengan realitas dan kebenaran

(kontruktivisme). Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru sebagai pengajar

adalah:

1) Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu

kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.

2) Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan,

membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan

justifikasi.

3) Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar

siswa berjalan dengan baik, sehingga proses belajar lebih ditekankan pada siswa

yang belajar.

c. Komponen CTL

1) Inquiry (merumuskan masalah)

Bagaimanakah cara melukiskan suasana kerja di suatu unit kerja. Dapat dilakukan

antara lain dengan melakukan:

a) Mengamati atau melakukan observasi

b) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan atau gambar.

Page 19: kti

c) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,

guru, atau audien yang lain.

2) Questioning ( bertanya)

Questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,

antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

Bisa juga dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati atau

ketika menemui kesulitan.

3) Konstruktivisme

Merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja praktek mengerjakan sesuatu,

berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan ide.

4) Learning Community (masyarakat belajar)

Dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran dan materi yang akan

diberikan, antara lain pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli

ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat atau bekerja dengan kelas di atasnya, serta

bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.

5) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil.Menilai pengetahuan dan

keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa.Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi

juga bisa teman atau orang lain.Karakteristik Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah

proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.Yang

diukur pengetahuan dan keterampilan, bukan mengingat fakta, tetapi berkesinambungan,

terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back.

Page 20: kti

6) Modeling (permodelan)

Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model dari siswa yang memiliki suatu

kelebihan untuk mendemonstrasikan kemampuannya atau dari pihak luar yang bertindak

sebagai native speaker.

7) Reflection (refleksi)

Bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum

diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Realisasinya dapat

berupa:

a) Pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu.

b) Catatan atau jurnal siswa.

c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.

d) Diskusi.

e) Hasil karya.

d. Konsep Model Pembelajaran CTL

Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar

kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.

Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi

mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar.

Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran

kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.

Secara garis besar penerapan pendekatan dalam belajar memiliki 7 (tujuh) langkah

sebagai berikut (Nurhadi, 2002: 10):

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri membangun pengetahuan dan keterampilan barunya.

Page 21: kti

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri pada semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar kelompok).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian dengan berbagai cara.

Menurut (Nurhadi, 2002:5) Dalam konsep pendekatan CTL ada 3 (tiga) unsur yang harus

dipahami yaitu:

1) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,

artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara sadar. Proses

belajar dalam CTL tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan

tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

2) CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari

dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap

hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini

sangat penting, sebab dengan mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan

kehidupan nyata akan memberikan makna secara fungsional serta akan lama

tertahan dalam memori siswa sehingga materi yang telah dipelajari tidak akan

mudah terlupakan.

3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL

bukan hanya mengharapkan siswa memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi

bagaimana materi itu mewarnai prilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakikat makna dan manfaat

belajar sehingga mereka akan rajin belajar dan termotivasi untuk senantiasa belajar.

Selama pembelajaran, guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran berupa hafalan,

tetapi mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar terjadi keberhasilan pembelajaran

sesuai yang diharapkan.

Page 22: kti

Pelaksanaan model pembelajaran CTL, dilaksanakan dengan langkah sebagai

berikut :

1) Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.

2) Memahami latar belakang, dan prediksi pekerjaan dimasa mendatang bagi siswa.

3) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari

dengan latar belakang, dan prediksi pekerjaan yang akan ditekuni dimasa depan

bagi siswa.

4) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa

yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena

kehidupan sehari-hari, serta mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang

merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.

5) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan siswa

untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap

pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan

menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya. (Depdiknas (2003:17).

B. Kerangka Konseptual

Secara grafis pemikiran yang dilakukan peneliti dapat digambarkan dengan bentuk

diagram sebagai berikut :

Diagram 1. Kerangka Berpikir

Page 23: kti

Deskripsi kerangka berpikir:

1. Kondisi awal, guru belum memanfaatkan pendekatan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan kelompok, dengan metode-metode: ceramah, tanya

jawab, demonstrasi dan diskusi. Hasilnya, banyak siswa yang masih mengalami

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru Menggunakan Metode Konvensional

(Ceramah)

Motivasi dan hasil belajar rendah

Guru Menggunakan Model CTL

Siklus I

Siklus II

Hasil belajar meningkat.Ketuntasan belajar meningkatMotivasi meningkat

Page 24: kti

kesulitan dalam memahami kompetensi Menggunakan Alat-alat Ukur sehingga hasil

belajar masih rendah.

2. Agar semua siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran dan kualitas pembelajaran

meningkat , maka perlu tindakan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu dengan

menerapkan pendekatan model belajar Contextual Teaching and Learning

(CTL)dalam proses pembelajaran.

3. Pada Siklus 1: guru memanfaatkan pendekatan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Adapun wujud

pengalaman nyata untuk siswa, diberikan melalui metode belajar kelompok (learning

community), metode pemodelan denagn tahapan-tahapan skenario pembelajarannya.

4. Pada Siklus 2: guru memanfaatkan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Adapun wujud pengalaman nyata untuk

siswa, difokuskan melalui metode inkuiri, belajar praktik langsung menggunakan

media konkrik dan bermodel teman sejawat. Materi pelajaran yang dipelajari sesuai

modul.

5. Dari kondisi siklus 1 ke siklus 2 diharapkan hasil belajar siswa pada kompetensi

Menggunakan alat-alat ukur meningkat.

6. Pada kondisi akhir, diduga melalui pemanfaatan pendekatan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X

Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang pada kompetensi

Menggunakan alat-alat ukur.

B. Hipotesis Tindakan

Melalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X

Teknik Kendaraan Ringan 1 SMK SMK Negeri 1 Sintang.

Page 25: kti

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Uraian tentang setting penelitian meliputi rincian waktu yang dialokasikan untuk

penyelenggaraan/pelaksanaan penelitian, dan informasi tentang tempat

diselenggarakannya penelitian tindakan ini.

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas X Teknik Kendaraan Ringan 1

SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah siswa 36 orang, karena kelas tersebut tingkat

kemampuannya rata-rata sedang dan peneliti mengajar dikelas tersebut.

2. Lokasi Penelitian

Nama sekolah : SMK Negeri 1 Sintang

Alamat : Jl. Raya Sintang-Pontianak Km. 8 Sui.Ukoi

Kecamatan : Sei. Tebelian

Kabupaten/Kota : Sintang

Provinsi : Kalimantan Barat

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama 2 (dua ) bulan yaitu pada bulan Januari sampai

dengan bulan Agustus 2014 tepatnya pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

Waktu penelitian ini sesuai dengan program pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan

Teknik Kendaraan Ringan yang telah ditetapkan pada Kurikulum Program Studi

Keahlian Teknik Otomotif SMK Negeri 1 Sintang Semester Genap tahun pelajaran

Page 26: kti

2014/2015 dengan kompetensi yang diajarkan saat itu adalah Menggunakan Alat-Alat

Ukur.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1

Sintang dengan jumlah siswa 40 orang laki-laki dengan tingkat kemampuan rata-rata

sedang.

C. Sumber Data

Data primer, yang merupakan hasil belajar siswa, diperoleh dari subyek penelitian, yaitu

seluruh siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A tahun pelajaran 2014/2015 dengan

jumlah siswa 40 orang, sedangkan data sekunder diperoleh dari temuan guru lain yang

menjadi team teaching dalam proses pembelajaran di kelas tersebut.

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpul Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpul data yang digunakan adalah: teknik tes dan teknik

non tes. Teknik tes digunakan ketika pengumpulan data tentang tingkat pemahaman

kognitif siswa. Sedangkan teknik non tes digunakan sebagai sarana pengumpulan data

tentang perubahan sikap/ perilaku yang terjadi.

2. Alat Pengumpulan Data

Saat pengumpulan data dengan teknik tes, alat yang digunakan adalah soal tes, sedangkan

ketika pengumpulan data dengan teknik non tes, alat yang digunakan adalah

lembar/pemandu observasi.

Page 27: kti

E. Validasi data

Untuk data kuantitatif, ditetapkan untuk dilakukan validasi teoritik, dengan cara

memeriksa instrumen dan kisi-kisi yang telah di buat. Sedangkan untuk data kualitatif,

dilakukan validasi melalui triangulasi, baik triangulasi sumber maupun trianggulasi

metode.

F. Analisis Data

Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif, yaitu

membandingkan nilai tes pada kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes

setelah siklus 2. Sedangkan data hasil observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Analisis data bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar.

Dalam analisis nilai digunakan rumus :

Rata-rata hitung :

Keterangan :

G. Indikator Kinerja

Indikator Keberhasilan dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

telah ditetapkan dalam KTSP Teknik Otomotif SMK Negeri 2 Sungai Penuh tahun

pelajaran 2011, yaitu :

Page 28: kti

1. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu, jika siswa tersebut telah menguasai

70% dari materi yang diuji.

2. Siswa dikatakan tuntas secara klasikal bila 85% dari seluruh pengikut tes sudah

menguasai 70% dari materi yang diujikan.

H. Prosedur Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yang

mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (refecting).

1. Persiapan penelitian tindakan

Adapun persiapan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi :

a. Guru peneliti membuat perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan menyusun modul pembelajaran. Untuk mengetahui RPP

dan Modul sudah valid dan layak pakai maka RPP dan modul dibahas bersama guru

mitra team teching dan mitra kolaborasi yang juga mengajar kompetensi yang sama.

b. Mempersiapkan job sheet yang akan digunakan pada saat proses belajar praktik di

bengkel. Job sheet diberikan kepada siswa sebagai panduan siswa dalam

melakukan kegiatan praktik

c. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kesiapan siswa

dalam belajar dan untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dan di bengkel,

yaitu lembar observasi aktifitas siswa.

Page 29: kti

d. Mempersiapkan sumber-sumber, alat dan bahan yang digunakan saat proses

pembelajaran di kelas/bengkel.

e. Mempersipkan perangkat penilaian yaitu; format penilaian unjuk kerja (praktik),

penilaian ujian teori dan kisi-kisinya.

f. Membentuk kelompok-kelompok belajar praktik, yaitu membagi siswa menjadi 6

kelompok, masing-masing beranggotakan 6 orang dengan tingkat kemampuan

siswa yang berbeda. Setiap kelompok ditunjuk satu orang sebagai ketua kelompok.

2. Siklus Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus terdiri

dari 3 kali pertemuan. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan pada siklus pertama,

direfleksikan bersama teman kolaborator dalam suatu pertemuan kolaborasi untuk

mencari penyebabnya. Selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan

untuk diterapkan pada siklus kedua.

a. Siklus 1

1) Perencanaan (planning)

a) Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.

b) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.

c) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d) Memilih materi pembelajaran yang sesuai

e) Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL).

f) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan.

g) Menyusun lembar kerja (job sheet) siswa

h) Membuat rencana kegiatan awal (apersepsi)

i) Membuat rencana kegiatan pokok

Page 30: kti

j) Membuat rencana kegiatan penutup

k) Mengembangkan format evaluasi.

l) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

2) Pelaksanaan (acting)

a) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

b) Mengadakan tanya jawab tentang alat-alat ukur yang biasa di gunakan di bengkel

otomotif.

b) Membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan

6 orang siswa yang heterogen.

c) Menugaskan siswa untuk mengidentifikasi alat ukur yang digunakan di bengkel

otomotif, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok.

d) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok

e) Diskusi pembahasan semua hasil kelompok

f) Menyimpulkan bersama-sama

g) Membuat laporan hasil kerja secara berkelompok dan individu

h) Melaksanakan evaluasi

3) Observasi (observing)

a) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk

mengamati situasi pembelajaran, mengamati keaktifan siswa dan kemampuan

siswa.

b) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja (job sheet) siswa.

4) Refleksi

a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah

dan waktu dari setiap macam tindakan.

Page 31: kti

b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran

dan laporan praktik pada lembar kerja (job sheet) siswa.

c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada

siklus berikutnya.

d) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus 1 ini diharapkan minimal 75% dari

seluruh pengikut tes sudah menguasai 70% dari materi yang diujikan.

b. Siklus II

1) Perencanaan

a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasidan penetapan

alternative pemecahan masalah.

b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

c) Pengembangan program tindakan pada siklus II.

2) Tindakan

Pelaksanaan program tindakan pada siklus II mengacu pada identifikasi masalah yang

muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah

ditentukan, antara lain melalui:

a) Membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan

6 orang siswa yang heterogen.

b) Siswa mempelajari materi pelajaran melalui penggalian informasi pada modul

dengan metode diskusi kelompok

c) Siswa mengidentifikasi dan memilih alat-alat ukur dan bahan yang sesuai

berdasarkan tugas pada job sheet.

d) Siswa mengerjakan tugas praktik menggunakan alat ukur dan mendemontrasikan

penggunaan alat ukur.

e) Siswa mendiskusikan hasil praktik di dalam kelompoknya

Page 32: kti

f) Masing-masing kelompok mengutus seorang anggota kelompoknya untuk

mempresentasikan hasil tugas kelompoknya.

g) Siswa menyelesaikan laporan praktik

3) Pengamatan (observing)

a) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk

mengamati situasi pembelajaran, mengamati keaktifan siswa dan kemampuan

siswa.

b) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja (job sheet) siswa.

4) Refleksi

a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah

dan waktu dari setiap macam tindakan.

b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran

dan laporan praktik pada lembar kerja (job sheet) siswa.

c) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan 85% dari seluruh

pengikut tes sudah menguasai 70% dari materi yang diujikan.