kti
-
Upload
henisetiawan -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of kti
Judul : “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-
Alat Ukur Melalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning
(CTL) Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Standar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur merupakan salah satu kompetensi
yang harus dimiliki siswa SMK dari Program Studi Keahlian Teknik Otomotif dengan
tujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan
dan memelihara alat ukur yang benar. Standar kompetensi yang ditargetkan adalah siswa
mampu menggunakan dan memelihara alat ukur dengan benar sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Namun kondisi di lapangan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, sebagian besar
siswa masih kesulitan dalam menggunakan dan memelihara alat ukur. Hal ini terlihat dari
banyaknya kesalahan siswa dalam menggunakan alat ukur dan membaca hasil
pengukuran pada saat proses belajar praktik pemeriksaan komponen-komponen mesin.
Banyak siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil
pengukuran sehingga berdampak pada kemampuan dan hasil belajar siswa.
Hal tersebut terlihat dari rendahnya hasil belajar (nilai) siswa baik dalam ujian teori
maupun praktik, yakni nilai hasil ujian kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur siswa
kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang Semester 1 Tahun Pelajaran
2014/2015 hanya ± 50 % siswa memperoleh nilai > 75,00 seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini .
Tabel 1.Persentase Nilai Ujian Siswa pada Kompetensi Menggunakan
Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
SMK Negeri 1 Sintang Tahun Pelajaran 2014/ 2015
No Kelas Jumlah Siswa
Penyebaran Nilai Siswa (%)
<75,00 ≥ 75,00
1 X TKR A 40 23 57.50 % 17 42.50 %
2 X TKR B 40 25 62.50 % 15 37.50 %
Sumber ( Arsip data nilai guru otomotif SMK Negeri 1 Sintang )
Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa nilai ujian kompetensi Menggunakan Alat-
Alat Ukur masih banyak (>50%) berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan yaitu 75,00.
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas guru telah menerapkan metode
pembelajaran demontrasi dengan memperagakan penggunaan alat ukur. Tetapi dalam
pelaksanaan metode tersebut belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk menggunakan dan memelihara alat ukur yang berdampak pada hasil belajar.
Banyak siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil
pengukuran. Padahal para siswa juga mengetahui bahwa kompetensi MenggunakanAlat-
Alat Ukur ini merupakan salah satu prasyarat untuk mengikuti kompetensi selanjutnya.
Berdasarkan asumsi penulis, rendahnya hasil belajar dan kemampuan siswa dalam
Menggunakan Alat-Alat Ukur disebabkan beberapa faktor, yaitu kurangnya motivasi dan
aktifitas siswa dalam belajar baik dalam belajar teori maupun praktik di bengkel, di mana
dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru.
Guru lebih banyak menyajikan materi dengan metode ceramah, siswa mendengar dan
mencatat ringkasan materi yang diberikan guru. Dalam menjelaskan materi yang
berhubungan keterampilan seperti pada materi cara menggunakan alat ukur, guru hanya
mendemontrasikannya di depan kelas dan siswa hanya memperhatikan. Selama proses
pembelajaran siswa lebih banyak pasif. Walaupun guru telah memberikan kesempatan
untuk bertanya mana materi yang belum mengerti, tetapi tetap saja siswa malas bertanya
langsung pada guru. Berdasarkan pengamatan, siswa lebih berani bertanya kepada
temannya yang pandai dan mempunyai kemampuan akademik yang baik.
Oleh sebab itu, diharapkan guru mampu mencari solusi dari permasalahan di atas dan
mampu memfasilitasi siswa untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan sesama
temannya, berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga siswa
dapat menguasai kompetensi yang diajarkan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang
cocok agar pembelajaran kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur lebih berkualitas dan
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas adalah dengan
menerapkan model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL). Penerapan model
belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal.
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-
Alat UkurMelalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning
(CTL) Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan beberapa identifikasi
masalahnya, yaitu sebagai berikut :
a. Siswa kurang aktif dalam belajar.
b. Siswa kurang motivasi dalam belajar.
c. Proses pembelajaran praktik kurang optimal.
d. Interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran kelompok belum dikembangkan
secara optimal.
e. Hasil belajar siswa pada kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur rendah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini
dibatasi pada hasil belajar siswapada kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur melalui
penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa Kelas X
Teknik Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 1 Sintang Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan masalahnya adalah: “Apakah dengan Menerapkan Model Belajar Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi
Menggunakan Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri
1 Sintang ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan ini adalah untuk memperoleh informasi peningkatan hasil
belajar siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan
menggunakan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL)pada
pembelajaran kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur. Hasil akhir yang diharapkan
adalah agar hasil penelitian dapat:
1) Meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar;
2) Meningkatkan hasil evaluasi belajar siswa;
3) Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas maupun di bengkel.
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
ini adalah antara lain:
1) Bagi Siswa
a. Untuk dapat belajar lebih aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab.
c. Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya menggunakan dan memelihara
alat ukur.
d. Memperoleh nilai ujian minimal 75,00 (sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal).
2) Bagi Guru
a. Meningkatkan kreatifitas guru.
b. Dapat menyusun suatu strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa.
c. Meningkatkan kinerja guru.
3) Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan mengambil kebijakan terutama dalam menyediakan fasilitas
belajar yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teoritis
Dalam kajian teoritis ini akan dibahas tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur
1. Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar
a. Hakikat Belajar
Pembelajaran meliputi dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Belajar mengacu pada
kegiatan siswa sedangkan mengajar mengacu pada kegiatan guru. Belajar pada
hakekatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Pengertian belajar ini
para ahli psikologi pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan
bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
MenurutAhmadi (2005:17)“Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman
dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.”
Sedangkan menurut Usman (1999:5) “Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya.”
Walaupun terdapat perbedaan rumusan pengertian belajar, namun pada hakekatnya
pendapat di atas mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Depdiknas (2008:3) menjelaskan ciri-ciri belajar, yaitu:
1) Pelakunya adalah siswa yang bertindak belajar atau pembelajar.
2) Tujuan belajar adalah memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
3) Prosesnya terjadi secara internal pada diri pembelajar.
4) Tempat belajar di sembarang tempat.
5) Lama belajar sepanjang hayat.
6) Syarat terjadinya belajar yaitu ada motivasi belajar yang kuat.
7) Ukuran keberhasilan dari belajar adalah dapat memecahkan masalah.
8) Faedah belajar bagi pembelajar adalah dapat mempertinggi martabat pribadi.
9) Hasil belajar adalah dampak yang diperoleh dari pengajar
Menurut Hamzah (2009:1) “Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi
dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan”. Sedangkan Menurut Suryosubroto (1997:19) ”Proses pembelajaran meliputi
kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai
evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.”
Selanjutnya Winkel dan Paulina (2001:24) “Pembelajaran sebagai aktivitas mental dan
fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan
perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, bersifat tetap dan membekas.”
Pembelajaran bukan proses pemindahan pengetahuan melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membentuk pengetahuan, mengkonstruksi makna secara jelas dan
kritis dalam menghadapi fenomena baru dan menemukan cara-cara pemecahan
permasalahan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu kegiatan
atau proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku siswa berubah ke
arah yang lebih baik untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh melalui kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan
keputusan melalui penilaian kelas. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran
berlangsung dapat dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan
hasil belajar yang akan dinilai. Dari hasil belajar diperoleh profil kemampuan siswa
dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar. Untuk mengetahui penguasaan setiap siswa
terhadap mata pelajaran tertentu maka perlu dilaksanakan evaluasi. Dari hasil evaluasi
itulah akan dapat diketahui kemajuan siswa.
Menurut Winarno ( 1986 : 88 ) “Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk
akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah
laku”. Kemampuan siswa dalam menguasai konsep pengetahuan yang disampaikan oleh
guru akan bervariasi hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa
melalui penilaian. Selanjutnya Hamzah (2009:139) ”Hasil belajar biasanya mengikuti
pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu
hal yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang digunakan
untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai dan memahami materi
pelajaran. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu hal yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai dan
memahami materi pelajaran.
2. Tinjauan Tentang Kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur
a. Hakikat Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan dalam Mulyasa (2004 :
45) mengemukakan bahwa kompetensi:
‘… is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which
become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular
cognitive, affective, and psychomotor behaviours”.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Sejalan dengan itu, Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 222) mengartikan
kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi
yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran
sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara
tugas-tugas yang dipelajari siswa di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh
dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerja sama yang baik antara pendidikan
dengan dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang
perlu diajarkan kepada siswa di sekolah.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat
dinilai, sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman
langsung.Siswa perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang
akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-
kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu
dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja siswa, dengan bukti penguasaan mereka
terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar. Dengan
demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian tidak
dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.
Dalam materi pelatihan KTSP dijelaskan bahwa ”Kompetensi adalah kemampuan
bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa” (Depdiknas : 2008). Berkaitan dengan
perumusan tersebut, maka kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan
indikator yang dapat diukur dan diamati.
Berdasarkan batasan pengertian kompetensi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur adalah hasil yang telah dicapai siswa melalui
suatu kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat dilakukan secara individu maupun dan
secara kelompok.Tujuan pembelajaran kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur adalah
agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan dan
memelihara alat ukur dengan benar. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka proses
pembelajaran kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut ; (1) kegiatan belajar pengetahuan yaitu siswa mempelajari tentang
mengidentifikasi alat-alat ukur, cara menggunakan alat-alat ukur dan merawat alat-alat
ukur.(2) Kegiatan pembelajaran praktik, siswa belajar menggunakan alat-alat ukur
mekanik, menggunakan alat-alat ukur pneumatic, menggunakan alat-alat ukur
elektrik/elektronik dan merawat alat-alat ukur.Keberhasilan pembelajaran tidak hanya
dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi proses
pembelajarannya. Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa, karena keduanya mempunyai hubungan timbal
balik.
b. Menggunakan Alat-Alat Ukur
Alat ukur merupakan peralatan yang sangat penting dalam pemeriksaan/perawatan
pengukuran kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua.Alat ukur terdiri dari
alat ukur mekanis, alat ukur pneumatic dan alat ukur elektronis.Alat ukur pneumatic
adalah alat ukur yang bekerja karena pengaruh tekanan ataupun karena adanya perbedaan
tekanan pada gas, udara dan zat lain.Sedangkan alat ukur elektronis merupakan salah satu
alat ukur yang bekerja atas dasar arus yang mengalir.
1) Alat-alat Ukur Mekanis
Jangka Sorong (Vernier caliver/Mistar geser)
Gambar 2.1 Jangka Sorong (Vervier caliper/Mistargeser)
Jangka Sorong atau Vernier caliver digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter
dalam dan mengukur kedalaman ketelitiannya adalah 0,05 mm, 0,02 mm dan 0,1 mm.
b) Dial Indikator
Fungsi Dial Indikator:
Mengukur permukaan bidang datar.
Mengukur kebulatan sebuah poros
Mengukur kerataan dinding silinder
Berdasarkan batas ukurnya Dial gauge terbagi atas :
Dial gauge ketelitian 0,01 mm è Batas ukur s/d = 10 mm
Dial gauge ketelitian 0,001 mm è Batas ukur s/d = 1 mm
Dial gauge ketelitian 0,0005 mm è Batas ukur s/d = 0,25 mm
Gambar 2.2 Dial Indikator
c) Silinder Bore Gauge
Fungsi silinder bore gauge adalah untuk mengukur garis tengah bagian dalam dari sebuah
benda kerja, seperti: Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain.
Gambar 2.3 Silinder Bore Gauge
d) Mikrometer
FUNGSI :
Mengukur benda kerja dengan lebih teliti (presisi) pada bagian luar, bentuk kubus,
persegi panjang, bujur sangkar atau bulat (Out Side Micrometer).
Mengukur benda kerja dengan lebih teliti (presisi) pada bagian dalam, bentuk pipa
bulat, segi empat dll (Inside Micrometer)
Micrometer dibagi menjadi dua macam:
Outside micrometer: mengukur diameter luar.
Inside micrometer: mengukur diameter dalam
Kedua alat ini memiliki ketelitian 0,01 mm, satu putaran thimble terdiri dari 50 strip (0,5
mm)
Gambar 2.4 Mikrometer luardan mikrometer dalam
2) Alat-Alat Ukur Pneumatic
a) Tire gauge : Fungsinya untuk mengukur tekanan angin ban Satuan ukuran dalam “
Psi “ atau Bar
Gambar 2.5 : Pengukur tekanan angin ban
b) Compression Tester
Berfungsi untuk mengukur tekanan kompresi yang terjadi di dalam silinder Satuan
ukuran dalam “ Psi “ atau Kg/cm2.
Gambar 2.6 Compression Tester
c) Fuel Pressure Tester dan Vacum Tester
Alat ukur tekanan dan kevacuuman digunakan untuk menguji kevacuuman pada saluran
masuk sebuah engine atau besarnya tekanan pompa bahan bakar.
Gambar 2.7 Fuel Pressure Tester dan Vacum Tester
d) Kunci Momen (Tension wrench)
Berfungsi untuk mengencangkan baut atau mur sesuai dengan torsi/momen tertentu.
Satuan ukuran dalam Kg.m atau N.m
Gambar 2.8 : Kunci Momen
e) Hidrometer
Berfungsi untuk melakukan pengukuran berat jenis battery
Gambar 2.9 : Hidrometer
3) Alat-Alat Ukur Elektrik / Elektronik
a) Multitester
Fungsi dan Konstruksi
Multi tester adalah alat pengetes kelistrikan. Penggunaannya untuk mengukur tegangan
DC dan AC, tahanan dan arus DC dan AC. Multi tester dibagi menjadi dua yaitu tipe
digital dan tipe analog.
Gambar 2.10 : Multitester
b) Engine Tune Up Tester
Tune up tester adalah alat yang berfungsi untuk memeriksa breaker point, dwell angle,
putaran mesin (rpm), tegangan battery, sistem pengisian dan kevakuman dari intake
manifold.
Gambar 2.11 Engine Tune Up tester
3. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar yang diartikan sebagai
kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang untuk dihapal. Melihat
kondisi yang demikian, siswa akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk
menghindari dan mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep
penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di antaranya
adalah pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Yang dimaksud dengan Pembelajaran kontekstual menurut Best (2001) adalah:
Contextual Learning :
“A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations
and motivates students to make connections between knowledge and its applications to
their lives as family members, citizens, and workers.”
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu model
pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan
menyukseskan implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Nurhadi
(2004:103) menyatakan bahwa :
“Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan diterapkannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. “
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL)
merupakan suatu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isi mata pelajaran
dengan situasi keadaan di dunia nyata (real world) dan memotivasi siswa untuk lebih
memahami hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupannya sebagai
anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja. Guru sebagai fasilitator lebih banyak
mengembangkan strategi pembelajaran dibanding mengajar atau memberi informasi,
mengelola kelas sebagai tim bekerja untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi
anggota tim (siswa). Guru mendorong kegiatan pembelajaran agar siswa mengkonstruksi
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dengan cara menemukan sendiri (inquiry). Siswa
didorong untuk membentuk masyarakat belajar (learning community) selalu aktif
bertanya (questioning), kreatif, menggunakan waktu secara efektif, efesien dalam suasana
hati yang menyenangkan.
b. Karakteristik Pembelajaran CTL
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan
4) Tidak membosankan
5) Belajar dengan bergairah
6) Pembelajaran terintegrasi
7) Menggunakan berbagai sumber
8) Siswa aktif
Guna mewujudkan model pembelajaran CTL yang memiliki karakteristik seperti di atas,
seorang guru perlu mengkondisikan dan mempersiapkan materi pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta mengkaitkannya dengan realitas dan kebenaran
(kontruktivisme). Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru sebagai pengajar
adalah:
1) Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.
2) Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan,
membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan
justifikasi.
3) Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
siswa berjalan dengan baik, sehingga proses belajar lebih ditekankan pada siswa
yang belajar.
c. Komponen CTL
1) Inquiry (merumuskan masalah)
Bagaimanakah cara melukiskan suasana kerja di suatu unit kerja. Dapat dilakukan
antara lain dengan melakukan:
a) Mengamati atau melakukan observasi
b) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan atau gambar.
c) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien yang lain.
2) Questioning ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,
antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Bisa juga dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati atau
ketika menemui kesulitan.
3) Konstruktivisme
Merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja praktek mengerjakan sesuatu,
berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan ide.
4) Learning Community (masyarakat belajar)
Dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran dan materi yang akan
diberikan, antara lain pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli
ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat atau bekerja dengan kelas di atasnya, serta
bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.
5) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil.Menilai pengetahuan dan
keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa.Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi
juga bisa teman atau orang lain.Karakteristik Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.Yang
diukur pengetahuan dan keterampilan, bukan mengingat fakta, tetapi berkesinambungan,
terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back.
6) Modeling (permodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model dari siswa yang memiliki suatu
kelebihan untuk mendemonstrasikan kemampuannya atau dari pihak luar yang bertindak
sebagai native speaker.
7) Reflection (refleksi)
Bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum
diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Realisasinya dapat
berupa:
a) Pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu.
b) Catatan atau jurnal siswa.
c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
d) Diskusi.
e) Hasil karya.
d. Konsep Model Pembelajaran CTL
Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar
kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.
Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar.
Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran
kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
Secara garis besar penerapan pendekatan dalam belajar memiliki 7 (tujuh) langkah
sebagai berikut (Nurhadi, 2002: 10):
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri membangun pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri pada semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian dengan berbagai cara.
Menurut (Nurhadi, 2002:5) Dalam konsep pendekatan CTL ada 3 (tiga) unsur yang harus
dipahami yaitu:
1) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara sadar. Proses
belajar dalam CTL tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2) CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata akan memberikan makna secara fungsional serta akan lama
tertahan dalam memori siswa sehingga materi yang telah dipelajari tidak akan
mudah terlupakan.
3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL
bukan hanya mengharapkan siswa memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi itu mewarnai prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakikat makna dan manfaat
belajar sehingga mereka akan rajin belajar dan termotivasi untuk senantiasa belajar.
Selama pembelajaran, guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran berupa hafalan,
tetapi mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar terjadi keberhasilan pembelajaran
sesuai yang diharapkan.
Pelaksanaan model pembelajaran CTL, dilaksanakan dengan langkah sebagai
berikut :
1) Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.
2) Memahami latar belakang, dan prediksi pekerjaan dimasa mendatang bagi siswa.
3) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari
dengan latar belakang, dan prediksi pekerjaan yang akan ditekuni dimasa depan
bagi siswa.
4) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena
kehidupan sehari-hari, serta mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang
merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.
5) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan siswa
untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap
pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan
menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya. (Depdiknas (2003:17).
B. Kerangka Konseptual
Secara grafis pemikiran yang dilakukan peneliti dapat digambarkan dengan bentuk
diagram sebagai berikut :
Diagram 1. Kerangka Berpikir
Deskripsi kerangka berpikir:
1. Kondisi awal, guru belum memanfaatkan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kelompok, dengan metode-metode: ceramah, tanya
jawab, demonstrasi dan diskusi. Hasilnya, banyak siswa yang masih mengalami
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru Menggunakan Metode Konvensional
(Ceramah)
Motivasi dan hasil belajar rendah
Guru Menggunakan Model CTL
Siklus I
Siklus II
Hasil belajar meningkat.Ketuntasan belajar meningkatMotivasi meningkat
kesulitan dalam memahami kompetensi Menggunakan Alat-alat Ukur sehingga hasil
belajar masih rendah.
2. Agar semua siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran dan kualitas pembelajaran
meningkat , maka perlu tindakan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu dengan
menerapkan pendekatan model belajar Contextual Teaching and Learning
(CTL)dalam proses pembelajaran.
3. Pada Siklus 1: guru memanfaatkan pendekatan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Adapun wujud
pengalaman nyata untuk siswa, diberikan melalui metode belajar kelompok (learning
community), metode pemodelan denagn tahapan-tahapan skenario pembelajarannya.
4. Pada Siklus 2: guru memanfaatkan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Adapun wujud pengalaman nyata untuk
siswa, difokuskan melalui metode inkuiri, belajar praktik langsung menggunakan
media konkrik dan bermodel teman sejawat. Materi pelajaran yang dipelajari sesuai
modul.
5. Dari kondisi siklus 1 ke siklus 2 diharapkan hasil belajar siswa pada kompetensi
Menggunakan alat-alat ukur meningkat.
6. Pada kondisi akhir, diduga melalui pemanfaatan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X
Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1 Sintang pada kompetensi
Menggunakan alat-alat ukur.
B. Hipotesis Tindakan
Melalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X
Teknik Kendaraan Ringan 1 SMK SMK Negeri 1 Sintang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Uraian tentang setting penelitian meliputi rincian waktu yang dialokasikan untuk
penyelenggaraan/pelaksanaan penelitian, dan informasi tentang tempat
diselenggarakannya penelitian tindakan ini.
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas X Teknik Kendaraan Ringan 1
SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah siswa 36 orang, karena kelas tersebut tingkat
kemampuannya rata-rata sedang dan peneliti mengajar dikelas tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Nama sekolah : SMK Negeri 1 Sintang
Alamat : Jl. Raya Sintang-Pontianak Km. 8 Sui.Ukoi
Kecamatan : Sei. Tebelian
Kabupaten/Kota : Sintang
Provinsi : Kalimantan Barat
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 2 (dua ) bulan yaitu pada bulan Januari sampai
dengan bulan Agustus 2014 tepatnya pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Waktu penelitian ini sesuai dengan program pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan
Teknik Kendaraan Ringan yang telah ditetapkan pada Kurikulum Program Studi
Keahlian Teknik Otomotif SMK Negeri 1 Sintang Semester Genap tahun pelajaran
2014/2015 dengan kompetensi yang diajarkan saat itu adalah Menggunakan Alat-Alat
Ukur.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan A SMK Negeri 1
Sintang dengan jumlah siswa 40 orang laki-laki dengan tingkat kemampuan rata-rata
sedang.
C. Sumber Data
Data primer, yang merupakan hasil belajar siswa, diperoleh dari subyek penelitian, yaitu
seluruh siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan A tahun pelajaran 2014/2015 dengan
jumlah siswa 40 orang, sedangkan data sekunder diperoleh dari temuan guru lain yang
menjadi team teaching dalam proses pembelajaran di kelas tersebut.
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpul Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpul data yang digunakan adalah: teknik tes dan teknik
non tes. Teknik tes digunakan ketika pengumpulan data tentang tingkat pemahaman
kognitif siswa. Sedangkan teknik non tes digunakan sebagai sarana pengumpulan data
tentang perubahan sikap/ perilaku yang terjadi.
2. Alat Pengumpulan Data
Saat pengumpulan data dengan teknik tes, alat yang digunakan adalah soal tes, sedangkan
ketika pengumpulan data dengan teknik non tes, alat yang digunakan adalah
lembar/pemandu observasi.
E. Validasi data
Untuk data kuantitatif, ditetapkan untuk dilakukan validasi teoritik, dengan cara
memeriksa instrumen dan kisi-kisi yang telah di buat. Sedangkan untuk data kualitatif,
dilakukan validasi melalui triangulasi, baik triangulasi sumber maupun trianggulasi
metode.
F. Analisis Data
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif, yaitu
membandingkan nilai tes pada kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes
setelah siklus 2. Sedangkan data hasil observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Analisis data bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar.
Dalam analisis nilai digunakan rumus :
Rata-rata hitung :
Keterangan :
G. Indikator Kinerja
Indikator Keberhasilan dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditetapkan dalam KTSP Teknik Otomotif SMK Negeri 2 Sungai Penuh tahun
pelajaran 2011, yaitu :
1. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu, jika siswa tersebut telah menguasai
70% dari materi yang diuji.
2. Siswa dikatakan tuntas secara klasikal bila 85% dari seluruh pengikut tes sudah
menguasai 70% dari materi yang diujikan.
H. Prosedur Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yang
mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (refecting).
1. Persiapan penelitian tindakan
Adapun persiapan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi :
a. Guru peneliti membuat perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan menyusun modul pembelajaran. Untuk mengetahui RPP
dan Modul sudah valid dan layak pakai maka RPP dan modul dibahas bersama guru
mitra team teching dan mitra kolaborasi yang juga mengajar kompetensi yang sama.
b. Mempersiapkan job sheet yang akan digunakan pada saat proses belajar praktik di
bengkel. Job sheet diberikan kepada siswa sebagai panduan siswa dalam
melakukan kegiatan praktik
c. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kesiapan siswa
dalam belajar dan untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dan di bengkel,
yaitu lembar observasi aktifitas siswa.
d. Mempersiapkan sumber-sumber, alat dan bahan yang digunakan saat proses
pembelajaran di kelas/bengkel.
e. Mempersipkan perangkat penilaian yaitu; format penilaian unjuk kerja (praktik),
penilaian ujian teori dan kisi-kisinya.
f. Membentuk kelompok-kelompok belajar praktik, yaitu membagi siswa menjadi 6
kelompok, masing-masing beranggotakan 6 orang dengan tingkat kemampuan
siswa yang berbeda. Setiap kelompok ditunjuk satu orang sebagai ketua kelompok.
2. Siklus Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus terdiri
dari 3 kali pertemuan. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan pada siklus pertama,
direfleksikan bersama teman kolaborator dalam suatu pertemuan kolaborasi untuk
mencari penyebabnya. Selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan
untuk diterapkan pada siklus kedua.
a. Siklus 1
1) Perencanaan (planning)
a) Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
b) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.
c) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
d) Memilih materi pembelajaran yang sesuai
e) Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL).
f) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan.
g) Menyusun lembar kerja (job sheet) siswa
h) Membuat rencana kegiatan awal (apersepsi)
i) Membuat rencana kegiatan pokok
j) Membuat rencana kegiatan penutup
k) Mengembangkan format evaluasi.
l) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (acting)
a) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
b) Mengadakan tanya jawab tentang alat-alat ukur yang biasa di gunakan di bengkel
otomotif.
b) Membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan
6 orang siswa yang heterogen.
c) Menugaskan siswa untuk mengidentifikasi alat ukur yang digunakan di bengkel
otomotif, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok.
d) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok
e) Diskusi pembahasan semua hasil kelompok
f) Menyimpulkan bersama-sama
g) Membuat laporan hasil kerja secara berkelompok dan individu
h) Melaksanakan evaluasi
3) Observasi (observing)
a) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk
mengamati situasi pembelajaran, mengamati keaktifan siswa dan kemampuan
siswa.
b) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja (job sheet) siswa.
4) Refleksi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah
dan waktu dari setiap macam tindakan.
b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran
dan laporan praktik pada lembar kerja (job sheet) siswa.
c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada
siklus berikutnya.
d) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus 1 ini diharapkan minimal 75% dari
seluruh pengikut tes sudah menguasai 70% dari materi yang diujikan.
b. Siklus II
1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasidan penetapan
alternative pemecahan masalah.
b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
c) Pengembangan program tindakan pada siklus II.
2) Tindakan
Pelaksanaan program tindakan pada siklus II mengacu pada identifikasi masalah yang
muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah
ditentukan, antara lain melalui:
a) Membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan
6 orang siswa yang heterogen.
b) Siswa mempelajari materi pelajaran melalui penggalian informasi pada modul
dengan metode diskusi kelompok
c) Siswa mengidentifikasi dan memilih alat-alat ukur dan bahan yang sesuai
berdasarkan tugas pada job sheet.
d) Siswa mengerjakan tugas praktik menggunakan alat ukur dan mendemontrasikan
penggunaan alat ukur.
e) Siswa mendiskusikan hasil praktik di dalam kelompoknya
f) Masing-masing kelompok mengutus seorang anggota kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil tugas kelompoknya.
g) Siswa menyelesaikan laporan praktik
3) Pengamatan (observing)
a) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk
mengamati situasi pembelajaran, mengamati keaktifan siswa dan kemampuan
siswa.
b) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja (job sheet) siswa.
4) Refleksi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah
dan waktu dari setiap macam tindakan.
b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran
dan laporan praktik pada lembar kerja (job sheet) siswa.
c) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan 85% dari seluruh
pengikut tes sudah menguasai 70% dari materi yang diujikan.