Kti Pengaruh Botol Dot
-
Upload
trianike-nur-aini -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Kti Pengaruh Botol Dot
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
1/14
PENGGUNAAN BOTOL DOT SEBAGAI PENYEBAB MALOKLUSI
DAN TERJADINYA KARIES PADA ANAK
Gita Putri Kencana, Trianike Nur Aini
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
ABSTRAK
Makanan pertama dan utama bagi balita adalah ASI yang mengandung berbagai zat
gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. PemberianASI pada anak sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak, termasuk tumbuh
kembang rahang. Namun, pada era globalisasi saat ini sudah jarang kita temui
pemberian ASI secara eksklusif kepada balita. Banyak ibu-ibu yang beralih padabotol dot dengan berbagai alasan, seperti kesibukan sehari-hari sebagai wanita karir
serta lebih praktisnya pemberian susu dalam botol daripada pemberian ASI.
Penggunaan botol dot dianggap bermanfaat karena akan menenangkan bayi serta
memberikan rasa nyaman pada keadaan-keadaan tertentu seperti keinginan untukmulai tidur. Dot memang efektif membantu orang tua dalam menenangkan bayi.
Namun hal ini dipercaya justru menjadi faktor penghambat perkembangan bicara
anak, selain itu dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembanganrahang. Orangtua harus waspada memberikan dot kepada anak. Pasalnya, anak yang
terlalu sering mengisap dot dikhawatirkan susunan giginya dapat berubah atau
bahkan kemampuan berbicara mereka tertunda. Kajian pustaka ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan botol dot terhadap maloklusi dan karies anak.Apabila bayi hanya sesekali mengempeng dan hanya sampai bayi berumur 1 tahun,
maka tidak ada masalah dengan perkembangan giginya. Tapi jika bayi adalah
pengempeng aktif dan meskipun umurnya sudah lebih dari 1 tahun ia masih tidak bisalepas dari dot, sebaiknya harus dilakukan usaha untuk segera menyapih si kecil dari
dotnya. Karena hal tersebut dapat membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana
mestinya, meskipun itu masih gigi susu, tetapi perkembangannya akan menentukanpertumbuhan dan letak susunan gigi permanen di kemudian hari. Makin lama
penggunaan dot, akan makin tinggi risiko kerusakan gigi. Kesimpulan dari kajian ini,
penggunaan botol dot pada balita memiliki dampak postif yaitu dapat menenangkan
bayi yang rewel namun memiliki dampak negatif yang cukup serius yaitu kerusakan
pada gigi balita diantaranya susunan giginya dapat berubah, kemampuan berbicaradapat tertunda, menimbulkan gangguan kesehatan gigi balita seperti karies dan
maloklusi.
Kata kunci: botol dot, karies, maloklusi
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
2/14
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang sangat sempurna,
bersih, serta mengandung zat kekebalan yang sangat dibutuhkan bayi (Prasetyono,
2009). Namun saat ini sudah jarang kita temui pemberian ASI pada balita oleh
seorang ibu. Lunturnya pemberian ASI pada balita mulai kita rasakan sedikit demi
sedikit seiring berkembangnya jaman di era globalisasi sekarang. Mayoritas ibu-ibu
saat ini enggan memberikan ASI pada balitanya karena dianggap tidak praktis dan
menyita banyak waktu. Sebagian beralasan bahwa seorang wanita karir tidak punya
waktu dan harus fosus terhadap pekerjaannya. Oleh sebab itu, mereka lebih memilih
menggunakan dot bagi balita mereka.
Dot dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier, adalah pengganti puting
susu (ibu) yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Penggunaan dot dianggap
bermanfaat karena akan menenangkan bayi serta memberikan rasa nyaman padakeadaan-keadaan tertentu seperti keinginan untuk mulai tidur, rasa nyeri pada waktu
gigi tumbuh, dipisahkan dari ibunya, menurunkan frekuensi menghisap jari, serta
menurunnya kejadian SIDS (sudden infant death syndrome). Dot memang efektif
membantu orangtua dalam menenangkan bayi saat menangis. Namun hal ini
dipercaya justru menjadi faktor penghambat perkembangan bicara anak. Selain itu
membiasakan memberikan susu atau minuman lain menggunakan botol susu pada
anak kita ternyata dapat menimbulkan kerusakan pada gigi atau biasa di sebut dengan
karies.
Penggunaan dot yang berkepanjangan mempunyai korelasi kuat dengan
timbulnya masalah gigi, seperti karies dan maloklusi. Dari beberapa penelitian,
terbukti ada korelasi antara penggunaan dot yang berkepanjangan (2 tahun atau lebih)
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
3/14
dengan timbulnya karies. Keadaan ini diperberat bila penggunaan dot dilakukan
sambil tidur (night feeding). Penelitian terhadap 150 anak usia 18 36 bulan oleh
Peressini (2003), menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
kebiasaan minum dot botol sambil tidur dengan timbulnya karies serta kerusakan
gigi.
Apabila bayi hanya sesekali mengempeng dan hanya sampai bayi berumur 1
tahun, maka tidak ada masalah dengan perkembangan giginya. Tapi jika bayi adalah
pengempeng aktif dan meskipun umurnya sudah lebih dari 1 tahun ia masih tidak bisa
lepas dari dot, sebaiknya harus dilakukan usaha untuk segera menyapih si kecil dari
dotnya. Karena hal tersebut dapat membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana
mestinya, meskipun itu masih gigi susu, tetapi perkembangannya akan menentukan
pertumbuhan dan letak susunan gigi permanen di kemudian hari. Makin lama
penggunaan dot, akan makin tinggi risiko kerusakan gigi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui pengaruh
penggunaan botol dot sebagai penyebab maloklusi dan terjadinya karies gigi pada
anak.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah mekanisme botol dot menyebabkan terjadinya karies?2. Bagaimanakah mekanisme botol dot menyebabkan terjadinya maloklusi?3. Bagaimanakah penanganan pengaruh penggunaan botol dot terhadap tumbuh
kembang gigi anak?
1.3. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui mekanisme botol dot menyebabkan terjadinya karies2. Mengetahui mekanisme botol dot menyebabkan terjadinya maloklusi3. Mengetahui penanganan masalah pengaruh botol dot terhadap perkembangan
tumbuh kembang gigi
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
4/14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botol Dot
Dot, yang juga dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier, adalah
pengganti puting susu (ibu) yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Non
nutritive sucking seperti halnya dot, sudah lama dikenal dalam sejarah umat manusia,
penggunaannya merupakan usaha orangtua untuk memberikan sesuatu yang dapat
menenangkan dan memberikan rasa nyaman untuk bayinya. Penggunaannya sangat
luas di seluruh dunia. (Pacifier, 2010)
Field (2003) menyebutkan bahwa, bayi-bayi prematur yang dirawat di ruang
perawatan intensif (NICU), yang juga diberikan dot, menunjukkan perkembanganyang positif dengan kenaikan berat badan yang signifikan, mengurangi kejadian
enterokolitis nekrotikan (NEC), serta memperpendek masa perawatan. Di sisi lain,
penggunaan dot akan selalu menimbulkan perdebatan dengan banyaknya pendapat
yang berbeda, karena penggunaan dot pada bayi-bayi akan menimbulkan implikasi
yang merugikan seperti, terjadinya gangguan pola pengisapan bayi sehingga akan
terjadi penyapihan awal karena bayi menolak untuk menghisap ASI dari puting ibu,
meningkatnya risiko otitis media, infeksi saluran cerna dan pernapasan, serta
maloklusi.
Dari beberapa penelitian tentang penggunaan dot, dilaporkan bahwa 75 85
% anak-anak di negara-negara barat menggunakan dot (Niemela et al. 1994),
sedangkan Howard et al. (1994) melaporkan bahwa bayi-bayi di Amerika Serikat
telah diberikan dot sejak umur 6 minggu atau lebih muda. Victoria et al. (1997) dari
penelitiannya melaporkan bahwa 85 % bayi-bayi sudah mulai menggunakan dot sejak
umur 1 bulan. Pansy dkk. melaporkan bahwa prevalensi penggunaan dot tinggi pada
minggu ke tujuh (82%) dan bulan kelima kelahiran (78%). Di samping itu, pengaruh
umur dan kebiasaan ibu juga mempengaruhi penggunaan dot pada bayinya. Ibu yang
lebih tua lebih sering memperkenalkan dot segera setelah melahirkan dibandingkan
dari ibu-ibu muda. Sedangkan pada usia lima bulan, tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam penggunaan dot baik oleh oleh ibu-ibu muda atau yang lebih tua.
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
5/14
Kelmanson dan North menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah dan ibu
merokok lebih mungkin untuk memberikan dot kepada bayi mereka.
Penggunaan dot pada awal-awal kehidupan sering dikaitkan dengan keinginan
yang tinggi dari bayi untuk selalu menghisap sesuatu. Penggunaan dot dianggap
bermanfaat, karena :
1. Menurunkan Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome /SIDS)
SIDS adalah kematian bayi sampai umur 1 tahun, yang terjadi mendadak
dengan penyebab yang tidak diketahui, meskipun sudah dilakukan pemeriksaan klinis
dan laboratoris lengkap serta otopsi. Meskipun sebab yang pasti belum diketahui,
tetapi diduga faktor yang berperan dalam terjadinya SIDS karena belum sempurnanyaperan kontrol autonomik sistem kardiorespirasi, serta gagalnya respon bangun pada
waktu bayi tidur.
Cozzi (1979) telah meneliti hubungan antara dot dan SIDS, kemudian
Mitchell et al. (1993), yang melaporkan bahwa penggunaan dot dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya SIDS. Dari hasil meta analisis, Hauck et al. (2005)
menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara penggunaan dot dan menurunnya
risiko terjadinya SIDS. Namun belum ada kejelasan tentang mekanisme peranan dot
dalam mencegah terjadinya SIDS.
Berkaitan dengan dot, dalam rekomendasi AAP tentang SIDS yang berkaitan
dengan penggunaan dot disebutkan bahwa dot dianjurkan pada waktu tidur, bila
terlepas, tidak perlu dimasukkan lagi ke mulut bayi apabila bayi sudah tertidur; dot
tidak dianjurkan diolesi dengan pemanis; dot harus dibersihkan sebelum maupun
sesudah digunakan; untuk bayi yang menetek, tunda penggunaan dot sampai paling
tidak berumur 1 bulan .
2. Efek menenangkanNon-nutritive sucking (NNS) / ngempeng, atau menghisap tanpa minum (susu
atau cairan lainnya), adalah mekanisme untuk menenteramkan / menenangkan yang
merupakan fenomena alami pada bayi. Penggunaan dot sebagai NNS lebih dianjurkan
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
6/14
daripada ibu jari, jari atau benda lain, selain mudah disterilkan, secara umum relatif
lebih mudah disapih .
Tidak seperti halnya bayi sehat, beberapa penelitian meyebutkan bahwa NNS
mempunyai peranan positif pada bayi kecil yang dirawat di NICU, selain
menenangkan dan memberikan rasa nyaman, NNS juga akan memperkuat otototot
mulut, sehingga memudahkan untuk proses pemberian minum oral setelah
sebelumnya menggunakan selang. Selain itu, terbukti bahwa penggunaan dot juga
akan memperpendek masa rawat .
Berikut gejala kerusakan gigi karena botol susu, seperti dilansir onlymyhealth,
antara lain:
1.Gigi mengalami perubahan warna
2. Peradangan pada gusi
3. Rasa sakit pada gigi
4. Kesulitan dalam makan dan berbicara
5. Gangguan tidur
6.Infeksi
7. Maloklusi dan karies gigi
2.2 Maloklsi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang
dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat
disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini
tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan, etnik, fungsional, patologi. Klasifikasi maloklusi menurut Edward
Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi)
Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas
dengan molar pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
7/14
bawah tidak ada maka kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan
rahang bawah.
Menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe :
a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis
bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding
dan kaninus terletak lebih ke labial.
b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi
anterior dalam keadaan protusif.
c. Klas I tipe 3 : hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi
terjadi gigitan bersilang anterior.
d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadigigitan bersilang posterior.
e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior
terjadi migrasi kearah mesial.
2. Klas II Angle
Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari
garis bukal molar pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas
bergeser sedikit ke anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol
mesiobukal molar pertama bawah.
Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak
diantara insisif lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan
karena kelainan pada tulang rahang atau maloklusi tipe skeletal.
Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:
a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas
disoklusi dan gigi anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena
kecilnya rahang bawah sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung.
b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas
disoklusi dan gigi anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil
pasien seolah-olah normal.
3. Klas III Angle (mesioklusi)
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
8/14
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
9/14
Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pola yang khas dan progresif.
Kerusakan gigi dimulai segera setelah gigi erupsi yaitu pada gigi rahang atas bagian
lingual. Gigi yang sering terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan lateralis atas,
molar pertama desidui atas dan bawah. Permukaan yang terkena dimulai dari
proksimal kemudian labial (servikal) dan oklusal pada gigi molar. Selama menyusui
dengan ASI atau botol, putting susu atau dot terletak di bagian palatal, menyebabkan
palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi botol ke dalam mulut. Cairan
dari botol atau ASI tidak/ sedikit mengenai gigi depan bawah karena secara fisik gigi
bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang berasal dari glandula salivari.
Disamping itu gigi depan bawah juga merupakan gigi yang relatif imun terhadap
karies. Jika anak tertidur dengan putting susu atau dot berada dalam mulut, cairantersebut akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung karbohidrat
yang memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses dekalsifikasi.
Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan membahayakan
gigi karena tidak ada self cleansing.
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
10/14
BAB III. PEMBAHASAN
3.1.Mekanisme Terjadinya Karies Akibat Penggunaan Botol Dot
Tahap perkembangan karies atau pola kerusakan karies botol terdiri dari
beberapa tahap, meskipun pada perkembangannya kadang-kadang sulit untuk
dideteksi. Pada setiap tahap pencegahan yang dilakukan mempunyai efek yang
baik. Diagnosa awal karies botol dimulai dengan diskolorasi yang relatif sedikit
pada gigi, karies dimulai dengan demineralisasi, white spot pada permukaan
superfisialis lingual atau labiolingual dari gigi insisivus atas, kadang-kadang dijumpai
pula pada bagian proksimal, tetapi paling sering dijumpai pada bagian serviks tempat
melekatnya plak. Secara umum ada 5 tahap perkembangan karies botol yaitu :a. Inisial
Disebut juga tahap reversibel, karena tahap ini dapat hilang. Ditandai dengan
terlihatnya warna putih, opak pada bagian seviks dan proksimal gigi insisivus atas
akibat demineralisasi. Demineralisasi dimulai beberapa bulan setelah gigi erupsi.
Rasa sakit tidak ada.
b. Karies/kerusakanLesi pada gigi insisivus atas meluas ke dentin dan menunjukkan diskolorasi.
Proses ini sangat cepat, anak mulai mengeluh sakit/ngilu bila minum air terutama
yang dingin dan gigi yang terlibat sudah mencapai molar satu atas.
c. Lesi yang dalamLesi pada gigi depan sudah meluas. Anak mulai mengeluh adanya rasa sakit
sewaktu makan terutama saat mengunyah dan juga saat menyikat gigi. Pulpa
insisivus atas sudah terlibat, rasa sakit spontan pada malam hari dan sesudah minum
panas/dingin yang berlangsung beberapa menit.
d. Tahap traumatikTahap ini terjadi akibat tidak dilakukan tindakan perawatan sewaktu gejala
awal terjadi. Gigi depan atas akan rusak karena karies dan dengan tekanan yang
ringan dapat terjadi fraktur, bahkan tidak jarang anak datang dengan hanya tinggal
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
11/14
akar gigi saja. Pada tahap ini pulpa gigi insisivus atas sudah non vital, molar bawah
sudah pada tahap kerusakan.
e. Tahap karies terhentiSemua tahap akan terhenti bila penyebab karies gigi dihilangkan. Akibat
remineralisasi lesi akan berwarna coklat gelap.
3.2.Mekanisme Terjadinya Maloklusi Akibat Penggunaan Botol Dot
Menggunakan botol dot dalam durasi dan frekuensi berlebih berperan besar
dalam "memajukan" gigi depan anak (maloklusi). Kendati tidak sekeras jari, makin
sering menggunakan dot, maka kemungkinan protrusi akan semakin besar.
Menurut Dr Sarworini Bagio Budiardjo drg SpKGA, dari Departemen IlmuKesehatan Gigi Anak FKG-Universitas Indonesia, karena saat mengisap
menggunakan botol dot dapat mengakibatkan, rahang atas secara refleks akan maju
ke depan. Sementara rahang bawah bergerak ke arah sebaliknya. Perubahan posisi
gigi juga besar kemungkinannya terjadi jika anak menggunakan botol dot terlalu
berlebihan.
3.3.Penanganan Kerusakan Gigi Akibat Penggunaan Botol Dot
Mengatasi kerusakan gigi akibat minuman botol dapat dilakukan dengan
tindakan antara lain yaitu meningkatkan daya tahan gigi dengan pemberian fluor
melalui tablet hisap fluor ataupun pengolesan fluor secara teratur pada gigi anak.
Mengurangi jumlah mikroorganisme yang berkontak dengan gigi, dilakukan dengan
cara oral profilaksis yaitu dengan sikat gigi di rumah secara teratur dan dibantu
menggunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi. Kontrol makanan dan
minuman dengan mengurangi makanan/minuman yang mengandung karbohidrat
terutama di antara jam-jam makan.
Tindakan rehabilitatif yang dimaksudkan adalah mendatangi dokter gigi untuk
memperoleh perawatan, seperti penambalan, pengolesan larutan fluor, pembuatan
sarung gigi dari logam serta kontrol ke dokter gigi setelah mendapat perawatan setiap
tiga bulan.
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
12/14
Jadi yang harus dilakukan sebagai orang tua adalah melakukan pembersihan
terhadap gigi anak begitu kelihatan gigi tumbuh pada usia anak sekitar 6 bulan.
Karena jaringan mulut masih lembut, maka pembersihan dapat dilakukan dengan
memakai kapas yang dibasahi air. Dengan meningkatnya usia, akan bertambah pula
gigi-gigi anak dan jaringan mulut makin kuat, maka pembersihan gigi dapat
dilakukan dengan sikat gigi khusus yang dipilih sesuai untuk anak.
Diusahakan agar anak pada waktu minum susu (ASI atau susu botol) tidak dengan
maksud menidurkan anak, dan apabila anak tidur maka botol harus dilepaskan dari
mulut anak. Gigi anak harus dibersihkan setelah selesai makan atau minum susu
menjelang tidur.
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
13/14
BAB IV. PENUTUP
Kesimpulan
Mekanisme terjadinya karies ada 5 tahap perkembangan yaitu inisial, karies,
lesi yang dalam, tahap traumatik, tahap karies terhenti. Sedangkan untuk mekanisme
terjadinya maloklusi yaitu majunya secra refleks rahang atas dan rahang bawah
bergerak sebaliknya.
Penanganan pada kerusakan gigi anak diantaranya yaitu pemberian fluor,
melakukan oral profilaksis, mengontrol makanan dan minuman, mendatangi dokter.
-
7/30/2019 Kti Pengaruh Botol Dot
14/14
PENGGUNAAN BOTOL DOT SEBAGAI PENYEBAB MALOKLUSI
DAN TERJADINYA KARIES PADA ANAK
KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 21
TEMA : PEDODONSIA
TRIANIKE NOR AINI (121610101002)
GITA PUTRI KENCANA (121610101013)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012