Kti Kelompok 1 Kopeasi Susu ( Lengkap )

download Kti Kelompok 1 Kopeasi Susu ( Lengkap )

of 32

description

mengenai kopeasi susu

Transcript of Kti Kelompok 1 Kopeasi Susu ( Lengkap )

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat kompleksitas teknologi jaman sekarang, sangat berpengaruh pula pada setiap sektor sektor dalam suatu negara ataupun suatu lingkup atau rumpun tertentu. Mulai dari pendidikan, politik, sosial, hukum, dan perekonomian. Terutama dalam bidang perekonomian baik ekonomi mikro dan ekonomi makro. Sebagian besar telah memanfaatkan teknologi semisal adalah pabrik susu yang tergolong dalam ekonomi makro. Pabrik susu tersebut terus menerus memanfaatkan teknologi dalam melakukan transaksi utamanya sebagai produsen susu. Tidak hanya itu, terobosan terobosan baru tentang pengadaan susu yang mengandung berbagai macam senyawa yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia tidak asing lagi bila dipamerkan kepada publik.

Susu yang sekarang telah umum dikonsumsi dengan variasi kemasan yang sedemikian rupa dengan kandungan kandungan nutrisi tambahan, tidak lain berasal dari jenis bahan baku alami yaitu susu sapi. Tidak hanya sapi, tetapi domba, kambing, atau kuda dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan susu kemasan.

Susu Sapi yang pada umumnya dipelihara oleh warga warga desa merupakan sebagian besar pemasok susu sapi yang sebelumnya disetorkan ke penampungan penampungan susu sapi di koperasi susu setempat. Dari situlah, penyusun ingin mengobservasi bagaimana pengaruh adanya koperasi susu yang menjadi tempat penampungan susu terhadap perekonomian warga setempat khususnya para pemilik sapi perah yang susunya mereka jual ke koperasi setempat karena penyusun yakin susu susu yang ada akan membawa keuntungan secara finansial.1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh adanya koperasi susu terhadap perekonomian warga desa setempat?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1. Tujuan:

1.3.1.1. Agar pembaca tahu bagaimana pengaruh adanya koperasi susu terhadap kondisi perekonomian masyarakat setempat.

1.3.2. Manfaat:

1.3.2.1. Menjadikan pembaca mengetahui akan pengaruh koperasi susu terhadap perekonomian warga setempat.

1.3.2.2. Menjadikan pembaca mengetahui akan pengaruh yaang ditimbulkan jika koperasi susu tersebut tidak difungsikan sebagaimana mestinya.

1.4. Batasan Masalah

1.4.1. Pengaruh koperasi susu terhadap perekonomian warga setempat.

1.4.2. Manfaat adanya koperasi susu di daerah tersebut.

1.5. Hipotesis

1.5.1. Adanya koperasi susu akan menjadikan perekonomian warga setempat khususnya bagi mereka peternak Sapi Perah menjadi stabil dikarenakan antara pihak peternak dengan pihak koperasi terjadi kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan.

1.5.2. Jika tidak ada koperasi susu maka perekonomian masyarakat desa Claket mengalami penurunan dan mengganggu kelangsungan hidup masyarakat desa Claket.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Kehadiran koperasi di tengah-tengah rakyat Indonesia merupakan inovasi baru yang menjadi penunjang kehidupan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah. Karena koperasi merupakan wadah yang cocok bagi masyarakat ekonomi lemah untuk secara bersama-sama meningkatkan usaha mereka sehingga terjadi peningkatan taraf hidup maupun kesejahteraan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah anggota koperasi mampu melaksanakan kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan serta garis kebijakan yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota.2.1.1. Tujuan, Manfaat, Prinsip, dan JenisKoperasi

2.1.1.1. Tujuan Koperasi

Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal ini diperoleh dengan adanya pembagianSisa Hasil Usaha(SHU)kepada para anggotanya. Tujuan koperasi ini membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. Secara umum badan usaha lainnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar- besarnya.

2.1.1.2. Manfaat Koperasi

Berikut ini beberapa manfaat koperasi:

a. Memenuhi kebutuhan anggotanya dengan harga yang relatif murah.

b. Memberikan kemudahan bagi anggotanya untuk memperoleh modal usaha.

c. Memberikan keuntungan bagi anggotanya melalui Sisa Hasil Usaha (SHU).

d. Mengembangkan usaha anggota koperasi.

e. Meniadakan praktik rentenir.

2.1.1.3. Prinsip Koperasi

Menurut UU No 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi yaitu:

a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.

b. Pengelolaan dilakukan secara Demokratis.

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masung anggota(andil anggota tersebut dalam koperasi).

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian.

g. Kerjasama antar koperasi.

Kelengkapan Koperasi

Susunan koperasi berikut ini:

a. Anggota, anggota koperasi meliputi:

1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.

2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup yang lebih luas.

b. Pengurus koperasi, dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, tugas pengurus koperasi, mengelola koperasi dan anggotanya, mengajukan rancangan kerja koperasi, dan membuat laporan keuangan dan pertanggung jawabannya.

c. Pengawas Koperasi

pengawas koperasi bertugas untuk mengawasi jalannya koperasi.

d. Rapat Anggota

Rapat anggota menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban pengurus dan pengawas dalam hal pengelolaan koperasi. Rapat anggota juga menetapkan anggaran dasar, mengesahkan rencana kerja, menetapkan pembagian SHU, serta memilih mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas koperasi.2.1.1.4. Jenis Jenis Koperasi

Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen,koperasi produsen,dan koperasi kredit usaha (jasa keuangan). Koperasi dapt pula dikelompokkan berdasarkan jenis usahanya, yaitu sebagai berikut:

a. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani kegiatan peminjaman dan penyimpanan uang para anggotanya.

b. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.

c.Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan produk dan kemudian dijual atau dipasarkan melalui koperasi.

Berdasarkan keanggotaanyan, koperasi dapat dibedakan menjadi berikut:

a. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan dan melayani kebutuhannya, terutama kebutuhan dibidang pertanian.

b. Koperasi Pasar adalah koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.

c. Koperasi Sekolah adalah koperasi yang beranggotakan siswa-siswa sekolah, karyawan sekolah dan guru.

d. Koperasi pegawai Negeri adalah koperasi yang beranggotakan pegawai negeri.2.2. Pengertian Koperasi Susu Sapi Perah

Koperasi susu sapi perah merupakan perusahaan yang bergerak di dalam produksi susu segar dan kemudian dipasarkan ke industri susu sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang menjadi anggota koperasi. Sebagai anggota koperasi, peternak adalah pemegang saham melalui simpanan wajib dan simpanan pokok dan sebagainya. Dengan demikian keberhasilan koperasi dalam bisnis susu segar secara langsung merupakan keberhasilan para peternak anggota itu sendiri. Sebaliknya jika terjadi mismanajemen dalam pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan peternak anggota koperasi.(Anonim, 2010)Telah diketahui bersama, bahwa susu merupakan media yang baik untuk tumbuh kembangnya mikroorganisme, yang kemudian menyebabkan susu menjadi cepat rusak. Padahal jalur penyaluran susu dari peternak ke industri pengolah susu (IPS) membutuhkan waktu yang relatif lama, karena hal inilah terkadang susu ditolak oleh industri pengolah susu (IPS) . Maka dari itu, salah satu cara agar susu dapat bertahan lama dan cepat terkonsumsi masyarakat adalah dengan cara melakukan pengolahan sederhana susu segar di koperasi. Susu-susu yang telah diperah oleh peternak kemudian dijual ke koperasi susu, lalu dilakukan pengolahan susu. Pengolahan susu yang dimaksud adalah melakukan perlakuan-perlakuan yang bertujuan agar susu tidak cepat rusak, dan kualitasnya tetap baik. Proses pengolahan sederhana susu segar di koperasi dapat dilakukan dengan cara membuat susu pasteurisasi, yoghurt, ataupun susu segar yang masak siap minum dan yang lainnya. Peran koperasi sangatlah besar dalam mengembangkan usaha persusuan. Dari sisi kelembagaan, sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia merupakan anggota koperasi susu. Koperasi bertindak sebagai mediator antara peternak dengan. industri pengolah susu (IPS) Koperasi susu sangat menentukan posisi tawar peternak dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang akan diterima peternak. Peranan koperasi sebagai mediator perlu dipertahankan, pelayanannya perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia koperasi serta memperkuat networking dengan industri-industri pengolahan.Koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar dapat melakukan pengolahan sederhana susu segar, antara lain pasteurisasi dan pengemasan susu segar, pengolahan menjadi yoghurt, keju dan produk olahan berbasis susu lainnya. Hal ini disertai dengan program promosi secara luas kepadamasyarakat (national campaign), terutama anak-anak, tentang manfaat mengkonsumsi susu segar dan produk-produk olahannya. Peternakan sapi perah rakyat di Indonesia umumnya tergabung dalam suatu wadah koperasi susu. Agribisnis susu merupakan usaha andalan KUD dan koperasi susu untuk tujuan menyelamatkan produksi susu peternakan rakyat dan menambah pendapatan peternak. Susu merupakan komoditas yang mudah rusak, mempunyai risiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan yang hati-hati dan spesialisasi. Spesialisasi menumbuhkan kemampuan dan keahlian yang memerlukan kompetensi yang dapat dipelajari melalui pendidikan yang teratur dan berkesinambungan. Perilaku peternak yang seringkali bersikap tidak peduli atas masalah mutu dan keamanan pangan susu perlu mendapat perhatian untuk senantiasa dibina, diarahkan serta diyakinkan kesadarannya dalam upaya memperbaiki mutu dan keamanan susu. Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah besarnya ketergantungan peternak terhadap industri pengolahan susu dalam memasarkan susu segar yang dihasilkannya. Dengan absennya keberpihakan Pemerintah terhadap peternak, hal ini menimbulkan kecenderungan bahwa harga susu segar yang diterima peternak relatif rendah. Adanya pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh kalangan industri pengolah susu mendudukkan peternak sapi perah pada posisi tawar (bargaining position) yang rendah. Lebih ekstrim lagi, keberadaan industri pengolah susu ini dapat menyebabkan terbentuknya struktur pasar oligopsoni yang tentunya menekan peternak. Selain harga susu yang sangat murah pada struktur pasar tersebut, tekanan yang diterima peternak semakin bertambah dengan adanya retribusi yang diberlakukan oleh kebanyakan Pemda di era otonomi daerah ini (Anonim, 2010).

Untuk mengefektifkan dan mengoptimalisasikan manfaat susu itu sendiri agar dapat terkonsumsi dengan baik, dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan sederhana. Susu selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat pula diolah terlebih dahulu menjadi susu olahan. Konsumsi masyarakat terhadap susu olahan lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi susu segar. Pengolahan susu tidak saja dilakukan oleh IPS tetapi juga sangat baik jika dilakukan pula di koperasi. Pengolahan susu oleh koperasi dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi usaha sapi perah rakyat.2.2.1. Sejarah Koperasi Susu

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia, pada awalnya hanya berupa usaha rumah tangga, banyak diantaranya merupakan penerusan kerja dari ara pekerja di perusahaan sapi perah milik Belanda.

Pada tahun 1949, berdiri koperasi susu pertama di Indonesia, yaitu Gabungan Petani Peternak Sapi Perah Pengalengan (GAPPSIP) yang diprakarsai oleh drh. Soejono dan drh Y. Hutabarat.

Tahun 1962, berdiri koperasi peternak bernama SAE Pujon di Malang yang digerakkan oleh drh Memet Adinata.

Tahun 1963, Gabungan Petani Peternak Sapi Perah Pengalengan (GAPPSIP) terpaksa tutup karena buruknya situasi sosial ekonomi dan politik saat itu.

Baru pada tahun 1969, di tempat yang sama kembali berdiri koperasi susu dengan nama Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS). Lagi, pendirian koperasi ini juga diprakarsai oleh seorang dokter hewan, yaitu drh Daman Danuwijaya.

Sampai dengan tahun 1978, di Propinsi Jawa Timur terdapat beberapa koperasi susu selain SAE Pujon, yaitu KUD Batu, Koperasi Setia Kawan di Nongkojajar dan Koperasi Suka Makmur di Grati.

Namun demikian, produksi susu nasional antara tahun 1969-1978 berkembang dengan sangat lambat, dari total 28.900 ton hanya naik menjadi 62.300 ton (Bagdja, 2005; Sunaryo,2004). Perjalanan koperasi persusuan di Indonesia jatuh dan bangun dihantam berbagai permasalahan, khususnya terkait dengan masalah pemasaran susu kepada industri pengolah susu (IPS).

Koperasi susu memiliki posisi rebut tawar yang sangat lemah berhadapan dengan industri pengolah susu (IPS), baik dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta harga yang diperoleh. Masalah ini muncul dikarenakan industri pengolah susu (IPS) menggunakan susu impor sebagai bahan baku dan tidak mau menyerap susu domestik. Peternak yang telah berhasil diarahkan untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri menjadi kecewa karena banyak susu yang rusak dan harus dibuang.

Titik balik perkembangan koperasi susu di Indonesia dimulai pada tahun 1978, berkat peranan dari Bustanul Arifin yang ditugaskan melihat koperasi persususan di India, sehingga terbentuk Badan Koordinasi Koperasi Susu Indonesia (BKKSI) yang merupakan cikal bakal Gerakan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) yang dibentuk setahun berikutnya.

Dengan kelembagaan koperasi persusuan di level nasional, komunikasi antara gerakan koperasi persusuan dengan pemerintah berjalan lebih baik sehingga memungkinkan berperannya subsistem penunjang agribisnis susu di Indonesia. Beberapa permasalahan yang dihadapi koperasi susu sedikit demi sedikit dapat diatasi dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan pemerintah, seperti halnya penetapan kuota impor susu oleh industri pengolah susu (IPS), pengawasan pemerintah terhadap harga susu, penyediaan pakan ternak serta impor sapi perah berkualitas.

Baiknya komunikasi GKSI dengan pemerintah ini dipertegas dengan terbentuknya Tim Koordinasi Persusuan Nasional (TKPN) yang melibatkan tujuh instansi pemerintah. Tim Koordinasi Persusuan Nasional (TKPN) bertugas memantau perkembangan produksi dan konsumsi susu di Indonesia Direktur Jenderal Peternakan yang saat itu dipegang oleh orang gerakan koperasi (Daman Danuwidjaja) secara Ex-officio ditunjuk menjadi ketua Tim Koordinasi Persusuan Nasional (TKPN). Posisi ini semakin memungkinkan gerakan koperasi dalam melakukan terobosan yang bersifat lintas sektoral dalam pengembangan agribisnis susu nasional berbasis koperasi.

Kebijakan BUSEP (bukti serap) yang mewajibkan industri pengolah susu (IPS) untuk menyerap susu dari koperasi. Dengan kebijakan ini ratio penyerapan susu domestik dapat diperjuangkan menjadi 1:3,5 (19 % serapan susu DN) pada tahun 1984 dari perbandingan 1:20 (< 5% serapan susu DN) pada tahun 1979.

Dengan pendekatan yang baik terhadap industri pengolah susu (IPS), harga susu di tingkat peternak dinaikan menyesuaikan tingkat kebutuhan biaya hidup peternak saat itu. Sampai th 2007, kontribusi susu DN hanya mencapai 25 % dengan produksi susu sekitar 1,2 juta liter per hari (USDA FAS, 2007), terutama setelah dicabutnya konsep BUSEP (bukti serap) pada tahun 2000 awal. Itu berarti sejak kenaikkan cepat pada periode 1979-1984, maka kondisi sekarang dapat dikatakan stagnan terus menerus.

Globalisasi yang tidak diiringi kebijakan yang tepat semakin menekan pertumbuhan industry susu rakyat. Salah satu kebijakan tak berfihak pemerintah adalah ditetapkannya tariff cukai rendah untuk produk olahan susu seperti susu fermentasi yoghurt, sampai 0 % lebih rendah dari tariff cukai masuk susu bubuk sebagai bahan baku indutri persusuan sebesar 5 %. Tarif 5 % ini sendiri dinilai tidak sesuai kesempatan yang diberikan oleh WTO (table) 210%, sehingga industry olahan susu tidak bergairah untuk berkembang menjadi lokomotif kemajuan peningkatan produksi susu nasional

2.3. Pengertian Susu

Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu sangat mudah rusak dan tidak tahan lama di simpan kecuali telah mengalami perlakuan khusus. Susu segar yang dibiarkan di kandang selama beberapa waktu, maka lemak susu akan menggumpal di permukaan berupa krim susu, kemudian bakteri perusak susu yang bertebaran di udara kandang, yang berasal dari sapi masuk ke dalam susu dan berkembang biak dengan cepat. Oleh bakteri, gula susu di ubah menjadi asam yang mengakibatkan susu berubah rasa menjadi asam. Lama kelamaan susu yang demikian itu sudah rusak. Kombinasi oleh bakteri pada susu dapat berasal dari sapi, udara, lingkungan, manusia yang bertugas, atau peralatan yang digunakan (Sumoprastowo, 2000).2.3.1. Komposisi Susu Dalam berbagai spesies komposisi susu tergantung pada berbagai faktor antara lain; bangsa, masa laktasi, pakan, dan frekuensi pemerahan. Sehingga sangat sulit dalam menentukan komposisi susu normal (Darmajati, 2008).

Menurut Girisonta, 1995. Susunan zat gizi air susu adalah sebagai berikut :

a. Air : 87,7%

b. Lemak : 3,45%

c. Protein : 3,2% (terdiri dari casein : 2,7% dan albumin : 0,5%)

d. Laktosa : 4,6%

e. Mineral : 0,85%

Bab III

Jenis Metodologi

3.1 Metode dan teknik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penlis adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bersifat observasi yaitu dengan cara memperoleh data dengan meneliti dan menganalisis. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata,1991:19)

Data yang berhasil dikumpulkan baik melalui kepustakaan maupun pengamatan didisusun berdasarkan pendekatan sosiologi sastra. Yang dimaksud dengan pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan sastra yang berupaya menelaah latar belakang kehidupan sosio budaya, kehidupan masyarakat, serta tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkunagan kehidupan pada saat sastra itu diciptakan.

3.2 Pengumpulan Data atau Sumber Data

3.2.1. Metode Kepustakaan

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan yakni mengumpulkan data-data dari berbagai sumber buku mengenai Koperasi Susu Sapi yang penulis dapatkan dari perpustakaan sekolah.

3.2.2. Metode Unduh Dari Internet

Teknik pengumpulan data dengan mengunduh file yang terdapat di internet merupakan hal yang dilakukan untuk menambah sumber atau informasi yang mungkin tidak bisa didapatkan hanya di perpustakaan sekolah.Dengan mengunduh informasi yang terdapat pada berbagai sumber di internet memudahkan untuk mencari semua informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi karya tulis ilmiah ini.

3.2.3. Metode WawancaraInterviu yang sering juga disebut dengan wawacara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog antara penanya dan yang ditanya untuk mendapatkan sebuah informasi.Arikunto (2006:132) mengemukakan Beberapa macam wawancara, yaitu: interviu bebas (inguided intervie), interviu terpimpin(guided interview), dan interviu bebas terpimpin. Dalam penyusunan ini akan digunakan interviu bebas terpimpin yaitu interviu yang bebas dimana penyusun tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permaslahan yang akanditanyakan. Wawancara tidak berstruktur digunakan karena pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan bersifat kondisonal namun tetap mengacu pada garis-garis permasalahan.3.2.4. Metode ObservasiDisamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah:

pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah: mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

3.3. Responden PenelitianResponden penelitian yang digunakan oleh penulis adalah salah seorang pegawai yang bekerja di Koperasi Susu DANA MULYA di wilayah Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto yang mana responden tersebut bernama Bapak Wardoyo yang bekerja di bagian HUMAS koperasi. Pada proses pengambilan data, pihak yang bersangkutan berhalangan untuk dapat penulis wawancarai. Akhirnya, pihak responden yang bersangkutan menghibahkan tugas narasumber kepada Bapak Supriyono, yaitu salah satu staf yang bekerja di Koperasi Susu DANA MULYA. Kedua, dalam rangkaian pengambilan data yang penulis lakukan, penulis melakukan wawancara kepada salah satu peternak yang sekaligus merupakan anggota Koperasi Susu DANA MULYA. Peternak sapi yang bersangkutan penulis datangi langsung ke rumah responden yang bersangkutan. Responden yang bersangkutan beralamat di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. 3.4.Analisis Data Dan Penulisan Data

3.4.1 Analisa Data

3.4.1.1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

3.4.2. Penulisan data

Mula mula penulis melaksanakan suatu rangkaian wawancara terhadap para responden yang penulis anggap dapat menjawab permasalahan yang diunggah penulis dalam karya tulis. Data dalam bentuk grafik kemudian dikumpulkan menjadi satu dan kemudian penulis mencoba menelaah data data yang penulis dapatkan. Data tersebut berupa grafik yang mana menyajikan data tentang perkembangan koperasi DANA MULYA di wilayah Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Data tersebut penulis terjemahkan dalam bentuk narasi yang isinya meruupakan jabaran berdasarkan data data yang disajikan dalam grafik yang berhubungan. Kedua, setelah wawancara dilakukan oleh penulis, wawancara tersebut penulis catat dalam buku catatan yang kemudian menjadi acuan penulis dalam menulis pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini.BAB IVPEMBAHASANBerdasarkan rumusan masalah:Pengaruh adanya koperasi susu terhadap perekonomian warga Desa Claket,Kecamatan Pacet.Berdasarkan grafik diatas,yaitu merupakan grafik perkembangan koperasi agro bisnis Dana Mulya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto,yang menunjukkan hubunagan antara koperasi tersebut dengan anggota yang ada didalamnya dalam kurun waktu 8 tahun yaitu 2004-2011.Pertama yaitu pada bagian simpanan pokok. Simpanan pokok adalah simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.Dari tahun 2004 hingga 2010 simpanan pokok anggota koperasi terus meningkat.Pada tahun 2004 hingga 2010 simpanan pokok anggota koperasi mencapai Rp 15.357.000,-.Pada tahun berikutnya,terhitung 3,2%,simpanan pokok beranjak naik dari level Rp 15.357.000,- dan terhitung pada 2005 yaitu 15.850.000,-.Dua tahun yang dihitung dari anggota naik menjadi Rp 16.325.000,-.Hasil ini dapat dikalkulasikan dalam rata-rata kenaikan 2,99% dari tahun sebelumnya.Kenaikan menjadi angka Rp 16.650.000,- terjadi pada tahun 2007.Jika dihitung dari angka Rp 16.325.000,- terhitung kembali merangkak naik kurang lebih 2,45%atau sekitar Rp 325.000,-. Kenaikan ditunjukkan pada tahun 2008,ketika angka Rp 16.325.000,- naik 1,95% ke angka Rp 16.975.000,-dandi tahun berikutnya yaitu diantaranya tahun 2009,tahun 2010 dan tahun 2011 yang masing-masing mengalami kenaikan sampai pada angka Rp 17.4500.000,- , Rp 17.800.000,- dan Rp 18.525.000,00 dengan rata-rata kenaikan 4,07%

Dari segi simpanan wajib yang di bayarkan anggota kepada koperasi yang bersangkutan jika di tinjau dari tahun 2004,dapat dikalkulasikan terdapat kenaikan 25,5% dari angka Rp 33.102.812,- menjadi angka Rp 41.546.228,- pada tahun 2005 .Pada tahun 2006,kenaikan sebesar 21,809% kembali terjadi yaitu dalam rentan kenaikan pada angka Rp 50.607.112,- . Kembali kenaikan pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2007.Simpanan wajib anggota naik menjadi Rp.60.912.245.- . Pada tahun 2008 kembali terjadi kenaikan sebesar 18,26% yaitu pada angka Rp 72.037.125.- . Kembali terjadi kenaikan sebesar 19,24% yaitu pada angka Rp 85.900.505.- . Pada tahun 2010 hanya terjadi kenaikan sebesar 16,03% yaitu pada angka Rp 99.671.691.- .Pada tahun 2011 terjadi kenaikan 15,10% yaitu pada angka Rp 114.729.000.- .

Dari segi keanggotaan,dapat diamati kenaikan pada setiap tahun 2004, jumlah anggota Koperasi Susu Dana Mulya mencapai 1225 orang (termasuk peternak). Jumlah tersebut ternyata mengalami kenaikan menjadi 1261 orang atau naik 2,94 % yang senilai dengan 36 orang anggota baru pada tahun 2005.Tahun 2006 anggota kembali bertambah menjadi 4299 orang anggota atau sebanyak 38 anggota baru dengan prosentase 3,01 % kenaikan . Kuantitas anggota koperasi pada tahun 2007 mengalami kembali .Sebanyak 9 orang masuk dalam keanggotaan koperasi dan jumlah anggota saat itu adalah 1308 orang anggota dengan prosentasi 0,09%. Pada tahun berikutnya ,yaitu pada tahun 2008 kenaikan anggota koperasi sebanyak 34 orang atau 2,6% dari tahun 2006. Menambah daftar anggota koperasi menjadi 1342 orang anggota. Terjadi kenaikan paling sedikit pada tahun 2009 .Hal tersebut ditinjau dari kuantitas anggota baru yang hanya 1 orang anggota baru yang masuk dalam koperasi Jika diprosentasikan kenaikan 0,08%pun terjadi . Prosentase 0,5% terjadi pada tahun 2010.Sebanyak 7 orang masuk menjadi anggota koperasi dan menambah daftar anggota menjadi 1350 orang anggota. Terakhir pada tahun 2011 kenaikan mencapai 17 anggota baru menjadi 1367 orang dengan prosentase 1,26%.

Dari segi SHU atau Sisa Hasil Usaha dapat diamati terdapat data fluktuatif.Pada tahun 2004,Sisa Hasil Usaha bernominal Rp 24.761.923,- .Kenaikan 0,6% atau senilai dengan Rp 154.553.- terjadi pada tahun 2005 yang terhitung senilai Rp 24.916.476,- .tahun2006 dan 2007 merupakan fluktuatif yang sangat signifikan.Hal tersebut dapat dirincikan bahwa tahun 2006,Sisa Hasil Usaha turun drastis menjadi Rp 12.851.896,- atau turun sekitar 48,4% .Pada tahun berikutnay Sisa Hasil Usaha mencapai level tertinggi dari Rp 12.851.896,- menjadi Rp 42.866.094,- jika diprosentasikan,kenaikan pada tahun 2007 ini mencapai 233,54% .Pada tahun 2008 kenaikan terjadi dalam kisaran 12,375% atau senilai Rp 5.305.034,- dari Rp 42.866.094,- menjadi Rp48.171,128.Kenaikan level data yang tertinggi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp 86.496.319,-.

Jika dihitung dari tahun sebelumnya terkakulasi sebesar Rp.38.325.191,- atau sekitar 79,56% .Pada tahun 2010 terjadi kenaikan 1,64% atau 1.419.387,- ke level Rp 87.915.706,- . Terjadi penurunan kembali pada tahun 2011 .Sisa Hasil Usaha turun Rp 14.209.961,- atau 16,2% penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 73.705.745,-.

Ditinjau dari segi kuantitas Sapi Perah .Pada tahun 2004, jumlah Sapi Perah mencapai 970 ekor rata-rata 0,79 sapi / anggota . Satu tahun setelah itu ,yaitu tahun 2005 jumlah Sapi Perah mencapai 1007ekor sapi . Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya ,terhitung peningkatan sebanyak 37 ekor sapi atau kenaikan sebesar 3,8% terhitung sejak tahun 2004.Presentase kenaikan sebesar 8,24% atau sekitar 83 ekor sapi terjadi 4pada tahun 2006 dan kepemilikan sapi 0,8% ekor/anggota.Pada tahun 2007 terjadi kenaikan sebanyak 21 ekor sapi menjadi 1090 ekor sapi atau jika dikalkulasi ,kenaikan 1,93% terjadi. Kuantitas Sapi semakin bertambah satu tahun berjalan.Peningkatan sebanyak 16 ekor sapi atau 1,44% peningkatan jumlah sapi menjadi 1111 ekor sapi terjadi pada tahun 2008.Pada tahun 2009,terjadi lonjakan kenaikan kuantitas sapi yang mencapai level tertinggi.Kenaikan kuantitas sapi mencapai 128 ekor dari 1127 ekor 1255 ekor sapi .Jika dikalkulasikan dari tahun sebelumnya,sebesar 11,36% peningkatan terhitung sejak tahun 2008 dengan kepemilikan 0,9 ekor/anggota . Kenaikan sebanyak 61 ekor terjdi pada tahun 2010 . Jumlah Sapi Perah yang semula 1255 ekor, meningkat menjadi 1361 ekor sapi ,Terhitung peningkatan (presentase)sebesar 4,86% dan kepemilikan sapi 0,98% /anggota .Terakhir pada tahun 2011,peningkatan kuantitas Sapi Perah mencapai 118 ekor Sapi Perah. Semula, kuantitas Sapi sebanyak 1316 ekor,setelah terjadi penambahan kuantitas ,jumlah Sapi Perah pada tahun 2011 mencapai 1434 atau sekitar 8,94% kenaikan terhitung sejak tahun 2010,dengan kepemilikan rata-rata 1,05 ekor / anggota .Berikut, penulis akan menyajikan data hasil dari wawancara terhadap responden.

Koperasi agribisnis Dana Mulya merupakan koperasi susu yang mulai berdiri sejak tahun 1982 di desa Sumberan, kecamatan Pacet. Berdirinya koperasi ini sangat mendapat respon positif dari warga setempat. Dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar atau masyarakat setempat. Salah satu dampak positif yang sangat mencolok dari adanya koperasi susu ini adalah peningkatan taraf hidup perekonomian masyarakat. Contohnya di desa Claket, kecamatan Pacet, yang sejak tahun 1980 sebagian besar warganya telah memelihara sapi perah. Tetapi sebelum adanya bantuan koperasi susu Dana Mulya masuk di desa itu untuk menyalurkan hasil susu dari sapi perah milik mereka, perekonomian masyarakat sangat kurang, dibuktikan dengan hanya ada beberapa anak yang bisa duduk di bangku sekolah dan juga hanya sampai tingkat SD atau SMP. Dan sesudah adanya koperasi susu Dana Mulya masuk di desa Claket, bisa sangat membantu dan berpengaruh sekali terhadap kehidupan perekonomian masyarakat setempat. Dibuktikan dengan telah banyaknya anak desa tersebut yang bersekolah sampai tingkat SMA bahkan menginjak bangku kuliah.

Pelatihan dan pembinaan untuk para peternak baru dilakukan koperasi susu Dana Mulya hingga ke kota Batu, kabupaten Malang. Selain itu, koperasi susu Dana Mulya juga mengadakan penyuluhan di daerah setempat yang berisi tentang sapi perah, pemberian vitamin pada sapid an disediakannya tambahan sentrat dari koperasi yang juga diperlukan untukk menambah hasil perahan susu sapi. Adapun kendala yang dialami petermak sapi terhadap sapi perahnya seperti terkena penyakit, hal itu juga berpengaruh terhadap penghasilan susu sapi. Penyakit linu yang kebanyakan terjadi pada sapi perah mengakibatkan turunnya penghasilan susu sapi sampai 50% tiap pemerasannya. Penyebab hal itu yakni tidak teraturnya pemilik sapi perah untuk member asupan vitamin dan sentrat yang dibeli dari koperasi susu Dana mulya. Perawatan terhadap sapi perah juga harus diperhatikan, memberi makan dua kali sehari dan makanan yang diberikan harus seimbang antara makanan yang dibeli dari koperasi dan rumput. Terlalu banyak memberi makanan dari koperasi atau pemberian rumput yang berlebih sangat berpengaruh juga terhadap hasil perahan susu yang dikeluarkan. Selain berbagai bantuan dari koperasi susu Dana Mulya, ada juga beberapa bantuan dari presiden dan bantuan dari Bank Indonesia pada tahun 1990-an.

Pemerahan dan penyetoran susu sapi ke koperasi susu Dana Mulya biasa dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore. Pemerahan pertama dilakukan pada pukul 05.00 sampai 06.00 dan disetorkan di pos penyetoran susu terdekat pada pukul 06.00 sampai 07.00. Pemerahan kedua dilakukan pada pukul 13.30 sampai 14.30 serta disetorkan pada pukul 14.30 sampai 15.00. Penyetoran hasil pemerahan susu sapi dari berbagai desa di Kecamatan Pacet kurang lebih 5500 Liter per hari. Harga susu per liter jika di jual di koperasi berkisar antar Rp 3000 sampai Rp 4000, tergantung kualitas perolehan susu sapi. Para peternak sapi tidak selalu menyetorkan seluruh hasil perolehan susu sapi kepada koperasi. Sebagian hasil susu dimasak dan didinginkan agar bisa bertahankan sampai satu minggu lalu dijual sendiri dengan harga p 6000 untuk botol kecil ukuran 750 mL dan harga Rp12.000 untuk botol besar ukuran 1,5 L. Bagi para peternak sapi, mereka menerima uang bayaran setiap 10 hari sekali atau satu bulan tiga kali dengan jumlah Rp 20.000 sampai Rp 25.000 tiap satu sapi. Dan hanya sekedar informasi, susu sapi perah murni lebih bagus manfaatnya jika langsung diminum (sehabis diperas langsung diminum, tanpa dimasak terlebih dahulu). Untuk wanita yang telat datang bulan cukup lama dianjurkan meminum susu sapi perah murni tanpa dimasak lebih dahulu.

Koperasi susu Dana Mulya sendiri mempunyai system kerja yang terorganisir dan memiliki tiga struktur organisasi terpenting yaitu :

1. Bagian Produksi yang bertugas untuk menangani sapi perah para masyarakat peternak. Memperhatikan kondisi sapi dan keperluan sapi.

2. Bagian Processing yang bertugas untuk menangani hasil perahan susu sapi. Bagian processing juga bertugas untuk menentukan kualitas susu. Kualitas susu yang bagus, sedang dan kurang bagus. Kualitas susu menentukan harga susu. Semakin bagus kualitas susu, semakin tinggi/mahal juga harga susu tersebut.

3. Bagian logistic yang bertugas untuk menangani dan memperhatikan pakan atau makanan untuk sapi perah itu. Seperti pemberian vitamin dan sentrat pada sapi.

Adapun hambatan atau kendala yang dialami koperasi susu Dana Mulya, yaitu keinginan untuk meningkatkan harga susu tetapi pakan untuk sapi sendiri juga memiliki harga yang cukup mahal. Dan sampai saat ini belum ditemukan solusi untuk masalah tersebut. Beberapa kiat-kiat untuk memajukan koperasi susu Dana Mulya yang disampaikan oleh Bapak Suoriyono antara lain, peran aktif dari semuanya baik dari management, pekerja, para peternak sapi dan masyarakat di sekitarnya harus solid dan kompak. Selain itu juga harus memiliki visi dan misi yang sama yakni untuk memajukan dan mengembangkan koperasi susu Dana Mulya dengan tujuan mensejahterakan masyarakat setempat. Dan beberapa harapan untuk ke depannya antara lain, ingin semakin meningkatkan perekonomian masyarakat dan juga pekerja, jumlah sapi semakin banyak sehingga penghasilan susu semakin meningkat.BAB V

SIMPULAN DAN SARAN5.1. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang penulis paparkan dalam bab VI dapat diambil benang merah atau kesimpulan secara jelas bahwa adanya koperasi khususnya koperasi susu sangat berpengaruh terhadap perekonomian para peternak yang terhimpun di dalamnya. Dari riset yang didapatkan penulis dari lapangan, dapat diketahui bahwa terdapat perkembangan yang cukup atau stabil dalam lebih kurang delapan tahun terakhir. Sebelumnya atau sebelum adanya koperasi susu di wilayah Kecamatan Pacet, peternak sapi perah yang ada di wilayah setempat merasa kesulitan dalam mengolah susu hasil perahan dari sapi perah itu sendiri. Setelah berdiri satu koperasi yang koperasi tersebut berkecimpung pada penyaluran susu sapi, mereka ( peternak sapi perah ), tidak sulit untuk menyetorkan susu sapi tersebut. Jadi, dengan adanya koperasi yang berdiri di wilayah Kecamatan Pacet tersebut di atas memberikan dampak dampak positif kepada para peternak sapi perah khususnya, meskipun dalam perjalanan berdirinya koperasi, pelayanan yang diberikan koperasi kepada para peternak belum memenuhi target para peternak dalam ranah harga. Tetapi, para peternak sudah merasa banyak diuntungkan akan berdirinya koperasi susu DANA MULYA yang ada di wilayah Kecamatan Pacet ini. 5.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan penulis di lapangan, penulis dapat menuliskan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan bagi siapa pun yang termasuk dalam saran saran penulis di bawah.

5.2.1. Pemerintah

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang adanya koperasi susu yang ada di wilayah pedesaan di kawasan Kecamatan Pacet yang didirikan oleh satu badan usaha sampai pada saat ini bertujuan agar pemerintah mengetahui bahwa tidak hanya badan usaha seperti halnya bank merupakan jaminan untuk seluruh anggotanya sejahtera bila terlibat di dalamnya, akan tetapi pemerintah seharusnya mempertimbangkan adanya badan usaha sekelas koperasi yang mana seperti pada penelitian dan riset penulis, koperasi yang disebutkan di atas mampu memberikan kesejahteraan kepada para anggotanya. Pemerintah seharusnya menaruh perhatian penuh kepada koperasi ini. Hal tersebut dikarenakan pula jika pemerintah dapat menyokong koperasi ini, penulis yakin bahwa kesejahteraan anggota koperasi ini akan semakin bertambah seiring dengan perkembangan teknologi dalam kurun waktu yang singkat dan seiring dengan perkembangan intelegensi masyarakat akan pentingnya menciptakan lapangan kerja baru demi suksesnya program pemerintah yang bersangkutan yaitu mengenai masalah kemiskinan yang melanda Indonesia beberapa tahun terakhir.

5.2.2. Pembaca

Setelah melakukan sebuah penelitian dengan acuan hasil akhir yaitu riset, penulis dapat menuangkan ide ide ke dalam karya tulis ini. Harapan penulis kepada pembaca agar pembaca terbuka wawasan dan mengetahui bagaimana kinerja badan usaha yang ada di Indonesia ini seperti halnya koperasi. Dari situlah, penulis mencari referensi agar data data mengenai koperasi susu yang ada di wilayah Kecamatan Pacet tersebut dapat tersaji dengan sistematis agar pembaca mengetahui apa yang dimaksudkan penulis dalam karya tulis ini. Setelah itu, penulis berharap banyak agar pembaca minimal mengetahui akan adanya badan usaha yang bergerak di bidang kesejahteraan masyarakat di wilayah Kecamatan Pacet tersebut atau penulis saat berharap pembaca akan melestarikan adanya koperasi dan mengubah Mind set bahwa tidak hanya badan usaha semacam bank saja yang mungkin akan membawa kesejahteraan pada anggotanya, tetapi koperasi juga dapat memberikan keuntungan semacam itu. 5.2.3. Pembaca

Bahwa penulisan karya ilmiah yang telah dilakukan oleh penulis haruslah memenuhi standar karya ilmiah yaitu data data yang sifatnya ilmiah. Dalam penulisan karya tulis ini mungkin adalah dalam rangka proses pembelajaran penulis tentang penulisan karya tulis ilmiah yang seharusnya menjadi tolak ukur tingkat pengetahuan penulis, tetapi kembali pada proses penyampaian kebenaran dengan berbagai metode harus didasari oleh pemikiran yang ilmiah yang logis, kritis, dan pragmatis. Untuk penulisan karya tulis selanjutnya diharapkan penulis dapat semakin logis, kritis, dan pragmatis dalam penyampaian kebenaran akan suatu permasalahan yang diangkat menjadi sebuah karya tulis yang sifatnya ilmiah demi kemajuan masyarakat.DAFTAR PUSTAKA

Ulum,Bahrul;http://milikbahrulum.blogspot.com/2010/11/tujuan-dan-manfaat-koperasi.html; diakses pada tanggal 15 Maret 2013 Pukul 15.00 WIB.

Ramadhan,Aditia;http://aditz19.wordpress.com/2010/10/11/tujuan-manfaat-prinsip-koperasi/; diakses pada tanggal 15 Maret 2013 Pukul 15.00 WIB.

Satriyo,Rangga;http://ranggasatriyoo.blogspot.com/2012/10/pengertianprinsipfungsi.html; diakses pada tanggalAnonim. 2010;http://Koperasi Sapi Perah Dan Perdagangan Susu Ternak Online.htm diakses pada tanggal 17 april pukul 19.00 WIBKemdiknas;http://belajar.kemdiknas.go.id diakses pada 17 april pukul 19.00 WIB

PENGARUH ADANYA KOPERASI SUSU TERHADAP PEREKONOMIAN WARGA CLAKET, PACET 32