KRITERIA PENILAIAN KONSULTAN PENGAWAS...

10
KRITERIA PENILAIAN KONSULTAN PENGAWAS PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH Asdita Apriliasari 1 dan Retno Indryani 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email: [email protected] Keberhasilan proyek pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah sangat ditentukan oleh peran dari para pelaku konstruksi, salah satunya adalah konsultan. Mekanisme rekrutmen dan seleksi jasa konsultan dalam kegiatan pengadaan proyek konstruksi milik pemerintah dilakukan sesuai Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Sedangkan penilaian konsultan proyek konstruksi tersebut diperinci dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 Tahun 2007 tentang standar dan pedoman pengadaan jasa konsultansi. Akan tetapi, pemilihan konsultan konstruksi masih menemui banyak kendala dalam penerapannya. Hal ini umumnya dikarenakan kriteria evaluasi yang digunakan menimbulkan subyektifitas panitia pengadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan kriteria penilaian konsultan dalam proses pemilihan konsultan pengawas pada proyek konstruksi milik pemerintah, untuk dibandingkan dengan kriteria yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Identifikasi kriteria diperoleh dari Peraturan Menteri tersebut dan literatur lain yang mendukung. Identifikasi kriteria tersebut kemudian disusun dalam kuesioner. Sebagai responden adalah panitia pengadaan proyek konstruksi pemerintah. Responden dapat menambahkan kriteria lain yang dianggap perlu. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa ternyata ada kriteria penilaian teknis konsultan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang dianggap tidak penting oleh responden, yaitu : pengalaman proyek yang relevan dan penguasaan tenaga ahli terhadap bahasa asing dan aspek pengenalan. Sebaliknya, ada kriteria yang tidak tercantum dalam pedoman dari Departemen pekerjaan Umum tetapi dianggap penting, yaitu : reputasi perusahaan, rencana quality control/quality assurance, jadwal rapat koordinasi, jadwal review berkala dan mencantumkan waktu kritis, presentasi proposal serta memiliki tenaga ahli yang memahami ilmu dasar konstruksi, aspek legal dan administrasi proyek Kata kunci : konsultan pengawas, kriteria penilaian, proyek konstruksi 1. PENDAHULUAN Keberhasilan proyek pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah sangat ditentukan oleh peran dari para pelaku konstruksi yang terlibat, salah satunya adalah keterlibatan penyedia jasa konsultasi. Konsultan menawarkan jasa berupa keahlian dan kecakapan dalam merencanakan maupun melakukan pengawasan terhadap jalannya proyek konstruksi. Kriteria dan standar untuk mengukur kualifikasi konsultan tidaklah mudah ditentukan. Hal ini didukung pula oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya (e.g. Rowlinson n McDermott, 1999; Cheung, et al., 2001 dalam Ling, 2003) yang berpendapat bahwa beberapa kriteria dalam pemilihan konsultan bersifat intangible. Proses pemilihan konsultan pada proyek konstruksi milik swasta belum memiliki pedoman baku, hal ini sangat tergantung pada kebijakan perusahaan terkait. Lain halnya dengan proses pemilihan konsultan pada proyek pemerintah. Penyedia jasa

Transcript of KRITERIA PENILAIAN KONSULTAN PENGAWAS...

KRITERIA PENILAIAN KONSULTAN PENGAWAS PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH Asdita Apriliasari1 dan Retno Indryani2

1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email: [email protected]

2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email: [email protected]

Keberhasilan proyek pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah sangat ditentukan oleh peran dari para pelaku konstruksi, salah satunya adalah konsultan. Mekanisme rekrutmen dan seleksi jasa konsultan dalam kegiatan pengadaan proyek konstruksi milik pemerintah dilakukan sesuai Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Sedangkan penilaian konsultan proyek konstruksi tersebut diperinci dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 Tahun 2007 tentang standar dan pedoman pengadaan jasa konsultansi. Akan tetapi, pemilihan konsultan konstruksi masih menemui banyak kendala dalam penerapannya. Hal ini umumnya dikarenakan kriteria evaluasi yang digunakan menimbulkan subyektifitas panitia pengadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan kriteria penilaian konsultan dalam proses pemilihan konsultan pengawas pada proyek konstruksi milik pemerintah, untuk dibandingkan dengan kriteria yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Identifikasi kriteria diperoleh dari Peraturan Menteri tersebut dan literatur lain yang mendukung. Identifikasi kriteria tersebut kemudian disusun dalam kuesioner. Sebagai responden adalah panitia pengadaan proyek konstruksi pemerintah. Responden dapat menambahkan kriteria lain yang dianggap perlu. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa ternyata ada kriteria penilaian teknis konsultan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang dianggap tidak penting oleh responden, yaitu : pengalaman proyek yang relevan dan penguasaan tenaga ahli terhadap bahasa asing dan aspek pengenalan. Sebaliknya, ada kriteria yang tidak tercantum dalam pedoman dari Departemen pekerjaan Umum tetapi dianggap penting, yaitu : reputasi perusahaan, rencana quality control/quality assurance, jadwal rapat koordinasi, jadwal review berkala dan mencantumkan waktu kritis, presentasi proposal serta memiliki tenaga ahli yang memahami ilmu dasar konstruksi, aspek legal dan administrasi proyek Kata kunci : konsultan pengawas, kriteria penilaian, proyek konstruksi

1. PENDAHULUAN Keberhasilan proyek pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah sangat ditentukan oleh peran dari para pelaku konstruksi yang terlibat, salah satunya adalah keterlibatan penyedia jasa konsultasi. Konsultan menawarkan jasa berupa keahlian dan kecakapan dalam merencanakan maupun melakukan pengawasan terhadap jalannya proyek konstruksi. Kriteria dan standar untuk mengukur kualifikasi konsultan tidaklah mudah ditentukan. Hal ini didukung pula oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya (e.g. Rowlinson n McDermott, 1999; Cheung, et al., 2001 dalam Ling, 2003) yang berpendapat bahwa beberapa kriteria dalam pemilihan konsultan bersifat intangible. Proses pemilihan konsultan pada proyek konstruksi milik swasta belum memiliki pedoman baku, hal ini sangat tergantung pada kebijakan perusahaan terkait. Lain halnya dengan proses pemilihan konsultan pada proyek pemerintah. Penyedia jasa

pada proyek pemerintah memerlukan prosedur yang lebih kompetitif dibandingkan pada proyek swasta (Molenaar, et al., 1998 sebagaimana dikutip oleh Cheung et al., 2002). Pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi pada proyek pemerintah mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Keppres ini menunjukkan adanya tanggung jawab pemerintah selaku pengguna jasa untuk menciptakan persaingan yang sehat. Agar penerapan ketentuannya menjadi lebih operasional, pemerintah menyusun standar dan pedoman pengadaan jasa konsultansi berdasarkan Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 257 Tahun 2004. Seiring adanya perubahan nomenklatur, Keputusan Menteri tersebut disempurnakan menjadi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 Tahun 2007. Hal ini bertujuan agar pengguna jasa mendapatkan konsultan yang diyakini mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik, dengan harga penawaran yang paling menguntungkan negara. Pemerintah berusaha memilih konsultan yang memiliki kualifikasi yang baik untuk mencapai keberhasilan proyek dimana biaya, waktu dan kualitas terpenuhi. Meskipun demikian, pedoman evaluasi untuk menyeleksi konsultan pada proyek pemerintah tersebut dirasa masih memiliki kelemahan dalam hal kelengkapan kriteria, baik kriteria evaluasi prakualifikasi maupun evaluasi penawaran. Rwelamila (2007) mengemukakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukannya, kriteria yang digunakan untuk memilih konsultan pun masih bersifat bias. Sehingga hal ini dapat menyebabkan keputusan yang tidak tepat dan pada akhirnya tidak menguntungkan bagi pihak pengguna jasa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kriteria penilaian teknis pada tahap evaluasi dokumen penawaran konsultan pengawas pada proyek konstruksi milik pemerintah. Hasil kuisioner tidak semata-mata melengkapi kriteria yang telah ada dalam pedoman Departemen Pekerjaan Umum, akan tetapi juga menunjukkan kriteria yang tepat untuk memilih konsultan pada proyek konstruksi. Kuisioner kriteria disusun berdasarkan kriteria yang terdapat dalam pedoman Departemen Pekerjaan Umum dan kriteria-kriteria lain yang diperoleh dari literatur lain yang mendukung penelitian ini. Kuisioner diberikan kepada sejumlah panitia pengadaan yang pernah/sedang menyelenggarakan seleksi umum konsultan proyek konstruksi milik pemerintah. Responden dapat menambahkan kriteria lain yang dianggap penting untuk menilai konsultan, 2. KRITERIA PENILAIAN TEKNIS KONSULTAN Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 Tahun 1999 pasal 1 mengartikan pengawas konstruksi sebagai penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan. Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa proses dan hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor adalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan kualitatif dan kuantitatif yang tertera dalam kontrak dan menyediakan dokumen teknis administratif selama pelaksanaan sebagai sarana monitoring kemajuan pekerjaan (Ikatan Arsitek Indonesia, 1991). Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2007 mengenai standar dan pedoman pengadaan jasa konsultansi, penilaian penawaran teknis dilakukan dengan cara memberikan nilai angka terhadap kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Pengalaman perusahaan.

a. Pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir.

b. Pengalaman mengerjakan proyek di lokasi pekerjaan. c. Pengalaman manajerial dan fasilitas utama. d. Kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap.

2. Pendekatan dan metodologi. a. Pemahaman atas jasa layanan yang tercantum dalam Kerangka Acuan

Kerja (KAK). Penilaian terutama meliputi : pengertian terhadap tujuan pekerjaan yang

akan dilaksanakan., lingkup serta jasa konsultansi yang diperlukan (aspek-aspek utama yang diindikasikan dalam KAK), dan pengenalan lapangan.

b. Kualitas metodologi. Penilaian terutama meliputi ketepatan menganalisa masalahdan langkah

pemecahan yang diusulkan dengan tetap mengacu kepada persyaratan KAK, konsistensi antara metodologi dengan rencana kerja, apresiasi terhadap inovasi, tanggapan terhadap KAK, khususnya mengenai data yang tersedia, jumlah orang bulan (man-month) tenaga ahli dan tenaga pendukung, uraian tugas, jangka waktu pelaksanaan laporan-laporan yang dipersyaratkan, jenis keahlian tenaga ahli yang diperlukan, program kerja, jadwal pekerjaan, jadwal penugasan, organisasi, dan kebutuhan fasilitas penunjang.

c. Hasil kerja (deliverable). Penilaian meliputi : analisis, gambar-gambar kerja, spesifikasi teknis, perhitungan teknis dan laporan-laporan.

d. Fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan yang diminta dalam KAK.

3. Kualifikasi Tenaga Ahli. a. Tingkat pendidikan formal, yaitu lulusan PTN/PTS yang telah lulus ujian

negara atau yang telah diakreditasi, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

b. Pengalaman kerja profesional. Penilaian meliputi pengalaman pada pekerjaan sejenis, memenuhi lama pengalaman seperti yang disyaratkan dalam KAK, pengalaman jabatan seperti yang diinginkan, pengalaman mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.

c. Lain-lain : Penguasaan bahasa Inggris, bahasa Indonesia (bagi penyedia jasa asing), bahasa setempat, aspek pengenalan (familiarity) atas tata cara, aturan, situasi dan kondisi (custom) setempat.

Selain kriteria penilaian yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2007), literatur lain juga menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai konsultan pengawas konstruksi. Kriteria lain tersebut antara lain :

1. Reputasi (Corcoran, 1998; Cheung, et al., 2002; dan Ling, 2003). 2. Keharmonisan hubungan dengan pengguna jasa sebelumnya (Ling, 2003). 3. Keharmonisan hubungan dengan sesama penyedia jasa (Ling, 2003). 4. Beban kerja (workload) (Avila, 1997; dan Cheung, et al., 2002). 5. Memiliki rencana Quality Assurance/ Quality Control (Avila, 1997; Corcoran,

1998; dan Michigan Department of Transportation, 2006). 6. Mencantumkan waktu kritis (California Department of Transportation, 2002). 7. Presentasi proposal (Avila, 1997; Association of Consulting Engineers New

Zealand, 2004; dan Michigan Department of Transportation, 2006).

Penilaiannya meliputi pemaparan dan respons terhadap keinginan pengguna jasa.

8. Lamanya tenaga ahli bekerja di perusahaan terkait (Japan Bank for International Corporation, 1999).

9. Memahami ilmu dasar konstruksi (Ling, 2003; dan Krima, 2007). 10. Memahami aspek legal dan administrasi proyek (Krima, 2007).

3. METODOLOGI Gambaran metodologi yang digunakan untuk mendapatkan kriteria teknis dalam proses pemilihan konsultan proyek konstruksi milik pemerintah dapat dilihat pada Tabel 1. Kriteria yang dihasilkan akan dibahas dan dibandingkan dengan pedoman yang selama ini digunakan untuk menilai konsultan pengawas proyek konstruksi. Kuisioner ini berisi Tabel 1 Metodologi penelitian 1. Instrumen : Kuisioner Ketepatan Kriteria 2. Sumber Data : Pedoman dari Departemen Pekerjaan

Umum, jurnal penelitian dan peraturan lain terkait.

3. Jangka Waktu Pengumpulan Data : 6 (enam) minggu 4. Jumlah Responden : 30 (tiga puluh) orang 5. Hasil Temuan : Kriteria pemilihan konsultan pengawas

proyek konstruksi milik pemerintah 6. Analisa Data : Deskriptif

Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana peneliti memberikan gambaran mengenai kriteria-kriteria untuk memilih konsultan pengawas konstruksi. Populasi dari penelitian adalah seluruh panitia pengadaan yang pernah dan/atau sedang menjadi panitia pemilihan konsultan pada proyek konstruksi milik pemerintah dan telah memiliki sertifikat pengadaan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Sampel diperoleh secara simple random sampling terhadap populasi. Responden yang menjadi sampel adalah panitia pengadaan pada instansi pemerintah dengan komposisi sebagaimana tercantum dalam Tabel 1. Tabel 2 Responden penelitian No. Nama Instansi Pemerintah Jumlah Responden 1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur 21 orang 2. Pemerintah Kota Surabaya 9 orang

Total Responden 30 orang Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data primer tersebut diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh responden. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan terperinci dan lengkap yang diberikan kepada responden untuk memberikan jawaban sesuai permintaan peneliti yang tengah mencari informasi mengenai suatu permasalahan (Nazir, 2005 : 203). Kuisioner dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kriteria yang tepat untuk memilih konsultan. Kuisioner berisi kriteria-kriteria penilaian konsultan dalam proses pemilihan konsultan pengawas dalam proyek konstruksi menurut pedoman dari Departemen Pekerjaan Umum dan

literatur lain, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Kriteria berdasarkan pedoman tersebut digunakan untuk menilai konsultan proyek konstruksi, baik konsultan pengawas maupun perencana. Dengan adanya batasan penelitian, maka unsur penilaian disesuaikan untuk menilai konsultan pengawas saja. Contohnya hasil kerja (deliverable) berupa gambar dan spesifikasi teknis tidak dinilai. Selain itu penyesuaian dilakukan untuk menyusun kriteria dalam kuisioner seperti ditulis pada Tabel 3. Skala penilaian responden dalam pengisian kuisioner menggunakan ukuran nominal dikotomi, dimana alternatif jawaban hanya ada 2, yaitu : ”Penting” (nilai 1) dan ”Tidak Penting” (nilai 0) Tabel 3 Kriteria Pemilihan Konsultan Pengawas Proyek Konstruksi menurut berbagai literatur

No. Kriteria yang dinilai

1. Pengalaman Perusahaan a. Pengalaman proyek sejenis dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir b. Pernah mengerjakan proyek yang berada di lokasi proyek c. Pengalaman kerjasama yang pernah/sedang terjalin i. Reputasi ii. Keharmonisan hubungan dengan pengguna jasa sebelumnya iii. Keharmonisan hubungan dengan sesama penyedia jasa d. Kapasitas perusahaan dalam menyelesaikan pekerjaan i. Beban kerja (workload) ii. Ketersediaan tenaga ahli tetap iii. Pengalaman manajerial dan fasilitas utama

2. Pendekatan dan Metodologi a. Pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK) i. Tujuan proyek

ii. Kesesuaian lingkup iii. Pengenalan lapangan b. Kualitas metodologi i. Memiliki kreatifitas dan inovasi ii. Memberikan solusi dan strategi c. Rencana kerja i. Rencana teknis ii. Rencana Quality Assurance/ Quality Control iii. Jadwal rapat koordinasi iv. Jadwal review berkala v. Fasilitas pendukung vi. Memiliki struktur organisasi proyek vii. Jadwal penugasan personil viii. Waktu-waktu kritis d. Presentasi proposal i. Pemaparan ii. Respons dan follow up 3. Kualifikasi Tenaga Ahli a. Tingkat pendidikan b. Jenis keahlian (spesialisasi) c. Pengalaman kerja profesional i. Pengalaman tenaga ahli mengerjakan proyek sejenis ii. Pengalaman jabatan tenaga ahli iii. Lamanya tenaga ahli bekerja di perusahaan terkait d. Kemampuan berkomunikasi

i. Penguasaan bahasa asing sesuai yang diminta pengguna jasa ii. Penguasaan aspek pengenalan e. Kursus/ seminar/ workshop f. Memahami ilmu dasar konstruksi g. Memahami aspek legal dan administrasi proyek

4. HASIL DAN ANALISA DATA Frekuensi persepsi responden mengenai kriteria yang tepat untuk memilih konsultan pengawas konstruksi dirangkum dalam Tabel 4. Kriteria dinilai tepat digunakan untuk menilai konsultan pengawas proyek konstruksi apabila prosentase frekuensi responden yang menjawab “penting” sebanyak 70%. Artinya sedikitnya 21 (dua puluh satu) orang responden dari total responden sebanyak 30 (tiga puluh satu) orang responden menganggap bahwa kriteria yang disebutkan adalah penting digunakan untuk menilai konsultan. Tabel 4 Hasil Penelitian

Jawaban “Tepat (P)” Jawaban

“Tidak Tepat (TP)” No. Kriteria Penilaian Ket

Frek (org)

Prosntase (%)

Frek. (org)

Prosntase (%)

Keputusan

1. Pengalaman Perusahaan * 30 100,00 0 0,00 P a. Pengalaman proyek sejenis dalam

kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir *

30 100,00 0 0,00 P

b. Pernah mengerjakan proyek yang berada di lokasi proyek *

20 66,67 10 33,33 TP

c. Pengalaman kerjasama yang pernah/sedang terjalin *

25 83,33 5 16,67 P

i. Reputasi 24 80,00 6 20,00 P ii. Keharmonisan hubungan

dengan pengguna jasa sebelumnya

10 33,33 20 66,67 TP

iii. Keharmonisan hubungan dengan sesama penyedia jasa

6 20,00 24 80,00 TP

d. Kapasitas perusahaan dalam menyelesaikan pekerjaan *

30 100,00 0 0,00 P

i. Beban kerja (workload) 29 96,67 1 3,33 P ii. Ketersediaan tenaga ahli tetap * 30 100,00 0 0,00 P iii. Pengalaman manajerial dan

fasilitas utama * 30 100,00 0 0,00 P

2. Pendekatan dan Metodologi * 30 100,00 0 0,00 P a. Pemahaman Kerangka Acuan Kerja

(KAK) * 30 100,00 0 0,00 P

i. Tujuan proyek * 30 100,00 0 0,00 P ii. Kesesuaian lingkup * 30 100,00 0 0,00 P iii. Pengenalan lapangan * 30 100,00 0 0,00 P b. Kualitas metodologi * 30 100,00 0 0,00 P i. Kreatifitas dan inovasi * 30 100,00 0 0,00 P ii. Solusi dan strategi * 30 100,00 0 0,00 P c. Rencana kerja * 30 100,00 0 0,00 P i. Rencana teknis * 30 100,00 0 0,00 P ii. Rencana Quality Assurance/

Quality Control 28 93,33 2 6,67 P

iii. Jadwal rapat koordinasi 22 73,33 8 26,67 P

iv. Jadwal review berkala 25 83,33 5 16,67 P v. Fasilitas pendukung * 28 93,33 2 6,67 P vi. Memiliki struktur organisasi

proyek * 27 90,00 3 10,00 P

vii. Jadwal penugasan personil * 28 93,33 2 6,67 P viii. Waktu-waktu kritis 24 80,00 6 20,00 P d. Presentasi proposal 29 96,67 1 3,33 P i. Pemaparan 29 96,67 1 3,33 P ii. Respons dan follow up 27 90,00 3 10,00 P 3. Kualifikasi Tenaga Ahli * 30 100,00 0 0,00 P a. Tingkat pendidikan * 29 96,67 1 3,33 P b. Jenis keahlian (spesialisasi) * 30 100,00 0 0,00 P c. Pengalaman kerja profesional * 30 100,00 0 0,00 P i. Pengalaman tenaga ahli

mengerjakan proyek sejenis * 30 100,00 0 0,00 P

ii. Pengalaman jabatan tenaga ahli *

30 100,00 0 0,00 P

iii. Lamanya tenaga ahli bekerja di perusahaan terkait

20 66,67 10 33,33 TP

d. Kemampuan berkomunikasi * 25 83,33 5 16,67 P i. Penguasaan bahasa asing

sesuai yang diminta pengguna jasa *

20 66,67 10 33,33 TP

ii. Penguasaan aspek pengenalan * 16 53,33 14 46,67 TP e. Kursus/ seminar/ workshop * 22 73,33 8 26,67 P f. Memahami ilmu dasar konstruksi 25 83,33 5 16,67 P g. Memahami aspek legal dan

administrasi proyek 25 83,33 5 16,67 P

Catatan : - Kode (*) menerangkan bahwa kriteria penilaian tersebut tercantum dalam Pedoman pengadaan jasa konsultansi dari

Departemen Pekerjaan Umum. - Kode P (Tepat), artinya kriteria tepat dinilai dalam memilih konsultan pengawas konstruksi. - Kode TP (Tidak Tepat), artinya kriteria tidak tepat dinilai dalam memilih konsultan pengawas konstruksi.

Semua responden (frekuensi 100%) menjawab bahwa kriteria yang tersebut di bawah ini tepat untuk dinilai dalam pemilihan konsultan pengawas :

1. Pengalaman Perusahaan a. Pengalaman perusahan dalam mengerjakan proyek sejenis dalam kurun

waktu 7 (tujuh) tahun terakhir, yang harus dilengkapi dengan referensi atau rekaman kontrak dari pejabat yang berwenang baik dari instansi pemerintah maupun swasta (Kepala Kantor/Satker/Pejabat Pembuat Komitmen/pengguna barang jasa/ pemimpin/ pemimpin bagian proyek dan sebagainya).

b. Kapasitas perusahaan dalam menyelesaikan pekerjaan i. Ketersediaan tenaga ahli (baik tetap maupun tidak tetap) yang dimiliki

perusahaan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa. ii. Pengalaman manajerial dan fasilitas utama

2. Pendekatan dan Metodologi a. Pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK)

i. Tujuan proyek ii. Lingkup cara kerja dan keselamatan kerja yang ditawarkan sesuai

dengan persyaratan dalam KAK iii. Penyedia jasa mengenali kebutuhan masalah, kebutuhan maupun resiko

yang dapat terjadi di lapangan ketika pekerjaan konstruksi dilaksanakan.

b. Kualitas metodologi

i. Memiliki kreatifitas, masukan dan inovasi tentang teknik dan metodologi yang dipakai berdasarkan pengalaman, misalnya menambah pekerjaan, mengusulkan pergantian lingkup terkait dengan pelaksanaan proyek.

ii. Memberikan solusi dan strategi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi pengguna jasa, misalnya menawarkan servis yang menguntungkan terkait dengan biaya dan waktu proyek.

c. Rencana kerja berupa rencana teknis berupa laporan pelaksanaan yang sesuai dengan jadwal yang diinginkan pengguna jasa.

3. Kualifikasi Tenaga Ahli a. Jenis keahlian (spesialisasi) sesuai dengan yang disyaratkan dalam

Kerangka Acuan Kerja, dibuktikan dengan sertifikat keahlian (SKA) dari asosiasi profesi terkait dan diregistrasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)

a. Pengalaman kerja profesional i. Pengalaman tenaga ahli mengerjakan proyek sejenis memenuhi lama

pengalaman yanag disyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), dan harus didukung dengan dengan referensi atau rekaman kontrak dari pejabat yang berwenang baik dari instansi pemerintah maupun swasta (Kepala Kantor/Satker/Pejabat Pembuat Komitmen/pengguna barang jasa/ pemimpin/ pemimpin bagian proyek dan sebagainya).

ii. Pengalaman jabatan tenaga ahli. Bagi tenaga ahli yang diusulkan sebagai pemimpin/wakil pemimpin pelaksana pekerjaan (Team Leader/Co Team Leader) dinilai pula pengalamnnya sebagai pemimpin/wakil pemimpin.

Sementara itu, keharmonisan hubungan penyedia jasa dengan sesama penyedia jasa paling dianggap tidak tepat untuk diberikan penilaian dalam proses pemilihan konsultan pengawas proyek konstruksi. Prosentase responden yang menjawab kriteria ini tepat paling sedikit diantara kriteria yang lain, yaitu sebesar 20% dari total responden saja. Kriteria keharmonisan hubungan dengan pengguna jasa jasa sebelumnya (frekuensi (33,33%) dan sesama penyedia jasa (frekuensi 20%) yang disebutkan dalam pedoman dan literatur selain pedoman dari Departemen Pekerjaan Umum, dianggap tidak tepat untuk menjadi kriteria dalam proses pemilihan konsultan pengawas proyek pemerintah. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Ternyata ada kriteria dalam Pedoman berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 tahun 2007 yang dianggap tidak penting untuk menilai konsultan pengawas proyek konstruksi. Adapun kriteria yang dianggap tidak tepat tersebut adalah pengalaman mengerjakan proyek di lokasi pekerjaan, penguasaan bahasa asing, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia (bagi penyedia jasa asing) dan aspek pengenalan (familiarity) atas tata cara, aturan, situasi dan kondisi (custom) bagi tenaga ahli. Di sisi lain, peneliti mendapatkan hasil bahwa ada kriteria yang tidak tercantum atau tidak terperinci dalam Pedoman dari Departemen Pekerjaan Umum yang dianggap penting untuk menilai konsultan pengawas proyek konstruksi, yaitu: reputasi perusahaan yang baik, profesional dan kompeten, memliki rencana quality control/quality assurance, jadwal rapat koordinasi, jadwal review berkala dan mencantumkan waktu kritis yang memerlukan waktu-waktu di kemudian hari yang

dapat menimbulkan permasalahan, memerlukan sumberdaya maupun perhatian khusus, presentasi proposal penawaran yang jelas, tepat dan memberikan respon dan follow up yang bagus tentang kebutuhan pengguna jasa, serta memiliki tenaga ahli yang memahami ilmu dasar konstruksi, aspek legal dan administrasi proyek Penelitian yang dilakukan masih terbatas pada penentuan kriteria yang tepat untuk pemilihan konsultan pada tahap evaluasi dokumen penawaran teknis. Sedangkan cara penilaian, penentuan standar penilaian dan bobot yang tegas terhadap kriteria tersebut masih belum dilakukan karena keterbatasan waktu. Peneliti berharap dapat dilakukan penelitian selanjutnya untuk melengkapi pedoman proses pemilihan konsultan pengawas konstruksi agar lebih mudah diterapkan.

6. REFERENSI

1. An Empirical Study. Journal of Management in Engineering, 23 (4), 182-192. Avilla, E A (1997) Demystifying the local agency procurement and selection process for professional engineering consultant services. Journal of Management in Engineering, 13 (2), 92-95.

2. Association of Consulting Engineers (2004) Guideline on the Briefing and Engagement for Consulting Engineering Services, ACENZ, New Zealand.

3. Cheung, F K T, Kuen, J L F and Skitmore, M (2002) Multi-criteria evaluation model for the selection of architectural consultants. Construction Management and Economics, 20, 569-580.

4. Corcoran, Jan (1998) The selection of management consultant : How are governments dealing with difficult decision? An exploratory study. International Journal of Public Sector Management, 11 (1), 37-54.

5. California Department of Transportation (2002), Consultant Selection Guidebook: Procedures for Selecting Consultants for FHWA Federal-Aid Projects and State Funded Projects, California Department of Transportation Division of Local Assistance, California.

6. Departemen Pekerjaan Umum (2007), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 Tahun 2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

7. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004), Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 257 Tahun 2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi dan Investasi, Jakarta.

8. Japan Bank for International Cooperation (1999), Pedoman untuk Penunjukan Konsultan dalam rangka Pinjaman Bantuan Pembangunan Resmi (BPR) JBIC, Japan Bank for International Cooperation, Tokyo.

9. Krima, N A, Wood, G, Aquad, G F, and Zedan Hatush (2007) Assessing the performance of Libyan supervising engineers. Construction Management and Economics, 25, 509-518.

10. Ling, Y Y (2003) A conceptual model for selection of arhitects by project managers in Singapore. International Journal of Project Management, 21, 135-144.

11. Michigan Department of Transportation (2006) Consultant/Vendor Selection Guidelines for Service Contracts, Michigan Department of Transportation.

12. Nazir M (2005), Metode Penelitian. Galia Indonesia. Bogor.

13. Presiden Republik Indonesia (2003), Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah, http://www.pu.go.id.

14. Presiden Republik Indonesia (2006), Undang Undang Jasa Konstruksi, Bangunan dan Perumna, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

15. Rwelamila P D, and Edries, R (2007) Project Procurement Competence and Knowledge Base of Civil Engineering Consultants: An Empirical Study. Journal of Management in Engineering, 23 (4), 182-192.