Kriteria Fertil Pada Pria

36
INFERTILITAS PADA PRIA DENGAN GANGGUAN FUNGSI SPERMA A. Latar Belakang Infertilitas adalah masalah paling sensitif bagi setiap pasangan. Infertilitas dapat terjadi baik wanita maupun pria di seluruh dunia. Infertilitas atau ketidaksuburan menjadi salah satu faktor yang membuat pasangan suami istri kesulitan untuk mendapatkan kehamilan. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, sebanyak 25% dari pasangan suami istri tidak berhasil memiliki keturunan dalam kurun waktu setahun pasca menikah. Selama ini wanita kerap dipersalahkan jika suatu pasangan suami istri belum juga dikaruniai anak. Padahal, infertilitas pada pria menyumbang 30- 40% pada ketidaksuburan pasangan suami istri. Menurut penelitian yang dilakukan Lim dan Ratnam, faktor penyebab yang berasal dari suami sebesar 33%, sedangkan hasil penelitian WHO menyebutkan infertilitas yang disebabkan oleh pria adalah sebesar 40%. Berbagai kelainan mulai dari ketidakseimbangan hormon, kelainan struktur, kelainan genetik hingga masalah psikologis diketahui bisa menyebabkan Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 1

Transcript of Kriteria Fertil Pada Pria

Page 1: Kriteria Fertil Pada Pria

INFERTILITAS PADA PRIA DENGANGANGGUAN FUNGSI SPERMA

A. Latar Belakang

Infertilitas adalah masalah paling sensitif bagi setiap pasangan.

Infertilitas dapat terjadi baik wanita maupun pria di seluruh dunia.

Infertilitas atau ketidaksuburan menjadi salah satu faktor yang

membuat pasangan suami istri kesulitan untuk mendapatkan

kehamilan. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

tahun 2010, sebanyak 25% dari pasangan suami istri tidak berhasil

memiliki keturunan dalam kurun waktu setahun pasca menikah.

Selama ini wanita kerap dipersalahkan jika suatu pasangan

suami istri belum juga dikaruniai anak. Padahal, infertilitas pada pria

menyumbang 30-40% pada ketidaksuburan pasangan suami istri.

Menurut penelitian yang dilakukan Lim dan Ratnam, faktor penyebab

yang berasal dari suami sebesar 33%, sedangkan hasil penelitian

WHO menyebutkan infertilitas yang disebabkan oleh pria adalah

sebesar 40%.

Berbagai kelainan mulai dari ketidakseimbangan hormon,

kelainan struktur, kelainan genetik hingga masalah psikologis diketahui

bisa menyebabkan infertilitas pada pria. Tetapi yang paling banyak

terjadi dikarenakan gangguan yang berhubungan dengan kondisi

spermatozoa yang menurun secara kualitas dan kuantitas. Sekitar tiga-

perempat dari masalah ketidaksuburan pada pria disebabkan oleh

malfungsi dalam proses produksi sperma, dengan jumlah sperma yang

sedikit atau masalah motilitas sperma.

Studi terbaru menunjukkan bahwa 80 Persen pasangan dengan

masalah infertilitas memiliki kualitas sperma yang buruk. Dalam

penelitian tersebut, Profesor Sheena melibatkan 239 orang yang

mengalami masalah infertilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa 80

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 1

Page 2: Kriteria Fertil Pada Pria

persen pasangan dengan infertilitas memiliki kerusakan DNA sperma

yang parah.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Anderson, et al (2009) di

Amerika Serikat menyebutkan bahwa 18,1% dari laki-laki yang

mencari bantuan untuk memiliki anak adalah terkait sperma atau

cairan air mani dan verikokel.

Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sperma maka perlu

dilakukan analisis semen. Perubahan salah satu parameter semen

dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Suatu penelitian yang

dilakukan oleh Milardi, dkk (2011) di klinik iinfertilitas RS Universitas A.

Gemelli Italy, menyebutkan bahwa anlisis semen normal hanya

ditemukan pada 158 pasien dan 295 pasien menunjukkan perubahan

setidaknya satu parameter semen.

Penurunan kualitas dan jumlah sperma di dunia, menurut

penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet, sudah terlihat

mulai tahun 1930-an. Perubahan gaya hidup, tingginya tingkat polusi,

dan stres diduga berpengaruh pada kesehatan sperma. Untuk itu

dalam kesempatan ini akan dibahas mengenai infertilitas pada pria

terkait dengan kelainan sperma.

B. Kajian Pustaka

1. Alat Reproduksi Pria

Pria memiliki serangkaian alat reproduksi. Alat reproduksi

pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat kelamin bagian luar dan

alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin bagian luar terdiri atas

penis dan skrotum. Di dalam skrotum terdapat testis yang

merupakan alat kelamin bagian dalam dan tidak tampak dari luar.

Perhatikan sistem reproduksi pria pada Gambar 1.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 2

Page 3: Kriteria Fertil Pada Pria

Gambar 1. Sistem Reproduksi Pria

Penis berfungsi sebagai alat koitus (persetubuhan). Pada

alat ini terdapat saluran ejakulasi yang berperan menyemprotkan

semen hingga masuk dalam uretra dan disalurkan ke luar. Saluran

uretra juga berfungsi menyalurkan urine dan dikeluarkan melalui

lubang kecil di ujung penis. Pada saat ejakulasi, otot yang

terdapat pada tempat keluarnya urine menutup sehingga urine

tidak keluar bersama semen.

Skrotum merupakan kulit luar pembungkus testis. Skrotum

berfungsi menjaga temperatur testis saat pembentukan sperma.

Apabila temperatur terlalu tinggi, skrotum akan mengendor dan

apabila temperatur menurun, skrotum mengerut. Di dalam testis

terdapat saluran halus yang merupakan tempat pembentukan

sperma, disebut tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus

tersusun dari jaringan epitelium dan jaringan ikat. Di dalam

jaringan epitelium terdapat sel induk spermatozoa (spermatogen)

dan sel sertoli. Sel sertoli berfungsi memberi nutrisi pada sperma.

Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisial yang

menghasilkan hormon testosteron dan hormon kelamin jantan

lainnya.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 3

Page 4: Kriteria Fertil Pada Pria

Gambar 2. Struktur Testis

Pada penampang lintang testis akan tampak daerah yang

bersekat-sekat. Ruang di antara sekat disebut lobulus. Setiap

lobulus berisi kumpulan tubulus seminiferus yang berbelit-belit.

Apabila dibentangkan panjang belitan tubulus seminiferus

mencapai 1 km. Seluruh tubulus seminiferus menyatu membentuk

vasa efferensia. Dari vasa efferensia muncul tubulus yang

memanjang hingga 6 m disebut epididimis. Epididimis merupakan

tempat penyimpanan sperma selama lebih kurang 18 jam. Dari

epididimis, sperma menuju vesikula seminalis melalui vas

deferens. Salah satu ujung vas deferens berakhir pada kelenjar

prostat. Saluran ini bersatu di belakang kandung kemih

membentuk duktus ejakulatorius pendek dan berakhir di uretra.

Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi dan

terdapat dalam penis. Saluran ini berfungsi sebagai alat

pengeluaran urine dan sebagai saluran kelamin (yaitu saluran

semen dari kantong mani). Duktus ejakulatorius juga berhubungan

dengan kelenjar prostat yang menghasilkan cairan encer seperti

susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 4

Page 5: Kriteria Fertil Pada Pria

keasaman residu urine di uretra. Cairan ini langsung bermuara ke

uretra.

2. Proses Pembentukan Sperma

Pembentukan sperma berlangsung di dalam testis. Proses

pembentukan atau pemasakan sperma ini disebut

spermatogenesis. Dalam proses pembentukan sperma tidak lepas

dari peran hormon-hormon seksual.

Spermatogenesis berawal dari sel spermatogonia yang

terdapat pada dinding tubulus seminiferus. Setiap spermatogonia

yang mengandung 23 pasang kromosom, mengalami pembelahan

mitosis menghasilkan spermatosit primer yang juga mengandung

23 pasang kromosom. Spermatosit primer ini kemudian

mengalami pembelahan meiosis pertama menghasilkan 2

spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian tiap spermatosit

sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis kedua)

menghasilkan 2 spermatid yang juga haploid. Spermatid kemudian

berdiferensiasi menjadi sperma yang telah masak. Sperma ini

bersifat haploid. Perhatikan Gambar 3.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 5

Page 6: Kriteria Fertil Pada Pria

Gambar 3. Tahap Spermatogenesis

Sperma yang telah masak mempunyai sifat motil, karena

sperma dilengkapi mikrotubulus. Sperma yang matang ini

mempunyai tiga bagian, yaitu bagian kepala, bagian tengah (mid

piece), dan bagian ekor. Perhatikan Gambar 4 dan gambar 5.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 6

Page 7: Kriteria Fertil Pada Pria

Gambar 4. Kumpulan Sperma

Bagian kepala mengandung inti sel (nukleus) yang haploid

dan bagian ujungnya mengandung akrosom yang berisi enzim

hialuronidase dan proteinase yang berperan membantu

menembus lapisan yang melindungi sel telur.

Gambar 5. Struktur Sperma

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 7

Page 8: Kriteria Fertil Pada Pria

Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan

dalam pembentukan energi yang digunakan untuk pergerakan

ekor sperma. Bagian ekor, sebagai alat gerak sperma agar dapat

mencapai ovum.

Produksi sperma dipengaruhi hormon Follicle Stimulating

Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Produksi sperma

bersamaan dengan produksi hormon testosteron. Hormon inilah

yang mengendalikan produksi FSH dan LH. Perhatikan Tabel 1

tentang jenis-jenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 8

Page 9: Kriteria Fertil Pada Pria

Tabel 1. Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Endokrin

Kelenjar Endokrin dan Hormon-Hormon yang Dihasilkan

Jaringan yang Dituju Fungsi

Hipotalamus-Hormon gonadotropin

Hipofisis anterior

Merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone),LH (LuteinizingHormone), dan hormon tumbuh (GrowthHormone).

Hipofisis anteriora) FSH Testis Merangsang sel-sel sertoli pada

tubulus seminiferus pada testis untuk mengubah sel-sel spermatid menjadi sperma (proses spermatogenesis).

b) LH Testis Merangsang sel-sel leydig (sel-sel interstisiil) untuk menghasilkan testosteron.

c) Hormon tumbuh Testis Memacu agar memulai pembelahan spermatogonia.

Testis- Testosteron Seluruh

tubuh-    Pada janin merangsang

perkembangan organ seks primer.

-    Masa pubertas mempengaruhi pertumbuhan alat reproduksi dan ciri-ciri kelamin sekunder(suara, kejantanan, pertumbuhan rambut, dan kematangan seksual).

-    Dewasa berperan dalam memelihara ciri-ciri kelamin sekunder dan mendorong terjadinya spermatogenesis.

Seorang pria mulai memproduksi sperma apabila testisnya

telah menghasilkan hormon testosteron. Hormon inilah yang akan

memacu testis untuk memproduksi sperma. Dimulainya produksi

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 9

Page 10: Kriteria Fertil Pada Pria

hormon testosteron menandakan pria tersebut mengalami

pubertas. Pubertas ditandai dengan munculnya ciri-ciri sekunder

pada pria. Seperti pada wajah tumbuh kumis, jambang, tumbuh

rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin. Otot-otot tubuh lebih

kekar, dan suara terdengar lebih berat karena jakun mulai tumbuh.

Selain fisik, pubertas juga mempengaruhi psikologi seorang pria.

Secara psikologis seorang pria menunjukkan sifat-sifat maskulin,

diantaranya mempunyai kecenderungan untuk melindungi,

cenderung berpikir logis, tidak mengedepankan perasaan,

cenderung cuek, dan cenderung diam dan menarik diri dari

lingkungan apabila sedang menghadapi masalah.

Secara biologis seorang pria yang telah puber akan

mengalami "mimpi basah". Mimpi basah dapat terjadi karena pria

memproduksi sperma setiap harinya. Sperma ini tidak harus selalu

dikeluarkan, sebagian sperma akan diserap oleh tubuh dan

dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair, dan kotoran

padat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut

ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi terjadi

secara alami (tidak disadari oleh remaja pria) melalui mimpi

basah.

3. Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri

yang telah kawin satu tahun atau lebih (WHO 2 tahun) dan telah

melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat tanpa

memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan atau

keturunan. Dari pengertian infertil ini terdapat tiga faktor yang

harus memenuhi persyaratan yaitu lama berusaha, adanya

hubungan seksual secara teratur dan adekuat, serta tidak

memakai kontrasepsi.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 10

Page 11: Kriteria Fertil Pada Pria

Secara gasris besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu

infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Dikatakan infertilitas

primer apabila suatu pasangan dimana isteri belum hamil walau

telah berusaha selama satu tahun atau lebih dengan hubungan

seksual yang teratur dan adekuat tanpa kontrasepsi. Sedangkan

infertilitas sekunder, bila suatu pasangan dimana sebelumnya

isteri telah hamil, tetapi kemudian tidak hamil lagi walaupun telah

berusaha untuk memperoleh kehamilan selama satu tahun atau

lebih dan pasangan tersebut telah melakukan hubungan seksual

secara teratur dah adekuat tanpa kontrasepsi. Pada infertilitas

sekunder ini sebagian telah mempunyai. anak, tapi ada keinginan

untuk menambah anak, baik karena anaknya masih satu atau

karena jenis kelamin yang diinginkan belum didapatkan dan

sebagian lagi memang istri telah pernah hamil mungkin anak yang

lahir meninggal atau mengalami keguguran dan sebagainya.

C. Pembahasan

Keseburan pria ditentukan oleh bagus tidaknya kualitas sperma

yang dimiliki. Agar bisa mendapatkan keturunan, sperma yang

merupakan bibit harus normal sehingga dapat bertemu dengan ovum

yang merupakan bibit betina. Sebaliknya,  jika ada kelainan jumlah,

gerak, dan/atau bentuk, itu berarti sperma tidak normal dan pria yang

bersangkutan dikatakan mengalami gangguan kesuburan.

Mayoritas ketidaksuburan atau infetilitas pria disebabkan oleh

gangguan fungsi organ reproduksi, sehingga sperma tidak memenuhi

kriteria semen pria. Kriteria semen pada pria menurut WHO. Jika 

kriteria sperma sesuai dengan kriteria WHO tersebut, maka 

kesuburan pria yang bersangkutan dikatakan baik. Berikut kriteria

semen menurun WHO:

a. Volume

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 11

Page 12: Kriteria Fertil Pada Pria

Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen

dalam satu kali ejakulasi. Secara konsisten mengeluarkan kurang

dari 1,5 cc (hypospermia) atau lebih dari 5,5 cc (hyperspermia)

dikatakan abnormal. Volume lebih sedikit biasanya terjadi bila

sangat sering berejakulasi, volume yang lebih banyak terjadi

setelah lama “berpuasa”.

b. Konsentrasi Sperma

Pria subur memiliki konsentrasi sperma di atas 20 juta per

cc atau 40 juta secara keseluruhan. Jumlah di bawah 20 juta/cc

dikatakan konsentrasi sperma rendah dan di bawah 10 juta/cc

digolongkan sangat rendah. Istilah kedokteran untuk konsentrasi

sperma rendah adalah oligospermia. Bila sama sekali tidak ada

sperma disebut azoospermia. Semen pria yang tidak memiliki

sperma secara kasat mata terlihat sama dengan semen pria

lainnya, hanya pengamatan melalui mikroskoplah yang dapat

membedakannya.

c. Morfologi Sperma

Sperma yang sehat mempunyai satu kepala sperma

berbentuk bukat telur, berbadan satu dan mempunyai satu ekor

panjang untuk berenang menuju sel telur. Sedangkan sperma

disebut cacat bila ukuran kepala sperma terlalu besar (giant),

terlalu kecil/kerdil (micro-sperm), berkepala ganda, berbadan

ganda dan berekor ganda. Kepala sperma yang runcing, penyok

dan bertonjolan juga termasuk dalam sperma cacat. Hanya

sperma yang bentuknya sempurna yang disebut normal. Pria

normal memproduksi paling tidak 30% sperma berbentuk normal.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 12

Page 13: Kriteria Fertil Pada Pria

Sperma berbentuk tidak sempurna atau cacat seperti dia

atas, tidak dapat berenang dan tidak dapat membuahi sel telur.

Sperma yang demikian ini akan dihadang oleh cairan vagina dan

dikeluarkan bersama dengan cairan semen.

d. Motilitas (Pergerakan) Sperma

Sperma terdiri dari dua jenis, yaitu yang dapat berenang

maju dan yang tidak. Hanya sperma yang dapat berenang maju

dengan cepatlah yang dapat mencapai sel telur. Sperma yang

tidak bergerak tidak ada gunanya. Menurut WHO, motilitas

sperma digolongkan dalam empat tingkatan:

i. Kelas a: sperma yang berenang maju dengan cepat dalam

garis lurus seperti peluru kendali.

ii. Kelas b: sperma yang berenang maju tetapi dalam garis

melengkung atau bergelombang, atau dalam garis lurus tetapi

lambat.

iii. Kelas c: sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak

melaju.

iv. Kelas d: sperma yang tidak bergerak sama sekali.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 13

Page 14: Kriteria Fertil Pada Pria

Sperma kelas c dan d adalah sperma yang buruk. Pria yang

subur memproduksi paling tidak 50% sperma kelas a dan b. Bila

proporsinya kurang dari itu, kemungkinan akan sulit memiliki anak.

Motilitas sperma juga dapat terkendala bila sperma saling

berhimpitan secara kelompok sehinga menyulitkan gerakan mereka

menuju ke sel telur.

Untuk mengetahui kelaina pada sperma perlu dilakukan

pemeriksaan sperma. Pemeriksaan sperma adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengukur jumlah dan kualitas semen dan sperma

pada pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara

keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria

saat ejakulasi disebut semen, sedangkan makhluk kecil yang

berenang-renang di dalam semen disebut sperma.

Analisa sperma mencakup sejumlah pemeriksaan (seperti

volume, warna, bau, konsistensi, dan sebagainya) dari semen/cairan

sperma dan karakteristik morfologi/kemampuan fungsional dari

konstituen spermatozoa. Kualitas pengumpulan spesimen sangat

diperlukan dalam melakukan analisa sperma.

Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah

tidak melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam

2-5 hari sebelum tes. Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2

jam sejak pengumpulan sampel. Semakin cepat diperiksa, hasilnya

semakin akurat.

Pemeriksaan sperma penting untuk mengevaluasi fertilitas

seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah

permasalahannya karena gangguan produksi sperma atau kualitas

sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain untuk pemeriksaan

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 14

Page 15: Kriteria Fertil Pada Pria

kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk

memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.

Dari hasil pemeriksaan sperma tersebut, akan didapatkan

beberapa istilah sebagai berikut:

i. Normoszoospermia yaitu karakteristik sperma normal

ii. Oigozoospermia yaitu konsentrasi sperma kurang dari 20 juta per

ml

iii. Asthenozoospermia yaitu jumlah sperma yang masih hidup dan

bergerak aktif dalam 1 jam setelah ejakulasi kurang dari 50%

iv. Teratozoospermia yaitu jumlah sperma dengan morfologi normal

kurang dari 30%

v. Oligoasthenoteratozoospermia yaitu kelainan campuran dari 3

variabel yang telah disebutkan sebelumnya

vi. Azoospermia yaitu tidak adanya sperma pada semen

vii. Aspermia yaitu sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Dari istilah-istiah di atas, hanya normozoospermia yang tidak

perlu penanganan lebih lanjut, kecuali jika ada faktor imunologis dan

infeksi. Hasil pemeriksaan sperma akan menentukan pemeriksaan

lanjutan atau tindakan andrologis selanjutnya untuk memperbaiki

tingkat kesuburan. Namun sebaiknya analisis sperma yang kedua

terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan tindakan lebih lanjut.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada

sperma.

a. Riwayat penyakit sistemik

Salah satu penyakit sistemik yang dapat mengganggu

tingkat kesuburan bahkan dapat menyebabkan

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 15

Page 16: Kriteria Fertil Pada Pria

ketidaksuburan pada pria adalah diabetes mellitus pria. Pria

yang menderita diabetes dapat merusak DNA yang

terkandung dalam sperma yang berakibat pada tingkat

kesuburan pria. hasil penelitian yang dilakukan Pusat

Penelitian dan Jaslok Hospital, India. menunjukkan diabetes

secara signifikan mengurangi jumlah sperma dan

mempengaruhi pergerakan dan penampilan sperma.

b. Riwayat infeksi dan penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual dapat membuat testis pria

mengalami peradangan. Infeksi menular seksual seperti

clamidia dan gonorhea bisa menyebabkan gangguan

kesuburan pada pria. Pria yang terinfeksi klamidia seringkali

mengeluarkan cairan seperti susu dari uretra. Jumlahnya tidak

selalu banyak, biasanya setelah bangun pagi. Gejala lain

adalah buang air kecil yang menyakitkan. Sekitar 1/4 pria

yang terinfeksi tidak memiliki gejala infeksi klamidia.

Sementara itu, dia dapat menularkan infeksi ke pasangannya

tanpa disadari.

c. Riwayat pembedahan organ genitalia

Pembedahan yang berisiko mengurangi kesuburan pria

salah satunya adalah operasi prostat. Operasi prostat dapat

merusak otot sphincter yang biasanya menutup leher kandung

kemih. Akibatnya, air mani akan mengambil jalan pintas ke

dalam kandung kemih, dan dibuang bersama air seni.

Sedangkan verikokel mempengaruhi kesuburan pria karena

merupakan keadaan abnormal pada kantung pembungkus

testis (skrotum), di mana terjadi pembesaran atau pelebaran

pembuluh darah balik (vena) yang memengaruhi proses

pembentukan dan kualitas sperma.

d. Trauma / benturan pada skrotum (testis)

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 16

Page 17: Kriteria Fertil Pada Pria

Trauma fisik yang mengenai buah zakar dapat

menimbulkan keradangan yang antara lain menimbulkan rasa

sakit dan pembengkakan. Kalau ini terjadi, salah satu akibat

buruknya adalah kerusakan bagian yang memproduksi

sperma. Akibat lebih lanjut terjadi gangguan kesuburan.

e. Riwayat disfungsi ereksi

Riwayat memiliki disfungsi ereksi, walaupun sudah

diatasi juga tetap akan memicu terjadinya depresi, diamana

hal ini tidak baik untuk kehidupan seksualnya di masa

mendatang.

f. Faktor risiko: life style (rokok, alkohol, obat-obatan), paparan

radiasi, zat kimia dan panas di tempat kerja.

Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan

disfungsi ereksi pada pria. Nikotin membuat darah mengental

sehingga tidak bisa beredar dengan lancar, termasuk di

pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya, muncul gangguan

seksual seperti ejakulasi dini, ereksi tidak sempurna, bahkan

impotensi. Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan

kadar hormon testoteron sehingga mengganggu produksi

sperma. Sama halnya dengan rokok dan alkohol, radiasi akan

memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas

sperma. Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi

akan memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan

mengurangi kesempatan untuk pembuahan. Beberapa jenis

obat juga bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan

seperti antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat

hormonal dapat menurunkan tingkat kesuburan pria.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 17

Page 18: Kriteria Fertil Pada Pria

Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur

(ovum) dengan inti sel sperma membentuk makhluk hidup baru yang

disebut dengan zigot. Fertilisasi dapat terjadi apabila istri maupun

suami memenuh kriteria fertil dan jika salah satu bermasalah atau

tidak subur, maka proses fertilisasi untuk menghasilkan keturunan pun

terganggu, sehingga dapat terjadi infertilitas. Untuk itu perlu dilakukan

pemeriksaan fertilitas, bukan hanya bagi perempuan tetapi pria pun

penting melakukan pemeriksaan fertilitas untuk menilai tingkat

kesuburannya.

Untuk menilai kesuburan pria, maka perlu dilakukakn

pemeriksaan fertilitas oleh spesialis urologi tetapi Pada banyak kasus,

pemeriksaan kesuburan dapat dilakukan oleh ahli obstentri/ginekologi

atau seorang dokter keluarga. Pemeriksaan fertilitas sangat penting

untuk menilai dan mengevaluasi ada atau tidaknya gangguan fertilitas

dari seorang pria serta untuk menentukan terapi yang tepat bila

ditemukan adanya gangguan. Adapun tahap-tahap pemeriksaan

fertilitas meliputi wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang

1. Wawancara

Tahap awal merupakan wawancara untuk pengumpulan

data-data pasien. Saat wawancara dokter akan menanyakan

beberapa hal berikut ini:

g. Kebiasaan seksual / sanggama.

Kebiasaan senggama juga penting dipertanyakan,

karena semakin jarang melakukan senggama maka peluang

untuk menghasilkan keturunan juga semakin berkurang.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 18

Page 19: Kriteria Fertil Pada Pria

Selain itu pria yang jarang melakukan hubungan seks akan

sulit mengontrol proses ejakulasi.

h. Kemampuan ereksi, penetrasi dan ejakulasi

Kemampuan ereksi, penetrasi dan ejakulasi juga tidak

kalah pentingnya. Ereksi yang keras, dilanjutkan dengan

penetrasi kedalam vagina hingga akhirnya mengalami

ejakulasi pada titik klimaks merupakan penentu utama

kesuburan pria.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik bagi pria dalam pemeriksaan fertilitas

meliputi pemeriksaan keadaan fisik secara umum dan

pemeriksaan keadaan alat-alat reproduksi. Pemeriksaan keadaan

fisik secara umum seperti tinggi badan, berat badan, sebaran

rambut dan lain-lain. Sedangkan pemeriksaan keadaan alat-alat

reproduksi berupa pemeriksaan penis, buah zakar (skrotum),

testis, epididimis, prostate, saluran sperma, dan kelenjar Cowper.

Pemeriksaan fisik diperlukan jika memang tidak ada kondisi

medis yang nampak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada

ruangan yang hangat, untuk mencegah refleks kremaster yang

berlebihan. Namun, tidak semuanya dapat dipalpasi dengan

mudah. Pasien juga harus diperiksa apakah seks sekundernya

berkembang sesuai dengan usianya, apakah terjadi ginekomastia

atau hirsutism. Juga perlu diperhatikan apakah terdapat bekas

luka pada abdomen atau pangkal paha, diskolorisasi skrotum,

testikel yang tidak simetris, dan likasi maupun ukuran meatus

penis. Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan regresi tanda

seks sekunder seperti hilangnya rambut dan kemungkinan

hilangnya massa otot. Pasien yang menggunakan steroid dapat

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 19

Page 20: Kriteria Fertil Pada Pria

memiliki otot rangka yang hipertrofi, jerawat, ginekomastia dan

striae yang disertai atrofi testikular.

Palpasi sangat penting pada pemeriksaan fisik. Tonus otot

tunica dartos dapat menentukan ukuran skrotum. Pemeriksaan

disarankan dilakukan pada ruangan yang hangat karena pada

lingkungan yang dingin, otot tunica dartos dapat menyebabkan

skrotum berkontraksi. Skrotum harus dipalpasi secara teliti dan

menyeluruh serta dikonfirmasi seluruh strukturnya termasuk

ukuran dan konsistensinya. Indurasi epididimis kemungkinan

dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik. Pasien juga mungkin

memiliki testikel yang teraba pada kanalis inguinalis, tidak bisa

digerakkan ke skrotum atau bahkan tidak dapat dipalpasi sama

sekali. Pemeriksaan fisik dapat menemukan pula ketiadaan vas

deferens baik unilateral maupun bilateral atau cela yang dapat

diraba pada vas deferens. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilengkapi

dengan pemeriksaan rekta jika ada keluhan ejakulasi.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diagnostik infertilitas pada pria

dapat meliputi: pemeriksaan laboratorium, seperti kadar FSH, LH,

prolaktin, androgen (testosteron), dan pemeriksaan analisa

sperma.

a. Pemeriksaan LH

Pemeriksaan luteinizing hormone (LH) merupakan

pengukuran kadar LH, yaitu suatu hormon yang berperan

dalam proses reproduksi. LH disebut juga gonadotropin,

dihasilkan oleh sel-sel gonad yang berada pada kelenjar

pituitari di dasar otak dan pengeluaran hormon ini dirangsang

oleh gonadotropin releasing hormone (GnRH). LH pada pada

pria berfungsi untuk merangsang testis dalam mensintesis

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 20

Page 21: Kriteria Fertil Pada Pria

hormon steroid dan merangsang produksi testosteron pada

sel Leydig. Manfaat pemeriksaan LH adalah untuk

mengevaluasi infertilitas dan diagnosis gangguan gonad atau

pituitari.

b. Pemeriksaan FSH

Pemeriksaan folicle stimulating hormone (FSH)

merupakan pengukuran kadar FSH, yaitu suatu hormon yang

berperan dalam reproduksi. FSH disebut juga gonadotropin,

dihasilkan oleh sel-sel gonad yang berada pada kelenjar

pituitari di dasar otak dan pengeluaran hormon ini dirangsang

oleh gonadotropin releasing hormone (GnRH). FSH pada pria

berfungsi untuk merangsang aktivitas di tubulus seminiferus

seperti spermatogenesis, merangsang sekresi estrogen pada

sel sertoli dan memperkuat efek luteinizing hormone (LH)

dalam merangsang sel Leydig. Manfaatnya juga untuk

mengevaluasi infertilitas dan diagnosis gangguan gonad atau

pituitari.

c. Pemeriksaan Prolaktin

Pemeriksaan prolaktin merupakan pengukuran kadar

hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi pada pria dapat

mempengaruhi sekresi hormon seks yang berakibat

terganggunya spermatogenesis atau impotensi. Adapun

manfaat sama dengan pemeriksaan LH dan FSH yaitu untuk

mengevaluasi infertilitas dan diagnosis gangguan gonad atau

pituitari.

d. Pemeriksaan Testosteron

Pemeriksaan testosteron merupakan pengukuran kadar

hormon testosteron yang paling penting dalam proses

repoduksi dan pada pria dihasilkan oleh sel Leydig (testis).

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 21

Page 22: Kriteria Fertil Pada Pria

Fungsi testosteron yaitu mempengaruhi perkembangan sifat-

sifat seks sekunder pria, memberikan feedback negatif melalui

pituitari dan hipotalamus sehingga menghasilkan penurunan

sekresi luteinizing hormone (LH) dan menjaga fungsi kelenjar

prostat serta vesikel seminalis.

Manfaat pemeriksaan testosteron adalah evaluasi

fungsi gonad dan adrenal, mengetahui penyebab pubertas dini

pada pria, diagnosis hipogonadisme, hipopituarisme, sindrom

Klinifelter dan impoten, indikator fungsi sekresi LH dan sel

Leydig.

e. Pemeriksaan Analisa Sperma

A. Upaya Meningkatkan Kesuburan Pria

Untuk meningkatkan kesuburan pada pria, ada beberapa upaya

yang harus dicermati agar tingkat kesuburan pria dapat terjaga

dengan baik. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Tambah Asupan Vitamin C

Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan sperma

menggumpal. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa

suplemen vitamin C setiap hari, ternyata mampu meningkatkan

kesuburan di kalangan pria perokok. Menurut Larry Lipschultz,

M.D., dosen urologi di Baylor College of Medicine di Houston,

vitamin C adalah antioksidan yang membuat membran-membran

sel stabil yang sangat bagus untuk sperma.

2. Redakan Stress

Menurut Dr. Moskowitz, meskipun dokter belum mengetahui

kebenaran adanya stres yang berlebihan dapat mengurangi

hitungan sperma, namun dengan mempraktikkan teknik-teknik

meredakan stres, terbukti sangat berguna dalam menngkatkan

kualitas sperma.

3. Usahakan Gairah Memuncak

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 22

Page 23: Kriteria Fertil Pada Pria

Menurut Niels H. Lauersen, M.D., Ph.D., salah seorang

pendiri New York Society of Reproductive Medicine di New York

City, pria yang sangat terangsang ketika sedang bersenggama

akan memancarkan semen lebih banyak dan menghasilkan

sperma lebih kuat. Oleh karena itu, usahakan agar percumbuan

atau foreplay bersama pasangan berlangsung sekurang-

kurangnya 20 menit.

4. Mengatur Jadwal Seks

Menurut Dr. Lauersen, hindari hubungan intim selama 2-5

kali sebelum istri mengalami ovulasi. Hal ni akan meningkatkan

hitungan sperma dan persentase sperma sehat yang akan suami

pancarkan bisa lebih tinggi.

5. Memakai Celana Boxer

Meskipun mungkin tidak seefektif yang diyakini oleh

sebagian orang, mengganti celana dalam ketat dengan celana

boxer atau celana kolor mungkin dapat menaikkan hitungan

sperma. Pasalnya, testis akan lebih sejuk.

6. Menurunkan Berat Badan

Dr. John Briffa mengemukakan bahwa orang yang kelebihan

berat badan, maka lemak dalam tubuhnya dapat membungkus

testis dan menaikkan temperatur di daerah tersebut sehingga

dapat membunuh sperma di dalamnya.

7. Turunkan Suhu Mandi Sauna

Menurut Wolfram Nolten, M.D., profesor ahli endrokrinologi

di University of Wiisconsin Madison Center for Health Studies,

duduk di kamar mandi sauna atau dalam air hangat, maupun

mandi air hangat biasa pada suhu lebih dari temperatur tubuh

untuk periode yang terlalu lama dapat menurunkan produksi

sperma. Oleh karena itu, jangan menghabiskan waktu lebih dari

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 23

Page 24: Kriteria Fertil Pada Pria

15 menit sehari di bak hangat atau sauna, dan usahakan agar

suhunya tidak lebih dari 36,5oC.

8. Hindari Penggunaan Pelumas

Menurut Dr. Nolten, jeli atau bahan pelumas lain bisa

digunakan sebagai pelumas untuk melancarkan hubungan intim,

tetapi bahan ini juga dapat mengurangi kelincahan sperma,

terlebih bila mengandung spermmisida (pembasmi sperma).

9. Berhenti Merokok

Merokok tampaknya mempunyai kaitan dengan lamban dan

rendahnya hitungan sperma. Penelitian menemukan bahwa

keguguran meningkat 64% apabila kedua pasangan merokok,

bahkan meskipun pria saja yang merokok. Oleh karena itu,

kurangi dan berhentilah merokok agar kesuburan organ

reproduksi tidak terganggu.

10. Konsumsi Makanan yang Dapat Meningkatkan Kesuburan

Produksi sperama juga erat kaitannya dengan makanan.

Beberapa makanan yang bisa meningkatkan kesuburan dan

meningkatkan jumlah sperma pria antara lain daging, ikan,

kacang-kacangan, bayam, brokoli, kankung, tauge, tiram, telur,

dan susu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Syarat fertilitas pada pria yaitu testil minimal satu yang dapat

menghasilkan sperma normal, saluran epididimis dan vas

deferens yang patent/normal, memiliki kemampuan ereksi dan

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 24

Page 25: Kriteria Fertil Pada Pria

penetrasi ke dalam vagina, ejakulasi adekuat, dan kualitas

sperma baik.

2. Pemeriksaan fertilitas pada pria meliputi 3 tahap yaitu wawancara,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

3. Upaya meningkatkan kesuburan pria dapat dilakukan dengan

menambah asupan vitamin C, meredakan stres, mengusahakan

gairah seks memuncak, mengatur jadwal seks, memakai celana

boxer, menurunkan berat badan, menurunkan suhu mandi sauna,

menghindari penggunaan pelumas, berhenti merokok, dan

mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kesuburan.

B. Saran

Bagi setiap pria sebaiknya sebelum melangkah ke jenjang

pernikahan sebaiknya melakukan pemeriksaan fertilitas untuk

mengetahui tingkat kesuburan, sehingga jika ditemukan adanya

gangguan dapat ditangani lebih dini. Dengan demikian diharapkan

setelah menikah mampu memenuhi syarat-syarat kesuburan dan

dapat menghasilkan keturunan.

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini.

Jogjakarta: Flashbooks.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 25

Page 26: Kriteria Fertil Pada Pria

Gordon JD, Dimattina M. 2011. 100 Tanya-jawab Mengenai Infertilitas.

Edisi Kedua. Jakarta: Indeks.

Hapfner W, Schust DJ. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi

Kedua. Jakarta: Erlangga.

Marimbi, Hanum. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Verawaty SN, Rahayu L. 2011. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual

Pria. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Yarnadi. 2013. Infertiitas pad Pria. Diakses dari

http://familiamedika.net/group-keluarga-reproduksi/infertilitas-pada-

pria.html#.US2T-vIj6LQ pada tanggal 27 Februari 2013.

Sini, Ivan. 2011. Masalah Ketidaksuburan pada Pria. Diakses dari

http://www.drivansini.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=64:masalah-ketidak-suburan-

pada-pria&catid=11:infertilitas&Itemid=36 pada tanggal 27 Februari

2013.

Anonim. 2012. Pria: Penyebab Penurunan Kualitas Sperma pada Pria.

Diakses dari http://aidanmai.blogspot.com/2012/04/pria-penyebab-

penurunan-kualitas-sperma.html pada tanggal 27 Februari 2013.

Febrida, Melly. 2013. Diabetes Kurangi Jumlah Sperma. Diakses dari

http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/common/stofriend.aspx?

x=Quirkies&y=cyberman|0|0|7|666 pada tanggal 1 Maret 2013.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 26

Page 27: Kriteria Fertil Pada Pria

Anonim. 2011. Pemeriksaan Kesuburan (Fertilitas) pada Pria dan Wanita.

Diakses dari

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/reproduksi/pemeriksaan

-kesuburan-fertilitas-pada-pria-dan-wanita/ pada tanggal 25 Februari

2013.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada PriaPage 27