Kristal

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Mineralogi adalah salah cabang ilmu geologi yang mempelajari kulit bumi. Secara umum mineralogi mempelajari seluk beluk (ganesa) mineral, sifat fisik dan kimia suatu mineral. B. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan melakukan praktikum Kristalografi dan Mineralogi adalahsebagai berikut : 1. Mempelajari dan menentukan sistem Kristalografi dan Mineralogi dari bermacam-macam bentuk Kristal baik bentuk dasar maupun bentuk kombinasi dan letak posisi dan panjang sumbu kristalografi. 2. Mempelajari dan menentukan kelas simetri dari bermacam-macam bentuk Kristal berdasarkan jumlah unsure-unsur simetri yang dimilikinya. 3. Mencari hubungan dalam proyeksi stereografis.

description

Kristal

Transcript of Kristal

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.

Mineralogi adalah salah cabang ilmu geologi yang mempelajari kulit bumi. Secara umum mineralogi mempelajari seluk beluk (ganesa) mineral, sifat fisik dan kimia suatu mineral.

B.Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan melakukan praktikum Kristalografi dan Mineralogi adalahsebagai berikut :1. Mempelajari dan menentukan sistem Kristalografi dan Mineralogi dari bermacam-macam bentuk Kristal baik bentuk dasar maupun bentuk kombinasi dan letak posisi dan panjang sumbu kristalografi.2. Mempelajari dan menentukan kelas simetri dari bermacam-macam bentuk Kristal berdasarkan jumlah unsure-unsur simetri yang dimilikinya.3. Mencari hubungan dalam proyeksi stereografis.4. Mengetahui sfat dari mineral itu sendiri.5. Menentukan hubungan antara Kristal dan mineral.

BAB IILANDASAN TEORI

A. Kristalografi

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajadi tentang Kristal. Sedangkan Kristal itu sendiri adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi .Dalam mempelajari kristalografi kita mengenal ada 7 macam sistem ,antara lain :

1. Sistem Isometri. Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.Perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3.

2. Sistem TetragonalSama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang(perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6

3.Sistem OrthorhombikSistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c.Pada penggambaran, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

4. Sistem Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendekPada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.

5.Sistem TriklinSistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.

6.Sistem HexagonalSistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d.Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.

7.Sistem Trigonal-Mempunnyai 4 buah sumbu-Sudut sumbu (a, b, dan d)tegak lurus c-Panjang sumbu a = b =d = c-Sudut antara a+dengan b-= 200dan b+dengan d-= 400-Perbandingan sumbu a : b: c : d = 1 : 3 : 3 :1

UNSUR-UNSUR SIMETRIUntuk penentuan klas kristal diperlukan perincian simetri yang ada di dalam suatu kristal, perincian yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Sumbu SimetriSumbu simetri adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, di mana apabila kristal tersebut diputar 360o dengan garis tersebut sebagai sumbu perputaran, maka dari kedudukan tertentu kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan yang sama dengan semula.

2. Bidang SimetriBidang simetri merupakan bidang yang melalui pusat kristal yang membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, di mana bagian yang satu merupakan pencerminan bagian yang lain. Bidang simetri terdiri atas2, yaitu: Bidang Simetri UtamaBidang simetri utama melalui dua atau tiga buah sumbu kristalografi Bidang Simetri TambahanBidang simetri tambahan hanya melalui satu sumbu kristalografi saja.

3. Pusat SimetriPusat simetri adalah merupakan titik dalam kristal di mana melaluinya dapat ditulis/ditarik suatu garis sedemikian rupa, sehingga pada sisi yang satu dengan sisi uang lain pada jarak yang sama terdapat wajah yang sama.

Penentuan Klas Simetri Dalam kristalografi terdapat 32 klas simetri. Cara untuk menentukan klas simetri dari suatu kristal dapat dilakukan menurut aturan Herman Mauguin dan Schoenflies.

B. MINERALOGI

SIFAT FISIK MINERAL Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di man sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut meliputi:

a.Warna (Color)Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian dipantulkan. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:1. Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,pirit, dan lain sebagainya.2. Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya.

Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan namachomophores. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna antara lain:1.Komposisi mineral2. Struktur kristal dan ikatan ion3. Pengotor dari mineral

b.Perawakan KristalPerawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang membangunnya,termasukbnetuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal perawakanyangterdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan cirri tetap mineral. Contoh: mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar) perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Richard peart, 1975) yaitu:1.Elongated habits (meniang/berserabut)2.Fattened habits (lembaran tipis)3.Rounded habits (membutir)

c.Kilap (Luster)Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.

Kilap NonLogam dapat dibedakan menjadi:1. Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.2. Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan.3. Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum.4. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.5. Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.6. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin.7. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.

d.Kekerasan (Hardness)Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

1.TalcMg3Si4O10(OH)22.GypsumCaSO42H2O3.CalciteCaCO34.FluoriteCaF25.ApatiteCa5(PO4)3(OH,Cl,F)6.OrthoclaseKAlSi3O87.QuartzSiO28.TopazAl2SiO4(OH,F)29.CorundumAl2O310.DiamondC (pure carbon)

Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:

Kuku jari manusia (H = 2,5)Kawat tembaga (H = 3)Pecahan kaca (H = 5,5)Pisau baja (H = 5,5)Kikir baja (H = 6,5)Lempeng baja (H = 7)

Bila mana suatumineraltidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

e.Gores/Cerat (Streak) Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap.Gores ini di pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

f.Belahan (Cleavage)Belahanadalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.Belahan dapat di bedakan menjadi:1.Sempurna (perfect)Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.2.Baik (good)Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.3.Jelas (distinct)Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.4.Tidak jelas (indistinct)Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.5.Tidak sempurna (imperfect)Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

g.Pecahan (Fracture)Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yangtidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:1.Pecahankonkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.2.Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakanseperti serat, contohnya asbes, augit;3.Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkanpermukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;4.Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya minerallempung.5.Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar,dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.6.Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

h.Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)/KekenyalanTenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi:1.Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.2.Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.3.Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik akan menjadi panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.4.Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.5.Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti semula bila dilepaskan.6.Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

i.Berat Jenis (Specific Grafity)Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.

f.Sifat KemagnetanSifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetit ataukah diamagnetit.1. Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap magnet.2. Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak terhadap magnet.

g.Derajat Ketransparanan/DiaphanetySifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas:1. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalambentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap.2. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca.3. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus pandang.4. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.BAB IIIHASIL PERCOBAAN

A. Menggambar Salib Sumbu

B. Menggambar Bentuk Kristal dan Stereogramnya

C. Menggambar Bentuk Kristal Kombinasi dan Stereogramnya.

D. Menentukan Unsur Simetri (Bidang Simetri), BSU dan BST.

E. Determinasi Mineral

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULAN

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang kristal. Sedangkan kristal itu sendiri adalah benda padat homogen yang memiliki bidang datar yang merupakan pencerminan dari atom-atomnya.

Dalam Kristalografi terdapat 32 kelas yang dibagi ke dalam 7 sistem.Sistem Kristalografi tersebut yaitu:

1. Reguler/Isometri/Cubic2. Tetragonal3. Orthorombik/Rombik/Rombis4. Monoklin5. Trigonal6. Heksagonal Cat: No. 1-5 memiliki 3 buah sumbu No. 5 dan 6 memiliki 4 buah sumbu

Ada 3 unsur simetri dalam Kristalografi, yaitu:1. Bidang Simetri2. Sumbu Simetri3. Pusat Simetri

Mineralogi adalah salah ilmu geologi yang mempelajari kulit bumi. Mineralogi mempelajari asal usul (ganesa) mineral, sifat fisik dan kimia, serta klasifikasi dan pemanfaatannya.

A. SARAN

Pada kesempatan kali ini, saya selaku penyusun ingin menyampaikan beberapa saran yang sekiranya bersifat membangun kepada semua komponen di dalam Laboratorium Kristalografi dan mineralogi, antara lain:1. Buku penuntun sebaiknya di lengkapi dengan gambar dari 32 klas kristalografi agar mempermudah praktikan dalam memberikan nama pada gambar kristalografi.2. Sebaiknya asisten menjelaskan penentuan klas simetri kristalografi berdasarkan Herman Mauguin dan Schoenflish.

DAFTAR ISISampul Lembar Pengesahan Kartu Kontrol Laboratorium Kartu Kontrol Asistensi Kata Pengantar

Daftar Isi Bab I : Pendahuluan A. Latar BelakangB. Maksud dan Tujuan

Bab II : Landasan TeoriA. Kristalografi B. Mineralogi

Bab III : Hasil PercobaanA. Menggambar Salib Sumbu Kristalografi B. Menggambar Bentuk Kristal dan Stereogramnya C. Menggambar Kristal Kombinasi dan StereogramnyaD. Menggambar Unsur Simetri (Bidang Simetri), BSU dan BSTE. Determinasi Mineral

Bab IV : PenutupA. KesimpulanB. Saran

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

REGULERPRISMATIK

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 6 BST34

BSU BERWARNA HIJAUBST BERWARNA ORANGE/ KUNING

TETRAGONAL PRISMATIK

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 2 BST14 + 22

BSU BERWARNA HIJAUBST BERWARNA ORANGE

ORTHOROMBIKBIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 0 BST14 + 22

BSU BERWARNA HIJAU

MONOKLIN PRISMATIK

UNSUR SIMETRI :1 BSU + 0 BST12

BSU BERWARNA HIJAU

TRIKLINPRISMATIK

UNSUR SIMETRI :Tidak Memiliki BSU dan BST

TRIGONALBIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 0 BST13

BSU BERWARNA HIJAU

HEKSAGONALPRISMATIK

UNSUR SIMETRI :4 BSU + 3 BST16 + 32

BSU BERWARNA HIJAUBST BERWARNA ORANGE

REGULER OKSTAIDER

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 6 BST34

BSU BERWARNA HIJAUBST BERWARNA ORANGE

TETRAGONAL PRISMATIK BIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 2 BST14 + 22

BSU BERWARNA HIJAUBST BERWARNA ORANGE

DIORTHOROMBIK BIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 0 BST14 + 22

BSU BERWARNA HIJAU

MONOKLIN SPONOIDAL

UNSUR SIMETRI :1 BSU + 0 BST12

BSU BERWARNA HIJAU

DITRIKLIN BIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :Tidak Memiliki BSU dan BST

DITRIGONAL BIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :3 BSU + 0 BST13

BSU BERWARNA HIJAU

DIHEKSAGONAL BIPIRAMIDAL

UNSUR SIMETRI :4 BSU + 9 BST112 + 32

BSU BERWARNA HIJAUBST BERWARNA ORANGE/ KUNING

KATA PENGANTAR

`Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, anugerah, dan kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini sebagai implementasi dari pengamatan di laboratorium Kristalografi dan Mineralogi.

Dalam menyelesaikan laporan ini saya banyak mendapat bimbingan dari beberapa pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini saya ingin menyampaikan banyak terimah kasih kepada:1. Bapak Ir. Baso Junain, MM selaku dosen dan koordinator Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi2. Asisten Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi3. Teman-teman seperjuangan yang banyak membantu dan juga selalu mendukung selama pelaksanaan praktikum.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca laporan ini sangatlah saya harapkan.

Dengan segenap hati, sekali lagi saya selaku penyusun laporan ini berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Desember 2013

Yonathan Ronny