Krisis Okulogirik

7
BAB I PENDAHULUAN Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak dari sistem ekstrapiramidal adalah terutama di formatio reticularis dari pons dan medulla dan di target saraf di medula spinalis yang mengatur refleks, gerakan-gerakan yang kompleks, dan kontrol postur tubuh. Istilah sindrom ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik. Istilah ini mungkin dibuat karena banyak gejala bermanifestasikan sebagai gerakan otot skelet, spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu di luar kendali traktus kortikospinal (piramidal). Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonisme (Sindrom Parkinson). Salah 1

description

;)

Transcript of Krisis Okulogirik

Page 1: Krisis Okulogirik

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat pada otak

bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak dari

sistem ekstrapiramidal adalah terutama di formatio reticularis dari pons dan medulla

dan di target saraf di medula spinalis yang mengatur refleks, gerakan-gerakan yang

kompleks, dan kontrol postur tubuh.

Istilah sindrom ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau

reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi

antipsikotik. Istilah ini mungkin dibuat karena banyak gejala bermanifestasikan

sebagai gerakan otot skelet, spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu di luar

kendali traktus kortikospinal (piramidal).

Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi

distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonisme (Sindrom Parkinson).

Salah satu gejala pada ekstrapiramidal sindrom yaitu reaksi distonia akut, dimana

krisis okulogirik merupakan salah satu gangguan yang ada pada reaksi distonia akut.

Reaksi distonia akut adalah kontraksi otot yang singkat atau lama, biasanya

menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal, termasuk krisis okulorigik,

prostrusi lidah, trismus, tortikolis, distonia laring-faring, dan postur distonik pada

anggota gerak dan batang tubuh. Distonia sangat tidak menyenangkan, kadang-

kadang menyakitkan, dan sering kali menakutkan pasien.

1

Page 2: Krisis Okulogirik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Krisis Oculogyric (OGC), terjadi apabila kedua bola mata melirik ke salah satu

sisi, biasanya selama beberapa menit, tetapi adakalanya dapat berlangsung sampai

beberapa jam. Selama krisis, pasien berada dalam keadaan tegang karena mendapat

perasaan seperti menghadapi maut atau berhalusinasi menakutkan.

2.2 Etiologi

Krisis Oculogyric (OGC) biasanya terjadi sebagai efek samping dari terapi obat

neuroleptik. Ini adalah salah satu reaksi distonia akut, yang paling umum dari reaksi

distonia okular (termasuk blepharospasm, dan kedutan periorbital). Dari pasien

dengan reaksi distonia, krisis okulogirik dapat terjadi sekitar 6%.

Adapun obat-obat antipsikotik, yaitu golongan phenothiazine, terutama

prochlorperazine dan thiethylperazine, mudah menimbulkan krisis okulogirik ke

samping atas pada orang-orang tertentu. Golongan phenothiazine mempengaruhi

gangglia basal, sehingga dapat menimbulkan gejala parkinsonisme (efek

ekstrapiramidal sindrom).

2.3 Epidemiologi

Krisis okulogirik lebih rentan terjadi pada pria dibandingkan wanita. Lebih

sering mengenai pada usia muda, pemberian antipsikotik potensi tinggi dan

penyalahgunaan zat (alkohol atau kokain) dan kondisi komorbiditas, misalnya pada

pasien parkinson.

2

Page 3: Krisis Okulogirik

2.4 Gejala Klinis

Gejala awal yang timbul termasuk gelisah, agitasi, malaise, atau tatapan tetap.

Kemudian timbul gejala yang lebih khas dan ekstrim serta berkelanjutan deviasi mata

ke atas. Selain itu, kedua bola mata dapat menyimpang ke atas dan lateral, atau

menyimpang ke bawah. Gejala lain yang paling sering ditemukan adalah fleksi leher

ke arah lateral, mulut terbuka lebar, lidah terjulur keluar, dan nyeri pada mata.

Namun dapat juga dikaitkan dengan adanya spasme pada rahang yang terjadi secara

intens dan menyakitkan sehingga dapat mengakibatkan hancurnya gigi.

Adapun beberapa gejala tambahan yang timbul selama serangan meliputi

gangguan bicara, mata berkedip, lakrimasi, pelebaran pada pupil, keluarnya air liur,

peningkatan pada pernafasan, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung,

kemerahan pada wajah, nyeri kepala, vertigo, kecemasan, pemikiran kompulsif,

paranoid, depresi, ide berulang tetap, dan depersonalisasi.

2.5 Pengobatan

Pengobatan yang dapat segera di berikan pada pasien yang mengalami krisis

okulogirik, dapat diberikan benztropine, golongan antimuskarinik secara intravena.

benztropin (Congentin) 0,5-2 mg dua kali sehari sampai tiga kali sehari. Benztropin

mungkin lebih efektif daripada triheksiphenidil pada pengobatan. Dapat juga

dilakukan pemberian prosiklidin, yang biasanya efektif dalam waktu 5 menit,

meskipun dapat mencapai efek yang penuh dalam 30 menit. Dosis lanjutan

prosiklidin mungkin diperlukan setelah 20 menit.

Setiap obat baru yang menjadi penyebab harus dihentikan. Krisis okulogirik juga

dapat diobati dengan 25 mg diphenhydramine. Pengobatan pada fase akut dapat

dilakukan pengobatan dengan Cogentin (IV atau MI) dan atau Benadryl

3

Page 4: Krisis Okulogirik

(diphenhydramine) dan / atau Diazepam atau lorazepam. Terapi pemeliharaan

dengan bentuk oral dari obat di atas atau amantadine ditunjukkan dalam kasus-kasus

berulang kronis.

2.6 Prognosis

Efek samping ekstrapiramidal memang mengganggu pasien, namun tanpa obat

antipsikosis sulit untuk pasien untuk sembuh dari gejala psikosisnya.

Dengan adanya agen antikolinergik, diharapkan efek samping ekstrapiramidal

yang salah satunya, krisis okulogirik akibat obat antipsikosis dapat ditekan dan

pasien dapat lebih teratur mengkonsumsi obat antipsikosis dan diharapkan dapat

meningkatkan kesembuhan dari pasien.

4

Page 5: Krisis Okulogirik

DAFTAR PUSTAKA

1. D,.Sylvia. 2009. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

2. http://www.cmdg.org/Movement/drug/Oculogyric_Crisis/oculogyric_crisis.html .

Accessed September 27, 2014.

3. Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Prakrek Umum. Jakarta: Dian

Rakyat.

4. http://emedicine.medscape.com/article/814632-clinical#showall . Accessed on

September 27, 2014.

5. Setiabudi R. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

5