Krisis Energi (Indo)

23
MENGATASI KRISIS ENERGI DI INDONESIA *) Oleh: Machmud Hasjim **) ABSTRAK Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, telah menciptakan manusia sebagai Khalifah di atas bumi, yang mempunyai tugas antara lain turut serta memakmurkan dunia beserta semua isinya. Oleh karena itu, semua sumber daya alam yang ada disediakan-NYA untuk diatur/dikelola secara baik dan arif untuk kesejahteraan. Diantara sumber daya alam tersebut adalah sumber daya energi (SDE). Keberadaan sumber daya energi itu, baik SDE yang dapat diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui perlu direncanakan secara baik dalam pengelolaannya, mengingat keterbatasannya, baik cadangan nasional maupun dunia. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang memerlukan pangan dan air bersih yang lebih besar, juga akibatnya akan memerlukan energi yang lebih besar juga. Oleh karena itu untuk menanggulangi kemungkinan terjadi krisis energy ke depan diperlukan suatu strategi nasional dan daerah yang sejalan dalam mengelola energi di Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, dapat dijadikan dasar utama untuk mempersiapkan langkah-langkah konkrit pemakaian energy pada 4 sektor utama, yaitu sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial, dengan memperhatikan SDE yang ada serta teknologinya guna memenuhi VISI Kebijakan Energi Nasional. Kata Kunci : Sumber Daya Energi, Pengelolaan Energi, Krisis Energi A. PENDAHULUAN Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Allah menciptakan manusia dengan sarana kehidupannya berupa tanah, air dan udara. Di dalam tanah dan air juga diberikan-Nya sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Kesemuanya memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan serta sikap arif untuk mengelolanya, guna kesejahteraan manusia, sebagai tanda bersyukur kepada-Nya. * ) Seminar Nasional Permata, Palembang 24 Mei 2010 ** ) Guru Besar Universitas Sriwijaya

Transcript of Krisis Energi (Indo)

Page 1: Krisis Energi (Indo)

MENGATASI KRISIS ENERGI DI INDONESIA*)

Oleh:

Machmud Hasjim **)

ABSTRAKTuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, telah menciptakan manusia sebagai Khalifah di atas bumi, yang mempunyai tugas antara lain turut serta memakmurkan dunia beserta semua isinya. Oleh karena itu, semua sumber daya alam yang ada disediakan-NYA untuk diatur/dikelola secara baik dan arif untuk kesejahteraan. Diantara sumber daya alam tersebut adalah sumber daya energi (SDE). Keberadaan sumber daya energi itu, baik SDE yang dapat diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui perlu direncanakan secara baik dalam pengelolaannya, mengingat keterbatasannya, baik cadangan nasional maupun dunia. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang memerlukan pangan dan air bersih yang lebih besar, juga akibatnya akan memerlukan energi yang lebih besar juga. Oleh karena itu untuk menanggulangi kemungkinan terjadi krisis energy ke depan diperlukan suatu strategi nasional dan daerah yang sejalan dalam mengelola energi di Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, dapat dijadikan dasar utama untuk mempersiapkan langkah-langkah konkrit pemakaian energy pada 4 sektor utama, yaitu sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial, dengan memperhatikan SDE yang ada serta teknologinya guna memenuhi VISI Kebijakan Energi Nasional.

Kata Kunci : Sumber Daya Energi, Pengelolaan Energi, Krisis Energi

A. PENDAHULUANBerkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Allah menciptakan manusia dengan

sarana kehidupannya berupa tanah, air dan udara. Di dalam tanah dan air juga diberikan-Nya sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Kesemuanya memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan serta sikap arif untuk mengelolanya, guna kesejahteraan manusia, sebagai tanda bersyukur kepada-Nya.

Sumber daya alam, yang di dalamnya termasuk sumber daya energi, perlu dilakukan eksplorasi guna mengetahui besarnya cadangan, kualitas cadangan dan lokasi cadangan tersebut. Setiap kegiatan manusia memerlukan energi, secara umum paling tidak ada 4 sektor dalam pemakaiannya, yaitu sektor industri, transportasi, rumah tangga, dan komersial. Energi fosil, energi yang tidak dapat diperbaharui pada 3 dekade ini (sampai 2030) masih mendominasi dalam pemakaian pada energi mix nasional (BAUR).

Kebutuhan energi nasional terus meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, keberhasilan pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi. Jenis energi primer yang paling dominan digunakan selama ini adalah minyak bumi (termasuk bahan bakar minyak/ BBM). Di sisi lain, produksi dan cadangan minyak

*) Seminar Nasional Permata, Palembang 24 Mei 2010**) Guru Besar Universitas Sriwijaya

Page 2: Krisis Energi (Indo)

bumi nasional akhir-akhir ini cenderung menurun. Bahkan Pemerintah telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari organisasi negara pengekspor minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/ OPEC). Selain itu harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini berfluktasi, naik dan turun secara tajam.

Krisis energi tidak hanya dialami Indonesia, namun secara umum krisis ini menjadi perhatian dunia. Pada akhir tahun 2007 rasio cadangan terbukti terhadap produksi minyak bumi menunjukkan minyak bumi hanya mampu bertahan selama 41,6 tahun. Hal ini perlu diantisipasi mengingat konsumsi minyak bumi dunia meningkat sekitar 1,1% (2006 – 2007). Dengan kondisi yang demikian sumber daya energi masa mendatang tertumpu pada gas bumi (60,3 tahun) dan batubara (133 tahun). Life time tersebut ke depan akan semakin singkat mengingat konsumsi gas meningkat 3,1% (2006-2007) dan konsumsi batubara meningkat 4,5% (2006-2007) .

Di Indonesia, Pemerintah telah mengalihkan subsidi BBM ke bentuk subsidi yang langsung dirasakan oleh masyarakat menengah kebawah (misalnya dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai, pendidikan, kesehatan dan sebagainya). Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi krisis energi, Pemerintah telah menetapkan untuk mengurangi dominasi minyak bumi dalam energi mix nasional. Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 ditetapkan pangsa minyak bumi akan dikurangi secara bertahap (dari 51,66% pada tahun 2006 menjadi 20% pada tahun 2025) dengan mengembangkan pemanfaatan energi non minyak bumi. Dalam peraturan tersebut, terlihat pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi salah satu fokus pemanfaatan energi di masa depan, dengan penetapan sasaran pangsa EBT dari 4,43% (2006) menjadi 17% (2025).

Upaya untuk mengatasi krisis energi antara lain dengan intensifikasi dan konservasi sumberdaya energi serta pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak bumi, baik batubara, gas bumi maupun energi baru dan terbarukan (EBT).Pengembangan energi baru dan terbarukan perlu direncanakan dengan baik, mengingat keterdapatan dan karakteristik energi baru dan terbarukan bersifat spesifik di tiap daerah. Selain itu tingkat teknologi yang dibutuhkan juga sangat bervariasi, mulai dari teknologi sederhana sampai yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan strategi pengembangan yang optimal agar pengembangan EBT dapat dilaksanakan sesuai kondisi daerah setempat (ketersediaan, pengembangan teknologi, kemungkinan penerapannya) sehingga dapat membawa manfaat di tingkat lokal, regional dan nasional.

B. POTENSI ENERGI 1. Potensi Energi Fosil Dunia

a. Minyak BumiCadangan terbukti minyak bumi dunia pada akhir 2007 sebesar 1.237,9 miliar barrel yang tersebar di Amerika Utara 69,3 miliar barrel, Amerika Selatan dan Tengah 111,2 miliar barrel, Eropa dan Eurasia 143,7 miliar barrel, Timur Tengah 755,3 miliar barrel, Afrika 117,5 miliar barrel, dan Asia Pacific 40,8 milliar barrel (Gambar 1). Dengan ditemukannya lokasi cadangan minyak baru, cadangan minyak dunia terus meningkat dari 910,2 miliar barrel pada tahun 1987 menjadi 1069,3 miliar barrel pada tahun 1997 dan 1237,9 miliar barrel pada tahun 2007.

2

Page 3: Krisis Energi (Indo)

Gambar 1Cadangan Terbukti Minyak Bumi Dunia 2007 (Miliar Barrel)

b. Gas BumiCadangan terbukti gas bumi dunia pada akhir tahun 2007 sebesar 177,36 trilyun meter kubik, cadangan terbesar berada di Timur Tengah ± 41,3% dan Eropa dan Eurasia ± 33,5% (Gambar 2).Sejarah juga mencatat peningkatan cadangan terbukti gas bumi dari 106,86 trilyun meter kubik pada tahun 1987 menjadi 146,46 trilyun meter kubik di tahun 1997 dan meningkat lagi mencapai 177,36 trilyun meter kubik pada tahun 2007.

Gambar 2Cadangan Terbukti Gas Bumi Dunia 2007 (Trilyun Meter Kubik)

3

Page 4: Krisis Energi (Indo)

c. BatubaraCadangan terbukti batubara dunia pada akhir 2007 mencapai 847,49 miliar ton yang terdiri dari antrasit dan bituminus 430,90 miliar ton dan sub-bituminus dan lignit 416,59 miliar ton. Cadangan terbesar terdapat di wilayah Eropa dan Eurasia sebesar 272,25 miliar ton (32,1%) dan disusul wilayah Asia Pasifik dengan cadangan 257,47 miliar ton (30,4%) dan Amerika Utara 250,51 miliar ton (29,6%), sisanya terdapat di Afrika, Amerika Selatan dan Tengah serta di Timur Tengah (Gambar 3).

Gambar 3Cadangan Terbukti Batubara Dunia 2007 (Miliar Ton)

2. Potensi Energi Fosil Indonesiaa. Minyak Bumi

Daerah yang memiliki potensi minyak bumi yang besar di Indonesia adalah Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Total cadangan terbukti minyak bumi Indonesia pada tahun 2007 adalah 3,99 miliar barrel atau sekitar 0,32% dari cadangan terbukti dunia. Selain cadangan terbukti tersebut, Indonesia juga memiliki cadangan potensial sebesar 4,41 miliar barrel. Dengan memperhitungkan cadangan terbukti dan cadangan potensial, maka total potensi minyak bumi Indonesia sebesar 8,40 miliar barrel (Gambar 4).

b. Gas BumiDaerah yang memiliki potensi gas bumi yang besar di Indonesia adalah Natuna, Sumatera, Papua, Kalimantan dan Jawa. Total cadangan terbukti gas bumi Indonesia pada tahun 2007 adalah 106,01 triliun kaki kubik atau sekitar 1,70% dari cadangan terbukti dunia. Selain cadangan terbukti tersebut, Indonesia juga memiliki cadangan potensial sebesar 58,98 triliun kaki kubik.

4

Page 5: Krisis Energi (Indo)

Dengan memperhitungkan cadangan terbukti dan cadangan potensial, maka total potensi gas bumi Indonesia sebesar 164,99 triliun kaki kubik (Gambar 5).

Gambar 4Cadangan Minyak Bumi Indonesia (Juta Barrel)

Gambar 5Cadangan Gas Bumi Indonesia (Triliun Kaki Kubik)

c. BatubaraSumberdaya batubara Indonesia sebesar 93,40 miliar ton terdiri dari 23,63 miliar ton sumberdaya hipotetik, 35,20 miliar ton sumberdaya terindikasi, 13,66 miliar ton sumber daya tereka dan 20,91 miliar ton sumberdaya terukur.Cadangan terbukti batubara Indonesia sebesar 5,46 miliar ton dan cadangan mungkin 6,39 miliar ton (Tabel 1). Penyebaran batubara di Indonesia terutama di Kalimantan dan di Sumatera.

5

Page 6: Krisis Energi (Indo)

Tabel 1Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia

3. Potensi Energi Baru dan Terbarukan IndonesiaIndonesia selain memiliki sumber daya energi fosil, juga memiliki sumber daya energi baru dan terbarukan seperti energi air, panas bumi, mini/mikro hidro, biomassa, energi surya, energi angin, uranium dan Coal Bed Methane (CBM) dalam jumlah yang cukup besar (Tabel 2).

Tabel 2Potensi Sumber Daya Energi Baru dan Terbarukan Indonesia

Types ResourcesEquivalent

ValueExisting

UtilizationHydro 845.00 juta BOE 75.67 GW 4.2 GWGeothermal 219.00 juta BOE 27.00 GW 0.8 GWMini/Micro Hydro 0.45 GW 0.45 GW 0.084 GWBiomass 49.81 GW 49.81 GW 0.3 GWSolar - 4.80 kWh/m2/day 0.008 GWWind 9.29 GW 9.29 GW 0.0005 GW

Uranium24.112 ton

e.q. 3 GW for 11 years- -

C. PRODUKSI ENERGI1. Produksi Energi Dunia

a. Minyak BumiProduksi minyak bumi dunia tahun 2007 sebesar 81,53 juta barrel per hari, yang berarti mengalami penurunan sebesar 0,2% dari produksi tahun 2006 (81,67 juta barrel per hari). Produsen minyak terbesar berada di wilayah Timur Tengah dengan persentasi produksi sebesar 30,8% dari produksi dunia, dan Eropa dan Eurasia dengan kontribusi 22% dari produksi dunia (Gambar 6).

6

Page 7: Krisis Energi (Indo)

Gambar 6Produksi Minyak Bumi Dunia (Juta Barrel per Hari)

b. Gas BumiProduksi gas bumi dunia tahun 2007 sebesar 2,94 triliun meter kubik, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 2,4% dari produksi tahun 2006 (28,72 trililun meter kubik). Produsen gas terbesar berada di wilayah Eropa dan Eurasia dengan persentasi produksi sebesar 36,5% dari produksi dunia, dan Amerika Utara dengan kontribusi 26,6% dari produksi dunia (Gambar 7).

Gambar 7Produksi Gas Bumi Dunia (Miliar Meter Kubik)

7

Page 8: Krisis Energi (Indo)

c. BatubaraProduksi batubara dunia tahun 2007 sebesar 3,14 miliar setara ton minyak (± 6,40 miliar ton batubara), yang berarti mengalami peningkatan sebesar 3,3% dari produksi tahun 2006 (3,03 setara ton minyak atau ± 6,19 miliar ton batubara). Produsen batubara terbesar berada di wilayah Asia Pacific dengan persentasi produksi sebesar 59,0% dari produksi dunia, dan Amerika Utara dengan kontribusi 20,1% dari produksi dunia (Gambar 8).Produksi batubara sejak tahun 2002 sampai 2007 menunjukkan peningkatan yang pesat yaitu berturut-turut 4,85 miliar ton, 5,19 miliar ton, 5,58 miliar ton, 5,90 miliar ton, 6,19 miliar ton dan 6,40 miliar ton.

Gambar 8Produksi Batubara Dunia (Juta Setara Ton Minyak)

d. EthanolPada akhir 2007, produksi ethanol dunia mencapai 25,97 juta setara ton minyak. Hal ini cukup menggembirakan mengingat pada tahun 2001 produksi ethanol dunia baru mencapai 9,12 juta setara ton minyak. Produksi ethanol dunia didominasi oleh Amerika Serikat dengan produksi sebesar 47,7% dari produksi dunia dan Brazil dengan produksi 44% dari produksi dunia.

e. Photovoltaik Hingga akhir 2006, energi surya yang dimanfaatkan dengan teknologi photovoltaik berkisar 5,70 GW. Sebagian besar pembangkit listrik tenaga surya tersebut terdapat di Jerman (50,2%), Jepang (30%), dan Amerika (10,9%).

8

Page 9: Krisis Energi (Indo)

f. Tenaga AnginHingga akhir 2007, kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Angin di dunia sebesar 94,0 GW. Sebagian besar pembangkit listrik tenaga angin tersebut terdapat di Jerman (23,7%), Amerika Serikat (18%), dan Spanyol (15,7%).

2. Produksi Energi IndonesiaProduksi minyak bumi nasional terus mengalami penurunan dari 549,18 juta barel pada tahun 1996 menjadi 348,36 juta barel pada tahun 2006. Pada periode yang sama produksi gas bumi sedikit berfluktuasi namun secara umum menunjukkan trend penurunan yaitu dari 568,28 juta SBM menjadi 529,29 juta SBM.Sebaliknya pada periode tersebut, produksi batubara menunjukkan peningkatan yang tajam dari 215,32 juta setara barel minyak (SBM) menjadi 743,48 juta SBM. Dari sisi energi terbarukan, perkembangan produksi pembangkit listrik tenaga air nasional secara umum relatif konstan pada kisaran 22 juta SBM, sedangkan produksi biomassa meningkat dari 209 juta SBM di tahun 1996 menjadi 322,90 juta SBM pada tahun 2007. Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi juga meningkat dari 4,58 juga SBM di tahun 1996 menjadi 7,18 juta SBM di tahun 2006, dan bahkan pernah mencapai 12,31 juta SBM pada tahun 2003 (Gambar 9).

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1993 1996 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Ju

ta S

BM

Batubara Minyak Bumi Gas Bumi Tenaga Air Geothermal Biomasa

Gambar 9Produksi Energi Nasional (Juta Setara Barel Minyak)

9

Page 10: Krisis Energi (Indo)

D. KONSUMSI ENERGI1. Konsumsi Energi Dunia

Konsumsi Energi Dunia tahun 2007 mencapai 11,10 miliar setara ton minyak. Jenis energi yang dikonsumsi masih di dominasi oleh energi fosil yaitu minyak bumi 35,61%, batubara 28,62% dan gas 23,76%. Jenis energi lainnya yaitu nuklir dan energi air masing-masing kurang dari 10% (Gambar 10).Konsumsi minyak dunia tahun 2007 mencapai 85,22 juta barel per hari dimana 30% dikonsumsi Asia Pasifik dan 23,9% dikonsumsi Amerika Serikat. Konsumsi Gas dunia 2007 mencapai 2,92 triliun meter kubik yang sebagian besar dikonsumsi di Eropa dan Eurasia 39,4%, Amerika Serikat 22,6%, dan Asia Pasifik 15,3%.Pada tahun yang sama, konsumsi batubara mencapai 3,18 miliar setara ton minyak yang sebagian besar dikonsumsi di Asia pasifik (59,7%) dan Amerika Serikat (18,1%).

Gambar 10Konsumsi Energi Dunia (Juta Setara Ton Minyak)

2. Konsumsi Energi Nasional

Konsumsi energi nasional pada tahun 2005 mencapai ± 850 juta setara barel minyak. Jenis energi yang dikonsumsi masih didominasi oleh energi fosil, yaitu minyak bumi, gas bumi dan batubara (Gambar 11). Berdasarkan sektor pemakai energi, sektor pemakai energi terbesar adalah sektor rumah tangga dan komersial, disusul sektor industri dan sektor transportasi (Gambar 12).

10

Page 11: Krisis Energi (Indo)

Gambar 11Konsumsi Energi Nasional (Berdasarkan Jenis Energi)

Gambar 12Konsumsi Energi Nasional (Berdasarkan Sektor)

E. KEBIJAKAN ENERGI NASIONALPemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Kebijakan Umum Bidang Energi pada tahun 1981 dengan empat kebijakan utama yaitu intensifikasi, diversifikasi, konservasi dan indeksasi. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman, kebijakan tersebut terus diperbaharui yaitu pada tahun 1987, 1991, dan 1998. Selanjutnya pada tahun 2003 Kebijakan Umum Bidang Energi diperbaharui lagi dan diubah namanya menjadi Kebijakan Energi Nasional. Terakhir pada tahun 2006

11

Page 12: Krisis Energi (Indo)

ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional tanggal 25 Januari 2006, ditetapkan tujuan dan sasaran Kebijakan Energi Nasional sebagai berikut:Tujuan Kebijakan Energi Naisonal adalah untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri.

Saranan Kebijakan adalah:a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025b. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan

masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional:1) Minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).2) Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).3) Batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).4) Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen).5) Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).6) Energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir,

tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima persen).

7) Batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2% (dua persen).

Untuk mencapai sasaran Kebijakan Energi Nasional tersebut, dicapai melalui 2 (dua) kebijakan yaitu Kebijakan Utama dan Kebijakan Pendukung

Kebijakan utama meliputi:a. Penyediaan energi melalui:

1) Penjamin ketersediaan pasokan energi dalam negeri;2) Pengoptimalan produksi energi;3) Pelaksanaan konservasi energi;

b. Pemanfaatan energi melalui:1) Efisiensi pemanfaatan energi;2) Diversifikasi energi.

c. Penetapan kebijakan harga energi ke arah harga keekonomian, dengan tetap mempertimbangkan kemampuan usaha kecil, dan bantuan bagi masyarakat tidak mampu dalam jangka waktu tertentu.

d. Pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kebijakan pendukung meliputi:a. Pengembangan infrastruktur energi termasuk peningkatan akses konsumen

terhadap energi;b. Kemitraan pemerintah dan dunia usaha;c. Pemberdayaan masyarakat;d. Pengembangan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan.

Dalam Peraturan Presiden No. 5/ 2006 tersebut juga diatur mengenai harga energi, sebagai berikut:(1) Harga energi disesuaikan secara bertahap sampai batas waktu tertentu menuju

harga keekonomiannya.

12

Page 13: Krisis Energi (Indo)

(2) Pentahapan dan penyesuaian harga energi harus memberikan dampak optimum terhadap diversifikasi energi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai harga energi dan bantuan bagi masyarakat tidak mampu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. MENGATASI KRISIS ENERGI

1. Kebijakan Energi Nasional dan Daerah Untuk mengatasi krisis energi yang terjadi, Pemerintah Daerah perlu menindaklanjuti Kebijakan Energi Nasional dengan menetapkan Kebijakan Energi Daerah mengacu kepada kebijakan di tingkat nasional. Pemerintah Daerah diberi keleluasaan untuk menetapkan Kebijakan Energi Daerah sesuai dengan potensi sumber daya energi yang dimiliki dan kondisi daerah setempat. Oleh karena itu diperlukan Dewan Energi Daerah untuk menyusun Perencanaan Energi Daerah.

2. Konservasi EnergiSelain kebijakan energi yang merupakan landasan hukum dalam pembangunan di bidang keenergian, upaya untuk mengatasi krisis harus dilakukan dengan cara melakukan konservasi energi secara nasional.Konservasi dilakukan baik di sektor hulu (penghasil energi) maupun di sektor hilir (pengguna energi). Di sektor hulu pada kegiatan pertambangan sumber daya energi (misalnya batubara) perlu ditetapkan batasan margin profit yang harus ditaati pelaku pertambangan batubara. Hal ini dimaksudkan agar para pelaku pertambangan batubara tidak hanya menambang batubara yang dekat permukaan saja akan tetapi harus menambang hingga kedalaman sesuai dengan batas keekonomian (margin profit yang ditetapkan) dengan demikian batubara yang ditambang akan lebih banyak.Di sisi hilir (pengguna energi) juga harus dilakukan pemasyarakatan gerakan hemat energi mulai dari hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam penggunaan peralatan rumah tangga seperti televisi, AC, penerangan, dan sebagainya. Membudayakan untuk mematikan lampu, televisi dan AC sewaktu ruangan tidak digunakan merupakan langkah awal yang harus ditempuh, dan ini membutuhkan partisipasi aktif semua pihak. Penggunaan sensor juga akan sangat membantu konservasi di bidang ketenagalistrikan misalnya sensor cahaya matahari untuk lampu-lampu di luar rumah, sensor infra merah untuk ekskalator dan sebagainya.Di sektor transportasi misalnya dengan cara memanaskan mesin kendaraan secukupnya, perawatan secara berkala agar penggunaan bahan bakar tidak boros dan sebagainya.

3. IntensifikasiKegiatan eksplorasi perlu terus dilakukan secara intensif dengan melibatkan teknologi terkini dalam upaya menemukan sumber daya energi baru guna menjamin ketersediaan energi nasional.Kegiatan eksplorasi, penelitian dan pengembangan teknologi dilakukan baik untuk pengembangan pemanfaatan energi fosil maupun energi non fosil.

13

Page 14: Krisis Energi (Indo)

4. Pengembangan berbagai sumberdaya energia. Sektor Minyak dan Gas Bumi

Di sektor minyak dan gas bumi perlu dilakukan intensifikasi berupa kegiatan eksplorasi untuk menemukan lapangan-lapangan minyak dan gas bumi yang baru maupun untuk meningkatkan status cadangan ada ke tingkatan keyakinan geologi yang lebih tinggi.Selain penemuan cadangan baru, juga perlu diupayakan pemanfaatan sumur-sumur tua yang tidak lagi berproduksi dan ditinggalkan dengan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Penerapan teknologi EOR ini akan dapat memproduksi minyak dari lapangan minyak yang sebelumnya telah dianggap habis dan tidak dapat diproduksikan lagi.

b. Sektor BatubaraPemanfaatan batubara saat ini terutama untuk bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan sebagian pada industri. Perkembangan pemanfaatan batubara yang lain adalah pemanfaatan sebagai briket batubara untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor rumah tangga dan industri kecil dan menengah.Mengingat banyaknya teknologi yang tersedia dalam pemanfaatan batubara, perlu dikembangkan penerapan teknologi derivatif batubara misalnya dengan teknologi Upgrading Brown Coal (UBC) yang akan dapat meningkatkan nilai kalori batubara yang awalnya termasuk peringkat rendah. Dengan penerapan teknologi UBC ini batubara peringkat rendah yang tadinya tidak dapat dimanfaatkan akan dapat ditambang dan dimanfaatkan secara ekonomis. Dengan demikian akan meningkatkan ketersediaan energi nasional. Pemanfaatan produk UBC dapat untuk mensupplai kebutuhan batubara antar pulau maupun ekspor.Teknologi gasifikasi batubara telah pernah diperkenalkan dan dilakukan percontohan gasifikasi batubara untuk sektor rumah tangga. Dengan kondisi krisis energi sekarang ini, hasil percontohan tersebut perlu ditindaklanjuti dan dikembangkan agar dapat menunjang kebutuhan energi di sektor rumah tangga dan industri kecil dan menengah.Teknologi likuifaksi batubara saat ini memang belum memasuki tahap komersial, walaupun teknologinya telah tersedia. Untuk itu perlu dilakukan percepatan penelitian dan pengembangan agar dapat dimanfaatkan. Likuifaksi batubara akan sangat bermanfaat dalam menyediakan minyak sintetis yang semakin langka karena krisis energi.

c. Sektor BiofuelBiofuel dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi dan sektor industri. Teknologi biofuel telah proven dan bahkan telah memasuki tahap komersial. Saat ini biosolar telah tersedia di pasaran dengan perbandingan 10% biofuel dan 90% minyak solar. Dengan penelitian dan pengembangan serta kerjasama dengan pabrikan otomotif, persentase biofuel dapat ditingkatkan (misalnya hingga 50% – 80%) agar porsi minyak bumi dapat ditekan.Dengan pertumbuhan produksi dan konsumsi biodiesel tersebut perlu disiapkan bahan baku biodiesel. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan yang menjamin suplai bahan baku biodiesel. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengupayakan penanaman bahan baku biofuel di pulau-pulau

14

Page 15: Krisis Energi (Indo)

yang tidak berpenghuni. Hal ini akan menjadi kontinuitas suplai bahan baku biofuel.Sebagai bahan bakar yang masih tergolong baru, penggunaan biofuel perlu terus disosialisasikan kepada masyarakat luas baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan energi baru tersebut.

d. Sektor Energi Baru dan Terbarukan LainnyaPengembangan energi baru dan terbarukan lainnya juga perlu dilaksanakan dalam rangka menjamin ketersediaan energi nasional. Coal Bed Methane perlu terus dieksplorasi lebih intensif (percepatan) agar dapat dimanfaatkan.Pemanfaatan energi nuklir secara teknologi telah terbukti di berbagai negara, oleh karenanya penggunaan energi nuklir di Indonesia perlu terus disosialisasikan. Salah satu cara yang dapat ditempuh pada tahap awal adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di pulau yang tak berpenghuni yang terletak jauh dengan pusat-pusat pengguna listik. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya gejolak di masyarakat sekaligus menjadi test case. Setelah PLTN beroperasi tanpa adanya dampak yang ditakutkan, maka masyarakat akan dapat menerima PLTN.Peningkatan pemanfaatan energi air, energi surya, energi angin, biomass, dan biogas difokuskan untuk memenuhi kebutuhan energi setempat.

G. PENUTUPIndonesia memiliki potensi sumberdaya energi fosil maupun sumber daya energi non fosil dalam jumlah yang cukup besar. Untuk mengatasi krisis energi yang terjadi, perlu diupayakan pemanfaatan energi non fosil yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.Untuk percepatan mengatasi krisis Energi, perlu kebijakan yang kondusif di tingkat nasional untuk memicu daerah melaksanakan pemanfaatan potensi sumberdaya energi setempat.

Prioritas pengembangan energi:1. Jangka Pendek• Pemanfaatan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan industri

melalui pengembangan gas kota untuk daerah penghasil gas bumi, sedangkan untuk daerah bukan penghasil minyak bumi menggunakan elpiji.

• Pengembangan briket batubara, upgrading brown coal (UBC) untuk memenuhi kebutuhan sektor rumah tangga dan industri.

• Pengembangan synthetic gas batubara untuk memenuhi kebutuhan gas kota dan industri. Hasil percontohan yang pernah dilakukan perlu ditindaklanjuti

• Pengembangan pemanfaatan bahan bakar nabati untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi dan sektor industri. Untuk menjadi kontinuitas suplai bahan bakar nabati, perlu dilakukan penanaman bahan baku untuk bahan bakar nabati di pulau-pulau yang belum berpenghuni. Hal ini sekaligus sebagai bentuk pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal.

15

Page 16: Krisis Energi (Indo)

• Pengembangan pemanfaatan biogas difokuskan padah daerah peternakan. Dengan demikian akan meningkatkan ketersediaan energi setempat dan sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

• Pemanfaatan potensi panas bumi perlu dilakukan dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi guna memenuhi kebutuhan listrik di industri dan rumah tangga.

2. Jangka Panjang• Perlu dilakukan intensifikasi di bidang minyak dan gas bumi, meliputi kegiatan

eksplorasi dan penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery pada lokasi-lokasi minyak tua yang telah ditinggalkan.

• Pengembangan crude synthetic oil dari batubara untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi dan rumah tangga.

• Pemanfaatan Coal Bed Methane (CBM) untuk bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga gas skala kecil.

• Pemanfaatan energi nuklir untuk menghasilkan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri, rumah tangga dan transportasi.

3. Revitaliasi Kebijakan EnergiKebijakan Energi yang telah ditetapkan perlu dikaji secara berkala dan disesuaikan dengan kondisi keenergian baik di tingkat nasional maupun global. Secara konsisten dapat melaksanakan penyesuaian energi mix nasional pada Peraturan Presiden No. 5/2006 untuk pemanfaatan batubara, gas, dan EBT secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA1. BP Statistical Review of World Energy, June 20082. Pusat Data dan Informasi, DESDM RI 20083. Indonesian Coal Book 2008/2009, Indonesia Coal Mining Association, 20084. Direktori Industri Penunjang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, DJLPE,

DESDM RI, 2005

16