KREATIVITAS GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA …
Transcript of KREATIVITAS GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA …
0
KREATIVITAS GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN DI TK B TKIT RAUDHATUL JANNAH
BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Siti Nurhanifah
NIM : 11140184000008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
0
1
i
i
KREATIVITAS GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
DI TK B TKIT RAUDHATUL JANNAH BOGOR TAHUN AJARAN 2018/2019
Oleh
Siti Nurhanifah
N I M. 11140184000008
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kreativitas guru dalam
pengembangan media pembelajaran di kelas B TKIT Raudhatul Jannah Bogor.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Subjek
penelitian ini adalah 3 orang guru. Analisis data yang dilakukan menggunakan
analisis Miles dan Huberman dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian
data dan verifikasi atau kesimpulan. Hasil analisis data menunjukan bahwa guru
kreatif dapat dilihat dari empat aspek kreativitas yaitu kelancaran berfikir,
fleksibelitas, orisinalitas, dan elaborasi. Hasil penelitian dari empat aspek
kreativitas yang dimiliki guru tentang kreativitas guru dalam mengembangkan
media pembelajaran di TKIT Raudhatul Jannah Bogor belum semua guru
memiliki kriteria keempat aspek tersebut dikarnakan masih rendahnya
pengetahuan tentang kreativitas, namun guru terus berusaha mengasah kreativitas
di dalam dirinya agar kreativitas yang dimiliki guru TKIT Raudahtul Jannah
Bogor dapat keluar. Namun di TKIT Raudhatul Jannah Bogor terdapat salah
seorang guru yang hampir memiliki kriteria keempat aspek kreativitas tersebut.
Dibuktikan dengan guru tersebut mampu menjadi acuan guru lainnya untuk terus
mengembangkan kreativitasnya, dengan antusias memanfaatkan media yang telah
dibuatnya. Dampak dari kreativitas tersebut menjadikan anak antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi menyenangkan,
anak sangat antusias terhadap penggunaan media yang dibuat guru pada saat
pembelajaran, anak memiliki ketertarikan terhadap guru, memperhatikan guru
pada saat menjelaskan materi pembelajaran, dan mengikuti proses pembelajaran
hingga selesai.
Kata kunci: Kreativitas Guru, Media Pembelajaran.
ii
KATA PENGANTAR
بسلم الله ال حمن الر حيم
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, tidak ada ungkapan yang Maha dahsyat,
yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya
kepada الله Subhanahu Wa Ta„ala, sang pemilik takdir. Yang memberikan nikmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Kemampuan Kreativitas Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran
di TK-B TKIT Raudhatul Jannah Bogor”, sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Allahumma Sholli „ala Sayyidina Muhammad, shalawat beriring salam
selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sang revolusioner,
sang pemimpin, sang pencerah bagi umat Islam.
Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga doa
dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Hambatan
dan kesulitan tersebut akan menjadi pelajaran yang berharga bagi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta
motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam-
dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada
semua yang tercinta dan tersayang :
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan
kepada penulis baik secara moril maupun materil selama penyusunan
skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
3. Siti Khadijah, M.A Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
iii
4. Miratul Hayati, M.Pd Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini.
5. Miratul Hayati, M.Pd dan Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd Dosen
Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta
mengajarkan kepada penulis dengan sabar.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang
telah memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.
7. Intan Siti Salma, yang selalu direpotkan untuk membantu penulis dalam
mengerjakan skripsi.
8. Orang-orang yang selalu menghina penulis dan menanyakan skripsi kapan
selesai.
9. Indomie yang selalu menemani penulis disaat kelaparan dalam
mengerjakan skripsi.
10. “Seseorang” yang telah meninggalkan penulis disaat sedang putus asa
menghadapi skripsi, “KAMU AKAN MENYESAL!!”
Semoga bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan
disisi الله Subhanahu Wa Ta„ala sebagai amal ibadah, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan
kedepan, Aamiin Yaa Rabbal „Alamiin.
Jakarta, 2018
Penulis
Siti Nurhanifah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................................... 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Kajian Teoretik ............................................................................................. 12
1. Kreativitas Guru ..................................................................................... 12
a. Hakikat Kreativitas ........................................................................... 12
b. Aspek-aspek Kreativitas ................................................................... 14
c. Kreativitas Guru ............................................................................... 15
d. Karakteristik Guru Kreatif .............................................................. 19
2. Media Pembelajaran ................................................................................ 21
a. Definisi Media .................................................................................. 21
b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran ........................................ 23
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran AUD .............................................. 24
d. Klasifikasi Media Pembelajaran ...................................................... 29
e. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ........................................ 35
f. Pengembangan Media Pembelajaran ................................................ 38
g. Karakteristik Media Pembelajaran ................................................... 42
h. Pembuatan Media Pembelajaran ...................................................... 44
i. Evaluasi Media Pembelajaran .......................................................... 46
v
3. Kreativitas Guru dalam Penggembangan Media di TK ......................... 52
B. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 54
C. Kerangka Teoretik ....................................................................................... 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ........................................................................................ 61
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 62
C. Metodologi Penelitian .................................................................................. 63
D. Sumber Data ................................................................................................. 64
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 65
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 66
G. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................................... 71
H. Analisis Data ............................................................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................................. 75
B. Analisis Data ................................................................................................ 120
C. Temuan Penelitian ........................................................................................ 135
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 140
BAB V PENUTU4
A. Simpulan ..................................................................................................... 142
B. Implikasi ...................................................................................................... 144
C. Saran ............................................................................................................ 145
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 147
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan ............................... 54
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 62
Tabel 3.2 Sumber Data ............................................................................................ 64
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................................. 67
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Untuk Kepala Sekolah .......................................... 69
Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Untuk Guru ........................................................... 70
Tabel 4.1 Data Guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor ............................................ 76
Tabel 4.2 Data Siswa Tahun Ajaran 2018/2019 .................................................... 77
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana Ruang Guru ................................................ 77
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana Ruang Kelas ............................................... 78
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis Media Visual .............................................................................. 27
Gambar 2.2 Jenis Mesia Audio ............................................................................... 28
Gambar 2.3 Jenis Audio Visual .............................................................................. 29
Gambar 2.4 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ........................................................ 33
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Teoritik .................................................................... 60
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ........ 72
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi TKIT Raudhatul Jannah .......................... 79
Gambar 4.58 Kegiatan sharing bersama guru ........................................................ 81
Gambar 4.59 Kegiatan sharing bersama guru ........................................................ 81
Gambar 4.61 Kegiatan pelatihan bersama guru-guru TK ...................................... 82
Gambar 4.33 Kegiatan membuat prakarya dengan media yang tersedia di sekolah 83
Gambar 4.35 Kegiatan membuat prakarya yang dipraktekan oleh guru ................ 84
Gambar 4.38 Kegiatan merasa menggunakan media alam .................................... 85
Gambar 4.41 Kegiatan finger painting .................................................................. 86
Gambar 4.42 Kegiatan merasa dengan media alam ............................................... 86
Gambar 4.32 Kegiatan di lingkungan sekitar ......................................................... 87
Gambar 4.34 Kegiatan di lingkungan sekitar .......................................................... 87
Gambar 4.26 Kegiatan menggunakan bahan bekas ............................................... 88
Gambar 4.21 Kegiatan prakarya dari media stik es krim dan cotton buds ............ 88
Gambar 4.30 Kegiatan dengan media yang ada di lingkungan sekolah ................ 90
Gambar 4.29 Kegiatan dengan media yang ada di lingkungan sekolah ................. 90
Gambar 4.63 Kegiatan pelatihan tentang kreativitas dan media pembelajaran ...... 92
Gambar 4.5 Media pembelajaran menggunakan bahan rumput, tanah, batu, potongan
kardus,kain perca, dan air........................................................................................ 93
Gambar 4.6 Media pembelajaran menggunakan bahan dari tisu, cat warna merah,
biru, hijau, dan kertas kosong ................................................................................. 94
Gambar 4.7 Media pembelajaran menggunakan bahan dari kertas warna, stik es krim,
dan lem. ................................................................................................................... 94
viii
Gambar 4.31 Guru melakukan pembelajaran menggunakan media gambar .......... 95
Gambar 4.37 Guru melakukan pembelajaran menggunakan media gambar .......... 96
Gambar 4.40 Guru menggunakan media dari barang bekas ................................... 96
Gambar 4.19 Guru menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar............... 97
Gambar 4.20 Guru menggunakan media dari stik es krim...................................... 97
Gambar 4.38 Guru melakukan pembelajaran menggunakan media gambar pada tema
panca indra (kulit). .................................................................................................. 98
Gambar 4.44 Pengeras suara yang berada di kelas B1............................................ 99
Gambar 4.40 Kegiatan merasa ................................................................................ 100
Gambar 4.41 Kegiatan finger painting .................................................................. 100
Gambar 4.42 Kegiatan meraba ............................................................................... 101
Gambar 4.26 Kegiatan fisik motorik ...................................................................... 102
Gambar 4.21 Kegiatan membuat pra karya sikat gigi ............................................. 103
Gambar 4.52 Suasana kelas B1 ............................................................................... 105
Gambar 4.45 Suasana kelas B1 ............................................................................... 105
Gambar 4.46 Suasana kelas B1 ............................................................................... 106
Gambar 4.47 Suasana kelas B2 ............................................................................... 107
Gambar 4.48 Suasana kelas B2 ............................................................................... 107
Gambar 4.49 Suasana Kelas B3 .............................................................................. 107
Gambar 4.50 Suasana Kelas B3 ............................................................................. 108
Gambar 4.51 Suasana kelas B3 ............................................................................... 108
Gambar 4.33 Kegiatan pra karya bentuk mulut serat lidah .................................... 111
Gambar 4.40 Kegiatan merasa ................................................................................ 112
Gambar 4.41 Kegiatan finger painting .................................................................. 112
Gambar 4.21 Kegiatan pra karya sikat gigi ............................................................ 113
Gambar 4.22 Kegiatan mewarnai ........................................................................... 114
Gambar 4.25 Kegiatan membuat rumah dari barang bekas ................................... 115
Gambar 4.36 Hasil karya anak membuat bentuk mulut .......................................... 115
Gambar 4.39 Hasil karya anak membuat jejak kaki ............................................... 115
Gambar 4.56 Hasil Karya anak di tempel didinding ............................................... 116
Gambar 4.57 Hasil Karya anak di tempel didinding ............................................... 116
ix
Gambar 4.55 Hasil Karya guru dan murid .............................................................. 116
Gambar 4.15 Hasil Karya anak membuat mobil ..................................................... 117
Gambar 4.11 Hasil Karya anak membuat boneka ................................................... 117
Gambar 4.63 Kegiatan pelatihan tentang media pembelajaran ............................... 118
Gambar 4.62 Pelatihan finger painting ................................................................... 118
Gambar 4.64 Instrukur pkb jenjang TK .................................................................. 119
Gambar 4.60 Instrukur pkb jenjang TK .................................................................. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang pada dasarnya memiliki kreativitas dengan tingkat
yang berbeda-beda. Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam
kevakuman, melainkan didahului oleh hasil-hasil kreativitas orang-orang
yang berkarya sebelumnya. Dapat dikatakan juga sebagai kemampuan
seseorang menciptakan kombinasi baru dari hal yang telah ada sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru.1 Pada perkembangan zaman manusia
wajib bersyukur kepada Tuhan yang Maha kreatif karena telah
menciptakan manusia yang sedemikian unik dan kreatif.
Guru adalah sosok manusia yang harus digugu dan ditiru. Sebagai
salah satu unsur dalam penyelenggaraan sistem pendidikan di sekolah,
guru memiliki peranan teramat penting dalam membentuk, membina serta
mencapai hasil pendidikan. Peran tersebut tentu akan sangat terasa apabila
sosok guru mengajar di daerah atau desa-desa yang jauh dari hingar bingar
kegiatan manusia seperti di kota. Peran guru kerap sekali menjadi sumber
inti dalam mentransformasi nilai-nilai ilmu pengetahuan maupun nilai-
nilai lainnya kepada anak didik sehingga kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan yang dimiliki guru mendominasi proses pembelajaran dan
pembentukan hasil belajar terhadap anak didiknya.2 Sebagai seorang
pendidik, guru dituntut lebih kreatif dalam penyampaian pesan dan
informasi dalam proses pembelajaran.
Guru memegang peranan penting dalam penyelenggaraan
pendidikan, di mana guru bersentuhan langsung dalam aktivitas belajar
mengajar dan berinteraksi dengan anak dalam proses pembelajaran. Guru
1 Sri Narwanti, “Creative Learning “Kiat Menjadi Guru Kreatif dan Favorit”,
(Sendangadi Mlati Sleman Yogyakarta: Familia Pustaka, 2011), h.7. 2 Yanti Oktavia, “Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru Dalam
Pembelajaran di Sekolah”, Bahana Manajemen Pendidikan, Jurnal Administrasi Pendidikan,
2014, Volume 2 Nomor 1, h. 808.
2
dituntut untuk kreatif, baik dari segi keseluruhan dalam proses belajar
mengajar maupun dari segi penampilannya. Melakukan proses
pembelajaran guru juga dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik
kepada anak agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal
dan motivasi belajar anak belajar tinggi.3 Oleh karena itu, guru memiliki
posisi yang penting, karena keberhasilan dalam proses pembelajaran
ditentukan oleh peran seorang guru.
Kreativitas dalam pembelajaran merupakan bagian dari suatu
sistem yang tidak terpisahkan dengan terdidik dan pendidik. Peranan
kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan
mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup
aspek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara
umum kreativitas guru memiliki fungsi utama yaitu membantu
menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efesien.
Adapun pentingnya kreativitas guru dalam pembelajaran antara
lain yaitu kreativitas guru berguna dalam transfer informasi lebih utuh,
kreativitas guru berguna dalam merangsang anak untuk lebih berfikir
secara ilmiah dalam mengamati gejala masyarakat atau gejala alam yang
menjadi objek kajian dalam belajar, produk kreativitas guru akan
merangsang kreativitas anak.4 Hakikatnya, proses pembelajaran jika
dilakukan dengan baik maka bisa dikatakan kreatif. Kunci keberhasilan
pengembangan kreatif itu terletak pada mengajar dengan kreatif dan
efesien dalam interaksi yang kondusif.
Kreativitas guru dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
pemahaman anak, karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan
materi maka semakin mudah anak memahami pelajaran dan menjadikan
anak lebih kreatif dalam belajar. Bila guru semakin kreatif dalam
pembelajaran maka anak tidak akan mengalami kejenuhan dalam
3 Mimik Supartini, “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Kreatifitas Guru
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di SDN Mangunharjo 3 Kecamatan Manyangan
Kota Probolinggo”, Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 2, 2016, h 283 4 Yanti Oktavia, op.cit, h. 809.
3
mengikuti pelajaran. Guru pun akan lebih mudah menciptakan suasana
kelas yang kondusif.5 Itulah sebenarnya peranan penting dari eksistensi
guru bagi anak didiknya, sehingga guru disenangi oleh anak didiknya di
kelas.
Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya. Kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Menurut Maslow dalam jurnal Maemunah, kreativitas
itu penting karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
(mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan/aktualisasi diri merupakan
kebutuhan pokok tingkat tertinggi dalam hidup manusia.6
Adapun menurut Gutama sebagaimana yang ditulis oleh Narwanti
dalam bukunya yang berjudul “Creative Learning “ pandai saja tidak
cukup, tetapi guru harus cerdas dalam mengembangkan keterampilan dan
mencari bahan ajar yang betul-betul sesuai dengan peserta didik.
Sebenarnya pendidikan tidak hanya bergantung pada buku dan bahan ajar
atau alat peraga yang telah ada. Alam semesta sesungguhnya merupakan
sumber belajar yang tidak ada habisnya. Bagaimana memberdayakan dan
memanfaatkan alam semesta sebagai sumber belajar sangat bergantung
pada kreativitas guru dalam memotivasi dan memberikan teladan kepada
para peserta didik.7 Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat
dilakukan sesuai dengan prinsip dan konsep yang seharusnya.
Sementara itu Wijaya dalam jurnal Pentury yang berjudul
“Pengembangan Kreativitas Guru Dalam Pengembangan Kreatif
Pelajaran Bahasa Inggris”, salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia
pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru. Kreativitas guru dalam
proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam memotivasi
5 Mimik Supartini, op.cit, h. 284.
6 Siti Maemunah, “Kreatifitas Guru PAUD Dalam Mengembangkan Media Pembelajaran
Melalui Pemanfaatan Bahan Alam”, Majalah Ilmiah Pawiyatan, 2015, Vol. XXII No.3, h. 49. 7 Sri Narwanti, op. cit., h. 9.
4
belajar anak.8 Guru yang kreatif akan memberikan inspirasi kreatif kepada
anak sehingga anak memiliki daya dorong yang kuat dalam belajar.
Kreativitas guru dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
pemahaman anak, karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan
materi maka semakin mudah memahami pelajaran dan menjadikan anak
lebih kreatif dalam belajar. Bila guru semakin kreatif dalam pembelajaran
maka anak tidak akan mengalami kejenuhan dalam mengikuti pelajaran.
Guru pun akan lebih mudah menciptakan suasana kelas yang kondusif.9
Pengembangan kreativitas dalam kelas (pembelajaran) akan menghasilkan
anak kreatif yang memiliki kemampuan lebih tinggi dan tangguh
dibanding anak biasa (tidak kreatif).
Kreativitas juga sangat diperlukan bagi guru dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang bisa menghambat
keberhasilan proses pembelajaran. Kreativitas juga sangat diperlukan bagi
guru agar mampu menyajikan pembelajaran yang menyenangkan, mampu
membuat anak termotivasi untuk belajar. Herwono dalam Narwanti juga
menyampaikan bahwa “learning is most effect ive when its fun” artinya
belajar yang efektif adalah bila belajar itu menyenangkan. Apabila seorang
guru menggunakan teori Howard Gardner tentang Multipple Intelligences
(Kecerdasan Majemuk) setidaknya ia akan mengajar secara kreatif
menggunakan sembilan cara sesuai potensi yang dimiliki peserta didik.10
Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
guru dituntut mengembangkan kreativitasnya.
Kreativitas guru merupakan istilah yang banyak digunakan, baik di
lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Umumnya orang
menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi. Dengan kata
lain produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai
8 Helda Jolanda Pentury, “Pengembangan Kreativitas Guru Dalam Pengembangan
Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris”, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 4 No.3, November
2017, h.266. 9 Mimik Supartini, op cit., h. 278-279.
10 Sri Narwanti, op cit., h. 10.
5
kreativitas. Slameto dalam Supartini menyatakan bahwa pada dasarnya
pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal
yang menghasilkan sesuatu yang telah ada.11
Jadi guru dituntut untuk
mampu menyediakan dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai
dengan materi agar anak lebih efektif dan efisien dalam belajar.
Sebagaimana telah diuraikan diatas, penggunaan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar akan mempermudah anak
menguasai materi pelajaran dengan tujuan menimbulkan minat, motivasi,
kreativitas, meningkatkan aktivitas anak, dan membuat pembelajaran
menjadi bermakna yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar anak.12
Selain menggunakan media kemampuan yang harus dikuasai guru adalah
mengembangkan media pembelajaran.
Kegiatan pengembangan ini banyak terkait dengan proses
pembuatan media yang dilakukan secara sistematis dari mulai tahap
perancangan/disain, produksi media, dan evaluasi. Tahapan-tahapan
tersebut harus dilalui secara prosedural sehingga media yang dihasilkan
memenuhi kualitas yang diharapkan.13
Diperlukan kreativitas guru dalam
menggembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi agar
anak lebih efektif dan efesien dalam belajar.
Melalui kreativitas guru, pembelajaran di kelas menjadi sebuah
aktivitas yang menyenangkan. Proses aktivitas belajar mengajar yang
menyenangkan tentunya tidak tercipta begitu saja, akan tetapi
pengelolaannya dirancang oleh guru dengan merancang fasilitas (media)
yang tepat.14
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar anak dalam pembelajaran yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media dalam
11
Mimik Supartini, op. cit., h. 282. 12
Ibid , h.284. 13
Mukhtar latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi”,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.157. 14
Mimik Supartini, loc.cit.., h.284.
6
pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar
pada anak menunjukan perbedaan yang signifikan antara pembelajaran
tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh karena itu
penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi
kualitas pembelajaran.15
Penggunaan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran hendaknya bervariasi dan sesuai dengan materi yang ajarkan
agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
Proses pembelajaran media sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar anak. Menurut Arsyad dalam jurnal Supartini yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Kreativitas Guru
Terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas Tinggi di SDN Mangunharjo 3
Kecamatan Manyangan Kota Probolinggo” pemakaian media
pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat menimbulkan minat yang
baru, membangkitkan motivasi/rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap anak.” menggunakan
media guru dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga menimbulkan motivasi, dan dapat mengatasi keterbatasan indra,
ruang, dan waktu, serta dapat memberikan keseragaman pengamatan dan
persepsi, juga dapat dijadikan sebagai pengontrol arah dan kecepatan
belajar.16
Disinilah letak pentingnya media sebagai sarana penyampaian
informasi dalam proses pembelajaran.
Sementara itu menurut Hamalik dalam Arsyad pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap anak. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pembelajaran pada saat itu. Selain
membangkitkan motivasi dan minat anak, media pembelajaran juga dapat
15
Mukhtar latif, dkk, op. cit., h. 151-152. 16
Mimik Supartini, op.cit. h. 278.
7
membantu anak meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan
informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus mengungkapkan bahwasanya
media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan dapat
menjamin pemahaman orang yang mendengarkan saja tidaklah sama
tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya
dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarkannya.17
Ibrahim menjelaskan betapa pentingnya media pembalajaran
karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang
dan gembira bagi anak dan memperbarui semangat, membantu
memantapkan pengetahuan pada benak anak, serta menghidupkan
pelajaran.18
Uraian diatas dapat dilihat pentingnya media pembelajaran bagi
pembelajaran anak. Lebih lanjut Hamalik mengungkapkan bahwa guru
sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efesien
yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan
dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping
menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk
mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan
digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pembelajaran.19
Dengan demikian, kreativitas guru dan media
pembelajaran adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan.
Hasil sebelum penelitian di TKIT Raudhatul Jannah Bogor
menunjukan bahwa pada TK tersebut terdapat berbagai kekurangan
fasilitas baik sarana maupun prasarana. Hal ini terlihat di TK tersebut
belum mampu memiliki jenis media pembelajaran yang memadai dan
17
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 15-16. 18
Ibid, h. 16. 19
Ibid, h.2.
8
bervariasi. Pada TK tersebut memiliki 6 kelas yaitu kelas A1, A2, A3, B1,
B2, dan kelas B3 serta hanya memiliki beberapa alat permainan di luar
kelas.
Maka dari itu dengan keterbatasan sarana dan prasarana guru
dituntut untuk memiliki seperangkat kemampuan dalam pemecahan
masalah menguasai bahan pelajaran yang akan di sajikan kepada peserta
didik dan mampu menggunakan alat dan bahan yang dapat disediakan oleh
sekolah dan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar lingkungan.
Meskipun masih rendahnya kemampuan dan wawasan guru tentang
kreativitas dalam mengembangkan media pembelajaran guru berusaha
membuat sendiri media pembelajaran yang dapat dijadikan materi
pembelajaran, hal inilah yang memotivasi guru dalam mengembangkan
media pembelajaran dimana salah satu alasannya adalah dari kurangnya
fasilitas yang ada di TK tersebut dan ingin menambah wawasan dan
kemampuan tentang kreativitas dalam mengembangkan media
pembelajaran.
Motivasi lainnya yang mendorong guru untuk kreatif dalam
mengembangkan media yaitu dapat memotivasi belajar anak agar antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran, anak memiliki ketertarikan untuk
memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi pembelajaran, anak
senang, selalu ingin tahu, inisiatif, aktif dan berimajinasi dengan baik
sehingga mengikuti proses pembelajaran hingga selesai.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik membahas lebih lanjut
mengenai kreativitas guru dalam pengembangan media pembelajaran
dengan mengangkat judul “KREATIVITAS GURU DALAM
PENGEMBANGAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI TK B TKIT
RAUDHATUL JANNAH BOGOR”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis mengidentifikasikan
masalah di atas sebagai berikut:
a. Masih rendahnya kemampuan kreativitas guru dalam mengembangkan
media pembelajaran
b. Masih rendahnya wawasan guru terkait kreativitas dalam mengajar
c. Kurangnya fasilitas di TK yang mendukung kreativitas guru
d. Rendahnya motivasi dan inisiatif anak dalam belajar
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang
dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan penelitian,
kamampuan, dan pengetahuan. Untuk itu peneliti bermaksud
membatasi masalah sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimanakah kreativitas
guru dalam pengembangan media pembelajaran AUD.
b. Kreativitas guru yang diteliti difokuskan pada pembuatan media
pembelajaran AUD.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimanakah kemampuan kreativitas guru dalam pengembangan
media pembelajaran di TK Raudhtul Jannah Bogor?.
- Bagaimana upaya sekolah dalam pengembangan media
pembelajaran?.
- Bagaimana kendala dalam meningkatkan kreativitas guru dalam
pengembangan media pembelajaran?.
10
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimanakah
kemampuan kreativitas guru dalam pengembangan media
pembelajaran di TK Raudhatul Jannah Bogor.
2. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis dan praktis diharapkan penelitian ini berguna bagi
beberapa pihak sebagai berikut :
a. Secara teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai kreativitas guru
dalam pengembangan media pembelajaran.
b. Secara praktis
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan berguna sebagai
berikut:
Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah di
ajarkan selama masa perkuliahan, serta menerapkan teori
yang ada ke dalam dunia pendidikan.
Dapat dijadikan acuan bagi penulis lain apabila ingin
melakukan penelitian sejenis.
2. Bagi anak, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut:
Seorang guru yang memiliki kreativitas dalam
pengembangan media pembelajaran dapat memudahkan
anak dalam memahami pembelajaran.
3. Bagi guru, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut :
Penelitian dapat berguna untuk mengembangkan ide atau
gagasan dalam mengembangkan kreativitas dalam
mengajar.
11
Dapat mengembangkan profesionalitas guru karena guru
mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.
Membuat guru lebih percaya diri karena mampu mengenali
kelemahan dan kelebihan dalam mengajar.
Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri.
4. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai
berikut:
Dengan adanya guru-guru kreatif dapat meningkatkan mutu
pendidikan sekolah.
Berbagai strategi/teknik pembelajaran dapat dihasilkan
sekolah dan disebarluaskan ke sekolah lain.
Sekolah memiliki guru yang berpotensi dan professional
dalam mengelola kelas.
Iklim pendidikan di sekolah lebih kondusif.
Peningkatan prestasi sekolah, dengan melihat perbaikan
proses dan hasil belajar anak.
5. Bagi Prodi, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berkut:
Diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang kreativitas.
Sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
12
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kajian Teoretik
1. Kreativitas Guru
a. Hakikat Kreativitas
Kreatif merupakan kata dasar dari kreativitas, sedangkan
kreativitas adalah aktivitasnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyatakan kreativitas sebagai kemampuan untuk mencipta.
Adapun Wikipedia memiliki pengertian lain, kreativitas adalah
proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan dan konsep
yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran
kreatif (kadang disebut pemikiran Divergent biasanya dianggap
memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi
sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang
baru. Walaupun pengertian kreativitas seperti di atas namun sering
kali muncul definisi yang beragam, sebab pengertian kreativitas itu
tergantung pada cara kita mendefinisikannya. Tidak ada satu pun
definisi yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam
tentang kreativitas. Hal ini disebabkan karena dua alasan, yaitu:
1. Kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan
multimensional. Yang mengandung berbagai tafsiran yang
beragam.
2. Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-
beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat
definisi.20
20
Sri Narwanti, op.cit, h. 3-4
13
Berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang kreativitas, sebagai
berikut:
Munandar menambahkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi, atau unsur-unsur yang ada. Secara operasional
kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.21
Sementara itu Galagher mengatakan bahwa “Creativity is a
mental process by witch an individual creates new ideas or
products, or recombines exiting ideas and product, in fashion that
is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental
yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan
melekat pada dirinya).22
Mayesky mengutarakan bahwa kreativitas adalah cara
berfikir dan bertindak atau membuat sesuatu yang asli dari dirinya
dan mempunyai nilai bagi diri sendiri dan orang lain.23
Lebih lanjut Sternberg mengatakan bahwa kreativitas
mencerminkan kemampuan untuk menciptakan lebih banyak.
Kemampuan mencipta lebih banyak dapat diartikan sebagai
berfikir devergen atau berfikir dengan banyak jawaban atas suatu
masalah.24
21
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: RinekaCipta,
2009, h. 81. 22
Yeni Rachnawati & Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak
“Uisa Taman Kanak-kanak”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 13. 23
Enda Puspitasari, Pemetaan Kreativitas Anak Usia 4-6 Tahun di TK Laboratorium PG-
PAUD Universitas Riau, Educhild Vol.4 No.1 Tahun 2015. 24
Ratih Kusumardani, Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Brain Based
Learning” (Jakarta: Universitas Sulta Ageng Tirtayasa, 2013), h. 144.
14
Ormrod mengutarakan bahwa kreativitas bukanlah suatu
entitas tunggal yang dimiliki orang, melainkan merupakan
kombinasi dari banyak proses berfikir,karakteristik, dan perilaku
yang spesifik.25
Berdasarkan pandangan di atas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada yang
mencakup aspek-aspeknya.
b. Aspek-aspek Kreativitas
Ciri-ciri seseorang berfikir kreatif dapat dibagi menjadi dua
yaitu ciri aptitude dan nonaptitude.26
Aptitude adalah ciri-ciri yang
berhubungan dengan kognitif yang dideskripsikan dalam empat
keterampilan: (1) berfikir lancar, (2) berfikir luwes (fleksibilitas),
(3) keterampilan berfikir orisinil, (4) keterampilan berfikir
elaborasi (elaboration).27
Kreativitas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
kemampuan berfikir kreatif, karakteristik pribadi kreatif,
kemampuan menghasilkan sesuatu yag baru. Aspek-aspek
kreativitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kelancaran berfikir (Fluency of thinking), yaitu proses di mana
seseorang mampu menghasilkan banyak ide atau pemecahan
masalah, kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan
jawaban, dan memberikan banyak cara untuk melakukan
berbagai hal.
b. Keluwesan berfikir (fleksibility), yaitu kemampuan
menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara
pemikiran dalam mengatasi persoalan, memproduksi sejumlah
25
Ratih Kusumardani, loc.cit, h. 144. 26
Utami Munandar, op.cit, h. 88-89. 27
Enda Puspitasari, Pemetaan Kreativitas Anak Usia 4-6 Tahun di TK Laboratorium PG-
PAUD Universitas Riau, Educhild Vol.4 No.1 Tahun 2015.
15
ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda-beda. Orang kretif adalah orang ang luwes dalam
berfikir.
c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan untuk memperkaya
dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan mampu
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek
gagasan atau situasi sedemikian sehingga menjadi lebih
menarik.
d. Originalitas (originality/keaslian), yaitu kemampuan untuk
melahirkan gagasan yang baru dan unik, memikirkan cara yang
tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.28
c. Kreativitas Guru
Secara formal, menurut Undang-Undang No. 14/2005,
pasal 1, butir 1 tentang guru dan dosen, yang disebut dengan guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidika formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.29
Pada dasarnya, setiap orang adalah guru, contoh yang
digugu dan ditiru. Terutama oleh anak-anak yang sering meniru
apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Biasanya,
anak-anak usia dini menerapkan apa yang mereka lihat, mereka
dengar, dan mereka rasakan dari lingkungannya. Apa yang telah
mereka dapatkan ketika masih kecil akan berbekas sangat kuat
hingga mereka dewasa. 30
Pendidik (guru) Islam harus mempunyai keistimewaan atau
kekhasan tersendiri agar tampil bebeda dengan guru yang bukan
28
Ramli Abdullah, Pembelajaran Dalam Perspektif Kreativitas Guru Dalam
Pemanfaatan Media Pembelajaran, (Lantanida Journal Vol.4 No.1, 2016), h. 37-38. 29
Andi Yudha, Mengapa Guru harus Kreatif, (Bandung: Mizan, 2009), h. 17-18. 30
Ibid, h. 18-19.
16
Islam, seperti kekhasan dalam sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dan
peranggainya.31
Islam mengajarkan bahwa pendidik (guru) memiliki
beberapa istilah seperti muallim, muaddib, murabbi, dan ustad. (1)
Mualim yaitu lebih menekannkan posisi pendidik sebagai pengajar
dan penyampai pengetahuan dan ilmu. (2) Muaddib yaitu lebih
menekankan pendidik sebagai pembina moralitas dan akhlak
peserta didik dengan keteladanan. (3) Murabbi yaitu lebih
menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek
jasmaniah maupun ruhaniah. (4) Ustad merupakan istilah umum
yang sering dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas yang
sering disebut sebagai guru.32
Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru
sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, dan kompetensi sosial.33
Dari keempat kompetensi yang dimilikinya tersebut, guru
harus mampu menjadi panutan dan mampu membangun karakter
jati dirinya. Sebagaimana visi guru yang dirumuskan oleh Ki Hajar
Dewantara, bahwa seorang pendidik itu hendak mempunyai
kepribadian: di depan menjadi teladan, di tengah membangun
karsa, di belakang memberi dorongan, tut wuri handayani.34
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan
31
Ahmad Sulaiman, dkk, Karakteristik Guru Perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir
Al-Misba, (Edu-Riligia, Vol. 1 No. 1 Januari-Maret 2017), h. 50. 32
Ibid, h. 50. 33
Fita Nur Arifah, Menjadi Guru Teladan, Kreatif, Inspriratif, Motivatif, dan
Profesional, (Yogyakarta: Araska, 2016), h. 21. 34
Ibid, h. 21.
17
peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar, yang
sangat menuntut kesabaran, kreativitas, dan profesionalisme.35
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar
dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Hal ini, guru
harus kreatif, professional, dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai berikut:
1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para
peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan
melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan
bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk
dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan
memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
(bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta
didik, orang lain, dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.36
Menurut Abd Rahman An-Nawawi dalam Jurnal Sulaiman
menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki para pendidik
(guru) yaitu:
1. Bersifat rabbani, yaitu semua aktifitas, gerak, langkah, niat, dan
ucapan, sejalan dengan nilai-nilai Islam.
35
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 35. 36
Ibid, h. 36.
18
2. Ikhlas.
3. Penyabar.
4. Jujur, terutama adanya kesamaan antara yang disampaikan
(kepada murid) dengan yang dilakukan.
5. Selalu berusaha meningkatkan ilmu dan terus mengkajinya.
6. Menguasai berbagai metode mengajar dan mampu memilih
metode yang sesuai.
7. Mampu mengelola murid, tegas dalam bertindak, serta
meletakan berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang
mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola berpikir angkatan
muda.
8. Bersikap adil dalam menghadapi peserta didik.37
Guru sebagai pendorong kreativitas, karena kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses
kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat
universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau
adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang
yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang
universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang,
dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah
seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat porses
pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menentukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik,
sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif
dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
37
Ahmad Sulaiman, op.cit, h. 53.
19
menunjukan bahwa apa yang akan dikerjakan sebelumnya dan apa
yang dikerjakan dimasa mendatang lebih baik dari sekarang.38
Guru bisa menjadi kreatif karena usaha, kegemaran,
kepedulian, komitmen tinggi terhadap tugas, dan kecintaannya
terhadap bidang pekerjaannya. Guru kreatif tidak tergantung
kepada tingkat pendidikannya, tetapi lebih kepada motivasi dan
usahanya untuk memperkenalkan sesuatu yang baru, unik,
menarik, dan menantang, sehingga anak terpacu untuk mengikuti
pembelajarann dari guru.39
Setiap guru bisa menjadi kreatif tergantung dari kecintaan
terhadap pekerjaanya dan komitmen untuk menyuguhkan sesuatu
yang baru, menarik, dan menantang. Guru kreatif ditunjukan dari
cara berfikir kreatifnya. Untuk mengembangkan cara berfikir
kreatif, diawali dengan minat guru secara continue membaca
banyak literatur semisal tentang ensiklopedia, buku-buku sains,
produk kreatif. Buku dapat dijadikan untuk memunculkan ide
kreatif, di samping menumbuhkan rasa ingin tahu untuk mencoba
sampai mencipta produk kreatif sederhana.40
d. Karakteristik Guru Kreatif
Agar membantu membantu anak tetap memiliki dan
mengembangkan potensinya, dibutuhkan seorang guru yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menyukai tantangan
Guru tidak hanya tidak terpaku pada rutinitas ataupun
mengandalkan program yang ada namun ia akan senantiasa
mengembangkan, memperbarui dan memperkaya aktivitas
belajarnya dari waktu ke waktu.
2. Menghargai karya anak
38
E. Mulyasa, op.cit, h. 51-52. 39
Manispal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2013), h. 234. 40
Manispal, loc.cit, h. 234.
20
Menghargai anak sangatlah prisipil sifatnya, tanpa sikap ini
mustahil anak akan bersedia mengekspresikan dirinya secara
bebas dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
3. Menerima anak apa adanya
Penerimaan terhadap anak, erat kaitannya dengan rasa aman.
Jika anak merasa diabaikan dan tidak diterima oleh gurunya,
maka ia akan kehilangan rasa amannya ketika berdekatan
dengan gurunya. Tanpa rasa aman, seorang anak tidak dapat
belajar dengan baik.
4. Motivator
Seorang pengembang kreativitas adalah seorang
motivator/pendorong bagi peserta didik dan seluruh komponen
akademika untuk terus mengembangkan diri dan
memaksimalkan potensi kreatif yang mereka miliki. Dengan
sikap “Tut Wuri Handayani” dari seorang guru, maka anak
akan terus mengembangkan karya-karya kreatif mereka.
5. Ekspresif
Sikap yang ekspresif dalam menunjukan penghargaan dan
bimbingan terhadap peserta didik, dapat menjadi modal
berkembangnya kreativitas pada anak.
6. Pecinta seni dan keindahan
Guru pengembang kreativitas adalah seorang pecinta seni dan
keindahan, banyak hasil karya kreativitas berbentuk karya seni.
Konsep dasar mengenai estetika memang selayaknya dimiliki
oleh guru pengembang kreativitas.
7. Memiliki kecintaan yang tulus terhadap anak
Kecintaan yang tulus terhadap anak akan memberikan
kenyamanan secara psikologis bagi anak untuk dapat dengan
tenang dan senang melakukan eksplorasi terhadap potensi
dirinya.
8. Memiliki ketertarikan terhadap perkembangan anak
21
Masa The Golden Age yang dimiliki oleh anak, memerlukan
suatu pendekatan yang tepat untuk dapat memfasilitasi
optimalnya aspek-aspek perkembangan yang mereka miliki.
Guru pengembang kreativitas hendaknya memiliki kepedulian
terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
9. Hangat dalam bersikap
Kenyamanan secara psikologis dengan menciptakan suatu
iklim yang kondusif sangat diperlukan bagi pengembangan
kreativitas.
10. Fleksibilitas
Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami
kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta
mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai
kecerdasan dan potensi masing-masing anak.41
2. Media Pembelajaran AUD
a. Definisi Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam
bahasa Arab, media adalah perantara (وسا ئل) atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely dalam
Narwanti mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
41
Yeni Rachamawati & Euis Kurniati, op.cit, h. 45-50.
22
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau vebal. 42
Batasan lain telah dikemukakan oleh para ahli yang
sebagian diantaranya akan diberikan sebagai berikut ini. AECT
(Associaton of Education and Communication Technology) dalam
Arsyad memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar.43
Menurut Fleming dalam Arsyad, media sering diganti
dengan kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Istilah mediator
media menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan
yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan
isi pelajaran. Disamping itu mediator dapat pula mencerminkan
pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan
peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling
canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.44
Sementara itu Hidayat mengungkapkan bahwa media
diartikan sebagai channel (saluran) karena pada hakikatnya media
membantu memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia
untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak,
ruang dan waktu tertentu.45
Adapun Aqib mengungkapkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada peserta
didik.46
42
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 3. 43
Ibid, h. 3 44
Ibid, h. 3-4. 45
Syarif Hidayat, Profesi Kependidikan, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012), h. 152. 46
Zainal Aqib, Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual, (Bandung:
Yrama Widya, 2013), h. 50.
23
Dilain pihak, National Education Association memberikan
definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupum audio-visual dan peralatannya. Demikian, media dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.47
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan alat untuk menyampaikan
pesan/informasi oleh sumber pesan/guru dan disampaikan kepada
penerima pesan/siswa, pesan yang sampaikan adalah pesan/materi
pembelajaran.
b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran
Pendidikan merupakan suatu proses yang diarahkan kepada
pembentukan manusia yang diharapkan oleh masyarakat. Secara
praktis, pencapaian tujuan melalui proses pembelajaran
direncanakan oleh guru. Perkataan lain, guru hendaknya
menyediakan lingkungan pembelajaran yang serasi dengan usaha
pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan inilah guru dapat
mengoptimalkan penyediaan berbagai media, sehinga membantu
proses pembelajaran.48
Menurut Hamalik dalam Hasnida, media pembelajaran
menjadi jembatan antara guru dan siswa dalam pembelajaran, maka
dapat dipahami bahwa pembelajaran sangat penting bagi media
pembelajaran dalam hal-hal berikut:
1. Tujuan pembelajaran menentukan arah yang hendak dicapai
oleh media pembelajaran.
2. Tujuan pembelajaran menentukan alat atau media pembelajaran
yang akan digunakan.
3. Tujuan pembelajaran menentukan teknik penilaian terhadap
penggunaan media pembelajaran.
47
Azhar Arsyad, op.cit, h. 5. 48
Hasnida, Media Pembelajaran Kreatif Mendukung Pengajaran Pada Anak Usia Dini,
(Jakarta: luxima, 2014), h. 35.
24
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, terarah,
sistemais, dan terperinci. Demikian, dapat diharapkan manfaat
yang maksimal dari media pembelajaran terhadap tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai atau keterkaitan antara
keduanya.49
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran AUD
Jenis media yang lazim dipakai di Indonesia dalam kegiatan
pembelajaran, di antaranya:
1. Media Visual/ media grafis
Media Visual/ media grafis, adalah media yang hanya dapat
dilihat. Jenis media visual ini tampaknya yang paling sering
digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan anak usia dini
untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang
sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media yang dapat
diproyeksikan (protected visual) dan media yang tidak dapat
diproyeksikan (non-protected visual). Media grafis termasuk
media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
sumber ke penerima pesan. Saluran yang digunakan
menyangkut dengan indera penglihatan. Pesan dituang dalam
bentuk simbol-simbol komunikasi visual. Selain sederhana dan
mudah membuatnya biayanya pun relatif murah. Lembaga
PAUD yang ada di daerah perkotaan yang memiliki
kemampuan untuk mengadakan alat proyeksi ini tentu sangat
menguntungkan, sebab pembelajaran bisa ditata lebih menarik
perhatian dibandingkan dengan media yang tidak
diproyeksikan. Pada umumnya lembaga PAUD di daerah-
daerah tertentu, terutama pedesaan, dapat menggunakan media
49
Ibid, h. 36.
25
visual lainnya yang dapat dijangkau dengan harga relatif
murah, dan dapat pula dengan cara membuat sendiri.50
Beberapa contoh media grafis yang digunakan sebagai
media pembelajaran, diantaranya:
a. Gambar/foto
Mempunyai sifat konkret dapat mengatasi batasan ruang
dan waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan (seperti
tulang daun atau serangga), dapat memperjelas suatu
masalah, harganya murah, mudah didapat, dan mudah
digunakan.
Ada enam syarat gambar/foto yang baik, sehingga dapat
dijadikan sebagai media pendidikan:
(1) Autentik (jujur/sebenarnya);
(2) Sederhana (poin-poinnya jelas);
(3) Ukuran relatif;
(4) Mengandung gerak atau perbuatan (menunjukan objek
dalam aktivitas tertentu);
(5) Gambar atau foto karya siswa sendiri akan lebih baik;
(6) Gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Sketsa
Gambar sederhana, atau draf kasar yang melukiskan
bagian-bagian pokonya tanpa detail. Sketsa dapat dibuat
secara cepat saat guru menerangkan dengan tujuan
mencapai inti yang ingin dibahas.
c. Diagram
Sebagai suatu gambar yang sederhana yang menggunakan
garis-garis dan simbol-simbol, diagram, atau skema
menggambarkan struktur dari objek secara garis besar.
50
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini “Teori dan Aplikasi”,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 152-153.
26
d. Bagan/chart
Mempunyai fungsi pokok menyajikan secara tertulis atau
lisan secara visual.
e. Grafik
Gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis,
atau gambar, untuk melengkapinya. Sering kali
menggunakan simbol-simbol verbal. Fungsinya adalah
untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti,
menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu
objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara
singkat dan jelas.
f. Kartun
Suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-
simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan
ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi, atau
kejadian-kejadian tertentu.
g. Poster
Gambar yang berfungsi untuk memengaruhi dan
memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.
h. Peta dan globe
Berfungsi untuk menyajikan data-data dan informasi
tengtang lokasi.
i. Papan flanel (flannel board)
Media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan
tertentu kepada sasaran tertentu pula.
j. Papan buletin (bulletin board)
Berfungsi selain menerangkan sesuatu, papan buletin
dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu
tertentu. 51
51
Ibid, h. 153
27
Gambar 2.1 Jenis Media Visual
Gambar / Foto
Sketsa
Diagram
Bagan
Grafik
Kartun
Poster
Peta dan globe
Papan flanel
Papan buletin
Sumber: www.edup3053.aminteach.com
28
2. Media audio
Karakteristik dari media audio adalah media yang
mengutamakan indera pendengaran. Pesan-pesan yang akan
disampaikan dapat dituangkan ke dalam lambang auditif, baik
verbal (kata-kata) maupun non verbal (sound effect). Ada
beberapa jenis media yang dapat dikelompokan dalam media
audio yaitu: radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam,
dan laboratorium bahasa. Karakteristik media audio yaitu
materi tidak akan berubah, biaya produksi relatif murah,
peralatan relatif murah dibanding media lainnya.52
Gambar 2.2 Jenis Media Audio
Radio
Perekam pita magnetic
Piringan Hitam
Laboratorium Bahasa
Sumber: dianwulan28.blogspot.com.
3. Media proyeksi dia (audio-visual)
Media proyeksi dia (audio-visual): mempunyai persamaan
dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-
rangsangan visual. Perbedaanya adalah pada media grafis
52
Syarif Hidayat, op.cit, h. 157.
29
dapat berinteraksi secara langsung dengan pesan media
bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi agar dapat
dilihat oleh sasaran, ada kalanya media ini disertai dengan
rekaman audio, tetapi ada pula yang hanya visual saja.
Beberapa jenis media proyeksi anatara lain: film bingkai, film
rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus pandang,
film, televisi, video, permainan (game) dan simulasi.53
Gambar 2.3 Media Audio Visual
Film Bingkai
Film Rangkai
Media
Transparansi
Proyektor tak
tembus pandang
Film
Televisi
Video
Permainan
(game) dan
Simulasi
Sumber: http://www.scribd.com.
d. Klasifikasi Media Pembelajaran
Ada beberapa kategori dalam mengklasifikasi jenis-jenis
media pembelajaran untuk anak usia dini yang bisa dikembangkan
sesuai dengan tahapan. Seperti yang diungkapkan oleh Wargo
53
Mukhtar Latif, dkk, op., h. 154.
30
dalam Hasnida, kategori media pembelajaran yang digunakan pada
anak usia dini terdiri dari tiga tahapan, yaitu manipulative (media
kognitif), media pictorial (semi kognitif), dan media symbolic
(symbol-simbol).
1. Media manipulative
Media manipulative adalah segala benda yang dapat dilihat,
disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan. Hal ini
menunjukan bahwa segala sesuatu yang bisa dan biasa
ditemukan anak dalam kesehariannya dapat dijadikan media
pembelajaran yang lebih kontekstual, seperti penggunaan
kancing, gelas plastik, bola kecil, kaleng, kardus, karet gelang,
tutup botol, dll.
2. Media pictorial
Media pictorial adalah manipulasi dari media sebenarnya,
biasanya diimplementasikan dalam bentuk-bentuk gambar.
Alasan yang mendasari penyediaan media ini adalah
perkembangan pemahaman anak dari masa transisi
praoperasioanl menuju masa operasional konkret.
3. Media symbolic
Tahapan penggunaan media yang terakhir adalah media
symbolic. Media ini diberikan kepada anak yang sudah
memiliki tingkat pemahaman yang cukup matang. Media pada
tahap ini sudah tidak lagi menggunakan benda-benda atau
gambar-gambar, melainkan dengan rumus-sumus, grafik
ataupun operasional.54
Ketiga kategori di atas adalah pemahaman akan keunikan
tiap-tiap anak. Kebutuhan dan kecepatan anak sangat bervariasi
dalam menerima pembelajaran, namun yang terpenting adalah
kejelian guru dalam mengikuti prosedur kelayakan sebuah media
54
Hasnida, op.cit, h. 37.
31
untuk diberikan kepada anak, yaitu dengan memerhatikan beberapa
syarat berikut menurut Charlesworth dalam Hasnida.
1. Media di desain sesuai dengan tingkat pencapaian
perkembangan anak.
2. Mudah terjangkau dan ekonomis.
3. Dapat memberi kesenangan dan aman bagi anak.
4. Praktis dan multiguna, satu media dapat dipergunakan dalam
beberapa pengembangan.
5. Sederhana, namun dapat memberikan makna pada anak.55
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas dapat
dipahami bahwa dalam melaksanakan pembelajaran untuk anak
usia dini, guru perlu menyediakan media-media yang manipulative.
Media tersebut sepatutnya disesuaikan dengan tingkat kesiapan
atau kematangan anak pada rentang usianya serta dapat
dimanipulasikan dan bervariasi, sehingga menyenangkan dan
memberi kepuasan bagi anak. Menyediakan media tidak harus
berbiaya mahal, guru maupun orang tua dapat memperolehnya dari
benda-benda di sekitar lingkungan anak. Meskipun demikian,
media harus diperhatikan higienitasnya sehingga tidak membawa
penyakit dan berbahaya pada anak.56
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan
sebagai klasifikasi penggunaan media di dalam proses belajar
adalah Dale‟s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale).57
Kerucut pengalaman Edgar Dale pada saat ini dianut secara luas
untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar
siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.58
55
Hasnida, op.cit, h. 38. 56
Hasnida, loc.cit, h. 38. 57
Azhar Arsyad, op.cit, h. 10. 58
Wina Sanjaya, Sistem Pembelajaran, (Bandung: Kencana Prenadamedia Group, 2008),
h. 199.
32
Dasar pengembangan kerucut di bawah bukanlah tingkat
kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang
turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan.
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan
paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung
dalam pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera
penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini
dikenal dengan learning by doing misalnya keikutsertaan dalam
menyiapkan makanan, membuat perabot rumah tangga,
mengumpulkan perangko, melakukan percobaan di laboratorium,
dan lain-lain. Yang kesemuanya itu memberi dampak langsung
terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.59
Kerucut pengalaman yang dikemukankan oleh Edgar Dale
memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh
siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa
yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui
media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin
konkret siswa mempelajari bahan pengajaran contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin sedikit pengalaman yang
akan diperoleh siswa.60
59
Azhar Arsyad, op.cit, 10-11 60
Wina Sanjaya, op.cit, h. 199-200.
33
Gambar 2.4 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Sumber: https://bagusdwiradyan.wordpress.com.
Uraian setiap pengalaman belajar seperti yang digambarkan
dalam kerucut pengalaman tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
1. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh
siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami,
merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan objek
yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara. Kerena
pengalaman langsung inilah, maka ada kecenderungan hasil
yang diperoleh siswa menjadi konkret sehingga akan memiliki
ketepatan yang tinggi.
2. Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui
benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan
yang sebenarnya. Pengalaman tiruan sudah bukan pengalaman
langsung lagi sebab objek yang dipelajari bukan yang asli atau
yang sesungguhnya melainkan benda tiruan sangat besar
manfaatnya terutama untuk menghindari terjadinya verbalisme
34
3. Pengalaman melalui drama, yaitu pengalaman yang diperoleh
dari kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama
(peragaan) dengan menggunakan skenario yang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Walaupun siswa tidak mengalami
secara langsung terhadap kejadian, namun melalui drama,
siswa akan lebih menghayati berbagai peran yang disuguhkan.
Tujuan belajar melalui drama ini agar siswa memperoleh
pengalaman yang lebih jelas dan konkret.
4. Pengalaman melalui demonstrasi adalah teknik penyampaian
informasi melalui peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat
secara langsung dalam masalah yang dipelajari walaupun
bukan dalam situasi nyata, maka pengalaman melalui
demonstrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.
5. Pengalaman wisata yaitu pengalaman yang diperoleh melalui
kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui
wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan
bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi. Selanjutnya,
pengalaman yang diperoleh dicatat dan disusun dalam
cerita/makalah secara sistematis. Isi catatan disesuaikan dengan
tujuan kegiatan ini.
6. Pengalaman melalui pameran. Pameran adalah usaha untuk
menunjukan hasil karya. Melalui pameran siswa dapat
mengamati hal-hal yang ingin dipelajari, seperti karya seni baik
seni tulis, seni pahat, atau benda-benda bersejarah dan hasil
tekhnologi modern dengan berbagai cara kerjanya. Pameran
lebih abstrak sifatnya dengan wisata, sebab pengalaman yang
diperoleh hanya terbatas pada kegiatan mengamati wujud
benda itu sendiri.
7. Pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak
langsung, sebab televisi merupakan perantara. Melalui televisi
35
siswa dapat menyaksikan berbagai peristiwa yang ditayangkan
dari jarak jauh sesuai dengan program yang dirancang.
8. Pengalaman melalui gambar hidup dan film. Gambar hidup
atau film merupakan rangkaian gambar mati yang
diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Dengan
mengamati film siswa dapat belajar sendiri, walaupun bahan
belajarnya terbatas sesuai dengan naskah yang disusun.
9. Pengalaman melalui radio, tape recorder dan gambar.
Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak
dibandingkan pengalaman melalui gambar hidup sebab hanya
mengandalkan salah satu indera saja, yaitu indera pendengaran
atau indra penglihatan saja.
10. Pengalaman melalui lambang lambang visual, seperti grafik,
gambar, dan bagan. Sebagai alat komunikasi lambang visual
dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa.
Siswa lebih dapat memahami berbagai perkembangan atau
struktur melalui bagan dan lambang visual lainnya.
11. Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman
yang sifatnya lebih abstrak. Sebab, siswa memperoleh
pengalaman hanya melalui bahasa baik lisan maupun tulisan.
Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari
perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar.
Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus
disertai dengan penggunaan media lain.61
e. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Levie & Lentz dalam Arsyad mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khusunya media visual, yaitu (a) fungsi
atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi
kompensatoris.
61
Wina Sanjaya, loc.cit, h. 200-203.
36
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yakni menarik
dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal
pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi
oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan, khususnya
gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat
menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran
yang akan mereka terima. Demikian, kemungkinan untuk
memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.62
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang
bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengunggah emosi
dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras.63
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.64
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks
untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Kata lain, media pembelajaran berfungsi
untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.65
62
Azhar Arsyad, op.cit, h. 17. 63
Ibid, 17. 64
Ibid, 17. 65
Ibid, h. 17.
37
Menurut Kemp dan Dayton, media pembelajaran dapat
memenuhi tiga fungsi utama apabila digunakan untuk perorangan,
kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:
a. Memotivasi minat/ tindakan.
b. Menyajikan informasi.
c. Memberikan intruksi.66
Dale dalam Arsyad mengemukakan bahwa bahan-bahan
audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa
tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan
modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi
pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini
dapat terealisasi:
1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.
2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
3. Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan
dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.
4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar
siswa.
5. Membuat hasil belajar bermakna bagi berbagai kemampuan
siswa.
6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran
dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang
mengakibatkan meningkatnya hasil belajar.
7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat
membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka
pelajari.
8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu
konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.
66
Syarif Hidayat, op.cit, h. 165.
38
9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang
mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat
generalisasi yang tepat.
10. Meyakini diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa
butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem
gagasan yang bermakna.67
f. Pengembangan Media Pembelajaran
Seorang guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran
dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar
yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif
dan efesien.68
Salah satu kriteria yang sebaiknya digunakan dalam
pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan
kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum
tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkan untuk
mengembangkannya sendiri.69
Penetapan rambu-rambu dan kriteria untuk pemilihan
media pembelajaran merupakan patokan yang harus dijadikan
pegangan bersama. Rambu-rambu tersebut diperlukan agar dapat
dikembangkan untuk menyediakan berbagai media pembelajaran
yang tepat dan berdaya guna tinggi. Konteks pemilihan media
pembelajaran tersebut diantaranya:
1. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan pemakai (anak usia dini) yang dilayani
serta mendukung tujuan pembelajaran.
2. Media pembelajaran yang dipilih perlu di dasarkan atas asas
manfaat, untuk apa dan mengapa media pembelajaran
tersebut dipilih.
3. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda
baik berada pada sudut pandang pemakai (guru, anak)
67
Azhar Arsyad, op.cit, h. 23-24. 68
Wina Sanjaya, loc.cit, h. 198. 69
Azhar, loc.cit, h. 105.
39
maupun dari kepentingan lembaga. Dengan demikian,
kepentingan kedua belah pihak akan terpelihara dan tidak ada
yang dirugikan manakala kepentingan masing-masing ada
yang kurang selaras.
4. Pemilihan media pembelajaran harus di dasarkan pada kajian
edukatif dengan memerhatikan kurikulum yang berlaku,
cakupan bidang pengembangan yang dikembangkan,
karakteristik peserta didik serta aspek-aspek lainnya yang
berkaitan dengan pengembangan pendidikan dalam arti luas.
5. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi
persyaratan kualitas yang telah ditentukan antara lain
relevansi dengan tujuan, persyaratan fisik, kuat dan tahan
lama, sesuai dengan dunia anak, sederhana atraktif, dan
berwarna, terkait dengan aktivitas bermain anak serta
kelengkapan yang lainnya.
6. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memerhatikan
pula keseimbangan koleksi (well rounded collection),
termasuk media pembelajaran pokok dan bahan penunjang
sesuai dengan kurikulum baik untuk kegiatan pembelajaran
maupun media pembelajaran penunjang untuk pembinaan
bakat, minat, dan keterampilan terkait.
7. Memudahkan memilih media pembelajaran yang baik perlu
kiranya menyertakan alat bantu penelusuran informasi,
seperti katalog, kajian buku, review, atau bekerja sama
dengan sesama komponen fungsional seperti guru-guru atau
kepada pimpinan lembaga PAUD dalam forum KKG
(Kelompok Kerja Guru), misalnya para guru dari berbagai
lembaga PAUD dimungkinkan untuk saling tukar informasi
mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan
40
peningkatan proses belajar mengajar (PMB) dan tentang
kondisi keberadaan media pembelajaran yang diperlukan.70
Hakikat pengembangan media bagi seorang guru dalam
pembelajaran diantaranya adalah:
1. Menyesuaikan jenis media dengan materi kurikulum
Saat memilih jenis media yang akan dikembangkan atau
diadakan maka yang harus diperhatikan adalah jenis materi
pelajaran yang mana terdapat dalam kurikulum yang dinilai peru
ditunjang oleh media pembelajaran. Kemudian, dilakukan telaah
tentang jenis media apa yang dinilai tepat untuk menyajikan
materi pelajaran yang dikehendaki tersebut.
2. Keterjangkauan dalam pembiayaan
Pengembangan atau pengadaan media pembelajaran hendaknya
mempertimbangkan ketersediaan anggaran yang ada. Apabila
guru membuat sendiri media pembelajaran, hendaknya
dipikirkan apakah diantara sesama guru mempunyai
pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan media
pembelajaran yang dibutuhkan, maka perlu dijajaki berapa besar
biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan media pembelajaran
tersebut.
3. Ketersediaan perangkat keras untuk pemanfaatan media
Pemilihan media pembelajaran sederhana (seperti media audio)
untuk dirancang dan dikembangkan akan sangat bermanfaat
karena peralatan/fasilitas pemanfaatannya tersedia di sekolah
atau udah diperoleh di masyarakat, selai itu sumber energi yang
diperlukan untuk mengoperasikan peralatan pemanfaatan media
sederhana juga cukup mudah yaitu hanya dengan menggunakan
baterai kering.
4. Kemudahan memanfaatkan media pembelajaran
70
Mukhtar Latif, dkk, op.cit, h. 155-156.
41
Aspek lain yang juga tidak kalah pentingnya untuk
dipertimbangkan dalam pengembangan media pembelajaran
adalah kemudahan guru atau peserta didik memanfaatkannya.
Tidak akan terlalu bermanfaat apabila media pembelajaran
dikembangkan sendiri pembuatannya ternyata tidak mudah
dimanfaatan, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Media
yang dikembangkan tersebut hanya akan berfungsi sebagai
pajangan di sekolah.71
Menurut Abdullah dalam jurnalnya mengemukakan bahwa
media pengajaran ditinjau dari segi kesiapan pengadaan atau
pengembangannya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:
a. Media jadi (by utilization), yaitu karena sudah merupakan
komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran serta di jual
secara bebas dalam keadaan siap pakai. Kelebihan media jadi
adalah cepat tersedia dan tidak perlu makan waktu yang lama,
di samping dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa
dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Media rancangan (by design), yaitu karena perlu di desain dan
dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan
pembelajaran tertentu. Untuk merancang media pengajaran
secara khusus dalam rangka memenuhi tujuan tertentu akan
lebih banyak menyita waktu, tenaga, pemikiran, dan biaya.
Penggunaan media rancangan harus melalui tahapan uji coba
terlebih dahulu apakah handal (valid) dan layak (reliable)
untuk dipakai dalam pengajaran tertentu dan dalam masa
tertentu. Untuk mendapatkan keandalan dan kelayakan suatu
media rancangan diperlukan serangkaian validasi propertinya.72
71
Ramli Abdullah, op.cit, h. 41-42. 72
Ibid, h. 45.
42
g. Karekteristik Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media
berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk
mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu
atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau
ciri media pembelajaran tersebut adalah:73
1. Ciri fiksatif
Yaitu yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam, menyimpan ,melestarikan, dan merekonstruksi suatu
peristiwa atau objek.
2. Ciri manipulative
Yaitu kemampuan untuk mentranformasi suatu obyek,kejadian
atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai
contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan
kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu
yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse
recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat
diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang
jelas dari kejadian/peristiwa tersebut.
3. Ciri distributive
Yaitu menggambarkan kemampuan media mentransportasikan
obyek atau kejadian melalui ruang,dan secara bersamaan
kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai
tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian tersebut.
Berdasarkan uraian sebelumnya,ternyata bahwa
karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan
strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs,
Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan
73
Arsyad, op.cit, h. 113.
43
pengelompokkan atau membuat taksonomi mengenai media
pembelajaran. Dari sekian pengelompokkan tersebut, secara garis
besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis,
media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja
dan disertai rekama audio), dan media permainan-simulasi.74
Jenis media visual kelihatannya yang paling sering
digunakan oleh guru TK/PAUD untuk membantu menyampaikan
isi dari tema pembelajaran yang sedang dipelajari. Media visual
terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan
media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual).
Karakteristik media visual:75
a. Gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar yang
disajikan secara fotografik, misalnya gambar manusia,
binatang, tempat, atau objek lain yang ada kaitannya dengan
bahan atau isi tema yang diajarkan.
b. Media grafis, karakteristik media grafis ini adalah sederhana,
dapat menarik perhatian, murah, dan mudah disimpan serta
dibawa. Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan, atau menghiasi fakta
yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan jika tidak
digrafiskan. Selain sederhana dan mudah digunakan, media
grafis juga mudah pembuatannya karena tidak membutuhkan
peralatan serta relatif murah ditinjau dari segi biaya.
c. Media model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan
dalam pembelajaran TK/PAUD.Media model merupakan tiruan
dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar,
objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang
terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari
wujud aslinya.
74
Ibid, h. 114 75
Hasnida, op.cit, h. 54.
44
d. Media realita merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran
yang berfungsi untuk memberikan pengalaman langsung
(direct experience) kepada anak.
h. Pembuatan Media Pembelajaran
Tahap pembuatan media pembelajaran dapat dikatakan
kulminasi atau puncak dari tahap-tahap lain dalam pengembangan
media. Karena hal tersebut mengingat produk akhir dalam proses
pengembangan media adalah dihasilkannya media sebagaimana
yang telah direncanakan untuk kemudian digunakan dalam
pembelajaran. Sebagus apapun desain yang dirancang pada
akhirnya akan sangat bergantung pada sejauh mana produk media
jadi yang dihasilkan dan siap digunakan. Pembuatan media
pembelajaran ini adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan:
1. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multiguna.
Multiguna di sini maksudnya adalah bahwa media tersebut
dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek
perkembangan anak.
2. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD
dan murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa. Membuat
media pembelajaran sebenarnya tidak harus selalu dengan
biaya yang mahal. Banyak sekali bahan-bahan di sekitar kita
yang dapat digunakan untuk membuatnya.
3. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Aspek
keselamatan anak merupakan salah satu hal yang harus menjadi
perhatian guru sebagai pembuat media pembelajaran.
4. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga
menambah kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal
dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen
dan bereksplorasi.
5. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. Tiap media
pembelajaran itu sudah memiliki fungsi yang berbeda antara
45
yang satu dengan yang lain. Guru harus menjadikan tujuan dan
fungsi sarana ini sebagai bagian yang penting untuk
diperhatikan.
6. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal.
Media pembelajaran yang dirancang harus memungkinkan
anak untuk menggunakannya baik secara individual, digunakan
dalam kelompok maupun secara klasikal.
7. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak yang berbeda
berpengaruh terhadap jenis permainan yang akan dibuat oleh
guru.76
Prinsip umum pembuatan media pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Visiable: mudah dilihat, artinya media yang digunakan dapat
memberikan keterbacaan bagi yang melihatnya.
2. Interesting: menarik, sehingga terdorong untuk
memprerhatikan pesan yang disampaikan melalui media
tersebut.
3. Simple: sederhana, artinya media yang digunakan harus
memiliki nilai kepraktisan.
4. Useful: bermanfaat bagi pelajar, bermanfaat dalam pencapaian
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
5. Accurate: benar dan tepat sasaran, artinya media yang
digunakan sesuai dengan karakteristik materi atau tujuan
pembelajaran.
6. Legitimate: sah dan masuk akal, artinya media yang digunakan
untuk kepentingan proses pembelajaran.
7. Structured: tersusun secara baik, runtut, artinya dalam
penggunaannya merupakan bagian tak terpisahkan dari materi
yang disampaikan.77
76
Mukhtar Latif, dkk, op.cit. h. 157-159. 77
Zainal Aqib, op.cit, h. 52.
46
Menurut Sudjana sebagimana yang dikutip oleh Falahudin
dalam jurnalnya menjelaskan bahwa sebelum media digunakan
harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana
pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita
sajikan dengan bantuan media. Rencanakan begaimana strategi dan
teknik penggunaannya. Hindari penggunaan media yang hanya
dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong
saja. Jika pebelajar sadar bahwa media yang digunakan hanya
untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul
setiap kali pembelajaran menggunakan media. Penggunaan media
yang sembarangan, asal-asalan, atau “daripada tidak dipakai”, akan
membawa akibat negatif yang lebih buruk. Harus senantiasa
dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan media.
Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses pembelajaran
tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran
proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika
akan menggunakan media elektronik.78
i. Evaluasi Media Pembelajaran
Evaluasi merupakan bagian penting dalam pengembangan
media pembelajaran. Apapun juga media yang dibuat perlu dinilai
terlebih dahulu sebelum digunakan secara luas. Evaluasi itu
dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal
ini penting untuk diingat dan dilakukan, karena banyak orang
beranggapan bahwa sekali mereka membuat media pasti seratus
persen ditanggung baik. Anggapan itu sendiri tidaklah keliru,
karena sebagai pengembang media secara tidak langsung telah
menurunkan hipotesis bahwa media yang dibuat tersebut dapat
memberikan hasil belajar yang lebih baik. Hipotesis tersebut perlu
78
Iwan Falahudin, Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran, Jurnal Lingkar
Widyaiswara, Edisi 1, No 4, 2014 h. 114.
47
dibuktikan dengan menguji cobakannya ke sasaran yang
dimaksud.79
a. Jenis Evaluasi Media
Ada dua macam bentuk penguji cobaan media yang kita
kenal, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-
bahan pembelajaran (termasuk kedalamnya media) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media
yang bersangkutan agar lebih efektif dan evisien.80
b. Prosedur/Tahapan Evaluasi Media
Prosedur atau tahapan evaluasi media terkait dengan
bagaimana langkah-langkah yang dilakukan dalam
mengevaluasi media yang telah dibuat. Sekali lagi perlu
ditegaskan bahwa dengan evaluasi ini diharapkan hasil media
yang dibuat terjamin keandalannya. Langkah atau tahapan
evaluasi media yang dap at ditempuh terdiri dari tahap
evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil
(small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field
evaluation).81
i. Evaluasi Satu Lawan Atau (One to One)
Evaluasi media tahap satu lawan satu atau yang
disebut dengan istilah one to one evaluation, dilaksanakan
dengan memilih dua orang atau lebih siswa yang dapat
mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan
media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau
media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan mereka
mempelajarinya sementara kita mengamatinya. Kedua
79
Mukhtar Latif, dkk, op. cit, h. 160. 80
Ibid, h. 161. 81
Azhar Arsyad, op.cit, h. 173.
48
orang siswa yang dipilih tersebut hendaknya satu orang
dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit di
bawah rata-rata dan satu orang lain di atas rata-rata.
Prosedur pelaksanaan evaluasi media tahap satu lawan
satu ini sebagai berikut:
1. Jelaskan kepada siswa bahwa kita sedang merancang
suatu media baru dan kita ingin mengetahui
bagaimana reaksi mereka terhadap media yang dibuat
tersebut.
2. Lalu sampaikan kepada mereka bahwa apabila nanti
mereka berbuat salah, hal tersebut bukanlah karena
kekurangan mereka tetapi karena kekurangan
kesempurnaan media tersebut, sehingga perlu
diperbaiki.
3. Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas
mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut.
4. Selanjutnya berikan tes awal untuk mengetahui.
Sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa
terhadap topik yang dimediakan.
5. Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang kita
butuhkan atau dibutuhkan siswa untuk
menyajikan/mempelajari media tersebut. Catat pula
bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit
untuk dipahami, apakah contoh-contohnya,
penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukah yang
lain.
6. Berikan tes yang mengukur keberhasilan media
tersebut (post test).
7. Analisis informasi yang terkumpul, jumlah dua orang
untuk kegiatan ini adalah jumlah minimal. Setelah
selesai, bisa mencobakannya kepada beberapa orang
49
siswa yang lain dengan prosedur yang sama. Anda
juga dapat mencobakannya kepada ahli bidang studi
(content expert). Mereka sering kali memberikan
umpan balik yang bermanfaat. Atas dasar data atau
informasi dari kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya
revisi dilakukan sebelum media dicobakan ke
kelompok kecil.82
ii. Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaliation)
Pada tahap ini diujicobakan kepada sasaran/siswa
yang dipilih untuk uji coba hendaknya mencerminkan
karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri
dari siswa/sasaran berbagai tingkat kemampuan (pandai,
sedang, kurang pandai), jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, berbagai usia, dan latar belakang.83
Prosedur
yang perlu ditempuh diantaranya:
(a) Jelaskan bahwa media tersebut berada pada tahap
formatif dan memerlukan umpan balik untuk
menyempurnakannya.
(b) Berikan tes awal (pretest) untuk mengukur
kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik
yang dimediakan.
(c) Sajikan media atau minta kepada siswa untuk
mempelajari media tersebut.
(d) Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk
umpan balik (langsung ataupun tidak langsung)
selama penyajian media.
(e) Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan bisa
tercapai (post test).
82
Azhar Arsyad, op.cit, h. 174. 83
Sungkono, Evaluasi Media Pendidikan, evaluasi media.pdf-Adobe Reader, h.2,
(diakses pada 10-12-2018 14.48 WIB.
50
(f) Analisis data-data yang terkumpul, atas dasar umpan
balik semua ini media disempurnakan.84
iii. Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)
Evaluasi Lapangan (Field Evaluation) adalah tahap
akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan.
Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin
dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap
evaluasi di atas tentulah media yang kita buat sudah
mendekati kesempurnaannya. Namun dengan itu masih
harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah
kebolehan media yang kita buat itu diuji. Pilih sekitar 30
orang siswa dengan berbagai karakteristik populasi
sasaran. Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua
tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi untuk
tahap evaluasi lapangan adalah apa yang disebut dengan
efek halo (hallo effect). Situasi seperti muncul apabila
media kita cobakan pada kelompok responden yang salah.
Maksudnya, apabila kita membuat program media lalu
mencobakannya kepada siswa-siswa yang belum pernah
melihat program tersebut. Pada situasi seperti ini informasi
yang kita peroleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan
tersebut sehingga kurang dapat dipercaya.85
Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
(a) Mula-mula pilih siswa yang benar-benar mewakili
populasi target, kira-kira 30 orang siswa. Usahakan
agar mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan
dan keterampilan siswa yang ada. Tes kemampuan
awal perlu dilakukan bila karakteristik siswa belum
diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan.
84
Azhar Arsyad, op.cit, h. 163-164. 85
Hasnida, op.cit, h. 70.
51
Tetapi bila kita kenai benar-benar siswa yang akan
dipakai dalam uji coba tak perlu tes itu dilakukan.
(b) Jelaskan kepada mereka maksud uji lapangan tersebut
dan apa yang anda harapkan pada akhir kegiatan.
Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengkritik
bahan-bahan atau media yang diberikan, karena
mereka beranggapan sudah benar dan efektif.
Usahakan mereka bersikap relaks dan berani
mengemukakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin
perasaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan
mereka.
(c) Berikan tes awal untuk mengukur sajauh mana
pengetahuan dan keterampilan mereka terhadap topik
yang dimediakan.
(d) Sajikan media tersebut kepada mereka. Bentuk
penyajiannya tentu sesuai dengan rencana
pembuatannya: untuk prestasi kelompok besar, untuk
kelompok kecil atau belajar mandiri.
(e) Catat semua respons yang muncul dari siswa selama
sajian. Begitu pula waktu yang diperlukan.
(f) Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian
hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil
tes ini (post test) dibandingkan dengan hasil tes
pertama (pre test) akan menunjukan seberapa efektif
dan efesien media yang anda buat tersebut.
(g) Ringkas dan analisislah data-data yang anda peroleh
dengan kegiatan-kegiatan tadi: kemampuan awal, skor
tes awal dan akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan
bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang
diperlukan, perbaikan bagian yang sulit, dan
52
pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian, dan
sebagainya.
(h) Atas dasar itu media diperbaiki dan semakin
disempurnakan. Demikianlah, dengan ketiga tahap
evaluasi tersebut dapatlah dipastikan kebenaran
efektivitas dan efesiensi media yang kita
kembangkan.86
3. Kreativitas Guru dalam Pengembangan Media di TK
Dapat dikatakan bahwa perkembangan dunia pendidikan saat ini
menuntut para guru untuk lebih kreatif dan produktif. Walaupun tidak
dapat disangkal, saat ini masih banyak guru yang belum sampai ke
tahap itu. Mereka hanya menjadi guru yang sebatas mengajar saja.
Kemungkinan untuk mengembangkan atau mengkreasikan mata
pelajaran yang diampunya masih belum ada.87
Guru kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas
dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha
menemukan cara-cara baru untuk menemukan potensi unik siswa.
Baginya, setiap tahun harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam
dirinya. Sehingga materi yang disampaikannya tidak merupakan materi
hafalan dari tahun ke tahun.88
Apabila dia mengajar 10 tahun, maka 10 tahun itulah dia
mengulang materi yang sama tanpa ada kreativitas di dalamnya.
Padahal setiap tahun guru akan mendapatkan peserta didik yang tidak
sama dengan tahun sebelumnya. Pergeseran pemahaman anak didik
pada setiap tahunnya inilah yang mewajibkan guru untuk bertindak
86
Wina Sanjaya, op.cit, h. 164-165. 87
Afrisanti Lusinta, Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif, dan Inovatif,
(Yogyakarta: Araska, 2011), h. 53. 88
Ibid, h. 53.
53
lebih kreatif dalam menyampaikan bahan ajarnya akan mudah
dipahami siswa dan siswa pun senang mendapatkannya.89
Sementara itu, guru kreatif akan dapat menangkap peluang itu dan
membuatnya menjadi guru produktif. Selalu saja ada ide-ide segar
yang membuatnya menemukan sistem pembelajaran dengan berbagai
model. Bahkan, dia mampu membuat media pembelajarannya sendiri
untuk membantu para peserta didiknya menerima materi pelajaran
dengan baik. Tak salah, bila guru seperti itu menjadi guru yang kaya.
Guru yang tak pernah kehabisan ide kreatifnya dan membuatnya
menjadi semakin produktif dalam menjadi guru di era baru.90
Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan
bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mengerti apa yang dipelajarinya
lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan
keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran.91
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih
efektif dan efisien. Secara khusus manfaat media dijabarkan
Mustikasari dalam Narwanti sebagai berikut:
1. Penyampaian informasi pembelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. 92
89
Zainal Aqib, op.cit, h. 54. 90
Afrisanti Lusinta, op.cit, h. 55. 91
Sri Narwanti, op.cit, h. 38. 92
Ibid, h. 38.
54
Beragamnya media yang ada tentunya guru diharapkan kreatif dan
produktif menyusun media agar benar-benar bermanfaat bagi siswa,
sebab setiap media tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Kreativitas guru menyusun media harus memerhatikan
hal-hal selagi berikut:
1. Karakteristik peserta didik.
2. Materi pelajaran yang akan disampaikan.
3. Tujuan yang hendak dicapai.
4. Sarana dan prasarana yang tersedia di lingkungan sekolah.
Hal-hal di atas penting sebab jangan sampai guru hanya membuat
media untuk keperluan kenaikan pangkat atau sertifikasi. Intinya kunci
pembuatan media adalah untuk membantu siswa lebih memahami
materi yang dipelajari.93
B. Penelitian yang Relevan
Tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian
yang relevan dengan penelitian penulis. Ada beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan
No Nama Peneliti, Judul dan
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Nama: Cucu Sopiah (2014)
Judul: Kreativitas Guru PAUD
dalam Kegiatan Belajar
Mengajar
Hasil:
kreativitas guru PAUD dalam
kegiatan belajar mengajar
meneliti tentang
kreativitas guru
PAUD
terletak pada kreativitas
yang digunakan.
Peneliti meneliti
tentang kreativitas guru
dalam mengembangkan
media pembelajaran
sedangkan penelitian
93
Ibid , h. 39-40.
55
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi subjek
tersebut dapat menjadi pribadi
yang kreatif diantaranya yaitu
keterbukaan seorang guru
PAUD harus lebih terbuka
dengan pengetahuan yang baru,
agar dapat mengetahui
informasi-informasi terbaru yang
dapat diaplikasikan untuk
KBM.94
Cucu Sopiah meneliti
tentang kreativitas guru
dalam kegiatan belajar
mengajar.
2 Ramli Abdullah (2016)
Pembelajaran dalam Perspektif
Kreativitas Guru dalam
Pemanfaatan Media
Pembelajaran
Kreativitas guru suatu mata
pelajaran dalam memanfaatkan
media pembelajaran belum
begitu maksimal. Bahwa guru
menggunakan media berupa
buku, papan tulis, dan spidol.
Akan tetapi dalam merancang
atau mendesain media sendiri
yang berhubungan dengan
materi pelajaran guru belum bisa
melakukannya. Kendala yang
dihadapi guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah kurangnya
Meneliti tentang
kreativitas guru
dalam
mengembangkan
media
pembelajaran serta
kendala yang
dihadapi guru.
Perbedaannya pada
hasil kreativitas guru
dan lokasi penelitian.
94
Cucu Sopiah, Kreativitas Guru PAUD dalam Kegiatan Belajar Mengajar, Vol : XXI,
No : 1, Maret 2014
56
fasilitas media pembelajaran di
sekolah.95
3 Siti Maemunah (2015)
Kreativitas Guru PAUD Dalam
Mengembangkan Media
Pembelajaran Melalui
Pemanfaatan Bahan Alam
guru dapat memanfaatkan
bahan-bahan alam dan bahan
bekas yang ada di lingkungan
sekitar untuk digunakan sebagai
media dan alat permainan bagi
anak usia dini. Selain itu, juga
dapat meminimalisir
penggunaan dana dalam
kegiatan pembelajaran sehingga
tidak membebani lembaga
pendidikan maupun orang tua
murid. Artinya dapat dikatakan
dalam penelitian ini guru dapat
dikatakan sudah kreatif dalam
mengembangkan media
pembelajaran.96
sama meneliti
tentang kreativitas
guru dalam
mengembangkan
media
pembelajaran.
Perbedaanya ada pada
penelitian yang di
lakukan oleh Siti
Maemunah
memanfaatkan media
dari bahan alam.
4 Ummi Kalsum, Thamrin, Halida
Profil Guru Kreatif dlam
Mengembangkan Media
Sama meneliti
tentang kreativitas
guru dalam
Perbedaannya pada
lokasi penelitian.
95 Ramli Abdullah, Pembelajaran dalam Perspektif Kreativitas Guru dalam Pemanfaatan
Media Pembelajaran, (Lantanida Journal Vol.4 No.1, 2016).
96
Siti Maemunah , Kreativitas Guru PAUD Dalam Mengembangkan Media
Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Bahan Alam, 2015.
57
Pembelajaran Pada Anak Usia
4-5 Tahun di TK
Dapat disimpulakan bahwa
profil guru kreatif dalam
mengembangkan media
pembelajaran pada anak usia 4-5
tahun di Taman Kank-kanak
Mutiara Kecamatan Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya
adalah Karakteristik profil guru
kreatif dilihat dari segi proses,
person, produk, dan press. Guru
selalu memberikan sesuatu yang
baru untuk disuguhkan kepada
anak, menyuguhkan warna yang
menarik pada media, respon
anak terhadap media yang
dikembangkan oleh guru pada
saat proses pembelajaran terlihat
sangat senang dan anak memiliki
ketertarikan dengan media
pembelajaran. Kesulitan yang
dialami oleh guru dalam
mengembangkan media
pembelajaran yaitu keterbatasan
dana sehingga mengharuskan
guru untuk membuat sendiri
media pembelajaran dengan
menggunakan bahan yang
mengembangkan
media
pembelajaran serta
kendala yang
dihadapi oleh guru.
58
seadanya yang disediakan di
sekolah.97
5 Mohamad Muspawi dan
Maryono (2014)
Kreativitas Guru dalam
Menggunakan Media
Pembelajaran
kondisi pemanfaatan media yang
dilakukan oleh para guru SDN
No.67/ VII Pulau Arp I
Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangon untuk kondisi saat
ini boleh dikatakan masih lemah.
Yang mana mayoritas dari guru
yang ada belum begitu kreatif
dalam menggunakan media-
media yang tersedia. Ditemukan
bahwa faktor-faktor penghambat
dalam proses pembelajaran di
SD No.67/ VII Pulau Aro I
Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun ialah Kekurangan
finansial, Kurang menguasai
cara penggunaan media, Sarana
dan prasaran yang kurang
memadai.98
Meneliti tentang
kreativitas guru
dalam
mengembangkan
media
pembelajaran serta
kendala yang
dihadapi guru.
Perbedaanya pada hasil
kreativitas guru dan
lokasi penelitian.
97 Ummi Kalsum, Thamrin, Halida, Profil Guru Kreatif dlam Mengembangkan Media
Pembelajaran Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK.
98
Mohamad Muspawi dan Maryono, Kreativitas Guru dalam Menggunakan Media
Pembelajaran,2014.
59
C. Kerangka Teoretik
Menurut Munandar sebagaimana yang dikutip oleh Kusumardani
dalam jurnalnya, mengutarakan bahwa kreativitas dipengaruhi oleh empat
aspek, yaitu pribadi (Person), pendorong (Press), proses dan produk. atau
lebih dikenal dengan 4P dalam kreativitas. Jadi, kreativitas bukan semata
tentang produk atau hasil, tetapi juga tentang termotivasinya seseorang
pribadi yang kreatif untuk terlibat dalam proses berfikiri kreatif sehingga
menghasilkan produk kreatif.99
Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui
masalah yang memacu pada empat aspek kreativitas yaitu,
menggambarkan aspek kelancaran berfikir (fluency of thinking), yaitu
kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu
masalah. Kedua, keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di
luar kategori yang biasa. Ketiga, keaslian (originality), yaitu kemampuan
memberikan respons yang unik atau luar biasa. Keempat, kerincian
(elaboration), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara
terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.100
Guru kreatif sebagai pemegang peranan utama dalam pembelajaran
diharapkan dapat memilih media pembelajaran yang tepat sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Selain guru sebagai sumber
belajar, media pembelajaran memberikan sumbangan yang signifikan
terhadap kesuksesan pembelajaran. Antara guru dengan media sama-sama
menunjang pembelajaran secara efektif dan efisien. Kerangka di bawah ini
menjelaskan bahwa kreativitas guru dikembangkan dari kajian teori dan
penelitian terdahulu. Kreativitas guru dimaksud kreativitas dan
profesionalitas guru dalam pengembangan media pembelajaran dalam
rangka memotivasi peserta didik agar proses pembelajaran menarik dan
dapat meningkatkan kualitas serta prestasi belajar peserta didik.
99
Ratih Kusumardani, Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Brain Based
Learning, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 9 Edisi 1, April 2015, h. 144-145. 100
Yeni Rachnawati & Euis Kurniati, loc.cit, h. 14-15.
60
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini adalah bagan dari kerangka berfikir
sebagai berikut:
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir.
Kreativitas
Fluency
Kelancaran
Flexibility
Kelenturan
Originality
Orisinalitas
Elaboration
Kerincian
Kreativitas guru
Hasil Kreativitas Guru dalam Pengembangan
Media Pembelajaran
Media Pembelajaran
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di TKIT Raudhatul Jannah yang berlokasi di
Jl. Nurul Aini S. Gatam Kp. Gugunung rt/rw 003/003 Des. Banjar Wangi
Kec. Ciawi Kab. Bogor Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada semester
II tahun ajaran 2018/2019. sekolah ini mempunyai 6 ruangan kelas yang
terdiri dari kelas A1, A2, A3, B1, B2, dan B3 Jumlah siswa di TK B
Raudhatul Jannah pada setiap kelasnya rata-rata berjumlah 20 siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada guru TK B yang
setiap kelasnya hanya berjumlah 1 orang guru dan kepala sekolah hanya
mengijinkan peneliti untuk meneliti kelas TK B saja.
TK Raudhatul Jannah dalam menerapkan pembelajaran menggunakan
acuan kurikulum 2013. Lingkungan di sekitar sekolah cukup tenang
karena berada di tengah perkampungan penduduk. Suasana kelas penuh
dengan hasil karya yang dibuat oleh guru dan murid sebagai media
pembelajaran di TK tersebut. Hal ini terlihat dari TK tersebut belum
mampu memiliki jenis media pembelajaran yang memadai dan bervariasi
karena kurangnya fasilitas. Di samping itu guru sebagai seorang
profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya, berupaya mengadakan
media pembelajaran yang belum tersedia di sekolah tersebut. Hal ini
menjadi keharusan bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran
terhadap kemampuan kreativitasnya dalam mengambangkan media
pembelajaran di sekolah tersebut.
Kreativitas guru membuat media pembelajaran anak-anak di TKIT
Raudhatul Jannah sangat antusias terhadap penggunaan media yang dibuat
guru, anak memiliki ketertarikan untuk memperhatikan guru pada saat
menjelaskan materi pembelajaran, anak senang, selalu ingin tahu, dan
mengikuti proses pembelajaran hingga selesai.
62
Sarana dan prasarana yang ada di TKIT Raudhatul Jannah meliputi
kantor kepala sekolah, ruang kelas, kamar mandi, dapur, sarana
pembelajaran masih kurang untuk kebutuhan dan usia anak. Ruang kelas
di TK Raudhatul Jannah ini sudah cukup memadai untuk melakukan
proses belajar mengajar, karena setiap kelas diberikan ventilasi udara yang
cukup.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Berdasarkan setting penelitian maka tempat dan waktu penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di TK B TKIT Raudhatul Jannah
Bogor.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang direncanakan penulis akan dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2018/2019, sebagaimana yang ditulis
dalam table sebagai berikut:
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No
Bentuk Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Agst Sept
1 Observasi
2 Penyusunan Proposal
Skripsi & Perbaikan
3 Seminar Proposal &
Perbaikan
4 Penelitian Ke Lapangan
5 Analisis Data
63
C. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode kualitatif, yaitu
penelitian dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi
objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang
dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud
antara lain melakukan observasi terhadap orang dalam kehidupannya
sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.101
Bogdan dan Taylor mengemukakan penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut
mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
utuh (holistik).102
Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
Disimpulkan bahwa konsep penelitian kualitatif sebenarnya
menekankan pada proses dan sifat realita yang dibangun secara sosial.
Peneliti sangat berperan penting dan penuh dengan nilai. Salah satu
argumen yang harus dikedepankan oleh peneliti kualitatif adalah keunikan
manusia dan fenomenanya yang tidak dapat dianalisis dengan pendekatan
positivis, sehingga menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan
langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan
non-statistik sekalipun penelitian kualitatif tidak tabu dengan angka atau
bilangan.103
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap data dan informasi
sebanyak mungkin tentang kemampuan kreativitas guru dalam
pengembangan media pembelajaran di TK B TKIT Raudhatul Jannah
Bogor. Penelitian ini tidak diarahkan pada kesimpulan salah-benar, tidak
menguji suatu hipotesis diterima-ditolak, tetapi lebih ditekankan pada
101
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.
140. 102
Ibid, h. 140-141. 103
Ibid, h. 143.
64
pengumpulan data untuk mendeskripsikan keadaan sesungguhnya yang
terjadi di lapangan secara mendalam.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Spradley
sebagaimana yang dikutip Sugiyono dinamakan “social situation” atau
situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi
social tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin
diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek
penelitian ini dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-
orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.104
Tabel 3.2
Sumber Data Penelitian Kreativitas Guru dalam Pengembangan Media
Pembelajaran
No Sumber
data
Teknik Instrumen
1 Kepala
Sekolah
Wawancara
Dokumentasi
Pedoman wawancara
kepala sekolah
Catatan dokumentasi
2 Guru Observasi/Catatan
Lapangan
Wawancara
Dokumentasi
Observasi/Catatan
lapangan
Pedoman wawancara
kepala sekolah
Catatan dokumentasi
104
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 215.
65
3 Anak Catatan Observasi/Catatan
Lapangan
Dokumentasi
Form observasi/catatan
lapangan
Catatan dokumentasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis mewawancarai beberapa
elemen dalam lembaga yang terkait yang penulis lakukan secara berkala.
Sumber data dalam penelitian ini adalah seseorang yang memberikan
informasi dan keterangan yang berkaitan dengan kreativitas guru dalam
pengembangan media pembelajaran. Selain itu dokumen, foto atau data
yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang berfungsi
sebagai pelengkap data primer. Jenis sumber data yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini meliputi:
1. Hasil observasi/catatan lapangan selama proses penelitian.
2. Wawancara dengan guru kelas dan kepala sekolah terkait.
3. Dokumentasi yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini berupa wawancara yang bersifat
terbuka dan tidak terstruktur, maksudnya adalah mengobservasi apa
adanya dalam kenyataan dan mengajukan pertanyaan wawancara
menurut perkembangan wawancara itu berdasarkan ucapan dan buah
pikiran yang dicetuskan orang yang di wawancarai. Pedoman
wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanya.105
Lebih lanjut, dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai
guru dan kepala sekolah di TKIT Raudhatul Jannah Bogor.
Wawancara dilaksanakan ketika proses belajar mengajar selesai dan
105
Pentury, op.cit, h. 268.
66
digunakan untuk memperoleh data terkait dengan kreativitas guru
dalam pengembangan media pembelajaran. Wawancara dilakukan
sekitar 30 menit menggunakan teknik wawancara tidak tersetruktur.
2. Observasi/catatan lapangan
Observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data
berupa pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku,
obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan untuk
mendukung suatu penelitian.106
Dalam penelitian ini instrumen
observasi berupa lembar catatan lapangan yang berisi pernyataan
berdasarkan aspek yang diamati dan memberikan penjelasan. Dalam
proses observasi, peneliti mengamati secara langsung kreativitas guru
dalam mengembangkan media pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber non manusia, karena sumber ini
adalah sumber yang cukup bermanfaat, dan juga sumber yang stabil
dan akurat untuk kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara
berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.107
Pengumpulan
dokumen pada penelitian ini berupa gambar, tulisan, dan karya-karya
yang berhubungan dengan perkembangan emosi anak.
Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data-data tentang
sejarah berdirinya sekolah, daftar guru, daftar anak, daftar tenaga
administrasi, prestasi belajar, foto, video, dan berbagai kegiatan belajar
anak, juga untuk menggali data mengenai masalah yang sedang diteliti.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum
jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri.
Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu insrtumen.108
Menurut Nasution dalam Sugiyono,
106
Jonatha n Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), h. 224 107
Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 67 108
Sugiyono, op.cit, h. 223.
67
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama.
Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang
pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Keadaan yang serba tidak pasti
dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri
sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.109
Agar mendapat instrument penelitian yang lebih baik, maka
sebelum instrument disusun, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi
instrument. Selanjutnya akan dijadikan acuan dalam menyusun instrument
penelitian. Kisi-kisi instrument yang disusun peneliti dibuat dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kemampuan Kreativitas Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran
Variabel
Aspek
Indikator
Teknik
pengumpulan data
Kreativitas
Guru dalam
Mengembang
kan media
pembelajaran
Kelancaran
(Fluency)
a. Kelacaran dalam
menghasilkan ide/
pemecahan masalah
terhadap media AUD.
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
b. kelancaran dalam
memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD.
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
Fleksibilitas a. fleksibilitas/keluwesan Wawancara,
Observasi/Catatan
109
Ibid, h. 223.
68
dalam mengatasi kendala
atau masalah dalam
mengembangkan media
pembelajaran
lapangan,
Dokumentasi.
b. fleksibilitas/keluwesan
dalam memanfaatkan bahan-
bahan yang ada untuk
membuat media
pembelajaran
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
Elaborasi a. elaborasi dalam
memperkarya dan
mengembangkan media
pembelajaran.
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
b. elaborasi dalam memperinci
detail-detail media di kelas
sehingga lebih menarik
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
Orisinalitas a. Orisinalitas dalam
menciptakan media yang
baru dan unik
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
b. Orisinalitas dalam
menciptakan media yang
tidak biasa.
Wawancara,
Observasi/Catatan
lapangan,
Dokumentasi.
69
Tabel 3.4
Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Wawancara Untuk Kepala Sekolah
No Pertanyaan Penelitian Jawaban
1 Apa tanggapan kepala sekolah tentang kreativitas
guru?
2 Bagaimana kreativitas guru di TK ini?
3 Usaha apa yang dilaksanakan untuk mengembangkan
kreativitas guru?
4 Bagaimana guru menghasilkan berbagai ide dalam
memecahkan masalah terhadap media AUD yang ada?
5 Bagaimana guru dalam memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD?
6 Apa saja kendala yang dihadapi sekolah dalam
mengambangkan media pembelajaran?
7 Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?
8 Apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam
mengembangkan media pembelajaran?
9 Bagaimana cara guru mengembangkan media
pembelajaran?
10 Bagaimana cara guru memanfaatkan media yang telah
dikembangkan?
11 Apa saja media menarik yang dibuat oleh guru?
12 Bagaimana guru menciptakan media tersebut?
13 Bagaimana prestasi guru di TK ini?
14 Bagaimana kondisi media pembelajaran di sekolah tk
ini?
70
Tabel 3.5
Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Wawancara Untuk Guru
No Pertanyaan Penelitian Jawaban
1 menurut bapak/ibu sendiri arti dari kreatif itu seperti apa?
2 Apakah latar belakang pendidikan yang bapak/ibu tempuh?
3 Bagaimana ibu menghasilkan berbagai ide dalam memecahkan
masalah terhadap media AUD yang ada?
4 Bagaimana guru dalam memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD?
5 Apa saja kendala yang dihadapi/faktor penghambat kreativitas
guru dalam mengembangkan media pembelajaran?
6 Bagaimana usaha yang dilaksanakan untuk mengatasi kendala
tersebut?
7 Apa saja faktor pendukung kreativitas ibu dalam
mengembangkan media pembelajaran?
8 Apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam mengembangkan
media pembelajaran?
9 Bagaimana cara ibu mengembangkan media pembelajaran?
10 Bagaimana cara ibu memanfaatkan media yang telah
dikembangkan?
11 bagaimana langkah-langkah pembelajaran yang anda lakukan?
12 Bagaimana cara ibu membuat media pembelajaran?
13 Media apa yang sering ibu pakai dalam proses belajar
mengajar?
14 Adakah prestasi yang pernah ibu dapatkan selama mengajar di
TK ini?
15 Adakah Pelatihan yang pernah ibu ikuti dalam
mengambangkan media?
71
16 Berapa jumlah peserta didik yang belajar di kelas ibu saat ini?
17 Bagaimana keadaan peserta didik di kelas ini?
18 Bagaimana hasil yang dicapai dengan adanya kreativitas guru
dalam mengembangkan media pembelajaran terhadap proses
pembelajaran?
G. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reliabilitas, karena dalam penelitian kualitatif kriteria utama
pada data penelitian adalah valid, reliable, dan obyektif. 110
Pemeriksaan
keabsahan data penelitian kualitatif dilakukan dengan teknik-teknik
berikut ini:111
1) Triangulasi
Memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperlian
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi
dalam pengujian ini diartikan sebagai data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
beberapa triangulasi yaitu sebagai berikut:
a) Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek baik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
b) Triangulasi metode, yaitu melakukan perbandingan, pengecekan
kebenaran dan kesesuaian data penelitin melalui metode yang
berbeda.
H. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di TKIT Raudhatul Jannah
Bogor dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama
pelaksanaan penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di
lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi
110 Ibid, h. 267.
111 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: Jejak, 2017), h. 94.
72
dan dokumentasi. Analisis data yang bersifat kualitatif yang dimaksud
adalah menghubungkan antara kerangka teori dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan tersebut dapat dipahami melalui bermacam-macam kegiatan
yang ada hubungannya dengan kreativitas guru dalam pengembangan
media pembelajaran dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar
mudah untuk dipahami.
Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan
model interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil
penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data),
data display (penyajian data), dan conclustion drawing/ferivication
(kesimpulan, penarikan atau verifikasi).112
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan
Huberman
112
Ibid, h. 246.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Kesimpulan-
kesimpulan,
Penarikan/Verifikasi
Penyajian
Data
73
Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan
sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.113
Pada tahap ini, peneliti
melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan
dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara dan
dokumentasi.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan
Huberman dalam Sugiyono menyatakan “the most frequent form of
display data for qualitative research data in the past has been
narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.114
Display data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan memilah
inti informasi terkait dengan fokus penelitian, data yang didapat
berupa kalimat, kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian,
sehingga sajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun
secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik
kesimpulan.
113
Sugyono, op.cit, h. 247. 114
Ibid, 249.
74
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah suatu tahap
lanjutan di mana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari
temuan data. Ini adalah interpretasi peneliti atas temuan dari
wawancara atau sebuah dokumen.115
Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.116
Ketiga tahap yang direkomendasikan oleh Miles dan Huberman
tersebut memperlihatkan bahwa analisis data dalam penelitian
kualitatif adalah proses kategorisasi data atau dengan kata lain proses
menemukan pola atau tema-tema dan mencari hubungan antara
kategori yang telah ditemukan dari hasil pengumpulan data. Tiga tahap
yang mereka sampaikan merupakan proses yang dilakukan dalam
menganalisis data dalam penelitian kualitatif.117
115
Afrizal, loc.cit, h.180. 116
Sugyono, op.cit, h. 252-253. 117
Afrizal, loc.cit, h. 180.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Lokasi
a. Profil
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian ini yaitu
TKIT Raudhatul Jannah Bogor. Sekolah ini berlokasi di Jl. Nurul
Aini, S. Gatam Gugunung Banjarwangi, Ciawi – Bogor, Jawa
Barat. Tepatnya kurang lebih dari 3 KM jarak ke pusat kecamatan
dan kurang lebih dari 15 KM ke pusat otoda. TKIT Raudhatul
Jannah Bogor memiliki 10 orang guru yang terdiri dari 1 kepala
sekolah, 1 guru tata usaha, 3 guru kelas TK B, 3 guru kelas TK A,
dan 2 guru bantu. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2019
sebanyak 100 siswa yang tebagi menjadi kelompok A sebanyak 42
siswa dan kelompok B sebanyak 58 siswa.
TKIT Raudhatul Jannah memiliki tujuan pendidikan yaitu
Membantu dalam Proses Pendidikan, Pengajaran, dan Pembinaan
Anak-anak Muslim Sejak Dini Agar Menjadi Anak Yang Betaqwa
Kepada Allah, Ber Amal Sholeh dan Siap Memasuki Jenjang
Pendidikan Yang Lebih Tinggi. Adapun visi dan misi TKIT
Raudhatul Jannah yaitu:
a. Visi Sekolah :
Membentuk Generasi Yang Memiliki Pondasi Karakter Islam,
Cerdas, Kreatif, dan Mandiri Agar Dapat Beradaptasi dan
Bersaing Dalam Era Globalisasi
b. Misi Sekolah:
1. Mewujudkan pembelajaran yang menekankan pada
keimanan dan ketaqwaan.
76
2. Memberikan pelayanan yang baik untuk anak usia dini
yang merancang KBM yang PAIKEM (Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
3. Menanamkan Karakter Mandiri, Aktif, Kreatif, dan Cinta
pada Ilmu Pengetahuan.
b. Data Guru dan Siswa
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan proses
belajar mengajar secara efektif dan efesien. Sesuai dengan data
yang diterima peneliti TKIT Raudhatul Jannah Bogor memiliki 10
Orang Guru yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 1 guru tata usaha, 3
guru kelas TK B, 3 guru TK A, dan 2 guru bantu, semuanya terdiri
dari guru perempuan. Dengan adanya tuntutan kompetensi guru
yang profesional, maka TKIT Raudhatul Jannah memiliki tenaga
pengajar yang sesuai dengan latar belakang masing-masing yang
mana sebagian besar guru adalah lulusan dari PAUD.
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai jumlah guru di
TKIT Raudhatul Jannah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Data Guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor
No Nama Jabatan
1 Aini Rohmah S.Pd Kepala Sekolah
2 Noni Tata Usaha
3 Dewi Inda Lestari S.Pd Guru Kelas B1
4 Lina Khoiriyah S.Pd Guru Kelas B2
5 Lilis Irwanti S.Pd Guru Kelas B3
6 Neng Deuis S.Pd Guru Kelas B1
7 Siti Sapinah S.Pd Guru Kelas B2
8 Nurjannah S.Pd Guru Kelas A3
9 Adelia Guru Bantu
10 Siti Hasannah Guru Bantu
Sumber data : TKIT Raudhatul Jannah
77
Tabel 4.2 Data Siswa Tahun Ajaran 2018/2019
Tahun
2018 /
2019
Kelas
Jumlah
Total
Ket
A1 A2 A3 B1 B2 B3
100
L P L P L P L P L P L P
8 6 7 7 9 5 12 8 13 6 12 7
Sumber data : TKIT Raudhatul Jannah
Sesuai dengan data yang diterima peneliti TKIT Raudhatul
Jannah Bogor tahun ajaran 2018/2019 memiliki 100 orang murid
yang terdiri dari 61 murid laki-laki dan 39 murid. Murid tersebut
dibagi dalam 6 kelas yaitu kelas TK A1 terdiri dari 8 murid laki-
laki dan 6 murid perempuan, TK A2 terdiri dari 7 murid laki-laki
dan 7 murid perempuan, TK A3 terdiri dari 9 murid laki-laki dan 5
murid perempuan, TK B1 terdiri dari 12 murid laki-laki dan 8
murid perempuan, TK B2 terdiri dari 13 murid laki-laki dan 6
murid perempuan, TK B3 terdiri dari 12 murid laki-laki dan 7
murid perempuan.
c. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dilengkapi dengan beberapa media pembelajaran yaitu :
1. Ruang Guru
Fasilitas dan kelengkapan yang ada di ruang guru antara lain:
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana Ruang Guru
Nama Barang Jumlah Nama Barang Jumlah
Meja 3 Buah Washtafel -
Kursi 4 Buah Jam dinding 1 Buah
Almari buku 2 Buah Kipas angin -
Televisi - Kalender
akademik
1 Buah
Tempat minum 1 Buah Struktur 1 Buah
78
Organisasi
Cermin 1 Buah
Komputer 1 Buah
Alat Print 1 Buah
2. Ruang Kelas
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana Ruang Kelas
Nama Barang Jumlah Nama Barang Jumlah
Meja 20 Buah Kipas angina -
Kursi 20 Buah Kalender -
Papan tulis 1 Buah Absensi 1 Buah
Tempat tas 1 Buah Rak Buku 1 Buah
Tempat minum - Jam Dinding 1 Buah
Lemari 1 Buah Cermin 1 Buah
Papan
hasil karya
1 Buah Tempat spidol /
kapur tulis
1Buah
3. Media alat peraga
a. APE In door ( Balok, Puzzle, Buku Cerita, Boneka)
b. APE Out door ( Ayunan, Perosotan, Panjatan)
c. Hasil Karya Guru
d. Hasil Karya Anak
d. Struktur Organisasi
TKIT Raudhatul Jannah Bogor mempunyai struktur organisasi
yang terdiri dari tenaga pengajar yang berada di TKIT Raudhatul
Jannah Bogor. Struktur organisasi tersebut terdiri dari kepala
sekolah oleh Ibu Aini Rohmah, S.Pd, Tata Usaha yang mengurusi
administrasi sekolah oleh Ibu Noni, tiga orang guru kelas A yaitu
Ibu Neng Deuis, S.Pd, Ibu Siti Sapinah, S.Pd, Ibu Nurjannah,
S.Pd, tiga orang guru kelas B yaitu Ibu Dewi Inda Lestari, S.Pd,
Ibu Lina Khoiriyah, S.Pd, Ibu Lilis Irwanti, S.Pd, serta guru bantu
yang bertugas membantu proses pembelajran berlangsung yaitu Ibu
79
Adelia dan Ibu Siti Hasanah. Adapun struktur organisasi TKIT
Raudhatul Jannah Bogor Tahun ajaran 2018/2019 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Bagan Strukur Organisasi TKIT Raudhatul Jannah
2. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah guru kelas kelompok B TKIT
Raudhatul Jannah Bogor yaitu berjumlah 3 orang guru yang bernama
Ibu Dewi Inda Lestari S.Pd (Ibu D), Ibu Lina Khoiriyah S.Pd (Ibu L),
Ibu Lilis Irwanti (Ibu I). Di samping itu untuk memperkuat hasil
penelitian, subjek pada penelitian ini ditambah dengan kepala sekolah
yaitu Ibu Aini Rohmah S.Pd (Ibu A).
Kepala sekolah
Aini Rohmah S.Pd
Guru A2
Siti Sapinah S.Pd
Tata Usaha
Noni
Guru B2
Lina Khoiriyah S.Pd
Guru A1
Neng Deuis S.Pd
Guru B1
Dewi Inda Lestari S.Pd
Guru A1
Nurjannah S.Pd
Guru B3
Lilis Irwanti S.Pd
Guru Bantu
Adelia
Guru Bantu
Siti Hasannah
80
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik yang
bermacam-macam yaitu menggunakan teknik wawancara,
dokumentasi, catatan lapangan serta menggunakan pedoman observasi.
1. Kelancaran (fluency)
Kelancaran berfikir (Fluency of thinking), yaitu proses di mana
seseorang mampu menghasilkan banyak ide atau pemecahan
masalah, kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan
jawaban, dan memberikan banyak cara untuk melakukan berbagai
hal.
a. Kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap media AUD
Guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor mempunyai banyak
ide yang beragam dalam memecahkan masalah terhadap media
AUD. Sebagaimana yang dikatakan oleh kepala sekolah TKIT
Raudhatul Jannah Bogor, beliau mengatakan bahwa:
“Setiap guru mempunyai ide yang beragam, maka dari itu
guru disini saling berbagi pengetahuan tentang proses
pembelajaran seperti memecahkan masalah terhadap media
AUD di sini. Apalagi ada satu guru yang mempunyai
pengalaman yaitu Ibu Dewi (CWKS.4).”
Lalu Ibu L menambahkan bahwa:
“Biasanya saya dengan guru lain berbagi ide atau sharing
dalam memecahkan masalah tentang media AUD yang ada
di sekolah ini. Terlebih lagi sharing dengan guru yang lebih
berpengalaman di sekolah ini seperti Ibu Dewi (CW1.3)”.
Penjelasan di atas dikuatkan oleh hasil dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti sepert yang dapat dilihat pada gambar
(CD4.58),(CD4.59)
81
CD4.58
Kegiatan sharing bersama guru
CD4.59
kegiatan sharing bersama guru
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu I, beliau mengatakan
bahwa:
“ide bisa datang dari mana saja ya, biasanya sih ide
bisa kita temui dengan teman sejawat, lingkungan
sekolah, dengan sering mengikuti pelatihan, mapun dari
sekolah lain, biasanya kita selalu sharing, berbagi ilmu
khususnya dalam masalah media (CW2.3)”.
Hal ini juga dikatakan oleh ibu D beliau mengatakan
bahwa:
“Sering bertukar informasi dengan teman sejawad,
dengan guru lain, ikut pelatihan, dan banyak mengikuti
komunitas (CW3.3)”.
Penjelasan dari Ibu I dan Ibu D di atas dikuatkan
dengan observasi yang dilakuakan peneliti saat proses
pembelajaran.
“Saya menyampaikan maksud dan tujuan penelitian terkait,
namun ibu Dewi tidak bisa melakukan wawancara setelah
82
pulang sekolah karena ada pelatihan yang harus dihadiri
bersama kepala sekolah, ibu Dewi memberi waktu untuk
diwawancarai pada hari Jum’at 3 Agustus 2018 setelah ibu
Dewi selesai mengajar (CL4,K3,P1)”.
“Pelatihan yang dihadiri ibu dewi merupakan pelatihan
tentang media pembelajaran yang diadakan oleh instruktur
nasional pkb bogor bersama kepala sekolah, disitu saya
meminta izin untuk meminta dokumentasi pelatihan yang
akan diikuti oleh ibu dewi bersama kepala sekolah
(CL4,K3,P2).
Itu adalah salah satu cara yang dilakukan Ibu D selaku guru
TKIT Raudhatul Jannah dalam menghasilkan banyak ide dalam
pemecahan masalah terhadap media pembelajaran AUD.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, dapat dilihat
pada gambar (CD4.61).
CD4.61
Kegiatan pelatihan bersama guru-guru TK
b. Kelancaran dalam memberikan alternatif cara
pengembangan media
Guru TKIT Raudhatul Jannah mempunyai caranya
sendiri dalam memberikan alternatif cara pengembangan media
AUD. Dalam melakukan kreativitasnya dalam
mengembangkan media guru memberikan alternatif cara dalam
pengembangan media. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu
L, beliau mengatakan bahwa:
83
“Alternatifnya sih kita guru-guru dalam
mengembangkan media tidak menggunakan bahan yang
macam-macam ya, cukup menggunakan media yang
ada di lingkungan sekolah (CW1.4).
Penjelasan di atas dikuatkan dengan observasi yang
dilakuakan peneliti saat proses pembelajaran. Ibu L
menggunakan alternatif lain saat menjelaskan tentang lidah
dengan membuat media pembelajaran yang ada di lingkungan
sekitar, yaitu:
“Ibu Lina menjelaskan tentang fungsi lidah, macam-
macam rasa yang bisa dirasakan lidah menggunakan
media gambar, lalu ibu Lina menanyakan apa saja
macam-macam rasa dan makanan apa saja yang rasanya
manis, asin, pahit, pedas, masam serta siapa saja murid
yang menyukai rasa manis, asin, pahit, pedas, masam.
Kemudian Ibu Lina mencontohkan membuat prakarya
cara membuat mulut serta lidah nya dengan bahan-
bahan yang sudah disediakan yaitu dari kertas warna,
stik es krim, dan lem. (CL2,K12,P5)”.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
memberikan alternatif cara dalam pengembangan media AUD
(CD4.33) (CD4.35).
CD4.33
Kegiatan membuat prakarya dengan media yang tersedia di
sekolah
84
CD4.35
Kegiatan prakarya yang dipraktekan oleh guru
Penjelasan di atas dikuatkan dengan penjelasan dari Ibu
I, beliau mengatakan bahwa:
”Dalam memberikan alternatif yang mudah dalam
mengembangkan media, biasanya kita menggunakan
media yang ada dilingkungan sekitar (CW2.4).”
Lebih lanjut ibu I menjelaskan kembali keterangannya
dalam menggunakan metode pembelajaran dengan media yang
bervariasi, yaitu:
“Menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar,
bahan-bahan bekas, atau kita mencari di internet
(CW2.8)”. Media ini seperti yang saya bilang
tergantung dari tema . biasanya kita mengguanakan
gambar atau kita bisa membuat sendiri dari barang2
bekas (CW2.9)”.
Keterangan di atas dikuatkan dengan catatan lapangan
dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat
pembelajaran, guru memberilan alternatif cara dalam
pengembangan media pembelajaran yaitu:
“Kegiatan kedua dilakukan dengan cara menginjak
media yang sudah di simpan dalam kardus yang berisi
rumput, tanah, batu batu kecil, potongan kardus, kain
perca dan air, semua murid harus menginjak media
yang sudah ada dan mengekspresikan apa yang
dirasakan (CL3,K15,P7)”.
Kegiatan ketiga yaitu kegiatan finger painting yaitu
dilakukan oleh masing-masing anak dengan cara
85
menginjakan kaki anak sesuai warna yang disukai lalu
anak mencetak telapak kaki anak ke atas kertas kosong
yang sudah disedikan masing-masing guru, setelah itu
guru memberi nama pada kertas tersebut
(CL3,K16,P8). Kegiatan terakhir dilakukan di kelas
masing-masing anak, ibu Iis mengajak anak kelas B3
kembali ke kelas untuk melakukan kegiatan ke empat
yaitu kegiatan meraba benda, benda tersebut yaitu
berisi tisu, kapas, batu, kain perca, buah salak,
potongan kertas yang dimasukan ke dalam kantung
agar anak tidak bisa melihat tetapi hanya bisa
merasakan benda apa yang terdapat di dalam kantung
tersebut, lalu anak harus menebak apa yang mereka
pegang lalu menyebutkannya, ibu Iis memerintahkan
kepada semua anak untuk duduk melingkar lalu ibu Iis
menghampiri satu per saatu anak untuk mendapat
giliran menebak (CL3,K17,P8)”.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
memberikan alternatif cara dalam pengembangan media
pembelajaran (CD4.38)(CD4.41)(CD4.42).
CD4.38
Kegiatan merasa menggunakan media alam
86
CD4.41
Kegiatan finger painting
CD4.42
Kegiatan Merasa dengan media alam
Keterangan lain juga disampaikan oleh Ibu D dalam
memberiakn alternatif cara dalam pengembangan media AUD,
yaitu:
“Alternatif yang diberikan dalam mengembangkan
media pembelajaran yaitu dengan menggunakan media
yang ada di lingkungan sekitar, menggunakan bahan-
bahan yang sudah tidak terpakai maupun dengan yang
baru (CW3.4)”. bahan yang digunakan yaitu bahan
yang bisa didapatkan di lingkungan sekolah seperti
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, air, rumput, tanah,
pasir, rumput, kardur, yang tidak perlu dibeli dengan
harga yang mahal (CW3.8)”.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
memberikan alternatif cara dalam pengembangan media AUD
(CD4.32)(CD4.34).
87
CD4.32
Kegiatan di lingkungan sekitar
CD4.34
Kegiatan di lingkungan sekitar
Keterangan lain juga didapatkan dari catatan lapangan
yang dilakukan oleh peneliti saat proses pembelajaran yang
dilakukan oleh Ibu D, guru memberikan alternatif cara dalam
pengembangan media AUD:
“Media yang digunakan menggunakan media yang ada
dilingkungan sekitar yaitu tali dan jepitan baju , setiap
anak berlari kea rah tali yang sudah di pasang lalu
menjepit jepitan yang sudah disediakan dengan teman
kelas yang lain, lalu anak yang lain mensupport teman
kelasnya masing-masing, kegiatan ini dilakukan secara
bergantian, setelah melakukan kegiatan di lapangan
anak-anak kembali ke kelasnya masing-masing untuk
melaksanakan kegiatan selanjutnya di kelas
(CL4,K5,P3). Setelah menjelaskan ibu Dewi membagi
murid ke dalam tiga kegiatan, yang pertama yaitu
kegiatan membuat prakarya yaitu membuat sikat gigi
menggunakan bahan dari stik es krim dan cotton buds
atau korek kuping, lalu ibu Dewi mencontohan cara
88
membuatnya yaitu dengan cara menempelkan stik es
krim di atas kertas dengan lem, lalu menempelkan
cotton buds atau korek kuping di kertas sehingga
membentuk seperti sikat gigi (CL4,K11,P6)”.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
memberikan laternatif cara dalam pengembangan media AUD
(CD4.26),(CD4.21).
CD4.26
Kegiatan menggunakan bahan bekas
CD4.21
Kegiatan prakarya dari media stik es krim dan cotton buds
Keterangan lain juga disampaikan oleh Ibu A selaku
kepala sekolah TKIT Raudhatul Jannah Bogor dalam
memberiakn alternatif cara dalam pengembangan media AUD,
yaitu:
“Karena fasilitas disini kurang memadai, maka guru di
sini memberikan alternatif terhadap pengembangan
media pembelajaran, yaitu dengan menggunakan media
yang ada di lingkungan sekitar (CWKS.5)”.
89
Menggunakan media yang ada dilingkungan sekitar,
menggunakan bahan-bahan bekas yang ada di sekolah
(CWKS.7)”. “bahan-bahan yang digunakan itu
tergantung tema, guru menggunakan bahan bekas
maupun bahan baru yang ada di sekolah atau kita bisa
menggunakan tekhnologi internet (CWKS.8)”.
2. Fleksibilitas (fleksibility)
Keluwesan berfikir atau fleksibilitas (fleksibility), yaitu
kemampuan menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara
pemikiran dalam mengatasi persoalan, memproduksi sejumlah ide,
jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi,
dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-
beda. Orang kretif adalah orang yang luwes dalam berfikir.
a. Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau
masalah dalam mengembangkan media pembelajaran
Mengembangkan media pembelajaran banyak sekali
kendala-kendala yang dihadapi. Kendala yang dihadapi pun
beragam, berikut penjelasan dari Ibu I dan Ibu D:
Ibu I: “Salah satu faktor yang benar-benar menjadi
kendala yaitu diri saya sendiri yang merasa kurang
kreatif. Dan kalau saya membuat media kreatif itu pun
bukan dari diri saya tapi karena dikasih tau temen serta
belum pernah ikut pelatihan juga (CW2.5).”
Ibu D: “Fasilitas, karena ketika kita punya keinginan
untuk membuat hasil karya anak, tetapi bahan-bahannya
harus membeli dan kita kurang mengajukan kepada
pihak sekolah (CW3.5)”.
Hal ini diperkuat oleh kepala sekolah yaitu Ibu A,
beliau mengatakan bahwa:
“yang paling utamanya sih yaitu fasilitas media yang
kurang memadai, dan hanya ada satu guru saja yang
mempunyai banyak ide dalam mengembangkan media
pembelajan yaitu Ibu Dewi (CWKS.6)”.
90
Mengatasi kendala atau masalah yang dihadapi guru
maka diperlukan kreativitas guru dalam mengatasi kendala
tersebut. Berikut penjelasan dari Ibu L dalam mengatasi
kendala dalam mengembangkan media pembelajaran:
“Kendalanya ya pintar-pintar kita, kalau media yang
dibutuhkan mahal dan tidak ada di lingkungan sekolah,
kita jarang menggunanakan. Akhirnya itu kesulitan
untuk kita, jadi kita tidak siap (CW1.5)”.
Penjelasan Ibu L dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
menggunakan media yang ada di lingkungan saat
menggunakan tema tanaman, guru menggunakan buah
singkong yang ada di lingkungan sekolah (CD4.30),(CD4.29).
CD4.30
Kegiatan menggunakan media yang ada di lingkungan
sekolah
CD4.29
Menggunakan media yang ada di lingkungan sekolah
91
Seperti yang dikatakan oleh Ibu L, proses pembelajaran
dilakasanakan di luar kelas dengan menggunakan media yang
ada di di lingkungan sekolah, pada kegiatan pembelajaran
kedua dan ketiga di hari selasa yang dipimpin oleh Ibu I.
“Setiap hari selasa sekolah ini selalu mengadakan
pembelajaran di luar kelas dengan menggunakan media
yang ada di lingungan sekolah, hal ini dilakukan untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik dan membuat
pembelajaran lebih menyenangkan (CL3,K3,P2).
Kegiatan kedua dilakukan dengan cara menginjak
media yang sudah di simpan dalam kardus yang berisi
rumput, tanah, batu batu kecil, potongan kardus, kain
perca dan air, semua murid harus menginjak media
yang sudah ada dan mengekspresikan apa yang
dirasakan (CL3,K15,P7). Kegiatan ketiga yaitu
kegiatan finger painting yaitu dilakukan oleh masing-
masing anak dengan cara menginjakan kaki anak sesuai
warna yang disukai lalu anak mencetak telapak kaki
anak ke atas kertas kosong yang sudah disedikan
masing-masing guru, setelah itu guru memberi nama
pada kertas tersebut (CL3,K16,P8)”.
Keterangan di atas juga diperkuat oleh pembelajaran
yang dipimpin oleh Ibu D menggunakan media pembelajaran
yang ada di lingkungan sekolah.
“Media yang digunakan menggunakan media yang ada
dilingkungan sekitar yaitu tali dan jepitan baju , setiap
anak berlari kea rah tali yang sudah di pasang lalu
menjepit jepitan yang sudah disediakan dengan teman
kelas yang lain, lalu anak yang lain mensupport teman
kelasnya masing-masing, kegiatan ini dilakukan secara
bergantian, setelah melakukan kegiatan di lapangan
anak-anak kembali ke kelasnya masing-masing untuk
melaksanakan kegiatan selanjutnya di kelas
(CL4,K5,P3). Setelah menjelaskan ibu Dewi membagi
murid ke dalam tiga kegiatan, yang pertama yaitu
92
kegiatan membuat prakarya yaitu membuat sikat gigi
menggunakan bahan dari stik es krim dan cotton buds
atau korek kuping, lalu ibu Dewi mencontohan cara
membuatnya yaitu dengan cara menempelkan stik es
krim di atas kertas dengan lem, lalu menempelkan
cotton buds atau korek kuping di kertas sehingga
membentuk seperti sikat gigi (CL4,K11,P6)”.
Peneliti kemudian menanyakan hal yang sama kepada
guru kelas B3 Ibu I, berikut keterangannya:
“Lebih banyak berdiskusi dengan guru lain dan lebih
banyak mengikuti pelatihan tentang kreativitas dan
media pembelajaran.(CW2.6)”.
Penjelasan Ibu L dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti, guru mengikuti pelatihan tentang
kreativitas dan media pembelajaran yang diikuti oleh Ibu Dewi
(CD4.63).
CD4.63
Kegiatan pelatihan tentang kreativitas dan media pembelajaran
Keterangan lain juga diberikan oleh Ibu D:
“Berupaya mengajukan kepada pihak sekolah apabila
tidak mampu guru tidak memaksakan dan
menggunakan media yang ada di sekitar lingkungan
sekolah (CW3.6)”.
Hal tersebut juga dikatakan oleh kepala sekolah yaitu
Ibu A, beliau mengatakan bahwa:
93
“Menggunakan media yang ada dilingkungan sekitar,
menggunakan bahan-bahan bekas yang ada di sekolah
(CWKS.7)”.
b. Fleksibilitas/keluwesan dalam memanfaatkan bahan-bahan
yang ada untuk membuat media pembelajaran
Salah satu kreativitas yang dimiliki guru TKIT
Raudhatul Jannah dalam mengembangkan media pembelajaran
yaitu memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan
sekitar untuk membuat media pembelajaran para guru berusaha
membuat media pembelajaran dengan bahan yang ada untuk
membuat media pembelajaran sebaik-baiknya, agar media yang
dibuat bisa diubah menjadi media yang menarik dan untuk
memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta
didik. Beberapa contoh media yang dibuat dari bahan-bahan
yang ada di lingkungan dapat dilihat pada gambar (CD4.5).
Media tersebut menggunakan bahan rumput, tanah, batu,
potongan kardus,kain perca, dan air (CL3,K14,P6).
CD4.5
Media pembelajaran menggunakan bahan rumput, tanah, batu,
potongan kardus,kain perca, dan air.
Selanjutnya media yang di buat dari bahan-bahan yang
ada di lingkungan dapat dilihat pada gambar (CD4.6). Media
tersebut menggunakan bahan dari tisu, cat warna merah, biru,
hijau, dan kertas kosong (CL3,K14,P6).
94
CD4.6
Media pembelajaran menggunakan bahan dari tisu, cat warna
merah, biru, hijau, dan kertas kosong.
Contoh lain media yang dibuat dari bahan-bahan yang
ada di lingkungan sekitar dapat dilihat pada gambar (CD4.7).
Media tersebut menggunakan bahan dari kertas warna, stik es
krim, dan lem (CL2,K13,P6).
CD4.7
Media pembelajaran menggunakan bahan dari kertas warna,
stik es krim, dan lem.
Sebagaimana penjelasan guru kelas B2 Ibu L saat
melakukan wawancara mengatakan bahwa:
“Kita siasati dengan media yang ada di lingkungan kita,
misalnya jika tema kita tanaman makan kita gunakan
pohon yang ada, buah yang ada. Kalau di lingkungan di
TK ini tidak ada kita bisa pergi ke lingkungan SD, yang
95
kebetulan ada juga tanaman. Pembelajaran juga bisa
real karena bisa kita pakai.(CW1.6)”.
Keterangan lain juga diberikan oleh guru kelas B3 Ibu
I, beliu mengatakan bahwa:
“Biasanya kita tergantung tema, kalau misalkan
temanya yang susah menghadirkan media nyata, kita
menggunakan media gambar, jadi kita searching di
internet, lalu kita print nanti di tempel di papan tulis.
Tapi kalau misalkan tema nya mudah seperti buah-
buahan, sayur-sayuran atau binatang bisa kita hadirkan
benda nyatanya dihadirkan ke kelas.(CW2.13)”.
Keterangan Ibu I di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan pembelajaran menggunakan media gambar
(CD4.31).
CD4.31
Saat guru melakukan pembelajaran menggunakan media
gambar
Lebih lanjut ibu I menjelaskan kembali
keterangannya bahwa:
“Media ini seperti yang saya bilang tergantung dari
tema . biasanya kita mengguanakan gambar atau
kita bisa membuat sendiri dari barang-barang bekas
(CW2.9)”.
Keterangan Ibu L diperjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2,
96
gambar berikut diperoleh dari observasi yang peneliti
lakukan ketika guru melakukan pembelajaran menggunakan
media yang dibuat dari barang-barang bekas (CD4.37)
(CD4.40).
CD4.37
Saat guru melakukan pembelajaran menggunakan
media gambar
CD4.40
Guru menggunakan media dari barang-barang bekas
Kemudian peneliti menggali informasi dari Ibu D,
beliau menjelaskan bahwa:
“Banyak sekali bisa dari bahan bekas maupun dari
bahan baru untuk kita pakai. Tapi diusahakan yang ada
dilingkungan sekitar. Maksimalkan dahulu yang ada di
sekitar.(CW3.12)”.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
menggunakan bahan-bahan bekas dalam membuat sebuah
97
media pembelajaran dan menggunakan yang ada di lingkungan
sekitar (CD4.19) (CD4.20).
CD4.19
Guru menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar.
CD4.20
Guru menggunakan media dari stik es krim.
Gambar tersebut diperoleh dari observasi yang peneliti
lakukan ketika guru menciptakan media untuk proses
pembelajaran dengan tema panca indera.
3. Elaborasi
Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan untuk memperkaya
dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan mampu
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek
gagasan atau situasi sedemikian sehingga menjadi lebih menarik.
a. Elaborasi dalam memperkaya dan mengembangkan media
pembelajaran
Setiap guru TK harus mempunyai kreativitas dalam
mengembangkan media pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
98
menggali lebih dalam mengenai kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran. Peneliti memperoleh
informasi dari informan tentang guru dalam mengembangkan
media pembelajaran. Sebagaimana yang dijelaskan Ibu I
sebagai berikut:
“Biasanya kita tergantung tema, kalau misalkan
temanya yang susah menghadirkan media nyata, kita
menggunakan media gambar, jadi kita searching di
internet, lalu kita print nanti di tempel di papan tulis.
Tapi kalau misalkan tema nya mudah seperti buah-
buah-buahan, sayur-sayuran atau binatang bisa kita
hadirkan benda nyatanya dihadirkan ke kelas
(CW2.13)”.
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, guru
menggunakan media (CD4.38).
CD4.38
Guru melakukan pembelajaran menggunakan media
gambar pada tema panca indra (kulit).
Keterangan lain juga diberikan oleh guru kelas B1 yaitu
Ibu D, beliau menjelaskna bahwa:
“Kalau untuk diri saya cara mengembangkannya dengan
cari di internet, terkadang share dengan teman-teman.
Biasanya untuk membantu itu menggunakan tekhnologi
seperti laptop atau pengeras suara agar anak lebih tertarik
saja (CW3.9)”.
99
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran, kelas B1
terdapat media tekhnologi yaitu pengeras suara atau radio yang
Ibu D bawa untuk membantunya dalam mengembangkan media
pembelajaran. (CD4.44).
CD4.44
Pengeras suara yang berada di kelas B1
Ibu D memperjelas kembali keterangannya bahwa:
“Kalau untuk diri saya cara mengembangkannya
dengan cari di internet, terkadang share dengan teman-
teman (CW3.12)”.
Sementara keterangan dari beberapa guru TKIT Raudhatul
Jannah Bogor diperjelas dengan observasi yang peneliti lakukan
saat proses pembelajaran berlangsung oleh guru kelas B3 dan B1
yaitu Ibu I dan Ibu D:
“Kegiatan kedua dilakukan dengan cara menginjak
media yang sudah di simpan dalam kardus yang berisi
rumput, tanah, batu batu kecil, potongan kardus, kain
perca dan air, semua murid harus menginjak media
yang sudah ada dan mengekspresikan apa yang
dirasakan (CL3,K15,P7)”.
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran kegiatan merasa
100
menggunakan media rumput, tanah, batu, potongan kardus,
kain perca, dan air (CD4.40).
CD4.40
Kegiatan merasa
“Kegiatan ketiga yaitu kegiatan finger painting yaitu
dilakukan oleh masing-masing anak dengan cara
menginjakan kaki anak sesuai warna yang disukai lalu
anak mencetak telapak kaki anak ke atas kertas kosong
yang sudah disedikan masing-masing guru, setelah itu
guru memberi nama pada kertas tersebut
(CL3,K16,P8)”.
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran kegiatan finger
painting mencetak kaki anak menggunakan bahan dari tisu, cat
warna merah, biru, hijau, dan kertas kosong (CD4.41)
CD4.41
Kegiatan finger painting
101
“Kegiatan terakhir dilakukan di kelas masing-masing
anak, ibu Iis mengajak anak kelas B3 kembali ke kelas
untuk melakukan kegiatan ke empat yaitu kegiatan
meraba benda, benda tersebut yaitu berisi tisu, kapas,
batu, kain perca, buah salak, potongan kertas yang
dimasukan ke dalam kantung agar anak tidak bisa
melihat tetapi hanya bisa merasakan benda apa yang
terdapat di dalam kantung tersebut, lalu anak harus
menebak apa yang mereka pegang lalu
menyebutkannya, ibu I memerintahkan kepada semua
anak untuk duduk melingkar lalu ibu I menghampiri
satu per saatu anak untuk mendapat giliran menebak
(CL3,K17,P8)”.
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran kegiatan meraba benda
menggunakan media tisu, kapas, batu, kain perca, buah salak,
potongan kertas (CD4.42)
CD4.42
Kegiatan meraba
Selanjutnya observasi yang peneliti lakukan saat
proses pembelajaran berlangsung dengan guru kelas B1
yaitu Ibu D, sebagai berikut:
“Media yang digunakan yaitu tali dan jepitan baju,
setiap anak berlari kea rah tali yang sudah di pasang
lalu menjepit jepitan yang sudah disediakan dengan
102
teman kelas yang lain, lalu anak yang lain
mensupport teman kelasnya masing-masing,
kegiatan ini dilakukan secara bergantian, setelah
melakukan kegiatan di lapangan anak-anak kembali
ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan
kegiatan selanjutnya di kelas (CL4,K5,P3).”
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B1, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan fisik motorik menggunakan media
tali dan jepitan baju (CD4.26).
CD4.26
Kegiatan Fisik Motorik
“Setelah menjelaskan ibu D membagi murid ke
dalam tiga kegiatan, yang pertama yaitu kegiatan
membuat prakarya yaitu membuat sikat gigi
menggunakan bahan dari stik es krim dan cotton
buds atau korek kuping, lalu ibu Dewi mencontohan
cara membuatnya yaitu dengan cara menempelkan
stik es krim di atas kertas dengan lem, lalu
menempelkan cotton buds atau korek kuping di
kertas sehingga membentuk seperti sikat gigi
(CL4,K11,P6).”
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B1, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan membuat prakarya yaitu membuat
sikat gigi menggunakan bahan dari stik es krim dan cotton
buds atau korek kuping (CD4.21).
103
CD4.21
Kegiatan membuat pra karya sikat gigi
Peneliti memperkuat dengan informasi dari Ibu A,
selaku kelapa sekolah:
“Dari saya lebih dikembangkan apa yg mereka punya,
selain masukan-masukan pastinya kita harus
menyediakan alat yg guru butuhkan (CWKS.3)”.
Kemudia kembali peneliti mendapatkan informasi dari
kepala sekolah Ibu A, beliau menjelaskan bahwa:
“Kalau mengembangkan, pertama harus sesuai dengan
tema pembelajaran. Apa yang temanya diangakat maka
media-media itu yg harus disiapkan kemudian
diberikan ke anak (CWKS.9)”.
Bahan-bahan yang digunakan dalam mengembangkan
media pembelajaran sebagaimana yang dijelaskan oleh kepala
sekolah adalah:
“bahan-bahan yang digunakan itu tergantung tema,
guru menggunakan bahan bekas maupun bahan baru
yang ada di sekolah atau kita bisa menggunakan
tekhnologi internet (CWKS.8)”.
b. Elaborasi dalam memperinci detail-detail suasana kelas
dengan media yang dibuat sehingga lebih menarik
Guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor mengembangkan
kreativitas nya masing-masing dalam menambahkan kreasi atau
menghias kelas nya masing-masing. Keseluruhan kelas
menambahkan kreasi tersebut menggunakan media-media yang
104
sudah dibuat oleh guru dan peserta didiknya. Semua hasil karya
anak yang telah dibuat dimanfaatkan oleh guru dengan
ditempelkan ke dinding oleh gurunya masing-masing, sehingga
suasana kelas sangat penuh dengan kreasi peserta didiknya agar
anak lebih termotivasi dalam belajar. Sebagaimana yang
dikatakan oleh kepala sekolah bahwa media pembelajaran yang
telah dibuat itu dimanfaatkan dengan ditempelkan didinding
kelas yaitu:
“Agar media yang dibuat itu tidak terbuang sia-sia, maka
guru disini menempelkan seluruh hasil karya anak dan guru
didiniding dengan tujuan agar anak bisa termotivasi dan
bisa dijadikan media pembelajaran kembali (CWKS.10)”.
Pernyataan tersebut dikuatkan oleh guru-guru TKIT
Raudhatul Jannah yaitu Ibu L:
“Media yang telah dibuat biasanya digunakan untuk bahan
ajar. Setelah itu media yang telah dibuat ditempelkan
didinding kelas agar kelas lebih menarik dan bisa dijadikan
pengetahuan bagi anak (CW1.10)”.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu I, beliau mengatakan
bahwa:
“Dengan menempelkannya di ruangan kelas agar kelas
lebih menarikdan bisa dijadikan media pembelajaran bagi
anak (CW2.10)”.
Ibu D juga mengatakan bahwa:
“Media yang sudah digunakan dimanfaatkan dengan cara
ditempel di dinding kelas, agar anak-anak termotivasi
ketika hasil karyanya di tempel di dinding (CW3.10)”.
Sebagai bukti kreasi kelas yang banyak di tempel di
dinding, peneliti menggali informasi tentang kreasi-kreasi yang
banyak di tempel di dinding kelas melalui dokumentasi,
wawancara, dan catatan lapangan. Hasil dokumentasi itu
didapat dari kelas B1, terlihat sudah hampir banyak media
pembelajaran yang di tempel di kelas B1, terdapat boneka-
105
boneka, terdapat pengeras suara atau radio yang di bawa Ibu D
untuk membatu proses pembelajarannya (CD4.52).
CD4.52
Suasana kelas B1
Selanjutnya ada hasil karya anak yang di tempel di
pintu masuk kelas (CD4.45)
CD4.45
Suasana Kelas B1
Hasil karya yang dibuat oleh guru untuk
mengkreasikan papan tulis agar terlihat lebih menarik
perhatian anak untuk semangat belajar (CD4.46).
106
CD4.46
Suasana Kelas B1
Keterangan ini disampaikan oleh Ibu D dalam
menambahkan kreasi di kelas B3 serta hasil yang
didapatkan anak dengan adanya kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran, yaitu:
“Hasil dari kreativitas dapat ditempel didinding
kelas untuk memotivasi anak. Anak lebih tertarik,
termotivasi, minat belajar meningkat (CW3.18)”.
Keterangan lain juga didapatkan peneliti saat proses
pembelajaran di kelas B1 selesai, yaitu:
“Sebelum pulang saya membantu ibu Dewi
menempelkan hasil karya anak-anak yang telah
dibuat tadi, setelah itu saya langsung meminta ijin
untuk pulang dan mempersiapkan kembali untuk
bertemu dengan responden yang belum saya
wawancara selajutnya kepada ibu Dewi dan kepala
sekolah, ibu Dewi menyambut saya dengan hangat
dan ramah sehingga saya dapat melakukan
penelitian dengan lancar (CL4,K20,P8)”.
Hasil dokumentasi selanjutnya didapat dari kelas
B2, terlihat belum ada kreasi anak yang ditempel, namun
guru sudah membuat papan hasil karya yang di buat di
dinding untuk menempelkan kreasi-kreasi anak. Guru B2
baru menempelkan kreasinya untuk memperindah suasana
kelas agar menarik perhatian peserta didiknya (CD4.47).
107
CD4.47
Suasana Kelas B2
Hasil karya yang dibuat oleh guru untuk
mengkreasikan papan tulis agar terlihat lebih menarik
perhatian anak untuk semangat belajar (CD4.48).
CD4.48
Suasana Kelas B2
Dokumentasi itu di dapat dari kelas B3, terlihat
sudah ada beberapa media pembelajaran yang di tempel di
kelas B3, hasil karya anak yang di tempel (CD4.49)
CD4.49
Suasana Kelas B3
108
Guru B3 baru menempelkan kreasinya untuk
memperindah suasana kelas agar menarik perhatian peserta
didiknya (CD4.50).
CD4.50
Suasana Kelas B3
Hasil karya yang dibuat oleh guru untuk
mengkreasikan papan tulis agar terlihat lebih menarik
perhatian anak untuk semangat belajar (CD4.51)
CD4.51
Suasana Kelas B3
Keterangan ini disampaikan oleh Ibu I dalam
menambahkan kreasi di kelas B3 serta hasil yang didapatkan
anak dengan adanya kreativitas guru dalam mengembangkan
media pembelajaran, yaitu:
“Alhamdulilalh proses pembelajaran berjalan dengan
lancar terus ke anak2 juga bisa menangkap apa yg kita
maksud. Dan juga anak merasa senang karena hasil
karya nya dapat ditempel di dinding kelas (CW2.18)”.
109
Keterangan lain juga disampaikan oleh Ibu D bahwa
hasil dari kreativitas guru dalam mengembangkan media
pembelajaran:
“Hasil dari kreativitas dapat ditempel didinding kelas untuk
memotivasi anak. Anak lebih tertarik, termotivasi, minat
belajar meningkat (CW3.18)”.
Keterangan lain juga didapatkan peneliti saat proses
pembelajaran di kelas B3 selesai, yaitu:
“Sebelum pulang saya membantu Ibu Iis menempelkan
hasil karya anak yang telah dibuat hari kemarin di
dinding kelas (CL3.K23.P10)”.
4. Orisinalitas
Orisinalitas yaitu kemampuan untuk melahirkan gagasan atau
produk yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
a. Orisinalitas dalam menciptakan media yang baru dan unik
Guru di TKIT Raudhatul Jannah memiliki kreativitas nya
masing-masing dalam pelaksanaan pembelajarannya, salah
satunya menciptakan media yang baru dan unik. Para guru
memvariasikan media-media tersebut sebagai salah satu cara
untuk memberi stimulus peserta didiknya agar menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, hal ini menjelaskan bahwa
aspek orisinalitas dari kreativitas guru sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran, sebagimana penjelasan dari guru kelas B2
Ibu L sebagai berikut:
“kita biasanya selalu dari buku dari sekolah, lalu kita
browsing agar lebih bervariasi (CW1.9).”
Keterangan lain dijelaskan oleh Ibu I, mengatakan
bahwa:
“Media ini seperti yang saya bilang tergantung dari
tema, biasanya kita menggunakan gambar atau kita bisa
membuat sendiri dari barang-barang bekas (CW2.9)”.
110
Kemapuan guru dalam menciptakan media yang baru
dan unik juga diperkuat dengan penjelasan Ibu D. beliau
mengatakan:
“Banyak sekali, bisa dari bahan bekas maupun dari
bahan baru untuk kita pakai. Tapi diusahakan yang ada
dilingkungan sekitar. Maksimalkan dahulu apa yang
ada di sekitar (CW3.12)”.
Peneliti juga menggali informasi mengenai prestasi
tentang aspek orisinalitas guru tentang menciptakan media
yang baru dan unik, berikut ini keterangan dari Ibu D:
“Saya biasa menciptakan media baru dan unik
dengan pernah menjuarai juara dua pembuatan alat
media pembelajaran se-kecamatan ciawi
(CW3.14)”.
Dalam menciptakan media yang digunakan setiap guru
berbeda-beda, guru mempunyai pertimbangan sendiri dalam
menciptakan media pembelajaran, hal itu didasarkan pada
alasan-alasan yang hampir sama diantaranya yaitu
menciptakan media sesuai tema pembelajaran dan menciptakan
dari barang yang ada di lingkungan sekolah, jika dilingkungan
tidak ada maka guru menggunakan gambar yang di searching
di internet. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu D sebagai berikut:
“Berupaya mengajukan kepada pihak sekolah apabila
tidak mampu guru tidak memaksakan dan
menggunakan media yang ada di sekitar lingkungan
sekolah (CW3.6).”
Sementara keterangan dari beberapa guru TKIT
Raudhatul Jannah Bogor diperjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran berlangsung oleh
guru kelas B2 yaitu Ibu L:
“Yang kedua yaitu kegiatan membuat pra karya bentuk
mulut serta lidah nya menggunakan bahan dari kertas
warna, stik es krim, dan lem (CL2,K13,P6)”.
111
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran kegiatan membuat pra
karya bentuk mulut serta lidah nya (CD4.33)
CD4.33
Kegiatan pembelajaran membuat pra karya bentuk mulut serta
lidah nya
Selanjutnya keterangan diperjelas dengan observasi
yang peneliti lakukan saat proses pembelajaran berlangsung
oleh guru kelas B3 yaitu Ibu I, sebagai berikut:
“Kegiatan kedua dilakukan dengan cara menginjak
media yang sudah di simpan dalam kardus yang berisi
rumput, tanah, batu batu kecil, potongan kardus, kain
perca dan air, semua murid harus menginjak media
yang sudah ada dan mengekspresikan apa yang
dirasakan (CL3,K15,P7)”.
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran kegiatan merasa
menggunakan media rumput, tanah, batu, potongan kardus,
kain perca, dan air (CD4.40).
112
CD4.40
Kegiatan merasa
“Kegiatan ketiga yaitu kegiatan finger painting yaitu
dilakukan oleh masing-masing anak dengan cara
menginjakan kaki anak sesuai warna yang disukai lalu
anak mencetak telapak kaki anak ke atas kertas kosong
yang sudah disedikan masing-masing guru, setelah itu
guru memberi nama pada kertas tersebut
(CL3,K16,P8)”.
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B2, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran kegiatan finger
painting mencetak kaki anak menggunakan bahan dari tisu, cat
warna merah, biru, hijau, dan kertas kosong (CD4.41)
CD4.41
Kegiatan finger painting
113
Selanjutnya observasi yang peneliti lakukan saat proses
pembelajaran berlangsung dengan guru kelas B1 yaitu Ibu D,
sebagai berikut:
“Setelah menjelaskan ibu D membagi murid ke dalam
tiga kegiatan, yang pertama yaitu kegiatan membuat
prakarya yaitu membuat sikat gigi menggunakan bahan
dari stik es krim dan cotton buds atau korek kuping,
lalu ibu Dewi mencontohan cara membuatnya yaitu
dengan cara menempelkan stik es krim di atas kertas
dengan lem, lalu menempelkan cotton buds atau korek
kuping di kertas sehingga membentuk seperti sikat gigi
(CL4,K11,P6)”.
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B1, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan membuat prakarya yaitu membuat
sikat gigi menggunakan bahan dari stik es krim dan cotton
buds atau korek kuping (CD4.21).
CD4.21
Kegiatan membuat pra karya sikat gigi
“Kegiatan kedua yaitu mewarnai gambar yang jumlahnya
satu, di dalam buku tersebut terdapat tiga kolom gambar
yang terdiri dari gambar yang berjumlah satu dan
berjumlah dua, anak-anak hanya diperintahkan oleh ibu D
mewarnai gambar yang berjumlah satu (CL4,K12,P6)”.
114
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan saat proses pembelajaran di kelas B1, gambar
berikut diperoleh dari observasi yang peneliti lakukan ketika
guru melakukan kegiatan mewarnai gambar yang jumlahnya
satu (CD4.22).
CD4.22
Kegiatan Mewarnai
“Kegiatan ketiga yaitu menempel kertas sesuai dengan
kolom yang tersedia di buku (CL4,K13,P6)”.
b. Orisinalitas dalam menciptakan media yang tidak biasa
Guru TKIT Raudhatul Jannah mempunyai caranya
tersendiri untuk tetap menggunakan kreativitasnya dalam
proses pembelajaran guru terus mengekplorasi potensi dan
kemampuan dirinya secara optimal untuk terus
mengembangkan kreativitas dalam dirinya. Seperti
menciptakan media yang tidak biasa. Seperti yang dikatakan
olleh kepala sekolah yaitu:
“Banyak sekali yah media yang sudah dibuat, bisa dilihat
saja didinding kelas (CWKS.11)”. “Biasanya kita membuat
prakarya kepada anak, agar anak lebih tertarik mengikuti
proses pembelajaran di kelas(CWKS.12)”.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh dokumentasi yang
didapatkan oleh peneliti hasil pra karya anak:
:
115
CD4.25
Kegiatan membuat rumah dari barang bekas
CD4.36
Hasil karya anak membuat bentuk mulut
CD4.39
Hasil karya anak membuat jejak kaki
Keterangan lain diperoleh dari dokumentasi yang
didapatkan oleh peneliti meida yang dapat dilihat didinding
kelas.
116
CD4.56
Hasil Karya anak di tempel didinding
CD4.57
Hasil Karya anak di tempel didinding
CD4.55
Hasil karya guru dan murid
Lebih lanjut Ibu I mengungkapkan bahwa:
“Membuat dengan media/benda nyata atau gambar yang
di print, serta menggunakan media yg sudah ada
(CW2.12)”.
Pernyataan tersebut ditambahkan oleh dokumentasi
yang peneliti dapatkan yaitu media-media yang telah dibuat
oleh guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor.
117
CD4. 15
Hasil Karya anak membuat mobil
CD4.11
Hasil karya anak membuat boneka
Selanjutnya Ibu D juga mengungkapkan bahwa:
“Banyak sekali bisa dari bahan bekas maupun dari
bahan baru untuk kita pakai. Tapi diusahakan yang ada
dilingkungan sekitar. Maksimalkan dahulu yang ada di
sekitar (CW3.12)”.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya prestasi
yang didapatkan oleh Ibu D selaku guru TKIT Raudhatul
Jannah Bogor Seperti prestasi yang didapatkan Ibu D dalam
menciptakan media yang tidak biasa dalam ajang perlombaan
sebagai berikut:
“Alhamdulillah saya pernah mempunyai prestasi yang saya
dapatkan selama mengajar di TKIT Raudhatul Jannah yaitu:
Juara 2 pembuatan alat media pembelajaran se-
kecamatan ciawi
Juara 2 tari kreasi se-kabupaten Bogor
Juara harapan tari kreasi se-kab bogor
118
Terpilih menjadi Instruktur Nasional Kab. Bogor
(CW3.14)”
“Lalu saya pernah ikut pelatihan tentang media
pembelajaran tentang finger painting dan sains (CW3.15).”
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan, gambar berikut diperoleh dari observasi yang
peneliti lakukan ketika guru mengikuti pelatihan tentang
kreativitas guru dalam mengembangkan media pembelajaran
pelatihan finger painting (CD4.63).
CD4.63
Kegiatan pelatihan tentang media pembelajaran
CD4.62
Pelatihan finger painting
Peneliti kemudian menanyakan hal yang sama
kepada Ibu A selaku kepala sekolah, beliau mengatakan
bahwa:
“Kalau di sini yang berprestasi hanya ada satu guru saja
yang sejauh terlihat yaitu ibu Dewi yang mempunyai
prestasi dalam pengembangan media pembelajaran
119
serta ibu Dewi sekarang menjadi instruktur nasional di
PKB (CWKS.13)”
Keterangan tersebut di perjelas dengan observasi yang
peneliti lakukan, gambar berikut diperoleh dari observasi yang
peneliti dapatkan dari Ibu D berupa dokumentasi ketika Ibu D
menjadi instruktur nasional di pkb (CD4.64) (CD4.60).
CD4.64
Instrukur pkb jenjang TK
CD4.60
Instrukur pkb jenjang TK
Penjelasan di atas diperkuat oleh catatan lapangan yang
didapatkan oleh peneliti saat penelitian berlangsung bahwa:
“Saya menyampaikan maksud dan tujuan penelitian terkait,
namun ibu Dewi tidak bisa melakukan wawancara setelah
pulang sekolah karena ada pelatihan yang harus dihadiri
bersama kepala sekolah, ibu Dewi memberi waktu untuk
diwawancarai pada hari Jum’at 3 Agustus 2018 setelah ibu
Dewi selesai mengajar (CL4,K3,P1)”.
120
“Pelatihan yang dihadiri ibu dewi merupakan pelatihan
tentang media pembelajaran yang diadakan oleh instruktur
nasional pkb bogor bersama kepala sekolah, disitu saya
meminta izin untuk meminta dokumentasi pelatihan yang
akan diikuti oleh ibu dewi bersama kepala sekolah
(CL4,K3,P2).
B. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu mencari, menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan cara mengkategorikan dan memilih data yang penting
sesuai pedoman observasi yang telah dibuat.
1. Kelancaran (fluency)
a. kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap media AUD
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari observasi/catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh
untuk indikator kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan
masalah terhadap media AUD terdapat beberapa data yang
didapatkan dari beberapa informan melalui teknik wawancara,
observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi. Setelah data
direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian ini display data dilakukan dalam bentuk bagan.
Display data ini dilakukan dengan memaparkan data dengan
koding dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian
yaitu kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap media AUD. Sajian data yang didapat berupa cooding
atau kode sebagai berikut:
121
Berdasarkan bagan di atas kelancaran berfikir dalam
menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap media AUD
merupakan aspek kelancaran dalam kreativitas. Guru TKIT
Raudhatul Jannah Bogor belum mempunyai ide dalam
pemecahan masalah dalam pemecahan masalah terhadap media
AUD, guru masih mengandalkan salah seorang guru yang lebih
berpengalaman. Dapat disimpulkan dari temuan data bahwa
terdapat salah satu guru yang dapat menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap media AUD karena seringnya
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pembuatan media, juga
banyak mengikuti komunitas sehingga menjadi contoh bagi
guru lainnya seguru di TKIT Raudhatul Jannah Bogor sering
bertukar informasi atau sharing dengan teman sejawad atau
dengan guru sekolah lain yang lebih berpengalaman agar
pengetahuan tentang media pembelajaran menjadi luas.
CD4,58,
CD4.59,
CD4.61
CWKS.4,
CW1.3,
CW2.3,
CW3.3.
kelancaran dalam
menghasilkan
ide/pemecahan masalah
terhadap media AUD
CL4.K3.P1,
CL4.K3.P2,
122
b. Kelancaran dalam memberikan alternatif cara pengembangan
media AUD
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari observasi/catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh
untuk kelancaran dalam memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD, terdapat beberapa data yang
didapatkan dari beberapa informan melalui teknik wawancara,
observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
penelitian yaitu kelancaran dalam memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD. Sajian data yang didapat berupa
cooding atau kode sebagai berikut:
kelancaran dalam
memberikan
alternatif cara
pengembangan media
AUD
CD4.33,
CD4.35,
CD4.38,
CD4.41,
CD4.42,
CD4.32,
CD4.34,
CD4.26,
CD4.21,
CL2.K12.P5, CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8, CL3.K17.P8,
CL4.K5.P3, CL4.K11.P6,
CW1.4,
CW2.4,
CW2.8,
CW2.9,
CW3.4,
CW3.8,
CWKS.5,
CWKS.7,
CWKS.8
123
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan
merupakan tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti
menarik kesimpulan dari temuan data kelancaran dalam
memberikan alternatif cara pengembangan media AUD.
Kelancaran berfikir (Fluency of thinking), yaitu proses di mana
seseorang mampu menghasilkan banyak ide atau pemecahan
masalah, kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan
jawaban, dan memberikan banyak cara untuk melakukan
berbagai hal. Dalam kelancaran berfikir ini, ditekankan adalah
kuantitas bukan kualitas Kesimpulan yang didapatkan dari
aspek kelancaran.
Berdasarkan paparan di atas, kelancaran dalam memberikan
alternatif cara dalam pengembangan media AUD guru
memberikan alternatif dalam mengembangkan media
menggunakan media yang bisa didapatkan di lingkungan
sekolah, menggunakan bahan-bahan bekas/bahan yang tidak
terpakai, atau alternatif lainnya memanfaatkan tekhnologi
internet dengan cara searching bahan ajar yang bisa dipakai
sebagai media pembelajaran sesuai aspek perkembangan anak.
2. Fleksibilitas
a. Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau masalah
dalam mengembangkan media pembelajaran
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari observasi/catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh
untuk fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau
masalah dalam mengambangkan media pembelajaran, terdapat
124
beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan melalui
teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
penelitian yaitu Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala
atau masalah dalam mengembangkan media pembelajaran. Sajian
data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan
merupakan tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti
peneliti menarik kesimpulan dari temuan data
Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau masalah
dalam mengembangkan media pembelajaran. Keluwesan
berfikir (fleksibility), yaitu kemampuan menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran dalam
mengatasi persoalan, memproduksi sejumlah ide, jawaban-
Fleksibelitas/keluwesan
dalam mengatasi kendala
atau masalah dalam
mengembangkan media
CW2.5,
CW3.5,
CWKS.,
CW1.5,
CW2.6,
CW3.6,
CWKS.7
CL3.K3.P2, CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8, CL4.K5.P3,
CL4.K11.P6,
CD4.30,
CD4.29,
CD4.63,
125
jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Orang kretif adalah orang yang luwes dalam berfikir.
Kesimpulan yang didapatkan dari aspek keluwesan adalah
sebagai berikut:
Dalam mengembangkan media pembelajaran banyak sekali
kendala-kendala yang dihadapi oleh guru-guru, kendala yang
dihadapi guru pun beragam. Faktor yang benar-benar menjadi
kendala yaitu pribadi yang merasa kurang kreatif dan fasilitas
dalam media pembelajaran, karena ketika mereka mempunyai
keinginan untuk membuat hasil karya anak, tetapi bahan-
bahannya harus membeli.
Maka dari itu, untuk mengatasi kendala atau masalah yang
dihadapi guru maka diperlukan kreativitas guru dalam
mengatasi kendala tersebut, yaitu guru di TKIT Raudhatul
Jannah harus sering mengikuti pelatihan-pelatihan tentang
media pembelajaran, mensiasati dengan media yang ada di
lingkungan sekolah, guru tidak menggunanakan media yang
harus dibeli dan mahal, tetapi menggunakan media yang ada di
lingkungan sekolah. Maka dari itu guru TKIT Raudhatul
Jannah Bogor dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan
media pembelajaran dengan keterbatasan yang ada.
a. Fleksibilitas/keluwesan dalam memanfaatkan bahan-bahan
yang ada untuk membuat media pembelajaran
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada
tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-
milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari
observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data
yang diperoleh untuk kreatif dalam memanfaatkan bahan-bahan
126
yang ada untuk membuat media pembelajaran, terdapat beberapa
data yang didapatkan dari beberapa informan melalui teknik
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
penelitian yaitu Fleksibilitas/keluwesan dalam memanfaatkan
bahan-bahan yang ada untuk membuat media pembelajaran. Sajian
data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan
tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik
kesimpulan dari temuan data Fleksibilitas/keluwesan dalam
memanfaatkan bahan-bahan yang ada untuk membuat media
pembelajaran. Keluwesan berfikir (fleksibility), yaitu
Fleksibelitas/keluwesan
dalam memanfaatkan bahan-
bahan yang ada untuk
membuat media pembelajaran
CW1.6, CW2.13,
CW2.9, CW3.12,
CD4.5,
CD4.6,
CD4.7,
CD4.31,
CD4.19,
CD4.20,
CD4.37,
CD4.40,
CL3.K14.P6,
CL3.K14.P6,
CL2.K13.P6,
127
kemampuan menggunakan bermacam-macam pendekatan atau
cara pemikiran dalam mengatasi persoalan, memproduksi
sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan
yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Orang kretif adalah orang yang
luwes dalam berfikir.
Kesimpulan yang didapatkan dari aspek keluwesan
(fleksibilitasity) adalah sebagai berikut:
Guru TKIT Raudhatul Jannah dalam mengembangkan
media pembelajaran yaitu memanfaatkan bahan-bahan yang
ada di lingkungan sekitar untuk membuat media pembelajaran.
Para guru berusaha membuat media pembelajaran dengan
bahan yang ada untuk membuat media pembelajaran sebaik-
baiknya, agar media yang dibuat bisa diubah menjadi media
yang menarik meskipun media yang dibuat masih terbilang
umum dan kurang menarik untuk diberikan dalam
pembelajaran agar menyenangkan bagi peserta didik.
Dalam membuat media dari bahan-bahan yang ada,
biasanya guru TKIT Raudhatul Jannah membuat sesuai dengan
tema pembelajaran, media yang ada di lingkungan sekolah,
misalnya jika guru menggunakan tema tanaman maka
menggunakan pohon yang ada, buah yang ada, menggunakan
gambar atau membuat sendiri dari barang-barang bekas,
memaksimalkan terlebih dahulu media yang ada di lingkungan
sekitar, seperti media gambar, kain perca, batu, rumput,
potongan kardus, kertas, dan lain-lainnya di sekitar yang dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran.
128
3. Elaborasi
a. Elaborasi dalam memperkaya dan mengembangkan media
pembelajaran
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk
elaborasi dalam memperkaya dan mengembangkan media
pembelajaran, terdapat beberapa data yang didapatkan dari
beberapa informan melalui teknik wawancara, observasi/catatan
lapangan, dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
penelitian yaitu elaborasi dalam memperkaya dan
mengembangkan media pembelajaran. Sajian data yang didapat
berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Kreatif dalam
mengembangkan suatu
produk atau media
CW2.13, CW3.9,
CW3.12, CWKS.3,
CWKS.9, CWKS.9,
CD4.38,
CD4.40,
CD4.44,
CD4.41,
CD4.42,
CD4.26,
CD4.21,
CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8,
CL3.K17.P8,
CL4.K5.P3,
CL4.K11.P6,
129
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan
tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik
kesimpulan dari temuan data elaborasi dalam memperkaya
dan mengembangkan media pembelajaran memikirkan ide
tentang cara membuat media pembelajaran. Elaborasi
(elaboration), yaitu kemampuan untuk memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan mampu
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek
gagasan atau situasi sedemikian sehingga menjadi lebih
menarik. Kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
Setiap guru TK harus mempunyai kreativitas dalam
mengembangkan media pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
menemukan informasi mengenai kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran. Peneliti memperoleh
informasi dari narasumber tentang guru dalam
mengembangkan media pembelajaran. Keativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran, untuk proses
pembelajaran salah seorang guru menambahkan dengan
menggunakan tekhnologi seperti laptop dan pengeras suara,
mencari di internet dan guru lain cara mengembangkan media
tersebuat dengan membuat suatu karya yang dibuat dari
bahan yang ada dilingkungan sekitar.
b. elaborasi dalam memperinci detail-detai suasana kelas dengan
media yang dibuat sehingga lebih menarik
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada
tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-
milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh
untuk elaborasi dalam memperinci detail-detai suasana kelas
130
dengan media yang dibuat sehingga lebih menarik, terdapat
beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan melalui
teknik dokumentasi, wawancara dan observasi/catatan lapangan.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
penelitian yaitu elaborasi dalam memperinci detail-detail suasana
kelas dengan media yang dibuat sehingga lebih menarik . Sajian
data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan
tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik
kesimpulan dari temuan data elaborasi dalam memperinci
detail-detail suasana kelas dengan media yang dibuat sehingga
lebih menarik. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan
untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk, dan mampu menambahkan atau memperinci detail-
detail dari suatu objek gagasan atau situasi sedemikian
elaborasi dalam memperinci
detail-detail suasana kelas
dengan media yang dibuat
sehingga lebih menarik
CL4.K20.P8,
CL3.K23.P10
.
CWKS.10, CW1.10, CW2.10,
CW3.10, CW3.18, CW2.18
CD4.52,
CD4.45,
CD4.46,
CD4.47,
CD4.48,
CD4.49,
CD4.50,
CD4,51,
131
sehingga menjadi lebih menarik. Kesimpulan yang didapatkan
adalah sebagai berikut:
kreativitas dalam menambahkan atau memperinci detai-
detail ruangan kelas dengan media yang dibuat sehingga lebih
menarik dilakukan dengan memanfaatkan media-media yang
telah dibuat oleh guru dan murid dengan menempelkan hasil
karya guru dan anak yang dapat dilihat pada dinding kelas yang
telah guru tempel untuk memotivasi belajar anak, sehingga
hasil belajar anak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang guru
ajarkan di sekolah.
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil dokumentasi yang
didapatkan peneliti hanya salah seorang guru yang antusis
menempelkan hasil karya anak, sementara guru lainnya belum
banyak menempelkan hasil karya anak didinding kelas, guru
baru menghias kelas dari hasil karya nya sendiri.
4. Orisinalitas
a. Orisinalitas dalam menciptakan media yang baru dan unik
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk
indicator orisinalitas dalam menciptakan media yang baru dan
unik, terdapat beberapa data yang didapatkan dari beberapa
informan melalui teknik wawancara, observasi/cacatan lapangan,
dan dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
132
penelitian yaitu orisinalitas dalam menciptakan media yang baru
dan unik. Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode
sebagai berikut:
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan
tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik
kesimpulan dari temuan data orisinalitas dalam menciptakan
media yang barudan unik. Originalitas (originality/keaslian),
yaitu kemampuan untuk melahirkan gagasan yang baru dan
unik, memikirkan cara yang tidak lazim dari bagian-bagian
atau unsur-unsur. Kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
Guru di TKIT Raudhatul Jannah memiliki kreativitas nya
masing-masing dalam pelaksanaan pembelajarannya, salah
satunya menciptakan media yang baru dan unik. Dapat dilihat
bahwa guru TKIT Raudhatul Jannah belum mampu
menciptakan media yang baru dan unik namun para guru
CW1.9, CW2.9,
CW3.12, CW3.14,
CW3.6,
CL2.K13.P6, CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8, CL4.K11.P6,
CL4.K21.P6, CL4.K13.P6.
CD4.33,
CD4.40,
CD4.41,
CD4.21,
CD4.22,
Orisinalitas dalam
menciptakan media
yang baru dan unik
133
berusaha memvariasikan media-media tersebut sebagai salah
satu cara untuk memberi stimulus peserta didiknya agar
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, hal ini
menjelaskan bahwa aspek orisinalitas dari kreativitas guru
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Saat
pembelajaran guru menggunakan sesuatu media yang
bervariatif, contohnya pada saat guru menjelaskan tentang tema
panca indra, guru tidak hanya menjelaskan dengan media
gambar tetapi dengan menciptakan hasil karya ataupun
kegiatan yang bisa dipraktikan oleh peserta didik.
b. Orisinalitas dalam menciptakan media yang tidak biasa
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada
tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-
milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari
observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari
data yang diperoleh untuk Orisinalitas dalam menciptakan media
yang tidak biasa, terdapat beberapa data yang didapatkan dari
beberapa informan melalui teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan
memaparkan data dengan memilih informasi terkait dengan fokus
penelitian yaitu Orisinalitas dalam menciptakan media yang tidak
biasa. Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai
berikut:
134
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik
kesimpulan dari temuan data Orisinalitas dalam menciptakan
media yang tidak biasa. Originalitas (originality/keaslian), yaitu
kemampuan untuk melahirkan gagasan yang baru dan unik,
memikirkan cara yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-
unsur. Kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Guru TKIT Raudhatul Jannah mempunyai caranya tersendiri
untuk tetap menggunakan kreativitasnya dalam proses
pembelajaran dengan keterbatasan dari fasilitas maupun pribadi
namun guru terus mengekplorasi potensi dan kemampuan dirinya
secara optimal untuk terus mengasah kemampuan kreativitas
dalam dirinya. Dalam indikator orisinalitas dalam menciptakan
media yang tidak biasa guru TKIT Raudhatul Jannah belum
mampu melakukannya, namun guru TKIT Raudhatul Jannah terus
belajar dalan menciptakan media bagi peserta didiknya agar proses
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Meskipun media yang
dibuat masih biasa saja dengan dengan media yang sudah ada
CWKS.11, CWKS.12,
CWKS.13, CW2.12,
CW3.12, CW3.15,
CW3.14,
Orisinalitas dalam
menciptakan media
yang tidak biasa
CD4.25,
CD4.36,
CD4.39,
CD4.56,
CD4.57,
CD4.55,
CD4.15,
CD4.11,
CD4.63,
CD4.62,
CD4.64,
CD4.60,
CL4.K3.P1,
CL4.K3.P2,
135
sebelumnya. Namun salah satu guru di TKIT Raudhatul Jannah
Bogor mempunyai semangat yang tinggi agar dia bisa
menciptakan media yang tidak biasa dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan dan banyak mengikuti komunitas sehingga salah satu
guru itu pun medapatkan prestasi. Perlombaan yang pernah
dijuarai oleh salah seorang guru di TKIT Raudhatul Jannah yaitu,
Juara 2 pembuatan alat media pembelajaran Se-Kecamatan Ciawi,
Juara 2 tari kreasi se-kabupaten Bogor, Juara harapan tari kreasi
se-kab bogor, Terpilih menjadi Instruktur Nasional Kab. Bogor.
Sedangkan petalihan yang pernah diikuti tentang media
pembelajaran yaitu pelatihan tentang finger painting.
C. Temuan Penelitian
Setelah ditemukan baberapa data yang diinginkan, baik dari hasil
penelitian observasi, wawancara, maupun dokumentasi, maka peneliti
akan menganalisa temuan yang ada dan menjelaskan tentang implikasi-
implikasi dari hasil penelitian tentang kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran di TKIT Raudhatul Jannah Bogor.
Sebagaimana dijelaskan dalam teknik analisa data dalam penelitian,
peneliti menggunakan analisa kualitatif deskripif (pemaparan) dan data
yang diperoleh peneliti baik melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi dari informan yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun data-
datanya sebagai berikut:
1. Kelancaran dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah
terhadap media AUD
Saat peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan upaya
yang dilakukan guru dalam menghasilkan ide/pemecahanmasalah
terhadap media AUD. Berdasarkan indikator tersebut kelancaran
berfikir dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap media
AUD merupakan aspek kelancaran dalam kreativitas. Guru TKIT
Raudhatul Jannah Bogor belum mempunyai ide yang beragam dalam
136
pemecahan masalah terhadap media AUD, karena guru hanya
mengandalkan pemikiran guru yang lebih berpengalaman. Dapat
disimpulkan dari temuan data bahwa terdapat salah satu guru yang
dapat menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap media AUD
karena seringnya mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pembuatan
media, juga banyak mengikuti komunitas sehingga menjadi contoh
bagi guru lainnya seguru di TKIT Raudhatul Jannah Bogor sering
bertukar informasi atau sharing dengan teman sejawad atau dengan
guru sekolah lain yang lebih berpengalaman agar pengetahuan tentang
media pembelajaran menjadi luas.
2. Kelancaran dalam memberikan alternatif cara pengembangan
media AUD
Saat peneliti melakukan observasi, kelancaran dalam memberikan
alternatif cara pengembangan media AUD guru itu beragam yaitu
mengembangkan media menggunakan media yang bisa didapatkan di
lingkungan sekolah, menggunakan bahan-bahan bekas/bahan yang
tidak terpakai, atau alternatif lainnya memanfaatkan tekhnologi
internet dengan cara searching bahan ajar yang bisa dipakai sebagai
media pembelajaran sesuai aspek perkembangan anak. Temuan data
dalam kelancaran memberikan alternatif cara dalam pengembangan
media AUD bahwa guru dapat memberikan alternatif cara dengan
media yang ada dilingkungan sekitar seperti menggunakan media
gambar (visual) dengan browsing di internet agar lebih bervariasi.,
media nyata, media real yang bisa dirasakan, media yang ada di
lingkungan sekolah seperti menggunakan media buku, papan tulis,
media gambar rumput, tanah, batu, potongan kardus,kain perca, dan
air, bahan dari tisu, cat warna merah, biru, hijau, dan kertas kosong,
tali dan jepitan baju, stik es krim dan cotton buds atau korek kuping
dan lain-lain, guru juga terkadang menyajikan media pembelajaran
menggunakan tekhnologi seperti laptop, pengeras suara agar anak lebih
137
tertarik, guru juga menyajikan media dari bahan bekas maupun media
baru.
3. Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau masalah
dalam mengembangkan media pembelajaran
Saat peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan beberapa
kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan media
pembelajaran, kendala dan masalah tersebut tengah diungkapkan oleh
para guru di TKIT Raudhatul Jannah yaitu pribadi yang merasa kurang
kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran serta fasilitas yang
ada di sekolah tersebut. Maka dari itu kreativitas dalam mengatasi
kendala dalam mengembangkan media pembelajaran sangat
dibutuhkan oleh guru.
Usaha dalam mengatasi kendala tersebut yaitu guru di TKIT
Raudhatul Jannah harus sering mengikuti pelatihan-pelatihan tentang
media pembelajaran, mensiasati dengan media yang ada di lingkungan
sekolah, guru tidak menggunanakan media yang harus dibeli dan
mahal, tetapi menggunakan media yang ada di lingkungan sekolah.
Selain kendala yang dihadapi oleh guru terdapat faktor pendorong
yang ada pada guru dalam mengembangkan media pembelajaran faktor
utama tentunya Teman sejawad, karena guru sharing dengan guru-guru
lain, setelah sharing biasanya guru searching di internet dan kadang
bertanya dengan guru di sekolah lain, lalu faktor pendorong atau
pendukung tentunya sekolah selalu mendukung apa yang guru
butuhkan.
4. Fleksibilitas/keluwesan dalam memanfaatkan bahan-bahan yang
ada untuk membuat media pembelajaran
Saat peneliti melakukan observasi tentang kreativitas guru dalam
memanfaatkan bahan yang ada untuk membuat media pembelajaran.
Guru menggunakan fasilitas yang ada di lingkungan sekolah.
138
Proses pembelajaran guru menggunakan media yang dibuat dari
bahan-bahan yang ada di lingkungan sekolah, media tersebut
menggunakan bahan rumput, tanah, batu, potongan kardus,kain perca,
dan air. Saat menggunakan media tersebut guru mencontohkan terlebih
dahulu kegiatan merasa dengan menginjakkan kakinya pada media
yang telah disediakan, setelah itu anak secara bergantian melakukan
hal yang sama seperti yang telah dicontohkan oleh gurunya saat itu.
Dari sini peneliti menyimpulkan dengan menggunakan media dari
bahan-bahan yang ada pun bisa menjadikan anak aktif dalam
pembelajaran sehinga anak menjadi berminat dalam mengikuti
pembelajaran.
Selain menggunakan media dari bahan-bahan alam, guru TKIT
Raudhatul Jannah menggunakan media dari bahan dari tisu, cat warna
merah, biru, hijau, dan kertas kosong. Sama halnya dengan kegiatan
sebelumnya, guru mencotohkan terlebih dahulu kegiatan yang akan
dilkukan anak, setelah itu anak mengikuti secara bergantian.
5. Elaborasi dalam memperkaya dan mengembangkan suatu
produk atau media
Saat peneliti melakukan observasi kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran biasanya guru menggunakan
media gambar yang di searching di intrnet. Namun ada salah seorang
guru dalam mengembangkan media guru tersebut menambahkan
dengan menggunakan tekhnologi seperti laptop dan pengeras suara,
yang dibawa ke kelasnya, karena di setiap kelas belum disediakan oleh
sekolah, tapi guru tidak ketinggalan dengan tekhnologi yang semakin
berkembang saat ini. Guru menggunakan laptop dan pengeras suara
saat pembelajaran agar anak tidak jenuh dan anak lebih tertarik dalam
mengikuti pembelajaran.
6. Elaborasi dalam memperinci detai-detail suasana kelas dengan
media yang dibuat sehingga lebih menarik
139
Saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas, peneliti melihat
banyak hasil karya yang di tempel di dinding kelas, ini dapat dilihat
kreativitas dalam menambahkan kreasi di kelas sebagai media
pembelajaran dilakukan dengan proses pembelajaran tidak hanya
menggunakan media gambar atau buku lalu guru hanya menjelaskan
kepada anak. Tetapi setiap hari guru dan murid harus menghasilkan
karya yang dibuat oleh anak, agar dapat ditempelkan di dinding kelas.
Upaya yang dilakukan guru dalam menambahkan kreasi di kelas,
guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membuat hasil
karyanya dan ditempelkan didinding kelas untuk memotivasi belajar
anak, agar mereka senang hasil karyanya ditempelkan sehingga hasil
belajar anak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang guru ajarkan di
sekolah. Namun hanya salah satu guru saja yang antusias dalam
menempelkan hasil karya muridnya di dinding kelas sedangkan guru
lainnya belum melakukannya padahal media yang dibuat sudah ada.
7. Orisinalitas dalam menciptakan media yang baru dan unik
Menciptakan media yang baru dan unik merupakan cara untuk
memotivasi, menumbuhkan minat dan komunikasi dengan anak lebih
efektif. Guru harus memiliki kemampuan dasar dalam keterampilan
menciptakan media untuk meningkatkan minat belajar anak.
Saat peneliti melakukan observasi media yang diciptakan guru
tidak baru dan unik karena keterbatasan dari fasilitas maupun pridadi
yang kurang kreatif namun para guru berusaha memvariasikan media-
media yang dibuat sebagai salah satu cara untuk memberi stimulus
peserta didiknya agar menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
hal ini menjelaskan bahwa aspek orisinalitas dari kreativitas guru
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Saat pembelajaran guru
menggunakan sesuatu media yang bervariatif, contohnya pada saat
guru menjelaskan tentang tema panca indra, guru tidak hanya
menjelaskan dengan media gambar tetapi dengan menciptakan hasil
karya ataupun kegiatan yang bisa dipraktikan oleh peserta didik.
140
8. Orisinalitas dalam menciptakan media yang tidak biasa
Guru TKIT Raudhatul Jannah mempunyai caranya tersendiri untuk
tetap menggunakan kreativitasnya dalam proses pembelajaran dengan
keterbatasan dari fasilitas maupun pribadi namun guru terus
mengekplorasi potensi dan kemampuan dirinya secara optimal untuk
terus mengasah kemampuan kreativitas dalam dirinya. Dalam indikator
orisinalitas dalam menciptakan media yang tidak biasa guru TKIT
Raudhatul Jannah belum mampu melakukannya, namun guru TKIT
Raudhatul Jannah terus belajar dalan menciptakan media bagi peserta
didiknya agar proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Meskipun media yang dibuat masih biasa saja dengan dengan
media yang sudah ada sebelumnya. Namun salah satu guru di TKIT
Raudhatul Jannah Bogor mempunyai semangat yang tinggi agar dia
bisa menciptakan media yang tidak biasa dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan dan banyak mengikuti komunitas sehingga salah satu guru
itu pun medapatkan prestasi. Perlombaan yang pernah dijuarai oleh
salah seorang guru di TKIT Raudhatul Jannah yaitu, Juara 2
pembuatan alat media pembelajaran Se-Kecamatan Ciawi, Juara 2 tari
kreasi se-kabupaten Bogor, Juara harapan tari kreasi se-kab bogor,
Terpilih menjadi Instruktur Nasional Kab. Bogor. Sedangkan petalihan
yang pernah diikuti tentang media pembelajaran yaitu pelatihan
tentang finger painting.
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, peneliti telah
berusaha mencapai kesempurnaan hasil penelitian, namun karena adanya
keterbatasan penelitian yang disebabkan karena peneliti kurang teliti saat
proses penelitian yang sedang berlangsung baik dari segi waktu, tenaga,
dan biaya maka hasil penelitian perlu disempurnakan. Adapun
keterbatasan penelitian tersebut antara lain dijabarkan sebagai berikut:
141
Penelitian dilakukan ketika memasuki awal semester genap. Hal ini
mempengaruhi fokus peneliti dalam melakukan penelitian ini, karena guru
baru melakukan proses pembelajaran tahap observasi kepada anak
sehingga anak baru berada pada tahap pengenalan dan mengenal
lingkungan sekitar serta media yang di buat guru pun belum terlalu
banyak. Peneliti berharap penelitian ini dapat dilakukan dalam waktu
pertengahan semester dan memaksimalkan perhatian guru untuk
melakukan perencanaan dan pelaksanaan dalam prosesnya, namun hal ini
mempengaruhi fokus penelitian dalam melakukan persiapan karena guru
juga harus mempersiapkan acara perlombaan-perlombaan di bulan
Agustus mendatang. Dengan demikian, kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran menunjukan hasil yang lebih baik.
142
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kreativitas guru dalam
pengembangan media pembeajaran di TKIT Raudhatul Jannah Bogor
dapat disimpulkan sebagai berikut, kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran dapat dinilai melalui empat aspek
kreativitas, yaitu, fleksibilitas, kelancaran berikir, elaborasi, dan
orisinalitas yang memiliki indikator di setiap aspek nya seperti yang sudah
dijelaskan diatas.
1. Guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor belum mempunyai ide yang
beragam dalam pemecahan masalah terhadap media AUD, guru hanya
mengandalkan ide dari guru yang lebih berpengalaman. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat salah satu guru yang dapat menghasilkan
ide/pemecahan masalah terhadap media AUD karena seringnya
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pembuatan media, juga banyak
mengikuti komunitas sehingga menjadi contoh bagi guru lainnya
seguru di TKIT Raudhatul Jannah Bogor sering bertukar informasi
atau sharing dengan teman sejawad atau dengan guru sekolah lain
yang lebih berpengalaman agar pengetahuan tentang media
pembelajaran menjadi luas. guru TKIT Raudhatul Jannah juga
memberikan alternatif dalam mengembangkan media menggunakan
media yang bisa didapatkan di lingkungan sekolah, menggunakan
bahan-bahan bekas/bahan yang tidak terpakai, atau alternatif lainnya
memanfaatkan tekhnologi internet dengan cara searching bahan ajar
yang bisa dipakai sebagai media pembelajaran sesuai aspek
perkembangan anak.
2. Dalam mengembangkan media pembelajaran banyak sekali kendala
yang dihadapi oleh guru, dihadapi guru pun beragam. Faktor yang
benar-benar menjadi kendala yaitu pribadi yang merasa kurang kreatif
143
dan fasilitas dalam media pembelajaran. Untuk mengatasi kendala
tersebut dibutuhkan aspek fleksibilitas guru, yaitu guru harus sering
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang media pembelajaran namun
sayangnya hanya sutu guru saja yang pernah mengikuti pelatihan,
mensiasati dengan media yang ada di lingkungan sekolah, guru tidak
menggunanakan media yang harus dibeli dan mahal, tetapi
menggunakan media yang ada di lingkungan sekolah. Guru TKIT
Raudhatul Jannah Bogor juga membuat media dengan memanfaatkan
dari bahan-bahan yang ada di lingkungan sekolah.
3. Kreativitas guru dalam mengembangkan media pembelajaran
dibutuhkan aspek elaborasi. Untuk mengembangkan media
pembelajaran belum semua guru dapat mengambangkan media dengan
baik namun terdapat salah satu guru yang menggunakan tekhnologi
seperti laptop, pengeras suara, serta mencari di internet. Hanya satu
guru TKIT Raudhatul Jannah yang dapat mengelaborasikan suasana
kelas dengan memanfaatkan media yang telah dibuat dengan
menempelkan hasil karya guru maupun anak yang telah dibuat sebagai
media pembelajaran dilakukan dengan menempelkannya di dinding
kelas, karena guru lain belum menempelkan hasil karya anaknya
didinding kelas. Hal ini dilakukan untuk memotivasi belajar anak dan
dijadikan sebagai media pembelajaran.
4. Aspek orisinalitas yang dimiliki guru TKIT Raudhatul Jannah Bogor
salah satunya yaitu dengan membuat media yang baru dan unik.
Namun dapat dilihat bahwa guru TKIT Raudhatul Jannah belum
mampu menciptakan media yang baru dan unik namun para guru
berusaha memvariasikan media-media yang dibuat sebagai salah satu
cara untuk memberikan stimulus bagi anak agar menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Orisinalitas dalam menciptakan
media yang tidak biasa guru TKIT Raudhatul Jannah belum mampu
melakukannya, namun guru TKIT Raudhatul Jannah terus belajar
dalan menciptakan media bagi peserta didiknya agar proses
144
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Meskipun media yang
dibuat masih biasa saja dengan dengan media yang sudah ada
sebelumnya. Salah satu guru di TKIT Raudhatul Jannah Bogor
mempunyai semangat yang tinggi agar dia bisa menciptakan media
yang tidak biasa dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dan banyak
mengikuti komunitas sehingga salah satu guru itu pun medapatkan
prestasi.
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti menyimpulkan hasil penelitian
dari empat aspek kreativitas yang dimiliki guru tentang kreativitas guru
dalam mengembangkan media pembelajaran di TKIT Raudhatul Jannah
Bogor belum semua guru memiliki kriteria keempat aspek tersebut yaitu
kelancaran, fleksibilitas, elaborasi, dan orisinalitas dikarnakan masih
rendahnya pengetahuan tentang kreativitas, namun guru terus berusaha
mengasah kreativitas di dalam dirinya agar kreativitas yang dimiliki guru
TKIT Raudahtul Jannah Bogor dapat keluar. Namun di TKIT Raudhatul
Jannah Bogor terdapat salah seorang guru yang hampir memiliki kriteria
keempat aspek kreativitas tersebut. Dibuktikan dengan guru tersebut
mampu menjadi acuan guru lainnya untuk terus mengembangkan
kreativitasnya, dengan antusias memanfaatkan media yang telah
dibuatnya. Dampak dari kreativitas tersebut menjadikan anak antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran dan membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan, anak sangat antusias terhadap penggunaan media yang
dibuat guru pada saat pembelajaran, anak memiliki ketertarikan terhadap
guru memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi pembelajaran dan
mengikuti proses pembelajaran hingga selesai.
B. Implikasi
Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian ini, maka implikasi dalam
hasil penelitian ini terdapat beberapa implikasi yang harus dilakukan untuk
mencapai kondisi ideal dalam mengembangkan media pembelajaran di
TKIT Raudhatul Jannah Bogor.
145
1. Kreativias guru dalam mengembangkan media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar berpengaruh positif bagi anak yaitu dapat
memberikan stimulus bagi anak dalam mengikuti pembelajaran dan
menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan, selain itu
juga agar seluruh aspek perkembangan anak menjadi berkembang.
2. Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
akan memberikan pengalaman langsung kepada anak dan anak terlibat
aktif dalam menggunakan media sebagai benda konkret untuk
memberikan pemahaman konsep abstrak menjadi lebih mudah
dipahami serta dapat meningkatkan minat bagi anak saat mengikuti
proses pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan penelitian mengenai “Kreativitas Guru dalam
Mengembangkan Media Pembelajaran di TKIT Raudhatul Jannah Bogor”,
maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
a. Diharapkan bagi lembaga untuk mengadakan pelatihan-pelatihan
tentang media pembelajaran untuk guru-guru.
b. Diharapkan di setiap kelas di pegang oleh dua guru, agar
pembelajaran dilakukan semakin efektif dan efesien.
c. Hendaknya pihak sekolah dapat memelihara media pembelajaran
dengan melakukan perawatan secara rutin sehingga media
pembelajaran dalam kondisi baik dan tidak rusak.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan lebih banyak mengikuti pelatihan-pelatihan tentang
media pembelajaran diluar lingkungan sekolah.
b. Diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan guru yang lebih kreatif
dalam mengembangkan media pembelajaran.
c. Guru diharapkan lebih meningkatkan lagi kualitas dari pembuatan
media pembelajaran yang lebih kreatif sehingga nantinya anak
146
akan semakin antusias dengan pembelajaran yang diberikan oleh
guru.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menindaklanjuti
penelitian ini dengan variansi dan literatur yang lebih mendalam
guna untuk pemahaman lebih lanjut tentang kreativitas guru dalam
pengembangan media pembelajaran pada guru taman kanak-kanak.
147
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Ramli, Pembelajaran Dalam Perspektif Kreativitas Guru Dalam
Pemanfaatan Media Pembelajaran, (Lantanida Journal Vol.4 No.1, 2016).
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: PT Rajagrafindo Persada,
2014).
Arifah Nur Fita, Menjadi Guru Teladan, Kreatif, Inspriratif, Motivatif, dan
Profesional, (Yogyakarta: Araska, 2016).
Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014).
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010).
Aqib Zainal, Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual,
(Bandung: Yrama Widya, 2013).
Daymon Christine, Holloway Immy, Metode-metode Riset Kualitatif
dalam Public Relations dan Marketing Communications, (Yogyakarta: Penerbit
Bentang, 2008).
Falahudin Iwan, Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran,Jurnal Lingkar
Widyaiswara, Edisi 1, No 4, 2014.
Fitrah. Muh dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: Jejak, 2017).
Hasnida, Media Pembelajaran Kreatif Mendukung Pengajaran Pada Anak
Usia Dini, (Jakarta: luxima, 2014).
Hidayat Syarif, Profesi Kependidikan, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2012).
Kalsum Ummi, Thamrin, Halida, Profil Guru Kreatif dlam
Mengembangkan Media Pembelajaran Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK.
Kusumardani Ratih, Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Brain
Based Learning, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 9 Edisi 1, April 2015
.
Latif Mukhtar, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan
Aplikasi”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013).
148
Lusinta Afrisanti, Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif, dan
Inovatif, (Yogyakarta: Araska, 2011).
Maemunah Siti, “Kreatifitas Guru PAUD Dalam Mengembangkan Media
Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Bahan Alam”, Majalah Ilmiah Pawiyatan,
2015, Vol. XXII No.3.
Manispal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2013).
Mulyasa. E, Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013).
Munandar Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,(Jakarta:
RinekaCipta, 2009).
Muspawi Mohamad dan Maryono, Kreativitas Guru dalam Menggunakan
Media Pembelajaran,2014.
Narwanti Sri, “Creatif Learning “Kiat Menjadi Guru Kreatif dan Favorit”,
(Sendangadi Mlati Sleman Yogyakarta: Familia Pustaka, 2011).
Oktavia Yanti, “Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas
Guru Dalam Pembelajaran di Sekolah”, Bahana Manajemen Pendidikan, Jurnal
Administrasi Pendidikan, 2014, Volume 2 Nomor 1.
Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2013).
Enda Puspitasari, Pemetaan Kreativitas Anak Usia 4-6 Tahun di TK
Laboratorium PG-PAUD Universitas Riau, Educhild Vol.4 No.1 Tahun 2015.
Pentury Jolanda Helda, “Pengembangan Kreativitas Guru Dalam
Pengembangan Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris”, Faktor Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol. 4 No.3, November 2017.
Rachnawati Yeni & Kurniati Euis, Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak “Uisa Taman Kanak-kanak”, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010).
Sanjaya Wina, Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2008).
Sarwono Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006).
149
Sopiah Cucu, Kreativitas Guru PAUD dalam Kegiatan Belajar Mengajar,
Vol : XXI, No : 1, Maret 2014.
Sungkono, Evaluasi Media Pendidikan, evaluasi media.pdf-Adobe Reader,
h.2, (diakses pada 10-12-2018 14.48 WIB.
Sulaiman Ahmad, Zein Achyar, Nahar Syamsu, Karakteristik Guru
Perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misba, (Edu-Riligia, Vol. 1 No. 1
Januari-Maret 2017).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012).
Supartini Mimik, “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan
Kreatifitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di SDN
Mangunharjo 3 Kecamatan Manyangan Kota Probolinggo”, Jurnal Penelitian
dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 2, 2016.
Yudha Andi, Mengapa Guru harus Kreatif, ( Bandung: Mizan, 2009).
0
1
Telah melaksanakan Penelitian di TKIT Raudlatul Jannah mulai bulan Juli – Agustus 2018 untuk memperoleh data penyusunan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “ Kreativitas Guru dan Pengembangan Media Pembelajaran di TK B
TKIT Raudlatul Jannah”.
2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TKIT RAUDHATUL JANAAH
KELOMPOK/USIA : B2/5-6 TAHUN
SEMESTER/MINGGU : I/III
TEMA/SUB TEMA : DIRI SENDIRI/PANCA INDRA
HARI/TANGGAL : Senin, 30 Juli 2018
KD: 1.2, 2.7, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 4.12, 3.15, 4.15
Materi Pelajaran
1. Lidah dan fungsinya
2. Huruf “a”
3. Macam-macam rasa
4. Pengembangan motorik halus
5. Pengembangan motorik kasar
6. Bernyanyi macam-macam rasa
Materi yang masuk SOP pembiasaan
1. Berbicara dengan sopan
2. Sabar menunggu giliran masuk dalam pembiasaan dalam kegiatan
pembelajaran
Alat dan Bahan
1. Vcd player untuk senam
2. Buku membaca, pensil untuk menulis huruf “a”
3. Gula, garam, kopi, saos tomat, saos cabe untuk kegiatan mengenal macam-
macam rasa
4. Karton, stik es krim, kertas warna, lem, untuk kegiatan membuat bentuk
mulut
5. Gambar lidah dan fungsinya
6. Buku cerita untuk kegiatan bercerita
3
Langkah Kegiatan
I. Pembukaan
1. Baris, ikrar
2. SOP fisik motorik kasar, senam
II. Kegiatan Inti
1. Anak mengamati: gambar lidah dan fungsinya
2. Anak bertanya tentang: diskusi tentang lidah dan fungsinya yang
anak ketahui
3. Anak mengumpulkan informasi: guru memberikan dukungan
dengan menginformasikan mengenailidah dan fungsinya dan
memperlihatkan gambar lidah dan fungsinya
4. Anak menalar: anak menggunakan gambar untuk mengetahui
lidah dan fungsinya
5. Anak mengkomunikasikan: melalui kegiatan bermain
a. Kelompok 1: menulis huruf “a”
b. Kelompok 2: mengecap macam-macam rasa
c. Kelompok 3: membuat bentuk mulut
III. Istirahat
a. SOP makan
b. Bermain
Recalling
- Mengembalikan mainan ke tempat semula
- Menanyakan perasaan anak
- Diskusi bila ada perilaku yang kurang tepat
IV. Penutup
1. Bercerita
2. Evaluasi
3. Menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari
4. SOP penutup
Rencana penilaian
1. Indikator penilaian
Program
Pengembangan
KD Indikator
Nilai Agama dan Moral 1.2 - Anak terbiasa berbicara dengan
sopan
Motorik 3.3, 4.3 - Anak dapat melakukan kegiatan
senam
4
- Anak dapat mebuat bentuk mulut
Bahasa 3.12,
4.12
- Anak dapat menulis huruf “a”
Kognitif 3.6, 4.6
3.3, 4.3
- Anak dapat mengenal macam-
macam rasa
- Anak bercakap-cakap tentang
lidah dan fungsinya
Sosem 2.7 - Anak dapat sabar menunggu
giliran
Seni 3.15,
4.15
- Anak dapat bernyanyi “macam-
macam rasa”
2. Teknik Penilaian
- Catatan anekdot
- Catatan observasi
- Skala pencapaian perkembangan (rating scale)
FORMAT PENILAIAN HARIAN
Program
Pengembangan
KD Indikator BB BM BSH BSB
Nilai Agama
dan Moral
1.2 - Anak terbiasa
berbicara dengan
sopan
Motorik 3.3, 4.3 - Anak dapat
melakukan kegiatan
senam
- Anak dapat mebuat
bentuk mulut
Bahasa 3.12,
4.12
- Anak dapat menulis
huruf “a”
Kognitif 3.6, 4.6
3.3, 4.3
- Anak dapat mengenal
macam-macam rasa
- Anak bercakap-cakap
tentang lidah dan
fungsinya
Sosem 2.7 - Anak dapat sabar
menunggu giliran
Seni 3.15,
4.15
- Anak dapat bernyanyi
“macam-macam rasa”
Keterangan
BB: Belum Berkembang
5
BM: Mulai Berkembang
BSH: Berkembang Sesuai Harapan
BSB: Berkembang Sangat Baik
Mengatahui
Ka. PG & TKIT Raudhatul Jannah Guru Kelompok B2
Aini Rohmah, S.Pd Lina Khoiriyah, S.Pd
6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TKIT RAUDHATUL JANAAH
KELOMPOK/USIA : B3/5-6 TAHUN
SEMESTER/MINGGU : I/III
TEMA/SUB TEMA : DIRI SENDIRI/PANCA INDRA
HARI/TANGGAL : Selasa, 31 Juli 2018
KD: 1.1, 1.2, 2.7, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 4.12, 3.15, 4.15
Materi Pelajaran
1. Kulit dan fungsinya
2. Huruf “o”
3. Kegiatan merasa
4. Kegiatan meraba
5. Kegiatan mencetak
6. Sholat Dhuha
7. Bernyanyi tentang kulit
Materi yang masuk SOP pembiasaan
1. Berbicara dengan sopan
2. Sabar menunggu giliran masuk dalam pembiasaan dalam kegiatan
pembelajaran
Alat dan Bahan
1. Mukena, sarung, sejadah
2. Buku membaca, pensil untuk menulis huruf “o”
3. Rumput, tanah, batu, potongan kardus,kain perca, dan air, untuk kegiatan
merasa
4. Tisu, cat warna merah, biru, hijau, dan kertas kosong untuk kegiatan
mencetak kaki finger painting
5. Tisu, kapas, batu, kain perca, buah salak, potongan kertasKarton, stik es
krim, kertas warna, lem, untuk kegiatan meraba
6. Gambar kulit dan fungsinya
7
7. Buku cerita untuk kegiatan bercerita
Langkah Kegiatan
I. Pembukaan
1. Baris, ikrar
2. SOP fisik motorik kasar, senam
II. Kegiatan Inti
1. Anak mengamati: gambar kulit dan fungsinya
2. Anak bertanya tentang: diskusi tentang kulit dan fungsinya yang
anak ketahui
3. Anak mengumpulkan informasi: guru memberikan dukungan
dengan menginformasikan mengenai kulit dan fungsinya dan
memperlihatkan gambar lidah dan fungsinya
4. Anak menalar: anak menggunakan gambar untuk mengetahui
kulit dan fungsinya
5. Anak mengkomunikasikan: melalui kegiatan bermain
a. Kelompok 1: menulis huruf “o”
b. Kelompok 2: merasakan benda
c. Kelompok 3: mencetak dengan kaki
d. Kelompok 4: meraba benda
III. Istirahat
a. SOP makan
b. Bermain
Recalling
- Mengembalikan mainan ke tempat semula
- Menanyakan perasaan anak
- Diskusi bila ada perilaku yang kurang tepat
IV. Penutup
1. Bercerita
2. Evaluasi
3. Menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari
4. SOP penutup
8
Rencana penilaian
1. Indikator penilaian
Program
Pengembangan
KD Indikator
Nilai Agama dan Moral 1.2, 1.1 - Anak terbiasa berbicara dengan
sopan
- Anak belajar Sholat Dhuha
Motorik 3.3, 4.3 - Anak dapat melakukan kegiatan
senam
- Anak dapat mebuat bentuk mulut
Bahasa 3.12,
4.12
- Anak dapat menulis huruf “o”
Kognitif 3.6, 4.6
3.3, 4.3
- Anak dapat mengenal macam-
macam rasa
- Anak bercakap-cakap tentang
kulit dan fungsinya
Sosem 2.7 - Anak dapat sabar menunggu
giliran
Seni 3.15,
4.15
- Anak dapat bernyanyi “kulitku”
2. Teknik Penilaian
- Catatan anekdot
- Catatan observasi
- Skala pencapaian perkembangan (rating scale)
FORMAT PENILAIAN HARIAN
Program
Pengembangan
KD Indikator BB BM BSH BSB
Nilai Agama
dan Moral
1.2, 1.1 - Anak terbiasa
berbicara dengan
sopan
- Anak belajar sholat
dhuha
Motorik 3.3, 4.3 - Anak dapat
melakukan kegiatan
senam
- Anak dapat mebuat
bentuk mulut
Bahasa 3.12,
4.12
- Anak dapat menulis
huruf “o”
Kognitif 3.6, 4.6 - Anak dapat mengenal
9
3.3, 4.3
macam-macam rasa
- Anak bercakap-cakap
tentang kulit dan
fungsinya
Sosem 2.7 - Anak dapat sabar
menunggu giliran
Seni 3.15,
4.15
- Anak dapat bernyanyi
“kulitku”
Keterangan
BB: Belum Berkembang
BM: Mulai Berkembang
BSH: Berkembang Sesuai Harapan
BSB: Berkembang Sangat Baik
Mengatahui
Ka. PG & TKIT Raudhatul Jannah Guru Kelompok B2
Aini Rohmah, S.Pd Lilis Irwanti, S.Pd
10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
TKIT RAUDHATUL JANAAH
KELOMPOK/USIA : B1/5-6 TAHUN
SEMESTER/MINGGU : I/III
TEMA/SUB TEMA : DIRI SENDIRI/PANCA INDRA
HARI/TANGGAL : Rabu, 1 Agustus 2018
KD: 1.2, 2.7, 3.3, 4.3, 3.6, 4.6, 3.12, 4.12, 3.15, 4.15
Materi Pelajaran
1. Kegiatan yang baik dan buruk untuk panca indra
2. Menempel sesuai kolom
3. Mewarnai gambar yang jumlahnya satu
4. Kegiatan meembuat sikat gigi
5. Kegiatan fisik motorik
6. Bernyanyi “panca indra”
Materi yang masuk SOP pembiasaan
1. Berbicara dengan sopan
2. Sabar menunggu giliran masuk dalam pembiasaan dalam kegiatan
pembelajaran
Alat dan Bahan
1. Jepitan baju dan tali untuk kegiatan fisik motoric
2. Buku mewarnai, pensil warna untuk mewarnai gambar yang jumlahnyaa
satu
3. Buku membaca, lem dan potongan kertas warna untuk kegiatan menempel
sesuai kolom
4. Stik es krim, korek kuping, lem, kegiatan untuk membuat sikat gigi
5. Gambar yang baik dan buruk untuk panca indra
6. Buku cerita untuk kegiatan bercerita
11
Langkah Kegiatan
I. Pembukaan
1. Baris, ikrar
2. SOP fisik motorik kasar, senam
II. Kegiatan Inti
1. Anak mengamati: gambar yang baik dan buruk untuk panca indra
2. Anak bertanya tentang: diskusi tentang hal yang baik dan buruk
untuk panca indra
3. Anak mengumpulkan informasi: guru memberikan dukungan
dengan menginformasikan mengenai yang baik dan buruk untuk panca
indra dan memperlihatkan gambar serta contohnya
4. Anak menalar: anak menggunakan gambar untuk mengetahui hal
yang baik dan buruk untuk panca indra
5. Anak mengkomunikasikan: melalui kegiatan bermain
a. Kelompok 1: mewarnai gambar yang jumlahnya satu
b. Kelompok 2: menempel potongan kertas sesuai kolom
c. Kelompok 3: membuat sikat gigi
III. Istirahat
a. SOP makan
b. Bermain
Recalling
- Mengembalikan mainan ke tempat semula
- Menanyakan perasaan anak
- Diskusi bila ada perilaku yang kurang tepat
IV. Penutup
1. Bercerita
2. Evaluasi
3. Menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari
4. SOP penutup
Rencana penilaian
1. Indikator penilaian
Program
Pengembangan
KD Indikator
Nilai Agama dan Moral 1.2 - Anak terbiasa berbicara dengan
sopan
Motorik 3.3, 4.3 - Anak dapat melakukan kegiatan
berlari
12
- Anak dapat mebuat bentuk mulut
Bahasa 3.12,
4.12
- Anak dapat bercerita tentang hal
yang baik dan buruk untuk panca
indra
Kognitif 3.6, 4.6
3.3, 4.3
- Anak dapat mewarnai yang
jumlahnya satu
- Anak dapat mengetahui hal yang
baik dan buruk untuk panca indra
Sosem 2.7 - Anak dapat sabar menunggu
giliran
Seni 3.15,
4.15
- Anak dapat bernyanyi “panca
indra”
2. Teknik Penilaian
- Catatan anekdot
- Catatan observasi
- Skala pencapaian perkembangan (rating scale)
FORMAT PENILAIAN HARIAN
Program
Pengembangan
KD Indikator BB BM BSH BSB
Nilai Agama
dan Moral
1.2 - Anak terbiasa
berbicara dengan
sopan
Motorik 3.3, 4.3 - Anak dapat
melakukan kegiatan
fisik
- Anak dapat mebuat
bentuk mulut
Bahasa 3.12,
4.12
- Anak dapat bercerita
tentang hal yang baik
dan buruk untuk
panca indra
Kognitif 3.6, 4.6
3.3, 4.3
- Anak dapat mewarnai
yang jumlahnya satu
- Anak dapat
mengetahui hal yang
baik dan buruk untuk
panca indra
Sosem 2.7 - Anak dapat sabar
menunggu giliran
Seni 3.15,
4.15
- Anak dapat bernyanyi
“panca indra”
13
Keterangan
BB: Belum Berkembang
BM: Mulai Berkembang
BSH: Berkembang Sesuai Harapan
BSB: Berkembang Sangat Baik
Mengatahui
Ka. PG & TKIT Raudhatul Jannah Guru Kelompok B2
Aini Rohmah, S.Pd Dewi Inda Lestari, S.Pd
14
Reduksi Instrumen Penelitian
Kemampuan Kreativitas Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran
Variabel
Aspek
Indikator
Kode
Kreativitas Guru
dalam
Mengembangkan
media
pembelajaran
Kelancaran
(Fluency)
c. Kelacaran dalam
menghasilkan ide/
pemecahan masalah
terhadap media
AUD.
CWKS.4, CW1.3,
CW2.3, CW3.3,
CD4,58, CD4.59,
CD4.61, CL4.K3.P1,
CL4.K3.P2,
d. kelancaran dalam
memberikan
alternatif cara
pengembangan
media AUD.
CW1.4, CW2.4,
CW2.8, CW2.9,
CW3.4, CW3.8,
CWKS.5, CWKS.7,
CWKS.8, CD4.33,
CD4.35, CD4.38,
CD4.41, CD4.42,
CD4.32, CD4.34,
CD4.26, CD4.21,
CL2.K12.P5,
CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8,
CL3.K17.P8,
CL4.K5.P3,
CL4.K11.P6,
Fleksibilitas c. fleksibel/keluwesan
dalam mengatasi
kendala atau masalah
dalam
mengembangkan
CW2.5, CW3.5,
CWKS.6, CW1.5,
CW2.6, CW3.6,
CWKS.7, CD4.30,
CD4.29, CD4.63,
15
media pembelajaran CL3.K3.P2,
CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8,
CL4.K5.P3,
CL4.K11.P6,
d. fleksibel/keluwesan
dalam memanfaatkan
bahan-bahan yang
ada untuk membuat
media pembelajaran
CW1.6, CW2.13,
CW2.9, CW3.12,
CD4.5, CD4.6,
CD4.7, CD4.31,
CD4.19, CD4.20,
CD4.37, CD4.40,
CL3.K14.P6,
CL3.K14.P6,
CL2.K13.P6,
Elaborasi c. elaborasi dalam
memperkarya dan
mengembangkan
media pembelajaran.
CW2.13, CW3.9,
CW3.12, CWKS.3,
CWKS.9, CWKS.9,
CD4.38, CD4.40,
CD4.44, CD4.41,
CD4.42, CD4.26,
CD4.21,
CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8,
CL3.K17.P8,
CL4.K5.P3,
CL4.K11.P6,
d. elaborasi dalam
memperinci detail-
detail suasana kelas
dengan media yang
dibuat sehingga lebih
CWKS.10, CW1.10,
CW2.10, CW3.10,
CW3.18, CW2.18,
CD4.52, CD4.45,
CD4.46, CD4.47,
16
menarik CD4.48, CD4.49,
CD4.50, CD4,51,
CL4.K20.P8,
CL3.K23.P10.
Orisinalitas c. Orisinalitas dalam
menciptakan media
yang baru dan unik
CW1.9, CW2.9,
CW3.12, CW3.14,
CW3.6, CD4.33,
CD4.40, CD4.41,
CD4.21, CD4.22,
CL2.K13.P6,
CL3.K15.P7,
CL3.K16.P8,
CL4.K11.P6,
CL4.K21.P6,
CL4.K13.P6.
d. Orisinalitas dalam
menciptakan media
yang tidak biasa.
CWKS.11,
CWKS.12,
CWKS.13, CW2.12,
CW3.12, CW3.15,
CW3.14, CD4.25,
CD4.36, CD4.39,
CD4.56, CD4.57,
CD4.55, CD4.15,
CD4.11, CD4.63,
CD4.62, CD4.64,
CD4.60, CL4.K3.P1,
CL4.K3.P2,
17
Catatan Dokumentasi Penelitian
Foto saat wawancara (foto-foto Informan)
Gambar 1. Aini Rohmah S.Pd
(Kepala Sekolah)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti
(CD4.1)
Gambar 2. Dewi Inda Lestari S.Pd
(Guru Kelas B1)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti
(CD4.2)
Gambar 3. Lina Khoiriyah S.Pd
(Guru Kelas B2)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti
(CD4.3)
Gambar 4. Lilis Iswanti S.Pd
(Guru Kelas B3)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti
(CD4.4)
18
Foto Observasi (Media Pembelajaran)
CD4.5 CD4.6
CD4.7 CD4.8
CD4.9
CD4.10
19
CD4.11 CD4.12
CD4.13 CD4.14
CD4.15 CD4.16
CD4.17 CD4.18
20
Foto Observasi (Kegiatan Belajar B1)
CD4.19 CD4.20
CD4.21 CD4.22
CD4.23 CD4.24
21
CD4.25 CD4.26
CD4.27 CD4.28
CD4.29 CD4.30
22
Foto Observasi (Kegiatan Belajar B2)
CD4.31 CD4. 32
CD4.33 CD4. 34
CD4.35 CD4.36
23
Foto Observasi (Kegiatan Belajar B3)
CD4.37 CD4.38
CD4.38 CD4.39
CD4.40 CD4.41
24
Foto Observasi (Ruangan Kelas)
CD4.42 CD4.43
CD4.44 CD4.45
CD4.46 CD4.47
25
CD4.48 CD4.49
CD4.50 CD4.51
CD4.52 CD4.53
26
Foto Observasi (Kegiatan Guru)
CD4.58 CD4.59
CD4.60
CD4.54 CD4.55
CD4.56 CD4.57
27
CD4.61 CD4.62
CD4.63 CD4.64
28
Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Wawancara Untuk Kepala Sekolah
Nama sekolah : TKIT Raudhatul Jannah
Alamat Sekolah : Jl. Nurul Aini, S. Gatam Gugunung
Banjarwangi, Ciawi-Bogor
Nama Kepala Sekolah : Aini Rohmah S.Pd
Hari/ Tanggal : Senin, 4 Agustus 2018
No Pertanyaan Penelitian Jawaban Kode
1 Apa tanggapan kepala sekolah
tentang kreativitas guru?
Kalau disini lebih sering diangkat
kreativitas utk melatih guru dan juga
ke anak dan lebih mencari bahan dari
internet seperti itu.
Cwks1
2 Bagaimana kreativitas guru di TK
ini?
Kalau kreativitas guru, kalau untuk
pembelajaran harus sering ikut
pelatihan dan banyak belajar
lagi.kalau dilihat dari guru kreatif
memang ibu dewi adalah sosok guru
kreatif dari keseluruhan guru di sini.
Cwks2
3 Usaha apa yang dilaksanakan
untuk mengembangkan kreativitas
guru?
Dari saya lebih dikembangkan apa yg
mereka punya, selain masukan-
masukan pastinya kita harus
menyediakan alat yg guru butuhkan.
Cwks3
4 Bagaimana guru menghasilkan
berbagai ide dalam memecahkan
masalah terhadap media AUD
yang ada?
Setiap guru mempunyai ide yang
beragam, maka dari itu guru disini
saling berbagi pengetahuan tentang
proses pembelajaran seperti
Cwks4
29
memecahkan masalah terhadap
media AUD di sini. Apalagi ada satu
guru yang mempunyai pengalaman
yaitu Ibu Dewi.
5 Bagaimana guru dalam
memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD?
Karena fasilitas disini kurang
memadai, maka guru di sini
memberikan alternatif terhadap
pengembangan media pembelajaran,
yaitu dengan menggunakan media
yang ada di lingkungan sekitar.
Cwks5
6 Apa saja kendala yang dihadapi
sekolah dalam mengembangkan
media pembelajaran?
yang paling utamanya sih yaitu
fasilitas media yang kurang
memadai, dan hanya ada satu guru
saja yang mempunyai banyak ide
dalam mengembangkan media
pembelajan yaitu Ibu Dewi
Cwks6
7 Bagaimana solusi untuk mengatasi
kendala tersebut?
Menggunakan media yang ada
dilingkungan sekitar, menggunakan
bahan-bahan bekas yang ada di
sekolah.
Cwks7
8 Apa saja bahan-bahan yang
digunakan dalam mengembangkan
media pembelajaran?
bahan-bahan yang digunakan itu
tergantung tema, guru menggunakan
bahan bekas maupun bahan baru
yang ada di sekolah atau kita bisa
menggunakan tekhnologi internet.
Cwks8
9 Bagaimana cara guru
mengembangkan media
pembelajaran?
Kalau mengembangkan, pertama
harus sesuai dengan tema
pembelajaran. Apa yang temanya
diangakat maka media-media itu yg
harus disiapkan kemudian diberikan
Cwks9
30
ke anak.
10 Bagaimana cara guru
memanfaatkan media yang telah
dikembangkan?
Agar media yang dibuat itu tidak
terbuang sia-sia, maka guru disini
menempelkan seluruh hasil karya
anak dan guru didiniding dengan
tujuan agar anak bisa termotivasi dan
bisa dijadikan media pembelajaran
kembali.
Cwks10
11 Apa saja media menarik yang
dibuat oleh guru?
Banyak sekali yah media yang sudah
dibuat, bisa dilihat saja didinding
kelas
Cwks11
12 Bagaimana guru menciptakan
media tersebut?
Biasanya kita membuat prakarya
kepada anak, agar anak lebih tertarik
mengikuti proses pembelajaran di
kelas.
Cwks12
13 Bagaimana prestasi guru di TK
ini?
Kalau di sini yang berprestasi hanya
ada satu guru saja yang sejauh
terlihat yaitu ibu Dewi yang
mempunyai prestasi dalam
pengembangan media pembelajaran
serta ibu Dewi sekarang menjadi
instruktur nasional di PKB.
Cwks13
14 Bagaimana kondisi media
pembelajaran di sekolah tk ini?
Kondisi media kalau APE dalam tiap
tahun ganti, jadi kita pilih-pilih mana
yang sudah rusak.
Cwks14
31
Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Wawancara Untuk Guru
Nama sekolah : TKIT Raudhatul Jannah
Alamat Sekolah : Jl. Nurul Aini, S. Gatam Gugunung Banjarwangi,
Ciawi-Bogor
Nama Guru Kelas : Lina Khoiriyah S.Pd
Hari/ Tanggal : Senin, 30 Juli 2018
No Pertanyaan Penelitian Jawaban Kode
1 menurut bapak/ibu sendiri arti
dari kreatif itu seperti apa?
Kreatif itu berbuat berbeda dengan
yang lain, jdi kalau kita dikasih
contoh seperti ini, maka dia akan
berbeda dengan apa yang dicontohkan
dan berbeda dengan teman-temannya.
Cw1.1
2 Apakah latar belakang
pendidikan yang bapak/ibu
tempuh?
S1 PAUD Cw1.2
3 Bagaimana ibu menghasilkan
berbagai ide dalam memecahkan
masalah terhadap media AUD
yang ada?
Biasanya saya dengan guru lain
berbagi ide atau sharing dalam
memecahkan masalah tentang media
AUD yang ada di sekolah ini.
Terlebih lagi sharing dengan guru
yang lebih berpengalaman di sekolah
ini seperti Ibu Dewi.
Cw1.3
4 Bagaimana guru dalam
memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD?
alternatifnya sih kita guru-guru dalam
mengembangkan media tidak
menggunakan bahan yang macam-
macam ya, cukup menggunakan
media yang ada di lingkungan sekolah
Cw1.4
32
5 Apa saja kendala yang
dihadapi/faktor penghambat
kreativitas guru dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
Kendalanya ya pintar-pintar kita,
kalau media yang dibutuhkan mahal
dan tidak ada di lingkungan sekolah,
kita jarang menggunanak. Akhirnya
itu kesulitan untuk kita, jadi kita tidak
siap.
Cw1.5
6 Bagaimana usaha yang
dilaksanakan untuk mengatasi
kendala tersebut?
Kita siasati dengan media yang ada di
lingkungan kita, misalnya jika tema
kita tanaman makan kita gunakan
pohon yang ada, buah yang ada. Kalau
di lingkungan di TK ini tidak ada kita
bisa pergi ke lingkungan SD, yang
kebetulan ada juga tanaman.
Pembelajaran juga bisa real karena
bisa kita pakai.
Cw1.6
7 Apa saja faktor pendukung
kreativitas ibu dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
Sekolah selalu mendukung apa yang
dibutuhkan guru.
Cw1.7
8 Apa saja bahan-bahan yang
digunakan dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
Biasanya menggunakan bahan yang
ada di lingkungan sekolah, seperti
tumbuh-tumbuhan, batu, tanah, pasir,
air, dan lain-lain.
Cw1.8
9 Bagaimana cara ibu
mengembangkan media
pembelajaran?
Kita biasanya selalu dari buku dari
sekolah, lalu kita browsing agar lebih
bervariasi.
Cw1.9
10 Bagaimana cara ibu
memanfaatkan media yang telah
dikembangkan?
Media yang telah dibuat biasanya
digunakan untuk bahan ajar. Setelah
itu media yang telah dibuat
ditempelkan didinding kelas agar kelas
lebih menarik dan bisa dijadikan
Cw1.10
33
pengetahuan bagi anak.
11 bagaimana langkah-langkah
pembelajaran yang anda
lakukan?
Sesuai dengan RPPH Biasanya diawali
dengan pembukaan, latihan fisik
motoric kasar, dikelas kita
pembukaan , hafalan bahas tentang
tema, lalu masuk ke kegiatan inti, lalu
istirahat , terakhir penenagan,
kebetulan penenagan hari ini yaitu
bercerita hari ini cerita, dan setiap
harinya berbeda.
Cw1.11
12 Bagaimana cara ibu membuat
media pembelajaran?
Kita membuat nya bersama-sama,
Bertukar fikiran bersama dengan guru
lain.
Cw1.12
13 Media apa yang sering ibu pakai
dalam proses belajar mengajar?
Media gambar (visual), media nyata.
Gambar real yg bisa dirasakan yg ada
di sekolah.
Cw1.13
14 Adakah prestasi yang pernah ibu
dapatkan selama mengajar di TK
ini?
tidak ada Cw1.14
15 Adakah Pelatihan yang pernah
ibu ikuti dalam mengambangkan
media?
Untuk pelatihan saya pernah
mengikuti latihan tentang LABATA
yaitu latihan baca tulis dan mengenal
huruf.
Cw1.15
16 Berapa jumlah peserta didik yang
belajar di kelas ibu saat ini?
Ada 20 anak yang terdiri dari anak
laki-laki sebanyak 11 anak dan anak
perempuan terdiri dari 9 anak.
Cw1.16
17 Bagaimana keadaan peserta didik
di kelas ini?
Luar biasa yah, Karena kebetulan anak
disini dari anak TK A yang
meneruskan di sini, jadi mereka sudah
tau kondisi, situasi, mengenal guru,
sekolah, sudah terbiasa, sudah gak
Cw1.17
34
malu-malu, tetapi kalau dikelas itu
harus banyak diingatkan kembali.
18 Bagaimana hasil yang dicapai
dengan adanya kreativitas guru
dalam mengembangkan media
pembelajaran terhadap proses
pembelajaran?
Alhamdulillah ada beberapa anak yang
akhirnya mengerti, kadang anak
bercerita ke mamahnya dan ada juga
yang dipraktekan gitu di rumahnya.
Cw1.18
35
Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Wawancara Untuk Guru
Nama sekolah : TKIT Raudhatul Jannah
Alamat Sekolah : Jl. Nurul Aini, S. Gatam Gugunung Banjarwangi,
Ciawi-Bogor
Nama Guru Kelas : Lilis Irwanti S.Pd
Hari/ Tanggal : Kamis, 2 Agustus 2018
No Pertanyaan Penelitian Jawaban Kode
1 menurut bapak/ibu sendiri arti
dari kreatif itu seperti apa?
Kreatif itu menciptakan sesuatu / hal
yang baru berupa media dan lain
sebagainya.
Cw2.1
2 Apakah latar belakang
pendidikan yang bapak/ibu
tempuh?
S1 PAUD Cw2.2
3 Bagaimana ibu menghasilkan
berbagai ide dalam memecahkan
masalah terhadap media AUD
yang ada?
ide bisa datang dari mana saja ya,
biasanya sih ide bisa kita temui
dengan teman sejawat, lingkungan
sekolah, dengan sering mengikuti
pelatihan, mapun dari sekolah lain,
biasanya kita selalu sharing, berbagi
ilmu khususnya dalam masalah media
Cw2.3
4 Bagaimana guru dalam
memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD?
Dalam memberikan alternatif yang
mudah dalam mengembangkan media,
biasanya kita menggunakan media
yang ada dilingkungan sekitar.
Cw2.4
5 Apa saja kendala yang
dihadapi/faktor penghambat
kreativitas guru dalam
Salah satu faktor yang benar-benar
menjadi kendala yaitu diri saya sendiri
yang merasa kurang kreatif. Dan kalau
Cw2.5
36
mengembangkan media
pembelajaran?
saya membuat media kreatif itu pun
bukan dari diri saya tapi karena
dikasih tau temen serta belum pernah
ikut pelatihan juga.
6 Bagaimana usaha yang
dilaksanakan untuk mengatasi
kendala tersebut?
Lebih banyak berdiskusi dengan guru
lain dan lebih banyak mengikuti
pelatihan tentang kreativitas dan
media pembelajaran.
Cw2.6
7 Apa saja faktor pendukung
kreativitas ibu dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
Faktor utama tentunya Teman
sejawad, karena kita sharing dengan
guru-guru, setelah sharing biasanya
kita searching di internet dan kadang
bertanya dengan guru di sekolah lain.
Cw2.7
8 Apa saja bahan-bahan yang
digunakan dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
Menggunakan bahan yang ada di
lingkungan sekitar, bahan-bahan
bekas, atau kita mencari di internet
Cw2.8
9 Bagaimana cara ibu
mengembangkan media
pembelajaran?
Media ini seperti yang saya bilang
tergantung dari tema . biasanya kita
mengguanakn gambar atau kita bisa
membuat sendiri dari barang2 bekas
Cw2.9
10 Bagaimana cara ibu
memanfaatkan media yang telah
dikembangkan?
Dengan menempelkannya di ruangan
kelas agar kelas lebih menarikdan bisa
dijadikan media pembelajaran bagi
anak.
Cw2.10
11 bagaimana langkah-langkah
pembelajaran yang anda
lakukan?
Sama dengan kelas lainnya karena
sudah ada peraturannya, jadi awal
senin baris, ikrar, fisik motori kasar,
setelah selesai kita masuk ke kelas,
dikelas ada kegiatan circle time disitu
ada doa pembuka, bernyanyi, terus ada
Cw2.11
37
pengenalan hari, tema, setelah itu ada
hafalan-hafalan juga yaitu hafalan
hadist, hafalan doa, asmaul husna dan
lain-lain. Setelah selesai masuk
kegiatan inti, disitu ada tiga kegiatan
yang dibagi tiga kelompok, setelah
kegiatan ini selesi jam 10 kita istirahat
makan lalu istirahat di luar sampai jam
11 setelah itu ada kegiatan penenagan.
Kegiatan penenagan itu berbeda2,
yaitu hari senin ada kegiatan
angklung, selasa becerita, rabu
mewarnai, kamis ada menari, . setelah
selesai kegiatan penenagan ada
penutupan, di penutupan itu ada
evaluasi, ada menanyakan perasaan
anak hari ini lalu mengulas kegiatan
apa yg sudah dilakukan dan kegiatan
apa untuk esok hari.
12 Bagaimana cara ibu membuat
media pembelajaran?
Membuat dengan media/benda nyata
atau gambar yang di print
Serta menggunakan media yg sudah
ada.
Cw2.12
13 Media apa yang sering ibu pakai
dalam proses belajar mengajar?
Biasanya kita tergantung tema, kalau
misalkan temanya yang susah
menghadirkan media nyata, kita
menggunakan media gambar, jadi kita
searching di internet, lalu kita print
nanti di tempel di papan tulis. Tapi
kalau misalkan tema nya mudah
seperti buah-buahan, sayur-sayuran
Cw2.13
38
atau binatang bisa kita hadirkan benda
nyatanya dihadirkan ke kelas.
14 Adakah prestasi yang pernah ibu
dapatkan selama mengajar di TK
ini?
Belum ada Cw2.14
15 Adakah Pelatihan yang pernah
ibu ikuti dalam mengambangkan
media?
Untuk pelatihan tentang
mengembangkan media belum pernah.
Cw2.15
16 Berapa jumlah peserta didik yang
belajar di kelas ibu saat ini?
Ada 19 anak yang terdiri dari anak
laki-laki sebanyak 12 anak dan anak
perempuan terdiri dari 7 anak.
Cw2.16
17 Bagaimana keadaan peserta didik
di kelas ini?
Alhamdulillah Sholih, hanya saja
mungkin ada anak yang tidak bisa
diam, ngomong berisik itu mungkin
sudah biasa ya. Yang lainnya
Alahmdullah sholih. Kebetulan disini
ada anak spesial atau berkebutuhan
khusus, jadi disini ada guru bantunya
juga.
Cw2.17
18 Bagaimana hasil yang dicapai
dengan adanya kreativitas guru
dalam mengembangkan media
pembelajaran terhadap proses
pembelajaran?
Alhamdulilalh proses pembelajaran
berjalan dengan lancar terus ke anak2
juga bisa menangkap apa yg kita
maksud. Dan juga anak merasa senang
karena hasil karya nya dapat ditempel
di dinding kelas.
Cw2.18
39
Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Wawancara Untuk Guru
Nama sekolah : TKIT Raudhatul Jannah
Alamat Sekolah : Jl. Nurul Aini, S. Gatam Gugunung Banjarwangi,
Ciawi-Bogor
Nama Guru Kelas : Dewi Inda Lestari S.Pd
Hari/ Tanggal : Jum’at 3 Agustus 2018
No Pertanyaan Penelitian Jawaban Kode
1 menurut bapak/ibu sendiri arti
dari kreatif itu seperti apa?
Kreatif itu menciptakan gagasan baru
untuk menentukan solusi atau untuk
memecahkan masalah baik berupa
tindakan ataupun fikiran.
Cw3.1
2 Apakah latar belakang
pendidikan yang bapak/ibu
tempuh?
S1 PAUD Cw3.2
3 Bagaimana ibu menghasilkan
berbagai ide dalam memecahkan
masalah terhadap media AUD
yang ada?
Sering bertukar informasi dengan
teman sejawad, dengan guru lain, ikut
pelatihan, dan banyak mengikuti
komunitas.
Cw3.3
4 Bagaimana guru dalam
memberikan alternatif cara
pengembangan media AUD?
Alternatif yang diberikan dalam
mengembangkan media pembelajaran
yaitu dengan menggunakan media
yang ada di lingkungan sekitar,
menggunakan bahan-bahan yang
sudah tidak terpakai mapun dengan
yang baru.
Cw3.4
5 Apa saja kendala yang
dihadapi/faktor penghambat
Fasilitas, karena ketika kita punya
keinginan untuk membuat hasil karya
Cw3.5
40
kreativitas guru dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
anak, tetapi bahan-bahannya harus
membeli dan kita kurang mengajukan
kepada pihak sekolah.
6 Bagaimana usaha yang
dilaksanakan untuk mengatasi
kendala tersebut?
Berupaya mengajukan kepada pihak
sekolah apabila tidak mampu guru
tidak memaksakan dan menggunakan
media yang ada di sekitar lingkungan
sekolah.
Cw3.6
7 Apa saja faktor pendukung
kreativitas ibu dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
Teman sejawad, tekhnologi internet,
buku-buku bacaan, dan sering ikut
komunitas atau pelatihan.
Cw3.7
8 Apa saja bahan-bahan yang
digunakan dalam
mengembangkan media
pembelajaran?
bahan yang digunakan yaitu bahan
yang bisa didapatkan di lingkungan
sekolah seperti tumbuh-tumbuhan,
buah-buahan, air, rumput, tanah, pasir,
rumput, kardur, yang tidak perlu dibeli
dengan harga yang mahal.
Cw3.8
9 Bagaimana cara ibu
mengembangkan media
pembelajaran?
Kalau untuk diri saya cara
mengembangkannya dengan cari di
internet, terkadang share dengan
teman-teman. Biasanya untuk
membantu itu menggunakan
tekhnologi seperti laptop atau
pengeras suara agar anak lebih tertarik
saja.
Cw3.9
10 Bagaimana cara ibu
memanfaatkan media yang telah
dikembangkan?
Media yang sudah digunakan
dimanfaatkan dengan cara ditempel di
dinding kelas, agar anak-anak
termotivasi ketika hasil karyanya di
Cw3.10
41
tempel di dinding.
11 bagaimana langkah-langkah
pembelajaran yang anda
lakukan?
Sesuai dengan RPPH
Terdapat kegiatan pembukaan,
kegiataan inti dan penutup. Sama
dengan kelas lainnya.
Cw3.11
12 Bagaimana cara ibu membuat
media pembelajaran?
Banyak sekali bisa dari bahan bekas
maupun dari bahan baru untuk kita
pakai. Tapi diusahakan yang ada
dilingkungan sekitar. Maksimalkan
dahulu yang ada di sekitar.
Cw3.12
13 Media apa yang sering ibu pakai
dalam proses belajar mengajar?
Laptop, media gambar (visual), media
nyata, media tekhnologi
Cw3.13
14 Adakah prestasi yang pernah ibu
dapatkan selama mengajar di TK
ini?
Juara 2 pembuatan alat media
pembelajaran se-kecamatan ciawi
Juara 2 tari kreasi se-kabupaten
Bogor
Juara harapan tari kreasi se-kab
bogor
Terpilih menjadi Instruktur
Nasional Kab. Bogor
Cw3.14
15 Adakah Pelatihan yang pernah
ibu ikuti dalam mengambangkan
media?
Pelatihan tentang finger painting, sains
AUD.
Cw3.15
16 Berapa jumlah peserta didik yang
belajar di kelas ibu saat ini?
Ada 20 anak yang terdiri dari anak
laki-laki sebanyak 12 anak dan anak
perempuan terdiri dari 8 anak.
Cw3.16
17 Bagaimana keadaan peserta didik
di kelas ini?
Keadaan anak disini mungkin karena
mereka merasa sudah lama di sini jadi
berbeda dengan anak yang lain. Untuk
akademik anak karena masih awal
Cw3.17
42
masuk jadi masih tahap observasi.
18 Bagaimana hasil yang dicapai
dengan adanya kreativitas guru
dalam mengembangkan media
pembelajaran terhadap proses
pembelajaran?
Hasil dari kreativitas dapat ditempel
didinding kelas untuk memotivasi
anak. Anak lebih tertarik, termotivasi,
minat belajar meningkat.
Cw3.18
43
Catatan Lapangan I
Hari/ Tanggal : Selasa, 24 Juli 2018
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data : Kepala Sekolah
Hari ini sekitar pukul 11.00 WIB saya datang ke TK Raudhatul Jannah
Bogor disambut dengan suasana sekolah disekitar pegunungan yang indah dan
sejuk, serta keriangan dari anak-anak sekolah yang telah selesai mengikuti
pembelajaran di kelas, ada yang pulang dijemput oleh orang tuanya ada juga yang
menunggu orang tuanya menjemput sambil bermain di area taman bermain
(CL1,K1,P1). Siang ini saya datang ke sekolah dengan maksud menyerahkan
surat izin penelitian yang sebelumnya sudah meminta izin kepada kepala sekolah
untuk bertemu beliau melalui pesan singkat seluler (CL1,K2,P1).
Saya bertemu dengan Ibu Aini selaku Kepala Sekolah TK Raudhatul
Jannah Bogor, saya mengungkapkan tujuan saya untuk melaksanakan penelitian
dalam rangka memenuhi tugas akhir studi program sarjana/strata satu (S1) yaitu
membuat skripsi hasil penelitian (CL1,K3,P2). Setelah itu saya memohon bantuan
dari kepala sekolah agar bisa bekerjasama dalam proses penelitian tersebut
(CL1,K4,P2).
Setelah itu saya bermaksud mengadakan perjanjian kepada kepala sekolah
untuk dimintai informasi melalui wawancara ketika kepala sekolah mempunyai
waktu luang (CL1,K5,P3). Serta meminta izin untuk melakukan penelitian
terhadap guru-guru dan bertemu untuk melakukan wawancara kepada guru-guru
kelas B kapan bersedia untuk dimintai informasi, serta mendokumentasi hal-hal
terkait penelitian (CL1,K6,P3).
Setelah saya menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya disambut
dengan baik dan surat tersebut diterima oleh Ibu Aini selaku kepala sekolah, dan
beliau segera memberi jadwal kepada saya agar bisa melakukan wawancara
dengan beliau, beliau mempersilahkan saya terlebih dahulu untuk melakukan
44
pengambilan data terkait penelitian kepada guru TK B, beliau memberi waktu
untuk diwawancarai ketika saya selesai melakukan penelitian dan wawancara
terhadap guru di TK Raudhatul Jannah Bogor (CL1,K7,P3). Setelah itu saya
mohon ijin untuk pulang dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
terkait penelitian (CL1,K8,P3).
45
Catatan Lapangan II
Hari/ Tanggal : Senin, 30 Juli 2018
Waktu : 07. 30 – 12.00
Tempat : Ruang Kelas B2
Sumber Data : Guru Kelas B2 (Ibu Lina Khoiriyah S.Pd)
Pagi itu sekitar pukul 07.15 WIB saya tiba di TK Raudhatul Jannah Bogor
dan langsung menuju ruang kepala sekolah untuk meminta ijin masuk ke ruang
kelas, dan ternyata ibu kepala sekolah sudah menunggu kedatangan saya
(CL2,K1,P1). Tidak menunggu waktu lama, saya langsung diantar ke ruang kelas
B2 dan diperkenalkan kepada guru kelas tersebut yang bernama ibu Lina
Khoiriyah yang lebih akrab dipanggil ibu Lina, serta menyampaikan maksud dan
tujuan penelitian terkait (CL2,K2,P1).
Setelah diantar ke ruang kelas, ibu kepala sekolah langsung meninggalkan
ruang kelas B2 karena ada kepentingan lain, lalu saya meminta ijin kembali
kepada ibu Lina untuk melakukan penelitian di kelas nya tersebut serta meminta
waktu luang ibu Lina untuk melakukan wawancara terkait penelitian
(CL2,K3,P2). Ibu Lina menyambut dengan senang hati dan mempersilahkan saya
untuk melakukan penelitian di kelas B2, dan ibu lina memberikan waktu luangnya
untuk di wawancara setelah proses pembelajaran selesai (CL2,K4,P2).
Proses pembelajaran dimulai pukul 07.30, sebelum pembelajaran dimulai
anak-anak satu per satu membaca iqra kepada ibu Lina, ketika waktu sudah
menunjukan pukul 07.30 WIB bel pun berbunyi tanda pembelajaran dimulai
(CL2,K5,P3). Pada hari senin biasanya anak-anak mengawali pembelajaran
dengan melakukan senam pagi di lapangan yang di pimpin oleh guru, guru
tersebut mendapat giliran untuk memimpin senam pagi setiap minggu nya
(CL2,K6,P3). Setelah melakukan senam anak-anak kembali ke kelasnya masing-
masing untuk melaksanakan pembelajaran (CL2,K7,P3).
Setelah masuk kelas murid-murid langsung duduk membuat lingkaran, Ibu
Lina memulai pembelajaran dengan menayakan kabar kepada murid-murid yang
46
ada di kelas tersebut serta menanyakan kesiapan murid-muridnya untuk belajar
dengan ramah serta dengan bercanda untuk mencairkan suasana kelas sehingga
suasana kelas menjadi lebih menyenangkan(CL2,K8,P4). Kemudian Ibu Lina
bertanya kepada anak-anak siapa pemimpin kelas hari ini karena sudah mendapat
gilirannya masing-masing, lalu salah seorang murid mengacungkan tangannya
bahwa dialah pemimpin hari ini (CL2,K9,P4). Lalu salah seorang murid yang
bernama Hafidz Naufal Wiratama yang lebih akrab dipanggil Hafidz memimpin
belajar dengan di kelas B2 dengan diawali dengan membaca doa sebelum belajar,
membaca surat2 pendek, membaca hadist-hadist pilihan, membaca Asmaul Husna
serta bernyanyi bersama agar anak-anak semangat untuk belajar (CL2,K10,P4).
Proses pembelajaran di kelas B2 pada hari Senin, 30 Juli 2018
menggunakan kurikulum 2013, dengan tema panca indra dan sub tema nya yaitu
tentang lidah (CL2,K11,P5). Ibu Lina menjelaskan tentang fungsi lidah, macam-
macam rasa yang bisa dirasakan lidah menggunakan media gambar, lalu ibu Lina
menanyakan apa saja macam-macam rasa dan makanan apa saja yang rasanya
manis, asin, pahit, pedas, masam serta siapa saja murid yang menyukai rasa
manis, asin, pahit, pedas, masam. Kemudian Ibu Lina mencontohkan membuat
prakarya cara membuat mulut serta lidah nya dengan bahan-bahan yang sudah
disediakan yaitu dari kertas warna, stik es krim, dan lem. (CL2,K12,P5)”.
Setelah menjelaskan tentang fungsi lidah dan sebagainya ibu Lina
membagi murid ke dalam tiga kegiatan , yang pertama yaitu kegiatan belajar
menulis huruf A melalui media buku, yang kedua yaitu kegiatan membuat pra
karya bentuk mulut serta lidah nya menggunakan bahan dari kertas warna, stik es
krim, dan lem seperti yang dicontohkan oleh ibu lina sebelumnya, yang ketiga
yaitu kegiatan belajar membedakan macam-macam rasa dari kopi, gula, garam,
saus (CL2,K13,P6). Kegiatan belajar tersebut semua murid harus melakukannya
secara bergantian apabila anak telah selesai mengerjakan kegiatan pertama anak
bisa berganti ke kegiatan kedua, begitupun dengan selanjutnya sampai semua
kegiatan diikuti, kegiatan ini selesai pada pukul 10.00 WIB dan dilanjut dengan
kegiatan makan (CL2,K14,P6).
47
Sebelum kegiatan makan dimulai, ibu Lina memerintahkan untuk mencuci
tangan terlebih dahulu, setelah mencuci tangan ibu Lina memanggil Hafidz untuk
memimpin doa sebelum makan (CL2,K15,P7). Setelah selesai makan Hafidz
kembali memimpin teman-temannya untuk berdoa setelaah makan lalu mencuci
tangan dan menggosok gigi bersama (CL2,K16,P7). Kemudian ibu Lina
mempersilahkan anak-anak untuk bermain di lapangan sampai pukul 10.30,
setelah istirahat anak-anak kembali ke dalam kelas untuk bersiap-siap pulang,
sebelum pulang anak-anak merapikan meja dan merapikan alat belajar nya ke
dalam tas, setelah itu anak-anak kembali duduk melingkar diatas karpet bersama
ibu Lina (CL2,K17,P7). Sebelum membaca doa pulang, ibu Lina mengevaluasi
anak-anak tentang pembelajaran hari ini, apa saja yang didapatkan hari ini,
bagaimana perasaan anak-anak hari ini, setelah selesai mengevaluasi anak-anak
ibu Lina mempersilahkan Hafidz untuk memimpin doa setelah belajar dan doa
pulang, lalu ibu Lina mengumumkan pemimpin berikutnya untuk kegiatan belajar
esok hari (CL2,K18,P7).
Siang itu pukul 11.00 WIB sambil menunggu ibu Lina yang tengah
mengantarkan anak-anak ke depan pintu, saya mempersiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan pada waktu wawancara dengan ibu Lina (CL2,K19,P8). Setelah
ibu Lina kembali ke dalam kelas kemudian saya langsung meminta ijin kembali
untuk melakukan wawancara terkait dengan judul yang saya teliti, ibu Lina ini
menyambut saya dengan hangat dan ramah sehingga saya dapat melakukan
penelitian dan wawancara dengan lancar (CL2,K20,P9). Dari pertemuan ini saya
mendapat banyak informasi mengenai kreativitas guru dalam mengembangkan
media pembelajaran (CL2,K21,P10). Setelah itu saya mohon ijin kepada ibu Lina
dan kepala sekolah untuk pulang dan mempersiapkan kembali untuk penelitian
selajutnya (CL2,K22,P11).
48
Catatan lapangan III
Hari/ Tanggal : Selasa, 31 Juli 2018
Waktu : 07.30-11.30
Tempat : Ruang Kelas B3
Sumber Data : Guru Kelas B3 (Ibu Iis Irwanti S.Pd)
Pagi itu pukul 07.15 ketika saya sudah sampai di TK Raudhatul Jannah
Bogor untuk melakukan penelitian terkait judul serta wawancara dengan
responden berikutnya, saya bertemu dengan kepala sekolah dan langsung diantar
ke ruang kelas B3 untuk dikenalkan kepada guru kelas B3 yang bernama ibu Lilis
Irwanti yang lebih akrab dipanggil ibu Iis, serta menyampaikan maksud dan
tujuan penelitian terkait (CL3,K1,P1). Setelah saya menyampaikan maksud dan
tujuan kedatangan saya, saya disambut dengan baik dan hangat oleh ibu Iis dan
ibu Iis mempersilahkan saya untuk melakukan pengambilan data terkait penelitian
di kelas B3, ibu Iis memberi waktu untuk diwawancarai pada hari kamis 2
Agustus 2018 setelah ibu Iis selesai mengajar, dikarenakan setiap hari selasa
proses pembelajaran dilakukan sedikit lama dari pemebelajaran biasanya karena
dilakukan di luar kelas (CL3,K2,P1).
Setiap hari Selasa sekolah ini selalu mengadakan pembelajaran diluar
kelas dengan menggunakan media yang ada di lingungan sekolah, hal ini
dilakukan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dan membuat
pembelajaran lebih menyenangkan (CL3,K3,P2). Selasa 31 Juli 2018 kedatangan
saya hanya melakukan penelitian saja tidak untuk melakukan wawancara dengan
ibu Iis karena ibu Iis sudah memberi waktunya nya untuk wawancara pada hari
kamis 2 Agustus (CL3,K4,P2).
Proses pembelajaran dimulai pukul 07.30, sebelum pembelajaran dimulai
anak-anak satu per satu membaca iqra kepada ibu Iis, ketika waktu sudah
menunjukan pukul 07.30 WIB bel pun berbunyi tanda pemebelajaran dimulai
(CL3,K5,P3). Pada hari selasa biasanya anak-anak mengawali pembelajaran
dengan melakukan sholat duhha bersama di kelas masing-masing yang di bimbing
49
oleh guru kelas, (CL3,K6,P3). Setelah melaksanakan sholat duhha bersama anak-
anak langsung pergi ke lapangan bergabung dengan kelas lainnya untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran (CL3,K7,P3).
Setelah semua murid berkumpul di lapangan semuanya langsung duduk di
atas terpal yang sudah disediakan dan duduk berbaris sesuai kelasnya masing-
masing (CL3,K8,P4). Ibu Iis beserta rekan nya yaitu ibu Lina memimpin kegiatan
hari ini dengan memulai pembelajaran dengan menayakan kabar kepada murid-
murid yang ada di lapangan tersebut serta menanyakan kesiapan murid-muridnya
untuk belajar dengan ramah serta dengan bercanda untuk mencairkan suasana
kelas sehingga suasana kelas menjadi lebih menyenangkan(CL3,K9,P4).
Kemudian ibu Iis bertanya kepada anak-anak siapa pemimpin kelas hari
ini karena sudah mendapat gilirannya masing-masing, lalu setiap perwakilan kelas
maju ke depan untuk memimpin teman-temannya berdoa (CL3,K10,P4). Setiap
yang memimpin doa mengawali dengan membaca doa sebelum belajar, membaca
surat2 pendek, membaca hadist-hadist pilihan, membaca Asmaul Husna serta
bernyanyi bersama agar anak-anak semangat untuk belajar (CL3,K11,P4).
Proses pembelajaran pagi ini pada hari selasa 31 Juli 2018 menggunakan
kurikulum 2013, dengan tema panca indra dan sub tema nya yaitu tentang kulit
atau indra peraba (CL3,K12,P5). Ibu Iis menjelaskan tentang fungsi kulit, macam-
macam rasa yang bisa dirasakan kulit, lalu ibu Iis menanyakan bagaimana rasanya
kalau kulit kita terkena air, menayakan bagaimana kalau kulit kita terkena api, dan
lain sebagainya (CL3,K13,P5).
Setelah menjelaskan tentang kulit ibu Iis dan guru lainnya membagi
kegiatan pada 4 kegiatan, kegiatan pertama yaitu menulis huruf O dengan
mengguanakan media buku, yang kedua kegiatan merasa menggunakan media
rumput, tanah, batu, potongan kardus,kain perca, dan air, yang ketiga yaitu
kegiatan finger painting mencetak kaki anak menggunakan bahan dari tisu, cat
warna merah, biru, hijau, dan kertas kosong, yang keempat yaitu kegiatan meraba
benda menggunakan media tisu, kapas, batu, kain perca, buah salak, potongan
kertas (CL3,K14,P6). Kegiatan pertama yaitu menulis huruf O yang sudah ada
dibuku, murid-murid hanya tinggal mnegikuti contohnya saja (CL3,K14,P7).
50
Kegiatan kedua dilakukan dengan cara menginjak media yang sudah di simpan
dalam kardus yang berisi rumput, tanah, batu batu kecil, potongan kardus, kain
perca dan air, semua murid harus menginjak media yang sudah ada dan
mengekspresikan apa yang dirasakan (CL3,K15,P7).
Kegiatan ketiga yaitu kegiatan finger painting yaitu dilakukan oleh
masing-masing anak dengan cara menginjakan kaki anak sesuai warna yang
disukai lalu anak mencetak telapak kaki anak ke atas kertas kosong yang sudah
disedikan masing-masing guru, setelah itu guru memberi nama pada kertas
tersebut (CL3,K16,P8). Kegiatan terakhir dilakukan di kelas masing-masing anak,
ibu Iis mengajak anak kelas B3 kembali ke kelas untuk melakukan kegiatan ke
empat yaitu kegiatan meraba benda, benda tersebut yaitu berisi tisu, kapas, batu,
kain perca, buah salak, potongan kertas yang dimasukan ke dalam kantung agar
anak tidak bisa melihat tetapi hanya bisa merasakan benda apa yang terdapat di
dalam kantung tersebut, lalu anak harus menebak apa yang mereka pegang lalu
menyebutkannya, ibu Iis memerintahkan kepada semua anak untuk duduk
melingkar lalu ibu Iis menghampiri satu per saatu anak untuk mendapat giliran
menebak (CL3,K17,P8).
Kegiatan selesai pada pukul 10.45 WIB dan dilanjut dengan kegiatan
makan, sebelum kegiatan makan dimulai, ibu Iis memerintahkan untuk mencuci
tangan terlebih dahulu, setelah mencuci tangan ibu Iis memanggil Luqman untuk
memimpin doa sebelum makan (CL3,K18,P9). Setelah selesai makan Luqman
kembali memimpin teman-temannya untuk berdoa setelah makan lalu mencuci
tangan dan menggosok gigi bersama (CL3,K19,P9). Kemudian ibu Iis
mempersilahkan anak-anak untuk bermain di lapangan sampai pukul 11.00,
setelah istirahat anak-anak kembali ke dalam kelas untuk kegiatan penenangan
yaitu bercerita menggunakan media buku cerita setelah itu anak bersiap-siap
pulang, sebelum pulang anak-anak merapikan meja dan merapikan alat belajar nya
ke dalam tas, setelah itu anak-anak kembali duduk melingkar diatas karpet
bersama ibu Iis (CL3,K20,P9). Sebelum membaca doa pulang, ibu Iis
mengevaluasi anak-anak tentang pembelajaran hari ini, apa saja yang didapatkan
hari ini, bagaimana perasaan anak-anak hari ini, setelah selesai mengevaluasi
51
anak-anak ibu Iis mempersilahkan Luqman untuk memimpin doa setelah belajar
dan doa pulang, lalu ibu Iis mengumumkan pemimpin berikutnya untuk kegiatan
belajar esok hari (CL3,K21,P9).
Siang itu pukul 11.30 WIB saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Iis
karena telah melakukan penelitian di kelas B3, hari ini saya tidak bisa
mewawancarai ibu Iis karena ibu Iis sudah menentukan waktu untuk wawancara
dengan saya (CL3,K22,P10). Sebelum pulang saya membantu Ibu Iis
menempelkan hasil karya anak yang telah dibuat hari kemarin di dinding kelas
(CL3.K23.P10). Setelah itu saya langsung meminta ijin untuk pulang untuk
pulang dan mempersiapkan kembali untuk penelitian selajutnya kepada ibu Iis dan
kepala sekolah, ibu Iis menyambut saya dengan hangat dan ramah sehingga saya
dapat melakukan penelitian dengan lancar (CL3,K24,P10). Dari pertemuan ini
saya mendapat banyak informasi mengenai kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran (CL2,K25,P10).
52
Catatan lapangan IV
Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Agustus 2018
Waktu : 07.30 – 11.00
Tempat : TK Raudhatul Jannah Bogor
Sumber Data : Guru Kelas B1 (Ibu Dewi Inda Lestari S.Pd)
Pagi itu pukul 07.15 saya sudah sampai di TK Raudhatul Jannah Bogor
untuk melakukan penelitian terkait judul serta wawancara dengan responden
berikutnya, saya bertemu dengan kepala sekolah dan langsung diantar ke ruang
kelas B1 untuk dikenalkan kepada guru kelas B1 yang bernama ibu Dewi Inda
Lestari yang lebih akrab dipanggil ibu Dewi, ternyata ibu Dewi adalah guru TK
saya waktu kecil sehingga saya tidak canggung lagi dengan ibu Dewi ini
(CL4,K1,P1). Saya menyampaikan maksud dan tujuan penelitian terkait, setelah
saya menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya, saya disambut dengan
sangat baik dan hangat oleh ibu Dewi dan ibu Dewi mempersilahkan saya untuk
melakukan pengambilan data terkait penelitian di kelas B1, namun ibu Dewi tidak
bisa melakukan wawancara setelah pulang sekolah karena ada pelatihan yang
harus dihadiri bersama kepala sekolah, ibu Dewi memberi waktu untuk
diwawancarai pada hari Jum’at 3 Agustus 2018 setelah ibu Dewi selesai mengajar
(CL4,K2,P1).
Pelatihan yang dihadiri ibu dewi merupakan pelatihan tentang media
pembelajaran yang diadakan oleh instruktur nasional pkb bogor bersama kepala
sekolah, disitu saya meminta izin untuk meminta dokumentasi pelatihan yang
akan diikuti oleh ibu dewi bersama kepala sekolah. Proses pembelajaran dimulai
pukul 07.30, sebelum pembelajaran dimulai anak-anak satu per satu membaca iqra
kepada ibu Dewi, sambil menunggu ibu Dewi mengajarkan anak-anak membaca
iqra saya membantu ibu Dewi menggunting gambar untuk proses pembelajaran,
ketika waktu sudah menunjukan pukul 07.30 WIB bel pun berbunyi tanda
pemebelajaran dimulai (CL4,K3,P2). Pada hari rabu biasanya anak-anak
53
mengawali pembelajaran dengan melakukan tes fisik motorik di lapangan yang di
pimpin oleh guru, guru tersebut mendapat giliran untuk memimpin senam pagi
setiap minggu nya kebetulan minggu ini adalah ibu Dewi sebagai pemimpinnya
(CL4,K3,P2).
Tes fisik motorik ini dilakukan untuk mengembangkan fisik motorik anak,
kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing anak dari setiap kelas secara
bergantian (CL4,K4,P3). Media yang digunakan menggunakan media yang ada
dilingkungan sekitar yaitu tali dan jepitan baju , setiap anak berlari kea rah tali
yang sudah di pasang lalu menjepit jepitan yang sudah disediakan dengan teman
kelas yang lain, lalu anak yang lain mensupport teman kelasnya masing-masing,
kegiatan ini dilakukan secara bergantian, setelah melakukan kegiatan di lapangan
anak-anak kembali ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan
selanjutnya di kelas (CL4,K5,P3).
Setelah masuk kelas murid-murid langsung duduk membuat lingkaran, Ibu
Dewi memulai pembelajaran dengan menanyakan kabar kepada murid-murid
yang ada di kelas tersebut serta menanyakan kesiapan murid-muridnya untuk
belajar dengan ramah serta dengan bercanda untuk mencairkan suasana kelas
sehingga suasana kelas menjadi lebih menyenangkan (CL4,K6,P4). Kemudian Ibu
Dewi bertanya kepada anak-anak siapa pemimpin kelas hari ini karena sudah
mendapat gilirannya masing-masing, lalu salah seorang murid mengacungkan
tangannya bahwa dialah pemimpin hari ini (CL4,K6,P4). Pembelajaran diawali
dengan membaca doa sebelum belajar, membaca surat2 pendek, membaca hadist-
hadist pilihan, membaca Asmaul Husna serta bernyanyi bersama agar anak-anak
semangat untuk belajar (CL4,K7,P4).
Proses pembelajaran di kelas B1 pada hari Rabu 1 Agustus 2018
menggunakan kurikulum 2013, dengan tema panca indra (CL4,K8,P5). Pertama
Ibu Dewi menyebutkan nama-nama hari, bulan, dan tahun dan bertanya kepada
anak hari, tanggal, bulan , dan tahun sekarang, lalu mengenalkan huruf a,i,u,e,o,
mengenalkan huruf hijaiyah serta belajar menghitung angka dari 1 sampai 10
menggunakan media papan tulis (CL4,K9,P5). Setelah itu ibu Dewi menjelaskan
tentang hal-hal yang baik untuk panca indra seperti makan sayur dan buah untuk
54
kesehatan mata dan kulit, mandi secara teratur, menggosok lidah, membersihkan
telinga dan hal buruk untuk panca seperti mendengarkan musik terlalu keras,
menonton tv terlalu dekat dan lain sebagainya dengan menggunakan media
gambar, serta mencontohkan salah seorang anak yang sakit mata akibat terlalu
sering bermain game (CL4,K10,P5).
Setelah menjelaskan ibu Dewi membagi murid ke dalam tiga kegiatan,
yang pertama yaitu kegiatan membuat prakarya yaitu membuat sikat gigi
menggunakan bahan dari stik es krim dan cotton buds atau korek kuping, lalu ibu
Dewi mencontohan cara membuatnya yaitu dengan cara menempelkan stik es
krim di atas kertas dengan lem, lalu menempelkan cotton buds atau korek kuping
di kertas sehingga membentuk seperti sikat gigi (CL4,K11,P6). Kegiatan kedua
yaitu mewarnai gambar yang jumlahnya satu, di dalam buku tersebut terdapat tiga
kolom gambar yang terdiri dari gambar yang berjumlah satu dan berjumlah dua,
anak-anak hanya diperintahkan oleh ibu Dewi mewarnai gambar yang berjumlah
satu (CL4,K12,P6). Kegiatan ketiga yaitu menempel kertas sesuai dengan kolom
yang tersedia di buku (CL4,K13,P6). Kegiatan belajar tersebut semua murid harus
melakukannya secara bergantian, apabila anak telah selesai mengerjakan kegiatan
pertama anak bisa berganti ke kegiatan kedua, begitupun dengan selanjutnya
sampai semua kegiatan diikuti, kegiatan ini selesai pada pukul 10.00 WIB dan
dilanjut dengan kegiatan makan (CL4,K14,P6).
Sebelum kegiatan makan dimulai, ibu Dewi memerintahkan untuk
mencuci tangan terlebih dahulu, setelah mencuci tangan ibu Dewi memanggil
Salsabila untuk memimpin doa sebelum makan (CL4,K15,P7). Setelah selesai
makan Salsabila kembali memimpin teman-temannya untuk berdoa setelaah
makan lalu mencuci tangan dan menggosok gigi bersama (CL4,K16,P7).
Kemudian ibu Dewi mempersilahkan anak-anak untuk bermain di lapangan
sampai pukul 10.30, setelah istirahat anak-anak kembali ke dalam kelas untuk
bersiap-siap pulang, sebelum pulang anak-anak merapikan meja dan merapikan
alat belajar nya ke dalam tas, setelah itu anak-anak kembali duduk melingkar
diatas karpet bersama ibu Dewi (CL4,K17,P7). Sebelum membaca doa pulang,
ibu Dewi mengevaluasi anak-anak tentang pembelajaran hari ini, apa saja yang
55
didapatkan hari ini, bagaimana perasaan anak-anak hari ini, setelah selesai
mengevaluasi anak-anak ibu Dewi mempersilahkan Hafidz untuk memimpin doa
setelah belajar dan doa pulang, lalu ibu Dewi mengumumkan pemimpin
berikutnya untuk kegiatan belajar esok hari (CL4,K18,P7).
Siang itu pukul 11.30 WIB saya mengucapkan terima kasih kepada ibu
Dewi karena telah melakukan penelitian di kelas B1, hari ini saya tidak bisa
mewawancarai ibu Dewi karena ibu Dewi harus segera pulang tetapi ibu Dewi
sudah menentukan waktu untuk wawancara dengan saya (CL4,K19,P8). Sebelum
pulang saya membantu ibu Dewi menempelkan hasil karya anak-anak yang telah
dibuat tadi, setelah itu saya langsung meminta ijin untuk pulang dan
mempersiapkan kembali untuk bertemu dengan responden yang belum saya
wawancara selajutnya kepada ibu Dewi dan kepala sekolah, ibu Dewi menyambut
saya dengan hangat dan ramah sehingga saya dapat melakukan penelitian dengan
lancar (CL4,K20,P8). Dari pertemuan ini saya mendapat banyak informasi
mengenai kreativitas guru dalam mengembangkan media pembelajaran
(CL2,K21,P10).
56
Catatan lapangan V
Hari/ Tanggal : Kamis, 2 Agustus 2018
Waktu : 11.00
Tempat : Kelas B3
Sumber Data : Guru Kelas B3 (Ibu Lilis Irwanti S.Pd)
Siang pukul 10.45 saya sampai di TK Raudhatul Jannah Bogor dan berniat
bertemu dengan ibu Lilis Irwanti S.Pd selaku guru kelas B3 untuk melakukan
wawancara, akan tetapi ibu Iis masih mengajar, sebelum wawancara saya dating
lebih awal guna mengambil dokumentasi yang saya butuhkan saya menunggu ibu
Iis di ruang guru (CL5,K1,P1). Setelah ibu Iis selesai mengajar baru saya
menemui beliau, kemudian saya dengan bu Iis berbincang sejenak, setelah itu
barus saya mengajukan pertanyaan kepada ibu Iis tentang judul penelitian saya
(CL5,K2,P1).
Ibu Iis ini menyambut saya dengan sangat hangat dan ramah sehingga saya
dapat melakukan wawancara dengan lancar (CL5,K3,P2). Dari pertemuan ini saya
mendapat banyak informasi mengenai kreativitas guru dalam pengembangan
media pembelajarn di sekolah ini (CL5,K4,P2).
57
Catatan lapangan VI
Hari/ Tanggal : Jum’at 3 Agustus 2018
Waktu : 11.00
Tempat : Ruang Kelas B1
Sumber Data : Guru Kelas B1 ( Ibu Dewi Inda Lestari)
Siang itu tepat pukul 11.00 saya tiba di TK Raudhatul Jannah Bogor dan
langsung menuju ruang kelas B1 untuk melakukan wawancara karena semua
murid sudah pulang, dan ternyata ibu Dewi sudah menunggu kedatangan saya
(CL6,K1,P1). Kemudian saya dengan bu Dewi berbincang sejenak, setelah itu
baru saya mengajukan pertanyaan kepada ibu Iis tentang judul penelitian saya
(CL6,K2,P1).
Setelah selesai mengajukan pertanyaan terkait judul penelitian saya, ibu
Dewi pamit dan tidak bisa lama berbincang karena harus mengikuti rapat bersama
kepala sekolah akhirnya saya sudahi (CL6,K3,P2). Ibu Dewi ini menyambut saya
dengan sangat hangat dan ramah sehingga saya dapat melakukan wawancara
dengan lancar (CL5,K3,P2). Dari pertemuan ini saya mendapat banyak informasi
mengenai kreativitas guru dalam pengembangan media pembelajarn di sekolah ini
(CL5,K4,P2).
58
Catatan lapangan VII
Hari/ Tanggal : Senin, 4 Agustus 2018
Waktu : 11.00
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data : Kepala Sekolah ( Ibu Aini Rohmah S.Pd)
Pagi itu sekitar pukul 08.00 saya tiba di TK Raudhatul Jannah Bogor dan
langsung menuju ruang kepala sekolah untuk melakukan wawancara, dan ternyata
ibu kepala sekolah sedang ada tamu sehingga saya harus menunggu beliau sekitar
satu jam di depan kantor (CL7,K1,P1). Setelah kurang lebih satu jam menunggu
kepala sekolah akhirnya saya menemui ibu kepala sekolah dan melakukan
wawancara terkait judul yang saya teliti (CL7,K2,P1).
Karena ibu Aini sudah ada janji untuk rapat dengan pihak yayasan yang
melibatkan komite sekolah untuk melakukan tinjauan, oleh karena itu wawancara
dengan ibu Aini saya sudahi (CL7,K3,P2). Pada saat wawancara ibu Aini
menginformasikan mengenai kreativitas guru yang ada di sekolah ini (C7,K4,P2).
Setelah wawancara selesai saya meminta ijin untuk berfoto sekaligus memberikan
cindramata atau kenang-kenangan kepada Ibu Aini (CL7,K5,P2). karena beliau
menyambut saya dengan baik dan hangat karena telah mengizinkan saya
melakukan penelitian sehingga saya dapat melakukan penelitian dan wawancara
dengan lancar, ibu Aini juga mengizinkan saya untuk dating kembali ke Sekolah
jika ada hal yang kurang dari penelitian saya (CL7,K6,P2). Dari pertemuan ini
saya mendapat banyak informasi terkait judul yang saya teliti (CL7,K5,P2).
59
Catatan lapangan VIII
Hari/ Tanggal : Jum’at, 10 Agustus 2018
Waktu : 09.00
Tempat : Ruang Kantor bagian TU
Sumber Data : Guru TU ( Ibu Noni)
Setelah beberapa hari saya melakukan penelitian terkait judul, pagi itu
pukul 09.00 saya satang ke TK Raudhatul Jannah dan langsung menuju kantor
bagian TU untuk pengambilan surat keterangan telah melakukan dan mengadakan
penelitian di TK Raudhatul Jannah Bogor (CL8,K1.P1).
60
61
62