KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS...

110
KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA MENGGUNAKAN KUESIONER NEI-VFQ 25 Oleh: Fatrin Patrycia Salim NPM : 131221160005 TESIS Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG 2020

Transcript of KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS...

Page 1: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS

HIDUP PENDERITA GLAUKOMA MENGGUNAKAN

KUESIONER NEI-VFQ 25

Oleh:

Fatrin Patrycia Salim

NPM : 131221160005

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis

Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

BANDUNG

2020

Page 2: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS

HIDUP PENDERITA GLAUKOMA MENGGUNAKAN

KUESIONER NEI-VFQ 25

Oleh:

Fatrin Patrycia Salim

NPM : 131221160005

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis

Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

pada tanggal seperti yang tertera

di bawah

Bandung, 13 Juli 2020

DR. Elsa Gustianty, dr., SpM(K), MKes dr. Ine Renata Musa, SpM(K)

Pembimbing I Pembimbing II

Page 3: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akdemik, baik dari Universitas Padjadjaran maupun di Perguruan Tinggi lain.

2. Karya Tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai

acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan dicantumkan dalam

daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma berlaku di perguruan

tinggi ini.

Bandung,13 Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

Materai

Rp. 6.000

Fatrin Patrycia Salim

NPM 131221160005

Page 4: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

v

ABSTRAK

ABSTRAK

Latar Belakang

Tujuan tatalaksana glaukoma tidak hanya mempertahankan fungsi visual, tetapi

juga mempertahankan kualitas hidup. Hilangnya lapang pandang pada glaukoma

mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian

lapang pandang yang tepat untuk memantau progresivitas glaukoma, sekaligus

menilai disabilitas visual yang ditimbulkan. Visual Field Index (VFI) sebagai

indeks global terbaru merupakan persentase rangkuman status lapang pandang

yang praktis serta memiliki kelebihan tidak dipengaruhi katarak dan

menitikberatkan pada lapang pandang sentral.

Tujuan

Mengetahui korelasi antara VFI dengan kualitas hidup penderita glaukoma,

menggunakan National Eye Institute Visual Function Questionnaire-25 (NEI-

VFQ-25).

Metode

Penelitian ini diikuti 72 subjek dengan glaukoma primer sudut terbuka atau sudut

tertutup pada kedua mata dan tidak memiliki gangguan lapang pandang yang

disebabkan penyakit lain selain glaukoma. Semua subyek memiliki perimetri

Humphrey SITA Standard 24-2 atau 30-2 yang reliabel, lalu dilakukan

wawancara kuesioner NEI VFQ-25 versi Bahasa Indonesia. Perhitungan korelasi

dilakukan antara VFI mata lebih baik dengan semua subskala NEI-VFQ- 25 dan

skor komposit. Analisis linear regresi sederhana dilakukan antara skor komposit

dengan VFI mata lebih baik.

Hasil

Korelasi sedang didapatkan antara VFI mata lebih baik dengan mayoritas

subskala kuesioner: kesehatan mata, penglihatan jauh dan dekat, fungsi sosial,

kesehatan mental, keterbatasan peran, dan ketergantungan terhadap orang lain.

Korelasi lemah ditemukan antara VFI dengan nyeri mata dan kesehatan umum.

Korelasi kuat ditemukan antara VFI dengan skor komposit (r=0.746, p<0.05).

Simpulan

Terdapat korelasi yang kuat antara penurunan lapang pandang berdasarkan

Visual Field Index dengan penurunan kualitas hidup penderita glaukoma

menggunakan kuesioner NEI-VFQ-25.

Kata Kunci: lapang pandang, glaukoma, Visual Field Index, kualitas hidup.

Page 5: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

vi

ABSTRACT

Introduction

Glaucoma management aims not only to maintain visual function, but also the

patients’ quality of life (QOL). A reliable visual field assessment is needed to

monitor progression of glaucoma, as well as assessing visual disability. Visual

Field Index (VFI) as the latest global index offers a practical summary of visual

field status and has the advantage of not being affected by cataract and focuses

on the central visual field.

Objective

To determine the correlation between visual field deterioration using VFI and

the QOL of glaucoma patients using National Eye Institute Visual Function

Questionnaire-25 (NEI-VFQ-25).

Method

We found 72 subjects who were diagnosed primary open or closed angle

glaucoma on both eyes and whose visual fields were unaffected by other

condition besides glaucoma. All subjects had reliable 24-2 or 30-2 visual field

test within last 6 months and had been interviewed with NEI-VFQ-25 Indonesian

version. Correlations were calculated between the better eye’s VFI and NEI-

VFQ-25 subscales. A single linear regression analysis was utilized between

composite score and the better eye’s VFI.

Results

Modest correlations were found between VFI and majority of NEI VFQ

subscales: general vision, near acuity, distance acuity, social function, mental

health, role difficulties, and dependency. Weak correlations were found between

VFI and ocular pain, and general health. Strong correlations were found

between VFI and composite scores (r=0.746).

Conclusions

A strong positive correlation was found between visual field defect as

represented by VFI and with QOL.

Keyword: visual field, glaucoma, visual field index, quality of life

Page 6: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

atas rahmat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar dokter

spesialis pada Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 (PPDS-1) Ilmu Kesehatan

Mata Universitas Padjajaran - Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Padjajaran,

Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran, Dr. med. Setiawan, dr., AIFM atas kesempatan yang telah diberikan

kepada penulis untuk menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada jajaran direksi Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Irayanti, dr., Sp.M(K), M.Kes selaku

Direktur Utama dan Dr. Feti Karfiati Memed, dr., Sp.M(K), M.Kes., selaku

Direktur Medik dan Keperawatan, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk dapat mempergunakan sarana dan prasarana di Rumah Sakit Mata

Cicendo selama proses pembelajaran.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr.

Budiman, dr., Sp.M(K), M.Kes. selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Dr. Irawati, dr., Sp.M(K), M.Kes.,

selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Page 7: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

viii

Padjajaran, dr. Nina Ratnaningsih., Sp.M(K)., M.Sc, selaku Mentor Pembimbing

Akademik, serta seluruh staf pengajar Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,

memotivasi, dan membekali ilmu pengetahuan serta pengalaman belajar yang

berharga . Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada Dr. Elsa Gustianty, dr., SpM(K)., M.Kes., selaku pembimbing I dan dr.Ine

Renata Musa, Sp.M(K), selaku pembimbing II atas segala waktu, kesabaran,

dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan dari awal penyusunan hingga

penyelesaian tesis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.

Mayang Rini, SpM(K), M.Sc., Dr. Angga Kartiwa dr. SpM(K), MKes., dan Dr.

Irawati Irfani, dr., Sp.M(K), M.Kes., yang telah memberikan waktu dan masukan

yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Ambarwati, Ibu

Mumbaryatun, Bapak Ajat Sudrajat, dan kang Ludfi selaku staf sekretariat dan

pustakawan Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran atas

segala bantuan dan dukungannya pada penulis selama masa pendidikan. Terima

kasih pula penulis sampaikan kepada seluruh staf dan karyawan Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo atas bantuan dan kerjasama yang baik selama

masa pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua responden

pasien yang dengan antusias telah meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan sejawat residen atas

segala kebersamaan yang telah dilalui selama menempuh pendidikan, teristimewa

Page 8: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

ix

untuk angkatan September 2016: Degi, Dina, Levandi, Astri, Medissa, Lohita, Kak

Mia, dan Uni Maya, terima kasih untuk semua persahabatan, kekompakan, canda

tawa dan kenangan yang membuat perjuangan selama masa pendidikan menjadi

berwarna dan menyenangkan. Semoga jalinan persahabatan ini tetap langgeng

meski telah terpisah jarak dan waktu.

Terima kasih yang tak terhingga penulis tujukan kepada kedua orang tua tercinta,

Ir.Johannes Sadariman dan Agnes Widyakusuma atas dukungan, pengorbanan yang

tulus, kasih sayang, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Terima kasih pula kepada kedua mertua Rudy Theodore dan Liliasti Lestari atas

kasih, doa dan dukungannya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada suami tercinta dr.Erwin Theodore yang dengan setia selalu

mendukung, mendoakan, dan mengiringi dengan tulus sehingga penulis dapat

meraih impian yang dicita-citakan. Ungkapan kasih sayang penulis sampaikan

kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi sukacita dan motivasi

konstan bagi penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan pada kakak dr.Darwin

Ferdinan, dan adik tersayang dr.Theresia Veronika untuk dukungan, doa, dan

celoteh yang menghibur dan memotivasi penulis dalam menempuh pendidikan.

Terima kasih dan rasa sayang penulis ucapkan kepada guru dan ibu dr.Endang

Johani SpM atas doa dan dukungan yang selalu menginspirasi dan menyemangati

penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh keluarga besar atas

perhatian, dukungan, dan doa kepada penulis.

Page 9: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

x

Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tahap pendidikan dan tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Baik membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Saudara.

Bandung, 7 Juli 2020

Penulis,

Fatrin Patrycia Salim

Page 10: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

ABSTRACT ............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 6

1.4.1 Kegunaan Ilmiah................................................................................... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis .................................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 7

2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................................... 7

2.1.1 Perimetri dalam Tatalaksana Glaukoma .............................................. 7

2.1.2 Indeks Reliabilitas Perimetri ................................................................ 11

2.1.3 Indeks Global dalam Pemantauan Progresivitas Glaukoma ................. 12

2.1.4 Kualitas Hidup ...................................................................................... 16

2.1.4.1 Manfaat Pengkajian Kualitas Hidup pada Glaukoma……… 17

Page 11: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xii

2.1.5 Instrumen Kualitas Hidup pada Penelitian Glaukoma ......................... 18

2.15.1 Kuesioner Kualitas Hidup Terkait Kesehatan ........................ 19

2.1.5.2 Kuesioner Spesifik Glaukoma ............................................... 19

2.1.5.2.1 Glaucoma Symptom Scale ...................................... 19

2.1.5.2.2 The Glaucoma Quality Of Life (GQL-15)

Questionnaire ....................................................................... 20

2.1.5.3 Kuesioner Spesifik Penglihatan ............................................. 20

2.1.5.3.1 The National Eye Institute Visual Function

Questionnaire..........................................................................21

2.1.6 Keterbatasan Pengukuran Kualitas Hidup dengan Kuesioner .............. 22

2.1.7 Pengaruh lapang pandang terhadap kualitas hidup pada penderita

Glaukoma ...................................................................................................... 23

2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 26

2.3 Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................................. 28

2.4 Premis dan Hipotesis ........................................................................................... 29

2.4.1 Premis ................................................................................................... 29

2.4.2 Hipotesis ............................................................................................... 30

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN .............................................. 31

3.1 Subjek Penelitian ................................................................................................. 31

3.1.1 Pemilihan Sampel ................................................................................. 31

3.1.2. Kriteria Inklusi ..................................................................................... 31

3.1.3 Kriteria Eksklusi ................................................................................... 32

3.1.4 Penentuan Ukuran Sampel.................................................................... 33

3.1.5 Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... 34

3.2 Metode Penelitian ................................................................................................ 35

3.2.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 35

3.2.2 Identifikasi Variabel ............................................................................. 35

Page 12: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xiii

3.2.2.1 Definisi Konseptual Variabel ................................................ 35

3.2.3 Definisi Operasional ........................................................................... 35

3.2.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner NEI-VFQ-25 ...................... 37

3.2.5 Cara Kerja .......................................................................................... 41

3.2.6 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 44

3.2.6.1Analisis data ........................................................................... 45

3.2.7 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 48

3.3 Implikasi/Aspek Etik Penelitian .......................................................................... 48

3.3 Skema Alur Penelitian ......................................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 51

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................... 51

4.2 Uji Hipotesis ........................................................................................................ 56

4.3 Pembahasan ......................................................................................................... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 66

5.1 Simpulan .............................................................................................................. 66

5.2 Saran .................................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 67

LAMPIRAN ............................................................................................................. 72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 90

Page 13: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran island of vision. .................................................................... ...8

Gambar 2.2 Gambaran skematik algoritme staircase pada perimetri full-threshold .10

Gambar 2.3 Visual Field Index menitikberatkan pada lapang pandang sentral ........ .14

Gambar 2.4 Nilai MD pada lapang pandang buta bergantung pada usia dan strategi uji

lapang pandang, sedangkan VFI pada lapang pandang buta selalu 0%....15

Gambar 2.5 Visual Field Index menggambarkan gangguan fungsi visual yang berbeda

terkait derajat keparahan Glaukoma ..................................................... 25

Gambar 2.6 Skema Alur Pemikiran ........................................................................... 28

Gambar 4.1 Grafik scatter plot korelasi skor komposit kualitas hidup dengan nilai

Visual Field Index ................................................................................ 55

Gambar 4.2 Rerata skor subskala dan skor komposit kuesioner NEI-VFQ 25 ......... 55

Page 14: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel NEI VFQ-25 ..................................................... 39

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Kuesioner NEI-VFQ-25 ....................... 41

Tabel 4.1 Karakteristik Sosial Demografi Subjek Penelitian .................................... 52

Tabel 4.2 Karakteristik Klinis Subjek Penelitian ...................................................... 53

Tabel 4.3 Analisis Korelasi Visual Field Index (VFI) dengan Skor Komposit dan

Subskala Kualitas Hidup menggunakan Kuesioner NEI-VFQ-25 ............................ 54

Page 15: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xvi

DAFTAR SINGKATAN

IAPB : International Agency for the prevention of Blindness

AGIS : Advanced Glaucoma Intervention study

CIGTS : Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study

PROs : Patient-reported Outcomes Measures

SF-36: Study Short Form-36

GSS: Glaucoma Symptom Scale

GQL-15: Glaucoma Quality of Life-15

SAP : Standard Automated Perimetry

HFA: Humphrey Field Analyser

FP: False Positive

FN: False Negative

FL: Fixation Loss

EMGT : Early Manifest Glaucoma Trial

OHTS: Ocular Hypertension Treatment Study

OCT: Optical Coherence Tomography

SITA: Swedish Interactive Thresholding Algorithm

NEI-VFQ-25 : National Eye Institute-Visual Function Questionnaire-25

HADS: Hospital Anxiety and Depression Scale

VFI : Visual Field Index

MD : Mean Deviation

NLP: No Light Perception

Page 16: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Etik ................................................................................... 72

Lampiran 2. Informed Consent ................................................................................. 73

Lampiran 3. Kuesioner NEI-VFQ-25 Versi Bahasa Indonesia ................................. 74

Lampiran 4. Manual Scoring Kuesioner NEI-VFQ-25 ............................................. 82

Lampiran 5. Data Penelitian ..................................................................................... 84

Lampiran 6. Analisis Statistik .................................................................................. 87

Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup ........................................................................... 90

Page 17: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Glaukoma merupakan penyakit neuropati optik yang bersifat kronik dan

progresif. Kondisi ini ditandai oleh kerusakan saraf optik dan sel-sel ganglion retina

yang mengakibatkan hilangnya lapang pandang dan berakhir kepada kebutaan.

Kebutaan akibat glaukoma menduduki peringkat ketiga di seluruh dunia.

International Agency for the prevention of Blindness (IAPB) menyatakan di tahun

2015 terdapat 253 juta orang mengalami gangguan penglihatan, dengan 36 juta

orang diantaranya mengalami kebutaan dan 217 juta orang dikategorikan sebagai

low vision derajat sedang hingga berat. Berdasarkan data tersebut sebesar 2,78%

gangguan penglihatan dan 1,91% kebutaan disebabkan oleh glaukoma. Kebutaan

di kedua mata diperkirakan terjadi pada 5,9 juta orang dengan glaukoma sudut

terbuka dan 5,3 juta orang dengan glaukoma sudut tertutup. Jumlah ini dapat

meningkat seiring peningkatan populasi usia lanjut.1-4

Penderita glaukoma usia 40 - 80 tahun di seluruh dunia diperkirakan 64,3

juta di tahun 2013, meningkat menjadi 76 juta di tahun 2020 dan 111,8 juta di tahun

2040, dengan proporsi penderita terbanyak di Asia dan Afrika. Ras Asia mewakili

47% penderita glaukoma di dunia dengan 87% merupakan penderita glaukoma

sudut tertutup. Data aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit Online (SIRS Online)

menunjukkan jumlah kunjungan rawat jalan penderita glaukoma di Rumah Sakit di

Indonesia mengalami peningkatan dari 65.774 pasien di tahun 2015 menjadi

Page 18: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

2

427.091 pasien di tahun 2017. Jumlah kunjungan penderita glaukoma sudut terbuka

di instalasi rawat jalan Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo di tahun

2019 ialah 3.673 pasien, sedangkan untuk kasus glaukoma sudut tertutup sebanyak

4.224 pasien.3-6.

Penderita glaukoma memerlukan pengobatan dan evaluasi klinis seumur

hidup, oleh karena itu tujuan utama penatalaksanaanya tidak hanya untuk

mempertahankan fungsi visual, tetapi juga mempertahankan kualitas hidup pasien.

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab penurunan kualitas hidup pada penderita

glaukoma, dimulai dari rasa khawatir akan terjadinya kebutaan sejak pertama kali

terdiagnosis glaukoma, penurunan fungsi penglihatan yang menyebabkan

gangguan aktivitas sehari-hari, ketidaknyamanan pengobatan, efek samping, dan

biaya pengobatan.7-9

Pada penyakit kronik seperti glaukoma, studi kualitas hidup idealnya

dilakukan guna mengevaluasi dampak pengobatan yang diberikan, melengkapi

pemeriksaan klinis obyektif, dan sebagai bentuk informasi mengenai patient

reported outcome. Beberapa kuesioner telah digunakan dalam mengkaji kualitas

hidup penderita glaukoma, antara lain kuesioner generik seperti Study Short Form-

36 (SF-36); kuesioner spesifik penglihatan seperti Nasional Eye Institute Visual

Functioning Questionnaire (NEI VFQ); serta kuesioner spesifik glaukoma seperti

Glaucoma Symptom Scale (GSS), dan Glaucoma Quality of Life-15 (GQL-15).7-9

Setiap kuesioner memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kuesioner

generik (SF-36) dinyatakan kurang sensitif dalam mencari hubungan antara

kelainan lapang pandang dengan kualitas hidup pada penderita glaukoma, sehingga

Page 19: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

3

penggunaan kuesioner spesifik penglihatan lebih disarankan. Pourjavan dkk

menyatakan kuesioner GQL-15 maupun NEI-VFQ-25 terbukti memiliki korelasi

yang baik dalam mencari hubungan kelainan lapang pandang, akan tetapi NEI-VFQ

masih lebih baik korelasinya dibandingkan GQL-15. Kedua kuesioner ini juga

terbukti reliable, namun studi oleh Kumar dkk menyatakan NEI-VFQ memiliki

reliabiltas yang lebih tinggi dibanding GQL-15. Kuesioner NEI-VFQ-25 sudah

digunakan dalam pengkajian kualitas hidup penderita glaukoma di studi

multicentered dengan populasi yang besar. Kuesioner ini juga memiliki kelebihan

yakni mengevaluasi aspek psikologis, yang tidak dikaji dalam kuesioner spesifik

glaukoma lainnya.9-12

Hilangnya lapang pandang terkait glaukoma bersifat permanen dan

mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan

pemantauan derajat keparahan glaukoma dan penerapan strategi pengobatan yang

tepat. Hingga saat ini metode pengukuran derajat progresivitas glaukoma ialah

melalui tes perimetri secara berkala. Pasien dengan glaukoma perimetrik dapat

dievaluasi derajat keparahan glaukomanya melalui pengukuran sensitivitas lapang

pandang menggunakan Standard Automated Perimetry (SAP) secara berkala.

Analisis regresi dari parameter Mean Deviation dan Visual Field Index merupakan

trend-based analysis dari Humphrey Field Analyser (HFA) yang membantu klinisi

dalam menentukan pasien dengan progresivitas glaukoma yang agresif. 10-12

Mean deviation merupakan indeks perimetri yang sebelumnya paling sering

digunakan dalam mendeteksi progresivitas hilangnya lapang pandang. Mean

deviation yang merupakan rata-rata dari nilai yang tertera pada Total Deviation

Page 20: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

4

numerical plot dapat digunakan untuk mengevaluasi keseluruhan deteriorasi

kerusakan lapang pandang, namun tidak cukup sensitif untuk mengidentifikasi

depresi fokal. Selain itu MD dipengaruhi oleh adanya kekeruhan media seperti

katarak. Visual Field Index adalah parameter global dari HFA yang disesuaikan

dengan usia dan dinyatakan dalam persentase (nilai lapang pandang normal yaitu

100%, sedangkan buta secara perimetrik yaitu 0%). Dalam beberapa tahun terakhir,

VFI dikembangkan dengan tujuan untuk mengkalkulasi laju progresivitas sekaligus

menentukan derajat kerusakan fungsional karena glaukoma. Bengston dan Heijl

menyatakan VFI lebih akurat dalam mendeteksi kelainan lapang pandang sentral

tanpa dipengaruhi adanya katarak. 11-13

Tatalaksana glaukoma bertujuan untuk mencegah semua bentuk laju

progresivitas, namun secara umum tujuan minimal ialah mempertahankan

setidaknya VFI sebesar 50% pada mata yang lebih baik. United States Social

Security Administration telah mendefinisikan nilai MD sebesar -22dB sebagai

ambang batas disabilitas visual. Nilai MD sebesar -22dB sesuai dengan nilai VFI

30%. Skalicky dkk menyatakan penurunan VFI pada perimetri merupakan faktor

risiko independen untuk skor kualitas hidup yang lebih rendah pada penderita

glaukoma dengan katarak.7,14-15

Studi tinjauan literatur mengenai kualitas hidup penderita glaukoma

sebagian besar masih menggunakan parameter yang lama yaitu MD. Sawada dkk

membandingkan korelasi kedua indeks yakni VFI dan MD terhadap kualitas hidup

penderita glaukoma di Jepang dengan menggunakan instrumen NEI VFQ-25.

Hasilnya VFI mempunyai korelasi yang lebih baik daripada MD. Sayangnya studi

Page 21: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

5

kualitas hidup penderita glaukoma yang menggunakan parameter VFI masih

minimal. Di Indonesia sendiri, sampai saat ini, hanya sedikit informasi yang

didapatkan tentang kualitas hidup penderita glaukoma di Indonesia, begitu pula

hubungannya dengan penurunan lapang pandang. Oleh karena itu penelitian ini

bertujuan mengevaluasi korelasi antara kelainan lapang pandang penderita

glaukoma berdasarkan VFI dengan penurunan kualitas hidup.9,14-19

Tema Sentral :.

Glaukoma merupakan penyakit neuropati optik kronik progresif yang

mengakibatkan hilangnya lapang pandang secara permanen. Kebutaan yang

disebabkan oleh glaukoma menduduki peringkat ketiga secara global. Tujuan

tatalaksana glaukoma tidak hanya mempertahankan fungsi visual, namun juga

mempertahankan kualitas hidup pasien. Perimetri Humphrey merupakan alat

penunjang yang terpercaya dalam menilai fungsi visual dan progresivitas penyakit

penderita glaukoma. Visual Field Index ialah indeks terbaru dari Humphrey Field

Analyser (HFA) untuk menilai penurunan lapang pandang dan progresivitas

glaukoma. Kelebihan VFI adalah ia tidak dipengaruhi oleh kekeruhan media seperti

katarak, dan lebih sensitif dalam mendeteksi defisit lapang pandang sentral

dibandingkan dengan parameter MD yang sebelumnya sering digunakan dalam

penelitian kualitas hidup penderita glaukoma. Oleh karena itu peneliti ingin

mengevaluasi korelasi antara penurunan lapang pandang berdasarkan VFI dengan

kualitas hidup penderita glaukoma menggunakan kuesioner NEI-VFQ 25.

1.1 Rumusan Masalah

Apakah terdapat korelasi antara penurunan lapang pandang berdasarkan

Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita glaukoma berdasarkan

kuesioner NEI-VFQ 25?

Page 22: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

6

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara penurunan

lapang pandang berdasarkan Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita

glaukoma menggunakan kuesioner NEI-VFQ 25.

1.3 Kegunaan Penelitian

1.3.1 Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai korelasi antara

penurunan lapang pandang berdasarkan Visual Field Index dengan kualitas hidup

secara terukur menggunakan kuesioner NEI VFQ-25 pada penderita glaukoma.

1.3.2 Kegunaan Praktis

Kualitas hidup penderita glaukoma yang menjalani pengobatan sulit dikaji

dalam praktek dokter mata sehari-hari. Penelitian ini dapat menjadi informasi

kemampuan Visual Field Index dalam menggambarkan dan memantau disabilitas

fungsi visual yang terjadi karena gangguan lapang pandang dan pengaruhnya

terhadap kualitas hidup.

Page 23: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Perimetri dalam Tatalaksana Glaukoma

Modern automated perimetry merupakan standar evaluasi kelainan lapang

pandang pada glaukoma. Hingga saat ini perimetri masih memegang peranan dalam

pengukuran outcome pada uji klinis berbagai tatalaksana glaukoma.11,12

Perimetri menguji perbedaan sensitivitas cahaya di seluruh lapang pandang.

Sensitivitas ini mencerminkan kemampuan mata untuk merasakan perbedaan

kecerahan antara target stimulus cahaya dengan latar belakangnya. Perbedaan

sensitivitas cahaya tergantung pada lokasi retina yang diuji dan pada parameter

teknik pengukuran, seperti intensitas luminansi latar belakang dan ukuran target

stimulus. Lapang pandang normal berada 90 derajat temporal dari titik fiksasi, 50

derajat ke superior dan nasal, serta 60 derajat ke inferior. Titik buta secara fisiologis

berkorespondensi dengan lokasi masuknya nervus optik, yaitu 15° temporal dari

fiksasi. Semakin ke perifer, sensitivitas retina semakin menurun, sesuai dengan

sebutan island of vision, yang merupakan representasi tiga dimensi sensitvitas

cahaya retina. Dalam analogi island of vision ini, terdapat puncak di bagian sentral

yang merepresentasikan puncak dari sensitivitas cahaya yaitu fovea, dan menurun

dari fovea ke retina perifer (Gambar 2.1). Anatomi island of vision berhubungan

dengan anatomi sistem visual dan tingkat adaptasi retina. Konsentrasi sel kerucut

Page 24: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

8

tertinggi berada di fovea dengan rasio sel kerucut satu banding satu dengan sel

ganglion, sehingga dihasilkan resolusi yang maksimal pada fovea.11,12

Gambar 2.1 Gambaran island of vision. Gambaran puncak bukit

merupakan titik fiksasi, dimana sensitivitas retina tertinggi. Gambaran bukit

menurun semakin ke perifer menunjukkan sensitivitas retina yang menurun Dikutip dari : Seymour19

Threshold ialah sensitivitas luminansi yang ditetapkan pada matriks lapang

pandang, yang diuji dengan pemberian intensitas stimulus cahaya yang bervariasi,

sampai setiap stimulus lapang pandang yang diuji tersebut terlihat. Stimulus cahaya

yang berada di bawah threshold tidak dapat dideteksi oleh subjek, sebaliknya

stimulus cahaya di atas threshold dapat terlihat. Sensitivitas threshold pada tiap

lokasi uji lapang pandang akan disajikan dalam bentuk decibel (dB). Desibel

menunjukkan sifat logaritmik intensitas cahaya pada skala linier, dimana 0 dB

mewakili intensitas stimulus paling terang pada perimeter, dan 30 dB dikatakan

nilai normal. Nilai-nilai ini merupakan skala relatif, dan tidak dapat dibandingkan

secara langsung di berbagai merek perimeter.11,12

Page 25: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

9

Standard Automated Perimetry ialah metode klinis standar untuk mengukur

kelainan lapang pandang pada glaukoma. SAP dapat dibagi menjadi 2 strategi

pengukuran, yakni strategi suprathreshold yang biasa dilakukan untuk skrining

glaukoma, dan strategi full-threshold yang digunakan untuk evaluasi terperinci dan

memantau progresivitas penyakit.12,25

Strategi suprathreshold relatif lebih cepat dikerjakan, prinsip strategi ini

ialah merekam lokasi dimana stimulus terlihat (dikatakan normal), dan tidak terlihat

(dikatakan abnormal). Hal ini dilakukan dengan pemberian stimulus yang lebih

sedikit lebih tinggi daripada threshold subjek (peningkatan threshold 4-6 dB lebih

tinggi). Penilaian strategi suprathreshold biasanya memperhitungkan fakta bahwa

sensitivitas menurun dengan bertambahnya usia dan bervariasi berdasarkan lokasi

misalnya, sensitivitas yang relatif lebih rendah pada lapang pandang perifer

dibandingkan dengan sentral. Oleh karena itu strategi ini menggunakan sejumlah

daftar nilai threshold yang disimpan sebagai basis data.11,12

Strategi full-threshold memberikan informasi yang lebih terperinci dan

mampu mengindikasikan kedalaman skotoma, daripada sekedar menyatakan ada

atau tidak adanya skotoma. Strategi ini biasanya menggunakan teknik staircase

(Gambar 2.2). Contoh perimeter yang menggunakan teknik staircase 4-2 misalnya

pada Octopus (Haag-Streit AG, Swiss) dan Humphrey (Zeiss-Humphrey

Instruments, Amerika Serikat). Nilai intensitas stimulus awal akan tergantung pada

nilai normal yang disesuaikan dengan usia. Apabila stimulus awal tersebut dapat

dilihat, maka stimulus berikutnya akan diturunkan 4 dB pada lokasi yang sama.

Apabila masih terlihat, stimulus berikutnya pada lokasi tersebut akan dikurangi

Page 26: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

10

dengan intensitas 4 dB lebih lanjut, dan seterusnya sampai subjek gagal melihat

presentasi stimulus, hal ini disebut sebagai “first reversal”. Stimuli berikutnya akan

ditingkatkan sebanyak 2 dB sampai subjek terlihat, dan disebut sebagai “second

reversal”. Threshold biasanya diperkirakan sebagai rerata dari intensitas terakhir

atau kedua dari terakhir, namun perhitungan ini berbeda-beda antar instrumen.

Sebaliknya jika stimulus awal sudah tidak terlihat, intensitas stimulus berikutnya

akan meningkat sebesar 4 dB sampai terlihat (“first reversal”) kemudian menurun

sebesar 2 dB sampai tidak terlihat (“second reversal”).11,12

Gambar 2.2 Gambaran skematik algoritme staircase pada

perimetri full-threshold Dikutip dari: Shaarawy 12

Nilai threshold awalnya diestimasi pada keempat lokasi lapang pandang,

satu di tiap kuadran pada 9°dari fovea. Meski keempat lokasi ini akan diuji secara

bergantian, perimeter akan menguji secara tidak berurutan, sehingga subjek tidak

dapat memprediksi lokasi stimulus berikutnya. Kelemahan dari strategi full

Page 27: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

11

threshold ialah waktu pemeriksaan yang panjang sehingga seringkali pasien

menjadi jenuh dan mengurangi reliabilitas dari pemeriksaan.11,12

Selama bertahun-tahun banyak penelitian telah ditujukan untuk

mengembangkan strategi pengujian perimetri yang berguna secara klinis namun

mampu mengurangi waktu pengujian. Hingga pada pertengahan 1990-an, Swedish

Interactive Testing Algorithm (SITA) yang dikembangkan oleh Heijl dan rekan-

rekannya terbukti dapat mengurangi waktu pemeriksaan namun tetap

mempertahankan standar akurasi pengujian full-threshold 4-2. SITA mengurangi

jumlah paparan stimulus aktual yang dibutuhkan dengan mengukur lebih dekat ke

ambang batas penglihatan pasien menggunakan prinsip probabilitas Bayesian.

Strategi pengujian SITA membutuhkan sekitar setengah dari waktu pemeriksaan

dengan algoritma standar 4-2, yaitu sekitar 7 menit per mata. Strategi pengujian

dengan SITA telah menjadi referensi algoritma standar yang dirancang untuk

glaukoma. Penggunaan strategi ini untuk penilaian kondisi klinis lainnya harus

dipertimbangkan kembali. Strategi SITA Fast menggunakan algoritme yang

berbeda dari SITA standard. SITA Fast sengaja menggunakan ukuran langkah

yang lebih besar dalam presentasi stimulus sehingga waktu pengerjaan lebih cepat.

Hal ini berguna bagi pasien yang tidak memungkinkan untuk menyelesaikan

strategi yang berdurasi lebih panjang, namun menghasilkan variabilitas pengukuran

yang tinggi.11,12

2.1.2 Indeks Reliabilitas Perimetri

Terdapat tiga indeks dalam membantu peniliaian reliabilitas perimetri, yaitu

respon false positive (FP), respon false negative (FN), dan fixation loss (FL). Dari

Page 28: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

12

ketiga indeks tersebut, indeks FP merupakan yang terpenting. Nilai FP lebih dari

15% menandakan reliabilitas tes yang kurang baik, dan sebaiknya dilakukan tes

ulang.11,20

Indeks FN diukur dengan memberikan stimulus dengan kecerahan yang

tinggi beberapa kali pada lokasi titik uji dengan sensitivitas ambang yang telah

ditemukan normal. Indeks FN biasanya meningkat pada penderita glaukoma,

bahkan pada pasien dengan atensi yang baik selama pemeriksaan. Dengan demikian

informasi reliabilitas dari indeks FN terbatas untuk kasus glaukoma. Indeks FN

tinggi dapat mengindikasikan karakteristik mata dengan glaukoma, bukan semata-

mata karena pasien tidak kooperatif.11,20,25

Untuk metode pengukuran dengan non-SITA, indeks reliabilitas false

positive maupun false negative dari HFA ialah sebesar 33%. Fixation Loss

mengukur stabilitas fiksasi pasien. Indeks FL melebihi 20% mengindikasikan tes

dengan reliabilitas rendah. Tingginya tingkat FL juga dapat berupa artefak karena

beberapa sebab antara lain bintik buta tidak dapat ditemukan dan pasien yang

memiringkan kepala selama pemeriksaan sehingga mesin melokalisir retina normal

bukannya bintik buta.11,12

2.1.3 Indeks Global dalam Pemantauan Progresivitas Glaukoma

Hingga saat ini belum ada standar baku emas dalam menetapkan

progresivitas lapang pandang pada glaukoma. Penilaian progresivitas lapang

pandang dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode, yaitu event-based

analysis atau trend-based analysis. Event analysis digunakan untuk menentukan

Page 29: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

13

adanya perubahan dari satu waktu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.

sedangkan trend analysis memiliki kelebihan yakni tidak hanya mendeteksi adanya

perubahan, namun sekaligus melihat laju progresivitas penyakit. Kedua macam

analisis ini dapat membantu dalam mengkonfirmasi apakah perubahan atau

progresivitas penyakit benar-benar terjadi atau hanya merupakan artefak

pemeriksaan. Analisis event-based dapat dilakukan dengan sistem penilaian yang

telah divalidasi dalam uji klinis seperti Advanced Glaucoma Intervention Study

(AGIS) dan Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study (CIGTS). Dirancang

untuk tujuan penelitian, sistem AGIS dan CIGTS terlalu kompleks untuk digunakan

dalam praktik klinis sehari-hari.13-15

Indeks global MD cukup sensitif dalam mendeteksi adanya perubahan

lapang pandang, namun perlu diingat bahwa penurunan sensitivitas yang dilaporkan

mungkin hanya merupakan onset atau perburukan katarak. Glaukoma adalah

penyakit terkait usia, oleh karena itu perubahan lapang pandang yang terjadi harus

dibedakan dari penyakit terkait usia lainnya, terutama katarak. Humphrey Field

Analyzer sebelumnya memperkirakan laju progresivitas menggunakan analisis

regresi linier MD. Analisis ini masih tersedia bagi para klinisi yang lebih memilih

pendekatan ini. Namun, tingginya prevalensi katarak pada pasien glaukoma sering

mempersulit penggunaan MD. 11,13,14

Visual Field Index merupakan indeks global terbaru dalam mengevaluasi

progresivitas lapang pandang. Indeks ini dimuat dalam piranti lunak HFA. Lapang

pandang normal akan memiliki VFI 100%, dan pasien yang dikatakan buta secara

perimetri akan memiliki VFI 0%. Nilai 0 persen berarti pasien tidak lagi dapat

Page 30: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

14

melihat stimulus paling terang dari perimeter.Tidak seperti MD, VFI lebih

menitikberatkan pada lapang pandang sentral, dibandingkan perifer. VFI juga tidak

dipengaruhi katarak. Bengston dkk melaporkan VFI dapat memberi prediksi yang

akurat dalam mengevaluasi status progresivitas glaukoma pada 100 mata dalam 8

tahun periode tindak lanjut.11- 14,20

Visual Field Index dirancang untuk sedetail mungkin menggambarkan

lokasi hilangnya sel ganglion retina. Sehingga VFI secara khusus memiliki nilai

sentral yang lebih tinggi dibanding perifer, agar lebih menggambarkan densitas sel

ganglion yang lebih tinggi di sentral retina (Gambar 2.3).11,13

Gambar 2.3. Visual Field Index menitikberatkan pada lapang pandang sentral

Dikutip dari Heijl11

Visual Field Index dapat digunakan sebagai skala penilaian yang mudah

digunakan dalam praktik sehari-hari. Status lapang pandang akan dirangkum

berdasarkan pattern deviation yang telah dikoreksi usia. Apabila telah dilakukan

minimal lima pemeriksaan selama 3 tahun, nilai-nilai VFI dari semua pemeriksaan

Page 31: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

15

akan diplot. Hasil analisis regresi linear dari VFI akan membantu membuat

penilaian tentang signifikansi klinis dari laju progresivitas. Perubahan lapang

pandang lebih besar dari -1,0 dB per tahun dengan p <0,1 dikatakan sebagai

progresivitas yang signifikan.12,13

Prediksi laju progresivitas berdasarkan VFI telah dievaluasi

perbandingannya dengan MD pada pasien glaukoma yang menderita katarak, pada

pasien glaukoma yang bebas katarak, dan pada pasien glaukoma yang telah

menjalani operasi katarak selama masa tindak lanjut. Hasilnya laju progresivitas

berdasarkan VFI lebih tidak dipengaruhi oleh katarak maupun operasi katarak

daripada MD. Namun kedua indeks menghasilkan tingkat yang hampir serupa pada

mata yang bebas katarak. Perbedaan lainnya antara hasil VFI dan MD ialah nilai

MD pada lapang pandang buta akan dipengaruhi usia dan strategi pemeriksaan

perimetri, sedangkan lapang pandang buta selalu menghasilkan nilai 0% pada VFI,

terlepas dari usia maupun strategi pemeriksaan yang digunakan (Gambar 2.4).11,13

Gambar 2.4. Nilai MD pada lapang pandang buta bergantung pada usia dan

strategi uji lapang pandang, sedangkan VFI pada lapang pandang buta selalu 0%

Dikutip dari: Heijl11

Page 32: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

16

2.1.4 Kualitas Hidup

World Health Organization di tahun 1998 mendefinisikan kualitas hidup

sebagai persepsi seorang individu terhadap kehidupannya dalam konteks nilai,

budaya, dan dalam kaitannya dengan tujuan hidup, harapan, standardisasi dan rasa

kekhawatiran. Landesman menjelaskan konsep dari kualitas hidup sebagai

rangkuman dari serangkaian kondisi kehidupan yang terukur dari seorang individu.

Terdapat empat dimensi dari kualitas hidup yang meliputi dimensi kesehatan fisik,

dimensi psikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi lingkungan. Dimensi

kesehatan fisik merupakan kondisi fisik yang mempengaruhi kemampuan individu

melakukan aktivitas. Dimensi psikologis merupakan kemampuan mental individu

untuk dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan perkembangan dan perubahan

kehidupan, baik tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Dimensi

hubungan sosial mencakup relasi individu tersebut dengan orang lain dalam

kehidupan bermasyarakat. Dimensi lingkungan mencakup kondisi finansial,

keamanan, keselamatan fisik, lingkungan rumah, dan kebebasan. Kebebasan

termasuk kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi maupun ketrampilan,

berpartisipasi dan melakukan rekreasi di waktu luang. Keempat dimensi inilah

yang menjadi aspek acuan dalam pengkajian penelitian kualitas hidup. Lamoureux

dan Fenwick mendefinisikan kualitas hidup penderita glaukoma sebagai sebuah

konsep penilaian multidimensi yang mencakup kemampuan fungsional, gejala,

kesejahteraan emosional, hubungan sosial, rasa kekhawatiran dan kenyamanan

individu yang dipengaruhi oleh penyakit glaukoma sendiri dan kehilangan

penglihatan yang diakibatkannya. 12,19-21

Page 33: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

17

2.1.4.1 Manfaat Pengkajian Kualitas Hidup pada Glaukoma

Tujuan dari tatalaksana glaukoma, sebagaimana dirumuskan oleh European

Glaucoma Society, adalah untuk mempertahankan fungsi visual pasien dan kualitas

hidup secara berkelanjutan. Bagi pasien dengan penyakit kronis, penilaian kualitas

hidup merupakan salah satu cara mengukur dampak dari tatalaksana yang

diberikan. 7,22

Pengukuran tajam penglihatan, tekanan intraokular, penilaian lapang

pandang, dan pemeriksaan klinis saraf optik merupakan tatalaksana yang

fundamental pada glaukoma. Munculnya algoritma perangkat lunak baru dalam

mendeteksi progresivitas lapang pandang dan penilaian gambar terkomputerisasi

dalam menilai kerusakan struktural juga menjadi ukuran klinis yang penting bagi

dokter. Terlepas dari nilai ukuran klinis tersebut, tidak ada yang dapat memberikan

informasi terkait kepuasan pasien akan penglihatannya, kekhawatiran akan

penyakit, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut secara

visual. Padahal faktor-faktor inilah yang secara langsung mempengaruhi kualitas

hidup dan oleh karena itu sangat penting bagi pasien.12,20

Sekarang ini tatalaksana glaukoma semakin menekankan pemberian

perawatan yang berpusat pada pasien (patient-centered care). Kualitas hidup pasien

glaukoma saat ini termasuk dalam istilah ‘patient reported outcomes’ (PROs).

Page 34: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

18

Definisi dari PRO ialah pengukuran semua aspek status kesehatan pasien

yang dilaporkan langsung oleh pasien, bebas dari interpretasi dokter, peneliti, atau

orang lain. Dalam disiplin ilmu kedokteran lainnya PRO sudah digunakan dalam

uji klinis untuk mengevaluasi obat dan perangkat medis.12,23,24

2.1.5 Instrumen Kualitas Hidup pada Penelitian Glaukoma

Kualitas hidup individu dengan glaukoma dapat mengalami perubahan

seiring waktu terkait tuntutan hidup dan perubahan ekspektasi pribadi. Meski

demikian, upaya pengkajian kualitas hidup secara terukur lewat studi-studi

mengenai instrumen kualitas hidup juga terus berkembang. Hingga saat ini belum

ada instrumen yang paling ideal dalam pengkajian kualitas hidup penderita

glaukoma. Penggunaan kuesioner masih menjadi metode yang representatif dalam

penelitian kualitas hidup.8,12

2.1.5.1 Kuesioner Kualitas Hidup Terkait Kesehatan (General Health-Related

Quality of Life Questionnaires)

Kuesioner ini dirancang untuk mengukur persepsi pasien terhadap status

kesehatan secara keseluruhan. Kuesioner ini dimaksudkan untuk dapat diterapkan

di berbagai jenis dan tingkat keparahan penyakit. Kelebihan kuesioner ini ialah

dapat menjadi perbandingan penilaian kualitas hidup antara berbagai penyakit.

Namun, karena penggunaannya yang begitu luas, kemungkinan kegagalan dalam

menangkap aspek kualitas hidup yang spesifik untuk penyakit tertentu menjadi

tinggi. 12,27

Page 35: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

19

Contoh kuesioner tipe ini ialah The Medical Outcomes Study Short-Form

Health Survey (SF-36). Terdiri dari 36 pertanyaan untuk menilai status kesehatan

fisik dan mental, serta dampaknya terhadap aktivitas fisik, sosial, dan peran

individu. Studi menggunakan SF-36 pada pasien glaukoma menunjukkan korelasi

yang lemah atau bahkan tidak ada antara kualitas hidup dengan hilangnya lapang

pandang binokular karena glaukoma.8,27

2.1.5.2 Kuesioner Spesifik Glaukoma (Glaucoma-Specific Quality of Life

Questionnaires)

Kuesioner ini dikembangkan dengan memasukkan pertanyaan khusus

terkait gangguan visual yang dialami oleh pasien glaukoma. Pertanyaan biasanya

berpusat pada kemampuan visual, kinerja dan dampak kemampuan visual yang

berkurang pada pasien glaukoma.12

2.1.5.2.1 Glaucoma Symptom Scale (GSS)

Kuesioner ini merupakan modifikasi checklist gejala glaukoma pada

penelitian Ocular Hypertension Treatment Study (OHTS). Pertanyaan dibagi

menjadi gejala visual dan non-visual seperti sensasi benda asing, terasa menyengat,

dan sebagainya. Penilaian GSS dikatakan dapat membedakan pasien glaukoma

dengan pasien kontrol/normal secara efektif, namun kemampuannya dalam menilai

korelasi antara kelainan lapang pandang dengan skor GSS masih menunjukkan

hasil yang beragam.12,27,28

Page 36: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

20

2.1.5.2.2 The Glaucoma Quality Of Life (GQL-15) Questionnaire.

Kuesioner ini memiliki 15 pertanyaan yang berasal dari 62 poin kuesioner

asli terkait fungsi visual pada glaukoma, atara lain aktivitas penglihatan perifer,

adaptasi gelap dan silau, penglihatan pusat dan penglihatan dekat, serta mobilitas

luar ruangan. Korelasi yang signifikan ditemukan antara skor GQL-15 dengan uji

sensitivitas kontras, glare, adaptasi gelap, stereopsis dan skor Esterman untuk

lapang pandang. Nelson dkk membuktikan sudah terdapat penurunan fungsi visual

pada pasien glaukoma dengan kelainan lapang pandang tahap early dibandingkan

dengan subjek kontrol. Kekurangan dari instrumen ini ialah hanya berkonsentrasi

pada dampak visual dari proses penyakit tanpa memuat faktor-faktor kualitas hidup

yang lebih luas seperti dampak non visual dan aspek psikologis pasien.18,26,29

2.1.5.3 Kuesioner Spesifik Penglihatan (Vision-Specific Quality of Life

Questionnaires)

Kuesioner kualitas hidup yang spesifik penglihatan adalah penilaian

kompleks yang mencakup fungsi penglihatan, gejala, kesejahteraan emosional,

hubungan sosial, kepedulian, dan kenyamanan pasien yang dipengaruhi oleh

penglihatan.30

Page 37: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

21

2.1.5.3.1 The National Eye Institute Visual Function Questionnaire (NEI-

VFQ)

Kuesioner ini dikembangkan untuk mengukur dampak beberapa kondisi

mata terhadap aktivitas sehari-hari. Awalnya NEI VFQ dirancang sebagai

kuesioner berjumlah 51 poin kemudian dikembangkan kembali menjadi 25

pertanyaan (NEI-VFQ-25) yang membutuhkan durasi lebih singkat. Mangione dkk

membuktikan reliabilitas dan validitas NEI-VFQ 25 dapat dibandingkan dengan

versi NEI-VFQ 51. Kuesioner NEI-VFQ 25 terbukti reproducible dan sahih saat

digunakan dalam beberapa kondisi mata seperti glaukoma, katarak senilis,

retinopati diabetik, degenerasi makula terkait usia, dan retinitis cytomegalovirus.8,9

Kuesioner ini telah digunakan dalam studi penyakit mata berbasis populasi

yang besar dan telah divalidasi dalam 13 bahasa. Beberapa contoh studi

multicentered glaukoma dengan populasi besar seperti Early Manifest Glaucoma

Trial (EMGT), The Tube versus Trabeculectomy Study, dan Collaborative Initial

Glaucoma Treatment Study (CIGTS) menggunakan kuesioner NEI-VFQ 25 dalam

penilaian kualitas hidup subjek penelitannya.9,31-34

Dua puluh lima pertanyaan dalam NEI-VFQ dibagi dalam 12 subskala,

yakni kesehatan secara umum, penglihatan secara umum, nyeri mata, aktivitas

penglihatan dekat, aktivitas penglihatan jauh, fungsi sosial, kesehatan mental,

keterbatasan peran, ketergantungan, berkendara, penglihatan warna, dan

penglihatan lapang pandang perifer. Masing-masing subskala akan dihitung

menurut metode scoring tertentu sesuai petunjuk manual NEI-VFQ 25 dan

Page 38: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

22

menghasilkan nilai berkisar dari 0 sampai 100, dimana 0 merupakan skor terburuk

dan 100 menunjukkan tidak ada keterbatasan terkait penglihatan.8,35

NEI-VFQ 25 juga memiliki kelebihan dengan mengkaji aspek psikologis

pasien akibat glaukoma. Dampak psikologis dari diagnosis penyakit kronis akan

berbeda terkait kepribadian dan harapan hidup seseorang. Riva dkk dalam Italian

Primary Open Angle Glaucoma Study menyatakan proses adaptasi positif terhadap

glaukoma dapat meningkatkan skor kualitas hidup pasien dari waktu ke waktu.36

Limitasi dari NEI-VFQ 25 ialah beberapa skor terkait tajam penglihatan

dapat dipengaruhi oleh faktor selain visual seperti komorbiditas. Terlepas dari hal

tersebut, NEI-VFQ 25 masih menjadi tolak ukur dalam penilaian studi kualitas

hidup kuesioner spesifik glaukoma lainnya. Pourjavan dkk menyatakan NEI-VFQ

25 memiliki korelasi yang lebih baik daripada GQL-15 dalam evaluasi tajam

penglihatan, sensitivitas kontras, stereoakuitas, dan lapang pandang pada penderita

glaukoma.8,12,23,26

2.1.6 Keterbatasan Pengukuran Kualitas Hidup dengan Kuesioner

Meski telah terbukti sahih dan memiliki korelasi yang kuat antara item skor

pertanyaan dengan pengukuran klinis obyektif, kekurangan utama dari pengukuran

kualitas hidup berdasarkan kuesioner ialah faktor subjektivitas. Kuesioner

merupakan bentuk evaluasi diri yang mengandalkan persepsi, harapan, dan

kepercayaan pasien sendiri.12,26

Page 39: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

23

Penilaian kualitas hidup glaukoma dengan kuesioner juga tidak terlepas dari

beberapa faktor perancu seperti usia, jenis kelamin, tingkat edukasi, dan tingkat

sosial ekonomi.37-40

Pasien glaukoma dengan derajat disfungsi visual yang sama namun level

sosial ekonomi yang berbeda akan memiliki dampak pada kualitas hidup yang

berbeda pula, karena tuntutan fungsi penglihatan yang berbeda dalam kehidupan

sehari-hari. Penelitian kualitas hidup pasien pada studi prospektif Ocular

Hypertension Treatment Study (OHTS) menunjukkan tidak ada perbedaan kualitas

hidup antara etnis Afrika-Amerika dengan etnis lainnya, sebagaimana diketahui

perjalanan alamiah penyakit glaukoma yang dampaknya lebih agresif pada etnis

Afrika-Amerika. Hasil ini dikatakan mencerminkan bias karena subjek studi OHTS

sebagian besar memiliki tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang lebih

tinggi daripada populasi umum etnis Afrika-Amerika.37,40

2.1.7 Pengaruh lapang pandang terhadap kualitas hidup pada penderita

Glaukoma

Early Manifest Glaucoma Trial ialah sebuah studi yang menganalisis

kualitas hidup pasien dimana follow up dilakukan selama 20 tahun. Studi tersebut

menemukan tajam penglihatan dan indeks lapang pandang merupakan variabel

yang signifikan mempengaruhi kualitas hidup, terhitung hampir 40% dari skor NEI-

VFQ-25. Tajam penglihatan sentral pada penderita glaukoma cenderung tetap baik

hingga derajat advanced. Meskipun demikian, hilangnya lapang pandang pada

glaukoma memiliki dampak signifikan pada penurunan kualitas hidup, 8, 41

Page 40: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

24

Yousefi dkk menyatakan kelainan lapang pandang baik pada glaukoma

sudut tertutup maupun sudut terbuka primer cenderung melibatkan superior

hemifield daripada inferior hemifield. Hal ini lebih terlihat pada mata dengan

glaukoma sudut terbuka primer. Glaukoma sudut terbuka primer tahap early

memiliki kelainan lapang pandang pada 3 regio (sentral, parasentral, dan perifer)

bagian superior hemifield daripada inferior. Kemudian pada tahap moderate-

advanced semua regio Glaucoma Hemifield Test superior memiliki kehilangan

lapang pandang lebih besar dibanding inferior. Sedangkan pada Glaukoma sudut

tertutup primer keterlibatan regio superior lebih sedikit dibanding pada sudut

terbuka. Pada tahap early, kelainan lapang pandang mengenai regio sentral superior

terlebih dahulu, kemudian pada tahap moderate mengenai sentral dan perifer

superior, dan akhirnya semakin ke sentral pada tahap advanved. Glaukoma sudut

terbuka primer memiliki nilai PSD yang lebih besar dibanding sudut tertutup.42

Meski dengan pola kelainan lapang pandang yang telah disebutkan diatas,

studi potong lintang prospektif oleh Cheng dkk menyatakan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara kualitas hidup pasien glaukoma sudut terbuka primer dengan

glaukoma sudut tertutup primer. Hingga saat ini juga belum dapat disimpulkan

adanya perbedaan antara kelainan fungsi visual berdasarkan VFI pada glaukoma

sudut terbuka dengan sudut tertutup primer, serta korelasinya dengan kelainan

struktur diskus optik berdasarkan Optical Coherence Tomography (OCT). Boland

dkk menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan baik dari topografi diskus

optik maupun kelainan lapang pandang (MD) antara glaukoma primer sudut

terbuka dan sudut tertutup.43-45

Page 41: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

25

Kehilangan lapang pandang pada penderita glaukoma, khususnya di mata

yang lebih baik, mengakibatkan penurunan kualitas hidup yang berbeda sesuai

dengan derajat kelainan lapang pandang yang diderita (Gambar 2.5).11 Beberapa

studi belakangan ini membuktikan bahwa kehilangan lapang pandang pada tingkat

early sudah mempengaruhi kualitas hidup. Hal ini berbeda dengan persepsi

sebelumnya yang menganggap glaukoma cenderung tidak menimbulkan keluhan

atau gejala hingga pada tahap berat. Penilaian lapang pandang dari mata yang lebih

baik memiliki korelasi yang lebih signifikan terhadap kualitas hidup dibandingkan

mata yang lebih buruk atau dari kedua mata yang mengalami

glaukoma.7,8,11,12,14,16,47,48 Penelitian oleh Madonna (2009), Sawada (2011), dan

Peters (2015) menyatakan penurunan VFI dari mata yang lebih baik memiliki

korelasi yang signifikan dengan penurunan skor kualitas hidup.11,14,16,48

Gambar 2.5. Visual Field Index menggambarkan gangguan fungsi visual yang

berbeda terkait derajat keparahan Glaukoma

Dikutip dari: Heijl11

Page 42: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

26

2.2. Kerangka Pemikiran

Glaukoma merupakan penyakit kronik progresif yang dapat berakhir pada

kebutaan yang bersifat ireversibel.10 Penderita glaukoma memerlukan tatalaksana

dan pemantauan seumur hidup.7 Pengukuran tajam penglihatan, tekanan

intraokular, pemeriksaan klinis saraf optik, dan penilaian lapang pandang

merupakan pemeriksaan yang fundamental pada tatalaksana glaukoma.12 Akan

tetapi semua penilaian klinis tersebut belum dapat memberi informasi terkait

kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang membutuhkan

kemampuan visual.12

Kualitas hidup penderita glaukoma didefinisikan sebagai konsep penilaian

multidimensi yang mencakup kemampuan fungsional, gejala, kesejahteraan

emosional, hubungan sosial, rasa kekhawatiran dan kenyamanan individu yang

dipengaruhi oleh penyakit glaukoma sendiri dan kehilangan penglihatan yang

diakibatkannya.12 Penilaian kualitas hidup sebagai Patient Reported Outcome

merupakan bagian dari tujuan tatalaksana glaukoma saat ini yang semakin

menekankan perawatan yang berpusat pada pasien. Kualitas hidup penderita

glaukoma sulit dikaji dalam praktek dokter mata sehari-hari, namun hal ini penting

bagi pasien.8 Oleh karena itu dibutuhkan alat ukur yang mampu menggambarkan

fungsi visual pasien, sekaligus kaitannya dengan kualitas hidup.

Perimetri merupakan penilaian klinis yang penting pada manajemen

glaukoma.11,12,20,25 Tidak hanya karena hilangnya lapang pandang merupakan tanda

diagnostik yang kuat untuk kerusakan glaukoma, tetapi yang lebih penting lagi

Page 43: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

27

karena ia memuat informasi tentang derajat dan progresivitas kelainan lapang

pandang.12,25 Hal ini dapat memberikan pertimbangan penyesuaian strategi terapi

untuk masing-masing pasien.7,11,25

Dalam studi kualitas hidup didapatkan hilangnya lapang pandang

merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi penurunan kualitas hidup.17,18,28

Sebagian besar studi sebelumnya yang memuat korelasi antara lapang pandang

dengan kualitas hidup, menggunakan parameter MD dalam penilaian perimetri.16

Kekurangan MD ialah dipengaruhi oleh katarak dan kurang sensitif dalam

mendeteksi kelainan lapang pandang sentral.11,12 Penggunaan indeks perimetri yang

tidak dipengaruhi penyakit terkait usia yang mempengaruhi penglihatan selain

glaukoma sangat penting, terutama katarak.13,14 Selain itu, sebaiknya indeks

tersebut lebih sensitif dalam mendeteksi gangguan lapang pandang sentral.14 Evans

dkk menyatakan hilangnya lapang pandang sentral memberi dampak penurunan

kualitas hidup di semua subskala.49

Visual Field Index merupakan angka yang merangkum status lapang

pandang setiap pasien dalam persentase terhadap nilai sensitivitas normal yang

telah dikoreksi usia. Visual Field Index sebagai indeks global perimetri yang baru

mempunyai kelebihan tidak dipengaruhi katarak dan lebih menitikberatkan pada

lapang pandang sentral.11-14 Penilaian VFI diharapkan dapat menjadi informasi

yang memberi gambaran fungsi visual, sekaligus menggambarkan potensi

dampaknya pada penurunan kualitas hidup.48

Page 44: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

28

2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Gambar 2.6. Skema Alur Pemikiran

Apakah

terdapat

korelasi?

Lapang pandang merupakan salah satu fungsi visual

Indeks lapang pandang pada perimetri

merupakan parameter fungsi visual

Glaukoma mengakibatkan hilangnya lapang pandang secara permanen

Visual Field Index (VFI)

merupakan indeks global

terbaru yang menilai

penurunan lapang pandang

tanpa dipengaruhi katarak

dan lebih sensitif terhadap

gangguan lapang pandang

sentral

NEI-VFQ-25

Penurunan lapang pandang

Penurunan kualitas hidup

Page 45: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

29

2.4 Premis dan Hipotesis

2.4.1 Premis

Premis 1 : Glaukoma mengakibatkan hilangnya lapang pandang secara

permanen. 1,2,7,11,12

Premis 2 : Gangguan lapang pandang pada glaukoma mengakibatkan

penurunan fungsi visual dalam aktivitas sehari-hari. 7,11,12,17,18,28

Premis 3 : Indeks penurunan lapang pandang pada perimetri merupakan

variabel yang signifikan mempengaruhi penurunan kualitas hidup.

7,8,11,12,14,16,47,48

Premis 4 : Visual Field Index merupakan indeks global terbaru dalam menilai

penurunan lapang pandang yang dirancang untuk lebih sensitif

pada perubahan lapang pandang sentral dan tidak dipengaruhi

katarak.11-13,25

Premis 5 : Visual Field Index berupa angka yang merangkum status lapang

pandang setiap pasien dalam persentase terhadap nilai sensitivitas

normal yang telah dikoreksi usia. 11-13

Premis 6 : Kualitas hidup penderita glaukoma ialah penilaian multidimensi

yang mencakup kemampuan fungsional, gejala, kesejahteraan

emosional, hubungan sosial, rasa kekhawatiran dan kenyamanan

individu yang dipengaruhi oleh penyakit glaukoma dan

kehilangan penglihatan yang diakibatkannya.8,12

Page 46: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

30

Premis 7 : NEI –VFQ 25 telah terbukti sensitif dan spesifik dalam mencari

hubungan antara penurunan lapang pandang dengan kualitas hidup

penderita glaukoma. 14, 16, 17

2.4.2 Hipotesis

Terdapat korelasi antara penurunan lapang pandang berdasarkan Visual

Field Index dengan kualitas hidup penderita glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-

VFQ 25

Page 47: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

31

BAB III

SUBJEK DAN METODA PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek pasien glaukoma primer yang menjalani

pengobatan di Unit Glaukoma Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

(PMN RSMC) Bandung. Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang

menderita glaukoma primer. Populasi terjangkau adalah penderita glaukoma primer

yang datang ke Unit Glaukoma PMN RSMC Bandung untuk dilakukan

pemeriksaan, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia mengikuti

penelitian.

3.1.1 Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling.

3.1.2 Kriteria Inklusi

1) Subjek berusia 40 - 80 tahun.

2) Pasien yang telah didiagnosis glaukoma primer (sudut terbuka atau

sudut tertutup) pada kedua mata

3) Pasien yang memiliki data perimetri yang reliabel dalam 6 bulan

terakhir, atau dapat menjalani pemeriksaan lapang pandang Humphrey

30-2 atau 24-2, minimal pada salah satu mata.

Page 48: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

32

3.1.3 Kriteria Eksklusi

1) Pasien dengan tajam penglihatan terbaik dengan koreksi kurang dari

1/60

2) Pasien dengan riwayat operasi bedah intraokular dalam waktu kurang

dari 3 bulan terakhir

3) Pasien dengan glaukoma akut sudut tertutup primer

4) Pasien dengan inflamasi mata meliputi blefaritis, konjungtivitis,

keratitis, dan uveitis.

5) Pasien dengan kelainan kornea yang mempengaruhi aksis visual seperti

keratopati.

6) Pasien dengan patologi okular pada retina yang mempengaruhi lapang

pandang dan patologi saraf optik lain selain glaukoma

7) Pasien yang tidak kooperatif untuk dilakukan penilaian dengan

kuesioner karena berbagai alasan

8) Pasien dengan penyakit komorbiditas yang diketahui dan

mempengaruhi kualitas hidup seperti gangguan jiwa, demensia, gagal

ginjal end-stage, stroke, dan keganasan.

9) Pasien tuna wicara dan pasien yang tidak mampu berbahasa Indonesia

Page 49: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

33

3.1.4 Penentuan Ukuran Sampel

Besar sampel ditentukan sesuai tujuan penelitian yaitu untuk menguji

apakah terdapat korelasi antara penurunan lapang pandang berdasarkan Visual

Field Index dengan kualitas hidup penderita glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-

VFQ 25.

Rumus besar sampel berdasarkan rumus untuk uji hipotesis dengan

menggunakan koefisien korelasi (r) dengan perhitungan ukuran sampel dalam

penelitian ini ialah sebagai berikut50,51 :

𝑛 = [𝑍𝛼 + 𝑍𝛽

0,5 𝑙𝑛 [(1 + 𝑟)(1 − 𝑟)

]]

2

+ 3

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

Zα = Derajat kepercayaan yaitu 95% (1,96)

Zβ = Kekuatan uji yaitu 95% (1,64)

r = Koefisien korelasi yang bermakna sebesar 0,58 (berdasarkan nilai

koefisien korelasi pada jurnal Hideko Sawada sebesar 0,58)16

𝑛 = [𝑍𝛼 + 𝑍𝛽

0.5 𝑙𝑛( 1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)]2

+ 3

Page 50: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

34

𝑛 = [1.96 + 1.64

0.5 𝑙𝑛( 1 + 0.58)/(1 − 0.58)]2

+ 3

𝑛 = [3.6

0.5 𝑙𝑛 1 . 58/0.42]2

+ 3

𝑛 = 29,53 + 3 = 32,53 ≈ 33

Rumus ukuran sampel untuk analisis regresi linier sederhana dengan nilai R2

minimum sebesar 0,1 dengan level kepercayaan 95% dan power tes sebesar 80%

ialah dengan sampel sebesar 72 orang.51 Dengan demikian pada penelitian ini

diambil sampel sebesar 72 orang.

3.1.5 Bahan dan Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Snellen Chart projector

2. Tonometri aplanasi Goldmann

3. Perimetri Humphrey Field Analyzer 3

4. Lampu celah biomikroskopi

5. Sussman 4-mirror Goniolens

6. Lensa 78 Dioptri atau lensa Digital Wide Field

7. Data perimetri Single Field Analysis print out Humphrey Visual Field

subjek penelitian

8. Kuesioner Nasional Eye Institute Visual Functioning Questionnaire (NEI-

VFQ-25) versi Bahasa Indonesia yang telah divalidasi.

Page 51: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

35

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini ialah penelitian observasional analitik menggunakan desain

cross sectional. Konsep cross section atau potong lintang adalah untuk mengukur

variabel bebas dan tergantung pada waktu bersamaan.52 Faktor risiko dan efeknya

diobservasi pada saat yang sama, artinya setiap subjek penelitian diobservasi satu

kali dan faktor resiko serta dampak diukur menurut keadaan saat dilakukan

observasi. Pada penelitian ini dilakukan analisis secara statistik untuk menguji

korelasi antara kelainan lapang pandang berdasarkan Visual Field Index dengan

kualitas hidup penderita glaukoma Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

3.2.2 Identifikasi Variabel

3.2.2.1 Definisi Konseptual Variabel

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kualitas hidup terkait

penglihatan penderita glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25.

Variabel bebas dari penelitian ini adalah penurunan lapang pandang pada

glaukoma berdasarkan Visual Field Index

Variabel perancu ialah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, dan kelainan sistemik yang tidak diketahui.

3.2.3 Definisi Operasional

1. Visual Field Index ialah indeks global perimetri Humphrey berupa angka yang

merangkum status lapang pandang pasien dalam persentase terhadap nilai

sensitivitas retina normal yang telah dikoreksi usia. Nilai VFI pada lapang

Page 52: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

36

pandang normal ialah 100%, sedangkan pasien yang dikatakan buta secara

perimetri memiliki nilai VFI 0%.

2. Kualitas hidup terkait penglihatan ialah persepsi seorang individu mengenai

kehidupannya yang berkaitan dengan fungsi penglihatan serta dampaknya

terhadap status psikologis, kesehatan, tingkat kemandirian dalam aktivitas

sehari-hari, hubungan sosial dan lingkungan.

3. Kuesioner NEI-VFQ-25 ialah kuesioner penilaian kualitas hidup berupa data

kuantitatif (skor) yang diambil dari 25 pertanyaan dalam Bahasa Indonesia.

Skor 0 menunjukkan nilai paling buruk dan skor 100 menunjukkan tidak adanya

gangguan terkait penglihatan. Skor komposit ialah rerata dari hasil skor setiap

subskala dalam kuesioner.

4. Hasil pemeriksaan Perimetri Humphrey yang reliabel ialah yang memiliki

parameter fixation losses kurang dari 20%, respon false positive kurang dari

15%, dan false negatve kurang dari 15% (kecuali pada glaukoma derajat

advanced).

5. Mata yang lebih baik ialah mata dengan nilai persentase VFI yang lebih tinggi.

6. Tingkat pendidikan dibagi menjadi:

Tingkat pendidikan rendah yaitu tidak sekolah atau tamat Sekolah Dasar

(SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Tingkat pendidikan sedang yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

Page 53: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

37

Tingkat pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

7. Badan Pusat Statistik membedakan tingkat pendapatan menjadi 4 golongan

yaitu golongan pendapatan sangat tinggi yaitu pendapatan rata-rata lebih dari

Rp. 3.500.000,00 per bulan. Golongan pendapatan tinggi jika pendapatan rata-

rata antara Rp.2.500.000,00 – Rp. 3.500.000,00 per bulan. Golongan

pendapatan sedang jika pendapatan rata –rata antara Rp. 1.500.000 – Rp.

2.500.000,00 per bulan. Golongan pendapatan rendah kurang dari Rp.

1.500.000,00 per bulan. Pendapatan pasien ialah penghasilan per bulan yang

didapatkan dari hasil bekerja, uang pensiun, pemberian dari keluarga atau

lainnya.

3.2.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner NEI-VFQ-25

Adaptasi bahasa Indonesia dari NEI – VFQ – 25 dikembangkan sesuai

metode standar yang diakui secara internasional. Metode penerjemahan dilakukan

secara forward backward translation yang dilakukan oleh dua orang penerjemah

bilingual yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Kedua

penerjemah telah memiliki sertifikat Cambridge English for Speakers of Other

Languages.

Tahap pertama kuesioner diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh

salah satu orang penerjemah (forward translation), kemudian versi bahasa

Indonesia diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Inggris oleh satu orang

penerjemah lain yang tidak mengetahui versi asli kuesioner tersebut (backward

Page 54: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

38

translation). Hasil terjemahan dalam Bahasa Inggris tersebut kemudian

dibandingkan dengan versi asli kuesioner.

Sebelum dijadikan alat ukur dalam penelitian ini, kuesioner terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur

sahih atau tidaknya suatu kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Semakin tinggi validitas alat ukur

berarti resiko kesalahan pengukuran akan semakin kecil, artinya skor yang

diperoleh dari setiap subjek tidak akan jauh berbeda dari skor yang sebenarnya. 52

Setiap butir pertanyaan dalam kuesioner merupakan instrumen yang

mengukur tujuan penelitian. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan tiap

butir skor dengan skor total hasil kuesioner yang merupakan jumlah dari skor setiap

butir pertanyaan. Software SPSS 24.0 digunakan pada penelitian ini. Dalam

perhitungan statistika, pengujian validitas ini dapat diukur dengan mencari r hitung

(angka korelasi Pearson) menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan

persamaan sebagai berikut:50

Keterangan :

r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari

n = Jumlah anggota sampel

X = Skor total responden

Y = Skor total pernyataan masing-masing responden

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

Page 55: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

39

∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X

∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y

Kuesioner dianggap valid apabila nilai koefisien korelasi hitung lebih besar

dari pada nilai koefisien korelasi tabel (r hitung ≥ r tabel) dengan jumlah responden

uji coba kuesioner sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil pengujian tersebut

diperoleh nilai r tabel yaitu 0,361. Artinya setiap butir kuesioner dinyatakan valid

apabila koefisien korelasi ≥ 0,361. Tabel 3.1 memuat kesimpulan bahwa semua

instrumen pertanyaan pada variabel NEI -VFQ-25 adalah valid (r hitung > 0,361).

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel NEI VFQ-25

Variabel Butir

Pernyataan

Korelasi Item

Total (r-hitung)

Tingkat Persepsi

Taraf

Signifikan Kesimpulan

General Health

and vision

1 0,503 0,361 Valid

2 0,804 0,361 Valid

3 0,466 0,361 Valid

4 0,622 0,361 Valid

Difficulty with

activities

5 0,538 0,361 Valid

6 0,761 0,361 Valid

7 0,941 0,361 Valid

8 0,780 0,361 Valid

9 0,646 0,361 Valid

10 0,899 0,361 Valid

11 0,826 0,361 Valid

12 0,717 0,361 Valid

13 0,582 0,361 Valid

14 0,480 0,361 Valid

15 0,453 0,361 Valid

16 0,426 0,361 Valid

16a 0,480 0,361 Valid

17 0,705 0,361 Valid

Responses to

vision problems

18 0,842 0,361 Valid

19 0,431 0,361 Valid

20 0,898 0,361 Valid

21 0,867 0,361 Valid

22 0,810 0,361 Valid

23 0,895 0,361 Valid

24 0,876 0,361 Valid

25 0,832 0,361 Valid

Page 56: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

40

Hasil penelitian yang reliabel adalah apabila terdapat kesamaan data dalam

waktu pengukuran yang berbeda. Hal ini menyangkut tingkat kepercayaan dan

konsistensi hasil pengukuran suatu instrumen yang digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama.

Koefisien Alpha Cronbach merupakan uji statistik paling umum yang

digunakan para peneliti untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian.

Metode ini sesuai digunakan pada penelitian skor berbentuk skala atau skor

rentangan (misal pada penelitian ini 0-100). Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah

kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Sekaran dkk

menyatakan koefisien Alpha Cronbach minimal r ≥ 0,7 menunjukkan bahwa

instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang layak digunakan sebagai alat

penelitian.50 Pengukuran koefisien reliabilitas yang digunakan yaitu dengan

persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = jumlah butir pernyataan

Σab2 = jumlah varians butir

at2 = varians total

Tabel 3.2 memuat kesimpulan bahwa secara keseluruhan, instrumen NEI

VFQ-25 dianggap reliabel karena nilai r ≥ 0,7, akan tetapi terdapat instrumen

Page 57: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

41

variabel General Health and Vision dengan nilai r = 0,698. Dalam hal ini mengacu

pada teori Hair dkk nilai r= 0,6 sudah dianggap reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Kuesioner NEI-VFQ-25

Variabel Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items

Jumlah

butir

pertanyaan

Kesimpulan

NEI-VFQ-25 0,954 0,700 26 Reliabel

General Health and

vision 0,698 0,700 4 Reliabel

Difficulty with

activities 0,910 0,700 13 Reliabel

Responses to vision

problems 0,946 0,700 9 Reliabel

3.2.5 Cara Kerja

1. Pengajuan rancangan penelitian ke Komite Etik Penelitian Kesehatan

(ethical clearance).

2. Oleh karena adanya kondisi pandemi penyakit Corona Virus, maka

pemilihan pasien dilakukan dengan dua cara, yakni berdasarkan kedatangan

pasien ke poliklinik Unit Glaukoma Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata

Cicendo dan berdasarkan data rekam medis. Pencarian data pasien melalui

rekam medis dilakukan berdasarkan kode 10th Revision of the International

Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD-10)

dengan diagnosis glaukoma sudut terbuka primer (kode H40.1) dan

glaukoma sudut tertutup primer (kode H40.2) yang telah menjalani

pemeriksaan perimetri Humphrey di bulan November 2019 – Mei 2020.

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dihubungi via telepon, lalu

diberikan penjelasan lisan mengenai prosedur dan manfaat penelitian.

Page 58: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

42

Pasien yang telah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian akan

dimintakan persetujuan/informed consent secara verbal via telepon.

3. Pencatatan data identitas meliputi nama pasien, jenis kelamin, usia, alamat

domisili, dan nomor telepon. Status sosial ekonomi pasien meliputi tingkat

edukasi, pekerjaan, dan tingkat pendapatan juga dicatat.

4. Data terkait glaukoma yang dicatat meliputi diagnosis dan tipe glaukoma,

tekanan intraokular, tetes mata dan obat oral anti glaukoma yang digunakan,

jenis operasi glaukoma dan periode pasca operasi. Penyakit sistemik dan

riwayat pengobatan sistemik juga dicatat.

5. Dilakukan pemeriksaan pada kedua mata berupa tajam penglihatan,

pemeriksaan segmen anterior dengan lampu celah biomikroskopi,

pengukuran tekanan intraokular dengan tonometer aplanasi Goldmann, dan

evaluasi saraf optik dengan lensa Digital Wide Field atau lensa 78 D. Jika

pasien tidak dapat datang ke rumah sakit, maka diambil data klinis dari

pemeriksaan rekam medis terakhir.

6. Pasien yang memiliki data perimetri yang reliabel dalam 6 bulan terakhir

tidak dilakukan pemeriksaan perimetri ulang. Pasien yang memiliki data

perimetri yang tidak reliabel atau lebih dari 6 bulan akan menjalani

pemeriksaan HVF 24-2 atau 30-2 dengan strategi SITA Standard. Nilai VFI

pada mata yang lebih baik akan diambil untuk analisis korelasi dengan

kuesioner NEI VFQ-25.

7. Dikarenakan adanya pandemi COVID-19 saat penelitian berlangsung,

pengisian kuesioner kualitas hidup dengan metode wawancara

Page 59: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

43

menggunakan kuesioner NEI VFQ-25 di rumah sakit dilakukan oleh

peneliti sendiri, sedangkan untuk subjek yang diperoleh dari data rekam

medis, wawancara via telepon dilakukan oleh satu orang dokter umum yang

mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, dan

tidak mengetahui hipotesis penelitian. Metode wawancara dipilih dengan

tujuan semua pasien memiliki persepsi yang sama untuk setiap pertanyaan.

Pasien akan dibacakan dan dijelaskan masing-masing item kuesioner oleh

petugas kuesioner, kemudian petugas melingkari angka pada kuesioner

sesuai jawaban responden.

8. Langkah berikutnya adalah pemberian skor dari masing-masing jawaban.

Skor untuk pertanyaan nomor 1, 3, 4 ialah jawaban 1 = skor 100,

jawaban 2 = skor 75, jawaban 3 = skor 50, jawaban 4 = skor 25,

dan jawaban 5 = skor 0.

Skor untuk pertanyaan nomor 2 ialah jawaban 1 = skor 100,

jawaban 2 = skor 80, jawaban 3 = skor 60, jawaban 4 = skor 40,

jawaban 5 = skor 20, dan jawaban 6 = skor 0.

Skor pertanyaan nomor 5 – 14 dan nomor 16 ialah untuk

jawaban 1 = skor 100, jawaban 2 = skor 75, jawaban 3 = skor 50,

jawaban 4 = skor 25, jawaban 5 = skor 0, dan jawaban 6 sebagai

missing value.

Skor pertanyaan nomor 15 ialah ialah jawaban 1 = skor 100,

jawaban 2 = skor 75, jawaban 3 = skor 50, jawaban 4 = skor 25.

Pertanyaan nomor 15c memiliki tingkat respon sebagai berikut;

Page 60: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

44

apabila jawaban nomor 15b = 1 maka skor 15c ditulis 0. Apabila

jawaban nomor 15b ialah 2 atau 3 maka skor 15c sebagai missing

value.

Skor pertanyaan nomor 17 – 25 ialah untuk jawaban 1 = skor 0,

jawaban 2 = skor 25, jawaban 3 = skor 50, jawaban 4 = skor 75,

dan jawaban 5 = skor 100.

9. Langkah terakhir adalah penjumlahan dan penghitungan rerata hasil skor

jawaban. Skor dari setiap pertanyaan dalam setiap subskala yang tidak

berupa missing value akan dijumlahkan kemudian dibagi jumlah

pertanyaannya. Seluruh skor dari masing-masing subskala setiap responden

akan dijumlahkan dan direrata untuk menjadi skor komposit kualitas hidup

pasien.

3.2.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah secara komputerisasi untuk mengubah data

menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari:

1 Editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.

2 Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan.

3 Data entry, yaitu memasukkan data hasil pemeriksaan dan pengukuran subjek

penelitian ke dalam program komputer.

Page 61: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

45

4 Cleaning, yaitu semua data subjek penelitian yang telah selesai dimasukkan

akan dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode dan

ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.

3.2.6.1. Analisis Data

Analisis univariabel dilakukan untuk melihat gambaran proporsi masing -

masing variabel yang disajikan secara deskriptif, kemudian diuraikan menjadi

analisis deskriptif. Data yang berskala numerik seperti usia dipresentasikan dengan

rerata, standar deviasi, median dan rentang. Kemudian untuk data karakteristik

sampel berupa data kategorik seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,

dan pendapatan diberi kode dan dipresentasikan sebagai distribusi frekuensi dan

persentase.51

Sebelum dilakukan uji statistika, data numerik akan dinilai dengan uji

normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov test. Tes ini dipilih karena jumlah

sampel penelitian ini lebih dari 50 subjek. Tujuan digunakannya tes ini ialah untuk

menguji apakah data berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Selanjutnya dilakukan analisis statistik sesuai tujuan penelitian dan hipotesis

penelitian yaitu untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kelainan lapang

pandang berdasarkan Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita glaukoma

Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung menggunakan kuesioner NEI-VFQ 25. Uji

statistik korelasi antara data numerik dengan numerik dilakukan pada data

berdistribusi tidak normal dengan menggunakan uji korelasi Spearman Test.

Page 62: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

46

Interpretasi hasil uji hipotesis akan dilakukan berdasarkan kekuatan korelasi,

arah korelasi, dan nilai p. Kekuatan korelasi (r) berdasarkan kriteria Guillford

yaitu : 0,0 -<0,2= sangat lemah; 0,2 - <0,4= lemah; 0,4 -<0,7= sedang; 0,7 - <0,9=

kuat; 0,9 -1,0= sangat kuat. Arah korelasi positif searah berarti semakin besar nilai

satu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnya. Arah korelasi negatif:

berlawanan arah berarti semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai

variabel lainnya. 50-52

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu

variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini digunakan

untuk mengetahui seberapa kuatnya arah hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen (positif atau negatif). Analisis ini juga bertujuan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabla nilai varibel independen

mengalami kenaikan atau penurunan. Bentuk umum persamaan regresi linier

sederhana adalah :

�̂�= 𝛼 + 𝛽1X1

Keterangan :

�̂� = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel independen

𝛼 = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

𝛽 = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Pengujian hipotesis dinilai dengan penetapan hipotesis nol (H0) dan

hipotesis alternatif (Ha), penetapan nilai uji statistik dan tingkat signifikansi.

Page 63: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

47

Kriteria kemaknaan yang digunakan adalah nilai p. Apabila p≤0,05 artinya

signifikan atau bermakna secara statistika, dan p>0,05 artinya tidak signifikan atau

tidak bermakna secara statistik.

Penelitian ini menguji hipotesis dengan menggunakan uji signifikansi

parsial (uji statistik t). Uji hipotesis t-test digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen memiliki hubungan signifikan atau tidak dengan variabel

dependen secara individual untuk setiap variabel. Bentuk umum persamaan t-test

adalah :

t = r_(p √(n-3))/√(1-〖r_p〗^2 )

Keterangan :

r_p = Korelasi parsial yang ditemukan

n = Jumlah sampel

t = t_hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t_tabel

Dasar pengambilan keputusan diambil dengan membandingkan t_hitung dengan

t_tabel adalah:

Jika t_hitung ≤ t_tabel maka H_0 diterima.

Jika t_hitung>t_tabel maka H_0 ditolak.

T tabel dilihat pada α = 0,05: dengan derajat kebebasan df (n-2).

Kriteria lain jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, sedangkan

signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

Page 64: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

48

3.2.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ialah unit Glaukoma PMN RSMC Bandung. Penelitian

dilakukan bulan Maret – Mei 2020 setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik

Penelitian Kedokteran, sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

3.3 Implikasi/Aspek Etik Penelitian

Penderita glaukoma primer yang datang ke PMN RSMC akan dilakukan

penilaian perimetri dan wawancara sesuai panduan kuesioner NEI VFQ-25.

Penelitian ini berpedoman pada tiga prinsip dasar penelitian pada manusia. Prinsip

dasar tersebut memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Prinsip respect for person (menghormati harkat dan martabat manusia)

Subjek penelitian memiliki hak untuk bertanya dan berkonsultasi secara

jelas kepada peneliti mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

penelitian.

Keikutsertaan subjek dalam penelitian dilakukan secara sadar dan

sukarela. Subjek dapat sewaktu – waktu memiliki hak untuk

menghentikan keikutsertaannya dalam penelitian karena suatu sebab

tanpa adanya paksaan.

Pasien tetap memperoleh hak untuk berobat dan mendapat perlakuan

yang baik meskipun menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian.

2. Prinsip beneficience (bermanfaat) dan non-maleficence (tidak merugikan).

Penelitian yang dilakukan akan memberikan manfaat terhadap ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan mata, yakni memberikan kontribusi di

Page 65: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

49

bidang pengkajian kualitas hidup penderita glaukoma, terutama korelasinya

dengan lapang pandang.

3. Prinsip justice (keadilan) yaitu pasien yang diikutsertakan pada penelitian

ini akan diperlakukan sama.

Seluruh informasi dan data pribadi subjek penelitian yang diperoleh selama

proses penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya. Keikutsertaan subjek penelitian

ini bersifat sukarela, peserta bebas menolak ikut serta dalam penelitian ataupun

mengundurkan diri tanpa konsekuensi apapun.

Page 66: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

50

3.4 Skema Alur Penelitian

Tidak

kooperatif

=

eksklusi

Page 67: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian korelasi antara Visual Field Index dengan kualitas hidup

penderita glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25 telah dilakukan di Pusat

Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada bulan Mei 2020. Hasil data rekam

medis dengan kode H 40.1 dan H40.2 yang telah menjalani perimetri Humphrey

dalam 6 bulan terakhir sebanyak 349 data, namun data yang sesuai dengan kriteria

inklusi ialah sebanyak 102 data. Dari 102 data, sebanyak 28 subjek tidak dapat

dihubungi via telepon, dan 2 subjek dieksklusi karena tidak kooperatif.

Didapatkan total 72 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak

termasuk kriteria eksklusi. Sebanyak 18 subjek didapatkan dari kedatangan ke poli

Glaukoma dan diwawancara secara langsung, sedangkan 54 subjek didapatkan dari

rekam medis dan diwawancara via telepon.

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang ditampilkan meliputi karakteristik sosial demografi

subjek penelitian, karakteristik klinis subjek penelitian, korelasi antara lapang

pandang berdasarkan Visual Field Index dengan setiap subskala dan total skor

kuesioner NEI-VFQ-25, serta rerata hasil skor subskala kuesioner NEI-VFQ-25 dan

skor komposit. Normalitas data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal akan disajikan dalam bentuk

rerata, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal, maka nilai yang

digunakan adalah median.

Page 68: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

52

Tabel 4.1 menunjukkan persentase yang hampir serupa antara subjek pria

(48.6%) dan wanita (51.4%). Rerata usia subjek pada penelitian ini ialah 63.28

tahun. Sebagian besar pasien memiliki tingkat pendidikan sedang (54.2%), dan

tidak bekerja (66.7%). Pasien dengan tingkat pendapatan rendah ialah sebanyak

33.3%, sedangkan dengan pendapatan tinggi dan sangat tinggi masing-masing 25%.

Tabel 4.1 Karakteristik Sosial Demografi Subjek Penelitian

Variabel Jumlah (n= 72) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Pria 35 48.6

Wanita 37 51.4

Usia (tahun)

Rerata±SD 63.28±9.085

Rentang (minimal-maksimal) 41.00-80.00

Tingkat Pendidikan

Rendah 25 34.7

Sedang 39 54.2

Tinggi 8 11.1

Jenis Pekerjaan

Tidak Bekerja 48 66.7

Pegawai 11 15.3

Wiraswasta 12 16.7

Lainnya 1 1.4

Tingkat Pendapatan

Rendah 24 33.3

Sedang 12 16.7

Tinggi 18 25

Sangat Tinggi 18 25 Keterangan : SD = Standar Deviasi

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik klinis subjek. Penelitian ini diikuti

oleh pasien glaukoma primer sudut terbuka (56.9%) dan pasien glaukoma primer

sudut tertutup (43.1%).

Page 69: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

53

Sebagian besar subjek penelitian ini memiliki tajam penglihatan yang baik,

54.2% termasuk dalam kategori tidak ada gangguan penglihatan dan 23.6%

gangguan penglihatan ringan. Rerata tekanan intraokular pada pasien tergolong

terkontrol (di bawah 21mmHg). Nilai median VFI pada mata yang lebih baik ialah

sebesar 78.50%.

Tabel 4.2 Karakteristik Klinis Subjek Penelitian

Variabel n=72 pasien , n (%)

Jenis Glaukoma Primer

Sudut Terbuka 41(56.9)

Sudut Tertutup 31(43.1)

Tajam Penglihatan Mata Terbaik

Baik (≥ 6/12) 39 (54.2)

Ringan (6/18 - < 6/12) 17 (23.6)

Sedang (6/60 - < 6/18) 12 (16.7)

Berat (3/60 - < 6/60) 4 (5.5)

Buta (NLP - < 3/60) 0

Tekanan Intraokular

Mata Kanan

Rerata±SD 18.13±7.394

Mata Kiri

Rerata±SD 15.67±4.876

Visual Field Index Mata Lebih Baik

Median 78.50%

Rentang (minimal-maksimal) 2.00-97.00%

Mean Deviation Mata Lebih Baik

>-6 dB 17 (23.6)

6-12 dB 22 (30.6)

< - 12 dB 33 (45.8)

Keterangan : SD = Standar Deviasi. NLP: No Light Perception

Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis statistika dengan uji korelasi

Spearman antara variabel VFI dengan masing-masing variabel subskala dan skor

komposit dari kuesioner NEI-VFQ-25 mempunyai nilai r = 0.251 - 0.746 (p<0.05).

Page 70: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

54

Respon subjek penelitian yang menjawab penglihatan warna pada penelitian ini

kurang dari 50%, yaitu hanya 24 pasien. Berdasarkan alasan ini maka subskala

penglihatan warna tidak dianalisis.

Tabel 4.3 Analisis Korelasi Visual Field Index (VFI) dengan Skor Komposit dan

Subskala Kualitas Hidup menggunakan Kuesioner NEI-VFQ-25

Variabel r Nilai p

VFI dengan Skor komposit 0.746 0.0001*

VFI dengan Kesehatan Umum 0.251 0.033*

VFI dengan Penglihatan Umum 0.683 0.0001*

VFI dengan Nyeri pada mata 0.378 0.0001*

VFI dengan penglihatan dekat 0.605 0.0001*

VFI dengan Penglihatan jauh 0.683 0.0001*

VFI dengan Fungsi Sosial 0.638 0.0001*

VFI dengan Kesehatan mental 0.666 0.0001*

VFI dengan Keterbatasan peran 0.581 0.0001*

VFI dengan Ketergantungan terhadap orang lain 0.607 0.0001*

VFI dengan Berkendara 0.633 0.001*

VFI dengan Penglihatan warna Tidak dianalisis

VFI dengan Penglihatan perifer 0.700 0.0001* Keterangan: nilai kemaknaan p < 0,05. Tanda * menunjukkan bermakna secara statistika,

r : koefisien korelasi menggunakan uji korelasi Spearman.

Keeratan korelasi antara kedua variabel dilihat menggunakan kriteria

Guilford. Korelasi yang tidak erat didapatkan antara VFI dengan subskala

kesehatan umum dan nyeri pada mata. Korelasi yang kuat didapatkan antara VFI

dengan subskala penglihatan perifer (r=0.70) dan skor komposit (r=0.746),

sedangkan untuk subskala lainnya didapatkan korelasi yang moderat (tabel 4.3).

Arah korelasi yang positif didapatkan antara kedua variabel ini (Gambar 4.1),

dengan persamaan regresi linear y = 0,484x + 38,034.

Page 71: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

55

Gambar 4.1 Grafik scatter plot korelasi skor komposit kualitas hidup dengan

nilai Visual Field Index

Skor 0 pada kuesioner NEI-VFQ-25 merupakan nilai paling buruk,

sedangkan skor 100 menunjukkan tidak ada gangguan terkait penglihatan. Skor

tertinggi pada penelitian ini ialah subskala fungsi sosial (median 87.50), sedangkan

skor terendah yaitu subskala berkendara (median 45.83). Hasil rerata skor komposit

semua subjek ialah sebesar 67.49 (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Rerata skor subskala dan skor komposit kuesioner NEI-VFQ 25

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

0 20 40 60 80 100 120

Sk

or

Ko

mp

osi

t

Nilai Visual Field Index

y= 0,484x + 38,034

Page 72: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

56

4.2 Uji Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat korelasi antara penurunan

lapang pandang berdasarkan Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita

glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji korelasi Spearman pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan

bahwa secara statistik terdapat korelasi positif bermakna antara penurunan lapang

pandang berdasarkan Visual Field Index terhadap kualitas hidup penderita

glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25 (p=0,0001).

Kekuatan korelasi antara Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita

glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25 termasuk kategori keeratan korelasi

kuat (r=0.746). Dari grafik scatter plot dan garis regresi linear pada gambar 4.1

dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai Visual Field Index berhubungan dengan

semakin tinggi pula skor kualitas hidup pada kuesioner NEI-VFQ-25. Berdasarkan

hasil analisis statistik diatas, maka hipotesis peneliti diterima.

4.3 Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan 72 pasien dengan rentang usia 41 hingga 80

tahun. Prevalensi global glaukoma tertinggi ialah pada populasi usia 40-80 tahun

yaitu sebesar 3.54%.3 Prevalensi terjadinya glaukoma primer sudut tertutup

bervariasi tergantung pada ras dan etnis. Resiko terjadinya glaukoma primer

meningkat seiring berjalannya usia. Pada glaukoma primer sudut terbuka, usia di

atas 70 tahun memiliki resiko 3 – 8 kali lebih tinggi dibanding usia 40 tahun. 53

Page 73: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

57

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, lingkungan, etnis, dan budaya dapat

mempengaruhi hasil penilaian kuantitatif kualitas hidup. Hasil rerata skor komposit

pada penelitian ini yaitu 67.49. Nilai ini lebih rendah dibandingkan penelitian

kualitas hidup serupa pada penderita glaukoma primer sudut terbuka di Jepang

(rerata skor komposit 78.3).16 Sebagian besar pasien dalam penelitian ini bukan usia

produktif (rerata usia 63.28 tahun), memiliki riwayat tingkat pendidikan sedang,

dan tingkat pendapatan yang rendah. Sawada (2011) dan Medeiros (2015)

menyatakan bahwa pasien glaukoma dengan usia lebih muda memiliki skor

komposit kualitas hidup yang lebih tinggi.54,55 Selanjutnya Medeiros melaporkan

setiap 10 tahun penambahan usia dari baseline berhubungan dengan penurunan skor

komposit NEI VFQ-25 Rasch-calibrated score sebesar 0.5 unit (p < 0.001).55 Kuo

dkk membandingkan kualitas hidup pasien glaukoma primer sudut terbuka tingkat

pendidikan rendah dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi, hasilnya pasien

dengan tingkat edukasi perguruan tinggi memiliki skor komposit NEI-VFQ-25

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah (p=0.041).56

Peters (2015) dan Chun (2018) menemukan tajam penglihatan dan lapang

pandang merupakan dua variabel yang memiliki korelasi yang signifikan

mempengaruhi kualitas hidup.14,57 Tajam penglihatan sentral cenderung tetap

dipertahankan hingga glaukoma derajat advanced. Sebagian besar subjek pada

penelitian ini tergolong memiliki tajam penglihatan yang baik, namun sudah

terdapat penurunan skor kualitas hidup. Penilaian subskala penglihatan jauh dan

dekat yang menggambarkan lapang pandang sentral, memiliki skor median 75

(sedikit lebih rendah dibandingkan penelitian oleh Sawada yaitu skor 76.9).16 Hasil

Page 74: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

58

ini menunjukkan ketergantungan kualitas hidup pada lapang pandang sentral, yang

secara baik direpresentasikan oleh VFI. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi

yang moderat antara VFI dengan subskala penglihatan jauh dan dekat. Sawada

(2014) menyatakan penglihatan parasentral bagian bawah dan bagian bawah

perifer pada mata yang lebih baik memiliki koefisien korelasi yang tinggi untuk

beberapa subskala, seperti penglihatan umum, penglihatan jarak jauh dan dekat,

serta berkendara.58

Subskala kesehatan umum pada kuesioner NEI-VFQ-25 menilai persepsi

individual mengenai kesehatannya secara umum sebagai suatu bagian yang

menunjang kualitas hidup terkait penglihatan. Pada penelitian ini subskala

kesehatan umum mengalami penurunan skor (median skor 50). Sawada

mendefinisikan subskala skor NEI-VFQ-25 termasuk rendah apabila didapatkan

skor di bawah 59.54 Penderita glaukoma primer sudut terbuka memiliki skor

kesehatan umum yang lebih rendah daripada yang tidak menderita glaukoma

dengan menggunakan kuesioner generik kesehatan SF-36.8 Studi lebih lanjut oleh

Sawada dan Madonna dengan kuesioner NEI-VFQ-25 menemukan korelasi yang

signifikan namun tidak erat antara kesehatan umum dengan VFI (r=0.197 dan

r=0.201). 16, 48 Hasil yang serupa juga ditemukan pada penelitian ini (r=0.251).

Sebagian besar pasien (45.8%) memiliki nilai MD>12 dB. McKean-Cowdin

menyatakan penurunan kualitas hidup dari segi kesehatan dapat terjadi bahkan

pada penderita glaukoma dengan kehilangan lapang pandang derajat ringan (nilai

6 dB < MD < 2 dB).59 Hal ini berbeda dengan persepsi terdahulu yang beranggapan

Page 75: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

59

bahwa penurunan kualitas hidup secara umum baru dapat terjadi setelah glaukoma

derajat berat.

Terdapat perbedaan persepsi individual antara penderita glaukoma dengan

non-glaukoma mengenai kualitas hidup terkait penglihatan. Persepsi individual ini

secara umum dinilai lewat skor subskala kesehatan mata. Penelitian ini

menunjukkan adanya korelasi yang moderat (r = 0.683) antara penurunan lapang

pandang dengan subskala kesehatan mata. Median skor kesehatan mata semua

subjek di penelitian ini ialah 60. Skor ini sedikit lebih rendah dibandingkan

penelitian oleh Sawada (skor 66,6) dan Riva (skor 65.8).16, 36 Kehilangan lapang

pandang, penurunan ketajaman visual, dan riwayat terapi yang kompleks pada

penderita glaukoma berkorelasi dengan persepsi pasien mengenai kesehatan mata

dalam aktivitas sehari-hari.8

Korelasi yang tidak erat (r=0.378) untuk subskala nyeri pada mata

ditemukan pada penelitian ini. Hal ini dapat dijelaskan oleh karena pasien dengan

nyeri mata seperti pada glaukoma akut telah dieksklusi. Pada studi kualitas hidup

pasien glaukoma oleh Chun dkk didapatkan terdapat pengaruh jenis kelamin

terhadap keluhan nyeri mata, dimana wanita umumnya memiliki skor nyeri pada

mata lebih rendah daripada pasien pria.57 Pada penelitian ini rerata skor nyeri mata

pada pasien pria ialah 78.6 sedangkan pada wanita sebesar 72.3.

Median skor subskala nyeri mata pada penelitian ini ialah 75. Meski

terdapat penurunan skor, sebanyak 67% pasien pada penelitian ini merespon

adanya nyeri yang tergolong ringan dan tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-

hari. Pada glaukoma dengan derajat lapang pandang yang berat, skor nyeri mata

Page 76: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

60

yang lebih rendah juga berhubungan dengan tajam penglihatan yang buruk pada

mata yang lebih baik.57 Adanya hasil rerata tekanan intraokular yang terkontrol

pada pasien penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan nyeri mata dari sebagian

besar pasien bukan berasal dari kenaikan tekanan intraokular, melainkan dapat

berasal dari kelainan permukaan okular. Kelainan permukaan okular memiliki

prevalensi sekitar 15% pada individu dengan usia lebih dari 65 tahun dan

meningkat menjadi 59% pada pasien dengan glaukoma.60 Rossi dkk menyatakan

adanya hubungan yang signifikan (p = 0.04) antara kelainan permukaan okular

dengan penurunan rerata skor komposit NEI-VFQ-25.61

Kondisi psikososial yang dinilai dengan kuesioner NEI-VFQ-25 mencakup

subskala kesehatan mental, fungsi sosial, keterbatasan peran, dan ketergantungan

terhadap orang lain. Fungsi sosial merupakan subskala dengan penurunan skor

paling minimal pada penelitian ini (median skor 87.5). Belum dapat dijelaskan

secara pasti alasan mengapa fungsi sosial kurang terpengaruh dibandingkan

subskala psikososial lainnya, kemungkinan terdapat pengaruh etnis dan budaya

terkait hasil yang demikian. Studi Early Manifest Glaucoma Trial yang

mengevaluasi skor psikososial dari baseline hingga 20 tahun menyatakan adanya

kemungkinan bahwa kondisi distres personal pasien saat awal didiagnosis

glaukoma dapat mengalami perbaikan seiring waktu, terutama ketika tidak ada

gejala baru yang muncul. Pada studi CIGTS, 34% pasien dilaporkan memiliki

kekhawatiran tentang kebutaan yang signifikan. Kondisi ini menurun hingga 17%

dalam 6 bulan dan 11% dalam periode 5 tahun. Studi ini menyatakan berkurangnya

kekhawatiran akan kebutaan dari waktu ke waktu dapat disebabkan oleh adanya

Page 77: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

61

rasa kepercayaan pasien akan perawatan yang diberikan, tindak lanjut klinis yang

rutin, serta proses adaptasi terhadap diagnosis.31,33

Korelasi antara VFI dengan subskala kesehatan mental, fungsi sosial,

keterbatasan peran, dan ketergantungan terhadap orang lain pada penelitian ini

semuanya tergolong moderat. Hasil korelasi yang moderat untuk keempat subskala

psikososial tersebut juga ditemukan pada penelitian lainnya.16,48 Sebaliknya,

penelitian oleh Jampel (2007) dan Skalicky (2014) tidak menemukan korelasi

antara lapang pandang dengan kejadian depresi pada penderita glaukoma.46,62

Meski demikian kedua penelitian tersebut menggunakan desain penelitian dan

metode yang berbeda dengan penelitian ini. Jampel menemukan bahwa pada pasien

yang baru saja didiagnosis glaukoma dalam studi CIGTS, baik tajam penglihatan

maupun lapang pandang tidak terkait dengan satu pun butir pertanyaan dalam

instrumen Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D).62

Sedangkan Skalicky dkk yang menggunakan kuesioner GQL-15 menyatakan

bahwa hanya faktor usia yang terbukti mempengaruhi terjadinya depresi pada

pasien glaukoma.46

Pengaruh penurunan lapang pandang secara langsung terhadap keterbatasan

dalam mengemudi, perasaan takut jatuh, dan keseimbangan yang buruk disebutkan

berkontribusi terhadap hubungan antara glaukoma dan depresi.8 Prevalensi ansietas

dan depresi pada pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka dievaluasi pada

suatu studi kasus-kontrol menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale

(HADS). Prevalensi pasien dengan ansietas (13,0%) dan depresi (10,9%) secara

signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (7% versus 5.2%).63 Studi ini

Page 78: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

62

juga menyatakan pasien glaukoma dengan usia yang lebih muda cenderung lebih

mengalami ansietas dibandingkan dengan yang lebih tua. Pasien usia tua dengan

nilai MD yang lebih buruk pada mata yang lebih baik berhubungan dengan kondisi

depresi.8 Meski demikian, banyak faktor yang perlu ditelaah lebih lanjut dalam

menilai korelasi antara pengukuran lapang pandang secara obyektif dengan kondisi

kesehatan mental. Subskala kesehatan mental dapat lebih dipengaruhi oleh persepsi

individual pasien akan penglihatannya dibandingkan dengan pengukuran klinis

secara obyektif. Selain itu, kondisi depresi sendiri dapat menyebabkan respon yang

lebih buruk terhadap pertanyaan kuesioner, sehingga dapat menjadi faktor perancu

dalam analisis.

Penelitian ini menunjukkan korelasi yang moderat (r=0.633) antara nilai

VFI dengan berkendara. Koefisien korelasi antara VFI dengan subskala berkendara

pada penelitian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penelitian oleh Sawada

(r=0.556).16 Studi Salisbury Eye Evaluation menemukan korelasi yang kuat antara

lapang pandang dengan berkendara malam hari, bahkan setelah dilakukan

penyesuaian untuk faktor sensitivitas kontras.64 Los Angeles Latino Eye Study

melaporkan hilangnya lapang pandang bilateral derajat sedang hingga berat

memiliki pengaruh yang signifikan dalam berkendara, sedangkan kelainan lapang

pandang unilateral derajat berat sekalipun memiliki pengaruh yang kecil pada

kemampuan berkendara. 17

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien glaukoma cenderung

mengubah kebiasaan mengemudi mereka sebagai akibat dari persepsi visual yang

mereka alami. Perubahan kebiasaan ini mencakup berhenti berkendara pada malam

Page 79: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

63

hari, menurunkan frekuensi dan durasi mengemudi, serta berhenti mengemudi di

tempat yang asing. Dibandingkan dengan individu tanpa glaukoma, keputusan

untuk berhenti mengemudi secara signifikan lebih sering terjadi pada pasien yang

didiagnosis dengan glaukoma bilateral dibandingkan unilateral. Penderita

glaukoma bilateral tiga kali lebih sering untuk berhenti mengemudi daripada

mereka yang tidak memiliki glaukoma. 64,65 Pada penelitian ini dimana semua

subjek mengalami glaukoma bilateral, didapatkan sebanyak 42% subjek

menyatakan berhenti mengemudi setelah didiagnosis glaukoma.

Haymes (2008) dan Wood (2016) dalam studinya menyatakan pasien

dengan glaukoma bilateral diatas 60 tahun dengan gangguan lapang pandang

derajat ringan-sedang menunjukkan penurunan kemampuan mengemudi, terutama

dalam situasi mengemudi yang kompleks.66,67 Kedua studi ini mengevaluasi

manuver berkendara pasien dengan glaukoma pada kondisi nyata / on-road driving

performance. Hasilnya dibandingkan dengan subjek normal, penderita glaukoma

derajat ringan-sedang memiliki kecenderungan enam kali lebih besar untuk

diintervensi oleh instruktur berkendara karena menunjukkan kesulitan dalam

mendeteksi gangguan di perifer dan reaksi yang lambat terhadap peristiwa yang

tidak terduga. Penderita glaukoma juga memiliki lebih banyak kesulitan

menyesuaikan kecepatan saat berpindah jalur dan menjaga posisi kendaraan mereka

tetap di jalur terutama saat menavigasi jalan yang berbelok. Penglihatan kontras

yang menurun, gangguan adaptasi gelap, dan peningkatan sensitivitas silau pada

penderita glaukoma berkontribusi pada kesulitan mengemudi di malam hari. Chun

dkk menyatakan terdapat faktor lain yang signifikan mempengaruhi kondisi

Page 80: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

64

berkendara selain fungsi visual antara lain jenis kelamin wanita (terlepas dari

derajat keparahan glaukomanya), kondisi lingkungan, budaya, dan status sosial

individu. 57, 64-67

Respon subjek penelitian terhadap subskala penglihatan warna berbeda dari

hasil subskala lainnya. Hanya 33% pasien yang memberi tanggapan masih tertarik

dalam memadu padankan pakaian. Median skor subskala penglihatan warna (skor

75) cenderung lebih rendah daripada skor penglihatan warna oleh Sawada dkk

(rerata skor 89.3).16 Kuesioner NEI-VFQ-25 memuat pertanyaan berupa

kemampuan pasien memilih dan memadukan pakaian. Sebagian besar pasien pada

penelitian ini tidak lagi tertarik dalam aktivitas memadu padankan pakaiannya

sehari-hari, sehingga hasil skor ini tidak dapat menggambarkan penilaian semua

subjek akan penglihatan warna.

Mobilisasi merupakan salah satu aktivitas sehari-hari yang terganggu

karena kelainan lapang pandang pada glaukoma. Analisis pasien yang mengikuti

studi CIGTS menunjukkan 22% pasien melaporkan kesulitan dengan aktivitas

sehari-hari yang membutuhkan penglihatan perifer.8 Penelitian ini menunjukkan

korelasi yang kuat (r=0.70) antara VFI dengan lapang pandang perifer.

Arah korelasi yang positif dan kuat ditunjukkan antara VFI pada mata yang

lebih baik dengan skor komposit kualitas hidup menggunakan kuesioner NEI-VFQ-

25 (r=0.746). Semakin buruk penurunan lapang pandang penderita glaukoma, yang

dilihat dari semakin rendah nilai VFI, semakin rendah pula skor kualitas hidup pada

kuesioner NEI-VFQ-25. Hasil ini menunjukkan bahwa VFI dapat berpotensi untuk

digunakan sebagai ukuran tidak langsung dalam pemantauan disabilitas fungsi

Page 81: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

65

visual dalam tatalaksana glaukoma kronis. Temuan ini juga menunjukkan bahwa

dokter sebaiknya tidak hanya memberi perhatian pada tatalaksana mata yang lebih

buruk, melainkan juga pada mata yang lebih baik untuk mencegah perburukan

derajat glaukoma pada mata yang lebih baik dan mengakibatkan penurunan kualitas

hidup.

Terdapat beberapa limitasi pada penelitian ini, antara lain adanya potensi

bias pelaporan karena perbedaan pewawancara. Meski demikian kedua

pewawancara telah meminimalisir dengan sebisa mungkin menggunakan metode

wawancara sesuai dengan kalimat yang tertera dalam kuesioner NEI-VFQ-25

format pewawancara. Pasien yang tidak kooperatif selama wawancara via telepon

karena gangguan pendengaran atau sulit memahami pertanyaan yang diajukan juga

telah dieksklusi. Keterbatasan lain penelitian ini adalah tidak dilakukan analisis

pengaruh besarnya faktor sosial ekonomi dan kondisi psikologis yang berpotensi

sebagai faktor perancu. Pemeriksaan sensitivitas kontras, glare dan stereoaakuitas

secara obyektif untuk melihat pengaruhnya pada penelitian ini juga tidak dilakukan.

Adanya bias respons atau faktor subjektifitas individu dapat membuat hasil

kuesioner tidak benar-benar mencerminkan kondisi gangguan yang sebenarnya

dialami pasien dalam aktivitas sehari-hari. Penggunaan performance-based test

dapat memberikan representasi yang lebih obyektif mengenai penurunan lapang

pandang yang dialami oleh penderita glaukoma pada kegiatan sehari-hari.

Page 82: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

66

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Terdapat korelasi yang positif dan kuat antara penurunan lapang pandang

berdasarkan Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita glaukoma

berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25.

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai pengaruh faktor sosial

ekonomi dan kondisi psikologis.

2. Dilakukan pemeriksaan obyektif dari sensitivitas kontras, glare dan

stereoaakuitas untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas hidup penderita

glaukoma selain penurunan lapang pandang.

3. Penggunaan performance-based test dapat dipertimbangkan dalam

memberikan representasi yang lebih obyektif terkait dampak dari penurunan

lapang pandang pada kegiatan sehari-hari penderita glaukoma

4. Lokasi kelainan lapang pandang pada area tertentu mungkin dapat lebih

mempengaruhi penurunan kualitas hidup dibandingkan area lainnya. Hal ini

dapat menjadi subyek untuk diteliti pada penelitian selanjutnya.

Page 83: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

67

DAFTAR PUSTAKA

1. Saunders, L. J., Medeiros, F. A dkk. What rates of glaucoma progression

are clinically significant? Expert Review of Ophthalmology. 2016;11(3):

227–234

2. Ichhpujani P. Kumar S. What’s New in Pathogenesis of Glaucoma. In:

Glaucoma. First Edition. Singapore: Springer;2019: p.1-2

3. Tham, Y.C., Li, X dkk. Global Prevalence of Glaucoma and Projections of

Glaucoma Burden through 2040. Ophthalmology. 2014; 121(11): 2081–

2090.

4. Balantrapu T. Latest Global Blindness & Visual Impairment prevalence

figures published in Lancet [document on the Internet]. IAPB; 2017 [cited

2020 January]. Diunduh dari: http:/ https://www.iapb.org/news/latest-

global-blindness-vi-prevalence-figures-published-lancet/

5. Pascolini, D., & Mariotti, S. P. Global estimates of visual impairment: 2010.

British Journal of Ophthalmology.2011; 96(5): 614–618.

6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis

Glaukoma. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI;

2015.

7. European Glaucoma Society. Terminology and guidelines for glaucoma.

4thed. Savona, Italy: DOGMA; 2014.

8. Quaranta, L., Riva, I. dkk. Quality of Life in Glaucoma: A Review of the

Literature. Advances in Therapy. 2016; 33(6);959–81.

9. Mangione CM, Lee PP, Gutierrez PR, et al; National Eye Institute Visual

Function Questionnaire Field Test Investigators. Development of the 25-

item National Eye Institute visual function questionnaire. Arch Ophthalmol

2001;119(7):1050–8

10. Kumar, S., Thakur S, Ichhpujani P. The impact of primary open-angle

glaucoma: Comparison of vision-specific (National Eye Institute Visual

Function Questionnaire-25) and disease-specific (Glaucoma Quality of

Life-15 and Viswanathan 10) patient-reported outcome (PRO) instruments.

Indian J Ophthalmol. 2019; 67(1): 83–88.

11. Heijl A; Vincent M P; Bengtsson B. Effective Perimetry. Fourth Edition.

Dublin, CA : Carl Zeiss Meditec Inc.; 2012:pp.1-22, 45-72

12. Shaarawy TM, Sherwood MB, dkk. Glaucoma Medical Diagnosis and

Therapy. Second Edition. Philadelphia: Elsevier; 2015: pp.128-9, 272-3,

510-9

13. Bengtsson, B., & Heijl, A. A Visual Field Index for Calculation of

Glaucoma Rate of Progression. American Journal of Ophthalmology.2008;

145(2): 343–353.

14. Peters, D., Heijl, A., Brenner, L., & Bengtsson, B. Visual impairment and

vision-related quality of life in the Early Manifest Glaucoma Trial after 20

years of follow-up. Acta Ophthalmologica.2015;93(8); 745–752

Page 84: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

68

15. Rosalina D, Harijo W. Visual Field Abnormality and Quality of Life of

Patient with Primary Open Angle Glaucoma. Jurnal Oftalmologi Indonesia.

2011; 7(5): 175−180

16. Sawada, H., Fukuchi, T., & Abe, H. Evaluation of the relationship between

quality of vision and the visual function index in Japanese glaucoma

patients. Graefe’s Archive for Clinical and Experimental

Ophthalmology.2011; 249(11): 1721–1727

17. McKean-Cowdin R, Wang Y dkk. Impact of Visual Field Loss on Health-

Related Quality of Life in Glaucoma. The Los Angeles Latino Eye Study.

Ophthalmology.2008; 115:941–48

18. Nelson, P., Aspinall, P. dkk. Quality of Life in Glaucoma and Its

Relationship with Visual Function. Journal of Glaucoma. 2003;12(2): 139–

50.

19. Seymour JR. Yee T dkk. Visual Fields in Glaucoma [document on the

Internet]. Ento Key; 2016 Jul 11 [diunduh 10 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://entokey.com/visual-fields-in-glaucoma/

20. Reynolds AC. Computerized Assessment of Visual Field Progression.

[Internet] [cited 2020 January 17]. Diunduh dari: https:

http://glaucomatoday.com/2011/08/computerized-assessment-of-visual-

field-progression/

21. Development of the World Health Organization WHOQOL-BREF Quality

of Life Assessment. Psychological Medicine,1998: 28(3): 551–58

22. Burckhardt CS1, Anderson KL. The Quality of Life Scale (QOLS):

reliability, validity, and utilization. Health Qual Life Outcomes. 2003 Oct;

23(1):60.

23. Pourjavan S. A Spratt. A Kotecha. Patient reported outcomes in glaucoma:

associations between the NEI VFQ‐25 and the GQL‐15 and clinical

measures of visual function. Acta Ophtalmologica [abstract]. 2010 [diunduh

17 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1755-3768.2010.4356.x

24. Vandenbroeck, S., De Geest, S., Zeyen, T dkk. Patient-reported outcomes

(PRO’s) in glaucoma: a systematic review. Eye. 2011; 25(5): 555–577

25. Realini T. The Visual Field Index. [Internet] [cited 2020 January 17].

Diunduh dari https://www.eyeworld.org/article-the-visual-field

26. Severn, P., Fraser, S., Finch, T., & May, C. Which quality of life score is

best for glaucoma patients and why? BMC Ophthalmology.2008; 8(1)

27. Lee BL, Gutierrez P, Gordon M, et al. The Glaucoma Symptom Scale. A

brief index of glaucoma-specific symptoms. Arch Ophthalmol

1998;116(7):861–6.

28. Noe G, Ferraro J, Lamoureux E, et al. Associations between glaucomatous

visual field loss and participation in activities of daily living. Clin Exp

Ophthalmol 2003;31(6):482–6.

29. Nelson, P., Aspinall, P., & O’Brien, C. Patients’ perception of visual

impairment in glaucoma: a pilot study. British Journal of

Ophthalmology.1999;83(5): 546–52.

30. Lamoureux, E., & Pesudovs, K. Vision-Specific Quality-of-Life Research:

Page 85: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

69

A Need to Improve the Quality. American Journal of Ophthalmology.

2011;151(2): 195–7

31. Leske MC, Heijl A, Hyman L, Bengtsson B. Early manifest glaucoma trial:

design and baseline data. Ophthalmology. 1999;106:2144–53.

32. Gedde SJ, Schiffman JC, Feuer WJ, et al. The tube versus trabeculectomy

study: design and baseline characteristics of study patients. Am J

Ophthalmol. 2005;140:275–87.

33. Mills, R. P., Janz, N. K., Wren, P. A., & Guire, K. E. (2001). Correlation of

Visual Field With Quality-of-Life Measures at Diagnosis in the

Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study (CIGTS). Journal of

Glaucoma, 10(3), 192–198.

34. Janz, N. The Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study Interim

quality of life findings after initial medical or surgical treatment of

glaucoma. Ophthalmology.2001; 108(11): 1954–1965.

35. National Eye Institute. Visual Function Questionnaire-25. [Internet]. 2000

[cited 2020 January 10]. Diunduh dari: https://www.nei.nih.gov/learn-

about-eye-health/resources-for-health-educators/outreach-materials/visual-

function-questionnaire-25

36. Riva, I., Legramandi, L., dkk. Vision-related quality of life and symptom

perception change over time in newly-diagnosed primary open angle

glaucoma patients. Scientific Reports. 2019;9(1)

37. Sukumar, S., Spencer, F., Fenerty, C., Harper, R., & Henson, D. (2008). The

influence of socioeconomic and clinical factors upon the presenting visual

field status of patients with glaucoma. Eye, 23(5), 1038–1044.

38. Buys, Y. M., & Jin, Y.-P. (2013). Socioeconomic status as a risk factor for

late presentation of glaucoma in Canada. Canadian Journal of

Ophthalmology / Journal Canadien d’Ophtalmologie, 48(2), 83–87

39. Lisboa, R., Chun, Y. S. dkk. Association Between Rates of Binocular Visual

Field Loss and Vision-Related Quality of Life in Patients With Glaucoma.

JAMA Ophthalmology. 2013;131(4): 486.

40. Ko YC., Hwang, DK dkk. Impact of Socioeconomic Status on the Diagnosis

of Primary Open-Angle Glaucoma and Primary Angle Closure Glaucoma:

A Nationwide Population-Based Study in Taiwan. PLOS ONE. 2016;11(2)

41. Hyman, L. G., Komaroff, E. dkk. Treatment and Vision-Related Quality of

Life in the Early Manifest Glaucoma Trial. Ophthalmology.2005; 112(9):

1505–13.

42. Yousefi, S., Sakai, H dkk. Asymmetric Patterns of Visual Field Defect in

Primary Open-Angle and Primary Angle-Closure Glaucoma. Investigative

Opthalmology & Visual Science.2018; 59(3): 1279.

43. Cheng, HC., Guo, CY dkk. Patient-Reported Vision-Related Quality of

Life Differences Between Superior and Inferior Hemifield Visual Field

Defects in Primary Open-Angle Glaucoma. JAMA Ophthalmology.

2015;133(3): 269.

44. Rao A. Comparison of relation between visual function index and retinal

nerve fiber layer structure by optical coherence tomography among primary

open angle glaucoma and primary angle closure glaucoma eyes. Oman

Page 86: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

70

Journal of Ophthalmology.2014;7(1)

45. Boland, M. V., Zhang, L dkk. Comparison of Optic Nerve Head

Topography and Visual Field in Eyes with Open-angle and Angle-closure

Glaucoma. American Academy of Ophthalmology. 2008;115:239–245

46. Skalicky, S. E., Martin, K. R, dkk. Cataract and quality of life in patients

with glaucoma. Clinical & Experimental Ophthalmology. 2014;43(4), 335–

41.

47. Gutierrez P., Wilson M.R., Johnson C., et al. Influence of glaucomatous

visual field loss on health-related quality of life. Arch Ophthalmol

1997;115(6):777–84.

48. Madonna R.J., D. Rutner, L. Nehmad. Investigating the Association

between Visual Field Index Scores and NEI VFQ-25 Scores in Glaucoma

Patients. Investigative Ophthalmology & Visual Science [abstract].

2019;50:3771 [diunduh 17 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://iovs.arvojournals.org/article.aspx?articleid=2366157

49. Evans K.,Simon K.L., dkk. The quality of life impact of peripheral versus

central vision loss with a focus on glaucoma versus age-related macular

degeneration. Clinical Ophthalmology. 2009;3: 433–45

50. Field, A. Discovering Statistics Using SPSS. London : SAGE Publication

Ltd; 2011

51. Sopiyudin D. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-5. Salemba

Medika;2010.

52. Sudigdo S. Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4, Sagung

Seto; 2011

53. American Academy of Ophthalmology. Section 10: Glaucoma:

Introduction to Glaucoma: Terminology, Epidemiology, and Heredity. In :

Basic and Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of

Ophtalmology; 2019.

54. Medeiros, F. A., Gracitelli, C. P. B., et al. Longitudinal Changes in Quality

of Life and Rates of Progressive Visual Field Loss in Glaucoma Patients.

Ophthalmology,2015;122(2):293–301.

55. Sawada H, Fukuchi, T., & Haruki, A. Evaluation of the relationship between

quality of vision and visual function in Japanese glaucoma patients. Clinical

Ophthalmology, Clinical Ophthalmology 2011:5:259–67

56. Kuo, Y.S., Liu, C. J, et al. Impact of socioeconomic status on vision-related

quality of life in primary open-angle glaucoma. Eye.2017;31(10):1480–7.

57. Chun, Y. S., Sung, K. R., Park, C. K., et al. Factors influencing vision-

related quality of life according to glaucoma severity. Acta

Ophthalmologica. 2019;97(2):216-24

58. Sawada, H., Yoshino, T., Fukuchi, T., & Abe, H. Assessment of the Vision-

specific Quality of Life Using Clustered Visual Field in Glaucoma Patients.

Journal of Glaucoma, 2014;23(2): 81–7.

59. McKean-Cowdin, R., Varma, R., et al. Severity of Visual Field Loss and

Health-related Quality of Life. American Journal of Ophthalmology,

2007;143(6): 1013–23.

60. Leung EW, Medeiros FA, Weinreb RN. Prevalence of ocular surface

Page 87: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

71

disease in glaucoma patients. J Glaucoma. 2008;17:350–5

61. Rossi GC, Pasinetti GM, Scudeller L, et al. Ocular surface disease and

glaucoma: how to evaluate impact on quality of life. J Ocul Pharmacol

Ther. 2013;29:390–4.

62. Jampel HD, Frick KD, Janz NK, et al. Depression and mood indicators in

newly diagnosed glaucoma patients. Am J Ophthalmol 2007;144(2):238-44.

63. Mabuchi F, Yoshimura K, Kashiwagi K, et al. High prevalence of anxiety

and depression in patients with primary open-angle glaucoma. J Glaucoma.

2008;17:552–7.

64. Freeman EE, Munoz B, West SK, Jampel HD, Friedman DS. Glaucoma and

quality of life: the Salisbury eye evaluation. Ophthalmology.

2008;115:233–8.

65. Freeman EE, Munoz B, Turano KA, West SK. Measures of visual function

and their association with driving modification in older adults. Invest

Ophthalmol Vis Sci. 2006;47:514–20.

66. Wood JM, Black AA, Mallon K, et al. Glaucoma and Driving: On-Road

Driving Characteristics. PLoS ONE.2016;11(7):1-12

67. Haymes SA, LeBlanc RP, Nicolela MT, et al. Glaucoma and On-Road

Driving Performance. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2008;49: 3035–3041

Page 88: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

72

LAMPIRAN 1. PERSETUJUAN ETIK

Page 89: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

73

LAMPIRAN 2. INFORMED CONSENT

Page 90: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

74

LAMPIRAN 3. KUESIONER NEI-VFQ-25 BAHASA INDONESIA

Page 91: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

75

Page 92: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

76

Page 93: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

77

Page 94: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

78

Page 95: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

79

Page 96: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

80

Page 97: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

81

Page 98: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

82

LAMPIRAN 4. MANUAL SCORING SUBSKALA

KUESIONER NEI-VFQ-25

Page 99: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

83

Page 100: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

84

LAMPIRAN 5. DATA PENELITIAN

Page 101: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

85

Page 102: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

86

KETERANGAN:

Pekerjaan 1.Tidak Bekerja

2.Sekolah/Mahasiswa

3.Buruh

4.Pegawai

5.Wiraswasta

6.POLRI/TNI

7.Profesional

8.Lainnya

Pendapatan 1. < Rp1.500.000

2. Rp1.500.000- <2.500.000

3. Rp.2.500.000 – Rp.3.500.000

4. >Rp. 3.500.000

Pendidikan 1.Rendah (tidak sekolah, SD,atau MI)

2.Sedang (SMP,SMA,SMK,MK,MAK)

3.Tinggi

(Dipl,Sarjana,Magister,Spesialis,Doktor)

Page 103: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

87

LAMPIRAN 6. ANALISIS STATISTIK

Page 104: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

88

Page 105: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

89

Page 106: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

90

LAMPIRAN 7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fatrin Patrycia Salim

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 7 Mei 1987

Alamat : Jl. Surya Widuri IV, Jakarta.

Nama Orang Tua : Johannes Sadariman

Agnes Widyakusuma

Pendidikan Formal

1. SD Ricci II (1993-1999)

2. SLTP Ricci II (1999-2002)

3. SMU St.Laurensia (2002-2005)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (2005-2011)

5. Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan Mata FK

Universitas Padjadjaran/PMN-RS Mata Cicendo Bandung (2016-2020)

Pengalaman Kerja

1. 2011 - 2013 Staf pengajar (Tutorial) Fakultas

Kedokteran Universitas Pelita

Harapan

Dokter magang Poliklinik Mata

Siloam Hospital Lippo Village

2. 2013 - 2015 Dokter umum RS Umum Siloam

3. 2015 - 2016 Outpatient Case Manager RS

Umum Siloam

Penelitian :

1. 2018

Effect of Panretinal

Photocoagulation on Color Vision

in Diabetic Retinopathy.

Page 107: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

91

2. 2019 Tajam Penglihatan dan Komplikasi

Pasca Implantasi Lensa Intraokular

Sekunder.

Presentasi Ilmiah

1. Paper Presentation, topic : “Tobacco-Its burden on Health and

Society” Asian Medical Student Conference (AMSC) International -

Hongkong (2006)

2. Poster Presentation: Retropupillary Iris Claw as Management of Low

Corneal Endothelial Aphakia - PIT PERDAMI 43, Padang (2018)

3. Free paper: Visual Acuity And Complications Following Secondary

Intraocular Lens Implantation In Aphakia - PIT PERDAMI 44,

Makassar (2019)

4. Free paper: Effect of Panretinal Photocoagulation Laser on Color

Vision in Diabetic Retinopathy - PIT PERDAMI 44, Makassar (2019)

Seminar/Course/Kongres/Pertemuan Ilmiah yang pernah diikuti

1. 2005 Advanced English Skills (AES)

oleh Lembaga International

Language Programs

2. 2006 Paper and Presentation

Training oleh AMSA (Asian

Medical Student Association)

Indonesia

3. 2011 Peserta Advance Cardiac Life

Support Training, PERKI,

Jakarta

Page 108: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

92

Peserta PIT PERDAMI ke-37,

Manado

Peserta workshop Interpreting

Visual Field Defects, Manado

4. 2012 Peserta simposium “Highlights

in Ophtalmology” by Dutch

Foundation -Universitas

Indonesia

Peserta simposium “West Java

Region IOA Scientific

Meeting”, Bandung

Peserta workshop “Streak

Retinoscopy” Universitas

Padjajaran, Bandung

Peserta simposium Annual

Scientific Meeting – “Adaptasi

Kesehatan terhadap Perubahan

Iklim” Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta

Peserta simposium “Focus on

Diabetic Retinopathy – from

screening to managing

complications” Universitas

Indonesia Jakarta

Peserta PIT PERDAMI ke-38,

Surabaya

Page 109: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

93

5. 2013 Four-weeks Clinical Elective

Program di Schell Eye

Hospital, Tamil Nadu, India

6. 2014 Peserta PIT PERDAMI ke-39

Jawa Tengah, Yogyakarta

7. 2015 Peserta Young Ophtalmologist

Program (YOP) oleh

PERDAMI Banten

Peserta PIT PERDAMI ke-40

Jawa Barat, Bandung

8. 2018 Peserta PIT PERDAMI ke 43

Sumatera Barat, Padang

9. 2019 Peserta INOIS 7th PERDAMI

Jawa Tengah, Yogyakarta

Peserta PIT PERDAMI ke-44,

Sulawesi Selatan, Makassar

Peserta Cicendo International

Ophtalmology Meeting,

Bandung

Pengalaman Organisasi

1. 2005 – 2006 Wakil Ketua Asian Medical Students

Association (AMSA) Universitas

Pelita Harapan (UPH)

2. 2006 Koordinator Seksi Acara Simposium

Neurodegenerative Update

Page 110: KORELASI ANTARA VISUAL FIELD INDEX DENGAN KUALITAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/TESIS-F… · kepada anak terkasih Gregorius Xavier yang telah memberi

94

3. 2006 – 2007 Senat Mahasiswa Fakultas

Kedokteran UPH – Science

Development Division

4. 2006 – 2009 Tim ilmiah Brain Team UPH –

Siloam

5. 2007 - 2008 Senat Mahasiswa FK UPH -

External Division

6. 2008 – 2009 Ketua Tim Bantuan Medis (TBM)

Fakultas Kedokteran UPH

Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, 13 Juli 2020

dr. Fatrin Patrycia Salim