Koran Aspirasi Rakyat PEMBATASAN IKLAN ROKOK ......serta pelarangan iklan rokok di tempat publik...

1
Rabu, 29 Mei 2019 Edisi: 11264 | Thn. XXXXVI Koran Aspirasi Rakyat HARIAN TERBIT Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan pemberlakuan pembatasan serta pelarangan iklan rokok di tempat publik dapat mempengaruhi perilaku merokok masyarakat. 9 HUMANIORA ISTIMEWA ILUSTRASI PEMBATASAN IKLAN ROKOK DIKLAIM TURUNKAN BIAYA PENGOBATAN Jakarta, HanTer - Men- teri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani meminta BPJS Kesehatan untuk berbenah memperbaiki sistem mana- jemen dan keuangan untuk meminimalkan defisit ta- hun anggaran 2018 sebesar Rp9,1 triliun yang akan diselesaikan pada 2019. “Rekomendasi BPKP agar BPJS menjalankan ‘action plan’-nya agar bisa kurangi Rp9,1 triliun ini, yang memang ‘under con- trol’ dari BPJS Kesehatan,” kata Sri Mulyani dalam Ra- pat Dengar Pendapat terkait audit keuangan BPJS Ke- sehatan di Komisi IX DPR RI Jakarta, dikutip Selasa (28/5/2019). Dari rekomendasi Ba- dan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang telah mengaudit la- poran keuangan BPJS Ke- sehatan tahun 2018, telah diidentifikasi beberapa hal yang harus dikerjakan oleh BPJS untuk mengurangi hasil defisit. Yaitu yang sifatnya ke- pesertaan, Sisa Lebih Pem- biayaan Anggaran (SILPA) kapitasi yang ada di pemda, pencegahan “fraud”, pe- nagihan non-performing loan (NPL), dan sejumlah kerja sama lain yang bisa dilakukan. Terkait beberapa upa- ya meminimalkan defisit lainnya ada yang berada di bawah kewenangan Kementerian Kesehatan. Menkeu berharap Menteri Kesehatan dapat membantu menyelesaikan persoalan tersebut untuk meminimal- kan defisit. “Kalau nanti sudah di- bersihkan ‘action plan’- nya, baru kami menambah kekurangannya,” kata Sri Mulyani. BPJS Kesehatan juga di- minta membereskan sistem pengelolaan data peserta dengan data cleansing un- tuk mencegah masalah me- ngenai kepesertaan ganda Benahi Manajemen Tekan Defisit JKN Rp9,1 Triliun LIPI: Pemindahan Ibu Kota Negara Harus Dikaji Ilmiah dan lain sebagainya. Selain itu BPJS Kesehatan juga baru mencapai kolektibili- tas iuran dari Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) se- besar 53,7 persen dari target yang ditetapkan 60 persen. Sammy/Ant Jakarta, HanTer - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) turut menyoroti renca- na pemerintah memindahkan Ibu Kota Negara dari DKI Jakarta ke daerah lain. Sorotan disampaikan dengan membe- rikan sudut pandang ilmiah. “Pertanyaannya seder- hana, kenapa harus pindah? Kan sudah nyaman di sini. Tapi hampir 60 persen pen- duduk Indonesia memang ada di Jawa,” kata Deputi Bi- dang Ilmu Pengetahuan Ke- bumian LIPI Zainal Arifin di Jakarta, Selasa (28/5/2019). Menurut dia, banyak as- pek harus dipertimbangkan jika memindahkan ibu kota ke Kalimantan atau daerah lainnya. Catatan Bappenas, lahan harus luas, posisi harus stategis, harus aman dari bencana alam maupun sosial Banyak aspek perlu di- perhatikan, harapannya pe- maparan secara ilmiah dari peneliti-peneliti LIPI dapat memberikan pemahaman masyarakat terkait pemin- dahan Ibu Kota. “Rencana pemindahan Ibu Kota di- rasakan perlu, setidaknya dari perspektif internal dan eksternal,” kata peneliti geo- grafi sosial dan ekonomi dari Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI, Galuh Syahba- na Indraprahasta. “Dari perspektif internal, permasalahan yang terjadi di Jakarta menjadi semakin kompleks, seperti kemacaten, banjir, kualitas lingkungan hidup yang semakin menu- run, dan sebagainya,” ujar Galuh, dilansir Antara. Sementara dari perspektif lain, jelas Galuh, beberapa stu- di menunjukkan Jakarta dan wilayah sekitarnya terus men- jadi pusat sosial ekonomi yang dominan dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Yogaswara mengatakan per- soalan konflik sosial dalam rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan perlu pula diperhatikan. Danial rokok dan juga pembatas- an iklan rokok di tempat publik. Contoh lainnya Kota Bogor yang melarang iklan rokok tidak berdam- pak terlalu signifikan pada pengurangan konsumsi rokok di daerah tersebut. Namun tidak adanya iklan rokok di Kota Bo- gor malah menambah pendapatan asli daerah (PAD) dari iklan di baliho yang menggantikan iklan rokok. “Billboard yang sudah disiapkan lebih ba- nyak menghasilkan kalau tidak dipakai iklan rokok, karena iklan rokok kon- traknya lama, sementara sekarang per event,” kata Anung. Kebanyakan daerah masih belum mau mem- batasi atau bahkan mela- rang iklan rokok di tempat publik karena berpotensi kehilangan pendapatan pajak dari iklan terse- but. Padahal berdasarkan pengalaman yang telah dilaksanakan Kota Bogor hal tersebut malah seba- liknya. Selain itu pemerintah juga sedang membahas mengenai pemberian in- sentif pada daerah yang melaksanakan KTR me- lalui dana alokasi khusus (DAK). Nantinya, pen- dapatan asli daerah yang hilang dari pajak iklan rokok akan dikompensasi dengan insentif tersebut. Dia menargetkan kebi- jakan tersebut dapat diim- plementasikan pada 2020. “Kami selalu mendisku- sikan pada Kementerian Dalam Negeri dan Kemen- terian Keuangan untuk bisa menjadi insentif di daerah. Karena bagi peme- rintah daerah, iklan rokok mereka mendapatkan pen- dapatan asli daerah kalau bisa dikompensasi dengan dana alokasi khusus bisa lebih meminimalisasi itu, mudah-mudahan 2020,” kata Anung. Anung menyebut hing- ga saat ini ada 309 ka- bupaten dan kota yang telah memiliki peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok. Namun dari sejumlah tersebut baru 29 daerah yang menerapkan sanksi tindak pidana ri- ngan bagi yang melanggar KTR. Safari/Ant Jakarta, HanTer - Anung, mencontohkan Kabupaten Kulon Progo yang menerapkan pela- rangan iklan rokok di ru- ang publik berdampak pada menurunnya kon- sumsi rokok di daerah tersebut. Selain itu, Anung menyebut biaya kesakitan atau pengobatan pada penyakit yang berkaitan dengan konsumsi rokok juga menurun. “Kalau Kulon Progo, iklan punya pengaruh sig- nifikan pada masyarakat miskin. Jadi iklan rokok ditiadakan di Kulon Pro- go dan dampaknya biaya kesakitannya turun yang harus ditanggung di da- erah itu, jumlah rokok yang dikonsumsi menu- run,” kata Anung, Selasa (28/5/2019). Meski hal tersebut ti- dak bisa disamakan di seluruh daerah yang me- nerapkan kawasan tanpa

Transcript of Koran Aspirasi Rakyat PEMBATASAN IKLAN ROKOK ......serta pelarangan iklan rokok di tempat publik...

Page 1: Koran Aspirasi Rakyat PEMBATASAN IKLAN ROKOK ......serta pelarangan iklan rokok di tempat publik dapat mempengaruhi perilaku merokok masyarakat. HUMANIORA 9 ISTIMEWA ILUSTRASI PEMBATASAN

Rabu, 29 Mei 2019Edisi: 11264 | Thn. XXXXVI

Koran Aspirasi RakyatHARIAN TERBIT

Koran Aspirasi RakyatERBIT

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian

Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan pemberlakuan pembatasan

serta pelarangan iklan rokok di tempat publik dapat mempengaruhi perilaku

merokok masyarakat.

9HUMANIORA

ISTIMEWA

ILUSTRASI

PEMBATASAN IKLAN ROKOK DIKLAIM TURUNKAN BIAYA PENGOBATAN

Jakarta, HanTer - Men-teri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani meminta BPJS Kesehatan untuk berbenah memperbaiki sistem mana-jemen dan keuangan untuk meminimalkan defisit ta-hun anggaran 2018 sebesar Rp9,1 triliun yang akan diselesaikan pada 2019.

“Rekomendasi BPKP agar BPJS menjalankan ‘action plan’-nya agar bisa kurangi Rp9,1 triliun ini, yang memang ‘under con-trol’ dari BPJS Kesehatan,” kata Sri Mulyani dalam Ra-pat Dengar Pendapat terkait audit keuangan BPJS Ke-sehatan di Komisi IX DPR RI Jakarta, dikutip Selasa (28/5/2019).

Dari rekomendasi Ba-dan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang telah mengaudit la-poran keuangan BPJS Ke-sehatan tahun 2018, telah diidentifi kasi beberapa hal yang harus dikerjakan oleh BPJS untuk mengurangi

hasil defi sit.Yaitu yang sifatnya ke-

pesertaan, Sisa Lebih Pem-biayaan Anggaran ( SILPA) kapitasi yang ada di pemda, pencegahan “fraud”, pe-nagihan non-performing loan (NPL), dan sejumlah kerja sama lain yang bisa dilakukan.

Terkait beberapa upa-ya meminimalkan defisit lainnya ada yang berada di bawah kewenangan Kementerian Kesehatan. Menkeu berharap Menteri Kesehatan dapat membantu menyelesaikan persoalan tersebut untuk meminimal-kan defi sit.

“Kalau nanti sudah di-bersihkan ‘action plan’-nya, baru kami menambah kekurangannya,” kata Sri Mulyani.

BPJS Kesehatan juga di-minta membereskan sistem pengelolaan data peserta dengan data cleansing un-tuk mencegah masalah me-ngenai kepesertaan ganda

Benahi Manajemen Tekan Defisit JKN Rp9,1 Triliun

LIPI: Pemindahan Ibu Kota Negara Harus Dikaji Ilmiah

dan lain sebagainya. Selain itu BPJS Kesehatan juga baru mencapai kolektibili-tas iuran dari Peserta Bukan

Penerima Upah (PBPU) se-besar 53,7 persen dari target yang ditetapkan 60 persen.

Sammy/Ant

Jakarta, HanTer - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) turut menyoroti renca-na pemerintah memindahkan Ibu Kota Negara dari DKI Jakarta ke daerah lain. Sorotan disampaikan dengan membe-rikan sudut pandang ilmiah.

“Pertanyaannya seder-hana, kenapa harus pindah? Kan sudah nyaman di sini. Tapi hampir 60 persen pen-duduk Indonesia memang ada di Jawa,” kata Deputi Bi-dang Ilmu Pengetahuan Ke-bumian LIPI Zainal Arifi n di

Jakarta, Selasa (28/5/2019).Menurut dia, banyak as-

pek harus dipertimbangkan jika memindahkan ibu kota ke Kalimantan atau daerah lainnya. Catatan Bappenas, lahan harus luas, posisi harus stategis, harus aman dari bencana alam maupun sosial

Banyak aspek perlu di-perhatikan, harapannya pe-maparan secara ilmiah dari peneliti-peneliti LIPI dapat memberikan pemahaman masyarakat terkait pemin-dahan Ibu Kota. “Rencana

pemindahan Ibu Kota di-rasakan perlu, setidaknya dari perspektif internal dan eksternal,” kata peneliti geo-grafi sosial dan ekonomi dari Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI, Galuh Syahba-na Indraprahasta.

“Dari perspektif internal, permasalahan yang terjadi di Jakarta menjadi semakin kompleks, seperti kemacaten, banjir, kualitas lingkungan hidup yang semakin menu-run, dan sebagainya,” ujar

Galuh, dilansir Antara. Sementara dari perspektif

lain, jelas Galuh, beberapa stu-di menunjukkan Jakarta dan wilayah sekitarnya terus men-jadi pusat sosial ekonomi yang dominan dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Yogaswara mengatakan per-soalan konfl ik sosial dalam rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan perlu pula diperhatikan.

Danial

rokok dan juga pembatas-an iklan rokok di tempat publik. Contoh lainnya Kota Bogor yang melarang iklan rokok tidak berdam-pak terlalu signifikan pada pengurangan konsumsi rokok di daerah tersebut.

Namun tidak adanya iklan rokok di Kota Bo-gor malah menambah pendapatan asli daerah (PAD) dari iklan di baliho yang menggantikan iklan rokok. “Billboard yang sudah disiapkan lebih ba-nyak menghasilkan kalau tidak dipakai iklan rokok, karena iklan rokok kon-traknya lama, sementara sekarang per event,” kata Anung.

Kebanyakan daerah masih belum mau mem-batasi atau bahkan mela-rang iklan rokok di tempat publik karena berpotensi kehilangan pendapatan pajak dari iklan terse-but. Padahal berdasarkan pengalaman yang telah dilaksanakan Kota Bogor hal tersebut malah seba-liknya.

Selain itu pemerintah juga sedang membahas mengenai pemberian in-

sentif pada daerah yang melaksanakan KTR me-lalui dana alokasi khusus (DAK). Nantinya, pen-dapatan asli daerah yang hilang dari pajak iklan rokok akan dikompensasi dengan insentif tersebut.

Dia menargetkan kebi-jakan tersebut dapat diim-plementasikan pada 2020. “Kami selalu mendisku-sikan pada Kementerian Dalam Negeri dan Kemen-terian Keuangan untuk bisa menjadi insentif di daerah. Karena bagi peme-rintah daerah, iklan rokok mereka mendapatkan pen-dapatan asli daerah kalau bisa dikompensasi dengan dana alokasi khusus bisa lebih meminimalisasi itu, mudah-mudahan 2020,” kata Anung.

Anung menyebut hing-ga saat ini ada 309 ka-bupaten dan kota yang telah memiliki peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok. Namun dari sejumlah tersebut baru 29 daerah yang menerapkan sanksi tindak pidana ri-ngan bagi yang melanggar KTR.

Safari/Ant

J a k a r t a , H a n T e r - Anung, mencontohkan Kabupaten Kulon Progo yang menerapkan pela-rangan iklan rokok di ru-ang publik berdampak pada menurunnya kon-sumsi rokok di daerah tersebut. Selain itu, Anung menyebut biaya kesakitan atau pengobatan pada penyakit yang berkaitan dengan konsumsi rokok juga menurun.

“Kalau Kulon Progo,

iklan punya pengaruh sig-nifikan pada masyarakat miskin. Jadi iklan rokok ditiadakan di Kulon Pro-go dan dampaknya biaya kesakitannya turun yang harus ditanggung di da-erah itu, jumlah rokok yang dikonsumsi menu-run,” kata Anung, Selasa (28/5/2019).

Meski hal tersebut ti-dak bisa disamakan di seluruh daerah yang me-nerapkan kawasan tanpa