Kopkun Corner Edisi 2
-
Upload
kopkun-full -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
description
Transcript of Kopkun Corner Edisi 2
Kami Gathering di
Yogyakarta 1
Para Jenius yang
Terbuang 2
Undian Vocer
Belanja Khusus Ang-
gota
2
Muhammad Yunus
dan Grameen Bank 3
Homo Ludens 4
Kopkun.com
P agi-pagi betul kami memasuki kawasan Gunung
Kidul. Bukit-bukit gamping terlihat di kanan-
kiri. Jalanan itu mendaki, kadang menurun. Pukul
lima bus kami meluncur ke arah Pantai Krakal. Krakal
kami pilih karena relatif tak terjamah. Dia 65 kilome-
ter jauhnya dari pusat Yogyakarta.
Bus sampai. Meliuk-liukkan badan sejenak dan
mulai melantai. Pantai itu berpasir putih. Itupun kalau
pantas disebut “pasir”. Miliaran pecahan karang-kerang yang putih itu menutupi
sepanjang pantai. Nampaklah bak pasir putih. Kami tak hirau, kami bermain-
main di atasnya. Satu per satu dari kami mementaskan lakon tertentu. Ada yang
monolog, baca puisi, menyanyi bahkan ada yang berjoget a la Briptu Norman. Di
antara dentuman ombak besar, tawa kami menyisipinya.
Di pantai ini kami adakan kompetisi tiru Norman. Beberapa peserta ikut
dengan gayanya masing-masing. Pemenang dinilai dari kemiripan geraknya. Juga
dari ekspresi wajah serta kegokilannya. Muncullah tiga pemenang: 1. Sadeli, 2.
Firman dan 3. Teguh. Masing-masing mereka disuruh memilih hadiah berupa
kado yang disediakan. Kang Soni, GM Kopkun, begitu akrab disapa mengata-
kan, “Jangan terkecoh oleh besar-kecilnya kado!”. Sadeli memilih kado terkecil,
Firman sedang dan Teguh mau tak mau kebagian yang paling besar. Kemudian
dibuka. Dan ternyata, Teguh memperoleh boneka paling besar dibanding lain-
nya. Semuanya tertawa merasa kena kibul Kang Soni.
Satu per satu peserta gathering di lempar ke laut. Pertanda mandi pagi dimu-
lai. Pasca bilas dan sarapan, kami lanjutkan gathering ke Prambanan. Di Pramba-
nan kami menyebar ke penjuru arah. Menemukan dan memasuki saban candi-
candi di sana.
Sayangnya pasca gempa Yogya, candi utama ditutup. Tapi, kami tak habis
akal. Kami dekati seorang satpam dan dia menawari kami masuk ke candi utama.
Akhirnya sepuluh orang berhasil menjepret Roro Jonggrang atau Dewi Durga
yang melegenda itu. Ada juga Ganesha si anak Siwa dan patung dewa lainnya.
Sore hari kami lanjutkan perjalanan ke Malioboro. Ya, belanja ini-itu. Meli-
hat, memilih dan menawar barang murah-murah. Puas belanja, kami susuri jalan
ke Purwokerto. Peserta nampak lelah. Kami habiskan waktu untuk rehat di bus
sampai di depan Kopkun tengah malam.
1 Mei 2011, gathering itu menambah memori di antara kami. Tentang keber-
samaan, kekeluargaan dan kehangatan. Esoknya kami mulai kerja dengan seman-
gat baru. Semangat membangun koperasi milik semuanya. []
Api unggun dan pentas seni di
pantai Baron - Yogyakata.
Kami Gathering di Yogyakarta
Eidisi 1 Juni 2011
Volume I, Issue 2
Inside this issue:
Pojok Kopkun
• Semarak gathering
Kopkun di Yogyakarta.
• Para jenius itu sayang
sekali tidak diberdaya-
kan di tanah air.
• Ada vocer belanja tiap
bulan di Kopkun
Swalayan.
• Grameen Bank, pengen-
tasan kemiskinan me-
lalui kredit.
• Perlu sesekali kita ber-
main agar tetap sehat.
Selengkapnya, baca!
Kopkun Corner
B ukan hanya kaya sumber daya alam, Indonesia pun punya banyak orang jenius. Tapi seperti
sumber daya alam, mereka tidak diberdayakan den-gan baik. Adalah BJ. Habibie yang kejeniusannya kita tahu. Dan nama-nama di bawah ini mungkin jarang ada yang tahu, meski sama-sama terbuang. 1. March Boedihardjo mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong yang bergelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keis-timewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyu-sun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun (2007-2012). 2. Prof. Nelson Tansu pakar teknologi nano. Dengan teknologi nano beliau mampu mengupaya-kan sinar laser dengan listrik superhemat. Laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. 3. M. Arief Budiman seorang lelaki Jawa. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan Orion Genomic. Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempe-lajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutuhan pangan dunia. 4. Prof. Dr. Khoirul Anwar ilmuwan top di Jepang. Pria dari Dusun Jabon, Desa Juwet, Ke-camatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang teleko-
munikasi. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G ber-basis Orthogonal Fre-quency Division Multi-plexing dan kini bekerja di Nara Institute of Sci-ence and Technology, Jepang. 5. Dr. Warsito P. Taruno pendiri dan pemilik Edwar Technol-ogy. Mereka berhasil membuat robot bernama Sona CT x001. Selain Sona, Edwar Technol-ogy mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Bahkan Badan Antariksa Amerika Seri-kat (NASA) pun me-makai teknologinya. Itulah beberapa nama jenius Indonesia yang terbuang. Bayang-kan saja kalau mereka berkumpul di tanah air, apa yang bisa mereka lakukan untuk negeri ini? Berbagai paten internasional akan kita
Para Jenius yang Terbuang
Karolinska Institute,
Swedia membeber hasil
penelitian, katanya cara
kerja otak jenius sama
dengan otak orang gila.
Mulai 1 Juni 2011 sampai Maret 2012 ada undian vocer belanja tiap bu-lan. Besarnya mulai @Rp. 150.000 - Rp. 400.000. Oh iya, program ini tidak berlaku untuk Pengurus, Pengawas, Karyawan/ Parttimer Kopkun atau keluarganya. Vocer juga tidak bisa diuangkan atau ditambah menjadi tabungan, khusus vocer belanja! Caranya: setiap belanja kelipatan Rp. 10.000* kamu akan dapat satu poin undian. Di akhir bulan akan diundi. Kalau beruntung, lumayan belanja gratis di Kopkun Swalayan. Ayooo tingkatin loyalitasmu, raih vocer belanjamu!
Undian Vocer Belanja Khusus Anggota
“Bayangkan saja
kalau mereka
berkumpul di tanah
air, apa yang bisa
mereka lakukan
untuk negeri ini?
Berbagai paten
internasional akan
kita borong”.
Page 2 Kopkun Corner Volume 1 , I s sue 2
membuat daftar para korban rentenir. Jumlahnya 42 orang dengan total pinjaman 27 dollar dan dikeluar-kannya dari kantungnya sendiri untuk membayar 27 dollar ini kepada rentenir. Orang-orang yang dibantu hanya dengan 27 dollar sangat gembira. Dari sinilah lahir ide untuk membuat suatu bank untuk kaum miskin; Bank Grameen (Grameen arti-nya pedesaan). Yunus kemudian membicarakan mengenai kredit untuk kaum miskin kepada manajer bank di samping universitas. Usulnya tidak disetujui karena kaum miskin dianggap tidak layak menerima kredit, bahkan keuntungannya pun tidak mampu menutupi biaya administrasi. Yunus mengajukan diri sebagai penjamin kredit. Usulnya disetujui. Suatu hal yang menggembirakan, orang-orang mi-skin itu membayar pinjamannya tepat waktu. Bagi kaum miskin, kredit itulah menjadi kesempatan untuk mengubah keadaan, dan tidak membayar pinjaman sama halnya untuk tidak mendapat pinja-man selanjutnya. Inilah letak jaminan yang sesung-guhnya. Tahun 2006, Grameen telah mengucurkan pin-jaman kredit ke hampir 7 juta orang miskin di 73.000 desa Bangladesh, 97 persen adalah kaum perempuan. Grameen memberikan kredit bebas agunan untuk mata pencaharian, perumahan, seko-lah, dana pensiun, asuransi, dan usaha mikro untuk keluarga-keluarga miskin. Sejak diperkenalkan 1984, KPR telah dipakai untuk membangun 640.000 rumah. Secara kumulatif, kredit yang diberikan mencapai angka 6 milyar dollar. Tingkat pengembalian 99 persen. Dan yang lebih mem-banggakan, Grameen sejak 1995 telah mandiri secara finasial dan tidak lagi mengandalkan donor. Yunus juga menitik beratkan pada pendidikan, dengan 30.000 beasiswa tiap tahunnya. Terdapat kredit perkuliahan dengan 13.000 mahasiswa yang telah menerima kredit tersebut. Beberapa di anta-ranya telah bergelar Ph.D dan banyak lagi yang menapaki jenjang pendidikan tinggi; menjadi dok-ter, insinyur, dosen dan profesi-profesi lain. Grameen telah melampui kredit mikro, Grameen telah mengembangkan sayap ke bidang-bidang lain. Fisheries Foundation di bidang peri-kanan, Grameen Uddog sebagai penghubung
N amanya mulai terdengar ketika
beliau dan Grameen Bank menerima Hadiah Nobel Perdamaian tang-gal 13 Oktober 2006 silam. Muhammad Yunus merupakan seo-rang Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Chittagong, Bangladesh. Ia merupakan seorang akademisi den-gan perhatian sosial yang tinggi. Awalnya, dia memperhatikan ibu-ibu yang demi 40 sen dolar sehari rela bekerja 10 jam di sawah. Dia tidak setuju bahwa orang miskin itu pe-malas dan tidak punya keahlian. Dia percaya bahwa orang miskin hanya tidak memiliki kesempatan. Yunus seringkali berjalan-jalan mengelil-ingi desa dan mencoba untuk lebih dekat den-gan kaum miskin desa. Suatu kesempatan dia dia terperanjat atas ken-yataan seorang perem-puan desa meminjam 5 taka (22 sen dolar) un-tuk membeli bahan baku membuat bangku dari anyaman bambu dan harus menjualnya kepada rentenir seharga 5 taka 50 poysha. Keun-tungannya hanya 50 poysha dan itu setara 2 sen dollar! Kemudian Yunus
“Yunus tidak setuju
bahwa orang miskin
itu pemalas dan
tidak punya
keahlian. Dia
percaya bahwa
orang miskin hanya
tidak memiliki
kesempatan.”
Page 3 Kopkun Corner Volume 1 , I s sue 2
Muhammad Yunus & Grameen Bank
Muhammad Yunus dan
Grameen Bank
B anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota
Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mu-
dahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pen-
daftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3.
Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Sim-
panan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp.
10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi
KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar.
Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon
untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon
20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur
Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan
manjerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau
fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya
lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke
Kopkun Lt.2. Kami tunggu ya!
Sekretariat:
Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin
Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto
(0281) 7647601 | www.kopkun.com |
Enak Diliat, Gampang Dimiliki!
Tim Redaksi Jadi Anggota & Keuntungannya
F itrah manusia yang satu ini jarang disinggung.
Manusia sebagai Homo Ludens atau manusia yang
bermain. Bermain adalah keluar dari kehidupan biasa.
Dan bermain itu, keluar dari kategori benar/ salah. Arti-
nya, setua apapun usia adalah pantas untuk bermain.
Bermain merupakan satu dari sekian banyak kebutuhan
kita di dunia fana ini.
Jangan dilupakan, sekaliber Einstein pun senantiasa
menyisihkan waktu untuk bermain. Untuk menjaga akal
sehat. Dan tentu saja, merawat kualitas kehidupan.
Bermain membuat manusia kembali segar, seperti
suntikan adrenalin pada tubuh. Bermain menyuplai vita-
min-vitamin yang tak ditemukan di berbagai zat. Bermain
adalah sepenting bekerja. Bekerja membuat otot mene-
gang untuk menyusun kehidupan. Bermain, merelaksasi-
kan otot-otot itu agar tetap hidup.
Selain itu, bermain erat kaitannya dengan laku kreatif.
Permainan selalu mengakar pada kreativitas manusia.
Dalam laku kreatif ada proses imajinasi. Imajinasi dapat
mengadakan apa-apa yang tak pernah ada. Permainan
merembeskan imajinasi ke dalam kenyataan.
Saat kecil, orang tua senantiasa mendorong untuk
bermain. Saat bermain,
berbagai kecerdasan ter-
latih. Kecerdasan kines-
tetik/ fisik, berbahasa,
bersosialisasi dan seterus-
nya. Bahkan Lucian Blaga
(1895-1961), seorang
filosof bilang “Permainan
adalah kebijaksanaan dan
cinta bagi si kecil”.
Hari ini, di saat kita
mulai menua nampaknya
kita perlu sesekali waktu
bermain di sela-sela rutini-
tas hidup. Agar hidup
kembali mempesona dan
menggairahkan.
Huizinga, filosof
Belanda dalam risetnya
malah mengatakan, “Play is
older than culture”. Per-
mainan itu lebih tua dari
kebudayaan. []
Homo Ludens
Kreatifitas sering disimbol-
kan “bohlam lampu”. Ia
Penanggungjawab: Ketua Kopkun
Redaktur Pelaksana: Renadi Yogantara
Editor: Firdaus Putra
Layouter: Renadi Yogantara
Distribusi: Junita, Fandi dan Firman
Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.
(Manager Organisasi Kopkun)