KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA...

8
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1410 KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENURUNAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA Sri Handayani 1 , Nur Wulan Agustina 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten Korespondensi : [email protected] 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten Korespondensi : [email protected] Abstrak Menua adalah proses alami yang disertai penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Pada umumnya lansia juga sering hidup sendiri karena ditinggal oleh pasangan atau anaknya. Perubahan yang terjadi pada lansia dan kesepian karena ditinggal oleh keluarga atau pasangannya dapat menurunkan koping menjadi maladatif. Koping maladatif apabila tidak ditangani dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup.Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian beruapa kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 33 lansia yang yang ditinggalkan keluarga yang diambil dengan menggunakan teknik Purpusive sampling. Analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,6% responden berusia antara74 - 90 tahun, 79% jenis kelamin perempuan, 54% memiliki koping maladaptif dan 58% memiliki kualitas hidup lansia buruk. Hasil analisis chi square diproleh nilai P value 0,000 < α (0,05). Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa lansia yang memiliki koping maladatif saat ditinggalkan keluarga dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Kata Kunci : Koping, Kualitas hidup, Lansia, Keluarga. I. PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu sesuai dengan tempat tinggal dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar yang dimiliki (Salim, 2007). Kualitas hidup dapat dilihat dari kesehatan manusia yang saling berhubungan yaitu fisik, mental, sosial (Tambariki, 2012). Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi. Gambaran kualitas hidup yang kurang pada lansia dapat ditunjukan dalam aktivitas sehari-hari seperti ketergantungan obat-obatan, ketergantungan bantuan medis, keterbatasan (Sekarwiri 2008). Gambaran kualitas hidup yang buruk pada lansia wanita yang menonjol adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan depresi (Kuntjoro (2002). Hasil penelitian Iqbal (2014) menemukan bahwa sebanyak 46,7% lansia yang tinggal di panti mempunyai kualitas hidup buruk. Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai permasalahan, baik fisik maupun psikologis. Permaslahan psikologis yang muncul diantaranya merasa tidak berguna, mudah marah, dan menurunnya interaksi sosial, sehingga lansia cenderung tidak menerima diri sendiri dan depresi (Stanly, 2006). Hasil penelitian Putri (2013) didapatkan bahwa sebanyak 62.1% lansia memiliki kualitas kesehatan yang buruk, dan sebanyak 70,4% lansia memiliki kualitas psikologis buruk. Penurunan kualitas hidup pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, financial, dukungan keluarga dan koping (Mubarak, 2009).

Transcript of KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA...

Page 1: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1410

KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA SEBAGAI

FAKTOR RISIKO PENURUNAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA

Sri Handayani

1, Nur Wulan Agustina

2

1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Korespondensi : [email protected] 2Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Korespondensi : [email protected]

Abstrak

Menua adalah proses alami yang disertai penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial

yang saling berinteraksi satu sama lain. Pada umumnya lansia juga sering hidup sendiri karena

ditinggal oleh pasangan atau anaknya. Perubahan yang terjadi pada lansia dan kesepian karena

ditinggal oleh keluarga atau pasangannya dapat menurunkan koping menjadi maladatif. Koping

maladatif apabila tidak ditangani dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup.Penelitian ini

menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian

beruapa kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 33 lansia yang yang ditinggalkan keluarga yang

diambil dengan menggunakan teknik Purpusive sampling. Analisis data menggunakan chi

square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,6% responden berusia antara74 - 90

tahun, 79% jenis kelamin perempuan, 54% memiliki koping maladaptif dan 58% memiliki

kualitas hidup lansia buruk. Hasil analisis chi square diproleh nilai Pvalue 0,000 < α (0,05).

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa lansia yang memiliki koping maladatif saat

ditinggalkan keluarga dapat menurunkan kualitas hidup lansia.

Kata Kunci : Koping, Kualitas hidup, Lansia, Keluarga.

I. PENDAHULUAN World Health Organization (WHO)

mendefinisikan kualitas hidup sebagai

persepsi individu sesuai dengan tempat

tinggal dan berkaitan dengan tujuan,

harapan, standar yang dimiliki (Salim,

2007). Kualitas hidup dapat dilihat dari

kesehatan manusia yang saling

berhubungan yaitu fisik, mental, sosial

(Tambariki, 2012). Setiap individu

memiliki kualitas hidup yang berbeda

tergantung dari masing-masing individu

dalam menyikapi.

Gambaran kualitas hidup yang kurang

pada lansia dapat ditunjukan dalam

aktivitas sehari-hari seperti ketergantungan

obat-obatan, ketergantungan bantuan

medis, keterbatasan (Sekarwiri 2008).

Gambaran kualitas hidup yang buruk pada

lansia wanita yang menonjol adalah mudah

tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup,

kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan

depresi (Kuntjoro (2002). Hasil penelitian

Iqbal (2014) menemukan bahwa sebanyak

46,7% lansia yang tinggal di panti

mempunyai kualitas hidup buruk.

Lansia dengan kualitas hidup yang

buruk akan menyebabkan berbagai

permasalahan, baik fisik maupun

psikologis. Permaslahan psikologis yang

muncul diantaranya merasa tidak berguna,

mudah marah, dan menurunnya interaksi

sosial, sehingga lansia cenderung tidak

menerima diri sendiri dan depresi (Stanly,

2006).

Hasil penelitian Putri (2013)

didapatkan bahwa sebanyak 62.1% lansia

memiliki kualitas kesehatan yang buruk,

dan sebanyak 70,4% lansia memiliki

kualitas psikologis buruk. Penurunan

kualitas hidup pada lansia dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,

status pernikahan, financial, dukungan

keluarga dan koping (Mubarak, 2009).

Page 2: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1411

Keluarga merupakan support sistem bagi

lansia dalam mempertahankan kesehatan.

Apabila terjadi perubahan dalam keluarga

seperti kematian pasangan hidup dan

ditinggal anak menikah, maka akan

menyebabkan lansia tidak lagi tinggal

bersama keluarga. lansia harus melakukan

sendiri segala sesuatunya. Kondisi tersebut

menyebabkan lansia merasa tidak

diperhatikan lagi dan menganggap dirinya

sebagai beban bagi keluarga (Lilis, 2011).

Lansia yang ditinggal keluarga akan

mengakibatkan kesulitan dalam

menyelesaikan masalah dan lansia akan

mengalami kesepian (Halawa, 2013).

Kesepian merupakan perasaan

terasing (terisolasi atau perasaan

tersisihkan, terpencil dari orang lain,

karena merasa berbeda dengan orang lain

(Probosuseno, 2007). Perasaan tersisihkan

yang tidak segera diatasi akan berdampak

pada mekanisme koping lansia.

Koping merupakan cara yang

dilakukan individu dalam menyelesaikan

masalah dan menyesuaikan diri terhadap

perubahan. Reaksi koping lansia terhadap

permasalahan sangat bervariasi, dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya: kesehatan, keyakinan,

keterampilan memecahkan masalah,

keterampilan sosial, dukungan sosial, dan

dukungan keluarga (Mu’tadin, 2002).

Hasil penelitian Ratna (2007)

menunjukan terdapat perbedaan makna

hidup antara lansia yang tinggal di panti

werdha dengan lansia yang tinggal

bersama keluarga. hasil penelitian ini

diperkuat penelitian Ekawati (2011) yang

menyimpulkan bahwa lansia yang tinggal

di panti mempunyai risiko penurunan

kualitas hidup dibandingkan dengan lansia

yang tinggal bersama dengan keluarga.

Mekanisme koping terbagi menjadi dua

yaitu mekanisme adaptif dan maladaptif.

Mekanisme koping adaptif merupakan

mekanisme koping yang mendukung

fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan

mencapai tujuan. Lansia yang memiliki

koping adaptif ditunjukan dengan

kemampan berbicara dengan orang lain,

memecahkan masalah secara efektif,

teknik relaksasi, latihan seimbang, dan

aktivitas konstruktif (Stuart dan Sundeen,

2011). Sedangkan mekanisme koping

maladaptif merupakan respon individu

yang dapat meyebabkan disfungsi secara

personal, sosial, maupun dalam pekerjaan

respon koping maladaptif seperti merasa

terasingkan, ketergantungan, dan kurang

percaya diri yang dapat mengakibatkan

lansia cepat marah, berdiam diri dan

menarik diri, akibatnya tubuh menjadi

rentan (Gunawan, 2013). Penelitian Noni

(2013) mendapatkan data bahwa 59,7%

lansia mempunyai mekanisme koping

maladaptif (banyak tidur, melamun, hanya

terpaku atau diam, tidak mampu

menyelesaikan masalah).

Hasil wawancara peneliti terhadap

beberapa lansia diperoleh informasi bahwa

lansia tinggal sendirian dirumah. Selain itu

lansia merasa mengalami perubahan

psikologis seperti mudah tersinggung,

mudah marah, menarik diri (tidak mau

mengikuti posyandu lansia).

II. KAJIAN LITERATUR

1. Lanjut Usia dan dampak perubahan

yang terjadi

Menua (Menjadi tua) adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita, merupakan proses yang

terus-menerus (berlanjut) secara alami,

dimulai sejak lahir (Bandiyah, 2009).

Berbagai masalah yang ditemukan pada

lansia akibat kemunduran fisik ditandai

dengan, adanya penurunan sistem organ

yang dapat mengakibatkan lansia rentan

terhadap penyakit baik yang bersifat

akut maupun kronis. Masalah

psikologis turut mempengaruhi

kehidupan lansia diantaranya adalah

harga diri rendah, kecemasan yang

tinggi, mudah marah, mudah

tersinggung, kurang percaya diri,

kesepian, ketidakberdayaan,

ketergantungan, dan kurangnya

Page 3: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1412

dukungan dari anggota keluarga.

Akibatnya dapat menghilangkan

kebahagiaan, harapan dan kemampuan

untuk merasakan ketenangan hidup

pada lansia, yang akan mempengaruhi

kualitas hidup (Stanley, 2005)

2. Kualitas hidup

Dimensi yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada dimensi

kualitas hidup yang terdapat pada

World Health Organization Quality of

Life Bref version (WHOQoL-BREF).

WHOQoL-BREF (Power dalam Lopez

& Snyder, 2003) terdapat empat

dimensi mengenai kualitas hidup yang

meliputi:

1. Kesehatan Fisik, dapat

mempengaruhi kemampuan

individu untuk melakukan

aktivitas.

2. Psikologis, yaitu terkait dengan

keadaan mental individu

3. Hubungan Sosial

4. Lingkungan, Semakin bertambah usia akan

berkurang kesibukan sosialnya, dan itu

mengakibatkan berkurangnya integrasi

dengan lingkungan yang berdampak

pada kebahagiaan, kesepian, dan

kebosanan seseorang yang disebabkan

oleh rasa tidak diperlukan (Nugroho,

2008). Gambaran kualitas hidup yang

buruk pada lansia dapat ditunjukan

dalam aktivitas sehari-hari seperti

ketergantungan obat-obatan dan

bantuan medis, keterbatasan dalam

melakukan mobilisasi,

ketidaknyamanan, perasaan negatif,

sumber finansial, dan tidak mau

bersosialisali dengan masyarakat

(Sekarwiri 2008).

3. Koping

Mekanisme koping adalah cara

yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan

diri dengan perubahan dan respon

terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping sangat penting

digunakan oleh individu untuk

memecahkan masalah, koping yang

efektif akan membantu individu

terbebas dari stress yang

berkepanjangan. Suatu studi

menunjukan bahwa mekanisme koping

memilikiketerkaitan dengan respon

individu dalam menghadapi masalah

(Nurfita, 2007)

Koping yang efektif sering kali

bervariasi sesuai situasi. Satu

mekanisme koping mungkin efektif

untuk mengatasi suatu masalah namun

belum tentu efektif dengan salah lain.

Salah satu dampak dari respon koping

yang digunakan ialah perubahan

kualitas hidup yang dimiliki individu.

III. METODE

Jenis penelitian ini adalah survey

analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sampel diambil secara

nonprobability sampling tipe purpusive

sampling pada lansia di Desa Buntalan

Klaten yang memenuhi kriteria. Kriteria

inklusi penelitian adalah (1) Memilih

lansia yang ditinggal keluarga

(Suami, Anak) < 10 tahun (2) berusia

60 tahun ke atas. Kritera eksklusi

penelitian adalah (1) lansia yang

mengalami : sakit berat, demensia,

gangguan penglihatan dan

pendengaran (2) lansia yang

menaglami gangguan komunikasi.

Besar sampel adalah 33 lansia.

Instrumen yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah (1)

kuesioner tertutup untuk mengukur

koping (2) WHOQOL-BREF untuk

mengukur kualitas hidup. Data yang

telah dikumpulkan di analisis dengan

menggunakan uji Chi-square.

Page 4: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1413

IV. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik responden

Tabel 1

Karakteristik Responden

No Kategori f %

1

2

3

Jenis kelamin

- Laki-laki

- Perempuan

Jumlah

Usia

- 60 – 74

- 74 – 90

- > 90

Jumlah

Status pernikahan

- Tidak menikah

- Janda/duda

- Bercerai

Jumlah

7

26

33

11

21

1

33

2

27

4

33

21

79

100

33,3

63,6

0,1

100

0,6

81,1

18,3

100

2. Koping dan kualitas hidup lansia

Tabel 2

Koping dan kualitas hidup Lansi

3. Analisis Bivariat

Tabel 3

Analisis Koping dengan Kualitas Hidup

Lansia

V. PEMBAHASAN

1. Usia Responden

Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 1998

Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

menyebutkan bahwa lansia adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun keatas. Nofitri (2009)

mengatakan bahwa usia adalah salah

satu faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup.

Bertambahnya usia akan

mempengaruhi kondisi fisik dan

psikologis seseorang. Peningakatan usia

seseorang akan diikuti proses

degenaratif yang salah satu akibatnya

menyebabkan ketidakmampuan

melakukan aktivitas sehari-hari. Selain

itu, secara psikologis bertambahnya

usia juga akan memunculkan perasaan

tidak mampu, merasa lemah, kesepian,

jenuh. Berbagai perubahan yang terjadi

pada lanjut usia tersebut akan

membatasi gerak lanjut usia sehingga

menyebabkan lansia menjadi jarang

berkomunikasi dengan orang lain

(Lilik, 2011). Kondisi tersebut apabila

berlangsung terus menerus maka lanjut

usia akan mengalami penurunan

kualitas hidup.

Teori diatas sesuai dengan

penelitian bahwa rata-rata usia

responden di desa Buntalan Klaten

Tengah yaitu 65 ± 2,40265 tahun.

Responden yang memiliki rentang usia

60-64 tahun sebanyak (45%) memiliki

kualitas hidup buruk, sedangkan

responden yang berusia 65-90 tahun

sebanyak (64%) memiliki kualitas

hidup yang buruk.

2. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin dapat mempengaruhi

kualitas hidup seseorang. Hasil

penelitian yang menunjukkan kualitas

hidup buruk didominasi oleh lansia

perempuan. Hal ini bisa terjadi karena

adanya perbedaan gender. Secara

kodrati seorang istri lebih tergantung

kepada suami baik dari sisi ekonomi

maupun fisik. Dengan hidup sendiri

maka perempuan mempunyai peran

Page 5: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1414

ganda dan tidak ada tempat untuk

berbagi. Papalia (2008) mengatakan

lansia perempuan yang sudah

mengalami menopouse dimana kadar

estrogen dan progesteron turun.

Penurunan kadar estrogen dan

progesteron akibatnya mudah marah,

sulit tidur, gelisah, rasa khawatir, sulit

konsentrasi, nyeri otot sendi, sehingga

berdampak psikologis lansia. Hasil

penelitian diperoleh data bahwa dari 26

lansia perempuan sebanyak (58%)

sering memiliki perasaan negatif dan

(65%) sering bergantung dengan obat-

obatan.

Penelitian Nawi (2010) yang

menyebutkan bahwa lansia perempuan

cenderung memiliki kualitas hidup

lebih buruk dibandingkan laki-laki.

Didukung pula dengan hasil penelitan

Nofiri (2009) kualitas hidup laki-laki

cenderung lebih baik daripada kualitas

hidup perempuan.

3. Satus Pernikahan

Pasangan hidup mempunyai funsi

sebagai suporting dalam berbagai hal

seperti emosi dan keuangan.

Kehilangan pasangan hidup merupakan

tantangan emosional yang harus

dihadapi oleh lajut usia. Hurlock (2004)

menyatakan bahwa penyesuaian

terhadap kematian pasangan atau

perceraian merupakan hal yang sangat

sulit bagi lanjut usia. Dewi, Yusna,

Danardi , Suryo, & Czeresna, (2007)

menyatakan bahwa janda dan duda

lebih rentan untuk mengalami depresi

dibanding pasien geriatri dengan status

menikah. Hasil penelitian mendapatkan data

bahwa koping maladatif lebih banyak

dialami oleh lanjut usia janda atu duda

dibandingkan dengan lansia yang tidak

menikah.

4. Koping Lanjut usia Saat

Ditinggalkan Keluarga

Koping adalah cara yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan perubahan

(Wahyudi, 2010). Koping terbagi

menjadi dua yaitu koping adaptif dan

maladaptif. Koping adaptif ditunjukkan

dengan kemampuan berkomunikasi

yang baik dan memecahkan masalah

secara efektif. Sedangkan koping

maladaptif ditunjukan dengan rasa

percaya diri kurang sehingga

mengakibatkan lanjut usia menjadi

cepat marah, menarik diri, akibatnya

tubuh menjadi rentan dan mengalami

penurunan kualitas hidup (Stuart dan

Sundeen, 2011).

Berdasar hasil penelitian

ditemukan bahwa koping maladaptif

yang dimilki lansia terlihat pada rasa

putus asa (78%), tidak mau

bersosialisasi (27%), selalu pasrah

dengan masalah yang dihadapi (61%)

dan lebih suka menangis untuk

mengungkapkan perasaan (61%).

Koping maladaptif yang terjadi pada

lanjut usia dapat berisiko

meneyebbakan gangguan tidur dan

kecemasan.

Koping maladaptif lanjut usia

terjadi karena berkurangnya support

system dari keluarga. Lanjut usia yang

tidak mendapatkan dukungan atau

perawatan dari keluarga menyebabkan

lanjut usia sulit mempertahankan

kesehatannya (Halawa, 2014). Hasil

penelitian bahwa semua lanjut usia

hidup sendiri sehingga tidak ada

dukungan dari keluarga. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian

Na’imah (2014) yang mengatakan

bahwa faktor munculnya kesepian pada

lanjut usia karena lansia yang ditinggal

oleh orang-orang yang dicintai, karena

meninggal dunia atau bekerja luar kota.

Lansia yang ditinggalkan sendiri

dirumah akan kehilangan figur yang

dapat memberikan perhatian sehingga

lansia kehilangan interaksi sosial dan

hambatan berkomunikasi.

5. Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah ukuran

kebahagiaan dan mempunyai lima

aspek yaitu: merasa senang dengan

aktivitas yang dilakukan sehari-hari,

Page 6: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1415

menganggap hidupnya penuh arti dan

menerima dengan tulus kondisi

hidupnya, mempunyai citra diri yang

positif, mempunyai sikap hidup yang

optimis dan suasana hati yang bahagia

(Tambariki, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian

dieproleh data bahwa 58% lanjut usia

mempunyai kualitas hidup yang buruk.

Kualitas hidup yang buruk pada lansia

terlihat pada kesulitan untuk berjalan

sebanyak (43%), tidak cukup uang

untuk memenuhi kebutuhan (51%), dan

lansia kesulitan tidur karena merasa

cemas sebanyak (64%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Siregar (2013) bahwa lansia

yang hidup serumah dengan keluarga

mempunyai kualitas hidup lebih baik

dibandingkan lanjut usia yang hidup

sendiri. Lanjut usia yang hidup bersama

keluarga seperti anak dan cucu,

cenderung lebih dapat menjalani

kehidupan lebih optimis. Dalam

penelitian Cahayawati (2010)

menyatakan lanjut usia yang memiliki

dukungan dari keluarga akan memiliki

tujuan hidup yang lebih baik

dibandingkan dengan lanjut usia yang

tidak dapat dukungan dari keluarga.

6. Pengaruh Koping saat ditinggal

keluarga dengan Kualitas Hidup

Lansia

Proses penuaan merupakan proses

fisiologis yang pasti dialami individu.

Proses menua akan diikuti oleh

penurunan fungsi fisik, biologis,

mental, sosial kesehatan maupun

psikologis (Nugroho, 2008). Penurunan

fungsi fisik membuat ketidakmampuan

lansia untuk beraktivitas dalam

kegiatan sehari-hari (Lilik, 2011).

Perubahan fungsi psikososial seperti

lingkungan tempat tinggal dan

hubungan sosial dengan masyarakat

(Stanley & Beare 2007).

Permasalahan psikologis yang

tidak tertangani menyebabkan lansia

mengalami kesepian lansia yang

kesepian dalam jangka waktu lama

akan menyebabkan perubahan koping

yang maladaptif (Maryam, 2008). Hasil

penelitian ditemukan bahwa sebanyak

54% lanjut usia mempunyai koping

maladaptif. Koping maladaptif yang

dimiliki lansia ditunjukkan dengan

mudah marah, lanjut usia menangis

untuk mengeluarkan perasaan.

Lanjut usia dengan koping

maladaptif akan mempengaruhi tujuan

hidup. Lansia dengan koping

maladaptif (61%) memiliki perasaan

negatif seperti kesepian, putus asa,

cemas dan depresi, selain itu juga

(31%) lansia mengatakan tidak berarti

hidupnya. Perasaan pasrah dan putus

asa akan mempengaruhi semangat dan

motivasi dalam beraktivitas bahkan

dapat mempengaruhi timbulnya

permasalahan kesehatan. Seperti (64%)

tidak puas dengan tidurnya, (43%) tidak

puas dengan aktivitas merasa

kesehatanya sangat buruk.

Ketidakpuasan lansia terhadap tidur dan

kesahatannya itu akibatnya akan

mempengaruhi kualitas hidup lansia.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa lansia yang mempunyai koping

maladaptif 89,5% mempunyai kualitas

hidup buruk dan responden yang

mempunyai koping adaptif sebanyak

71,4% mempunyai kualitas hidup yang

baik. Hasil analisis menggunakan uji

chi-square diperoleh Pvalue (0,000) <α

(0,05) dan nilai OR sebesar 21,5

sehingga bahwa koping maladaptif

lanjut usia saat ditinggal keluarga

berisiko menurunkan kualitas hidup

lansia

Penelitan tersebut sejalan dengan

penelitian (Sutikno, 2010)

menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan positif yang sangat kuat

antara fungsi keluarga dan kualitas

hidup lansia. Halawa (2013)

mengungkapkan lanjut usia yang

ditinggal keluarga akan mengakibatkan

lansia kesulitan menyelesaikan masalah

atau kegiatan sehari-hari, seperti

permasalahan yang berasal dari aspek

sosial dan aspek psikologis atau

emosional.

Page 7: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1416

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Responden dalam penelitian berusia

antara 74 - 90

2. Jenis kelamin responden didominasi

oleh perempuan

3. Responden sebagain besar memiliki

koping maladaptif

4. Responden sebagian besar memiliki

kualitas hidup buruk.

5. Koping lansia saat ditinggal keluarga

berisiko menurunkan dengan kualitas

hidup lanjut usia

VII. SARAN

1. Bagi lanjut Usia

Lanjut usia sebaiknya lebih sering

untuk berinteraksi dengan lingkungan

sekitar agar tidak mengalami

kejenuhan

2. Bagi Perawat Komunitas

Perawat komunitas sebaiknya

memodifikasi program kegiatan

posyandu sehingga dapat

meningkatkan intensitas pertemuan

kader dan lanjut usia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya

melanjutnya menelitian ini dengan

memberikan treatment agar kualitas

hidup lanjut usia dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S 2009, Lanjut usia dan

keperawatan gerontik, EGC, Jakarta.

Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan.

Erlangga. Jakarta

Koentjoro, S, Z 2002, Dukungan sosial pada

lansia, http://www.e-

psikologi.com/usia/160802.html, Diakses

tanggal 13 Maret 2015

Maryam, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan

Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nofitri, NFM.2009. Gambaran Kualitas

Hidup Penduduk Dewasa Pada Lima Wilayah

Di Jakarta. Skripsi. www.

lib.ui.ac.id/file?file=digital/125595-

155...%20Gambaran%20kualitas%20-

%20HA. Diakses 6 juni 2015.

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan

Gerontik dan Geriatri Ed.3.EGC. Jakarta

Nurfita, Eva, (2007), Mekanisme Koping

Pasangan Infertilitas Di kecamatan Singkil

Kabupaten Aceh Singkil, Universitas

Sumatra Utara, Medan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456

789/14288/1/08E00730.pdf . Diakses 10 Juni 2015

Putri, D.P., Zulfitri, R., Karim, D (2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan pada lansia di Kelurahan Lembah

Sari Rumbai Pesisir.

http://repository.unri.ac.id/bit strea

m/123456789/1883/1/jurnal.pdf. diakses pada

28 Juni 2015

Salim, O.C, Sudharma, NI, Kusumaratna,

R.K, & Hidayat, A (2007). Validitas dan

Reabilitas World Health Organization Quality

of Life-BREF untuk mengukur kualitas hidup

lanjut usia.

Sekarwiri.2008. Hubungan antara Kualitas

Hidup da Sense Of Community Warga Daerah

Rawan Banjir DKI Jakarta. Skripsi.

Universitas Indonesia

Sutikno, Ekawati. 2010. Hubungan fungsi

Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia.

Tesis. Universitas Sebelas Maret

Stuart & Sundeen, 2007. Buku Saku

Keperawatan Jiwa. (Edisi 5). Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta

Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan

Gerontik Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta

Page 8: KOPING MALADAPTIF SAAT DITINGGALKAN KELUARGA …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/269-SRI-HANDAYANI1410... · Lansia dengan kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan berbagai

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1417

WHO (1998) The World Healt Organization

Quality Of Life (WHOQOL)-BREFF 1998.

Diakses 14 Maret 2015

Undang-undang Republik Indonesia Nomor

13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia

Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D.

(2009). Human development: Perkembangan

manusia. (Vol. 2). Salemba Humanika. Jakrat

Ratna. Cahyawati. 2010. Perbedaan Makna

Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti

Werdha Dengan Yang Tinggal Bersama

Keluarga.

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jad

wal_kuliah/naskah-publikasi-00320144.pdf.

Diakses 5 Novemner 2014