KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf ·...

31
MAKA K DA ALAH PRO KONTRI ALAM P DAN I PU PE OPOSAL O IBUSI PENCA MPLIK Sri Ra Cut R USAT SO KEBIJA BADAN ENGEMB PERASIO SEKTO APAIAN KASINY Oleh: Sumaryan Edi Basun Hastuti Su angga Ditya Rabiatul Ad SIAL EK AKAN PE PENELI BANGAN 2014 ONAL PEN OR PER N TARG YA PAD nto no uhartini a Yofa dawiyah KONOMI ERTANIA TIAN DA PERTAN ELITIAN T RTANI GET M DA SD DAN AN AN NIAN TA. 2014 IAN DGs DGs 2

Transcript of KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf ·...

Page 1: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

 

MAKA

KDA

ALAH PRO

KONTRIALAM PDAN I

PU

PE

OPOSAL O

IBUSI PENCAMPLIK

Sri Ra

Cut R

USAT SOKEBIJABADAN

ENGEMB

PERASIO

SEKTOAPAIANKASINY

Oleh:

SumaryanEdi Basun

Hastuti Suangga DityaRabiatul Ad

SIAL EKAKAN PE

PENELIBANGAN

2014

ONAL PEN

OR PERN TARGYA PAD

nto no uhartini a Yofa dawiyah

KONOMI ERTANIATIAN DAPERTAN

ELITIAN T

RTANIGET MDA SD

DAN AN AN NIAN

TA. 2014

IAN DGs

DGs

2

Page 2: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

3

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDGs DAN

IMPLIKASINYA PADA SDGs

Ringkasan

Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDGs)

akan berakhir Tahun 2015 dan akan dilanjutkan dengan Sustainable Development

Goals (SDGs). Sebagai kelanjutan MDGs maka modal dasar pencapaian SDGs

adalah pencapaian target MDGs. Agenda pokok SDGs adalah merampungkan

pencapaian target MDGs yang tersisa,meningkatkan kualitas pencapaian target

yang telah ada; dan terkait dengan mandat Rio+20 akan meningkatkan bobot

perhatian pada aspek sosial dan lingkungan hidup. Berprinsip pada sinergi sosial-

ekonomi-lingkungan, strategi pencapaian SDGs akan berbasis pendekatan

partisipatif pada proses perencanaan dan pelaksanaan yang bersifat bottom-up.

Pada dasarnya 8 sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development

Goals - MDGs) saling terkait dan strategi pencapaiannya membutuhkan

pendekatan multi disiplin dan lintas sektor yang terkoordinasikan secara sistematis

dan konsisten. Semua sektor berkontribusi, baik langsung maupun tidak langsung

dalam suatu konstelasi yang kompleks dan dinamis. Oleh karena itu manfaat

utama dari pengetahuan, data, informasi dan rekomendasi dari hasil kajian

empiris mengenai kontribusi suatu sektor dalam pencapaian MDGs adalah untuk

menyempurnakan kebijakan dan penentuan skala prioritas program/kegiatanpada

sektor tersebut; tetapi kurang relevan untuk dasar pertimbangan penentuan

alokasi anggaran antar sektor dalam kebijakan fiskal.

Adalah fakta bahwa dimensi ekonomi makin mendominasi nilai-nilai

peradaban modern. Mengacu fakta tersebut maka sasaran nomor 1 MDGs yaitu

eradikasi kemiskinan dan kelaparan seringkali dipandang sebagai epicentrum

sasaran MDGs.

Sektor pertanian adalah penghasil pangan. Sementara itu aktor utama

pertanian adalah petani serta buruh tani yanghampir semuanya tinggal di

pedesaan. Jumlahnya sangat besar dan secara umum tingkatkesejahteraannya

tertinggal darikelompok masyarakat yang lain. Oleh karena itu meskipun kontribusi

relatif sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) makin

Page 3: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

4

rendah tetapi peran sektor ini sangat strategis, baik dalam pencapaian MDGs

maupun SDGs.

Sampai saat ini data dan informasi dari hasil penelitian/kajian empiris yang

mencerminkan kinerja/kontribusi sektor pertanian dalam pencapaian target MDGs

belum tersedia. Setidaknya jawaban atas sejumlah pertanyaan berikut belum

tersedia.Pertama,penurunan jumlah penduduk miskin komunitas petani dan

perbandingannya dengan penduduk pedesaan pada umumnya; serta variasinya

antar agroekosistem. Kedua, hubungan antara pertumbuhan sektor pertanian

wilayah dengan penurunan jumlah petani miskin. Ketiga, perkembangan

penyerapan tenaga kerja di pedesaan dan implikasinya terhadap pendapatan

petani serta variasinya antar agroekosistem. Keempat, hubungan antara status

perkembangan perekonomian desa dengan distribusi pendapatan.Kelima,

implikasinya terhadap strategi yang harus ditempuh dalam pencapaian SDGs.

Untuk kepentingan perumusan program, jawaban atas pertanyaan tersebut perlu

ditelusuri lebih lanjut sehingga diketahui faktor-faktor penjelasnya.

Penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas. Data

yang akan dianalisis terdiri dari atas data sekunder lingkup nasional dan tingkat

provinsi serta data primer dari hasil survey.Data sekunder yang akan dianalisis

adalah data SUSENAS dari dua atau tiga titik waktu, data perkembangan PDRB

setiap provinsi yang tersedia, dan data-data lainnya yang relevan yang akan

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan dari instansi lain yang terkait. Data

primer yang akan dianalisis adalah data hasil survey kerjasama penelitian PSEKP –

JICA – IFPRI dan dari hasil survey yang akan dilakukan pada tahun ini.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya misi pembangunan hampir semua negara konvergen dengan

misi Millenium Development Goals (MDGs) yang pasca 2015 akan dilanjutkan

dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Sebagai ilustrasi, agenda

kebijakan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin; distribusi pendapatan yang

Page 4: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

5

lebih merata; pelestarian lingkungan; kesetaraan gender;perbaikan kesehatan

ibu;penurunan tingkat kematian anak;peningkatan akses kaum tertinggal pada

pendidikan;dan pemberantasan penyakit HIV, malaria, dan penyakit menular

lainnya adalah agenda pokok pembangunan yang dihadapi oleh hampir semua

negara, terutama negara-negara berkembang. Perbedaan antar negara pada

umumnya hanya terletak pada level dan implikasinya pada prioritas penanganan

dalam jangka pendek – menengah. Dengan kata lain upaya pencapaian target

MDGs tidak relevan jika dikaitkan dengan dengan motif pencitraan di gelanggang

internasional karena pada hakekatnya selaras dengan agenda pembangunan

nasional.

Menjelang 2015 hampir semua negara berkepentingan melakukan

akselerasi pencapaian MDGs.Pencapaian MDGs adalah modal dasar untuk

pembangunan milenium pasca 2015 yaitu SDGs. Sebanyak 192 negara sepakat

bahwa dalam SDGs terkandung muatan satu mandat hasil pertemuan The United

Nations Conference on Sustainable Development (UNCSD) yang diselenggarakan

di Rio de Janeiro pada Juni 2012. Tantangan utamanya adalah mencapai

pembangunan berkelanjutan melaluiperbaikan lingkungan hidup tanpa

mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial; sedangkan

strateginya berbasis partisipatif dengan pemberian bobot yang lebih besar pada

pendekatan bottom up. Mengingat bahwa SDGs pada dasarnya merupakan

kelanjutan dari MDGs maka pembelajaran dari MDGs sangat berharga perumusan

sasaran, indikator, target, dan strategi pencapaian SDGs. Pembelajaran tersebut

hanya dapat diperoleh dari hasil monitoring, kajian, dan penelitian empiris.

Pada dasarnya motivasi dan orientasi pembangunan milenium adalah

“human development” sehingga strategi pencapaian sasarannya terkait dengan

nilai-nilai yang dianut masyarakat dalam perkembangan peradaban. Dalam

konteks itu ternyata nilai-nilai yang dianut masyarakat dalam peradaban modern

didominasi dimensi ekonomi. Kecenderungan ini berlaku pada lingkup global,

regional, nasional, bahkan pada sebagian besar komunitas lokal1. Oleh karena itu

1Banyak bukti menunjukkan bahwa berbagai kasus konflik sosial berakar dari permasalahan ekonomi. Secara empiris banyak kasus menunjukkan bahwa kemiskinan yang diderita individu, rumah tangga, ataupun suatu komunitas menyebabkan akses mereka pada kecukupan pangan, fasilitas perumahan, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup yang layak; bahkan keaamanan, keadilan dan kemerdekaan menjadi sangat terbatas.

Page 5: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

6

sasaran nomor 1 yaitu “eradikasi kemiskinan dan kelaparan” seringkali dipandang

sebagai epicentrum sasaran MDGs.

Kunci sukses pencapaian MDGs dan SDGs terletak pada kinerja sektor

pertanian2. Ini merupakan implikasi logis dari kodisi berikut. Pertama, mayoritas

penduduk miskin berada di negara-negara berkembang yang nafkah utamanya

bergantung pada sektor pertanian. Kedua, adanya keterkaitan yang sangat erat

antara kemiskinan dan kerawanan pangan; sedangkan penghasil pangan adalah

sektor pertanian, (iii)sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim

sehingga masa depan ketahanan pangan akan diwarnai oleh pertumbuhan

pasokan pangan yang tidak stabil dan harga pangan makin volatil. Implikasinya,

sebagian penduduk yang semula telah berhasil keluar dari kemiskinan potensial

untuk kembali jatuh miskin. Ditambah pula dengan munculnya penduduk miskin

yang baru maka secara agregat persentase penurunan jumlah penduduk miskin

menjadi lebih lambat.

Di dalam negeri, monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian MDGs

lingkup nasional dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(BAPPENAS) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian

terkait. Secara umum perkembangan yang telah dicapai sampai saat ini

menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Beberapa indikator MDGs secara

nasional telah tercapai dan sebagian besar target MDGs secara nasional

diperkirakan akan tercapai (on track).Meskipun demikian untuk mempertahankan

dan meningkatkan kinerja capaian MDGs masih perlu upaya-upaya khusus antara

lain pada target penurunan angka kematian ibu melahirkan, pencegahan

HIV/AIDS dan peningkatan tutupan lahan. Pada saat yang sama, kesenjangan

antardaerah dalam pencapaian sasaran MDGs perlu terus diperkecil, antara lain

dengan memberikan perhatian yang lebih besar bagi daerah-daerah yang kinerja

pencapaian MDGs-nya masih di bawah rata-rata nasional (BAPPENAS, 2012).

Hasil monitoring dan evaluasi tersebut menyajikan gambaran agregat

mengenai tingkat pencapaian MDGs untuk setiap sasaran dan status

perkembangan menuju 2015. Termasuk pula didalamnya rekomendasi mengenai

2 Bagi Indonesia, sektor pertanian terbulti pula sebagai “sektor kunci” resiliensi perekonomian nasional dari guncangan negatif yang dahsyat akibat krisis finansial Tahun 1998 yang lalu.

Page 6: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

7

target dan strategi yang perlu dilakukan dalam pencapaian MDGs dalam waktu

yang tersisa serta agenda lanjutannya. Sudah barang tentu untuk kepentingan

Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka peningkatan kinerja pencapaian dan

kelanjutannya masih diperlukan adanya kebijakan dan program yang relevan

dengan mandatnya masing-masing. Untuk perumusan kebijakan dan program

tersebut dibutuhkan data dan informasi dari hasil-hasil penelitian/kajian empiris

lingkup makro maupun mikro.

Hasil kajian lingkup makro bermanfaat dalam penentuan skala prioritasyang

lazimnya merupakan salah satu agenda dalam perumusan kebijakan dan program

kegiatan. Pengkajian lingkup dibutuhkan untuk memperolehpemahaman,

pengetahuan, data, dan informasi mengenai: jenis, tipe, dan sumber-sumber

permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam implemetasi kebijakan dan

program, sebagaimasukan untuk melakukan validasi empiris atas hasil penelitian

lingkup makro, untuk memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek teknis yang

mempengaruhi dinamika pembangunan di sektor pertanian dan keterkaitannya

dengan sektor-sektor lain beserta keragamannya, dan untuk mengetahui aspek-

aspek sosial – ekonomi – budaya yang sifatnya spesifik lokal yang harus

dipertimbangkan dalam merumuskan strategi kebijakan dan pelaksanaan program.

1.2. Dasar Pertimbangan

Terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga terentaskan

dari kemiskinan dan kelaparan adalah hasil pembangunan dari berbagai sektor

melalui peran langsungnya maupun peran tidak langsungnya melalui kaitan ke

depan (forward linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage) dalam sistem

ekonomi. Disisi lain, proses terbentuknya kemiskinan tidak hanya melibatkan

variabel-variabel ekonomi tetapi juga melibatkan aspek-aspek sosial, budaya,

hukum, dan politik dalam suatu konstelasi hubungan yang sangat rumit. Dengan

demikian kontribusi suatu sektor dalam eradikasi kemiskinan dan kelaparan

sesungguhnya sangat sulit diukur dan di sisi lain kurang relevan jika dialamatkan

untuk “klaim keberhasilan atau ketidak berhasilan” yang dicapai suatu sektor dan

kemudian digunakan sebagai justifikasi dalam alokasi anggaran antar sektor dalam

kebijakan fiskal.

Page 7: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

8

Mengacu pada prinsip itu maka motivasi dan orientasi kajian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana kemajuan yang dicapai dalam pembangunan

pertanian berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan petani khususnya dan

rumah tangga pedesaan pada umumnya. Relevansi dan legitimasi kajian ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa salah satu misi pembangunan pertanian

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani; yang dalam Rencana Strategis

Kementerian Pertanian 2010 – 2014 juga ditempatkan sebagai salah satu dari

empat target sukses Kementerian Pertanian (Kementerian Pertanian, 2010).

Berdasarkan kondisi obyektif bahwa sampai saat ini masih banyak banyak rumah

tangga petani yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam kaitannya dengan kontribusi sektor pertanian pada pencapaian

MDGs dan implikasinya pada strategi pencapaian SDGs pengetahuan, data, dan

informasi berikut ini sangat diperlukan. Pertama, perkembangan penurunan

kemiskinan pada komunitas petani dan perbandingannya dengan penduduk

pedesaan pada umumnya; serta variasinya antar agroekosistem. Kedua,

hubungan antara pertumbuhan sektor pertanian wilayah (provinsi) dengan

penurunan jumlah petani miskin. Ketiga, perkembangan penyerapan tenaga kerja

di pedesaan dan implikasinya terhadap pendapatan petani serta variasinya antar

agroekosistem. Keempat, hubungan antara status perkembangan perekonomian

desa dengan distribusi pendapatan. Kelima, implikasinya terhadap strategi yang

harus ditempuh dalam pencapaian SDGs. Dengan mengetahui level dan variasi

pencapaian serta faktor-faktor yang mempengaruhinya diharapkan dapat

berkontribusi dalam perumusan kebijakan, strategi, dan program peningkatan

kinerja sektor pertanian dalam peningkatan kesejahteraan petani.

1.3. Tujuan

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian dalam

pencapaian MDGs. Mengacu pada mandat Kementerian Pertanian, ruang

lingkupnya difokuskan pada sasaran nomor 1 dalam MDGs yaitu eradikasi

kemiskinan dan kelaparan terutama pada komuniats petani khususnya dan di

wilayah pedesaan pada umumnya. Untuk itu rincian tujuannya adalah:

Page 8: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

9

1. Untuk mengetahui perkembangan proporsi penduduk miskin pada

komunitas petani khususnya dan di pedesaan pada umumnya, serta

variasinya antar provinsi dan antar agroekosistem.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait

dengan status perkembangan perekonomian wilayahdan kondisi

agroekosistem terhadap penyerapan tenaga kerja dan penurunan

kemiskinan.

3. Untuk mengidentifikasi simpul-simpul kritis peningkatan kesejahteraan

petani khususnya dan masyarakat pedesaan pada umumnya, serta

implikasinya pada strategi pencapaian SDGs.

4. Untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan pertanian dalam rangka

akselerasi pencapaian target MDGs dan strategi pencapaian SDGs.

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Diharapkan dari penelitian ini akan dihasilkan keluaran berupa hasil analisis,

data, dan informasimengenai:

1. Perkembangan proporsi penduduk miskin pada komunitas petani khususnya

dan di pedesaan pada umumnya, serta variasinya antar provinsi dan antar

agroekosistem.

2. Pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait dengan status

perkembangan perekonomian wilayah dan kondisi agroekosistem terhadap

penyerapan tenaga kerja dan penurunan kemiskinan.

3. Simpul-simpul kritis peningkatan kesejahteraan petani khususnya dan

masyarakat pedesaan pada umumnya, serta implikasinya pada strategi

pencapaian SDGs.

4. Untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan pertanian dalam rangka

akselerasi pencapaian target MDGs dan strategi pencapaian SDGs.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Hasil kajian ini berguna dalam penyempurnaan program akselerasi

peningkatan kesejahteraan petani yang secara eksplisit merupakan salah satu

butir dari empat target sukses Kementerian Pertanian dan selaras dengan

Page 9: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

10

pencapaian MDGs.Rekomendasi, data dan informasi tersebut juga akan berguna

dalam penyempurnaan strategi kebijakan dan program sektor pertanian dalam

pencapaian SDGs.Dampaknya adalah terjadinya peningkatan efisiensi dan

efektivitas program pembangunan sektor pertanian dalam rangka peningkatan

kesejahteraan petani dan perbaikan lingkungan; yang pada dasarnya selaras

dengan pencapaian MDGs dan SDGs.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDGs)

merupakan komitmen internasional tentang sasaran pembangunan manusia

(human development) dan Indonesia ikut di dalamnya. Sasaran yang akan dicapai

dalam MDGs dijabarkan dalam 8 tujuan3. Tujuan nomor 1 adalah “menanggulangi

kemiskinan dan kelaparan” dan serigkali dipandang sebagai epicentrum sasaran

MDGs karena: (1) pencapaian target ini merupakan komponen penunjang utama

untuk pencapaian tujuan MDGs lainnya, (2) secara empiris populasi global yang

tergolong miskin dan mengalami kelaparan masih sangat besar jumlahnya.

Sampai dengan 2015, target yang akan dicapai untuk tujuan nomor 1

tersebut adalah: (a) menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

berpendapatan kurang dari USD 1(Purchasing Power Parity – PPP) per hari dalam

kurun waktu sekitar 15 tahun dari 1990 – 2015, (b) menciptakan kesempatan

kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda, dan (c) menurunkan hingga setengahnya proporsi

penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015.

Sekitar 70 persen kelompok sasaran MDGs hidup di wilayah pedesaan,

terutama di Asia dan Afrika; dan dari kelompok tersebut sebagian besar adalah

penduduk yang menggantungkan nafkah utamanya dari pertanian. Oleh karena itu

3 Terdapat 8 sasaran MDGs yaitu: (1) eradikasi kemiskinan ekstrim dan kelaparan, (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) menurunkan angka kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, (7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan (8) membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Page 10: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

11

peranan sektor pertanian dalam pencapaian MDGs sangat strategis. Dalam

Rosegrant et al (2006) dinyatakan: “Given that the majority of poor people live in

villages or rely on agriculture, and that agriculture paves the way for economic

growth in the poorer nations, agricultural and rural development will underlie

progress on the broad array of economic and social indicators that the MDGs

emphasize”.

Peran strategis sasaran nomor 1 ini tidak akan berhenti pada pencapaian

sasaran MDGs, tetapi juga untuk sasaran pada pembangunan milenium pasca

2015 yang disepakati dengan istilah Sustainable Development Goals (SDGs).

Alasannyasebagai berikut. Pertama, adalah fakta bahwa jumlah penduduk miskin

sangat besar sehingga tidak mungkin dapat ditanggulangi dalam jangka pendek

dan menengah. Kedua, implikasi dari perubahan iklim terhadap ketahanan pangan

karena pertumbuhan vegetatif dan produktif komoditas pertanian sangat rentan

terhadap variabilitas iklim yang sangat tajam atau ekstrim(IPCC, 2007; FAO,

2007). Kondisi ini menyebabkan: (i) pertumbuhan produksi pangan melemah, (ii)

harga pangan cenderung meningkat dan semakin volatil. Pada gilirannya, hal itu

menyebabkan laju penurunan angka kemiskinan menjadi lebih lambat karena: (i)

sebagian individu atau rumah tangga yang semula telah terangkat dari garis

kemiskinan (dan masih berada di dekat border line garis kemiskinan) sangat

potensial terjatuh kembali menjadi miskin, dan (ii) munculnya barisan kelompok

miskin yang baru.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan.Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dan

kelaparan sangat banyak, mencakup aspek ekonomi maupun sosial budaya. Dari

sudut pandang ekonomi, penyebab kemiskinan terkait dengan tiadanya atau

sangat terbatasnya kemampuan individu untuk mengakses kesempatan

memperoleh pendapatan sehingga kebutuhan dasarnya tidak dapat dipenuhi. Dari

sudut pandang sosial budaya, kemiskinan seringkali dipandang sebagai outcomes

dari interaksi sosial dimana sistem kelembagaan yang berlaku mengalami

kegagalan dalam mencegah terpinggirkannya sebagian anggota komunitas untuk

berpartisipasi optimal dalam mengakumulasikan nilai-nilai yang dijunjung

Page 11: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

12

komunitas tersebut sehingga harkatnya sebagai manusia sangat tertinggal dari

kelompok lainnya. Oleh karena itu kemiskinan bersifat multi dimensi. Kemiskinan

mengacu pada ukuran absolut maupun ukuran relatif. Implikasinya, pengentasan

kemiskinan membutuhkan pendekatan multi disiplin dan lintas sektor yang

terkoordinasikan dengan harmonis dan konsisten. Mengacu pada akar penyebab

dan proses terbentuknya kemiskinan, perumusan strategi pengentasan kemiskinan

harus mempertimbangkan dengan seksama implikasi dari keragaman di ranah

akar rumput (grass root). Kondisi sosial, kultural, dan geografis adalah beragam

sehingga pendekatan “one size fits for all” tidak mungkin diterapkan. Oleh karena

itu MDGs dan SDGs disusun untuk men-drive pembangunan dengan pendekatan

multi sektor (Maftuchan, 2013).

Dengan tetap menyadari bahwa eradikasi kemiskinan merupakan hasil kerja

multi sektor, secara teoritis kontribusi sektor pertanian dalam pencapaian sasaran

nomor 1 MDGs mencakup aspek-aspek berikut:

1. Ketahanan pangan. Sebagai sektor penghasil pangan maka kontribusi langsung

sektor pertanian dalam pencapaian MDGs adalah melalui peranannya dalam

mendukung tercukupinya ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau

oleh sebagian besar atau seluruh lapisan masyarakat.

2. Pengurangan kemiskinan. Sektor pertanian merupakan gantungan nafkah tak

kurang dari 30 persen rumah tangga. Sebagai contoh, pada tahun 2008 saja

jumlah rumah tangga pertanian pangan utama (padi, jagung, kedele, dan

tebu) adalah sekitar 17.8 juta(Sumaryanto, 2009). Rincian jumlah unit

usahatani menurut jenis komoditas yang diusahakan adalah sebagai berikut.

Untuk komoditas padi, jagung, kedele masing-masing adalah sekitar 14.99,

6.71, 1.16 juta unit usahatani; sedangkan tebu adalah sekitar 195 ribu unit

usahatani.

3. Lapangan kerja, termasuk untuk kaum muda dan perempuan.Pasar tenaga

kerja di bidang pertanian, terutama pada usaha pertanian rakyat pada

umumnya informal sehingga relatif mudah diakses oleh tenaga kerja tanpa

perlu adanya persyaratan formal yang menunjukkan kualifikasi

keterampilan/pengetahuannya. Dalam hal penyerapan tenaga kerja

perempuan, pada sistem usahatani terdapat jenis-jenis kegiatan yang ternyata

Page 12: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

13

menjadi semacam “jatah” pekerjaan untuk tenaga kerja perempuan, misalnya

pada kegiatan tanam atau penyiangan.

4. Pendukung utama sektor non pertanian di pedesaan. Cukup banyak industri

pengolahan hasil pertanian berskala mikro dan industri rumah tangga di

pedesaan yang mengandalkan tenaga kerjanya dari kelompok miskin.

5. Jaring pengaman sosial dan pengentasan kemiskinan. Karakteristik sektor

pertanian tidak terlepas dari jejak sejarah yang di dalamnya sarat dengan

bentuk-bentuk kelembagaan sosial yang terkait dengan pemerataan

pendapatan. Seiring dengan perkembangan sistem perekonomian desa

sebagian kelembagaan tersebut memang mengalami degradasi. Namun di

sebagian wilayah pedesaan (terutama yang jauh dari perkotaan), kelembagaan

sosial yang fungsinya selaras dengan jaring pengaman sosial masih banyak

ditemukan; dan berperan nyata dalam pengentasan kemiskinan di wilayah

tersebut.

Kontribusi sektor pertanian dalam pencapaian MDGs tidak dapat dijelaskan

hanya melalui penelitian empiris lingkup makro. Alasannya sebagai berikut.

Pertama, data makro yang tersedia hanya memadai untuk mengukur

perkembangan penduduk miskin yang pekerjaan utamanya berada di sektor

pertanian. Di sisi lain, kendatipun profesinya petani namun sumber pendapatan

sebagian besar rumah tangga pertanian di Indonesia berasal dari berbagai

sumber, termasuk dari bekerja ataupun berusaha pada sektor non pertanian.

Dalam perumusan kebijakan, rekomendasi dan data ataupun informaso yang

dihasilkan dari analisis lingkup makro tersebut akan berguna setidaknya dalam

penentuan kelompok sasaran dalam program pengentasan kemiskinan melalui

sektor pertanian, tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan “bagaimana cara

mengentaskannya”. Untuk itu harus dilengkapi dengan kajian lingkup mikro yang

datanya dikumpulkan dari suatu survey yang dirancang untuk menjawab tujuan

tersebut.

2.2. Hasil-hasil Penelitian Terkait

Publikasi Badan Pusat Statistik (2014) menyajikan bahwa per September

2013 proporsi penduduk miskin adalah 11.47 persen. Jika dirinci menurut wilayah,

Page 13: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

14

di perkotaan adalah 8.52 persen, sedangkan di pedesaan 14.42 persen. Pada

tahun 1990 proporsinya adalah 15.10; di perkotaan 16.80 persen, sedangkan di

pedesaan 14.30 persen. Dengan urutan yang sama, pada tahun 2000 angkanya

adalah 19.14 persen; di perkotaan 14.60 persen, di pedesaan 22.38 persen4. Pada

tahun 2010, proporsi penduduk miskin masih mencapai 13.33 persen; di

perkotaan 9.87 persen, sedangkan di pedesaan 16.56 persen. Angka-angka

tersebut menunjukkan bahwa: (i) proporsi penduduk miskin makin kecil tetapi laju

penurunannya bervariasi antar periode, (ii) proporsi penduduk miskin di pedesaan

lebih besar daripada penduduk perkotaan, (iii) dinamika penurunan kemiskinan di

perkotaan lebih sensitif terhadap perkembangan ekonomi nasional, (iv) laju

penurunan jumlah penduduk miskin di perkotaan lebih cepat daripada di

pedesaan, dan (v) untuk menurunkan proporsi penduduk miskin menjadi

separuhnya dalam periode 1990 – 2013 masih diperlukan kerja keras.

Fakta tersebut agak berbeda dari optimisme yang secara implisit termuat

dalam laporan hasil monitoring dan evaluasi atas pencapaian target MDGs dalam

BAPPENAS (2012) yang menyatakan bahwa dalam periode yang 1990 – 2011

Indonesia berhasil menurunkan tingkat kemiskinanmenjadi hampir setengahnya.

Kemajuan juga telah dicapai dalam upayauntuk lebih menurunkan lagi tingkat

kemiskinan, sebagaimanadiukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini

sebesar13.33 persen (2009) dan diperkirakan dapat menuju targetnya sebesar 8-

10 persen pada tahun 2014. Prevalensikekurangan gizi pada balita telah menurun

dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi 18.4persen pada tahun 2007, sehingga

Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDGsebesar 15.5 per sen pada

tahun 2015.

Menurut Tangka (2013), penentuan garis kemiskinan di Indonesia kurang

tepat jika hanya menggunakan batas ambang garis kemiskinan sebesar USD 1 per

kapita per hari seperti yang ditetapkan oleh bank dunia. Kemiskinan adalah

masalah yang sangat kompleks, sehingga pengukurannya perlu memperhitungkan

faktor-faktor penting lain. Hal ini antara lain disebabkan : (1) situasi yang dialami

masyarakat saat ini sangat berbeda dengan sebelum tahun 1996 di mana

4 Tahun 2000 merupakan tahun kedua proses pemulihan ekonomi dari kontraksi dahsyat perekonomian nasional yang terjadi pada tahun 1998.

Page 14: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

15

Indonesia belum mengalami berbagai krisis dan inflasi, (2) angka kemiskinan

Indonesia tahun 1990 sebesar 15.1 persen sebagai dasar penentuan target

penduduk yang hidup di bawah kemiskinan kurang tepat.Dasar perhitungan

tersebut sebaiknya tidak diperbandingkan dengan tahun-tahun berikutnya yang

memiliki situasi yang berbeda,(3) dalam laporan PBB penggunaan indikator USD 1

per kapita per hari tidak dapat memberi gambaran kemiskinan yang valid karena

profil kemiskinan di setiap daerah tidak sama.

Terlepas dari belum adanya metode pengukuran yang tanpa kritik,

pencapaian atas target penurunan angka kemiskinan adalah suatu keberhasilan

yang pantas diapresiasi. Akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa berpuas diri atas

capaian itu tidaklah layak. Secara filosofis, pengentasan kemiskinan adalah agenda

pokok pembangunan manusia yang tak akan pernah selesai. Kemiskinan

merupakan kegagalan dalam banyak dimensi kehidupan manusia yang dapat

terlihat seperti kelaparan, kesehatan yang buruk, malnutrisi, pengangguran,

tingkat pendidikan yang rendah, tempat tinggal yang tidak layak, kerentanan,

ketidakberdayaan, terkucilkan dalam lingkungan sosial, dan lain sebagainya

(Kakwani and Silber, 2008)5.

Prioritas ke depanuntuk menurunkan kemiskinandan kelaparan adalah

dengan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan infrastrukturpendukung,

dan memperkuat sektor pertanian (BAPPENAS, 2012). Perhatianan khusus

perlu diberikan pada:(i) perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM); (ii)pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan

akses dan penggunaan sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraannya; (iii)

peningkatan akses penduduk miskinterhadap pelayanan sosial; dan (iv) perbaikan

penyediaan proteksi sosial bagi kelompoktermiskin di antara yang miskin.

Kendala utama dalam pembiayaan yang dihadapi petani (yang merupakan

penggerak utama sektor pertanian) adalah keengganan lembaga pembiayaan

dalam memberikan pinjaman. Keengganan ini disebabkan karena petani (yang

dianggap melakukan bisnis dalam skala mikro/kecil) tidak dapat memenuhi

5 Kajian yang akan dilakukan ini tidak berpretensi untuk mempersoalkan kontroversi tersebut dan tidak pula diorientasikan untuk mencari metode pengukuran yang dianggap tepat karena kemiskinan bersifat multi dimensi sehingga indikator yang digunakan dalam pengukuran masih selalu mengundang kritik; tergantung sudut pandang yang diterapkan untuk mengevaluasinya.

Page 15: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

16

persyaratan seperti tidak memiliki peringkat kredit, juga tidak memelihara catatan

yang diperlukan untuk dilakukan penilaian (appraisal). Selain itu, petani juga

kekurangan agunan berharga (Jacob Yaron et al, 1997). Oleh karena itu, petani

biasanya melakukan pinjaman kepada individu-individu yang dapat memberikan

pinjaman dengan skala kecil (Ledgerwood, 1999), namun permasalahan

berikutnya adalah banyak dari individu-individu tersebut yang memberikan

pinjaman dengan bunga yang tinggi (rentenir).

Peran penting sektor pertanian dalam pengentasan kemiskinan telah

banyak dibuktikan dalam berbagai tinjauan maupun penelitian empiris(Thirtleet al,

2002; Thurlow, 2004; Thurlow et al, 2004; Christensen et al, 2010; Cervantes-

Godoy, and Dewbre 2010; Dedan et al, 2012). Terutama pada negara-negara

berkembang, peranannya makin menonjol ketika didukung pengembangan

infrastruktur yang memadai. Ini selaras dengan berbagai penelitian yang

menunjukkan bahwa infrastruktur pertanian dan pedesaan adalah basis bagi

peningkatan produktivitas (Van Blarcom et al, 1993; Van De Walle, 1996; Zhang

and Fan, 2000).

Bagi Indonesia, fakta menunjukkan bahwa peran sektor pertanian dalam

perekonomian nasional sangatstrategis. Setidaknya ada 5 agumen mendasar

dibalik julukan itu. Pertama, perannya sebagai sektor penyedia pangan bangsa.

Kedua, perannya sebagai penyedia lapangan kerja karena meskipun kontribusi

relatif sektor pertanian dalam pembentukan pendapatan nasional (PDB) terus

menurun seiring dengan makin berkembangnya sektor industri, jasa, dan

manufaktur; tetapi sektor ini masih tetap merupakan penyerap lapangan kerja

terbesar (Kementan, 2010). Ketiga,pada masa krisis ekonomi (1998 – 2003),

sektor pertanian adalah yang paling mampu bertahan dan bahkan mampu

berperan sebagai penyelamat ekonomi nasional dari kontraksi ekonomi yang

dahsyat. Keempat, oleh karena proporsi jumlah penduduk miskin di pedesaan

lebih banyak dan sebagian besar dari pedesaan tersebut struktur ekonomi dan

kesempatan kerjanya didominasi pertanian maka peranan sektor pertanian

sebagai gantungan nafkah mayoritas penduduk pedesaan dan dalam pengentasan

kemiskinan menjadi sangat penting. Kelima, dalam hubungannya dengan implikasi

perubahan iklim maka peranan sektor pertanian untuk menjawab tantangan makin

Page 16: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

17

strategis karena meskipun di satu sisi sektor ini termasuk paling rentan, tetapi di

sisi lain paling potensial pula sebagai pemain utama aksi mitigasi perubahan iklim

sebagaimana dinyatakan dalam IPCC (2001), IPCC (2007) dan FAO (2007).

Mengacu pada situasi dan kondisi empiris di lapangan, upaya akselarasi

kontribusi sektor pertanian dalam pencapaian MDGs dapat dilakukan melalui

kombinasi dari beberapa pendekatan berikut. Pertama, rehabilitasi dan perluasan

lahan pertanian. Untuk perluasan lahan pertanian, upaya jangka pendek yang

dapat ditempuh adalah pendekatan fungsional. Perluasan luas baku lahan

pertanian akan berdampak pada jangka menengah dan panjang dan berdasarkan

kondisi obyektif layak untuk dilakukan di Luar Pulau Jawa dan sebagian lokasi di

Pulau Jawa. Rehabilitasi lahan pertanian diorientasikan untuk mengembalikan

kesuburan lahan. Ini terutama diperlukan di sebagian besar desa yang selama ini

telah mengalami over intensifikasi pertanian. Kedua, perbaikan infrastruktur fisik

dan pengelolaan sistem irigasi pada pedesaan yang usahataninya berbasis sistem

usahatani sawah. Ketiga, percepatan dan perluasan aplikasi teknologi adaptif

terhadap iklim ekstrim melalui penerapan pola tanam dan sistem budidaya

tanaman yang lebih produktif dan berwawasan lingkungan. Keempat, perbaikan

sistem tataniaga pertanian; baik di pasar input maupun pasar output usahatani.

Selama ini kebijakan dan program tersebut di atas telah dilakukan. Akan

tetapi hasilnya pada tataran “grass root”, terutama dalam kontekspeningkatan

kesejahteraan petani tentu saja bervariasi. Pemahaman mengenai sumber-sumber

variasi dan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya sangat penting

sebagai masukan untuk perumusan kebijakan akselerasi peningakatan pendapatan

petani.

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan dan kelaparan adalah dua kondisi yang saling terkait.

Gambaran sederhananya adalah bahwa karena miskin maka daya belinya sangat

rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya (mengalami

Page 17: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

18

kelaparan). Namun tidak semua individu yang mengalami kelaparan terjadi akibat

miskin. Kemiskinan cenderung berimpit dengan kelaparan jika tingkat kemiskinan

berada pada tingkatan ekstrim. Artinya, individu atau rumah tangga yang

mengalami tingkat kemiskinan ekstrim, ciri utamanya adalah kekurangan pangan

(mengalami kelaparan). Kelompok sasaran utama dari sasaran nomor 1 dalam

MDGs adalah kelompok tersebut. Berdasarkan perhitungan, ukuran kuantitaif yang

mencerminkan tingkat kemiskinan ekstrim adalah pendapatan per kapita sebesar 1

USD (satu dollar Amerika) per hari.

Sebagai bagian integral sistem perekonomian, kontribusi sektor pertanian

dalam lingkup makro mencakup aspek pembentukan output, nilai tambah,

penciptaan lapangan kerja dan pendapatan, penciptaan devisa, dan pemenuhan

kebutuhan konsumsi pangan maupun sebagai pemasok bahan baku bagi

perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya terutama indstri pengolahan.

Dengan analisis Input – Output (I-O), aspek-aspek tersebut dapat diukur. Akan

tetapi untuk mengkaji kontribusi sektor pertanian dalam pencapaian MDGs,

pendekatan tersebut tidak sesuai karena sejumlah alasan berikut. Di satu sisi,

kemiskinan adalah suatu konsep yang mengacu pada status sosial-ekonomi

individu, rumah tangga, atau kelompok. Proses terbentuknya kemiskinan terjadi

melalui interaksi yang melibatkan berbagai faktor yang meliputi dimensi ekonomi,

sosial-budaya, hukum, bahkan sosial-politik. Berbagai sektor berkontribusi melalui

peran dan fungsinya dalam suatu konstelasi hubungan yang rumit. Di sisi lain,

data I-O mengacu pada gambaran agregat mengenai nilai output dan input dalam

sistem perekonomian serta alokasinya antar sektor. Orientasi utamanya adalah

untuk mengetahui hakekat keterkaitan antar sektor ekonomi beserta implikasinya

dalam sistem perekonomian.

Dari pendekatan lingkup makro, pada umumnya yang dapat

diketahuiadalah perkembangan penurunan persentase penduduk miskin menurut

wilayah administratif. Informasi tersebut berguna sebagai bahan evaluasi untuk

menyusun skala prioritas dan kelompok sasaran program pengentasan

kemiskinan. Akan untuk kepentingan pembangunan sektoral, diperlukan kajian

lebih lanjut karena dari data yang tersedia belum dapat menyentuh langsung

variabel-variabel terkait dengan dimensi teknis yang sifatnya instrumentatif.

Page 18: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

19

Sebagai contoh, melalui aspek manakah berkurangnya kemiskinan dan kelaparan

tersebut terbentuk? Melalui peningkatan produktivitas pertaniankah atau melalui

skala usaha? Melalui pengembangan usahatani apa yang akan efektif untuk

mengurangi angka kemiskinan? Berlaku untuk seluruh agroekosistemkah atau

pada agroekosistem tertentu saja? Kelompok manakah yang terangkat

pendapatannya, apakah semua kelompok termasuk rumah tangga yang pekerjaan

utamanya buruh tani? Melalui mekanisme pasar semata ataukah ada mekanisme

kelembagaan yang menjadi determinan sistem pembagian pendapatan? Semua

informasi ini hanya dapat diperoleh dari analisis lingkup mikro berbasis data hasil

survey tingkat rumah tangga di pedesaan. Mengingat bahwa informasi ini sangat

penting untuk perumusan kebijakan dan program yang lebih operasional maka

kajian-kajian empiris berbasis analisis lingkup mikro ini sangat dibutuhkan.

Pada analisis lingkup mikro cakupan analisis meliputi aspek-aspek

penguasaan sumberdaya pertanian, aplikasi teknologi, produktivitas usahatani,

struktur kesempatan kerja dan pendapatan, peranan anggota rumah tangga usia

muda dan perempuan pada kegiatan kerja produktif pada sektor pertanian

khususnya maupun sektor non pertanian pada umumnya, pola konsumsi pangan,

dan sebagainya. Sumber karagaman lain yang mempengaruhi kontribusi pertanian

terhadap eradikasi kemiskinan dan kelaparan yang perlu dianalisis adalah

pengaruh perbedaan agroekosistem, tingkat kepadatan agraris, struktur

perekonomian desa, kondisi infrastruktur pertanian dan pedesaan, dan

sebagainya.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan (ruang lingkup, pendekatan untuk menjawab masing-masing tujuan penelitian)

Motivasi dan orientasi kajian ini adalah untuk menghasilkan rekomendasi

kebijakan dan program sektor pertanian dalam rangka akselerasi peningkatan

pendapatan petani yang dalam Renstra Kementan 2010 – 2014 merupakan salah

satu dari empat target sukses pembangunan pertanian periode tersebut. Perlu

digaris bawahi bahwa pada hakekatnya peningkatan kesejahteraan petani

merupakan salah satu misi pembangunan pertanian yang akan berlaku sepanjang

masa.

Page 19: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

20

Berangkat dari motivasi dan orientasi tersebut, fokus kajian ini diarahkan

pada komunitas petani khususnya dan rumah tangga pedesaan pada umumnya.

Alasan memperluas cakupan kajian pada penduduk pedesaan didasarkan atas

argumen: (i) mayoritas penduduk pedesaan berasal dari rumah tangga petani, (ii)

dinamika perekonomian desa ditentukan oleh dinamika pertanian, (iii)

pemahaman mengenai kesejahteraan petani hanya dapat dilakukan dengan

mengaitkannya dengan kesejahteraan rumah tangga pedesaan karena sebagian

besar akar kelembagaan sosial pada komunitas pertanian banyak yang berimpit

dengan kelembagaan pedesaan. Pendalaman kajian pada lapis terbawah

komunitas tersebut selaras dengan pencapaian MDGs khususnya sasaran nomor 1

dan implikasinya pada strategi pencapaian SDGs.Untuk itu terdapat empat

kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut.

3.2.1. Menganalisis perkembangan proporsi penduduk miskin pada komunitas petani khususnya dan penduduk pedesaan pada umumnya, serta variasinya antar provinsi maupun antar agroekosistem.

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan lingkup makro dan

lingkup makro. Terkait ketersediaan datanya, pendekatan lingkup makro ditujukan

untuk mengetahui perkembangan dan variasinya antar provinsi, sedangkan

pendekatan lingkup mikro ditujukan untuk mengetahui variasi antar

agroekosistem.

Pada lingkup makro, perkembangan proporsi penduduk miskin di pedesaan

per provinsi telah tersedia dalam publikasi BPS dari beberapa titik waktu. Untuk

perkembangan yang terjadi pada komunitas petani, pendekatannya adalah

sebagai berikut: (1) melakukan pemilahan rumah tangga petani dari total populasi

pedesaan, (2) identifikasi rumah tangga petani miskin menurut metode

pengukuran yang diterapkan BPS. Analisis akan dilakukan untuk setiap provinsi.

Selain mengkaji perkembangan proporsi petani miskin, akan dilakukan pula

distribusi pendapatannya.

Pada pendekatan lingkup mikro, pemilahan petani menurut tipe

agroekosistem desa dapat dilakukan. Pada data lingkup mikro mengingat

populasinya adalah penduduk pedesaan maka pemilahan sub populasi petani dari

Page 20: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

21

populasi pedesaan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang akan

diterapkan adalah yang hasil pengukurannya konsisten hasil kajian-kajian

terdahulu dan hasil kajian kualitatif berdasarkan hasil survey yang akan dilakukan

dalam kajian ini.

3.2.2. Menganalisispengaruh faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait dengan status perkembangan perekonomian wilayah dan kondisi agroekosistem terhadap penyerapan tenaga kerja dan penurunan kemiskinan.

Analisis lingkup makro diorientasikan untuk mengetahui pengaruh tingkat

perkembangan perekonomian wilayah terhadap peningkatan jumlah penduduk

miskin yang terentaskan dari kemiskinan. Dengan beberapa keterbatasannya,

variasi tingkat perkembangan perekonomian wilayah ini tercermin dari struktur

PDRB.

Analisis lingkup mikro ditujukan untuk mengetahui pengaruh

perkembangan perekonoman desa dan tipe agroekosistem terhadap penyerapan

tenaga kerja dan penurunan kemiskinan. Indikator tingkat perkembangan

perekonomian desa tercermin dari struktur kesempatan kerja dan pendapatan

rumah tangga, sedangkan indikator tipe agroekosistem tercermin dari sistem

usahatani dominan desa yang bersangkutan.

Meskipun profesinya bertani, sebagian dari pendapatan mayoritas rumah

tangga petani di Indonesia berasal dari sektor non pertanian. Oleh karena itu

terentaskannya rumah tangga tersebut dari kemiskinan dapat berasal dari

peningkatan pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian maupun dari luar

pertanian.

Pada lingkup agreat desa, seiring perkembangan ekonomi terjadilah proses

urbanisasi. Cirinya, peranan sektor non pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

dan penciptaan pendapatan meningkat. Jika peningkatannya lebih besar daripada

peningkatan yang terjadi pada sektor pertanian maka peranan sektor pertanian

dalam struktur kesempatan kerja dan pendapatan di pedesaan menurun. Dalam

konteks ini terjadi proses timbal balik. Makin banyak rumah tangga petani yang

sumber utamanya dari sektor pertanian mendorong terjadinya proses urbanisasi,

di sisi lain terkait dengan multiplier effect sektor-sektor ekonomi tersebut maka

Page 21: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

22

semakin besar pula rumah tangga petani yang akan mengandalkan peningkatan

pendapatannya dari sektor non pertanian – sampai terjadi kejenuhan pada sektor

non pertanian.

Proses urbanisasi desa tersebut bervariasi. Sumber-sumber variasi antara

lain tipe agroekosistem wilayah pertanian dominan di desa tersebut,

konektivitasnya terhadap pusat-pusat pertumbuhan ekonomi modern, dan aspek

sosial budaya yang mempengaruhi orientasi angkatan kerja pada jenis-jenis

pekerjaan yang diminatinya. Sejauh mana pengaruhnya terhadap penyerapan

tenaga kerja pedesaan dan penurunan kemiskinan pada komunitas petani dapat

dikaji melalui pendekatan lingkup makro yang diperdalam dengan kajian lingkup

mikro.

3.2.3. Identifikasi simpul-simpul kritis peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan umumnya, serta implikasinya pada strategi pencapaian MDGs.

Kemiskinan adalah salah satu fenomena dari tingkat pencapaian (status)

kesejahteraan yang sangat rendah. Indikator yang mencerminkan kesejahteraan

cukup banyak meliputi aspek pendapatan, konsumsi, pemilikan aset, status

kesehatan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Di sisi lain, faktor-faktor

penyebabnya juga melibatkan banyak variabel, dalam dimensi ekonomi maupun

sosial budaya. Untuk mengkaji substansi permasalahan ini, data lingkup makro

yang tersedia hanya sebagian kecil sehingga akan terlibat dengan penggunaan

variabel “proxy” yang cukup banyak. Selain itu(kecuali SUSENAS, SAKERNAS), unit

onservasi pada sebagian besar data sekunder lingkup makro pada umumnya

adalah wilayah, bukan rumah tangga. Dengan kata lain identifikasi simpul-simpul

kritis peningkatan kesejahteraan tidak dapat hanya mengandalkan kajian lingkup

makro. Oleh karena itu pendekatan yang akan diterapkan dalam kegiatan

identifikasi simpul-simpul kritis ini akan mengandalkan data mikro hasil survey.

Pemanfaatan data mikro hasil survey juga memungkinkanuntuk melakukan

kajian aspek kelembagaan sosial yang terkait dengan pengentasan

kemiskinan.Selain itu, substansi permasalahan yang terkait dengan aspek

lingkungan dan pemerataan yang hasilnya akan dimanfaatkan dalam perumusan

strategi pencapaian SDGs pada level “grass root” lebih mudah didekati dengan

Page 22: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

23

kajian lingkup mikro. Selebihnya, kedalaman kajian tentang kemiskinan memang

membutuhkan unit observasi individu atau rumah tangga yang lazimnya diperoleh

dari hasil survey lingkup mikro.

3.2.4. Merumuskan rekomendasi kebijakan pertanian dalam rangka akselerasi pencapaian target MDGs dan strategi pencapaian SDGs.

Dengan memanfaatkan sintesis hasil kegiatan 3.2.1 – 3.2.4, pendekatan

yang diterapkan dalam perumusan kebijakan berpijak pada kerangka pikir berikut.

Esensi dari kebijakan dan program akselerasi pengentasan kemiskinan adalah

peningkatan efektivitas program pemberdayaan kelompok miskin melalui

pendekatan multi disiplin dan lintas sektor secara sinergis. Pemberdayaan

kelompok miskin tidak dapat mengandalkan pendekatan teknokratis melalui sistem

kelembagaan formal semata karena akar penyebab kemiskinan melibatkan pula

aspek sosial budaya.

3.2.5. Lokasi Penelitian

Untuk kajian lingkup makro, cakupannya adalah nasional dengan tingkat

rincian provinsi. Pada masing-masing provinsi akan dilakukan pemilahan wilayah

menurut desa vs kota dan menurut status perkembangan ekonomi yang

tercermina pada kontribusi relatif sektor pertanian dalam PDRB.

Pada kajian lingkup mikro, justifikasi pemilihan lokasi penelitian mengacu

pada tujuan untuk memperoleh variasi tipe agroekosistem dan tingkat

perkembangan perekonomian desa. Secara garis besar terdapat 4 tipe

agroekosistem yaitu: (i) pesawahan, (ii) lahan kering dominan usahatani

pangan/hortikultura/ternak, (iii) lahan kering dominan perkebunan, dan (iv) desa

pantai berbasis perikanan tangkap.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, penelitian akan dilakukan di

Provinsi Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

3.2.6. Responden

Pengayaan informasi atas data sekunder pada kajian lingkup makro

dilakukan dengan menggali data kualitatif yang terkait dengan program-program

Page 23: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

24

pengentasan kemiskinan. Ini dapat digali melalui wawancara dengan pihak-pihak

yang berkompeten pada instansi yang terkait dengan asal perolehan data

sekunder tersebut.

Responden untuk kajian lingkup mikro mencakup rumah tangga pertanian

dan pedesaan. Rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang mengelola

usahatani sedikitnya satu musim dalam satu tahun kalender pertanian. Termasuk

dalam kategori ini adalah rumah tangga yang mengelola usahatani dari

menggarap lahan milik orang lain, atau jika peternak adalah yang mengelola

usaha ternak milik pihak lain. Rumah tangga pedesaan adalah rumah tangga yang

domisilinya di pedesaan, termasuk di dalamnya rumah tangga pertanian.

Responden pada penelitian ini adalah sub sampel dari sampel rumah

tangga pada survey rumah tangga pedesaan pada peneliian kerjasama JICA –

IFPRI – PSEKP pada tahun 2010 yang lalu. Sub sampel tersebut difokuskan pada

lapis bawah dan tengah dalam konteks pendapatan yang diproksi dari total

pengeluaran rumah tangga masing-masing responden pada survey 2010 tersebut.

Selain rumah tangga sampel, kelompok tani dan aparat desa juga akan dijadikan

responden pada penelitian ini, utamanya untuk menggali informasi pada aspek

kelembagaan.

3.3. Data dan Metode Analisis

3.3.1. Data

Data yang akan dianalisis mencakup data sekunder dan data primer. Data

sekunder digunakan untuk analisis lingkup makro, sedangkan data primer

digunakan untuk analisis lingkup mikro.

Data sekunder yang akan dianalisis adalah data SUSENAS dan data PDRB

Provinsi serta Statistik Pertanian dari beberapa titik waktu. Data ini akan dieproleh

dari Badan Puat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian di Pusat maupun di

Daerah lokasi penelitian.

Data yang akan dianalisis untuk kajian lingkup mikro terdiri dari: (i) data

hasil survey pada kerjasama penelitian kerjasama penelitian JICA – IFPRI – PSEKP

yang dilaksanakan pada tahun 2010 yang lalu, dan (ii) data primer yang akan

dikumpulkan melalui resurvey sebagian rumah tangga pada sebagian desa-desa

Page 24: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

25

lokasi penelitian yang disebutkan pada butir (i). Data yang akan dikumpulkan

pada survey ini lebih banyak ditujukan untuk menggali aspek-aspek kualitatif

yang dapat menjelaskan peranan kelembagaan yang terkait dengan sektor

pertanian maupun kelembagaan sosial di pedesaan yang terkait dengan program-

program pengentasan kemiskinan.

3.4. Metode Analisis

3.4.1. Analisis perkembangan proporsi penduduk miskin pada komunitas petani dan penduduk pedesaan serta variasinya provinsi dan antar agroekosistem.

Metode analisis yang akan diterapkan mengkuti metode pengukuran

kemiskinan yang dilakukan BPS. Terkait dengan itu maka analisis perkembangan

proporsi penduduk miskin di pedesaan antar provinsi dapat dilakukan dengan

memanfaatkan hasil pengukuran yang telah dilakukan lembaga tersebut.

Untuk mengkaji perkembangan yang terjadi pada komunitas petani,

prosedurnya adalah sebagai berikut. Langkah pertama adalah melakukan

pemilahan komunitas petani dari seluruh populasi. Ini dapat dilakukan dengan

mengidentifiksi rumah tangga menurut jenis pekerjaan utama. Langkah berikutnya

adalah menghitung rumah tangga yang termasuk kategori di bawah garis

kemiskinan dengan metode pengukuran seperti tersebut di atas untuk setiap

provinsi. Data yang akan dianalisis adalah data SUSENAS beberapa titik waktu.

Untuk mengetahui variasi penduduk miskin antar agroekosistem, data yang

digunakan adalah data hasil survey pada kerjasama penelitian JICA – IFPRI –

PSEKP yang dilakukan pada tahun 2010. Total jumlah contoh pada survey tersebut

adalah 2200 rumah tangga dari 98 desa pada 7 provinsi, mencakup rumah tangga

petani maupun non pertani. Identifikasi tipe agroekosistem mengacu pada sistem

usahatani dominan pada desa yang bersangkutan.

Metode yang diterapkan untuk mengidentifikasi rumah tangga miskin pada

komunitas petani maupun pada komunitas mengikuti metode pengukuran yang

dilakukan BPS. Dalam rangka pendalaman, akan dilakukan pula identifikasi rumah

tangga miskin dengan menggunakan ukuran “setara beras”.

Kemiskinan mencakup ukuran absolut maupun relatif. Garis besar

mengenai kemiskinan relatif tercermin dari distribusi pendapatan. Untuk itu, dalam

Page 25: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

26

kajian ini juga akan dilakukan analisis distribusi pendapatan. Ukuran yang akan

dipakai adalah Indeks Gini dan visualisasinya dapat disajikan dengan kurva

Lorenz. Ini akan diterapkan pada kajian lingkup makro maupun lingkup mikro

tersebut di atas.

3.4.2. Analisis tentang pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait dengan status perkembangan ekonomi wilayah dan kondisi agroekosistem terhadap penyerapan tenaga kerja dan penurunan kemiskinan.

Kajian lingkup makro ditujukan untuk mengetahui status perkembangan

ekonomi wilayah terhadap penurunan proporsi penduduk miskin. Unit analisisnya

adalah provinsi.Tipologi tingkat perkembangan wilayah didasarkan atas peranan

sektor pertanian dalam struktur PDRB dan proporsi penduduk pedesaan terhadap

total populasi masing-masing provinsi. Selain tingkat perkembangan wilayah,

variabel lain yang diduga mempengaruhi penurunan proporsi penduduk miskin

adalah pertumbuhan PDRB riil sektor pertanian, pertumbuhan total PDRB riil, dan

nilai tukar petani. Metode sederhana untuk mengkajinya adalah dengan

menggunakan regresi.

Pada analisis lingkup mikro, kajiannya mencakup pula aspek penyerapan

tenaga kerja. Selain tingkat perkembangan ekonomi wilayah, faktor lain yang

diduga sebagai sumber variasi adalah tipe agroekosistem. Serupa dengan analisis

pada lingkup makro, penyederhanaan dalam pengambilan kesimpulan juga akan

didekati dengan memanfaatkan regresi tetapi faktor penjelasnya akan lebih

lengkap, sesuai dengan ketersediaan datanya. Unit analisisnya adalah desa dan

rumah tangga.

3.4.3. Identifikasi simpul-simpul kritis peningkatan kesejahteraan petani khususnya dan masyarakat pedesaan pada umumnya, serta implikasinya pada strategi pencapaian SDGs.

Indikator kemiskinan yang paling populer adalah daya beli. Daya beli

ditentukan oleh pendapatan dan harga barang dan jasa yang berlaku pada

komunitas yang bersangkutan. Mengingat bahwa kemiskinan bersifat multi

dimensi maka validitas pengukuran kemiskinan berdasarkan satu variabel

Page 26: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

27

seringkali menjadi sasaran kritik yang berakar pada perbedaan sudut pandang dan

konteks (Kakwani and Silber, 2008). Dengan tetap menyadari keterbatasan yang

ada jika orientasinya adalah untuk mengkaji perkembangan (dengan data “time

series”), sampai saat ini daya beli merupakan ukuran yang paling banyak dipakai.

Akan tetapi jika orientasinya untuk memperbandingkan tingkat kemiskinan antar

komunitas dalam suatu waktu tertentu dengan pendekatan “cross section” maka

validitasnya menurun. Selain adanya sumber variasi yang berasal dari perbedaan

harga barang dan jasa pada sisi konsumsi maupun sisi produksi (termasuk tingkat

upah), turunnya validitas dari ukuran tersebut juga terkait dengan: (i) sifat

kumulatif pendapatan dan nilai aset antar waktu, (ii) implikasi dari sifat

“kemiskinan relatif”. Terkait dengan itu maka kajian tentang kemiskinan perlu

dilengkapi dengan kajian aspek-aspek pada pemilikan aset rumah tangga dan

distribusi pendapatan pada komunitas yang bersangkutan.

Kemiskinan adalah suatu “status” yang mengacu pada ketertinggalan dalam

kesejahteraan. Oleh karena itu untuk pendekatan untuk mengidentifikasi simpul-

simpul kritis pengentasan pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan.

Serupa dengan kemiskinan, kesejahteraan juga multi dimensi. Jika

dipandang sebagai variabel maka merupakan variabel laten endogen (latent

endogenous variable – misalnya dilambangkan sebagaiη ) yang tidak dapat

diamati secara langsung. Terhadap variabel ηini yang dapat diamati adalah

himpunan variabel yang representatif sebagai ndikatornya dan himpunan variabel

yang diduga mempengaruhinya.

Estimasi sebaran populasi menurut ηdapat dilakukan dengan pendekatan

Structural Equation Modeling (SEM) dengan model Multi Indicators Multi Causes

(MIMIC). Model ini sebenarnya sudah cukup lama diketahui. Pertama kali

diperkenalkan oleh Jöreskog and Goldbreger (1975). Beberapa contoh

pemanfaatan model ini misalnya pada kajian sektor informal (Giles and Tedds,

2002, Breusch, 2005; Buehn and Schneider, 2008) ataupun estimasi kapasitas

adaptasi petani terhadap perubahan iklim (Sumaryanto dkk, 2012).

Interpretasi atas ηtidak dapat dilakukan karena merupakan angka-angka

“simpul” yang menjembatani himpunan variabel penyebab dari berbagai aspek

Page 27: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

28

yang berbeda dengan himpunan indikator dari beberapa dimensi. Akan tetapi

himpunan nilai ηmempunyai ukuran pemusatan, ukuran dispersi, dan bentuk

sebaran. Oleh karena itu dapat digunakan untuk konsisten untuk melakukan

pemeringkatan, misalnya dengan pendekatan percentile, pemeringkatan berbasis

varian, dan lain sebagainya. Untuk memperoleh gambaran lebih rinci, dapat

dilakukan dengan teknik dekomposisi melalui komparasi ukuran pemusatan

maupun dispersi variabel-variabel penyebabnya ataupun variabel-variabel

indikatornya.

Bentuk dasar model ini adalah bahwa vektor variabel-variabel indikator

( 1)y p terhubungkan oleh suatu variabel laten ( ) dengan vektor variabel-

variabel penyebab ( 1)x q . Meniru presentasi model MIMIC pada penelitian Giles

and Tedds (2002) pada kajiannya mengenai sektor informal di Canada, hubungan

antara y, , dan x adalah sebagai berikut:

i i iy (1)

i i ix (2)

dalam hal ini ( 1)q dan 1 1 adalah vektor-vektor parameter yang tidak

diketahui, sedangkan galatnya yaitu ( 1)i p dan (skalar)i diasumsikan

mempunyai nilai tengah nol, sedangkan varian 1( , , )pdiag dan yang

satu dengan lainnya tidak berkorelasi.

Model yang terdiri atas persamaan (1) dan (2) tersebut di atas tidak

menentukan skala untuk semua parameternya, sehingga diperlukan adanya suatu

persyaratan normalisasi. Ini dapat dilakukan dengan mengadopsi pendekatan

konvensional yaitu dengan cara menetapkan unsur pertama dari vektor tersebut

bernilai satu, jadi 1 1 .

Dalam model MIMIC, x adalah “weakly exogenous” dimana distribusinya

kondisional terhadap x. Ini berimplikasi pada struktur sebarannya, nilai tengah,

maupun varian variabel-variabel yang diobservasi. Jadi:

E( ) E ( ) ,i i i i i i iy x x x x (3)

var( ) var ( ) vari i i i i i i i iy x x x x (4)

Page 28: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

29

Persamaan (3) dan (4) dapat dinyatakan dalam bentuk reduksinya (reduced form)

sebagai berikut:

i i iy x v (5)

dimana dan (0, )iv , dan . Secara umum, struktur model

MIMIC berimplikasi restriktif pada parameter reduced form dan .

Metode estimasi yang tak bias untuk model MIMIC adalah maximum

likelihood (ML). Perangkat lunak yang mudah digunakan adalah AMOS, LISREL,

dan STATA 12. Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah STATA 12.

Terdapat beberapa bentuk model MIMIC, tergantung pada jumlah variabel

penjelas (x) dan indikator (y) yang dilibatkan dalam model. Bentuk final model

MIMIC yang akan diterapkan dalam penelitian ini akan dapat ditentukan setelah

eksplorasi atas data yang dikumpulkan selesai dilakukan. Untuk sementara, diduga

bahwa indikator yang sesuai untuk merefleksikan “kesejahteraan” antara lain:

pendapatan per kapita, total nilai aset rumah tangga, konsumsi beras per kapita,

pangsa pengeluaran rumah tangga untuk pangan pokok, nilai rekening listrik, dan

sebagainya; sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi η (tingkat

kesejehteraan) adalah nilai pemilikan aset produktif (lahan, ternak, peralatan

pertanian), produktivitas kerja, jumlah anggota rumah tangga usia kerja, beban

tanggungan rumah tangga, umur kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah

tangga, dan sebagainya.

Data yang akan dianalisis adalah data hasil survey pada penelitian

kerjasama JICA – IFPRI – PSEKP pada tahun 2010 karena jumlah observasinya

sangat memadai (lebih dari 2000), aspek yang digali lengkap, dan relevan untuk

kajian ini karena implementasi kebijakan pencapaian sasaran MDGs di Indonesia

secara efektif berlaku pada periode 2000 – 2015.

Page 29: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

30

IV. ANALISIS RISIKO

Tabel 1. Daftar Risiko, Penyebab dan Dampak

No Risiko Penyebab Dampak 1 Rendahnya keterbukaan

informasi responden Rasa kekhawatiran dari informasi yang diberikan tersebut berdampak kurang baik terhadap usahanya

Data kurang lengkap, akurat, dan rinci

2 Tugas-tugas kantor untuk kegiatan non penelitian bersifat dadakan dan sporadis

Tuntutan pekerjaan dari atas yang kurang terjadwal dengan baik

Mengganggu pelaksanaan kegiatan penelitian

3 Perubahan anggaran DIPA untuk kegiatan penelitian

Perubahan lingkungan yang mengharuskan dilaksanakan justifikasi perubahan anggaran

Ketepatan perencanaan dan pelaksanaan terganggu sehingga dapat memperlambat pelaksanaan

Tabel 2. Daftar Penanganan Risiko

No Risiko Penanganan 1 Rendahnya keterbukaan informasi

pedagang dan pengusaha/industri Melakukan teknik wawancara secara baik dan benar, melalui pendampingan petugas instansi terkait dan memberikan penjelasan urgensi penelitian ini bagi responden

2 Tugas-tugas kantor yang sporadis Mengatur pembagian tugas dan tanggungjawab diantara tim pelaksana penelitian

3 Perubahan anggaran DIPA untuk kegiatan penelitian

Membuat perencanaan penelitian dengan strategi Plan-A dan Plan-B, sehingga jika terjadi perubahan anggaran tinggal dilaksanakan salah satu dari plan tersebut

V. TENAGA PELAKSANAAN

Tabel 3. Susunan Tim Pelaksana

No N a m a Gol. Jabatan

Fungsional/ Bidang Keahlian

Kedudukan dalam Tim

1. Dr. Sumaryanto IV/c Peneliti Madya Ketua 2. Edi Basuno Ph.D IV/d Peneliti Utama Anggota 3. Ir. Sri Hastuti Suhartini, M.Si III/d Peneliti Muda Anggota 4. Cut Rabiatul Adawiyah, SP III/a Peneliti Pertama Anggota 5. Rangga Ditya Yofa, SP III/a Staf Peneliti Anggota

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Kemiskinan di Indonesia. Badan Pusat Statistik.

Page 30: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

31

BAPPENAS. 2012. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Breusch, T., 2005. Estimating the Underground Economy using MIMIC Models. Available from: [http://129.3.20.41/eps/em/papers/0507/0507003. pdf].

Buehn, A. and Schneider, F., 2008. "MIMIC Models, Cointegration and Error Correction: An Application to the French Shadow Economy". CESIFO Working Paper, No. 2200.Cervantes-Godoy, D. and J. Dewbre (2010), "Economic Importance of Agriculture for Poverty Reduction", OECD Food, Agriculture and Fisheries Papers, No. 23, OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/5kmmv9s20944-en

Christensen, L., L. Demery, and J. Kuhl. 2010. The (Evolving) Role of Agriculture in Poverty Reduction: An Empirical Perspective. WIDER Working Paper 2010/36 (Helsinki, UNU-WIDER).

Dedan Oriewo Ong'anya, Jackline M. Omuya, Kennedy Mwengei B. Ombaba, and Phyllis A. Arogo. 2012. The Role of Agricultural Growth on Millenium Development Goals in Kenya: A Strategy of Poverty Reduction. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS) 3(4): 324-331.

E. O. Oriola. 2009. Irrigation agriculture: An option for achieving the millennium development goals in Nigeria. Journal of Geography and Regional Planning Vol. 2(7), pp.176-181, July, 2009.

FAO. 2007. Adaptation to climate change in agriculture, forestry and fisheries: Perspective, framework and priorities, Interdepartmental Working Group on Climate Change, Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations, Rome.

Giles, D., and L. Tedds (2002), "Taxes and The Canadian Underground Economy", Canadian Tax Foundation Toronto, Paper n. 106, Canada.

IPCC. 2001 Climate change 2001: impacts, adaptation, and Vulnerability. Cambridge University Press, New York.

IPCC. 2007. Summary for Policymakers. In Climate Change 2007: Impacts, Adaptati on and Vulnerability. Contributi on of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Parry, M.L., O.F. Canziani, J.P. Palutikof, P.J. van der Linden, and C.E. Hanson (eds), Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom, 7-22.

Jöreskog, K. and A. Goldberger (1975) 'Estimation of a Model with Multiple Indicators and Multiple Causes of a Single Latent Variable', Journal of the American Statistical Association, 70(351).

Kakwani, N. and J. Silber. 2008. Quantitative Approaches to Multidimensional Poverty Measurement (Ed.). PALGRAVE MACMILLAN, Houndmills, Basingstoke, Hampshire RG21 6XS and 175 Fifth Avenue, New York, N.Y. 10010. 265 halaman.

Page 31: KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2014_02.pdf · relatif sektor pertanian dalam ... kesetaraan gender ... Simpul-simpul kritis peningkatan

32

Ledgerwood, J. 1999. Microfinance Handbook: An Institutional And Financial Perspective I.

Maftuchan, A. 2013. Pembiayaan Pembangunan Pasca-2015: Memperbanyak Sumber, Melipatgandakan Alokasi, dan Mendemokratiska Pengelolaan, Indonesia dan Perjalanan Menuju MDGs: Agenda Ke Depan, Jurnal Analisis Ekonomi, Vol 18 No 1 Agustus 2013, Bandung

Rosegrant, Mark W., C. Ringler, T. Benson, X. Diao, D. Resnick, J. Thurlow, and M. Torero. 2006. Agriculture and achieving the Millennium Development Goals. International Food Policy Research Institute (FPRI), Washington, D.C. Report No. 32729-GLB.

Sumaryanto. 2009. Eksistensi Pertanian Skala Kecil Dalam era Persaingan Pasar Global. Makalah utama yang disampaikan pada Seminar Nasional "Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani" yang diselenggarakan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), Badan Litbang Pertanian, Depertemen Pertanian pada Tanggal 14 Oktober 2009 di Bogor.

Tangka, Mike Verawati. 2013. Pencapaian MDGs di Indonesia Hingga Tahun 2013. Jurnal Analisis Sosial 18(1):1-17: Indonesia dan Perjalanan Meraih MDGs: Agenda ke Depan

Thirtle, C., L. Beyers, L. Lin, V. McKenzie-Hill, X. Irz, S. Wiggins, and J. Piesse. 2002. The Impact of Changes in Agricultural Productivity on the Incidence of Poverty in Developing Countries. Report to Department for International Development (DfID) no. 7946. London & East Kilbride, UK.

Thurlow, J. 2004. "Growth and Market Opportunities in Zambian Agriculture." International Food Policy Research Institute, Washington, DC.

Thurlow, J., and P. Wobst. 2004. "The Road to Pro-Poor Growth in Zambia: Past Lessons and Future Challenges." Forthcoming Development Strategies and Governance Division Discussion Paper, International Food Policy Research Institute, Washington, D.C. Input paper into the World Bank project "Operationalizing Pro-Poor Growth," Washington, D.C.

Van Blarcom, B., O. Knudsen, and J. Nash. 1993. "The Role of Public Expenditures for Agriculture." World Bank Discussion Paper # 216. The World Bank, Washington, DC.

Van De Walle, D. 1996. Infrastructure and Poverty in Viet Nam. Washington, DC: The World Bank.

Yaron, J., P. B. Mc Donald, Jr., et al. 1997. Rural Finance: Issues, Design, and Best Practices. The World Bank. Washington, D.C.

Zhang, X., and S. Fan. 2000. "Public Investment and Regional Inequality in Rural China." Discussion Paper No. 71, Environment and Production Technology Division, International Food Policy Research Institute, Washington, DC.