KONTRIBUSI DOSEN FAKULTAS DAKWAH BAGI...
-
Upload
trinhduong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
Transcript of KONTRIBUSI DOSEN FAKULTAS DAKWAH BAGI...
1
KONTRIBUSI DOSEN FAKULTAS DAKWAH
BAGI PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH
(Studi Jurnal Ilmu Dakwah 2007 – 2009)
Oleh: Ahmad Faqih
Abstraks
Ditengah makin meningkatnya produktivitas dosen dalam
menghasilkan karya ilmiahnya terutama dalam tulisan pada Jurnal Ilmu
Dakwah, pertanyaan yang pantas diajukan adalah: apakah karya ilmiah
tersebut berkontribusi positif bagi pengembangan ilmu dakwah? Ada beberapa
kemungkinan yang terjadi, Pertama: karya ilmiah dosen dalam artikel jurnal
hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat. Sehingga kurang memiliki makna
untuk pengembangan ilmu dakwah, karena itu kualitas tulisan kurang
mendapatkan perhatian. Kedua, artikel dalam Jurnal Ilmu Dakwah cukup
bermakna bagi pengembangan ilmu dakwah. Karena ada beberapa dosen
sedang dalam taraf belajar ilmu dakwah, sehingga mereka berusaha untuk
menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan teori dakwah. Ketiga,
artikel dalam Jurnal tersebut memiliki bobot yang baik, karena dari hasil
kajiaannya dapat dikembangkan untuk mengukuhkan ilmu dakwah sebagai
ilmu yang mandiri.
Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini berusaha untuk
mendiskripsikan fakta-fakta yang sebenarnya ada pada dosen Fakultas
Dakwah. Sebagai sampel penelitian, akan dipilih secara sengaja berdasarkan
kriteria tertentu seperti artikel bertema dakwah dan ditulis oleh dosen tetap
yang diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Dakwah tahun 2007-2009. Dari kajian ini
diharapkan dapat diketahui sejauhmana konstribusi mereka bagi ilmu dakwah
sebagai ilmu induk di Fakultas Dakwah. Apalagi lembaga akademik seperti
pendidikan tinggi, sangat besar peranannya bagi perkembangan suatu ilmu.
Karena didalamnya terdapat aktivitas ilmiah seperti diskusi, seminar,
penelitian dan sebagainya yang berujung pada kelahiran teori-teori baru yang
bermanfaat bagi ilmu itu sendiri maupun khazanah ilmu secara luas.
Key word: Kontribusi dosen, Jurnal, Ilmu Dakwah
A. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islam dewasa ini menghadapi tantangan eksternal yang serius
dari berbagai gerakan. Berbasis faham materialism, liberalism, sekularisme
2
dan kapitalisme global. Pemikiran dan ideology gerakan ini, telah masuk ke
dalam kehidupan umat Islam dan memberikan andil cukup besar dalam
kedangkalan aqidah, keengganan penerapan syari’ah dalam semua segi
kehidupan dan merosotnya akhlak sebagian besar umat Islam serta
melemahnya harakah dakwah Islam.1 Pada sisi lain sistem jahiliah modern
semakin menguat membangun peradaban yang dekaden disertai secara
terus-menerus melakukan ghozw al-fikr dikalangan umat Islam. Abdul Kholik
menjelaskan tekanan eksternal terhadap dakwah Islam sangat kuat dan
sistematis.2 Tujuan gerakan ini agar kehidupan umat Islam, menjadi sesuai
dengan filsafat, ideology, dan sistem budaya, kemasyarakatan, kenegaraan,
dan peradaban mereka. Islam menjadi asing kembali bagi masyarakat Islam.
Umat Islam Indonesia juga mengalami suatu lompatan-lompatan
kondisional yang tidak terduga sebelumnya. Seiring dengan perkembangan
teknologi, pengetahuan dan problem yang menyertainya. Masyarakat
mengalami kompleksitas dalam berbagai hal, dari sistem kelembagaan,
struktur social, hubungan social, kelas dan berbagai indicator yang selama ini
menopangnya. Atas kondisi tersebut mau tidak mau harus ada kemampuan
dari agama untuk melakukan control, mengadaptasi atas perubahan yang
terjadi di masyarakat.3 Agama seringkali dilematis dalam menghadapi situasi
tersebut. Pada satu sisi harus kuat mempertahankan nilai-nilai luhur yang
menjadi basis keyakinannya, sementara masyarakat selaku subyek dan obyek
agama mengalami perkembangan terus-menerus. Ketidakmampuan agama
dalam mengontrol , beradaptasi dan membangun keyakinan atas nilai-nilainya
akan ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat. Sekalipun kebutuhan akan
agama tidak pernah akan hilang dari suatu masyarakat. Namun masyarakat
dengan kekuatan pragmatisnya sering dengan mudah merubah nilai yang ada
atau meninggalkan nilai-nilai tersebut. Karena dianggap tidak mampu
menjawab kebutuhan dan problem yang mereka hadapi.
1 Amrullah Ahmad, Makalah Seminar dan Lokakarya “Pengembangan Keilmuan Dakwah dan Prospek
Kerja”, APDI Unit Fakultas Dakwah, Semarang 19-20 Desember 2008, hlm.2
2 Abdul Kholik dan Syaikh Abdurrahman, Fushul min Al-Siasati Al Syari’iyyati fi ad Da’wah Ila
Allah,(Kuwait: Jam’iyyati Ilya’ al-Turats al Islami, 1983), hlm. 13-14
3 Kusmanto, Thohir Yuli. Makalah “Dakwah Berbasis Jaringan Sosial” dalam Diskusi Dosen Jurusan
Manajemen Dakwah, Semarang 11 Mei 2006, hlm. 1
3
Dalam upaya untuk mengawal dan mewarnai perubahan social
tersebut, diperlukan adaptasi gerakan dakwah Islam yang berbasis pada
pijakan keilmuan yang kuat. Sementara itu ilmu dakwah sebagai basis
kegiatan dakwah secara praktis masih menghadapi problem. Problematika
yang selama ini ada, menurut Ilyas Supena bias dipetakan ke dalam tiga
faktor utama.4
Pertama, ilmu-ilmu keislaman yang disampaikan di Fakultas Dakwah
lebih bercorak idealism dan transendentalisme epistemologik. Pada gilirannya,
dalam tradisi ilmu-ilmu keislaman berkembang pola pikir deduktif yang
menjadikan al Qur’an dan sunnah sebagai premis mayor, sehingga problem
social yang riil tidak mendapat perhatian yang memadai. Akibatnya timbul
anggapan dalam benak umat Islam bahwa produk pemikiran tersebut identik
dengan kedua sumber tersebut, dan karenanya kebenaran yang dihasilkan
dianggap sudah final. Maka kajian keilmuan yang berhubungan dengan dunia
teks masih sangat dominan, sementara kajian yang berhubungan dunia social
pengarang dan pembaca masih cukup miskin.
Kedua, disintegrasi keilmuan. Meskipun keilmuan dakwah sudah
melampaui problem dikotomi keilmuan, tetapi ia belum menyelesaikan
problem integrasi keilmuan. Keilmuan dakwah belum mampu menjelaskan
hubungan organis antara ilmu dakwah, tafsir dakwah, hadits dakwah,
fiqh/ushul fiqh, tasawuf, ilmu kalam, filsafat Islam dengan kelompok ilmu
sosiologi, psikologi, ilmu politik, ilmu manajemen dan sebagainya. Kedua
kelompok keilmuan ini berjalan sendiri-sendiri dan tidak memperlihatkan
hubungan organis antara keduanya. Karenanya gagasan humanisasi ilmu-ilmu
keislaman dan islamisasi ilmu-ilmu social patut dipertimbangkan.
Ketiga, disorientasi keilmuan. Ketidakmampuan menjelaskan
hubungan organis tersebut, menyebabkan terjadinya disorientasi keilmuan
dikalangan mahasiswa Fakultas Dakwah. Dan tidak menutup kemungkinan
disorientasi ini juga terjadi dikalangan akademisi di Fakultas Dakwah.
Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo sampai akhir tahun 2009
berjumlah 65 orang, terdiri dari guru besar, doctor, magister, dan sarjana.
Bahkan mayoritas dari mereka telah lulus sebagai dosen professional di
bidangnya. Sehingga dalam hal mutu, dosen Fakultas Dakwah tidak diragukan
4 Ilyas Supena, “Pergeseran Paradigma Ilmu Dakwah…”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.28 No.2, Juli-Des
2008, hlm. 195
4
lagi. Hal ini juga didukung oleh produk-produk karya akademik dosen yang
semakin meningkat, seperti: penerbitan buku, penelitian, artikel dalam jurnal,
makalah. Disamping itu keterlibatan mereka pada organisasi profesi seperti
Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN), Asosiasi Pendidikan Tingi Komunikasi (ASPIKOM).
Keterlibatan mereka juga pada organisasi social kemasyarakatan seperti MUI,
NU, Muhammadiyah.
Ditengah makin meningkatnya produktivitas dosen dalam
menghasilkan karya ilmiahnya terutama dalam tulisan pada Jurnal Ilmu
Dakwah, pertanyaan yang pantas diajukan adalah karya ilmiah tersebut
berkontribusi positif bagi pengembangan ilmu dakwah? Ada beberapa
kemungkinan yang terjadi, karya ilmiah dosen dalam artikel jurnal hanya
untuk kepentingan kenaikan pangkat. Sehingga kurang memiliki makna untuk
pengembangan ilmu dakwah, karena itu kualitas tulisan kurang mendapatkan
perhatian. Kemungkinan lain, artikel dalam Jurnal Ilmu Dakwah cukup
bermakna bagi pengembangan ilmu dakwah. Karena ada beberapa dosen
yang berlatar belakang non dakwah, sehingga mereka dalam tarap memulai
menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan teori dakwah.
Kemungkinan yang selanjutnya, artikel dalam Jurnal tersebut memiliki bobot
yang baik, karena dari hasil kajiaannya dapat dikembangkan untuk
mengukuhkan ilmu dakwah sebagai ilmu yang mandiri.
Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan gejala yang sebenarnya
ada pada dosen Fakultas Dakwah, sehingga dapat diketahui sejauhmana
konstribusi mereka bagi ilmu dakwah sebagai ilmu induk di Fakultas Dakwah.
Apalagi lembaga akademik seperti pendidikan tinggi, sangat besar
peranannya bagi perkembangan suatu ilmu. Karena didalamnya terdapat
aktivitas ilmiah seperti diskusi, seminar, penelitian dan sebagainya yang
berujung pada kelahiran teori-teori baru yang bermanfaat bagi ilmu itu sendiri
maupun khazanah ilmu secara luas.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apasaja tulisan ilmiah dosen Fakultas Dakwah yang termuat dalam Jurnal
Ilmu Dakwah memiliki relevansi bagi pengembangan ilmu dakwah?
b. Bagaimana konstribusi substansif karya ilmiah dosen Fakultas Dakwah
tersebut bagi pengembangan ilmu dakwah?
1.3. Tujuan Penelitian
5
a. Untuk mengidentifikasi karya ilmiah dosen Fakultas Dakwah dalam Jurnal
Ilmu Dakwah yang berkaitan dengan diskursus pengembangan keilmuan
dakwah.
b. Untuk mendeskripsikan kontribusi akademik karya ilmiah dosen Fakultas
Dakwah dalamJurnal Ilmu Dakwah bagi pengembangan ilmu dakwah.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi
penguatan ilmu dakwah sebagai ilmu yang mandiri.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi referansi yang berguna
bagi pengembangan ilmu dakwah di masa depan.
1.5. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis tentang gejala-gejala yang diamati. Sifat-sifat dan hubungan
antara fenomena yang diselidiki melalui pengumpulan data dari latar alami
dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci. Proses dan
makna perspektif subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian ini.
b. Definisi Konseptual
- Dosen Fakultas Dakwah yaitu Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
jabatan fungsional sebagai dosen yang bertugas di Fakultas Dakwah.
Dosen dimaksud adalah semua dosen tetap yang bekerja di Fakultas
Dakwah dari berbagai latar belakang pendidikan dan kompetensi
keilmuannnya. Selain itu dosen yang menulis karya ilmiah yang
diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Dakwah.
- Jurnal Ilmu Dakwah adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo per semester. Adapun jurnal
dimaksud adalah jurnal yang diterbitkan dalam kurun waktu tiga tahun
2007-2009.
c. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah artikel-artikel yang ditulis oleh dosen
tetap Fakultas Dakwah yang relevan dengan pengembangan ilmu dakwah.
Berdasarkan studi dokumentasi diperoleh populasi berjumlah 35 artikel
yang tersebar dalam enam edisi dalam kurun waktu tiga tahun mulai
tahun 2007 sampai dengan 2009.
6
Sampel penelitian in berjumlah 11 artikel yang ditentukan secara
sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
d. Sumber Data
- Data primer adalah karya ilmiah dosen Fakultas Dakwah dalam
bentuk artikel dari hasil penelitian, makalah diskusi, dan makalah yang
belum dipublikasikan. Data primer ini dipilih berdasarkan tema
pengembangan ilmu dan teknik dakwah.
- Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber
pustaka yang terkait dengan objek penelitian.
e. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek penelitian, penulis
menggunakan metode dokumentasi. Motode ini digunakan untuk
mengumpulkan bahan berupa Jurnal Ilmu Dakwah dalam kurun waktu
2007-2009 dan data lain yang mendukung penelitian.
f. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif. Data
yang terkumpul ditelaah sesuai dengan focus penelitian. Mulai dari
pemetaan karya ilmiah dosen yang relevan dengan pengembangan ilmu
dakwah dan kategorisasi dari substansi karya ilmiah tersebut.
g. Desain penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Tahap I : Pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti akan mencari
dan mengumpulkan data Jurnal Ilmu Dakwah yang diterbitkan pada tahun
2007 sampai tahun 2009.
Tahap II : Eksplorasi data. Setelah tahap awal dilakukan, maka
dalam langkah ini, peneliti melakukan eksplorasi data yaitu melakukan
pemilihan artikel yang ditulis oleh dosen tetap Fakultas Dakwah yang
memiliki relevansi dengan pengembangan ilmu dakwah.
Tahap III : Penyusunan data. Setelah data tereksplorasi, selanjtnya
melakukan penyusunan data. Dalam tahapan ini, dilakukan dalam bentuk
deskriptif yang menggambarkan fakta objektif tentang kontribusi
substantive karya ilmiah dosen dalam kaitanya dengan wacana
pengembangan ilmu dakwah.
Tahap IV : Analisis data. Setelah data tersaji secara komprehensif
dan integral, langkah berikutnya dilakukan telaah kritis terhadap setiap
tema dan sub tema yang sesuai dengan focus penelitian. Sehingga
7
dihasilkan rumusan-rumusan yang jelas tentang manfaat dan signifikansi
karya tersebut dalam pengembangan ilmu dakwah.
B. KERANGKA TEORITIK
Setiap ilmu pengetahuan terdiri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan
empiric. Bagian yang teoritik merujuk pada skema konseptual misalnya
kaidah, generalisasi dan teori. Sedangkan bagian empiric ialah fakta-fakta
yang telah dikumpulkan dalam bentuk deskripsi, kajian kasus dan umum,
serta laporan statistic.5
2.1. Pengertian dan Komponen Teori
Teori adalah satu perangkat andaian mengenai masyarakat, gejala social,
dan tingkah laku manusia. Sedangkan komponen-komponen teori antara lain:
a. Konsep
Konsep merupakan ramuan dasar dan fundamental dalam setiap teori.
Suatu konsep adalah suatu kata (atau pernyataan simbol lainnya) yang
menunjuk pada gejala atau sekelompok gejala; konsep adalah nama yang
kita pergunakan untuk menunjukkan dan mengklasifikasikan penerapan dan
pengalaman-pengalaman kita. Menghubungkan suatu nama tertentu dengan
suatu benda, pengalaman, atau kejadian adalah langkah pertama yang sangat
penting untuk menganalisa dan memahaminya.6 Tetapi hubungan antara
pengalaman dan pembentukan konsep lebih kompleks sifatnya daripada yang
terkandung dalam ide yang sederhana, dimana fakta baru dapat menunjuk
pada konsep-konsep baru. Diantara fakta “lama”, hubungan-hubungan baru
atau pola-pola dapat diamatai, dan fakta ini mungkin harus diberi nama
dengan suatu konsep baru. Hal ini mengandung kemungkinan kreativitas
intelektual dalam proses menerima dan mengkonseptualisasi, suatu
kemungkinan yang sudah banyak diperdebatkan oleh para ahli filsafat.
Meskipun kita tidak perlu berurusan dengan isu-isu filosofis, kita dapat
bertanya apa sesungguhnya kehidupan social yang menimbulkan konsep-
konsep seperti alienasi, solidaritas, institusi, atau kelas social. Istilah-istilah
seperti ini lebih merupakan hasil dari suatu cara memandang terhadap data
5 Judistira K. Garna, Ilmu-Ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi, ( Bandung: CV.Primaco, 1996), hlm. 139
6 Doyle Paul Johnson,Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid ,1 (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 35
8
kenyataan social daripada sifat dari data itu sendiri. Oleh karena itu cara
memandang yang baru terhadap data pengalaman berkembang dari kreasi
konsep-konsep baru.
Konsep dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsep yang observable
dan konsep yang construct. Sesuatu yang observable merupakan konsep, jika
menunjuk pada satu objek atau peristiwa khusus atau sejenisnya yang dapat
ditangkap langsung dengan indera. Satu kata yang dipergunakan untuk
menunjuk suatu obyek tertentu misalnya gedung, dapat dilihat sebagai
sesuatu yang observable. Berlawanan dengan konsep observable, konsep
yang construct adalah menunjuk pada hakekat atau proses yang tidak dapat
diamati secara langsung, tetapi yang eksistensinya disimpulkan dari suatu
yang dapat diamati atau seperangkat konsep yang juga dapat diamati.
Misalnya, para ahli psikologi cenderung melihat intelegensia itu sebagai suatu
konsep construct, sedangkan angka tes IQ merupakan sesuatu yang dapat
diamati.
b. Klasifikasi
Konsep-konsep membentuk suatu dasar penting untuk klasifikasi. Satu
konsep membedakan hal-hal yang termasuk dalam kelas yang ditunjuk oleh
konsep itu dan hal-hal lainnya. Dengan menggunakan variable-variabel,
mungkin bagi kita untuk mengkategorisasi kasus-kasus yang berbeda dalam
gejala-gejala yang ditunjuk oleh konsep itu menurut perbedaan penting yang
diperlihatkannya.7
Tanpa melihat jumlah kategori atau teknik-teknik pengukuran,
kategori-kategori yang terdapat dalam satu system klasifikasi harus bersifat
saling mengeksklusif dan tuntas (exhaustive). Saling mengeksklusif berarti
bahwa basis untuk membedakan satu kategori dari katagori lainnya harus
benar-benar tepat, memenuhi syarat sehingga satu kasus tertentu dapat
dimasukkan kedalam hanya satu kategori. Tanpa kategori-kategori yang
demikian, bisa terjadi ambiguitas. Tuntas artinya bahwa kategori-kategori itu
mencakup semua kasus yang berhubungan dengan gejala yang sedang
diamati, tidak ada kasus yang tidak diklasifikasi. Kategori-kategori yang
bersifat menampung sesungguhnya bukan merupakan kategori yang patut
dipercayai, meskipun sering dipergunakan untuk menampung semua kasus
7 I b I d, hlm. 38 -39
9
yang memang tidak dapat diklasifikasi lagi. Konsep, variable, dan sistem
klasifikasi adalah bahan-bahan mentah yang perlu untuk membangun teori.
c. Proposisi
Proposisi adalah satu pernyataan mengenai satu hubungan atau dua
atau lebih konsep, khususnya hubungan antara variable-variabel. Proposisi-
proposisi saling berbeda satu sama lain dalam beberapa hal yang penting
menurut keabstrakan dan generalitasnya, menurut kemampuan tahan ujinya
dan tingkatan dimana proposisi-proposisi itu sudah didukung secara empiris.
Proposisi sering dibedakan dari hipotesa, dimana hipotesa merupakan
pernyataan mengenai hubungan-hubungan yang mungkin ada , yang dapat
diuji secara empiris, yang berasal dari proposisi yang lebih abstrak. Kalau
satu proposisi sudah diperkuat dalam pelbagai lingkungan yang berbeda
sedemikian rupa , sehingga bisa diterima secara umum sebagai satu proposisi
yang benar, maka proposisi semacam itu dapat dipandang sebagai satu
hukum.
2.2. Konsep Dasar Ilmu Dakwah
Dalam diskursus tentang keilmuan dakwah, pada saat ini ada
kecenderungan perubahan cara pandang atau persepktif terhadap ilmu
dakwah. Perubahan ini mencakup landasan ontologis, landasan epistemologis,
dan landasan aksiologis.
a. Ontologi Ilmu Dakwah
Objek material ilmu dakwah dalam statusnya sebagai ilmu keagamaan
adalah al-Qur’an dan sunnah dan manifestasinya dalam semua aspek kegiatan
dan kehidupan manusia. Sedangkan objek formalnya adalah kegiatan
mengajak umat manusia supaya masuk ke jalan Allah dalam semua segi
kehidupan.8 Dengan demikian dimensi ontologis ilmu dakwah masih
didominasi oleh kecenderungan yang bercorak transenden dengan
menjadikan al-Qur’an dan sunnah sebagai titik tolak kajian.Jika itu dakwah
ditempatkan sebagai bagian dari ilmu sosial, mada dakwah sebagai akan
bertitik tolak dari realitas sosial dalam hubungannya dengan dinamika sosial
tertentu.Sehingga berlangsung hubungan dialogis-dialektis antara teks dan
realitas tersebut.9 Ilmu dakwah akan selalu concern dengan persoalan
8 Amrullah Ahmad, Makalah “Dakwah Islam Sebagai Ilmu…”, Pertemuan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Se-Indonesia medan 18 –
20 Juni 1996, hlm. 27
9 Ilyas Supena, Opcit, hlm. 198
10
masyarakat dan berusaha menawarkan solusi dalam menyelesaikan dan
mengatasi persoalan masyarakat tersebut. Jadi objek formal ilmu dakwah
yaitu dimensi keberagamaan manusia dalam upaya merealisasikan ajaran
Islam dalam segala aspek kehidupan dalam rangka membangun dan
membentuk masyarakat yang baik. Ontologi ilmu dakwah seperti ini akan
memberikan peluang bagi ilmu dakwah untuk berhubungan secara kultural-
fungsional dengan penyelesaian problem-problem kemanusiaan termasuk
problem sosial. Diantara problem tersebut antara lain:kemiskinan,
pengangguran, ketertinggalan pendidikan, aborsi, kenakalan remaja dan
sebagainya.
b. Epistemologi Ilmu Dakwah
Dalam perspektif epistemologi secara umum bahwa sumber atau teori
pengetahuan diperoleh dari hasil rasionalitas manusia berdasarkan data.
Sedangkan dalam perspektif epistemologi Islam, bahwa teori pengetahuan
didapatkan dari teks atau wahyu dan pemikiran manusia dalam aspek tradisi
yang mensejarah. Jelasnya bahwa subjek atau sumber ilmu dalam Islam
adalah Allah, yang menampilkan diri lewat al-Qur’an yang tertulis sebagai
fitrah munazalah dan lewat ayat yang tercipta yaitu alam dan realitas sebagai
fitrah majbulah.
Jika dilihat dari perspektif Islam, epistemologi ilmu dakwah adalah
sekumpulan pengetahuan yang bersumber dari wahyu (teks) dan pemikiran
rasional muslim sepanjang sejarah (tradisi Islam). Dalam kerangka epistemik
ini, ilmu dakwah harus dipahami sebagai ilmu teoritik dan terapan Islam
untuk menumbuhkan, menata dan merekayasa masa depan kehidupan umat
dan peradaban Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman.10 Dalam
pandangan Ilyas Supena (2008), epistemologi ilmu dakwah yang seperti
ini,masuk dalam kategori epistemologi bayani yakni epistemologi yang
menjadikan teks sebagai origin and source pengetahuan, dan kurang peduli
terhadap epistemologi burhani yakni epistemologi yang menjadikan realitas
empirik sebagai asal dan sumber pengetahuan. Akibatnya kajian ilmu dakwah
yang berhubungan dengan dunia teks masih sangat dominan. Sementara
kajian yang berhubungan dengan dunia sosial, baik dunia sosial pengararang
10 Salmadanis. Makalah “Posisi Ilmu Dakwah dalam Keilmuan lainnya”, Semiloka Nasional
Pengembangan Keilmuan Dakwah IAIN Imam Bonjol, Padang 13-14 Juni 2006, hlm. 6
11
maupun dunia sosial pembaca masih sangat kering. Ada dua solusi yang
ditawarkan oleh Ilyas Supena; pertama, ilmu dakwah perlu melakukan
integrasi keilmuan dengan beragam ilmu dan karenanya dakwah akan
menjadi sebuah disiplin ilmu yang bercorak interdisipliner. Kedua, ilmu
dakwah perlu melakukan humanisasi ilmu keislaman dan islamisasi ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, sehingga terbangun suatu hubungan organis antara
keduanya.
c. Aksiologi Ilmu Dakwah
Dalam kalimat yang ringkas aksiologi dakwah adalah bertujuan
mewujudkan ummatan wasathan, khairul ummah dan khairul bariyyah. Dalam
rangka mewujudkan tipologi masyarakat tersebut, dakwah mengembangkan
empat konsep sebagaimana tergambar dalam QS.Ali Imran ayat 104, yaitu
yad’una ilal khair, amr ma’ruf, nahi munkar dan taghyirul munkar. yad’una ilal
khair mengandung pengertian menyeru umat manusia untuk menerima dan
mengamalkan munkar yang dapat membawa kerugian dan bencana terhadap
masyarakat. Sedangkan taghyirul munkar adalah merubah setiap bentuk
kemunkaran yang terdapat dalam kehidupan manusia sehingga kemunkaran
tersebut lenyap di tengah-tengah kehidupan manusia. Berdasarkan empat
konsep tersebut, maka secara aksiologis dakwah mengandung tujuan;
Pertama, membangun standar kualitas hidup. Kedua, media transformasi
nilai.
C. TEMUAN HASIL PENELITIAN
TABEL
ARTIKEL JURNAL YANG RELEVAN DENGAN PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH
No Judul Artikel Edisi Penulis
1. Dialektika Episteme Bayani dan Burhani dalam Epistemologi Ilmu
Dakwah….
Vol.27 No.1 Januari-Juni
2007
Ilyas Supena
2. Pembagian Kerja Secara Seksual dan Implikasinya Pada Peran Perempuan
dalam Aktivitas Dakwah Islam
S d a Misbah Zulfa E
3. Kontroversi Dakwah Inklusif S d a Fachrur Rozi
4. Upaya Peningkatan Peran dan Fungsi Masjid Sebagai Media Dakwah dalam
S d a Saerozi
12
Perspektif Manajenem Dakwah
5. Strategi Dakwah Bil Hal Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin
S d a Suprihatiningsih
6. Analisis Jaringan Sosial Gerakan Dakwah..
Vol.27 N0.2, Juli-Des 2007
Thohir Yuli K
7. Perkembangan Dakwah Islam melalui
Media Televisi di Indonesia…
S d a M.Alfandi
8. Strategi Dakwah dalam Praktik Public Relation
S d a Najahan Musyafak
9. Kontekstualisasi Sirah Nabi dalam Manhaj Dakwah Kontemporer
S d a Fachrur Rozi
10. Nilai-Nilai Tasawuf Sebagai Materi Dakwah Bagi Masyarakat Moderen
S d a Komarudin
11. Akhlaq dalam Dakwah S d a Djasadi
12. Pergeseran Etika Dakwah Dalam Transformasi Sosial Modern
Vol.28 No.1, Jan-Juni
2008
Safrodin
13. Menanamkan Nilai-Nilai Moralitas melalui Dakwah
S d a Awaludin Pimay
14. Dakwah Etnis Tionghoa Muslim: Upaya Resolusi Konflik Etnis Tionghoa Muslim di Indonesia
S d a M.Alfandi
15. Aplikasi Pendekatan Sistem Perencanaan dalam Manajemen Dakwah
S d a Saerozi
16. Pendekatan Dakwah kepada Remaja melalui Konseling Kelompok
S d a Widayat Mintarsih
17. Peran Wanita dalam Dakwah Islam S d a Nurbini
18. Pergeseran Paradigma Ilmu Dakwah
(Dari Dakwah Sebagai Ilmu Keagamaan menuju Dakwah Sebagai Ilmu Sosial)
Vol.28 No.2,
Juli-Des 2008
Ilyas Supena
19. Konsepsi Ketulusan dalam Berdakwah (Antara Idealitas Qur’ani dan Realitas
Sosial)
S d a Safrodin
20. Radikalisme Dakwah Islam (Analisis Ketegangan Gerakan Dakwah Islam di
Indonesia)
S d a Ibnu Fikri
21. Strategi dan Pendekatan Dakwah Kultural Muhammadiyah
S d a Awaludin Pimay
22. Mencari Makna Fenomena Melalui Pendekatan Fenomenologi (Sebuah Alternatif Pendekatan Penelitian
S d a Nadiatus Salama
13
Dakwah)
23. Paradigma Baru Manajemen Masjid (Telaah Awal di Masjid Jogokaryan Yogyakarta)
Vol.29 No.1, Jan-Juni 2009
Abu Rokhmad
24. Optimalisasi Fungsi Laboratorium Dakwah Bagi Peningkatan Mutu Akademik Mahasiswa
S d a M.Alfandi
25. Dakwah untuk Para Lanjut Usia (Tinjauan Materi dan Metode)
S d a Maryatul Qibtiyah
26. Televisi Sebagai Media Dakwah Islami S d a Nur Cahyo HW
27. Dakwah Multikultural Perspektif
Muballigh (Studi Kasus di Kota Semarang)
S d a Ahmad Faqih
28. Bentuk Komunikasi Verbal dalam Dakwah (Panduan Al-Qur’an dan Pandangan Pragmatik)
Vol.29 No.2, Juli-Des 2009
Yuli Nurkasanah
29. Internet Sebagai Media Dakwah Islami di Era Globalisasi
S d a Nur Cahyo HW
30. Strategi Dakwah dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan (Perspektif Antropologis Teologis)
S d a Saerozi
31. Pengembangan Dakwah Berbasis Riset S d a Thohir Yuli Kusmanto
32. Dakwah Berbasis Sekolah Pada remaja S d a Wening Wihartati
33. Metode Dakwah Pada Anak S d a Suprihatiningsih
34. Pengembangan Model Dakwah pada Masyarakat Kota
S d a Ahmad Faqih
35. Akuntansi Islam Sebagai Sarana Pengembangan Dakwah
S d a Ariana Suryorini
1. Tema yang dipilih oleh dosen dalam artikelnya didominasi kajian-kajian
dalam ranah ontologism. Dari 35 artikel yang berhasil dihimpun,
ditemukan 32 artikel kajian ontologism, 2 artikel kajian epistemologis dan
1 artikel kajian aksiologis. Dari 32 artikel tersebut, dibagi kedalam dua sub
yaitu sebagian kecil merupakan kajian teks-teks al-Qur’an dan Hadits, dan
sebagian besar merupakan kajian yang mengangkat problematika riil yang
dihadapi mad’u, dan da’I dalam proses dakwah.
2. Kecenderungan untuk mengangkat problematika riil dalam kehidupan
dakwah, tidak dapat dilepaskan dari latar belakang pendidikan dosen-
dosen Fakultas Dakwah yang semakin bervariasi. Tidak hanya berasal dari
disiplin ilmu dakwah, tetapi juga banyak dari mereka berlatar belakang
14
pendidikan non dakwah seperti komunikasi, sosiologi, antropologi,
manajemen, filsafat, dan computer.
3. Secara substantive kontribusi tulisan-tulisan dosen Fakultas Dakwah,
dalam konteks pengembangan teori dakwah antara lain berbentuk
pembaharuan konsep, rumusan hipotesis-hipotesis baru, dan verifikasi
teori. Dari pembaharuan konsep yang ditawarkan menurut peneliti dapat
diterima untuk mengkoreksi dari yang selama ini ada, demikian juga
untuk hasil pengujian terhadap suatu teori (verifikasi). Tetapi dari
hipotesis yang dirumuskan harus diuji dulu dalam suatu penelitian yang
sesuai, sehingga dari beberapa hasil pengujian itu dapat ditentukan
apakah suatu hipotesis itu diterima atau ditolak.
4. Dari kajian ini juga ditemukan beberapa artikel kurang berkonstribusi
dengan pengembangan ilmu dakwah, karena konsep-konsep yang
ditawarkan sebenarnya sudah menjadi konsep yang telah mapan atau
establish dalam teori dakwah. Bahkan juga ada konsep yang ditawarkan
memiliki kelemahan karena penulis artikel kurang memahami konsep-
konsep lain yang terkait. Sehingga konsep yang digagas menjadi rancu
dan bertentangan dengan konsep yang telah kuat.
D. REKOMENDASI
Setelah meneliti sebagian karya ilmiah dari dosen Fakultas Dakwah
saya menyarankan beberapa masukan sebgai berikut:
1) Para dosen hendaknya lebih peduli terhadap pengembangan ilmu dakwah,
karena masa depan ilmu ini sebagian bergantung pada mereka.
2) Pengelola Jurnal Ilmu Dakwah harus lebih selektif dalam menerima dan
menerbitkan artikel dari para dosen. Karena saya menemukan beberapa
artikel tidak relevan dengan ilmu dakwah, dan lebih memprihatinkan lagi
judul artikel tentang dakwah, tetapi isinya bukan mencerminkan kajian
dakwah.
3) Pihak Pimpinan Fakultas Dakwah harus melakukan upaya untuk
memberikan motivasi, dukungan kepada para dosen untuk membesarkan
ilmu dakwah. Sehingga ke depan ilmu dakwah akan semakin berkembang
dan semakin member manfaat bagi semua pihak yang concern terhadap
dakwah Islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah. Makalah Seminar dan Lokakarya “Pengembangan Keilmuan
Dakwah dan Prospek Kerja”, APDI Unit Fakultas Dakwah, Semarang 19-20
Desember 2008.
Garna, Judistira K. 1999. Ilmu-Ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi. Bandung:
CV.Primaco
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.27, No. 1, Januari - Juni 2007
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.27, No. 2, Juli – Desember 2007
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.28, No. 1, Januari - Juni 2008
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.28, No. 2, Juli - Desember 2008
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.29, No. 1, Januari - Juni 2009
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.28, No. 2, Juli - Desember 2008
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1. Jakarta:
Gramedia.
Kholik, Abdul dan Syaikh Abdurrahman.1983. Fushul min Al-Siasati Al Syari’iyyati
fi ad Da’wah Ila Allah.Kuwait: Jam’iyyati Ilya’ al-Turats al Islami.
Kusmanto, Thohir Yuli. Makalah “Dakwah Berbasis Jaringan Sosial” dalam Diskusi
Dosen Jurusan Manajemen Dakwah, Semarang 11 Mei 2006.
Muhadjir, Noeng.1998. Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif,
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Rosyad, A.Sholeh. 1984. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Salmadanis. Makalah “Posisi Ilmu Dakwah dalam Keilmuan lainnya”, Semiloka
Nasional Pengembangan Keilmuan Dakwah IAIN Imam Bonjol, Padang 13-
14 Juni 2006.