Kontan, 01 Agustus 2017 Sumber: Laporan keuangan perbankan...

1
Kontan, 01 Agustus 2017

Transcript of Kontan, 01 Agustus 2017 Sumber: Laporan keuangan perbankan...

Page 1: Kontan, 01 Agustus 2017 Sumber: Laporan keuangan perbankan ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/3573/b233578c_Jun17...butkan beberapa negara yang telah mengadopsi sistem tersebut adalah

12 PERBANKANKontan Selasa, 1 Agustus 2017

Hapus Buku Kredit Bakal MenyusutNPL membaik, hapus buku kredit macet berkurang

JAKARTA. Penghapusan buku atau write off kredit bermasa-lah akan menurun di semester II-2017 ini dibandingkan kena-ikan write off di paruh perta-ma tahun ini. Pasalnya, ruang gerak kredit bermasalah akan semakin sempit seiring de-ngan perbaikan penyaluran kredit.

Tercatat perbankan mela-porkan tren rasio kredit ber-masalah atau non performing loan (NPL) secara gross dan neto mulai turun pada kinerja semester I-2017.

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta menga-takan, pihaknya telah meng-antisipasi hapus buku debitur sejak awal tahun ini sehingga proses write off tidak akan besar di semester II-2017. Bank berplat merah ini men-catat telah melakukan write off kredit macet senilai Rp 3,47 triliun per semester I-2017 atau naik 76,06% diban-dingkan posisi Rp 1,97 triliun per semester I-2016.

Salah satu debitur terbesar BNI yang kredit macetnya te-lah dihapus buku oleh BNI yaitu PT Trikomsel Oke de-ngan nilai outstanding kredit mencapai Rp 1,2 triliun. Arti-nya, Trikomsel menyumbang sedikitnya 34% dari total write

off BNI.Sementara, PT Bank Ta-

bungan Negara Tbk (BTN) te-lah melakukan write off kredit macet sebesar Rp 183 miliar per semester I-2017 atau lebih rendah ketimbang nilai peng-hapusbukuan sebesar Rp 613 miliar di akhir 2016. BTN

memperkirakan total write off kredit macet akan lebih rendah di akhir tahun ini.

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko bilang, langkah penghapusbukuan ti-dak akan berpengaruh pada laba rugi BTN. "Write off itu

tindakan menghapus buku dari aset yang sudah tidak produktif," katanya kepada KONTAN, Senin (31/7). Hapus buku merupakan cara BTN menekan laju NPL.

Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menambahkan, hapus buku kredit macet perbankan telah diperhitungkan dalam kinerja Juni 2017. Tren penghapusbu-kuan akan sangat tergantung pada pemulihan ekonomi. Bank milik investor Singapura ini melakukan write off kredit seret sebesar Rp 41 miliar di semester I-2017.

Sedangkan, PT Bank Cen-tral Asia Tbk (BCA) menyebut telah melakukan write off se-nilai Rp 450 miliar sampai de-ngan semester I-2017. Kata Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja, sekitar 90% nilai keseluruhan write off berasal dari segmen konsumer. "Khu-sus kredit konsumsi memang kami lakukan (write off) se-cara rutin," ujarnya. n

Marshall Sautlan

Tindakan write

off sebagai cara

bank untuk

menekan laju

kenaikan kredit

bermasalah.

SIPNAS: Kesinambungan Infrastruktur Finansial

Salah satu momen pen-ting bagi perkembang-an sektor perkreditan

di Indonesia adalah saat dicanangkannya kerangka kebijakan Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIP-NAS) pada awal 2013. SIP-NAS adalah sistem pelaporan kredit yang mengadopsi sis-tem ganda pengelolaan data dan informasi perkreditan oleh regulator (dalam hal ini Bank Indonesia dengan sis-tem informasi debitur/SID); dan biro kredit swasta, yang disebut sebagai lembaga pe-ngelola informasi perkredit-an (LPIP).

Selama ini, layanan infor-masi perkreditan SID yang disediakan oleh Bank Indone-sia masih terbatas pada pro-duk informasi standar, de-ngan cakupan data mayoritas dari perbankan dan lembaga keuangan non-bank. Oleh ka-rena itu, keberadaan SIPNAS telah cukup lama dinantikan pelaku industri jasa keuang-an yang mengharapkan ter-sedianya layanan informasi perkreditan berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi penggunanya, khusus-nya dalam mendukung ke-lancaran penyaluran penye-diaan dana dan manajemen risiko. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan perkembangan

industri jasa keuangan untuk mendapatkan informasi per-kreditan lebih komprehensif, didukung dengan cakupan data lebih luas dari industri non-keuangan, serta layanan yang bernilai tambah dan beragam.

Penerapan dual credit re-porting system bukanlah me-rupakan hal baru. Data World Bank Group per 2016 menye-butkan beberapa negara yang telah mengadopsi sistem tersebut adalah Maroko, yang telah mulai sejak 2005, dan memiliki tingkat cakupan biro kredit swasta sebesar 24,6% dari usia dewasa. Ser-ta Malaysia dengan tingkat cakupan biro kredit swasta sebesar 76,4% dari usia de-wasa (sedangkan tingkat di Indonesia masih 0).

Mekanisme SIPNAS

Pada 2015, OJK memberi-kan izin usaha ke PT Kredit Biro Indonesia Jaya dan PT Pefindo Biro Kredit, sehing-ga kedua lembaga tersebut merupakan pelopor LPIP di Indonesia.

Mekanisme pelaporan kredit yang berlaku saat ini adalah seluruh data dari SID-BI akan disalurkan ke LPIP sebagai data primer, kemudian LPIP menghim-pun, mengolah, dan mendis-tribusikan data lain sesuai aturan yang berlaku. Semua perolehan data akan diolah untuk menghasilkan laporan kredit dan produk analisa data agregat. Kelebihan pro-duk LPIP adalah fitur yang mudah diintegrasikan de-ngan aplikasi lain.

Namun dalam waktu dekat, penyaluran data kredit dari SID-BI direncanakan akan beralih ke SLIK (Sistem La-yanan Informasi Keuangan)

dari OJK. Tujuannya untuk menyempurnakan teknologi penghimpunan data dari lembaga keuangan pelapor dan penyaluran data ke LPIP. Lini waktunya pun cukup progresif, sehingga rencana tersebut akan lebih baik apa-bila didiskusikan bersama dengan para pemangku ke-pentingan, termasuk LPIP, sebagai satu kesatuan dari SIPNAS.

Asosiasi Fintech Indonesia telah melakukan pendekatan yang tepat untuk berkomu-nikasi dengan OJK. Hasil-nya, diluncurkanlah POJK No.77/2016 yang menyata-kan bahwa penyelenggara P2P Lending dapat menjadi anggota SLIK atau LPIP.

Pada dasarnya, regulator dan biro kredit swasta dalam SIPNAS harus bersinergi de-ngan baik. Isu utama untuk menghasilkan produk yang kredibel adalah banyaknya data yang masih belum me-menuhi standar data quality dimensions. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, karena fungsi agregasi tetap perlu dijalankan dan memegang peranan penting untuk men-dapatkan hasil kredibel.

Apabila data dari regulator sudah dapat langsung diakses oleh masyarakat dan lembaga keuangan, maka dalam satu payung SIPNAS, regulator dan biro kredit swasta dapat membuat suatu data gover-nance office SIPNAS yang berusaha memperbaiki data-data anomali langsung dari hulu permasalahan, sehingga langkah selanjutnya menjadi lebih mudah.

Di masa depan, data yang mampu menghasilkan in-formasi yang kredibel akan menjadi nilai yang banyak dicari. Produk analitik (le-vels, maturity stage, approa-

ches) akan menjadi lebih me-narik jika didukung database yang makin beragam. Faktor vital yang perlu selalu ada dalam elemen SIPNAS adalah keamanan data dan infor-masi. Keseimbangan antara people, process & technology merupakan kunci pengaman-an data dan informasi.

Sosialisasi sistem SIPNAS dan LPIP yang relatif baru, sangat perlu ditingkatkan. Tidaklah mudah mengubah mindset masyarakat dan lembaga-lembaga sumber data terhadap konsep baru yang akan diperkenalkan oleh LPIP, sehingga sosialisasi SIPNAS perlu mendapatkan perhatian dan dukungan eks-tra dari regulator.

Selain itu, SIPNAS digagas untuk meningkatkan akses penyediaan dana yang in-klusif, cepat dan terjangkau bagi masyarakat dan sektor UKM. Pengembangan SIPNAS diharapkan dapat memenuhi minimal tiga kepentingan utama, yaitu industri ke-uangan dan industri terkait, pemerintah serta otoritas da-lam mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan men-jaga kepentingan masyarakat akan jaminan tata kelola data pribadi yang lebih baik.

LPIP akan terus berupaya memperkaya variasi data dan mengembangkan produk yang semakin memperkokoh SIPNAS sebagai infrastruk-tur finansial yang layak bagi pelaku industri serta masya-rakat. n

Jean Reksodiputro,

Koordinator Satgas Infrastruktur Kredit Asosiasi FinTech Indonesia , dan CIO PT Pefindo Biro Kredit

Rasio NPL dan CKPN

Nama BankRasio NPL Gross Rasio CKPN

Semester I-2016

Semester I-2017

Semester I-2016

Semester I-2017

BNI 2,95% 2,83% 2,74% 2,72%

BCA 1,35% 1,47% 2,09% 2,18%

OCBC NISP 1,36% 1,88% 2,09% 2,75%

BTN 3,41% 3,23% 1,28% 1,14%

Sumber: Laporan keuangan perbankan

Kontan, 01 Agustus 2017