Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25...
-
Upload
phungkhanh -
Category
Documents
-
view
226 -
download
5
Transcript of Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25...
216
Lestari et al.
Diterima (Received): 8 Juni (June) 2009.
1) Program Studi Agribisnis Program PascasarjanaUniversitas Jember, Jl. Kalimantan, Jember, Indonesia.
2) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia.
*) Alamat penulis (Corresponding Author) : [email protected]
Pelita Perkebunan 2009, 25(3), 216—235
Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaandan Faktor-Faktor yang Berpengaruh:
Kasus di Kabupaten Jember
Level of Coffee Consumption in Urban Communityand Its Determinant Factors: Case Study in Jember District
Endang Wiji Lestari1*), Idha Haryanto1), dan Surip Mawardi2)
Ringkasan
Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar. Tingkatkonsumsi kopi masyarakat sulit dipastikan karena keragaman dalam mengkonsumsiminuman ini. Untuk mengetahui tingkat konsumsi kopi dilakukan pendekatan melaluikonsumsi jenis kopi olahan dan frekuensi konsumsi. Daerah penelitian ditentukandengan purposive method di kawasan perkotaan Kabupaten Jember, Provinsi JawaTimur, dengan teknik convenience sampling sebanyak 420 responden. Analisisdata menggunakan analisis diskriptif dengan menggunakan uji t (t-test). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91 kg/tahun, konsumsikopi pada laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97 kg/tahun. Konsumsi kopiperorangan sangat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, pendapatan, harga,aktivitas dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi pada perempuan dipengaruhi secaranyata oleh faktor umur, harga dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi kopi padakelompok laki-laki dipengaruhi secara nyata oleh faktor umur, harga, lama aktivitasdan konsumsi rokok. Mayoritas kelompok umur ≤ 25 tahun mengkonsumsi kopidengan jenis kopi campur. Kelompok umur > 25 tahun mengkonsumsi kopi jeniskopi bubuk bermerek. Frekuensi konsumsi kopi yang sering dilakukan respondenadalah 1-2 cangkir/hari, dengan ukuran kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg.Mayoritas peminum kopi mengkonsumsi kopi di rumah. Kelompok dengan pendapatankurang dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsi kopi bubuk curah, sedangkankelompok dengan pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsikopi bubuk bermerek.
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
217
Summary
Coffee drink is mainly consumed as a stimulant. Level of domestic coffeeconsumption in a community is difficult to be estimated, due to the variation inindividual consumption on this drink. A study to identify level of domestic coffeeconsumption was carried out by approach with the type of coffee to be consumedand frequency of coffee consumption. Determination of area of study was done bypurposive method at urban community in Jember District, East Java with 420respondents selected using convenience sampling technique. Data analysis wascarried out statistically by descriptive approach with t-test. Results of the studyshowed that average individual coffee consumption was 2.91 kg/year. Averagecoffee consumption in men and women population were 3.83 and 1.97 kg/year,respectively. Individual coffee consumption was influened by the factors of gender,age, income, price, activity and cigarette consumption. Level of coffee consump-tion for woman was influenced significantly by age, price and cigarette consump-tion factors, while for man activity factor was also involved. Majority of peoplewith the age ≤ 25 year old consumed coffee mix whereas for group of > 25 yearold consumed mostly in form of branded ground coffee. Coffee drinking frequencywas 1-2 cup/day where coffee consumers mostly bought 0.01–0.1 kg packing size.Majority of respondents drank coffee at home. Respondents with income less thanRp1,000,000 per month mostly consume unbranded ground coffee, while thosewith income more than Rp1,000,000 per month consumed branded ground coffee.
Key words : Coffee, consumption, income, live style, urban community.
PENDAHULUAN
Secara umum, Indonesia termasuk salah
satu konsumen kopi dengan konsumsi
6,38% dari konsumsi total negara eksportir
kopi dunia. Dalam lima tahun terakhir,
konsumsi kopi Indonesia tidak mengalami
peningkatan, dengan tingkat konsumsi sebesar
0,57 kg per kapita per tahun. Indonesia
termasuk dalam kategori tingkat konsumsi
yang sangat rendah di dunia, yaitu di bawah
1,0 kg per kapita per tahun (Anonim, 2007).
Di lain pihak tingkat konsumsi kopi di negara-
negara produsen kopi jauh lebih tinggi
seperti Brazil 5,36 kg/kapita/tahun, Costa
Rica 4,47 kg/kapita/tahun, Haiti 2,16 kg/
kapita/tahun, Nikaragua 2,06 kg/kapita/tahun,
Kolombia 1,84 kg/kapita/tahun, Venezuela
1,68 kg/kapita/tahun, Etiopia 1,36 kg/kapita/
tahun, Panama 1,22 kg/kapita/tahun,
Meksiko 1,17 kg/kapita/tahun, dan
Filipina 0,69 kg/kapita/tahun (Brazil-
ian Coffee Yearbook, 2008).
Rendahnya tingkat konsumsi kopi
Indonesia antara lain dipengaruhi oleh
aspek psikologi dan aspek ekonomi.
Aspek psikologi menyangkut pandangan
yang “kabur” akan efek negatif dari
minum kopi, seperti mengganggu
kesehatan, tidak baik untuk anak-anak
dan wanita. Minuman kopi terlanjur
dianggap sebagai minuman yang tidak
menyehatkan, bahkan dalam mitos
sejarah perkembangan kopi, minuman
kopi dapat dianggap sebagai penyebab
kemandulan dan impotensi. Mitos
tersebut juga memberi andil terhadap
218
Lestari et al.
rendahnya tingkat konsumsi kopi (Bersten,
1999).
Aspek ekonomi berkaitan dengan
rendahnya pendapatan per kapita sebagian
besar penduduk Indonesia (Umar, 2005).
Selain itu rendahnya tingkat konsumsi kopi
dalam negeri juga disebabkan karena
banyaknya minuman penyegar alternatif
selain kopi.
Peluang pasar domestik saat ini masih
sangat terbuka dan besar, karena tingkat
konsumsi kopi domestik masih sangat
rendah. Besarnya peluang pasar domestik
dan kecenderungan meningkatnya per-
mintaan disebabkan oleh kenaikan jumlah
penduduk dan pendapatan. Jika tingkat
konsumsi kopi domestik dapat dipacu
menjadi 1 kg/kapita/tahun, maka setengah
produksi kopi akan terserap di pasar
domestik. Karena itu, konsumsi kopi
domestik sangat berpeluang untuk
ditingkatkan.
Kabupaten Jember adalah salah satu
daerah penghasil kopi sekaligus penyum-
bang ekspor kopi untuk Provinsi Jawa
Timur dengan produksi sebesar 115 ton
pada tahun 2006 (Ditjenbun, 2007). Jember
merupakan daerah yang memiliki
karakteristik masyarakat dengan kebiasaan
mengkonsumsi kopi setiap hari. Bahkan,
dalam pertemuan-pertemuan, warung kopi
dan tempat "nongkrong" minuman kopi
sudah menjadi tradisi, dengan demikian
Kabupaten Jember merupakan pasar
potensial untuk produk kopi.
Untuk mengetahui peluang pasar
domestik kopi di Kabupaten Jember,
dilakukan analisis tingkat konsumsi kopi.
Tingkat konsumsi kopi masyarakat sulit
dipastikan karena keragaman perorangan
mengkonsumsi bahan minuman ini. Untuk
mengetahui besarnya potensi permintaan
terhadap kopi di Kabupaten Jember
tersebut dilakukan penelitian perilaku
konsumen melalui pendekatan tingkat
konsumsi dan frekuensi minum kopi.
METODE PENELITIAN
Daerah penelitian ditentukan dengan
metode purposive yaitu kawasan Perkotaan
di Kabupaten Jember (Kecamatan Patrang,
Sumbersari dan Kaliwates), dengan
karakter kepadatan penduduk tinggi, strata
sosial ekonomi heterogen dan kehidupan
materealistik. Pemilihan Kabupaten Jember
berdasarkan pertimbangan bahwa Jember
merupakan salah satu daerah penghasil kopi
di Jawa Timur, dan masyarakatnya
memiliki kebiasaan minum kopi. Penelitian
ini bersifat deskriptif, yang bertujuan
memberi gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta, sifat
dan hubungan yang diselidiki (Nazir,
1999). Penentuan jumlah contoh meng-
gunakan rumus jumlah contoh minimum
Slovin (Umar, 2005) sebagai berikut:
N n = Ne2 + 1
dimana:n = ukuran contohN = ukuran populasie = persen ketidak-telitian (5%).
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
219
Jumlah contoh yang ditetapkan
sebanyak 210 laki-laki dan 210 perem-
puan. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner dan wawancara dengan
convenience sampling. Untuk data kadar
kopi yang dikonsumsi responden, dilakukan
penimbangan berat kopi, menggunakan
neraca analitik merek OHAUS dengan
kapasitas maksimum 311 g. Penimbangan
berbagai jenis kopi baik kopi bubuk
bermerek, kopi bubuk curah, kopi bubuk
murni, kopi instan, dan kopi campuran
(kopi, gula dan susu) yang dikonsumsi,
dilakukan sebanyak 20 kali ulangan sesuai
dengan besarnya takaran kopi yang
dikonsumsi (per sendok teh makan).
Untuk jenis kopi campuran yang terdiri
dari kopi instan, gula dan krimer dilakukan
pendekatan dengan melakukan simulasi
kopi instan diracik dengan gula dan krimer,
kemudian dibandingkan kesamaan warna
dan rasa dengan jenis kopi campuran siap
saji. Hal ini untuk memperoleh komposisi
perbandingan antara kopi, gula dan krimer
dalam jenis kopi campuran, sehingga akan
diperoleh besarnya komposisi kopi dalam
jenis kopi campuran. Kopi curah (kopi
buatan sendiri yang terdiri dari kopi dan
bahan pencampur) dilakukan pendekatan
dengan melakukan simulasi perhitungan
perbandingan kopi dan bahan pencampur.
Untuk jenis kopi bubuk murni baik
bermerek maupun tidak dilakukan
penimbangan secara langsung dan untuk
jenis kopi bubuk bermerek (baik bermerek
murni ataupun bermerek tidak murni) juga
dilakukan penimbangan secara langsung.
Konsumsi kopi dikonversi ke dalam
kg/tahun kopi biji (green coffee) meng-
gunakan daftar standar International Coffee
Organization (ICO, 2008), yaitu:
1. Untuk konsumsi kopi bubuk murni
dengan mengalikan bobot bersih dengan
1,19. Untuk jenis kopi bubuk curah
dihitung kadar kopi murninya terlebih
dahulu dan selanjutnya dikalikan 1,19.
2. Untuk konsumsi kopi bubuk jenis instan
dengan mengalikan bobot bersih dengan
2,6. Untuk kopi jenis kopi campuran
dihitung kadar kopi instannya, dan
selanjutnya dikalikan 2,6.
Untuk keperluan analisis distribusi data
dipergunakan analisis dengan uji indepen-
densi Chi-Square. Adapun persamaannya:
Patrang 31,608 32,984 70 70
Sumbersari 40,806 43,125 70 70
Kaliwates 34,419 37,383 70 70
Jumlah (Total) 106,833 113,492 210 210
Tabel 1. Populasi dan contoh dalam penelitian menurut jenis kelamin
Table 1. Population and sample in this study based on gender
Sumber (Source): Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2007 (Central Statistic Agency of Jember District, 2007).
Daerah (Area)
Laki-laki (Man) Perempuan (Woman)
Contoh (Sample)
Perempuan (Woman)
Populasi (Population)
Laki-laki (Man)
220
Lestari et al.
dimana X2 merupakan nilai peubah acak
yang distribusi sampelnya sangat dekat
dengan distribusi Chi-Square, Oi adalah
frekuensi pengamatan dan Ei merupakan
frekuensi harapan (Steel & Torrie, 1980).
Untuk mengetahui perbedaan tingkat
konsumsi kopi menurut jenis kelamin
digunakan uji t (t-test). Menurut Sugiyono
(2001), persamaan yang digunakan dalam
uji t adalah:
dimana:
X1 dan X
2 = rata-rata variabel yang
dibandingkan
S1dan S
2 = standar deviasi variabel
yang dibandingkan
n1 dan n
2 = besarnya contoh yang
diperbandingkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat konsumsi kopi dianalisis meng-
gunakan regresi linier berganda dengan
model:
w perorangan=
α + ß1X
1 + ß
2X
2+ ß
3X
3+ ß
4X
4 +
ß5
X5
+ ß6
D + e
w laki-laki/perempuan=
α + ß1X
1+ ß
2X
2+ ß
3X
3+ ß
4X
4+
ß5 X
5 + e
Dimana :
w = Tingkat konsumsi kopi (kg/tahun)
X1
= Harga produk
X2
= Pendapatan
X3
= Lama aktifitas
X4
= Umur
X5
= Konsumsi rokok
α = Konstanta
ß1-6
= Koefisien regresi dari masing-
masing variabel
D = Dummy jenis kelamin
e = Error (residual)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Status dan Alasan Mengkonsumsi Kopi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
420 responden yang berada di kawasan
perkotaan Kabupaten Jember diperoleh
gambaran Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Chi-
Squarehitung
responden yaitu 132,61, nilai
Chi-Squarehitung
untuk kelompok laki-laki
yaitu 59,43, dan nilai Chi-Square hitung
kelompok perempuan adalah 14,48 lebih
besar dari Chi-Square tabel
( 3,84 ). Hal
ini berarti bahwa nilai observasi responden,
responden laki-laki dan responden
perempuan yang mengkonsumsi kopi tidak
( )Ei
EiOi 2−∑∑X2 =
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
−+−+−
2121
222
211 11
2)1()1(
nnnnSnSn
X1 - X
2t =
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
221
Minum (drink) 78.10 50 87.62 50 68.57 50Tidak minum (not drink) 21.90 50 12.38 50 31.43 50
Chi-Square hitung
(Chi-Square calculated
) 132.61 59.43 14.48
Chi-Square tabel
(Chi-Square table
) 3.84 3.84 3.84
Tabel 2. Proporsi responden menurut jenis kelamin dengan status mengkonsumsi kopi
Table 2. Proportion of respondents for gender with coffee consumption status
Status minum kopiCoffee drinking status
Responden, %Respondents, %
n = 420
Laki-laki, %Men, %n = 210
Perempuan, %Woman, %n = 210
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
sama dengan nilai yang diharapkan yaitu
lebih besar dari nilai harapan, sehingga
terdapat kecenderungan responden laki-laki
dan responden perempuan untuk meng-
konsumsi kopi. Hasil observasi menunjuk-
kan sebanyak 78,10% responden minum
kopi dimana laki-laki lebih banyak
mengkonsumsi kopi (87,62%) dibanding-
kan perempuan (68,57%). Dengan kata
lain, laki-laki yang tidak minum kopi lebih
sedikit daripada perempuan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa alasan
utama responden untuk tidak mengkonsumsi
kopi adalah karena tidak suka (69,57 %).
Ketidaksukaan responden terhadap minuman
kopi disebabkan karena rasa kopi yang
dianggap memiliki rasa yang aneh, warna
seduhan kopi yang hitam seolah-olah seperti
jamu dan tidak terbiasa mengkonsumsi kopi.
Alasan tidak meng-konsumsi kopi yang
terkait dengan alasan kesehatan di antaranya
adalah karena kopi dianggap menimbulkan
gangguan lambung, diabet, hipertensi dan
ketergantungan kafein.
Responden yang tidak mengkonsumsi
kopi karena alasan kesehatan banyak
disebabkan oleh cara pandang responden
terhadap minuman kopi, bahwa minuman
Kebiasaan (habit) 26.52 14.29 Tidak suka (dislike) 69.57 33.3Mengurangi kantuk 25.00 14.29 Alasan kesehatan 27.17 33.3Reduce sleepness Health reasonMenyegarkan badan 23.17 14.29 Alasan-alasan lain 3.26 33.3Body refresh Other reasonsSuka (enjoy) 17.80 14.29 Alasan tertentu 3.66 14.29
Certain reasonMenjaga kesehatan 2.44 14.29 Semua alasan 1.52 14.29Keep health All the reasons
Chi-Square hitung
177.06 Chi-Square hitung
62.30Chi-Square
calculatedChi-Square
calculated
Chi-Square tabel
12.59 Chi-Square tabel
5.99Chi-Square
tableChi-Square
table
Tabel 3. Proporsi alasan minum dan tidak minum kopi
Table 3. Proportion of the reason to drink and not drink coffee
Alasan MinumReason to drink
Teramati, %Observed, %
Diharapkan, %Expected,%
Teramati, %Observed, %
DiharapkanExpected,%
Alasan tidak minumReason not to drink
222
Lestari et al.
kopi dianggap tidak baik untuk kesehatan.
Selain itu juga cara pandang adanya efek
ketergantungan dari minuman kopi dan
adanya ketakutan sulit tidur serta dapat
menyebabkan gigi menjadi kuning. Cara
pandang adanya kekhawatiran akan efek
dari kafein dalam kopi cukup dominan oleh
sebagian besar responden. Kafein bagi
peminum yang memiliki toleransi tinggi
adalah stimulan bagi saraf. Sebaliknya bagi
peminum yang memiliki toleransi rendah,
kafein diduga sebagai pemicu jantung dan
tekanan darah tinggi. Cara pandang
responden yang demikian sangat men-
dominasi, sehingga berdampak pada
keputusan tidak minum kopi.
Alasan lain untuk tidak mengkonsumsi
kopi relatif kecil yaitu 3,26 %. Responden
yang tidak mengkonsumsi kopi dengan
alasan lain disebabkan adanya gangguan
kesehatan atau penyakit yang sudah divonis
dokter kepada responden. Penyakit yang
diderita oleh responden di antaranya
gangguan pencernaan, hipertensi, dan
diabet sehingga ada larangan untuk meng-
konsumsi kopi.
Responden yang mengkonsumsi kopi
dengan alasan kebiasaan dikarenakan
minuman kopi sering dikonsumsi oleh
responden pada pagi hari sebelum makan
pagi dan terkadang pada sore hari sebagai
pelengkap waktu santai. Kopi diminum oleh
konsumen tidak sebagai nutrisi melainkan
sebagai penyegar badan dan untuk
mengurangi kantuk. Kedua alasan ini
merupakan dasar logis bagi responden
untuk tetap mengkonsumsi kopi. Menurut
Ikrawan (2005), kafein dalam kopi
merupakan stimulan metabolik. Kafein juga
memiliki efek ergogenik (efek memperbaiki
kerja otot), karena konsentrasi tertinggi
kafein berada pada sel otot yang mampu
menurunkan produksi laktat dengan
meningkatkan pertukaran ion kalsium.
Dengan demikian karena sifat kafein yang
demikian sehingga mampu mengurangi
kantuk dan menyegarkan badan.
Alasan mengkonsumsi kopi karena
suka dikarenakan cita rasa yang khas,
aroma, jenis kopi dan selera. Responden
yang memilih alasan suka cenderung
disebabkan oleh karena bahwa minuman
kopi dapat memberi kepuasan dan rasa
senang. Minuman kopi secara alami
mengandung cukup banyak zat cita rasa
dan aroma khas yang mampu memberikan
kesenangan dan kepuasan bagi peminum-
nya. Karena kemampuannya membuat rasa
senang dan puas maka alasan suka menjadi
pilihan alasan yang logis. Alasan lain dalam
mengkonsumsi kopi adalah sebagai sarana
pergaulan pada saat "nongkrong" bersama
teman-temannya, menggugah inspirasi,
pelengkap rokok dan alasan jika kepingin.
Responden yang menganggap minuman
kopi dapat untuk menjaga kesehatan,
dikarenakan efek setelah mengkonsumsi
kopi dapat memperlancar proses pem-
buangan urin, tidak mudah sakit dan
menghilangkan pusing kepala.
Jenis Kopi yang Dikonsumsi
Jenis kopi bubuk yang banyak
dikonsumsi oleh responden di kota Jember
adalah kopi bubuk bermerek yaitu sebesar
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
223
28,66 %. Demikian juga kelompok umur
>25 tahun banyak mengkonsumsi kopi
bubuk bermerek yaitu sebesar 32,39 %. Hal
ini dikarenakan berbagai jenis kopi bubuk
bermerek banyak dijual di toko-toko dalam
kota. Menurut Suryadi et al. (2002)
masyarakat kota memiliki ciri dinamis yaitu
membeli produk tidak hanya untuk
fungsinya, tetapi juga untuk suatu kepuasan
yang diinginkannya. Jenis kopi bubuk
bermerek yang banyak dipromosikan
melalui berbagai media dan ditunjang oleh
ketersediaan barang di toko-toko akan lebih
cepat direspon oleh konsumen di perkotaan.
Responden yang menyukai jenis kopi
bubuk curah sebesar 22,26 %, sebagian
besar membeli dalam bentuk biji yang
disangrai dan diberi campuran sendiri atau
membeli kopi bubuk curah di pasar.
Tabel 4 menunjukkan nilai Chi-Square
hitung untuk pemilihan jenis kopi yang
diminum adalah 70,38 lebih besar dari
Chi-Square tabel
sebesar 11,07. Artinya bahwa
nilai observasi tidak sama dengan nilai yang
diharapkan yaitu tidak ter-distribusi secara
seragam. Dengan demikian bahwa pada
setiap responden terdapat kecenderungan
untuk memilih jenis kopi yang dikonsumsi
atau responden tidak mempunyai kesukaan
yang sama terhadap jenis kopi tertentu. Bukti
empiris menunjukkan bahwa untuk kelompok
umur muda (≤ 25 tahun) cenderung memilih
jenis kopi campuran sedangkan untuk
kelompok umur tua (> 25 tahun)
cenderung menyukai jenis kopi bubuk
bermerek.
Pada kelompok umur remaja
(≤ 25 tahun) jenis kopi yang banyak di-
konsumsi adalah jenis kopi campuran yaitu
sebesar 44,44 %, kopi bubuk bermerek
sebesar 17,28 % dan kopi instan sebesar
11,11 %. Hal ini didukung pula oleh hasil
penelitian Ditjetbun (2001) bahwa jenis
kopi siap seduh umumnya disukai oleh
Bubuk bermerek 28.66 16.67 17.28 16.67 32.39 16.67Branded ground coffeeBubuk curah 22.26 16.67 9.88 16.67 26.32 16.67Unbranded ground coffeeKopi campuran (coffee mix) 19.51 16.67 44.44 16.67 11.34 16.67Bubuk murni (pure ground coffee) 14.63 16.67 9.88 16.67 16.19 16.67Instan (instant coffee) 8.23 16.67 11.11 16.67 7.29 16.67Lebih satu macam bubuk kopiMore than one kind ground coffee 6.71 16.67 7.41 16.67 6.48 16.67Chi-Square
hitung
Chi-Square calculated
70.38 47.67 83.09Chi-Square
tabel
Chi-Square table
11.07 11.07 11.07
Tabel 4. Proporsi jenis kopi yang dikonsumsi berdasarkan kelompok umur
Table 4. Proportion of coffee that consumed for group of age
Jenis kopi bubukGround coffee variety
Responden, %Respondents, %
≤ 25 tahun ,%≤ 25 years, %
>25 tahun, %>25 years, %
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
224
Lestari et al.
kalangan perkotaan dan didominasi kaum
terpelajar. Kelompok remaja yang
didominasi mahasiswa/pelajar cenderung
memilih jenis kopi siap saji baik jenis kopi
campuran (kopi, gula dan krimer atau susu)
maupun kopi instan. Hal ini didukung pula
oleh pendapat Heryanjaya et al. (2007)
bahwa salah satu faktor yang berpengaruh
dalam konsumsi kopi instan adalah umur.
Hal ini dapat dibuktikan juga dari nilai
Chi-Square hitung
untuk pilihan jenis kopi
yang diminum pada kelompok umur
remaja. Nilai Chi-Squarehitung
adalah 47,67
lebih besar dari Chi-Squaretabel
sebesar
11,07. Artinya bahwa nilai observasi tidak
sama dengan nilai yang diharapkan yaitu
tidak terdistribusi secara seragam. Dengan
demikian bahwa setiap responden remaja
memiliki kecenderungan yang tidak sama
dalam pemilihan jenis kopi yang dikonsumsi
atau responden remaja tidak mempunyai
kesukaan yang sama terhadap jenis kopi
yang dikonsumsi.
Jenis kopi yang diminum oleh
responden dapat dilakukan bergantian
antara jenis kopi bubuk dengan jenis kopi
lainnya. Pada Tabel 4 terdapat 6,71%
responden mengkonsumsi kopi campuran,
artinya sebagian responden mengkonsumsi
dua jenis kopi atau bahkan tiga jenis kopi.
Yaitu mengkonsumsi kopi bubuk murni
dengan kopi bubuk bermerek, kopi instan
dengan kopi bubuk bermerek, kopi bubuk
curah dengan kopi bubuk murni dan
lainnya. Untuk kelompok umur > 25
tahun, persentase mengkonsumsi kopi
campuran lebih banyak dari kelompok
umur ≤ 25 tahun.
Tingkat Konsumsi Kopi
Berdasarkan hasil pengumpulan data
terhadap 420 responden yang diwawan-
carai maupun diberi kuesioner, maka
diperoleh gambaran seperti pada Tabel 5
yang menunjukkan bahwa rata-rata
konsumsi kopi perorangan sebesar 2,91
kg/tahun, angka ini lebih besar dari
target pemerintah untuk meningkatkan
konsumsi kopi domestik yaitu sebesar 1
kg/kapit/tahun. Rata-rata konsumsi kopi
laki-laki sebesar 3,83 kg/tahun jauh lebih
tinggi dari rata-rata konsumsi kopi
perempuan yaitu sebesar 1,97 kg/tahun.
Berdasarkan hasil pengujian statistik
terdapat perbedaan antara tingkat konsumsi
kopi laki-laki dan perempuan. Perbedaan
tingkat konsumsi kopi antara laki-laki dan
perempuan disebabkan karena berbagai hal,
di antaranya adalah laki-laki peminum kopi
lebih banyak daripada perempuan peminum
kopi. Selain itu faktor konsumsi rokok ikut
berpengaruh, dimana dalam pergaulannya
laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang
disertai dengan minum kopi sehingga
frekuensi mengkonsumsi kopi lebih sering
daripada perempuan.
Persentase terbesar kelompok kon-
sumsi kopi sangat rendah (0,1–1 kg/ tahun)
adalah kelompok berpenghasilan kurang
dari Rp1.000.000 yaitu 63,46%, untuk
kelompok tingkat konsumsi kopi rendah
(1,01–3,5 kg/tahun) frekuensi terbesar pada
pendapatan kurang dari Rp1.000.000 yaitu
61,33%. Frekuensi terbesar kelompok
tingkat konsumsi kopi menengah (3,51–
7 kg/tahun) adalah kelompok ber-
penghasilan kurang Rp1.000.000 yaitu
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
225
65,38% sedangkan frekuensi terbesar untuk
tingkat konsumsi kopi tinggi (>7
kg/tahun) adalah kelompok ber-penghasilan
lebih dari Rp1.000.000 yaitu 62,50%.
Nilai Chi-Square hitung
untuk tingkat
konsumsi kopi sangat rendah (0,1 – 1 kg/
tahun) yaitu 3,77 lebih kecil dari Chi-
Square tabel
3,84 yang berarti bahwa nilai
observasi sama dengan nilai yang
diharapkan yaitu sampel terdistribusi secara
seragam. Dengan demikian setiap tingkat
pendapatan responden tertentu memiliki
kecenderungan yang sama terhadap tingkat
konsumsi kopi dengan kategori sangat
rendah. Demikian juga untuk tingkat
konsumsi kopi tinggi (> 7 kg/tahun), nilai
Chi-Squarehitung
yaitu 3,00 lebih kecil dari
Chi-Squaretabel
3,84.
Tingkat konsumsi kopi kelompok
pendapatan kurang dari Rp1.000.000 per
bulan kebanyakan sangat rendah dan
rendah. Hal ini disebabkan karena
kelompok berpenghasilan kurang dari
Rp1.000.000 per bulan banyak meng-
konsumsi kopi jenis kopi bubuk curah dan
kopi campuran. Kopi bubuk curah merupa-
kan kopi olahan yang diberi bahan
pencampur diantaranya adalah jagung,
sehingga kadar kopinya lebih sedikit.
Demikian pula jenis kopi campuran yang
terdiri dari krimer atau susu, gula dan kopi
sehingga kadar kopi sangat rendah.
Tingkat konsumsi kopi kelompok
pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per
bulan kebanyakan tinggi, hal ini karena
sebagian besar kelompok ini meng-konsumsi
kopi bubuk murni.
Rata-rata (kg/tahun) (means (kg/year) 2.91 3.83 1.97
Standar Deviasi ( standard deviation) 3.09 3.42 2.30
Koefisien Varian% (coefficient of variation %) 1.06 0.89 1.10
t-hitung (t - calculated) 6.43
Signifikansi (significance) 0.00
Tabel 5. Uji beda tingkat konsumsi kopi
Table 5. Different test on the level of coffee consumption
ParameterParameters
PeroranganIndividual
Jenis Kelamin (Gender)
Laki-laki (Men) Perempuan (Women)
Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok
penghasilan kurang dari Rp1.000.000
kebanyakan mengkonsumsi kopi jenis
bubuk curah yaitu 32,47 %, kemudian jenis
kopi campuran yaitu 22,16 % dan kopi
bubuk bermerek yaitu 21,13 %. Kelompok
berpenghasilan lebih dari Rp1.000.000
banyak mengkonsumsi kopi jenis kopi bubuk
bermerek yaitu 39,55% kemudian jenis kopi
campuran yaitu 15,67% dan kopi instan yaitu
13,43%.
Pemilihan kopi bubuk curah oleh
responden yang berpenghasilan kurang dari
Rp1.000.000 per bulan dikarenakan
harganya yang relatif murah yaitu
Rp1.000 per 0,1 kg, ada pula yang berharga
Rp1.250 per 0,1 kg. Untuk pemilihan kopi
226
Lestari et al.
bubuk murni, kebanyakan mereka membeli
kopi biji yang diolah sendiri.
Nilai Chi-Square kelompok ber-
penghasilan lebih dari Rp1.000.000 per
bulan memiliki nilai Chi-Squarehitung
53,53
lebih besar dari nilai Chi-Squaretabel
(11,07),
artinya bahwa nilai observasi tidak sama
dengan nilai yang diharapkan yaitu tidak
terdistribusi secara seragam. Dengan
demikian terdapat kecenderungan yang
tidak sama pada kelompok penghasilan lebih
dari Rp1.000.000 per bulan dalam memilih
jenis kopi yang dikonsumsi, atau kelompok
berpenghasilan lebih dari Rp1.000.000 per
bulan memiliki kecenderungan yang berbeda
dalam pemilihan jenis kopi yang
dikonsumsi. Kelompok berpenghasilan lebih
dari Rp1.000.000 per bulan banyak meng-
konsumsi kopi jenis kopi bubuk bermerek
yaitu 39,55% kemudian diikuti jenis kopi
campuran yaitu 15,67% dan kopi instan
yaitu 13,43%.
Pendapatan merupakan salah satu faktor
pembatas bagi responden untuk membeli
kopi yang diinginkan dengan tingkat
kepuasan tertentu. Selain itu faktor harga
< Rp1.000.000 63.46 50.00 61.33 50.00 65.38 50.00 37.50 50.00
> Rp1.000.000 36.54 50.00 38.67 50.00 34.62 50.00 62.50 50.00
Chi-Square hitung
(Chi-Square calculated
) 3.77 7.71 7.38 3.00
Chi-Square tabel
(Chi-Square table
) 3.84 3.84 3.84 3.84
Tabel 6. Proporsi pendapatan dengan tingkat konsumsi kopi
Table 6. Proportion of income with level of coffee consumption
Pendapatan, bulanIncome, months
Konsumsi kopi, kg/tahun (Coffee consumption, kg/year)
0.1 – 1 (kg) 1.01 - 3.5 (kg) 3.51 – 7 (kg) > 7 (kg)
Oi (%) Ei (%) Oi (%) Ei (%) Oi (%) Ei (%) Oi (%) Ei (%)
Oi = Teramati (observed) Ei = Diharapkan (expected)
Bubuk bermerek (branded ground coffee) 21.13 16.67 39.55 16.67
Bubuk murni (pure ground coffee) 15.98 16.67 12.69 16.67
Bubuk curah (unbranded ground coffee) 32.47 16.67 7.46 16.67
Instan (instant coffee) 4.64 16.67 13.43 16.67
Kopi campuran (coffee mix) 22.16 16.67 15.67 16.67
Jenis kopi bubuk lain 3.61 16.67 11.19 16.67
Other ground coffee
Chi-Square hitung
(Chi-Square calculated
) 71.68 53.53
Chi-Square tabel
(Chi-Square table
) 11.07 11.07
Tabel 7. Proporsi pendapatan dengan jenis kopi yang dikonsumsi
Table 7. Proportion of income with coffee type to be consumed
Jenis Kopi BubukGround coffee variety
< Rp1.000.000 (%) > Rp1.000.000 (%)
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
TeramatiObserved
DiharapkanExpected
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
227
kopi adalah salah satu faktor dominan yang
dipertimbangkan responden. Peru-bahan
harga kopi hanya berpengaruh kepada
kombinasi jenis kopi yang di-konsumsi tanpa
mengubah tingkat kepuasan yang dicapai.
Dengan demikian mereka akan menyesuaikan
kemampuan membeli dengan harga yang
sesuai untuk pemilihan jenis kopi yang
mereka inginkan. Purwantini & Ariani
(2009) menjelaskan bahwa penentuan jumlah
dan jenis pangan yang dikonsumsi tidak
selalu mengacu pendapatan (aspek
pendapatan tidak selalu mempengaruhi
konsumsi pangan).
Frekuensi Minum Minuman Lain
Tabel 8 menunjukkan sebagian besar
responden mengkonsumsi kopi 1 cangkir/
hari yaitu sebesar 32,62%, 2 cangkir/hari
yaitu sebesar 31,40% dan 3 cangkir/hari
sebesar 12,20%. Dengan demikian,
sebagian besar responden sering meng-
konsumsi kopi yang dipresentasikan dalam
frekuensi minum dengan satuan hari.
Hal ini juga dibuktikan dari besarnya
nilai Chi-Squarehitung
untuk frekuensi
minum kopi adalah 366,04 lebih besar dari
Chi-Squaretabel
sebesar 15,51. Hal ini berarti
bahwa nilai observasi tidak sama dengan
nilai yang diharapkan yaitu tidak ter-
distribusi secara seragam. Dengan
demikian setiap responden memiliki
kecenderungan yang tidak sama terhadap
ferkuensi mengkonsumsi kopi.
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa
kebanyakan responden meng-konsumsi kopi
setiap hari. Hal ini didukung pula oleh
pendapat Sumardi & Dieter (1999) bahwa
urutan kebutuhan yang penting dan banyak
dikonsumsi oleh rumah tangga dan banyak
pula konsumsi-nya diantaranya adalah kopi,
yang menempati urutan keduabelas dari
kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian kopi
merupakan jenis barang esensial yaitu barang
yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Banyak dari responden yang me-
nyatakan, bahwa kopi adalah menu yang
harus ada di pagi hari. Dengan kata lain
bahwa minum kopi sudah menjadi
kebutuhan setiap hari bagi responden. Hal
ini juga yang mendasari frekuensi
mengkonsumsi kopi cukup sering pada
responden. Dengan demikian minum kopi
merupakan kebiasaan dan rutinitas sehari-
hari bagi sebagian besar responden.
Mengkonsumsi teh adalah pilihan
terbesar dari responden selain meng-
konsumsi kopi. Pada Tabel 9 terlihat bahwa
responden yang mengkonsumsi teh sebesar
46,04%. Kemudian kelompok berikutnya
memilih air putih sebagai minuman yang
sering dikonsumsi selain kopi yaitu 24,9%.
Minuman susu menempati urutan ke tiga
dari jenis minuman lain yang sering
dikonsumsi selain kopi yaitu sebesar
17,38%. Hal ini menunjukkan bahwa teh
masih dominan sebagai minuman yang
sering dikonsumsi oleh responden selain
mengkonsumsi kopi. Bukti empiris
menunjukkan nilai Chi-Squarehitung
adalah
370,46 lebih besar dari Chi-Squaretabel
sebesar 12,59 yang berarti bahwa nilai
observasi tidak sama dengan nilai yang
diharapkan, yaitu sampel tidak terdistribusi
secara seragam. Dengan demikian setiap
responden memiliki kesukaan yang tidak
228
Lestari et al.
sama dalam mengkonsumsi jenis minuman
lain selain kopi, atau terdapat jenis
minuman selain kopi yang lebih disukai
oleh responden dari pada sebuah jenis
minuman lainnya.
Keadaan tersebut didukung oleh
pendapat Sumardi & Dieter (1999) bahwa
teh menempati urutan kebutuhan kesebelas
dalam daftar kebutuhan yang banyak
dikonsumsi oleh suatu rumah tangga. Teh
dan kopi merupakan barang subtitusi untuk
banyak orang, teh merupakan minuman
yang populer di Indonesia. Dengan
demikian mengkonsumsi teh oleh sebagian
besar responden merupakan suatu
kebutuhan dan kebiasaan yang sama nilainya
dengan mengkonsumsi kopi. Fakta ini juga
dibuktikan dengan rata-rata konsumsi teh per
kapita di Indonesia yaitu sebesar 0,8 kg/
kapita/tahun.
1 cangkir/hari (1 cup/day) 32.62 11.09
2 cangkir/hari (2 cups/day) 31.40 11.09
3 cangkir/hari (3 cups/day) 12.20 11.09
4 cangkir/hari (4 cups/day) 3.35 11.09
5 cangkir/hari (5 cups/day) 0.91 11.09
1 cangkir/minggu (1 cup/week) 3.05 11.09
2 cangkir/minggu (2 cups/week) 3.05 11.09
3 cangkir/minggu (3 cups/week) 3.05 11.09
4 cangkir/minggu (4 cups/week) 2.74 11.09
Chi-Squarehitung
(Chi-Squarecalculated
) 366.04
Chi-Squaretabel
(Chi-Squaretable
) 15.51
Tabel 8. Proporsi frekuensi minum kopi
Table 8. Proportion of the coffee consumption frequency
Frekuensi minumDrinking frequency
Teramati, %Observed, %
Diharapkan, %Expected, %
Teh (tea) 46.04 14.29
Air putih (drinking water) 24.09 14.29
Susu (milk) 17.38 14.29
Jus (juice) 3.66 14.29
Minuman berkarbon (carbonated drink) 3.66 14.29
Teh dan susu (tea and milk) 3.05 14.29
Minuman herbal (herbal drink) 2.13 14.29
Chi-Squarehitung
(Chi-Squarecalculated
) 370.46
Chi-Squaretabel
(Chi-Squaretable
) 12.59
Tabel 9. Proporsi jenis minuman lain yang dikonsumsi
Table 9. Proportion of other drinks consumed
Jenis minuman lainOther drink
Teramati, %Observed, %
Diharapkan, %Expected, %
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
229
Faktor-faktor yang MempengaruhiTingkat Konsumsi Kopi Perorangan
Tingkat konsumsi kopi perorangan
dapat dijelaskan oleh variasi model
pendugaan variabel yang ditetapkan dengan
nilai koefisien determinasi (adjusted R
square) sebesar 50,3 %. Nilai Fhitung
sebesar
56,118 signifikan pada taraf kepercayaan
95 %, ini berarti bahwa variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap
tingkat konsumsi kopi.
Berdasarkan Tabel 10 terdapat empat
variabel yang berpengaruh signifikan pada
taraf kepercayaan 95 % yaitu umur, lama
aktivitas, harga dan konsumsi rokok
sehingga dapat disusun hasil persamaan
regresi adalah :
Y = - 1,135 + 0,336** Harga - 0,159NS
Pendapatan + 0,347* Lama
aktivitas + 0,038** Umur +
1,173** Konsumsi rokok + 0,036NS
Jenis kelamin.
Koefisien regresi variabel harga
menunjukkan angka positif. Dari hasil uji
statistik kanaikan harga kopi direspon
dengan meningkatnya konsumsi kopi. Dari
hasil observasi bahwa semakin mahal harga
kopi yang dibeli maka jenis kopi yang
dipilih cenderung memiliki tingkat kualitas
yang lebih baik atau memiliki tingkat
kemurnian yang lebih baik. Harga adalah
salah satu faktor yang dipertimbangkan
oleh konsumen dan salah satu faktor yang
dominan dipertimbangkan konsumen
(Tedjakusuma et al., 2001).
Harga, X1 (price, X
1) 0.336 ** 4.743 0.000 0.000
Pendapatan, X2 (income, X
2) -0.159 NS 1.826 0.072 0.069
Lama aktivitas, X3 (period of activity, X
3) 0.347 * 2.485 0.012 0.013
Umur, X4 (age, X
4) 0.038 ** 5.005 0.000 0.000
Konsumsi rokok, X5
1.173 ** 13.864 0.000 0.000
Cigarette consumption, X5
Jenis kelamin, X6 (gender, X
6) 0.036 NS 0.130 0.895 0.897
Konstanta -1.135
R2 0.512
Adjusted R2 0.503
Fhitung
(Fcalculated
) 56.118
Ftabel
(Ftable
) 6.607
Tabel 10. Regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kopi perorangan
Table 10. Multiple linier regression of factors influencing the individual level of coffee consumption
Koefisien RegresiRegressioncoefficient
t hitung
t calculated
Sig (α=0,05)Variabel BebasDependent variable
Sig (α=0,01)
* Signifikan pada taraf kesalahan 5% (significant at 5% error)
** Signifikan pada taraf kesalahan 1% (significant at 1% error)
NS Tidak signifikan pada taraf kesalahan 5% (not significant at 5% error)
230
Lestari et al.
Meningkatnya tingkat konsumsi kopi
yang disebabkan oleh meningkatnya harga
kopi dikarenakan harga kopi yang mahal
maka kopi yang dikonsumsi akan lebih baik
kualitasnya bahkan merupakan jenis kopi
bubuk murni. Sehingga jumlah yang
dikonsumsi akan lebih tinggi dari pada
jenis kopi dengan harga yang rendah. Kopi
dengan harga yang rendah cenderung
memiliki tingkat kemurnian atau kualitas
rendah. Kopi dengan kualitas yang rendah
kebanyakan merupakan jenis kopi
campuran, sehingga kadar kopi dalam jenis
kopi campuran akan lebih rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pendapatan responden tidak
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
kopi pada taraf kepercayaan 95%. Pen-
dapatan menunjukkan nilai koefisien regresi
sebesar -1,587 yang berarti memiliki
hubungan negatif terhadap tingkat
konsumsi kopi. Untuk komoditas pangan,
peningkatan pendapatan tidak diikuti
dengan peningkatan permintaan yang
progresif. Artinya, dengan meningkatnya
tingkat pendapatan responden, responden
tidak akan menaikkan konsumsi kopi.
Meningkatnya jumlah pendapatan
responden, maka responden tidak akan
menambah alokasi keuangannya untuk
produk kopi. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Wahyudian et al. (2003) yang
menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi
merupakan kebiasaan di keluarga, tidak
tergantung pada pendapatan yang di-
presentasikan oleh pengeluaran. Sementara
itu, hasil penelitian Tjahjaprijadi & Indarto
(2006) menyatakan bahwa pendapatan tidak
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
rokok.
Maka kenaikan pendapatan responden
tidak secara pararel menaikkan konsumsi
kopi. Menurut Suresmiathi (2007) bahwa
barang pangan merupakan barang yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
sehingga akan tetap dikonsumsi pada
berbagai tingkat pendapatan. Kopi
merupakan barang pangan penting dalam
kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar
responden. Dengan demikian kopi dapat
dikatakan sebagai barang esensial, yaitu
barang yang penting bagi kehidupan sehari-
hari dan akan tetap dikonsumsi pada
berbagai tingkat pendapatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan lama
aktivitas sehari-hari berpengaruh positif
terhadap tingkat konsumsi kopi. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa responden
yang memiliki aktivitas tinggi, konsumsi
kopinya 2 sampai 3 kali dalam sehari
bahkan sampai 4 kali sehari. Menurut
Suryono (2006) kecukupan gizi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin,
ukuran tubuh, status fisiologi dan kegiatan.
Dengan demikian bahwa aktifitas yang
tinggi memerlukan asupan energi yang
mampu menjaga stamina tubuh. Kafein
yang terkandung dalam kopi dapat me-
nimbulkan efek ergogenik dan stimulan
sehingga mampu mengembalikan kesegar-
an tubuh dan memori karena kopi dapat
merangsang banyak daerah dalam otak
yang dapat mengatur tetap terjaga,
rangsangan, kegairahan dan konsentrasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umur berpengaruh signifikan terhadap
tingkat konsumsi kopi. Pola konsumsi
seseorang akan mempengaruhi perilaku
konsumsi, dan salah satu faktor yang
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
231
mempengaruhi perilaku konsumsi adalah
umur. Hal ini didukung pula pendapat
Andriani et al. (2000), bahwa tingkat
konsumsi di-pengaruhi oleh karakteristik
umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan. Perilaku konsumsi pangan
dilandasi pula oleh kebiasaan yang tumbuh
dan ber-kembang dalam lingkungan serta
tidak lepas dari faktor luar antara lain
lingkungan budaya (Andarina & Sumarmi,
2006). Meningkatnya umur seseorang akan
mengubah pola konsumsinya, dan tidak
lepas dari lingkungan budaya. Berdasarkan
fakta bahwa responden remaja banyak
menyukai jenis kopi campuran yang kadar
kopinya relatif rendah. Setelah ber-
pengalaman mengkonsumsi kopi banyak
di antara responden remaja beralih pada
kopi bubuk, dimana kadar kopi dalam kopi
bubuk lebih tinggi dari kopi campuran.
Pengalaman responden dalam minum
berbagai jenis dengan cita rasa dan aroma
kopi yang khas, akan cenderung me-
nyebabkan responden loyal terhadap
minuman kopi termasuk pada jenis kopi
tertentu. Menurut Mangkunegara (2002),
perilaku konsumsi dipengaruhi oleh faktor
psikologis, antara lain adalah pengalaman
belajar. Umur responden dapat mem-
presentasikan pengalaman belajar,
kebiasaan yang merupakan proses dari
orientasi dan tindakan dalam meng-
konsumsi kopi. Sehingga akan menentukan
perubahan konsumsinya.
Menurut hasil perhitungan statistik
ternyata faktor konsumsi rokok mem-
punyai hubungan positif dengan tingkat
konsumsi kopi. Hal ini berarti jumlah
rokok yang dikonsumsi setiap hari
berpengaruh pada tingkat konsumsi kopi.
Semakin tinggi jumlah rokok yang
dikonsumsi responden, maka konsumsi
kopi juga semakin tinggi. Hal ini ber-
dasarkan kenyataan bahwa banyak
responden yang beranggapan kopi adalah
pelengkap dari rokok. Adanya pencitraan
kebiasaan merokok adalah kebiasaan
minum kopi, demikian juga setiap
responden yang merokok hampir sebagian
besar dipastikan mengkonsumsi kopi.
Selain itu dari hasil penelitian ternyata
responden banyak yang beranggapan bahwa
minum kopi saat merokok mampu
menetralisasi racun yang dibawa oleh
rokok. Tak jarang ditemui seorang pecandu
rokok selalu ditemani secangkir kopi saat
merokok. Responden dengan tingkat
konsumsi kopi sangat rendah kebanyakan
tidak merokok sedangkan responden dengan
tingkat konsumsi kopi tinggi konsumsi
rokoknya juga tinggi yaitu > 10 batang/
hari. Dengan demikian, kondisi ini cukup
menggambarkan bahwa para pecandu
rokok dapat dipastikan mengkonsumsi kopi.
Sehingga dapat diprediksi bahwa konsumsi
kopi para pecandu rokok akan lebih tinggi
daripada bukan perokok.
Faktor jenis kelamin mempunyai
hubungan positif dengan tingkat konsumsi
kopi tetapi tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat konsumsi kopi. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa konsumsi
makanan tidak membedakan jenis kelamin.
Dengan demikian konsumsi kopi tidak
didominasi oleh salah satu jenis kelamin
saja, mengingat sifat kopi adalah sebagai
makanan (food) yang mempunyai aspek
kepuasan dan kenikmatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat konsumsi kopi pada jenis kelamin
232
Lestari et al.
laki-laki dan jenis kelamin perempuan dapat
dijelaskan oleh variasi model pendugaan,
variabel yang ditetapkan dengan nilai
koefisien determinasi (adjusted R square).
Berdasar hasil per-hitungan regresi berganda,
untuk uji F menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel
tidak bebas (Y). Hal ini ditunjukkan dengan
nilai Fhitung
pada perhitungan jenis kelamin
laki-laki sebesar 43,094 signifikan pada taraf
kepercayaan 95%. Nilai Fhitung
pada
perhitungan jenis kelamin perempuan
sebesar 13,466% signifikan pada taraf
kepercayaan 95%. Berdasarkan uji statistik
di atas, ternyata faktor umur, pendapatan,
lama aktivitas, harga dan konsumsi rokok
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat konsumsi kopi.
Berdasar Tabel 11, faktor umur, lama
aktivitas, harga dan konsumsi rokok
mempunyai hubungan positif dengan
tingkat konsumsi kopi pada laki-laki,
sedangkan faktor pendapatan mempunyai
hubungan negatif dengan tingkat konsumsi
kopi pada laki-laki. Dari kelima variabel
bebas, berdasarkan nilai t signifikansinya
variabel umur, lama aktivitas, harga dan
konsumsi rokok berpengaruh signifikan
terhadap tingkat konsumsi kopi pada laki-
laki. Faktor umur, lama aktivitas, harga dan
konsumsi rokok mempunyai hubungan
positif dengan tingkat konsumsi kopi pada
perempuan, faktor pendapatan mempunyai
hubungan negatif dengan tingkat konsumsi
kopi perempuan. Di antara lima variabel
bebas ternyata variabel umur, variabel
harga dan variabel konsumsi rokok
memiliki pengaruh yang signifikan dengan
nilai t signifikan pada taraf kepercayaan
95%.
Koefisien regresi lama aktivitas pada
jenis kelamin laki-laki sebesar 0,610
dengan nilai thitung
sebesar 2,966. Nilai t
hitung tersebut berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 95%, sedangkan koefisien
regresi lama aktivitas perempuan sebesar
0,012 dengan nilai thitung
sebesar 0,068,
dimana tidak nyata pada taraf kepercayaan
95%. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa
responden perempuan peminum kopi
cenderung memiliki aktivitas yang tidak
tinggi. Meskipun nilai koefisien regresi
positif pada perempuan tetapi berpengaruh
tidak nyata, hal ini dimungkinkan bahwa
perempuan yang mengkonsumsi kopi
bukan disebabkan oleh tingginya aktivitas
saja akan tetapi oleh sebab lain di antaranya
selera dan kebiasaan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa baik pada kelompok laki-laki
maupun perempuan faktor konsumsi rokok
mempunyai hubungan positif dengan
tingkat konsumsi kopi. Hal ini berarti
jumlah konsumsi rokok yang tinggi diikuti
tingkat konsumsi kopi juga meningkat.
Dengan meningkatnya jumlah konsumsi
rokok pada laki-laki setiap harinya dapat
meningkatkan konsumsi kopi lebih besar
daripada konsumsi kopi perempuan. Dalam
kenyataan bahwa perempuan tidak banyak
yang merokok, akan tetapi variabel
konsumsi rokok berpengaruh signifikan
terhadap tingkat konsumsi kopi.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat di-
simpulkan bahwa:
Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember
233
1. Konsumsi kopi masyarakat kota Jember
terdiri dari jenis kopi bubuk bermerek,
kopi bubuk tak bermerek, kopi bubuk
murni, kopi instan dan kopi campuran
dengan rata-rata perorangan 2,91 kg/
tahun setara kopi biji .
2. Laki-laki lebih banyak mengkonsumsi
kopi, dengan rata-rata 3,83 kg/tahun/
orang setara kopi pasar, daripada
perempuan dengan rata-rata 1,97 kg/
tahun/orang setara kopi pasar.
3. Kelompok umur remaja (≤25 tahun)
banyak mengkonsumsi kopi jenis kopi
campuran sedangkan kelompok umur
>25 tahun banyak mengkonsumsi jenis
kopi bubuk.
4. Kelompok pendapatan kurang dari
Rp1.000.000 mengkonsumsi kopi bubuk
curah, sedangkan kelompok pendapatan
lebih dari Rp1.000.000 mengkonsumsi
kopi jenis kopi bubuk bermerek.
5. Tingkat konsumsi kopi oleh laki-laki
dipengaruhi secara nyata oleh faktor
harga, lama aktivitas, umur dan
konsumsi rokok. Pendapatan tidak
berpengaruh pada tingkat konsumsi kopi
laki-laki. Tingkat konsumsi kopi oleh
perempuan dipengaruhi secara nyata
oleh faktor harga, umur dan konsumsi
rokok, namun pendapatan dan lama
aktivitas tidak berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Andarina, D. & S. Sumarmi (2006).Hubungan konsumsi protein hewanidan zat besi dengan kadarhemoglobin pada balita umur 13-36bulan. The Indonesian Journal ofPublic Health, 3, 2—3.
Andriani, M.; S. Martini; R. Gunanti & B.Wirjatmadi (2000). Faktor-faktoryang mempengaruhi konsumsi sayur
Tabel 11 Regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kopi pada jenis kelamin
Table 11 Multiple linear regression of factors influencing the level of coffee consumption at gender base
Signif.
Harga (price) 0.371* 3.795 0.000 Harga (price) 0.242 2.414 0.017
Pendapatan (income) -0.098NS 0.817 0.415 Pendapatan (income) -0.199 1.601 0.112
Lama aktivitas 0.610 2.966 0.003 Lama aktivitas 0.012 0.068 0.946Period of activities Period of activities
Umur (age) 0.039 3.435 0.010 Umur (age) 0.038 4.050 0.000
Konsumsi rokok 1.229 11.730 0.000 Konsumsi rokok 0.893 5.850 0.000Cigarette consumption Cigarette consumption
Konstanta -1.861 Konstanta 0.573
R2 0.548 R2 0.328
Adj. R2 0.535 Adj. R2 0.304
F hit
(F. calc) 43.09 F hit
(F. calc) 13.466
Variabel bebas laki–lakiMen dependent variable
Koefisienregresi
Coefficientregression
t hit.tcalc.
Signif. Variabel bebasperempuan
Woman dependentvariable
Koefisienregresi
Coefficientregression
t hit.tcalc.
234
Lestari et al.
pada anak pra-sekolah. JurnalPenelitian Medis Eksekta, 1, 45—47.
Anonim (2007). Konsumsi Kopi RI MasihSangat Rendah. http//kapanlagi.com.Diakses Agustus 2007.
Bersten, I. (1999). Kopi, Seks dan Kesehatan.Alih Bahasa Ahmad Ridho. BPP AEKILampung.
Brazilian Coffee Yearbook (2008). AnuarioBrasileiro do Cafe 2008. Brazil:Gazeta.
Ditjenbun (2001). Kajian Tingkat KesukaanKonsumen Pedesaan TerhadapKomposisi Kopi Bubuk dari BeberapaBahan Dasar di Jawa Timur. LaporanKegiatan Penelitian DirektoratJenderal Perkebunan Jakarta.
Ditjenbun (2007). Statistik Perkebunan In-donesia 2006–2008 Kopi (Coffee).Direktorat Jenderal Perkebunan,Departemen Pertanian, Jakarta.
Heryanjaya, B.; Syafi’i & Agustina (2007).Analisi sikap dan pengambilankeputusan konsumsi kopi instan diKotamadya Tangerang. Jurnal SosialEkonomi Fakultas Pertanian. Univer-sitas Brawijaya.
Ikrawan, Y. (2005). Dampak Kafein UntukKesehatan. Cakrawala. PikiranRakyat.
ICO (2008). Statistic on Coffee. InternationalCoffee Organization.
Mangkunegara. 2002. Perilaku Konsumen.Bandung: Refika Aditama
Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Purwantini, T.B. & M. Ariani (2009). Polakonsumsi pangan pada rumah tanggapetani padi. Jurnal Ekonomi RakyatI (2).
Sugiyono (2001). Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabela.
Sumardi, M. & H. Dieter (1999) Kemiskinandan Kebutuhan Pokok.
Jakarta: Rajawali.
Suresmiathi, A. (2007). Elastisitas penge-luaran dari permintaan terhadappangan di daerah Bali. Buletin StudyEkonomi, 12.
Steel, R.G.D & J.H. Torrie (1981). Prin-ciples and Procedures of StatisticsA Biometrical Approach. Singapore:McGraw-Hill International BookCampany.
Suryadi; D. N. Subarna; I. Rosyadi & N.Awalina (2002). Pengaruh iklanterhadap perilaku pembelian kon-sumen teh dalam keluarga. JurnalFakultas Ekonomi Sumatera Utara,20, 6-7.
Tedjakusuma, R.; S. Hartini & Muryani(2001). Analisis faktor-faktor yangmempengaruhi perilaku konsumendalam pembelian air minum mineraldi Kotamadya Surabaya. JurnalPenelitian Dinamika Sosial FakultasEkonomi Universitas Airlangga, 2,48-50.
Tjahjaprijadi & Indarto (2006). Analisis polakonsumsi rokok sigaret kretek mesin,sigaret kretek tangan, dan sigaret putihmesin. Jurnal Kajian EkonomiDepartemen Keuangan, 7, 5-8.
Umar, H. (2005). Riset Pemasaran dan PerilakuKonsumen. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Wahyudian; Sumarman & Hartoyo (2003).Analisis faktor-faktor yang mem-pengaruhi konsumsi kopi dan analisispemetaan beberapa merek kopi danimplikasinya pada pemasaran kopi.