Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25...

19
216 Diterima (Received): 8 Juni (June) 2009. 1) Program Studi Agribisnis Program PascasarjanaUniversitas Jember, Jl. Kalimantan, Jember, Indonesia. 2) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia. *) Alamat penulis (Corresponding Author) : [email protected] Pelita Perkebunan 2009, 25(3), 216235 Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh: Kasus di Kabupaten Jember Level of Coffee Consumption in Urban Community and Its Determinant Factors: Case Study in Jember District Endang Wiji Lestari 1*) , Idha Haryanto 1) , dan Surip Mawardi 2) Ringkasan Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar. Tingkat konsumsi kopi masyarakat sulit dipastikan karena keragaman dalam mengkonsumsi minuman ini. Untuk mengetahui tingkat konsumsi kopi dilakukan pendekatan melalui konsumsi jenis kopi olahan dan frekuensi konsumsi. Daerah penelitian ditentukan dengan purposive method di kawasan perkotaan Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, dengan teknik convenience sampling sebanyak 420 responden. Analisis data menggunakan analisis diskriptif dengan menggunakan uji t (t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91 kg/tahun, konsumsi kopi pada laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97 kg/tahun. Konsumsi kopi perorangan sangat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, pendapatan, harga, aktivitas dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi pada perempuan dipengaruhi secara nyata oleh faktor umur, harga dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi kopi pada kelompok laki-laki dipengaruhi secara nyata oleh faktor umur, harga, lama aktivitas dan konsumsi rokok. Mayoritas kelompok umur 25 tahun mengkonsumsi kopi dengan jenis kopi campur. Kelompok umur > 25 tahun mengkonsumsi kopi jenis kopi bubuk bermerek. Frekuensi konsumsi kopi yang sering dilakukan responden adalah 1-2 cangkir/hari, dengan ukuran kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg. Mayoritas peminum kopi mengkonsumsi kopi di rumah. Kelompok dengan pendapatan kurang dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsi kopi bubuk curah, sedangkan kelompok dengan pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsi kopi bubuk bermerek.

Transcript of Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25...

Page 1: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

216

Lestari et al.

Diterima (Received): 8 Juni (June) 2009.

1) Program Studi Agribisnis Program PascasarjanaUniversitas Jember, Jl. Kalimantan, Jember, Indonesia.

2) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia.

*) Alamat penulis (Corresponding Author) : [email protected]

Pelita Perkebunan 2009, 25(3), 216—235

Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaandan Faktor-Faktor yang Berpengaruh:

Kasus di Kabupaten Jember

Level of Coffee Consumption in Urban Communityand Its Determinant Factors: Case Study in Jember District

Endang Wiji Lestari1*), Idha Haryanto1), dan Surip Mawardi2)

Ringkasan

Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar. Tingkatkonsumsi kopi masyarakat sulit dipastikan karena keragaman dalam mengkonsumsiminuman ini. Untuk mengetahui tingkat konsumsi kopi dilakukan pendekatan melaluikonsumsi jenis kopi olahan dan frekuensi konsumsi. Daerah penelitian ditentukandengan purposive method di kawasan perkotaan Kabupaten Jember, Provinsi JawaTimur, dengan teknik convenience sampling sebanyak 420 responden. Analisisdata menggunakan analisis diskriptif dengan menggunakan uji t (t-test). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91 kg/tahun, konsumsikopi pada laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97 kg/tahun. Konsumsi kopiperorangan sangat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, pendapatan, harga,aktivitas dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi pada perempuan dipengaruhi secaranyata oleh faktor umur, harga dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi kopi padakelompok laki-laki dipengaruhi secara nyata oleh faktor umur, harga, lama aktivitasdan konsumsi rokok. Mayoritas kelompok umur ≤ 25 tahun mengkonsumsi kopidengan jenis kopi campur. Kelompok umur > 25 tahun mengkonsumsi kopi jeniskopi bubuk bermerek. Frekuensi konsumsi kopi yang sering dilakukan respondenadalah 1-2 cangkir/hari, dengan ukuran kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg.Mayoritas peminum kopi mengkonsumsi kopi di rumah. Kelompok dengan pendapatankurang dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsi kopi bubuk curah, sedangkankelompok dengan pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsikopi bubuk bermerek.

Page 2: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

217

Summary

Coffee drink is mainly consumed as a stimulant. Level of domestic coffeeconsumption in a community is difficult to be estimated, due to the variation inindividual consumption on this drink. A study to identify level of domestic coffeeconsumption was carried out by approach with the type of coffee to be consumedand frequency of coffee consumption. Determination of area of study was done bypurposive method at urban community in Jember District, East Java with 420respondents selected using convenience sampling technique. Data analysis wascarried out statistically by descriptive approach with t-test. Results of the studyshowed that average individual coffee consumption was 2.91 kg/year. Averagecoffee consumption in men and women population were 3.83 and 1.97 kg/year,respectively. Individual coffee consumption was influened by the factors of gender,age, income, price, activity and cigarette consumption. Level of coffee consump-tion for woman was influenced significantly by age, price and cigarette consump-tion factors, while for man activity factor was also involved. Majority of peoplewith the age ≤ 25 year old consumed coffee mix whereas for group of > 25 yearold consumed mostly in form of branded ground coffee. Coffee drinking frequencywas 1-2 cup/day where coffee consumers mostly bought 0.01–0.1 kg packing size.Majority of respondents drank coffee at home. Respondents with income less thanRp1,000,000 per month mostly consume unbranded ground coffee, while thosewith income more than Rp1,000,000 per month consumed branded ground coffee.

Key words : Coffee, consumption, income, live style, urban community.

PENDAHULUAN

Secara umum, Indonesia termasuk salah

satu konsumen kopi dengan konsumsi

6,38% dari konsumsi total negara eksportir

kopi dunia. Dalam lima tahun terakhir,

konsumsi kopi Indonesia tidak mengalami

peningkatan, dengan tingkat konsumsi sebesar

0,57 kg per kapita per tahun. Indonesia

termasuk dalam kategori tingkat konsumsi

yang sangat rendah di dunia, yaitu di bawah

1,0 kg per kapita per tahun (Anonim, 2007).

Di lain pihak tingkat konsumsi kopi di negara-

negara produsen kopi jauh lebih tinggi

seperti Brazil 5,36 kg/kapita/tahun, Costa

Rica 4,47 kg/kapita/tahun, Haiti 2,16 kg/

kapita/tahun, Nikaragua 2,06 kg/kapita/tahun,

Kolombia 1,84 kg/kapita/tahun, Venezuela

1,68 kg/kapita/tahun, Etiopia 1,36 kg/kapita/

tahun, Panama 1,22 kg/kapita/tahun,

Meksiko 1,17 kg/kapita/tahun, dan

Filipina 0,69 kg/kapita/tahun (Brazil-

ian Coffee Yearbook, 2008).

Rendahnya tingkat konsumsi kopi

Indonesia antara lain dipengaruhi oleh

aspek psikologi dan aspek ekonomi.

Aspek psikologi menyangkut pandangan

yang “kabur” akan efek negatif dari

minum kopi, seperti mengganggu

kesehatan, tidak baik untuk anak-anak

dan wanita. Minuman kopi terlanjur

dianggap sebagai minuman yang tidak

menyehatkan, bahkan dalam mitos

sejarah perkembangan kopi, minuman

kopi dapat dianggap sebagai penyebab

kemandulan dan impotensi. Mitos

tersebut juga memberi andil terhadap

Page 3: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

218

Lestari et al.

rendahnya tingkat konsumsi kopi (Bersten,

1999).

Aspek ekonomi berkaitan dengan

rendahnya pendapatan per kapita sebagian

besar penduduk Indonesia (Umar, 2005).

Selain itu rendahnya tingkat konsumsi kopi

dalam negeri juga disebabkan karena

banyaknya minuman penyegar alternatif

selain kopi.

Peluang pasar domestik saat ini masih

sangat terbuka dan besar, karena tingkat

konsumsi kopi domestik masih sangat

rendah. Besarnya peluang pasar domestik

dan kecenderungan meningkatnya per-

mintaan disebabkan oleh kenaikan jumlah

penduduk dan pendapatan. Jika tingkat

konsumsi kopi domestik dapat dipacu

menjadi 1 kg/kapita/tahun, maka setengah

produksi kopi akan terserap di pasar

domestik. Karena itu, konsumsi kopi

domestik sangat berpeluang untuk

ditingkatkan.

Kabupaten Jember adalah salah satu

daerah penghasil kopi sekaligus penyum-

bang ekspor kopi untuk Provinsi Jawa

Timur dengan produksi sebesar 115 ton

pada tahun 2006 (Ditjenbun, 2007). Jember

merupakan daerah yang memiliki

karakteristik masyarakat dengan kebiasaan

mengkonsumsi kopi setiap hari. Bahkan,

dalam pertemuan-pertemuan, warung kopi

dan tempat "nongkrong" minuman kopi

sudah menjadi tradisi, dengan demikian

Kabupaten Jember merupakan pasar

potensial untuk produk kopi.

Untuk mengetahui peluang pasar

domestik kopi di Kabupaten Jember,

dilakukan analisis tingkat konsumsi kopi.

Tingkat konsumsi kopi masyarakat sulit

dipastikan karena keragaman perorangan

mengkonsumsi bahan minuman ini. Untuk

mengetahui besarnya potensi permintaan

terhadap kopi di Kabupaten Jember

tersebut dilakukan penelitian perilaku

konsumen melalui pendekatan tingkat

konsumsi dan frekuensi minum kopi.

METODE PENELITIAN

Daerah penelitian ditentukan dengan

metode purposive yaitu kawasan Perkotaan

di Kabupaten Jember (Kecamatan Patrang,

Sumbersari dan Kaliwates), dengan

karakter kepadatan penduduk tinggi, strata

sosial ekonomi heterogen dan kehidupan

materealistik. Pemilihan Kabupaten Jember

berdasarkan pertimbangan bahwa Jember

merupakan salah satu daerah penghasil kopi

di Jawa Timur, dan masyarakatnya

memiliki kebiasaan minum kopi. Penelitian

ini bersifat deskriptif, yang bertujuan

memberi gambaran secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta, sifat

dan hubungan yang diselidiki (Nazir,

1999). Penentuan jumlah contoh meng-

gunakan rumus jumlah contoh minimum

Slovin (Umar, 2005) sebagai berikut:

N n = Ne2 + 1

dimana:n = ukuran contohN = ukuran populasie = persen ketidak-telitian (5%).

Page 4: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

219

Jumlah contoh yang ditetapkan

sebanyak 210 laki-laki dan 210 perem-

puan. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan kuesioner dan wawancara dengan

convenience sampling. Untuk data kadar

kopi yang dikonsumsi responden, dilakukan

penimbangan berat kopi, menggunakan

neraca analitik merek OHAUS dengan

kapasitas maksimum 311 g. Penimbangan

berbagai jenis kopi baik kopi bubuk

bermerek, kopi bubuk curah, kopi bubuk

murni, kopi instan, dan kopi campuran

(kopi, gula dan susu) yang dikonsumsi,

dilakukan sebanyak 20 kali ulangan sesuai

dengan besarnya takaran kopi yang

dikonsumsi (per sendok teh makan).

Untuk jenis kopi campuran yang terdiri

dari kopi instan, gula dan krimer dilakukan

pendekatan dengan melakukan simulasi

kopi instan diracik dengan gula dan krimer,

kemudian dibandingkan kesamaan warna

dan rasa dengan jenis kopi campuran siap

saji. Hal ini untuk memperoleh komposisi

perbandingan antara kopi, gula dan krimer

dalam jenis kopi campuran, sehingga akan

diperoleh besarnya komposisi kopi dalam

jenis kopi campuran. Kopi curah (kopi

buatan sendiri yang terdiri dari kopi dan

bahan pencampur) dilakukan pendekatan

dengan melakukan simulasi perhitungan

perbandingan kopi dan bahan pencampur.

Untuk jenis kopi bubuk murni baik

bermerek maupun tidak dilakukan

penimbangan secara langsung dan untuk

jenis kopi bubuk bermerek (baik bermerek

murni ataupun bermerek tidak murni) juga

dilakukan penimbangan secara langsung.

Konsumsi kopi dikonversi ke dalam

kg/tahun kopi biji (green coffee) meng-

gunakan daftar standar International Coffee

Organization (ICO, 2008), yaitu:

1. Untuk konsumsi kopi bubuk murni

dengan mengalikan bobot bersih dengan

1,19. Untuk jenis kopi bubuk curah

dihitung kadar kopi murninya terlebih

dahulu dan selanjutnya dikalikan 1,19.

2. Untuk konsumsi kopi bubuk jenis instan

dengan mengalikan bobot bersih dengan

2,6. Untuk kopi jenis kopi campuran

dihitung kadar kopi instannya, dan

selanjutnya dikalikan 2,6.

Untuk keperluan analisis distribusi data

dipergunakan analisis dengan uji indepen-

densi Chi-Square. Adapun persamaannya:

Patrang 31,608 32,984 70 70

Sumbersari 40,806 43,125 70 70

Kaliwates 34,419 37,383 70 70

Jumlah (Total) 106,833 113,492 210 210

Tabel 1. Populasi dan contoh dalam penelitian menurut jenis kelamin

Table 1. Population and sample in this study based on gender

Sumber (Source): Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2007 (Central Statistic Agency of Jember District, 2007).

Daerah (Area)

Laki-laki (Man) Perempuan (Woman)

Contoh (Sample)

Perempuan (Woman)

Populasi (Population)

Laki-laki (Man)

Page 5: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

220

Lestari et al.

dimana X2 merupakan nilai peubah acak

yang distribusi sampelnya sangat dekat

dengan distribusi Chi-Square, Oi adalah

frekuensi pengamatan dan Ei merupakan

frekuensi harapan (Steel & Torrie, 1980).

Untuk mengetahui perbedaan tingkat

konsumsi kopi menurut jenis kelamin

digunakan uji t (t-test). Menurut Sugiyono

(2001), persamaan yang digunakan dalam

uji t adalah:

dimana:

X1 dan X

2 = rata-rata variabel yang

dibandingkan

S1dan S

2 = standar deviasi variabel

yang dibandingkan

n1 dan n

2 = besarnya contoh yang

diperbandingkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat konsumsi kopi dianalisis meng-

gunakan regresi linier berganda dengan

model:

w perorangan=

α + ß1X

1 + ß

2X

2+ ß

3X

3+ ß

4X

4 +

ß5

X5

+ ß6

D + e

w laki-laki/perempuan=

α + ß1X

1+ ß

2X

2+ ß

3X

3+ ß

4X

4+

ß5 X

5 + e

Dimana :

w = Tingkat konsumsi kopi (kg/tahun)

X1

= Harga produk

X2

= Pendapatan

X3

= Lama aktifitas

X4

= Umur

X5

= Konsumsi rokok

α = Konstanta

ß1-6

= Koefisien regresi dari masing-

masing variabel

D = Dummy jenis kelamin

e = Error (residual)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Status dan Alasan Mengkonsumsi Kopi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap

420 responden yang berada di kawasan

perkotaan Kabupaten Jember diperoleh

gambaran Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Chi-

Squarehitung

responden yaitu 132,61, nilai

Chi-Squarehitung

untuk kelompok laki-laki

yaitu 59,43, dan nilai Chi-Square hitung

kelompok perempuan adalah 14,48 lebih

besar dari Chi-Square tabel

( 3,84 ). Hal

ini berarti bahwa nilai observasi responden,

responden laki-laki dan responden

perempuan yang mengkonsumsi kopi tidak

( )Ei

EiOi 2−∑∑X2 =

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−+−+−

2121

222

211 11

2)1()1(

nnnnSnSn

X1 - X

2t =

Page 6: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

221

Minum (drink) 78.10 50 87.62 50 68.57 50Tidak minum (not drink) 21.90 50 12.38 50 31.43 50

Chi-Square hitung

(Chi-Square calculated

) 132.61 59.43 14.48

Chi-Square tabel

(Chi-Square table

) 3.84 3.84 3.84

Tabel 2. Proporsi responden menurut jenis kelamin dengan status mengkonsumsi kopi

Table 2. Proportion of respondents for gender with coffee consumption status

Status minum kopiCoffee drinking status

Responden, %Respondents, %

n = 420

Laki-laki, %Men, %n = 210

Perempuan, %Woman, %n = 210

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

sama dengan nilai yang diharapkan yaitu

lebih besar dari nilai harapan, sehingga

terdapat kecenderungan responden laki-laki

dan responden perempuan untuk meng-

konsumsi kopi. Hasil observasi menunjuk-

kan sebanyak 78,10% responden minum

kopi dimana laki-laki lebih banyak

mengkonsumsi kopi (87,62%) dibanding-

kan perempuan (68,57%). Dengan kata

lain, laki-laki yang tidak minum kopi lebih

sedikit daripada perempuan.

Tabel 3 menunjukkan bahwa alasan

utama responden untuk tidak mengkonsumsi

kopi adalah karena tidak suka (69,57 %).

Ketidaksukaan responden terhadap minuman

kopi disebabkan karena rasa kopi yang

dianggap memiliki rasa yang aneh, warna

seduhan kopi yang hitam seolah-olah seperti

jamu dan tidak terbiasa mengkonsumsi kopi.

Alasan tidak meng-konsumsi kopi yang

terkait dengan alasan kesehatan di antaranya

adalah karena kopi dianggap menimbulkan

gangguan lambung, diabet, hipertensi dan

ketergantungan kafein.

Responden yang tidak mengkonsumsi

kopi karena alasan kesehatan banyak

disebabkan oleh cara pandang responden

terhadap minuman kopi, bahwa minuman

Kebiasaan (habit) 26.52 14.29 Tidak suka (dislike) 69.57 33.3Mengurangi kantuk 25.00 14.29 Alasan kesehatan 27.17 33.3Reduce sleepness Health reasonMenyegarkan badan 23.17 14.29 Alasan-alasan lain 3.26 33.3Body refresh Other reasonsSuka (enjoy) 17.80 14.29 Alasan tertentu 3.66 14.29

Certain reasonMenjaga kesehatan 2.44 14.29 Semua alasan 1.52 14.29Keep health All the reasons

Chi-Square hitung

177.06 Chi-Square hitung

62.30Chi-Square

calculatedChi-Square

calculated

Chi-Square tabel

12.59 Chi-Square tabel

5.99Chi-Square

tableChi-Square

table

Tabel 3. Proporsi alasan minum dan tidak minum kopi

Table 3. Proportion of the reason to drink and not drink coffee

Alasan MinumReason to drink

Teramati, %Observed, %

Diharapkan, %Expected,%

Teramati, %Observed, %

DiharapkanExpected,%

Alasan tidak minumReason not to drink

Page 7: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

222

Lestari et al.

kopi dianggap tidak baik untuk kesehatan.

Selain itu juga cara pandang adanya efek

ketergantungan dari minuman kopi dan

adanya ketakutan sulit tidur serta dapat

menyebabkan gigi menjadi kuning. Cara

pandang adanya kekhawatiran akan efek

dari kafein dalam kopi cukup dominan oleh

sebagian besar responden. Kafein bagi

peminum yang memiliki toleransi tinggi

adalah stimulan bagi saraf. Sebaliknya bagi

peminum yang memiliki toleransi rendah,

kafein diduga sebagai pemicu jantung dan

tekanan darah tinggi. Cara pandang

responden yang demikian sangat men-

dominasi, sehingga berdampak pada

keputusan tidak minum kopi.

Alasan lain untuk tidak mengkonsumsi

kopi relatif kecil yaitu 3,26 %. Responden

yang tidak mengkonsumsi kopi dengan

alasan lain disebabkan adanya gangguan

kesehatan atau penyakit yang sudah divonis

dokter kepada responden. Penyakit yang

diderita oleh responden di antaranya

gangguan pencernaan, hipertensi, dan

diabet sehingga ada larangan untuk meng-

konsumsi kopi.

Responden yang mengkonsumsi kopi

dengan alasan kebiasaan dikarenakan

minuman kopi sering dikonsumsi oleh

responden pada pagi hari sebelum makan

pagi dan terkadang pada sore hari sebagai

pelengkap waktu santai. Kopi diminum oleh

konsumen tidak sebagai nutrisi melainkan

sebagai penyegar badan dan untuk

mengurangi kantuk. Kedua alasan ini

merupakan dasar logis bagi responden

untuk tetap mengkonsumsi kopi. Menurut

Ikrawan (2005), kafein dalam kopi

merupakan stimulan metabolik. Kafein juga

memiliki efek ergogenik (efek memperbaiki

kerja otot), karena konsentrasi tertinggi

kafein berada pada sel otot yang mampu

menurunkan produksi laktat dengan

meningkatkan pertukaran ion kalsium.

Dengan demikian karena sifat kafein yang

demikian sehingga mampu mengurangi

kantuk dan menyegarkan badan.

Alasan mengkonsumsi kopi karena

suka dikarenakan cita rasa yang khas,

aroma, jenis kopi dan selera. Responden

yang memilih alasan suka cenderung

disebabkan oleh karena bahwa minuman

kopi dapat memberi kepuasan dan rasa

senang. Minuman kopi secara alami

mengandung cukup banyak zat cita rasa

dan aroma khas yang mampu memberikan

kesenangan dan kepuasan bagi peminum-

nya. Karena kemampuannya membuat rasa

senang dan puas maka alasan suka menjadi

pilihan alasan yang logis. Alasan lain dalam

mengkonsumsi kopi adalah sebagai sarana

pergaulan pada saat "nongkrong" bersama

teman-temannya, menggugah inspirasi,

pelengkap rokok dan alasan jika kepingin.

Responden yang menganggap minuman

kopi dapat untuk menjaga kesehatan,

dikarenakan efek setelah mengkonsumsi

kopi dapat memperlancar proses pem-

buangan urin, tidak mudah sakit dan

menghilangkan pusing kepala.

Jenis Kopi yang Dikonsumsi

Jenis kopi bubuk yang banyak

dikonsumsi oleh responden di kota Jember

adalah kopi bubuk bermerek yaitu sebesar

Page 8: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

223

28,66 %. Demikian juga kelompok umur

>25 tahun banyak mengkonsumsi kopi

bubuk bermerek yaitu sebesar 32,39 %. Hal

ini dikarenakan berbagai jenis kopi bubuk

bermerek banyak dijual di toko-toko dalam

kota. Menurut Suryadi et al. (2002)

masyarakat kota memiliki ciri dinamis yaitu

membeli produk tidak hanya untuk

fungsinya, tetapi juga untuk suatu kepuasan

yang diinginkannya. Jenis kopi bubuk

bermerek yang banyak dipromosikan

melalui berbagai media dan ditunjang oleh

ketersediaan barang di toko-toko akan lebih

cepat direspon oleh konsumen di perkotaan.

Responden yang menyukai jenis kopi

bubuk curah sebesar 22,26 %, sebagian

besar membeli dalam bentuk biji yang

disangrai dan diberi campuran sendiri atau

membeli kopi bubuk curah di pasar.

Tabel 4 menunjukkan nilai Chi-Square

hitung untuk pemilihan jenis kopi yang

diminum adalah 70,38 lebih besar dari

Chi-Square tabel

sebesar 11,07. Artinya bahwa

nilai observasi tidak sama dengan nilai yang

diharapkan yaitu tidak ter-distribusi secara

seragam. Dengan demikian bahwa pada

setiap responden terdapat kecenderungan

untuk memilih jenis kopi yang dikonsumsi

atau responden tidak mempunyai kesukaan

yang sama terhadap jenis kopi tertentu. Bukti

empiris menunjukkan bahwa untuk kelompok

umur muda (≤ 25 tahun) cenderung memilih

jenis kopi campuran sedangkan untuk

kelompok umur tua (> 25 tahun)

cenderung menyukai jenis kopi bubuk

bermerek.

Pada kelompok umur remaja

(≤ 25 tahun) jenis kopi yang banyak di-

konsumsi adalah jenis kopi campuran yaitu

sebesar 44,44 %, kopi bubuk bermerek

sebesar 17,28 % dan kopi instan sebesar

11,11 %. Hal ini didukung pula oleh hasil

penelitian Ditjetbun (2001) bahwa jenis

kopi siap seduh umumnya disukai oleh

Bubuk bermerek 28.66 16.67 17.28 16.67 32.39 16.67Branded ground coffeeBubuk curah 22.26 16.67 9.88 16.67 26.32 16.67Unbranded ground coffeeKopi campuran (coffee mix) 19.51 16.67 44.44 16.67 11.34 16.67Bubuk murni (pure ground coffee) 14.63 16.67 9.88 16.67 16.19 16.67Instan (instant coffee) 8.23 16.67 11.11 16.67 7.29 16.67Lebih satu macam bubuk kopiMore than one kind ground coffee 6.71 16.67 7.41 16.67 6.48 16.67Chi-Square

hitung

Chi-Square calculated

70.38 47.67 83.09Chi-Square

tabel

Chi-Square table

11.07 11.07 11.07

Tabel 4. Proporsi jenis kopi yang dikonsumsi berdasarkan kelompok umur

Table 4. Proportion of coffee that consumed for group of age

Jenis kopi bubukGround coffee variety

Responden, %Respondents, %

≤ 25 tahun ,%≤ 25 years, %

>25 tahun, %>25 years, %

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

Page 9: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

224

Lestari et al.

kalangan perkotaan dan didominasi kaum

terpelajar. Kelompok remaja yang

didominasi mahasiswa/pelajar cenderung

memilih jenis kopi siap saji baik jenis kopi

campuran (kopi, gula dan krimer atau susu)

maupun kopi instan. Hal ini didukung pula

oleh pendapat Heryanjaya et al. (2007)

bahwa salah satu faktor yang berpengaruh

dalam konsumsi kopi instan adalah umur.

Hal ini dapat dibuktikan juga dari nilai

Chi-Square hitung

untuk pilihan jenis kopi

yang diminum pada kelompok umur

remaja. Nilai Chi-Squarehitung

adalah 47,67

lebih besar dari Chi-Squaretabel

sebesar

11,07. Artinya bahwa nilai observasi tidak

sama dengan nilai yang diharapkan yaitu

tidak terdistribusi secara seragam. Dengan

demikian bahwa setiap responden remaja

memiliki kecenderungan yang tidak sama

dalam pemilihan jenis kopi yang dikonsumsi

atau responden remaja tidak mempunyai

kesukaan yang sama terhadap jenis kopi

yang dikonsumsi.

Jenis kopi yang diminum oleh

responden dapat dilakukan bergantian

antara jenis kopi bubuk dengan jenis kopi

lainnya. Pada Tabel 4 terdapat 6,71%

responden mengkonsumsi kopi campuran,

artinya sebagian responden mengkonsumsi

dua jenis kopi atau bahkan tiga jenis kopi.

Yaitu mengkonsumsi kopi bubuk murni

dengan kopi bubuk bermerek, kopi instan

dengan kopi bubuk bermerek, kopi bubuk

curah dengan kopi bubuk murni dan

lainnya. Untuk kelompok umur > 25

tahun, persentase mengkonsumsi kopi

campuran lebih banyak dari kelompok

umur ≤ 25 tahun.

Tingkat Konsumsi Kopi

Berdasarkan hasil pengumpulan data

terhadap 420 responden yang diwawan-

carai maupun diberi kuesioner, maka

diperoleh gambaran seperti pada Tabel 5

yang menunjukkan bahwa rata-rata

konsumsi kopi perorangan sebesar 2,91

kg/tahun, angka ini lebih besar dari

target pemerintah untuk meningkatkan

konsumsi kopi domestik yaitu sebesar 1

kg/kapit/tahun. Rata-rata konsumsi kopi

laki-laki sebesar 3,83 kg/tahun jauh lebih

tinggi dari rata-rata konsumsi kopi

perempuan yaitu sebesar 1,97 kg/tahun.

Berdasarkan hasil pengujian statistik

terdapat perbedaan antara tingkat konsumsi

kopi laki-laki dan perempuan. Perbedaan

tingkat konsumsi kopi antara laki-laki dan

perempuan disebabkan karena berbagai hal,

di antaranya adalah laki-laki peminum kopi

lebih banyak daripada perempuan peminum

kopi. Selain itu faktor konsumsi rokok ikut

berpengaruh, dimana dalam pergaulannya

laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang

disertai dengan minum kopi sehingga

frekuensi mengkonsumsi kopi lebih sering

daripada perempuan.

Persentase terbesar kelompok kon-

sumsi kopi sangat rendah (0,1–1 kg/ tahun)

adalah kelompok berpenghasilan kurang

dari Rp1.000.000 yaitu 63,46%, untuk

kelompok tingkat konsumsi kopi rendah

(1,01–3,5 kg/tahun) frekuensi terbesar pada

pendapatan kurang dari Rp1.000.000 yaitu

61,33%. Frekuensi terbesar kelompok

tingkat konsumsi kopi menengah (3,51–

7 kg/tahun) adalah kelompok ber-

penghasilan kurang Rp1.000.000 yaitu

Page 10: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

225

65,38% sedangkan frekuensi terbesar untuk

tingkat konsumsi kopi tinggi (>7

kg/tahun) adalah kelompok ber-penghasilan

lebih dari Rp1.000.000 yaitu 62,50%.

Nilai Chi-Square hitung

untuk tingkat

konsumsi kopi sangat rendah (0,1 – 1 kg/

tahun) yaitu 3,77 lebih kecil dari Chi-

Square tabel

3,84 yang berarti bahwa nilai

observasi sama dengan nilai yang

diharapkan yaitu sampel terdistribusi secara

seragam. Dengan demikian setiap tingkat

pendapatan responden tertentu memiliki

kecenderungan yang sama terhadap tingkat

konsumsi kopi dengan kategori sangat

rendah. Demikian juga untuk tingkat

konsumsi kopi tinggi (> 7 kg/tahun), nilai

Chi-Squarehitung

yaitu 3,00 lebih kecil dari

Chi-Squaretabel

3,84.

Tingkat konsumsi kopi kelompok

pendapatan kurang dari Rp1.000.000 per

bulan kebanyakan sangat rendah dan

rendah. Hal ini disebabkan karena

kelompok berpenghasilan kurang dari

Rp1.000.000 per bulan banyak meng-

konsumsi kopi jenis kopi bubuk curah dan

kopi campuran. Kopi bubuk curah merupa-

kan kopi olahan yang diberi bahan

pencampur diantaranya adalah jagung,

sehingga kadar kopinya lebih sedikit.

Demikian pula jenis kopi campuran yang

terdiri dari krimer atau susu, gula dan kopi

sehingga kadar kopi sangat rendah.

Tingkat konsumsi kopi kelompok

pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per

bulan kebanyakan tinggi, hal ini karena

sebagian besar kelompok ini meng-konsumsi

kopi bubuk murni.

Rata-rata (kg/tahun) (means (kg/year) 2.91 3.83 1.97

Standar Deviasi ( standard deviation) 3.09 3.42 2.30

Koefisien Varian% (coefficient of variation %) 1.06 0.89 1.10

t-hitung (t - calculated) 6.43

Signifikansi (significance) 0.00

Tabel 5. Uji beda tingkat konsumsi kopi

Table 5. Different test on the level of coffee consumption

ParameterParameters

PeroranganIndividual

Jenis Kelamin (Gender)

Laki-laki (Men) Perempuan (Women)

Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok

penghasilan kurang dari Rp1.000.000

kebanyakan mengkonsumsi kopi jenis

bubuk curah yaitu 32,47 %, kemudian jenis

kopi campuran yaitu 22,16 % dan kopi

bubuk bermerek yaitu 21,13 %. Kelompok

berpenghasilan lebih dari Rp1.000.000

banyak mengkonsumsi kopi jenis kopi bubuk

bermerek yaitu 39,55% kemudian jenis kopi

campuran yaitu 15,67% dan kopi instan yaitu

13,43%.

Pemilihan kopi bubuk curah oleh

responden yang berpenghasilan kurang dari

Rp1.000.000 per bulan dikarenakan

harganya yang relatif murah yaitu

Rp1.000 per 0,1 kg, ada pula yang berharga

Rp1.250 per 0,1 kg. Untuk pemilihan kopi

Page 11: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

226

Lestari et al.

bubuk murni, kebanyakan mereka membeli

kopi biji yang diolah sendiri.

Nilai Chi-Square kelompok ber-

penghasilan lebih dari Rp1.000.000 per

bulan memiliki nilai Chi-Squarehitung

53,53

lebih besar dari nilai Chi-Squaretabel

(11,07),

artinya bahwa nilai observasi tidak sama

dengan nilai yang diharapkan yaitu tidak

terdistribusi secara seragam. Dengan

demikian terdapat kecenderungan yang

tidak sama pada kelompok penghasilan lebih

dari Rp1.000.000 per bulan dalam memilih

jenis kopi yang dikonsumsi, atau kelompok

berpenghasilan lebih dari Rp1.000.000 per

bulan memiliki kecenderungan yang berbeda

dalam pemilihan jenis kopi yang

dikonsumsi. Kelompok berpenghasilan lebih

dari Rp1.000.000 per bulan banyak meng-

konsumsi kopi jenis kopi bubuk bermerek

yaitu 39,55% kemudian diikuti jenis kopi

campuran yaitu 15,67% dan kopi instan

yaitu 13,43%.

Pendapatan merupakan salah satu faktor

pembatas bagi responden untuk membeli

kopi yang diinginkan dengan tingkat

kepuasan tertentu. Selain itu faktor harga

< Rp1.000.000 63.46 50.00 61.33 50.00 65.38 50.00 37.50 50.00

> Rp1.000.000 36.54 50.00 38.67 50.00 34.62 50.00 62.50 50.00

Chi-Square hitung

(Chi-Square calculated

) 3.77 7.71 7.38 3.00

Chi-Square tabel

(Chi-Square table

) 3.84 3.84 3.84 3.84

Tabel 6. Proporsi pendapatan dengan tingkat konsumsi kopi

Table 6. Proportion of income with level of coffee consumption

Pendapatan, bulanIncome, months

Konsumsi kopi, kg/tahun (Coffee consumption, kg/year)

0.1 – 1 (kg) 1.01 - 3.5 (kg) 3.51 – 7 (kg) > 7 (kg)

Oi (%) Ei (%) Oi (%) Ei (%) Oi (%) Ei (%) Oi (%) Ei (%)

Oi = Teramati (observed) Ei = Diharapkan (expected)

Bubuk bermerek (branded ground coffee) 21.13 16.67 39.55 16.67

Bubuk murni (pure ground coffee) 15.98 16.67 12.69 16.67

Bubuk curah (unbranded ground coffee) 32.47 16.67 7.46 16.67

Instan (instant coffee) 4.64 16.67 13.43 16.67

Kopi campuran (coffee mix) 22.16 16.67 15.67 16.67

Jenis kopi bubuk lain 3.61 16.67 11.19 16.67

Other ground coffee

Chi-Square hitung

(Chi-Square calculated

) 71.68 53.53

Chi-Square tabel

(Chi-Square table

) 11.07 11.07

Tabel 7. Proporsi pendapatan dengan jenis kopi yang dikonsumsi

Table 7. Proportion of income with coffee type to be consumed

Jenis Kopi BubukGround coffee variety

< Rp1.000.000 (%) > Rp1.000.000 (%)

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

TeramatiObserved

DiharapkanExpected

Page 12: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

227

kopi adalah salah satu faktor dominan yang

dipertimbangkan responden. Peru-bahan

harga kopi hanya berpengaruh kepada

kombinasi jenis kopi yang di-konsumsi tanpa

mengubah tingkat kepuasan yang dicapai.

Dengan demikian mereka akan menyesuaikan

kemampuan membeli dengan harga yang

sesuai untuk pemilihan jenis kopi yang

mereka inginkan. Purwantini & Ariani

(2009) menjelaskan bahwa penentuan jumlah

dan jenis pangan yang dikonsumsi tidak

selalu mengacu pendapatan (aspek

pendapatan tidak selalu mempengaruhi

konsumsi pangan).

Frekuensi Minum Minuman Lain

Tabel 8 menunjukkan sebagian besar

responden mengkonsumsi kopi 1 cangkir/

hari yaitu sebesar 32,62%, 2 cangkir/hari

yaitu sebesar 31,40% dan 3 cangkir/hari

sebesar 12,20%. Dengan demikian,

sebagian besar responden sering meng-

konsumsi kopi yang dipresentasikan dalam

frekuensi minum dengan satuan hari.

Hal ini juga dibuktikan dari besarnya

nilai Chi-Squarehitung

untuk frekuensi

minum kopi adalah 366,04 lebih besar dari

Chi-Squaretabel

sebesar 15,51. Hal ini berarti

bahwa nilai observasi tidak sama dengan

nilai yang diharapkan yaitu tidak ter-

distribusi secara seragam. Dengan

demikian setiap responden memiliki

kecenderungan yang tidak sama terhadap

ferkuensi mengkonsumsi kopi.

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa

kebanyakan responden meng-konsumsi kopi

setiap hari. Hal ini didukung pula oleh

pendapat Sumardi & Dieter (1999) bahwa

urutan kebutuhan yang penting dan banyak

dikonsumsi oleh rumah tangga dan banyak

pula konsumsi-nya diantaranya adalah kopi,

yang menempati urutan keduabelas dari

kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian kopi

merupakan jenis barang esensial yaitu barang

yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari.

Banyak dari responden yang me-

nyatakan, bahwa kopi adalah menu yang

harus ada di pagi hari. Dengan kata lain

bahwa minum kopi sudah menjadi

kebutuhan setiap hari bagi responden. Hal

ini juga yang mendasari frekuensi

mengkonsumsi kopi cukup sering pada

responden. Dengan demikian minum kopi

merupakan kebiasaan dan rutinitas sehari-

hari bagi sebagian besar responden.

Mengkonsumsi teh adalah pilihan

terbesar dari responden selain meng-

konsumsi kopi. Pada Tabel 9 terlihat bahwa

responden yang mengkonsumsi teh sebesar

46,04%. Kemudian kelompok berikutnya

memilih air putih sebagai minuman yang

sering dikonsumsi selain kopi yaitu 24,9%.

Minuman susu menempati urutan ke tiga

dari jenis minuman lain yang sering

dikonsumsi selain kopi yaitu sebesar

17,38%. Hal ini menunjukkan bahwa teh

masih dominan sebagai minuman yang

sering dikonsumsi oleh responden selain

mengkonsumsi kopi. Bukti empiris

menunjukkan nilai Chi-Squarehitung

adalah

370,46 lebih besar dari Chi-Squaretabel

sebesar 12,59 yang berarti bahwa nilai

observasi tidak sama dengan nilai yang

diharapkan, yaitu sampel tidak terdistribusi

secara seragam. Dengan demikian setiap

responden memiliki kesukaan yang tidak

Page 13: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

228

Lestari et al.

sama dalam mengkonsumsi jenis minuman

lain selain kopi, atau terdapat jenis

minuman selain kopi yang lebih disukai

oleh responden dari pada sebuah jenis

minuman lainnya.

Keadaan tersebut didukung oleh

pendapat Sumardi & Dieter (1999) bahwa

teh menempati urutan kebutuhan kesebelas

dalam daftar kebutuhan yang banyak

dikonsumsi oleh suatu rumah tangga. Teh

dan kopi merupakan barang subtitusi untuk

banyak orang, teh merupakan minuman

yang populer di Indonesia. Dengan

demikian mengkonsumsi teh oleh sebagian

besar responden merupakan suatu

kebutuhan dan kebiasaan yang sama nilainya

dengan mengkonsumsi kopi. Fakta ini juga

dibuktikan dengan rata-rata konsumsi teh per

kapita di Indonesia yaitu sebesar 0,8 kg/

kapita/tahun.

1 cangkir/hari (1 cup/day) 32.62 11.09

2 cangkir/hari (2 cups/day) 31.40 11.09

3 cangkir/hari (3 cups/day) 12.20 11.09

4 cangkir/hari (4 cups/day) 3.35 11.09

5 cangkir/hari (5 cups/day) 0.91 11.09

1 cangkir/minggu (1 cup/week) 3.05 11.09

2 cangkir/minggu (2 cups/week) 3.05 11.09

3 cangkir/minggu (3 cups/week) 3.05 11.09

4 cangkir/minggu (4 cups/week) 2.74 11.09

Chi-Squarehitung

(Chi-Squarecalculated

) 366.04

Chi-Squaretabel

(Chi-Squaretable

) 15.51

Tabel 8. Proporsi frekuensi minum kopi

Table 8. Proportion of the coffee consumption frequency

Frekuensi minumDrinking frequency

Teramati, %Observed, %

Diharapkan, %Expected, %

Teh (tea) 46.04 14.29

Air putih (drinking water) 24.09 14.29

Susu (milk) 17.38 14.29

Jus (juice) 3.66 14.29

Minuman berkarbon (carbonated drink) 3.66 14.29

Teh dan susu (tea and milk) 3.05 14.29

Minuman herbal (herbal drink) 2.13 14.29

Chi-Squarehitung

(Chi-Squarecalculated

) 370.46

Chi-Squaretabel

(Chi-Squaretable

) 12.59

Tabel 9. Proporsi jenis minuman lain yang dikonsumsi

Table 9. Proportion of other drinks consumed

Jenis minuman lainOther drink

Teramati, %Observed, %

Diharapkan, %Expected, %

Page 14: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

229

Faktor-faktor yang MempengaruhiTingkat Konsumsi Kopi Perorangan

Tingkat konsumsi kopi perorangan

dapat dijelaskan oleh variasi model

pendugaan variabel yang ditetapkan dengan

nilai koefisien determinasi (adjusted R

square) sebesar 50,3 %. Nilai Fhitung

sebesar

56,118 signifikan pada taraf kepercayaan

95 %, ini berarti bahwa variabel bebas

secara bersama-sama berpengaruh terhadap

tingkat konsumsi kopi.

Berdasarkan Tabel 10 terdapat empat

variabel yang berpengaruh signifikan pada

taraf kepercayaan 95 % yaitu umur, lama

aktivitas, harga dan konsumsi rokok

sehingga dapat disusun hasil persamaan

regresi adalah :

Y = - 1,135 + 0,336** Harga - 0,159NS

Pendapatan + 0,347* Lama

aktivitas + 0,038** Umur +

1,173** Konsumsi rokok + 0,036NS

Jenis kelamin.

Koefisien regresi variabel harga

menunjukkan angka positif. Dari hasil uji

statistik kanaikan harga kopi direspon

dengan meningkatnya konsumsi kopi. Dari

hasil observasi bahwa semakin mahal harga

kopi yang dibeli maka jenis kopi yang

dipilih cenderung memiliki tingkat kualitas

yang lebih baik atau memiliki tingkat

kemurnian yang lebih baik. Harga adalah

salah satu faktor yang dipertimbangkan

oleh konsumen dan salah satu faktor yang

dominan dipertimbangkan konsumen

(Tedjakusuma et al., 2001).

Harga, X1 (price, X

1) 0.336 ** 4.743 0.000 0.000

Pendapatan, X2 (income, X

2) -0.159 NS 1.826 0.072 0.069

Lama aktivitas, X3 (period of activity, X

3) 0.347 * 2.485 0.012 0.013

Umur, X4 (age, X

4) 0.038 ** 5.005 0.000 0.000

Konsumsi rokok, X5

1.173 ** 13.864 0.000 0.000

Cigarette consumption, X5

Jenis kelamin, X6 (gender, X

6) 0.036 NS 0.130 0.895 0.897

Konstanta -1.135

R2 0.512

Adjusted R2 0.503

Fhitung

(Fcalculated

) 56.118

Ftabel

(Ftable

) 6.607

Tabel 10. Regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kopi perorangan

Table 10. Multiple linier regression of factors influencing the individual level of coffee consumption

Koefisien RegresiRegressioncoefficient

t hitung

t calculated

Sig (α=0,05)Variabel BebasDependent variable

Sig (α=0,01)

* Signifikan pada taraf kesalahan 5% (significant at 5% error)

** Signifikan pada taraf kesalahan 1% (significant at 1% error)

NS Tidak signifikan pada taraf kesalahan 5% (not significant at 5% error)

Page 15: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

230

Lestari et al.

Meningkatnya tingkat konsumsi kopi

yang disebabkan oleh meningkatnya harga

kopi dikarenakan harga kopi yang mahal

maka kopi yang dikonsumsi akan lebih baik

kualitasnya bahkan merupakan jenis kopi

bubuk murni. Sehingga jumlah yang

dikonsumsi akan lebih tinggi dari pada

jenis kopi dengan harga yang rendah. Kopi

dengan harga yang rendah cenderung

memiliki tingkat kemurnian atau kualitas

rendah. Kopi dengan kualitas yang rendah

kebanyakan merupakan jenis kopi

campuran, sehingga kadar kopi dalam jenis

kopi campuran akan lebih rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pendapatan responden tidak

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

kopi pada taraf kepercayaan 95%. Pen-

dapatan menunjukkan nilai koefisien regresi

sebesar -1,587 yang berarti memiliki

hubungan negatif terhadap tingkat

konsumsi kopi. Untuk komoditas pangan,

peningkatan pendapatan tidak diikuti

dengan peningkatan permintaan yang

progresif. Artinya, dengan meningkatnya

tingkat pendapatan responden, responden

tidak akan menaikkan konsumsi kopi.

Meningkatnya jumlah pendapatan

responden, maka responden tidak akan

menambah alokasi keuangannya untuk

produk kopi. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Wahyudian et al. (2003) yang

menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi

merupakan kebiasaan di keluarga, tidak

tergantung pada pendapatan yang di-

presentasikan oleh pengeluaran. Sementara

itu, hasil penelitian Tjahjaprijadi & Indarto

(2006) menyatakan bahwa pendapatan tidak

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

rokok.

Maka kenaikan pendapatan responden

tidak secara pararel menaikkan konsumsi

kopi. Menurut Suresmiathi (2007) bahwa

barang pangan merupakan barang yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari

sehingga akan tetap dikonsumsi pada

berbagai tingkat pendapatan. Kopi

merupakan barang pangan penting dalam

kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar

responden. Dengan demikian kopi dapat

dikatakan sebagai barang esensial, yaitu

barang yang penting bagi kehidupan sehari-

hari dan akan tetap dikonsumsi pada

berbagai tingkat pendapatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan lama

aktivitas sehari-hari berpengaruh positif

terhadap tingkat konsumsi kopi. Hal ini

berdasarkan kenyataan bahwa responden

yang memiliki aktivitas tinggi, konsumsi

kopinya 2 sampai 3 kali dalam sehari

bahkan sampai 4 kali sehari. Menurut

Suryono (2006) kecukupan gizi dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin,

ukuran tubuh, status fisiologi dan kegiatan.

Dengan demikian bahwa aktifitas yang

tinggi memerlukan asupan energi yang

mampu menjaga stamina tubuh. Kafein

yang terkandung dalam kopi dapat me-

nimbulkan efek ergogenik dan stimulan

sehingga mampu mengembalikan kesegar-

an tubuh dan memori karena kopi dapat

merangsang banyak daerah dalam otak

yang dapat mengatur tetap terjaga,

rangsangan, kegairahan dan konsentrasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

umur berpengaruh signifikan terhadap

tingkat konsumsi kopi. Pola konsumsi

seseorang akan mempengaruhi perilaku

konsumsi, dan salah satu faktor yang

Page 16: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

231

mempengaruhi perilaku konsumsi adalah

umur. Hal ini didukung pula pendapat

Andriani et al. (2000), bahwa tingkat

konsumsi di-pengaruhi oleh karakteristik

umur, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan. Perilaku konsumsi pangan

dilandasi pula oleh kebiasaan yang tumbuh

dan ber-kembang dalam lingkungan serta

tidak lepas dari faktor luar antara lain

lingkungan budaya (Andarina & Sumarmi,

2006). Meningkatnya umur seseorang akan

mengubah pola konsumsinya, dan tidak

lepas dari lingkungan budaya. Berdasarkan

fakta bahwa responden remaja banyak

menyukai jenis kopi campuran yang kadar

kopinya relatif rendah. Setelah ber-

pengalaman mengkonsumsi kopi banyak

di antara responden remaja beralih pada

kopi bubuk, dimana kadar kopi dalam kopi

bubuk lebih tinggi dari kopi campuran.

Pengalaman responden dalam minum

berbagai jenis dengan cita rasa dan aroma

kopi yang khas, akan cenderung me-

nyebabkan responden loyal terhadap

minuman kopi termasuk pada jenis kopi

tertentu. Menurut Mangkunegara (2002),

perilaku konsumsi dipengaruhi oleh faktor

psikologis, antara lain adalah pengalaman

belajar. Umur responden dapat mem-

presentasikan pengalaman belajar,

kebiasaan yang merupakan proses dari

orientasi dan tindakan dalam meng-

konsumsi kopi. Sehingga akan menentukan

perubahan konsumsinya.

Menurut hasil perhitungan statistik

ternyata faktor konsumsi rokok mem-

punyai hubungan positif dengan tingkat

konsumsi kopi. Hal ini berarti jumlah

rokok yang dikonsumsi setiap hari

berpengaruh pada tingkat konsumsi kopi.

Semakin tinggi jumlah rokok yang

dikonsumsi responden, maka konsumsi

kopi juga semakin tinggi. Hal ini ber-

dasarkan kenyataan bahwa banyak

responden yang beranggapan kopi adalah

pelengkap dari rokok. Adanya pencitraan

kebiasaan merokok adalah kebiasaan

minum kopi, demikian juga setiap

responden yang merokok hampir sebagian

besar dipastikan mengkonsumsi kopi.

Selain itu dari hasil penelitian ternyata

responden banyak yang beranggapan bahwa

minum kopi saat merokok mampu

menetralisasi racun yang dibawa oleh

rokok. Tak jarang ditemui seorang pecandu

rokok selalu ditemani secangkir kopi saat

merokok. Responden dengan tingkat

konsumsi kopi sangat rendah kebanyakan

tidak merokok sedangkan responden dengan

tingkat konsumsi kopi tinggi konsumsi

rokoknya juga tinggi yaitu > 10 batang/

hari. Dengan demikian, kondisi ini cukup

menggambarkan bahwa para pecandu

rokok dapat dipastikan mengkonsumsi kopi.

Sehingga dapat diprediksi bahwa konsumsi

kopi para pecandu rokok akan lebih tinggi

daripada bukan perokok.

Faktor jenis kelamin mempunyai

hubungan positif dengan tingkat konsumsi

kopi tetapi tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat konsumsi kopi. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa konsumsi

makanan tidak membedakan jenis kelamin.

Dengan demikian konsumsi kopi tidak

didominasi oleh salah satu jenis kelamin

saja, mengingat sifat kopi adalah sebagai

makanan (food) yang mempunyai aspek

kepuasan dan kenikmatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tingkat konsumsi kopi pada jenis kelamin

Page 17: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

232

Lestari et al.

laki-laki dan jenis kelamin perempuan dapat

dijelaskan oleh variasi model pendugaan,

variabel yang ditetapkan dengan nilai

koefisien determinasi (adjusted R square).

Berdasar hasil per-hitungan regresi berganda,

untuk uji F menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel

bebas secara bersama-sama terhadap variabel

tidak bebas (Y). Hal ini ditunjukkan dengan

nilai Fhitung

pada perhitungan jenis kelamin

laki-laki sebesar 43,094 signifikan pada taraf

kepercayaan 95%. Nilai Fhitung

pada

perhitungan jenis kelamin perempuan

sebesar 13,466% signifikan pada taraf

kepercayaan 95%. Berdasarkan uji statistik

di atas, ternyata faktor umur, pendapatan,

lama aktivitas, harga dan konsumsi rokok

mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat konsumsi kopi.

Berdasar Tabel 11, faktor umur, lama

aktivitas, harga dan konsumsi rokok

mempunyai hubungan positif dengan

tingkat konsumsi kopi pada laki-laki,

sedangkan faktor pendapatan mempunyai

hubungan negatif dengan tingkat konsumsi

kopi pada laki-laki. Dari kelima variabel

bebas, berdasarkan nilai t signifikansinya

variabel umur, lama aktivitas, harga dan

konsumsi rokok berpengaruh signifikan

terhadap tingkat konsumsi kopi pada laki-

laki. Faktor umur, lama aktivitas, harga dan

konsumsi rokok mempunyai hubungan

positif dengan tingkat konsumsi kopi pada

perempuan, faktor pendapatan mempunyai

hubungan negatif dengan tingkat konsumsi

kopi perempuan. Di antara lima variabel

bebas ternyata variabel umur, variabel

harga dan variabel konsumsi rokok

memiliki pengaruh yang signifikan dengan

nilai t signifikan pada taraf kepercayaan

95%.

Koefisien regresi lama aktivitas pada

jenis kelamin laki-laki sebesar 0,610

dengan nilai thitung

sebesar 2,966. Nilai t

hitung tersebut berbeda nyata pada taraf

kepercayaan 95%, sedangkan koefisien

regresi lama aktivitas perempuan sebesar

0,012 dengan nilai thitung

sebesar 0,068,

dimana tidak nyata pada taraf kepercayaan

95%. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa

responden perempuan peminum kopi

cenderung memiliki aktivitas yang tidak

tinggi. Meskipun nilai koefisien regresi

positif pada perempuan tetapi berpengaruh

tidak nyata, hal ini dimungkinkan bahwa

perempuan yang mengkonsumsi kopi

bukan disebabkan oleh tingginya aktivitas

saja akan tetapi oleh sebab lain di antaranya

selera dan kebiasaan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa baik pada kelompok laki-laki

maupun perempuan faktor konsumsi rokok

mempunyai hubungan positif dengan

tingkat konsumsi kopi. Hal ini berarti

jumlah konsumsi rokok yang tinggi diikuti

tingkat konsumsi kopi juga meningkat.

Dengan meningkatnya jumlah konsumsi

rokok pada laki-laki setiap harinya dapat

meningkatkan konsumsi kopi lebih besar

daripada konsumsi kopi perempuan. Dalam

kenyataan bahwa perempuan tidak banyak

yang merokok, akan tetapi variabel

konsumsi rokok berpengaruh signifikan

terhadap tingkat konsumsi kopi.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat di-

simpulkan bahwa:

Page 18: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

Konsumsi kopi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: kasus di kabupaten Jember

233

1. Konsumsi kopi masyarakat kota Jember

terdiri dari jenis kopi bubuk bermerek,

kopi bubuk tak bermerek, kopi bubuk

murni, kopi instan dan kopi campuran

dengan rata-rata perorangan 2,91 kg/

tahun setara kopi biji .

2. Laki-laki lebih banyak mengkonsumsi

kopi, dengan rata-rata 3,83 kg/tahun/

orang setara kopi pasar, daripada

perempuan dengan rata-rata 1,97 kg/

tahun/orang setara kopi pasar.

3. Kelompok umur remaja (≤25 tahun)

banyak mengkonsumsi kopi jenis kopi

campuran sedangkan kelompok umur

>25 tahun banyak mengkonsumsi jenis

kopi bubuk.

4. Kelompok pendapatan kurang dari

Rp1.000.000 mengkonsumsi kopi bubuk

curah, sedangkan kelompok pendapatan

lebih dari Rp1.000.000 mengkonsumsi

kopi jenis kopi bubuk bermerek.

5. Tingkat konsumsi kopi oleh laki-laki

dipengaruhi secara nyata oleh faktor

harga, lama aktivitas, umur dan

konsumsi rokok. Pendapatan tidak

berpengaruh pada tingkat konsumsi kopi

laki-laki. Tingkat konsumsi kopi oleh

perempuan dipengaruhi secara nyata

oleh faktor harga, umur dan konsumsi

rokok, namun pendapatan dan lama

aktivitas tidak berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Andarina, D. & S. Sumarmi (2006).Hubungan konsumsi protein hewanidan zat besi dengan kadarhemoglobin pada balita umur 13-36bulan. The Indonesian Journal ofPublic Health, 3, 2—3.

Andriani, M.; S. Martini; R. Gunanti & B.Wirjatmadi (2000). Faktor-faktoryang mempengaruhi konsumsi sayur

Tabel 11 Regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kopi pada jenis kelamin

Table 11 Multiple linear regression of factors influencing the level of coffee consumption at gender base

Signif.

Harga (price) 0.371* 3.795 0.000 Harga (price) 0.242 2.414 0.017

Pendapatan (income) -0.098NS 0.817 0.415 Pendapatan (income) -0.199 1.601 0.112

Lama aktivitas 0.610 2.966 0.003 Lama aktivitas 0.012 0.068 0.946Period of activities Period of activities

Umur (age) 0.039 3.435 0.010 Umur (age) 0.038 4.050 0.000

Konsumsi rokok 1.229 11.730 0.000 Konsumsi rokok 0.893 5.850 0.000Cigarette consumption Cigarette consumption

Konstanta -1.861 Konstanta 0.573

R2 0.548 R2 0.328

Adj. R2 0.535 Adj. R2 0.304

F hit

(F. calc) 43.09 F hit

(F. calc) 13.466

Variabel bebas laki–lakiMen dependent variable

Koefisienregresi

Coefficientregression

t hit.tcalc.

Signif. Variabel bebasperempuan

Woman dependentvariable

Koefisienregresi

Coefficientregression

t hit.tcalc.

Page 19: Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor …iccri.net/download/Pelita Perkebunan/Vol 25 No 3 Desember 2009... · Kopi banyak dimanfaatkan utamanya sebagai minuman penyegar.

234

Lestari et al.

pada anak pra-sekolah. JurnalPenelitian Medis Eksekta, 1, 45—47.

Anonim (2007). Konsumsi Kopi RI MasihSangat Rendah. http//kapanlagi.com.Diakses Agustus 2007.

Bersten, I. (1999). Kopi, Seks dan Kesehatan.Alih Bahasa Ahmad Ridho. BPP AEKILampung.

Brazilian Coffee Yearbook (2008). AnuarioBrasileiro do Cafe 2008. Brazil:Gazeta.

Ditjenbun (2001). Kajian Tingkat KesukaanKonsumen Pedesaan TerhadapKomposisi Kopi Bubuk dari BeberapaBahan Dasar di Jawa Timur. LaporanKegiatan Penelitian DirektoratJenderal Perkebunan Jakarta.

Ditjenbun (2007). Statistik Perkebunan In-donesia 2006–2008 Kopi (Coffee).Direktorat Jenderal Perkebunan,Departemen Pertanian, Jakarta.

Heryanjaya, B.; Syafi’i & Agustina (2007).Analisi sikap dan pengambilankeputusan konsumsi kopi instan diKotamadya Tangerang. Jurnal SosialEkonomi Fakultas Pertanian. Univer-sitas Brawijaya.

Ikrawan, Y. (2005). Dampak Kafein UntukKesehatan. Cakrawala. PikiranRakyat.

ICO (2008). Statistic on Coffee. InternationalCoffee Organization.

Mangkunegara. 2002. Perilaku Konsumen.Bandung: Refika Aditama

Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Purwantini, T.B. & M. Ariani (2009). Polakonsumsi pangan pada rumah tanggapetani padi. Jurnal Ekonomi RakyatI (2).

Sugiyono (2001). Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabela.

Sumardi, M. & H. Dieter (1999) Kemiskinandan Kebutuhan Pokok.

Jakarta: Rajawali.

Suresmiathi, A. (2007). Elastisitas penge-luaran dari permintaan terhadappangan di daerah Bali. Buletin StudyEkonomi, 12.

Steel, R.G.D & J.H. Torrie (1981). Prin-ciples and Procedures of StatisticsA Biometrical Approach. Singapore:McGraw-Hill International BookCampany.

Suryadi; D. N. Subarna; I. Rosyadi & N.Awalina (2002). Pengaruh iklanterhadap perilaku pembelian kon-sumen teh dalam keluarga. JurnalFakultas Ekonomi Sumatera Utara,20, 6-7.

Tedjakusuma, R.; S. Hartini & Muryani(2001). Analisis faktor-faktor yangmempengaruhi perilaku konsumendalam pembelian air minum mineraldi Kotamadya Surabaya. JurnalPenelitian Dinamika Sosial FakultasEkonomi Universitas Airlangga, 2,48-50.

Tjahjaprijadi & Indarto (2006). Analisis polakonsumsi rokok sigaret kretek mesin,sigaret kretek tangan, dan sigaret putihmesin. Jurnal Kajian EkonomiDepartemen Keuangan, 7, 5-8.

Umar, H. (2005). Riset Pemasaran dan PerilakuKonsumen. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Wahyudian; Sumarman & Hartoyo (2003).Analisis faktor-faktor yang mem-pengaruhi konsumsi kopi dan analisispemetaan beberapa merek kopi danimplikasinya pada pemasaran kopi.