Laporan Resmi Bahan Penyegar Baru
-
Upload
ivana-halingkar -
Category
Documents
-
view
926 -
download
13
description
Transcript of Laporan Resmi Bahan Penyegar Baru
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN
BAHAN PENYEGAR
Oleh :
Kelompok D-5
Kho Chin Ann (6103008023)
Isabella Gunawan (6103008024)
Ivana Halingkar (6103008103)
Marcella Hilda (6103008131)
Tanggal : 30 April 2010
Asisten : Debby Natalia
Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya
2010
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memahami jenis-jenis bahan penyegar yang berfungsi sebagai stimulant.
II. SASARAN BELAJAR
Menggambarkan morfologi bahan penyegar: daun teh, biji kopi, dan
coklat.
Menentukan kadar sari dari masing-masing bahan penyegar.
Menentukan kadar kafein dari masing-masing bahan.
III. DASAR TEORI
Bahan penyegar adalah semua bahan nabati yang dapat merangsang
pemakainya, baik digunakan untuk merokok (furnitori), menyirih (mastikatori)
ataupun dalam minuman. Yang termasuk bahan penyegar antara lain kopi, teh,
coklat, tembakau, sirih, kola, candu, dan ganja. Pada umumnya bahan-bahan
tersebut mengandung zat perangsang yang termasuk golongan alkaloid (Muchtadi
dan Sugiyono, 1992). Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom
nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini
merupakan bagian dari cincin heterosiklik (http://library.usu.ac.id/download/
fmipa/06003489.pdf). Menurut Sukarti dan Teguh (1997), senyawa alkaloid
tersebut adalah kafein, teobromin, dan teofilin. Kafein merupakan metabolit
sekunder, alkaloid golongan purin, dan termasuk turunan xantin. Tiga alkaloid
yang perlu diketahui adalah kafein (1,3,7- trimetil xantin), teofilin (1,3- dimetil
xantin), dan teobromin (3,7- dimetil xantin).
KOPI (Coffea sp.)
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus coffea. Buah kopi terdiri atas beberapa bagian yaitu lapisan
kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment), dan biji
(endosperm) (Muchtadi & Sugiyono,1992). Kulit luarnya sangat tipis,
mengandung klorofil dan zat warna lainnya. Daging buah terdiri dari bagian luar
yang tebal dan keras, dan bagian dalamnya seperti gel. Kulit tanduk adalah bagian
buah yang terletak antara daging buah dengan biji (endosperm), yang berperan
sebagai pelindung biji kopi dan pelindung lembaga terhadap cahaya. Umumnya
biji (endosperm), merupakan bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
untuk membuat minuman kopi. Kopi merupakan bahan penyegar yang dibuat dari
biji kopi (Coffea arabica atau C. Robusta) yang telah disangrai. ). Kopi arabika
memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan tanah tempat kopi
ditanam. Ciri-ciri kopi arabika antara lain aromanya wangi sedap mirip
percampuran bunga dan buah, tumbuh di daerah yang sejuk dan dingin, memiliki
rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis robusta, memiliki bodi atau rasa
kental saat disesap di mulut, rasa kopi arabika lebih mild atau halus. Kopi arabika
juga terkenal pahit. Sedangkan cirri-ciri kopi robusta adalah rasa yang lebih
seperti cokelat, bau yang dihasilkan khas dan manis, warnanya bervariasi sesuai
dengan cara pengolahan dan memiliki tekstur yang lebih kasar dari arabika
(http://www.infopasaragro.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=162:mengenal-jenis-kopi-kelas-dunia).
Pembuatan bubuk kopi dapat dilakukan dengan penyangraian dan
penggilingan. Substansi yang larut dalam 100 gram bubuk kopi adalah:
Substansi g/100g bubuk kopiasam klorogenat 4,5asam kafeat 0,5asam quinat 0,5Trigonelin 1,0Kafein 1,0 (C.arabica) atau 2,0 (C.robusta)karbohidrat terkaramelisasi 20Fenol 2,0asam nikotinat 0,025
Sumber : Laboratorium Kimia-Biokimia Pangan (Universitas Gadjah Mada.
Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian), 2002.
Varietas kopi dibagi menjadi 4 kelompok besar yakni: Coffea canephora
(dikenal dengan kopi robusta), Coffea Arabica, Coffea excels dan Coffea liberica
(Jacobs, 1969 dalam Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Berikut ini adalah komposisi kimia kopi:
Komposisi Kandungan (%)AirKafeinLemakGulaSelulosaNitrogenBahan bukan NAbu
11,231,2112,278,5518,8712,0732,583,92
Sumber : Jacobs, 1969 dalam Muchtadi dan Sugiyono, 1992
Berikut adalah kenampakan dari buah dan biji kopi :
(Anonymous, 2009)
Menurut Illy dan Viani (1995), serta Rothfos (1986), beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap citarasa kopi adalah varietas biji kopi, cara penyangraian,
penggilingan dan penyimpanan, air penyeduh, serta cara penyeduhannya,
termasuk teknik fermentasinya. Dua senyawa asam yang terdapat di dalam kopi
yang telah disangrai adalah senyawa fenolik. Satu diantaranya adalah asam kafeat
(coffeic acid), asam lainnya adalah asam klorogenat yang mengandung asam
kafeat yang menentukan cita rasa kopi. Selain kedua asam tersebut, yang juga
menentukan cita rasa kopi dan jumlahnya relatif kecil adalah : asam nitrat, asam
malat, asam tartrat, dan asam oksalat (Winarno, 1981; Changjaya. Abadi.com).
Menurut Rubiyo, Kartini dan Agung dalam Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 2005, peningkatan lama fermentasi memberikan flavor yang
lebih baik karena terjadi perubahan komposisi kimia pembentuk flavor, seperti
karbohidrat dan komponen volatil. Rasa pahit pada biji kopi disebabkan oleh
adanya asam klorogenat dengan kadar sekitar 6-7 persen. Rasa pahit merupakan
akibat dari peningkatan asam klorogenat yang identik dengan tingkat pemasakan
biji kopi, di mana citarasa asam klorogenat pahit seperti tanin. Asam klorogenat
terdekomposisi bertahap seiring dengan pembentukan aroma volatil dan senyawa
polimer. Asam ini terlepas sebagai CO2 lebih sedikit pada penyangraian yang
ditandai dengan cita rasa astringent (sepat). Selain asam klorogenat, rasa pahit
pada biji kopi juga dipengaruhi oleh kadar kafein. Kontribusi kafein terhadap
citarasa pahit adalah kurang dari 10 persen (Atmawinata, 2002). Golongan asam
akan mempengaruhi mutu kopi, karena merupakan salah satu senyawa pembentuk
aroma kopi. Asam yang dominan pada biji kopi adalah asam klogenat yaitu
sekitar 8 % pada biji kopi atau 4,5 pada kopi sangrai. Selama penyangraian
sebagian besar asam klorogenat akan terhidrolisa menjadi asam kafeat dan asam
kuinat (Anonim, 2007). Senyawa pembentuk aroma kopi, yaitu
golongan fenol dan asam tidak mudah menguap, seperti asam klorogenat dan
asam kuinat, golongan senyawa karbonil netral, seperti farmaldehid, aseton dan
asetaldehid, golongan senyawa karbonil asam, seperti asetoasetat dan keton
kaproat, golongan asam amino bebas, seperti leusin, isoleusin, alanin, threonim,
glysin dan asam aspartat serta golongan asam menguap, seperti asam asetat, asam
propionate, asam butirat dan asam valerat (Anonim, 2007). Menurut Wrigley
(1988), caramel flavour dari kopi berasal dari karbohidrat yang terkaramelisasi
pada saat biji kopi dipanggang. Dalam pengolahannya, yakni selama fermentasi
gula diubah menjadi asam laktat dan asam butirat menentukan flavor kopi yang
dihasilkan dan dijaga agar pembentukan asam tidak kurang dan tidak terlalu
banyak (Clarke, 1985).
TEH (Camellia sinensi)
Teh merupakan tanaman yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim
tropis, dengan ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut, dan
dengan suhu cuaca antara 14-25ºC.Pada dasarnya teh digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Teh hitam, adalah jenis teh yang dalam pengolahannya melalui proses
fermentasi secara penuh.
2. Teh Oolong, adalah teh yang hanya mengalami proses fermentasi paruh.
3. Teh hijau, adalah teh yang tidak mengalami proses fermentasi.
(Depkes RI, 2006)
Atas dasar kelarutannya dalam air, senyawa kimia penyusun teh
digolongkan atas 2 bagian besar yaitu golongan larut dan tidak larut dalam air.
Golongan larut dalam air: tanin, tanin teroksidasi, kafein, asam-asam amino, gula,
dan mineral sedangkan yang tidak larut dalam air adalah selulosa, serat kasar,
protein, klorofil, pigmen lain serta pati (Ristiarini, 1996). Senyawa kimia yang
ada dalam teh hijau antara lain polifenol, catechin, theaflavin, thearubigin, kaffein,
dan pigmen (klorofil, derivatnya, serta karoten). Polifenol dan katekin
mengandung senyawa antioksidan. Theaflavin dan thearubigin berfungsi sebagai
antibakteri. Klorofil, derivatnya (feofitin) dan karoten berfungsi sebagai
antioksidan. Selain itu karoten dapat pula berfungsi sebagai agen proteksi
terhadap radiasi sinar ultraviolet (http://www.wawasandigital.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=29551&Itemid=62). Senyawa kimia yang
terdapat dalam teh adalah substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi
aromatis dan substansi enzim. Menurut Bambang (1985), substansi fenol terdapat
tannin teh /katekin dan flavanol, substansi bukan fenol terdapat karbohidrat,
alkaloid (kafein, theobromin dan theofilin), protein dan asam-asam amino (alanin,
fenilalanin, valin, leucin dan isoleucin), klorofil dan zat anti warna lain
(karotenoid dan xantofil), asam organik resin, vitamin (C, K, A, B1, B2 dan lain-
lain) dan substansi mineral, substansi aromatis, substansi enzim (invertase,
amylase, β-glukosidase, oxiometilase, protease, peroksidase), xan-thine, adenine
minyak asiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride. Teh hijau menahan
polifenol yang dapat mencegah kanker, walaupun mengandung lebih banyak
kafein dibandingkan teh hitam biasa (Best, 1999). Teh hitam dibuat dari pucuk
daun teh segar yang dibiarkan menjadi layu sebelum digulung, kemudian daun-
daun tersebut dibiarkan selama beberapa jam sebelum dipanaskan dan
dikeringkan. Selama itu enzim yang terdapat di dalam daun-daun teh tersebut
mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa-senyawa yang ada di daun teh, sehingga
menghasilkan perubahan warna, rasa, dan aroma. Teh hitam disebut teh
terfermentasi, meskipun sesungguhnya sebagian besar disebabkan oleh proses
oksidasi. Sebagian besar (98%) pasaran teh dunia terdiri atas teh hitam
(Anonymous, 2009). Menurut Hartoyo (2003), teh hitam dibuat dengan
mengoksidasi katekin secara enzimatis membentuk pigmen teh hitam yaitu
theaflavin dan thearubigin. Jumlah theaflavin dan thearubigin dalam the hitam
masing-masing berkisar 0,3%-2% dan 10%-20% (berat kering). Keduanya
berkontribusi terhadap warna, strength, dan body dari teh hitam.
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), mutu teh sangat ditentukan oleh
macam daun yang dipetik. Kuncup dan daun muda akan akan memberikan mutu
teh yang lebih baik daripada daun tua. Sistem pemetikan P + 1 berarti pucuk yang
dipetik terdiri dari pucuk peko dan sebuah daun sebelumnya (di bawahnya), P + 2
berarti peko dan dua daun pucuk berturut – turut sebelumnya. Daun teh yang baru
dipetik mengandung air sekitar 75-82% dan selebihnya terdiri dari bahan organik
misalnya tannin, kafein, pektin, protein, pati, minyak atsiri dan vitamin.
Berikut ini adalah tabel daftar komposisi kimia daun teh hijau segar:
Zat % bahan keringSelulosa dan serat kasarProteinKhlorofil dan pigmenTaninPatiKafeinAsam aminoGulaAbu
34171,5250,5483
5,5 Sumber : Harler, 1964 dalam Muchtadi dan Sugiyono, 1992
Zat tanin yang banyak terdapat pada pucuk teh memegang peranan penting
dalam menentukan warna, rasa, dan aroma teh. Tanin dalam teh dapat digunakan
sebagai pedoman mutu, karena tanin memberikan kemantapan rasa. Tanin yang
ada pada teh terdiri dari katekin dan epikatekin, yang teresterifikasi dengan asam
galat (Winarno, 2004). Zat kafein juga penting dalam menimbulkan rasa nikmat
pada air seduhan teh. Kadar kafein pada teh adalah 2,5-4,5%. (Syarief,1988)
Selain itu berbagai protein, pati, pektin, dan minyak atsiri walaupun dalam jumlah
kecil ikut juga menentukan mutu teh (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Cita rasa Teh (Camellia sinensi)
Menurut Hartoyo (2003), katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk
dalam kelas flavanol. Jumlah dan kandungan katekin bervariasi untuk masing-
masing jenis teh. Katekin bersifat tidak berwarna, larut dalam air, serta membawa
sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Hampir semua sifat produk teh termasuk di
dalamnya rasa, warna, dan aroma secara langsung maupun tidak, dihubungkan
dengan modifikasi katekin ini. Pada teh hitam, theaflavin yang berperan
munculnya rasa yang khas dan thearubigens menyebabkan warna coklat gelap.
Karena proses fermentasi maka teh hitam hanya mengandung 3-10% katekin,
sedangkan teh hijau kandungan katekinnya masih tinggi yaitu 30-42% (Cahanar
dan Suhanda, 2006).
COKLAT (Theobroma cacao L.)
Coklat adalah nama sebuah makanan yang diolah dari biji kakao. Kata
coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit. Biji
coklat mengandung sebyawa alkaloid yang memiliki efek merangsang yaitu
theobromin dan kafein. Kadar theobromin dalam produk coklat merupakan
parameter penting sebagai bahan penyegar. Theobromin merupakan alkaloid pada
coklat yang mempunyai efek merangsang. Di samping itu, sebenarnya coklat juga
mengandung kafein seperti pada teh dan kopi (Mahmud, 2007).
Biji coklat diperoleh dari buah tanaman coklat. Menurut Susijahadi
(1997) buah coklat dibedakan atas 3 varietas yaitu:
1. Criollo
Kakao bermutu tinggi yang seringkali disebut sebagai the prince of
cocoa. Ciri varietas ini antara lain: pertumbuhan kurang kuat, produksi
rendah, tunas muda berbulu, masa berbuah lambat, peka hama, kulit
buah tipis dan mudah diiris, terdiri dari 10 alur, ujung buah tumpul dan
agak bengkok.
2. Forastero
Kakao bermutu rendah yang seringkali disebut kakao curah/ bulk cacao.
Ciri varietas ini antara lain: pertumbuhan kuat, produksi lebih tinggi,
masa berbuah lebih awal, relatif tahan hama, kulit buah agak keras, ada
yang memiliki bottle neck, endosperma ungu dan gepeng.
3. Trinitario
Kakao Trinitario terdiri dari 4 jenis yaitu Angoleta, Cundeamor,
Amelonado, dan Calaba Cillo. Varietas ini merupakan hasil persilangan
kakao jenis Kriolo dan Forastero, sehingga memiliki ciri beraneka
ragam. Kulit buah ada yang kasar dan halus, alur ada yang jelas dan
tidak jelas, biji ada yang bulat dan gepeng, serta memiliki endosperma
berwarna ungu.
Berikut komposisi kimia biji coklat:
Komponen Kandungan (%)Air 3,8Lemak 3,4Abu 8,1Nitrogen 2,8Theobromin 1,3Kafein 0,1Karbohidrat : Glukosa 0,1 Sukrosa 0,0 Pati 2,8 Pektin 8,0 Serat 18,6 Selulosa 13,7 Pentosan 7,1Tannin : Asam tannin 1,3 Coklat-ungu & coklat-coklat 2,0Asam : Asetat (bebas) 0,1 Sitrat 0,7 Oksalat 0,32
Sumber: Mike, 1954
Buah coklat biasanya mengandung 30–40 biji yang tertutup oleh “pulp”
yang berlendir. “Pulp” segar umumnya berwarna putih susu, lunak dan berlendir.
Bagian ini sebenarnya adalah bagian dinding buah yang melekat pada epidermis
kulit biji (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Komponen yang terdapat dalam biji
coklat, seperti karbohidrat, lemak, protein, tanin, dan sedikit kafein. Senyawa
alkaloid yang terdapat pada biji coklat adalah theobromin (Muchtadi & Sugiyono,
1992). Tanin berperan dalam proses fermentasi, yang akan merubah aroma coklat
yang dihasilkan. Theobromin merupakan alkaloid pada coklat yang mempunyai
efek merangsang. Dengan demikian kadar theobromin pada produk coklat
merupakan parameter yang penting sebagai bahan penyegar. Selain itu coklat juga
mengandung kafein sepeti pada teh dan kopi (Suryani, 2006). Theobromina (3,7
Dimetil Xantin) Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam:
Sterculaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
Sumber : http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alkaloid.pdf
Cita rasa coklat (Theobroma cacao L.)
Menurut Merory (1968), flavour dari coklat sangat dipengaruhi dari
dekomposisi kimia yang menghasilkan senyawa aromatis, seperti dehidrasi,
oksidasi, dan perubahan kelarutan pada tannin serta senyawa volatil antara lain
hidrokarbon, keton, asam volatil (butirat,asetat), amina dari protein.
Kadar sari (water extract)
Kadar sari (water extract) atau kadar seduhan adalah jumlah bahan yang
larut apabila bahan tersebut diekstrak dengan air panas. Kadar sari ini penting
untuk produk bahan penyegar seperti kopi, teh, dan coklat yang dikonsumsi dalam
bentuk seduhan. Kadar sari produk menentukan mutu organoleptik seduhan yang
meliputi cita rasa, warna, aroma, dan kesegaran (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Menurut Vail, dkk (1978) kadar sari merupakan ekstrak dari bahan-bahan
penyegar (kopi, teh, coklat) yang masih tertinggal setelah mengalami pengolahan.
Kadar sari merupakan kumpulan senyawa-senyawa non-volatil yang memberikan
aroma dan cita rasa khas dari bahan penyegar, sehingga semakin tinggi persentase
kadar sari dalam bahan penyegar semakin tinggi pula kualitas seduhannya.
Komponen utama dari kadar sari adalah kandungan tanin yang memberikan
warna, aroma, dan rasa pada hasil seduhan disamping kandungan bahan penyegar
utamanya (kafein dan theobromin). Namun, persentase kadar sari tidak dapat
dijadikan ukuran untuk menentukan kadar kafein dalam bahan penyegar karena
kadar sari merupakan kumpulan dari berbagai senyawa yang terkandung dalam
bahan penyegar. Persentase kadar sari sangat dipengaruhi oleh verietas bahan
penyegar yang digunakan. Bahan penyegar dengan varietas unggul akan
menghasilkan persentase kadar sari yang semakin tinggi.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Erlenmeyer 250 ml (Schoot Duran dan Iwaki Pyrex)
Beker gelas 500 ml (Iwaki Pyrex)
Beker gelas 250 ml (Iwaki Pyrex)
Beker gelas 100 ml (Iwaki Pyrex dan Schoot Duran)
Labu pemisah (Iwaki Pyrex)
Gelas ukur (Germany)
Kertas saring
Timbangan kasar (Acculab-Sartorius Group)
Corong
Batang pengaduk
Bunsen
Kaki tiga dan kasa
Panci
Kompor (Rinnai)
Oven
Bahan :
Kopi dalam bentuk buah-biji mentah dan bubuk murni (Arabica Java,
cap Singa est.1928)
Coklat dalam bentuk buah-biji mentah dan bubuk (Van Houten, since
1828)
Teh dalam bentuk daun dan teh hijau/ Green Tea (Cap Kepala
Djenggot)
Larutan H2SO4 (1:9)
Larutan KOH 1%
Padatan MgO
Kloroform
Akuades
V. CARA KERJA
Pengamatan sifat fisik buah dan biji kopi, coklat dan daun teh
Struktur dan bentuk
Warna dan aroma
Analisis kafein
Buah dan biji kopi, coklat dan daun teh
Pengamatan aroma
Pengamatan warna
Buah dan biji kopi, coklat dan daun teh
Pemotretan
5 gr kopi, coklat bubuk, teh
Pengayakan 30 mesh
Pendidihan 2 jam
Pengenceran (250 mL)
Penyaringan
150 ml filtrat
Pendidihan(hingga 50 ml)
Pembilasan
Pengocokan
Pengeluaran
Penguapan (oven; 100°C,1 jam)
Penimbangan (duplo)
Perhitungan kadar kafein
+ 2 gr MgO+100 mL akuades
+ 10 mL H2SO4 (1:9)
5 mL H2SO4 (1:9)
kloroform 20,15,10,10,10,5 mL+ 5 mL KOH
Kadar Kafein (%)=
berat kafein x 3,464 x 250150 x berat contoh
Kadar sari
Kadar Sari (%) =
berat residu berat contoh
×20050
×100%
VI. HASIL PENGAMATAN
10 gram bahan coklat bubuk, kopi bubuk7,5 gram teh
Penyaringan
+ 200 ml akuades
Penimbangan residu
Pendinginan
Penguapan
50 ml filtrat
Pendidihan 1 jam (dengan pendingin balik)
+ akuades (sampai ketinggian semula)
Penempatan dalam erlenmeyer
Penentuan kadar sari
Pendinginan
Analisa Bahan Baku
Tabel 6.1. Warna dan kenampakan bahanBahan Warna Kenampakan
Biji Kopi ArabicaHitam kecoklatan
(+++)
Biji Kopi RobustaHitam kecoklatan
(++)
Kopi Robusta Bubuk
Hitam kecoklatan(+++)
Biji kakao Cokelat
NIB Cokelat Cokelat tua (+++)
Bahan Warna Kenampakan
Lemak Cokelat Putih kekuningan
Pasta Cokelat Coklat tua (++)
Bubuk cokelat Cokelat (+++)
Daun Teh Hijau Hijau kecoklatan
Tabel 6.2. Aroma bahanBahan Aroma Senyawa
Biji kopi robusta Pahit (++) Asam klorogenatBiji kopi arabica Pahit(+++) Asam klorogenatBiji Cokelat Tengik (++)Cokelat bubuk Bau khas cokelatPasta Cokelat Pahit dan manis (+++)Lemak cokelat Tengik (+++)NIB Cokelat Harum manis (++)Teh Hijau Sepat khas teh
Tabel 6.3. Kadar Kafein
BahanBerat erlenmeyer
konstan (g)Berat erlenemyer +
kafein (g)Berat erlenemyer + kafein rata-rata (g)
Kadar Kafein (%)
Kopi 63,92 64,36
64,19 64,23 64,26 0,39
Cokelat 50,17 50,13
50,18 50,18 50,18 0,01
Teh Hijau 64,05 64,13
64,06 64,07 64,09 4,62
Contoh perhitungan kadar kafein :
Kopi=(berat kefein ) x 3,464 x250
150 xberat sampel
¿(64,26−63,92 ) x 3,464 x250
150 x5
¿0,39 %
Cokelat=(50,18−50,17 ) x 3,464 x250
150 x berat sampel
¿(0,01 ) x 3,464 x250
150 x5
¿0,01 %
Te h=(64,09−64,05 ) x 3,464 x 250
150 x berat sampel
¿ 0,04 x3,464 x 250150 x5
= 4,62 %
Tabel 6.4. Kadar Sari
BahanBerat beker gelas
kosong (g)Berat beker gelas +
sari (g)Berat beker gelas +
sari rata-rata (g)Kadar Sari
(%)Kopi 91,00 92,0
592,04 92,06 92,05 42
Cokelat 91,18 92,29
91,86 91,88 92,01 33,2
Teh Hijau 95,99 93,05
92,91 92,91 92,91 -
Contoh perhitungan kadar sari :
Kopi=(berat residu )berat sampel
x20050
x100
¿(92,05−91,00 )
10x
20050
x 100
¿42 %
Cokelat=(berat residu)berat sampel
x20050
x100
¿(92,01−91,18 )
10x
20050
x 100
¿33,2%
VII. PEMBAHASAN
Bahan penyegar merupakan bahan nabati yang mengandung senyawa
perangsang yang berasal dari golongan alkaloid, misalnya kopi, teh, dan coklat
(Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Alkaloid adalah senyawa organik banyak
ditemukan di alam dan hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan
bagian dari cincin heterosiklik (http://library.usu.ac.id/download/
fmipa/06003489.pdf). Menurut Sukarti dan Teguh (1997), senyawa alkaloid
tersebut adalah kafein, teobromin, dan teofilin.
KENAMPAKAN
Kopi
Pengamatan kenampakan dilakukan untuk sortasi dan grading. Dalam
percobaan ini, kopi yang diamati adalah biji kopi Robusta, biji kopi Arabica, dan
bubuk kopi Robusta. Menurut Muchtadi & Sugiyono (1992), buah kopi terdiri
atas beberapa bagian yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp),
kulit tanduk (parchment), dan biji (endosperm). Kulit luarnya sangat tipis,
mengandung klorofil dan zat warna lainnya. Daging buah terdiri dari bagian luar
yang tebal dan keras, dan bagian dalamnya seperti gel. Kulit tanduk adalah bagian
buah yang terletak antara daging buah dengan biji (endosperm), yang berperan
sebagai pelindung biji kopi dan pelindung lembaga terhadap cahaya. Umumnya
biji (endosperm), merupakan bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
untuk membuat minuman kopi.Biji kopi Arabica memiliki bentuk yang lebih
lonjong, sedangkan biji kopi Robusta lebih bundar. Kulit luar biji kopi Robusta
lebih tebal daripada biji kopi Arabica. Bagian dalam biji kopi Arabica dan
Robusta berwarna oranye.Bubuk kopi merupakan hasil dari penyangraian dan
penggilingan biji kopi. Kadar air pada bubuk kopi sedikit sehingga bubuk kopi
lebih awet (tahan lama). Bubuk kopi Robusta berupa butiran-butiran halus karena
sudah mengalami proses penggilingan dan penyaringan.
Cokelat
Pengamatan kenampakan dilakukan untuk sortasi dan grading. Dalam
percobaan ini, cokelat yang diamati berupa biji kakao, NIB cokelat, lemak
cokelat, pasta cokelat, dan bubuk cokelat.Buah coklat biasanya mengandung 30–
40 biji yang tertutup oleh “pulp” yang berlendir. “Pulp” segar umumnya berwarna
putih susu, lunak dan berlendir. Bagian ini sebenarnya adalah bagian dinding buah
yang melekat pada epidermis kulit biji. Komponen yang terdapat dalam biji
coklat, seperti karbohidrat, lemak, protein, tanin, dan sedikit kafein (Muchtadi dan
Sugiyono, 1992).
Biji kakao merupakan biji dari buah cokelat yang sudah dikeringkan,
bentuknya lonjong. NIB cokelat merupakan biji kakao yang dihancurkan menjadi
potongan-potongan kecil. Lemak dan pasta cokelat merupakan hasil ekstraksi dari
biji cokelat. Pada percobaan, terdapat cairan pada wadah lemak cokelat. Cairan
tersebut merupakan lemak yang mencair. Sedangkan pada wadah pasta cokelat
tidak terdapat cairan. Hal itu berarti titik leleh lemak cokelat lebih rendah
dibandingkan pasta cokelat. Bubuk cokelat merupakan biji cokelat yang disangrai
dan dikeringkan. Pengayakan dilakukan agar diperoleh bubuk cokelat yang
butiran-butirannya halus.
Teh
Pengamatan kenampakan pada daun teh dilakukan untuk menentukan
sortasi dan grading. Teh yang diamati dalam percobaan ini adalah teh hijau. Daun
teh hijau yang masih segar berwarna hijau muda. Daun teh yang sudah
dikeringkan berwarna cokelat. Dalam industri, daun teh yang sudah dikeringkan
dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil dan mengalami pemanasan sehingga
sari teh mudah diekstraksi ketika akan dikonsumsi. Hal itu disebabkan luas
permukaan yang besar akan mempermudah air untuk masuk ke dalam bahan dan
mengekstrak sarinya. Pemotongan menjadi serpihan-serpihan kecil akan
mempermudah pengemasan.
AROMA
Menurut Illy dan Viani (1995), serta Rothfos (1986), faktor-faktor yang
mempengaruhi citarasa kopi adalah varietas biji kopi, cara penyangraian,
penggilingan dan penyimpanan, air penyeduh, serta cara penyeduhannya,
termasuk teknik fermentasinya. Dua senyawa asam yang terdapat pada kopi yang
telah disangrai adalah senyawa fenolik, antara lain adalah asam kafeat (coffeic
acid) dan asam klorogenat (asak klorogenat mengandung asam kafeat yang
menentukan cita rasa kopi). Senyawa lain yang juga mempengaruhi cita rasa kopi
dalam jumlah yang kecil asam nitrat, asam malat, asam tartrat, dan asam oksalat
(Winarno, 1981; Changjaya. Abadi.com). Menurut Rubiyo, Kartini dan Agung
dalam Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2005,
peningkatan lama fermentasi memberikan flavor yang lebih baik karena terjadi
perubahan komposisi kimia pembentuk flavor, seperti karbohidrat dan komponen
volatil. Rasa dan aroma pahit pada biji kopi disebabkan oleh adanya asam
klorogenat dengan kadar sekitar 6-7 %. Rasa pahit merupakan akibat dari
peningkatan asam klorogenat yang identik dengan tingkat pemasakan biji kopi, di
mana citarasa asam klorogenat pahit seperti tanin. Asam klorogenat
terdekomposisi bertahap seiring dengan pembentukan aroma volatil dan senyawa
polimer. Asam ini terlepas sebagai CO2 lebih sedikit pada penyangraian yang
ditandai dengan cita rasa astringent (sepat). Selain asam klorogenat, rasa pahit
pada biji kopi juga dipengaruhi oleh kadar kafein. Kontribusi kafein terhadap
citarasa pahit adalah kurang dari 10 persen (Atmawinata, 2002). Menurut Wrigley
(1988), caramel flavour dari kopi berasal dari karbohidrat yang terkaramelisasi
pada saat biji kopi dipanggang.
Varietas kopi dibagi menjadi 4 kelompok besar yakni: Coffea canephora
(dikenal dengan Kopi Robusta), Coffea Arabica (dikenal sebagai Kopi Arabica),
Coffea excels dan Coffea liberica. Aroma pada Kopi Robusta dan Kopi Arabica
adalah pahit, sedikit asam, agak tengik, sedikit berbau obat, seperti kayu, yang
berbeda pada intensitasnya (Gordon Wringley, 1988). Perbadaan ini disebabkan
oleh adanya perbedaan persentase kafein di dalam kopi. Kafein pada Kopi
Robusta (1,16g dari berat sampel kering yakni sekitar 3,27g) lebih tinggi dua kali
lipat dari pada Kopi Arabica (0,58g dari berat sampel kering, yakni sekitar 1,70g)
(Wrigley, 1988).
Pada percobaan ini digunakan dua jenis kopi yang berbeda, yakni Kopi
Robusta dan Kopi Arabica. Aroma Kopi Robusta dan Kopi Arabica adalah pahit
namun intensitas aroma pahit pada Kopi Arabica lebih tinggi daripada Kopi
Robusta. Hal ini disebabkan sampel kopi yang digunakan telah lama disimpan
sehingga memungkinkan terjadinya ketengikan dari kandungan lemak dalam kopi
sehingga mempengaruhi aroma kopi. Selain itu, penyimpanan yang kurang rapat
memungkinkan terjadinya pelepasan senyawa volatil ke lingkungan sehingga
intensitas aromanya berkurang.
WARNA
Warna pada bahan-bahan penyegar dipengaruhi oleh komposisi kimia
yang ada dalam bahan itu sendiri. Hasil pengamatan menunjukkan warna dari biji
kopi arabica adalah hitam (+++), biji ko
KADAR KAFEIN (%)
Pengukuran kadar kafein bertujuan untuk menentukan bahan yang tepat
dalam menghasilkan kadar kafein tertentu dalam pembuatan minuman/produk
pangan. Pengukuran kadar kafein dilakukan dengan cara menimbang sampel
sebesar 5 gram dengan penambahan MgO sebanyak 2 gram, lalu dilarutkan dalam
akuades 200mL. MgO berfungsi untuk mempercepat reaksi pemanasan. Larutan
sampel tersebut lalu diekstraksi dengan cara dididihkan selama 2 jam, serta
menggunakan pendingin balik untuk menambahkan akuades. Selama proses
ekstraksi, digunakan pendingin balik untuk mengurangi jumlah air yang diuapkan.
Di mana uap tersebut dikawatirkan mengandung kafein. Hasil dari pendidihan
selanjutnya didinginkan sebentar dan disaring utnuk memperoleh filtrat yang
selanjutnya diencerkan dalam labu takar 250mL. Kemudian dilakukan
penambahan H2SO4 sebanyak 10mL untuk melarutkan protein dan senyawa-
senyawa lain dalam bahan yang tidak tahan terhadap asam, serta membentuk
garam tak stabil. Pendidihan hingga filtrat tersisa 100 mL dilakukan selanjutnya
untuk menguapkan H2SO4 dan zat-zat yang tak diinginkan. Setelah itu, filtrat
dipisahkan dalam cawan pemisah dengan kloroform yang berguna untuk
mengekstraksi semua komponen kimia yang ada dalam bahan. Penambahan KOH
berfungsi untuk memperkuat susana basa agar, serta mengikat kafeidin yang
sudah terekstrak dalam kloroform sehingga tidak ikut menguap saat dipanaskan.
Dari hasil percoban dapat diketahui karakter fisik dari kafein yang tampak didasar
erlenmeyer setelah dikeringkan dan dioven 100ºC hingga konstan
(Susijahadi,1997).
Menurut Rubiyo, Kartini dan Agung (2005), komponen yang cukup
penting dalam biji kopi adalah kafein. Struktur bangun dari kafein adalah:
(http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alkaloid.pdf)
Kafein bersifat “mono-acidic” yang lemah dan dapat memisah dengan penguapan
air. Dengan asam, kafein akan bereaksi membentuk garam yang tidak stabil.
Reaksi kafein dengan basa akan membentuk garam yang stabil. Kafein mudah
terurai dengan alkali panas membentuk kafeidin (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Kadar kafein pada kopi robusta lebih besar dua kali lipat daripada Kopi Arabica,
yakni sebesar 1,16 dari berat sampel kering (3,27) sedangkan arabica sebesar 0,58
dari berat sampel kering (1,70) (Wrigley, 1988). Kadar kafein pada kopi sebesar
1,21%. Kadar kafein pada teh hijau sebesar ±4% (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Sementara itu, kadar kafein pada cokelat cenderung kecil, yaitu 0,1% (Mike,
1954).
Pada percobaan, sampel yang dianalisa kadar kafeinnya adalah cokelat
bubuk, kopi Robusta bubuk, dan daun teh hijau. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa kadar kafein dari kopi bubuk adalah 0,39%,teh hijau 4,62%, dan cokelat
bubuk 0,01%. Kafein pada kopi seharusnya berada pada kisaran 1,21%, namun
hasil percobaan menghasilkan kadar kafein yang lebih rendah dari yang
seharusnya. Hal tersebut terjadi karena karena kopi bubuk yang digunakan telah
mengalami pengolahan yang memungkinkan kadar kafein hilang saat proses.
Selain itu, kopi bubuk instan yang dijual dipasaran biasanya telah mengalami
dekafeinasi Dekafeinasi merupakan suatu proses pengolahan yang bertujuan agar
kadar kafein pada kopi memenuhi batas kadar kafein yang diijinkan untuk dijual
oleh pemerintah. Hal ini karena kadar kafein yang terlalu tinggi dapat
mengganggu kesehatan (Susijahadi, 1997). Sementara itu, hasil pengukurankadar
kafein pada cokelat sebesar 0,01%. Perbedaan kadar kafein dengan teori
disebabkan karena adanya proses penguapan yang terjadi saat ekstraksi, sehingga
kafein ikut teruapkan. Sedangkan kadar kafein pada teh hijau menurut percobaan
adalah 4,62%. Kadar kafein tersebut sesuai dengan pustaka yang menyatakan
bahwa kafein pada teh hiaju berkisar antara ±4% (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Walaupun kadar kafein pada kopi bubuk dan cokelat lebih kecil daripada teori,
urutan kadar kafein yang diukur dalam percobaan sesuai dengan teori, yaitu teh
hijau, kopi, dan yang terkahir adalah cokelat. Teh hijau memiliki kandungan
kafein yang terbesar bila dibandingkan dengan kopi dan cokelat karena daun teh
hijau mengandung sejumlah komponen antioksidan yang mencegah terjadinya
reaksi-reaksi yang dapat mempengaruhi kafein yang terkandung didalamnya
(Ir. Arif Hartoyo, 2003).
KADAR SARI (%)
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), kadar sari menunjukkan jumlah
bahan yang terlarut apabila bahan tersebut diseduh dengan air panas. Kadar sari
mempengaruhi mutu organoleptik seduhan, contoh : aroma, citarasa, dan
kesegaran. Kadar sari pada bahan sangat dipengaruhi oleh lama dan suhu
pemanasan, komposisi bahan, ukuran partikel bahan, dan banyaknya pelarut..
Pendingin balik yang dilakukan pada praktikum ini memiliki tujuan agar zat-zat
terlarut dalam pelarut tidak ikut menguap. Komposisi bahan mempengaruhi kadar
sari dimana semakin banyak terkandung komponen-komponen yang terlarut
dalam air berarti kadar sarinya juga semakin besar. Jika ukuran partikel makin
kecil maka makin mudah komponen-komponen terlarut sehingga kadar sari makin
besar. Dan semakin banyak pelarut yang dipakai maka makin tinggi kadar sari
sampai mencapai tingkat kejenuhan kadar sari dalam bahan.
Hasil pengukuran kadar sari pada kopi bubuk sebesar 42%, cokelat
bubuk 33,2%, sedangkan pada teh hijau tak dapat dihitung karena mengalami
penyimpangan dalam penimbangan erlenmeyer. Kadar sari pada kopi bubuk
seharusnya lebih kecil daripada cokelat bubuk karena ukuran partikel pada coklat
bubuk jauh lebih halus daripada kopi bubuk, sehingga luas permukaan pada
cokelat bubuk seharusnya lebih besar. Semakin besar luas permukaan, kadar sari
yang diperoleh semakin besar pula. Penyimpangan terjadi karena api yang
digunakan untuk ekstraksi kadar sari tak sama antara satu dengan yang lain,
sehingga walaupun partikelnya lebih halus daripada kopi bubuk, panas dari api
bunsen pada kopi lebih tinggi sehingga yang diekstrak dari kopi bubuk lebih besar
daripada cokelat bubuk (Susijahadi, 1997). Kadar sari pada teh hijau seharusnya
lebih kecil daripada kopi dan cokelat, namun pada percobaan kadar sari teh tak
bisa diukur karena adanya penyimpangan data penimbangan, di mana beaker yang
ditimbang saat kosong masih mengandung sejumlah air, sehingga saat
dikeringkan, air ikut menguap dan menyebabkan berat beaker yang berisi sari
bahan berkurang drastis (Susijahadi, 1997).
VIII. KESIMPULAN
Kadar air bahan segar dari yang tertinggi hingga terendah berturut-
turut adalah kunir, temulawak, dan jahe. Sedangkan pada bahan
bubuk adalah temulawak,kunir, dan jahe.
Jahe berbentuk rimpang bercabang dan berukuran besar,
temulawak berbentuk batang bercabang, sedangkan kunir
berbentuk batang lurus dan berukuran kecil.
Warna oleoresin jahe segar adalah kuning, sedangkan kunir dan
temulawak segar berwarna oranye (intensitas warna oranye pada
kunir lebih tinggi). Warna oleoresin pada jahe bubuk, kunir bubuk,
dan temulawak bubuk berturut-turut adalah cokelat muda, kuning
kecokelatan, dan kuning tua.
Aroma pada jahe segar adalah pedas sedangkan pada kunir dan
temulawak segar adalah manis segar. Aroma dari jahe bubuk
adalah pedas sedangkan pada kunir dan temulawak bubuk adalah
pahit.
% rendemen dari yang terbesar hingga terkecil adalah kunir segar,
jahe segar, temulawak segar, temulawak bubuk, kunir bubuk, dan
jahe bubuk.
Laju alir bahan berturut-turut dari yang terbesar hingga yang
terkecil adalah temulawak segar, jahe segar, kunir segar,
temulaawak bubuk, jahe bubuk, dan kunir bubuk.
Semakin tinggi persen rendemen bahan, laju alir makin rendah,
kadar air makin tinggi.
Laju alir bahan segar lebih tinggi daripada bahan bubuk.
Kadar air bahan segar lebih besar daripada bahan bubuk.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous1.2007.Kopi.http:/labilink.or.id/
Anonymous2. 2007.Kopi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi
Anonymous3. 2009. Coklat. http://www.wikipedia.org/wiki/coklat
Anonymous4. 2009. Teh. http://www.wikipedia.org/wiki/teh Atmawinata, O. 2002. Peranan Uji Cita Rasa dalam Pengembalian Mutu
Kopi. Materi Pelatihan Uji Cita Kopi : 14-21 Februari 2002 di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 39 hal.
Best, Ben. 1999. http://www.benbest.com/health/caffeine.html#beverages
Clarke, R. J. 1985. Coffee. New York : Elievier Applied Science Publisher
Ltd.
Depkes,RI. 2006. Minum Teh juga Memiliki Manfaat. http://
www.depkes.go.id
Gordon Wrigley.1988.Coffee. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Ir. Arif Hartoyo, M.S.2003. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan.
Yogyakarta: Kanisius
Joseph Merory.1968.Food Flavorings. New jersey : The Avi Publishing
Company, Inc.
Laboratorium Kimia-Biokimia Pangan (Universitas Gadjah Mada. Jurusan
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian).2002.Kamus Istilah Pangan dan
Nutrisi. Yogyakarta: Kanisius
Mahmud, R. 2007. Manfaat Coklat bagi Kesehatan. http://www.tops-sehatku.blogspot.com/2007/01/htm l
Mike, W. T. 1954. The Literature of Cacao. Washington : American Chemical Society.
Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Bogor : Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Najiyat & Daniarti. 2000. Kopi Budaya & Penanganan Lepas Panen.
Jakarta: Penerbit Swadaya.
P. Cahanar, Irwan Suhanda.2006. Makan sehat hidup sehat. Jakarta: Buku
Kompas
Ristiarini, Susana. 1996. Ulas Balik Teh Hitam Indonesia : Prekursor
Flavor dan Pengaruh Cara Pengolahan Terhadap Flavor serta Pengemas
terhadap Stabilitas Mutu Teh Hitam. Surabaya : FTP-UKWMS.
Rubiyo, Kartini L., Agung, M. S., 2005. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Fisik dan Citarasa Kopi Arabika
Varietas S 795 di Bali. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 250-260
Susijahadi. 1997. Teknologi Pengolahan Kopi dan Coklat, Diktat Kuliah.
Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Suryani, Ani. 2006. Aneka Olahan Kopi dan Coklat. Jakarta : Penebar Swadaya
Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri
Pertanian. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.
Vail, Gladys E. dkk. 1978. Foods seventh edition. Boston: Houghton Mifflin Company
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf
http://www.infopasaragro.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=162:mengenal-jenis-kopi-kelas-
dunia
http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alkaloid.pdf
http://www.wawasandigital.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=29551&Itemid=62