Konstruksi Kayu I

20
Konstruksi Kayu Pengertian dan Sifat Kayu Kayu mempunyai beberapa kegunaan bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah dijadikan sebagai bahan bangunan dalam pembuatan suatu bangunan. Kayu banyak digunakan dalam bangunan-bangunan sederhana dan dalam konstruksi kuda-kuda untuk atap. Digunakannya kayu untuk bangunan disebabkan karena kayu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan bahan lain seperti baja, antaran lain karena kayu mempunyai berat volume yang lebih ringan, harga yang lebih murah, mudah diperoleh terutama di Indonesia yang masih mempunyai kawasan hutan yang luas, dan dapat memberikan kenampakan luar yang indah. Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang. Diperkirakan pada abad abad yang akan datang kayu masih akan selalu dibutuhkan. Dari segi manfaat bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat sifat utama yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia. Sifat sifat utama bahan bangunan kayu dapat diuraikan sebagai berikut. Kayu merupakan kekayaan alam yang tidak akan habis habisnya jika dikelola/diusahakan dengan baik. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Kayu mempunyai sifat sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain buatan manusia. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan berbagai sifat lainya.

Transcript of Konstruksi Kayu I

Page 1: Konstruksi Kayu I

Konstruksi Kayu

Pengertian dan Sifat Kayu

Kayu mempunyai beberapa kegunaan bagi kehidupan manusia, salah

satunya adalah dijadikan sebagai bahan bangunan dalam pembuatan suatu

bangunan. Kayu banyak digunakan dalam bangunan-bangunan sederhana

dan dalam konstruksi kuda-kuda untuk atap. Digunakannya kayu untuk

bangunan disebabkan karena kayu mempunyai beberapa kelebihan

dibandingkan bahan lain seperti baja, antaran lain karena kayu mempunyai

berat volume yang lebih ringan, harga yang lebih murah, mudah diperoleh

terutama di Indonesia yang masih mempunyai kawasan hutan yang luas, dan

dapat memberikan kenampakan luar yang indah.

Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang.

Diperkirakan pada abad abad yang akan datang kayu masih akan selalu

dibutuhkan. Dari segi manfaat bagi kehidupan manusia, kayu dinilai

mempunyai sifat sifat utama yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan

manusia.

Sifat sifat utama bahan bangunan kayu dapat diuraikan sebagai

berikut.

Kayu merupakan kekayaan alam yang tidak akan habis habisnya jika dikelola/diusahakan dengan baik.

Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain.

Kayu mempunyai sifat sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain buatan manusia. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan berbagai sifat lainya.

Jenis jenis kayu yang digunakan pada umumnya disesuaikan dengan

fungsi dari komponen rumah yang bersangkutan. Dimana komponen rumah

adalah bagian bagian yang menyusun sebuah rumah, seperti lantai, dinding,

pintu, jendela, plafon, dan lain lain. (Abdurachman; 1980, Barly dan

Abdurrohim; 1982).

Pemilihan dan penggunaan kayu untuk satu tujuan pemakaian,

memerlukan pengetahuan dari sifat sifat kayu tersebut dan yang umum

adalah : berat jenis, kelas awet dan kelas kuat. Pengetahuan sifat sifat

tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam

Page 2: Konstruksi Kayu I

penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat ditentukan

kemungkinan substansi oleh jenis kayu lain, apabila jenis kayu tersebut sulit

didapat secara kontinyu atau harganya lebih mahal (Anonimius; 1979).

Menurut Soekotjo (1977), kayu untuk perumahan biasanya dalam bentuk:

1. Untuk kerangka rumah2. Atap3. Dinding

Konstruksi Atap Kayu

Konstruksi atap adalah bagian paling atas dan suatu bangunan,

permasalahan konstruksi atap tergantung pada luasnya ruang yang harus

dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.

Pengaruh lingkungan luar terhadap atap menentukan pilihan

penyelesaian yang baik terhadap suhu ( sinar matahari ), cuaca ( air hujan

dan kelembaban udara), serta keamanan terhadap kebakaran (petir dan

bunga api) sehingga atap harus memenuhi kebutuhan terhadap keamanan

dan kenyamanan.

Konstruksi atap rangka kayu adalah suatu konstruksi yang berfungsi

bagai penahan beban penutup atap, yang melindungi penghuni rumah dan

panas matahari, angin dan air hujan, yang strukturnya terbuat dan rangka

kayu.

Konstruksi atap rangka kayu memiliki elemen-elemen sebagai berikut :

Kuda-kuda merupakan penopang (iga-iga) yang menyalurkan gaya

tekan, sedangkan balok dasar pada kuda - kuda yang berfunfsi sebagai

penahan dasar gaya tarik, serta tiang tengah (ander) yang mendukung balok

bubungan (molo) dan menerima gaya tekan.

Gording merupakan sebagai penyangga kasau (usuk) tenletak pada

kuda penopang dibutuhkanjikajarak antara bantalan dan bubungan> 2 m.

Kasau / Usuk merupakan balok melintang di atas balok dinding

(bantalan), gording, dan bubungan serta berfungsi sebagai penyangga reng.

Ujung bawah kasau diteruskan menonjol pada dinding rumah ke luar,

membentuk lebar tritisan yang dikehendaki.

Reng merupakan bilah yang melintang di atas kasau dan berfungsi

sebagai tempat menempatkan posisi genteng, sedangkan ring balok

Page 3: Konstruksi Kayu I

diletakkan di bagian puncak dinding dan berfungsi sebagai pendukung balok

kuda-kuda.

Listplank Tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung

bawah kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi

terhadap cucuran air hujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat

lapuk.

Konstruk rangka batang konstruksi rangka yang terletak pada sebuah

bidang dan saling dihubungkan degan sendi pada ujungnya, sehingga

membentuk suatu bagian bangunan yang terdiri dan segitiga-segitiga.

Pelapis atap merupakan lapisan kedap air biasanya terbuat dari seng,

plastik, plat semen berserat yang biasanya diletakkan  di atas kasau,

Sedangkan penutup atap nerupakan lapisan kedap terhadap resapan air

hujan yang sering digunakan dari bahan ijuk, rumbia, genteng, plat semen

berserat, atau seng bergelombang. 

Pada konstruksi kuda-kuda, terutama yang berkonstruksi kayu,

kemiringan dan bentuk atap sangat dipengaruhi prinsip konstruktif dan bentuk

konstruksi atap kayu. 

Gambar : Konstrksi rangka kuda kuda

Perhitungan serta perencanaan konstruksi kayu harus mengindahkan :

1. Perhitungan konstruksi harus didasarkan atas pengetahuan ilmu gaya2. Muatan yang ditetapkan seperti :

o Muatan tetap, seperti beban bergerak yang bersifat tetap atau terus-menerus, berat sendiri, tekanan tanah, tekanan air dan sebagainya.

o Muatan tidak tetap, seperti beban bergerak tidak tetap, beban orang berkumpul dan sebagainya.

o Tegangan-tegangan yang diperkenankan untuk kayu

Material Kayu merupakan salah satu bahan konstruksi yang

mempunyai berat jenis ringan dan proses pengerjaannya dapat dilakukan

Page 4: Konstruksi Kayu I

dengan mudah dan peralatan yang sederhana. Sebagai bahan dari alam,

kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada

konstruksi kayu. Untuk mengetahui kualitas kayu secara visual sudah sejak

lama dipergunakan oleh masyarakat kita. Beberapa parameter visual yang

dapat  diamati pada kayu dan berhubungan erat dengan kekuatan adalah

lebar cincin tahunan, kemiringan serat, mata kayu,  keberadaan jamur atau

serangga perusak kayu, dan retak. Apabila  si pengamat  tidak mempunyai

keahlian dan pengalaman, maka pemilihan kelas kuat kayu akan lama dan

hasilnyapun menjadi  tidak reliable (mengandung banyak keraguan) untuk itu

dilakukan pemilahan dengan menggunakan pengujian sifat mekanik untuk

mengetahui kekuatan lentur, kekuatan tarik, dan kekuatan tekan. Adapun

Dasar Perencanaan Konstruksi Kayu dalam buku ini ddasarkan dengan

Standart SNI-5 2002 yaitu tentang Tata Cara Perencanaan Konstruksi kayu.

Dalam perencanaan itu meliputi, Perencanaan batang Tarik, Perencanaan

tekan, pengenalan alat sambung kayu. Analisis sambungan paku, Analisis

sambungan paku, Analisis sambungan baut dan Analisis sambungan takikan.

Semoga buku  ini dapat menjadi pegangan dan referensi mahasiswa, dosen

dan enginer dalam menyusun perancangan konstruksi kayu.

http://campuraduk-gadogado.blogspot.com/2011/03/konstruksi-kayu.html

CARA PENGAWETAN KAYU Author: Antok | Filed Under: Pengawetan Kayu 

Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah

ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam

atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam,

jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada

beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas,

dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan

bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau

rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Bila jumlah kayu yang

akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk

merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi

saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka

bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin

lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi

bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet

berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak

atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat

digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak

hebat.

Page 5: Konstruksi Kayu I

1. Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet

dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit

bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak

memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan

cara penyemprotan danpelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di

industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan

pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan

lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan

pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.

2. Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan

dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam

kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan

pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut

tertentu, yaitu : a. Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah

ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk

kayu basah. b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak

dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu yang sudah

terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu

tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).

3. Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan

tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat,

yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya

dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

4. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :

Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :

1. Proses sel penuh antara lain :

Proses Bethel

Proses Burnett

2. Proses sel kosong antara lain :

Proses Rueping

Proses Lowry

Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan

Page 6: Konstruksi Kayu I

bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai

sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi

tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan

bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan

permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.

PENGAWETAN KAYU

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang

mengeras karena mengalami lignifikasi. Penyebab terbentuknya kayu

adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai

jaringan di batang.Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari

memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela,

rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat

dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.

Kayu dikategorikan ke dalam beberapa kelas awet :

- Kelas awet I (sangat awet), misal : kayu sonokeling, jati

- Kelas awet II (awet), misal : kayu merbau, mahoni

- Kelas awet III (kurang awet), misal : kayu karet, pinus

- Kelas awet IV (tidak awet), misal : kayu sengon

- Kelas awet V (sangat tidak awet)

Pengawetan kayu merupakan metode untuk menambah tingkat keawetan dari kayu dengan perlakuan

fisik maupun kimia. Pengawetan kayu bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama,

terutama kayu yang dipakai untuk material bangunan atau perabot luar ruangan, karena penggunaan

tersebut yang paling rentan terhadap degradasi kayu akibat serangga/organisme maupun faktor abiotis

(panas, hujan, lembab).

Dalam SNI 03-5010.1-1999, hanya kayu dengan kelas awet III, IV dan V lah yang memerlukan

pengawetan, tetapi pada keperluan tertentu, bagian kayu gubal dari kayu kelas awet I dan II juga perlu

diawetkan. Metode pengawetan kayu sangat beragam, bahan kimia seperti borax menjadi salah satu

bahan yang digunakan untuk mengawetkan kayu dalam metode vakum, pencelupan dingin, pencelupan

panas hingga metode pemolesan.

Tindakan Pencegahan

Namun demikian dalam hubungannya dengan lingkungan dan kesehatan pemakai, pengawetan kayu

pada perabot sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :

1. Minimalkan pengawetan kayu dan jangan lakukan pengawetan khemis apabila produk furniture anda

merupakan produk potensial kontak    langsung dengan makanan.

2. Hindari penggunaan kayu yang diawetkan untuk konstruksi yang berpotensi kontak langsung dengan

air minum dan air bersih.

3. Buang sisa kayu hasil pengawetan dengan cara dikubur, hindari pembakaran/dijadikan bahan bakar.

Asap kayu hasil pengawetan berpotensi mengandung bahan kimia berbahaya.

4. Hindari diri anda dari debu gergaji/amplas terlalu banyak, gunakan masker yang memadai.

5. Bagi anda yang terlibat pada pengawetan, terutama yang kontak langsung dengan bahan kimia,

gunakan safety wear dan cuci bersih secara  terpisah, pakaian maupun bagian tubuh anda yang sangat

rentan masih terdapat residu bahan kimia.  

6. Perhatikan pengolahan dan pembuangan limbah hasil tindakan pengawetan kayu.

Page 7: Konstruksi Kayu I

Mengenal Teknik Pengawetan Kayu

XI IPA 1 - 10 Febriani (Febi)

Kayu Dan Cara Pengawetannya

Judul buku: Mengenal Teknik Pengawetan Kayu

Penulis: Ir. Tikno Iensufiie, M. Pd,

Penerbit: Erlangga, 2008

Tebal buku: 88 halaman

Kayu adalah hasil dari tumbuhan berupa pohon dengan batang yang keras. Ada

bermacam-macam jenis dan ukuran kayu, serta tingkat kekerasannya. Kayu

sangat bermanfaat bagi manusia sejak zaman dulu kala, misalnya dimanfaatkan

sebagai bahan bakar, bahan baku industri, konstruksi, bagian rumah,

transportasi, furniture, alat musik, barang seni, dan masih banyak fungsi kayu

lainnya.

Kayu dapat digunakan dalam jangka panjang maupun jangka pendek, dan kayu

yang digunakan untuk jangka waktu yang lama memerlukan perawatan khusus

agar kayu lebih tahan lama. Buku ini disusun agar pembaca mengetahui

bagaimana cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengawetkan kayu agar kayu

dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Buku ini dibagi dalam

beberapa bab dan tiap bab diulas secara singat namun padat sehingga pembaca

dapat dengan mudah mengerti secara umum tentang anatomi kayu, struktur

kayu, faktor-faktor yang dapat mengakibatkan kayu menjadi rusak, jenis-jenis

Page 8: Konstruksi Kayu I

kerusakan kayu berdasarkan faktor penyebabanya, dan cara pengawetan kayu itu

sendiri, yang meliputi teknik yang digunakan maupun bahan-bahan apa yang

dapat digunakan untuk memperpanjang usia kayu tersebut.

Kelebihan buku ini antara lain adalah buku ini berwarna, sehingga pembaca yang

membaca buku ini tidak jenuh dan semakin tertarik untuk membacanya. Di buku

ini juga dilampirkan beberapa gambar, foto, grafik, dan tabel yang sangat

mendukung isi buku ini agar semakin mudah dipahami. Kelebihan lain buku ini

adalah ulasannya yang sangat detail dimulai dari membahas anatomi dan

struktur kayu yang mungkin berguna dalam teknik pengawetan kayu namun

dapat dimengerti dengan mudah. Cetakan buku ini pun tergolong baik dengan

kualitas tinta dan gambar yang cukup baik pula.

Diposkan oleh Agust Wahyu di 20:21 

STANDARDISASI PENGAWETAN KAYU DAN BAMBU SERTA

PRODUKNYA

Ada tiga metode pengawetan secara difusi yang lazim dipraktekkan secara komersial

menggunakan senyawa boron (Boric Acid Equivalent =BAE) yaitu pemanasan dan rendaman

dingin (steaming and cold quench), rendaman panas (hot immersion) dan pencelupan

(momentary immersion). Proses difusi terdiri dari dua tahap, yaitu pertama tahap pemasukan

bahan pengawet pada permukaan atau di bagian luar kayu; kedua tahap penyimpanan

(diffusion storage) agar proses difusi berlangsung dengan baik.

Proses pemasukan bahan pengawet dapat dilakukan dengan cara:

1. Pemanasan dan rendaman dingin

Cara ini digunakan apabila kayu yang akan diawetkan masih basah bercampur

dengan kayu yang sudah kering. Kayu yang akan diawetkan ditumpuk secara teratur

di dalam ruang atau tangki pengawetan. Antara tumpukan dipasang kayu pengganjal

(sticker) berukuran tebal 1,25 cm. Ke dalam ruang tersebut dialirkan uap panas,

suhu 82°C selama beberapa jam. Lama waktu pengaliran uap panas bergantung

ukuran tebal kayu. Untuk papan tebal 2,5 cm pemberian uap panas minimum 3 jam.

Selesai pemberian uap, ke dalam ruang tersebut segera dimasukkan larutan bahan

pengawet encer (2% - 3%), kayu dibiarkan terendam selama 15 jam, kemudian

larutan dikeluarkan kembali ke dalam bak persediaan. Kayu yang telah diawetkan

disimpan dalam ruang tertutup sedemikian rupa sehingga proses difusi berlangsung

dengan baik. Lama penyimpanan (diffusion storage) beberapa minggu bergantung

kepada jenis dan ukuran tebal kayu yang diawetkan.

2. Rendaman panas

Cara ini lazim digunakan pada pengawetan kayu gergajian yang masih basah atau

lembab, maksimum 14 hari setelah proses penggergajian. Seperti cara pertama,

Page 9: Konstruksi Kayu I

kayu yang akan diawetkan ditumpuk secara teratur di dalam ruang atau tangki

pengawetan. Ke dalam ruang tersebut dimasukkan larutan bahan pengawet encer

(3% - 6%), panas pada suhu 82°C selama beberapa jam bergantung ukuran tebal kayu.

Untuk papan yang berukuran tebal 2,5 cm lama waktu perendaman panas

berkisar antara 2 - 4 jam. Selesai perendaman kemudian larutan dikeluarkan kembali

ke dalam bak persediaan. Kayu yang telah diawetkan disimpan dalam ruang tertutup

sedemikian rupa sehingga proses difusi berlangsung dengan baik. Lama

penyimpanan (diffusion storage) beberapa minggu bergantung kepada jenis dan

ukuran tebal kayu yang diawetkan.

3. Pencelupan

Proses difusi dengan cara pencelupan, pelaburan dan penyemprotan prinsip

kerjanya sama dengan cara pertama dan kedua. Bedanya, pada cara ini digunakan

larutan bahan pengawet dengan konsentrasi tinggi berkisar antara 20% - 40%.

Pelaburan dilakukan bagi kayu yang ukuran besar tetapi jumlahnya sedikit. Apabila

kayu yang akan diawetkan jumlahnya banyak, kayu tersebut diikat dalam ikatan

besar (bundel), kemudian dicelupkan ke dalam larutan yang sudah disiapkan. Kayu

yang telah diawetkan disimpan dalam ruang tertutup sedemikian rupa sehingga

proses difusi berlangsung dengan baik. Lama penyimpanan (diffusion storage)

beberapa minggu bergantung kepada jenis dan ukuran tebal kayu yang diawetkan.

Proses difusi lain

Sebelum senyawa boron diperkenalkan sebagai bahan pengawet kayu cara difusi

yang lazim dilakukan adalah proses osmose, penggunaan balutan bahan pengawet

dan difusi berganda (double diffusion).

a. Proses osmose

Proses osmose prinsipnya sama, yaitu dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama

bahan pengawet berupa cream atau pasta dilaburkan pada permukaan kayu yang

masih basah; tahap kedua kayu yang sudah dilaburi dengan cepat ditumpuk (tanpa

pengganjal) dan ditutup rapat dengan bahan kedap air untuk mencegah penguapan.

Lama penyimpanan (diffusion storage) beberapa minggu bergantung kepada jenis

dan ukuran tebal kayu yang diawetkan.

b. Proses balutan (bundage)

Proses tersebut dikembangkan di Jerman dan dikenal dengan nama proses AHIG.

dilakukan pada pengawetan kayu tiang yang masih basah dan atau yang sudah

terpasang dalam rangka pemeliharaan. Bagian pangkal tiang yang memungkin

Page 10: Konstruksi Kayu I

terjadinya serangan OPK dilaburi cream bahan pengawet kemudian dibungkus atau

dililiti dengan pembalut yang berisi bahan pengawet berupa pasta (band aid).

c. Difusi berganda

Dilakukan dengan cara: pertama, kayu direndam dalam larutan tembaga sulfat

(terusi) selama waktu yang cukup untuk terjadinya proses difusi; kemudian diangkat

dan direndam kembali dalam larutan yang mengandung sodium dikhromat.

Perlakuan tersebut diharapkan terbentuk endapan tembaga-khromat di dalam kayu

yang beracun terhadap jamur dan tahan terhadap pelunturan.

Pengawetan kayu kering

Kayu yang harus diawetkan adalah jenis kayu yang memiliki keawetan alami rendah,

yaitu kelas awet III, IV dan V ( Oey Djoen Seng, 1964) serta kayu gubal dari kelas

awet I dan kelas awet II. Untuk memperoleh hasil pengawetan yang baik perlu

diperhatikan hal berikut : Kayu yang akan diawekan harus memiliki kadar air yang

sesuai dengan metode pengawetan yang akan dipakai, yaitu: (1) kering udara

sampai maksimal 35% untuk proses vakum-tekan; (2) kering udara sampai maksimal

45% untuk proses rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Permukaan kayu

harus bersih, bebas dari segala macam kotoran dan tidak berkulit. Kayu harus sudah

siap pakai, sehingga tidak diperlukan lagi pemotongan, penyerutan atau jenis

pengerjaan lain. Apabila terpaksa, maka bagian yang terbuka harus dilabur dengan

bahan pengawet yang pekat secara merata .

A. Pelaburan, pemulasan dan penyemprotan

Pengawetan dengan cara tersebut dapat dilakukan dengan alat sederhana. Cairan

bahan pengawet larut organik atau berupa minyak dengan kekentalan rendah lazim

digunakan dalam pengawetan kayu kering yang sudah siap pakai atau sudah

terpasang. Pada kayu yang sudah terpasang pelaburan dapat diulangi secara

periodik setiap 2 - 3 tahun. Bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu sangat tipis.

Penembusan akan lebih dalam apabila terdapat retak. Cara tersebut hanya dipakai

untuk maksud terbatas, yaitu membunuh serangga atau perusak yang belum banyak

pada kayu yang sudah terpasang (represif). Selain pada kayu, juga dapat dilakukan

pada kayu lapis, bambu dan produknya.

B. Pencelupan

Pengawetan kayu dengan cara pencelupan, hasilnya akan lebih baik dibandingkan

dengan cara pelaburan atau penyemprotan karena bahan pengawet akan mengenai

seluruh permukaan. Lama waktu pencelupan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

Page 11: Konstruksi Kayu I

atau standar. Biasanya waktu pencelupan dalam larutan pengawet pelarut organik

atau minyak lebih singkat, yaitu kurang dari satu jam, sementara apabila digunakan

bahan pengawet pelarut air lebih lama. Kelemahan cara tersebut adalah

penembusan dan retensi yang diharapkan tidak memuaskan. Karena hanya melapisi

permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan

pelaburan. Cara tersebut dipraktekkan pada pengawetan bambu dan industri kayu

lapis dalam mengawetkan venir serta di industri penggergajian untuk mencegah

jamur biru.

C. Rendaman panas-dingin

Metode rendaman panas-dingin merupakan salah satu proses sederhana untuk

mengawetkan kayu kering dan setengah kering yang umum digunakan sebagai

bahan konstruksi rumah dan gedung. Dalam cara ini kayu direndam dalam bak pengawetan

yang terbuat dari logam, kemudian larutan bersama isinya dipanaskan selama beberapa jam

dan dibiarkan tetap terendam sampai larutan dingin. Cara lain dilakukan, kayu berserta

larutan dipanaskan beberapa jam,

kemudian kayu diangkat dan dimasukkan ke dalam bak lain yang bersi larutan dingin.

Suhu pemanasan berkisar 70°C atau 80 – 95°C apabila kreosot yang digunakan.

Karena pemanasan, udara yang ada di dalam kayu mengembang

dan pemanasan dihentikan jika tidak ada lagi gelembung udara ke luar. Lama waktu

perendaman bergantung kepada jenis kayu dan ukuran tebal sortimen atau

perendaman dihentikan apabila berat contoh uji sebelum dan semudah diawetkan

menunjukkan nilai retensi yang dikehendaki. Cara tersebut sangat cocok untuk

mengawetkan kayu yang memiliki kelas keterawetan mudah dan sedikit sukar

diawetkan dengan cara tekanan.

D. Perendaman dingin

Metode rendaman dingin merupakan salah satu proses sederhana untuk

mengawetkan kayu kering dan setengah kering yang umum digunakan sebagai

bahan konstruksi rumah dan gedung . Bak pengawetannya dapat

dibuat dari besi, kayu atau beton bergantung kepada keperluan. Dalam cara ini kayu

direndam dalam bak pengawetan dan dibiarkan tetap terendam. Lama waktu

perendaman bergantung kepada jenis kayu dan ukuran tebal sortimen atau

perendaman dihentikan apabila berat contoh uji sebelum dan semudah diawetkan

menunjukkan nilai retensi yang dikehendaki. Cara tersebut sangat cocok untuk

mengawetkan kayu yang memiliki kelas keterawetan mudah dan sedikit sukar

diawetkan dengan cara tekanan.

Page 12: Konstruksi Kayu I

E. Vakum - tekan

Salah satu keistimewaan dari proses ini adalah waktu pengawetan relatif cepat dan

jalannya dapat dikendalikan sehingga retensi dan penembusan bahan pengawet

dapat disesuaikan dengan komoditas dan tujuan akhir penggunaan kayu.

Pengawetan dilakukan dalam tabung tertutup dengan tekanan tinggi yaitu yaitu

antara 800 kPa- 1400 kPa. Banyak variasi dalam proses tekanan, tetapi prinsip

kerjanya sama dan secara garis besar dibagi atas dua golongan yaitu proses sel

penuh (full cell process) dan sel kosong (empty cell process) Proses sel penuh

digunakan apabila menginginkan absorbsi larutan dalam kayu maksimum.

Sedangkan proses sel kosong diperlukan apabila apabila tujuannya untuk

memperoleh penembusan sedalam-dalamnya dengan retensi yang minimum,

menggunakan bahan pengawet creosote dan pelarut minyak.

Dalam proses tekanan, kayu yang akan diawetkan disyaratkan harus dalam

keadaan kering atau kadar air maksimum 30%. Akan tetapi bagi kayu yang rentan

terhadap jamur biru dan kumbang ambrosia dapat dilakukan dalam keadaan segar

atau basah dengan proses tekanan berganti (Alternating Pressure Method) atau

vakum-tekan berganti (Oscillating Pressure Method).

Pengawetan bambu

Secara anatomis bambu berbeda dengan kayu. Batang bambu berlubang, berbuku

dan beruas. Kulit batang tidak mengelupas, melekat kuat dan sukar ditembus oleh

cairan. Batang bambu dalam keadaan utuh relatif lambat kering dan pengeringan

yang terlalu cepat menyebabkan pecah atau retak.

A. Pengawetan bambu basah

1. Proses boucherie

Proses ini dilakukan pada bambu yang baru ditebang, yaitu batang belum

dibersihkan, cabang dan daun masih lengkap. Pada bagian pangkal batang

dihubungkan dengan bak yang berisi larutan pengawet. Bahan pengawet masuk

melalui bidang potong dan dari bagian dalam menembus sampai ke ujung batang

dengan bantuan proses penguapan. Bidangpenyerapan larutan dapat diperluas dengan cara

menguliti bagian pangkal batang agar waktu pengawetan lebih pendek. Dalam proses itu,

waktu pengawetan dipengaruhi oleh antara lain: jenis dan kadar air bambu, iklim serta bahan

pengawet yang digunakan. Sebagai contoh pengawetan bambu Dendrocalamus strichus

pada

kadar air 72,1% menggunakan 10% ZnCl2 diperoleh retensi 12,6 kg/m3 dan pada

Bambusa polymorpha pada kadar air 110% diperoleh retensi 28,4 kg/m3 pada

panjang yang sama, yaitu 7,2 m. Pada bambu ater (Gigantochloa atter Kurz.) menggunakan

Page 13: Konstruksi Kayu I

campuran boraks, asam borat dan polybor dalam waktu 1 hari 75% dari panjang batang

sudah ditembus bahan pengawet dengan retensi 7,24 kg/m3.

2. Modifikasi proses boucherie

Dilakukan dengan cara ujung ranting dan pohon dipangkas. Kemudian pada bagian

pangkal batang yang baru ditebang dipasang selubung kedap air dan dengan

bantuan pompa tekan, secara hidrostatis larutan bahan pengawet dimasukkan dan

mendorong cairan yang terdapat di dalam batang bambu ke luar menggunakan pompa listrik

dengan tekanan 2 kg/m2 untuk menggantikan pompa air sederhana dan menggantinya

dengan

tabung udara yang dapat dipompa secara manual bertekanan 3 kg/m2 – 5 kg/m2.

B. Pengawetan bambu kering

Pengawetan bambu dalam keadaan utuh dengan cara vakum-tekan jarang dilakukan

karena mudah pecah, tetapi jika diperlukan ruas antar buku harus dilubangi.

Pembuatan lubang di ruas juga berlaku pada pengawetan dengan cara rendaman

dingin, rendaman panas-dingin atau pencelupan agar penembusan bahan pengawet

merata. Cara rendaman, pencelupan dan pelaburan dapat dilakukan terhadap

bambu kering berupa bilah dan sayatan.

Pengawetan produk kayu berperekat

Bahan pengawet dan perekat yang digunakan harus memiliki sifat yang sesuai satu

sama lain (compatible), sebab akan berpengaruh terhadap keteguhan rekat.

Penerapan pengawetan dapat dilakukan dengan proses sederhana atau vakumtekan.

Contoh, proses pencelupan, pelaburan dan tekanan dapat dipakai pada venir

yang selanjutnya dibuat kayu lapis. Proses vakum-tekan juga dapat

dipakai pada kayu lapis yang sudah jadi. Cara

pertama lebih baik daripada cara kedua karena bahan pengawet masuk ke dalam

venir yang setelah menjadi kayu lapis berarti masuk ke dalam semua bagian kayu

lapis. Cara tersebut dapat dilakukan pada balok dan papan yang selanjutnya dibuat

kayu lamina atau terhadap balok dan kayu lamina yang sudah jadi. Sejalan dengan

perkembangan, pencampuran bahan pengawet ke dalam perekat dapat dilakukan

sepanjang produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan standar. Contoh,

pemakaian bahan pengawet organik pelarut air (emulsi atau dispersi) dalam jumlah

yang minimal, seperti penggunaan permetrin pada perekat fenol formaldehida dalam

pembuatan kayu lapis dapat memenuhi persyaratan keteguhan rekat menurut standar

Indonesia dan standar Jepang.

Penggunaan alfametrin dan foksim masing-masing ke dalam perekat urea

Page 14: Konstruksi Kayu I

formaldehida dalam pembuatan papan partikel dapat

memenuhi standar FAO bagi medium density dan standar Jepang tipe 150. Hasil

tersebut mungkin akan berbeda jika dipakai bahan pengawet anorganik karena akan

meningkatkan kekentalan perekat. Persyaratan retensi bahan pengawet disebutkan

dalam standar produk yang bersangkutan, seperti dalam SNI Venir lamina 

PENUTUP

Kayu dan bambu merupakan salah satu sumber daya alam yang penting di

Indonesia dan sebagian besar dimanfaatkan antara lain untuk konstruksi atau

pertukangan. Industri pengolahan kayu dan bambu telah berkembang dengan baik

dan produknya beraneka ragam sehingga memperbesar peluang pasar. Usaha

pengolahan untuk peningkatan mutu baik yang menyangkut bahan baku maupun

produk masih perlu ditingkatkan. Sejalan dengan jenis kayu yang sudah dikenal baik

mulai langka dan kebutuhan dipenuhi oleh jenis kayu cepat tumbuh yang umumnya

memiliki sifat inferior, antara lain keawetannya rendah.

Pengawetan kayu dan bambu sebagai upaya mencegah OPK mempunyai

manfaat besar dalam mengatasi pemborosan penggunaan kayu serta bambu dan

perluasan lapangan kerja. Jenis kayu bediameter kecil dan jenis kayu yang belum

digunakan dapat dimanfaatkan dengan baik. Kegiatan itu, sejalan dengan program

pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Dengan demikian, melalui

standardisasi pengawetan kayu dan bambu diharapkan dapat menciptakan industri

kayu dan bambu yang tangguh dan mampu bersaing di pasar global.

Keberhasilannya tentu sangat bergantung pada bagaimana cara mengelola dan

memanfaatkannya. Keterlibatan semua pihak yang berkepentingan sangat

diperlukan.