TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU...
Transcript of TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU...
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING
KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT
UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA,
SULAWESI SELATAN
ANISA FATHIR RAHMAN
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL
KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA
TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Anisa Fathir Rahman
ABSTRAK
ANISA FATHIR RAHMAN, C44050715. Tingkat Keakuratan Konstruksi
Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa
Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan
VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Di Sulawesi Selatan, kapal perikanan umumnya dibuat di pusat industri
galangan kapal rakyat yang berlokasi di Kabupaten Bulukumba. Para pengrajin
kapal di daerah ini terkenal hingga ke mancanegara sebagai ahli pembuat kapal.
Kapal perikanan tersebut dibuat secara tradisional. Keahlian dan teknik
pembuatannya hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turun-
temurun semata tanpa didasari oleh perhitungan arsitektur perkapalan ataupun
dilengkapi oleh gambar rancangan detail seperti yang berlaku di negara-negara
maju. Pembuatan kapal yang tidak dilengkapi dengan gambar rancangan detail
terkadang menyebabkan terjadinya perbedaan konstruksi dengan perencanaan.
Hal seperti ini biasanya terjadi pada bagian konstruksi yang sulit dan memerlukan
efisiensi penggunaan material yang tinggi seperti gading-gading. Oleh karena itu,
perlu dilakukan suatu penelitian mengenai seberapa besar tingkat keakuratan
konstruksi gading-gading pada pembangunan kapal di suatu galangan. Penelitian
ini dimaksudkan agar kemungkinan terjadinya perbedaan ukuran konstruksi
gading-gading yang terpasang dengan gading-gading yang direncanakan lebih
kecil. Tingkat keakuratan yang tinggi akan berpengaruh pada efisiensi
penggunaan material dan lama waktu pengerjaan khususnya pada bagian gading-
gading. Penelitian ini berlokasi di galangan kapal UD. Semangat Untung,
Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan
metode survei. Analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif numerik
untuk mengetahui tingkat keakuratan pembangunan gading-gading di galangan
kapal tersebut. Koreksi kesalahan konstruksi gading-gading di galangan ini terdiri
dari dua cara yaitu menambah dan mengurangi ukuran jika tidak sesuai dengan
yang direncanakan. Adapun tingkat keakuratan dimensi gading-gading cenderung
tidak akurat (mengacu pada grafik galat relatif dimensi gading-gading yang
dominan berada di zona B).
Kata kunci : kapal perikanan, tingkat keakuratan, gading-gading kapal.
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING
KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT
UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA,
SULAWESI SELATAN
ANISA FATHIR RAHMAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Skripsi : Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-Gading
Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat
Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba,
Sulawesi Selatan
Nama : Anisa Fathir Rahman
NRP : C44050715
Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Yopi Novita, S. Pi, M. Si. Vita Rumanti K, S. Pi, M.T.
NIP: 19710916 200003 2 001 NIP: 19820911 200501 2 001
Diketahui:
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc.
NIP: 19610410 198601 1 002
Tanggal Lulus: 27 Agustus 2009
KATA PENGANTAR
Skripsi berjudul ”Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading
Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru,
Bulukumba, Sulawesi Selatan ” ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar sarjana pada Departemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menjelaskan tentang
pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di desa
Tanah Beru, Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan khususnya untuk pembangunan
gading-gading kapal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober
2008. Secara rinci skripsi ini menjelaskan mengenai tingkat keakuratan
konstruksi gading-gading kapal dan cara koreksi yang digunakan pada
pemasangan gading-gading yang dilakukan oleh pengrajin kapal di desa Tanah
Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Yopi Novita, S. Pi, M. Si. dan Vita Rumanti K, S. Pi, MT. selaku dosen
pembimbing atas segala saran, arahan, bimbingan, perhatian, doa dan semangat
selama membimbing penulis hingga skripsi ini selesai;
2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Dr. Eko Sri Wiyono S.Pi, M. Si.
selaku dosen penguji tamu;
3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M. Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr.
Ir. Mohammad Imron, M. Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP;
4. Bapak H. Muh. Yusuf sebagai pemilik Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat
Untung atas kesediaan memberikan informasi, penjelasan dan bantuan bagi
penelitian ini;
5. Saudara dan teman-teman seperjuangan PSP 42 atas kebersamaannya; dan
6. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2009
Anisa Fathir Rahman
UCAPAN TERIMA KASIH
Banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan secara moril maupun materiil yang sangat
berguna bagi penulis.
Penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1) Orang tua tercinta Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH,
M. Si atas segala doa, motivasi dan dukungannya;
2) Adik-adik tersayang Bemba, Tika, dan Ucok yang tiada hentinya berdoa
dan memberikan dukungan untuk penulis;
3) Bagus Guntur Wibowo yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang,
dan semangat baru kepada penulis;
4) Teman-teman ABY: Ima Kusumanti, Achmad Fauzan, dan Muh. Anggi
Natapraja atas perjuangan dan kebersamaannya dalam bimbingan;
5) Teman-teman seperjuangan PSP 42 (Gina, Intan, Fati, Reny, Didin, Bepe,
Eko, Bram, Noer, Haryo, Leo, Nano, Yuli, Ema, Winy, Budi, Pakde, Arif.
Anja, Dhenis, Hendri, Ziah, Ummi, Septa, Irna, Puput, Yiyi, Mira, Kim,
Dika, Hanno, Vera, Imam, Asep, Dian, Kily, Ferty, Adi, Oce, Dilla, Hafid,
Zasuli, Feri, Sahat, Meida, Hendro, Rio, Novel, Mery, Mirza, Fifi, dan
Nia).
6) Mba Ika yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis;
7) Rekan-rekan PSP 39, PSP 40, PSP 41, PSP 43, dan PSP 44; dan
8) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Anisa Fathir Rahman
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 9
Agustus 1987. Penulis adalah anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj.
Faridah Kasim, SH, M. Si. Pada tahun 2002 penulis lulus dari
SMU Negeri 1 Takalar.
Pada tahun 2005 penulis di terima di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai
mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan hingga sekarang. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah
menjabat sebagai anggota divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan
Tangkap Indonesia tahun 2006-2007dan Sekretaris 1 Himpunan Mahasiswa
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2007-2008. Selain
itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan
tahun 2008 dan 2009, asisten mata kuliah Manajemen Operasi Penangkapan Ikan
tahun 2008-2009, dan asisten mata kuliah Navigasi Kapal Perikanan tahun 2009.
Pada tahun 2008, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi
dengan judul “ Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading Kapal Kayu
Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba,
Sulawesi Selatan”.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
1.3 Manfaat............................................................................................... 3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Perikanan.................................................................................. 4
2.2 Konstruksi Kapal................................................................................ 6
2.3 Kayu................................................................................................... 9
2.4 Gading-gading Kapal......................................................................... 12
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 15
3.2 Alat…………..…………………………………………………....... 15
3.3 Jenis Data…………………………………………………………… 16
3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………………………. 18
3.5 Metode Pengolahan Data…………………………………………… 18
3.6 Analisis Data………………………………………………………... 18
4 KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat…...…..................... 20
4.2 Keadaan SDM.................................................................................... 23
4.3 Produktivitas Galangan...................................................................... 23
4.4 Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal.......................... 24
4.5 Jenis dan Asal Kayu........................................................................... 25
4.6 Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung................ 27
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Konstruksi Gading-gading................................................................ 29
5.2 Proses Pembuatan Gading-gading.................................................... 33
5.2.1 Pembuatan gading-gading bentuk V bottom......................... 33
5.2.2 Pembuatan gading-gading bentuk round bottom.................. 34
5.2.3 Pembuatan gading-gading bentuk U bottom........................ 35
5.3 Tingkat Keakuratan dan Teknik Pengkoreksian dalam
Pembuatan Gading-gading................................................................. 36
5.3.1 Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang
gading-gading…………………………………………….. 37
5.3.2 Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang
gading-gading…………………………………………….. 41
ix
5.3.3 Tingkat keakuratan dan galat relatif jarak antar gading-
gading…………………………………………………….. 44
5.3.3.1 Jarak antar gading-gading bersisian…………….. 44
5.3.3.2 Jarak antar gading-gading berhadapan…………. 48
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan....................................................................................... 53
6.2 Saran................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 54
LAMPIRAN.................................................................................................... 56
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa
kayu untuk industri perkapalan di Indonesia............................................. 9
2 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba................. 22
3 Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal
UD. Semangat Untung…………………………………………….......... 23
4 Produktivitas galangan dari Tahun 2005 – 2008…………………........... 24
5 Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal
berdasarkan ukuran kapal………………………………………….......... 24
6 Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam
pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung………... 25
7 Dimensi utama obyek penelitian................................................................ 29
8 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading………………….. 37
9 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per
bentuk gading-gading……........................................................................ 38
10 Persentase selisih lebar penampang gading-gading…………………….. 39
11 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading…………………. 41
12 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk
gading-gading…………………………………………………………... 42
13 Persentase selisih tebal penampang gading-gading…………………...... 43
14 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian……………….. 45
15 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian
per bentuk gading-gading………………………………………………. 46
16 Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian………………..... 47
17 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan…………… 49
18 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading per bentuk
gading-gading…………………………………………........................... 50
19 Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan………………. 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bentuk kasko kapal tipe ”V” bottom......................................................... 7
2 Bentuk kasko kapal tipe round bottom...................................................... 8
3 Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom............................................... 8
4 Bentuk kasko kapal tipe ”U” bottom......................................................... 8
5 Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom.................................................. 8
6 Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom................................................ 8
7 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu.................................... 13
8 Konstruksi gading-gading....................................................................... 14
a) haluan; b) midship; c) buritan.
9 Dimensi tebal penampang gading-gading……………………………… 16
10 Dimensi lebar penampang gading-gading……………………………… 16
11 Jarak antar gading-gading bersisian……………………………………. 17
12 Jarak antar gading-gading berhadapan…………………………............. 17
13 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba………………………………........... 20
14 Peta lokasi penelitian................................................................................ 21
15 Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal
UD. Semangat Untung............................................................................. 28
16 Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping).... 30
17 Bentuk gading-gading U bottom:
a) U bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (U1)............. 31
b) U bottom dari tiga batang kayu yang disambung (U2)..................... 31
18 Bentuk gading-gading round bottom:
a) Round bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (R1)…. 31
b) Round bottom dari tiga batang kayu yang disambung (R2)……….. 31
19 Bentuk gading-gading V bottom:
a) V bottom dari tiga batang kayu (V1)................................................. 32
b) V bottom dari dua batang kayu (V2)................................................. 32
c) V bottom dari satu batang kayu (V3)................................................ 32
20 Bentuk gading-gading bagian atas dan bawah………………………….. 32
21 Penyambungan gading-gading bentuk U2……………………………… 34
22 Penyambungan gading-gading bentuk R2……………………………… 35
23 Penyambungan gading-gading bentuk V1……………………………… 36
xii
24 Penyambungan gading-gading bentuk V2……………………………… 36
25 Grafik galat relatif lebar penampang gading-gading…………………… 40
26 Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading…………………… 44
27 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian……………....... 48
28 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan…………….. 52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu
untuk industri perkapalan di Indonesia................................................... 57
2 Kuisioner penelitian…………………………………………………… 60
3 Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di
UD. Semangat Untung............................................................................. 69
4 Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di galangan
yang diteliti.............................................................................................. 71
5 Pengertian dari dimensi-dimensi kapal.................................................... 72
6 Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses
pembuatan gading-gading........................................................................ 73
7 Foto-foto konstruksi gading-gading.......................................................... 74
8 Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada kapal
yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung...................................... 76
9 Contoh perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih lebar
penampang gading-gading........................................................................ 77
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapal perikanan merupakan salah satu unit penangkap ikan yang penting
dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki (1975), kapal
perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup
penggunaan atau aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumberdaya perairan,
serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi
sumberdaya perairan. Nomura dan Yamazaki (1975) juga menyatakan bahwa
kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang paling penting dan
memiliki investasi modal yang paling besar dalam usaha perikanan.
Kapal perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar dibuat di galangan
kapal tradisional. Pada umumnya galangan kapal tradisional membangun kapal
perikanan dari bahan kayu. Hal ini dilakukan karena bahan kayu dianggap
sebagai material pembuatan kapal yang paling ekonomis dan pengerjaannya dapat
menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, pembangunan kapal kayu tidak
memerlukan teknologi mutakhir sehingga dianggap mudah dalam pengerjaannya.
Pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kapal perikanan yang ada
digalangan tradisional diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman
generasi sebelumnya. Pembangunan kapal tidak dilengkapi perencanaan berupa
gambar rancangan detail maupun perhitungan naval architec. Prosedur yang
dilakukan pun masih belum menerapkan standar yang ditetapkan oleh BKI (Biro
Klasifikasi Indonesia). Galangan tradisional masih lemah dalam hal pemodalan,
manajemen, dan penguasaan teknologi. Walaupun dihadapkan pada kenyataan
seperti di atas, keberadaan dan kemampuan kapal perikanan dari galangan
tradisional tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat dari kemampuan kapal-kapal ini
berlayar dan menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kapal perikanan yang
membantu operasi penangkapan ikan.
Gading-gading merupakan salah satu bagian konstruksi yang penting.
Menurut Soegiono (2006) dalam Ayuningsari (2007), gading-gading merupakan
salah satu anggota kerangka kapal melintang yang dipasang pada sisi kapal mulai
dari bilge sampai geladak atau dari geladak sampai geladak diatasnya. Secara
2
keseluruhan bentuk kapal ditentukan oleh kerangka kapalnya. Kerangka yang
dimaksud adalah gading-gading yang juga merupakan tempat melekatnya kulit
atau lambung kapal agar bentuknya tidak berubah. Selain itu, gading-gading
merupakan bagian yang paling sulit konstruksinya dan memerlukan efisiensi
material yang tinggi. Perbedaan ukuran baik kelebihan atau kekurangan ukuran
gading-gading yang dibangun dari yang direncanakan memiliki pengaruh yang
besar terhadap kekuatan konstruksi kapal maupun efisiensi dalam penggunaan
bahan-bahan, salah satunya adalah kayu. Kajian keakuratan dalam penelitian ini
dilakukan pada empat komponen ukuran yaitu lebar penampang gading-gading,
tebal penampang gading-gading, jarak antar gading-gading bersisian dan jarak
antar gading-gading berhadapan.
Kabupaten Bulukumba dipilih sebagai daerah penelitian karena Bulukumba
merupakan pusat galangan tradisional di Sulawesi Selatan. Di Indonesia, para
pengrajin kapal di Bulukumba sudah terkenal kemahiran dan kepandaiannya
sebagai tukang perahu alam yang cekatan atau ahli perahu. Hal ini diketahui dari
banyaknya pengrajin kapal di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari
Kabupaten Bulukumba. Kemahiran para pengrajin kapal yang ada di Bulukumba
tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga ke mancanegara antara lain:
Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.
Pentingnya konstruksi gading-gading yang benar dalam pembangunan kapal
membuat penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar tingkat
keakuratan konstruksi gading-gading yang dibuat oleh galangan kapal yang ada di
Bulukumba dan mengetahui teknik yang digunakan oleh pembuat kapal untuk
menutupi ketidaksesuaian ukuran tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1) Memperoleh tingkat keakuratan konstruksi gading-gading pada
pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung,
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan; dan
3
2) Memperoleh teknik pengkoreksian kontruksi gading-gading yang dilakukan
pada pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung,
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk menghindari kesalahan-kesalahan konstruksi dan ketidakefisienan dalam
membangun gading-gading kapal di galangan tersebut untuk kedepannya.
Penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai pembangunan kapal yang
dilakukan di industri galangan kapal rakyat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi
Selatan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Perikanan
Kapal merupakan suatu bangunan apung yang digunakan sebagai sarana
melakukan kegiatan di perairan, baik sebagai alat transportasi maupun unit dalam
usaha penangkapan ikan. Fyson (1985), memberikan pengertian kapal perikanan
adalah kapal yang dibangun untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan,
menyimpan ikan, dan lain sebagainya yang didesain dengan ukuran, rancangan
bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin, serta berbagai perlengkapan yang
secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Sementara
itu, menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan adalah kapal yang
digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau
mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya sumberdaya
perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan
inspeksi sumberdaya perairan. Sebagian besar modal diinvestasikan untuk kapal,
sehingga perencanaan dalam pembangunan kapal perikanan sangat penting dalam
memulai suatu usaha perikanan.
Di Indonesia, sebagian besar kapal-kapal penangkap ikan dibangun dengan
cara yang masih tradisional. Para pembangun kapal hanya mengandalkan
pengetahuan dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun. Materialnya
pun dari bahan yang cukup mudah yaitu dari bahan kayu. Kapal-kapal kayu
tersebut dibangun tanpa menggunakan gambar rencana, perhitungan hidrostastik,
stabilitas, trim, dan sebagainya. Selain itu, pembangunan kapal juga tidak
dilengkapi dengan gambar-gambar desain seperti general arrangement, lines plan,
deck profile, dan profile construction (Iskandar dan Pujiati, 1995).
Kapal perikanan memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda sesuai
dengan tujuan pembangunannya. Oleh karena itu bentuk desain maupun
konstruksinya berbeda-beda agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan
pembangunannya.
5
Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan memiliki
karakteristik dan keistimewaan yang membedakan dengan kapal lainnya, yaitu:
1) Kecepatan kapal
Kapal perikanan memiliki kecepatan yang bervariasi disesuaikan dengan
kebutuhan penangkapan, biasanya memiliki kecepatan yang tinggi untuk
mengejar kelompok ikan serta dapat membawa hasil tangkapan yang segar
dalam waktu relatif singkat;
2) Olah gerak kapal
Kapal perikanan memiliki olah gerak yang baik pada saat dioperasikan,
seperti kemampuan steerability yang baik, radius putaran kecil dan daya
dorong mesin (propulsive engine) yang dapat dengan mudah bergerak maju
ataupun mundur;
3) Kelaiklautan (Seaworthiness)
Laik laut digunakan dalam operasi penangkapan ikan dan cukup tahan untuk
melawan angin, gelombang, stabilitas yang tinggi, serta daya apung yang
cukup untuk menjamin keamanan dalam pelayaran;
4) Lingkup area pelayaran
Kapal perikanan memiliki lingkup area pelayaran yang luas karena ditentukan
oleh pergerakan kelompok ikan, daerah musim ikan dan migrasi ikan;
5) Konstruksi badan kapal kuat
Konstruksi kapal perikanan harus kuat karena dalam operasi penangkapan
ikan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah. Selain itu,
konstruksi kapal juga harus mampu menahan getaran mesin;
6) Mesin penggerak
Daya dorong mesin yang dibutuhkan oleh kapal perikanan cukup besar,
sedangkan volume mesin dan getaran mesin yang ditimbulkan harus sekecil
mungkin;
7) Fasilitas penyimpanan dan pengelolaan ikan
Kapal perikanan dilengkapi dengan fasilitas untuk menyimpan hasil
tangkapan seperti palkah berpendingin, terutama jika membutuhkan waktu
penangkapan yang cukup lama. Selain itu, terkadang dilengkapi juga dengan
cool room, freezing room, dan processing machine; dan
6
8) Fishing equipment
Kapal perikanan memiliki fishing equipment yang berbeda tergantung jenis
alat tangkap yang dioperasikan, ada yang memiliki mesin-mesin bantu
seperti: winch, power block, line hauler, dan sebagainya.
Menurut Iskandar dan Pujiati (1995), kapal dikelompokkan menjadi 4
kelompok berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap yang dioperasikan,
yaitu:
1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap statik (static gear) seperti gillnet,
longline, lift net, dan pole and line;
2) Kapal yang mengopersikan alat tangkap dengan ditarik (towed gear) seperti:
trawl, dan pancing tonda;
3) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan dilingkarkan (encircling
gear). Seperti purse seine, payang, dan dogol; dan
4) Kapal yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang berbeda (multi
purpose).
Nomura dan Yamazaki (1977) mengemukakan beberapa syarat yang harus
dipenuhi sebuah kapal perikanan untuk dibangun, yaitu:
1) Memiliki kekuatan struktur badan kapal;
2) Menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan;
3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan
4) Memiliki fasilitas penyimpanan yang lengkap.
2.2 Konstruksi Kapal
Sebelum membangun kapal, lebih dahulu dibuat gambar rencana
konstruksi, kemudian dilakukan pemilihan material yang berkualitas baik. Setelah
itu, dilakukan pemilihan balok-balok konstruksi yang tepat ukurannya. Jika tiga
hal ini terpenuhi barulah proses pembuatan kapal dimulai. Menurut Pasaribu
(1985) dalam Sinaga (1998), syarat-syarat konstruksi badan kapal adalah sebagai
berikut):
1) Laik laut dan laik tangkap dalam segala kondisi yang sesuai dengan daerah
pelayaran dan fungsi kapal yang diinginkan;
7
2) Ukuran balok konstruksi lambung kapal harus memenuhi ketentuan pihak
berwenang yang berlaku untuk jenis, tipe, ukuran dan kekuatan kapal;
3) Konstruksi kapal perikanan sebaiknya memakai sistem konstruksi melintang;
4) Konstruksi melintang kapal menggunakan sistem gading tunggal; dan
5) Konstruksi kapal perikanan harus sesuai dengan jenis kapal perikanan,
peralatan perikanan, basis perikanan, dan daerah penangkapan.
Bentuk kasko kapal (badan kapal) sangat berpengaruh terhadap stabilitas
kapal ketika berlayar. Rouf (2004) menjelaskan bahwa bentuk kasko kapal
perikanan pada bagian haluan berbentuk ”V” bottom (Gambar 1), sedangkan pada
bagian tengah hingga buritan terdapat lima variasi bentuk kasko kapal perikanan,
yaitu:
1) Round bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat hampir setengah
lingkaran (Gambar 2);
2) Round flat bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata pada
bagian bawahnya (Gambar 3);
3) ”U” bottom, yaitu tipe kasko kapal yang memiliki bentuk seperti huruf ”U”
(Gambar 4);
4) Akatsuki bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir menyerupai
huruf ”U”, tetapi setiap lekukannya membentuk suatu sudut dan rata pada
bagian bawahnya (Gambar 5); dan
5) Hard chin bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir sama dengan
Akatsuki bottom, tetapi pertemuan antara lambung kiri dan kanan kapal pada
bagian lunas membentuk suatu sudut seperti dagu (Gambar 6).
Gambar 1 Bentuk kasko kapal tipe ”V” bottom.
8
Gambar 2 Bentuk kasko kapal tipe round bottom.
Gambar 3 Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom.
Gambar 4 Bentuk kasko kapal tipe ”U” bottom.
Gambar 5 Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom.
Gambar 6 Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom.
9
2.3 Kayu
Pemilihan material kapal merupakan salah satu tahapan penting yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan kapal karena sangat menentukan umur teknis
sebuah kapal dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan material
yang tepat akan dapat memberikan suatu kekuatan struktur badan kapal sehingga
dalam pengoperasiannya dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Material kapal yang umum digunakan di Indonesia adalah kayu. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kayu adalah pohon yang batangnya keras;
bagian batang (cabang, dahan, dsb) pokok yang keras (yang biasa dipakai untuk
bahan bangunan, dsb). Kayu yang digunakan biasanya memiliki umur teknis
antara 10-15 tahun. Kayu banyak digunakan sebagai material kapal karena
merupakan material yang cukup mudah diperoleh, persediaannya banyak, cukup
mudah untuk dikerjakan, serta harganya relatif murah dibanding material lainnya
seperti bahan baja, besi, dan FRP. Selain itu, pembangunan kapal dengan kayu
juga tidak memerlukan teknologi yang tinggi (Pasaribu, 1985 dalam Purba, 2004).
Jenis-jenis kayu yang banyak digunakan untuk industri perkapalan di
Indonesia beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis kayu
lainnya beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk
industri perkapalan di Indonesia
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
1 Balau (Shorea spp)
KA I-II, KK I-II, BJ 0.88-
1.13, sangat keras, mudah
retak pada permukaan,
umumnya tidak sukar
digergaji
Kemudi,
dayung, tiang
layar, lunas,
gading
Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera
Selatan (Palembang), Jambi,
Lampung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara
2 Giam
(Cotylelobium spp)
KA I, KK I, BJ 0.97-1.02,
keras, mudah retak, sukar
digergaji
Lunas,
gading,
dayung,
badan kapal
Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Seluruh
Sulawesi
3 Gofasa (Vitax
cofassus Reinw)
KA II-III, KK II-III, BJ
0.74 (0.57-0.93), keras,
agak sukar digergaji
Gading, lunas Seluruh Sulawesi, Maluku dan
Irian Jaya
4 Jati (Tectona
grandis L.f)
KA II, KK II, BJ 0.67
(0.62-0.75), agak keras,
mudah dikerjakan
Semua bagian
kapal
Seluruh Jawa, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara,
Nusa Tenggara Barat,
(Sumbawa), Maluku, Lampung
10
Tabel 1 Lanjutan
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
5 Kempas (Koompasia
malaccensis Maing)
KA III-IV, KK I-III, J
0.95 (0.68-1.29), sangat
keras, sukar dikerjakan
Bagian-bagian
keras utama
kapal setelah
diawetkan
Seluruh Sumatera kecuali
Bengkulu, seluruh Kalimantan
6
Kulim
(Scorodocarpus
boornensis Becc)
KA I-II, KK I, BJ 0.94
(0.73-1.08), keras, agak
mudah dikerjakan
Lunas
Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jami, Sumatera
Selatan (Palembang),
Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur
7 Merbau (Instia spp)
KA I-II, KK I-III, BJ
0.79-0.84, agak keras
sampai keras, agak
mudah dikerjakan
Lunas, gading
dek
Seluruh Sumatera, Kalimantan
dan Sulawesi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Irian Jaya
8 Ulin (Eusidiroxylon
zwagari T.et)
KA I, KK I, BJ 1.04
(0.88-1.19), sangat keras,
agak sukar dikerjakan
Dek, lunas,
gading
Jambi, Sumatera selatan,
seluruh Kalimantan
Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis
(Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007)
Biro Klasifikasi Indonesia (1989) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu
untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya.
Umumnya, sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis,
dan kelembapan kayu. Kapal memiliki bagian yang terus-menerus terendam air,
kadang-kadang terendam kadang-kadang tidak dan terus-menerus terkena panas
matahari dengan sekali-kali terkena hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan kayu yang
kuat, liat, tidak mudah pecah, tidak cacat dan tahan terhadap gangguan organisme
laut. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan juga cacat-cacat yang ada serta
mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk.
Mandang dan Pandit (1997) dalam Kalyana (2008) meneliti dan
mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan
konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal, yaitu:
1) Kayu balau (Shorea roxb)
Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak
polos atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada
bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar
dan umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu
ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Kayu ini digunakan untuk lunas
dan gading-gading kapal;
11
2) Kayu giam (Colylelobium pierre)
Jenis kayu ini memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah
menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan. Tekstur halus dan
merata. Jenis kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis rata-
rata antara 0,83-1,15. Kayu ini digunakan sebagai lunas;
3) Kayu gofasa (Vitex cofassus)
Ciri utama jenis kayu ini berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu,
kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar.
Berat jenis rata-rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai
bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi
lunas, dinding, dan balok-balok rangka;
4) Kayu jati (Tectona grandis)
Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan,
memiliki corak dekoratif yang indah. Teksturnya agak kasar sampai kasar
dan tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67
dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari
kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal;
5) Kayu kereta (Swintonia griffith)
Ciri utama jenis kayu ini berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat.
Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan
raba licin. Kekerasan agak keras sampai keras. Berat jenis antara 0,67-0,79.
Terutama digunakan untuk lunas dan badan kapal.
6) Kayu kempas (Koompassia malaccensis)
Kayu ini memiliki ciri berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis
kekuningan. Bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata
0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat,
dalam bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas; dan
7) Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun
berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak
kasar. Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat
12
jenis 1,04 dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi
berat dan bahan konstruksi di bawah laut seperti lunas.
Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat
dipengaruhi oleh:
1) Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan
teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan;
2) Kemudahan dalam memperoleh bahan;
3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan
4) Biaya pembelian bahan material.
Pasaribu (1987) menyatakan beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan
guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal penangkap ikan berbahan
kayu adalah:
1) Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan;
2) Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan
3) Pengelolaan dan perawatan kapal.
Pemilihan jenis material yang digunakan dalam pembangunan kapal juga
dipengaruhi oleh keadaan setempat (jenis material yang tersedia dan kemudahan
didapatkan di daerah tersebut) serta kebiasaan para pembuat kapal setempat.
Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan menyangkut ketentuan konstruksi kapal
yang sesuai dengan keadaan setempat (Chindhambaram, 1960 dalam Askabul,
1984).
Ketentuan konstruksi kapal di Indonesia telah ditetapkan oleh Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI). Badan ini berwewenang untuk menetapkan ukuran
berbagai kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau
penyambung yang diperbolehkan untuk konstruksi kapal. Oleh karena itu, ukuran
berbagai bagian konstruksi kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat
atau penyambung yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia harus
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan tersebut.
2.4 Gading-gading Kapal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), gading-gading adalah
rangka atau penguat kontruksi kapal secara melintang sekaligus tempat
13
melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak berubah. Gading-
gading berfungsi untuk menghubungkan papan kulit luar satu dengan lainnya dan
juga memperkuat kulit luar pada arah melintang. Bersama papan kulit, gading-
gading menahan tekanan air dan muatan di palka.
Pada umumnya, galangan kapal di Indonesia membangun kapal dengan
pemasangan papan kulit luar terlebih dahulu. Pemasangan gading-gading
dilaksanakan setelah papan kulit terluar dipasang. Hal ini mengakibatkan
ketidaksimetrisan kapal karena gading-gadinglah yang dibuat mengikuti papan
kulit kapal. Konstruksi gading-gading lengkung dibuat dari kayu yang arah
seratnya sejalan dengan bentuk gading-gading. Apabila kayu tersebut tidak cukup
panjang, maka gading-gading dapat disambung.
Gading-gading dapat berupa gading tunggal atau gading ganda. Gading
tunggal adalah gading-gading yang terdiri dari satu bagian dan gading-gading
ganda adalah gading-gading yang terdiri dari dua bagian yang menempel.
Gading-gading ganda terdiri atas gading-gading kiri dan kanan yang disatukan di
bagian bawah dengan menggunakan wrang (floor). Wrang disambung dengan
gading-gading dan lunas kapal menggunakan baut. Selain itu wrang juga
dihubungkan dengan lunas menggunakan baut-baut. Wrang di bawah pondasi
mesin harus diperkuat dengan menambah tinggi dan tebal wrang (Soekarsono,
1994 dalam Ayuningsari, 2007). Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu
seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Konstruksi gading-gading bagian haluan,
midship dan buritan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu
(Sumber: Soekarsono 1994).
14
Gambar 8 Konstruksi gading-gading; a) haluan; b) midship; dan c) buritan
(Sumber: Yatnaningsih 1998).
3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut
Consuelo (1988) yang dikutip oleh Umar (2005), metode survei digunakan untuk
mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala
tersebut ada. Oleh karena itu, tidak perlu memperhitungkan hubungan antara
variabel-variabel karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan
masalah bukan menguji hipotesis. Metode survei dapat memberikan manfaat
untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu membandingkan kondisi-kondisi yang
ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan untuk pelaksanaan evaluasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, metode survei yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menggambarkan kondisi objek penelitian dengan kriteria atau
ketentuan yang telah ditetapkan.
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap I adalah tahap
persiapan dan survei yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2008.
Tahap II adalah tahap pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai
Agustus 2008 dan tahap III adalah tahap pelengkapan data yang dilaksanakan
pada bulan Oktober 2008. Penelitian dilaksanakan di pusat industri galangan
kapal UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat ukur, kuisioner
(Lampiran 2), kamera digital, dan alat tulis. Obyek kajian dalam penelitian ini
adalah kapal ikan yang dibangun di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung
yang berlokasi di Desa Tanah Beru, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten
Bulukumba, Sulawesi Selatan.
16
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung selama proses
penelitian, yaitu:
1) Data jumlah gading-gading yang digunakan dalam pembangunan kapal;
2) Data tahapan pembangunan gading-gading yang dilakukan di galangan
tersebut;
3) Data ukuran dimensi tebal penampang gading-gading satu sampai ke- n
dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 9);
Gambar 9 Dimensi tebal penampang gading-gading (Gambar non skala).
4) Data ukuran dimensi lebar penampang gading-gading satu sampai ke- n
dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 10);
Gambar 10 Dimensi lebar penampang gading-gading (Gambar non skala).
t
Ket : t = tebal gading-gading
l Ket : l = lebar gading-gading
17
5) Data letak pemasangan antar gading-gading;
a. Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar 11).
Gambar 11 Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar non skala).
b. Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar 12).
Gambar 12 Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar non skala).
6) Data gambar hasil pengamatan bentuk gading-gading dan cara
penyambungannya; dan
7) Teknik untuk meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi gading-gading.
Pada penelitian ini, ukuran keempat dimensi gading-gading yang direncanakan
ditentukan oleh pihak galangan atau pembuat kapal berdasarkan kebiasaan yang
dilakukan dalam membangun kapal.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung selama
penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
x
Ket: x = jarak antar gading-gading
bersisian
Ket: y = jarak antar gading-gading berhadapan
y
18
atau keterangan-keterangan mengenai hal yang berhubungan dengan konstruksi
gading-gading berdasarkan literatur.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara, yang pertama
pengumpulan data dengan mengukur langsung dimensi gading-gading kapal.
Dimensi gading-gading yang di ukur adalah lebar, tinggi, jarak antar gading-
gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan. Metode yang kedua
adalah melalui wawancara dengan responden yaitu para pembuat kapal.
Wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya
terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan cara studi literatur.
3.5 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan cara mengelompokkan
data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dalam bentuk
gambar, diagram alir, dan tabel (tabulasi) berdasarkan jenis data yang dibutuhkan
untuk kemudian diolah dan dianalisis.
3.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
dan analisis komparatif numerik. Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan mengenai teknik-teknik yang dilakukan oleh para pembangun
kapal dalam meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi. Sedangkan analisis
komparatif numerik digunakan untuk menghitung tingkat keakuratan gading-
gading dengan membandingkan ukuran konstruksi gading-gading berdasarkan
hasil nyata di lapangan dan perencanaan pada pembangunan kapal. Rumus yang
digunakan adalah:
Dimensi gading-gading terpasang
Tingkat keakuratan = x 100% …… (1)
Dimensi gading-gading rencana
19
Selanjutnya nilai tingkat keakuratan yang diperoleh akan dikelompokkan
berdasarkan pengelompokan tingkat keakuratan sebagai berikut:
a) Tingkat keakuratan = 100%, menunjukkan bahwa konstruksi gading-gading
terpasang sama dengan yang direncanakan (akurat).
b) Tingkat keakuratan > 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading
terpasang memiliki kelebihan ukuran dari yang direncanakan (tidak akurat).
c) Tingkat keakuratan < 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading
terpasang memiliki kekurangan ukuran dari yang direncanakan (tidak
akurat).
Setelah memperoleh tingkat keakuratan dimensi gading-gading, dilakukan
analisis galat. Analisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang
menggunakan metode numerik. Galat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya (Munir, 2003). Galat yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara ukuran dimensi gading-gading
yang direncanakan dan ukuran dimensi gading-gading yang terpasang. Analisis
galat yang digunakan adalah analisis galat relatif, dimana galat tersebut
dinormalkan terhadap ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan. Galat
relatif dalam bentuk persentase diperoleh dari rumus berikut:
Gading-gading rencana – Gading-gading terpasang
Persentase selisih = x 100%
Gading-gading rencana ……….(2)
Persentase selisih yang diperoleh dibagi ke dalam zona-zona berikut (Zona
A dan B ) dengan masing-masing selang kelas sebagai berikut:
a) Zona A = 0% ≤ x ≤ 1% (zona akurat);dan
b) Zona B = x > 1% (zona tidak akurat);
Penentuan batas akurat sebesar 1% didasarkan pada kebiasaan di galangan
Semangat Untung. Biasanya koreksi dilakukan terhadap nilai keakuratan > 1%
dari dimensi yang direncanakan.
4 KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat Untung
Galangan kapal UD. Semangat Untung terletak di Desa Tanah Beru,
Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Kapal
yang diproduksi bermacam-macam, seperti kapal perikanan dan kapal
penumpang. Sewaktu penelitian ini dilakukan terdapat tiga buah kapal yang
diproduksi, dua diantaranya adalah kapal perikanan dengan alat tangkap gillnet
dan purse seine.
Secara geografis, Kabupaten Bulukumba adalah wilayah di bagian selatan
jazirah Sulawesi Selatan yang berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi
Sulawesi Selatan). Kabupaten Bulukumba terletak diantara 05°20° – 05°40° LS
dan 119°58° - 120°28° BT, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara,
Teluk Bone di sebelah timur, Laut Flores di sebelah selatan, dan Kabupaten
Bantaeng di sebelah barat (Gambar 13). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba
sekitar 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.
Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi,
yakni dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran
rendah, pantai dan laut lepas.
Gambar 13 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba.
Peta lokasi
Kabupaten Bulukumba
21
Kabupaten Bulukumba terkenal dengan industri galangan kapal rakyatnya
yang berpusat di Kecamatan Bontobahari. Kecamatan Bontobahari adalah lokasi
dimana penelitian ini dilakukan (Gambar 14). Industri galangan kapal rakyat
inilah yang menjadi ciri khas Kecamatan Bontobahari dan membedakannya
dengan kecamatan lainnya. Banyaknya galangan kapal di Bontobahari,
menjadikan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pembuat kapal
dan nelayan. Mereka umumnya memiliki kemahiran dalam membuat kapal-kapal
tradisional, seperti kapal perikanan dari kayu. Namun tidak sedikit juga yang
membuat kapal perikanan dari bahan yang modern. Para pengrajin kapal di
Bulukumba terkenal sebagai ahli perahu, hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya pengrajin yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang
berasal dari Bulukumba. Bahkan terkenal hingga ke mancanegara terbukti dengan
banyaknya kapal-kapal milik asing yang dipesan dari galangan kapal di
Bulukumba.
Gambar 14 Peta lokasi penelitian.
Galangan kapal UD. Semangat Untung mampu memproduksi 3 – 6 kapal
baru per tahun dengan waktu pembangunan kapal yang berbeda-beda. Galangan
ini termasuk galangan yang produktif karena selalu memproduksi kapal meskipun
tidak ada pemesanan. Menurut pemilik galangan, harga penjualan kapal tanpa
pemesanan terlebih dahulu dan tanpa dilengkapi dengan gambar rencana detail
memiliki harga yang relatif lebih rendah dari pada kapal yang dipesan terlebih
dahulu.
Lokasi
Penelitian
22
Berdasarkan tingkat teknologinya, pembangunan kapal di galangan UD.
Semangat Untung masih relatif rendah. Pembangunan kapal hanya berdasarkan
pengalaman turun temurun dan kebiasaan para pengrajin. Pada umumnya
galangan kapal membuat kapal tanpa disertai dengan gambar rancangan detail.
Pembuatan kapal hanya dilengkapi dengan gambar sketsa kapal yang akan
dibangun. Akan tetapi, galangan tersebut juga dapat menerima pesanan
pembuatan kapal yang telah dilengkapi dengan gambar detail seperti general
arrangement dan profile construction yang berasal dari pihak pemesan. Biasanya
pemesan kapal yang dilengkapi dengan gambar detail dan perhitungan arsitek
perkapalan berasal dari dinas-dinas pemerintahan atau pihak asing.
Peralatan yang digunakan untuk membuat kapal juga masih sederhana dan
didominasi oleh peralatan non elektronik. Hal ini dikarenakan galangan kapal
masih tradisional dan penggunaan peralatan tersebut sudah merupakan kebiasaan
turun temurun. Jarang sekali ditemukan alat-alat modern berupa alat-alat
elektronik yang mampu memberikan kemudahan bagi para pengrajin kapal dalam
proses pengerjaan kapal. Meskipun demikian, kapal yang diproduksi di daerah ini
sudah terbukti kemampuan dan kekuatannya. Beberapa peralatan yang digunakan
di galangan kapal yang ada di Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 2 dan
Lampiran 3.
Tabel 2 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba
No. Peralatan yang digunakan
galangan kapal
Jenis peralatan
(elektronik/non elektronik)
1. Kapak Non elektronik
2. Gergaji Non elektronik
3. Pahat Non elektronik
4. Catok Non elektronik
5. Pasak Non elektronik
6. Palu Non elektronik
7. Mal besi Non elektronik
8. Golok Non elektronik
9. Alat ukur Non elektronik
10. Obeng Non elektronik
11. Singkolo Non elektronik
12. Bacci Non elektronik
13. Bor listrik Elektronik
14. Ketam listrik Elektronik
23
4.2 Keadaan SDM
Jumlah tenaga kerja yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung
sebanyak 8 orang, dengan tenaga kerja tetap sebanyak 5 orang dan sisanya 3
orang adalah tenaga kerja tidak tetap. Di galangan kapal ini tidak ada pembagian
kerja secara khusus dan jumlah tenaga kerja yang ada juga masih terbatas.
Keadaan sumberdaya manusia yang terdapat di UD. Semangat Untung
jumlahnya masih terbatas dan pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang
masih rendah. Keadaan sumberdaya manusia di UD. Semangat Untung dapat
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal UD. Semangat
Untung
No. Jabatan Pendidikan
terakhir
Jumlah
(orang) Status
Pengalaman
bekerja
(tahun)
1 Pemilik
galangan SD 1 orang Pekerja tetap 40 tahun
2 Bagian analisis
usaha Sarjana S-1 1 orang Pekerja tetap 10 tahun
3 Pekerja/Pembuat
kapal
SD 1 orang Pekerja tetap 25 tahun
SMP 2 orang
1 orang
Pekerja tidak tetap
Pekerja tetap
14 tahun
20 tahun
SMA 1 orang
1 orang
Pekerja tidak tetap
Pekerja tetap
12 tahun
15 tahun
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sumberdaya manusia yang ada
di galangan kapal UD. Semangat Untung rata-rata memiliki pendidikan yang
masih rendah. Sumberdaya manusia di galangan tersebut tidak memiliki latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan kecuali
seorang sarjana ekonomi yang memiliki tugas sebagai analisis usaha. Tetapi
pengalaman sumberdaya manusia yang ada tidak diragukan lagi karena mereka
sudah berpuluh-puluh tahun lamanya bekerja sebagai pembuat kapal.
4.3 Produktivitas Galangan
Data produksi kapal tiga tahun terakhir di UD. Semangat Untung dapat
dilihat pada Tabel 4.
24
Tabel 4 Produktivitas galangan dari Tahun 2006 - 2008
No. Ukuran kapal Tahun
2006 2007 2008
1. < 50 GT 2 3 3
2. 50 – 150 GT 3 2 2
3. 150 – 300 GT 1 - 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kapal di galangan UD.
Semangat Untung rata-rata adalah 6 unit setiap tahun. Sebenarnya galangan kapal
ini mendapat pesanan kapal lebih dari 6 unit setiap tahun. Tetapi, karena galangan
memiliki sumberdaya manusia dan tingkat teknologi terbatas, maka kapal yang
diproduksi hanya sampai 6 unit per tahun.
4.4 Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal
Waktu pengerjaan satu unit kapal ditentukan oleh ukuran kapal dan jumlah
pekerja yang mengerjakan. Jumlah pekerja dan waktu pengerjaan kapal
berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan
ukuran kapal
No. Ukuran kapal
(GT)
Jumlah pekerja
(orang)
Waktu pengerjaan
(bulan)
1. < 50 GT 1 – 2 orang 1 bulan
2. 50 – 150 GT 3 – 4 orang 1 – 2.5 bulan
3. 150 – 300 GT 4 – 5 orang 3 – 5 bulan
Lama pengerjaan per unit kapal berbeda-beda tergantung ukuran kapal dan
jumlah pekerja yang membuat kapal tersebut. Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat bahwa ukuran kapal yang besar membutuhkan jumlah pekerja yang lebih
banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama. Begitu pula sebaliknya ukuran
kapal yang kecil membutuhkan jumlah pekerja lebih sedikit saja dan waktu
pengerjaannya juga lebih cepat. Pemesanan kapal tidak saja berasal dari lokal
atau luar Pulau Sulawesi, akan tetapi juga terdapat pemesanan yang berasal dari
luar negeri seperti Amerika, Inggris, Prancis, dan Kanada. Sedangkan untuk
25
pemesanan dari luar Pulau Sulawesi diantaranya berasal dari Jawa, Kalimantan,
Irian, dan Sumatera.
Sistem pemberian upah di galangan kapal ini terdiri dari beberapa cara,
yaitu sistem upah harian, borongan, dan berdasarkan ukuran meter yang
dikerjakan. Dalam sistem upah harian, pekerja tetap mendapatkan upah
Rp 50.000,00/hari sedangkan pekerja tidak tetap Rp 40.000,00/hari. Dalam
sistem upah borongan biasanya pekerja dibayar 10-15 juta per kapal sampai
selesai tergantung dari ukuran kapalnya untuk 4-5 orang pekerja. Sedangkan
untuk sistem ukuran meter yang dikerjakan, pekerja dibayar Rp 5000-7000/
batang gading-gading dan Rp 7000/3-5 meter bagian kapal lainnya. Sistem
pemberian upah di galangan tersebut diberikan berdasarkan ukuran kapal dan
waktu pengerjaan yang ditetapkan oleh pihak pemesan. Waktu kerja di galangan
kapal UD. Semangat Untung adalah setiap hari dimulai pada pukul 08.30-17.00
WITA.
4.5 Jenis dan Asal Kayu
Jenis kayu yang digunakan di galangan kapal UD. Semangat Untung
berbeda-beda tergantung untuk bagian konstruksi sebelah mana kayu tersebut
akan digunakan. Kayu tersebut didatangkan dari berbagai daerah. Jenis, asal
kayu, dan peruntukan dari masing-masing jenis kayu yang digunakan di UD.
Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam pembangunan
kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung
No. Jenis kayu Asal kayu Bagian
konstruksi
1. Kayu besi atau merbau
(Intsia bijuga O)
Sulawesi Selatan
(Bulukumba) , Sulawesi
Tenggara (Kendari),
Maluku dan Nusa
Tenggara Timur
Lunas, linggi
haluan dan
buritan
2. Kayu jati
(Tectona grandis j. f)
Sulawesi Selatan
(Bulukumba dan Selayar),
Sulawesi Tenggara
(Kendari),
Maluku, dan Jayapura
Gading-gading,
linggi haluan dan
buritan
26
Tabel 6 Lanjutan
No. Jenis kayu Asal kayu Bagian
konstruksi
3. Kayu biti atau gofasa
(Vitex cofassus)
Sulawesi, Maluku, dan
Jayapura
Gading-gading,
linggi haluan, dan
lambung atau
badan kapal.
4. Kayu meranti
(Shorea spp.)
Sulawesi Selatan
(Bulukumba), Sulawesi
Tenggara (Kendari)
Lambung atau
badan kapal
5.
Kayu kulim
(Scorodocarpus
borneonsis Becc.)
Kalimantan, Sulawesi
Tenggara (Kendari) Lunas
Hampir semua jenis kayu tersebut terdapat di Kabupaten Bulukumba, tetapi
karena kebutuhan kayu yang besar maka ketersediaan kayu lokal tidak
mencukupi. Oleh karena itu, perlu didatangkan kayu tambahan dari luar daerah
Bulukumba seperti dari Sulawesi Tenggara (Kendari), bahkan ada yang
didatangkan dari Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Jayapura.
Kayu yang digunakan untuk pembuatan gading-gading adalah jenis kayu jati
(Tectona grandis j. f) dan kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus). Penggunaan
kayu tersebut tergantung dari bentuk gading-gading yang akan dibuat. Bentuk
gading-gading di galangan UD. Semangat Untung ada tiga, yaitu bentuk V bottom,
round bottom, dan U bottom. Kayu biti atau gofasa biasanya sudah berbentuk V
sehingga biasa digunakan untuk bagian gading-gading bentuk V bottom yang
terletak di dekat linggi haluan. Hal ini dilakukan agar konstruksi gading-gading
lebih kuat bila dibuat dari satu batang kayu. Beberapa gading-gading berbentuk V
bottom ada yang dibuat dari kayu jati. Namun, konstruksi seperti ini tidak sekuat
konstruksi gading-gading yang menggunakan kayu utuh, sehingga konstruksi itu
dipakai untuk bagian V bottom yang tidak terlalu dekat dengan linggi haluan.
Selanjutnya, gading-gading bentuk round bottom dan U bottom menggunakan
kayu jati (Lampiran 4).
Kayu jati memiliki ciri-ciri berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat
kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar sampai
kasar dan tidak rata. Kayu jati memiliki kekerasan agak keras, berat jenis rata-
rata 0,70 dalam kisaran 0,58-0,82, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II dan
27
Kelas Kuat II, serta mudah dikerjakan. Sedangkan kayu biti atau gofasa memiliki
ciri-ciri keras dan agak sukar digergaji, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II-III
dan Kelas Kuat II-III serta memiliki berat jenis 0.74 dalam kisaran 0.57-0.93.
Berdasarkan ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia (1989), kayu untuk bagian
gading-gading harus mempunyai berat jenis minimal 0,7 dan dengan mutu
minimum KK III dan KA III. Maka kayu jati dan kayu biti yang digunakan untuk
bagian gading-gading di Galangan Kapal UD. Semangat Untung dinilai sudah
tepat karena sudah memenuhi ketentuan BKI tersebut.
4.6 Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung
Proses pembangunan kapal perikanan di galangan kapal U.D Semangat
Untung diawali dengan penentuan dimensi dan sketsa kapal yang akan dibuat
oleh pemilik galangan. Dimensi dan sketsa kapal tersebut dapat berasal dari dua
sumber, yaitu dari pihak pemesan dan pemilik galangan itu sendiri. Jika dari
pihak pemesan disertai dengan gambar general arrangement, lines plan, deck
profile, dan profile construction, maka pemilik galangan membuat kapal
berdasarkan gambar detail tersebut. Tetapi jika tidak disertai dengan gambar
detail, maka pemilik galangan yang akan menentukan dimensi dan sketsanya.
Setelah itu dilakukan pemilihan material atau balok-balok kayu berkualitas sesuai
dengan bagian-bagian kapal yang akan dibangun. Hal ini dilakukan karena
masing-masing bagian kapal dibangun dari jenis kayu yang berbeda. Penggunaan
kayu untuk konstruksi kapal di suatu tempat bergantung pada kebiasaan pengrajin
kapal di tempat tersebut.
Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka proses pembangunan kapal
segera dilakukan. Pembangunan kapal dimulai dengan peletakan lunas dan
pemasangan linggi. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kulit kapal hingga
setengah tinggi terlebih dahulu lalu pemasangan kerangka utama atau gading-
gading. Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan pemasangan kulit kapal keseluruhan
hingga ke sheer. Tahap akhir dari proses pembangunan kapal adalah pengecatan.
Secara berurutan tahapan pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD.
Semangat Untung dapat dilihat pada Gambar 15. Pada umumnya tahapan
28
pembangunan kapal di Bulukumba sama dengan pembangunan kapal daerah lain
di Indonesia.
Gambar 15 Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat
Untung.
Mulai
Peletakan lunas;
Pemasangan linggi haluan;
Pemasangan linggi buritan;
Pemasangan kulit kapal setengah tinggi kapal;
Pemasangan gading-gading;
Pemasangan galar (geladak);
Pembuatan pondasi mesin;
Pemasangan kulit kapal seluruhnya hingga ke sheer;
Pemasangan golak (sheer);
Pemasangan lantai dek;
Pemasangan tiang layar;
Pembuatan palka
Pemakalan
Pengecatan dan pemberian anti fouling
Selesai
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Konstruksi Gading-gading
Gading-gading adalah kerangka utama dalam pembangunan sebuah kapal.
Pembangunan konstruksi gading-gading sebuah kapal harus dipastikan kuat dan
kokoh agar dalam pengoperasiannya kapal tersebut mampu bertahan dalam
berbagai kondisi di laut. Kapal yang diteliti adalah jenis kapal perikanan dengan
alat tangkap jaring. Oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan kapal
jaring. Dimensi utama kapal dapat diihat pada Tabel 7. Pengertian dari dimensi
utama kapal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7 Dimensi utama obyek penelitian
No. Dimensi Ukuran
1. LOA (Length Over All) 12 meter
2. LPP (Length Per Pendicular) 7,7 meter
3. LWL (Length Water Line) 9,9 meter
4. B (Breadth) 1,825 meter
5. D (Depth) 0,74 meter
6. d (Draught) 0,44 meter
7. Mesin TS Shanghai (inboard)
8. Kekuatan mesin 16 PK
9. Kapasitas 2,3 GT
Kapal yang menjadi obyek penelitian memiliki 29 gading-gading. Pada
umumnya gading-gading kapal yang dibangun di galangan kapal UD. Semangat
Untung terdiri dari tiga bentuk yang berbeda, yaitu bentuk U bottom, round
bottom, dan V bottom. Ketiga bentuk gading-gading tersebut dibuat untuk posisi
gading-gading yang berbeda, untuk gading-gading posisi 1 – 10 menggunakan
bentuk U bottom, gading-gading posisi 11 – 22 menggunakan bentuk round
bottom, dan gading-gading posisi 23 – 29 menggunakan bentuk V bottom
(Gambar 16). Setiap gading-gading, konstruksinya dapat dibuat dari satu hingga
tiga batang kayu dengan teknik pemotongan searah serat agar lebih kuat dan lebih
efisien penggunaannya.
30
Gambar 16 Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak
samping).
Setiap gading-gading terdiri dari bentuk yang berbeda-beda. Bentuk gading-
gading U bottom terdiri atas: bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 17
a dan b). Bentuk gading-gading round bottom terdiri atas: bentuk round dari dua
bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk round dari tiga bagian
konstruksi yang disambung (Gambar 18 a dan b). Sedangkan bentuk gading-
gading V bottom terdiri atas: bentuk V dari tiga bagian konstruksi yang disambung
(Gambar 19a), bentuk V dari dua bagian konstruksi yang disambung dengan tipe
sambungan seperti Gambar 19b, dan bentuk V dari satu bagian konstruksi
(Gambar 19c).
1 10;11 22;23 29
Gading-gading
31
a)
b)
Gambar 17 Bentuk gading-gading U bottom (Gambar non skala):
a) U bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung (U1).
b) U bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung
(U2).
a) b)
Gambar 18 Bentuk gading-gading round bottom (Gambar non skala):
a) Round bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung (R1).
b) Round bottom dari tiga bagian konstruksi yang
disambung (R2).
32
a)
b)
c)
Gambar 19 Bentuk gading-gading V bottom (Gambar non skala):
a) V bottom dari tiga bagian konstruksi yu (V1).
b) V bottom dari dua bagian konstruksi (V2).
c) V bottom dari satu bagian konstruksi (V3).
Bentuk gading-gading dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2 dan
R2) memiliki sambungan dibagian tertentu sehingga gading-gading tersebut
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dua bagian atas dan satu bagian bawah. Contoh
bentuk bagian gading-gading atas dan bawah dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 bentuk gading-gading bagian atas dan bawah (Gambar non skala).
b
a
Ket : a = bagian gading-gading
atas
b = bagian gading-gading
bawah
33
5.2 Proses Pembuatan Gading-gading
Pembuatan gading-gading di galangan kapal UD. Semangat Untung
umumnya menggunakan kayu jati (Tectona grandis L) dan kayu biti atau gofasa
(Vitex cofassus). Hal ini dikarenakan ketersediaan kedua jenis kayu ini lebih
banyak dibanding jenis kayu lainnya. Selain itu, hal ini juga merupakan
kebiasaan turun temurun di galangan tersebut. Menurut standar yang disyaratkan
oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), kayu jati dan kayu biti sudah sesuai apabila
digunakan untuk membuat gading-gading. Hal ini disebabkan karena kedua jenis
kayu tersebut termasuk dalam kelas awet II-III dan kelas kuat II-III. Sampai saat
ini, kayu jati menjadi kayu yang paling utama digunakan untuk pembangunan
kapal khususnya bagian gading-gading atau rangka utama kapal.
Pembuatan gading-gading diawali dengan pemilihan batang kayu yang
sudah lengkung. Kelengkungan kayu diperlukan agar mempermudah dalam
proses pembentukan gading-gading. Batang kayu tersebut kemudian diukur
sesuai kebutuhan. Pengukuran dilakukan sebelum kayu dipotong untuk
mengefisienkan penggunaan material, pengukuran kelengkungan dibuat dengan
mencetak gambar lengkung dari mal besi ke batang kayu. Penentuan ukuran
dilakukan berdasarkan kebiasaan turun-temurun pembuat kapal sesuai dengan
ukuran besar kecilnya kapal. Kayu-kayu tersebut diukur dan dipotong menjadi
bentuk gading-gading yang akan dibuat. Batang kayu yang membentuk bagian
konstruksi gading-gading disambung dengan menggunakan pasak kayu. Setelah
gading-gading terbentuk dilakukan pemasangan pada kulit kapal.
5.2.1 Pembuatan gading-gading bentuk U bottom
Gading-gading bentuk U bottom dipasang pada posisi 1-10. Gading-gading
ini terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung (U1) dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2).
Pembuatan gading-gading bentuk U1 lebih mudah dilakukan karena gading-
gading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah. Gading-gading dibuat
dengan mencetak mal besi ke batang kayu lengkung (Lampiran 6), ukurannya
dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian batang kayu tersebut dipotong.
34
Pembuatan gading-gading bentuk U2 lebih sulit dilakukan karena memiliki
sambungan. Gading-gading ini dibuat dengan cara mencetak mal besi ke batang
kayu lengkung sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian dipotong untuk
konstruksi bagian bawah gading-gading. Setelah itu, konstruksi bagian atas
gading-gading dibuat disesuaikan dengan konstruksi gading-gading bagian bawah
(Gambar 21). Cara penyambungan gading-gading ini juga menggunakan pasak
kayu. Jika sambungan tidak rapat maka dilakukan koreksi dengan memotong
kelebihan ukuran gading-gading tersebut kemudian dipasang lagi hingga benar-
benar sesuai ukurannya.
Gambar 21 Penyambungan gading-gading bentuk U2.
5.2.2 Pembuatan gading-gading bentuk round bottom
Gading-gading bentuk round bottom dipasang pada posisi 11-22. Gading-
gading ini terdiri atas bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung (R1) dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung
(R2). Kedua gading-gading ini dibuat dengan cara yang berbeda. Gading-gading
bentuk R1 konstruksinya lebih mudah karena gading-gading bagian kiri dan kanan
dibuat secara terpisah sehingga tidak perlu sambungan. Proses pembuatan
gading-gading bentuk ini sama seperti pembuatan gading-gading bentuk U1.
35
Gading-gading bentuk R2 dibuat dengan mengukur batang kayu yang sudah
lengkung kemudian dipotong untuk konstruksi gading-gading bagian dasar atau
bagian bawah, kemudian batang kayu yang lain diukur dan dipotong untuk
konstruksi gading-gading bagian atas. Setelah itu, ketiga bagian konstruksi
gading-gading ini disambung dan dirapatkan dengan pasak kayu. Jika ada bagian
sambungan yang tidak rapat maka dirapatkan dengan cara sama seperti gading-
gading bentuk U2. Pembuatan gading-gading bentuk R2 dapat dilihat pada
Gambar 22.
Gambar 22 Penyambungan gading-gading bentuk R2.
5.2.3 Pembuatan gading-gading bentuk V bottom
Bentuk V bottom dipasang pada posisi 23-29, yaitu V1, V2 dan V3. Bentuk
V1 posisi pada dibuat dari kayu biti dengan tiga bagian konstruksi. Batang kayu
biti diukur sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian hasil pengukurannya
dipotong dan dibentuk menjadi gading-gading bentuk V1. Gading-gading bentuk
V1 konstruksinya lebih sulit karena ada tiga bagian konstruksi yang dibuat, yaitu
dua bagian atas dan satu bagian bawah (Gambar 23). Bentuk V2 konstruksinya
dibuat satu per satu bagian kiri dan kanan, kemudian masing-masing bagian
tersebut disambung lalu di pasang pada kulit kapal (Gambar 24). Bentuk ini tidak
begitu sulit karena konstruksinya dibuat secara terpisah kemudian disambungkan.
36
Jika ada sambungan dari dua bagian gading-gading yang ukurannya tidak sama
persis, biasanya dibiarkan begitu saja dan tidak dilakukan koreksi. Koreksi hanya
dilakukan pada pemasangan gading-gading bentuk V bottom ke kulit kapal.
Bentuk V3 dibuat dari satu bagian konstruksi, yaitu dari satu batang kayu biti
yang bentuknya sudah lengkung menyerupai huruf V. Batang kayu tersebut
langsung diukur sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian hasil pengukuran
dipotong dan dihaluskan dengan ketam listrik. Panjang gading-gading bentuk V3
ini cenderung dibuat lebih pendek dari kulit atau badan kapal. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan pada pembuatan gading-gading tersebut sehingga
tidak perlu dilakukan koreksi.
Gambar 23 Penyambungan gading-gading bentuk V1.
Gambar 24 Penyambungan gading-gading bentuk V2.
5.3 Tingkat Keakuratan Pembuatan Gading-gading
Objek penelitian yang dikaji pada penelitian ini memiliki ketidaksesuaian
konstruksi gading-gading yang direncanakan dan yang terpasang. Hal ini
disebabkan karena pengukuran konstruksi gading-gading dilakukan secara
perkiraan saja oleh pembuat kapal. Pembuat kapal membuat konstruksi gading-
37
gading tanpa menggunakan pola ukuran, tetapi hanya didasarkan pada
pengalaman dan kebiasaan dalam membangun kapal sehingga memungkinkan
terjadinya kesalahan pemotongan konstruksi gading-gading. Adanya perbedaan
ukuran tersebut menyebabkan konstruksi gading-gading dianggap tidak akurat.
Ketidakakuratan tersebut antara lain terdapat kelebihan atau kekurangan ukuran
gading-gading yang terpasang dari yang direncanakan. Berdasarkan hasil
pengukuran, tingkat keakuratan dan galat relatif masing-masing dimensi gading-
gading yang diperoleh dijelaskan pada sub-subbab di bawah ini.
5.3.1 Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang gading-gading
Berdasarkan data yang ada dilakukan perhitungan tingkat keakuratan dan
persentase selisih terhadap lebar penampang gading-gading (contoh perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 9). Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui
bahwa lebar penampang gading-gading memiliki tingkat kekurasian yang
berbeda-beda berdasarkan bentuk gading-gading. Tingkat keakuratan dimensi
lebar gading-gading dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading
Posisi
gading-
gading
Bentuk gading-
gading Lebar penampang
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Tingkat keakuratan
(%)
1 U 8 8 100.00
2 U 8 7.5 93.75
3 U 8 8 100.00
4 U 8 7.5 93.75
5 U 8 8 100.00
6 U 7 7 100.00
7 U 7 6.5 92.86
8 U 7 6 85.71
9 U 7 8 114.29
10 U 8 8 100.00
11 Round 8 7 87.50
12 Round 8 7.5 93.75
13 Round 8 6.5 81.25
14 Round 7 6 85.71
15 Round 7 5.5 78.57
16 Round 7 8 114.29
17 Round 7 6 85.71
38
Tabel 8 Lanjutan
Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan lebar penampang
gading-gading. Dapat dilihat bahwa masing-masing bentuk gading-gading
memiliki kelebihan dan kekurangan ukuran. Untuk mengetahui besarnya
persentase keakuratan gading-gading dilakukan pengelompokan berdasarkan
bentuk. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan lebar gading-gading baik
ketepatan, kelebihan , maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per bentuk
gading-gading
Posisi
gading
-
gading
Bentuk
gading
-
gading
Range tingkat
keakuratan
Tingkat
keakuratan
> 100%
Tingkat
keakuratan
< 100%
Tingkat
keakuratan
100%
Total
1-10 U
Bottom 85.71% - 114.29% 3.45% 13.79% 17.24% 34.48%
11-22 Round
Bottom 78.57% - 114.29% 17.24% 20.68% 3.45% 41.37%
23-29 V
Bottom 78.57% - 114.29% 20.68% 3.45% - 24.13%
Total 41.37% 37.92% 20.69% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dimensi lebar dari 29 gading-
gading memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 41.37%, tingkat keakuratan
<100% sebayak 37.92%, dan tingkat keakuratan 100% sebanyak 20.69%. Tingkat
Posisi
gading-
gading
Bentuk gading-
gading Lebar penampang
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Tingkat keakuratan
(%)
18 Round 7 7 100.00
19 Round 7 8 114.29
20 Round 7 7.5 107.14
21 Round 7 8 114.29
22 Round 7 8 114.29
23 V 7 5.5 78.57
24 V 7 7.5 107.14
25 V 7 8 114.29
26 V 7 8 114.29
27 V 7 8 114.29
28 V 7 7.5 107.14
29 V 7 8 114.29
39
keakuratan >100% didominasi oleh gading-gading bentuk V bottom, yaitu
sebanyak 20.68% dan tingkat keakuratan <100% didominasi oleh bentuk round
bottom, yaitu sebanyak 20.68% . Hal ini berarti kelebihan lebar penampang
gading-gading paling banyak terjadi pada bentuk V bottom dan kekurangan lebar
penampang gading-gading paling banyak terjadi pada bentuk round bottom.
Selanjutnya dilakukan analisis galat relatif dari persentase selisih gading-gading.
Persentase selisih lebar penampang gading-gading dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Persentase selisih lebar penampang gading-gading
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Lebar penampang
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Selisih
(cm)
Persentase
selisih (%)
Zona
selisih
1 U 8 8 0 0.00 A
2 U 8 7.5 -0.5 6.25 B
3 U 8 8 0 0.00 A
4 U 8 7.5 -0.5 6.25 B
5 U 8 8 0 0.00 A
6 U 7 7 0 0.00 A
7 U 7 6.5 -0.5 7.14 B
8 U 7 6 -1 14.29 B
9 U 7 8 1 14.29 B
10 U 8 8 0 0.00 A
11 Round 8 7 -1 12.50 B
12 Round 8 7.5 -0.5 6.25 B
13 Round 8 6.5 -1.5 18.75 B
14 Round 7 6 -1 14.29 B
15 Round 7 5.5 -1.5 21.43 B
16 Round 7 8 1 14.29 B
17 Round 7 6 -1 14.29 B
18 Round 7 7 0 0.00 A
19 Round 7 8 1 14.29 B
20 Round 7 7.5 0.5 7.14 B
21 Round 7 8 1 14.29 B
22 Round 7 8 1 14.29 B
23 V 7 5.5 -1.5 21.43 B
24 V 7 7.5 0.5 7.14 B
25 V 7 8 1 14.29 B
26 V 7 8 1 14.29 B
40
Tabel 10 Lanjutan
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Lebar penampang
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Selisih
(cm)
Persentase
selisih (%)
Zona
selisih
27 V 7 8 1 14.29 B
28 V 7 7.5 0.5 7.14 B
29 V 7 8 1 14.29 B
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai selisih dan persentase selisih
dimensi lebar penampang masing-masing bentuk gading-gading. Nilai min (-)
pada tabel di atas menunjukkan bahwa lebar penampang gading-gading terpasang
memiliki kekurangan ukuran konstruksi dan nilai plus (+) menunjukkan bahwa
lebar penampang gading-gading terpasang memiliki kelebihan konstruksi dari
gading-gading yang direncanakan. Persentase selisih lebar penampang gading-
gading bentuk U bottom adalah 0.00% - 14.29%, gading-gading bentuk round
bottom adalah 0.00% – 21.43%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah -
7.14% - 21.43%. Lebar penampang gading-gading cenderung tidak akurat karena
persentase selisihnya dominan beradadi zona B (Gambar 25). Akan tetapi,
walaupun terdapat selisih antara ukuran lebar penampang gading-gading rencana
dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan
atau kelebihan ukuran lebar penampang gading-gading tersebut.
Gambar 25 Grafik galat relatif lebar penampang gading-gading.
41
5.3.2 Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang gading-gading
Berdasarkan hasil perhitungan, dimensi tebal gading-gading memiliki
tingkat kekurasian yang berbeda-beda. Tingkat keakuratan dimensi tebal
penampang gading-gading dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Tebal penampang
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Tingkat keakuratan
(%)
1 U 10 10 100.00
2 U 10 9 90.00
3 U 10 9 90.00
4 U 10 10 100.00
5 U 10 10 100.00
6 U 9 9 100.00
7 U 9 9 100.00
8 U 9 10 111.11
9 U 9 9 100.00
10 U 10 9 90.00
11 Round 10 9 90.00
12 Round 10 9 90.00
13 Round 10 9.5 95.00
14 Round 9 9 100.00
15 Round 9 9 100.00
16 Round 9 9.5 105.56
17 Round 9 9 100.00
18 Round 9 9.5 105.56
19 Round 9 9 100.00
20 Round 9 9 100.00
21 Round 9 9 100.00
22 Round 9 9 100.00
23 V 9 9 100.00
24 V 9 9 100.00
25 V 9 9.5 105.56
26 V 9 9 100.00
27 V 9 8.5 94.44
28 V 9 10 111.11
29 V 9 9 100.00
42
Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan tebal penampang
gading-gading. Dapat dilihat bahwa masing-masing bentuk gading-gading
memiliki kelebihan dan kekurangan ukuran. Pengelompokan besarnya tingkat
keakuratan tebal gading-gading baik ketepatan, kelebihan , maupun kekurangan
ukuran dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk
gading-gading
Posisi
gading
-
gading
Bentuk
gading
-
gading
Range tingkat
keakuratan
Tingkat
keakuratan
> 100%
Tingkat
keakuratan
< 100%
Tingkat
keakuratan
100%
Total
1-10 U
Bottom 90.00% - 111.11% 3.45% 10.34% 20.68% 34.47%
11-22 Round
Bottom 90.00% - 105.56% 6.89% 10.34% 24.13% 41.17%
23-29 V
Bottom 94.44% - 111.11% 6.89% 3.45% 13.79% 23.94%
Total 17.23% 24.13% 58.60% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tebal penampang dari 29
gading-gading yang memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak 17.23% ,
tingkat keakuratan <100% sebanyak 24.13%, dan tingkat keakuratan 100%
sebanyak 58.60%. Pada pengukuran tebal penampang gading-gading didominasi
tingkat keakuratan 100%, yaitu sebanyak 24.13% oleh gading-gading bentuk
round bottom. Sedangkan tingkat keakuratan <100% paling banyak pada bentuk
U bottom, yaitu sebanyak 10.34%. Hal ini berarti, pada tebal penampang gading-
gading ketepatan ukuran paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk round
bottom. Kesimpulan ini diperkuat lagi oleh hasil perhitungan persentase selisih
dan grafik galat relatif tebal penampang gading-gading yang dapat dilihat pada
Tabel 13 dan Gambar 26.
43
Tabel 13 Persentase selisih tebal penampang gading-gading
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Tebal penampang
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Selisih
(cm)
Persentase
selisih (%)
Zona
selisih
1 U 10 10 0 0.00 A
2 U 10 9 -1 10.00 B
3 U 10 9 -1 10.00 B
4 U 10 10 0 0.00 A
5 U 10 10 0 0.00 A
6 U 9 9 0 0.00 A
7 U 9 9 0 0.00 A
8 U 9 10 1 11.11 B
9 U 9 9 0 0.00 A
10 U 10 9 -1 10.00 B
11 Round 10 9 -1 10.00 B
12 Round 10 9 -1 10.00 B
13 Round 10 9.5 -0.5 5.00 B
14 Round 9 9 0 0.00 A
15 Round 9 9 0 0.00 A
16 Round 9 9.5 0.5 5.56 B
17 Round 9 9 0 0.00 A
18 Round 9 9.5 0.5 5.56 B
19 Round 9 9 0 0.00 A
20 Round 9 9 0 0.00 A
21 Round 9 9 0 0.00 A
22 Round 9 9 0 0.00 A
23 V 9 9 0 0.00 A
24 V 9 9 0 0.00 A
25 V 9 9.5 0.5 5.56 B
26 V 9 9 0 0.00 A
27 V 9 8.5 -0.5 5.56 B
28 V 9 10 1 11.11 B
29 V 9 9 0 0.00 A
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase selisih tebal penampang
gading-gading bentuk U bottom adalah 0.00% - 11.11%, gading-gading bentuk
round bottom adalah 0.00% – 10.00%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah
0.00% – 11.11%. Persentase selisih tebal penampang gading-gading dominan
berada di zona A (akurat) karena persentase selisih tebal penampang ketiga bentuk
44
gading-gading dominan ≤ 1%. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara
ukuran tebal penampang gading-gading rencana dan yang terpasang, pembuat
kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan ukuran tebal
penampang gading-gading tersebut.
Gambar 26 Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading.
Berdasarkan grafik galat relatif di atas dapat diketahui bahwa persentase
selisih tebal penampang gading-gading dominan berada tepat di 0% (didominasi
oleh bentuk round bottom). Hal ini berarti, tebal penampang gading-gading
konstruksinya cenderung akurat.
5.3.3 Tingkat keakuratan dan galat relatif jarak antar gading-gading
Pengukuran tingkat keakuratan dan galat relatif dimensi jarak antar gading-
gading dilakukan terhadap dua hal, yaitu jarak antar gading-gading bersisian dan
jarak antar gading-gading berhadapan.
5.3.3.1 Jarak antar gading-gading bersisian
Hasil penelitian yang dilakukan pada jarak antar gading-gading bersisian
menunjukkan bahwa jarak antar gading-gading bersisian memiliki tingkat
45
kekurasian yang berbeda-beda pada setiap bentuk gading-gading. Tingkat
keakuratan jarak antar gading-gading bersisian dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Jarak antar gading-gading bersisisan
Rencana (cm) Terpasang
(cm) Tingkat keakuratan (%)
1 U
100.00
2 U 25 25
106.00 3 U 25 26.5
100.00 4 U 25 25
96.00 5 U 25 24
100.00 6 U 25 25
106.67 7 U 30 32
93.33 8 U 30 28
96.67 9 U 30 29
100.00 10 U 30 30
93.33 11 Round 30 28
100.00 12 Round 30 30
96.67 13 Round 30 29
96.67 14 Round 30 29
96.67 15 Round 30 29
98.33 16 Round 30 29.5
98.33 17 Round 30 29.5
95.00 18 Round 30 28.5
95.00 19 Round 30 28.5
112.00 20 Round 25 28
94.00 21 Round 25 23.5
98.00 22 Round 25 24.5
108.00 23 V 25 27
108.00 24 V 25 27
112.00 25 V 25 28
104.00 26 V 25 26
105.00 27 V 20 21
100.00 28 V 20 20
100.00 29 V 20 20
46
Tabel di atas menunjukkan besarnya tingkat keakuratan jarak antar gading-
gading bersisian. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan jarak antar gading-
gading bersisian pada setiap bentuk gading-gading baik ketepatan, kelebihan ,
maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian per
bentuk gading-gading
Posisi
gading
-
gading
Bentuk
gading-
gading
Range tingkat
keakuratan
Tingkat
keakuratan
> 100%
Tingkat
keakuratan
< 100%
Tingkat
keakuratan
100%
Total
1-10 U
Bottom 93.33% - 106.67% 6.89% 13.79% 13.79% 34.47%
11-22 Round
Bottom 94.00% - 112.00% 6.89% 31.03% 3.45% 41.37%
23-29 V
Bottom 100.00% - 112.00% 17.24% - 6.89% 24.14 %
Total 31.02% 44.82% 24.13% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jarak antar gading-gading
bersisian dari 29 gading-gading memiliki tingkat keakuratan >100% sebanyak
31.02% , tingkat keakuratan <100% sebanyak 44.82%, dan tingkat keakuratan
100% sebanyak 24.13%. Tingkat keakuratan <100% didominasi oleh gading-
gading bentuk round bottom dan tingkat keakuratan >100% paling banyak pada
gading-gading bentuk V bottom. Hal ini berarti, antar gading-gading bersisian
kelebihan jarak paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk V bottom dan
kekurangan jarak paling banyak terjadi pada gading-gading bentuk round bottom.
Persentase selisih dan grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian dapat
dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 27.
47
Tabel 16 Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian gading-
gading
Posisi
gading
-
gading
Bentuk
gading-
gading
Jarak antar gading-gading bersisian
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Selisih
(cm)
Persentase
selisih (%)
Zona
selisih
1 U 0 0.00
6.00
A
B 2 U 25 25 0
0.00
A 3 U 25 26.5 1.5
4 U 25 25 0
0.00
5 U 25 24 -1
6.67
A
B 6 U 25 25 0
6.67
B 7 U 30 32 2
3.33
B 8 U 30 28 -2
0.00
A 9 U 30 29 -1
6.67
B 10 U 30 30 0
0.00
A 11 Round 30 28 -2
3.33
B 12 Round 30 30 0
3.33
B 13 Round 30 29 -1
3.33
B 14 Round 30 29 -1
1.67
B 15 Round 30 29 -1
1.67
B 16 Round 30 29.5 -0.5
5.00
B 17 Round 30 29.5 -0.5
5.00
B 18 Round 30 28.5 -1.5
12.00
B 19 Round 30 28.5 -1.5
6.00
B 20 Round 25 28 3
2.00
B 21 Round 25 23.5 -1.5
8.00
B 22 Round 25 24.5 -0.5
8.00
B 23 V 25 27 2
12.00
B 24 V 25 27 2
4.00
B 25 V 25 28 3
5.00
B 26 V 25 26 1
27 V 20 21 1 0.00 A
28 V 20 20 0 0.00 A
29 V 20 20 0
48
Dari tabel di atas dapat diketahui persentase selisih jarak antar gading-
gading bersisian bentuk U bottom adalah 0.00% – 6.67%, gading-gading bentuk
round bottom adalah 0.00% - 12.00%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah
0.00% – 12.00%. Hal ini berarti, jarak antar gading-gading bersisian tidak akurat
karena persentase selisih dominan berada di zona B (x > 1%). Kondisi ini
diperjelas pada grafik galat yang disajikan pada Gambar 27. Akan tetapi,
walaupun terdapat selisih antara ukuran jarak antar gading-gading bersisian
rencana dan yang terpasang, pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap
kekurangan atau kelebihan ukuran jarak antar gading-gading bersisian tersebut.
Gambar 27 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian.
5.3.3.2 Jarak antar gading-gading berhadapan
Hasil penelitian menunjukkan jarak antar gading-gading berhadapan
memiliki tingkat kekurasian yang berbeda-beda berdasarkan bentuk gading-
gading. Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan dapat dilihat
pada Tabel 17.
49
Tabel 17 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan
gading-gading
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Jarak antar gading-gading berhadapan
Rencana (cm) Terpasang
(cm)
Tingkat keakuratan
(%)
1 U 125 126 100.80
2 U 130 130 100.00
3 U 135 130 96.30
4 U 145 145 100.00
5 U 150 150 100.00
6 U 155 160 103.23
7 U 160 160 100.00
8 U 170 165 97.06
9 U 170 170 100.00
10 U 175 174 99.43
11 Round 175 175 100.00
12 Round 178 178 100.00
13 Round 175 175 100.00
14 Round 170 169 99.41
15 Round 170 167 98.24
16 Round 160 160 100.00
17 Round 160 162 101.25
18 Round 160 160 100.00
19 Round 160 160 100.00
20 Round 155 153 98.71
21 Round 150 147 98.00
22 Round 145 148 102.07
23 V 135 138 102.22
24 V 130 135 103.85
25 V 125 120 96.00
26 V 100 100 100.00
27 V 75 77 102.67
28 V 45 44 97.78
29 V 35 37 105.71
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besarnya tingkat keakuratan jarak
antar gading-gading berhadapan. Pengelompokan besarnya tingkat keakuratan
50
jarak antar gading-gading berhadapan pada setiap bentuk gading-gading baik
ketepatan, kelebihan, maupun kekurangan ukuran dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan
gading-gading per bentuk gading-gading
Posisi
gading
-
gading
Bentuk
gading
-
gading
Range tingkat
Keakuratan
Tingkat
keakuratan
> 100%
Tingkat
keakuratan
< 100%
Tingkat
keakuratan
100%
Total
1-10 U
Bottom 96.30% - 103.23% 6.89% 10.34% 17.24% 34.47%
11-22 Round
Bottom 98.00% - 102.07% 6.89% 13.79% 20.68% 41.36%
23-29 V
Bottom 96.00% - 105.71% 13.79% 6.89% 3.45% 24.13%
Total 27.57% 31.02% 41.37% 100%
Secara keseluruhan jarak antar gading-gading berhadapan dari 29 buah
gading-gading terdapat tingkat keakuratan >100% sebanyak 27.57% dan tingkat
keakuratan <100% sebanyak 31.02%, serta tingkat keakuratan 100% sebanyak
41.37%. Pada konstruksi jarak antar gading-gading berhadapan didominasi oleh
tingkat keakuratan tepat 100% pada bentuk gading-gading round bottom, yaitu
sebanyak 20.68%. Sedangkan tingkat keakuratan >100% paling banyak pada
bentuk V bottom, yaitu sebanyak 13.79%. Hal ini berarti, jarak antar gading-
gading berhadapan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan paling banyak
terdapat pada bentuk V bottom. Sementara itu, kesesuaian jarak antar gading-
gading berhadapan dengan yang direncanakan paling banyak terdapat pada
bentuk round bottom. Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan gading-
gading
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Jarak antar gading-gading berhadapan
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Selisih
(cm)
Persentase
selisih (%)
Zona
selisih
1 U 125 126 1 0.80 A
2 U 130 130 0 0.00 A
3 U 135 130 -5 3.70 B
4 U 145 145 0 0.00 A
51
Tabel 19 Lanjutan
Posisi
gading-
gading
Bentuk
gading-
gading
Jarak antar gading-gading berhadapan
Rencana
(cm)
Terpasang
(cm)
Selisih
(cm)
Persentase
selisih (%)
Zona
selisih
5 U 150 150 0 0.00 A
6 U 155 160 5 3.23 B
7 U 160 160 0 0.00 A
8 U 170 165 -5 2.94 B
9 U 170 170 0 0.00 A
10 U 175 174 -1 0.57 A
11 Round 175 175 0 0.00 A
12 Round 178 178 0 0.00 A
13 Round 175 175 0 0.00 A
14 Round 170 169 -1 0.59 A
15 Round 170 167 -3 1.76 B
16 Round 160 160 0 0.00 A
17 Round 160 162 2 1.25 B
18 Round 160 160 0 0.00 A
19 Round 160 160 0 0.00 A
20 Round 155 153 -2 1.29 B
21 Round 150 147 -3 2.00 B
22 Round 145 148 3 2.07 B
23 V 135 138 3 2.22 B
24 V 130 135 5 3.85 B
25 V 125 120 -5 4.00 B
26 V 100 100 0 0.00 A
27 V 75 77 2 2.67 B
28 V 45 44 -1 2.22 B
29 V 35 37 2 5.71 B
Berdasarkan tabel di atas, persentase selisih jarak antar gading-gading
berhadapan bentuk U bottom adalah 0.00% - 3.70%, gading-gading bentuk round
bottom adalah 0.00% – 2.07%, dan gading-gading bentuk V bottom adalah
0.00% - 5.71%. Persentase selisih jarak antar gading-gading berhadapan dominan
berada di zona A, yang berarti cenderung akurat. Kondisi ini lebih diperjelas pada
grafik galat relatif pada Gambar 28. Akan tetapi, walaupun terdapat selisih antara
ukuran jarak antar gading-gading berhadapan rencana dan yang terpasang,
52
pembuat kapal tidak melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kelebihan
ukuran jarak antar gading-gading berhadapan tersebut.
Gambar 28 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan.
Berdasarkan tingkat keakuratan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
keempat dimensi gading-gading cenderung tidak akurat. Hal ini dibuktikan
dengan persentasi selisih keempat dimensi tersebut dominan berada di zona B.
Dimensi gading-gading yang paling akurat adalah dimensi tebal penampang
gading-gading. Dari 29 gading-gading, terdapat 56,80% gading-gading yang
ketebalannya akurat 100%. Selain itu, berdasarkan analisis galat relatif persentase
selisih pada dimensi tebal penampang dominan berada di zona A.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1) Ukuran dimensi lebar penampang, tebal penampang, jarak antar gading-
gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan cenderung tidak
akurat. Ketidakakuratan antara ukuran yang direncanakan dengan yang
terpasang sebesar 79.31% untuk lebar penampang, 41.37% untuk tebal
penampang, 72,41% untuk jarak antar gading-gading bersisian, dan 48.27%
untuk jarak antar gading-gading berhadapan.
2) Meskipun terdapat perbedaan antara ukuran yang direncanakan dengan
ukuran yang terpasang pada keempat dimensi gading-gading, tidak pernah
dilakukan pengkoreksian oleh pembuat kapal.
6.2 Saran
Sebaiknya industri galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung didukung
dengan kemampuan manajerial yang baik sehingga dapat mempermudah galangan
tersebut untuk memperoleh bantuan dan dukungan dari pemerintah baik dari segi
permodalan maupun teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Askabul. 1984. Konstruksi Kapal Ikan Serba Guna di Galangan Kapal Kayu
CV. Tarsis Bagansiapiapi, Riau [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 5-12.
Ayuningsari, D. 2007. Tekno Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan
Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat [Skripsi] (tidak
dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
[BKI] Biro Klasifikasi Indonesia. 1989. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu.
Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia. 112 hal.
Chindhambaram, K. 1960. Topographical Factors in Fishing Boat Design.
Fishing Boat of The World II. London: Fishing News Books. Ltd.
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Farnham, Surrey, England:
Fishing News Books Ltd. Hal 21-118.
Iskandar, BH. 1990. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet
di Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 153 hal.
Iskandar, BH. dan Pujiati, S. 1995. Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Beberapa
Wilayah Indonesia [Laporan Penelitian]. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 11-42
Kalyana, LA. 2008. Tekno Ekonomi Kapal Gillnet di Kalibaru dan Muara Angke
Jakarta Utara [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 6-10.
Mandang, IY dan pandit, IKN. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di
Lapangan. Bogor: Yayasan Prosea dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM
Kelautan. 62 hal.
Munir, R. 2003. Metode Numerik. Bandung: Penerbit Informatika Bandung.
Nomura, M and Yamazaki, T. 1977. Fishing Techniques I. Tokyo: Japan
International Cooperation Agency. Hal 175-206
Pasaribu, BP. 1985. Keadaan Umum Kapal Ikan di Indonesia. Prosiding Seminar
Kapal Ikan di Indonesia dalam Rangka Implementasi Wawasan Nusantara.
Institut Pertanian Bogor. 106 hal.
Pasaribu, BP. 1987. Material Kayu Utuh dan Kayu Sambungan untuk Konstruksi
Kapal Penangkap Ikan. Buletin PSP Volume I No.2. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 30-46.
55
Purba, RFB. 2004. Kajian Tekno-ekonomi Kapal Gillnet Material Kayu
di Karangantu, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. [Skripsi] (tidak
dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 9-10.
Rouf, ARA. 2004. Bentuk Kasko Kapal dan Pengaruhnya Terhadap Tahanan
Kasko Kapal Ikan [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 3-9.
Sinaga, T. 1998. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Purse Seine di
Bancar, Jawa Timur [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 5-9.
Soegiono. 2006. Kamus Teknik Perkapalan Edisi Keempat. Surabaya: Airlangga
University Press.
Soekarsono, N.A. 1994. Pengantar Bangunan Kapal dan Ilmu Kemaritiman.
Jakarta: Pamator Pressindo. Hal 99-136.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi Baru. Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Pustaka.
1208 hal.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian: untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 7.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yatnaningsih. 1998. Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Dogol di
Bancar, Kab. Tuban, Jawa Timur [Skripsi]. (tidak dipublikasikan). Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 34.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu
untuk industri perkapalan di Indonesia
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
1 Balam seminai
(Palaquium ridleyi K)
KA II, KK I, BJ 1.04
(0.90-1.12), keras, sukar
digergaji
Dek
Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Barat, Jambi,
Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur
3 Bangkirai (Shorea
laevifolia Endert)
KA I-III, KK I-II, BJ 0.91
(0.60-1.16), sangat keras,
sukar digergaji
Bagian-
bagian keras
(utama) kapal
Seluruh Kalimantan
4 Bayur (Pterospermun
spp)
KA IV-V, KK III-IV, BJ
0.44-0.53, lunak sampai
agak keras, mudah
dikerjakan
Kano
Seluruh Sumatera, Jawa dan
Sulawesi, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Maluku,
Nusa Tenggara
5 Bedaru (Cantleya
carniculata Howard)
KA I, KK I, BJ 1.04
(0.84-1.15), keras, mudah
retak
Bagian-
bagian keras
(utama) kapal
Aceh, Sumatera Utara, Jambi,
Sumatera Selatan, Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan
6 Belangeran (Shorea
balangeran Burck)
KA II-(I-III), KK II-(I),
BJ 0.86 (0.73-0.98),
keras, mudah retak
Lunas
Sumatera Selatan (Bangka dan
Belitung), Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tenggara
7 Benuang (Octomeles
sumatrana Mig)
KA V, KK IV-V, BJ 0.33
(0.16-0.48), lunak dan
rapuh, mudah dikerjakan
Perahu, kano
Aceh, Sumatera Barat,
Bengkulu, Sumatera Selatan
(Palembang), Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi, Maluku
8 Bintangur
(Calophyllum spp)
KA II-IV, KK II-III, BJ
0.54-0.77, agak keras
sampai keras,
Calophyllum inophyllum
sukar dikerjakan, tetapi
jenis yang lain umumnya
mudah
Gading, tiang
layar, dayung
Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Palembang,
Lampung, Jawa, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah,
Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara Timur
9
Bungur
(Lagerstroemia
speciosa Pers)
KA II-III, KK II-III, BJ
0.69 (0.58-0.81), agak
keras, mudah dikerjakan
Gading,
badan kapal
Jambi, Sumatera Selatan
(Palembang), Lampung, Jawa,
Kalimantan Selatan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara Timur
10 Cengal (Hopea sangal
Korth)
KA II-III, KK II-III, BJ
0.84 (0.51-0.89), agak
keras, mudah dikerjakan
Perahu
Seluruh Sumatera, Jawa Barat,
Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur
11 Dungun (Heritiera
littoralis Dryand)
KA I-II, KK I, BJ 0.98
(0.88-1.23), keras, sukar
dikerjakan
Bagian-
bagian keras
(utama) kapal
Hampir di seluruh Indonesia
terutama di daerah pantai yang
berawa
12 Durian (Durio spp)
KA IV-V, KK II-III, BJ
0.57-0.61, lunak atau
agak lunak, mudah
dikerjakan
Konstruksi
ringan setelah
diawetkan
Seluruh Indonesia
13
Gerunggang
(Cratoxylon
arborescens Bl)
KA IV, KK III-IV, BJ
0.47 (0.36-0.71), lunak,
mudah dikerjakan
Konstruksi
ringan
Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Riau,
Jambi, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur
58
Lampiran 1 Lanjutan
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
14 Gia (Homalium
foetidum Renth)
KA I-II, KK I-II, BJ 0.91
(0.77-1.06), keras, sukar
dikerjakan
Bagian-
bagian
(utama) kapal
Seluruh Sulawesi, Maluku dan
Irian Jaya
16 Gisok (Shorea guiso
Bl)
KA II-III, KK I-II, BJ
0.83 (0.73-0.97), keras,
mudah dikerjakan
Kerangka
kapal, tiang
layar
Sumatera Utara, Sumatera
Selatan (Palembang),
Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur
19 Kapur (Dryobalanops
spp)
KA II-IV, KK I-III, BJ
0.59-0.84, keras, sukar
dikerjakan
Semua bagian
kapal
Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, seluruh
Kalimantan
21 Keruing
(Dipterocarpus spp)
KA III-IV, KK I-III, BJ
0.66-0.92, keras sampai
sangat keras, sifat
pengerjaan tegantung
pada kadar silika dan
damar yang dikandung
Dek, badan
kapal
Seluruh Sumatera, Jawa dan
Kalimantan
22 Kuku (Pericopsis
mooniana Thw)
KA II, KKI II, BJ 0.87,
sangat keras, agak sukar
dikerjakan
Dek
Sumatera Selatan (Palembang),
Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara,
Maluku, Irian Jaya
24 Lara (Metrosideros
spp)
KA I, KK I, BJ 1.15-1.20,
sangat keras, sukar
dikerjakan
Tiang kemudi
jangkar
Seluruh Sulawesi, Maluku,
Irian Jaya
25 Mahoni (Swietenia
spp)
KA III, KK II-III, BJ
1.15-1.20, agak keras,
mudah dikerjakan
Bagunan
tambahan,
dek, lapisan
kedap air,
badan kapal
Seluruh Jawa
26 Matoa (Pametia spp)
KA III-IV, KK I-III, BJ
0.77-0.80, agak keras
sampai keras, mudah
dikerjakan
Dek, badan
kapal
Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu,
Lampung, Jawa Barat, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, seluruh
Sulawesi, Nusa Tenggara
Timur
27 Melur (Dacrydium
spp, Podocarpus spp,
Phyllocaldus spp)
KA IV, KK II-IV, BJ
0.52-0.62, agak lunak
sampai agak keras,
mudah dikerjakan
Dek, dayung
Seluruh Sumatera kecuali
Lampung, seluruh Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur dan Irian Jaya
28 Mentibu
(Dactylocladus
stenestachys Oliv)
KA IV-V, KK III, BJ
0.53 (0.41-0.57), lunak
sampai agak keras,
mudah dikerjakan
Dek, dayung Seluruh Kalimantan
29 Merawan (Hopen spp)
KA II-III, KK II-III, BJ
0.66-0.72, agak keras,
mudah dikerjakan
Semua bagian
kapal
Seluruh Sumatera, Jawa Barat,
seluruh Kalimantan, Maluku,
Irian Jaya
31 Mersawa (Anisoptera
spp)
KA IV, KK II-III, BJ
0.61-0.73, agak keras,
sukar dikerjakan
Dayung,
badan kapal
Seluruh Sumatera kecuali
Bengkulu, Jawa Barat, seluruh
Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Irian Jaya
59
Lampiran 1 Lanjutan
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
32
Nyateh (Ganua spp,
Palaquium spp,
Payane spp)
KA II-IV, KK II-III, BJ
0.56-0.87, lunak sampai
agak keras, umumnya
mudah dikerjakan
Dayung kano,
dek kapal Seluruh Indonesia
33 Palapi (Heritiera spp)
KA II-IV, KK I-IV, BJ
0.74-0.75, agak keras,
agak sukar dikerjakan
Badan kapal
Seluruh Sumatera kecuali
Jambi, Jawa Barat, seluruh
Kalimantan dan Sulawesi,
Maluku, Irian Jaya
34
Petanang
(Dryobalanors
oblongitolia Oyer)
KA III, KK II, BJ 0.75
(0.62-0.91), agak keras
sampai keras, sukar
dikerjakan
Dek, gading,
badan kapal
Riau, Jambi, Sumatera Selatan
(Palembang)
35 Puspa (Schima
wallichii Korth)
KA III, KK II, J 0.67
(0.56-0.82), agak keras,
mudah dikerjakan
Dek, gading
Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung,
seluruh Jawa, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur
36 Rengas (Gluta spp,
Mellanorrhoea spp)
KA II, KK II, BJ 0.66-
0.69, agak keras sampai
sangat keras, agak mudah
dikerjakan
Lunas Seluruh Sumatera kecuali
Bengkulu, Jawa, Kalimantan
37 Resak (Vatica spp)
KA II-III, KK I-III, BJ
0.60-0.86, keras sampai
sangat keras, agak sukar
dikerjakan
Lunas,
gading
Seluruh Sumatera kecuali
Lampung, seluruh Kalimantan
dan Sulawesi, Jawa Barat,
Maluku, Irian Jaya
38 Tembesu (Fargraea
spp)
KA I-III, KK I-III, BJ
0.66-0.81, agak keras
sampai keras, mudah
dikerjakan
Semua bagian
kapal
Seluruh Sumatera, Kalimantan
dan Sulawesi, Jawa Barat,
Maluku, Irian Jaya
39 Tempinis (Sloetia
elongate Kds)
KA I, KK I, BJ 1.10
(0.92-1.20), sangat keras,
sukar dikerjakan
Lunas,
gading
Aceh, Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Barat, Bengkulu,
Jambi
Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis
(Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007)
60
Lampiran 2 Kuesioner penelitian
KUESIONER
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL
KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA
TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
Nama Responden: Tanggal : ……………………
……………………..
Pekerjaan: Pewawancara : .…………………..
…………………….
Lokasi : ……………………
61
1. IDENTITAS RESPONDEN
1.1 Nama Responden : ……………………….
1.2 Jenis Kelamin : Pria/ Wanita
1.3 Umur : ……. tahun
1.4 Pendidikan Terakhir : SD/ SLTP/ SLTA/ SM/ S1 ; Tamat/ Tidak
1.5 Asal Daerah : ……………………….
1.6 Status Nelayan : 1). Pemilik Galangan
2). Pembuat Kapal
1.7 Status Pekerjaan : Penuh/ Sambilan Utama/ Sambilan Tambahan
2. GALANGAN KAPAL
2.1 Keadaan Umum Lokasi
1). Letak:
2). Kelurahan:
3). Kecamatan:
4). Kota:
5). Kondisi:
2.2 Identitas Galangan
1). Nama usaha/ Nama galangan:
2). Tahun berdiri:
3). Jenis usaha:
4). Kondisi galangan:
5). Kepemilikan lahan:
6). Ukuran kapal yang dibuat:
7). Jenis kapal yang dibuat berdasarkan mesin:
8). Jenis kapal berdasarkan bahan atau material:
9). Bentuk/ Status Usaha : 1). Perseorangan
2). Badan Hukum Usaha (CV, PT, BUMN)
3). Koperasi
4). Yayasan
62
2.3 Tenaga kerja
1). Jumlah tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
2). Pendidikan terakhir tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
3). Apakah ada pembagian kerja secara khusus kepada setiap tenaga kerja :
(Ya/ Tidak). Jika Ya, sebutkan:
4). Apakah ada keahlian lain atau pekerjaan lain selain pembuat kapal :
(Ya/ Tidak). Jika Ya, sebutkan:
5). Bagaimana prosedur pemberian upah kepada tenaga kerja
(perhari/ perminggu):
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
6). Berapa upah yang diterima tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
7). Kesejahteraan tenaga kerja:
Tenaga kerja tetap:
Tenaga kerja tidak tetap:
63
2.4 Teknologi
1). Berdasarkan apa ukuran dimensi utama kapal ditetapkan:
Perhitungan pengrajin kapal/ kepala tukang:
Permintaan pemesanan:
Lainnya, sebutkan:
2). Dimensi utama kapal:
GT :
LOA :
LPP :
LWL :
B :
D :
d :
Jenis mesin (inboard/ outboard):
Kekuatan mesin:
3). Apakah pembangunan kapal dilengkapi dengan gambar perencanaan
(Ya/Tidak):
Rancangan umum (Ya/Tidak)
Lines plan (Ya/Tidak)
Detail konstruksi (Ya/Tidak)
Perhitungan kapal (Ya/Tidak)
Data fisik (gambar dan dokumentasi) perencanaan pembangunan
kapal (Blue print lines plan)
4). Jika dilengkapi perencanaan, siapa yang membuat:
5). Jika tidak dilengkapi, pembuatan kapal berdasarkan apa:
64
6). Bagaimana tahapan pembangunan kapal tersebut:
7). Ukuran konstruksi kapal ditetapkan berdasarkan apa:
Peraturan
Kebiasaan/pengalaman
Lainnya, sebutkan:
8). Berapa jumlah gading-gading kapal:
9). Bagaimana cara pembuatan setiap gading-gading:
Dari satu kayu
Dari dua kayu
Lainnya:
10). Bagaimana teknik pemotongan setiap gading-gading:
Searah serat
Memotong arah serat
Tidak ada aturan
11). Bagaimana cara membuat lengkungan gading-gading:
Gambar lengkung gading-gading dicetak ke batang kayu
kemudian di potong
Batang kayu langsung dipotong sesuai ukuran yang diinginkan
Lainnya:
12). Alat-alat apa saja yang digunakan dalam pembangunan kapal secara
keseluruhan:
65
13). Alat-alat apa yang digunakan untuk membuat gading-gading:
14). Cara penyambungan bagian gading-gading, apakah menggunakan:
Lem :
Baut :
Paku :
Pasak :
Lainnya, sebutkan:
(Jawaban dapat lebih dari satu)
15). Metode yang digunakan untuk membengkokkan/ melengkungkan kayu pada
pembuatan gading-gading kapal:
Pemanasan:
Penjepitan dengan klep besi atau clamp:
Lainnya, sebutkan:
16). Apakah pernah terjadi kesalahan ketika pemotongan gading-gading
dilakukan : (Ya/Tidak). Jika Ya, sebutkan jenis kesalahannya:
Potongan terlalu lengkung
Potongan terlalu pendek
Lainnya:
17). Jika terjadi kesalahan seperti pada no. 12, tindakan apa yang dilakukan:
Mengganti dengan kayu yang baru
Menambah potongan dengan potongan kayu lainnya
Lainnya:
66
18). Cara membuat kelengkungan gading-gading baik menggunakan busur,
klep, pemanasan, atau alat bantu lainnya:
19). Berapa panjang lunas kapal:
20). Cara penyambungan gading-gading ke lunas yang dilakukan, apakah
menggunakan:
Lem :
Baut :
Paku :
Pasak :
Lainnya, sebutkan:
(Jawa dapat lebih dari satu)
21). Apakah terdapat perbedaan ukuran antara konstruksi gading-gading yang
direncanakan dengan yang telah dibuat (Ya/Tidak):
Jika Ya, sebutkan bagian yang mana saja :
Lebar gading-gading
Tinggi gading-gading
22). Perbedaan apa yang terjadi antara konstruksi jadi dengan yang konstruksi
direncanakan (lebih besar/kecil), berapa cm perbedaannya:
Lebar:
Tinggi:
Lainnya:
23). Jika terjadi ketidaksesuaian ukuran gading-gading, apa yang dilakukan:
Pemakalan
67
Penambalan atau penyusupan
Lainnya, sebutkan:
24). Jika terjadi kelebihan ukuran pada gading-gading terhadap gading-gading
lainnya, tindakan apa yang dilakukan:
25). Jika terjadi kekurangan atau ukuran gading-gading lebih kecil dari yang
sebenarnya, tindakan apa yang dilakukan:
26). Apakah pernah terjadi kesalahan pada saat pemasangan gading-gading pada
lunas: (Ya/tidak). Jika Ya, sebutkan jenis kesalahannya:
27). Apa tindakan yang dilakukan ketika terjadi kesalahan seperti pada no. 26:
Membongkar gading-gading kemudian memasang kembali
Gading-gading dipaksa miring sesuai yang dikehendaki
Gading-gading bawah tetap, hanya gading-gaing atas yang
dibongkar lalu dipasang kembali
Lainnya:
28). Bagaimana pengaruh perbedaan ukuran konstruksi gading-gading
berdasarkan gambar rencana dengan bentuk jadinya terhadap kekuatan
konstruksi kapal:
68
29). Data konstruksi gading-gading:
No. Posisi gading-
gading
Dimensi utama
Lebar Tebal Jarak antar gading-gading
Rencana Terpasang Rencana Terpasang Jarak antar gading-
gading bersisian
Jarak antar gading-gading
berhadapan
Rencana Terpasang Rencana Terpasang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dst.
68
69
Lampiran 3 Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di UD.
Semangat Untung
a) Kapak
b) Gergaji kayu
c) Gergaji besi d) Pahat
e) Palu Besi f) Palu Kayu
70
Lampiran 3 Lanjutan
g) P
h) Golok i) Alat ukur
i) G
j) Singkolo k) Bacci
l) Kapak duduk
75
Lampiran 4 Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di
galangan yang diteliti
a) Kayu untuk gading-gading bentuk V
b) Kayu untuk gading-gading bentuk V, round dan U
71
76
Lampiran 5 Pengertian dari dimensi-dimensi kapal
1) LOA (length over all).
LOA adalah panjang kapal yang diukur dari ujung haluan sampai ujung
buritan.
2) LWL (length water line)
LWL adalah panjang garis air yang diukur antara titik perpotongan Lwl pada
badan kapal bagian haluan dan buritan
3) LPP (length between perpendicular)
LPP adalah panjang kapal yang diukur dari fore perpendicular (FP) sampai
after perpendicular (AP). FP adalah garis tegak lurus pada perpotongan
antara Lwl dan badan kapal pada bagian haluan. AP adalah garis tegak lurus
pada perpotongan antara Lwl pada bagian buritan kapal
4) B (breadth)
Breadth adalah lebar maksimum kapal yang diukur antara sisi lambung kapal
pada bagian terlebar.
5) D (depth)
Depth adalah dalam kapal yang diukur secara vertikal dari dasar (base line)
sampai deck freeboard pada penampang melintang tengah kapal.
6) d (draugth)
Draugth adalah dalam benam kapal (sarat) yang diukur dari base line sampai
load water line.
72
76
Lampiran 6 Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses
pembuatan gading-gading
73
Lampiran 7 Foto-foto konstruksi gading-gading
a) Konstuksi gading-gading bagian haluan kapal
b) Konstruksi gading-gading bagian tengah kapal
Gading-gading
Gading-gading
74
Lampiran 7 Lanjutan
c) Konstruksi gading-gading bagian buritan kapal
Gading-gading
75
Lampiran 8 Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada
kapal yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung
76
Lampiran 9 Contoh perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih
a) Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading
Posisi gading-gading 1, bentuk U bottom
Lebar rencana = 8 cm ; lebar terpasang = 8 cm
Dimensi gading-gading terpasang
Tingkat keakuratan = x 100%
Dimensi gading-gading rencana
8 cm
= x 100%
8 cm
= 100% (Tingkat keakuraian = 100%).
b) Persentase selisih lebar penampang gading-gading
Posisi gading-gading 1, bentuk U bottom
Lebar rencana = 8 cm ; lebar terpasang = 8 cm
Gading-gading rencana – Gading-gading terpasang
Persentase selisih = x 100%
Gading-gading rencana
8 cm – 8 cm
= x 100%
8 cm
= 0%
(Persentase selisih akurat, berada pada zona A (0% < x < 25%).
77