KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse...

186
KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM PEMBERITAAN MEDIA (Studi Konstruksi Fenomena Terorisme dalam Pemberitaan Harian Suara Merdeka Periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009 dengan Pendekatan Wacana) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Disusun oleh : AZIZAH FIBRIANA D 0205005 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse...

Page 1: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME

DALAM PEMBERITAAN MEDIA

(Studi Konstruksi Fenomena Terorisme dalam Pemberitaan

Harian Suara Merdeka Periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009 dengan Pendekatan Wacana)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

AZIZAH FIBRIANA

D 0205005

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME

DALAM PEMBERITAAN MEDIA

(Studi Konstruksi Fenomena Terorisme dalam Pemberitaan

Harian Suara Merdeka Periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009 dengan Pendekatan Wacana)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

AZIZAH FIBRIANA

D 0205005

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diuji dan dipertahankan di depan

Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Surakarta, Maret 2010

Pembimbing,

Drs. Haryanto, M. Lib

NIP 196006131986011001

Page 4: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan Panitia Ujian Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari:

Tanggal:

Panitia Ujian Skripsi :

1. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, S.U, M.A., Ph.D

NIP. 19490428 197903 1 001

( )

Ketua

2. Mahfud Anshori, S.Sos

NIP. 19790908 200312 1 001

( )

Sekretaris

3. Drs. Haryanto, M.Lib

NIP. 19600613 198601 1 001

( )

Penguji

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan,

Drs. H. Supriyadi SN, SU

NIP. 19530128 198103 1 001

Page 5: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(Q.S Al-Ra’d ayat 11)

Apapun yang terjadi pada anda akan selalu menguatkan anda, bila anda tidak mengijinkannya

untuk melemahkan anda

(Mario Teguh)

Page 6: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT atas segala nikmat-Nya

dan

Bapak, Ibu, Mita, Kukun yang tak pernah berhenti melimpahkan

doa, dukungan, serta kasih sayang

Page 7: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

segala karunia dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

hingga akhir. Peneliti memperoleh banyak pembelajaran yang sangat berharga dan

bermanfaat dari proses pembuatan skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada:

1. Drs. H. Supriyadi SN, SU., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Haryanto, M. Lib., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan

membantu peneliti menulis skripsi ini hingga akhir.

4. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, S.U, M.A., selaku pembimbing akademik.

5. Segenap dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS yang telah

memberikan bekal keilmuannya.

6. Bapak, Ibu, dan adik-adikku (Mita dan Kukun) atas segala doa dan dukungan untuk

tetap bersabar dan berjuang menyelesaikan skripsi ini.

7. Tri Haryanto, atas segala perhatian dan dukungan yang tercurah selama proses

penggarapan sehingga peneliti tak surut asa untuk menyelesaikannya.

8. Teman-teman seperjuangan ”Tim I” (Dini, Festy, Luvita), atas kebersamaan,

dukungan, dan pengertiannya selama ini.

Page 8: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

9. Paramita Sari dan Anisa Rohmah, untuk diskusi-diskusinya yang mengiringi

penelitian ini.

10. Keluarga Keduaku, Wisma Sakinah (Rina, Apik, Bu Mar, Ratna, Nurin, Yani, Vina,

Mbak Wahyu, Mbak Putri, Swety, Mbak Jijah, Evin, Ani, Fani, Dila, Aci, Mita, Tri,

Alyn, Ulfa, Nanda, Ida, Chusnul, Dwi, dan Memey) atas dukungan dan perhatiannya.

11. Keluarga Besar LPM VISI: Mas Abdul, Mas Joni, Mas Hasan, Mas Haris, Mas Tedy,

Mbak Ika, Mbak Nila, Bundo Nita, Mbak Rini, Sumi, Nisa, Filia, Dede’, Indah,

Windhy, Dini, Eko, dll atas pembelajaran bersama.

12. Kawan-kawan Ilmu Komunikasi angkatan 2005 yang telah berjuang bersama

menyelesaikan setiap tugas kuliah dalam suka dan duka.

13. Segenap staf di lingkungan FISIP UNS

14. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti, Jurusan Ilmu

Komunikasi UNS, insan media, serta pembaca. Saran dan kritik peneliti harapkan atas skripsi

ini, sehingga dapat menjadi bahan perbaikan bagi peneliti di masa mendatang.

Surakarta, 23 Maret 2010

Peneliti,

Azizah Fibriana

Page 9: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. v

KATA PENGANTAR................................................................................................ vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ x

DAFTAR TABEL...................................................................................................... xi

ABSTRAK................................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10

E. Kerangka Teori................................................................................... 10

1. Analisis Wacana (Discourse Analysis)........................................ 20

2. Analisis Wacana Teun van Dijk……………….......................... 24

3. Konstruksi Realitas...................................................................... 37

4. Wacana Terorisme dan Media Massa…….................................. 47

F. Kerangka Pemikiran........................................................................... 56

G. Metodologi………….……………………………………………… 58

1. Jenis Penelitian............................................................................. 58

2. Subjek Penelitian.......................................................................... 62

3. Sumber Data................................................................................. 64

4. Teknik Analisa Data.................................................................... 64

Page 10: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

BAB II DESKRIPSI SUARA MERDEKA

A. Sejarah……………………………………………………………… 72

B. Visi, Misi, dan Moto……………………………………………….. 80

1. Visi…………………………....................................................... 80

2. Misi.............................................................................................. 80

3. Moto............................................................................................ 81

C. Susunan Organisasi………………………………………………… 81

D. Bidang Redaksional.......................................................................... 83

1. Rincian Tugas Departemen Redaksi........................................... 83

2. Kebijakan-Kebijakan Redaksional............................................... 86

a. Dasar Kebijakan………....................................................... 86

b. Porsi Pemberitaan………………………………………….. 90

c. Rubrikasi…………………………………………………… 91

E. Ciri Khas Penulisan Berita Suara Merdeka....................................... 94

F. Pola Liputan Surat Kabar Harian Suara Merdeka……..................... 96

G. Profil Pembaca………………………………………………...…… 96

H. Sirkulasi dan Distribusi……………………………………...…… 98

BAB III ANALISIS DATA

A. Wacana Pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton merupakan

Aksi Teroris................................…………………..… 101

B. Wacana Terorisme Stigmatis Ideologis………….……………….. 126

C. Wacana Keseriusan Polisi Menangani Kasus Pengeboman Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton.....…………….……………….. 135

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 187

B. Saran................................................................................................... 193

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 194

LAMPIRAN

Page 11: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I.1. Skema Piramida Terbalik....................................................................... 41

Gambar I.2. Kerangka Pemikiran…........................................................................... 56

Gambar I.3. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan

Huberman................................................................................................................... 60

Gambar I.4. Langkah-Langkah Penelitian…............................................................. 65

Page 12: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I.1 Elemen Wacana Van Dijk.......................................................................... 26

Tabel II.1 Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Tingkat Pendidikan........ ..97

Tabel II.2 Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Usia.................................... ..97

Tabel II.3 Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Jenis Kelamin................... ..98

Tabel II.4 Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Pekerjaan........................... ..98

Tabel II.5 Rincian Peredaran Surat Kabar Suara Merdeka per Karesidenan............. ..99

Tabel III.1 Berita/ Subjek Penelitian.......................................................................... 100

Page 13: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

ABSTRAK

Azizah Fibriana, D0205005, KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM PEMBERITAAN MEDIA (Studi Konstruksi Fenomena Terorisme dalam Pemberitaan Harian Suara Merdeka Periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009 dengan Pendekatan Wacana), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Peristiwa ledakan bom yang terjadi di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot

kawasan Mega Kuningan, Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009 mengejutkan banyak pihak, baik masyarakat Indonesia maupun dunia. Beragam media massa, termasuk Harian Suara Merdeka berupaya meliput dan menyajikan peristiwa tersebut dalam pemberitaannya. Satu hal yang nampak jelas dalam pemberitaan media adalah munculnya wacana terorisme dalam setiap berita mengenai ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Kata terorisme senantiasa disebut-sebut media pasca ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Pemberitaan tersebut merupakan salah satu upaya media dalam mengkonstruksi terorisme dan mempengaruhi opini masyarakat. Karena berita pada hakekatnya tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa.

Untuk itu, penelitian ini bermaksud mengetahui dan bagaimana konstruksi fenomena terorisme pada pemberitaan Suara Merdeka tentang peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot. Kajian difokuskan pada teks berita headline di Harian Suara Merdeka periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009. Teks berita headline dipilih dengan pertimbangan berita tersebut lebih dipentingkan oleh media dengan ditempatkan di halaman pertama dan penonjolan-penonjolan tertentu, seperti grafis dibandingkan dengan berita lainnya.

Penelitian ini termasuk studi kualitatif menggunakan analisis wacana pada level teks yang dikembangkan Teun van Dijk. Dengan analisis teks, peneliti akan melihat bagaimana elemen-elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris digunakan oleh media untuk mengkonstruksikan wacana terorisme lewat teks-teks berita headline dalam Harian Suara Merdeka.

Penelitian ini menghasilkan sejumlah kesimpulan. Pertama, sejak awal peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton diberitakan sebagai aksi terorisme. Kedua, dalam pemberitaan tersebut Suara Merdeka mendefinisikan dan menggambarkan terorisme sebagai tindakan kriminal luar biasa yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan teknik-teknik yang destruktif, misalnya pengeboman pada lokasi-lokasi yang dianggap sebagai simbolisasi dari musuh—dalam hal ini adalah hotel yang merupakan fasilitas umum—serta bertujuan menimbulkan kekacauan dan ketakutan dalam masyarakat. Ketiga, Wacana terorisme berkembang menjadi wacana terorisme stigmatis idelogis ketika Suara Merdeka mengaitkan aksi pelaku teror dengan latar belakang ideologi tertentu (khususnya Islam). Keempat, Suara Merdeka cenderung mengkonstruksikan polisi secara positif. Polisi digambarkan serius, berhati-hati, dan berhasil dalam menangani peristiwa pengeboman dan terorisme tersebut.

ABSTRACT

Azizah Fibriana, D0205005, The Construction of Terrorism Phenomenon on Media Reporting (A Construction Study of Terrorism Phenomenon on Suara Merdeka’s

Page 14: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Reporting from July 18th 2009 until August 16th 2009 with Discourse Approach), A Thesis, Department of Communication, Social and Political Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010.

A bomb attack at JW Marriot and Ritz Carlton Hotel, Mega Kuningan site, Jakarta has surprised many people. Mass media include Suara Merdeka report the attack and present it in their edition. One obvious that appears in the reports is the discourse of terrorism. The term of “terrorism” is always strengthening in the report. Actually, the report is a way for mass media to construct terrorism and manipulate public opinion because news actually is not identical to the fact. It is just a way to reconstruct the fact.

Therefore, this research is aimed at knowing how the construction of terrorism phenomenon in Suara Merdeka report about the bomb attacks at JW Marriot and Ritz Carlton Hotel. The analysis is focused on headline news in Sara Merdeka period of July 18th 2009-August 16th 2009. The headline news is chosen because it is the main news of edition that is placed on the first page with particular graphics.

This research was a qualitative research that used a discourse analysis on text level developed by Teun van Dijk. The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics, semantics, syntactic, stylistics, and rhetoric were used by Suara Merdeka to construct the discourse of terrorism in its headline.

From the research, it is found that first, since the first report of the bomb attack Suara Merdeka has constructed it as a criminal act of terrorism. Second, on that reporting, Suara Merdeka defined and described “terrorism” as an unusual criminal act by a group that uses destructive technique like bomb attack the locations target which is considered as a symbolic of enemy (in this case, the hotel is a public facility) and is purposed to make chaos and fear. Third, Suara Merdeka develops the issue as the discourse of terrorism with ideological stigmatic. Suara Merdeka relates the act of terrorism with the ideological background of the actor, like their religion (especially Islam). Fourth, Suara Merdeka has tends to construct the police positively. They are described to be serious, careful, and successful in handling the case of terrorism.

Page 15: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peristiwa ledakan bom yang terjadi di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton, kawasan Mega Kuningan, Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009 mengejutkan

banyak pihak, baik masyarakat Indonesia maupun dunia. Selama empat tahun

Indonesia terhitung aman dari aksi pengeboman kini dikejutkan kembali dengan

aksi bom bunuh diri yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Data terakhir

menyebutkan jumlah korban meninggal sembilan orang dan korban luka-luka 55

orang (Solo Pos, 18 Juli 2009: 1).

Selain korban jiwa, kerusakan parah juga terdapat pada bangunan kedua

hotel. Peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton tersebut

membawa dampak besar di berbagai bidang baik ekonomi, pariwisata, sosial

budaya, olahraga, bahkan citra Indonesia di mata dunia. Di bidang ekonomi,

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diberitakan sempat mengalami penurunan

(Suara Merdeka, 18 Juli 2009: 5). Australia bahkan menerapkan travel warning

atau larangan berkunjung ke Indonesia bagi warganya. Klub sepakbola Inggris,

Manchester United pun membatalkan kunjungannya ke Indonesia.

Dalam bidang politik, sempat terjadi perdebatan antar elite politik

mengenai motif dan pelaku pengeboman. Sehari pasca ledakan bom di Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton, Presiden mengungkapkan beberapa pernyataan

mengejutkan mengenai motif pengeboman. Menurutnya, laporan intelijen

Page 16: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

mengungkapkan kemungkinan beberapa motif pengeboman berkaitan dengan

pemilihan umum (pemilu). Pernyataan ini memicu reaksi dari lawan politik Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) pada bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Kubu

Megawati Soekarno Putri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto

serentak membantah adanya kemungkinan motif politik dibalik pengeboman.

Satu hal yang jelas di balik riuhnya perbincangan mengenai peristiwa

tersebut adalah munculnya kembali wacana terorisme. Terorisme merupakan isu

lama yang menjadi wacana publik setelah berbagai kejadian pengeboman di

berbagai tempat di Indonesia, seperti tragedi Bom Bali I, Bom JW Marriot, dan

Bom Bali II. Insiden Bom Bali I (12 Oktober 2002) merupakan bom terdahsyat

pasca tragedi pengeboman World Trade Center (WTC), 11 September 2001.

Tragedi ini memaksa Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mengeluarkan Resolusi

1438 DK PBB yang menyatakan bahwa serangan di Bali tesebut merupakan suatu

ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional (Muhammad Ikhlas

Thamrin, 2007: 50).

Meskipun PBB telah mengeluarkan resolusinya dan tersangka Bom Bali I

(Amrozy dan Imam Samudra) telah dieksekusi mati, teror bom masih terus

berlanjut. Bom Hotel JW Marriot (5 Agustus 2003) dan Bom Bali II (1 Oktober

2005) kembali terjadi. Kedua insiden tersebut berbuntut pada penangkapan dr.

Azhari dan beberapa tersangka lainnya, seperti Asmar Latin Sani dan Mohmmad

Rais Rusdi. Dr. Azhari disebut-sebut sebagai salah satu otak jaringan teroris di

Indonesia. Sehingga, penggerebekan Densus 88 di Batu, Malang yang berakhir

dengan tewasnya warga negara Malaysia tersebut sempat membuat wacana

terorisme ini mereda.

Page 17: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Wacana terorisme ini kembali menghangat pasca terjadi pengeboman

serupa di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Noordin M Top, tangan kanan

dr. Azhari disebut-disebut sebagai otak dibalik aksi pengeboman tersebut. Wacana

terorisme ini pun kembali menjadi perbincangan publik di segala sektor dan

lapisan masyarakat. Munculnya wacana terorisme ini tidak luput dari peran media

massa.

Media massa, wartawan, dan awak media lainnya mempunyai kekuatan

untuk mendefinisikan terorisme dari peristiwa tersebut. Melalui proses dialektik,

wartawan melakukan konstruksi atas realitas pengeboman di Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton ke dalam realitas media yang diinginkannya. Media massa

dan wartawan merupakan agen konstruksi sosial yang mempunyai kekuasaan

untuk memindahkan realitas sosial peristiwa pengeboman tersebut ke dalam

realitas media berwujud berita.

Lewat narasinya, media massa menawarkan definisi-definisi tertentu

mengenai kehidupan manusia: siapa pahlawan dan siapa penjahat, apa yang baik

dan apa yang buruk bagi rakyat, apa yang patut dan apa yang tidak patut

dilakukan seorang elite, pemimpin, atau penguasa; tindakan apa yang disebut

perjuangan, pemberontakan, terorisme, pengkhianat; isu apa yang relevan atau

tidak; solusi apa yang harus diambil dan ditinggalkan (Peter D. Moss dalam

Masnur Muslich, 2008: 154)

Berita-berita yang disajikan media massa mengenai terorisme merupakan

salah satu upaya media dalam mengkonstruksi terorisme dan mempengaruhi opini

masyarakat. Karena berita pada hakekatnya tidak identik dengan fakta atau

Page 18: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

peristiwa melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka

inti peristiwa.

Berita merupakan hasil kegiatan jurnalistik, yaitu kegiatan untuk

memindahkan realitas empirik ke dalam realitas media (Sri Hastjarjo, 2008: 1).

Berita bukanlah mirror of reality. Dalam kata lain, berita tidak mencerminkan

realita yang sebenarnya di lapangan. Menurut paradigma konstruktivisme, berita

merupakan hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan

ideologi, dan nilai-nilai. Bagaimana suatu realitas dijadikan berita sangat

tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami. (Schudson dalam Muslich, 2008:

156).

Dalam mengkonstruksi realitas sosial, media massa dipengaruhi beberapa

hal seperti situasi sosial, ideologi media, kepentingan-kepentingan media, maupun

stakeholder. Hal-hal tersebut ikut menentukan ke arah mana dan seperti apa suatu

realitas sosial dikonstruksikan oleh media massa. Sehingga, berita yang disajikan

media pun mengandung maksud tersembunyi media massa.

Dengan perspektifnya, wartawan menentukan fakta apa yang diambil,

bagian mana dari fakta-fakta tersebut yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, serta

hendak dibawa kemana isi berita tersebut. Perspektif wartawan ini dipengaruhi

oleh beberapa hal, seperti ikatan primodialisme, ideologi, kepentingan institusi

media, pendidikan, dan lain-lain. Menurut John Vivian (2008: 308), jurnalis

membuat keputusan penting tentang apa peristiwa, fenomena, dan isu yang akan

dilaporkan dan tidak dilaporkan. Nilai personal jurnalis masuk dalam pekerjaan

mereka dan menentukan berita mana yang akan dikabarkan, juga bagaimana cara

pemberitaannya.

Page 19: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Berita merupakan hasil proses dialektik jurnalis atau wartawan terhadap

suatu peristiwa, yaitu bagaimana dia menerjemahkan suatu peristiwa, bagaimana

dia menyusun fakta yang diliputnya. Dalam memindahkan fakta ke dalam realitas

media, wartawan menggunakan bahasa dan kata-kata. Dengan politik bahasa yang

mereka kembangkan sendiri, pemilihan narasumber, pemilihan pernyataan

narasumber, atau penonjolan salah satu unsur berita dalam menulis berita

menunjukkan wartawan berusaha menampilkan situasi atau definisi realitas versi

mereka untuk disampaikan kepada khalayak. Dalam meliput, menulis, dan

menyajikan berita mengenai terorisme pasca bom ledakan Kuningan, wartawan

dengan perspektifnya melalui proses dialektik.

Bahasa-bahasa dan kata-kata yang digunakan wartawan atau jurnalis

bertujuan untuk mendefinisikan realitas empiris yang pada akhirnya akan

membentuk realitas sendiri. Bahasa menjadi instrumen utama media untuk

menciptakan realitas. Ini sesuai pandangan konstruktivisme yang menganggap

bahwa media bukan hanya menggambarkan realitas, tapi juga menciptakan

realitas. Bahkan menurut Sapir-Whorf, bahasa itu tidak sekadar deskriptif, yaitu

sebagai sarana untuk melukiskan suatu fenomena atau lingkungan, tetapi juga

dapat mempengaruhi cara kita melihat lingkungan (Infante dalam Muslich, 2008:

154).

Melalui bahasa, media dapat menginterpretasikan peristiwa pengeboman

JW Marriot dan Ritz Carlton secara positif atau negatif tergantung bagaimana

media memberitakan dan memaknai realitas atau fakta tersebut. Melalui bahasa,

media dapat memberikan aksentuasi tertentu terhadap suatu peristiwa atau

tindakan, misalnya dengan jalan menekankan, mempertajam, memperlembut,

Page 20: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

mengagungkan, melecehkan, membelokkan, atau mengaburkan peristiwa atau

tindakan (Infante dalam Muslich, 2008: 154).

Begitu pula dalam pemberitaan Suara Merdeka mengenai peristiwa

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton tersebut. Suara Merdeka

merupakan salah satu media cetak yang memberi perhatian besar pada peristiwa

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Sejak 18 Juli 2009, Suara

Merdeka secara kontinyu memberitakan pengeboman tersebut. Beragam

pemberitaan mengenai peristiwa itu, baik motif, pelaku, dan proses

penggerebekan pelaku tak luput dari liputan Suara Merdeka. Selama 30 hari pasca

tragedi tersebut, Suara Merdeka 16 kali menempatkan pemberitaan mengenai

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton pada berita headline-nya.

Dalam memberitakan peristiwa tersebut, Suara Merdeka dapat

mengkonstruksikannya sebagai perjuangan, pemberontakan, ataupun terorisme

sesuai dengan kepentingannya. Jacoeb Oetama (2001: 141) menjelaskan bahwa

tidak ada peristiwa yang begitu saja jatuh dari langit. Senantiasa ada latar

belakang, ada proses, ada kait-kaitan, dan ada konteks. Ada dua konteks dalam

pemberitaan surat kabar, yakni konteks yang berhubungan langsung dengan fakta

dan persoalan di lapangan, serta konteks dalam kerangka referensi. Surat kabar

dipandang memiliki kemampuan untuk menampilkan hal tersebut lebih baik

dibanding media lain.

Dari penjelasan di atas, kita dapat memahami jika berita dalam media

massa, termasuk media cetak tidak pernah vakum dari kepentingan. Lewat

berbagai instrumen yang dimilikinya, seperti kata, kalimat, dan perangkat bahasa

lainnya media ikut membentuk realitas yang terkemas dalam pemberitaan.

Page 21: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Ketika mengkonstruksikan peristiwa tersebut sebagai aksi teroris, Suara

Merdeka akan melakukan beragam cara. Suara Merdeka dapat memilih kejadian/

fakta yang mendukung konstruksi terorisme. Selain itu, Suara Merdeka juga dapat

memilih tokoh/ narasumber sesuai kriterianya.

Berita yang disajikan media termasuk Suara Merdeka ketika meliput

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, bukanlah realitas yang

sesungguhnya, melainkan telah melalui proses seleksi. Sehingga, berita mengenai

peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton dari yang kita

baca dari Suara Merdeka pun bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya

menunjukkan sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri.

Penelitian ini mengkaji konstruksi fenomena terorisme yang dibentuk oleh

Harian Suara Merdeka pada pemberitaan pengeboman Hotel JW Marriot dan

Hotel Ritz Carlton, khususnya dalam headline news selama periode 18 Juli 2009-

16 Agustus 2009. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul: Konstruksi

Fenomena Terorisme dalam Pemberitaan Media (Studi Konstruksi

Fenomena Terorisme dalam Pemberitaan Harian Suara Merdeka Periode 18

Juli 2009-16 Agustus 2009 dengan Pendekatan Wacana).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

· Bagaimana konstruksi fenomena terorisme pada teks berita headline Harian

Suara Merdeka mengenai peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan

Hotel Ritz Carlton selama periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009?

Page 22: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui wacana-wacana apa saja yang dikemas dalam teks berita

headline Harian Suara Merdeka mengenai peristiwa ledakan bom di Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton selama periode 17 Juli 2009-16 Agustus 2009.

2. Untuk mengetahui bagaimana wacana-wacana tersebut dikonstruksikan dalam

teks berita headline Harian Suara Merdeka mengenai peristiwa ledakan bom di

Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton selama periode 17 Juli 2009-16

Agustus 2009.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dalam penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian

mengenai media secara lebih mendalam dan dapat digunakan sebagai bahan

acuan teori-teori komunikasi dan menjadi referensi penelitian lain yang

sejenis.

2. Manfaat Praktis

Memberikan data-data yang konkret pada penulis, khalayak dan juga pada

institusi media yang membutuhkan untuk melakukan evaluasi dan

pengambilan kebijakan atas materi yang disajikan.

Page 23: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

E. KERANGKA TEORI

Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa tema utama penelitian ini

adalah konstruksi fenomena terorisme pada pemberitaan media, yakni liputan

tentang peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton dan (periode

18 Juli 2009-16 Agustus 2009). Sedangkan titik berat penelitian akan diletakkan

pada konstruksi terorisme yang terekspresikan dalam pemberitaan media massa.

Media massa merupakan salah satu unsur dalam proses komunikasi massa.

Jalaludin Rakhmat (Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, 2005: 3) menjelaskan

komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah

khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau

elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Komunikasi massa mempunyai unsur-unsur atau elemen-elemen yang

membentuknya. Dalam bukunya Komunikasi Massa, Nurudin (2003: 88-126)

menjelaskan elemen-elemen komunikasi massa sebagai berikut:

1. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa adalah gabungan dari berbagai

individu dalam sebuah lembaga media massa. Apa yang dikerjakan oleh

komunikator dalam komunikasi massa ”atas nama” lembaga dan bukan atas

nama masing-masing individu dalam lembaga tersebut.

2. Isi

Menurut Ray Eldon seperti yang dikutip oleh Nurudin, membagi isi media

menjadi lima kategori, yaitu:

a) Berita dan informasi

Page 24: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki media

massa. Media menggali semua peristiwa yang tetrjadi di masyarakat dan

dikembalikan lagi ke masyarakat yang dilayaninya.

b) Analisis dan interpretasi

Selain memberitakan suatu peristiwa kepada masyarakat, media juga

mengevaluasi, menganalisis setiap peristiwa tersebut.lewat keahlian

menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari lapangan, media massa

menyajikan berita yang mudah untuk dipahami. Misal, tajuk rencana

dalam media cetak.

c) Pendidikan dan sosialisasi

Ketika media dengan informasi dan analisis yang disajikannya secara tidak

langsung media juga memberikan ilmu pengetahuan dalam masyarakat dan

menjalankan fungsi mendidik.

d) Hubungan masyarakat dan persuasi

Fungsi menghubungkan ini terlihat dalam rubrik ”Surat Pembaca” atau the

letter to editor. Misal, keluhan pembaca terhadap pelayanan suatu

departemen store. Dalam hal ini, media sedang menghubungkan antara

pengelola departemen store dengan pelanggan departemen store tersebut.

Termasuk ketika media lewat rubrik opininya menampilkan artikel dan

ditanggapi oleh penulis yang lain. Ini berarti media menghubungkan

penulis yang satu dengan penulis yang lain.

e) Iklan dan bentuk penjualan lain

Iklan tidak dapat dilepaskan dari media massa. Iklan membutuhkan media

massa sebagai media persuasi, sedangkan media massa membutuhkan

Page 25: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

iklan sebagai salah satu sumber penghasilan. Apalagi jika dikaitkan

dengan organisasi media untuk mencari laba dan bukan organisasi sosial.

f) Hiburan

Selain menyajikan informasi-informasi tertentu yang mendidik, media

massa juga menyajikan acara, artikel atau rubrik yang menghibur

audience-nya.

3. Audience

Audience dalam komunikasi massa sangat beragam, masing-masing berbeda

satu sama lain baik dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang

diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Menurut Hiebert seperti

yang dikutip oleh Nurudin, mengemukakan bahwa audience dalam

komunikasi massa mempunyai lima karakteristik, yaitu:

a) Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka.

Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan

berdasarkan seleksi kesadaran.

b) Audience cenderung besar, luas tersebar ke berbagai wilayah jangkauan

sasaran komunikasi massa.

c) Audience cenderung heterogen

Audience berasal dari berbagai lapisan sosial dan kategori sosial. Meski

beberapa media mengkhususkan segmentasi sasaran, heterogenitas tetap

ada. Misal, majalah khusus untuk dokter, sama profesinya tetapi berbeda

dalam agama, umur, status sosial ekonomi.

d) Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.

Page 26: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

e) Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.

4. Umpan balik

Dalam komunikasi massa, umpan balik terjadi secara tidak langsung. Antara

komunikator dengan komunikan tidak terjadi kontak langsung yang

memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Umpan

balik secara tidak langsung ini ditunjukkan lewat letter to the editor atau surat

pembaca. Dalam rubrik ini biasanya ditampilkan koreksi pembaca terhadap

berita atau gambar yang ditampilkan.

5. Gangguan

Gangguan dalam komunikasi massa dapat bersifat gangguan saluran dan

gangguan semantik. Gangguan saluran dapat dicontohkan antara lain:

kesalahan cetak, kata yang hilang, gambar/ tayangan tidak jelas, gangguan

gelombang radio, langganan majalah yang tidak datang.

Sedangkan gangguan semantik adalah gangguan yang berhubungan dengan

bahasa. Gangguan semantik bisa disebabkan oleh komunikator atau

komunikan. Gangguan ini terlihat sekali dalam media elektronik. Misalnya,

salah ucap yang dilakukan reporter di lapangan.

6. Gatekeeper

Menurut John R Bittner, gatekeeper adalah individu-individu atau kelompok

orang-orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi

(massa). Menurut Nurudin, yang disebut gatekeeper antara lain reporter, editor

berita, bahakan editor film atau orang lain dalam media massa yang ikut

menentukan arus informasi yang disebarkan.

Page 27: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Gatekeeper mempunyai wewenang menghapus pesan, memodifikasi dan

menambah pesan yang disebarkan. Mereka bisa menghentikan sebuah

informasi dan tidak membuka ”pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi

yang lain.

7. Pengatur

Pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut

mempengaruhi proses aliran pesan dalam media, seperti: pengadilan,

pemerintah, konsumen, organisasi profesional, kelompok penekan,

narasumber, pengiklan. Sedangkan aturan untuk mengatur berupa hukum,

aturan, pelarangan, tekanan informal yang bisa mengontrol isi media,

mempengaruhi berita yang akan disiarkan atau mencabut surat izin.

8. Filter

Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter

meliputi filter psikologis, filter fisik, filter budaya (warisa budaya, pendidikan,

pengalaman kerja, sejarah politik). Semua filter tersebut berkaitan dengan

kuantitas dan kualitas pesan yang diterima dan respon yang dihasilkan. Anak

yang dibesarkan dengan emosional berbeda dengan anak yang dibesarkan

dengan kesabaran dalam menanggapi pesan yang diterioma dari media massa.

Contoh lain, pendidikan yang diperoleh atau ditanamkan orangtua akan ikut

membantuk penerimaan pesan.

Dari penjelasan tersebut di atas diketahui beberapa elemen komunikasi

massa. Dan yang menjadi fokus penelitian ini adalah penelitian pada pesan yang

Page 28: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

dibawa oleh media massa, khususnya berita. Sebagaimana dijelaskan pada bagian

sebelumnya, dalam proses peliputan suatu peristiwa dan penyusunan berita terjadi

pemindahan realitas empirik ke dalam realitas media. Hal ini mengindikasikan

terjadinya proses konstruksi realitas melalui kata, kalimat, dan perangkat bahasa

lainnya dalam suatu berita.

Menurut Alex Sobur (2001: 88), “isi media adalah hasil para pekerja

media mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya…” Selanjutnya,

mengutip pendapat Tuchman, Alex Sobur (2001: 88) menjelaskan bahwa:

Disebabkan sifat dan fakta pekerjaan media adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah “cerita”.

Dalam proses penyusunan berita dan penggambaran realitas, bahasa

menjadi bahan bakunya. Menurut Mursito BM (dalam Jurnal Komunikasi Massa,

2007: 29):

…bahasa sangat dominan dan menjadi media utama dalam mengencode realitas sosial…fungsi bahasa tidak hanya sebagai ekspresi diri, tetapi juga sebagai media perantara fakta. Fakta-fakta di semesta sosial hanya dapat diketahui oleh khalayak bila dikomunikasikan dengan bahasa melalui media massa.

Selain menggambarkan realitas, media pun menggunakan bahasa untuk

mengkonstruksikan realitas. Menurut Hamad (dalam Sobur, 2001: 90), bahasa bukan

hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi juga menciptakan realitas. Penggunaan

bahasa tertentu berimplikasi tertentu pula pada kemunculan makna tertentu.

Hal tersebut disebabkan media massa mempunyai cara untuk mempengaruhi

bahasa dan makna, antara lain dengan mengembangkan kata-kata baru beserta makna

Page 29: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

asosiatifnya, memperluas makna dari istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama

sebuah istilah dengan makna baru; memantapkan konvensi makna yang telah ada

dalam suatu sistem bahasa (DeFleur dan Ball-Rokeach dalam Sobur, 2001: 90).

Pemilihan kata-kata tertentu, penekanan atau penonjolan yang dilakukan

media merupakan proses membuat informasi lebih bermakna. Menurut Arifatul Choiri

Fauzi (2007: 5), apa yang dimunculkan media melalui berita akan memperlihatkan

penekanan terhadap suatu aspek tertentu, dan menyamarkan hal lain yang tidak

dikehendaki media.

Penonjolan dapat dilakukan lewat berbagai hal seperti, penempatan berita pada

halaman tertentu, strategi penulisan berita tertentu (misal, pemilihan jenis lead,

pemilihan narasumber, penggunaan judul tertentu), bahkan pemakaian grafis sebagai

pendukung berita. Seperi halnya ketika wartawan meliput peristiwa ledakan bom di

Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot serta menyajikannya dalam bentuk berita di

media massa.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa tujuan utama penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana konstruksi fenomena terorisme atas peristiwa ledakan

bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Untuk itu, kajian akan difokuskan

pada teks berita headline di Harian Suara Merdeka periode 18 Juli 2009-16 Agustus

2009.

Pemilihan tersebut didasarkan atas alasan bahwa berita merupakan hasil

konstruksi realitas bahasa yang dipengaruhi oleh perspektif wartawan dan proses

seleksi dewan redaksi. Sehingga “apa yang disajikan dalam pemberitaan media”

merupakan cerminan situasi dan definisi realitas yang hendak disampaikan wartawan

dan media kepada khalayak.

Page 30: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Teks berita headline dipilih dengan pertimbangan berita tersebut lebih

dipentingkan oleh media dengan ditempatkan di halaman pertama dan penonjolan-

penonjolan tertentu dibandingkan dengan berita lainnya. Dengan demikian kajian

terhadap teks berita headline yang disajikan oleh media sudah memadai untuk

mengetahui bagaimana konstruksi fenomena terorisme mengenai peristiwa ledakan

bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot oleh Harian Suara Merdeka.

Suara Merdeka sendiri termasuk dalam kategori surat kabar regional, karena

berkedudukan di Semarang yang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Menurut

AS Haris Sumadiria (2006: 41), pers regional berkedudukan di ibu kota provinsi.

Surat kabar atau pers dapat dikategorikan berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasi,

segmentasi dan pangsa pasarnya, yaitu pers komunitas (community newspaper), pers

local (local newspaper), pers nasional (national newspaper), dan pers internasional

(international newspaper).

Suara Merdeka merupakan salah satu harian yang bersegmentasi geografis,

bukan golongan masyarakat tertentu. Porsi pemberitaan, gambar, usulan, laporan dari

Suara Merdeka secara umum, melalui kebijakan rubrikasi dan pengaturan halaman,

berkisar sebagai berikut:

a) Berita regional (Jateng-DIY termasuk Semarang) =

50%

b) Berita Nasional (termasuk daerah perbatasan) = 30%

c) Berita Internasional = 20% (Widiastuti, 2008: 15)

Walaupun mengacu pada segmen geografis, yakni porsi kebutuhan dan

Kedekatan Jawa Tengah, Suara Merdeka tetap memperhatikan isu-isu nasional dalam

pemberitaannya. Termasuk mengenai peristiwa Bom Kuningan, Suara Merdeka

Page 31: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

memberikan perhatian utama dengan menempatkannya pada halaman headline.

Terlihat, selama periode 30 hari pasca perisiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan

Ritz Carlton, terdapat 16 berita headline.

Penelitian ini berusaha mengkaji konstruksi fenomena terorisme dalam

peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot dan mengungkap

makna-makna yang tersembunyi dari teks berita headline mengenai peristiwa

pengeboman tersebut. Untuk itu digunakan analisis wacana level teks. Peneliti akan

melihat bagaimana elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris

digunakan oleh wartawan untuk mengkonstruksikan wacana terorisme lewat teks-teks

berita headline dalam Harian Suara Merdeka (hal ini akan dijelaskan lebih mendalam

pada sub bab analisis wacana Teun van Dijk).

1. Analisis Wacana (Discourse Analysis)

Analisis Wacana merupakan salah satu metode penelitian kualitatif.

Wacana (discourse) sendiri berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari

kian kemari, yang diturunkan dari dis (berarti : dari, dalam arah yang berbeda) dan

currere (berarti: lari). (Sobur, 2006: 9)

Menurut Webster (dalam Sobur, 2006: 9-10), wacana (discourse) dapat

berarti:

1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.

2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah

3. Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah.

Page 32: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan jika semua tulisan adalah

sebuah wacana, meski apa yang disebut wacana tidak harus sesuatu yang tertulis.

Sebuah pidato, khotbah, ceramah, kuliah juga merupakan suatu wacana. Hal ini

sesuai dengan pendapat Henry Guntur Tarigan (dalam Sobur, 2006: 10), “Istilah

wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan.

Tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti

laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon.”

Samsuri (dalam Sobur, 2006: 10) menjelaskan bahwa wacana adalah

rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas

seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian satu dengan yang lain.

Komunikasi dapat menggunakan bahasa lisan dan tulisan.

Jadi, wacana adalah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik yang

disampaikan secara lisan (percakapan, ceramah, kuliah, khotbah, pidato, dan

sebagainya) maupun secara tertulis (tulisan ilmiah, disertasi, surat, berita, artikel,

dan sebagainya).

Mills mengacu pada pendapat Foucault (dalam Sobur, 2006: 10),

membedakan pengertian wacana pada tiga macam, yakni:

a. Level Konseptual teoritis

Wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua

ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia

nyata.

b. Konteks Penggunaan

Wacana merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke

dalam kategori konseptual tertentu. Pengertian ini menekankan pada upaya

Page 33: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

untuk mengidentifikasi struktur tertentu dalam wacana, yaitu kelompok ujaran

yang diatur dengan suatu cara tertentu, misalnya wacana imperialisme dan

wacana feminisme.

c. Metode Penjelasan

Wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah

pernyataan

Alex Sobur (2006: 11) memberikan pengertian wacana sebagai rangkaian

ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang

disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk

oleh unsur segmental maupaun non segmental bahasa.

Wacana dimaknai sebagai institusionalisasi penggunaan bahasa. Francisco

Tirado & Ana Gálvez dalam tulisannya “Positioning Theory and Discourse

Analysis: Some Tools for Social Interaction Analysis” menjelaskan bahwa “ …the

idea of discourse is understood as the institutional use of the language. This

institutionalization can occur on different levels: disciplinary, political, cultural,

and in small groups.” (dalam e-jurnal Forum Qualitative Sozialforschung /

Forum: Qualitative Social Research, 2007)

Sedangkan analisis wacana dijelaskan sebagai studi tentang struktur pesan

dalam komunikasi. Menurut Pawito (2007: 170), analisis wacana (discourse

analysis) adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang

terdapat dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual.

Alex Sobur (2006: 10) menjelaskan bahwa analisis wacana lahir dari kesadaran

bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada

Page 34: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup

struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana.

Menurut Keiko Matsuki (dalam Pawito, 2007: 172-173), terdapat dua

pendekatan dalam analisis wacana, yaitu:

· Pendekatan Sosiolinguistik

Pendekatan sosiolinguistik menitikberatkan pada persoalan-persoalan bahasa

secara mikro, seperti persoalan formal tekstual dari wacana, atau bentuk-

bentuk serta fungsi-fungsi dari lambang-lambang bahasa yang digunakan

dalam teks.

· Pendekatan Sosiokultural

Pendekatan sosiokultural melihat wacana sebagai praktik sosial. Pendekatan

ini menitikberatkan pada praktik sosial kehidupan manusia, dan menempatkan

wacana sebagai tindakan manusia yang senantiasa berkaitan dengan proses-

proses simbolik, seperti kekuasaan (power) dan ideologi. Pendekatan ini

menempatkan lambang-lambang dalam konteks situasional maupun historis

secara lebih luas sehingga lebih dekat dengan semiotika.

Dalam analisis wacana, bahasa menjadi unit pengamatan utama. Menurut

pandangan konstruktivisme, bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk

memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai

pernyataan. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam

kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki

kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap

arus wacana (Fauzi, 2007: 12).

Page 35: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan.

Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni

tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh

karena itu analisis wacana dimaksudkan untuk membongkar maksud-maksud dan

makna-makna tertentu, pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang

mengemukakan pernyataan. (Eriyanto, 2009: 5)

2. Analisis Wacana Teun A. van Dijk

Dalam bagian terdahulu dijelaskan bahwa metode analisis wacana

digunakan untuk mengetahui makna tersembunyi dari suatu pesan. Salah satu

analisis wacana yang dapat dipakai adalah

analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. van Dijk yang dikenal dengan

”Kognisi Sosial”. Teun A. van Dijk menggambarkan wacana mempunyai tiga

dimensi/ bangunan, yatu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Secara tegas, analisis van Dijk yang diadopsi dalam penelitian ini adalah

pada dimensi teks. Pada dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks

dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Teun van

Dijk (Eriyanto, 2009: 226) melihat suatu teks terdiri atas tiga struktur atau

tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung, yaitu:

a. Struktur makro

Struktur makro merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat

diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu

berita.

b. Superstruktur

Page 36: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Superstruktur berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-

bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.

c. Struktur Mikro

Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil

suatu teks, yakni kata, kalimat, preposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua elemen tersebut saling

berkaitan. Makna global suatu teks didukung oleh kerangka teks dan pilihan kata

atau kalimat yang dipakai. Menurut Eriyanto, prinsip ini membantu peneliti untuk

mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih

kecil.

Kita tidak cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu. (Eriyanto, 2009: 227)

Struktur/ elemen wacana yang dikembangkan van Dijk seperti yang

disebutkan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel I.1. Elemen Wacana van Dijk (Eriyanto, 2009: 228-229)

STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro

Tematik Tema/topik yang

dikedepankan dalam suatu berita

Topik

Super Struktur

Skematik Bagaimana bagian dan

urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh

Skema

Struktur Mikro

Semantik Makna yang ingin

ditekankan dalam teks berita. Misal dengan

memberi detil pada satu sisi

Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi

Page 37: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil

sisi lain

Struktur Mikro Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Struktur Mikro

Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks

berita

Leksikon

Struktur Mikro Retoris

Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan

Grafis, metafora, ekspresi

Berikut akan diuraikan elemen Teun van Dijk dalam tabel di atas

a. Tematik

Tematik menunjuk pada gambaran umum suatu teks, dapat juga

disebut sebagai gagasan, inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.

Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam

pemberitaannya serta menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling

penting dari sisi suatu berita. Topik juga menggambarkan gagasan inti

wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Lebih lanjut, van

Dijk (dalam Critical Discourse Analysis: Chapter 18, hal. 358) menjelaskan

topik sebagai berikut:

…topics may influence what people see as the most important information of text or talk, and thus correspond to the top levels of their mental models. For example, expressing such a topic in a headline in news may powerfully influence how an event is defined in terms of a "preferred" mental model.

b. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari

pendahuluan hingga akhir. Alur tersebut menunjukkan

Page 38: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga

membentuk satu kesatuan arti.

Secara keseluruhan, skematik memberikan tekanan mana yang

didahulukan dan bagian mana yang dapat digunakan untuk menyebunyikan

informasi penting. Misal, upaya penyembunyian dilakukan di bagian akhir

agar terkesan kurang menonjol. (Sobur, 2001: 76)

c. Semantik

Menurut Alex Sobur (2001: 78), semantik dalam skema van Dijk

dikategorisasikan sebagai makna lokal (local meaning), yaitu makna yang

muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi yang

membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Semantik tidak hanya

mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga

menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa.

Semantik dapat dilihat dari elemen-elemen yang menyusunnya, yaitu

latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi.

· Latar

Alex Sobur (2001: 79) menjelaskan latar sebagai elemen wacana

yang dapat menjadi alasan pembenar gagasan dalam suatu teks. Latar

merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti kata)

yang ingin ditampilkan. Latar belakang suatu peristiwa yang ditulis oleh

wartawan menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.

Latar menjadi pembenar gagasan yang diajukan suatu teks, sehingga dapat

menjadi elemen penting untuk mengetahui maksud tersembunyi wartawan

dalam teks berita yang ditulisnya.

Page 39: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

· Detil

Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang

ditampilkan seseorang. Elemen ini merupakan strategi bagaimana

wartawan mengekspresikan sikapnya secara implisit. Detil bagian mana

yang dikembangkan wartawan serta mana yang diberitakan dengan detil

yang besar akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan

media. (Eriyanto, 2009: 238)

Dalam mempelajari detil, yang harus diteliti adalah keseluruhan

dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang lebar oleh

wartawan, dan bagian mana yang diuraikan dengan detil yang sedikit,

alasan wartawan menguraikan dari dimensi tertentu bukan dimensi yang

lain, apa efek penguraian detil terhadap seseorang/ kelompok/ gagasan

yang diberitakan wartawan (Eriyanto, 2009: 239).

· Maksud

Elemen maksud melihat apakah teks disampaikan secara eksplisit

atau tidak oleh komunikator. Menurut Alex Sobur (2001: 79), pada

umumnya informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan

secara eksplisit dan jelas. Sedangkan informasi yang merugikan akan

diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.

· Praangggapan

Elemen wacana praanggapan (presupposition) digunakan untuk

mendukung makna suatu ide. Praanggapan adalah suatu upaya untuk

Page 40: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya

kebenarannya, sehingga tidak perlu dipertanyakan. Meski berupa

anggapan, praanggapan umumnya didasarkan pada ide commonsense.

Praanggapan yang masuk akal atau logis meski kenyataannya tidak ada

atau belum terjadi tidak dipertanyakan kebenarannya, karena orang sudah

terlanjur menerimanya (Eriyanto, 2009: 256).

· Nominalisasi

Eriyanto (2009: 175-176) menjelaskan nominalisasi sebagai

strategi wacana untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu.

Nominalisasi tidak membutuhkan subjek, karena nominalisasi pada

dasarnya adalah proses mengubah kata kerja yang bermakna tindakan/

kegiatan menjadi kata benda yang bermakna peristiwa. Hal ini dilakukan

dengan cara mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina)

dengan memberi imbuhan ”pe-an”.

d. Sintaksis

Selain semantik, salah satu strategi untuk menampilkan diri secara

positif dan lawan secara negatif juga dapat dilakukan dengan sintaksis.

Menurut Ramlan (dalam Sobur, 2001: 80) Sintaksis merupakan bagian atau

cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,

klausa, dan frase. Van Dijk menjelaskan sintaksis lewat pemakaian elemen-

elemen seperti bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti.

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam

teks (Sobur, 2001: 81). Dua kalimat yang menggambarkan berbeda dapat

dihubungkan sehingga tampak koheren. Koherensi digunakan untuk melihat

Page 41: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk

menjelaskan suatu atau peristiwa. Apakah peristiwa tersebut dipandang saling

terpisah, berhubungan atau sebab akibat.

Koherensi dapat diamati antara lain dari penggunaan kata hubung

(konjungsi). Koherensi menggambarkan bagaimana suatu peristiwa

dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan.

· Koherensi kondisional

Koherensi kondisional ditandai dengan pemakaian anak kalimat

sebagai penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan

dengan kata hubung (konjungsi) seperti ”yang” atau ”di mana”. Koherensi

ini dapat menjadi praktik marjinalisasi terhadap kelompok lain. Pemakaian

proposisi ini dapat menjadi pertanda bagaimana subjek dilabeli dengan

penyebutan baik atau buruk. (Eriyanto, 2009: 244-245)

· Koherensi pembeda

Koherensi pembeda berhubungan dengan pernyataan bagaimana

dua peristiwa atau fakta hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dibuat

seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan

menggunakan koherensi ini. Efek nyata yang terlihat dari pemakaian

koherensi pembeda ini adalah bagaimana pemaknaan yang diterima oleh

khalayak berbeda, karena satu fakta atau realitas dibandingkan dengan

realitas lain. (Eriyanto, 2009: 247-248)

· Pengingkaran

Pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu

padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang

Page 42: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

menyangkal persetujuannya tersebut. Hal ini menunjukkan bentuk praktik

wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa

yang ingin diekspresikan secara implisit.

Selain itu, pengingkaran juga dapat digunakan sebagai salah satu

strategi wacana untuk memarjinalkan suatu kelompok, seseorang, atau

gagasan. Umumnya pengingkaran dilakukan di akhir, di mana wartawan

sebelumnya menampilkan pendapat umum terlebih dulu, pendapat pribadi

disajikan sesudahnya. (Eriyanto, 2009: 249-250)

· Bentuk kalimat

Bentuk kalimat menentukan makna yang dibentuk oleh susunan

kalimat. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan

cara berpikir logis, yaitu prinsip kasualitas. Logika kausalitas jika

diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang

menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam kalimat yang

berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya. Sedangkan

dalam kalimat pasif, seseorang menjadi objek dari pernyataannya. (Sobur,

2001: 81)

Selain pemakaian struktur aktif ataupun pasif, bentuk yang lain

adalah bagaimana proposisi-proposisi diatur dalam satu kalimat. Proposisi

yang mana yang diletakkan di awal kalimat dan proposisi mana yang

diletakkan di akhir kalimat. Penempatan mempengaruhi makna yang

timbul karena menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan pada

khalayak. (Sobur, 2001: 81)

Page 43: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dalam bentuk kalimat deduktif, aspek penonjolan lebih kentara,

sedangkan dalam induktif inti kalimat ditempatkan tersamar atau

tersembunyi. Deduktif adalah bentuk penulisan kalimat di mana inti

kalimat (umum) ditempatkan di muka, kemudian disusul dengan

keterangan tambahan (khusus). Bentuk induktif adalah bentuk penulisan di

mana inti kalimat ditempatkan di akhir setelah keterangan tambahan.

(Eriyanto, 2009: 253)

· Kata ganti

Menurut Alex Sobur, kata ganti digunakan wartawan untuk

menunjukkan di mana posisi seorang dalam wacana. Kata ganti ”saya”

atau ”kami” menunjukkan sikap resmi komunikator. Sedangkan kata ganti

”kita” merepresentasikan sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu.

Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk

menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap

komunikan secara keseluruhan. (2001: 82)

Lain halnya dengan pemakaian kata ganti ”kami” dan ”mereka”

menunjukkan penciptaan jarak dan memisahkan antara pihak ”kami”

(pihak yang sependapat dengan wartawan) dengan ”mereka” (pihak yang

tidak sependapat). Pemakaian kata ganti jamak, seperti ”kita” atau ”kami”

mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik,

serta mengurangi kritik dan oposisi kepada diri sendiri. (Eriyanto, 2009:

254)

e. Stilistik

Page 44: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Menurut Sudjiman (dalam Alex Sobur, 2001: 82), pusat perhatian

stilistik adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau

penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai

sarana. Style di sini diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa adalah

cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk

maksud tertentu.

Dalam skema van Dijk, stilistik ditandai dengan adanya leksikon atau

pemilihan leksikal. Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan

pemilihan kata atau frase atas berbagai kemungkinan kata atau frase yang

tersedia. Misal, kata ”meninggal” mempunyai sinonim: mati, tewas, gugur,

terbunuh, menghembuskan nafas yang terakhir, dsb. Di antara beberapa kata

tersebut, wartawan dapat memilih salah satu kata di antara pilihan yang

tersedia. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang

berbeda-beda. (Sobur: 2001: 83). Pilihan kata bukan kebetulan semata,

melainkan secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang

terhadap fakta/ realitas (Eriyanto, 2009: 255).

f. Retoris

Dalam skema van Dijk, retoris berkaitan dengan bagaimana dan

dengan cara apa penekanan dilakukan. Strategi retoris muncul lewat elemen

grafis, metafora, dan ekspresi.

Ekspresi dimaksudkan untuk membantu menonjolkan atau

menghilangkan bagian tertentu dari teks yang disampaikan. Dalam teks

tertulis, ekspresi muncul misalnya dalam bentuk grafis, gambar, foto, raster,

Page 45: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin

ditonjolkan. (Sobur, 2001: 84)

· Grafis

Dalam wacana berita, elemen grafis biasanya muncul lewat bagian

tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal,

huruf miring, garis bawah, ukuran huruf yang lebih besar, caption, raster,

grafik, gambar, atau tabel mendukung arti penting suatu pesan. Pemakaian

angka-angka dalam berita digunakan untuk mensugestikan kebenaran,

ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Pemakaian jumlah dan ukuran-

ukuran menurut van Dijk bukan semata-mata bagian standar jurnalistik,

melainkan juga mensugestikan presisi apa yang hendak dikatakan dalam

teks.

Elemen grafik memberikan efek kognitif dengan mengontrol

perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu

informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan

atau difokuskan.

· Metafora

Dalam suatu wacana, wartawan tidak hanya menyampaikan suatu

pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, sebagai

ornamen atau bumbu berita. Pemakaian metafora tertentu juga bisa

menunjukkan landasan berpikir, alasan pembenaran atas pendapat atu

gagasan tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan kepercayaan

masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur,

Page 46: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat

suci untuk memperkuat pesan utama.

3. Konstruksi Realitas

Realitas menurut paradigma konstruktivis adalah konstruksi sosial yang

diciptakan oleh individu. Sedangkan menurut paradigma definisi sosial, realitas

adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui konstruksi sosial terhadap dunia

sosial di sekelilingnya (Burhan Bungin, 2001: 8).

Dalam kenyataannya, realitas sosial tidak dapat berdiri sendiri tanpa

kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial

memiliki makna ketika dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh

individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Peter L. Berger (Bungin, 2001:

10) mendefinisikan konstruksi sosial atau realitas sebagai proses sosial melalui

tindakan dan interaksinya dimana individu secara intens menciptakan suatu

realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.

Pendekatan konstruksi realitas sosial bertolak dari pandangan bahwa

manusia hidup dalam kehidupan sosial yang pada dasarnya memiliki sifat

ambigu—yakni di sebuah dunia dimana orang, objek, dan tindakan tidak memiliki

makna-makna yang inheren atau esensial. Karena makna tidak inheren dengan

objek, maka makna harus diciptakan atau dikonstruksikan, yakni dengan cara

merujuk pada tindakan, peristiwa atau objek-objek lain melalui tindakan manusia.

Sedangkan tindakan manusia ditentukan oleh ruang dan waktu yang menjadi basis

dari konteks dari tindakan (Pawito, 2009: 139-140).

Page 47: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dalam mengkonstruksi realitas, orang menggunakan bahasa. Seperti yang

dikutip Alex Sobur, dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang menciptakan

realitas dan menatanya menggunakan bahasa (Sobur, 2001: 16).

Menurut Stuart Hall (dalam Eriyanto, 2009: 29-30), dalam pembentukan

realitas terdapat peran penting bahasa. Bahasa dan wacana dianggap sebagai arena

pertarungan sosial dan bentuk pendefinisian realitas. Bahasa sebagaimana

dianggap oleh kalangan strukturalis merupakan sistem penandaan. Realitas dapat

ditandakan secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat

dilekatkan pada peristiwa yang sama.

Dalam pemaknaan suatu realitas dapat memungkinkan perbedaan

penafsiran. Pada kenyataannya hanya satu makna yang bisa diterima.

Kemenangan satu makna terhadap makna yang lainnya ini menurut Hall (dalam

Eriyanto, 2009: 30) tidak dapat dilepaskan dari bagaimana wacana dominan

membentuk, menghitung definisi, dan membentuk batas-batas dari pengertian

tersebut. Wacana sendiri dipahami sebagai arena pertarungan sosial yang

diartikulasikan lewat bahasa.

Realitas didefinisikan secara terus menerus melalui praktik bahasa yang

bermakna sebagai pendefinisian selekif terhadap realitas yang ditampilkan. Hal ini

mengakibatkan suatu persoalan atau peristiwa di dunia nyata tidak mengandung

atau menunjukkan makna integral, tunggal dan intrinsik. Makna yang muncul

hanyalah makna yang ditransformasikan lewat bahasa. Bahasa dan simbolisasi

adalah perangkat yang memproduksi makna (Eriyanto, 2009: 34-35).

Untuk mengungkap makna-makna yang tersembunyi dari suatu teks

digunakan analisis wacana. Melalui analisis wacana, kita bukan hanya mengetahui

Page 48: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

bagaimana isi teks berita, melainkan juga bagaimana pesan itu disampaikan.

Lewat kata, frasa, kalimat, metafora seperti apa suatu berita disampaikan

(Eriyanto, 2009: xv).

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di bagian terdahulu, berita

merupakan laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi,

interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan

kepada khalayak. Oleh karena dituntut cepat dan aktual, berita mempunyai

kaidah-kaidah tertentu, salah satunya adalah harus memenuhi unsur 5W+1H, yaitu

what, who, when, where, why, how. Pengertian masing-masing unsur adalah

sebagai berikut (Sumadiria, 2006: 118):

a. What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak.

b. Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu.

c. When berarti kapan peristiwa itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam,

menit.

d. Where berarti di mana peristiwa itu terjadi.

e. Why berarti mengapa peristiwa itu sampai terjadi.

f. How berarti bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana

Hal tersebut dilakukan agar berita memenuhi kriteria lengkap, akurat, dan

sesuai standar teknis jurnalistik. Berita menjadi mudah disusun dalam pola yang

sudah baku, dan mudah serta cepat dipahami isinya oleh khalayak. (Sumadiria,

2006: 118)

Struktur teks berita dalam kajian analisis wacana dapat digunakan sebagai

parameter untuk menentukan makna tersembunyi dari berita tersebut. Seperti yang

dijelaskan van Dijk di bagian sebelumnya bahwa pemakaian kata, kalimat,

Page 49: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

preposisi, retorika tertentu oleh media merupakan strategi wartawan untuk

mempengaruhi pendapat umum.

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa penonjolan salah satu

unsur dari kelima unsur tersebut dapat dilakukan jurnalis di bagian tertentu berita,

seperti di teras berita (lead). Lead merupakan salah satu bagian yang menyusun

suatu berita. Selain lead, terdapat beberapa bagian berita lainnya. Menurut skema

penulisan berita piramida terbalik, berikut bagian-bagian berita:

Gambar I.1. Skema Piramida Terbalik (Hastjarjo, 2007: 7)

Dalam skema di atas, kita mendapatkan anatomi berita, khususnya straight

news adalah terdiri dari: judul, lead, body, dan

penutup. Judul merupakan identitas berita dan mencerminkan pokok berita.

Menurut AS Haris Sumadiria (2006: 121-126), judul yang baik harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Provokatif, yaitu judul harus mampu membangkitkan minat dan perhatian

khalayak sehingga khalayak tergoda seketika untuk membaca berita tersebut.

b. Singkat dan padat, yakni langsung menusuk jantung, tegas, lugas, terfokus,

menukik pada pokok intisari berita, tidak bertele-tele (to the point).

JUDUL

LEAD

BODY

PENUTUP

Page 50: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

c. Relevan, artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok susunan pesan terpenting

yang ingin disampaikan, tidak menyimpang dari teras berita (lead)

d. Fungsional, berarti setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri,

berdiri sendiri, tidak bergantung pada kata lain, memiliki arti yang tegas dan

jelas, serta ketika digabungkan memiliki satu kesatuan pengertian dan makna

yang utuh. Tidak saling menolak atau saling menegasikan.

e. Formal, berarti resmi, to the point, menghindari basa-basi atau eufimisme

yang tidak perlu.

f. Representatif, yaitu mewakili dan mencerminkan teras berita.

g. Merujuk pada bahasa baku.

h. Spesifik, artinya judul berita tidak saja harus mewakili dan mencerminkan

teras berita, tetapi juga harus mengandung kata-kata khusus. Menurut

Soedjito, kata khusus adalah kata yang sempit ruang lingkupnya.

Teras berita (lead) merupakan pembuka berita. Menurut AS Haris

Sumadiria, teras berita adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi

terpenting dari keseluruhan uraian berita. Pada berita straigth news, teras berita

harus memenuhi unsur 5W+1H. Berdasarkan jenisnya, teras berita terbagi dalam

12 jenis, yaitu (2006: 128-146):

1. Who lead (Teras Berita Siapa)

Who lead dipilih dengan pertimbangan unsur siapa (who) atau pelaku

peristiwa memiliki nilai berita yang lebih besar, kuat, atau lebih tinggi

dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain (what, where, when, why, how).

2. What lead (Teras Berita Apa)

Page 51: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

What lead dipilih dengan pertimbangan unsur apa memiliki nilai berita yang

lebih besar, kuat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain

(who, where, when, why, how).

3. When lead (Teras Berita Kapan)

When lead dipilih dengan pertimbangan unsur waktu (when) memiliki nilai

berita yang lebih besar, kuat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-

unsur yang lain (what, where, who, why, how).

4. Where lead (Teras Berita Di mana)

Where lead dipilih dengan pertimbangan unsur tempat (di mana) memiliki

nilai berita yang lebih besar, kuat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan

unsur-unsur yang lain (what, who, when, why, how).

5. Why lead (Teras Berita Mengapa)

Why lead dipilih dengan pertimbangan unsur mengapa atau sesuatu yang

menjadi penyebab dan latar belakang peristiwa memiliki nilai berita yang

lebih besar, kuat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain

(what, where, when, who, how).

6. How lead (Teras Berita Bagaimana)

Who lead dipilih dengan pertimbangan unsur bagaimana atau sesuatu yang

menjadi petunjuk tentang bagaimana suatu peristiwa terjadi, jalan keluar atau

langkah suatu solusi akan diambil, diyakini memiliki nilai berita yang lebih

besar, kuat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain

(what, who, where, when, why).

7. Contrast lead (Teras Berita Kontras)

Page 52: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Teras berita kontras dipilih dengan pertimbangan unsur kontras atau sesuatu

yang berlawanan pada subjek pelaku peristiwa, diyakini memiliki nilai berita

(news value) yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi dibandingkan dengan

unsur-unsur yang lain seperti unsur what, who, where, when, why, how.

8. Quotation lead (Teras Berita Kutipan)

Teras berita kutipan dipilih dengan pertimbangan unsur perkataan langsung

yang dilontarkan oleh narasumber atau pelaku peristiwa, diyakini memiliki

nilai berita (news value) yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi dibandingkan

dengan unsur-unsur yang lain seperti unsur what, who, where, when, why,

how. Teras berita ini sangat diperlukan dalam peristiwa tertentu terutama yang

sarat mengandung unsur konflik untuk menunjukkan bobot serta arah

perkembangan yang terjadi.

9. Question lead (Teras Berita Pertanyaan)

Teras berita pertanyaan dipilih dengan pertimbangan unsur pertanyaan yang

dilontarkan oleh narasumber atau pelaku peristiwa, diyakini memiliki nilai

berita (news value) yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi dibandingkan

dengan unsur-unsur yang lain seperti unsur what, who, where, when, why,

how, atau unsur kontras.

10. Descriptive lead (Teras Berita Pemaparan)

Teras berita pemaparan dipilih dengan pertimbangan unsur suasana atau

situasi yang melekat dalam suatu peristiwa yang terjadi, diyakini memiliki

nilai berita (news value) yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi dibandingkan

dengan unsur-unsur yang lain seperti unsur what, who, where, when, why,

how, atau unsur kontras dan unsur kutipan.

Page 53: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

11. Narative lead (Teras Berita Bercerita)

Teras berita bercerita dipilih dengan pertimbangan unsur realitas cerita yang

terdapat dalam suatu peristiwa yang terjadi, diyakini memiliki nilai berita

(news value) yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi dibandingkan dengan

unsur-unsur yang lain seperti unsur what, who, where, when, why, how, atau

unsur kontras, unsur kutipan, serta unsure pemaparan.

12. Exclamation lead (Teras Berita Menjerit)

Exclamation lead dipilih dengan pertimbangan keyakinan unsur jeritan atau

teriakan yang dilontarkan oleh narasumber atau pelaku peristiwa, diyakini

memiliki nilai berita (news value) yang lebih besar, kuat atau lebih tinggi

dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain seperti unsur what, who, where,

when, why, how, atau unsur kontras, unsur kutipan, unsur pemaparan, dan

unsure narrative.

Unsur berita selanjutnya adalah body (tubuh berita). Hastjarjo (2007: 8)

menjelaskan bahwa tubuh berita menguraikan unsur-unsur fakta yang terdapat di

dalam lead, dan juga dapat memuat unsur-unsur yang belum ada dalam lead.

Menurut Luwi Iswara (2005: 98), tubuh berita berisi fakta atau kutipan yang

mendukug lead, termasuk menyebutkan (attribution) sumber informasi.

Kemudian, unsur berita penutup merupakan akhir dari rangkaian berita

(Hastjarjo: 2007: 8) yang umumnya berisi kutipan sumber utama yang

menyimpulkan isu keseluruhan, penjelasan mengenai tindakan selanjutnya atau

fakta tambahan lain (Ishwara, 2005: 98).

Selain penonjolan unsur-unsur berita pada bagian berita, penggunaan

narasumber tertentu juga digunakan jurnalis dalam proses pembentukan wacana

Page 54: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

pada berita yang ditulisnya. Dalam berita mengenai terorisme, penggunaan

narasumber ini diperlukan sebagai pasangan (tandem) dalam mendefinisikan

realitas (dalam hal ini adalah terorisme) dan agar dapat dipercayai khalayak.

Penonjolan tersebut merupakan strategi wacana media terhadap suatu

peristiwa atau aksi-aksi terorisme. Seperti yang dikemukakan oleh dosen

Sosiologi Komunikasi Universitas Diponegoro, Triyono Lukmantoro dalam

tulisannya yang berjudul “Relasi Simbiotis Media-Teroris”

(http://www.wawasandigital.com, 04/04/2009) bahwa dalam mengkontruksi

wacana terorisme, selain subyek yang diperbolehkan berbicara, masih terdapat

dua hal lainnya, yakni apa (obyek) yang dibicarakan dan pengetahuan yang

dikerahkan untuk memperkuat wacana (misal aksi terorisme dikaitkan dengan

tujuan keagamaan dari kelompok radikal tertentu).

4. Wacana Terorisme dan Media Massa

Peristiwa ledakan bom yang terjadi di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton, kawasan Mega Kuningan, Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009 telah

mengejutkan banyak pihak, baik masyarakat Indonesia maupun dunia. Beragam

media pun berupaya meliput peristiwa tersebut, baik cetak maupun elektronik.

Satu hal yang nampak jelas dalam pemberitaan media adalah munculnya

wacana terorisme dalam setiap berita mengenai ledakan bom di Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton. Kata terorisme senantiasa disebut-sebut media pasca

ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Wacana terorisme terus

menerus diperbincangkan publik. Kesadaran publik seolah digiring untuk terlibat,

memperhatikan perbincangan wacana terorisme.

Page 55: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Menurut Ilul, wacana merupakan cara objek atau ide diperbincangkan

terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar

luas. Sedangkan terorisme sendiri berasal dari bahasa Latin ”terrere”, yaitu

menggetarkan (Fauzi, 2007: 13).

Definisi terorisme sampai saat ini masih menimbulkan silang pendapat.

Pengertian terorisme sangat beragam karena penafsiran terorisme berkaitan

dengan kepentingan pihak tertentu. Pada masa Revolusi Prancis, sekitar tahun

1794, dikenal kata la terreur yang dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan

yang dilakukan rezim hasil Revolusi Prancis terhadap para pembangkang yang

diposisikan sebagai musuh negara (Hakim, 2004: 9).

Walter Laqueur mengkaji setidaknya lebih dari seratus definisi terorisme.

Kajiannya menyimpulkan unsur-unsur signifikan dari definisi terorisme yang

dirumuskan berbagai kalangan, yaitu terorisme memiliki ciri utama digunakannya

ancaman kekerasan dan tindakan kekerasan. Selain itu, terorisme umumnya

didorong oleh motivasi politik, dapat juga karena fanatisme keagamaan (Hakim,

2004: 9-10).

Definisi terorisme lainnya dikeluarkan oleh PBB. Menurut Konvensi PBB

tahun 1937 (Thamrin, 2007: 37), terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan

yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror

terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.

Sedangkan menurut Undang-Undang Anti Terorisme Nomor 15 Tahun

2003 yang dirumuskan dalam pasal 6 dan 7 adalah setiap orang yang dengan

sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulan dan atau

bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang

Page 56: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat misal, dengan cara

merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau

mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang

strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas intenasional

(Hakim, 2004: 17).

Pengertian terorisme digunakan untuk menggambarkan sebuah serangan

yang disengaja terhadap ketertiban dan keamanan umum. Terorisme dapat juga

diartikan menakut-nakuti atau menyebabkan ketakutan. Sedangkan teroris berarti

pihak yang selalu menimbulkan ketakutan pada pihak lain. Dengan demikian,

setiap orang, setiap kelompok bahkan negara dapat melakukan terorisme (Fauzi,

2007: 13).

Profesor linguistik di MIT Cambridge, Massachusetts, Noam Chomsky

(dalam Fauzi, 2007: 13) menguraikan tentang paradigma terorisme dalam

bukunya yang berjudul International Terrorism in Real World. Konsep terorisme

pada akhir abad ke-18 dijelaskan sebagai konsep tentang aksi-aksi kekerasan

pemerintah yang dimaksudkan untuk menjamin ketaatan rakyat. Para pelaku

terorisme negara atau pemegang kekuasaan mengontrol sistem pikiran dan

perasaan rakyatnya. Dalam perkembangannya, paradigma terorisme diubah

menjadi pembalasan oleh individu dan kelompok-kelompok terhadap pemegang

kekuasaan (negara).

Berdasarkan pendekatan sejarah makna terorisme dapat mengalami

perubahan paradigma, pada awalnya terorisme dikategorikan sebagai kejahatan

terhadap negara (crime against state), kemudian berkembang menjadi kejahatan

terhadap kemanusiaan (crimes against humanity). (Fauzi, 2007: 13)

Page 57: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Berdasarkan pendekatan agama, upaya pengkaitan aksi-aksi terorisme

dengan ideologi dan paham keagamaan mulai berkembang pasca pengeboman

WTC. Arifatul Choiri Fauzi (2007: 18) menyebut hal ini sebagai wacana terorisme

stigmatis ideologis, yaitu wacana yang memberikan stigma terhadap kelompok

pelaku teror dengan ideologi dan agama tertentu. Hingga saat ini, dunia Barat

menggunakan kerangka teoritis tersebut untuk melihat dan mengkonstruksi

terorisme. Hal ini terlihat pada tudingan dunia Barat terhadap kelompok Al Qaeda

dan penganut Islam fanatik garis keras sebagai pelaku teror.

Selain wacana teroris stigmatis ideologis, terdapat wacana lainnya yang

berbeda dalam mengkonstruksikan teroris. Wacana ini disebut wacana terorisme

hegemonik politis. Kelompok ini tidak melihat terorisme sebagai ekspresi ideologi

maupun paham keagamaan. Tudingan atas kelompok pelaku teror berdasar pada

alasan kepentingan politis suatu negara atas negara yang lain. Teroris dilihat

sebagai konstruksi politis kekuatan tertentu yang lebih besar terhadap kelompok

lain, yaitu dominasi dan hegemoni negara besar atas negara kecil (Fauzi, 2007: 19-

22).

Haedar Nashir seperti yang dikutif Arifatul Choiri Fauzi (2007: 19-20)

menyatakan:

Kegiatan terorisme dan mereka yang disebut teroris sangat bergantung pada hegemoni atau dominasi kekuasaan. Mereka yang kuatlah, bisa orang atau negara yang menguasai tolok ukur tentang apa yang disebut terorisme dan teroris. Konstruksi tentang apa itu terorisme dan siapa teroris berada dalam genggaman mereka yang menguasai dunia kehidupan. Negara dan pemimpin adidaya paling absah untuk menentukan siapa biang teroris dan terrisme yang dengan mudah diikuti oleh para pemimpin dari negara satelit-satelitnya.

Page 58: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Selain itu, Nashir mencontohkan mereka yang bersenjata, menyandera dan

membunuh awak pesawat dianggap teroris. Sedangkan ketika para pemimpin

negara adidaya yang mengancam dan menciptakan korban perang jutaan jiwa

tidak disebut teroris (dalam Fauzi, 2007: 20-21).

Pemikiran Nashir sejalan dengan Herdi Sahrasad (dalam Fauzi, 2007: 20-

21) yang menyatakan bahwa faktor hegemoni sosial ekonomi merupakan faktor

yang mendominasi munculnya terorisme. Penampilan label dan simbol agama

merupakan suatu instrumen bukan spirit.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan jika penentuan makna teorisme

sendiri tergantung pada subyek pemberi makna. Begitu juga makna terorisme

pasca ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton 17 Juli lalu

ditentukan oleh subyek pemberi definisi atau makna terorisme. Salah satu subyek

yang mempunyai kuasa memberikan makna terorisme adalah media massa.

Seperti yang diungkapkan oleh Triyono Lukmantoro (Suara Merdeka, 9

Desember 2008: 6), ”terorisme tidak akan pernah menjadi terorisme tanpa liputan

media massa”.

Suatu aksi kekerasan bisa dianggap terorisme atau bukan sangat

tergantung dari perspektif media atau jurnalis sendiri. Pernyataan Pippa Noris,

Montague Kern, dan Marion Just seperti yang dikutip oleh Triyono Lukmantoro

(Suara Merdeka, 9 Desember 2008: 6), terorisme memiliki tiga karakteristik:

a. Teknik-teknik yang digunakan, yaitu penggunaan intimidasi koersif (bersifat

fisik), berupa ancaman atau pengerahan kekerasan untuk menghancurkan

properti, atau mengancam penduduk sebagai sarana untuk melakukan kontrol.

Page 59: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

b. Sasaran yang menjadi korban aksi terorisme adalah penduduk sipil. Hal ini

berbeda dengan perang konvensional yang menjadikan kekuatan militer

sebagai target.

c. Tujuan terorisme adalah publikasi melalui media tentang isu-isu politik,

tuntutan untuk berkomunikasi, dan pernyataan kekecewaan untuk menekan

otoritas yang berkuasa.

Publikasi melalui media sebagai salah satu tujuan terorisme menunjukkan

keterkaitan yang erat antara terorisme dengan media massa. Hal ini sejalan dengan

pendapat Michlle Ward Ghetti (Federal Communications Law Journal, Juni 2008),

bahwa terdapat relasi simbiosis mutualisme antara peristiwa kriminal atau

kekerasan (termasuk terorisme) dengan media.

Violence or threats of violence have long been deemed ”newsworthy” items by the media.... By attacking highly visible target in dramatic manner, publivcity seeking criminals guarantee themselves saturated news coverage. They make shocking appeal to traditional news values by making full use the news industry’s attraction to the dramatic, conflict-laden, and potentially tragic event. The media thus furthers the criminals’ objectives by publicizing an incident that was staged for the very purpose of obtaining media coverage. This has come to be called by many a ”symbiotic relationship”.

Tujuan publikasi yang diinginkan teroris akan tercapai jika jurnalis

semakin heboh memberitakan aksi-aksi terorisme, sehingga ketakutan

berkembang semakin besar di masyarakat. Sedangkan peciptaan ketakutan sebesar

mungkin di masyarakat merupakan sasaran utama pelaku teror. Triyono

Lukmantoro mengungkapkan, ”Para pelaku teror mengerti jurnalisme dapat

dimanfaatkan untuk melipatgandakan ketakutan yang menghantui memori

publik.” (Suara Merdeka, 9 Desember 2008: 6)

Page 60: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Hal ini terjadi pula pada pemberitaan media massa pasca ledakan bom di

Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Setiap hari media memberitakan

perkembangan terkini kasus ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW

Marriot baik dari detik-detik pelaku datang dan meledakkan bom, korban-korban

yang berjatuhan, dugaan pelaku, dramatisasi penggerebekan salah satu pelaku,

pengungkapan jaringan terorisme, hingga isu pengawasan dakwah oleh

Kepolisian.

Ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot dan segala

polemiknya yang diekspos secara besar-besaran oleh media massa baik cetak

maupun elektronik secara tidak langsung menebarkan ketakutan di masayarakat.

Mengutip pernyataan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen Pol

Nanan Soekarna (http://nasional.kompas.com, 04/08/2009), ”Secara tidak

disadari, saat ini media massa telah menjadi alat bagi teroris. Maraknya

pemberitaan mengenai bom di Hotel Ritz Carlton dan Marriot membuat

masyarakat resah dan itulah yang diinginkan teroris.”

Pakar Komunikasi, Effendi Ghazali (http://www.solopos.com, 04/08/2009)

menilai media massa telah berfungsi sebagai alat yang efektif untuk

menyampaikan pesan-pesan terorisme. Mengutip pernyataannya dari Solo Pos,

Langsung atau tidak langsung, media telah berhasil menjadi corong, penyampai pesan bagi para teroris untuk menyebarkan propagandanya….selama ini media lebih banyak memberitakan akibat yang ditimbulkan oleh para teroris dengan menampilkan berulang-ulang kerusakan yang terjadi dan para korban yang terluka dengan penanganan seadanya…Melalui berbagai tayangan itu, teroris berhasil menyebarkan ketakutan di mana-mana mulai dari rakyat kecil hingga ke pelaku ekonomi, lantai bursa dan sebagainya…, media seharusnya lebih banyak menyuarakan persatuan dan kebersamaan bangsa dalam menghadapi terorisme.

Page 61: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot dan

segala polemiknya tak dapat dilepaskan dari peran media massa, baik cetak

maupun elektronik. Media massa memiliki peran penting dalam pembentukan

opini publik. Menurut Reese dan Shoemaker, media massa mampu mempengaruhi

opini publik pada suatu peristiwa tertentu bahkan terkadang membuat audiensnya

tidak sadar akan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Setiap berita yang disajikan

oleh media telah didesain sesuai dengan ”kepentingan” media baik secara internal

maupun eksternal (Fauzi, 2007: 5).

Penjelasan-penjelasan di atas akan peneliti gunakan untuk mengkaji

pemberitaan media massa mengenai konstruksi fenomena terorisme pada teks

berita headline Harian Suara Merdeka dalam peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz

Carlton dan Hotel JW Marriot.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan dari gambar di

bawah ini:

Proses konstruksi realitas sosial oleh media massa

Teks berita

Identifikasi dan analisis teks dengan elemen wacana van Dijk: · Tematik · Skematik · Semantik · Sintaksis

Realitas sosial: peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton

Bahasa

Page 62: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Gambar I.2. Kerangka Pemikiran (Sumber: Olahan Peneliti)

Kerangka pemikiran di atas berangkat dari peristiwa pengeboman Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton pada 17 Juli 2009. Peristiwa pengeboman tersebut

kemudian bergulir dalam wacana terorisme di ranah publik. Perguliran tersebut tidak

terlepas dari peran media massa yang mempunyai kuasa menyajikan realitas

pengeboman tersebut dalam realitas media yang berwujud berita, untuk selanjutnya

disampaikan kepada khalayaknya.

Dalam pandangan konstruktivisme, media massa dipahami bukan hanya

sebagai saluran pesan, tetapi juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap

dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini, media massa dipandang sebagai

agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. (Bennett dan Hidayat dalam

Muslich, 2008: 155).

Sehingga, berita yang kita baca dan kita dengar dari media bukan hanya

menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan sumber berita, tetapi juga

konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, seperti

kata, kalimat, dan perangkat bahasa lainnya media ikut membentuk realitas yang

terkemas dalam pemberitaan karena penggunaan elemen bahasa tertentu dalam

Page 63: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

menyusun teks berita dapat menimbulkan makna tertentu pula. Tidak terkecuali

Harian Suara Merdeka melalui pemberitaanya mengenai ledakan bom di Hotel JW

Marriot dan Ritz Carlton yang disajikan dalam teks berita headline-nya.

Peristiwa ini mendapat perhatian besar dari Harian Suara Merdeka. Dalam 30

hari periode penelitian (18 Juli 2009-16 Agustus 2009), peneliti menemukan 16 teks

berita yang menjadi headline pada harian tersebut.

Berangkat dari fakta-fakta tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana fenomena terorisme dikonstruksikan oleh Harian Suara Merdeka melalui

pemberitaan mengenai peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton

pada teks berita headline-nya selama periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009.

Penelitian ini mengadopsi analisis wacana van Dijk khususya pada dimensi

teks. Tahapan identifikasi dilakukan dengan mencari elemen wacana van Dijk

(tematik, skematik, semantic, stilistik, dan retoris) yang menonjol pada 16 teks berita.

Kemudian, dilakukan analisis dan interpretasi makna yang timbul dari temuan

identifikasi tersebut. Setelah masing-masing berita dianalisis, penelitian dilanjutkan

dengan mengelompokkan wacana-wacana yang terbentuk berdasarkan bukti-bukti

yang mendukung. Sehingga, kemudian dapat diketahui wacana yang timbul dari

pemberitaan Suara Merdeka mengenai terorisme periode 18 Juli-16 Agustus 2009.

G. METODOLOGI

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

Page 64: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Meleong, 1998: 3).

Menurut Pawito (2007: 35):

…penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanation), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/ atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.

Pada penelitian kualitatif, logika yang dibangun adalah logika induktif

abstraktif. Sanapiah Faisal (dalam Bungin, 2005: 68-69) menjelaskan logika

induktif abstraktif sebagai suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke

umum”. Ia juga menjelaskan bahwa konseptualisasi, kategorisasi, dan

deskripsi dikembangkan atas dasar “kejadian” yang berlangsung. Begitu pula

dengan teoritisasi yang memperlihatkan hubungan antarkategori juga

dikembangkan atas dasar data yang diperoleh saat kegiatan lapangan

berlangsung. Hal ini mengakibatkan kegiatan pengumpulan data dan analisa

data tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung simultan

dan serempak. prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Miles dan Huberman

menggambarkan siklusnya sebagai berikut:

DATA COLLECTION

DATA DISPLAY

DATA REDUCTION

Page 65: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Gambar I.3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan

Huberman

(Sanapiah Faisal dalam Bungin, 2005: 69)

Gambar di atas memperlihatkan sifat interaktif pengumpulan data

dengan analisis data. Bahkan, pengumpulan data juga ditempatkan sebagai

komponen yang integral dengan kegiatan analisis data. Hal ini disebabkan

pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti akan melakukan

perbandingan-perbandingan untuk memperkaya data bagi tujuan

konseptualisasi, kategorisasi, atau teoritisasi. Hasil pengumpulan data tersebut

akan direduksi (Sanapiah Faisal dalam Bungin, 2005: 69-70).

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul

dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga dapat ditarik

kesimpulan akhir (Miles dan Huberman, 1992: 16).

Page 66: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Hasil dari reduksi data perlu diorganisasikan dalam penyajian data

(display data). Untuk penyajian data, Miles dan Huberman (1992: 19)

menjelaskannya sebagai ”sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan”.

Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang

terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Menarik kesimpulan/ verifikasi merupakan sebagian dari satu kegiatan

dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Seperti dikemukakan juga oleh Glaser dan Strauss

(dalam Miles dan Huberman, 1992: 19) bahwa kesimpulan-kesimpulan final

mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada

besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,

penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan.

Dari Gambar I.3 dapat dilihat bahwa terjadi perputaran yang tidak

mengarah pada satu titik. Misalnya dari data yang terkumpul dapat melalui

reduksi data terlebih dahulu sebelum disajikan atau langsung disajikan begitu

saja kemudian langsung ditarik kesimpulan, dan dilanjutkan dengan

pengumpulan data lain ataupun data yang serupa. Sanapiah Faisal (dalam

Bungin, 2005: 69-70) menjelaskannya sebagai proses yang tidak ”sekali jadi”.

Hal ini disebabkan prosesnya berlangsung secara interaktif, bolak-balik.

Seberapa banyak proses bolak-balik berlangsung sangat bergantung pada

kompleksitas permasalahan yang hendak dijawab.

2. Subjek Penelitian

Page 67: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Subjek penelitian adalah berbagai sumber informasi yang diperoleh

sebagai data penelitian, dapat berupa informan, dokumen, manuskrip,

peristiwa, atau aktivitas (Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS, 2008: 10).

Subjek dalam penelitian ini berupa dokumen, yakni teks berita headline di

Harian Suara Merdeka mengenai peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton dengan rentang waktu 18 Juli 2009 – 16 Agustus 2009.

Suara Merdeka merupakan harian yang terbit sejak 11 Februari 1950

dan tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.

Keseluruhan tirasnya mencapai 356.000 eksemplar per hari. Ini

mengindikasikan besarnya animo masyarakat terhadap harian tersebut,

sehingga berita yang termuat pun dapat tersebar luas.

Sedangkan yang menjadi pertimbangan pemilihan berita headline

karena headline yang berada pada halaman depan adalah peristiwa yang

dianggap penting oleh pemilik dan orang-orang yang berada di media tersebut.

Menurut Itule dan Anderson, headline adalah berita yang menjadi laporan

utama, letaknya di halaman paling depan, dan judul beritanya dicetak lebih

besar daripada kerangka ceritanya yang nantinya menentukan minat khalayak

untuk membaca atau tidak (http://digilib.petra.ac.id, 18/01/2010). Yang

dimaksud dengan headline dalam penelitian ini adalah berita utama yang

ditempatkan pada halaman depan Harian Suara Merdeka.

Dari rentang waktu penelitian tersebut, terdapat 201 judul naskah

berita mengenai peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton

yang dimuat di Harian Suara Merdeka, 16 diantaranya adalah headline. Tanpa

bermaksud untuk membuat generalisasi, peneliti memilih 10 berita yang

Page 68: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

paling menonjol keccenderungan wacana terorisme-nya untuk dianalisis lebih

lanjut. Sepuluh berita tersebut lah yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

3. Sumber Data

Data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada umumnya dapat

dikelompokkan menjadi tiga jenis: (a) Data yang diperoleh dari interview, (b)

data yang diperoleh dari observasi, dan (c) data yang berupa dokumen, teks,

atau karya seni yang dinarasikan (Pawito, 2001: 96). Data primer dalam

penelitian ini berupa keseluruhan subjek penelitian diteliti, yaitu seluruh teks

berita headline mengenai ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton di Harian Suara Merdeka periode periode 18 Juli 2009 – 16 Agustus

2009.

Selain itu, peneliti juga menggunakan sumber data lain untuk

mendukung penelitian ini, yakni dari buku-buku, artikel-artikel baik di media

cetak maupun dari internet, catatan-catatan, serta arsip-arsip lain.

4. Teknik Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan subjek penelitian berupa 16 teks berita

headline, peneliti kemudian melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi aplikasi elemen wacana van Dijk yang menonjol pada 16 teks

berita (tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris).

b. Analisis dan interpretasi teks berita berdasar elemen wacana van Dijk yang

menonjol. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui makna dan maksud

tersembunyi dalam teks berita serta menentukan wacana-wacana apa yang

terbentuk dari kecenderungan makna dan maksud tersebut.

Page 69: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

c. Pengelompokan wacana-wacana yang terdapat dalam teks berita

berdasarkan bukti-bukti yang mendukung wacana

d. Penarikan kesimpulan berdasarkan wacana yang mendominasi teks berita

Langkah-langkah penelitian di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I.4. Langkah-Langkah Penelitian (Sumber: Olahan Peneliti)

Pemilihan kerangka analisis Teun van Dijk sebagai pisau analisis

dalam penelitian ini disebabkan dari sekian banyak model analisis wacana,

model van Dijk-lah yang mengelaborasi semua elemen-elemen wacana

sehingga dapat digunakan secara praktis (Eriyanto, 2009: 211-224). Teun van

Dijk mengelaborasi elemen wacana dari struktur terkecil teks, yakni imbuhan,

kata, frasa, klausa, hingga kalimat dan paragraf yang menyusun suatu teks

berita.

Meskipun kerangka analisis wacana van Dijk termasuk dalam

pendekatan wacana kritis (Critical Discourse Analysis), namun kerangka

analisis wacana Van Dijk yang akan diadopsi dalam penelitian ini, khususnya

Teks berita headline Suara Merdeka tentang pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton

Identifikasi teks dengan elemen wacana Teun van Dijk (tematik, skematik, semantik, sintakis, stilistik, retoris) yang menonjol

Analisis dan interpretasi text berdasar elemen wacana Teun van Dijk yang menonjol: tematik, skematik, semantik, sintakis, stilistik, retoris

Penarikan kesimpulan

Makna dan wacana di balik teks

Pengelompokan wacana berdasar bukti-bukti yang mendukung

Page 70: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

dalam upaya mendeskripsikan konstruksi fenomena terorisme dalam berita

headline Harian Suara Merdeka adalah pada dimensi teks.

Selain itu, peneliti juga mengadopsi pendekatan level teks yang

dikembangkan Pan dan Kosicki untuk memperdalam analisis. Pendekatan ini

pada prinsipnya mengatakan bahwa untuk mengetahui makna suatu berita

dapat dilihat dari penggunaan kata, metafora, pengulangan kata, serta kalimat

dalam berita yang mencerminkan penekanan teks tersebut pada makna yang

dimaksud (Fauzi, 2007: 46).

Pan dan Kosicki mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks:

sintaksis, tematik, dan retoris. Namun, tidak semua elemen tersebut digunakan

dalam penelitian ini. Elemen-elemen yang sesuai dengan data penelitian ini

yang akan digunakan. Misal, untuk menganalisis elemen skematik pada van

Dijk, peneliti juga akan menggunakan struktur sintaksis yang dikembangkan

Pan dan Kosicki untuk lebih memperdalam analisis. Hal ini dikarenakan

adanya kesamaan dasar pengertian struktur sintaksis Pan dan Kosicki dengan

elemen skematik van Dijk (untuk lebih jelasnya lihat penjelasan di bawah ini).

Menurut van Dijk, terdapat enam strategi wacana yang harus diamati

peneliti saat menganalisis teks, yaitu:

a. Tematik

Penelitian pada strategi tematik untuk mengetahui topik umum suatu teks.

Unit analisisnya adalah keseluruhan struktur berita (judul, lead, dan isi/

story). Hal ini sesuai gagasan van Dijk bahwa topik dipahami sebagai

mental atau kognisi wartawan, sehingga semua elemen dalam berita

mengacu dan mendukung topik dalam berita.

Page 71: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

b. Skematik

Penelitian pada elemen skematik ditujukan untuk mengetahui alur

atau skema suatu teks berita dari pendahuluan hingga akhir atau

bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga

membentuk satu kesatuan arti.

Menurut van Dijk, berita umumnya mempunyai dua kategori

skema besar, yakni summary dan story. Summary umumnya ditandai

dengan dua elemen yakni judul dan lead. Judul dan lead menunjukkan

tema yang ingin disampaikan wartawan dalam pemberitaannya.

Sedangkan story merupakan isi berita secara keseluruhan. Isi berita

mempunyai dua sub kategori yaitu situasi, yakni proses atau jalannya

peristiwa, dan komentar yang ditampilkan dalam teks.

Perangkat analisis pada struktur skematik adalah:

· Judul, menunjukkan tema berita

· Lead, mendukung judul

· Story atau Isi berita, dilihat dari episode/ kisah utama, latar, komentar

atau kutipan dari narasumber, serta kesimpulan wartawan dari berbagai

komentar tokoh.

Untuk lebih mendalami skematik subjek penelitian, peneliti juga

mengadopsi struktur sintaksis Pan dan Kosicki. Dalam struktur sintaksis

terlihat peran wartawan menyusun fakta baik itu berupa pernyataan, opini,

kutipan, atau hasil pengamatan ke dalam bentuk susunan umum berita

(Fauzi, 2007: 35). Perangkat yang diamati adalah judul berita, lead, latar

informasi, kutipan sumber, pernyataan, dan penutup.

Page 72: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Judul berita menurut Pan dan Kosicki memiliki fungsi framing

yang kuat karena sering digunakan untuk menggiring opini khalayak ke

arah tertentu. Sedangkan dari lead dapat diketahui angle yang ditekankan

wartawan. Pada bagian episode (tengah berita), wartawan memaparkan

kronologis peristiwa yang disertai pengutipan narasumber untuk validitas

empiris (Fauzi, 2007: 36)

Kemudian, peneliti juga mengadopsi struktur skrip Pan dan

Kosicki untuk mengetahui penonjolan-pennjolan ataupun penyaaran

terhadap fakta yang ada. Perangkat framingnya adalah kelengkapan berita,

yakni: siapa (who), apa (what), kapan (when), di mana (where), mengapa

(why), dan bagaimana (how). (Fauzi, 2007: 36)

c. Semantik

Penelitian pada struktur semantik dimaksudkan untuk mengetahui makna

yang ditekankan dalam teks berita. Pada strategi semantik, wartawan

menggunakan beberapa perangkat wacana, yaitu:

· Latar, merupakan latar belakang peristiwa atau alasan pembenar

gagasan yang diajukan dalam teks berita.

· Detail berhubungan dengan apakah infomasi diuraikan secara panjang

dan rinci. Informasi yang menguntungkan strategi wacana wartawan

akan disampaikan secara rinci.

· Maksud berhubungan dengan apakah informasi disampaikan secara

eksplisit atau implisit.

· Praanggapan ditandai dengan adanya pernyataan yang dipandang

terpercaya dan tidak perlu dipertanyakan, fakta yang belum teruji

Page 73: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

kebenarannya tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan

tertentu, atau pernyataan yang didasarkan pada commonsense.

· Nominalisasi, merupakan proses mengubah kata kerja menjadi kata

benda, ditandai dengan imbuhan “pe-an”. Hal ini dimaksudkan untuk

menghilangkan aktor/ subjek pemberitan.

Unit yang diamati adalah: imbuhan, kata, kalimat, proposisi, anak kalimat.

d. Sintaksis

Strategi sintaksis merupakan salah satu cara untuk menampilkan diri

secara positif dan lawan secara negatif. Hal ini ditunjukkan lewat elemen-

elemen wacana, yaitu:

- Bentuk kalimat (aktif, pasif, deduktif, induktif)

- Koherensi (pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks,

ditunjukkan degan kata hubung: dan, sebab, karena, akibat, tetapi,

meskipun, yang, di mana, dibandingkan)

- Kata ganti (saya, kita, kami, mereka)

Unit yang diamati adalah: kata, kalimat, proposisi, anak kalimat.

e. Stilistik

Stilistik berhubungan dengan pemilihan kata yang dipakai dalam teks,

ditandai dengan elemen leksikon. Leksikon menandakan bagaimana

wartawan melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang

tersedia. Unit yang diamati adalah kata.

f. Retoris

Retoris dapat diidentifikasi lewat elemen grafis dan metafora.

Page 74: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

· Grafis. Unit analisis yang diamati adalah: penulisan judul (ukuran

huruf, cetak tebal, miring, jenis huruf), pemakaian caption, raster,

grafik, gambar, tabel, foto.

· Metafora. Unit yang diamati adalah penggunaan bentuk kiasan,

ungkapan, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, ayat-

ayat suci.

Page 75: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

BAB II

DESKRIPSI SUARA MERDEKA

A. SEJARAH

Suara Merdeka merupakan salah satu surat kabar yang terbit pasca Proklamasi

Kemerdekaan. Misi awal penerbitannya adalah ingin memperdengarkan suara rakyat

Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Suara Merdeka resmi

didirikan pada tanggal 11 Februari 1950 oleh H. Hetami. Suara Merdeka diterbitkan oleh

PT Suara Merdeka Press, dengan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) SK Menteri

Penerangan RI Nomor 011/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 tanggal 8 November 1985.

Pada awal pendiriannya, nama yang direncanakan oleh para pengelola adalah

“Mimbar Merdeka”. Akan tetapi Hetami nampaknya tidak terlalu suka dengan angka

ganjil. Meskipun ia juga tidak percaya pada mitos yang mengatakan bahwa angka 13

adalah angka pembawa sial. Sehingga nama Surat kabar yang akan diterbitkannya

berubah menjadi “Suara Merdeka”, yang kebetulan jumlah hurufnya adalah genap, yaitu

12 dan tanpa meninggalkan kata “merdeka”.

Awalnya surat kabar ini terbit sore hari dengan 4 halaman dan dicetak hanya

5.000 eksemplar. Suara Merdeka saat itu masih dikelola secara sederhana dengan hanya

dibantu dua orang wartawan, yaitu HR. Wahyoedi dan Moh. Sulaiman. Tenaga tata usaha

ada tiga orang, ditambah peralatan inventaris yang terdiri dari 2 buah mesin ketik dan dua

buah meja. Oleh karena belum mempunyai percetakan sendiri, maka Suara Merdeka

dicetak di sebuah percetakan milik harian De Locomotif di Jl. Kepodang, Semarang.

Hetami menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Ia juga pemilik

perusahaan Surat kabar Suara Merdeka. Walaupun Hetami menjadi pemimpin redaksi,

Page 76: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

namun seringkali ia berperan sebagai reporter. Di samping ikut membantu mengoreksi

naskah dan membawa naskah ke percetakan, Hetami juga menunggu giliran surat

kabarnya hingga dicetak. Ia juga ikut menjual Harian Suara Merdeka ke berbagai tempat.

Hal demikian memang tidak aneh, karena pada masa itu wartawan dituntut untuk “serba

bisa”. Selain bertugas mencari dan membuat berita ia juga harus siap merangkap menjadi

“tukang cetak” dan “loper Surat kabar”.

Sama dengan perjalanan surat kabar-surat kabar lainnya, Suara Merdeka juga

mengalami pasang surut sebagai sebuah penerbitan pers. Saat yang paling

menggembirakan bagi pengelola Suara Merdeka pada masa perintisannya ialah Suara

Merdeka memperoleh kehormatan serta kepercayaan dari bagian kesejahteraan Terr/IV

(sekarang Kodam IV/ Diponegoro) sebagai surat kabar satu-satunya di Jawa Tengah yang

menjadi langganannya secara kolektif. Suara Merdeka diminta mengirimkan 1.000

eksemplar untuk dibagikan kepada kesatuan-kesatuannya.

Saat yang dianggap sebagai cobaan berat adalah pada masa “gunting Syarifudin”

yang merupakan sebutan bagi kebijakan pemerintah di bidang moneter. Ketika itu dinilai

uang Rupiah turun menjadi separohnya dan uang kertasnya digunting menjadi dua bagian.

Cobaan berikutnya terjadi pada tahun 1961, ketika para percetakan NH

Handelsdrukkerij De Locomotif melakukan aksi mogok kerja. Untuk tetap dapat terbit

surat kabar Suara Merdeka harus dicetak di Jogjakarta selama satu bulan lebih. Namun

situasi ini menjadikan Suara Merdeka semakin berkembang dan tumbuh dimulai ketika

masuknya beberapa tenaga orang redaksi, seperti Soewarno, HR Wahyudi, Mochtar

Hidayat, Tjan Thwan Soen, Soejono Said, L. Poedjisrijono, Hanapi, Moejono, Sutrisno

dan H. Amir AR di bagian Tata Usaha. Pada saat itulah Suara Merdeka yang semula

terbit sore hari kemudian berubah terbitnya mejadi pagi hari. Dan pada tahun 1956 Suara

Page 77: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Merdeka kemudian menambah penerbitannya dengan surat kabar Mingguan, yang terbit

hanya pada hari Minggu. Mingguan Minggu ini merupakan cikal bakal keluarga

Cempaka.

Permulaan tahun 1960, Suara Merdeka mampu mencetak puluhan ribu eksemplar

dan tersebar di Jawa Tengah. Percetakannya pun sudah tidak lagi mendompleng

percetakan De Locomotif, tetapi sudah di percetakan milik Suara Merdeka sendiri yang

bernama NV Semarang. Percetakan NV Semarang pada waktu itu telah menggunakan

teknologi percetakan yang tergolong modern yaitu mesin cetak Duplex dan sejumlah

mesin penyusun huruf Intertype dan linotype disamping mesin cetak Flethead Half

Relation Press buatan Swiss yang mampu mencetak 6.000 eksemplar per jam. Status

kepemilikan percetakan NV Semarang didasarkan atas perjanjian sewa beli antara Suara

Merdeka dengan pemerintah RI. Saat itu pemerintah memang sedang menggalakkan

proses industrialisasi, termasuk di bidang pers.

Harian Suara Merdeka pernah lenyap dari peredaran selama tiga setengah bulan,

yaitu antara tanggal 14 Februari-31 Mei 1966. Hal tersebut diakibatkan oleh situasi

politik nasional yang masih belum stabil karena peristiwa G30S/PKI. Saat itu, pemerintah

mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap surat kabar daerah berafiliasi dengan

salah satu harian nasional yang terbit di Jakarta. Harian-harian nasional itu sendiri juga

berafiliasi dengan salah satu partai atau kekuatan politik tertentu.

Didesak oleh situasi politik yang panas dan tidak menentu itu, maka Suara

Merdeka memutuskan berafiliasi dengan harian Berita Yudha. Harian Berita Yudha

merupakan harian nasional yang terbit di Jakarta, dipimpin oleh Grigjen Ibnoe Soebroto,

dan memiliki afiliasi pada TNI Angkatan Darat. Surat kabar tersebut diterbitkan untuk

melawan kekuatan politik yang menjadi musuh Angkatan Darat. Nama Suara Merdeka

Page 78: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

untuk sementara berubah menjadi Berita Yudha edisi Jawa Tengah. Dan baru pulih

kembali menjadi Suara Merdeka pada tanggal 1 Juni 1966 setelah pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1966, yang berisi pencabutan

kembali ketentuan afiliasi.

Regenerasi kepemimpinan umum perusahaan penerbitan Suara Merdeka untuk

kali pertama terjadi pada tanggal 11 Februari 1982, bersamaan dengan ulang tahun ke-32

Suara Merdeka. Proses regenerasi tersebut berlangsung dari tangan Hetami kepada Ir.

Budi Santosa, menantu dari Hetami sendiri. Sebelumnya sejak tahun 1975, Ir. Budi

Santosa dipercaya Hetami untuk menjabat sebagai pemimpin perusahaan. Di bawah

kepemimpinan yang baru, manajemen dan struktur organisasi Suara Merdeka mengalami

perubahan dan penyempurnaan. Setiap bagian mulai menyusun strukturnya sendiri yang

disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya seperti dalam struktur organisasi perusahaan

Suara Merdeka yang baru, Pemimpin Umum dibantu Asisten Pemimpin Umum,

kemudian di bawahnya ada beberapa departemen yang disesuaikan dengan kebutuhan

manajemen perusahaan. Di bagian ini terdapat Departemen Redaksi, Iklan, Tata Usaha,

Personalia, Sirkulasi, Logistik, Komputer. Di antara departemen yang ada, bagian yang

paling besar dan banyak stafnya adalah Departemen Redaksi,

Departemen Redaksi menjadi tulang punggung perusahaan dan merupakan sebuah

tim kerja yang terbagi atas tugas kewartawanan seperti melakukan perencanaan, mencari

sumber berita, meliput obyek berita, mengolah data faktual, menyusun, dan kemudian

menyiarkan di surat kabar. Kegiatan untuk menyiarkan berita yang dipraktekkan oleh

wartawan tersebut merupakan praktek diskursif atau saling berhubungan antara bagian

yang satu dengan bagian yang lain yang terkesan cukup kompleks. Perubahan pada

Page 79: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

manajemen Suara Merdeka sebenarnya juga mengikuti pada konsep orientasinya. Semula

mengacu pada konsep product oriented kemudian beralih pada konsep market oriented.

Bagi Suara Merdeka, usaha untuk meningkatkan dan menyempurnakan

kemampuan bekerja segenap karyawannya secara profesional menjadi hal yang sangat

penting. Ini diwujudkan oleh perusahaan misalnya dengan senantiasa memperhatikan dan

memenuhi berbagai kebutuhan penunjang kesejahteraan para karyawan, seperti fasilitas

kesehatan, koperasi simpan pinjam, fasilitas makan di kantin juga fasilitas kendaraan dan

bahan bakarnya.

Awal tahun 1970-an menjadi babak baru dalam penggunaan teknologi percetakan

di Suara Merdeka dengan digunakannya mesin cetak offset. Semua perangkat penyusunan

huruf, lay out dan unsur pra cetak juga mulai disesuaikan. Perangkat teknologi komputer

juga telah digunakan pada waktu itu, disamping mesin ketik manual biasa. Mesin cetak

Duplex yang sebelumnya digunakan diganti dengan mesin cetak offset Pacer 36 buatan

Inggris yang memiliki kapasitas mencetak 16 halaman dengan kecepatan 22.000

eksemplar per jam. Penggantian mesin cetak ini dilakukan karena mesin cetak Duplex

dianggap tidak mampu mengejar kecepatan mencetak sesuai kebutuhan, di samping

kualitasnya kurang baik. Setelah beberapa waktu Suara Merdeka menggunakan mesin

cetak Pacer 38. Kemudian menambah pengadaan mesin cetak di perusahaannya dengan

mesin cetak Offset Goose yang mampu mencetak dengan kecepatan 30.000 eksemplar per

jamnya. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan peningkatan sirkulasi Suara

Merdeka.

Modernisasi teknologi percetakan tidak hanya terjadi pada bagian teknologi mesin

cetaknya saja. Berbagai alat atau perangkat penunjang kelancaran proses produksi juga

diadakan penyesuaian dengan adanya komputerisasi. Misalnya, di bagian redaksi

Page 80: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

peralatan untuk menulis dan mengirim berita semuanya menggunakan komputer.

Demikian halnya dengan alat pengirim foto dan penerima foto, baik dari para

korespondensi atau kantor berita, semuanya mengalami pergantian sesuai kebutuhan. Alat

komunikasi seperti radio, teleks, faksimil dan komputer merupakan alat yang sangat

menunjang kecepatan dan efisiensi pengiriman bahan berita dan foto. Untuk menerima

foto dari luar negeri, Suara Merdeka memiliki telefoto atau radiofoto Unifax 11 yang

dilengkapi dengan alat S-16 sebagai alat kirim foto jarak jauh. Alat ini sudah diubah

sistemnya dengan teknik penggunaan gambar melalui satelit.

Babak baru bagi Suara Merdeka dalam penggunaan teknologi lay out terjadi pada

tahun 1992, yaitu dengan mulai digunakannya teknologi komputer machintos. Dengan

teknologi ini, proses pembuatan berita, pengiriman, editing, penyusunan dan pemilihan

huruf, lay out temple sudah ditinggalkan, sehingga hasil akhir dari rangkaian proses

redaksional adalah film yang sudah menata sendiri-sendiri unsur warna serta tata

wajahnya. Adanya komputerisasi di bagian lay out ini dapat meningkatkan efisiensi

proses produksi pra cetak.

Perubahan dan kemajuan lain Suara Merdeka tidak hanya menyentuh bidang

teknologi percetakannya saja, tetapi juga merambah ke bidang keredaksionalan dan bisnis

pers. Ini nampak dengan adanya usaha dari Suara Merdeka untuk semakin meningkatkan

penampilannya kepada khalayak pembacanya. Usaha tersebut misalnya dengan

menyajikan laporan hasil liputan langsung dari berbagai negara dan penambahan rubrik-

rubrik baru yang menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan pembacanya.

Suara Merdeka juga pernah mengalami perubahan beberapa kali pada jumlah

halamannya. Misalnya pada tahun 1996, Suara Merdeka terbit dengan 20 halaman,

sebelumnya 16 halaman 4 kali dalam seminggu, sisanya 12 halaman. Akhir 1997 Suara

Page 81: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Merdeka terbit dengan 18 halaman, kemudian pada tanggal 1 Januari 1998 berubah

menjadi 16 halaman. Pada tanggal 18 Februari 1998, Suara Merdeka terbit dengan 12

halaman. Kini Suara Merdeka mampu terbit dalam 32 halaman setiap harinya yang

ditampilkan dalam dua sesi, Suara Merdeka dan Solo (untuk sirkulasi wilayah Surakarta

dan sekitarnya).

Perkembangan bisnis pers Suara Merdeka juga dapat dilihat dari diversifikasi

usaha yang dilakukan Kelompok Suara Merdeka. Diversifikasi usaha tersebut meliputi

penerbitan majalah remaja dan pelajar “MOP” yang bekerjasama dengan Departemen

Pendidikan dan Kebudyaan Jawa Tengah. Kemudian majalah “Belia” dan “Hello” yang

merupakan majalah remaja berbahasa Inggris. Selain itu, Kelompok Suara Merdeka juga

menerbitkan harian sore “Wawasan” dan tabloid mingguan “Cempaka”.

Untuk menambah perkembangan berbagai usaha juga dilakukan Kelompok Suara

Merdeka. Pada HUT Suara Merdeka yang ke-32 yaitu tahun 1982, industri pers ini

menempati gedung dan percetakan barunya di Jalan Kaligawe Km. 5 Semarang. Pada

tahun 1984, untuk direksi perusahaan dan bagian Tata Usaha, Sirkulasi dan Iklan serta

Komputer menempati gedung lama Suara Merdeka di Jalan Pandanarang 30 Semarang.

Sementara gedung lama di Jalan Merak digunakan untuk keperluan koperasi dan bengkel

armada “Suara Merdeka Pers”. Saat ini Suara merdeka menempati kantor redaksi pusat di

Jalan Kaligawe KM 5 Semarang, serta memiliki biro di kota-kota besar yakni Biro

Semarang, Biro Jakarta, Biro Surakarta, Biro Banyumas, Biro Pantura, Biro Muria, Biro

Kedu dan Biro Yogyakarta.

B. VISI, MISI, DAN MOTO

1. Visi

Page 82: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Visi Harian Suara Merdeka adalah menjadi pelopor industri informasi yang diakui

masyarakat dan merupakan pilihan pelanggan karena bermutu serta mampu menjadi

perekat komunitas Jawa Tengah (Nur Hidayat, 2007: hal. 83-84).

2. Misi

Misi dari Suara Merdeka adalah (Nur Hidayat, 2007: hal. 84):

a) Mengabdi kepada masyarakat dalam peningkatkan kecerdasan bangsa.

b) Memasarkan informasi yang akurat, terkini dan bertanggungjawab melalui

media cetak dan elektronik dalam memberikan layanan pelanggan yang terbaik.

c) Menghasilkan keuntungan yang optimal agar:

· Perusahaan makin tumbuh dan berkembang.

· Kesejahteraan dan profesionalisme karyawan dapat ditingkatkan.

· Berperan serta secara aktif di dalam arus utama (mainstream) kehidupan sosial

masyarakat.

3. Moto

Moto Suara Merdeka adalah “Perekat Komunitas Jawa Tengah”, karena segmentasi

Suara Merdeka adalah semua kalangan dan semua Komunitas di wilayah Jawa

Tengah

C. SUSUNAN ORGANISASI

Suara Merdeka merupakan organisasi pers, maka bagian penerbitan produk pers

merupakan inti utama dari organisasi tersebut. Namun, bagian penerbitan saja tidaklah

cukup, bagian tersebut juga harus didukung oleh bagian yang lain untuk mengembangkan

organisasi, misal bagian produksi, sirkulasi, pendukung penerbitan, administrasi,

Page 83: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

pengembangan sumber daya manusia, dan lain-lain. Susunan organisasi Suara Merdeka

adalah sebagai berikut (Suara Merdeka, 7 Agustus 2009):

1. Pemimpin Umum / Pemimpin Perusahaan : Ir Budi Santoso

2. Wakil Pemimpin Umum : Kukrit Suryo Wicaksono

3. Pemimpin Redaksi : Sasongko Tedjo

4. Wakil Pemimpin Redaksi : Hendro Basuki

Amir Machmud NS

5. Redaktur Senior : Sudarto

Sri Mulyadi

6. Redaktur Pelaksana : Heryanto Bagas Pratomo

A Zainal Bisri

Gunawan Permadi

7. Koordinator Liputan : Cocong Arief Priyonoi

Sumaryono

8. Sekretaris Redaksi : Eko Hari Mudjiharto

9. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) : Djurianto Prabowo (Kepala)

M Norman Wijaya

10. Pendidikan dan Latihan (Diklat) : Zaenal Abidin

11. Pusat Dokuentasi (Pusdok) : Dadang Ari Wibowo

(Koordinator)

12. Personalia : Sri Mulyadi (Kepala)

Priyonggo

13. Redaktur Artistik : Putut Wahyu Widodo

(Koordinator),

Page 84: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Toto Tri Nugroho,

Joko Sunarto

14. Kepala Reporter Biro Semarang : Hartono

15. Kepala Biro Jakarta : A Adib

16. Kepala Biro Surakarta : Budi Santoso

17. Kepala Biro Banyumas : Sigit Harsanto

18. Kepala Biro Pantura : Trias Purwadi

19. Kepala Biro Muria : Muhammadun Sanomae

20. Kepala Biro Kedu/ DIY : Komper Wardopo

21. Direktur Pengelola : Kukrit Suryo Wicaksono

22. Direktur SDM : Sara Ariana Fiestri

23. Manajer Iklan : Bambang Pulunggono

24. Manajer Pemasaran : Bambang Chadar

25. Manajer Riset dan Pengembangan : Sudadi

26. Manajer TU/Personalia : Amir AR

27. Manajer Keuangan : Eko Widodo

28. Manajer Pembukuan : Kemad Suyadi

29. Manajer Logistik/Umum : Poerwono

D. BIDANG REDAKSIONAL

1. Rincian tugas Departemen Redaksi:

a) Pemimpin Redaksi bertanggungjawab kepada Pemimpin Umum terhadap

keseluruhan tugas dan kewajiban Departemen Redaksi.

Page 85: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

b) Wakil Pemimpin Redaksi I bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi dan

meakili atau menggantikan tugas Pemimpin Redaksi bila diminta atau Pemimpin

Redaksi berhalangan.

c) Wakil Pemimpin Redaksi II bertanggungjawab keada Pemimpin Redaksi dan

Wakil Pemimpin Redaksi I. Ia berhak mewakili dan menggantikan tugas

Pemimpin Redaksi bila Pemimpin Redaksi dan Wakil Pemimpin Redaksi I

berhalangan. Ia juga member masukan dalam strategi pemberitaan dan

redaksional.

d) Dewan Redaksi adalah dewan atau forum yang dipimpin oleh Pemimpin Redaksi

dengan anggota terdiri dari Wakil Pemimpin Redaksi, Redaktur Senior, dan

Redaktur Pelaksana. Dewan Redaksi bertugas member masuikan mengenai

kebijakan redaksional secara hukum.

e) Redaksi Pelaksana bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi atau Wakil

Pemimpin Redaksi dalam mengendalikan seluruh isi beita/ opini Surat kabar.

f) Sekretaris Redaksi bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi dan Wakil

Pemimpin Redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan di

Departemen Redaksi, termasuk surat menyurat internal redaksi, serta melakukan

tugas-tugas kompilasi beriota yang dibantu pula oleh staf di bagian modum dan

internet.

g) Kepala Desk bertanggungjawab kepada Redaktur Pelaksana dalam merencanakan

program untuk desknya masing-masing secara harian maupun mingguan

(berkala), menugaskan, mengorganisasikan, dan mengendalikan wartawan untuk

penyelesaian atas program-program liputan.

Page 86: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

h) Redaktur Malam bertanggungjawab kepada Redaktur Pelaksana dalam memantau

perkembangan berita dengan memperhatikan semua fasilitas informasi (TV,

internet, Reuters, dan Antara) mulai pukul 22.00-02.00 WIB.

i) Kepala Biro bertanggungjawab kepada Redaktur Pelaksana. Ia bertugas untuk

melakukan koordinasi secara intensif dengan kepala desk dan mengendalikan

seluruh wartawan dan liputan yang menjadi tugasnya.

j) Reporter bertanggungjawab kepada Kepala Desk dan Kepala Biro. Ia bertugas

melakukan tugas-tugas liputan sesuai tugas-tugas yang dibebankan oleh Kepala

Desk dan Kepala Biro kepadanya.

k) Kepala Pracetak bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi/ Wakil Pemimpin

Redaksi. Bersama staf berutas melakukan perencanaan, pengorganisasian,

penerapan, dan pengendalian seluruh tugas pracetak, jaringan, dan pemeliharaan.

l) Kepala Litbang bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi/ Wakil Pemimpin

Redaksi. Bersama staf melakukan tugas-tugas penelitian dan pengembangan

berdasarkan kreativitas sendiri maupun order ari Pemimpin Redaksi/ Wakil

Pemimpin Redaksi.

m) Kepala Pusat Dokumentasi bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi/ Wakil

Pemimpin Redaksi. Bersama staf mempersiapkan pengadaan buku, kliping, foto,

dan bahan dokumentasi lainnya yang dibutuhkan redaksi untuk melengkapi berita

atau tulisan yang akan dimuat.

n) Kepala Tata Wajah bertanggungjawab kepada Redaktur Pelaksana. Ia bertugas

merencanakan pola tata muka untuk seluruh halaman.

o) Kepala Personalia/ Diklat bertanggungjawab kepada Pemimpin Redaksi/ Wakil

Pemimpin Redaksi dalam menyusun program peningkatan kualitas SDM

Page 87: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

wartawan melalui program pendidikan intern ataupun ekstern di lembaga-lembaga

resmi.

p) Kepala Tata Usaha/ Administrasi Redaksi bertanggungjawab kepada Pemimpin

Redaksi/ Wakil Pemimpin Redaksi untuk melakukan tugas-tugas administrasi dan

keuangan untuk operasional redaksi, honor wartawan dan tambahan operasional

bulanan.

q) Editor Bahasa bertanggungjawab kepada Redaktur Pelaksana. Ia bertugas untuk

mengoreksi dan membetulkan naskah dari sisi tata tulis maupun penggunaan

bahasa resmi dengan ejaan yang disempurnakan.

r) Karikaturis/ Ilustrator bertugas melakukan tugas-tugas visualisasi isu ke dalam

bentuk karikatur berdasarkan kreativitas sendiri maupun pesanan dari Pemimpin

Redaksi/ Wakil Pemimpin Redaksi/ Redaktur Pelaksana.

2. Kebijakan-Kebijakan Redaksional

a) Dasar Kebijakan

1) Harian Suara Merdeka merupakan salah satu surat kabar yang menjadi

pelopor persuratkabaran di Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan. Ketika

pertama dirintis surat kabar ini dijiwai oleh semangat untuk memberi

penerangan dan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat agar meningkat

pengetahuan dan kecerdasannya. Karena hanya bangsa yang well informed

saja yang mudah diajak maju dan membangun. Oleh karena itu lambang yang

dipakai adalah gambar mercusuar. Meskipun kemudian lambang itu dipakai

karena timbulnya konotasi negatif terhadap mencusuar. Namun semangat

untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa dalam arti memberi informasi dan

Page 88: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

penerangan yang seluas-luasnya tetap menjadi landasan utama dalam

penerbitan surat kabar.

2) Slogan yang selalu diemban oleh Suara Merdeka adalah “Independen -

Objektif - Tanpa prasangka”. Independen berarti tidak memihak kepada

kepentingan siapa pun kecuali kepentingan seluruh bangsa dan negara. Juga

harus bersikap netral dalam suatu peristiwa, dalam arti liputan bertimbang (to

cover multi sides). Setiap wartawan bebas memiliki aspirasi politik tetapi tidak

boleh mewarnai dan mempengaruhi kebijakan redaksional. Objektif berarti

dalam menyajikan berita, laporan maupun opininya, Suara Merdeka harus

selalu bersikap faktual dan tidak memanipulasi semua pemberitaan serta tidak

melandasinya dengan prasangka buruk. Suara Merdeka harus fair dan gentle.

3) Visi pemberitaan Suara Merdeka mengedepankan tanggung jawab

pemberitaan, artinya pemberitaan akan berpegang pada dua hal, yakni :

ü Check and Recheck, yang berkaitan dengan kebenaran atau fakta dari

berita yang diliput, tingkat kepercayaan sumber berita, lokasi, dan lain

sebagainya.

ü Cover both side, visi ini mengutamakan pada masalah pemberitaan yang

diangkat, meliputi keseimbangan antara berbagai masalah berita yang

ditinjau, seimbang antara fakta yang terjadi dengan interpretasi dan

eliminasi pemberitaannya.

4) Sebagai suratkabar yang telah menjadi besar dan oleh karenanya tak bisa

dilepaskan dari kepentingan bisnis, maka sudah sewajarnya jika segala

kebijakan redaksional juga mempertimbangkan aspek bisnis, tidak sekadar

Page 89: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

aspek ideal. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan khusus dan

fleksibilitas berbagai kebijakan harus tetap dijaga, yang pada dasarnya

merupakan kompromi antara aspek ideal dan material tanpa merugikan

kepentingan salah satu kepentingan tersebut. Dalam hal ini harus ada

keserasian hubungan kebijakan redaksional dengan stakehholder perusahaan,

misalnya dengan pemerintah, aparat keamanan, pelanggan, pemasang iklan,

pemilik, bank, dan sebagainya.

5) Menyadari perjalanan sejarahnya sejak lahir hingga sekarang, Suara Merdeka

telah memposisikan diri sebagai surat kabarnya orang Jawa Tengah. Artinya

Suara Merdeka hidup dan besar bersama gerak dan dinamika orang Jawa

Tengah. Suara Merdeka hidup di tengah napas budaya Jawa Tengah. Suara

Merdeka hidup dengan basis pemasaran di Jawa Tengah. Oleh karena itu

strong point dari setiap pemberitaan dan kebijakan redaksional harus tetap

mengutamakan segala masalah dan kepentingan Jawa Tengah. Tanpa

mengurangi kenyataan bahwa pembaca surat kabar di Jawa Tengah

mempunyai tuntutan informasi seperti pembaca lain di manapun. Untuk berita

yang terjadi di Jawa Tengah, Suara Merdeka harus tetap nomor satu, baik

dalam aktualitas maupun kelengkapannya. Baru kemudian Suara Merdeka

memberikan informasi lain bagi pembaca. Dalam hal inipun Suara Merdeka

harus mampu bersaing dengan surat kabar lain. Karena itu kebijakan

redaksional harus dapat menjamin pembaca sudah tercukupi kebutuhannya

dengan berlangganan satu suratkabar Suara Merdeka.

Page 90: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

6) Aspek ideal lain yang perlu diemban adalah bagaimana kebijakan redaksional

mampu mengangkat harkat kemanusiaan, khususnya golongan-golongan

lemah yang masih tertinggal sebagai bagian mayoritas dari masyarakat kita

sekarang, baik dalam konteks politik, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Oleh

karena itu segala ikhwal yang menyangkut hak asasi, penegak demokrasi

politik dan demokrasi ekonomi harus menjadi titik perhatian penting.

Khususnya yang menyangkut kepentingan masyarakat Jawa Tengah.

7) Segmen pasar yang ditinjau sudah jelas, yaitu masyarakat geografis Jawa

Tengah dan masyarakat lain yang mempunyai kaitan primodial dengan Jawa

Tengah meskipun tinggal di luar daerah ini. Berdasarkan survei sosiografis,

ada kecenderungan pembaca Suara Merdeka adalah masyarakat menengah

keatas, baik dalam tingkat pendidikan maupun penghasilan. Oleh karena itu

selain segmen geografis, kebijakan redaksional juga harus terus mengarah

kepada kebutuhan segmen sosiografis masyarakat pembacanya. Meskipun

berita memiliki nilai-nilai universal, namun tetap harus bisa lebih diarahkan

kepada kepentingan dan kebutuhan khusus pembacanya, misalnya dengan

memperhatikan aspek pemerataan pemberitaanya. Selain itu juga

memperhatikan tren berita yang lebih disukai pembaca yang dapat diketahui

dari angket masukan lainnya.

b) Porsi Pemberitaan

Porsi pemberitaan, gambaran, ulasan, laporan Suara Merdeka secara umum,

melalui kebijakan rubrikasi dan pengaturan halaman, berkisar sebagai berikut:

Page 91: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

1) Berita Regional (Jawa Tengah/ DIY termasuk Semarang) = 50%

2) Berita Nasional (termasuk daerah perbatasan) = 30%

3) Berita Internasional = 20% (Widiastuti, 2008: 15)

Ditinjau dari jenisnya, maka isi Suara Merdeka meliputi berbagai bidang:

politik, ekonomi, hukum, kriminalitas, olahraga, kebudayaan, pendidikan, teknologi,

hiburan, lingkungan hidup, kemanusiaan, dan sebagainya. Titik sentuh bidang-bidang

itu tetap harus mengacu pada segmen geografis, yakni porsi kebutuhan dan kedekatan

Jawa Tengah.

Jika ditinjau dari jenis tulisan yang ada di dalamnya juga bervariasi, yakni

terdiri dari straight news, soft news, feature news, indeph news, artikel, opini, dan

hiburan lainnya. Di setiap pemberitaan yang komersial tentu tak bisa dilepaskan dari

keberadaan iklan. Perbandingan antara pemberitaan dan iklan adalah 75 % untuk

pemberitaan dan 25 % untuk iklan.

c) Rubrikasi

Mulai Jumat, 7 Agustus 2009, Suara Merdeka terbit dalam tiga sesi, yakni

Nasional, Spirit, dan Lokal.

· Sesi Nasional terdiri dari halaman-halaman Nasional dan Hukum, Ekonomi-

Bisnis, Wacana, Wacana Lokal, Internasional, dan Regional.

· Sesi Spirit terdiri dari halaman-halaman Olahraga, Edukasia, Ragam, dan

Selebrita.

· Sesi Lokal merupakan edisi Semarang Metro, Solo Metro, Suara Pantura, Suara

Muria, Suara Banyumas, dan Suara Kedu dengan penambahan halaman untuk

memperbanyak berita local.

Page 92: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Sedangkan Edisi Minggu hadir dalam format tiga sesi: Nasional, Selasar, dan

SwaraMuda (Suara Merdeka, 7 Agustus 2009).

Rubrikasi Suara Merdeka edisi harian adalah sebagai berikut :

v Halaman 1 berisi berita yang menjadi headline juga berita lain sebagai

pendukung.

v Halaman 2, 10, 12 berisi rubrik Nasional

v Halaman 3 berisi rubrik Hukum

v Halaman 4-5 berisi rubrik Ekonomi & Bisnis

v Halaman 6 berisi rubrik Wacana

v Halaman 7 berisi rubrik Wacana Lokal

v Halaman 8-9 berisi rubrik Iklan Kecik

v Halaman 11 berisi lanjutan-lanjutan berita yang terpotong

v Halaman 13-16 berisi Rubrik Olahraga

v Halaman 17 berisi Rubrik Internasional

v Halaman 18 berisi Rubrik Edukasia

v Halaman 19 berisi Rubrik Gerbang

v Halaman 20 berisi Rubrik Selebrita

Sedangkan Rubrikasi Suara Merdeka sesi local, khususnya “Solo Metro”

adalah sebagai berikut :

v Halaman A berisi berita yang menjadi headline juga berita lain sebagai

pendukung.

v Halaman B berisi rubrik Solo

v Halaman C berisi rubrik Betengan

v Halaman D berisi rubrik Solo

Page 93: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

v Halaman E berisi rubrik Solo

v Halaman F berisi rubrik Sukoharjo-Wonogiri

v Halaman G berisi rubrik Boyolali dan Klaten.

v Halaman H berisi rubrik Karanganyar dan Sragen

v Halaman I berisi rubrik Lintas Semarang

v Halaman J berisi rubrik Lintas Pantura-Muria.-Banyumas

v Halaman K berisi rubrik Lintas Kedu-Yogyakarta.

v Halaman L berisi rubrik Manahan

Dan Rubrikasi Suara Merdeka untuk edisi Minggu adalah sebagai berikut:

v Halaman 1 berisi berita yang menjadi headline juga berita lain sebagai

pendukung.

v Halaman 2 berisi rubrik Nasional

v Halaman 3 berisi rubrik Internasional

v Halaman 4 berisi rubrik Semarang & Kedungsapur

v Halaman 5&6 berisi rubrik Lintas jateng

v Halaman 7 berisi rubrik Surat Pembaca

v Halaman 8-9 berisi rubrik Iklan Kecik

v Halaman 9 juga berisi lanjutan-lanjutan berita yang terpotong

v Halaman 10-11 berisi Rubrik Olahraga

v Halaman 12 berisi Rubrik Frame

v Halaman 13 berisi Rubrik Ekspose

v Halaman 14 berisi Rubrik Serat

v Halaman 15 berisi Rubrik Bianglala

v Halaman 16 berisi Rubrik Sang Pamomong

Page 94: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

v Halaman 17 berisi Rubrik Bincang-Bincang

v Halaman 18 berisi Rubrik Elektronik

v Halaman 19 berisi Rubrik Humor

v Halaman 20 berisi Rubrik Komunitas

v Halaman 21 berisi Rubrik Sehat

v Halaman 22 berisi Rubrik Bebrayan

v Halaman 23 berisi Rubrik Harmoni

v Halaman 24 berisi Rubrik Paes

v Halaman 25-27 berisi Rubrik Swara Muda

v Halaman 28 berisi Rubrik Konek

v Halaman 29-30 berisi Rubrik Yunior

v Halaman 31 berisi Rubrik Jalan-Jalan

v Halaman 32 berisi Rubrik Hiburan

Namun untuk hari Minggu dan saat-saat tertentu halaman bisa berubah sesuai

dengan kebijakan redaksi.

E. CIRI KHAS PENULISAN BERITA SUARA MERDEKA

Pembaca surat kabar adalah orang yang selalu ingin menyerap banyak informasi

dalam waktu sesingkat-singkatnya, serta dengan usaha seminimal mungkin. Meskipun

begitu, penulisan berita dalam surat kabar tetap harus memperhatikan aktualitas. Begitu

juga, Suara Merdeka tetap memperhatikan pengelolaan aktualitas seiring dengan

dinamika persaingan kecepatan waktu penyajian media. Oleh karena itu berita Suara

Merdeka ditulis dengan kaidah-kaidah atau ciri khas sebagai berikut (Widyastuti, 2008:

18-20):

Page 95: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

d) Pendek, to the point, dengan mengemukakan lebih dulu esensi berita. Namun, dalam

merespon perkembangan kecepatan penyajian media elektronik dan cyber, yang to the

point itu tetaplah harus mengedepankan prinsip “hal-hal baru” atau “ sisi lain” yang

dalam observasi Suara Merdeka diyakini belum tersentuh oleh sajian media yang

lebih cepat. Misalnya, dibutuhkan kreativitas tertentu untuk menyajikan berita

olahraga dunia yang sudah ditayangkan televisi. Jadi tetap menganut straight news,

tentu media cetak akan selalu tercecer. Karena itu dibutuhkan tampilan referensi yang

kuat, filosofi diballik kejadian yang “kaya”, dan sajian data dengan memperkuat

tampilan grafis.

e) Teras (lead) atau intro berisi kurang dari 50 kata yang menjawab pertanyaan: apa

(what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), mengapa (why) dan bagaimana

(how). Merespon perkembangan persaingan yang makin ketat, maka Suara Merdeka

harus dapar lebih lengkap menyajikan jawaban dari pertanyaan mengapa (why) dan

bagaimana (how). Jawaban tersebut dapat diperoleh hanya melalui investigasi

terhadap peristiwa. Pertanyaan apa (what), siapa (who), dan di mana (where) sudah

lebih banyak dijawab oleh media lain yang lebih memiliki dimensi waktu.

f) Teras disusul dengan tubuh berita, yang berisi penjabaran lebih lanjut, lebih lengkap.

Penjabaran itu tergantung dari ruang yang tersedia, karena dapat merupakan hasil

penggalian yang panjang dan lebar. Dalam konteks penyajian yang sudah

“menyesuaikan diri” dengan tayangan media lain. Maka tubuh berita bisa diperkuat

dengan anak-anak kalimat yang mampu memberi kekayaan referensi dan filosofi.

g) Tergantung dari hasil penggalian (investigasi), suatu berita dapat menjadi lengkap dan

mendalam. Dinamika jurnalistik harian sekarang memang menghendaki dilakukannya

penggalian-penggalian terhadap fakta yang ada dalam tiap peristiwa. Fakta ini

Page 96: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

kemudian diperkuat oleh tuntutan reposisi agar menemukan “sisi lain” dibanding

dengan yang sudah secara lebihn cepat “dihabiskan” oleh media elektronik.

h) Mengembangkan berita dengan cara demikian memang tidak mungkin melepaskan

sama sekali subjektivitas demikian sepanjang tetap didasari oleh semangat

pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mengurangi unsur

subjektivitas, dapat ditempuh dengan cara menuliskan keterangan sumber berita

secara verbal, namun dengan pemilihan sumber berita yang dilakukan seobjektif

mungkin. Tentu saja teori mengurangi subjektivitas denagn cara talking news ini tetap

tidak boleh mengurangi semangat untuk bertutur atau telling story, sesuai dengan

temuan fakta-fakta yang bukan sekadar atas tuntutan pejabat atau institusi resmi.

F. POLA LIPUTAN SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA

Harian Suara Merdeka memiliki pola liputan yang terbagi dalam dua kategori,

yaitu edisi harian dan Minggu. Edisi harian menyajikan berita-berita yang sifatnya aktual.

Sedangkan edisi Minggu menyajikan informasi ringan dan menghibur, khususnya pada

masalah-masalah berita hiburan.

G. PROFIL PEMBACA

Suara Merdeka dikenal sebagai surat kabarnya orang Jawa Tengah. Oleh karena

itulah Suara Merdeka berusaha memahami dan menyesuaikan dirinya dengan khalayak

Jawa Tengah. Dengan melihat letak geografis dan kebudayaan Jawa Tengah, Suara

Merdeka setidaknya telah memahami karakteristik pembacanya. Dengan demikian, berita

yang dihasilkan diharapkan selalu sesuai dengan selera pembaca dan tidak menyeleweng

Page 97: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

dari kebudayaan Jawa. Tabel-tabel berikut menyajikan profil pembaca Suara Merdeka

berdasarkan kategori tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan profesi.

Tabel II.1. Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Persentase

Tidak tamat SD 18%

SD 9%

SLTP 18%

SLTA 41%

Akademisi/ PT 14%

Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)

Table II.2. Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Usia

Usia Persentase

Usia di bawah 25 tahun 30%

Usia di atas 25 tahun 70%

Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)

Table II.3. Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Persentase

Pria 70%

Wanita 30%

Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)

Table II.4. Profil Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Pekerjaan

Page 98: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Usia Persentase

Kantor 30%

Wiraswasta 40%

Mahasiswa 20%

Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)

H. SIRKULASI DAN DISTRIBUSI

Daerah pemasaran utama Suara Merdeka adalah Jawa Tengah dan DIY. Di samping

kedua daerah tersebut, Suara Merdeka juga menjangkau wilayah Jawa Barat dan Jawa

Timur. Secara keseluruhan tirasnya mencapai 356.000 eksemplar. Berikut adalah

rincian peredaran per karesidenan (Heny Kuniasari, 2007: 81):

Table II.5. Rincian Peredaran Surat Kabar Suara Merdeka

per Karesidenan

No Karesidenan Jumlah

(Eksemplar) Keterangan

1. Semarang 106.000

Salatiga, Demak, Grobogan,

Kendal

2. Pati 61.000 Kudus, Pati, Jepara, Blora

3. Surakarta 27.000

Sragen, Wonogiri, Boyolali,

Klaten

Page 99: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

4. Banyumas 47.000

Purwokerto, Cilacap,

Banyumas, Purbalingga

5. Kedu 41.500

Purworejo, Kebumen,

Magelang, Wonosobo

6. Pekalongan 52.700 Tegal, Pekalongan, Batang

7. Yogyakarta 13.500 DIY

8. Jawa Barat 3.300 Cirebon, Ciamis, dst

9. Jawa Timur 4.000

Ngawi, Madiun, Pacitan,

Ponorogo

Jumlah 356.000

Page 100: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

BAB III

ANALISIS DATA

Dalam Bab I telah dijelaskan bahwa data penelitian ini berupa berupa teks berita

headline Suara Merdeka pada rentang waktu 18 Juli 2009-16 Agustus 2009 berjumlah

sebanyak 12 buah. Data-data yang telah peneliti kumpulkan tersebut kemudian mengalami

reduksi untuk memisahkan data yang sesuai fokus penelitian ini dengan data-data lain yang

tumpang tindih. Data yang berupa masing-masing teks berita headline tersebut diberi

identitas Berita 1 hingga Berita 12. Berikut berita-berita yang menjadi subjek penelitian ini:

Tabel III.1. Berita/ Subjek Penelitian

No. Edisi/ tanggal Judul berita Keterangan

1. Suara Merdeka, 18 Juli 2009 Intel Rapuh, Jakarta Guncang

Berita 1

2. Suara Merdeka, 19 Juli 2009 Noordin M Top Terlibat Berita 2

3. Suara Merdeka, 21 Juli 2009 Nur Sahid Pernah di Semarang

Berita 3

4. Suara Merdeka, 22 Juli 2009 Fokus Nur Sahid dan Ibrohim

Berita 4

5. Suara Merdeka, 23 Juli 2009 Tes DNA Tak Identik Berita 5

6. Suara Merdeka, 24 Juli 2009 Achmady Siap Jadi Pengebom

Berita 6

7. Suara Merdeka, 25 Juli 2009 Achmady Tangan Kanan Noordin

Berita 7

8. Suara Merdeka, 26 Juli 2009 Lagi, Rumah Bahridin Digeledah

Berita 8

9. Suara Merdeka, 8 Agustus 2009 Densus Gerebek Noordin Berita 9 10. Suara Merdeka, 9 Agustus 2009 BELUM BERAKHIR! Berita 10

11. Suara Merdeka, 10 Agustus 2009

MAKIN MERAGUKAN Berita 11

12. Suara Merdeka, 13 Agustus 2009

Ternyata Ibrohim Berita 12

Sumber: Olahan peneliti

Page 101: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Berita-berita tersebut peneliti identifikasi, analisis dan interpretasi setiap bagiannya

dengan menggunakan elemen-elemen wacana Teun van Dijk pada level tekstual. Dari proses

tersebut ditemukan makna-makna dan maksud-maksud yang tersembunyi di balik teks.

Makna-makna ini mempunyai kecenderungan tertentu dan membentuk wacana tertentu pula.

Wacana-wacana yang terbentuk tersebut kemudian dikelompokkan beserta bukti-bukti yang

mendukungnya.

Berikut pembahasan wacana-wacana yang muncul dalam pemberitaan Suara

Merdeka mengenai pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton selama periode

18 Juli 2009-16 Agustus 2009:

A. Wacana Pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton merupakan Aksi

Teroris

Sejak awal memberitakan perstiwa pengeboman ini, Suara Merdeka

mengarahkan pembaca untuk memandangnya sebagai aksi teroris, bukan tindak kriminal

biasa. Suara Merdeka menggunakan fakta-fakta di lapangan, pernyataan kepolisian, dan

pernyataan Badan Intelijen Negara dalam mengkonstruksikan peristiwa pengeboman JW

Marriot dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009 sebagai aksi teroris.

Bukti-bukti lain yang mendukung bahwa pengeboman tersebut merupakan aksi

terorisme terlihat pada sasaran yang dijadikan target pengeboman, yaitu masyarakat sipil

dan sarana umum. Masyarakat sipil kembali menjadi korban, serta penggunaan teknik

destruktif, yakni bom bunuh diri. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik terorisme yang

dikatakan oleh Pippa Noris, Montague Kern, dan Marion Just seperti yang dikutip oleh

Triyono Lukmantoro (Suara Merdeka, 9 Desember 2008: 6), terorisme memiliki tiga

karakteristik:

Page 102: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

d. Teknik-teknik yang digunakan, yaitu penggunaan intimidasi koersif (bersifat

fisik), berupa ancaman atau pengerahan kekerasan untuk menghancurkan properti,

atau mengancam penduduk sebagai sarana untuk melakukan kontrol.

e. Sasaran yang menjadi korban aksi terorisme adalah penduduk sipil. Hal ini

berbeda dengan perang konvensional yang menjadikan kekuatan militer sebagai

target.

f. Tujuan terorisme adalah publikasi melalui media tentang isu-isu politik, tuntutan

untuk berkomunikasi, dan pernyataan kekecewaan untuk menekan otoritas yang

berkuasa.

Tujuan ketiga dari terorisme, yaitu memperoleh publikasi oleh media pun

telah terlaksana. Suara Merdeka secara eksplisit dan detil menggambarkan akibat-

akibat pengeboman dengan kata-kata yang mengerikan dan menakutkan pula.

Publikasi tersebut menunjukkan ada kaitan antara media dengan terorisme. Seperti

yang telah dijelaskan di BAB I, terdapat relasi simbiosis mutualisme antara peristiwa

kriminal atau kekerasan (termasuk terorisme) dengan media.

Konstruksi ini didukung penggunaan elemen wacana seperti tematik,

skematik, maksud, detil, leksikon, dan metafora. Wacana ini muncul pada beberapa

berita. Pembahasan lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

1. Berita 1

Tema yang ingin diangkat oleh Suara Merdeka adalah akibat pengeboman

JW Marriot dan Ritz Carlton, yakni adanya kekacauan akibat pengeboman Hotel

JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Tema ini didukung cara penceritaan atau

skematik tertentu. Judul dan lead sebagai elemen paling penting dalam berita

menjadi pendukung gagasan atau tema utama. Judul dan lead menceritakan

Page 103: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

mengenai peristiwa dan kronologinya. Jika dilihat dari unsur skripnya, maka unsur

what-lah yang ingin ditunjukkan dalam lead. Ini mengindikasikan adanya upaya

untuk menarik perhatian pembaca agar memperhatikan pemberitaan mengenai

peristiwa ini.

Paragraf-paragraf selanjutnya (1-16) menggambarkan peristiwa

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton mulai dari lokasi

pengeboman dan waktu bom meledak, koban luka dan tewas, kerusakan bangunan

hotel, kepanikan warga, hingga batalnya kunjungan MU ke Indonesia dan hasil

penyelidikan polisi menjadi latar dahsyatnya akibat pengeboman hingga

mengguncangkan kota Jakarta. Selanjutnya penutup mengutip pernyataan retoris

Kepala BIN yang mengindikasikan bahwa pengeboman tersebut merupakan aksi

teroris lama. Pendapat Kepala BIN ini dibenarkan pernyataan Kapolri Bambang

Hendarso Danuri yang secara tegas menyatakan bahwa peristiwa tersebut

merupakan ulah teroris. Pernyataan dua pejabat tinggi lembaga pemerintahan

tersebut digunakan sebagai kesimpulan dan untuk meyakinkan pembaca bahwa

peristiwa pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton merupakan aksi teroris.

Selain skematik, Suara Merdeka juga menggunakan elemen detil, maksud,

dan leksikon untuk menuliskan akibat pengeboman sebagai latar untuk

menyampaikan bahwa aksi tersebut berhasil mengacaukan Jakarta. Elemen detil

digunakan untuk menguraikan jumlah korban luka dan tewas (paragraf 2-3);

identitas korban yang tewas (paragraf 6); kerusakan bangunan hotel; kepanikan

warga, batalnya kunjungan MU ke Jakarta (paragraf 7):

“…Delapan orang tewas dan lima puluh lebih mengalami luka-luka…” (Berita 1: Paragraf 2, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Page 104: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

“Lima mayat ditemukan di JW Marriott, dua di The Ritz Carlton…satu lagi meninggal di rumah sakit…”

(Berita 1: Paragraf 3, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

“…Salah satu korban tewas adalah Presiden Direktur PT Holcim Timothy Mackay…”

(Berita 1: Paragraf 6, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

“…meluluhlantakkan beberapa ruangan…Pecahan kaca berhamburan ke jalan hingga jarak ratusan meter. Warga sekitar panik…di Hotel The Ritz Carlton direncanakan rombongan Manchester United menginap…rencana itu dibatalkan…”

(Berita 1: Paragraf 7, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Selanjutnya, detil kerusakan tubuh korban yang juga diduga pelaku

pengeboman juga secara eksplisit dan detil dituliskan pada paragraf 11:

Tubuh…hancur. Kepala…terlepas…Kepala…rusak, batok kepalanya terkelupas…sulit diidentifikasi.

(Berita 1: Paragraf 11, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Di paragraf 11 secara detil digambarkan betapa dahsyatnya daya ledak

bom sehingga tubuh korban yang juga diduga pelaku pun hancur, bahkan sulit

diidentifikasi.

Sedangkan elemen leksikon yang menonjol terlihat pada penggunaan kata

“Jakarta” dan “guncang” pada judul “Intel Rapuh, Jakarta Guncang”. Kata-kata

tersebut juga muncul kembali pada lead. Kata “guncang” berubah bentuk menjadi

kata kerja “mengguncang”. Suara Merdeka memilih leksikon “guncang”

dibanding sinonimnya: goyah, goyang, bergerak-gerak (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1997: 328) karena kata “guncang” mengambarkan sesuatu yang

kuat atau serius. Hal ini digunakan Suara Merdeka untuk menyatakan betapa

seriusnya peristiwa pengeboman ini sehingga menyebabkan timbulnya kekacauan

di Jakarta. Dengan memilih kata-kata yang mengandung nuansa kengerian

Page 105: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

tersebut, Suara Merdeka secara tidak langsung mempublikasikan tujuan teroris

menakut-nakuti pembaca/ masyarakat.

Pada lead, Suara Merdeka menggunakan strategi wacana leksikon untuk

mendukung tema kekacauan akibat pengeboman ini.

…Bom dahsyat kembali mengguncang Jakarta… (Berita 1: paragraf 1, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Leksikon “dahsyat” bersinonim dengan “mengerikan, menakutkan,hebat,

amat sangat” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 204). Dan

leksikon “mengguncang” berarti “menggoyang dengan kuat-kuat, menggerak-

gerakkan hingga berguncang, menyebabkan tidak tetap” (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1997: 329). Kedua kata tersebut memiliki kesan yang lebih

hebat, kuat, atau serius dibanding sinonimnya. Suara Merdeka menggunakan

kedua kata di atas untuk menyatakan betapa mengerikan, serius, dan hebatnya

peristiwa pengeboman ini sampai-sampai menyebabkan timbulnya kekacauan di

Jakarta

Penggunaan leksikon “dahsyat”, “mengguncang”, dan “Jakarta”

menguatkan wacana bahwa Jakarta terguncang akibat dahsyatnya bom yang

menghancurkan Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Pemilihan kata

“Jakarta” yang terguncang bukan penyebutan tepatnya lokasi pengeboman di

kedua hotel menimbulkan kesan yang lebih besar, bahwa pengeboman tidak hanya

mengguncang Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, tetapi juga kota Jakarta.

Strategi wacana menggunakan elemen leksikon juga muncul di paragraf 7,

yaitu:

Page 106: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

“…meluluhlantakkan beberapa ruangan… Pecahan kaca berhamburan …Warga sekitar panic…direncanakan rombongan Manchester United menginap…rencana itu dibatalkan.”

(Berita 1: Paragraf 7, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Kata-kata yang dicetak tebal tersebut, yaitu kata “meluluhlantakkan”,

“berhamburan”, “panik”, “dibatalkan” menunjukkan hebatnya efek yang

diakibatkan oleh ledakan bom. Leksikon “meluluhlantakkan” mempunyai kata

dasar “luluhlantak” yang berarti “hancur sama sekali” (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1997: 605). Suara Merdeka menggunakan kata ini untuk

menyampaikan betapa dahsyatnya pengeboman sehingga dapat menghancurkan

sama sekali lokasi pengeboman. Hal ini menguatkan wacana terjadi kekacauan

akibat pengeboman. Kata “berhamburan” mempunyai arti “bertaburan kesana-

sini, berserak-serak di sana-sini”. Suara Merdeka menggunakan kata tersebut

untuk menimbulkan kesan betapa dahsyatnya akibat pengeboman. Ini dapat

memperkuat efek dramatis dan dahsyatnya bom serta menguatkan konstruksi

wacana kekacauan akibat pengeboman.

Elemen leksikon juga muncul pada paragraf 11 dan paragraf 12.

“Tubuh … hancur. Kepala …terlepas dari tubuhnya. Kepala pelaku di Hotel Ritz Carlton rusak, batok kepalanya terkelupas, sehingga sulit diidentifikasi.

(Berita 1: Paragraf 11, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Penggunaan leksikon “hancur”, “rusak”, “terkelupas”, “sulit diidentifikasi”

menimbulkan kesan kengerian dan menggiring pembaca pada pemahaman bahwa

bom menimbulkan akibat yang sangat dahsyat pada korban.

Page 107: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Hebatnya efek ledakan bom juga dikuatkan dengan penggunaan elemen

grafis, yaitu adanya foto mengenai salah satu ruangan Hotel Ritz Carlton yang

hancur berantakan akibat ledakan bom.

Strategi wacana lainnya yang digunakan wartawan untuk menggambarkan

terguncangnya Jakarta adalah elemen metafora, yang terwujud dalam penggunaan

gaya bahasa. Pada kalimat judul “…Jakarta Guncang” digunakan gaya bahasa

sinekdoke totum pro parte. Menurut Gorys Keraf (2008: 142), sinekdoke totum

proparte berarti “… mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.”

Penggunaan gaya bahasa tersebut untuk menguatkan gagasan yang dikemukakan

wartawan, bahwa tidak hanya Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton saja yang

terguncang akibat pengeboman pada 17 Juli 2009 itu, tetapi Jakarta pun ikut

terguncang. Gaya bahasa ini juga muncul pada lead:

“…Bom dahsyat kembali mengguncang Jakarta…” (Berita 1: Paragraf 1, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Pada kalimat tersebut, terkandung gaya bahasa sinekdoke totum pro parte. Seperti

pada judul, penggunaan gaya bahasa di kalimat pertama lead ini semakin

menguatkan wacana bahwa Jakarta terguncang akibat pengeboman Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Dari data-data tersebut, berita yang ditulis Suara Merdeka menggunakan

kata-kata yang menimbulkan kengerian dan ketakutan, terutama ketika menulis

tentang akibat pengeboman. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung,

Suara Merdeka mempublikasikan tujuan pelaku pengeboman (teroris) yang ingin

menyebarkan ketakutan. Pelaku (teroris) mempunyai tujuan untuk menyebarkan

ketakutan. Dan Suara Merdeka pun mendukung tujuan itu dengan memberitakan

Page 108: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

secara heboh akibat-akibat pengeboman. Seperti dijelaskan sebelumnya,

penciptaan ketakutan sebesar mungkin di masyarakat merupakan sasaran utama

pelaku teror.

Setelah menyampaikan deskripsi akibat pengeboman, Suara Merdeka

menutup beritanya dengan penyebutan peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton sebagai ulah teroris secara gamblang yang mulai muncul

pada paragraf 21. Wartawan mengutip pernyataan Kepala BIN sebagai berikut:

”…Teroris baru?...” (Berita 1: Paragraf 21, Suara Merdeka, 18 Juli 2009).

Kepala BIN mengemukakan satu pernyataan retoris. Menurut Gorys Keraf

(2008: 134), erotesis atau pernyataan retoris adalah semacam pertanyaan yang

digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya

suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu

jawaban yang mungkin. Dengan mengeluarkan pernyataan retoris di atas, Kepala

BIN ingin menyatakan hanya ada satu jawaban dari pertanyaannya tersebut, yakni

teroris lama lah yang melakukan aksi pengeboman tersebut.

,Pernyataan Kepala BIN tersebut juga didukung adanya paragraf penutup

dari pernyataan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri:

…Yang jelas hari ini (kemarin-Red) seluruh dunia mengetahui ada tindakan teroris…”

(Berita 1, Paragraf 27, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Secara skematik, pernyataan Kapolri tersebut menjadi penutup dan juga

kesimpulan dari Berita 1, bahwa peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot dan

Page 109: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Hotel Ritz Carlton merupakan tindakan teroris. Skematik ini didukung

penggunaan elemen leksikon “jelas” dan leksikon “tindakan teroris”.

Leksikon “jelas” mempunyai arti: terang, nyata, gamblang, tegas, tidak

ragu-ragu atau bimbang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 407)

untuk menegaskan bahwa pengeboman ini merupakan aksi teroris. Hal ini

menguatkan definisi dan konstruksi Suara Merdeka atas peristiwa pengeboman ini

sebagai aksi terorisme. Sedangkan leksikon “tindakan teroris” digunakan untuk

melabeli peristiwa pengeboman tersebut sebagai aksi teroris.

2. Berita 2

Secara tematik, Suara Merdeka mengangkat tema isu pelaku dan otak

pengeboman adalah kelompok Noordin M Top. Secara skematik, dari awal hingga

akhir, diulas mengenai dugaan otak pengeboman dan pelaku bom bunuh diri yang

meledakkan kedua hotel tersebut. Judul dan lead merupakan summary dari

keseluruhan isi berita, yakni otak pengeboman diduga adalah kelompok Noordin

M Top.

Judul “Noordin M Top Terlibat” dan lead menonjolkan unsur skrip who.

Ini digunakan selain untuk menarik minat pembaca juga mengarahkan pembaca

pada pelaku peristiwa, yakni Noordin M Top. Lead yang diturunkan adalah

sebagai berikut:

Pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton diduga kelompok Noordin M Top.

(Berita 2: Paragraf 1, Suara Merdeka, 19 Juli 2009)

Latar yang disampaikan mendukung tema utama, yakni dari jenis bom

yang identik dengan penemuan bom di Malang dan Cilacap, yang diduga milik

Page 110: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

kelompok Noordin M Top, kemudian dugaan inisial N sebagai pelaku bom bunuh

diri, ciri-ciri pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot, dugaan sasaran

pengeboman adalah warga negara asing.

Dari latar yang ditulis, Suara Merdeka mengarahkan pembacanya untuk

mempercayai bahwa kelompok Noordin M Top lah dalang dan otak aksi

pengeboman di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Hal ini didukung oleh

pernyataan Kapolri, Jenderal Bambang Hendarso Danuri yang menyebutkan

bahwa:

“…bom yang meledak, Jumat (17/7), identik dengan jaringan teroris di Malang dan Cilacap…”

(Berita 2: Paragraf 3, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Sedangkan jaringan teroris di Malang dan Cilacap merupakan jaringan

Noordin M Top. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Desk Antiteror

Kementerian Koordinator Polhukam, Irjen Pol Ansyaad Mbai. Ansyaad,

“Sudah jelas itu jaringan Noordin M Top. Seperti komentar Kapolri bom yang digunakan sama dengan yang ditemukan di Cilacap…”

(Berita 2: Paragraf 4, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Dua pernyataan ini menguatkan dugaan keterlibatan Noordin M Top

dalam pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, dilihat dari jenis

bom yang digunakan. Dengan memberikan jawaban tersebut, menandakan

keyakinan Ansyaad mengenai keterlibatan Noordin M Top. Ini tentunya

mendukung asumsi bahwa Noordin M Top terlibat dalam aksi pengeboman dua

hotel internasional tersebut.

Keyakinan Ansyaad ini selanjutnya diikuti kesimpulan wartawan dari

pernyataan Ansyaad:

Page 111: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

“Ansyaad menengarai, saat ini Noordin masih berada di wilayah Indonesia untuk merencanakan serangan-serangan bom…”

(Berita 2: Paragraf 7, Suara Merdeka, 19 Juli 2009)

Uraian ini menggiring pembaca untuk meyakini bahwa kelompok Noordin

M Top masih berada di Indonesia untuk merencanakan serangan-serangan bom,

termasuk pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Pada berita headline ini, Suara Merdeka menurunkan dugaan sasaran

pengeboman dari keterangan sSupervisior Security di Hotel JW Marriot, Didik

Achmad Taufik. Didik dipilih sebagai narasumber karena saat menjelang

terjadinya ledakan, Didik yang memeriksa pelaku ketika melewati pemeriksaan

hotel. Oleh karena itu, pernyataan Didik dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Dari Didik, Suara Merdeka memperoleh keterangan mengenai

cirri-ciri pelaku:

“…Pelaku ditaksir bertinggi badan 172 cm, kulit sawo matang, dan berusia sekitar 25-28 tahun…”

(Berita 2: Paragraf 10, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Selain itu, Didik juga mengungkapkan:

“…Pelakunya orang Indonesia, soalnya logatnya fasih ngomong Bahasa Indonesia…”

(Berita 2: Paragraf 18, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Di antara keterangan Didik mengenai cirri-ciri pelaku, diturunkan paragraf

mengenai dugaan sasaran pengeboman:

“Jumat pagi itu berlangsung rapat sejumlah top eksekutif, termasuk Timothy Mackay (Presdir PT Holcim Indonesia), Natan Verity dari Verity HR dan Garth Mcevoy dari PT Thiess.”

(Berita 2: Paragraf 12, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Page 112: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Paragraf 12 ini kemudian dikuti oleh pernyatan Didik yang menirukan jawaban

pelaku, ”…Ketemu bos saya, ngasih pesanan…”.

Susunan skema seperti ini menggiring pembaca pada pemahaman bahwa

sasaran pengeboman pelaku adalah sejumlah warga negara asing yang

mengingatkan kembali pada kelompok Noordin M Top. Seperti diketahui,

kelompok Noordin M Top menjadikan warga negara asing sebagai sasaran

pengebomannya, seperti pada kasus Bom Bali I, Bom Bali II.

Skema ini kemudian diakhiri pernyataan Ketua Umum Gerakan Umat

Islam Indonesia, Aburrahman Assegaf yang menyatakan bahwa:

“…lelaki yang menginap kamar 1808 di JW Marriott, tempat merakit bom, adalah Nurhasbi. Lelaki itu merupakan anggota JI, anak buah Noordin M Top, dan masuk JW Marriott sejak 15 Juli lalu.”

(Berita 2: Paragraf 20, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Diturunkannya pernyataan ini menguatkan kembali dugaan bahwa Noordin M

Top terlibat dalam aksi pengeboman tersebut karena salah satu pelaku bom bunuh

diri adalah anak buahnya.

Dengan susunan skematik tersebut, pembaca digiring pada wacana bahwa

Noordin M Top lah yang berada di balik serangan bom di Hotel JW Marriot dan

Hotel Ritz Carlton. Dan informasi ini kuat adanya serta tidak perlu lagi diragukan

kebenarannya.

Dilihat dari sumber berita yang dipilih, dari kepolisian dan pemerintah,

menunjukkan sumber berita adalah orang-orang yang berkompeten dan memiliki

wewenang berkaitan dengan kasus pengeboman di Hotel JW Marriot dan Hotel

Ritz Carlton. Sehingga, pendapat atau pernyataan yang disampaikan narasumber-

narasumber yang dipilih Suara Merdeka tersebut tidak diragukan lagi

Page 113: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

kebenarannya. Hal ini berarti, Suara Merdeka menggunakan tandem polisi dalam

mendefinisikan otak atau dalang pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton.

Suara Merdeka juga menggunakan strategi lain untuk mengkonstruksikan

dan menggiring pembacanya bahwa kelompok Noordin M Top yang bertanggung

jawab dibalik aksi pengeboman tersebut. Strategi lainnya adalah penggunaan

elemen detil, maksud, dan leksikon.

Penggunaan elemen detil sebagai strategi wacana terlihat dari judul hingga

paragraf akhir. Dimulai dari judul secara detil dan eksplisit disebutkan nama

Noordin M Top, yakni “Noordin M Top Terlibat”.

Kemudian pada lead atau paragraf 1, detil nama “Noordin M Top” juga

disebut lagi dengan tambahan detil lokasi pengeboman. Detil lokasi yakni: “…di

Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton…” (Berita 2: Paragraf 1, Suara Merdeka, 19

Juli 2009) ini memperjelas peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton didalangi oleh kelompok Noordin M Top.

Pada paragraf selanjutnya elemen detil dan elemen maksud tampak pada

bukti yang mengarah pada keterlibatan Noordin M Top, yaitu secara eksplisit dan

detil disebutkan:

“…bom yang meledak, Jumat (17/7), identik dengan jaringan teroris di Malang dan Cilacap.”

(Berita 2: Paragraf 3, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan teroris di Malang dan Cilacap adalah

jaringan Noordin M Top.

Page 114: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Elemen lain yang mendukung gagasan keterlibatan Noordin M Top adalah

elemen leksikon. Terlihat pada paragraf 3:

“…keterlibatan Noordin itu dikuatkan dengan komentar Kapolri… mengatakan bom yang meledak, Jumat (17/7), identik dengan jaringan teroris di Malang dan Cilacap…”

(Berita 2: Paragraf 3, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Kata “dikuatkan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti

diteguhkan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 534). Suara Merdeka

bermaksud menanamkan dan meneguhkan keterlibatan Noordin M Top dalam

pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton di benak pembaca.Penggunaan leksikon

tersebut mengarahkan pembaca pada pemahaman dugaan keterlibatan Noordin

bukan sembarang isu, karena didukung bukti yang dikuatkan oleh pernyataan

Kapolri.

Pada paragraf 4 terdapat kalimat:

“Sudah jelas itu jaringan Noordin M Top…” (Berita 2: Paragraf 4, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Pada kalimat tersebut digunakan kata “jelas”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 407), kata “jelas”

merupakan kata sifat yang bermakna “terang, nyata, gamblang, tegas, tidak ragu-

ragu atau bimbang”. Oleh karena itu,, pemilihan leksikon “jelas” dalam kalimat

tersebut bermakna menegaskan bahwa Noordin M Top terlibat dalam aksi

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Leksikon lain yang menegaskan keterlibatan Noordin M Top juga tampak

pada paragraf 5, yaitu “…sudah pasti pelakunya adalah jaringan Noordin.”

Penggunaan kata “pasti” bermakna keterlibatan Noordin M Top dalam

Page 115: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton memang sudah pasti. Kata

“pasti” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti “sudah tetap tidak

boleh tidak, tentu, mesti”. Suara Merdeka menggunakan kosakata “pasti” untuk

meyakinkan pembaca mengenai keterlibatan jaringan Noordin dalam pengeboman

JW Marriot dan Ritz Carlton

Sebenarnya dalam berita ini, Suara Merdeka juga menggunakan kata

“diduga” seperti yang terlihat pada lead:

“ Pelaku peledakan bom …diduga kelompok Noordin M Top.” (Berita 2: Paragraf 1, Suara Merdeka, 19 Juli 2009)

serta pada kalimat:

“Dugaan keterlibatan Noordin itu…” (Berita 2: Paragraf 3, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Akan tetapi, penggunaan kata “diduga” dan “dugaan” ini selalu diikuti

komentar narasumber atau penjelasan lain yang menguatkan, seperti pada:

“Dugaan keterlibatan Noordin itu dikuatkan dengan komentar Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD)…”

(Berita 2: Paragraf 3, Suara Merdeka, 19 Juli 2009).

Selain diikuti oleh penjelasan dari narasumber yang kompeten, kata

“dugaan” juga diikuti leksikon “dikuatkan” yang mengandung makna, keteribatan

Noordin M Top bukan lagi dugaan yang belum pasti, tetapi mengarah ke suatu

kepastian.

Jadi, pada Berita 2 Suara Merdeka hendak meyakinkan pembaca bahwa

peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton merupakan aksi

terorisme dengan bukti adanya dugaan yang mengarah pada jaringan Noordin M

Page 116: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Top sebagai otak pengeboman. Ini digunakan untuk mengingatkan kembali

pembaca bahwa jaringan Noordin M Top telah mempunyai sejarah “hitam”

sebagai otak berbagai aksi teror bom di Indonesia sebelumnya.

3. Berita 4

Pada berita 4, terdapat penggunaan strategi wacana leksikon untuk

menunjukkan bahwa peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton telah menimbulkan kekacauan di beberapa aspek kehidupan masyarakat

Indonesia, seperti aspek keamanan dan ekonomi. Tema kekacauan tersebut di

dukung pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai berikut:

…mengguncang serta merobek keamanan di negara kita,” kata Yudhoyono…

(Berita 1: Paragraf 15, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Presiden mengatakan aksi itu mengguncang perekonomian dan kehidupan seluruh rakyat Indonesia…

(Berita 1: Paragraf 16, Suara Merdeka, 18 Juli 2009)

Kata “mengguncang” berarti “menggoyang dengan kuat-kuat, menggerak-

gerakkan hingga berguncang, menyebabkan tidak tetap” (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1997: 329). Kosakata tersebut memiliki kesan yang lebih hebat,

kuat, atau serius dibanding sinonimnya. Suara Merdeka menggunakan kata itu

untuk menyatakan betapa mengerikan, serius, dan hebatnya akibat pengeboman

JW Marriot dan Ritz Carlton, sehingga dapat mengguncang perekonomian dan

kehidupan rakyat Indonesia. Ini menunjukkan dampak pengeboman diberitakan

telah meluas, tidak hanya kerusakan di TKP dan jatuhnya korban, tetapi juga

mempengaruhi sektor ekonomi dan kehidupan rakyat Indonesia.

Page 117: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Selain itu, juga muncul kata “merobek” yang mempunyai arti atau sinonim

dengan “mengacaukan, meresahkan” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1997: 844). Suara Merdeka memilih leksikon “merobek” daripada sinonimnya

karena mempunyai kesan lebih dramatis/ hebat dan menyentuh benak pembaca.

Dengan memilih kata-kata yang mengandung nuansa kengerian tersebut, Suara

Merdeka secara tidak langsung mempublikasikan tujuan teroris menakut-nakuti

pembaca/ masyarakat.

4. Berita 6

Pada teks yang bertajuk “Achmady Siap Jadi Pengebom” ini diberitakan

polisi telah menangkap seseorang yang diduga mempunyai peran penting dalam

jaringan teroris Noordin M Top. Achmady diberitakan sebagai salah satu calon

pelaku bom bunuh diri yang digerebek di Cilacap setelah polisi menangkap

Bahrudin Latif, mertua Noordin M Top.

Informasi penangkapan Achmady didapat Suara Merdeka dari Kapolda

Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo. Dari informasi yang ditulis tersebut,

Suara Merdeka mengarahkan pembacanya bahwa Achmady merupakan anggota

jaringan teroris Noordin M Top dan terlibat dalam kasus pengeboman Hotel JW

Marriot dan Ritz Carlton.

Secara skematik, susunan berita diawali dengan latar informasi mengenai

Achmady. Seperti dalam lead digambarkan Acmady ditangkap karena diduga

mempunyai peran penting dalam jaringan teroris Noordin M Top. Paragraf-

paragraf selanjutnya kemudian menceritakan mengenai Achmady dan fakta-fakta

yang mendukung jika Achmady memang seeorang yang patut dicurigai sebagai

Page 118: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

anggota jarinan teroris Noordin M Top. Fakta-fakta ini ditutup dengan pernyataan

Kapolda yang membenarkan penangkapan Achmady di Cilacap:

“Ada satu yang diambil di Cilacap dan telah didengar keterangannya… Inisialnya A. Dia sudah dibina sejak 2001 untuk ikut gerakan terorisme,”

(Berita 6: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009). Pernyataan Kapolda tersebut menguatkan jika Achmady memang terkait gerakan

terorisme dan telah berhasil ditangkap.

Dalam mendukung penangkapan Achmady, disampaikan latar mengenai

fakta-fakta yang mendukung dugaan keterlibatan Achmady dengan jaringan

teroris. Fakta-fakta itu disampaikan secara eksplisit, detil, dan panjang lebar.

Seperti terihat pada paragraf 3-8 yang menerangkan peran Achmady dalam

jaringan teroris. Dalam paragraf tersebut, Achmady disebut sebagai calon pelaku

bom bunuh diri yang direkrut Bahridin. Selain itu Achmady juga diduga sebagai

penyewa rumah di Desa Binangun, Wonosobo yang beberapa waktu lalu telah

digerebek polisi.

Kemudian, dalam paragraf 11-17 juga diceritakan kedekatan Achmady

dengan Saifudin Zuhri secara eksplisit dan detil. Dengan strategi seperti ini

menggambarkan jika Achmady memang seorang anggota teroris jaringan Noordin

M Top yang telah berhasil ditangkap polisi. Kebenaran Achmady sebagai anggota

teroris didukung pernyataan Kapolda. Kapolda secara eksplisit dan detil

mengungkapkan keterlibatan Achmady dalam jaringan teroris sejak 2001. Dalam

pernyataannya:

“…Dia sudah dibina sejak 2001 untuk ikut gerakan terorisme…” (Berita 6: Paragraf 21, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009),

Page 119: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Selain itu, Suara Merdeka juga menggunakan elemen retoris untuk

menguatkan bahwa Achmady terlibat jaringan teroris Noordin M Top.

Penggunaan elemen retoris nampak pada adanya grafis mengenai penangkapan

beberapa tersangka teroris di Cilacap, termasuk Achmady. Ini mengandung

makna bahwa Achmady merupakan salah satu teroris.

5. Berita 7

Label negatif sebagai anggota jaringan Noordin M Top juga disebutkan

Suara Merdeka untuk menggambarkan sosok Maruto melalui penggunaan

koherensi kondisional/ penjelas. Maruto didefinisikan sebagai orang yang

merawat Noordin m Top dalam kalimat, “...Maruto disinyalir sebagai orang yang

selama ini merawat Noordin M Top....” (Berita 7: Paragraf 8, Suara Merdeka,

edisi 25 Juli 2009).

6. Berita 9

Secara tematik, Berita 9 memuat dua tema, yakni kepastian identitas

jenazah tersangka teroris yang tewas di Temanggung dan tema penangkapan Muh

Jahri, Aris, dan Indra. Tema terakhir inilah yang menunjukkan jika kepolisian

memandang kejahatan yang dilakukan Aris dan Indra bukan tindak kriminal biasa.

Ini mengindikasikan polisi ingin menegaskan jika tindakan terorisme bukanlah

tindak kriminal biasa, sehingga penangkapan para tersangkanya pun tidak melalui

mekanisme yang biasa.

Tematik ini, didukung elemen skematik dan latar. Secara skematik, yang

pertama ditulis adalah latar yang menceritakan proses penangkapan Aris dan

Indra dan protes pihak keluarga karena proses penangkapan dilakukan secara tiba-

tiba. Latar tersebut tampak pada paragraf-paragraf di bawah ini:

Page 120: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Setelah itu ia dan suaminya berangkat ke sawah. Tiba-tiba Jumat sore suaminya dijemput tim dari Densus 88 dan dimasukkan ke dalam mobil. Endang kemudian diungsikan oleh keluarganya ke rumah Darsinah

(Berita 9, Paragraf 28, Suara Merdeka, 10 Agustus 2009 ) Istri Arif Hermawan, Rustriningrum juga menganggap polisi salah menangkap orang. Berdasarkan keterangan Fredy Gustav Suliawan, anak bungsu Utomo tiga orang berbadan tegap dan berbaju preman menendang Aris hingga jatuh terkapar. Aris lari ke arah persawahan, namun tertangkap.

(Berita 9, Paragraf 30, Suara Merdeka, 10 Agustus 2009 )

Baru kemudian dilanjutkan dengan kutipan tidak langsung Kapolres

Temanggung AKBP Mohamad Zari:

… Penangkapan ini berbeda dengan tindak kriminal atau pidana lainnya, sehingga mekanisme penangkapannya pun berbeda….

(Berita 9, Paragraf 31 , Suara Merdeka, 10 Agustus 2009 )

serta diakhiri dengan kutipan langsung Kapolres Temanggung AKBP Mohamad Zari:

’’Kalau yang biasanya memang ketika akan menangkap seseorang kita harus memberikan surat penangkapan dan pemberitahuan kepada keluarganya,’’ jelas dia.

(Berita 9, Paragraf 32 , Suara Merdeka, 10 Agustus 2009 )

Dua pernyataan Kapolres Temanggung AKBP Mohamad Zari itu digunakan

untuk mengklarifikasi dan menegaskan bahwa penangkapan Muh Jahri, Aris, dan

Indra sudah sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan memang berbeda dengan

penangkapan tindak kriminal biasa.

7. Berita 10

Pada berita 10 terdapat beberapa strategi wacana yang menguatkan

aggapan bahwa Noordin M Top dan kelompoknya merupakan teroris, seperti

penggunaan koherensi.

Page 121: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Elemen koherensi banyak digunakan untuk memperkuat gambaran

Noordin sebagai sosok yang menakutkan. Koherensi yang digunakan adalah

koherensi kondisional atau penjelas, pada anak kalimat:

“…menebar teror …yang telah menelan ratusan nyawa dan ratusan korban luka serta meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat Indonesia.”

(Korpus 11: Paragraf 2, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009).

Noordin dijelaskan telah menebar teror yang berakibat hilangnya ratusan

nyawa, jatuhnya korban luka, dan timbulnya trauma mendalam bagi rakyat

Indonesia. Teror yang dilakukan Noordin sangat besar dan luas akibatnya. Pada

paragraf tersebut juga terdapat labelisasi “teror” untuk menyebut tndakan yang

dilakukan Noordin M Top. Ini digunakan untuk menegaskan pada pembaca bahwa

tindakan yang dilakukan Noordin termasuk dalam terorisme.

Selain digambarkan sebagai sosok penebar teror, Noordin juga

digambarkan paling sulit ditangkap dibandingkan rekannya. Di sini, digunakan

konjungsi “sementara” untuk menimbulkan koherensi pembanding atau pembeda

ketika menceritakan Noordin dan Dr. Azhari:

“…Noordin selalu lolos, sementara sejawatnya yang ahli perakit bom, Dr Azahari tewas di Batu Malang…”

(Korpus 11: Paragraf 4, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009). Pada kalimat tersebut, efek yang ditimbulkan adalah Noordin lebih hebat

dibanding temannya dalam hal meloloskan diri dari kejaran polisi.

Koherensi kondisional juga digunakan saat memberitakan Yayan. Yayan

ditangkap polisi di Jakarta Utara karena diduga terlibat terorisme. Penegasan

posisi Yayan sebgai orang yang bersalah dan sebagai teroris terlihat dari

penggunaan penjelas “yang direkrut sebagai calon pelaku bom bunuh diri.”.

Page 122: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

dengan adanya penjelas tersebut, efek yang ingin ditimbulkan adalah pembaca

meyakini bahwa Yayan terkait jaringan terorisme.

Dilihat dari elemen kata ganti, Suara Merdeka menggunakan kata ganti

“gembong teroris nomor satu di Indonesia” yang mengacu pada Noordin M Top.

Hal ini memperlihatkan Noordin sebagai buronan paling dicari oleh polisi dan

menjadi sebuah prestasi saat polisi menangkapnya. Selain itu, juga digunakan kata

ganti “teroris asal Malaysia” yang menegaskan Noordin sebagai seorang teroris.

Suara Merdeka bermaksud mengarahkan pembaca untuk membenarkan tindakan

polisi menembak mati Noordin M Top, karena dia adalah teroris yang menjadi

buronan nomor satu kepolisian.

Suara Merdeka juga menggunakan elemen leksikon dalam

menggambarkan aksi Noordin. Peristiwa bom Bali dituliskan sebagai sebuah

tragedi. Pemilihan kata “tragedi” ini menunjukkan bahwa Bom Bali I merupakan

peristiwa yang menyedihkan.

Leksikon serupa juga nampak pada kalimat:

“…Bom dahsyat itu merupakan peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia…”

(Korpus 11: Paragraf 3, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009).

Terlihat pemilihan leksikon “dahsyat” dan “terparah” dalam menggambarkan

Bom Bali I. Hal ini menunjukkan Bom Bali I yang didalangi Noordin merupakan

peristiwa yang mengerikan.

B. Wacana Terorisme Stigmatis Ideologis

Dalam memberitakan orang-orang yang menjadi target operasi Densus 88, Suara

Merdeka selalu mencari tahu latar belakang ideologis/ agama tersangka terorisme. Suara

Page 123: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Merdeka berupaya menunjukkan pada pembaca bahwa tersangka terorisme aalah orang-

orang dengan cirri-ciri Islami, seperti berjenggot, cadar, santri, guru agama, mantan

mujahidin, dan atribut Islam lainnya. Dengan menginformasikan hal tersebut, Suara

Merdeka menggiring pembaca untuk mencurigai orang-orang yang bercirikan seperti di

atas, dan dapat menimbulkan stigma negatif terhadap Islam. Wacana seperti itu disebut

wacana terorisme stigmatis idelogis, yakni melihat terorisme sebagai ekspresi ideologi

keagamaan (Arifatul Choiri Fauzi, 2007: 19). Konstruksi yang menyudutkan Islam ini

menggunakan elemen-elemen: skematik, maksud, detil, koherensi, kata ganti, dan

leksikon. Wacana ini terekspresikan pada beberapa berita sebagai berikut:

1. Berita 3

Pada berita 3, wacana terorisme stigmatis ideologis muncul saat Suara

Merdeka mengkaitkan dugaan keterlibatan Nur Sahid pada pengeboman Hotel JW

Marriot dengan latar belakangnya sebagai guru di sebuah pesantren.

Secara tematik, pada Berita 3 ini, Suara Merdeka mengangkat polemik

siapakah pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot. Dugaan mengarah pada Nur

Sahid, meski kemudian keluarga meragukan hal tersebut. Secara skematik, Suara

Merdeka menampilkan fakta-fakta yang mendukung bahwa Nur Sahid adalah pelaku

bom bunuh diri di Hotel JW Marriot. Hal ini terlihat pada lead hingga paragraf ke-

12. Sedangkan paragraf-paragraf selanjutnya menampilkan tanggapan keluarga yang

meragukan kebenaran jika Nur Sahid merupakan pelaku bom bunuh diri di Hotel JW

Marriot beserta fakta-fakta yang mendukung keraguan tersebut. Polemic ini tidak

berujung karena pihak kepolisian belum memberikan keterangan pasti hasil

penyelidikan mengenai Nur Sahid.

Page 124: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dilihat dari judul yang diturunkan “Nur Sahid Pernah di Semarang”, Suara

Merdeka memunculkan nama Nur Sahid. Hal ini bermakna Suara Merdeka ingin

membuat penasaran siapakah Nur Sahid itu. Kemudian pada lead, diberikan

pengantar, bahwa sebelumnya Kapolri mengungkapkan inisial N sebagai pelaku bom

bunuh diri di Hotel JW Marriot. N ini kemudian berkembang merujuk pada nama

Nurdin Azis. Kemudian pada paragraf ke-2 ditulis, diperjelas lagi bahwa inisial N

ini merujuk pada nama Nur Sahid. Seperti yang tertulis sbagai berikut:

“… N juga disebut sebagai Nur Sahid alias Nur Said alias Nuri Hasdi alias Nur Hasbi alias Nurdin Aziz (35)….”

(Berita 3: Paragraf 2, Suara Merdeka, 21 Juli 2009).

Dari kalimat tersebut, Suara Merdeka mengarahkan pembacanya untuk mempercayai

bahwa N adalah Nur Sahid.

Latar tersebut kemudian didukung dengan latar-latar lain, seperti keberadaan

Nur Sahid yang misterius. Bahkan keluarganya pun tidak mengetahui secara pasti

keberadaan Nur Sahid sekarang ini. Kepada pihak keluarga, Nur Sahid mengaku

tinggal di Semarang. Sedangkan menurut teman kecilnya, Rosyid Ridho, Nur Sahid

tinggal di Boja, Kendal. Tak hanya tempat tinggalnya yang tidak pasti, profesi Nur

Sahid juga tidak jelas diketahui. Menurut Rosyid Ridho, Nur Sahid berprofesi

sebagai tukang duplikat kunci dan pengajar Bahasa Inggris di sebuah pesantren.

Sedangkan dari informasi yang beredar, dia juga dikenal sebagai penjual kaca mata.

Ketidakpastian tempat tinggal dan pekerjaan Nur sahid juga disampaikan

Kepala Desa Katekan, Muhammad Tohir. Muhammad Tohir menyampaikan:

“…kami tidak mendapat laporan tertulis alamat pastinya yang baru. Saya sendiri tidak tahu persis pekerjaannya. Yang saya tahu, katanya dia menjadi guru di Semarang…”

(Berita 3: Paragraf 11, Suara Merdeka, 21 Juli 2009).

Page 125: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Latar yang mendukung kecurigaan Nur Sahid sebagai pelaku bom bunuh diri

di Hotel JW Marriot, juga terlihat pada paragraf ke-5 dan ke-6. Pada kedua paragraf

tersebut, tertulis jika polisi menjemput kedua orang tua Nur Sahid, yakni Nasir dan

Tuminem untuk menjalani tes DNA. Hal ini dibenarkan oleh Rosyid Ridho yang

juga merupakan sepupu Nur Sahid, yaitu:

“Rosyid Ridho (32), sepupu tersangka …membenarkan hal itu. Dia mengungkapkan, Nasir dan Tuminem dijemput sejumlah aparat yang menggunakan dua unit mobil…”

(Berita 3: Paragraf 7, Suara Merdeka, 21 Juli 2009). Selain itu, Suara Merdeka juga menggunakan elemen maksud dan detil untuk

mendukung dugaan bahwa Nur Sahid adalah pelaku bom bunuh diri di Hotel JW

Marriot. Secara eksplisit dan detil, informasi atau latar yang menudukung dugaan

tersebut disampaikan. Seperti terlihat pada:

“… N juga disebut sebagai Nur Sahid alias Nur Said alias Nuri Hasdi alias Nur Hasbi alias Nurdin Aziz (35)…”

(Berita 3: Paragraf 2, Suara Merdeka, 21 Juli 2009).

Hal ini menunjukkan Suara Merdeka mengarahkan pembacanya untuk mempercayai

bahwa N, inisial pelaku pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot yang

diungkapkan Kapolri merujuk pada Nur Sahid.

Hal-hal lain mengenai Nur Sahid yang mendukung dugaan dia sebagai pelaku

dituliskan secara detil dan eksplisit. Seperti mengenai tempat tinggal dan profesinya

yang beragam dan tidak pasti, penjemputan kedua orang tua Nur Sahid oleh aparat

untuk menjalani tes DNA, dan riwayat pendidikan Nur Sahid.

Dalam menuliskan detil profesi dan riwayat pendidikan Nur Sahid, terlihat

jika Suara Merdeka mencoba mengkaitkan ideologi dan agama tertentu dengan

Page 126: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

dugaan keterkaitan Nur Sahid dalam aksi pengeboman. Dalam paragraf ke-4

dituliskan secara detil dan eksplisit bekerja sebagai guru di sebuah pesantren:

“…Nur Sahid …berpofesi sebagai tukang duplikat kunci dan pengajar Bahasa Inggris di sebuah pesantren…”

(Berita 3: Paragraf 4, Suara Merdeka, 21 Juli 2009).

Dengan mengutip pernyataan teman Nur Sahid tersebut, Suara Merdeka

ingin menunjukkan jika Nur Sahid dekat dengan lingkungan pesantren. Hal ini

mencerminkan adanya wacana terorisme stigmatis ideologis untuk melihat dan

mengkonstruksikan dugaan keterlibatan Nur Sahid dalam aksi terorisme. Wacana

terorisme stigmatis ideologis adalah wacana yang memberikan stigma terhadap

kelompok pelaku teror dengan ideologi dan agama tertentu (Fauzi, 2007: 18).

Pengunaan wacana ini juga terlihat pada paragraf 18. Suara Merdeka

mengutip pernyataan Rosyid Ridho, teman dan sepupu Nur Sahid mengenai riwayat

pendidikan Nur Sahid. Secara detil dan eksplisit dituliskan:

”...setelah lulus SD Katekan I, Nur melanjutkan sekolah ke MTs As Salam Kranggan, Temanggung. Setelah lulus, dia meneruskan ke Pendidikan Madrasah Aliyah di Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo...”

(Berita 3: Paragraf 18, Suara Merdeka, 21 Juli 2009).

Detil tersebut kemudian ditambahi komentar Rosyid:

“…Sejak di Ngruki dia jarang pulang…” (Berita 3: Paragraf 18, Suara Merdeka, 21 Juli 2009).

Komentar tersebut semakin menguatkan jika Nur Sahid menjadi jarang pulang

karena menuntut ilmu di Ngruki. Penggunaan kata hubung “sejak” menjadi

koherensi sebab-akibat.

Page 127: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dari kutipan riwayat pendidikan tersebut diketahui, jika sejak kecil Nur

Sahid bersekolah di institusi yang kental pendidikan agamanya. Bahkan, Nur Sahid

pernah menuntut ilmu di Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo. Seperti diketahui

ponpes tersebut sempat dicurigai mengajarkan agama Islam secara ekstrim dan

dicurigai sebagai sarang teroris.

Beberapa pelaku terorisme sebelumnya, seperti Amrozi dkk merupakan

lulusan ponpes yang dipimpin oleh Abu Bakar Ba’asyir tersebut. Sedangkan

Ba’asyir dikenal sebagai tokoh Islam garis keras dan pernah dipenjara. Di sini jelas

terlihat jika Suara Merdeka menggunakan wacana terorisme stigmatis ideologis

untuk mengkonstruksikan berita dugaan keterlibatan Nur Sahid dalam peristiwa

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Suara Merdeka bermaksud

menyampaikan kepada masyarakat, bahwa tersangka pelaku pengeboman lagi-lagi

lulusan pondok pesantren atau seorang santri. Suara Merdeka menggiring pembaca

untuk menghubungkan idelogi tersangka dengan aksi pengeboman yang

dilakukannya.

2. Berita 4

Pada berita ini, Suara Merdeka memunculkan isu-isu yang mengarah pada

wacana terorisme stigmatis ideologis, seperti isu keterlibatan Al Qaeda dan Jamaah

Islamiyah. Suara Merdeka menduga-duga keterlibatan Al Qaeda dan Jamaah

Islamiyah dalam kasus pengeboman ini, dengan didukung pernyataan-pernyataan

polisi. Meski masih berupa dugaan dan polisi tidak menyebutkannya secara pasti,

pernyataan polisi ini digunakan Suara Merdeka untuk mengkonstruksikan bahwa Al

Page 128: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Qaeda terlibat dalam kasus pengeboman ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam

Bab I, penggunaan polisi sebagai sumber berita ini merupakan strategi penggunaan

pasangan (tandem) yang dapat dipercayai publik dalam mendefinisikan terorisme.

Polisi dipilih sebagai tandem karena, kepolisianlah yang mempunyai wewenang

penuh dalam mengusut kasus pengeboman ini.

Adanya indikasi yang mengarah pada dugaan keterlibatan Jaringan

Islamiyah (JI) dan Noordin M Top tampak dari pernyataan Kadiv Humas Mabes

Polri, Irjen Pol Nanan Soekarna.

“…Indikasi JI itu terlibat ya, bahkan sejak awal Kapolri sudah menyebutkan demikian…Demikian pula keterlibatan WN Malaysia Noordin M Top…”

(Berita 4: Paragraf 12, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Penggunaan elemen komentar verbal narasumber ini didukung juga dengan

penggunaan elemen leksikon, yakni “…ada keterkaitan dari rangkaian bomnya…”

(Berita 4: Paragraf 11, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009). Kata “keterkaitan” ini

menguatkan dugaan bahwa Al Qaeda terlibat dalam kasus pengeboman Hotel JW

Marriot dan Ritz Carlton.

3. Berita 6

Pada berita 6 terdapat pengungkapan detil motif Achmady ini selain

membenarkan keterlibatan Achmady dengan jaringan teroris Noordin M Top, juga

mengandung wacana terorisme stigmatis ideologis.

“…A…masuk ke dalam gerakan teroris dengan diiming-imingi akan masuk surga dan ditemui 40 bidadari, jika mau menjadi pelaku bom bunuh diri. Yang mengiming-imingi Noordin M Top dan kanca-kanca-nya”

(Berita 6: Paragraf 24, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Page 129: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dalam mengkonstruksikan keterlibatan Achmady dengan jaringan teroris

digunakan wacana yang memandang kedekatan gerakan teror dengan paham

keagamaan dan ideologi Islam. Terorisme dipandang sebagai ekspresi idelogi

maupun paham keagamaan.

4. Berita 8

Pada berita yang bertajuk “Lagi, umah Bahridin Dgeledah” terdapan

penggunaan strategi wacana berupa koherensi penjelas, yakni “santri Bahridin” yang

melekat pada Agus Mudjiono. Agus adalah seseorang yang juga menjadi buron polisi

ini menunjukkan adanya wacana terorisme stigmatis ideologis dalam melihat dan

menggambarkan pelaku terorisme. Suara Merdeka menggunakan simbol agama

tertentu, yakni “santri”.

Dengan adanya penjelas tersebut, Suara Merdeka memberikan informasi

kepada pembaca bahwa orang yang diburu polisi dalam kasus terrorisme ini lagi-lagi

adalah orang yang paham ajaran agama Islam. Karena sebenarnya tanpa adanya

penjelas “santri Bahridin” ini pun, informasi mengenai orang-orang yang masih

dalam pencarian polisi dapat tersampaikan.

Hal senada juga nampak pada penggunaan kata ganti Bahridin. Pada paragraf

11, Bahridin diganti dengan frasa “…ustad pengasuh Ponpes Al Muaddib,

Pasuruhan…” Frasa ini jelas-jelas menggunakan simbol agama Islam dan

menunjukkan bahwa orang yang diduga terkait aksi terorisme merupakan seorang

yang paham ajaran agama Islam. Dalam hal ini terkandung wacana terorisme

stigmatis ideologis.

5. Berita 9

Page 130: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Pada berita 9 terdapt penyampaian detil symbol agama yang dipakai istri Aris

dan Indra. Aris dan Indra merupakan dua tersangka terorisme yang ditangkap sesaat

sebelum penggerebekan rumah Muh Jahri di Temanggung. Detil tersebut adalah

sebagai berikut:

“…Istri keduanya sehari-hari mengenakan cadar…” (Berita 10: Paragraf 21, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

Detil ini menyebutkan symbol keagamaan tertentu yang dianggap ekstrim.

Dianggap ekstrim, karena penggunaan cadar di Indonesia masih sangat jarang dan

wajar. Hal ini mengarahkan pembaca untuk menganggap Aris dan Indra patut

dicurigai terlibat jaringan terorisme, karena perilaku agama mereka cenderung

ekstrim, terlihat dari istri mereka yang menggunakan cadar. Dari penyebutan symbol

agama tersebut, menunjukkan Suara Merdeka mengkonstruksikan wacana terorisme

stigmatis ideologis dalam memberitakan Aris dan Indra, serta mendefinisikan sosok

mereka. Dengan demikian, Suara Merdeka mendorong pembaca untuk menggunakan

wacana serupa dalam melihat para tersangka terorisme.

C. Wacana Keseriusan Polisi Menangani Kasus Pengeboman Hotel JW Marriot dan

Hotel Ritz Carlton

Suara Merdeka mengkonstruksikan keseriusan polisi dari penanganan polisi atas

kasus pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton ini. Dari 12 berita yang diteliti,

sebagian besar menunjukkan wacana tersebut. Ini mengindikasikan Suara Merdeka

mendukung polisi dengan mengkonstruksikan polisi secara positif, seperti: polisi

sungguh-sungguh, hati-hati, dan berprestasi dalam upayanya mengungkap kasus

pengeboman ini. Konstruksi wacana ini didukung penggunaan elemen wacana tematik,

Page 131: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

skematik, maksud, koherensi, leksikon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

1. Berita 4

Secara tematik, berita headline Suara Merdeka edisi 22 Juli 2009 ini

menampilkan keseriusan dan kehati-hatian polisi dalam menangani kasus

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Secara skematik, latar

keseriusan polisi ditampilkan pada paragraf 1-paragraf 10 dan paragraf 13, 14, 16.

Pada paragraf-paragraf tersebut disampaikan bahwa polisi telah melakukan tes DNA

pada kedua keluarga tersangka dan hasilnya dapat diketahui hanya dalam 2-3 hari ke

depan.

Sedangkan paragraf lainnya menunjukkan adanya kehati-hatian pemerintah

dalam menyebutkan siapa pelaku pengeboman tersebut. Kehati-hatian ini nampak

dari polisi dan TNI yang tidak mau berandai-andai mengenai siapa pelaku

pengeboman, karena harus berdasarkan bukti yang kuat. Bahkan sikap Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono juga menunjukkan hal yang sama dengan

menyampaikan himbauan agar menangani kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan

Hotel Ritz Carlton tidak dibelokkan pada isu-isu lain yang dapat mengganggu

keamanan negara.

Jika dilihat dari sumber berita yang dipilih, Suara Merdeka mengunakan

sumber-sumber yang kompeten dan memiliki otoritas di bidangnya yang hanya

memberikan informasi sesuai wewenangnya. Hal ini berarti informasi yang

disampaikan mempunyai kredibilitas tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Page 132: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dari elemen leksikon, keseriusan polisi nampak dari tindakan Polri yang

memfokuskan penyidikan pada Nur Sahid dan Ibrahim. Seperti pada judul “Fokus

Nur Sahid dan Ibrahim”. Lead yang diturunkan Suara Merdeka juga memperlihatkan

keseriusan polisi:

“…Polisi kini memfokuskan penyelidikan dua nama, Nur Sahid dan Ibrahim.” (Berita 4: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Pada judul dan lead tersebut digunakan leksikon “fokus”. Kata “fokus” yang

bermakna pusat dan kata “memfokuskan” yang bermakna memusatkan (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 278) menunjukkan jika polisi serius menangani

kasus pengeboman tersebut.

Secara detil dan eksplisit, keseriusan polisi ditunjukkan pada paragraf ke-2

dan 3. Pada paragraf ke-2 ditulis:

“…Pasangan M Nasir dan Tuminem, orang tua Nur Sahid alias Nur Hasbi alias Nur Aziz, pelaku bom bunuh diri di JW Marriot, telah menjalani tes DNA…”

(Berita 4: Paragraf 2, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Hal ini didukung pendapat Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv

Humas) Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna, yang tertuang dalam paragraf 3:

“Keluarga dari Temanggung (Jawa Tengah) itu sudah diperiksa. Itu keluarganya Nur Said…”

(Berita 4: Paragraf 3, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Selain memeriksa keluarga Nur Said, polisi juga memeriksa DNA keluarga

Ibrahim. Hal ini tentunya karena polisi tidak ingin gegabah dalam menjustifikasi siapa

pelaku pengeboman. Hal ini tampak pada paragraf 6:

“…tim identifikasi meminta agar keluarga mengirimkan sikat gigi dan barang-barang lain untuk membantu identifikasi atau tes DNA.”

Page 133: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

(Berita 4: Paragraf 6, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Tes DNA pada keluarga Nur Said dan Ibrahim ini serius dilakukan polisi

untuk segera mengungkap orang-orang yang terlibat dalam kasus pengeboman

tersebut, yang tampak pada paragraf ke-8.

“Kalau biasanya prosedurnya berminggu-minggu, kali ini tim, karena setiap hari ada di sana, dalam waktu 2 atau 3 hari mungkin sudah ketahuan hasilnya…”

(Berita 4: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Di sini secara eksplisit dan detil disampaikan jika tim yang melakukan tes DNA

secara serius, setiap hari mengerjakan tes DNA sehingga hasilnya dapat diketahui

secara cepat, hanya dalam 2-3 hari.

Selain penggunaan elemen detil dan elemen maksud, Suara Merdeka juga

menggunakan elemen koherensi. Koherensi perbandingan digunakan untuk

menegaskan jika prosedur tes DNA yang dilakukan berbeda dengan prosedur

biasanya yang memakan berminggu-minggu. Prosedur ini hanya membutuhkan waktu

2-3 hari. Paragraf perbandingan tampak pada kata “kalau …”

Sedangkan koherensi sebab-akibat nampak pada penggunaan kata “karena”.

Penggunaan kata hubung “karena” pada kalimat:

“…karena setiap hari ada di sana, dalam waktu 2 atau 3 hari mungkin sudah ketahuan hasilnya…”

(Berita 4: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009)

menunjukkan, kerja keras tim tes DNA yang setiap hari bekerja menyebabkan hasil

tes DNA dapat diketahui hanya dalam waktu 2-3 hari. Hal ini tentunya menguatkan

dan menegaskan keseriusan polisi dalam menjalankan tugasnya menangani kasus

pengeboman.

Page 134: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Selain sikap serius, sikap hati-hati juga diperlihatkan polisi dalam menangani

kasus pengeboman ini, terutama mengenai penyebutan pelaku pengeboman. Hal ini

terlihat dari pernyataan Nanan ketika menanggapi dugaan keterlibatan Al Qaeda

dalam pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton:

“…Polisi tidak bisa berandai-andai, tapi identifikasi ada keterkaitan dari rangkaian bomnya…”

(Berita 4: Paragraf 11, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Meski polisi telah mengidentifikasi adanya keterkaitan Al Qaeda, polisi masih

berhati-hati menyebut keterlibatan kelompok Islam ini, dengan menggunakan kalimat

“…Polisi tidak bisa berandai-andai…”.

Demikian juga ketika menanggapi dugaan keterlibatan Jaringan Islamiyah (JI)

dan Noordin M Top dalam kasus pengeboman tersebut. Polisi tidak mau memberikan

keterangan sebelum bukti keterlibatan mereka didapatkan. Seperti pernyataan Nanan

berikut:

“…Indikasi JI itu terlibat ya, bahkan sejak awal Kapolri sudah menyebutkan demikian tapi masalahnya belum ada bukti…Demikian pula keterlibatan WN Malaysia Noordin M Top…”

(Berita 4: Paragraf 12, Suara Merdeka, edisi 22 Juli 2009).

Dari data-data tersebut, Suara Merdeka ingin mengkonstruksikan pada

pembaca bahwa kepolisian serius dan hati-hati dalam menangani kasus pengeboman

Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

2. Berita 5

Page 135: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Alih-alih memberitakan kesalahan dugaan polisi dalam mengungkap pelaku

pengeboman, teks berita ini justru menggambarkan keseriusan polisi dalam

mengungkap kasus pengeboman. Tema keseriusan polisi ini didukung oleh skematik

berita. Ada beberapa peristiwa yang termuat dalam teks berita ini, yakni hasil tes

DNA pada keluarga Nur Sahid dan Ibrahim dan keberhasilan polisi menyelesaikan

dua sketsa wajah pelaku bom bunuh diri, dan peristiwa ancaman bom yang marak

pasca pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Di awal berita, peristiwa yang disusun pertama kali adalah keberhasilan polisi

menyelesaikan dua sketsa wajah pelaku bom bunuh diri dan proses identifikasi pelaku

yang begitu rumit, dan peristiwa ancaman bom yang marak pasca pengeboman Hotel

JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton baru kemudian ditulis mengenai hasil tes DNA

keluarga Nur Sahid dan Ibrahim yang tak identik dengan pelaku bom bunuh diri.

Peristiwa ke-2 ini ditutup dengan pernyataan pakar kriminolog yang menyatakan

bahwa tindakan polri tidak salah dalam menyebutkan keterlibatan seseorang pada fase

penyelidikan. Pernyataan ini tentunya mendukung langkah polisi bukan menyalahkan.

Dengan susunan skematik seperti itu, Suara Merdeka lebih mengedepankan

keseriusan polisi dalam mengungkap kasus pengeboman. Keseriusan ini terlihat pada

lead yang menjadi pengantar ke isi berita. Lead yang diturunkan secara detil dan

eksplisit menggambarkan keberhasilan polisi dalam menyelesaikan sketsa pelaku bom

bunuh diri hanyadalam waktu lima hari pasca pengeboman. Padahal diketahui, jasad

pelaku bom bunuh diri yang ditemukan bukan berupa jasad utuh, tetapi potongan-

potongan tubuh yang sulit diidentifikasi.

Penggunaan elemen maksud secara eksplisit dan detil nampak pada kalimat:

Page 136: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

“…Berselang lima hari setelah pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton, polisi akhirnya menyelesaikan dua sketsa wajah pelaku bom bunuh diri.”

(Berita 4: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Paragraf-paragraf selanjutnya juga secara detil dan eksplisit menggambarkan cirri-ciri

pelaku bom bunuh diri dan detil proses identifikasi pelaku bom bunuh diri yang

dilakukan polisi. Dari detil ini Suara Merdeka mengarahkan pembacanya pada

kesimpulan bahwa polisi secara serius dan sungguh-sungguh mengungkap pelaku

pengeboman. Hal ini terbukti dari keberhasilan polisi membuat sketsa wajah dua

pelaku bom bunuh diri dan menentukan cirri-ciri fisiknya meski potongan tubuh

pelaku yang ditemukan di TKP sudah rusak dan sulit diidentifikasi. Strategi wacana

menggunakan elemen maksud dan detil ini nampak pada paragaf 2 dan 3 yang

menggambarkan cirri-ciri pelaku bom bunuh diri:

“Pelaku bom bunuh diri di hotel The Ritz-Carlton berjenis kelamin laki-laki, berumur 20-40 tahun…berkulit sawo matang, rambut hitam lurus dan pendek, serta tinggi badan 165 cm.”

(Berita 4: Paragraf 2, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

“…pelaku pengeboman di JW Marriott berjenis kelamin laki-laki, berumur 16-17 tahun, berkulit putih, rambut lurus pendek berwarna hitam, tinggi badan 180-190 cm … ukuran sepatu 42-43.”

(Berita 4: Paragraf 3, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

Detil selanjutnya menggambarkan rumitnya proses identifikasi pelaku bom

bunuh diri yang tampak pada paragraf 5, 6, 8, dan paragraf 9. Detil tersebut sebagai

berikut:

“…tim mengumpulkan serpihan-serpihan tubuh korban, yang terdiri dari potongan kepala dan potongan-potongan tubuh yang masih besar.”

(Berita 4: Paragraf 5, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

“Diketahui, potongan-potongan yang dikumpulkan itu merupakan potongan dari satu tubuh. Kemudian, tim mencari perbandingan hasil tes tubuh itu dengan berbagai barang yang berada di kamar 1808 JW Marriott…”

Page 137: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

(Berita 4: Paragraf 6, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

“Khusus yang diduga pelaku di JW Marriott, ukuran sepatunya dapat diketahui karena tim DVI menemukan potongan kaki yang bersangkutan…”

(Berita 4: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

“…pelaku pengeboman di The Ritz Carlton, dapat dipastikan setelah polisi menemukan potongan kepala, mengumpulkan keterangan para saksi, dan menganalisa letak bom yang diledakkan.”

(Berita 4: Paragraf 9, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

Keseriusan polisi juga nampak dari pemberitaan mengenai beberapa ancaman

bom melalui telepon pasca pengeboman di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Dalam menanggapi adanya ancaman tersebut, dikutip pernyataan Kadiv Humas

Mabes Polri, Irjen Pol Nanan Soekarna. Nanan menyatakan jika polisi akan

menyelidiki kasus tersebut hingga tuntas. Dalam kalimat pernyataan Nanan:

“…berjanji menyelidiki hingga tuntas…” (Berita 4: Paragraf 14, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

digunakan elemen leksikon “tuntas”. Penggunaan kosakata “tuntas” yang bermakna

“…selesai secara menyeluruh, sempurna (sama sekali)…” (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1997: 1087) menguatkan wacana keseriusan polisi. Polisi akan tetap

menyelidiki kasus ancaman pengeboman yang beberapa diantaranya tidak terbukti

tersebut hingga tuntas.

Kedua peristiwa ini, yakni pengidentifikasian pelaku bom bunuh diri di Hotel

JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton serta peristiwa ancaman bom lewat telepon yang

marak setelah pengeboman dua hotel tersebut mengindikasikan keseriusan polisi

dalam menangani dua kasus yang berbeda.

3. Berita 6

Page 138: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Pada teks yang bertajuk “Achmady Siap Jadi Pengebom” ini diberitakan

polisi telah menangkap seseorang yang diduga mempunyai peran penting dalam

jaringan teroris Noordin M Top. Achmady diberitakan sebagai salah satu calon

pelaku bom bunuh diri yang digerebek di Cilacap setelah polisi menangkap Bahrudin

Latif, mertua Noordin M Top.

Informasi penangkapan Achmady didapat Suara Merdeka dari Kapolda

Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo. Berita penangkapan ini dihubungkan

dengan peristiwa lain, yakni upaya polisi mempersempit ruang gerak teroris, seperti

memberikan pengarahan kepada kades/lurah dan jajaran pemerintahan di daerah soal

ancaman teroris serta penyebaran poster Noordin M Top. Dari informasi yang ditulis

tersebut, Suara Merdeka mengarahkan pembacanya bahwa polisi sungguh-sungguh

dan serius menangani kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Tema keseriusan dan kesungguhan polisi ini didukung elemen skematik.

Susunan berita diawali dengan latar informasi mengenai Achmady. Seperti dalam

lead digambarkan Acmady ditangkap karena diduga mempunyai peran penting

dalam jaringan teroris Noordin M Top. Informasi ini menjadi pengantar bahwa polisi

telah berhasil menangkap seseorang yang berperan penting dalam jaringan teroris.

Paragraf-paragraf selanjutnya kemudian menceritakan mengenai Achmady

dan fakta-fakta yang mendukung jika Achmady memang seeorang yang patut

dicurigai sebagai anggota jarinan teroris Noordin M Top. Fakta-fakta ini ditutup

dengan pernyataan Kapolda yang membenarkan penangkapan Achmady di Cilacap:

“Ada satu yang diambil di Cilacap dan telah didengar keterangannya… Inisialnya A. Dia sudah dibina sejak 2001 untuk ikut gerakan terorisme,”

(Berita 6: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Page 139: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Pernyataan Kapolda tersebut menguatkan jika Achmady memang terkait gerakan

terorisme dan telah berhasil ditangkap. Hal ini tentunya memberikan gambaran

positif bahwa polisi telah berhasil menangkap seoarng anggota teroris.

Peristiwa penangkapan Achmady ini kemudian dihubungkan dengan

peristiwa lain, yakni upaya polisi mempersempit ruang gerak teroris, seperti

memberikan pengarahan kepada kades/lurah dan jajaran pemerintahan di daerah soal

ancaman teroris serta penyebaran poster Noordin M Top di daerah Surakarta. Kedua

peristiwa yang berbeda ini dihadirkan dalam satu berita. Hal ini mengindikasikan

adanya keseriusan polisi dalam melakukan berbagai upaya menangani kasus

pengeboman dan terorisme di Indonesia.

Selain dari elemen skematik, Suara Merdeka juga menggunakan strategi lain

untuk mengarahkan pembacanya pada wacana keseriusan polisi dalam menangani

kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton ini. Elemen wacana

yang juga digunakan adalah latar, detil, dan maksud, dan leksikon.

Dalam mendukung penangkapan Achmady, disampaikan latar mengenai

fakta-fakta yang mendukung dugaan keterlibatan Achmady dengan jaringan teroris.

Fakta-fakta itu disampaikan secara eksplisit, detil, dan panjang lebar. Seperti terihat

pada paragraf 3-8 yang menerangkan peran Achmady dalam jaringan teroris. Dalam

paragraf tersebut, Achmady disebut sebagai calon pelaku bom bunuh diri yang

direkrut Bahridin. Selain itu Achmady juga diduga sebagai penyewa rumah di Desa

Binangun, Wonosobo yang beberapa waktu lalu telah digerebek polisi.

Kemudian, dalam paragraf 11-17 juga diceritakan kedekatan Achmady

dengan Saifudin Zuhri secara eksplisit dan detil. Dengan strategi seperti ini

menggambarkan jika Achmady memang seorang anggota teroris jaringan Noordin M

Page 140: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Top yang telah berhasil ditangkap polisi. Kebenaran Achmady sebagai anggota

teroris didukung pernyataan Kapolda. Dalam pernyataannya:

“…Dia sudah dibina sejak 2001 untuk ikut gerakan terorisme…” (Berita 6: Paragraf 21, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009)

Kapolda secara eksplisit dan detil mengungkapkan keterlibatan Achmady dalam

jaringan teroris sejak 2001.

Kemudian, secara detil dan eksplisit pula diungkapkan motif Achmady ikut

jaringan teroris.

“…A…masuk ke dalam gerakan teroris dengan diiming-imingi akan masuk surga dan ditemui 40 bidadari, jika mau menjadi pelaku bom bunuh diri. Yang mengiming-imingi Noordin M Top dan kanca-kanca-nya”

(Berita 6: Paragraf 24, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Pengunaan elemen maksud dan detil juga nampak pada paragraf 27-30.

Dalam paragraf-paragraf tersebut, secara eksplisit Suara Merdeka memberitakan

upaya polisi dalam mengungkap kasus pengeboman dan menangani terorisme, yakni

melalui upaya Kapolda Jateng memberi pengarahan kades/lurah dan jajaran

pemerintahan di daerah soal ancaman teroris dan penyebaran poster Noordin M Top

di wilayah Surakarta.

Pada paragraf 27 disebutkan secara eksplisit dan detil pernyatan Kapolda

Jateng:

“…pihaknya terus berusaha mempersempit ruang gerak pelaku teror.…dengan memberi pengarahan kades/lurah dan jajaran pemerintahan di daerah soal ancaman teroris, serta menyampaikan informasi tentang pelaku teror yang menjadi buron seperti Noordin M Top….”

(Berita 6: Paragraf 27, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Page 141: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Detil upaya yang dilakukan polisi juga terlihat pada paragraf 30 yang

memberitakan polisi telah mencetak dan menyebar 15 ribu eksemplar poster Noordin

M Top untuk wilayah Surakarta:

“…Di wilayah Surakarta, poster itu sudah dicetak 15 ribu eksemplar dan disebar ke berbagai wilayah…”

(Berita 6: Paragraf 30, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Penggunaan elemen detil dan maksud ini memberikan gambaran kepada

pembaca mengenai keseriusan polisi dalam menangani dan mengungkap kasus

pengeboman maupun terorisme. Selain itu, Suara Merdeka juga menggunakan

elemen leksikon, seperti pemilihan kata “terus” dalam mengutip pernyataan Kapolda:

“…pihaknya terus berusaha mempersempit ruang gerak pelaku teror….” (Berita 6: Paragraf 27, Suara Merdeka, edisi 23 Juli 2009).

Pemilihan penggunaan kata “terus” ini mengandung makna polisi tidak henti-

hentinya berusaha dan melakukan berbagai upaya untuk mempersempit ruang gerak

pelaku teror. Upaya yang terus menerus dilakukan tersebut menggambarkan

keseriusan polisi dalam menangani kasus terorisme.

4. Berita 7

Wacana keseriusan polisi dalam pengungkapan kasus pengeboman Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton kembali mewarnai teks berita headline yang

diturunkan Suara Merdeka, seperti yang juga terlihat dalam berita headline di Suara

Merdeka edisi 25 Juli 2009 ini. Dalam beritanya kali ini, Suara Merdeka memuat

peristiwa hasil penyelidikan polisi terhadap Achmady, penggerebekan rumah Maruto,

pelacakan hp Achmady, kesangsian terhadap penangkapan Ade Abdul Halim.

Secara tematik, teks berita ini lebih menonjolkan upaya-upaya yang telah

dilakukan polisi dalam menangani terorisme. Tema tersebut didukung penggunaan

Page 142: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

elemen skematik. Secara skematik, judul yang digunakan menekankan bahwa

Achmady merupakan tangan kanan Noordin M Top. Hal ini mendukung bahwa polisi

berhasil menangkap teroris penting. Latar mengenai Achmady dan perannya dalam

jaringan Noordin dijelaskan dari paragraf 1-7, paragraf 10-13, dan paragraf 15.

Selanjutnya Suara Merdeka memberitakan penggerebekan Maruto.

Penggerebekan ini diberi latar penjelasan perilaku Maruto yang mencurigakan dan

peran Maruto sebagai perawat kesehatan Noordin (paragraf 8-9). Hal ini untuk

mendukung bahwa polisi berusaha menangkap seorang tersangka teroris. Hal ini

mengauatkan keseriusan polisi dalam menangani terorisme, karena polisi terus

menerus melacak dan menangkap tersangka teroris.

Peristiwa berikutnya yang diberitakan adalah upaya polisi mencari handphone

milik Achmady yang diduga menyimpan nomor-nomor tersangka teroris lainnya

(paragraf ). Suara Merdeka menggambarkan keseriusan polisi menyelidiki Achmady,

tidak hanya melakukan interogasi, tetapi juga melacak handphone yang sudah

dijualnya tersebut.

Suara Merdeka lebih menonjolkan tema utama, yakni keseriusan polisi dalam

menangani terorisme dengan menempatkan bukti-bukti upaya polisi menangani

terorisme di bagian awal. Pendapat yang menyangsikan kinerja polisi yang merugikan

citra polisi ditempatkan di akhir berita. Hal ini membuktikan Suara Merdeka berusaha

menyembunyikan hal tersebut.

Hal-hal yang disembunyikan tersebut adalah kesangsian Kholid Saifullah,

direktur Eksekutif Front Perlawanan Penculikan (FPP) terhadap kecurigaan polisi

bahwa Ade Abdul Halim adalah Noordin M Top, keraguan Anggraeni istri Bahrudin

Page 143: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

terhadap penemuan bahan peledak di belakang rumahnya, dan belum pastinya status

Ibrohim apakah buron atau orang hilang.

Suara Merdeka juga menggunakan elemen detil dan maksud secara eksplisit

untuk menguatkan wacana keseriusan polisi dalam menangani terorisme. Pertama,

detil mengenai peran Achmady dalam jaringan Noordin dan detil kedekatan Achmady

dengan dua tersangka terorisme, Bahrudin Latif dan Syaifudin Jaelani (paragraf 1-6

dan paragraf 15). Hal ini mengarahkan pembaca untuk menganggap polis berhasil

menangkap tersangka teroris yang menjadi tangan kanan Noordin. Keberhasilan ini

menunjukkan polisi seriusa dalam menangani terorisme.

Kedua, detil mengenai upaya polisi mencari handphone Achmady. Hal ini

menunjukkan polisi berupaya sebaik mungkin dan sedetil mungkin dengan melacak

handphone Achmady dalam upaya mengungkap terorisme. Ketiga, detil mengenai

Maruto, yakni perilaku Maruto yang mencurigakan, peran Maruto dalam jaringan

Noordin. Hal ini menunjukkan, polisi telah berupaya menangkap Maruto. Selain itu,

hal ini juga mengindikasikan bahwa polisi berhasil melacak nama-nama anggota

jaringan terorisme, seperti Achmady dan Maruto.

Elemen wacana lainnya yang juga digunakan Suara Merdeka adalah elemen

koherensi. Dalam menjelaskan betapa pentingnya sosok Achmady di jaringan teroris,

Suara Merdeka menjelaskan dengan menggunakan penjelas negatif, yakni “yang

disebut-sebut sebagai tangan kanan Noordin” pada paragraf 2. Hal ini

mengindikasikan Suara Merdeka memberi label negatif pada Achmady dan

menguatkan posisi Achmady sebagai teroris. Penjelas serupa juga digunakan untuk

menegaskan betapa pentingnya peran Achmady dengan kalimat:

Page 144: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

“…mempunyai peran yang cukup penting dalam jaringan teroris kelompok Noordin M Top...”

(Berita 7: Paragraf 4, Suara Merdeka, edisi 25 Juli 2009).

Label negatif sebagai teroris juga disebutkan Suara Merdeka untuk

menggambarkan sosok Maruto melalui penggunaan koherensi kondisional/ penjelas.

Maruto didefinisikan sebagai orang yang merawat Noordin m Top dalam kalimat,

“...Maruto disinyalir sebagai orang yang selama ini merawat Noordin M Top....”

(Berita 7: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 25 Juli 2009). Koherensi penjelas ini

digunakan untuk menguatkan bahwa polisi berhasil melacak Maruto yang meruapkan

seorang teroris.

Beberapa penjelas negatif lainnya tentang Maruto disebutkan dalam kalimat

“…Dia yang acap pulang ke rumah pada malam hari itu, dikenal sebagai sosok pria

yang tertutup dan jarang bergaul...” (Berita 7: Paragraf 9, Suara Merdeka, edisi 25

Juli 2009). Koherensi kondisional tersebut menguatkan bahwa Maruto layak dicurigai

sebagai teroris karena perilakunya mencurigakan. Hal ini mmbenarkan

penggerenekan yang dilakukan polisi terhadapnya dan menunjukkan polisi telah

berhasil melacak salah satu teroris.

Kemudian, Suara Merdeka menggunakan elemen leksikon untuk

mengkontruksikan pembenaran tindakan polisi dalam menangkap Achmady dan

menduga Achmady sebagai tersangka teroris. Leksikon “menguat” digunakan untuk

menggambarkan dugaaan Achmady berperan penting dalam jaringan teroris menuju

titik terang dan ke arah kebenaran. Leksikon ini digunakan pada kalimat “Dugaan ...

Achmady (37) mempunyai peranan penting dalam jaringan teroris kelompok Noordin

M Top semakin menguat.” (Berita 7: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 25 Juli 2009).

Page 145: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Leksikon “membenarkan” juga digunakan untuk mengkonstruksikan

Achmady sebagai tersangka teroris. Suara Merdeka mengarahkan pembaca untuk

meyakini bahwa Achmadi memang punya keterkaitan dengan tersangka-tersanga

teroris lainnya. Leksikon ini terlihat pada kalimat:

“…membenarkan bahwa Achmady memang dekat dengan Saefudin Zuhri (tersangka teroris yang juga telah ditangkap) dan kenal dengan Ustad Bahridin Latif yang saat ini buron..”

(Berita 7: Paragraf 15, Suara Merdeka, edisi 25 Juli 2009). Sedangkan leksikon “melacak” digunakan untuk mengkonstruksikan bahwa

polisi terus berusaha menyelidiki dan mencari bukti keterkaitan Noordin dengan

jaringan Noordin. Leksikon ini digunakan pada kalimat:

“…Polisi ingin melacak nomor-nomor siapa saja yang ada di hp tersebut...” (Berita 7: Paragraf 14, Suara Merdeka, edisi 25 Juli 2009).

5. Berita 8

Tema atau topik mengenai keseriusan polisi dalam mengungkap kasus

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, serta kasus terorisme kembali

diperlihatkan Suara Merdeka dalam teks berita headline edisi 26 Juli 2009 ini. Teks

berita yang berjudul “Lagi, Rumah Bahridin Digeledah” ini memberitakan peristiwa

penggeledahan kembali rumah Bahridin oleh polisi, upaya pencarian Maruto, dan

reka ulang TKP pengeboman di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Dari

ketiga peristiwa tersebut, Suara Merdeka ingin memperlihatkan upaya-upaya yang

telah dan masih terus diupayakan polisi untuk mengungkap aksi terorisme pada

kasus pengeboman dua hotel tersebut.

Berbagai peristiwa atau upaya polisi tersebut dirangkai dengan skema

tertentu yang menuju pada satu topic bahwa polisi telah berupaya sungguh-sungguh

mengungkap kasus pengeboman ini. Dimulai dari judul yang dipilih, “Lagi, Rumah

Bahridin Digeledah”. Judul ini menggambarkan polisi kembali melakukan upaya

Page 146: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

penggeledahan rumah Bahridin untuk mencari barang bukti keterlibatannya dalam

aksi terorisme/ pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton.

Judul ini didukung lead:

“…Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri Sabtu (25/7) kembali menggeledah rumah Bahridin Latif…”

(Berita 8: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Dalam lead tersebut, ditonjolkan unsur who, yakni Tim Detasemen Khusus (Densus)

88 Antiteror Mabes Polri. Seperti dijelaskan dalam Bab I, who lead (Teras Berita

Siapa) dipilih dengan pertimbangan unsur siapa (who) atau pelaku peristiwa

memiliki nilai berita yang lebih besar, kuat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan

unsur-unsur yang lain (what, where, when, why, how). Dengan menonjolkan unsur

who, Suara Merdeka bermaksud menggiring kepada pembaca untuk lebih

memperhatikan subjek dalam berita ini, yakni kepolisian.

Peristiwa penggeledahan rumah Bahridin ini diberitakan dalam paragraf 1-10.

Paragraf 11 menceritakan mengenai keberadaan Bahridin dan menantunya yang

masih buron. Hal ini menjadi latar pendukung dari peristiwa penggeledahan rumah

Bahridin. Dengan adanya latar tersebut, pembaca diyakinkan bahwa tindakan polisi

menggeledah rumah Bahridin sah dan diperbolehkan, karena Bahridin merupakan

buron polisi dalam kasus terorisme.

Selain dimunculkannya latar mengenai Bahridin, juga ditampilkan komentar

verbal narasumber, yakni Kades Pasuruan, Watim Suseno yang menyatakan bahwa

dirinya telah mendapat pemberitahuan dari Densus 88 mengenai barang bukti yang

dibawa dari penggeledahan rumah Bahridin. Komentar ini sebelumnya didahului

dengan parafrase:

Page 147: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

”... Kades Pasuruan Watim Suseno mengaku sudah mendapatkan pemberitahuan penggeledahan dari Densus 88. ..”

(Berita 8: Paragraf 7, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Penempatan paraphrase sebelum komentar verbal Kades Pasuruan ini

mempunyai maksud untuk menggiring pembaca, bahwa penggeledahan yang

dilakukan secara terbuka, sesuai prosedur yang berlaku karena atas sepengetahuan

kepala desa setempat.

Setelah memberitakan mengenai peristiwa penggeledahan tersebut, Suara

Merdeka kemudian merangkai dengan paragraf-paragraf yang menceritakan

mengenai pencarian Maruto dan rencana reka ulang TKP pengeboman di Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton yang akan digelar pada 27 Juli 2009. Dengan

rangkaian skema seperti itu, Suara Merdeka menggiring pembaca bahwa polisi

sungguh-sungguh dan serius dalam masih terus melakukan berbagai upaya untuk

mengungkap kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton yang juga

disebut sebagai aksi terorisme ini.

Selain menggunakan unsur skematik, juga digunakan unsur maksud dan detil

untuk menunjukkan keseriusan polisi dalam mengupayakan pengungkapan kasus

pengeboman ini. Seperti terlihat pada paragraf 2 yang secara eksplisit dan mendetil

dituliskan mengenai lokasi penggeledahan dan lama penggeledahan yang dilakukan

Densus di rumah Bahridin.

Detil-detil mengenai upaya polisi mencari barang bukti di rumah Bahridin ini

juga ditunjukkan pada paragraf 3-6 mengenai kronologi penggeledahan. Pada

paragraf 3-6 diberitakan secara eksplisit dan detil jumlah aparat yang melakukan

penggeledahan, adanya bantuan dari Polres Cilacap untuk mengamankan lokasi,

Page 148: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

hingga kendaraan yang dipakai aparat saat datang ke lokasi, serta barang bukti apa

saja yang didapat aparat dari rumah Bahridin. Bahkan, pada paragraf 10 juga

diberikan detil bahwa polisi sudah tiga kali melakukan penggeledahan di rumah

Bahridin.

Detil-detil tersebut adalah sebagai berikut:

“…di kediaman Bahridin di Dusun Mlela, Desa Pasuruan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap… dari pukul 13.00 sampai pukul 14.30 WIB atau selama 1,5 jam.”

(Berita 8: Paragraf 2, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

“…anggota Densus…berjumlah empat orang…menggunakan sebuah mobil Toyota Avanza berwarna coklat muda bernopol AD-8156-AW.

(Berita 8: Paragraf 3, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

“…polisi dari Polres Cilacap…menggunakan mobil bak terbuka milik Polres Cilacap dan tiga buah sepeda motor”.

(Berita 8: Paragraf 4, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

“empat anggota Densus langsung masuk ke rumah Bahridin…semua mengenakan masker penutup mulut…petugas yang berasal dari Polres Cilacap berjaga-jaga di bagian depan rumah…warga maupun wartawan yang sudah menyanggong dari pagi, tidak diperbolehkan mendekat.”

(Berita 8: Paragraf 5, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

“…12 menit di dalam rumah, salah seorang anggota Densus 88 keluar dan membawa sebuah jerigen plastik berukuran sedang warna biru. Jerigen …dinaikkan ke mobil pikap milik Polres Cilacap yang langsung membawanya pergi…1,5 jam melakukan penggeledahan, keempat anggota Densus dan para petugas dari Polres Cilacap meninggalkan rumah Bahridin.”

(Berita 8: Paragraf 6, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

“…Densus sudah tiga kali datang…”. (Berita 8: Paragraf 6, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Suara Merdeka secara lengkap dan panjang lebar menonjolkan detil mengenai

peristiwa penggeledahan ini karena informasi tersebut mendukung upaya Suara

Merdeka untuk menunjukkan keseriusan polisi. Dengan adanya informasi secara

detil mengenai peristiwa penggeledahan di rumah Bahridin, pembaca akan

Page 149: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

mengetahui secara jelas dan panjang lebar salah satu upaya polisi dalam

mengungkap kasus pengeboman.

Penggunaan elemen maksud dan detil ini juga nampak pada peristiwa

pencarian Maruto. Secara eksplisit dan detil diturunkan informasi mengenai

keberadaan Maruto, seperti alamat Maruto di Kendal dan Klaten, menghilangnya

Maruto yang terlihat pada paragraf 12-25. Dengan adanya detil mengenai Maruto ini,

Suara Merdeka bermaksud menunjukkan pada pembaca bahwa meski Maruto hingga

saat ini masih menghilang, polisi selalu dan terus berupaya mencarinya. Hal ini

menunjukkan keseriusan polisi dalam mencari Maruto.

Detil selanjutnya digunakan pada pemberitaan mengenai rencana reka ulang

TKP yang akan dilakukan pada hari Senin (27 Juli 2009-pen), seperti yang

diungkapkan Kepala Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna:

“…Senin masih akan dilakukan reka ulang TKP...” (Berita 8: Paragraf 26, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Penulisan informasi mengenai peristiwa penggeledahan, keberadaan Maruto,

dan waktu reka ulang TKP secara eksplisit dan detil dimaksudkan untuk memberikan

informasi yang lengkap kepada pembaca mengenai upaya-upaya polisi dalam

mengungkap kasus pengeboman ini. Dengan strategi seperti ini, yang tergambar

dalam benak pembaca adalah polisi sungguh-sungguh dan serius dalam melakukan

tugasnya untuk mengungkap kasus pengeboman dan terorisme.

Elemen lain yang digunakan untuk mengkonstruksikan keseriusan polisi

adalah elemen praanggapan. Penggunaan elemen paranggapan ini menonjol pada

paragraf 10 yang memberikan informasi bahwa polisi telah tiga kali melakukan

Page 150: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

penggeledahan di rumah Bahridin sejak upaya penangkapan terhadap Bahridin Latif,

menantu Bahridin (diduga Noordin M Top), dan Agus Mudjiono.

Selain informasi tersebut, juga terkandung praanggapan bahwa menantu

Bahridin yang juga menghilang dan masuk dalam daftar buronan polisi adalah

Noordin M Top. Adanya praanggapan ini mengindikasikan bahwa menantu Bahridin

dan Bahridin terkait jaringan terorisme Noordin M Top, sehingga membenarkan

upaya penangkapan mereka dan penggeledahan terhadap rumah mereka.

Dalam memberikan latar atau informasi mengenai orang-orang yang masih

menjadi buron polisi dalam kasus terorisme ini, juga ditampilkan elemen koherensi,

khususnya koherensi kondisional atau penjelas. Koherensi ini memberikan label pada

orang yang dilekatinya. Seperti pada:

“…upaya penangkapan terhadap …menantu Bahridin (diduga Noordin M Top), dan Agus Mudjiono (santri Bahridin)…”

(Berita 8: Paragraf 10, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Penjelas berupa “diduga Noordin M Top” memberi label negatif pada

menantu Bahridin. Label ini mengindikasikan jika adanya upaya polisi untuk

menangkapnya sah dan dibenarkan.

Koherensi kondisional atau penjelas juga terlihat pada penulisan mengenai

Maruto. Untuk menjelaskan mengenai Maruto, digunakan koherensi kondisional

berupa:

“…yang kembali dicap sebagai orang dekat Noordin M Top setelah bom Mega Kuningan…”

(Berita 8: Paragraf 12, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009). Dengan adanya penjelas ini, Suara Merdeka ingin menegaskan bahwa Maruto

adalah seseorang yang terkait teroris Noordin M Top dan mempunyai hubungan

Page 151: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

dekat denngannya, sehingga harus ditangkap. Jadi, upaya polisi untuk mencari

Maruto benar dan merupakan upaya pengungkapan kasus pengeboman dan

pemberantasan terorisme di Indonesia.

Dalam teks berita ini Suara Merdeka juga menggunakan elemen leksikon

untuk memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa polisi sungguh-sungguh dan

serius melakukan upaya pengungkapan kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan

Hotel Ritz Carlton serta kasus terorisme ini. Elemen leksikon mulai nampak pada

judul teks berita ini, “Lagi, Rumah Bahridin Digeledah” serta pada lead:

“…kembali menggeledah rumah Bahridin…” (Berita 8: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Penggunaan leksikon “lagi” dan “kembali” menunjukkan kesungguhan polisi dalam

mencari bukti di rumah Bahridin dengan melakukan upaya penggeledahan tidak

hanya sekali.

Leksikon juga tampak pada kalimat:

“…rumah Maruto selalu didatangi polisi….” (Berita 8: Paragraf 18, Suara Merdeka, edisi 26 Juli 2009).

Digunakannya leksikon “selalu” menunjukkan polisi tak henti-hentinya dan terus-

menerus berusaha mencari keberadaan Maruto, meski hingga saat ini Maruto belum

berhasil ditemukan. Hal ini menunjukkan polisi sungguh-sungguh dalam

mengungkap kasus pengeboman ini.

Dari data-data analisa di atas, Suara Merdeka mengangkat tema keserisusan

dan kesungguhan polisi dalam mengungkap kasus pengeboman Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton serta kasus terorisme ini. Tema ini didukung penggunaan

Page 152: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

elemen skematik, seperti latar maupun komentar narasumber, dan maksud, detil,

koherensi, kata ganti, serta leksikon.

6. Berita 9

Suara Merdeka kembali menurunkan berita headline mengenai kasus

pengeboman pada edisi 8 Agustus 2009 ini. Edisi ini memberitakan peristiwa

penggerebekan sebuah rumah milik Muh Jahri di Temanggung. Di dalam rumah

disinyalir terdapat beberapa tersangka terorisme. Bahkan, dikabarkan Noordin M

Top tewas tertembak dalam penggerebekan tersebut. Selain itu, diberitakan pula

peristiwa penangkapan Aris dan Indra yang merupakan keponakan Muh Jahri.

Dalam teks berita ini, Suara Merdeka menggambarkan upaya polisi dalam

menangkap tersangka terorisme. Polisi digambarkan sungguh-sungguh dan serius

menangani kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton yang

disinyalir didalangi Noordin M Top. Dengan menampilkan kabar tewasnya Noordin,

pembaca digiring pada keberhasilan polisi dalam menangkap gembong teroris

tersebut. Meski polisi belum memberikan keterangan resmi mengenai kabar

tewasnya Noordin, Suara Merdeka mengutip pendapat beberapa narasumber yang

mendukung kabar tersebut.

Secara tematik, teks berita ini mengangkat tema keseriusan polisi dalam

menangani kasus pengeboman yang juga aksi terorisme ini. Polisi diberitakan

berhasil menewaskan Noordin M Top dan menangkap beberapa tersangka terorisme.

tema ini didukung elemen skema (cara penceritaan). Peristiwa penggerebekan rumah

Muh Jahri di Temanggung, kabar tewasnya Noordin M Top, dan penangkapan Aris

dan Indra diberitakan berurutan dan berkaitan. Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi

latar tema yang diangkat.

Page 153: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Narasumber yang dipilih pun narasumber yang mendukung tema. Terkait

dengan peristiwa penggerebekan, Suara Merdeka memilih sumber berita dari

kepolisian, seperti Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna. Narasumber

adalah orang yang berkompeten dan mempunyai wewenang terkait penggerebekan

tersebut. Sehingga pendapat atau pernyataan yang disampaikannya dapat dipercaya.

Ketika memberitakan kabar tewasnya Noordin pun, Suara Merdeka memilih

pendapat atau komentar narasumber yang mengarah pada kebenaran kabar tersebut.

Sumber berita yang dipilih berasal dari sebuah situs berita Al Jazeera. Selain itu

sumber berita lainnya tidak jelas identitasnya, hanya ditulis “sumber yang bisa

dipercaya” dan “seorang sumber intelijen”. Suara Merdeka memilih sumber berita

yang tidak resmi karena tidak mendapat keterangan resmi dari pihak berwenang yang

mendukung konstruksi yang dibentuk Suara Merdeka. Hal ini menunjukkan Suara

Merdeka lebih mementingkan pendapat yang disampaikan sumber tersebut. Sumber

berita tidak resmi dipilih, karena pernyataan mereka lah yang menguntungkan dan

mendukung kebenaran tewasnya Noordin.

Kemudian, dari judul yang dipilih, “Densus Gerebek Noordin” terlihat Suara

Merdeka menonjolkan subjek, yakni Densus. Selain itu, judul dibuat lebih menarik,

yakni dengan mengklaim yang digerebek adalah Noordin. Padahal polisi belum

memberikan keterangan resmi, identitas tersangka teroris yang digerebek. Hal ini

berarti, Suara Merdeka berusaha meningkatkan nilai berita yang diturunkannya, serta

berusaha menarik perhatian pembaca. Selain itu, dengan judul tersebut Suara

Merdeka menggiring pembaca pada pemahaman bahwa yang digerebek di

Temanggung adalah Noordin M Top, bukan tersangka teroris lainnya. Lead yang

Page 154: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

diturunkan pun menceritakan bahwa telah terjadi penggerebekan sebuah rumah di

Temanggung oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Penggerebekan ini dituliskan secara eksplisit dan detil. Hal ini

mengindikasikan, Suara Merdeka ingin menonjolkan upaya polisi dalam mengusut

tuntas kasus terorisme. Detil ini mulai nampak pada lead. Lokasi penggerebekan,

waktu, dan subjek yang melakukan penggerebekan ditulis secara eksplisit dan detil.

Berikut lead yang diturunkan Suara Merdeka:

“…Sebuah rumah di RT 1 RW 7 Dusun Beji, Kecamatan Kedu, Temanggung, kemarin sore, digerebek Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.”

(Berita 9: Paragraf 1, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

Pada paragraf 4 juga ditampilkan secara detil dan eksplisit bahwa baku

tembak antara polisi dengan orang-orang yang bersembunyi di rumah Muh Jahri

terjadi hingga pukul 01.00 dini hari. Hal ini mengindikasikan, Suara Merdeka

menggiring pembaca pada keseriusan polisi menangkap tesangka terorisme meski

waktu telah larut malam. Detil tersebut adalah:

“…hingga pukul 01.00 dinihari tadi pengepungan masih dilakukan dan terus terjadi baku tembak…”

(Berita 9: Paragraf 4, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

Kesungguhan polisi juga ditunjukkan dengan melakukan pengamanan secara

ketat di sekitar lokasi penggerebekan. Ketatnya pengamanan ini secara detil

dituliskan dalam paragraf 12:

“…Ratusan warga yang terus mendekat ke lokasi dihalau aparat, hingga minimal 500 meter dari lokasi penggerebekan…”

(Berita 9: Paragraf 12, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

Page 155: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Penggunaan elemen maksud juga nampak pada paragraf 10 dan 11.

Diceritakan secara eksplisit terjadi baku tembak antara polisi dengan orang yang

berada dalam rumah Muh Jahri. Hal ini mengesankan, polisi berjuang mati-matian

untuk menangkap tersangka teroris yang bersembunyi dalam rumah Muh Jahri,

meski mendapat perlawanan hingga malam hari. Elemen maksud secara eksplisit

tersebut adalah sebagai berikut:

“…terjadi baku tembak antara Densus dengan orang-orang yang ada di dalam kediaman rumah milik Muh Jahri itu.”

(Berita 9: Paragraf 10, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

“…Tembakan terus terjadi hingga tengah malam.” (Berita 9: Paragraf 11, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

Selain elemen maksud, pada kalimat tersebut, juga tampak penggunaan

leksikon “baku tembak” dan “terus”. Pemilihan kedua kosakata tersebut

mengarahkan pembaca pada pemahaman bahwa polisi berjuang tiada henti meski

mendapat perlawanan dari tersangka teroris. Hal ini mengindikasikan Suara Merdeka

menggiring pembaca agar terfokus pada kesungguhan dan keseriusan polisi

menangkap tersangka terorisme tersebut.

Dalam memberitakan pengerebekan rumah Muh Jahri, Suara Merdeka

memunculkan tulisan mengenai tewasnya Noordin M Top. Suara Merdeka

bermaksud mendorong pembaca untuk mempercayai kabar tersebut. Hal ini

mendukung tema keseriusan polisi, karena yang muncul dalam benak pembaca

adalah polisi telah berhasil menangkap dan menewaskan otak pengeboman beberapa

tempat di Indonesia, termasuk pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton.

Page 156: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Suara Merdeka secara eksplisit menyatakan tewasnya Noordin M Top dalam

kalimat “…otak pengeboman di sejumlah tempat tersebut tewas tertembak…”

(Berita 9: Paragraf 3, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009). Berita tewasnya

Noordin M Top ini sebenarnya masih berupa dugaan. Akan tetapi, pernyataan-

pernyataan narasumber yang dipilih lebih banyak dan cenderung membenarkan kabar

tersebut jika dibandingkan pernyataan polisi yang belum memastikan kabar tersebut.

Narasumber pun dilekati dengan koherensi kondisional yang menguatkan

pernyataannya. Dituliskan, “…sumber yang bisa dipercaya…” pada paragraf 7.

Penggunaan penjelas “yang bisa dipercaya” tersebut menguatkan posisi narasumber

yang dipilih. Suara Merdeka mengarahkan pembaca untuk percaya pada pernyataan

yang disampaikan narasumber tersebut.

Dari semua penjelasan yang ada cenderng mengarah pada asumsi tewasnya

Noordin M Top. Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan Suara Merdeka mengarahkan

pembaca untuk mempercayai kabar tewasnya Noordin M Top. Di sisi lain, hal ini

memperlihatkan Suara Merdeka menjadikan isu atau kabar yang belum pasti

kebenarannya sebagai dasar pengembangan berita untuk mengarahkan kesadaran dan

asumsi pembaca.

Setelah memberitakan penggerebekan rumah Muh Jahri dan tewasnya

Noordin M Top, Suara Merdeka juga menyampaikan peristiwa penangkapan Aris

dan Indra sebagai latar yang menunjukkan keseriusan polisi dalam menangkap

tersangka terorisme. Penangkapan Aris dan Indra dan penggerebekan rumah Muh

Jahri dihadirkan bersamaan dalam satu berita. Hal ini bisa diindikasikan sebagai

keseriusan polisi menangani dan mengusut tuntas kasus pengeboman dan kasus

terorisme tersebut.

Page 157: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Keterlibatan Aris dan Indra dengan bersembunyinya tersangka teroris di

rumah Muh Jahri ditulis berkaitan. Suara Merdeka menuliskan secara eksplisit dan

detil hal-hal yang membuat Aris dan Indra patut dicurigai terlibat jaringan terorisme.

Aris dan Indra diberitakan mempunyai hubungan darah dengan Tatag dan Muh Jahri.

Aris dan Indra merupakan sepupu Tatag. Tatag sendiri merupakan anak Muh Jahri

yang tiga tahun sebelumnya telah ditangkap polisi. Detil tersebut adalah sebagai

berikut:

“…Kedua laki-laki itu merupakan keponakan Muh Jahri…” (Berita 10: Paragraf 16, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009)

“...Mereka (Indra dan Aris), masih sepupu dengan Tatag yang ditangkap 3 tahun lalu. Tatag adalah anak Pak Muh Jahri…”

(Berita 10: Paragraf 18, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009)

Dalam menjelaskan sosok Tatag, digunakan koherensi kondisional dengan

penjelas negatif. Penjelas “ditangkap 3 tahun lalu” memberikan kesan negatif pada

sosok Tatag. Hal ini untuk menguatkan bahwa Aris dan Indra wajar terlibat terorisme

karena mereka mempunyai hubungan dekat dengan tersangka terorisme juga.

Kecurigaan terhadap Aris dan Indra juga disampaikan Suara Merdeka lewat

penjelas detil dan penjelas mengenai mereka. Dijelaskan secara dertil mereka

mempunyai perilaku yang tak banyak bergaul. Terdapat kalimat:

“…Indra dan Aris adalah sosok yang tak banyak bergaul…” (Berita 10: Paragraf 19, Suara Merdeka, edisi 8 Agustus 2009).

Dituliskan sifat mereka secara detil, yang dikuatkan dengan konjungsi

“yang”. Konjungsi tersebut menandai adanya koherensi kondisional atau penjelas.

Dan kesan yang timbul dengan adanya penjelas “yang tak banyak bergaul” adalah

Page 158: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

kesan negatif. Hal ini disebabkan selama ini, sosok yang dicari polisi karena terlibat

terorisme adalah sosok yang berperilaku tertutup dan tidak banyak bergaul dengan

masyarakat sekitar. Suara Merdeka memunculkan praanggapan dan premis umum

bahwa tersangka terorisme mempunyai perilaku tertutup dan tidak banyak bergaul.

7. Berita 10

Suara Merdeka kali ini menurunkan berita headline mengenai upaya-upaya

yang telah dilakukan polisi dalam mengungkap dan memberantas terorisme di

Indonesia. Pasca pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, polisi

bergerak cepat berusaha mengungkap kasus tersebut, sekaligus memberantas

jaringan teroris yang mendalangi pengeboman itu.

Teks berita ini memberitakan bahwa penggerebekan di Temanggung yang

dilakukan polisi telah berhasil menewaskan buronan utama kasus terorisme di

Indonesia, Noordin M Top. Noordin digambarkan sebagai penebar teror di Indonesia

sejak Bom Bali I. Aksi-aksinya telah menimbulkan korban jiwa ataupun luka, baik

secara fisik maupun psikis pada rakyat Indonesia.

Diberitakan, selama tujuh tahun pencarian, akhirnya polisi berhasil

menangkap Noordin di Temanggung dalam sebuah penggerebekan yang lama dan

mencekam. Proses penggerebekan digambarkan dramatis karena memakan waktu

hingga 18 jam dan terjadi baku tembak maupun ledakan-ledakan kecil dari kedua

belah pihak. Dari peristiwa tersebut, digambarkan tewasnya Noordin dalam

penggerebekan sebagai sebuah prestasi dari kerja keras polisi selama ini.

Selain memberitakan tentang penggrebekan, diberitakan pula prestasi polisi

dalam memburu tersangka terorisme, seperti penangkapan terhadap Amir Ibrahim,

Yayang, hingga tewasnya Eko dan Air Setiawan. Semua peristiwa ini

Page 159: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

menggambarkan hasil keseriusan polisi mengungkap jaringan terorisme. Hal ini

ditanggapi positif oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden

mengucapkan terima kasih dan menghimbau masyarakat untuk terus mendukung

polisi dalam operasi penegakan hukum.

Dalam menanggapi kabar tewasnya Noordin, polisi menunjukkan sikap hati-

hati. Hal ini dikarenakan, polisi masih menunggu bukti yuridis, yakni hasil tes DNA.

Kehati-hatian juga ditunjukkan ketika menjelaskan mengapa polisi tidak

mempublikasikan penangkapan beberapa tersangka terorisme. Polisi tidak ingin

pemberitaan di media justru membuat kaburnya target pencarian polisi. Hal ini

menggambarkan polisi sungguh-sungguh dalam merencanakan setiap upaya

pemberantasan terorisme.

Teks berita ini memberitakan prestasi-prestasi atau keberhasilan yang telah diraih

polisi dalam mengungkap kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz

Carlton dan memberantas terorisme. Dengan demikian, Suara Merdeka

mengkonstruksikan tema utama keseriusan dan kehati-hatian polisi dalam

memberantas terorisme, dilihat dari prestasi-prestasinya.

Tema tersebut kemudian didukung oleh penggunaan strategi-strategi wacana

lainnya, salah satunya elemen skematik. Dengan cara penceritaan tertentu, Suara

Merdeka menyusun wacana keseriusan dan kehati-hatian polisi. Dimulai dari judul

yang dipilih, “BELUM BERAKHIR”. Judul ini dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada pembaca bahwa upaya polisi belum berakhir dalam

memberantas terorisme, meski Noordin telah tewas. Polisi masih akan mencari

tersangka-tersangka terorisme lainnya yang belum tertangkap. Hal ini menunjukkan

Page 160: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

polisi akan sungguh-sungguh dan serius menyelidiki dan memberantas terorisme

hingga tuntas.

Judul tersebut didukung dengan lead yang menceritakan bahwa polisi telah

melakukan penggerebekan di Temanggung dan membuahkan hasil tewasnya

Noordin. Dilihat dari struktur skrip, lead yang diturunkan merupakan what lead

(teras berita apa). Seperti telah dijelaskan di Bab I, jenis lead ini menonjolkan unsure

what, dengan pertimbangan unsur what memiliki nilai berita yang lebih besar, kuat,

atau lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain (who, where, when,

why, how).

Hal ini terlihat dari kalimat pertama dari lead, “…Perburuan selama tujuh

tahun itu akhirnya membuahkan hasil…” Pemilihan what lead menunjukkan Suara

Merdeka berupaya mengarahkan pembaca untuk terfokus pada upaya polisi

melakukan penggerebekan yang dinilai berhasil. Polisi dinilai berhasil karena dapat

menangkap Noordin M Top.

Paragraf selanjutnya menceritakan sosok Noordin yang digambarkan sebagai

buronan terorisme paling dicari karena aksi-aksinya telah menebar teror di Indonesia.

Noordin disini digambarkan sebagai sosok yang sangat menakutkan dan pandai

meloloskan diri dari kejaran polisi. Sehingga berita tewasnya Noordin dalam

penggerebekan dinilai sebagai prestasi polisi.

Latar mengenai sosok Noordin kemudian dirangkai dengan pemberitaan

kronologi penggerebekan. Penggerebekan digambarkan terjadi dalam waktu yang

sangat lama dan mencekam karena terjadi baku tembak dan ledakan-ledakan kecil.

Peristiwa penggerebekan dan tewasnya Noordin di Temanggung kemudian

dirangkai dengan tanggapan kepolisian mengenai kabar tewasnya Noordin.

Page 161: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Kepolisian menunjukkan sikap hati-hati dalam mengemukakan kepastian identitas

tersangka teroris yang tewas dalam penggerebekan di Temanggung. Pihak kepolisian

masih menunggu hasil tes DNA. Hal ini terjadi karena polisi tidak bisa

menyimpulkan hal berdasar logika, tetapi juga harus ada bukti-bukti atau secara

yuridis maupun ilmiah.

Akan tetapi, meski menunjukkan sikap hati-hati, polisi tidak menyangkal

kebenaran kabar tewasnya Noordin. Pernyataan yang disampaikan oleh Kapolri

Jenderal Pol, Bambang Hendarso Danuri tidak secara tegas menyangkal atau

membahtah kabar tersebut. Hal ini mengindikasikan kabar tersebut benar adanya.

Dalam berita ini, polisi digambarkan serius dan hati-hati dalam setiap

langkahnya. Sikap ini tercermin tidak tidak juga ketika mengomentari kabar

tewasnya Noordin M Top, tetapi juga ketika mengemukakan alasan tidak

mempublikasikan penangkapan beberapa teroris. Disebutkan, tujuannya agar para

tersangka tidak kabur.

Kehati-hatian ini kemudian dirangkai dengan keberhasilan polisi menangkap

beberapa tersangka terorisme lainnya dan hasil identifikasi pelaku bom bunuh diri.

Upaya polisi ini disebut Presiden sebagai upaya penegakan hukum dan

pemberantasan terorisme. sambutan positif yang disampaikan presiden menunjukkan

upaya polisi tersebut merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan dan harus

terus didukung. Dukungan terhadap polisi harus terus diberikan karena ancaman

terorisme masih tetap ada meski Noordin dinyatakan tewas di Temanggung. Masih

adanya ancaman terorisme ini merupakan pernyataan Kepala Desk Antiteror

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Irjen Pol (purn) Ansyaad

Mbai yang menjadi penutup dari rangkaian teks berita.

Page 162: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dengan skema seperti itu, teks berita ini mengkonstruksikan wacana

keseriusan dan kehati-hatian polisi dalam mengungkap dan memberantas aksi

terorisme di Indonesia. Polisi digambarkan memiliki tekad kuat mengusut terorisme

hingga tuntas.

Jika dilihat dari pemilihan narasumber, sumber berita yang dipilih adalah dari

kepolisian dan pemerintah. Sehingga, pembaca dapat mempercayai pernyataan-

pernyataan yang disampaikan mereka. Hal ini mempermudah Suara Merdeka

mengiring pembaca pada wacana tertentu yang dikonstruksi Suara Merdeka dalam

teks berita ini.

Sedangkan jika dilihat dari penggunaan elemen maksud dan detil, Suara

Merdeka secara eksplisit dan detil memberitakan jumlah korban Bom Bali I. Detil ini

mendukung penggambaran Noordin sebagai sosok yang sangat menakutkan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan polisi seperti, penggerebekan di Temanggung,

pengungkapan identitas pelaku bom bunuh diri, penangkapan Amir Ibrahim, Yayang,

Eko dan Air Setiawan juga dijelaskan secara detil dan eksplisit. Kronologi

penggerebekan di Temanggung dijelaskan secara panjang lebar pada paragraf 5 dan

paragraf 8-15. Detil ini dimaksudkan untuk menggambarkan kerja keras polisi

menangkap teroris di Temanggung yang diduga sebagai Noordin M Top.

Detil juga dipakai saat memberitakan penemuan lokasi di daerah Kuningan,

Jawa Barat, yang dijadikan tempat untuk merencanakan ledakan bom (paragraf 27).

Kemudian secara eksplisit dan detil juga diceritakan pada tanggal 3 Agustus 2009

polisi berhasil mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri, yakni Dani Dwi

Permana dan Nana Ikhwan Maulana beserta asal mereka (paragraf 28). Pada paragraf

29-32, ditulis secara eksplisit dan detil tersangka teroris lainnya yang telah

Page 163: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

ditangkap, yakni Amir Ibrahim, Yayan, Eko Joko Sarjono dan Air Setiawan.

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memuji keberhasilan polisi

juga disampaikan secara detil pada paragraf 33. Dengan menggunakan elemen detil

dan maksud secara ekplisit, Suara Merdeka memperjelas wacana yang

dikonstruksinya, yakni keseriusan polisi dalam mengungkap dan memberantas

terorisme.

Elemen koherensi lebih banyak digunakan untuk memperkuat gambaran

Noordin sebagai sosok yang menakutkan. Koherensi yang digunakan adalah

koherensi kondisional atau penjelas, pada anak kalimat:

“…menebar teror …yang telah menelan ratusan nyawa dan ratusan korban luka serta meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat Indonesia.”

(Berita 10: Paragraf 2, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009).

Noordin dijelaskan telah menebar teror yang berakibat hilangnya ratusan

nyawa, jatuhnya korban luka, dan timbulnya trauma mendalam bagi rakyat

Indonesia. Teror yang dilakukan Noordin sangat besar dan luas akibatnya.

Selain digambarkan sebagai sosok penebar teror, Noordin juga digambarkan

paling sulit ditangkap dibandingkan rekannya. Di sini, digunakan konjungsi

“sementara” untuk menimbulkan koherensi pembanding atau pembeda ketika

menceritakan Noordin dan Dr. Azhari. “…Noordin selalu lolos, sementara

sejawatnya yang ahli perakit bom, Dr Azahari tewas di Batu Malang…” (Berita 10:

Paragraf 4, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009). Pada kalimat tersebut, efek yang

ditimbulkan adalah Noordin lebih hebat dibanding temannya dalam hal meloloskan

diri dari kejaran polisi.

Page 164: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Koherensi kondisional juga digunakan saat memberitakan Yayan. Yayan

ditangkap polisi di Jakarta Utara karena diduga terlibat terorisme. Penegasan posisi

Yayan sebgai orang yang bersalah dan sebagai teroris terlihat dari penggunaan

penjelas “yang direkrut sebagai calon pelaku bom bunuh diri.”. dengan adanya

penjelas tersebut, efek yang ingin ditimbulkan adalah pembaca meyakini bahwa

Yayan terkait jaringan terorisme dan mendukung upaya polisi menangkapnya.

Penjelas tersebut memberi kesan negatif pada Yayan, tapi juga sekaligus memberi

kesan positif pada polisi. Polisi akan dianggap berhasil menangkap salah satu orang

yang terlibat terorisme.

Penggunaan koherensi juga nampak pada kalimat yang menjelaskan kenapa

Eko dan Air tewas dalam penangkapan. Pada kalimat tersebut digunakan koherensi

akibat-sebab yang ditandai konjungsi “hingga” dan “karena”. Kalimat “…terpaksa

ditembak hingga mati karena hendak melemparkan tabung bom ke polisi.” (Berita

10: Paragraf 31, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009) ini mengkonstruksikan

pembenaran terhadap penembakan Eko dan Air oleh polisi. Eko dan Air ditembak

karena memberikan perlawanan.

Koherensi yang mengkonstruksikan kesan positif pada kepolisian juga

nampak pada kalimat:

“…memberikan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada Kepolisian RI…”

(Berita 10: Paragraf 33, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009).

Dalam kalimat ini digunakan koherensi penjelas “yang setinggi – tingginya”.

Dengan demikian, Suara Merdeka mengarahkan pembaca bahwa upaya-upaya yang

telah dilakukan polisi terkait pemberantasan terorisme— yang disebutkan dalam teks

Page 165: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

berita—merupakan sebuah prestasi dan patut diberi penghargaan yang setinggi-

tingginya, seperti yang dinyatakan Presiden tersebut.

Pembenaran dan dukungan terhadap polisi, nampak pada kalimat yang

disampaikan Presiden:

“...Operasi ini sangat penting, karena hakikatnya adalah tugas negara untuk mencegah dan memberantas aksi terorisme untuk melindungi keselamatan rakyat Indonesia…”

(Berita 10: Paragraf 34, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009).

Pada kalimat tersebut, digunakan koherensi akibat-sebab yang bermakna

upaya penggerebekan, penangkapan, dan pengungkapan identitas teroris merupakan

bagian dari tugasnya mencegah dan memberantas aksi terorisme untuk melindungi

rakyat Indonesia. Sehingga rakyat harus mendukung upaya polisi tersebut.

Dilihat dari elemen kata ganti, Suara Merdeka menggunakan kata ganti

“gembong teroris nomor satu di Indonesia” yang mengacu pada Noordin M Top. Hal

ini memperlihatkan Noordin sebagai buronan paling dicari oleh polisi dan menjadi

sebuah prestasi saat polisi menangkapnya. Selain itu, juga digunakan kata ganti

“teroris asal Malaysia” yang menegaskan Noordin sebagai seorang teroris. Suara

Merdeka bermaksud mengarahkan pembaca untuk membenarkan tindakan polisi

menembak mati Noordin M Top, karena dia adalah teroris yang menjadi buronan

nomor satu kepolisian.

Suara Merdeka juga menggunakan elemen leksikon dalam menggambarkan

aksi Noordin. Peristiwa bom Bali dituliskan sebagai sebuah tragedi. Pemilihan kata

“tragedi” ini menunjukkan bahwa Bom Bali I merupakan peristiwa yang

menyedihkan.

Page 166: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Leksikon serupa juga nampak pada kalimat, “…Bom dahsyat itu merupakan

peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia…” (Berita 10: Paragraf 3,

Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009). Terlihat pemilihan leksikon “dahsyat” dan

“terparah” dalam menggambarkan Bom Bali I. Hal ini menunjukkan Bom Bali I

yang didalangi Noordin merupakan peristiwa yang mengerikan. Suara Merdeka ingin

menggambarkan betapa jahat dan menakutkannya Noordin, serta kesalahan yang

dilakukannya sangat besar. Sehingga, pembaca perlu mendukung langkah polisi

dalam menangkapnya serta anggota jaringan terorisme lainnya.

Selain itu, digunakan leksikon “tewas” di antara sinonimnya, seperti

“meninggal, tiada, wafat, mangkat”. Pemilihan ini disebabkan kata “tewas”

mempunyai makna yang lebih rendah dibanding dengan padanan nya. Hal ini

bermakna Noordin dianggap sebagai seseorang yang dicap buruk. Bahkan

kematiannya pun ditulis dengan pilihan kata yang mengandung kesan negatif.

Suara Merdeka juga menggunakan leksikon “terus” dan “berlanjut” dalam

kalimat “…perburuan untuk menangkap dan membongkar jaringan terorisme terus

berlanjut…” (Berita 10: Paragraf 6, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009). Kedua

kosakata tersebut memperkuat keseriusan polisi yang tidak akan berhenti menangkap

dan membongkar jaringan terorisme hingga tuntas.

Leksikon lainnya adalah “cepat” pada kalimat “…setelah terjadi ledakan bom

di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009, Polri langsung bergerak

cepat…” (Berita 10: Paragraf 26, Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2009). Dengan

pemilihan kosakata “cepat”, polisi digambarkan cekatan dan tangkas dalam usaha

mengungkap pengeboman dua hotel internasional tersebut.

Page 167: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Sedangkan kata “keberhasilan” pada kalimat “…keberhasilannya

melaksanakan operasi penegakkan hukum terpadu…” (Berita 10: Paragraf 33, Suara

Merdeka, edisi 9 Agustus 2009) bermakna polisi telah berhasil menunjukkan

keseriusannya dalam mengungkap dan memberantas terorisme.

Pada teks berita ini juga didukung elemen grafis berupa foto yang

menggambarkan proses evakuasi jenazah tersangka teroris dalam penggerebekan di

Temanggung. Foto ini memperkuat keberhasilan polisi memberantas terorime, salah

satunya adalah berhasil membunuh tersangka terorisme yang diduga Noordin M Top.

Dugaan yang tewas tertembak dalam penggerebekan diTemanggung adalah

Noordin M Top dikuatkan dengan adanya elemen grafis tentang Jejak Noordin M

Top di Jawa Tengah (hlm.1) dan grafis Kronologi Penggerebekan Noordin M Top

(hlm.9). Sedangkan penulisan judul yang dicetak capital, bold, dengan ukuran huruf

paling besar di antara judul lainnya menunjukkan Suara Merdeka mementingkan teks

berita ini dibanding teks berita lainnya.

Dari data-data di atas, terlihat Suara Merdeka mengkonstruksikan wacana

keseriusan dan kehati-hatian polisi dalam mengungkap dan memberantas terorisme.

Hal ini mengindikasikan, Suara Merdeka menggandeng aparat kepolisian dan

pemerintah dalam mendefinisikan dan mengkonstruksikan fenomena terorisme

dalam teks berita ini.

8. Berita 11

Teks berita yang bertajuk “Ternyata Ibrohim” ini memberitakan mengenai

kepastian identitas tersangka teroris yang tewas dalam penggerebekan di

Temanggung. Keraguan bahwa jenazah itu bukan Noordin pun terjawab.Polisi

mengumumkan hasil identifikasi tersebut dan identitas jenazah itu dipastikan adalah

Page 168: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Ibrohim. Kepastian ini didapat setelah terdapat kecocokan DNA jenazah di

Temanggung dengan DNA istri dan anak Ibrohim. Sebelumnya polisi pun mencari

pembanding dari DNA anak Noordin M Top di Malaysia, tapi tidak ditemukan

kecocokan.

Polisi berpendapat, pihaknya tidak pernah menyatakan bahwa yang tewas di

Temanggung adalah Noordin M Top. Selain itu, polisi mengungkapkan pembelaan

bahwa mereka telah berusaha keras menangkap tersangka teroris hidup-hidup.

Kepastian bahwa jenazah itu adalah Ibrohim mengindikasikan Noordin belum

berhasil ditangkap dan masih berkeliaran. Meski begitu, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menyatakan prestasi polisi menangkap Ibrohim patut dihargai. Meski

bukan Noordin, Ibrohim pun terlibat dalam pengeboman. Polisi pun diberitakan

berhasil menggagalkan rencana pengeboman dengan menyergap tersangka di

Jatiasih, Bekasi. Polisi dinilai telah bekerja keras menegakkan hukum serta

mengungkap pelaku pengeboman pasca peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot

dan Hotel Ritz Carlton.

Dalam teks berita ini, Suara Merdeka juga memberitakan himbauan yang

disampaikan Presiden untuk terus mendukung dan memberi dorongan terhadap polisi

untuk menjalankan tugasnya sesuai undang-undang. Dukungan diperlukan polisi

karena Noordin belum tertangkap agar terorisme tidak berkembang di Indonesia.

Dukungan juga diberikan Ketua Komisi III DPR yang menyatakan akan tetap

mendorong Polri mengungkap jaringan teroris.

Teks berita ini mengarahkan pembaca untuk mendukung tindakan polisi

dalam menegakkan hukum dan memberantas terorisme. Polisi digambarkan telah

berusaha keras memberantas terorisme dengan beberapa tindakannya yang berhasil

Page 169: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

menangkap dan mengungkap pelaku pengeboman. Teks berita ini memuat

pembenaran dan dukungan terhadap langkah yang telah dan akan dilakukan polisi

dalam memberantas terorisme.Secara tematik, polisi digambarkan bekerja keras dan

sungguh-sungguh dalam memberantas terorisme dan menegakkan hukum.

Tema tersebut didukung lewat cara penceritaan (skema) tertentu. Diawal

disajikan peristiwa pengumuman resmi yang disampaikan terkait identitas tersangka

teroris yang tewas di Temanggung. Setelah mengetahui bahwa yang tewas ternyata

Ibrohim dan bukan Noordin, pembaca diarahkan pada pernyataan Presiden yang

menilai hal itu sebagai prestasi bukan kegagalan. Meski tidak berhasil menangkap

Noordin, polisi dinilai berhasil menangkap salah satu pelaku yang berperan penting

dalam pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Peran penting Ibrohim

dalam aksi terorisme itu dijelaskan sebagai latar pendukung pernyataan presiden

tersebut. Disebutkan pula polisi berhasil menggagalkan pengeboman yang

dipersiapkan di Jatiasih, Bekasi. Kemudian, presiden menghimbau rakyat Indonesia

untuk tetap mendukung dan member dorongan kepada polisi.

Kritik Komisi III terhadap kejanggalan dalam penggerebekan di Temanggung

disampaikan dalam porsi sedikit dan ditempatkan dalan paragraf terakhir. Bahkan

sebelum kutipan kritik, disampaikan terlebih dahulu bahwa Ketua Komisi III akan

tetap mendukung polisi dalam memberantas terorisme.

Alih-alih mengecam penggerebekan yang dinilai dramatis dan kegagalan

polisi menangkap Noordin, Suara Merdeka justru mengkonstruksikan sebaliknya

dalam teks berita ini. Suara Merdeka cenderung mengarahkan pembaca untuk

menganggap bahwa polisi telah bekerja keras dan berhasil memberantas terorime

Page 170: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

demi menegakkan hukum. Pembaca juga diajak mendukung setiap upaya polisi

dalam menegakkan hukum.

Usaha Suara Merdeka menyembunyikan kelemahan polisi tersebut juga dapat

dilihat dalam penggunaan elemen detil dan maksud. Secara eksplisit dan detil

disampaikan penjelasan-penjelasan yang mendukung tema. Pertama, detil dan

eksplisit menyebut Ibrohim sebagai tersangka teroris yang tewas dalam

penggerebekan di Temanggung dan kecocokan DNA jenazah tersebut dengan istri

dan anak Ibrohim (paragraf 2 dan 6). Detil ini menjadi pengantar/ latar bahwa polisi

telah berhasil menangkap Ibrohim. Detil tersebut nampak pada kalimat:

“…pria yang tewas tersebut adalah Ibrohim alias Boim (37).” …” (Berita 12: Paragraf 2, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

“…kepastian teroris yang tewas adalah Ibrohim setelah terdapat kecocokan Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang bersangkutan dengan DNA istri serta kedua anaknya.”

(Berita 12: Paragraf 6, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009)

Detil kedua diberikan pada tindakan polisi yang dinilai sebagai prestasi,

yakni penyergapan di Jatiasih, Bekasi. Hal ini mendukung penilaian bahwa polisi

berhasil dalam memberantas terorisme. detil tersebut nampak pada kalimat:

“…penggagalan rencana pemboman berikutnya, di mana mobil pengangkut bom dipersiapkan di Jatiasih, Bekasi.”

(Berita 12: Paragraf 14, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009) Detil ketiga diberikan pada penjelasan mengenai peran Ibrohim dalam

pengeboman Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton. Peran Ibrohim dalam aksi

terorisme ini dijelaskan panjang lebar. Hal ini mendukung pernyataan meski polisi

belum berhasil menangkap Noordin, tetapi polisi telah berhasil menangkap Ibrohim

yang juga berperan penting dalam aksi terorisme di Indonesia. Dan hal ini patut

dicatat sebagai prestasi polisi.

Page 171: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Detil keempat diberikan pada pernyatan polisi bahwa polisi tidak pernah

mengatakan, pria yang tewas di Dusun Beji sebagai Noordin M Top. Hal ini

mengindikasikan polisi tidak bersalah atas berkembangnya isu di masyarakat bahwa

pria yang tewas di Temanggung adalah Noordin. Detil tersebut adalah sebagai

berikut:

“…sejak semula polisi tidak pernah mengatakan, pria yang tewas di Dusun Beji sebagai Noordin M Top…”

(Berita 12: Paragraf 19, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Detil kelima tampak pada pernyataan polisi bahwa polisi telah berusaha

menangkap tersangka hidup-hidup. Hal ini menunjukkan sebenarnya polisi tidak

berniat menembak mati Ibrohim dalam penyergapan di Temanggung. Tembakan

diberikan karena Ibrohim melakukan perlawanan terhadap polisi. Detil tersebut

adalah:

“…Prinsipnya kami ingin menangkap hidup, agar dapat diungkap semuanya…”

(Berita 12: Paragraf 20, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Suara Merdeka juga menggunakan elemen maksud untuk mendukung tema

yang diangkatnya dalam teks berita ini. Suara Merdeka secara eksplisit menerangkan

pernyataan presiden bahwa meski belum berhasil menangkap Noordin, tewasnya

Ibrohim tersebut dianggap sebagai prestasi polisi. Hal ini nampak pada kalimat:

“…Meskipun Noordin belum berhasil ditangkap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai, prestasi Polri tetap harus dihargai…”

(Berita 12: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Dari kalimat tersebut, Suara Merdeka mengarahkan pembaca untuk menilai

penggerebekan di Temanggung dan tewasnya Ibrohim sebagai prestasi.

Page 172: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Maksud Suara Merdeka itu juga secara eksplisit terlihat pada kutipan

komentar verbal Presiden SBY:

“…polisi terus bekerja untuk melanjutkan tugasnya…apa yang dilakukan oleh Polri adalah prestasi yang bagus, sekali pun bukan Noordin M Top…”

(Berita 12: Paragraf 9, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Himbauan Presiden kepada rakyat Indonesia untuk mendukung polisi juga

disampaikan secara eksplisit:

“…mari kita berikan semangat dan dorongan kepada kepolisian…untuk menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan amanat UU. Rakyat perlu memberikan dukungan.”

(Berita 12: Paragraf 11, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Hal ini mengindikasikan, Suara Merdeka mengajak pembaca untuk mendukung

tindakan polisi dalam memberantas terorsime.

Sedangkan kerja keras polisi dinyatakan secara eksplisit pada kalimat:

“…Polri juga terus mencari dan menangkap pelaku untuk kemudian membawanya ke pengadilan agar mendapat sanksi yang setepat-tepatnya…”

(Berita 12: Paragraf 13, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Hal ini menunjukkan maksud Suara Merdeka menggiring pembaca untuk

menilai bahwa polisi akan terus bekerja keras menangkap teroris.

Selain Presiden yang mendukung upaya polisi memberantas terorisme,

dukungan juga disampaikan Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan. Hal itu

secara eksplisit ditulis dalam kalimat:

“…Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan menyatakan tetap akan mendorong Polri mengungkap jaringan teroris…”

(Berita 12: Paragraf 21, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009). Suara Merdeka terlihat secara terang-terangan menyampaikan dukungan

kepada polisi.

Page 173: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Dukungan terhadap polisi yang terkonstruksi dalam berita ini juga

disampaikan dengan strategi sintaksis lewat elemen koherensi. Suara Merdeka

menggunakan pengingkaran bahwa tewasnya Ibrohim merupakan prestasi bagus

meski bukan Noordin yang tertangkap. Hal yang ingin ditonjolkan lewat strategi

pengingkaran ini adalah prestasi polisi menangkap Ibrohim, bukan kegagalan polisi

karena tidak berhasil menangkap Noordin. Pengingkaran ini tampak dengan

digunakannya konjungsi sekalipun pada kalimat:

“…Saya kira apa yang dilakukan oleh Polri adalah prestasi yang bagus, sekalipun bukan Noordin M Top…”

(Berita 12: Paragraf 9, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Pengingkaran serupa juga terlihat pada paragraf 12, dalam kalimat:

“…yang tewas dalam operasi yang dilakukan di Temanggung bukanlah Noordin… Meski demikian, Polri dinilainya telah dan terus bekerja secara sungguh-sungguh.”

(Berita 12: Paragraf 12, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Koherensi juga ditemukan pada paragraf 10, yakni koherensi penjelas dan

koherensi akibat-sebab untuk mendukung prestasi polisi tersebut. pada kalimat 16

digunakan anak kalimat penjelas yang menguatkan bahwa Ibrohim merupakan salah

satu pelaku pengeboman yang tidak kalah pentingnya dengan Noordin. Hal ini

nampak pada kalimat:

“…orang yang tewas dalam penyergapan di Temanggung adalah seseorang yang akan melakukan kegiatan pemboman di waktu yang akan datang….”

(Berita 12: Paragraf 10, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Kalimat tersebut dirangkai dengan koherensi penyebab untuk menguatkan

konstruksi prestasi polisi, yang nampak pada kalimat:

Page 174: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

“…Karena itu, prestasi Polri tetap harus dihargai.” (Berita 12: Paragraf 10, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Pada paragraf 14 digunakan penjelas, “…di mana mobil pengangkut bom

dipersiapkan…” untuk menguatkan bahwa di Jatiasih, Bekasi memang, menjadi

tempat perencanaan aksi pengeboman selanjutnya. Sehingga, penyergapan yang telah

dilakukan polisi di Jatiasih menjadi prestasi polisi dalam menggagalkan rencana

pengeboman.

Selain elemen koherensi, Suara Merdeka juga menggunakan elemen leksikon

asebagai strategi untuk mengkonstruksikan keberhasilan/ prestasi polisi. Leksikon

digunakan pada kalimat:

“…prestasi Polri tetap harus dihargai…” (Berita 12: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Pada kalimat tersebut digunakan kosakata “prestasi” untuk menunjuk pada

tertangkap dan tewasnya Ibrohim pada penggerebekan yang dilakukan polisi di

Temanggung. Hal ini menguatkan penilaian bahwa polisi menorehkan prestasi dalam

penggerebekan di Temanggung dengan tewasnya Ibrohim, meski Noordin belum

tertangkap.

Selain digambarkan telah menorehkan prestasi, polisi juga digambarkan telah

bekerja keras dalam mengungkap pelaku pemboman Hotel JW Marriot dan Hotel

Ritz Carlton. Penggambaran tersebut dikuatkan dengan penggunaan leksikon

“bekerja keras” dalam kalimat:

“…polisi bekerja keras untuk menegakkan hukum serta mengungkap pelaku pemboman yang terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu….”

(Berita 12: Paragraf 8, Suara Merdeka, edisi 13 Agustus 2009).

Page 175: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Hal ini menunjukkan Suara Merdeka mengkonstruksikan bahwa polisi telah

bekerja keras dan berhasil mengungkap pelaku pengeboman yang juga merupakan

aksi terorisme.

Elemen grafis yang digunakan dalam teks berita ini juga mendukung

labelisasi prestasi polisi pada tewasnya Ibrohim. Grafis yang ditampilkan adalah

mengenai Peranan Ibrohim, sehingga menguatkan anggapan bahwa Ibrohim

merupakan salah satu orang yang mempunyai peran penting dalam pengeboman di

kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Polisi pun telah berhasil menangkapnya.

Page 176: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan analisis dan interpretasi terhadap teks berita headline

Harian Suara Merdeka mengenai peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel

Ritz Carlton periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009. Selama rentang waktu tersebut

terdapat 12 teks berita headline yang sesuai fokus penelitian ini. Ke 12 berita tersebut

kemudian melalui proses identifikasi dan analisa teks yang mengacu pada elemen wacana

Teun van Dijk pada level analisis teks.

Dalam 12 teks berita headline yang diteliti, Suara Merdeka berupaya

mewacanakan bahwa peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton

merupakan sebuah aksi terorisme yang dilakukan oleh Noordin M Top dan kelompoknya.

Wacana ini terkonstruksi lewat beberapa strategi wacana, seperti tematik, skematik,

sintaksis, stilistik, dan retoris yang menunjukkan cirri-ciri yang mengarah pada aksi

terorisme. Secara gamblang, Suara Merdeka menggunakan pernyataan Kepala Badan

Intelijen Indonesia dan Kapolri untuk melabeli pelaku sebagai teroris lama dan peristiwa

pengeboman tersebut sebagai tindakan teroris. Kemudian, Noordin M Top yang diduga

berada di balik aksi pengeboman tersebut juga dilabeli sebagai “gembong teroris”.

Selain itu, mengacu pada karakteristik terorisme yang dikemukakan Suara

Merdeka juga menyajikan fakta-fakta yang mengarahkan bahwa peristiwa pengeboman

tersebut identik dengan karakteristik terorisme menurut . Misalnya, Suara Merdeka

mengemukakan hasil penyelidikan polisi bahwa peristiwa pengeboman tersebut

Page 177: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

merupakan aksi bom bunuh diri. Pengeboman hotel yang merupakan fasilitas umum

sendiri merupakan salah satu teknik destruktif yang menjadi karakteristik terorisme,

yakni pengerahan kekerasan untuk menghancurkan properti.

Kemudian, disajikan pula fakta-fakta yang identik dengan karakteristik terorisme

yakni sasaran aksi terorisme adalah penduduk sipil. Misalnya, secara detil ditulis akibat-

akibat pengeboman hingga timbul kekacauan baik di lokasi pengeboman yang

merupakan fasilitas umum, jatuhnya korban di masyarakat sipil.

Dengan menggandeng pendapat kepolisian, terorisme juga diwacanakan sebagai

bukan suatu tindak kriminal biasa, sehingga prosedur penangkapan para teroris pun

berbeda prosedur penangkapan tindak kriminal biasa. Hal ini terlihat ketika Suara

Merdeka mengutip pernyataan kepolisian bahwa mekanisme penangkapan tersangka

terorisme berbeda dengan mekanisme penangkapan tindak kriminal biasa.

Dalam pemberitaannya mengenai pelaku atau tersangka terorisme, Suara Merdeka

senantiasa mengkaitkan simbol-simbol keagamaan (Islam) pelaku dengan dugaan aksi

terorisme yang dilakukannya. Motif terorisme dikaitkan dengan latar belakang agama

para pelaku terorisme. Misalnya, Nur Sahid diberitakan dekat dengan pesantren, yakni dia

brprofesi sebagai guru di sebuah pesantren. Selain itu, dia juga diceritakan sebagai

alumnus Pondok Pesantren Ngruki. Pasca menjadi santri Ngruki, tingkah Nur Sahid

digambarkan mulai misterius, seperti jarang pulang.

Kemudian saat memberitakan penangkapan Muh Jahri, Aris, dan Indra Suara Merdeka

menunjukkan latar belakang mereka. Misalnya, Muh Jahri merupakan guru agama serta istri Aris

dan Indra menggunakan cadar. Suara Merdeka juga menggunakan kata ganti frasa “…ustad

pengasuh Ponpes Al Muaddib, Pasuruhan…” untuk Bahridin yang menjadi buron polisi dalam

kasus terorisme. Suara Merdeka juga menggunakan penjelas “santri Bahridin” untuk Agus

Page 178: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Mudjiono, salah satu buron polisi. Dengan adanya penjelas tersebut, Suara Merdeka memberikan

informasi kepada pembaca bahwa orang yang diburu polisi dalam kasus terrorisme ini lagi-lagi

adalah orang yang paham ajaran agama Islam. Karena sebenarnya tanpa adanya penjelas “santri

Bahridin” ini pun, informasi mengenai orang-orang yang masih dalam pencarian polisi dapat

tersampaikan. Hal ini menunjukkan Suara Merdeka menggunakan stigma ideologi dalam

mendefinisikan dan mengkonstruksikan pelaku terorisme.

Dari wacana-wacana yang muncul pada 12 berita yang diteliti tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa Suara Merdeka mengkonstruksikan terorisme sebagai tindak

kejahatan atau tindak kriminal luar biasa yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

pengerahan teknik-teknik yang destruktif, misalnya pengeboman pada lokasi-lokasi yang

dipandang menjadi simbolisasi dari musuh sebagai sasaran—dalam hal ini adalah hotel

yang merupakan fasilitas umum—serta bertujuan menimbulkan kekacauan dan ketakutan

dalam masyarakat.

Selain itu, sesuai dengan pendapat Michael Ward Ghetti mengenai relasi antara

terorisme dan pubilkasi media, Suara Merdeka secara tidak langsung mempublikasikan

tujuan terorisme yang berupaya menimbulkan ketakutan dalam masyarakat. hal ini

terlihat ketika Suara Merdeka gencar memberitakan akibat-akibat terorisme seperti

hancurnya lokasi pengeboman, jatuhnya banyak korban jiwa maupun luka-luka,

kepanikan warga, serta secara eksplisit mengutip pernyataan Presiden SBY bahwa

keamanan dan perekonomian Indonesia terguncang akibat pengeboman tersebut. Ini

menunjukkan adanya relasi simbiosis mutualisme antara Suara Merdeka dan terorisme.

Wacana-wacana lain yang dikonstruksikan oleh Suara Merdeka adalah adanya

konstruksi negatif atas para tersangka terorisme dan konstruksi positif atas kepolisian.

Kematian tersangka terorisme dianggap sebagai sebuah prestasi bagi aparat kepolisian. Di

Page 179: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

sini, Suara Merdeka berarti mengkontruksikan polisi secara positif. Label “prestasi” ini

muncul pada pemberitaan mengenai tewasnya Ibrohim pada penggerebekan di

Temanggung. Suara Merdeka “meminjam” pernyataan Presiden SBY untuk memberi

label prestasi dan operasi penegakan hukum pada beberapa upaya polisi menangkap

teroris.

Selain itu, secara tersirat polisi digambarkan serius, berhati-hati, dan tanggap

dalam menangani terorisme. penggambaran ini terkonstruksi lewat beberapa strategi

wacana. Misalnya, secara eksplisit Suara Merdeka mengutip pernyataan polisi bahwa

mereka belum bisa berandai-andai menentukan siapa pelaku pengeboman Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton karena menunggu hasil penyelidikan. Sikap hati-hati ini

juga terekspresikan ketika polisi dimintai pernyataan mengenai hasil tes DNA pada

jenazah tersangka teroris yang tewas dalam penggerebekan di Temanggung.

Sedangkan keseriusan polisi ditunjukkan lewat pemberitaan penyelidikan Nur

Sahid dan Ibrohim, penggeledahan kembali rumah Bahridin, upaya pencarian Maruto,

dan reka ulang TKP pengeboman, penggerebekan di Temanggung dan upaya identifikasi

jenazah tersangka teroris yang tewas dalam penggerebekan di Temanggung. Pada Berita

4, terdapat dua peristiwa, yakni pengidentifikasian pelaku bom bunuh diri di Hotel JW

Marriot dan Hotel Ritz Carlton serta penyelidikan ancaman bom lewat telepon yang

marak setelah pengeboman dua hotel tersebut untuk menimbulkan kesan keseriusan polisi

dalam menangani dua kasus yang berbeda.

Selanjutnya, lewat strategi leksikon Suara Merdeka menggunakan kata “fokus”,

“terus”, “lagi”. Suara Merdeka juga menggunakan kata “bekerja keras” untuk menyebut

upaya polisi dalam menangani terorisme. Kemudian, Suara Merdeka secara detil

menceritakan upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan polisi untuk menangani

Page 180: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

terorisme. Misalnya, ketika polisi melakukan tes DNA pada keluarga Nur Said dan

Ibrohim. Jika prosedur biasanya berminggu-minggu, maka untuk kasus ini polisi

menempatkan timnya setiap hari untuk melakukan prosedur tes DNA agar hasilnya bisa

didapat hanya dalam waktu 2-3 hari.

Detil juga nampak pada langkah-langkah polisi hingga bisa mendapatkan identitas

dan membuat sketsa dua pelaku bom bunuh diri, upaya polisi mempersempit ruang gerak

teroris, seperti memberikan pengarahan kepada kades/lurah dan jajaran pemerintahan di

daerah soal ancaman teroris serta penyebaran poster Noordin M Top, penggeledahan

rumah Bahridin, upaya penggerebekan di Temanggung.

Detil juga dipakai pada Berita 10, saat memberitakan penemuan lokasi di daerah

Kuningan, Jawa Barat, yang dijadikan tempat untuk merencanakan ledakan bom.

Kemudian secara eksplisit dan detil juga diceritakan pada tanggal 3 Agustus 2009 polisi

berhasil mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri, yakni Dani Dwi Permana dan

Nana Ikhwan Maulana beserta asal mereka. tersangka teroris lainnya yang telah

ditangkap, yakni Amir Ibrahim, Yayan, Eko Joko Sarjono dan Air Setiawan. Dengan

menggunakan elemen detil dan maksud secara ekplisit, Suara Merdeka memperjelas

wacana yang dikonstruksinya, yakni keseriusan polisi dalam mengungkap dan

memberantas terorisme.

Selain itu, lewat penggunaan narasumber, yakni Presiden SBY, Suara Merdeka

mengajak pembaca untuk menilai upaya penangkapan teroris yang dilakukan polisi

adalah prestasi dan hasil kerja keras dalam melakukan operasi penegakan hukum.

Kemudian, pembaca juga diajak untuk mendukung, mendorong, dan memberikan

semangat kepada kepolisian untuk menjalankan tugasnya tersebut.

Page 181: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi para peneliti yang hendak melakukan riset mengenai teks berita, khususnya berita

media cetak, penelitan ini dapat dijadikan acuan. Meski demikian, dapat digunakan

pendekatan dan metode penelitian yang berbeda dengan penelitian ini. Sehingga bisa

memperoleh pemahaman yang lebih luas lagi dalam menganalisis teks berita.

2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat mengambil periode setelah penelitian ini. Karena teks

berita mengenai terorisme masih dimuat pasca periode penelitian ini. Sehingga penelitian

dapat dilakukan lebih menyeluruh.

3. Bagi pembaca atau penikmat media cetak, sebaiknya lebih kritis dalam memaknai apa

yang disajikan media cetak. Karena realitas sosial yang terekam dalam tulisan media

cetak belum tentu merupakan realitas sebenarnya. Realitas tersebut telah melalui proses

konstruksi yang menonjolkan dan menyembunyikan bagian-bagian atau fakta-fakta

tertentu.

Page 182: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

DAFTAR PUSTAKA

AM. Dewabrata, 2006, Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan

Berita, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Amin M, Muhamad, 2003, “Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali dalam Media Massa: Analisis Framing Berita-Berita Seputar Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali di Surat Kabar Republika dan Jawa Pos Oktober 2002”, Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala, 2005, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Bungin, Burhan, 2001, Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Yogyakarta: Jendela.

______, 2005, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka. Echols, John M dan Hassan Shadily, 1996, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. Eriyanto, 2001, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:

LKiS.

Fauzi, Arifatul Choiri, 2007, Kabar-Kabar Kekerasan dari Bali, Yogyakarta: LKiS.

Hakim, Luqman, 2004, Terorisme di Indonesia, Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta.

Hastjarjo, Sri, 2008, Catatan Jurnalistik 1: Modul Kuliah Jurnalistik 1, Surakarta:

Page 183: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Jurusan Komunikasi FISIP UNS.

Hidayat, Nur, 2007, “Media dan Terpidana Kasus Korupsi: Analisis Framing terhadap Berita Terpidana Anggota Dewan Kota Solo Tahun 1999-2004 atas Kasus Korupsi APBD Tahun 2003 di Harian Umum Solo Pos dan Harian Suara Merdeka Periode Agustus-Oktober 2006”, Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ishwara, Luwi, 2005, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS, 2008, Buku Pedoman Penyusunan/ Penulisan Skripsi &Tugas Akhir untuk Strata 1 Ilmu Komunikasi, Surakarta.

Kriyantono, Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana.

Kuniasari, Heny, 2007, “Berita SIEM F&C 2007 di Surat Kabar: Analisis Isi Berita SIEM F&C 2007 pada Surat Kabar Solo Pos dan Suara Merdeka Periode Agustus-September 2007”, Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, 2006, Jurnaliastik: Teori

dan Praktik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masriyatun, 2002, “Kebutuhan Informasi dan Penggunaan Majalah Periklanan:

Studi Korelasi antara Kebutuhan Informasi Kreatif Iklan dengan Penggunaan Majalah Periklanan di Kalangan Mahasiswa Periklanan Program Diploma III Komunikasi Terapan FISIP UNS Periode Tahun 2000 s/d 2001”, Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Meleong, J. Lexy, 1998, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Nurudin, 2005, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. _______,2003, Komunikasi Massa, Malang: CESPUR.

Page 184: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

Oetama, Jacoeb, 2001, Pers Indonesia: Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Pawito, 2009, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta: Jalasutra.

______, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKiS. Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumadiria, AS Haris, 2006, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

________, 2006, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature:Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Thamrin, Muhammad Ikhlas, 2007, Densus 88 Undercover: Menyingkap Misteri di Balik Kinerja Densus 88 dalam Menangkap Para Tersangka Teroris, Surakarta: Quo Vadis

Vivian, John, 2008, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana Widiastuti, Nur Heni, 2008, “Proses Pembuatan Berita di Harian Suara Merdeka

Biro Surakarta”, Laporan Kuliah Kerja Komunikasi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Jurnal Fishman, Donald A. ”Rethinking Marshall Mc Luhan: Reflection on a Media

Theorist”.September 2006. Journal of Broadcasting and Electronic Media. Ghetti, Michelle Ward. "The terrorist is a star! Regulating media coverage of

publicity-seeking crimes. " Juni 2008. Federal Communications Law Journal. <http://find.galegroup.com/gtx/infomark.do?&contentSet=IAC-Documents&type=retrieve&tabID=T002&prodId=SPJ.SP00&docId=A182405957&s

Page 185: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

ource=gale&srcprod=SP00&userGroupName=iduns&version=1.0>. 14 September 2009

Mursito BM, “Konstruksi Realitas dalam (Bahasa) Media”, Jurnal Komunikasi

Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007. <http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sk_1_1_mursito.pdf> 16 Oktober 2009.

Muslich, Masnur, “Kekuasaan Media Mengkonstruksi Realitas”, Jurnal Bahasa

dan Seni, Tahun 36, Nomor 2, Agustus 2008. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. <21 Maret 2010>

Tirado, Francisco & Ana Gálvez, “Positioning Theory and Discourse Analysis: Some Tools for Social Interaction Analysis”, 31May 2007. Forum

Qualitative Sozialforschung/ Forum: Qualitative Social Research, Volume 8, No. 2, Art.. <http://www.qualitative-research.net/fqs/> 2 November 2009.

Surat Kabar “ IHSG Sempat Anjlok”, Suara Merdeka (18 Juli 2009) “Jakarta Dibom, 9 Tewas”, Solo Pos (18 Juli 2009) Lukmantoro, Triyanto, “Mumbai, Terorisme, dan Keberpihakan Jurnalisme”,

Suara Merdeka (9 Desember 2008). Situs Internet Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, “Kamus Besar Bahasa

Indonesia”. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. <http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=download+kamus+besar+bahasa+indonesia.pdf&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=983862b504061180>

Van Dijk, Teun A. “Critical Discourse Analysis: Chapter 18.” <http://www.discourses.org/OldArticles/Critical%20discourse%20analysis.pdf> 02 November 2009

Lukmantoro, Triyono, “Relasi simbiotis media-teroris”

Page 186: KONSTRUKSI FENOMENA TERORISME DALAM … · Rincian Tugas Departemen Redaksi ... The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics,

<http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=28397&Itemid=62> 04 April 2009

Sudarto, “Manajemen krisis dalam Penanggulangan Terorisme”

<http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=56> 12 Agustus 2009

Sultani, “Jalan Licin Kebebasan Pers”

<http://www.mediabolon.com/index.php?option=com_content&view=article&id=425:jalan-licin-kebebasan-pers&catid=51:pers&Itemid=141> 12 Agustus 2009.

“Pakar: Media telah jadi alat teroris”

<http://www.solopos.com/2009/channel/nasional/pakar-media-telah-jadi-alat-teroris-1841> 4 Agustus 2009.

“Polri: Media Menjadi Alat Teroris”

<http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/07/24/16555393/Polri.Media.Menjadi.Alat.Teroris> 4 Agustus 2009.

<http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=372>

12 Agustus 2009. <http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-dandiadity-90&q=Ruang> <http://74.125.153.132/search?q=cache%3AA_Sq2MuguMIJ%3Adigilib.petra.ac.id%2Fjiunke-ns-s1-2009-51404052-11581-jawa_pos-chapter2.pdf+definisi+headline&amp;hl=id&ampl;gl=idbr>