Konstruksi Beton
-
Upload
zaniyah-afifah -
Category
Documents
-
view
55 -
download
6
Transcript of Konstruksi Beton
KONSTRUKSI BETON
1. PERSIAPANMengingat pentingnya pekerjaan beton maka untuk mendapatkan mutu beton yang diinginkan sesuai spec dan mendapatkan hasil yang memuaskan kita perlu memperhatikan hal-hal seperti dibawah ini :
A. Mix Design (merencanakan campuran beton)Mix Design sebaiknya dilakukan minimum 10 hari sebelum pengecoran. Umumnya untuk mempermudah pekerjaan di lapangan, mix design dilaksanakan berdasarkan data-data yang ada, contoh 1 : 2 : 3; 1 : 1 1/2 : 2 1/2, yang sesuai dengan kondisi setempat, atau untuk lebih akurat bisa dilakukan perhitungan berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Setelah didapat proporsi dari masing-masing material maka diadakan Trial mix (percobaan campuran), sesuai dengan proporsi yang ditetapkan misalnya 1pc :2ps:3kr kemudian masing-masing hasil Trial Mix kita periksakan ke laboratorium untuk mengetahui mutu beton.
B. Pembuatan dan Perawatan Benda ujiCetakan benda uji yang kita pakai ukuran 150 x150 x 150 atau silinder ø 150 dan tinggi 300 terbuat dari baja. Cara pengambilan sample dilakukan sbb :
Beton dimasukkan dalam cetakan, dibagi dalam 3 lapisan yang kira-kira sama tingginya, setiap lapisan dipadatkan dengan cara menusuk-nusuk dengan alat dari baja (D 16 mm besi polos ) ± 25 kali , tempat / cetakan diketok-ketok.
Selama 24 jam, contoh beton harus dilindungi dari penguapan yang terlalu cepat. Cetakan dibuka setelah 24 jam (minimum).
Sebelum di test contoh harus direndam dalam air selama 3-5 hari. Silinder Beton yang akan di test dikeringkan secukupnya dan kedua permukaannya diberi
sulfur compounds setebal 1/8 – 1/6 inch. Pemberian lapisan (capping) dimaksudkan agar diperoleh permukaan yang rata dan tegak lurus terhadap sumbu.
Beton secepatnya ditest kekuatan tekannya.C. Pemeriksaan mutu di lapangan
Pemeriksaan mutu beton di lapangan sebelum dituangkan, cara yang paling praktis dilakukan dengan Slump Test, dengan alat Kerucut Abram, secara singkat caranya sbb : Masukkan beton kedalam Kerucut Abram, setiap 1/3 bagian beton dipadatkan dengan penusuk
dari baja sebanyak ± 25 kali, kemudian dilanjutkan dg 1/3 bagian yang lain. Setelah penuh dan rata kerucut ditarik vertikal keatas perlahan-lahan. Ukurlah tinggi beton yang turun terhadap Kerucut Abrams, turunnya tinggi beton itu adalah
tinggi Slump beton.
Nilai Slump untuk pengecoran pelat, balok, kolom yang baik berkisar 10 ± 2. Semakin tinggi nilai slump akan menyebabkan Faktor air semen tinggi, sehingga kekuatan tekan beton akan semakin berkurang.
D. Pengujian BetonMenurut SK-SNI idealnya benda uji yang ada minimum 30 benda uji dari pengecoran yang berkesinambungan, tapi bila benda uji kurang dari 30, maka Standart Deviasinya harus dikalikan dengan faktor seperti pada tabel 4.3.1.2 SK – SNI. Rumus untuk analisa benda uji: f’cr = f’c + 1,64 Sdimana :f’cr = Kuat tekan beton rata-rata menurut Rumus S f’c1 /nf’c = Kuat tekan beton yang direncanakanS = S (f’c1 – f’cr)²n – 1n = Jumlah nilai hasil uji (1 hasil uji adalah rta-rata dari 2 benda uji)
Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan memuaskan bila kedua persyaratan berikut tercapai :a. Nilai rata-rata dari 4 hasil uji, tidak kurang dari f’c +0,82 Sb. Tidak satupun hasil kurang dari 0,85 f’c.
E. Pengujian BesiPengujian besi dilaksanakan di dua tempat di lapangan dan di lab untuk pengujian besi di lapangan, pengujian besi polos menggunakan sketsmatch, sedang untuk besi ulir/Deform ditimbang berat per m kemudian dihitung dengan rumus 12,74 B.Toleransi DD s/d 14 ± 0,4 mm Penyimpangan kebundaran16 – 25 ± 0,5 mm max 70 % dari toleransi28 – 34 ± 0,6 mm36 – 50 ± 0,8 mmPengujian di laboratorium:
1. Ambil contoh minimal 1 1/2 m potong dari kedua ujung batang, tidak boleh dengan cara pemasangan.
2. Setiap kelompok yang terdiri dari satu ukuran dan berasal dari satu produk diambil diambil 1 contoh.
3. Untuk kelompok yang beratnya lebih dari 5 ton, setiap kelipatan 5 ton diambil 1 contoh.4. Contoh-contoh tersebut di ujikan pada lab-lab yang ditunjuk.5. Hasilnya 5 % tidak boleh kurang dari s leleh baja.
3. BEKESTING
Bekesting merupakan cetakan untuk beton, sehingga pelaksanaannya harus benar- benar teliti dan terencana. Dari segi biaya, pelaksanaan begesting juga perlu diperhitungkan karena biayanya cukup tinggi untuk itu bekesting harus bisa digunakan berulang-ulang. Sistem bekesting pelat, balok, kolom, perlu dibuat standar yaitu dengan sistem panel, sehingga diharapkan bisa digunakan berulang-ulang. Sistem panel adalah suatu systim bekesting dimana setiap modul dari begesting diberi rangka keliling dari usuk. Khusus untuk begesting expose semua rangka penel harus diserut dulu atau pakai panel plywood. Sebelum besi dipasang semua permukaan bekesting harus diberi mud oil.
Lihat Gambar III.4. dan III.2.
Daerah KM/WC begesting pelat & balok diturunkan 10 cm. Pada daerah atap yang ber-
hubungan langsung dengan air, begesting harus dibuat miring (ada kemiringan) sehing-
ga air bisa mengalir. Selain begesting tersebut, di ST juga ada begesting yang sudah
paten, yang bisa kita pergunakan, seperti pada tabel dibawah ini :
No Jenis Ukuran Jumlah Kegunaan
1 Rangka L 40.40.4 40 x 120 cm² 77
50 x 120 cm² 16 Gebkekan
60 x 120 cm² 35 begesting
70 x 120 cm² 46 kolom
80 x 120 cm² 33 persegi
90 x 120 cm² 220
2 Begesting bulat ø 60 20 begesting
ø 50 17 kolom
ø 30 2 bulat
3 Begesting sloof Pj. 580 cm 39 beg. sloof
rangka siku.
4 Besi beton ø 10 mm Pj. 95 cm 198 Klem
Pj. 80 cm 85 Begesting
kolom
Untuk mempermudah dalam pemesanan scafolding terlampir Tabel Jarak Tumpuan
Balok dan jumlah usuk 5/7 yang diperlukan ‘bodeman’ balok.
No. Luasan Balok Jumlah usuk Jarak Contoh Ukuran Cross Brace
pd bodeman Tumpuan
1 s/d 0,085 m² 2 150 20/30, 20/40, 20/35
2 0,086 s/d 0,127 m² 3 150 25/40, 25/50, 30/40 193
3 0,128 s/d 0,508 m² 3 75 40/60, 40/70, 60/80 183
1 s/d 0,059 m² 2 183 15/20, 15/25, 20/30
2 0,06 s/d 0,088 m² 3 183 20/35, 20/40 220
3 0,089 s/d 0,35 m² 3 91.5 30560, 40/70, 50/70
4. PEMBESIAN
Yang dimaksud dengan pembesian adalah pekerjaan perangkaian besi sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan gambar rencana yang diinginkan. Pembesian bukanlah
pekerjaan yang mudah sebab bila kita tidak mengerti dasar-dasar pembesian lalu kita
laksanakan dengan tidak hati-hati akan berakibat fatal, mungkin bisa terjadi bongkar-
pasang bahkan yang paling extrim bisa menyebabkan keruntuhan. Untuk itu pembesian
perlu memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini :
4. 1. Daftar Buistat.
Sebelum dimulai pekerjaan perangkaian kita harus punya dulu daftar buistat, dimana
didalamnya terdapat daftar pemotongan besi. Karena daftar Buistaat merupakan hal
yang penting untuk itu perlu di standarisasi.
Lihat contoh Tabel III.2.
Gambar / Bentuk Panj ø Berat Jml Pot Total Digunakan Jml pot Sisa Diguna Tot bahan
Potongan Besi (m) (mm) (Kg/m) (bh) Berat dr sisa (bh) pot untuk
4.2. Sambungan lewatan
- 30 – 40 d (untuk besi ulir) dan 35 – 40 d ( untuk besi polos)
- Sambungan tidak boleh dalam 1 baris harus 50% – 50%
- Bendrat untuk mengikat sambungan harus benar-benar kuat
4.3. Beugel (sengkang)
- kait / hak pada beugel harus dibuat 5 d
4.4. Overlapping (lihat gambar)
4.5. Pertemuan antar balok
- Balok portal / induk dimenangkan
- Balok anak masuk di dalam balok induk
4.6. Pertemuan balok portal (lihat gambar).
4.7. Beugel kolom pada pertemuan balok dan kolom sebaiknya dipasang.
5. PENGECORAN
Pengecoran bisa dilaksanakan dengan dua cara yaitu site mix dan ready mix.
Pengecoran Site mix campurannya harus mengikuti perhitungan mix design dan
pelaksanaanya harus menggunakan kotak takaran yang telah ditetapkan.
Untuk ready mix kita harus menempatkan orang pada Batching Plant untuk pengontrolan
loading sehingga akan mengurangi kesalahan dalam penakaran.
5.1. Pengecoran Balok dan Plat
Yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran adalah sbb :
- pembersihan bekas-bekas kotoran dengan air atau compresor
- Kontrol elevasi begesting.
- Check semua begesting apakah ada yang lubang
- Beugel-beugel yang lepas dipasang kembali.
- Sparing Instalasi air bersih, kotor dan sebagainya dikontrol kembali, apakah telah
terpasang semua.
- Siapkan peralatan cor seperti garuk, sepatu cor, thriller & deklit
- Besi kolom harus dibuat as dulu dengan cara ditarik dengan trextang.
- Beugel kolom dipasang sepanjanmg 1/2 tinggi kolom.
Pada daerah KM/WC tepi luarnya diberi tanggulan setinggi 10 cm untuk pasangan
bata. Demikian pula untuk dinding luar diberi tanggulan setinggi 10 cm.
5.2. Pengecoran kolom
Tinggi jatuh disyaratkan 1,5 – 2 m, jadi bila ada kolom yang > 2 m pada begesting
sebaiknya diberi jendela. Untuk pengecoran pertama diberi spesi campuran :
1Pc : 2 Ps ± 5 ember untuk menghindarkan kropos pada bagian dasar. Sepatu
kolom mempergunakan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr.
Thriller diusahakan masuk sampai kedasar kolom, bagian luar tetap harus diberi
orang untuk ‘ketok-ketok’.
Bila besi terlalu banyak, thriller bisa diganti bambu dan ‘dijojoh’ dari atas.
5.3. Beton Decking
Menurut Sk-SNI tebal pentup beton :
a. Beton yang berhubungan dengan tanah d-19 keatas 5 cm, < d19 4 cm
b. Pelat 2 cm
c. Balok, kolom, 4 cm.
5.4. Penggetaran
Thriller diletakkan pada arah 60° – 90° yang akan dithriller kemudian pada waktu
penggetaran tidak boleh digetarkan pada besi tulangan terlalu lama karena meng
ganggu proses pengerasan, alat getar dipindahkan secara perlahan dan berpin-
dah-pindah.
Perlu diperhatikan jangan terlalu lama melakukan penggetaran pada satu tempat
akan menyebabkan sarang kerikil karena terjadi pemisahan agregat.
5.5. Pemberhentian Pengecoran
Diharapkan tidak ada pengecoran yang berhenti di tengah jalan tapi bila terpaksa
bisa dilakukan pemberhentian pengecoran pd 1/4 s/d 1/2 L bentang yang dicor.
Sebelum disambung bersihkan kerikil-kerikil yang lepas lalu siramkan air semen
dicampur dengan addibond, kemudian sambungan bisa dilaksanakan.
5.6. Finishing Cor
Setelah pengecoran selesai, harus ada orang khusus untuk meratakan permukaan
cor yaitu dengan cara digosok hingga padat.
Perlakuan khusus diberikan pada daerah km/wc, pada waktu proses penggosok-
an juga harus diberi plesteran 1 : 2 dan digosok lagi sampai halus sehingga diha-
rapkan lapisan semen bisa berfungsi sebagai waterproofing.
Selanjutnya diadakan uji coba dengan genangan air.
5.7. Pengecoran Lisplank
Pengecoran lisplang tidak diijinkan distek, tapi harus dicor bersamaan pada waktu
pengecoran balok / plat.
5.8. Perawatan Beton
Setelah selesai pengecoran selama 7 hari selalu dibasahi dengan air, untuk pe -
kerjaan yang sensitif bisa mencapai 14 hari.
Caranya : 1. Meggenangi dengan air pada konstruksi yang datar seperti plat
2. Memerciki air secara terus-menerus
3. Menutupi dengan karung goni basah
5.9. Perbaikan beton
Dalam bahasan ini hanya dibicarakan yang umum / yang sering terjadi
yaitu kropos dangkal dan sarang kerikil.
Caranya : 1. Kerusakan dibersihkan
2. Buat campuran air + semen ( kalau perlu ditambah Bocrete)
3. Oleskan air semen pada permukaan tersebut
4. Tambalkan camp 1 Pc : 2 psr pd permukaan tsb sampai pampat
Kalau kropos sampai dalam bisa di injeksi atau grouting.
5.10. Pembongkaran begesting balok dan plat
Begesting boleh dibongkar setelah beton mencapai kekuatan ± 70% dari kekuatan
rencana, jadi kira-kira 10 hari, pembongkarannyapun harus mulai dari tembereng
balok, pelat, baru kemudian balok.
Setelah begesting dibongkar, panel-panel tersebut disusun kembali berdasarkan
penggunaannya.