Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan...

38
Konstitusionalitas Konstitusionalitas dan dan Urgensitas Urgensitas P t P t K it i K it i d I dik t I dik t t P enet apan P enet apan K rit eria K rit eria dan dan Indik at or Indik at or sert a sert a Mekanisme Mekanisme Pengakuan Pengakuan dan dan Perlindungan Perlindungan Masyarakat Masyarakat (Hukum Hukum) Adat Adat d k i k i R. R. Yando Yando Zakaria Zakaria Lingkar Lingkar Pembaruan Pembaruan Desa Desa dan dan Agraria Agraria (KARSA) (KARSA) Mantan Mantan Tenaga Tenaga Ahli Ahli Panitia Panitia Khusus Khusus RUU RUU Desa Desa, DPR RI , DPR RI Disampaikan Disampaikan pada pada: Lokakarya Membangun Kesepahaman Lokakarya Membangun Kesepahaman Para Pihak Dalam Menyikapi dan Menindaklanjuti Para Pihak Dalam Menyikapi dan Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU No. 35/PUUX/2012 Pada Tataran Nasional dan Daerah X/2012 Pada Tataran Nasional dan Daerah. Diselenggarakan Diselenggarakan oleh oleh Watch Indonesia (FWI) bekerja sama dengan Forclime ( Watch Indonesia (FWI) bekerja sama dengan Forclime (Program Program GIZ) GIZ), Jakarta, 11 Jakarta, 11 12 12 Agustus Agustus 2014. 2014. Jakarta, 11 Jakarta, 11 12 12 Agustus Agustus 2014. 2014.

description

Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Transcript of Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan...

Page 1: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

KonstitusionalitasKonstitusionalitas dandan UrgensitasUrgensitasP tP t K it iK it i dd I dik tI dik t ttPenetapanPenetapan KriteriaKriteria dandan IndikatorIndikator sertaserta

MekanismeMekanisme PengakuanPengakuan dandanPerlindunganPerlindungan MasyarakatMasyarakat ((HukumHukum) ) AdatAdat

dd k ik iR. R. YandoYando ZakariaZakariaLingkarLingkar PembaruanPembaruan DesaDesa dandan AgrariaAgraria (KARSA)(KARSA)

MantanMantan TenagaTenaga AhliAhli PanitiaPanitia KhususKhusus RUU RUU DesaDesa, DPR RI, DPR RIDisampaikanDisampaikan padapada::pp pp

Lokakarya Membangun KesepahamanLokakarya Membangun Kesepahaman Para Pihak Dalam Menyikapi dan Menindaklanjuti Para Pihak Dalam Menyikapi dan Menindaklanjuti Putusan Mahkamah KonstitusiPutusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUUNo. 35/PUU‐‐X/2012 Pada Tataran Nasional dan DaerahX/2012 Pada Tataran Nasional dan Daerah. . 

DiselenggarakanDiselenggarakan oleholeh Watch Indonesia (FWI) bekerja sama dengan Forclime (Watch Indonesia (FWI) bekerja sama dengan Forclime (Program Program GIZ)GIZ),,Jakarta, 11Jakarta, 11 –– 1212 AgustusAgustus 2014.2014.Jakarta, 11 Jakarta, 11  12 12 AgustusAgustus 2014.2014.

Page 2: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

KONSTITUSI DAN PENGAKUAN DANKONSTITUSI DAN PENGAKUAN DANPENGHORMATAN HAK‐HAKMASYARAKAT (HUKUM) ADAT CQ. DESAATAU DISEBUT DENGAN NAMA LAIN

Page 3: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

KonstitusionalismeKonstitusionalisme pengakuanpengakuan dandan penghormatanpenghormatan atasatas hakhak‐‐hakhak masyarakatmasyarakathukumhukum adatadat atauatau desadesa atauatau yang yang disebutdisebut dengandengan namanama lain:lain:

PenjelasanPenjelasan PasalPasal 18 UUD 1945  &  18 UUD 1945  &  

Amanat konstitusi Realisasinya…

• II. Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” 

• Aspek Sosial‐Budaya:– Masih ada sejumlah diskriminasi dalam hal

religi, kependudukan, dll.  proyek‐proyekpemukiman kembali

• Aspek Sosial Ekonomi & Ekologis:dan“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya Daerah‐

• Aspek Sosial‐Ekonomi & Ekologis:– UU No. 5/1960  Hak Ulayat cq, Hak MHA 

diakui Tapi tidak ada instrumenoperasionalnya PP 24/2007, MHA belum jadi subyek huku; Hak ulayat belum

j di j i h k P A i NPalembang dan sebagainya. Daerahdaerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat 

menjadi jenis hak Permen Agraria No. 5/1999 baru soal penyelesaian konflik; kriiteria MHA bersifat akumulatif

– Orde Baru: Membekukan Hak MHA 

• Aspek Sosial‐Politik:istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah‐daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai

p– Hingga reformasi ada 7 UU sebelum ini

mengaturnya secara berbeda‐bedaterakhir adalah UU 5/79 ttg Pemdes yang disebutkan tidak sesuai dengan amanatkonstitusi desa sbg unit politikperaturan negara yang mengenai 

daerah itu akan mengingati hak‐hak asal‐usul daerah tersebut”.

konstitusi desa sbg unit politik(IGO/IGOB) menjadi sekedar unit adminitrasi MHA sbg subyek hukummakin lemah

Page 4: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

KonstitusionalitasKonstitusionalitas PengaturanPengaturan MasyarakatMasyarakat HukumHukum AdatAdat atauatau disebutdisebut desadesa atauatau disebutdisebut dengandengannamanama lain lain PascaPasca‐‐reformasireformasi::

Pasal 18B ayat 2 (hasil amandemen Pasal 18 pada tahun 2000):Negara mengakui danmenghormati kesatuan‐kesatuanmasyarakat hukum adat beserta hak‐

hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat danprinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang‐undang

1. No. 010/PUU‐I/2003 perihal Pengujian Undang‐Undang Nomor 11 Tahun 2003 tentang PerubahanAtas Undang‐Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentangPembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten SiakRokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam;

2. No. 31/PUU‐V/2007 perihal Pengujian Undang‐Undang Nomor 31 Tahun 2007 tentang 

TatananTatanansosialsosial‐‐politikpolitik

TatananTatanansosialsosial‐‐

Pembentukan Kota Tual Di provinsi Maluku;

3. No. 6/PUU‐Vl/2008 perihal Pengujian Undang‐Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentangPembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowalidan Kabupaten Banggai Kepulauan

ppdandan hukumhukumbudayabudaya

dan Kabupaten Banggai Kepulauan.

4. No. 45 …

5. No. 35/PUU‐X/2012 perihal Pengujian Undang‐Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

TatananTatanan SosialSosial‐‐ekonomiekonomi & & ulayatulayat

Kriteria , indikator untuk kondisionalistas yang disyaratkan , dan mekanisme penetapannya , telahdirumuskan loleh Mahkamah Konstitusi!

Page 5: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Tiga Kriteria Utama dan Kondisionlitas Pengakuan KeberadaanMasyarakat (Hukum) Adat

Tiga kriteria MHA Penjelasan tentang kondisionalitasnya (indikator penjelas)

kesatuan masyarakat hukum adat b h k d l

(MHA Teritorial atau gabungan) = Memliiki wilayah yang diakuib l h d lbeserta hak tradisionalnya secara 

nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional

sebagai wilayah adat atau ulayat

masyarakat yang warganya memiliki perasaan bersama dalam kelompok

pranata pemerintahan adat

UU Desa 6/2016):Wilayah + salah satu dari 4 unsuryang lain. Bersifat fakultatif)

pranata pemerintahan adat

harta kekayaan dan/atau benda adat

perangkat norma hukum adat

kesatuan masyarakat hukum adatbeserta hak tradisionalnyadipandang sesuai dengan 

keberadaannya telah diakui berdasarkan undang‐undang yang berlaku 

substansi hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh wargaperkembangan masyarakat

substa s a t ad s o a te sebut d a u da d o at o e a gakesatuan masyarakat yang bersangkutan dan masyarakat yang lebihluas serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia

kesatuan masyarakat hukum adat b h k d l

tidak mengancam kedaulatan dan integritas Negara Kesatuanbl k l dbeserta hak tradisionalnya sesuai 

dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

Republik lndonesia

substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak bertentangandengan ketentuan peraturan perundang‐undangan

Page 6: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Seputar kondisionalitas K & I Masyaraat (Hukum) Adat

• Para aktivis organisasi masyarakat sipil banyak membahas soalpembatasan‐pembatasan (kondisionalitas) yang terkandung pada Pasalp p ( ) y g g p18: 2, yang sesungguhnya juga sudah terjadi pada masa‐masa sebelumnya, seperti yang terjadi pada Undang‐Undang Pokok Agraria 1960. Misalnyasebagaimana yang dibahas Simarmata (2002), dan Arozona (2011).

• Saya sudah sejak lama bersikap ‘lebih optimis’ soal pembatasan ituSaya sudah sejak lama bersikap lebih optimis  soal pembatasan itu(Zakaria, 2004).

• Menurut Manan (2002), pembatasan ini betapapun perlu untuk mencegahtuntutan seolah‐olah suatu masyarakat hukum masih ada, sedangkankenyataan telah sama sekali berubah atau hapus antara lain karenakenyataan telah sama sekali berubah atau hapus, antara lain karenaterserap pada satuan pemerintahan lainnya.

• Satjipto Rahardjo: Kondisionalitas itu adalah keniscayaan. Yang pentingjangan sampai kondisionalitas itu mengingkari niat pengakuan dan

li d it di iperlindungan itu sendiri.• ‘Pengakuan tanpa syarat’ sebagaimana yang terkandung dalam IPRA di

Filipina tak selamanya terhindar dari ‘kriteria dan indokator’, karenapengakuan pada akhirnya bermuara pada upaya verifikasi untukmenenttukan siapa yang berhak dan siapa yang tidak (Catatan LapanganRYZ, 2014)

Page 7: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Lima Lima PelajaranPelajaran PentingPenting KeputusanKeputusan MK 35/2012 MK 35/2012 terhadapterhadap PendefenisianPendefenisianMasyarakatMasyarakat ((HukumHukum)) AdatAdat dandan PengakuanPengakuan AtasAtas HakHak haknyahaknyaMasyarakatMasyarakat ((HukumHukum) ) AdatAdat dandan PengakuanPengakuan AtasAtas HakHak‐‐haknyahaknya

• Kali pertama MK menggunakan kriteria ttg MHA yang telahdi k di i b ldirumuskannya sendiri sebelumnya; 

• MHA sebagai penyandang hak dan subyek hukum Legal standing MHA diterima;

• Ditegaskan bahwa pengakuan dan penghormatan hak hak MHA ini• Ditegaskan bahwa pengakuan dan penghormatan hak‐hak MHA inidiatur DALAM undang‐undang Keberadaan MHA cukup didukungperaturan perundang‐undangan tingkat kabupaten; bahkan bisa‘hanya’ berupa SK Bupati (Kasus Kasepuhan Cisitu); dan bisa jugakebijakan daerah yang hanya mengakui salah satu unsur MHA itucq. pengakuan tanah ulaya (Kasus Kenegerian Kuntu);

• MHA ‘berdaulat’ atas Ulayatnya; pengakuan atas ulayat MHA tidakbertentangan dengan Psal 33: 3 Tetapi merujuk padabertentangan dengan Psal 33: 3  Tetapi, merujuk padakondisionalitas pada Pasal 18B: 2, ‘tidak boleh seenaknya’ Rumusan AMAN tentang ‘MA dapat menentukan nasibnya sendiri’ ditolak MK;

• MHA itu dinamis dan tidak statis.

Page 8: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Beberapa Tantangan Implementasi MK 35/2012 (Jurnal WACANA, No. 33 /Tahun XVI/2014( , / /

• MRR: “teracam mandul”, krn kekeliruan penggunaan landasankonstitusionalnya Pasal 18B; 2 (hak publik) versus Pasal 28i (hakperdata)  RYZ: apakah perubahan ini akan meniadakan kondisionalitas?p ) p p

• LAS: Tiga limitasi (perangkap teknikalisasi regulasi; elite capture; penetrasibudaya korporasi sistem berfikir ‘orang kampung’).

• RYZ: Kontestasi klaim antar antar kelompok berdasarkan kebijakan daerahyang beragamyang beragam.

• YA: ketidakjelasan jenis, sifat, dan unit sosial pemangku hak‐hak masy. Adat yang akan diakui.

• MS: proses dan klaim hak yang belum sensitif jender; palangisasi rawanp y g j ; p gkonflik horizontal.

• AHP: garis imajiner vs garis kartografi yang fisikan mengubahhubungan‐hubungan: antara manusia dan lingkungan; antara kelompok; kesulitan mengontrol hasil; ‘fiksasi masyarakat’. “Alih‐alih mencapaikesulitan mengontrol hasil;  fiksasi masyarakat .  Alih alih mencapaitujuan untuk melakukan perlawanan terhadap teritorialisas negara, pemetaan partisipatif mengalami pendisiplinan”

• MAS (dlm sebuah presentasi pada tgl. 11/08/2014): Secara sosial, implementasi MK 35/2014 mensyaratkan penataan ulang relasi relasiimplementasi MK 35/2014 mensyaratkan penataan ulang relasi‐relasisosial yang ada dalam komunitas adat koeksistensi antar kelompokeklusi vs inklusi.

Page 9: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

(Arizona, 2014, dilengkapi RYZ)

Masyarakat TradisionalPasal 28I ayat (3) & Pasal 32 

(2) UUD 1945Masyarakat Tradisional& Masy DAerah

Masyarakat Hukum

(2) UUD 1945; 

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945tadat?

Masyarakat HukumAdat

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945syarakat

Desa Adat

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 dan UU No. 6 Tahun 2014

paMas

Siap

Masyarakat tradisional dan(Masyarakat) Daerah

Genealogis (dan teritorial) Organisasi sosial, wilayah hukumadat

Masyarakat hukum adat Genelogis dan teritorial Badan hukum perdataMasyarakat hukum adat Genelogis dan teritorial Badan hukum perdata

Desa Adat Genealogis, teritorial danfungsional

Quasi‐negara (badan hukumpublik); masyarakat hukum

Page 10: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Unit‐unit sosial Masyarakat Adat (Zakaria & Arizona, dalam Arizona, 2014):Masing‐masing jenis hak terkait pada unit sosial yang bisa saja berbeda‐bedag g j p y g j

D d t i

Sub suku Dayak iban, kenyah,batak karo, caniago, koto, jambak kaili moma dllDesa adat, nagari, gampong, 

ohoi, negeri, beo, binua,winua, huta, dll

jambak, kaili moma, dll

Desa kecil: 

Supra Desa:

Individu KeluargaGabungan keluarga, 

Suku Jawa, sunda, 

Rasmelanesia

Negara, kerajaan, ec

dusun, mukim, kampung dst

Desa: Ketemenggungan dst

e ua ga,marga, kaum, keluarga besar

melayu, dayak, 

kaili, bugis, mentawai, batak

melanesia,austronesia

kesultanan

batak, 

Page 11: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Konstelasi Norma Hukum dalam Konstitusi tentang Pengakuan Hak‐hakMasyarakat Hukum Adat atau ‘Desa atau disebut dengan nama lain’

Pasal 18B: 2Negara mengakui dan menghormati kesatuan‐kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak‐hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalamundang‐undang.

Pasal lain dlm konstitusi yang jugarelevan:

Intinya adalah pengakuan atas hak‐haktradisional cq. ‘Hak asal‐usul’ Pasal lain dlm konstitusi yang juga

relevan:

Pasal 28i: 3Identitas budaya dan hak masyarakat

Hak Asal‐usul:Organisasi/susunan asli

Pasal 18: 7 (?)  Yang disebut sebagaiDaerah dalam berbagai ayat pada Pasalde t tas budaya da a asya a at

tradisional dihormati selaras denganperkembanganzaman dan peradaban.

O ga sas /susu a asNilai, norma, dan aturan cq. Hukum AdatUlayat (sebagai basis material organisasiserta nilai, norma, dan aturan ybs.):

Hak Atas tanah ulayatHak untuk menjalankan tradisi,

ae a da a be baga ayat pada asa18 ini adalah Propinsi, Kabupaten danKota

Dll…, danHak untuk Mengurus Rumahtangga

Sendiri

Pasal 32:  2Negara menghormati dan memelihara

Pasal 18A (?)  hanya mencakuphubungan kewenangan dan keuanganNegara menghormati dan memelihara

bahasa daerah sebagai kekayaan budayanasional. 

hubungan kewenangan dan keuanganantara Pusat dan Daerah

RUUPPHMHA: (DPR) cq. RUU PPHMA (AMAN)

Pengaturan ‘hak‐hak asal DI LUAR ‘hakpegaturan untuk mengurus diri sendiri’

Harmonisasi dan SingkronisasiRUU Desa:

Pengaturan tentang penyelenggaraan‘Pemerintahan’ di tingkat Desa ataudisebut dengan nama lain.

Page 12: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

UNDANG‐UNDANG NOMOR 6 TAHUN2014 TENTANG DESA & PEMBAHARUANDESA DAN PERDESAANDESA DAN PERDESAAN

Page 13: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

ImplikasiImplikasi PengakuanPengakuan terhadapterhadap ‘‘hakhak asalasal‐‐usulusul’ (’ (sebelumsebelum amandemenamandemen) ) atauatau ‘‘hakhak‐‐hakhaktradisionaltradisional’ (’ (pascapasca amandemenamandemen))tradisionaltradisional  ( (pascapasca‐‐amandemenamandemen))

3 3 EElemenlemen ‘‘hakhak asalasal‐‐usulusul’ ’  ‘‘hakhakbawanbawan’’ bukanbukan ‘‘hakhak berianberian’’

ImplikasiImplikasi pengakuanpengakuan ‘‘kesatuankesatuanmasyarakatmasyarakat hukumhukum adatadat’’bawanbawan , , bukanbukan hakhak berianberian masyarakatmasyarakat hukumhukum adatadat’  ’  • Pengakuan terhadap eksistensi organisasi dr

‘susunan asli’ ;

• Pengakuan atas sistem nilai dan aturan‐aturan

TatananTatanansosialsosial‐‐politikpolitik

TatananTatanansosialsosial‐‐

yang mengatur kehidupan bersama dalam‘susunan asli’, termasuk aturan‐aturan yang mengatut ‘sumber‐sumber kehidupan’nya;

• Pengakuan terhadap ‘hak penguasaan’ ‘hakpertuanan’ atas apa yang disebut sebagai ulayat

dandan hukumhukumbudayabudayapertuanan  atas apa yang disebut sebagai ulayat(baca: wilayah kehidupan) susuna asli yang bersangkutan.  Pengakuan atas ulayatmensyaratkan perubahan pada berbagai UU Sektoral yang selama ini tdk mengakui hak‐hak

TatananTatanan SosialSosial‐‐ekonomiekonomi & & UlayatUlayat

masyarakat adat, sebagaimana yang telahdiamanatkan oleh TAP MPR IX/2001)

• Dikaitkan dengan Pasal 18 dan 18A, maka desaatau disebut dgn nama lain juga diberikewenangan untuk menyelenggarakankewenangan untuk menyelenggarakan‘pemerintahan nasional’!

Page 14: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

KeterkaitanKeterkaitan MK 35/20012 MK 35/20012 dgndgn UU No. UU No. 6/2014:6/2014:UUUU DD b ib i ikik t kt k l kl k MK 35/2012?MK 35/2012?UU UU DesaDesa sebagaisebagai uuuu organikorganik untukuntuk pelaksanaanpelaksanaan MK 35/2012?MK 35/2012?

MK 35/2012:

Hutan adat BUKAN hutan

UU 6/2014:

Desa Adat adalah MHA (psl 96);

negara;

Hutan adat berada dlmwilayah adat MHA;

(psl. 96);

(dgn) kriteria dlmputusan2 MK (Psl 97);

Kewenangan untukMHA ditetapkan dalamPeraturan Daerah;

(dgn) kriteria yang sdh

Kewenangan untukmengatur dan mengurusulayat/wilayah adat;

Ditetapkan dgn Perda (Pslditetap dan digunakan

dlm berbagai putusan MK

p g (98);

Dilampiri peta (Psl. 17: 2)

Page 15: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Azas Pengaturan dan Definisi DesaAzas Pengaturan dan Definisi Desa

Azas Pengaturan (Pasal 3) Defenisi (Pasal 1 (1) & Jenis Desa(Pasal 6)

a. rekognisi;b. subsidiaritas;c keberagaman;

(Pasal 6)• Desa adalah desa dan desa adat atau

yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalahkesatuan masyarakat hukum yangc. keberagaman;

d. kebersamaan; e. kegotongroyongan;f. kekeluargaan;

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenanguntuk mengatur dan mengurus urusanpemerintahan, kepentingan masyarakatsetempat berdasarkan prakarsa

k t h k l l d / t h kg. musyawarah;h. demokrasi;i. kemandirian;j partisipasi;

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormatidalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

j. partisipasi; k. kesetaraan; l. pemberdayaan; danm. keberlanjutan.

• Penyebutan desa dan desa adat dapatdisesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat

j

Page 16: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Lima Perubahan Mendasar:Kritik yang adil adalah kritik yang melihat perubahan secaray g y g p

holistik. Tidak parsial!

PengakuanPengakuanKeberagaman(BAB II & III)

Kewenanganberdasarkan prinsip

rekognis dansubsidiaritas

Demokratisasi Desapemberdayaan & 

Pendampingan (BAB V VI & XII) (BAB IV, V, VII, & XIII)V, VI, & XII)

KonsolidasiKeuangan dan Aset

Desa(BAB VIII X & XI)

Perencanaan yang terintegrasi:

Desa membangun; membangun desa (BAB VIII, X, & XI)(BAB IX)

16

Page 17: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Sumber‐Sumber Pendapatan Desa(Pasal 72)( )

• Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotongroyong, dan lain‐lain pendapatan asli Desa;royong, dan lain lain pendapatan asli Desa;

• Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 

– 10% dari dana transfer ke daerah (ini berarti dana transfer ke daerah adalah 110% yang terbagi 100% untuk daerah dan 10% untuk desa)100% untuk daerah dan 10% untuk desa)

• Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;

– 10% dari Pajak dan Retribusi Daerah

• Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota;

– 10% dari DAU + DBH

• Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah  provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota; 

• Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan• Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan

• Lain‐lain pendapatan Desa yang sah.17

Page 18: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Kelembagaan Pemerintahan Desa: Desa Adat harus menyesuaikan (Pasal 108)

Prinsip dasar PemerintahanDesa

Musyawarah Desa(psl. 54)

• RPJM Desa• RPJM Desa

Prinsip dasar PemerintahanDesa

• Check and balances antara Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan desa.

• Demokrasi perwakilan + 

l

• RPJM‐Desa• Asset Desa• Hal‐hal

Strategis

• RPJM‐Desa• Asset Desa• Hal‐hal

Strategis

permusyawaran.

• Proses demokrasi partisipatoris melalui Musdes

Kepala Desa(psl. 25 – 53)

Badan PermusyawaratanDesa (BPD) (psl. 55 ‐65)

Perangkat Desa

• RPJM‐Desa dan RKP‐Desa

• APB‐Desa

• RPJM‐Desa dan RKP‐Desa

• APB‐DesaPerangkat Desa(Pelayanan)

Panitia (ad‐hok)

• Peraturan Desa• Kinerja Pemerintah• Kerja Sama

• Peraturan Desa• Kinerja Pemerintah• Kerja SamaDipilih 

langsungPerwakilan Bagian Wilayah desa yang di ilih

Warga/MasyarakatBUMDes

LembagaK k t d

dipilih secara Demokratis 

LembagaKemasyarakatan dan

Lembaga Adat

Bagian Wilayah Desa

Kemasyarakatan/Adat

18

Page 19: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

UNDANG‐UNDANG NOMOR 6 TAHUN2014 TENTANG DESA & PENGAKUANDAN PENGHORMATAN ATAS HAK‐HAKDAN PENGHORMATAN ATAS HAK‐HAKMASYARAKAT (HUKUM) ADAT

Page 20: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

PasalPasal 77 AyatAyat 44PasalPasal 7 7 AyatAyat 44

• Penjelasan Huruf e:  Yang di k d d “ t

penggabungan

dimaksud dengan “penetapan Desa Adat” adalah penetapan kesatuan masyarakat hukum adat dan Desa Adat yang telah 

Penghapusan

penggabungan 

perubahan status

y gada untuk yang pertama kali oleh Kabupaten/Kota menjadi Desa Adat dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

PenataanDesa

Pembentukan penetapanDesa.

Daerah Kabupaten/Kota.• Penjelasan Pasal 96: 

Penetapan kesatuan masyarakat hukum adat dan yDesa Adat yang sudah ada saat ini menjadi Desa Adat hanya dilakukan untuk 1 (satu) kali.

Page 21: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Penataan Desa Adat: Pasal 97 (1)Penataan Desa Adat: Pasal 97 (1)

Penetapan Desa Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 memenuhi syarat:a. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak

tradisionalnya secara nyata masih hidup, baik yangtradisionalnya secara nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional;

b kesatuan masyarakat hukum adat beserta hakb. kesatuan masyarakat hukum adat beserta haktradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat; dank k h k d b h kc. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 22: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Pasal 97 Ayat 2Pasal 97 Ayat 2

Kesatuan masyarakat  a.masyarakat yang yhukum adat beserta hak tradisionalnya yang masih hidup sebagaimana

y y gwarganya memiliki perasaan bersama dalam kelompok;hidup sebagaimana 

dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memilikiwilayah dan paling

dalam kelompok; b.pranata pemerintahanadat;

wilayah dan paling kurang memenuhi salahsatu atau gabungan unsur 

c. harta kekayaan dan/atau benda adat;dan/atau

adanya:dan/atau

d.perangkat norma hukum adat.

Page 23: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Pasal 97 ayat 3

Kesatuan masyarakat hukum adat beserta

a. keberadaannya telah diakui berdasarkan undang‐undang yang berlakuhukum adat beserta

hak tradisionalnyasebagaimana

undang yang berlaku sebagai pencerminan perkembangan nilai yang dianggap ideal dalam sebagaimana 

dimaksud pada ayat (1) huruf b dipandang

masyarakat dewasa ini, baik undang‐undang yang bersifat umum maupun bersifat sektoral; danhuruf b dipandang

sesuai dengan perkembangan

bersifat sektoral; danb. substansi hak tradisional

tersebut diakui dandihormati oleh wargaperkembangan 

masyarakat apabila:kesatuan masyarakat yang bersangkutan danmasyarakat yang lebih luasserta tidak bertentanganserta tidak bertentangandengan hak asasi manusia.

Page 24: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Pasal 97 Ayat 4Pasal 97 Ayat 4

• Suatu kesatuan masyarakat h k d b h k

a. tidak mengancamhukum adat beserta hak tradisionalnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sesuai dengan

gkedaulatan danintegritas Negara Kesatuan Republikhuruf c sesuai dengan 

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila kesatuan masyarakat 

plndonesia; dan

b. substansi normahukum adatnyay

hukum adat tersebut tidak mengganggu keberadaan Negara Kesatuan Republik l d i b i b h

hukum adatnyasesuai dan tidakbertentangan denganketentuan peraturanlndonesia sebagai sebuah 

kesatuan politik dan kesatuan hukum yang :

ketentuan peraturanperundang‐undangan.

Page 25: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Penataan Desa: Perubahan StatusPenataan Desa: Perubahan Status

• Desa dapat menjadi Desa • Desa/Desa Adat dapat:Adat (Pasal 100)

• Kelurahan dapat menjadiDesa (Pasal 12)

– Berubah status– Digabung (Pasal 10 & 99)– Dimekarkan (Pasal 8 ayat 1)( )

• Kelurahan dapat menjadiDesa Adat (Pasal 100)

• Desa dapat menjadi

( y )– Dihapus;

• Berdasarkan prakarsamasyarakat;• Desa dapat menjadi

Kelurahan (Pasal 11)• Desa Adat dapat menjadi

K l h (P l 100)

masyarakat;• Ditetapkan dalam

Peraturan Daerah (Propinsi atauKelurahan (Pasal 100) (Propinsi atauKabupaten/Kota); disertaipeta wilayah (Pasal 101)

Page 26: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Kewenangan DesaKewenangan Desa 

– kewenangan berdasarkan hak asal usul; g ;

– kewenangan lokal berskala Desa; 

– kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

– kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintahkewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan 

d dperundang‐undangan.

Page 27: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Kewenangan Desa Adat (1)Kewenangan Desa Adat (1)• Pasal 103

K D Ad t b d k h k l l b i di k d d lKewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud dalamPasal 19 huruf a meliputi:

a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;b. pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat;c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat; d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa 

Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia dengan y y g g p p gmengutamakan penyelesaian secara musyawarah;

e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan;

f. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat berdasarkan  p yhukum adat yang berlaku di Desa Adat; dan

g. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa Adat.

Page 28: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Kewenangan Desa Adat (2)Kewenangan Desa Adat (2)

• Pasal 104 

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan berskala lokal Desa Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b serta Pasal 103 diatur dandalam Pasal 19 huruf a dan huruf b serta Pasal 103 diatur dan diurus oleh Desa Adat dengan memperhatikan prinsip keberagaman.

• Pasal 105Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah g g ,Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa Adat.

Page 29: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

KONTESTASI PILIHAN PILIHAN KRITERIAKONTESTASI PILIHAN‐PILIHAN KRITERIA& INDIKATOR SERTA MEKANISMEPENETAPAN MASYARAKAT (HUKUM) ADAT

Page 30: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Defenisi dan/atau kriteria utama Pengakuan Keberadaan MHA

Permen Agraria UU 41/1999 UU 27/2007 UU 32/2009 UU 6/2014 DesaPermen Agraria5/1999

UU 41/1999Kehutanan

UU 27/2007 Pesisir dan PP Kecil

UU 32/2009 PPLH

UU 6/2014 Desa

Pasal 1 (3):Masyarakat hukum adat

Pasal 67  Ayat (1):Masyarakat hukum adat diakui

Pasal 1 (33):M k t Ad t d l h

Pasal 1 (31) Masyarakat hukumadat adalah kelompok

Pasal 97 ayat (2): Kesatuan masyarakat hukum adatMasyarakat hukum adat

adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukumadatnyasebagai warga bersama suatupersekutuan hukum karenakesamaan tempat tinggal

Masyarakat hukum adat diakuikeberadaannya, jika menurutkenyataannyamemenuhiunsur antara lain: a.masyarakatnya masih dalambentuk paguyuban(rechtsgemeenschap;

Masyarakat Adat adalahkelompok MasyarakatPesisir yang secara turun‐temurun bermukim diwilayah geografis tertentukarena adanya ikatan

adat adalah kelompokmasyarakat yang secara turuntemurun bermukimdi wilayah geografis tertentu karena adanya ikatanpada asal usul leluhur, adanyahubungan yang kuat

masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya yang masih hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harusmemilikiwilayah dan paling k hi l hatauopun atas

dasar keturunan

Pasal 2 (2: a):sekelompok orang yang masihmerasa terikat oleh tatananhukm adatnya sebagai

b.ada kelembagaan dalambentuk perangkat penguasaadatnya;

c. ada wilayah hukum adatyang jelas; 

d.ada pranata dan perangkathukum khususnya peradilan

karena adanya ikatanpada asal‐usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan Sumber DayaPesisir dan Pulau‐PulauKecil, serta adanya sistem

dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilaiyang menentukan pranataekonomi, politik, sosial,dan hukum PedomanInventarisasi:Bermukim di wilayah tertentu;

kurang memenuhi salahsatu atau gabungan unsur adanya:a.masyarakat yang warganya memiliki perasaan bersama dalam 

hukm adatnya sebagaiwarga bersama suatupersekutuan hukum tertentu, yang mengakui danmenerapkanketentuan‐ketentuanpersekutuan tersebut dalam

hukum, khususnya peradilanadat, yang masih ditaati;

e. dan masih mengadakanpemungutan hasil hutan diwilayah hutan sekitarnyauntuk pemenuhankebutuhan hidup sehari‐hari. 

nilai yang menentukanpranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.

Belum ada pengaturan lebih lanjut

Bermukim di wilayah tertentu;Adanya ikatan asal‐usulleluhur;Adanya hubungan yang kuatdengan lingkungan hidup;sosial, dan hukum adat;Adanya sistem nilai yang 

kelompok; b.pranata pemerintahanadat;

c. harta kekayaan dan/atau benda adat; dan/atau

d.perangkat norma hukum pkehidupannya sehari‐hari

Bersifat akumulatif;Ketentuan penetapan lebihlanjut (tentang keberadaantanah ulayat) diatur melaluiP d

p

Bersifat akumulatif;Keberadaan suatu MHA ditetapkan melalui Perda;Satu Perda satu MHA?

lebih lanjut. y y gmenentukan pranata politik;Adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi;Adanya sistem nilai yang menentukan pranata sosialdan hukum adat

adat.

Bersifat TIDAK akumulatif;Yg ditetapkan adalah MHA sbg desa adat;Satu Perda BISA 

Perda.Bersifat akumulatif;Pedoman KLH tdkdimaksudkan sebagaipengakuan Hukum

menetapkan bbrp lebih dari1 Desa adat.Perlu Perda PengaturanDesa Adat di Propinsi danKab/kota

Page 31: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Tiga kriteria MHA (MK 35/2012 & UU Desa 6/2014)

Kondisionalitas (MK 35/2012 & UU Desa 6/2014)

Pedoman Inventarisasi KLH

kesatuan masyarakat hukum adat besertahak tradisionalnya secara nyata masih hidup, 

(MHA Teritorial atau gabungan) = Memlikiwilayah yang diakui sebagai wilayah adat

Bermukim di wilayah tertentu;Adanya ikatan asal‐usul leluhur;y y p,

baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional

UU Desa 6/2016):Wilayah + salah satu dari 4 unsur yang lain. 

y y g g yatau ulayat

y ;Adanya hubungan yang kuat denganlingkungan hidup;sosial, dan hukum adatmasyarakat yang warganya memiliki 

perasaan bersama dalam kelompok

pranata pemerintahan adat Adanya sistem nilai yang menentukanBersifat fakultatif)

p p y y gpranata politik

harta kekayaan dan/atau benda adat Adanya sistem nilai yang menentukanpranata ekonomi

perangkat norma hukum adat Adanya sistem nilai yang menentukanpranata sosial dan hukum adat

kesatuan masyarakat hukum adat besertahak tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat

keberadaannya telah diakui berdasarkan undang‐undang yang berlaku 

perkembangan masyarakat

Nonsubstansi hak tradisional tersebut diakui dandihormati oleh warga kesatuan masyarakatyang bersangkutan dan masyarakat yang lebih luas serta tidak bertentangan denganh k i ihak asasi manusia

kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

tidak mengancam kedaulatan dan integritasNegara Kesatuan Republik lndonesia

NonNonsubstansi norma hukum adatnya sesuai dantidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan

Page 32: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Indikator (Pedoman KLH, Lanjutan) Kriteria (Pedoman KLH, Lanjutan)

Bermukim di wilayah tertentu Kesatuan sosial yang relatif homogen

Adanya wilayah adatAdanya wilayah adat

Adanya sistem simbol budaya yang khas yang dimiliki (bahasa, makanan, pakaian, arsitektur, mitos, sejarah, dsb).

Kepemilikan komunal dan sistem pengelolaan atas wilayah adatp p g y

Adanya ikatan asal‐usul leluhur Adanya sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang mentradisi

Memiliki silsilah kekerabatan (tambo, tarombo, trah dan nama lain yang dikenal)

Adanya hubungan yang kuat dengan lingkunganhidup

Memiliki kearifan lokal dalam Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup

Memiliki kearifan lokal dalam Perlindungan dan PengelolaanLingkungan HidupLingkungan Hidup

Sistem kalender tradisional yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam

Adanya sistem nilai yang menentukan pranata Memiliki perangkat hukum adatekonomi, politik, sosial, dan hukum adat

Memiliki sistem nilai yang dipedomani oleh anggota

Sistem kepemimpinan adat dan sistem pengambilan keputusan

Sistem nilai dan aturan yang mengatur solidaritas ekonomi dan sosialy g g(misalnya lumbung komunal, kolam komunal)

Memiliki sistem mata‐pencaharian tradisional terkait dengan potensisetempat

Page 33: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Analisis• Meski Putusan MK 35/2012 telah berumur setahun, namun bagaimana pembaruan hukum

terkait pada proses pengakuan hak‐hak masyarakat masih saja terjebak pada pilihan‐pilihankriteria dan indiketor yang diperlukan dalam proses itu. Padahal, Putusan MK 35/2012 telahmenentukannya! Perdebatan antar pilihan itu harus segera diakhiri. Dari berbagai alternatifyang ada model mana yang akan dipiliha oleh masyarakat adat atau pendukunganya?yang ada, model mana yang akan dipiliha oleh masyarakat adat atau pendukunganya?

• Dari perbandingan K & I sebagaimana yang tersaji dalam beberapa matriks terdahulu, manayang benar‐benar akan menguntungkan pihak masyarakat adat? Termasuk, kriteria danindikator serta mekanisme mana yang akan diperjuangkan dalam RUU PPHMHA yang tengahberproses?p

• Menurut saya, pemberlakukan pemenuhan syarat K & I secara akumulatif jelas akanmengeklusi masyarakat‐masyarakat adat yang telah berubah itu ke dalam proses pengakuandan perlindungan. Yang akan terakui dan terlindungi adalah kemuntitas‐komunitas adat yang telah mengalami perubahan yang tidak berarti, sebagaimana yang dapat kita dilihat apda apayang sekarang dikategorikan oleh Pemerintah sebagai Komunitas Adat Terpencil saja.

• Atas dasar pandangan bahwa perubahan yang dialami oleh komunitas masyarakat adattidaklah semata‐mata akibat internal melainkan implikasi dari kebijakan dari negara (kolonialdan Nasional), maka diperlukan suatu pendekatan pengakuan dan perlindungan yang 

d t fi tif b i ‘b h t ’ t k l h k l hmengandung semangat afirmatif, sebagai upaya ‘bayar hutang’ atas kesalahan‐kesalahannegara di masa lalu. 

• Kebijakan bersemangat afrmatif itulah yang ditempuh oleh UU Desa, dengan jalanmemperlakukan K & I itu secara fakultatif cq. ada wilayah + salah satu dari 4 kriteria yang lain.A t k b d d d t i i tid k t k d k ti• Agar proses penetapan keberadaan desa adat ini tidak terperangkap pada kepentinganpenguasa (baca: eksekutuf) maka disepakati pula bahwa proses penetapan itu menggunakanproses legislasi daerah.

Page 34: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

BEBERAPA KEMUNGKINAN GANJALANPENERAPAN DESA ADAT KE DEPAN

Page 35: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Pasal‐pasal terkait

Undang‐Undang Desa6/2014

Pasal 14Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12  ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Kabupaten/Kota).

Pasal 101 (2)Penataan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Kabupaten/Kota).

Pasal 109Susunan kelembagaan, pengisian jabatan, dan masa jabatan Kepala Desa Adat  berdasarkan hukum adat ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi.

Pasal 116 (2)Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Peraturan Daerah tentang penetapan Desa dan Desa Adat di wilayahnya.

P t P i t h P l 28Peraturan Pemerintah43/2014

Pasal 28Ketentuan mengenai tata cara pengubahan status desa menjadi desa adat diatur dengan Peraturan Menteri. 

Pasal 32 Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan Desa diatur dengan Peraturan Menteri.

P d i 52/2014 P l 2Permendagri 52/2014 tentang Pedoman danPengakuan danPerlundungan MasyarakatHukum Adat (07/07/2014)

Pasal 2 Gubernur dan bupati/walikota melakukan pengakuan dan perlindungan  masyarakat hukum adat.

Pasal 3(1) Dalam melakukan pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat, bupati/walikota membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota.

(2) Struktur organisasi Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:(a) Sekretaris Daerah kabupaten/kota sebagai ketua;(b) Kepala SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; (c) Kepala Bagian Hukum sekretariat kabupaten/kota sebagai anggota;(d) Camat atau sebutan lain sebagai anggota; dan(e) Kepala SKPD terkait sesuai karakteristik masyarakat hukum adat sebagai anggota

(3) Struktur organisasi Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota ditetapkan dengan KeputusanBupati/walikota.

Page 36: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Penetapan Desa AdatPenetapan Desa Adat

• Sebagaimana dapat dilihat pada tabel terdahulu, kelanjutanpengaturan tentang desa adat membutuhkan ‘PeraturanDaerah Propinsi tentang Pengaturan Desa Adat di Propinsi’ yang bersangkutan; dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

• Belum lagi penugasan oleh UU itu dilaksanakan, alih‐alihmembantu Pemerintah Propinsi melaksanakan fungsi, PP 43/2014 justru mengatur bahwa diperlukan PeraturanM t i d l k t d d t it P d h l UUMenteri dalam rangka penataan desa adat itu. Padahal, UU Desa sendiri tidak menugaskan apapun, bahkan juga tidakPP tentang Desa Adat.L bih d i it b l l hi P di k dk l h• Lebih dari itu, belum laghi Permen yang dimaksudkan olehPP 43/2014 disusun, Kemndagri justru mengeluarkanPermendagri 52/2014 yang juga berurusan dengan‘Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat’Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat . 

Page 37: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

Komentar atas Permendagri 52/2014

• Tujuan Permendagri ini sama sekali tidak jelas Hak‐hak masyarakatadat seperti apa yang akan diakui dan terlindungi jika suatu masyarakathukum adat sdh ditetapkan melalui mekanisme yang ditawarkan?

k d b k d l ( ) d k• Syarat pengakuan yang disebutkan pada Pasl 5 (2) saja tidak samadengan apa yang ytelah ditetapkan oleh berbagai Putusan MK dan UU Desa.

• Dikaitkan dengan UU Desa posisi Permendagri ini juga tidak jelasDikaitkan dengan UU Desa, posisi Permendagri ini juga tidak jelas. Padahal, pengaturan lebih lanjut tentang desa adat telah jelas bahwadisusun menurut aturan legislasi yang ada, sebagaimana yang diaturoleh UU 11/2012 tentang pembentukan peraturan perundang‐undanganundangan.

• Sebab itu, daripada MENGACAUKAN tatanan peraturan perundang‐undangan yang dibutuhkan dalam merealisasikan desa adat, lebih baikKemendagri konsentrasi membantu Propinsi dan Kabupaten dalammelaksanakan tugas konstitusionalnya, sebagaimana yang diperintahkan pada UU Desa, Pasal 109, serta Pasal 14, Pasal 101 (2), dan Pasal 116 (2); serta sebagaimana diatur dalam PP 43/2014, padaPasal 28 dan Pasal 32.

• Tanpa komitmen Kemendagri yang tinggi, political will terkait desa adat initidak akan pernah terimplementasikan di tingkat lapangan.

Page 38: Konstitusionalitas dan urgensitas penetapan kriteria dan indikator dalam pengakuan dan perlindungan masyarakat (hukum) adat

SEKIAN & TERIMA KASIHSEKIAN & TERIMA KASIH