Pengakuan hukum internasional

22
Pengakuan Hukum Internasional Disusun Oleh : Rizki Gumilar 201129002 Ali Ibrahim 201129029 Ardi Lesmana 2011290

Transcript of Pengakuan hukum internasional

Page 1: Pengakuan hukum internasional

Pengakuan Hukum Internasional

Disusun Oleh :

Rizki Gumilar 201129002Ali Ibrahim 201129029

Ardi Lesmana 2011290

Page 2: Pengakuan hukum internasional

BAB I PENDAULUAN

Hukum Internasional merupakan bagian hukum yang mengatur aktifitas entitas bersekala internasional. Pada awalnya hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakn komplek. Hukum Internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antar bangsa atau hukum antar negara. Hukum bangsa-bangasa dipergunakan untuk menunjukan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antar raja zaman dahulu. Hukum antar bangsa atau negara menunjukan pada kompleks kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antar negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum satu sama lain.

Page 3: Pengakuan hukum internasional

Negara-negara yang termasuk kedalam massyarakat internasional selalu tidak tetap dan berubah-ubah, perjalanan sejarah yang panjang membuahkan banyak perubahan tersebut. Negara-negara lama lenyap atau bergabung dengan dengan negara lain unutk kemudian membentuk sebuah Negara baru, atau terpecah menjadi beberapa Negara baru, atau wilayah-wilayah koloni atau wilayah-wilayah jajahan melalui proses emansipasi memperoleh status Negara.

Page 4: Pengakuan hukum internasional

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Pengakuan

Pengakuan (recognition) adalah perbuatan politik dari perbuatan hokum karena pengakuan merupakan perbuatan pilihan yang di dasarkan pada pertimbangan kepentingan negara yang mengakui dan bukann di dasarkan pada ketentuan kaidah hokum yang menimbulkan hak dan kewajiban berdasarkan hukum.

Page 5: Pengakuan hukum internasional

Nampaklah bahwa negara-negara dalam memberikan pengakuan ini semata-mata hanya didasarkan pada alasan-alasan politis, bukan alasan hukum. Dari praktek negara-negara tidak ada keseragaman dan tidak menunjukkan adanya aturan-aturan hukum dalam masalah pengakuan ini. Namun dengan diakuinya suatu negara/pemerintah baru, konsekuensi yang ditimbulkannya dapat berupa konsekuensi politis tertentu dan konsekuensi yuridis antara negara yang diakui dengan Negara yang mengakui.

Page 6: Pengakuan hukum internasional

Macam-macam Pengakuan

1. Pengakuan Berdasarkan Sifatnya

a) Pengakuan Tidak Langsung

Pengakuan tidak langsung atau diam-diam (implied recognition), adalah keadaan-keadaan yang secara tegas mengindikasikan kemauan untuk menjalin hubungan resmi dengan negara atau pemerintah baru.

Dalam praktek peristiwa-peristiwa yang disimpulkan melegitimasi pengakuan secara tidak langsung, adalah;

Penandatangan suatu traktat resmi bilateral oleh negara yang mengakui dan yang diakui. Contoh; penandatangan Treaty of Commerce antara Cina Nasionalis dengan Amerika Serikat pada tahun 1928.

Dimulainya hubungan diplomatik resmi antar negara yang diakui dan yang mengakui.

Dikeluarkannya suatu exequatur konsuler (duta besar) oleh negara yang mengakui bagi konsul negara yang diakui.

Page 7: Pengakuan hukum internasional

b) Pengakuan Bersyarat

Jarang terjadi negara-negara diakui secara bersyarat, umumnya berupa suatu kewajiban yang harus dipenuhi negara itu, akibat pengakuan bersyarat demikian adalah apabila keawjiban-kewajiban tidak dipenuhi tidak akan menghapus pengakuan yang sudah diberikan, karena sekali pengakuan itu diberikan maka tindakan tersebut tidak dapat ditarik kembali. Apabila dengan syarat yang ditentukan negara tidak memenuhinya tentu saja akan menimbulkan suatu pelanggaran, dengan pelanggran atas syarat-syarat tersebut maka negara yang diakui dapat dinyatakan bersalah melanggar hukum internasional, dan terbuka kesempatan bagi negara yang mengkui untuk memutuskan hubungan diplomatik sebagai sanksinya.

Page 8: Pengakuan hukum internasional

c) Pengakuan kolektif

Pengakuan kolektif adalah pengakua yang diwujudkan dalam suatu perjanjian internasional atau koferensi multilateral.

Contoh : melalui hesinky treaty tahun 1975,Negara-Negara NATO mengakui republic demokrasi jerman timur mengakui republic pederal Jerman.

Page 9: Pengakuan hukum internasional

d) Pengakuan terhadap Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan

Terhadap Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan tidak akan mempengaruhi pengakuan suatu negara. Tepatnya apabila pemerintah dari suatu negara menolak memberikan pengakuan terhadap suatu perubahan dalam bentuk pemerintahan negara lain, maka hal ini bukan berarti menghapuskan pengakuan terhadap status kenegaraanya.

Page 10: Pengakuan hukum internasional

2. Pengakuan berdasarkan jenisnya :

a) Pengakuan de facto adalah pengakuan yang di berikan dengan anggapan dan kepercayaan bahwa yang di akui untuk sementara dan dengan reservasi dikemudian hari telah memenuhi syarat dan hubungan internasional. Pegankuan de jure berarti bahwa menurut Negara yang mengakui, Negara atau pemerintah yang diakui secara formal telah memenuhi persyaratan yang di tentukan hokum internasional untuk dapat berfartisipasi secara efektif dalam masyarakat Indonesia.

Page 11: Pengakuan hukum internasional

b) Pengakuan de jure adalah pengakuan yang di dasarkan pertimbangan bahwa yang di akui telah memneuhi syarat untuk ikut serta dalam hubungan internasional. Pengakuan de facto berarti bahwa menurut Negara yang mengakui untuk sementara dan secara temporer serta dengan gejala reservasi yang layak di masa mendatang bahwa Negara atau pemerintah yang telah di akui telah memenuhi syarat berdasarkan fakta (de facto). Oleh karena itu Nampak bahwa sebutan de jure dan de facto secara tegas, tidak merupakan deskripsi atas proses pengakuan itu sendiri, tetapi mempunyai hubungan dengan status nrgara taau pemerintah tertentu untuk siapa pengakuan itu dikeluarkan.

Page 12: Pengakuan hukum internasional

Teori-teori Pengakuan

1. Teori Konstitutif

2. Teori Deklaratif

3. Teori Jalan Tengah atau Pemisahan

Page 13: Pengakuan hukum internasional

Teori Konstitutif

Teori Konstitutif, adalah negara secara hukum baru ada jika telah mendapat pengakuan dari negara-negara lain. Selama pengakuan belum diberikan maka secara hukum negara belum lahir.

Teori Deklaratif

Teori Deklaratif, adalah teori yang menyatakan bahwa begitu lahir suatu negara langsung menjadi anggota masyarakat internasional, pengakuan hanya merupakan pengukuhan dari pengakuan tersebut.

Toeri Pemisahan atau Jalan Tengah

Page 14: Pengakuan hukum internasional

Toeri Pemisahan atau Jalan Tengah

Kedua teori yang di kemukakan tidak sepenuhnya memuaskan, sehingga beberapa sarjana telah merumuskanteori baru yang dinamakan teori jalan tengah atau pemisahan, adanya suatu Negara yang berdaulat adalah terlepas dari adanya pengakuan-pengakuan Negara lain. Pengakuan merupakan suatu pencatatan dar suatu hal yang telah terjadi dalam sifatnya akan persetujuan dalam hal tersebut. Dengan demikin pengakuan mengadakan ikatan formal untukmenghormati pribadi baru itu. Hak-hak dan atribut di bawah hokum internasional.

Page 15: Pengakuan hukum internasional

Akibat-akibat Hukum Dari Pengakuan Kelemahan hukum yang utama dari suatu negara atau pemerintah yang tidak diakui, adalah antara lain, sebagai berikut:

a) Negara itu tidak dapat berperkara di pengadilan-pengadilan negara yang belum mengakuinya. Prinsip yang melandasi kaidah ini secara tepat ditegasaka dalam suatu kasus Amerika : “suatu negara asing yang mengajukan perkara di Mahkamah kita bukanlah karena persoalan hak. Kewenangan unutk melakukan hal tersebut merupakan komitas (kesopanan). Sebelum Pemerintah tersebut diakui oleh Amerika Serikat, maka komitas demikian tidak ada”.

b) Dengan alasan prinsip yang sama, tindakan-tindakan dari suatu negara atau pemerintah yang belum diakui pada umumnya tidak akan berakibat hukum dipengadilan-pengadilan negara yang tidak mengakuinya sebagaimana yang biasa diberikan menurut aturan-aturan “komitas”

c) Perwakilannya tidak dapat menuntut imunitas dari proses peradilan

d) Harta kekayaaan yang menjadi hak suatu negara yang pemerintahannya tidak diakui sesungguhnya dapat dimiliki oleh wakil-wakil dari rezim yang telah digulingkan.

Page 16: Pengakuan hukum internasional

Pengakuan kaum belligeren dan insurgensi

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional

Page 17: Pengakuan hukum internasional

Pemberontakan adalah urusan dalam negeri suatu negara. Tujuan Pemberontakan : menggulingkan pemerintah yang sah, memisahkan diri dan membentuk negara sendiri, menuntut otonomi yang lebih luas. HI tidak menentukan hukuman apapun terhadap pemberontak.

Ada 3 istilah pemberontakan :

a) Revolution (revolusi), bertujuan untuk merombak secara radikal suatu tatanan politis atau sosial yang sudah mapan di seluruh wilayah negara.

b) Rebellion (rebeli), perjuangan sebagian wilayah negara untuk menggulingkan kekuasaan di wilayah negara lainnya.

c) Insurrection (pemberontakan), kegiatan yang luas dan tujuannya lebih sempit daripada kedua pengertian di atas.

Page 18: Pengakuan hukum internasional

Pengakuan Berdasarkan Wilayah dan Non Wilayah

Sering Negara-negara memperoleh wilayah baru atau hak-hak lain melalui tindakan sepihak yang kemungkinan:

a) Sesuia dengan hukum internasional

b) Melanggar hukum internasional

Page 19: Pengakuan hukum internasional

Dalam hal melanggar hokum internasional, pengakuan mungkin dapat di upayakan untuk mengubah keraguan atas hak tersebut menjadi sesuatu yang sah dan arena pengakuan itu akan menjadi pelepasan dari tuntutan Negara-negara lain berupa klaim-klaim atau keberatan-keberatan yang tidak sesuai dengan hak yang diakui, dengan cara ini kemungkinan bahwa tidak di berikanya pengakuan akan melemakan tuntutan yang di dasarkan atas persetujuan diam-diam di kesampingkan. Kesinambungan hubungan-hubungan resmi dengan Negara yang bersangkutan, setelah pengambil alihan wilayah tersebut tidak dengan sendirinya mengandung arti pengakuan terhadap hak atas wilayahnya.

Page 20: Pengakuan hukum internasional

BAB III PENUTUP

KesimpulanLembaga pengakuan merupakan masalah yang cukup krusial dalam rana hukum internasional karena tidak ada satu ketentutan hukum internsional yang mengatur tentang lembaga pengakuan tersebut. Kerap kali dalam praktek sebagian besar negara, pengakuan merupakan masalah politik daripada masalah hukum.

Kebijaksanaan dari suatu negara untuk mengkui negara lain ditentukan terutama oleh perlunya perlindungan atas kepentingan-kepentingan negara yang erat kaitannya dengan terpelihara hubungan dengan setiap negara baru atau pemerintah baru yang mungkin stabil dan tetap.

Page 21: Pengakuan hukum internasional

Saran Lembaga pengakuan memang memiliki tempat tersendiri dalam hukum internsaional, apabila suatu negara tidak diakui oleh negara lain maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan dengan negara yang bersangkutan. Dalam praktek cenderung lembaga pegakuan dihantui oleh nuansa politik, oleh karna itu terdapat suatu istilah bahwa lembaga pengkuan sebernya bukan sesuatu yang berdampak yuridis tetapi hannya sekedar kegiatan-kegiatan petimbangan kepentingan semata.

Harapan saya dalam kesempatan ini agar negara tidak lagi menggunakan kepentingannya untuk memberikan pengakuan kepada negara lain. Saya berharap agar ada ketentuan khusus yang secara limitatif menegasakan bahwa garis-garis besar suatu negara yang pantas diakui itu seperti apa, agar tidak ada lagi kerancuan yang terjadi seperti sebagian negara mengakui negara lain, sedangkan sebagian lagi tidak.

Page 22: Pengakuan hukum internasional

Sekian dan Terimakasih